Вы находитесь на странице: 1из 582

PENDEKAR LAKNAT

Diposkan oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Rabu, 21 September 2011 Pendekar Laknat Judul Lama : Pendekar 3 Jaman Saduran : SD Liong Jilid 1 Pusar bumi. MENGAPA? MENGAPA? MENGAPA? Demikian pertanyaan yang selalu menghuni dalam benak Siau-liong, jejaka berumur 16 tahun yang sedang belajar pada Tabib-sakti-jenggot-naga Kongsin To. Mengapa gurunya melarang ia untuk menuntut balas atas kematian ayahnya....? Kata gurunya, larangan itu adalah pesan terakhir dari ayahnya, pada saat hendak menghembuskan napas terakhir. Mengapa mendiang ayahnya berpesan begitu? Dan mengapa pula gurunya melarang ia berkeliaran ke balik gunung? Sudah 10 tahun lamanya, pertanyaan itu mencengkam pikirannya, tanpa penyelesaian. 2 Saat itu gurunya sedang pergi memetik daun obat kelain tempat. Sebelumnya, Siau-liong telah dipesan supaya jangan berkeliaran ke balik gunung dan supaya tiap hari giat berlatih silat saja. Entah bagaimana saat itu, timbullah keinginan Siau-liong untuk mengetahui apakah dibalik rahasia dari larangan gurunya itu. Tentang kematian ayahnya, menurut keterangan gurunya, telah dibunuh oleh To Hun-ki, ketua partai Kong tong-pay. Tong Gun-liong, demikian nama ayah Siau-liong, adalah murid kesayangan To Hun-ki. Demikian keterangan sekedar yang diberikan gurunya Siauliong, mengenai kematian ayahnya. Tetapi mengapa ayah Siau-liong sampai dibunuh oleh gurunya sendiri, Kongsun Sinto tak tahu. Diam-diam Siau-liong, berjanji dalam hati, kelak akan menyelidiki rahasia pembunuhan ayahnya itu sampai jelas. Rupanya memang sudah menjadi sifat manusia. Makin dilarang makin ingin tahu. Dan pada usia menjenjang dewasa itu, darah Siau-liong memang panas-panasnya. Serentak ia memutuskan untuk meninjau tempat dibalik gunung itu. Ternyata jalan di bagian belakang gunung yang didiami itu, merupakan sebuah jalan buntu. Terputus oleh sebuah jurang yang curam.

Setelah puas meninjau keadaan sekeliling tempat itu, karena hari sudah sore, iapun pulang. Pada keesokan harinya, barulah ia datang lagi dan mulai melakukan penyelidikan. Disitu terdapat sebuah mulut gua. Bentuknya macam kerucut, atas sempit bawah lebar. Ketika mengamati, ia terkejut. 3 Di atas mulut gua terdapat tiga buah ukiran huruf: "Lembah penasaran" Kini Siau-liong menyadari apa sebab gurunya melarangnya kesitu. Tetapi Siau-liong makin tertarik. Adakah gua itu dihuni orang? Ia hendak memasuki gua itu. Tiba diambang mulut gua, sehembus angin dingin meniup sehingga ia menggigil. Teringat akan pesan gurunya, ia bergegas hendak keluar. Tetapi ia tertegun ketika melihat kedua sisi pintu gua terdapat beberapa ukiran huruf, berbunyi: "Laut dendam, sukar ditimbuni. Siapa masuk tentu mati". Sesaat ia gemetar tetapi pada lain saat bangkitlah kepanasan hatinya. Sombong dan kejam benar orang itu. Demikian anggapannya. Sekonyong-konyong ia dikejutkan oleh gelak tawa yang menggeledek. Serentak angin kuat menabur Siau-liong sehingga anak itu terhuyung beberapa langkah ke belakang. Buru-buru ia berusaha untuk menenangkan darahnya yang mendebur keras. Setelah tenang ia memandang kemuka. Ah, ternyata gua itu mempunyai penghuni. Setombak di atas mulut gua, terdapat sebuah lubang besar. Ditengah lubang duduk seorang tua aneh tengah tertawa. Tangannya mencekal sekerat daging yang masih berlumur darah. Tampak ia menikmati daging itu dengan lahapnya.... 4 Orang aneh itu berbangkit dan menghampiri kepintu gua. Siau-liong makin menggigil. Perwujutan orang itu amat menyeramkan sekali. Manusia tetapi menyerupai iblis. Iblis tetapi ternyata manusia. Mungkin di dunia tiada manusia yang lebih seram dari dia. Dan Walaupun berdiri, tetapi orang aneh itu hanya setinggi orang biasa sedang duduk. Pahanya pendek sekali tetapi telapak kakinya amat lebar. sepasang tangannya menjulur ke bawah sampai hampir mencapai lutut. Dadanya bidang, leher pendek dan kepala besar. Sepasang matanya berkilat-kilat tajam hampir tertutup oleh rambutnya yang kusut masai. "Uh, sial, lebih baik pulang saja," gerutu Siau-liong seraya hendak ayunkan langkah. Tiba-tiba orang aneh itu menampar dan setiup angin keras melanda Siau-liong sehingga ia terdampar ke belakang lagi.

Punggungnya terasa sakit. Sebelum ia sempat berdiri tegak, orang aneh itu sudah melayang kehadapannya. Ha. ha. ha' Seorang penghuni baru lagi! Sekali Raja Akhirat datang, jangan harap dapat minta tempo. Budak, lihatlah tanganku!" Orang aneh itu julurkan sepasang tangannya. Bermula warnanya putih tetapi segera berobah merah lalu didorongkan. Setiup angin berbau anyir, menghambur ke arah Siau-liong. Siau-liong menghindar ke samping. Dess.... tiba-tiba batu yang berada di belakang, mendesus seperti hangus terbakar api dan pecah berantakan. 5 "Heh, heh.... orang aneh itu tertawa mengekeh. Lalu lepaskan empat buah pukulan lagi. Siau-liong terpaksa mundur dan tanpa disadari ia telah masuk ke dalam lingkungan batu-batu yang berserakan. Dar, dar, dar, delapan buah pukulan dilepaskan orang aneh itu lagi. Untunglah Siau-liong dapat menghindari. Tetapi batubatu yang tak menentu bentuknya itu pecah berhamburan ke segenap penjuru! Jelas orang aneh itu memang tak bermaksud menghancurkan Siau-liong. Setiap kali tentu memberi kesempatan supaya anak itu dapat menghindar. Siau-liong menyadari juga hal itu. Tetapi lama kelamaan, marah ia. Diam-diam ia kerahkan tenaga-dalam, siap mengadu kekerasan. Rupanya orang aneh itu mengetahui maksud Siau-liong. Diluar dugaan, ia berhenti memukul dan tertawa memanjang.... Siau-liong makin marah. Tetapi ketika memandang ke muka, ia terkejut, Celaka, mati aku sekarang!" Ternyata dalam pandangannya, orang aneh itu telah pecah menjadi empat orang yang berdiri diempat penjuru. Tangannya yang merah, mengacung ke atas dalam sikap hendak memukul. Tetapi anak itu sudah bertekad mengadu jiwa. Dihantamnya orang aneh itu. Hai.... ia ter-longong2. Hampir ia tak percaya apa yang dilihatnya. Hantamannya itu mengenai segunduk batu besar dan batu itu pecah berantakan. Dan orang aneh itupun lenyap. 6 Sebelum tahu apa yang terjadi, tahu-tahu bahunya sebelah kanan terasa panas sekali. Cepat ia mengendap lalu berputar mundur ke belakang. Ah. kiranya orang aneh itu sudah berada di belakang! "Budak, engkau adalah calon setan. Kematianmu sudah hampir tiba. Tetapi rupanya engkau masih penasaran kalau

belum mengadu pukulan!" seru orang aneh itu tertawa menyeringai. Lalu pe-lahan2 ulurkan tangan kiri. Telapak tangannya yang berwarna hitam, menimbulkan rasa ngeri. Siau-liong menggigil. Tetapi Kenekatannya pun bangkit. Dess.... ia menghantam. Tetapi pukulannya itu seperti jatuh ke dalam laut. Hilang lenyap dayanya. Siau-liong terkejut. Tiba-tiba setiup angin keras melanda dirinya. Angin itu ternyata berasal-asal dari refleksi pukulannya tadi. Uh, uh, uh.... mulutnya mendesus ketika tubuhnya, terpental beberapa langkah ke belakang. "Bluk", ia jatuh terduduk dan muntah darah. Orang aneh itu tertawa mengukuk, Budak, mengapa engkau tak berguna sekali? Hayo, bangunlah!" Siau-liong membulatkan tekad. Kalau mati, ia harus mati secara kesatria. "Wut", sekali tangannya menekan tanah, ia melenting ke udara. Hai.... ia merasa tentu menderita luka tetapi mengapa sedikitpun tak merasa sakit? Orang aneh itu maju menghampiri dan Siau-liong terpaksa mundur. Tetapi saat itu ia sudah terdesak sampai di tepi telaga yang terbentang di belakang lembah itu. "LAUT PENASARAN" 7 Demikian bunyi tiga huruf yang terbentang di tepi telaga itu. Siau-liong terbeliak kaget. Teringat ia akan kata-kata orang aneh itu, Laut Penasaran, sukar ditimbuni.... "Adakah dia hendak lemparkan aku ke dalam telaga ini?" pikirnya. Orang aneh itu tertawa mengekeh, Hai, budak, engkau ingin mati atau tidak?" Menyadari bahwa dirinya takkan terluput dari kematian, semangat Siau-liong malah menyala. Dia tak takut mati. Dengan berani ia menatap orang aneh itu, serunya, Setan tua, engkau ingin mati atau tidak?" Jawaban Siau-liong itu membuat si orang aneh tertawa gelak-gelak, Bagus, bagus, tepat sekali jawabanmu itu!" Siau-liong terkesiap. "Budak, engkau berbakat hebat sekali. Jika tidak. engkau tentu sudah mampus termakan pukulanku tadi.... seru orang aneh pula, "pukulanku Bu-kek-sin-kang tadi, mengandung tenaga keras campur lunak. Jika engkau bukan seorang perjaka tulen, jangan harap engkau mampu menerimanya!" "Aku benci semua manusia di dunia!" seru orang itu lagi, tetapi hari ini aku benar-benar bingung. Betapapun halnya engkau tak boleh merusak peraturan lembah ini. Ya, engkau harus mati satu kali!" Melihat sinar mata orang aneh itu agak ramah, nyali Siauliong makin bertambah. Serunya, Setan tua, aku benci kepada orang yang telah membunuh ayahku! Katakanlah, bukankah engkau juga harus ku benci "

8 "Jangan bermulut tajam!" hardik orang aneh itu, kusuka akan perangaimu yang baik. Engkau dengar tidak? Aku hanya menyuruhmu mati satu kali saja!" "Setan tua, masakan aku dapat mati beberapa kali?" teriak Siau-liong. "Bagus! Engkau memanggil aku setan tua dan kupanggilmu budak kecil. Kita sama-sama tidak merugikan," kata orang aneh itu, budak kecil, sudah tentu orang hanya mati satu kali saja." "Sekali mati, habislah riwayatnya!" seru Siau-liong. "Belum tentu," sahut si orang aneh, "mungkin masih mempunyai kesempatan hidup lagi!" "Aku tak mengerti ucapanmu." Siau-liong kurang senang. Sejenak orang aneh itu merenung, lalu berkata, Pertama, engkau harus terjun ke dalam Laut Penasaran itu. Bukan untuk menimbuni karena kupercaya engkau dapat muncul kembali. Kedua, akan kuberimu ilmu pukulan Bu-kek-sin-kang. Dan ketiga, engkau tak boleh menanyakan diriku siapa. Dan jangan menceritakan diriku kepada siapapun juga, bahkan kepada gurumu!" "Locianpwe," karena melihat orangtua aneh itu ternyata tidak buas, maka Siau-liongpun berganti dengan menyebut locianpwe, "yang pertama aku dapat menerima. Tetapi yang kedua, aku tak sanggup!" Orang aneh itu kerutkan kening lalu tertawa lebar, Hm, sekarang engkau berganti nada. Memang tak salah penilaianku bahwa engkau ini seorang anak muda yang berguna. Kusenang akan kejujuranmu. Kutahu si tua Kongsun 9 itu gurumu. Maka engkau segan berguru pada lain orang. Jangan kuatir, akupun tak ingin mengambil murid engkau. Melainkan hendak memberimu sebuah ilmu pukulan sakti!" "Tetapi itu berarti suatu ikatan guru dan murid. Ah, tak mau!" Siau-liong menolak. "Bagus, aku suka akan kekerasan kepalamu!" seru si orang aneh, aku sendiri seorang yang keras kepala. Sekarang bertemu dengan seorang budak yang keras kepala. Apakah ini bukan jodoh namanya." Orang aneh itu sebenarnya seorang momok durjana yang terkenal. Ia membunuh jiwa manusia seperti memitas nyamuk-nyamuk saja. Tetapi anehnya, berhadapan dengan seorang anak yang berani, cerdik dan berbakat bagus, seketika timbullah rasa suka. "Baiklah," katanya, kita tinggalkan dulu syarat kedua itu. Sekarang kita laksanakan syarat yang pertama!" Entah bagaimana, Siau-liong berganti kesan kepada orang aneh itu. Segera ia hendak membuka baju.

Tetapi orang aneh itu cepat mencegahnya, Tunggu dulu Akan kusaluri tenaga dalam dulu kepadamu. Jika tidak, jangan harap engkau dapat muncul ke daratan lagi!" "Tidak." Siau-liong menolak, beritahukan saja apa yang harus kulakukan dalam telaga itu. Segera aku hendak mencebur kesana." "Budak, engkau ingin mati tidak?" tegur orang aneh itu dengan mata memberingas. 10 "Setan tua, engkau benar-benar menusuk perasaanku. Lebih baik aku mati dari pada dihina." "Jangan tergesa-gesa," kata orang aneh itu, "Laut itu merupakan mulut sebuah gunung berapi yang sudah padam. Lahar yang membeku selama ratusan tahun, telah memancarkan sumber air yang luar biasa dinginnya. Orang pasti kaku seketika apabila menyilam disitu. "Aku?" "Banyak perjaka tetapi jarang yang tubuhnya mengandung hawa Tun-yang seperti engkau. Bagimu, tidaklah sukar untuk menghadapi tempat semacam itu. Tetapi dengan kepandaian yang engkau miliki sekarang ini, jangan harap engkau mampu ke dasar bumi untuk mengambil pusaka yang tak ada tandingannya di dunia persilatan!" "Pusaka?" "Berpuluh tahun aku bersembunyi disini, hanyalah karena hendak menunggu pusaka itu. Sejenis binatang bersisik, mirip dengan Kilin (warak) dan naga. Aku sendiri belum jelas. Binatang itu telah menerima sari sinar matahari dan rembulan, ditambah pula dengan menghisap hawa Im dan Yang dalam kerak bumi. Apabila muncul, binatang itu memancarkan sinar pelangi yang menyilaukan, Tetapi dia gesit sekali hingga aku selalu gagal menangkapnya!" "Benarkah?" Siau-liong menegas. "Benar! Apa engkau pernah melihat juga?" "Sepuluh hari yang lalu, kulihatnya sinar kemilau itu memancar dari kawah gunung!" 11 Orang aneh itu menghela napas, Ah, saat itu dia terlalu cepat sekali. Begitu muncul terus lenyap lagi. Ah, jika aku berhasil memperoleh mustika dalam mulutnya, di dunia tentu tiada yang dapat menandingi aku lagi. Akan kutumpas semua manusia yang kubenci!" "Ah, lebih baik kalau engkau jangan menemukannya!" "Mengapa?" orang aneh itu heran. "Aku tak mau mencarinya " sahut Siau-liong. "Heh, engkau lupa?" orang aneh itu menggeram buas. "Lupa apa?" "Siapa masuk lembah ini harus mati!"

Siau-liong tertawa, Sama sekali tidak lupa. Tetapi lebih baik aku yang mati seorang daripada menelan banyak korban." "Engkau seorang budak kecil tetapi nyalimu besar sekali. Baiklah. aku mengalah. Turunlah ke dalam laut itu. Berhasil mendapatkan mustika itu atau tidak, aku takkan menyesalimu. Nah, bagaimana?" Siau-liong setuju. Orang aneh itu segera menyuruhnya duduk bersila Kemudian ia lekatkan tangannya kepunggung Siau-liong. Seketika itu Siau-liong rasakan sekujur tubuhnya dijalari hawa hangat. Makin lama makin panas sampai mandi keringat. Tiba-tiba orang aneh itu menyepak pinggangnya. Huak.... Siau-liong muntah darah dan pingsan. 12 Orang aneh itu cepat mengurut dan menyalurkan hawa murni ke tubuh Siau-liong. Lebih kurang sejam lamanya, baru ia berhenti. Tubuhnya mandi keringat, napas terengah-engah. Duduklah ia bersemedhi. Ketika sadar, Siau-liong terkejut melihat keadaan orang aneh itu. Tak lama kemudian orang aneh itupan membuka mata. Ia tampak lelah. "Seumur hidup, baru kali ini aku melakukan kebaikan. Sejak saat ini, matipun aku takkan penasaran," ujar orang itu pelahan. "Cianpwe, engkau mengapa?" Siau-liong heran. "Sekarang pergilah engkau mengambil mustika itu. Walaupun berhasil mendapatkan, tetapi akupun bukan tokoh yang tiada tandingannya di dunia " Mendadak timbul rasa iba dihati Siau-liong. Serunya rawan, Cianpwe, apakah maksud ucapanmu itu?" "Tadi telah kusalurkan hawa-sakti ke dalam tubuh sehingga jalan-darah Tok-djinmu terbuka. Tak kepalang tanggung, kuberimu ilmu sakti Bu-kek-sin-kang juga." Siau-liong terbeliak kaget. Sesaat ia termenung-menung. Baru saat itu ia menemukan peribadi yang sesungguhnya dari orang aneh itu. Ternyata baik dan luhur budi. Serta-merta ia berlutut memberi hormat, Suhu, Siau-liong akan mencari mustika itu." Orang aneh itu mengangguk puas. 13 Siau-liong segera loncat ke dalam Laut Penasaran, "blung" ia menggigil. Andaikata ia belum mendapat saluran tenagasakti orang aneh itu, pasti ia akan mati kedinginan. Air dalam telaga yang dinamakan Laut Penasaran itu, memang luar biasa dinginnya. Pertama-tama matanya tertumbuk akan suatu pemandangan yang ngeri. Berpuluh tengkorak manusia

berserakan di dalam telaga.... Adakah mereka mati sendiri atau dilempar kesitu oleh si orang aneh? Telaga itu hanya dua tiga puluh tombak lebarnya. Tetapi amat dalam sekali. Makin ke bawah, makin sempit, Kira-kira 100 tombak dalamnya, terdapat sebuah gua. Aneh! Gua itu kering tiada airnya sama sekali.... Siau-liong menghampiri gua itu. Hawanya dingin sekali dan terdapat penerangannya pula. Beberapa tumbuh-tumbuhan terdapat hidup digua itu. Menilik susunannya. tentulah ditanam orang. Jenis tanaman yang tumbuh disitu, jarang terdapat di dunia. Daunnya ada yang biru ke-hijau2an seperti batu kumala. Batangnya seperti jenggot naga dan bentuk daunnya menyerupai ekor burung cenderawasih. Bunganya seperti butir2 mutiara.... Tampak sebuah cekung berisi air jernih. Penuh dengan benda-benda warna merah zamrud yang tak henti-hentinya lalu lalang kian kemari. Siau-liong teruskan langkah kemuka. Tak berapa jauh, ia tiba disebuah gua lagi. ia makin terkejut. Dalam gua itu penuh dengan lentera yang ber-gerak2 naik turun, mendekat dan menjauh. Siau-liong menyambar lentera yang kebetulan menghampiri ke arahnya. Tetapi selalu luput. 14 Lentera-lentera itu bagaikan jinak-jinak merpati. Dihampiri, menjauh. Dijauhi, mendekat.... Gua makin menanjak ke atas. Setelah berjalan agak lama, ia memperhitungkan, tentu sudah berada diluar Lembah Penasaran. Tiba-tiba suasana terang benderang. Ia tiba di sebuah ruangan yang terang. Begitu masuk ia terbeliak kaget. Di atas sebuah ranjang batu duduk bersemedhi sesosok tengkorak. Lehernya terlingkar seutas rantai perak dengan sebuah tongpay (lencana) berukir tengkorak bersemedhi. Pada dinding di belakang tengkorak itu terdapat empat buah huruf: Ilmu pukulan Thay-siang-ciang. Dibawahnya tertera lima buah gurat2 lukisan. Kemudian ditengah ruangan, tampak sebuah tambur batu yang besar. Permukaan tambur batu penuh dengan guratan huruf yang bersembunyi: "Barang siapa masuk kemari, tanda berjodoh. Selain tongpay dan ilmu pukulan Thay-siang ciang, pun di atas permukaan batu ini tumbuh sebiji buah Im-yang-som. Dapat menambah panjang umur dan tenaga-sakti. Buah itu tak boleh dibiarkan sampai masak. Harus cepat dimakan. Dan hanya diperuntukkan orang yang benar-benar berjodoh". Terlintas dalam benak Siau-liong. Andaikata tak berhasil memperoleh mustika. asal mendapat buah ajaib itu, iapun

dapat menolong memulihkan tenaga si orang aneh.... 15 Tambur batu tak kurang dari seribu kati beratnya. Dengan kerahkan tenaga, ia mendorong. Terdengar bunyi gemuruh menggetarkan bumi dan tiba-tiba pintu gua itu tertutup rapat. Ternyata tambur batu itu merupakan alat penutup dan pembuka pintu gua. Dibawah tambur terdapat pula beberapa tulisan: "Pintu gua telah tertutup. Tetapi jangan takut. Gua ini penuh persedian makanan. Yakinkanlah ilmu pukulan Thaysiangciang sampai sempurna, tentu dapat membuka lantai batu ini dan dapatkan buah Im-yang-som. Setelah makan, tenagamu tentu bertambah sakti. Hancurkan pintu gua dan engkau pasti akan menjagoi dunia" Siau-liong gelisah sekali. Sampai beberapa lamakah ia harus tinggal dalam gua situ? Tetapi apa daya. Satu-satunya jalan, ia harus menurut apa yang tertera dalam tulisan itu. 360 hari lamanya, Siau-liong tinggal dalam gua. Tak disangkanya bahwa walaupun hanya terdiri dari lima jurus, tetapi ternyata ilmu pukulan Thay-siang-ciang itu memerlukan waktu setahun untuk meyakinkan. Untung sebelumnya ia sudah mendapat saluran tenaga sakti Bu-kek-sin-kang dari orang aneh itu. Kalau tidak, entah berapa tahun lagi ia baru berhasil mempelajarinya. Kini ia meningkat 16 tahun umurnya. Bertubuh tinggi besar, sehat dan kuat. Pada hari terakhir setelah mengerahkan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang, ia melenting dan lontarkan pukulan Thay-lo-kim-kong. "Pyur", amblonglah lantai batu yang menutupi buah ajaib itu. Lubang dibawah lantai hanya beberapa meter dalamnya. Tampak sebuah benda menyerupai pohon Sian-jin-ciang atau Telapak Dewa. Daunnya hanya dua helai, berwarna biru 16 kehijau-hijauan. Pada batang pohon terdapat dua biji buah sebesar telur burung. Satu merah, satu putih. Buah itu memancarkan sinar gemilang dan bau yang harum sekali. Buah yang merah mengandung tenaga Yang dan buah yang putih tenaga Im. Hanya ditempat yang disaluri air pusar bumi, barulah buah itu dapat tumbuh. Segera dipetiknya terus dimakan. Seketika ia rasakan tubuhnya hangat dan semangat segar. Kemudian ia duduk bersemedhi menyalurkan darah. Beberapa waktu kemudian, ia loncat bangun dan menghantam pintu gua. Dar.... pintu jebol dan terbukalah sebuah lubang. Girangnya bukan kepalang. "Suhu!" serta-merta ia berlutut memberi hormat kepada tengkorak yang duduk di ranjang batu itu. Setelah itu baru ia menerobos keluar. Ia terkejut ketika

melihat seekor makhluk yang berkemilau dan menyiarkan bau luar biasa wanginya. Cepat ia memburu keluar. Seekor binatang yang agak lebih kecil dari kuda, bersisik dan bertanduk satu, menyerupai binatang Kilin, tengah muncul dan menyadap bulir-bulir mutiara dalam air. "Wut". Siau-liong cepat ayunkan tubuh kepunggung. Tetapi binatang itupun luar biasa gesitnya. Secepat kilat binatang itupun menyusup ke dalam pusar bumi.... Siau-liong terus mengejar sampai disebuah tempat yang dindingnya gilang gemilang. Tetapi hampir setengah hari ia ber-putar2 menjelajahi sekeliling tempat itu, tetap tak dapat menemukan binatang aneh tadi. 17 Ia memutuskan harus dapat memperoleh binatang itu. Kalau gagal, orang aneh yang telah melepas budi kepadanya itu tentu tetap sengsara. Mati atau hidup, binatang itu harus dapat ditangkapnya. Dengan kerahkan tenaga ia mulai menghantam. Dinding yang mengkilap macam es hancur berantakan, tetapi sebelum ia memukul lagi, tiba-tiba binatang aneh itu muncul terus menyerbunya. Siau-liong cepat menghindar seraya menyambar tanduk binatang itu. Binatang itu berontak sekuatkuatnya. Kedua kakinya melentik-lentik tubuh orang. Terpaksa Siau-liong lepaskan tanduk dan berputar menyambar ekor binatang itu. Tetapi sekali kibas, ekor itu menghilang dan tahu2 binatang itu menyepakkan kaki ke belakang kepunggung lawan. Pertempuran seorang manusia dengan seekor binatang aneh dalam kerak bumi, telah berlangsung seru sekali. Binatang itu memiliki tanduk dan gigi yang runcing. Begitu pula kaki dan ekornya. Merupakan senjata yang berbahaya. Sekali kena, orang tentu hancur tubuhnya. Tiba-tiba Siau-liong mendapat akal. Cara bertempur semacam itu, tak mungkin ia dapat menundukkan lawan. Ia berganti siasat. Tiba-tiba ia menyelundup ke bawah perut binatang lalu menjepit perut binatang itu dengan kedua kakinya. Binatang itu terkejut dan meronta melepaskan diri. Tetapi tak mampu. Akhirnya binatang itu gulinglan diri ke tanah. Tetapi Siau-liong tak mau kalah pintar. Dengan gunakan jurus Ikan-melenting-ke udara, ia melambung ke udara terus hendak menginjak binatang itu. Tetapi ternyata binatang itu 18 luar biasa gesit dan cekatannya. Sesaat kemudian Siau-liong lepaskan cekalannya, secepat itu pula ia menggeliat bangun dan menyusup ke dalam ruang es.... Siau-liong mengejarnya. Lorong makin lama makin sulit

dilalui. Naik turun, berkeluk-keluk. Dan ketika ia hampir berhasil menyusul, tiba-tiba binatang itu kibaskan ekor menyabat dinding ruang. Pyur....!" dinding hancur dan Siau-liong terpaksa hentikan larinya. Tiba-tiba binatang itu mengangakan mulut Sebutir benda merah meluncur keluar. Warnanya gilang gemilang indah sekali! Itulah mustika yang dikatakan si orang aneh tempo hari. Siau-liong putar otak untuk merancang siasat. Tiba-tiba serangkum angin panas dan mustika itu melayang ke arahnya. Siau-liong menyongsong dengan jurus Thay-lo-kim-kang. Hendak disambarnya mustika itu tetapi ternyata benda itu seolah-olah mempunyai mata. Hantaman Siau-liong bahkan menambah kedahsyatan mustika itu yang melaju pesat sekali ke arah Siau-liong. Siau-liong cepat mengganti dengan jadi pukulan. Setelah mustika itu agak pelahan, ia loncat kesamping. "Bum.... sebuah tiang ruangan hancur terkena pukuluan Siau-liong. Langit ruangan berhamburan gugur dan binatang aneh itupun loncat ke belakang. Dan ketika Siau-liong menukik turun, mustika menyambarnya lagi. Siau-liong menggeram dan menamparnya. "Bum", mustika mengendap ke bawah menghantam lantai. Lantai hancur berlubang dan mustika itu 19 membal ke atas dan melanda Siau-liong yang saat itu masih berada di udara. Sudah tentu Siau-liong sukar menghindar. Cepat ia menghantam dengan jurus ilmu pukulan Thay-siangciang. Mustika itu jatuh membentur lantai lagi dan membal ke atas lagi. Celaka sekali binatang aneh itu. Karena mustika beberapa kali kena hantaman Siau-liong, binatang itupun meringkikringkik kesakitan. Cepat ia menyedot kembali mustikanya dan menyelinap keluar. Terjadi kejar mengejar yang tegang. Tetapi akhirnya Siauliong ketinggalan berpuluh tombak dibelakang. Binatang aneh itu lari ke Laut Penasaran. "Blung.... baru Siau-liong muncul dipermukaan telaga, sesosok tubuh meluncur jatuh ke dalam telaga. Siau-liong terkejut karena air berobah merah warnanya. Ah, tentu seorang persilatan dijadikan korban penimbunan Laut Penasaran' Tetapi Siau-liong tak dapat menghiraukan nasib orang itu karena dari arah Lembah Penasaran terdengar jeritan seram. Rupanya di Lembah Penasaran terdjadi pertempuran dahsyat. "Blung"........ lagi sesosok tubuh terlempar jatuh ke dalam laut. Mayatnya meluncur ke dasar air. Setelah pandang matanya biasa mengadapi cahaya

matahari, barulah Siau-liong dapat melihat jelas. Dalam lembah tampak tiga empat puluh jago2 silat tengah mengepung binatang itu. Diantaranya terdapat paderi, imam dan jago-jago silat. Mereka tengah bersiap menunggu 20 kesempatan untuk menyergap binatang aneh itu, Dua orang yang tak dapat mengendalikan nafsu, segera loncat menerjang. Tetapi binatang aneh itu segera merangsangnya sehingga mereka terlempar ke dalam Laut Penasaran. Binatang itu segera meliar di dalam lembah. Puluhan jago silat itu tengah mengepung dengan senjata masing-masing. Seluruh perhatian mereka tercurah pada binatang aneh itu sehingga tak mengetahui kehadiran Siau-liong. Tiba-tiba binatang itu lari ke dinding karang gunung. Beberapa jago silat segera gunakan ilmu Cicak merayap atau Pik-hou-kang. Punggung dilekatkan pada dinding karang lalu meluncur ke atas dan taburkan senjata rahasia kemata binatang aneh itu. Tetapi binatang itu tak mengacuhkan. Semua senjata rahasia, terpental dan jatuh ke dalam air. Dua orang yang hebat ilmu meringankan tubuh atau ginkang, mereka melambung ke udara dan coba membacok ekor binatang itu Tetapi binatang itu teramat gesit. Sekali menggeliat ia dapat lolos dari kepungan. Kedua jago silat yang loncat ke udara untuk membacok ekor binatang itu. Tetapi luput.... Terpaksa mereka meluncur turun ke bumi lagi. Begitu tiba di tanah, binatang aneh itu sudah menanduknya. " "Blung.... salah seorang terpelanting jatuh ke dalam telaga Penasaran lagi. Rupanya binatang itu masih belum puas. Ia menyerang lagi pada seorang lain. Siau-liong cepat loncat dari permukaan air seraya menghantam. Karena pernah dikalahkan, rupanya binatang itu jeri. Ia hendak melarikan diri tetapi kalah cepat dengan Siau-liong yang sudah loncat di punggungnya dan memeluknya erat-erat. 21 Gemparlah tokoh2 yang berada dalam lembah situ. Mereka mengira kalau siluman air, tetapi ternyata hanya seorang pemuda. Mereka datang ke Lembah Penasaran, bukan berombongan, melainkan perseorangan dan tak kenal satu sama lain. Mereka datang untuk memburu binatang aneh yang memiliki mustika. Melihat Siau-liong menguasai binatang itu, timbullah kekuatiran mereka. Pemuda itu harus dihancurkan! Delapan jago silat segera menyerbu Siau-liong dengan senjata dan pukulan. Karena sedang memeluk binatang itu, terpaksa Siau-liong harus menderita luka2 berdarah akibat serangan itu. Anehnya, binatang itu mempunyai perasaan

kasihan terhadap Siau-liong. Tak mau ia meronta. Siau-liong mengira kedelapan penyerangnya itu tentu salah turun tangan. Yang di arah si binatang tetapi mengenai dirinya. Maka ia memberi isyarat agar mereka berhati-hati jangan sampai menyerang dirinya lagi. Sudah tentu mereka tak mau menghiraukan. Bagaikan delapan ekor harimau, mereka menyerang Siau-liong. "Wut.... tiba-tiba binatang aneh itu sapukan ekornya sehingga beberapa penyerang itu loncat mundur. Masih ada beberapa orang yang berhasil menyusup, dapat memberi beberapa tusukan kepada Siau-liong. Darah makin deras, sakitnya bukan kepalang. Namun ia seorang anak yang keras hati. Bukan melepaskan sebaliknya ia malah memeluk tubuh binatang itu makin 22 kencang. Mulutnya menggigit tanduk. Rupanya binatang itu marah. Ia hendak membela Siau-liong. Dengan beringas, diterjangnya kawanan penyerangnya itu. Siau-liong marah juga. Ia kerahkan tenaga-sakti Bu-keksinkang. Begitu mengangkat tangan telapaknya yang berwarna merah. Seketika menjeritlah sekalian jago2 itu, Bukeksin-kang! Bu-kek-sin-kang.... Siau-liong terkejut sendiri. Ia tak menduga kalau pukulannya begitu dahsyat. Sembilan sosok tubuh kecemplung ke dalam telaga! Siau-liong kesima. Bukankah ketika bertempur dengan binatang aneh tadi, ia belum memiliki pukulan sedahsyat itu? Memang hal itu terjadi diluar pengetahuannya. Ketika menghadapi serbuan jago-jago silat tadi, ia terpaksa menelungkup memeluk binatang itu erat-erat. Untuk menjaga keseimbangan tubuh, mulutnya menggigit tanduk binatang itu. Tanpa disadari, ia telah menghisap darah kepala binatang itu. Darah itu disebut Ceng-hiat. Merupakan obat luar biasa yang terdapat di dunia. Khasiatnya dapat menambah tenagadalam. Setelah sekalian penyerangnya lari, Siau-liong teringat sesuatu. Cepat2 ia meluncur turun dari punggung binatang itu. Binatang aneh itupun segera meluncur ke dalam Laut Penasaran lagi. Kiranya Siau-liong teringat akan Koay suhu atau orang aneh yang secara tak resmi telah menjadi gurunya. Ia bergegas lari ke gua tempat kediaman orang aneh itu. 23 Tetapi ketika melintasi gunduk2 batu yang bertebaran di halaman gua, ia terkejut menyaksikan pemandangan yang mengerikan. Batu-batu berlumuran darah, disana-sini bertebaran kerat2 kecil daging manusia dan sesosok tubuh membujur di atas tanah.... "Suhu!" Siau-liong menjerit serentak. Ia bersimpuh

dihadapan mayat itu yang ternyata memang si orang aneh yang disebut Siau-liong sebagai Koay suhu. Siau-liong menangis tersedu-sedu. Hatinya pilu sekali. Jika Koay suhu tak menyalurkan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang kepadanya, dia tentu tak sampai kehabisan tenaga dan musuh tentu tak mungkin dapat membunuhnya. Dengan demikian walaupun dia yang bukan turun tangan membunuh tetapi secara tak langsung, dialah yang menyebabkan kematian orang aneh itu. Puas menangis, Siau-liong memeriksa keadaan mayat Koay suhu. Pada bagian dadanya hancur, berlubang besar sampai kepunggung. Hanya pukulan sakti atau cengkeraman maut Ngo-ci-tongjoang yang mampu meninggalkan luka semacam itu! "Hm, sudah mengasingkan diri dalam gua yang terpencil seperti ini, ternyata orang masih mengejar dan membunuhnya secara ganas. Sungguh tak dapat dimaafkan perbuatan itu, Siau-liong menggeram. Dan rasa sesalnya karena membunuh beberapa orang tadi lenyap seketika. Ia mengubur jenazah Koay suhu baik2. Setelah memberi hormat terakhir dihadapan kuburan Koay suhu, ia ayunkan langkah dengan tekad yang bulat. Ia pasti akan menuntut balas atas kematian Koay suhu. 24 Lebih dulu ia menuju kegua kediaman Koay suhu untuk mengemasi barang2 peninggalan suhu itu. Di atas tempat tidur batu, terdapat dua buah topeng terbuat daripada kulit manusia. Ketika hendak mengambilnya, tiba-tiba ia melihat pada kedua samping dinding, terdapat beberapa guratan huruf yang berbunyi, Anak! Seumur hidup baru satu kali ini aku melakukan kebaikan menurunkan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang kepadamu. Tetapipun juga mencelakakan dirimu. Karena engkau tentu takkan kembali lagi. Adakah memang Tuhan tak mengijinkan aku berbuat kebaikan....? Nak, kulihat wajahmu bukan orang yang bernasib malang. Tetapi, ah, hampir setahun kuhanya kutunggu, mayatmu tak terapung dipermukaan air. Tetapi kutetap percaya engkau takkan mati. Dalam beberapa hari ini sudah mondar-mandir disekeliling tempat ini. Maut rupanya sudah menjenguk di guaku.... Kemudian Siau-liong membaca tulisan didinding sebelah kiri, Nak, aku mempunyai firasat bahwa kematianku sudah datang. Jika aku mati, engkau harus melakukan tiga buah pesanku ini: Pertama: jangan mengatakan tentang diriku kepada siapapun juga. Dan engkau pun telah menyanggupi. Kedua: Bunuhlah semua orang yang kubenci dan engkau benci! Ketiga: Besok tahun muka pada malam Tiong-Chiu,

pergilah ke-gunung Bu-san, mewakili aku dalam pertempuran. Si tua Kongsun beberapa kali tampak dipuncak gunung, rupanya dia mencarimu.... Sampai disitu, tulisan tak lanjut. Rupanya musuh sudah datang dan orang aneh itu terpaksa harus hentikan tulisannya. Berderai-derai air mata Siau-liong membanjir karena mengenang budi orang aneh itu. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh 25 suara letupan dahsyat. Lembah terasa tergelar keras. Siauliong terkejut sekali ketika memandang keluar gua. Lembah telah berobah menjadi lautan api. Ledakan dahsyat susul menyusul memekakkan telinga. Segera ia lari keluar. Ternyata tokoh persilatan yang gagal menangkap binatang aneh tadi telah menumpahkan kemarahannya. Dari puncak lembah mereka lontarkan potongan batang pohon untuk umpan api. Potongan kayu itu makin lama makin dekat pada gua. Siau-liong terkejut jika mulut gua sampai tertutup api, tak mungkin ia dapat keluar lagi. Cepat ia bertindak. Menyambar sehelai baju peninggalan Koay suhu, ia terus menerjang keluar. Sekali loncat ia hinggap pada sebatang pohon. Dengan baju, ia menghalau api. Kemudian ia melayang ke atas sebuah cekung karang lalu untuk yang terakhir kalinya, ia melayang kepuncak lembah.... Jago2 persilatan yang berada di atas puncak lembah, terkejut melihat anak itu dapat menerobos dari lautan api. Mereka hentikan lontaran kayu dan berganti menghujani anak itu dan senjata rahasia. Siau-liong sedang melayang ke atas. Tak mungkin ia dapat menghindari serangan itu. Dalam gugupnya ia putar baju Koysuhu laksana kitiran. Diluar dugaan, putaran baju itu menimbulkan tenaga yang dapat menampar jatuh ber-puluh2 buah senjata rahasia. Ia marah sekali kepada mereka. Selekas kakinya menginjak tepi puncak, ia lemparkan baju dan lontarkan sebuah pukulan yang dilambari tenaga sakti Bu-kek-sin-kang. Melihat telapak tangan anak itu merah membara, sekalian orang menjerit kaget dan lari tunggang langgang. Enam orang 26 yang terlambat lari, menjerit ngeri dan rubuh tak bernyawa. Sisanya lari ke dalam hutan. Siau-liong menanggalkan kedok muka. Ia menghela napas. Ia menyesal telah membunuh orang. Tetapi ia tak dapat berbuat lain karena kemarahannya atas tindakan tokoh-tokoh persilatan yang begitu ganas. Setelah beberapa saat termenung-menung, akhirnya ia pulang ketempat kediamannya. Hampir setahun, ia tak berjumpa dengan Kongsun Sin-tho. Ia merasa rindu kepada

suhunya itu. "Suhu!" serta-merta ia karena tak mengindahkan berseru penuh rasa menyesal nasihat suhunya supaya jangan berjalan2 ke belakang gunung. Tetapi alangkah kejutnya ketika didapatinya gua itu kosong. Masih ada menyangka tentulah suhunya sedang keluar untuk mencarinya. Tiba-tiba ia melihat beberapa guratan huruf pada dinding gua. Jelas itu tulisan suhunya yang berbunyi, Liong-ji, aku sudah pulang beberapa bulan. Sia-sia kucarimu ke-mana2. Lebih cemas pula hatiku karena dewasa ini dunia persilatan telah timbul desas-desus bahwa ibumu telah muncul kembali. Dunia persilatan terancam pertumpahan darah lagi. Kuputuskan turun gunung mencarimu, sekalian untuk mencari ibumu. Berhasil atau tidak, setengah tahun kemudian aku pasti kembali kesini" Dari tanggal yang tertera dibawahnya, jelas bahwa kepergian Kongsun sin-to itu baru lebih 10 hari yang lalu. Siau-liong berkemas-kemas untuk mencari suhunya. 27 Keesokan harinya, ia menuju kemakam ayahnya untuk minta diri. Tengah ia berlutut mengucapkan doa, tiba-tiba didengarnya suara orang berbicara. Gunung Hong-san jarang dikunjungi orang. Dan peristiwa berdarah kemarin, menyebabkan Siau-liong harus berhati-hati terhadap orang. Cepat ia menyembunyikan diri. Tak berapa lama muncullah empat orang tua dari dalam hutan. Salah seorang berkata, Menurut pendapat kalian, yang manakah sesungguhnya Bu-tek Gong-mo itu? Lelaki tua yang dibunuh Soh-beng-kiu-su atau orang yang muncul dari Laut Penasaran?" Mendengar itu, Siau-liong hampir menjerit. Kiranya orang aneh yang menurunkan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang itu adalah BU-KEK-GONG-MO atau pendekar LAKNAT yang termasyhur. Dan yang membunuhnya adalah Soh-beng Ki-su.' "Mungkin kedua-duanya, mungkin bukan semua," sahut kawannya. "Maksudmu?" orang pertama yang bicara itu menegas. "Memang lelaki tua yang dibunuh itu mirip dengan Pendekar Laknat. Tetapi anehnya dia tak memiliki ilmu sakti Bu-kek-sin-kang. Sedang yang muncul dari dalam laut itu, gerak-geriknya tidak menyerupai Pendekar Laknat tetapi dapat melepaskan pukulan Bu-kek-sin-kang. Maka kesimpulanku, keduanya mungkin Pendekar Laknat tetapi mungkin bukan semua," jawab orang yang kedua. Dari pembicaraan itu dapatlah Siau-liong menarik kesimpulan bahwa tokoh-tokoh yang datang ke Lembah Penasaran itu belum tahu pasti tentang mati-hidupnya Pendekar Laknat.

28 Mengintai dari cela2 tempat persembunyiannya, Siau-liong terperanjat. Keempat orang tua itu tengah berdiri tegak dihadapan makam ayahnya. "Uh, mengapa mereka tegak didepan makam ayah? Apakah mereka itu sahabat2 ayah?" tanya Siau-liong dalam hati. Dugaan anak itu memang tepat. Keempat lelaki tua itu memang paman guru dari Tong Gun-liong, ayah Siau-liong. Yang paling tua bergelar Tang Siau-seng. Kedua, Se Ki-su. Ketiga, Lam Kek-ong. Mereka dikenal sebagai Kong-tong Su-lo atau empat tokoh tua dari partay Kong-tong-pay. Mereka tegak berdiri dimakam Tong Gun-liong dengan dengan penuh pertanyaan. Mengapa Tong Gun-liong, murid kemenakan mereka mati. Siapakah pembunuhnya dan siapa pulalah yang membuatkan batu nisan disitu? Apakah Siauliong, putera Tong Gun-liong itu, masih hidup? Isteri Tong Gun-liong yang bergelar Coa-sik Se-si atau sicantik Se-si yang berbisa, muncul kembali di dunia persilatan. Apabila wanita itu mengetahui suaminya telah dibunuh orang dan dikubur dipuncak Hong-san, tentulah ia akan makin mendendam kepada partay Kong-tong-pay. Tiba-tiba keempat jago tua itu berpaling dan tersiraplah darah mereka seketika. Beberapa langkah di belakang mereka, tegak seorang tua yang berwajah buruk amat menyeramkan sekali. Rambutnya memanjang sampai kebahu. Sepasang alis menggumpal lebat sekali. Hidung merah, sepasang matanya menonjol keluar. Mulut merekah darah. Berpakaian jubah berlengan besar yang compang-camping. 29 Walaupun hanya setombak di belakang keempat jago2 tua itu, namun mereka sama sekali tak mengetahui kedatangan orang aneh itu. Inilah yang mengejutkan Kong-tong Su-lo! "Siapakah nama tuan-tuan!" tiba-tiba orang berwajah buruk itu sambil memberi hormat. Tokoh kesatu dari Kong-tong-pay, Tang Siau-seng sejenak berusaha menenangkan diri lalu menyahut dengan tertawa nyaring, Kami yang rendah Kong-tong Su-lo dan siapakah tuan ini?" Tubuh orang berwajah buruk itu menggigil. Kedua tangan yang diangkat untuk memberi hormat tadi, dilepaskan ke bawah. Seketika serangkum angin tajam menyambar keempat jago Kong-tong. Kong-tong Su-lo terkejut melihat orang berwajah buruk itu bersikap bermusuhan. Mereka siap sedia untuk beramai-ramai menghadapinya. Tiba-tiba kepalan tangan orang yang berwajah buruk yang sudah siap dilontarkan itu ditarik kembali. Berputar tubuh ia meraung-raung dan lari menuruni gunung!

Keempat Kong-tong Su-lo terkejut heran. Siapakah gerangan orang berwajah buruk itu? Mengapa orang aneh itu hendak menerjang mereka? Tak mungkin keempat jago tua itu tak mampu mengetahui rahasia orang aneh itu. Karena setitikpun mereka tentu tak menyangka bahwa orang berwajah buruk itu ternyata hanya seorang bocah yang baru berumur 15 tahun. Ya, memang benar. Siau-lionglah yang menyaru sebagai orang tua berwajah seram itu.... 30 Karena melihat keempat orang tua itu lama sekali tegak dihadapan makam ayahnya, Siau-liong ingin tahu siapakah mereka itu. Ia segera mengenakan kedok dan pakaian peninggalan Koay-suhunya lalu melangkah keluar. Dikala mendapat jawaban bahwa mereka adalah Kong-tong Su-lo, seketika meluaplah amarah Siau-liong. Sedianya ia sudah mengerahkan tenaga-sakti Bu-kek-sinkang hendak menghabiskan mereka. Tetapi tiba-tiba matanya tertumbuk pada gunduk tanah makam ayahnya.... Seketika ia teringat akan pesan ayahnya yang disampaikan oleh Kong-sun Sin-tho. Terpaksa ia batalkan pukulannya. Untuk melampiaskan nafsu kemarahan yang telah membakar rongga dadanya, ia meraung-raung lari menuruni gunung.... : Mengapa ayahnya melarang ia menuntut balas kepada musuh yang telah membinasakanya? Tentu tersembunyi suatu rahasia dibalik larangan ayahnya itu. Ia memutuskan untuk turun gunung dan mengembara di dunia persilatan. Ia hendak mencari ibunya. Ia hendak meminta penjelasan kepada ibunya. Iapun hendak mencari Kong-tong Sin-tho, guru berbudi yang telah merawat dan mendidiknya selama belasan tahun. Ya, hanya dengan demikian baru ia dapat memecahkan rasa dendam kegelisahan yang selalu mencengkam hatinya. ---ooo0dw0ooo--GUNUNG HONGSAN terletak dihulu sungai Kim-set-kiang. Ombak sungai itu deras sekali sehingga tiada tukang perahu yang berani mengusahakan penyeberangan. Maka daerah perairan disitu jarang dikunjungi orang. 31 Berhari-hari Siau-liong menyusur tepi sungai. Jika lelah ia duduk di tepi sungai. Dikala ter-menung2 memandang deras arus sungai, pikirannya melayang. Ia teringat akan nasibnya, terkenang akan kehidupan manusia. Kehidupan tak ubah seperti arus sungai. Mengalir, terus mengalir tanpa mengetahui apa yang akan dihadapinya.... Apabila tiba pada lamunan itu maka berkesanlah ia pada suatu kesimpulan. Tanpa rintangan, air takkan mengerahkan kekuatannya. Tanpa aral rintangan, manusia takkan kuat lahirbatinnya.

Kesimpulan itu merupakan pelajaran berharga bagi Siauliong. Tiba-tiba ia mendengar derap kaki orang. Kemudian sesosok tubuh yang roboh ke tanah dan suara erang kesakilan. Datangnya dari dalam hutan tak jauh dari tempatnya. Cepat-cepat ia loncat bangun dan lari ke dalam hutan itu. Tak berapa lama ia melihat seorang gadis menggeletak di tanah. Disisinya terdapat sebilah pedang, Siau-liong cepat menghampiri. Baru saja ia menjemput pedang dan mengangkat tubuh gadis itu, tiba-tiba terdengar derap kaki orang berlari menghampiri. Ia duga mereka tentulah musuhmusuh yang hendak mengejar gadis itu. Tanpa ayal, ia membawa lari gadis itu. Kira-kira sepuluh li jauhnya, ia melihat sebuah biara kecil. Gadis itu pucat wajahnya dan pejamkan mata. Siau-liong tahu bahwa ia tentu menderita luka berat. Harus ditolong secepatnya. Cepat-cepat ia lari kebiara kecil itu. Ruang depan biara sempit sekali. Terpaksa Siau-liong menuju keruang belakang. Tetapi disitu pun tak cukup untuk 32 tempat orang dua. Apa boleh buat, Siau liohg letakkan gadis itu dipangkuannya. Selama ikut pada Kong-sun Sin-tho, selain ilmu silat.... Siau-liong pun mendapat pelajaran tentang ilmu pengobatan. Menurut pemeriksaannya, jalan darah gadis itu sudah tak normal lagi. Ia membekal pil mujarab tetapi ia kuatir pil itu tak dapat menyembuhkan si nona. Jalan satu-satunya untuk menyembuhkan nona itu. Penyaluran itu harus dilakukan empat kali. Setiap kali memerlukan waktu empat jam. Selama pengobatan berlangsung, tak boleh diganggu orang. Sedikit saja terganggu, nona itu pasti akan cacad seumur hidup. Bahkan bisa juga, keduanya mati semua! Demi menolong jiwa nona itu, Siau-Iiong tak menghiraukan segala resiko. Ia mengambil 9 butir pil, disusupkan kemulut si nona. Karena mulut nona itu terkancing, terpaksa Siau-liong tempelkan bibirnya kemulut si nona lalu meniup pil itu. Setelah berhasil memasukkan pil kemulut si nona, Siauliong mulai mengurut seluruh jalan darah ditubuh si nona. Untunglah dalam usianya yang sudah menjenjang kedewasaan itu, Siau-liong belum mengerti tentang hubungan wanita dan pria. Pokok, ia sungguh-sungguh dan wajar. Tak berapa lama, nona itu sadar. Ia menggeliat dan merintih pelahan. "Jangan takut, harap nona kerahkan semangat, Kubantu mengobati luka nona," buru-buru Siau-liong memberi penjelasan. Saat itu si nona masih letih sekali. Ia tak dapat bicara melainkan mendengus. Dan Siau-liong segera lekatkan kedua tangannya pada perut nona itu. Ia mulai menyalurkan tenaga

murni ke tubuh nona itu. 33 Karena peredaran darah nona itu tidak normal, maka Siauliong harus bekerja keras. Dua jam lamanya, baru ia berhasil dapat menggabungkan darah nona itu dengan tenaga murninya dan berhasillah ia mengembalikan peredaran darah si nona. Tiba-tiba nona itu menjerit, suatu tanda bahwa perasaannya sudah hidup kembali. Siau-liong makin memperkeras penyalurannya. Dua jam lagi barulah ia hentikan penyaluran. Saat itu hari mulai petang. Keadaan si nona bertambah baik. "Siapakah nama nona yang mulia?" kini Siau-liong mulai mengajak bicara. Dengan suara lemah, nona itu menyahut, Namaku Tiau Bok-kun, tuan siapa.... Siau-liong menyadari bahwa kini ibunya sudah muncul kembali di dunia persilatan. Jika ia memberitahukan namanya yang asli, dikuatirkan kesulitan yang tak diinginkan. Maka ia menjawab sekenanya, Namaku Kongsun Liong, panggil saja aku Siau-liong?" Dikala mereka asyik bercakap-cakap, tiba-tiba terdengar derap langkah orang berhenti dimuka biara. Siau-liong terkejut.... Ia memandang kepintu dengan penuh perhatian. Tak berapa lama, muncullah lima orang tua. yang empat, Siau-liong mengenali sebagai Kong-tong Su-lo. Tetapi yang seorang, ia tak tahu. Rupanya kelima orang itu habis melakukan pertempuran seru. Napas mereka terengah-engah, dahinya penuh keringat. Begitu masuk, mereka terus duduk bersemedhi. Rupanya 34 mereka hendak memulangkan tenaga untuk menghadapi musuh lagi. Saat itu hari makin malam. Siau-liong terkejut. Didapatinya peredaran darah nona itu yang sudah mulai berjalan normal. Tentulah nona itu terganggu pikirannya karena kedatangar kelima orang itu. Apabila dibiarkan jiwa nona itu pasti terancam. Buru-buru Siau-liong memberi isyarat supaya nona itu tenangkan pikiran. Sedang iapun segera menyalurkan tenaga murni lagi. Sejam kemudian, kelima orang tua itupun membuka mata. Dalam ruang yang gelap, tampak sinar mata mereka itu memancar tajam sekali. "Suheng, Tang Gun-liong yang terlempar ke dalam lembah Hok-liong-koh, tentu mati atau terluka berat. Tetapi entah siapa yang menolongnya dan membawanya kegunung Hongsan. Kini dia telah meninggal dan dikubur dipuncak Hong-san dan Siau-liong anaknya itu, entah berada dimana," kata Tang Siu-seng, jago kesatu dari Kong-tong Su-lo.

Orang tua kelima yang tak dikenal Siau-liong itu, kedengaran menjawab, Kalau Gun-liong sudah mati, anaknya tentu sudah mati juga." Karena Tang Siu-seng memanggil orang itu dengan sebutan suheng, Siau-liong menduga orang itu tentulah suhu dari ayahnya yang bernama Toh Hun-ki gelar Kian-thian-ihsoh! Dari nadanya, jelas bahwa Kian-thian-ih-soh Toh Hun-ki sama sekali tak berduka atas kematian Tang Gun-liong dan lenyapnya Siau-liong. Padahal Tang Gun-liong adalah murid pewarisnya. Seharusnya Toh Hun-ki menyelidiki atau sekurang-kurangnya berduka atas kematian sang murid. 35 Sesungguhnya Toh Hun ki bukan jahat. Adalah karena ia fanatik sekali terhadap gengsi maka ia meminta kematian Tang Gun-liong dan melukai isteri muridnya itu. Kong-tong-pay termasuk salah sebuah partai persilatan yang besar. Tyoa-sek Se-si Ki Ih, isteri Tang Gun-liong itu, berasal dari seberang laut. Wanita itu gemar membunuh sehingga menimbulkan bentrokan dengan partai-partai persilatan lain. Dan sebelum resmi menikah dengan Tang Gun-liong, ia sudah melahirkan anak. Sebagai ketua Kongtongpay, Toh Hun-ki malu terhadap perbuatan muridnya. Terpaksa ia membunuh Tang Gun-liong dan melukai isterinya. Siapa tahu, tindakan itu telah menimbulkan salah faham besar. Karena tak tahu persoalannya, sudah tentu Siau-liong mendendam sekali atas kematian ayahnya, Tetapi karena ayahnya telah memesan supaya ia jangan menuntut balas, Siau-liong tak mau meminta bertanggungan jawab partai Kong-tong-pay. Selang dua jam lamanya, Siau-liong hentikan penyaluran tenaga dalam. Ia menduga nona Tiau Bok-kun itu tentu hendak dibunuh Toh Hun-ki dan Su-lo dari Kong tong-pay. Ia tak tahu apa persoalannya tetapi yang jelas tokoh-tokoh Kong-tong-pay itu bertindak kejam terhadap seorang nona. Seketika meluaplah kemarahan Siau-liong terhadap partai itu. Hutang jiwa, bayar jiwa. Demikian ketetapan hatinya. Tetapi karena amarahnya meluap. darahnya bergolak keras. Maka sampai beberapa saat ia belum dapat melanjutkan pengobatannya kepada nona itu. Memandang kepintu muka, Siau-liong terkesiap kaget. Entah kapan, tahu-tahu diambang pintu muncul seorang lelaki bertubuh kurus kering. Raut wajahnya seperti muka kuda, 36 memelihara kuncir. Pakaiannya mirip paderi bukan paderi, orang biasa bukan orang biasa. Punggungnya menyanggul sebuah senjata. "Ho, ho," orang itu tertawa meloroh, Toh tua, lekas

serahkan barang yang hendak engkau jual itu. Ingat dibawah tangan Ki-su tiada makhluk yang bernyawa lagi!" Kian-thian-it-soh Toh Hun-ki tetap duduk tenang. "Setan tua, bukankah engkau Soh-beng Ki-su? Kalau engkau menghendaki jiwa, disini tersedia lima lembar. Tetapi kalau menginginkan barang penjualan, jangan mimpi!" Soh-beng Ki-su atau Pertapa pencabut nyawa tertawa kering, Jika tak mengingat engkau seorang ketua partai persilatan, tentu sudah kucabut nyawamu. Kalau tak mau menyerahkan barang itu, jangan salahkan aku seorang ganas!" Soh-beng Ki-su inilah yang telah membunuh Koay suhu atau Bu-kek-gong-mo. Siau-liong hendak menerjang keluar dan menghajar orang itu. Tetapi karena ia sedang menenangkan darahnya yang bergolak, terpaksa ia tahan sabar. Toh Hun-ki keempat Su-lo serempak bersiap-siap. Mereka merencanakan barisan Ngo-heng-tin untuk menghadapi tokoh ganas itu. Ngo-heng-tin, merupakan barisan yang rapat ketat, dahsyat dan sukar diduga gerak perobahannya. Di dalam menyerang, pun menjaga. Dalam bertahan, juga menyerang. Tetapi Toh Hun-ki dan keempat Su-lo bergerak, Soh-beng Ki-su sudah mendahului melesat dan mencengkeram Toh Hun 37 ki. Tetapi diapun kenal akan kehebatan barisan itu. Tiba-tiba cengkeramannya ditarik tengah jalan karena dia harus melindungi diri dari serangan kelima musuh, Dengan demikian, pertempuran berjalan seru dan dahsyat. Biara kecil itu seolah-olah tergetar karena angin pukulan mereka. Siau-liong terkejut ketika Tiau Bok-kun terdengar mengerang. Cepat-cepat didekapnya mulut si nona itu. Tetapi terlambat. Tokoh-tokoh yang bertempur telah mendengarnya. Soh-beng Ki-su loncat keluar dari kepungan, Ia tertawa aneh, Bagus Budak perempuan itu ternyata berada disini. Jika kalian tetap tak mau menyerahkan, tentu dia segera kubunuh. Mendapat separoh dulu, baru kita bicara lagi." Dengan menggerung keras, kelima tokoh Kong-tong-pay itu loncat berbaris dimuka biara, menghadang Soh-beng Ki-su. Tetapi dengan bertempur cara berhadap-hadapan itu, posisi kelima tokoh Kong-tong-pay itu lebih tak menguntungkan. Soh-beng Ki-su perdengarkan ketawanya yang mirip dengan burung hantu merintih-rintih ditengah malam. Tibatiba ia mengangkat kedua tinjunya. Tulang-tulang jarinya yang panjang runcing, mirip dengan cakar burung garuda. Sesaat terdengar suara mendesis-desis. Jari-jarinya seperti mengeluarkan asap dingin. Ternyata tokoh aneh itu telah mengerahkan ilmu tenaga dalam Pek-kut-kang. Secepat kilat ia menghantam kelima musuhnya.

"Dess.... kelima tokoh Kong-tong-pay serempak memukul untuk menangkis. Terjadi benturan tenaga dalam dan hasilnya segera dapat diketahui siapa yang lebih unggul. Soh-beng Kisu tetap tenang tetapi kelima jago Kong-tong-pay itu mengerang tertahan. Jelas mereka menderita tekanan yang hebat. 38 Tring, tring.... terdengar senjata berdering-dering. Kelima jago Kong-tong-pay telah mencabut pedangnya. "Bagus, bagus, hayo majulah semua!" Soh-beng Ki-su tertawa meringkik. Iapun mencabut senjata yang berada dipunggung. Orangnya aneh, senjatapun aneh. Mirip dengan cempuling, mirip pula dengan pisau terbang. Sekali dikibaskan, senjata meluncur ke udara. Dan sekali tangannya mengacung, senjata itupun meluncur kembali ke dalam tangannya. Pertempuran dengan senjata segera berlangsung seru. Untung mereka bertempur diluar, andaikata di dalam tentulah biara kecil itu akan ambruk. Saat itu hari mulai terang tanah. Karena sudah dua jam, Siau-liong hentikan penyaluran tenaga dalamnya. Ia menghela napas panjang Keadaan Tiau Bok-kun sudah banyak kemajuan. Ia hendak mengangkat kepala tetapi Siau-liong mencegahnya dan minta nona itu beristirahat lagi. "Toh tua, diruang depan ini sempit sekali. Hayo kita bertempur diluar saja.... Jika kalian menang, budak perempuan itu boleh kalian ambil separoh. Tetapi kalau kalah, hm, hm, lima lembar jiwamu pun menjadi milikku!" seru Sohbeng Ki-su. Kelima tokoh-tokoh Kong-tong-pay itu segera mengikuti Soh-beng Ki-su keluar. Karena masih memerlukan empat jam lagi, maka Siau-liong segera mulai menyalurkan tenaga dalam lagi. Karena sudah dapat menerima penyaluran, Tiau Bok-kun pun segera menyalurkannnya keseluruh tubuh. Dari sinar matahari yang menyusup dicelah-celah dinding. barulah Siau-liong melihat jelas muka gadis itu. Seorang nona yang memiliki wajah cantik dan riang. 39 Tiau Bok-kunpun sempat juga untuk memandang penolongnya. Seorang pemuda yang gagah dan jujur. Tibatiba sepasang pipi gadis itu kemerah-merahan dan cepat palingkan muka. "In-jin." beberapa saat kemudian Tiau Bok-kun dapat berseru pelahan. In-jin artinya orang yang melepas budi. "Nona Tiau," sahut Siau-liong. Hanya dua patah kata terluncur dari mulut kedua mudamudi itu. Namun sudah melebihi ribuan kata-kata yang penuh arti....

Setiba diluar, Soh-beng Ki-su bertempur lagi dengan kelima tokoh Kong-tong-pay. Gemerincing senjata beradu, mengejutkan kedua anak muda itu. Ia memandang keluar. Tampak kelima pedang bercampur-baur dengan sinar cempuling. Diam-diam Siau-liong menyesalkan cara bertempur dari kelima orang itu. Jelas kelima tokoh Kong-tong-pay itu kalah tinggi tenaga dalamnya dengan Soh-beng Ki-su, mengapa mereka berani mengadu kekerasan? Tiba-tiba Siau-liong teringat sesuatu dan bertanialah ia kepada Tiau Bok-kun, Benda apakah yang dikatakan oleh Soh-beng Ki-su itu?" Sekonyong-konyong nona itu mencekal tangan kiri Siauliong lalu dilekatkan kedada, ujar-nya, Rabahlah Giok-pwe ini.'" Ternyata nona itu menyimpan sebuah Giok-pwe atau Lencana-kumala didadanya. Menjamah dada si nona, jengahlah muka Siau-liong. Buru-buru ia menarik tangannya. "Untuk apakah benda itu?" tanyanya. 40 "Entahlah, aku sendiri tak mengerti. Tetapi yang jelas, separoh bagian kusimpan dan yang separoh bagian ada pada Toh Hun-ki. Maka mereka hendak merebut milikku ini!" "Kalau begitu, siapapun dari mereka yang menang, tak menguntungkan engkau?" Tiau Bok-kun hanya mendengus. "Siapakah yang melukai engkau?" tanya Siau-liong pula. "Soh-beng Ki-su.... Alangkah inginnya Siau-liong saat itu keluar untuk membunuh Soh-beng Ki-su, orang yang telah membunuh Koay suhu dan melukai nona itu. Tetapi ia tak dapat meninggalkan si nona begitu saja. Ia memandang keluar. Tokoh-tokoh itu masih bertempur gigih sekali. Tetapi jarak tempat pertempuran makin menjauh dari biara. "Mudah-mudahan mereka bertempur terus saja," diamdiam Siau-liong mengharap. Kini untuk yang terakhir, ia harus memberi penyaluran tenaga dalam lagi. Ketika memandang Tiau-Bok-kun, ia heran. Wajah nona itu tampak merah. Pada hal tadi sewaktu diberi penyaluran tenaga-dalam, wajahnya tak sedemikian merahnya. "Bagaimana lukamu?" tanya cemas. Tiau Bok-kun mendesis pelahan. Mengapa engkau, nona Tiau?" tanya Siau-liong. 41 Nona itu makin merah wajahnya dan tersipu-sipu tundukan kepala. "Kita.... laksana air bertemu telaga. Ini.... serunya pelahan dan tak lanjut.

"Ini bagaimana?" desak Siau-liong. Setelah lukanya berangsur baik, kesadaran nona itupun mulai kembali lagi. Duduk merapat dengan seorang pemuda yang tak dikenal, mau tak mau sebagai seorang gadis yang masih suci, Tiau Bok-kun merasa malu sekali. "Besok saja kuterangkan," sahut nona itu. "Tetapi apakah yang hendak engkau katakan?" Siau-liong mendesak lagi. Buru-buru Tiau Bok-kun melengos. Setelah cukup beristirahat, Siau-liongpun menyalurkan tenaga dalam lagi ke tubuh si nona. Penyaluran itu merupakan pengobatan yang terakhir. Karenanya merupakan detik-detik berbahaya. Tiba-tiba tokoh-tokoh yang bertempur tadi, terdengar diluar pintu biara lagi. Dengan pendengarannya yang tajam, Siauliong dapat memperhitungkan mereka tentu dapat bertempur sampai dua jam lagi. Tetapi ia menyadari bahwa setiap saat, pertempuran akan mengalami perobahan. Maka iapun tingkatkan kewaspadaan untuk menghadapi segala kemungkinan. Selama pertempuran berjalan seru, Tiau Bok-kun pun makin bertambah baik keadaannya. Wajahnya mulai berseri makin segar laksana kuntum mekar dihari pagi. 42 Tiba-tiba Siau-liong dikejutkan oleh sebuah jeritan ngeri. Ketika memandang keluar, dilihatnya sinar pedang mulai kacau-balau. Jelas bahwa tokoh-tokoh Kong-tong-pay itu sudah mulai terancam bahaya. Asal salah satu ada yang rubuh maka berantakan barisan mereka. Tring.... terdengar gemerincing senjata beradu keras. Serempak dengan letikan bunga api, sebuah pedang telah terpental jatuh ke dalam biara. Dari keempat Su-lo, yang dua jakni Lam-kek-sian dan Pakkekong sudah duduk bersemedhi di tanah. Tentulah mereka terluka. Yang masih bertahan tinggal dua orang Su-lo dan Toh Hun-ki. Dalam pada itu, Siau-liong masih memerlukan setengah jam lagi untuk menyalurkan tenaga dalam. Asal setengah jam itu dapat berlangsung tanpa gangguan, Tiau Bok kun pasti akan sembuh sama sekali. Tetapi kalau sampai terganggu, siasia sajalah jerih payahnya selama enam belas jam itu. Tiba-tiba terdengar sebuah jeritan ngeri lagi! "Celaka! Kong-tong-pay tinggal seorang saja.... Tentu tak dapat bertahan lagi," diam-diam Siau-liong mengeluh. Tempo amat berharga sekali. Buru-buru ia kerahkan seluruh tenaga dalam untuk mempercepat penyaluran tenaga dalamnya. Tetapi alangkah kejutnya ketika ia mendengar Sohbeng Ki-su tertawa nyaring.... Pada lain saat terdengarlah suara senjata jatuh bergerontangan disusul dengan suara orang menahan

kesakitan. 43 "Celaka, habislah sudah jerih payahku selama sehari semalam," Siau-liong mengeluh. Kiranya suara orang itu berasal dari Toh Hun-ki. Pedangnya terlepas dan dadanya menerima sebuah pukulan maka rubuhlah ketua Kong-tong-pay itu di tanah.... Melihat itu dengan teriakan mendengkung-dengkung macam katak, jari tangan Soh-beng Ki-su yang tajam mencengkeram Tohl Hun-ki.... Pada detik-detik maut hendak merenggut jiwa ketua Kangtongpay itu, sekonyong-konyong terdengar suara bentakan nyaring, Bangsat tua, lihat senjataku!" "Hai, apakah engkau bukan Coa-sik Se-si....!" Soh-beng Kisu berteriak kaget. Mendengar itu terkejutlah Siau-liong. Ingin sekali ia memanggil ibunya itu tetapi karena sedang mengobati si nona terpaksa ia tahankan hati. Memang pendatang itu adalah Ki Ih atau yang digelari orang sebagai Coa-sik Se-si (si cantik Se-si yang berbisa). "Ah, kiranya engkau belum pikun, Seharusnya engkau tahu bahwa kelima bangsat tua dari Kong-tong-pay itu adalah musuhku besar. Mengapa engkau berani lancang hendak membunuhnya? Biarkan mereka beristirahat memulihkan tenaga dulu baru nanti kujadikan setan2 tanpa kepala! Nah, selagi mereka beristirahat, marilah kita isi kekosongan ini untuk membereskan perhitungan kita tempo dahulu!" "Bagus, memang aku belum puas hanya mencabut lima Perempuan siluman, lihat seranganku!" seru Soh-beng Ki-su. 44 Sinar pedang berhamburan, angin menderu-deru. Pertempuran kali ini lebih dahsyat dari tadi, Kedua tokoh itu makin lama kian jauh dari biara dan akhirnya tiada kedengaran suaranya lagi. Saat itu Siau-liong berhasil menyelesaikan penyaluran tenaga dalam yang terakhir. Bergegas-gegas ia memberi pil kepada nona itu, Minumlah dan setelah beristirahat beberapa waktu, tenagamu tentu pulih.... Sampai jumpa lagi, selamat tinggal.... "In-jin....!" Tiau Bok-kun memanggil. Tetapi pemuda itu sudah lenyap. Berlinang-linang airmata nona itu. Ingin ia menyusul In-jin atau Penolongnya itu, tetapi tenaganya masih belum mengijinkan. Begitu keluar dari biara, Siau-liong tak menghiraukan kelima tokoh Kong-tong-pay yang masih duduk bersemedhi itu. Ia lari menuju ke arah tempat ibunya. Tetapi seratus li telah ditempuh, tetap ia tak berhasil menemukan ibunya dan Soh-beng Ki-su.

Dua hari lamanya Siau-liong berkeliran mencari ibunya. Karena lupa makan lupa tidur dan habis menyalurkan tenaga dalam kepada si nona, Siau-liong merasa letih sekali, Maka ketika tiba di kota Siok-ciu, ia segera mencari sebuah rumah makan. Rencananya, setelah makan ia hendak membeli pakaian baru. Suasana dalam kota terang-benderang, rumah dihias dengan lampu tenglong warna-warni. Jalan penuh orang pesiar. Ah, tiba-tiba ia teringat bahwa malam itu adalah malam Tiong-ciu atau pertengahan musim rontok. Rembulan purnama-sidhi. Rumah2 mengadakan sesaji dengan kuweh Tiong-jiu-pia. Tengah ia berjalan, serombongan anak2 laki 45 segera mengerumuni, menyoraki dan melempari tali serta menggodanya. Siok-ciu termasuk wilayah Su-jwan. Menurut adat kebiasaan daerah itu, pada malam Tiong-ciu anak-anak diberi kebebasan untuk bersuka-ria bahkan berkelahi. Mereka menggunakan tali dan bandringan. Benda itu berat tetapi tak melukai. Siau-liong menyambar seutas tali yang dilempar seorang anak. Anak itu segera menarik sekuat-kuatnya tetapi sampai mukanya merah padam dan menangis, tetap tak mampu. Karena hendak lekas-lekas melanjutkan perjalanan, Siau-liong lepaskan tali itu. Uh, uh.... bocah itu pontang-panting jatuh terjerembab. Kepalanya benjul terbentur tanah dan menangislah ia gerung-gerung. Melihat itu kawanan anak-anak nakal segera mengepung Siau-liong. Siau-liong jengkel. Kalau didiamkan mereka makin liar. Siau-liong tak mau cari perkara. Ia diam saja dan akhirnya anak2 itu kesal sendiri. Pada saat itu Siau-liong menyiak dua anak lalu menerobos keluar. Walaupun tak menggunakan tenaga tetapi gerakan Siau-liong itu membuat kedua anak terpelanting jatuh. Hu, hu, huuu.... menangislah mereka. "Tangkap penjahat! Tangkap penjahat!" hiruk-pikuk kawanan anak nakal itu berteriak-teriak sambil mengejar. Tetapi Siau-liong sudah jauh. Ia terhindar dari gangguan anak2 nakal tetapi ia gagal membeli makanan dan pakaian. Saat itu ia duduk disebuah batu dalam hutan. Sambil melepaskan lelah, ia mengusapusap lencana Tengkorak didadanya dengan menyeringai. 46 Lencana itu berasal dari leher Tengkorak yang berada dalam gua tempo hari. Siau-liong termenung-menung memikirkan nasibnya. Jika lain orang pada malam purnama itu duduk menikmati kuweh Tiong-ciu-pia, adalah dia duduk seorang diri dalam hutan!

Tetapi perutnya merintih-rintih minta isi. Memandang jauh kemuka, tampak dikaki gunung sebuah bangunan besar yang terang-benderang penerangannya. Segera ia menuju kesana. Tiba ditempat itu ia terkejut dan ragu2 memasuki. Papan nama yang tergantung pada pintu rumah itu bertuliskan Tayhudsi atau gereja Buddha besar. Pada kedua samping titian dihalaman gereja itu tampak empat orang lelaki berdiri tegak tanpa baju. Pada leher mereka melingkar kalung Lencana Tengkorak. Melihat mereka tak berbaju, hilanglah rasa malu Siau-liong yang bajunya compang camping. Tanpa banyak pikir, ia segera naik ketitian.... Sebenarnya keempat penjaga itu tentu melihatnya tetapi entah bagaimana mereka diam saja. Dan Siau-liong pun juga tak mempedulikan mereka. Ia terus melangkah ke dalam pintu. Di belakang pintu ternyata merupakan sebuah halaman luas. Ujung halaman terdapat sebuah bangunan gedung besar. Beratus-ratus orang memenuhi halaman dan gedung. Rupanya disitu sedang diselenggarakan perjamuan besar. Yang mengherankan Siau-liong ialah semua orang yang hadir disitu sama tidak mengenakan baju dan sama berkalung 47 lencana tengkorak. Pada umumnya mereka bertubuh kurus kering, celana kumal dan baunya busuk. Siau-liong tak menghiraukan siapa mereka. Paling penting ia hendak ikut duduk menyantap hidangan. Tiba-tiba dua lelaki pincang muncul. Dengan mencekal tongkat, mereka menghampiri Siau-liong. Muka mereka kotor, rambut kusut masai dan tubuh kurus sekali. Hanya kedua matanya yang bersinar tajam. Yang seorang kakinya kiri yang pincang. Yang seorang, kakinya kanan yang pincang. "Budak, darimana engkau?" tegur mereka. Siau-liong terkesiap. Tak tahu ia siapa mereka dan tempat apa itu. Dengan singkat ia menyahut, Hong-san!" Kedua lelaki pincang itu tertegun. Mata mereka berkilatkilat memandang Siau-liong, tanyanya pula, Hendak kemana?" "Mencari.... , " baru Siau-liong hendak mengatakan 'Mencari ibu', ia merasa kelepasan omong dan cepat mengganti dengan ucapan, Menuju ketempat tujuan." Kedua lelaki pincang itu terkesiap heran. Pertanyaan pertama, dijawab salah. Tetapi pertanyaan kedua dijawab betul. "Dari mana engkau mendapat petunjuk?" tanya mereka. "Dari dalam laut!" "Kapan susou-ya datang?" tanya mereka lagi. 48

Siau-liong sebal mendengar pertanyaan yang2 tiada artinya itu. Cepat ia menukas, Entah! Aku lapar, jangan bertanya lagi!" "Silahkan!" diluar dugaan kedua lelaki pincang itu berputar tubuh dan berjalan lebih dulu. Pucuk dicinta ulam tiba. Perut lapar, malah diundang makan. Demikian anggapan Siau-liong. Segera ia mengikuti kedua lelaki pincang itu menuju ke dalam gedung besar. Semua hadirin diam saja. Beratus-ratus mata mencurah ke arah Siau-liong. Tiba diujung ruangan kedua lelaki pincang itu berlutut didepan seorang tua yang rambut dan alisnya sudah putih semua. Jenggotnya yang berkilat-kilat seperti perak, menjulai sampai keperut. Tetapi wajahnya masih segar seperti kanak-kanak. "Seorang budak liar telah menyelundup dengan menyamar sebagai anggauta kita. Harap bapak ketua memeriksanya," kata lelaki yang pincang kaki kiri. Orang tua yang disebut bapak ketua atau pangcu itu, mendengus. Kedua lelaki pincang bangun dan berdiri disampingnya. Mata orang tua itu berkilat-kilat menatap Siau-liong. Akan tetapi ketika pandang matanya tertumbuk pada lencana Tengkorak yang melingkar dileher Siau-liong, ia terbeliak kaget! Serentak berbangkitlah ia pelahan-lahan. Dengan mencekal sebatang tongkat kumala hijau, ia menghampiri Siau-liong. Pemuda itu terkesiap. Orang tua itu ditaksir sudah 80 tahun umurnya tetapi masih gagah.... Tetapi mengapa sikapnya seperti bermusuhan? 49 Begitu dekat, orang tua itu segera putar tongkatnya. Seketika tubuh Siau-liong dikurung oleh ribuan sinar hijau kemilau. Seluruh hadirin terkejut. Mereka tak mengerti mengapa bapak ketua tiba-tiba menyerang seorang bocah liar dengan jurus sakti Ciong-lo-ban-jio? Semula Siau-liong terkejut. Tetapi diam-diam ia merasa agak paham juga tentang jurus serangan itu. Dalam taburan hujan sinar tongkat, ia dapat mengetahui dimana letak kelemahannya. Maka bergeraklah ia dengan langkah yang aneh dan tahu2 ia sudah menerobos keluar dari lingkaran sinar tongkat. Pak tua itu tertegun sejenak. Tetapi pada lain saat ia lancarkan lagi dua buah serangan dahsyat. Tetapi lagi-lagi Siau-liong dapat meloloskan diri. Kini sekalian hadirin benar-benar terperanjat. Setelah tiga kali serangannya gagal, tiba-tiba pak tua itu membungkuk badan memberi hormat kepada Siau-liong. Kemudian mempersilahkannya masuk ke dalam ruangan besar.

Tiba-tiba orang tua itu mengacungkan tongkat kumala ke atas dan serempak sekalian hadirin berlutut dengan khidmat. "Cousu-ya telah datang! Dirgahayu! Dirgahayu!" teriak orang tua itu dengan nyaring. "Dirgahayu! Semoga panjang usia!" bergemuruhlah ruang gedung dan halaman menyambut pernyataan pak tua itu. Tiba-tiba pak tua itu berlutut di tanah. Suasana hening seketika. Tiada seorangpun yang berani mengangkat muka. 50 Sambil mencekal tongkat kumaia dengan kedua tangan, pak tua itu berseru pula, Ketua partai Kay-pang dari Kanglam, Pengemis-jenggot-perak To Kiu-kong serta seluruh anak murid, mohon maaf karena tak mengetahui akan kunjungan causu-ya!" Diperlakukan sedemikian hormat dan disebut-sebut sebagai causu-ya atau kakek guru, bukan kepalang kejut Siau-liong. Masakan dirinya dianggap sebagai causu dari Kay-pang atau partai kaum pengemis! Namun sia-sialah Siau-liong hendak memberi penjelasan. Mereka tentu tak percaya. Apa boleh buat, terpaksa ia berseru, Bangunlah! Bangunlah!" Pengemis-jenggot-perak To Kiu-kong ternyata ketua partai Kay-pang cabang Kanglam Dia memberi hormat lalu bangun. Ia mengumumkan kepada hadirin bahwa Cousu-ya dari partai Kay-pang yang sudah berpuluh tahun tak muncul, sekarang berkunjung kesitu. Seketika terdengar sambutan para hadirin, bersorak dengan gegap gempita.... Tetapi diam-diam mereka kurang yakin. Benarkah sousu-ya dari partai Kay-pang yang disohorkan sakti itu hanya seorang pemuda yang baru berumur belasan tahun? Perjamuan berjalan terus. Pengemis-jenggot-perak duduk menemani Siau-liong. Kedua pengemis pincang tadipun diperkenalkan kepada Siau-liong. Yang pincang kakinya kiri bernama Tio Thou bergelar Thiat-koay-co atau Tongkat-besikiri. Sedang yang pincang kakinya kanan bernama Li Ji gelar Thiat-koay-yu atau Tongkat-besi-kanan. Keduanya menjabat pengurus besar partai Kay-pang wilayah Kanglam. 51 Selesai perjamuan, To Kiu-kong menuturkan keadaan dan pergolakan dunia persilatan selama ini. Terutama hal perkembangan partai Kay-pang. Kay-pang termasuk Ceng-pay atau partai golongan Putih. Merupakan sebuah partai yang kemasyhurannya sejajar dengan lain-lain partai persilatan. Kay-pang didirikan oleh Kiu-ci-sin-kay atau Pengemis-saktijarisembilan Ang Jit-kong pada akhir ahala Song. Tetapi kemudian partai itu pecah menjadi dua. Yang satu didaerah

selatan dan menamakan diri sebagai Kanglam Kay-pang. Yang satu didaerah utara dengan nama Kangpak Kay-pang. Kedua partay Kay-pang itu bentrok dan saling bermusuhan. Akhirnya dicapai persetujuan, mengajukan calon ketua. Tiap tiga tahun bertemu dipuncak Lok-gan-hong gunung Hoasan, untuk bertanding memperebutkan kedudukan ketua Kay-pang dari Kanglam dan Kangpak. Yang kalah harus tunduk pada perintahnya. Tokoh pertama yang menjabat sebagai ketua Kanglam Kaypang adalah Song Thian-kun bergelar Ko-lo-sin-kay atau Pengemis Tengkorak-sakti. Dalam pertandingan di Hoasan, dia berhasil mengalahkan calon dari Kangpak Kay-pang yang bernama Yong Jim. Gelar Tengkorak-sakti itu diberikan kepada Song Thian-kun karena tubuhnya yang kurus kering seperti tulang terbungkus kulit. Setelah menjabat ketua umum kedua golongan partay Kay-pang itu, ia membuat lencana tengkorak sebagai tanda pengenal diri. Lencana pengenal itu diperuntukkan apabila ia mengeluarkan pengumuman, memanggil rapat, memanggil seorang pengurus partai dan lain-lain yang menyangkut kepentingan organisasi Kay-pang. 52 Berkat kesaktiannya, Song Thian-kun telah berhasil tiga kali mengalahkan calon dari Kangpak Kay-pang. Dengan begitu, ia dapat menjabat sebagai ketua umum selama 9 tahun. Pada tahun kedua dalam jabatannya yang ketiga kali sebagai ketua umum partai Kay-pang, di dunia persilatan muncullah lima orang durjana besar. Dunia persilatan menggelari mereka dengan istilah singkat: Thian, Te, Liong, Hou dan Bu-kek-gong-mo. Mereka berlima memusuhi partai2 persilatan yang ternama. "Huh, partai2 persilatan yang membanggakan diri sebagai golongan Putih itu tak lain tak bukan hanya gerombolan manusia2 busuk!" demikian ejekan yang dilontarkan kelima durjana itu. Pada saat partai2 besar sedang kewalahan menghadapi gangguan keempat durjana Thian, Te, Liong, Hou, tiba-tiba muncul pula Bu-kek-gong-mo atau si Pendekar Laknat! Pendekar Laknat ini lebih gila lagi. Dia gemar membunuh. Jiwa manusia dianggap seperti jiwa ayam saja. Oleh karena tak mampu mengatasi, akhirnya partai2 besar itu tak mampu bertindak lagi. Mereka menutup diri, masing-masing menjaga keselamatan tempatnya sendiri2. Hanya Pengemis Tengkorak-sakti Song Thay-kun satusatunya tokoh yang berani menentang kawanan durjana ganas itu. Ia mencari Pendekar Laknat dan bertempur selama tiga hari tiga malam. Tetapi tetap tak ada yang menang dan kalah. Keunggulan Pendekar Laknat terletak pada ilmu tenagasakti

Bu-kek-sin-kang. Sedang keistimewaan Pengemis 53 tengkorak-sakti pada ilmu pukulan Thay-siang-ciang yang sakti. Akhirnya karena agak lengah, Pengemis Tengkorak-sakti tersapu oleh sebuah pukulan Pendekar Laknat. Tetapi durjana itupun terhunjam sebuah hantaman dari Pengemis Tengkoraksakti. Kedua-duanya sama-sama terluka parah! Sejak itu Pengemis Tengkorak-sakti Song Thay-kun melenyapkan diri.... Sedang Pendekar Laknat kabarnya pun dikeroyok oleh keempat durjana Thian, Te, Liong, Hou. Tetapi keempat durjana itu gagal membunuh Pendekar Laknat. Mereka menderita luka dan menyembunyikan diri. Demi mengenangkan jasa Pengemis Tengkorak-sakti. Song Thay-kun, partai Kay-pang wilayah Kanglam telah menyempurnakan susunan organisasinya. Menurut tinggi rendahnya kedudukan, Setiap anggauta mengenakan lencana Tengkorak yang bentuknya berlainan. Menentukan sandi2 pertanyaan rahasia untuk menghadapi orang yang tak dikenal. Sandi pertanyaan itu diajukan kedua pengemis pincang tadi ketika menyambul Siau-liong. Dan pada saat melihat anak itu berkalung lencana tengkorak, To Kiu-kong segera mengenalinya, sebagai benda keramat peninggalan Pengemis Tengkorak-sakti Song Thay-kun. Kemudian untuk menguji benarkah anak itu murid pewaris dari Song Thay-kun maka To Kiu-kong telah gunakan jurus Ciong-lo-ban-jio menyerangnya........ Lenyapnya Pengemis Tengkorak-sakti Song Thay-kun dari dunia persilatan, ikut hilang pula ilmu pukulan sakti Thaysiangciang yang menjadi kebanggaan partai Kay-pang di Kanglam. Kini hanya tinggal ilmu tongkat Ji-thau-ciang hwat saja yang turun temurun diajarkan dikalangan anak murid Kay-pang. 54 Jurus Ciong-lo-ban-jio atau Ribuan-gajah-menginjak, merupakan jurus yang paling istimewa dalam ilmu tongkat Jithauciang-hwat atau Pengemis-minta-tongkat. Tetapi jurus itu masih kalah unggul dengan jurus Thay-siang-bu-kek, salah satu jurus dari pukulan sakti Thay-siang-ciang. Maka tadi begitu diserang, Siau-liong segera tahu gerakan lawan dan terus gunakan jurus Thay-siang-bu-kek. Dengan mudah ia dapat menghindari ketiga buah serangan To Kiukong. Pada saat itulah Pengemis-jenggot-perak To Kiu-kong baru benar-benar memastikan bahwa Siau-liong adalah pewaris dari cousu-ya Kay-pang. Dengan begitu berarti Pengemis Tengkorak-sakti Song-thay-kun muncul kembali. Girang To Kiu-kong sukar dilukiskan! Tahun ini Hoasan akan dilangsungkan pertandingan untuk

merebut kedudukan Ketua Umum Kay-pang. Maka berkumpullah seluruh tokoh-tokoh penting dari murid2 Kaypang didaerah Kanglam. Mereka hendak merundingkan dan menentukan jago yang hendak diajukan ke Hoasan. Untuk menghadang penyelundupan orang luar maka setiap anggauta yang datang harus buka baju dan mengenakan kalung berlencana tengkorak. Demikian To Kiu-kong mengakhiri penuturannya. Saat itu Siau-liong benar-benar tercengkam oleh berbagai perasaan. Heran, terkejut, girang, sedih, cemas campur-aduk memenuhi rongga kalbunya. Dia menjadi pewaris dari Pengemis Tengkorak-sakti Song Thian-kun. Tetapi pun menjadi murid dari Koay suhu atau si 55 Pendekar Laknat. Padahal kedua tokoh itu semasa hidupnya, saling bermusuhan. Diapun ternyata putera dari si wanita cantik Ki Ih yang dimusuhi oleh partay-partai persilatan. Lalu sebagai pewaris Pengemis Tengkorak sakti Song Thay-kun, dia dianggap sebagai ketua partai Kay-pang daerah Kanglam. Ia bersahabat dengan partai2 persilatan dan bermusuhan dengan partai Kaypang daerah Kangpak. Tetapi sebagai murid dari Pendekar Laknat dan putera dari Ki Ih, ia harus memusuhi semua manusia di dunia! Ah, bagaimanakah ia harus bertindak....? Kepada orang2 Kay-pang, ia mengaku bernama Kongsun Liong. Ia menuturkan juga pengalamannya masuk ke dalam perut bumi dan memperoleh ilmu pukulan sakti Thay-siangciang.... Hanya mengenai pertemuannya dengan Koay suhu si Pendekar Laknat, ia tak menceritakan kepada mereka. Kini sekalian anggauta Kay-pang menyadari bahwa ketua mereka yang sakti Pengemis Tengkorak-sakti Song Thian-kun sudah meninggal. Dan percaya pula bahwa pemuda itu memang benar-benar menerima ilmu warisan dari Song Thaykun. Dengan demikian partai Kay-pang daerah Kang-lam akan jaya kembali. Mereka telah memperoleh pengganti ketua yang baru! Sejak ber-tahun2 belum pernah pesta pertemuan anggauta Kay-pang wilayah Kanglam, semeriah dan segembira seperti saat itu. Hiruk-pikuk kegembiraan berkumandang jauh sampai diluar biara.... Sekonyong-konyong dari luar pintu biara terdengar sebuah tertawa gemercik. Sebuah nada yang berciri khas tersendiri. 56 "Ah, dia datang," To Tiu-kong tertawa. "Siapa?" tanya Siau-liong. "Salah seorang anggauta pengurus besar partai kita Siaukay To Tay-tong."

Siau-kay atau Pengemis tertawa Tio Tay-tong melangkah masuk dan memberi hormat kepada To Kiu-kong lalu tiba-tiba berseru, Dunia kacau! Dunia kacau balau." "Memang kuduga engkau membawa berita luar biasa. Hayo, cepat beri hormat kepada cousu-ya dulu!" seru To Kuikong. Memandang Siau-liong, Pengemis-tertawa itu terbeliak. Tetapi ketika melihat lencana tengkorak didada Siau-liong, cepat ia berlutut memberi hormat. Siau-liong merasa kikuk. Ia minta jangan dipanggil Cousuya atau kakek guru. Tetapi To Kiu-kong mengatakan bahwa sebutan itu memang diberikan kepada mendiang Pengemis Tengkorak-sakti. Karena Siau-liong dianggap sebagai penggantinya maka harus menerima sebutan itu. Kemudian To Kiu-kong minta penjelasan kepada Pengemistertawa, Apa maksudmu. mengatakan dunia kacau-balau tadi?" Pengemis-tertawa Tio Tay-tong tertawa nyaring sekali, sahutnya, Dengan munculnya Cousu-ya, pasti akan lebih ramai lagi!" "Lekas katakanlah!" tukas To Kiu-kong. 57 "Semua dedongkot2 persilatan sama muncul lagi. Dunia persilatan pasti akan dilanda banjir darah pula! Bukankah dunia kacau-balau?" seru Pengemis-tertawa itu. Sekalian orang terperanjat. Bahkan ada yang menggigil gemetar. "Konon kabarnya si Cantik-beracun Ki Ih muncul didaerah Siok-ciu. Kelima durjana besar pada jaman 20-an tahun berselang yakni Thian, Te, Liong, Hou dan Pendekar Laknat muncul lagi. Kay-se Thian-mo dan Te-gak Lo-sat kabarnya tampakkan diri digunung Thian-san. Keng-san Siat-liong dan Hou-pik Kau-hun, unjuk diri di Se-pak. Lalu Pendekar Laknat timbul digunung Hoa-san. Menurut kabar, begitu muncul Pendekar Laknat dengan dua kali pukulan saja telah menghancurkan belasan tokoh2 lihay. Coba katakanlah, apakah dunia takkan kacau-balau?" "Hongsan? Bukankah Cousu-ya juga datang dari gunung itu? Apakah cousu-ya mengetahui hal itu?" tanya To Kiu-kong kepada Siau-liong. "Hal ini.... karena hampir setahun aku berada dibawah gunung maka tak pernah kudengar apa2," jawab Siau-liong. Suasana perjamuan yang gembira-ria, mendadak berobah menjadi tegang regang, cemas gelisah. Tengah sekalian orang gelisah, tiba-tiba di udara menggema lagi sebuah tertawa gelak2 yang amat nyaring. Sekalian orang terkejut. Mereka memandang kesekeliling penjuru tetapi tak tampak suatu apa. Siau-liong dan beberapa tokoh Kay-pang segera melangkah keluar.

58 Dibawah sinar bulan purnama, tampak seorang aneh berdiri di atas puncak rumah. Orang itu mengenakan pakaian warna biru. Mukanya ditutup kain selubung hitam. Siau-liong cepat loncat kewuwungan disusul To Kiu-kong, Pengemis-tertawa, Tongkat-besi-kiri Tio Thau, Tongkat-besikanan Li Ji dan lain-lain. Siau-liong terkejut melihat pendatang yang serba misterius itu. Pada saat ia hendak menegur, tiba-tiba orang aneh itu sudah lancarkan dua buah pukulan kepadanya. Tangan kiri memukul dengan jurus Toh-beng-han-kong atau Sinar-dinginmerenggutnyawa. Tangan kanan menghantam dengan jurus Kian-gun-it-biat atau pukulan Panglebur-jagad! Siau-liong terpaksa mundur selangkah, Melihat serangan itu begitu hebat, ia duga orang itu tentu bukan tokoh sembarangan. Ingin ia menyapa tetapi kembali orang itu menyerangnya lagi. Dua buah tangannya susul menyusul melontarkan hantaman dengan jurus yang aneh dan dahsyat. Dalam sekejab saja, sembilan buah pukulan berantai dan enam buah tendangan, telah diserangkan. Siau-liong tak sempat bertanya lagi. Ia mengkal sekali kepada keberandalan orang itu. Segera ia balas menyerang dengan ilmu pukulan Gun-go-ciang ajaran gurunya Kongsun Sin-to yang terdiri dari 36 jurus. Namun orang misterius itu memiliki kelincahan yang mengagumkan sekali. Jurus2 pukulannya sangat aneh, penuh perobahan yang sukar diduga. Baru lebih kurang sejam dinobatkan sebagai ketua Kaypang, Siau-liong sudah mendapat ujian berat. Diam-diam ia mengagumi kesaktian orang itu. 59 Tetapi diam-diam ia malu terhadap anak buah Kay-pang karena sudah bertempur 100 jurus masih belum dapat mengalahkan lawan. Rasa malu itu membangkitkan kemarahan Siau-liong.... ---ooo0dw0ooo--Jilid 02 Kilat Lawan Tengkorak TO KIU-KONG terkesiap. Dahulu ilmu pukulan Thay-siangciang yang dimainkan mendiang Pengemis Tengkorak, tidaklah sedahsyat yang dilancarkan Siau-liong saat itu. Tetapi kesaktian orang berkerudung itupun bukan olaholah. Memang pada saat menghadapi taburan Thay-lo-kimkongciang, ia terhuyung-huyung mundur sampai tiga langkah. Tetapi setelah itu, ia loncat menerjang maju lagi. Siau-liong marah. Cepat ia melambung ke udara. Setelah berputar-putar, ia menukik dan siap lancarkan jurus kedua: Siu-lo-pan-cha.

Ketika melihat sepasang telapak tangan Siau-liong berkilat2 merah, To Kiu-kong dan kawan-kawannya memekik kaget: Bu-kek-sin-kang! Sebenarnya Siau-liong tak mau menggunakan ilmu pukulan Bu-kek-sin-kang itu. Karena hal itu akan mengakibatkan dirinya diketahui orang. Tetapi karena musuh terlampau sakti, terpaksa ia mengeluarkan pukulan tenaga-sakti itu. To Kiu-kong terkejut. Ia duga orang berkerudung itu tentu hancur. Tetapi diluar dugaan orang misterius itu malah 60 tertawa melengking menghindar kesamping dan menyongsong pukulan Siau-liong dari samping. Dess.... kembali terjadi benturan antara tenaga-sakti keras lawan tenaga-sakti lunak. Dan pukulan Siau-liong itupun buyar.... Siau-liong makin heran. Alangkah hebatnya kepandaian orang itu! Diam-diam Siau-liong seperti pernah mengenal ketawa dan gerak-gerik orang itu. Tetapi entah dimana, ia lupa. Dan yang terutama membuat Siau-liong terpukau ialah tenaga-lunak yang dimiliki orang itu. Benar-benar ia belum pernah menyaksikan. To Kiu-kong dan rombongannya terkejut karena melihat Siau-liong tertegun diam. Tetapi sebelum mereka bertindak, orang aneh itu sudah buang diri berjumpalitan beberapa tombak ke belakang. Kemudian dengan tiga kali locatan, ia sudah lolos. Siau-liong cepat mengejar. To Kiu-kong gelagapan. Sungguh berbahaya membiarkan ketua mereka mengejar seorang diri. Segera ia ajak anak buahnya menyusul. Tetapi walaupun menyusup hutan melintasi gunung, mereka tak dapat menemukan ketua mereka dan orang aneh itu. Tiba-tiba dari arah tenggara terdengar suitan nyaring. To Kiu-kong dan anak buahnya segera menuju kesana. Mereka tiba di sebuah kuil kecil dipinggir kaki gunung. Sekelilingnya penuh pohon cemara dan hutan bambu. Rakyat menamakan Thing-si-poh atau kuil Penyimpan Peti-mati. Suitan tadi jelas berasal dari kuil itu. Saat itu rembulan sudah condong kebarat. Suasana disekeliling kuil, amat seram. Bahkan seorang jago sakti seperti To Kiu-kong, diam-diam pun menggigil dalam hati. 61 Tetapi rasa seram itu segera lenyap ketika menyadari bahwa suitan nyaring tadi jelas tentu dari jago silat yang memiliki lwekang sakti. To Kiu-kong segera menghampiri kuil itu. Dan ketika mengintai ke dalam kuil, hampir saja To Kiukong dan anak buahnya terkejut pingsan.... Soh-beng Ki-su yang berwajah seperti mayat, tengah berputar-putar diantara peti mati karena hendak menerkam si dara cantik Tiau Bokkun!

Dalam ruang kuil itu terdapat tak kurang dari 200 buah peti mati. Tiau Bok-kun termasyhur memiliki ilmu meringankan tubuh yang sakti. Karena itu kaum persilatan menyanjungnya dengan gelar Dewi Kilat. Entah bagaimana mulanya Tiau Bok-kun dikejar-kejar Sohbeng Ki-su dalam kuil situ. Untung berkat ginkangnya yang sakti, nona itu dapat berlincahan menyelundup diantara selasela peti-mati sehingga Soh beng Ki-su meraung-raung seperti singa kelaparan. Seharusnya To Kiu kong tak dapat berpeluk tangan mengawasi nona itu diancam Soh-beng Ki-su yang termasyhur sebagai Hwat-giam-lo-ong atau Giam-lo-ong hidup (Raja Akhirat). Tetapi ketua Kay-pang itupun menyadari bahwa jika sekali pukul tak dapat membinasakan Soh-beng Ki-su, akibatnya berbahaya. Kay-pang tentu akan tambah mendapat seorang musuh yang ganas. Tampak Soh-beng Ki-su mengamuk sekali. Kesepuluh jarinya yang runcing macam cakar garuda, mendesis-desis mengeluarkan asap Pek-kut-kang atau ilmu sakti Tulang-putih mulai dilancarkan! Dibawah taburan ilmu-sakti Pek-kut-kang itulah dahulu Tiau Bok-kun pernah menderita luka. Untung pada waktu itu ia ketemu dan ditolong Siau-liong. 62 Seketika pucatlah wajah Tiau Bok-kun. Cress.... tiba-tiba Soh beng Ki-su mencengkeram. Dan serempak dengan itu, To Kiu-kong dan Pengemis Tertawa segera hendak loncat menerjang untuk menolong Tiau Bokkun. Tetapi, uh.... terpaksa mereka hentikan gerakannya.' Ternyata cengkeraman Soh-beng Ki-su itu tidak ditujukan pada Tiau Bok-kun tetapi kesebuah peti-mati yang berada di samping kanannya. Krak.... kayu penutup peti hancur lebur beterbangan keempat penjuru.... Kiranya tujuan Soh-beng Ki-su hanya hendak memamerkan betapa dahsyat tenaga cengkeramannya itu agar si nona menyerah saja. Demikian dugaan To Kiu-kong. Tetapi ternyata dugaan itu meleset. Setelah menghancurkan tutup peti, jari Soh-beng Ki-su tetap memancarkan aliran tenaga-sakti ke dalam peti. Tibatiba mayat dalam peti itu pun bangun. Dalam kuil di tengah hutan dengan berisi 200 buah peti mati, sudah cukup membuat nyali copot. Apalagi sesosok mayat dapat bangun dan duduk. To Kiu-kong dan Pengemis Tertawa hampir jatuh kelenger.... Karena takutnya Tiau Bok-kun menjerit. Tetapi karena Sohbeng Ki-su menghadang dimuka, terpaksa ia menyelinap mundur ke belakang dua buah peti mati. Soh-beng Ki-su mengangkat tangan dan tengkorak itupun berdiri lalu loncat keluar dari peti matinya.

Hai! Adakah Soh-beng Ki-su memiliki ilmu sihir? 63 Tidak! Ilmu itu disebut tenaga-sakti Pek-kut-kang atau ilmu Tulang Putih. Ilmu tersebut didasarkan pada latihan menyedot hawa phosporus mayat-mayat yang sudah menjadi tengkorak. Dengan latihan itu dapatlah Soh beng Ki-su menggerakkan mayat dan diperintah menurut sekehendak hatinya. Antara lain disuruh bersilat dan menyerang orang! Berturut-turut Soh-beng Ki-su menghidupkan tengkorak2 lalu diperintahkannya mengepung Tiau Bok-kun. Diantara mayat2 yang dihidupkan itu, terdapat beberapa kerangka tengkorak yang masih belum hancur dagingnya. Selain ujutnya mengerikan, pun baunya bukan alang kepalang.... Tiau Bok-kun menggigil. Gerahamnya berkerenyut keras. Sambil kepalkan tinju dan memegang pedang erat-erat, ia bersiap-siap. Setelah menghidupkan tengkorak2 itu, Soh-beng Ki-su pun segera berseru memberi perintah. Sesosok tengkorak segera mainkan kedua tulang tangannya menyerang Tiau Bok-kun. Nona itu tak gentar. Ia mainkan pedangnya dalam jurus Angin-puyuh. Tetapi pada saat sepasang tulang lengan tengkorak itu akan tertabas, tiba-tiba Soh-beng Ki-su gerakkan tangan kiri dan berseru memberi komando, Si-heng pianyap.... Tengkorak disebelah kiri yang kerat dagingnya masih melekat, segera menyerang Tiau Bok-kun. Bau busuk berhamburan memenuhi ruang. Hebat dan ngeri sekali! Dibawah perintah gerakan tangan Soh-beng Ki-su, tengkorak yang masih berdaging itu dapat menyerang dengan ilmu pukulan Pek-kut-kang yang hebat. Nona itu tak keburu menangkis. Untung ia memiliki ginkang yang hebat dan otak yang tajam, Sekonyong konyog ia 64 bertekuk tubuh ke belakang sampai punggung mendatar dengan tanah. Pedang dilintangkan untuk menjaga tubuh. Kemudian dengan menjaga tubuh. Kemudian dengan sebuah gerakan yang luar biasa, ia melenting kemuka dan menerobos kepungan, melalui celah dua sosok tengkorak. Tetapi usaha nona itu tak banyak menolong. Hanya beberapa detik ia dapat bernapas legah atau ia terkejut karena dapatkan dibelakangnya itu merupakan dinding kuil. Tak mungkin ia dapat loncat mundur lagi. Sedang kelima tengkorak itu hanya dengan dua tiga kali loncatan, sudah berjajar menghadang Tiau Bok-kun. Walaupun tengkoraktengkorak itu sudah tak bermata lagi tetapi muka mereka yang tertuju kepada si nona, tak ubah seperti orang yang dapat melihat. Pada saat Tiau Bok-kun sedang terpojok, Soh beng Ki-su pun giat menghancurkan tutup beberapa peti-mati lagi.

Berpuluh-puluh tengkorak loncat keluar dari peti masingmasing. Ada yang mukanya hancur tetapi hidungnya complong tetapi mulut masih melekat dengan jenggot yang memanjang lebat. Pendek kata, barang siapa menyaksikan pemandangan saat itu, tentu akan pingsan atau mati kaku! Berpuluh-puluh mayat dan tengkorak yang tak keruan ujutnya itu, berkerumun mengepung Tiau Bok-kun. Betapapun hebat ilmu ginkang nona itu, namun kiranya tak mungkin ia mampu lolos dari kepungan barisan Si-mo-tin atau barisan Tengk-rak itu. To Kiu-kong dan Pengemis Tertawa mempunyai rencana sama. Satu2nya jalan untuk menolong si nona. hanyalah dengan meringkus Soh-beng Ki-su. 65 Namun keduanya menyadari bahwa sekalipun keduanya maju serempak, belum tentu dapat mengalahkan Soh-beng Kisu. To Kiu-kong dan Pengemis Tertawa benar-benar tersiksa batinnya. Tidak menolong, tak sampai hati. Namun menolong pun belum tentu berhasil. Dan kegagalan itu berakibat besar bagi partai Kay-pang. Namun dapatkah mereka hanya berpeluk tangan saja? Ah, perbuatan itu berlawanan dengan jiwa seorang ksatrya! Tetapi sebelum keduanya bertindak, tiba-tiba lima sosok bayangan melayang masuk dari atas tembok dan berjajar di belakang Soh-beng Ki-su. Mereka bukan lain adalah ketua Kong tong-pay To Hun-ki dan keempat Kong-tong Su-lo. Serentak Soh-beng Ki-su berputar tubuh, Oho, disurga terbentang jalan lebar, kamu malah pilih masuk ke Neraka. Bangsat tua, serahkan jiwamu!" Soh-beng Ki-su atau Pertapa Pencabut-nyawa itu gerakkan sepasang jari tangannya yang runcing. 8eketika ribuan cakar putih berhamburan ke arah kelima tokoh partai Kong-tong-pay itu. Kui-ing-tong-tong atau Bayangan-setan-lalu-lalang, demikian jurus yang dimainkan pertapa gila itu. Tiau Bok-kun tak mau men-sia2kan kesempatan sebagus itu. Pada saat Soh-beng Ki-su sibuk menghadapi kelima tokoh Kong-tong-pay, nona itu segera mainkan pedang dalam jurus Sip-hong-sip-u atau Sepuluh-angin-sepuluh-hujan untuk membobol kepungan barisan tengkorak yang tak berkomando. Tetapi gerak gerik nona itu tak luput dari pengawasan sipertapa ganas. Seperti tumbuh mata pada punggungnya, 66 Soh-beng Ki-su segera memberi perintah kepada barisan Tengkorak, Cui-si-kui-gok." Mendengar perintah Cui-si-kui-gok atau Mayat hancur-iblismenangis itu, barisan Tengkorak segera menyerbu Tiau Bokkun lagi. Dan anehnya, tengkorak yang mempelopori penyerangan itu dapat menghindar apabila Tiau Bok-kun

menabasnya. Mereka tetap merangsang maju. Tiau Bok-kun makin gugup. Ia mainkan jurus Hong-u-putthou atau tak-tembus-hujan-angin untuk melindungi diri.... Dalam pada itu To Hun-ki dan keempat Su-lo, dengan susah payah dapat menghindari serangan pertapa ganas itu. Tetapi belum sempat balas menyerang, Soh-beng Ki-su sudah menyerangnya sambil memberi komando kepada barisan Tengkorak. Tetapi karena perhatiannya agak terpecah dalam memberi komando dan menyerang sendiri, mala berkuranglah kedahsyatan serangan barisan Tengkorak maupun Soh-beng Ki-su sendiri. Dengan begitu Tiau Bok-kun dapat bertahan beberapa saat. Seperti telah dituturkan dibagian muka, pada saat menghadapi siwanita cantik Ki Ih, Soh-beng Ki-su terpaksa mundur dan melarikan diri ke dalam kuil itu. Sebenarnya ia hendak mempersiapkan barisan Tengkorak untuk membunuh wanita itu. Tetapi tak ter-duga2, Tiau--Bok-kun melangkah masuk. Melihat itu iapun terus menerkam si nona.... Mendiang ayah nona itu telah meninggalkan sebuah Giokpwe atau Pending Kumala. Nona itu tak menyangka sama sekali bahwa Giok-pwe itu ternyata sebuah tempat penyimpanan pusaka. To Hun-ki sudah memperoleh separoh bagian. Jika ia dapat merebut separoh bagian yang menjadi milik Tiau Bok-kun, tentulah ia dapat menemukan tempat penyimpanan pusaka itu. Apabila berhasil, bukan saja wanita 67 cantik Ki Ih, bahkan kelima durjana yang termasyhur itu, pun dapat ditundukkan. Demi membangun pamor kejayaan Kong-tong-pay dan nasib dunia persilatan maka To Hun-ki berusaha keras untuk memperoleh Giok-pwe itu.... Apabila benda itu sampai jatuh ketangan si Pertapa Pencabut-nyawa, akibatnya ngeri sekali. Soh-beng Ki-su seperti harimau tumbuh sayap. Tetapi Tiau Bok-kun pun mati2an mempertahankan peninggalan orangtuanya. Maka terjadilah peristiwa kejar mengejar yang seru itu. Pertempuran antara Tiau Bok-kun lawan barisan Tengkorak dan kelima tokoh Kong-tong-pay lawan Pertapa Pencabutnyawa, telah berlangsung sampai beberapa puluh jurus To Hun-ki tak mungkin menang dan Tiau Bok-kun pun tak mungkin lari. Adakah To Hun-ki tak menyadari kedudukaannya? Tidak! To Hun-ki tahu bahwa ia tak mungkin menang. Tetapi ia tetap bertempur karena supaya dapat memberi kesempatan Tiau Bok-kun lolos. Apabila nona itu lolos, kelak ia tentu masih mempunyai kesempatan untuk merebut Giokpwe. Untuk memberi kesempatan lari kepada si nona, To Hun-ki memancing lawan supaya bertanding diluar kuil. Tetapi pertapa ganas itu tak mau disiasati. Ia tertawa mengekeh dan

tetap merangsang kelima tokoh Kong-tong-pay. To Hun-ki teringat tempo bertempur seorang diri melawan pertapa itu, ia dapat bertahan sampai 30 jurus. Segera ia mengambil keputusan. Keempat Su-lo disuruh membantu si nona meloloskan diri dari kepungan barisan Tengkorak. Sedang Soh-beng Ki-su hendak dihadapinya sendiri. 68 Tetapi berhadapan dengan manusia licin macam Soh beng Ki-su, To Hun-ki benar-benar mati kutu. Sebelum sempat menjalankan rencananya, Soh-beng Ki-su sudah mendesak kelima tokoh Kong-tong-pay itu dengan gencar dan menggiring mereka ke dalam barisan Tengkorak. Melihat suasana pertempuran, To Kiu-kong dan Pengemis Tertawa tak dapat tinggal diam lagi. Tetapi sebelum mereka bertindak, lagi2 muncul pula seorang wanita baju putih, memakai kerudung warna hitam dan mencekal sebatang pedang San-tiam-kaim. "Ki Ih si Ular cantik!" serentak sekalian orang berteriak kaget dalam hati. Hanya Tiau Bok-kun yang tak kenal siapa wanita aneh itu. Belum wanita itu berdiri tegak, pedangnya sudah menghambur ke arah barisan Tengkorak. Dua tiga sosok tengkorak, hancur berantakan.... Soh-beng Ki-su cepat mencabut senjatanya yang berbentuk piau atau passer untuk menyambut. Sepuluh tahun yang lalu, ilmu pedang San-tiam-kiam atau Pedang Kilat dari Ki Ih sudah termasyhur. Kini setelah berselang 10 tahun, tentulah jauh lebih hebat lagi. Ilmu pedang itu selalu berlawanan geraknya dengan ilmu pedang biasa. Gerakan yang kosong ternyata gerakan sesungguhnya dan gerakan yang tampak sungguh kiranya kosong. Gelombang sinar pedang dan deru angin yang dahsyat makin menguasai sinar senjata Soh-beng Ki-su. Namun pertapa itu bukanlah lawan yang empuk. Dengan ilmu Pekkutkang, ia dapat memberi perintah kepada barisan Tengkorak supaya memecah diri dalam kelompok kecil untuk 69 mengurung setiap lawan Dengan mendapat bantuan barisan Tengkorak itu, Soh-beng Ki-su dapat memperbaiki kedudukannya yang terdesak. Ki Ih memang lihay tetapi betapa pun ia seorang wanita. Berhadapan dengan tengkorak2 yang amat menyeramkan, hatinya ngeri juga sehingga mengakibatkan permainan pedangnya agak lamban. Melihat permainan pedang Ki Ih tak begitu mantap lagi, Soh-beng Ki-su segera pergencar serangannya dan berhasil menguasai permainan lawan. Ki Ih terdesak tetapi di sana, Tiau Bok-kun dan kelima

tokoh Kong-tong-pay berhasil merubuhkan tujuh delapan sosok tengkorak. Soh-beng Ki-su mulai cemas Kalau Tiau Bokkun sampai lolos, berantakanlah rencananya. Memikirkan hal itu, perhatiannya agak terpecah. Keadaan itu tak lepas dari pengamatan Ki Ih. Dengan beberapa serangan dapatlah ia merobah kedudukannya. Dari yang diserang menjadi penyerang. Soh-beng Ki-su benar-benar gelisah. Buru-buru ia bolangbalingkan cakarnya ke arah deretan peti mati. Tak kurang dari 30 buah peti mati hancur tutupnya dan mayat2 di dalamnya segera berloncatan keluar menyerbu musuh. Pertapa Pencabut-nyawa itu tertawa seram dan barisan Tengkorak lalu meraung-raung, menangis macam iblis merintih-rintih.... Dengan munculnya barisan bantuan itu, Ki Ih dan rombongan Kong-tong-pay terdesak lagi. Mereka lebih banyak bertahan daripada menyerang.... 70 Sekonyong konyong terdengar suara tertawa menggeledek. Dikala sekalian orang terkesiap, sesosok tubuh dalam jubah gerombyongan, melayang masuk ke dalam ruang. Gerakannya gesit dan tak mengeluarkan suara apa-apa.... Sekalian orang terkejut dan yang paling terperanjat sendiri adalah Soh-beng Ki-su. Hampir ia tak percaya pada apa yang dilihatnya. "Ah, tak mungkin.' Bukankah dia sudah kuhantam mati di lembah gunung Hongsan? Mustahil orang mati dapat hidup kembali." bantahnya dalam hati. "Siapakah engkau, hai!" tegurnya bengis untuk menenangkan getar hatinya. Wut.... orang aneh itu menjawab dengan kebutkan lengan jubahnya.... Secercah sinar merah berkilat dan dua tiga puluh tengkorak segera hancur menjadi abu.... "Pendekar Laknat!" seru Soh-beng Ki-su terkejut. "Hm, benar Memang orang yang kau bunuh itu tidak mati!" sahut orang aneh itu. "Lalu siapa yang mati itu?" Orang aneh itu tertegun sejenak, sahutnya, seorang tua yang tak berdosa!" Soh-beng Ki-su makin gentar. Akhirnya ia berseru kalap, Mau apa engkau kemari?" Orang aneh itu tertawa nyaring. Ruang kuil bergetaran. 71 "Aku hendak menuntut balas atas kematian orang tua itu!" katanya seraya mendorong dengan kedua tangannya. Segulung hawa panas melanda dan hancurlah sisa-sisa barisan Tengkorak.... Tiau Bok-kun tak mau menyia-nyiakan kesempatan. Cepat

ia menyelinap keluar. To Hun-ki dan keempat Su-lo mengikuti lolos. Melihat ketua Kong-tong-pay kabur, Ki Ih cepat mengejar.... To Kiu-kong dan Pengemis Tertawa yang menyaksikan di atas tembok kuil, diam-diam merasa heran. Rasanya dahulu Pendekar Laknat itu tidak sedemikian tinggi besar. Namun kalau menilik ilmu pukulan Bu-kek-sin-kang yang dilancarkan itu, memang benar Pendekar Laknat. Memang hal itu dapat dimengerti karena kedua tokoh pengemis itu tentu tak dapat membayangkan bahwa Pendekar Laknat yang muncul saat itu bukan lain adalah Siau-liong sendiri. Itulah yang kedua kalinya ia menyamar sebagai Pendekar Laknat. Dan untuk yang kedua kalinya pula berjumpa dengan ibunya. Sayang ia tak tahu bahwa wanita berkerudung muka adalah Ki Ih, ibunya sendiri. Tetapi andaikata tahu, pun ia tentu tak leluasa bicara karena masih menyamar sebagai Pendekar Laknat.... Setelah mereka pergi, barulah Siau-liong terkesiap. Ia curiga akan gerak-gerik wanita berkerudung tadi. Cepat ia memutuskan, bunuh dulu Pertapa Pencabut-nyawa itu, baru mengejar wanita berkerudung yang diduga tentulah ibunya. Diserangnya Soh-beng Ki-su dengan jurus Sin-liong-thaysan atau Naga-sakti-gunung-Thaysan. Tetapi Pertapa itu bukan tokoh lemah. Tak mau ia gunakan senjata melainkan 72 dengan tangannya yang mirip cakar burung garuda. Ia menakar pukulan lawan dengan sepuluh jari yang disaluri tenaga-sakti Pek-kut-kang atau Tulang-putih. Siau-liong masih belum dapat menguasai lwekang Bu-keksinkang. Ia hanya tahu menggunakan tenaga-sakti itu dengan cara keras. Akibatnya ia menderita. Ia terhuyung-huyung mundur sampai empat langkah. Darahnya bergolak keras. Soh-beng Ki-su juga terserut mundur selangkah. Hanya penderitaannya lebih kecil dari lawan. Setelah tenangkan diri, Siau-liong mengatur siasat. Tubuhnya bergerak ke kanan kiri lalu tangannya mengendap ke bawah. Tiba-tiba tangannya dibalikkan menampar kekiri. Ah, ternyata dia lancarkan jurus pukulan Membalik-langit. Dari delapan penjuru, melandalah angin lwekang-panas ke arah Soh beng Ki-su.... Soh-beng Ki-su cepat menyurut mundur. Ia tahu bahwa ilmu pukulan Pek-kut-kang tak berguna terhadap Pendekar Laknat. Segera ia gunakan jurus Yang-kek-im-seng atau Hawa-positip-berganti Negatip. Jurus itu merupakan salah satu jurus hebat dari ilmu pukulan Thay-im-ki-bun-sip pat-hoan yang terdiri dari delapan belas jurus. Terdengar letupan keras ketika dua buah pukulan yang berlawanan sifatnya itu, saling berbentur....

Tamparan dari sebelah kiri tak berhasil, Siau-liong cepat mengganti dengan tamparan sebelah kanan. Gejolak angin menghambur lebih dahsyat. Memang tamparan kiri itu berbeda sifatnya dengan tamparan kekanan. Lebih mantap dan lebih berat. 73 Tetapi Soh-beng Ki-su tetap gunakan salah sebuah jurus dari ilmu Thay-im-ki bun-sip-pat-hoan untuk menghalau serangan pemuda itu. Siau-liong marah. Ia rangkapkan kedua tangan lalu mendorong kemuka. Itulah yang disebut pukulan To-sia-sanho atau Menjungkir-balikkan-gunung-dan-sungai. Perobahannya paling banyak dan perbawanya paling dahsyat. Tetapi Soh-beng Ki-su dapat tetap menangkis. Akhirnya tersadarlah Siau-liong. Hanya diimbangi dengan ilmu pukulan Thay-siang-ciang ajaran mendiang Pengemis Tengkorak Song Thian-kun. Barulah pukulan lwekang-sakti Bu-kek-sin-kang itu benar-benar dapat mengembang kedahsyatannya. Tetapi, ah, jika ia gunakan pukulan Thay-siang-ciang, tentulah dirinya akan dikenal To Kiu-kong dan Pengemis Tertawa yang bersembunyi diluar kuil. Padahal ia tak menghendaki hal itu. Karena keseganan itu maka walaupun sudah bertempur berpuluh jurus, tetap ia tak mampu mengalahkan Soh-beng Ki-su. Namun ia tak mau memberi ampun kepada musuh yang telah membunuh Koay suhu atau Pengemis Tengkorak itu. Akhirnya ia mendapat akal. Sengaja ia pura-pura kalah dan mundur, ketika ia mundur sampai diambang pintu, Soh-beng Ki-su menghunjamnya dengan sepasang pukulan dahsyat dan Siau-liong membiarkan dirinya dilanda angin pukulan lawan. Begitu malayang turun diluar kuil, cepat ia kebutkan lengan jubah ke arah To Kiu-kong dan Pengemis Tertawa. Sudah tentu kedua tokoh pengemis itu terkejut bukan kepalang Jika tak cepat lari, tentulah tubuh mereka hangus dilanda lwekang panas Bu-kek-sin-kang. Sekali loncat kedua tokoh itu kaburlah. Tepat pada saat mereka lari, terdengarlah jeritan ngeri dan rubuhnya tembok kuil. Tetapi tokoh-tokoh pengemis itu tak berani berpaling muka. Mereka lari terbiritbirit. 74 Siasat Siau-liong berhasil. Setelah dapat menghalau kedua tokoh Kay-pang itu, ia segera lepaskan pukulan Thay-siangciang disertai lwekang Bu-kek sin-kang. Jurus yang dipilih Siau-liong adalah jurus Siu-lo-pan-cha. Jurus yang paling dahsyat dan tepat untuk menghancurkan segala macam iblis laknat termasuk seorang durjana besar seperti Soh-beng Kisu. Pertapa itu menjerit ngeri. Ia terluka parah Tembok kuil yang berada dibelakangnya ambruk. Tetapi sebagai rase tua, walaupun dalam keadaan terluka, ia masih dapat menggunakan tipu siasat. Darah yang hendak menyembur

dari mulut ditekan sekuatnya. Dan ia masih tetap melayani serangan Siau-liong dengan tenang. Begitu memperoleh kesempatan, tiba-tiba ia semburkan darahnya kemuka lawan. Siau-liong terkejut. Setitikpun ia tak menyangka akan menerima serangan yang begitu luar biasa. Darah yang disemburkan mulut Soh-beng Ki-su itu jauh lebih berbahaya dari segala macam senjata rahasia. Jika kena, muka Siau-liong tentu hancur lebur! Cepat pemuda itu loncat menghindar.... Serempak dengan itu, Soh-beng Ki-su pun lotos keluar dari reruntuhan tembok. Siau-liong mengejarnya. Menilik sudah terluka parah tentu Soh-beng Ki-su tak dapat lolos. Tetapi dasar belum takdirnya mati. Setelah melintas lamping gunung, pertapa itu menyusup ke dalam hutan. Berkat malam gelap dan hutan lebat, pertapa itu dapat melenyapkan diri. Siau-liong terpaksa hentikan pengejarannya. 75 Ia berjalan lesu. Tiba-tiba ia teringat waktu menolong Tiau Bok-kun dalam biara, diluar biara ia mendengar Soh-beng Kisu berteriak, Hai, Ki Ih, perlu apa engkau berkerudung muka.... "Hai!" serentak Siau-liong tersadar bahwa wanita berkerudung muka tadi tentulah ibunya. Tetapi, ah.... kembali ia menghilangkan kesempatan baik untuk menemui ibunya itu. Segera ia lari mencari wanita berkerudung tadi. Tetapi ia kehilangan arah dan tak tahu jalan keluar dari pegunungan situ. Akhirnya ia lari ke arah timur. Tak berapa lama ia berhadapan dengan sebuah karang buntu. Jauh dibawah karang itu, terhampar sebuah jalan yang merentang ke dalam hutan. Terpaksa ia menuruni karang yang curam itu.... Pada saat tiba di bawah, dari dalam hutan disebelah muka, terdengar suara senjata beradu. Cepat ia lari memburu. Betapa kejutnya ketika melihat Ki Ih sedang dikeroyok To Hun-ki dan rombongan To Kiu-kong yang berjumlah sembilan orang. Ki Ih berhasil mengejar Toh Hun-ki dan keempat Su-lo dari Kong-tong-pay. Sebenarnya ia dapat membunuh musuh2 suaminya itu. Sayang To Hun-ki dan ketiga tokoh Pengemis muncul. Kay-pang memang baik hubungannya dengan partai2 persilatan. Dan Ki Ih memang tak disuka orang. Selain berasal dari seberang lautan, pun wanita itu banyak mengikat permusuhan dengan kaum persilatan di Tiong-goan. To Kiu-kong, Pengemis Tertawa, si Pincang kiri Tio Thau dan sipincang kanan Li Ji, segera bantu menyerang Ki Ih. Kedudukan segera berobah. Ki Ih yang semula menang angin, kini berbalik terdesak. 76

Namun wanita sakti itu tak mau menyerah mentah2. Ia mainkan pedangnya lebih gencar. Salah sebuah jurus ilmu Pedang Kilat yang disebut Guruh-dan-halilintar-menyambar, segera memburu kesembilan pengeroyoknya. Mereka jeri dan terpaksa mundur. Kesempatan itu digunakan Ki Ih untuk menabur 9 buah senjatan rahasia Hwe-hun-tui ke arah To Hun-ki dan keempat Su-lo. Hwe-hun-tui atau Gumpalan-awan-api, merupakan senjata rahasia yang telah mengangkat nama Ki Ih. Apabila kelima orang itu binasa, mudahlah ia membereskan keempat tokoh pengemis. To Kiu-kong terkejut tetapi tak keburu menolong kelima tokoh Kong-tong-pay. Pada saat maut hendak merenggut jiwa tokoh2 Kong-tong-pay itu, tiba-tiba Siau-liong muncul dalam penyamaran sebagai Pendekar Laknat. Sambil loncat ke udara, ia kebutkan kedua lengan bajunya. Dua buah gelombang sinar merah melanda dan sembilan buah senjata rahasia Hwe-huntui itupun hancur lebur. Sesuai dengan namanya, senjata-rahasia Gumpalan-awanapi itu memancarkan hawa panas. Hanya tenaga-sakti Bu-keksinkang yang bersifat panas, dapat menghancurkan senjata rahasia itu. Dan selamatiah jiwa kelima tokoh Kong-tong-pay! Sekalian orang terkejut. Selain tak menduga akan kemunculan Pendekar Laknat, pun mereka heran, mengapa tokoh gila itu membantu orang2 Kong-tong-pay. Dan Ki Ih pun tak kurang kagetnya. Menghadapi sembilan musuh tadi, ia sudah kewalahan. Apa lagi ditambah dengan seorang Pendekar Laknat. Cepat wanita itu melarikan diri. 77 Pada saat meluncur turun ke bumi, Siau-liong berputar diri dan lepaskan pukulan dahsyat ke arah sembilan jago pengeroyok itu! Gila! Bukankah tadi Pendekar Laknat menghancurkan senjata rahasia dari Ki Ih? Mengapa sekarang ia berbalik menyerang ke sembilan tokoh2 yang mengeroyok wanita itu? Kesembilan jago itu menghindar ke samping lalu menyerang Siau-liong. Tetapi Siau-liong lebih cepat. Segera ia lancarkan pukulan yang kedua yakni To-sia-san-ho atau Membalikkan gunung dan sungai. Kesembilan jago itu terpental mundur sampai empat langkah. Mereka berputar diri terus lari masuk ke hutan Kiranya Siau-liong memang bermaksud hendak menghalau kesembilan orang itu. Kemudian ia akan menghadap ibunya dan minta maaf. Ia hendak menjelaskan bahwa dia adalah puteranya yang terpisah selama 16 tahun itu! Tetapi ketika berpaling, alangkah kejutnya. Ki Ih siwanita berkerudung, sudah lenyap! Siau-liong terpukau. Enam belas tahun lamanya ia berpisah dari ibunya. Dua kali ia mendapat kesempatan berjumpa tetapi

dua kali itu pula ia tak berhasil bicara dengan ibunya. Air mata pemuda itu berlinang-linang. Akhirnya ia duduk bersemedhi memulangkan tenaga. Ketika membuka mata, ia terkejut. Di hutan jauh disebelah muka, tampak berkelebat sesosok tubuh wanita. Menduga kalau ibunya, cepat ia loncat dan lari menghampiri.... Ah, hampir ia berteriak girang ketika bayangan itu benar Ki Ih. Tetapi pada lain kejab ia tertegun ketika menyadari bahwa saat itu dirinya masih menyamar sebagai Pendekar Laknat. Tak mungkin ibunya akan percaya! 78 Hanya beberapa detik ia tertegun. wanita itupun sudah lenyap lagi dari pandangan. Cepat Siau-liong mengejar tetapi tak berhasil. Akhirnya ia membuka kedok dan pakaian penyamarannya. Lalu ia duduk melepaskan lelah di tepi sungai. "Ma, apakah engkau tahu bahwa puteramu Siau-liong masih hidup dan sekarang sudah begini besar? Ah, mama, betapalah rindu hatiku kepada-mu.... dalam termenung mengenangkan nasib, ia menangis meratapi ibunya. Kemudian ia bertanya pada dirinya, Mama, apakah engkau setuju atas tindakanku? Ma, jika engkau mengetahui maksudku, tentulah engkau dapat menyetujui.... hai!" tiba-tiba ia memekik kaget. Matanya yang tengah memandang permukaan air, tiba-tiba tertumbuk pada wajah seorang gadis. Cepat ia berpaling ke belakang dan ah.... sicantik Tiau Bok-kun. "Nona Tiau!" serunya tersipu-sipu menghapus air mata. Tetapi gadis itu diam saja. Siau-liong mengulang lagi tegurannya namun tiada penyahutan. Siau liong memandangnya lekat2. Dan terpukaulah ia.... Nona itu benar-benar menyerupai Tiau Bok-kun tetapi bukan Tiau Bok-kun! "Siapa engkau?" akhirnya nona itu menegur. Siau-liong terkesiap Nada nona itu wajar tetapi galak. Ia tak puas atas sikap si nona yang tak sopan itu. "Apa pedulimu aku siapa? " sahutnya. 79 "Siapa yang panggil Tiau Bok-kun itu?" "Aku salah sangka." muka Siau-liong merah. "Dan mengapa engkau menangis?" "Karena aku suka menangis!" sahut Siau-liong dengan nada yang tak kurang getas. Dara itu hendak mencabut pedang tetapi tak jadi. Sambil tertawa mengikik ia menggagah dimuka Siau-liong, Ih, jangan marah, bung. Aku memang tak dapat bicara halus tetapi aku ingin berkenalan dengan engkau. Keberatan?" "Engkau terlalu bengis, aku tak suka berkenalan."

Hm, jika menolak, lebih baik kita berkelahi. "Boleh saja akupun tidak takut!" Baru Siau-liong berkata begitu, si nona galak sudah merangsang dengan kedua tangannya ke arah dada dan perut Siau-liong. Siau-liong merasa serba salah. Berkelahi dengan seorang anak perempuan, sesungguhnya ia malu. Tetapi kalau diam saja, dara itu menyerang dengan liar. Terpaksa ia menghindar saja.... Dua jurus kemudian, timbullah pikirannya untuk lolos. Ia anggap tak berguna berkelahi dengan seorang anak perempuan yang tak dikenal. Setelah berhasil memaksa dara itu mundur, Siau-liong terus melarikan diri. Ia menuju ke tepi sungai. Tetapi ketika berpaling, ah.... nona itu tetap mengejarnya Siau-liong loncat 80 ke sebuah perahu sampan, terus meluncur ke tengah menuju kota Siok-ciu. Astaga.... dara itupun loncat ke sebuah perahu dan mengejar. Ia memiliki lwekang yang hebat sehingga perahunya dapat meluncur pesat. Tetapi betapapun halnya, Siau-liong tetap menang cepat. Begitu tiba di pantai, ia terus masuk kota dan mencari sebuah rumah penginapan. Habis makan, ia terus masuk tidur. Menjelang mahgrib, baru ia bangun. Tepat pada saat itu, dua orang pelayan masuk membawa seperangkat pakaian dan senampan hidangan. "Tuan, nona yang bertempat di kamar sebelah depan, mengirim pakaian ini untuk tuan," kata pelayan itu. Siau-liong mendengus. Ia malu kalau mengatakan tak kenal dengan nona itu.... Setelah pelayan pergi, ia bimbang sendiri. Menerima pemberian itu atau tidak. Ia mengintai di jendela. Kamar disebelah depan, tampak sepi. Ia duduk kembali, memandang hidangan itu. Ah, mungkin nona itu salah faham. Jelas ia tak kenal padanya. Akhirnya ia berbangkit dan melangkah keluar. Tetapi baru menyingkap tirai pintu, sesosok tubuh menerobos masuk. Karena tak keburu menarik pulang tangannya, tersentuhlah ia pada dua buah benda yang lunak.... Tersipu-sipu ia menyurut kesamping pintu. Seorang dara melangkah masuk dengan berisak tangis Siau-liong tercengang. Itulah nona yang mengejarnya tadi. Engkau menghina aku! Engkau menghina aku!" sambil menangis, kedua tangan nona itu mencakari dada Siau-liong. 81 Siau-liong biarkan saja agar nona itu jangan semakin kalap. Tetapi ia hampir geli karena dadanya seperti di kitik-kitik. Tiba-tiba tangan nona itu menusuk jalan darah didadanya. Siau-liong terkejut tetapi diam saja. Nona itu menjerit kaget

dan menarik pulang tangannya sambil mendekap tangan kiri dengan tangan kanannya. Setan, jahat benar engkau!" nona itu meninju dada Siauliong. Ternyata dalam diam tadi, Siau-liong kerahkan lwekang Bukeksin-kang kedadanya. Itulah sebabnya si nona menjerit kesakitan. Jika tak lekas menarik pulang, tentu tangan nona itu akan cacad. Sambil tertawa, Siau-liong menyurut mundur dan memberi hormat, Harap jangan marah dan maafkan kesalahanku!" Huh, mengapa tak mempersilahkan aku masuk!" Hidangan itu adalah pemberian nona, silahkan nona menyantapnya " kata Siau-liong. Bukankah engkau menerimanya?" Tanpa jasa apa2, tak pantas menerima hadiah, aku.... Ah, apa artinya hidangan semacam itu?" tukas si nona. Siau-liong tetap menolak. Tetapi nona itupun tetap memaksanya. Ia terus melangkah masuk, duduk dan suruh Siau-liong duduk juga lalu diajak makan. 82 Sambli makan mereka ber-cakap2. Nona itu mengatakan bahwa ia berasal dari seberang lautan. Namanya Pek Ciang-wi atau Mawar Putih. Memang ia gemar berpakaian serba putih. Lebih lanjut ia menerangkan bahwa gurunya berpesan. Apabila di daerah Tiong-goan supaya mencari seorang sahabat yang baik Ketika berjumpa dengan Siau-liong, ia anggap pemuda itu seorang baik yang tepat dijadikan sahabat. Maka makin Siau-liong jual mahal, nona itu makin mengejarnya.... Atas pertanyaan Siau-liong, si nona memberi jawaban yang indah, Rumahku diseberang lautan, dibawah gunung Dewa. Gunung itu terletak di atas angin. Eh, apa perlumu mengetahui nama tempat itu!" Dan ketika Siau-liong menanyakan tentang gurunya, nona itu gelengkan kepala. Siau-liong tak mau mendesak. Ia sendiripun tak mau mengatakan tentang gurunya kepada lain orang. Ketika pertama kali bertemu, Siau-liong tak senang melihat tingkah si nona yang liar itu. Tetapi entah bagaimana, kini ia merasa tak marah dengan cara2 liar nona itu. Mungkin hal itu disebabkan, karena ia putera dari Ki Ih yang juga berasal dari seberang lautan. Kepada si nona, Siau-liong mengaku bernama Kongsun Liong dan minta nona itu memanggilnya Siau-liong. Mawar Putih terkesiap. Dipandangnya pemuda itu lekat2, dari ujung kaki sampai ke atas kepala. Ia geleng2 kepala dan berseru lembut, Siau-liong.... Panggilan itu amat menyentuh hati Siau-liong. Dalam sikap kewajaran, kejujuran dan keliarannya, Mawar Putih memiliki 83

sifat ke Ibuan yang mesra Untuk pertama kali dalam hidupnya, Siau-liong rasakan indahnya kehidupan.... Mereka makan dan minum dengan gembira. Habis makan, Mawar Putih suruh Siau-liong berganti pakaian yang dikirimkan tadi. Setelah ganti pakaian baru, Siau-liong tampak lebih cakap dan gagah. Nona itu tertawa gembira. Mereka menuju ke kebun belakang, menikmati kolam yang menghias taman. "Siau-liong!" Nona Pek!" Nona itu menggeliat, Ih, janggal benar panggilanmu itu," Habis?" "Panggil saja Mawar Putih" Mawar.... Putih," suara Siau-liong agak sember. Ia tak dapat melanjutkan kata2nya karena saat itu si nona sandarkan tubuh kedadanya. Siau-liong seorang perjaka yang belum pernah bergaul sedemikian mesranya dengan gadis. Sejak kecil, ia hanya bergaul dengan pohon2 hijau dan burung2 hutan. Sudah tentu ia ter-longong2 melihat tingkah Mawar Putih. Ketika hidungnya terbaur hawa harum dari tubuh si dara, semangat Siau-liong serasa melayang-layang.... Tiba-tiba terdengar derap langkah orang bergegas datang. Keduanya cepat meluruskan duduknya dan memperhatikan pendatang itu. Ah, ternyata pelayan hotel. 84 "Tuan, ada tetamu mencari tuan!" katanya. Siau-liong cepat kembali kekamarnya. Ia terkejut melihat beberapa anak buah Kay-pang berkerumun diserambi kamarnya. Mereka tampak tegang. "Cousu-ya datang!" anak buah Kay-pang serempak berseru ketika Siau-liong muncul. Mawar Putih terperanjat. Ia tak menyangka bahwa pemuda yang bernama Kongsun Liong itu ternyata seorang ketua partai Kay-pang. To Kiu-kong muncul dari kamar Siau-liong dan mempersilahkan Siau-liong berdua masuk. Siau-liong terkejut ketika melihat Tiau Bok-kun berbaring ditempat tidurnya dalam keadaan pingsan. Bajunya koyak2 dan berlumuran darah. Untunglah nona itu tak begitu parah lukanya. Siau-liong segera minumkan beberapa butir pil kemulut nona itu. Melihat Siau-liong begitu memperhatikan Tiau Bok-kun, serentak timbullah rasa tak senang dalam hati Mawar Putih. Ia duga nona itu tentulah yang dipanggil Siau-liong ketika berjumpa di tepi sungai tadi pagi. Setelah memeriksa luka Tiau Bok-kun tak berbahaya. Siauliong meminta keterangan kepada To Kiu-kong. Kiranya setelah melarikan diri dari serangan Siau-liong

sebagai Pendekar Laknat, To Kiu-kong dan rombongan To Hun-ki lalu berpisah. Menjelang malam, To Kiu-kong mendapat laporan dari anak buah Kay-pang, bahwa Siau-liong tinggal dirumah penginapan 85 Gun-hian-can To Kiu-kong diminta Toh Hun-ki supaya suka mengundang Kongsun Liong agar membantu partai Kongtongpay menghadapi Soh-beng Ki-su, Ki Ih dan Pendekar Laknat. Dalam rangka membasmi durjana itu, pertama harus mendapatkan Pending Kumala yang berada ditangan Tiau Bok-kun. Pending Kumala itu merupakan kunci untuk memperoleh tempat penyimpanan pusaka sakti yang dapat menyelamatkan dunia persilatan dari kehancuran. Malam itu juga To Kiu-kong berserta beberapa jago Kaypang berangkat mencari Siau-liong ke Siok-ciu. Tetapi ditengah jalan mereka berpapasan dengan Soh-beng Ki-su yang berhasil melukai Tiau Bok-kun dan merebut Pending Kumala. To Kiu-kong dan kawan2 segera menyerang pertapa itu. Tetapi pertapa itu keliwat sakti bagi mereka. Soh-beng Ki-su berhasil lolos dan To Kiu-kong hanya dapat menolong Tiau Bok-kun. Pada saat masih dapat ditanya, Tiau Bok-kun menyebut2 nama Kongsun Liong maka To Kiu-kong segera membawanya kerumah penginapan itu. Mana To Hun-ki sekarang?" tanya Siau-liong Di biara Ji-long-bio di gunung Pit-ka-san," To Kiu-kong menerangkan. Karena tak dipedulikan, Mawar Putih merasa terhina. Pada saat Siau-liong tengah merenung, diam-diam nona itu menyelinap keluar. Setelah To Kiu-kong dan anak buahnya minta diri, barulah Siau-liong mengetahui kalau Mawar Putih lenyap. Tetapi ia tak menghiraukan. Ia lebih mementingkan 86 untuk mengurut jalan-darah Tiau Bok-kun. Tak berapa lama nona itupun tersadar. Tetapi sebelum nona itu tersadar benar-benar, Siau-liong mengambil pakaiannya yang lama lalu menyelinap pergi.... -ooo0dw0oooGunung Pit-ka-san terletak dihulu sungai Kim-sat-kiang. Gunung itu mempunyai tiga buah puncak. Kedua puncak di kanan kiri, dapat dicapai orang. Tetapi puncak ditengah, lurus melandai seperti sebuah tiang penyanggah langit. Empat penjuru dikelilingi jurang yang curam. Jika tak memiliki ilmu ginkang yang tinggi, tak mungkin dapat mencapai puncak itu. Di puncak tersebut terdapat sebidang tanah datar seluas sepuluh tombak. Di belakang tanah datar, didirikan sebuah

biara yang disebut Ji-liong-bio. Kepala biara Liau Liau taysu, seorang paderi dari partai Go-bi-pay. Pada saat mengurut Tiau Bok-kun, pikiran Siau-liong menimang. Setelah mendapat separoh Pending Kumala yang dimiki nona itu, Soh-beng Ki-su tentu akan mencari To Hun-ki untuk mendapatkan Pending Kumala yang separoh bagian lagi. Maka ia harus cepat2 mendahului ke Pit-ka-Soh-beng Kisu pasti akan datang kesitu. Kembali Siau-liong menyaru sebagai Pendekar Laknat. Tiba di kaki gunung, tampak biara Ji-liong-bio terang benderang, penuh orang. Ia menyembunyikan diri. Tak berapa lama, muncul beberapa orang. Berkelompok kecil terdiri dari dua tiga orang, kemudian rombongan dari tujuh delapan orang. Mereka adalah jago2 silat yang sakti. Hal itu terbukti dari gerakan mereka yang amat tangkas ketika berloncatan mendaki puncak. 87 Beberapa saat kemudian, dari puncak terdengar suara orang bertempur seru. Siau-liong terkejut. Apakah To Hun-ki dan orang2 Kong-tong-pay diserang musuh? Siapakah musuh itu? Karena tertarik perhatiannya, Siau-liong hendak menghampiri puncak. Saat itu rembulan remang. Sekeliling penjuru gelap pekat. Ia gunakan gerak Burung-hongmenghadapmatahari. Dalam tiga empat kali melambung, ia dapat mencapai separoh bagian puncak gunung itu. Tetapi pada saat ia hendak melayang ke atas lagi, tiba-tiba ia diserang gelombang angin yang hebat. Dan seketika itu juga ia meluncur ke bawah lagi. Ia amat terkejut dan berusaha menyambar dahan pohon yang tumbuh disana sini. Tetapi tak berhasil. Minilik kepandaian yang dimiliki saat itu, tak mungkin ia harus menderita kecelakaan semacam itu. Benar, memang itu bukan kecelakaan, tetapi sebuah serangan gelap dari seseorang yang berada di puncak. Meluncur dari ketinggian 60-an tombak, tentu hancur lebur. Tetapi untunglah Siau-liong sudah memiliki ginkang yang disebut Naga-melingkar-18 putaran. Ia berputar-putar dan melayang ke karang buntung disisi kanan puncak. Dengan meminjam tenaga tekanan pada dahan pohon, ia melambung lagi ke atas puncak. Setelah memperhitungkan telah mencapai ketinggian yang diduga menjadi tempat persembunyian penyerang gelap tadi, ia terus melayang ke karang di sebelah kiri. Ia hendak mencari penyerang itu. Ternyata penyerang gelap itu adalah Soh-beng Ki-su sendiri. Tepat yang diduga Siau-liong, Soh-beng Ki-su mencari Toh Hun-ki. Dan ia lebih dulu tiba di gunung Pit-ka-san. Tetapi ketika melihat di biara Ji-liong-bio berlangsung pertempuran, ia batalkan rencananya. Pada waktu ia melayang turun sampai

88 di tengah gunung, ia melihat Pendekar Laknat bergegas mendaki ke atas. Segera ia lontarkan pukulan dahsyat. Setelah Siau-liong tenggelam ke bawah, ia melarikan diri. Itulah sebabnya maka Siau-liong tak dapat menemukan Soh-beng Ki-su. Akhirnya pemuda itu lanjutkan pendakiannya lagi ke atas puncak. Ia bersembunyi dibalik gunduk karang. Ketika melongok pertempuran di tanah datar, kejutnya bukan kepalang. Kiranya lebih dari enam lelaki dan wanita, tegak berjajar di depan biara. Dan yang bertempur di lapangan datar adalah Ki Ih lawan keempat Kong-tong Su-lo serta Liau Liau taysu bersama empat orang muridnya. Siau-liong duga ibunya tentu hendak mencari balas kepada Toh Hun-kin dan keempat Sulo. Diam-diam ia bangga dan girang mempunyai seorang ibu yang setia kepada suaminya. Ki Ih memang sakti. Menghadapi keroyokan belasan jago2 sakti. ia tak gentar, Ilmu pedang Kilat, dimainkan laksana ular naga bergeliatan di permukaan laut. Cepat bagaikan kilat menyambar dan gesit seperti ular menyusup ke dalam liang. Tetapi Siau-liong tetap mencemaskan keselamatan ibunya. Ternyata rombongan paderi yang berjajar diluar biara itu terdiri dari jago2 persilatan yang ternama. Antara lain, Ki Ceng siansu ketua Go-bi-pay. It Kiau ketua Tiam-jong-pay, tokoh Kun-lun Sam-cu dari Kun-lun-pay. Thian-san It-soh dari Thiansanpay, paderi2 sakti dari Siau-lim-pay serta tokoh2 Bu-tongpay dan Hoa-san-pay. Dalam menghadapi kelima Durjana dan Ki Ih, partai2 persilatan itu telah mengirim jagonya yang tangguh, mencari pusaka yang telah tersiar luas di dunia persilatan. Hanya 89 dengan memperoleh pusaka itulah kelima durjana dan Ki Ih dapat diberantas. Saat itu mereka berhadapan dengan Ki Ih. Mengingat Ki Ih itu seorang wanita, jago2 itu sama pegang gengsi. Mereka tak mau mengeroyok melainkan mengajukan beberapa jago saja. Siau-liong bingung bagaimana harus bertindak. Jika muncul sebagai Pendekar Laknat, berpuluh jago persilatan tentu akan menyerangnya. Selain sukar menolong ibunya, ia sendiri terancam bahaya. Kalau muncul sebagai ketua partai Kay-pang, ia tentu harus memusuhi ibunya, karena Kay-pang bersahabat baik dengan partai2 persilatan. Sedang ia belum dapat memutuskan tindakan apa yang akan diambil, keadaan Ki Ih makin payah. Tiba-tiba To Hun-ki mendesak dan menyabat pinggang wanita itu dengan cepat dan tak terduga-duga. Siau-liong terkejut sekali dan hampir berteriak. Untung sebelum membuka mulut, dengan jurus

Kilat-membelah-halilintar, Ki Ih dapat menghapus serangan maut itu. Siau-liong kucurkan keringat dingin. Belum sempat ia menghela napas, tiba-tiba Ki Ih terancam bahaya lagi. Karena sedang menghindari serangan To Hun-ki, ke 9 tokoh2 lawannya segera menyerbu. Ki Ih alihkan perhatiannya untuk menghalau serangan orang2 itu tetapi sudah terlambat. Kini ia dikuasai oleh kesembilan musuh itu dan tak mampu melancarkan serangan balasan. Walaupun tak dapat diketahui perobahan muka wanita itu karena ditutup kain kerudung, namun dari tubuhnya yang menggigil, teranglah kalau keadaannya makin payah. Ada tanda2 ia hendak meloloskan diri. 90 Toh Hun-ki dan kawan2nya tahu juga rencana wanita itu. Mereka mendesak lebih gencar sehingga tubuh wanita seperti tertabur sinar pedang. Keempat Su-lo dari Kong-tong-pay tak henti2nya tertawa mengejek. Pada lain saat Ki Ih menjerit keras. Bahunya kiri terpapas pedang Toh Hun-ki. Darah membasahi lengan bajunya.... Wanita itu kerahkan seluruh semangat. Sekaligus ia lancarkan tiga jurus serangan pedang yang dahsyat, khusus ditujukan pada lawan yang membelakangi jurang. Hendak ia desak orang itu supaya menyurut mundur dan jatuh ke dalam jurang! Tetapi kalau orang itu tahu bahaya dan hanya menghindar.... Ki Ih hendak menggunakan kesempatan itu untuk loncat ke dalam jurang. Ia lebih suka mati di dasar jurang daripada mati ditangan musuh-musuh yang dibencinya itu! Dalam sekejab mata saja, 300 jurus telah berlangsung. Berkat kenekadannya, dapatlah Ki Ih mendekati tepi karang. Dua tiga jurus lagi, ia tentu dapat menghalau musuh yang menghadang dimuka dan akan terbukalah kesempatan untuk lolos. Tetapi untuk mencapai tujuan itu bukanlah hal yang mudah. Tiga ratus jurus tadi benar-benar telah menghabiskan tenaganya. Tubuhnya bersimbah keringat. Ia paksakan diri mengerahkan sisa tenaga yang masih dimilikinya. Tetapi ternyata tenaganya sudah habis Pedangnya mulai lambat, tubuh berguncang-guncang dan pandang matanya pun berbinar-binar. Pada lain saat terdengarlah jeritan ngeri campur gelak tawa mengejek. Toh Hun-ki mendahului kawankawannya menusuk dada wanita itu. 91 Pada detik maut hendak merenggut jiwa Ki Ih, sekonyongkonyong sesosok tubuh dalam jubah hitam melayang di udara. Dan serempak dengan itu segelombang sinar merah melanda dan tahu2 senjata kesepuluh tokoh yang mengeroyok Ki Ih

itu, jatuh berhamburan ke tanah.... Siau-liong melayang turun dan memandang kesekeliling. Melihat Pendekar Laknat muncul, Ki Ih segera sarungkan pedang dan duduk bersemedhi memulangkan tenaga. Tahu bahwa ibunya tak terluka, Siau-liong tak mau mengganggunya. Kini ia menghadapi berpuluh jago silat yang saat itu sama menghunus senjata dan menghampiri. "Hai, setan Laknat, engkau menolong aku tetapi mengapa menolong wanita ganas itu!" tegur Toh Hun-ki. Diam-diam Siau-liong girang. Ia hendak mengulur waktu. Maka tertawalah ia senyaring-nyaringnya. "Toh tua salah engkau Seharus memanggil aku Pendekar Laknat yang gila. Gila, ya memang gila! Apakah engkau perlu tahu alasanku?" serunya. Siau-liong tertawa lagi, Aku dapat menolong, pun dapat membunuhmu. Aku dapat menolong Ki Ih, tetapi dapat membunuhnya juga. Bukan sigila Pendekar Laknat kalau tidak bertindak segila. ini!" Tiba-tiba ia berputar tubuh dan "bum.... empat orang murid Liau Liau taysu yang menyerang dari belakang, telah disongsong dengan sebuah pukulan. Tubuh keempat orang itu terlempar ke dalam jurang. 92 Sekalian orang terkejut melihat kesaktian Pendekar Laknat yang jauh lebih sakti dari 20 tahun berselang. Liau Liau taysu walaupun marah, tetapi tak dapat berbuat apa2. "Pendekar Laknat mengapa engkau mengganas orang secara begitu kejam? Apakah engkau yakin mampu turun dari gunung Pit-ka-san ini?" bentak Toh Hun-ki, ketua Kong-tongpay. Siau-liong tertawa dingin, Menyerang secara gelap, apakah kalian anggap benar? Aku bebas datang dan pergi. Apakah engkau yakin merintangi aku? Hm, jangan gegabah!" Tokoh2 yang pernah berjumpa dengan Pendekar Laknat pada 20 tahun yang lalu, diam-diam heran. Mengapa sekarang nada tertawa momok itu sedemikian menggerincing dan jauh sekali bedanya dengan tertawa Pendekar Laknat yang dulu? Sikap dan kata2nya juga tak seliar dahulu. "Suheng, jangan termakan siasatnya yang hendak mengulur waktu!" tiba-tiba keempat Sulo dari Kong-tong-pay berseru kepada Toh Hun-ki. Bersama Liau Liau taysu, keempat Su-lo itu segera maju menyerang. Toh Hun-ki cepat mencegah keempat Su-lo tetapi tak keburu merintangi Liau Liau taysu. Karena marah kehilangan empat orang muridnya, Liau Liau taysu menyerang dengan cepat sekali. Namun Siau-liong acuh tak acuh. Tak mau ia melayani serangan paderi itu dengan sungguh2. Tetapi Liau Liau taysu makin kalap. serangan pertama luput, ia susuli lagi dengan serangan kedua yang dilancarkan dengan sepenuh tenaga.

Sesungguhnya tadi Siau-liong gunakan tenaga dalam untuk menyedot serangan Liau Liau taysu. Pada saat paderi itu 93 menyerang yang kedua kali, saat itu juga Siau-liong pentalkan kembali sedotan tenaga-dalamnya. Seketika terdengar letupan keras Liau Liau taysu terhuyung beberapa langkah. Mulutnya menyembur darah dan jatuhlah ia terduduk di tanah. Wajahnya pucat lesi. Buru-buru ia pejamkan mata untuk mengatur peredaran darahnya. Menyaksikan peristiwa itu, Toh Hun-ki dan rombongannya terlongong-longong. Dan pada saat itulah Ki Ih loncat bangun dan terus lari lenyap dalam kegelapan malam! Siau-liong terkejut Diam-diam ia siap untuk memberi bantuan kepada ibunya apabila musuh hendak merintangi. Tetapi ia pun merasa kecewa sekali. Kesempatan untuk berjumpa dengan ibunya, kembali hilang. Kini ia tumpahkan kemarahannya kepada orang2 itu. Sambil kerahkan tenaga dalam, ia maju menghampiri mereka. Toh Hun-ki, ketua Kong-tong-pay, menginsyafi bahwa saat itu akan meletus pertempuran maut. Suatu pertempuran yang akan menggoncangkan dan berakibat besar dalam dunia persilatan, Ia ambil posisi ditengah.... Tokoh2 yang lain pun serentak berbaris dibelakangnya. Tahu betapa penting arti pertempuran itu, Toh Hun-ki tak berani bertindak gegabah. Setelah dahulu mendesak murid kesayangannya, Tong Gun-liong supaya bunuh diri, ketua Kong-tong-pay itu amat menyesal. Karena kematian Tong Gun-liong itu telah membangkitkan kemarahan sicantik Ki Ih. Jika saat itu tambah lagi seorang Pendekar Laknat, ah.... partai Kong-tong-pay tentu hancur....! Diam-diam ketua Kong-tong-pay itu sudah menyiapkan rencana, serunya, Pendekar Laknat. apakah kemunculanmu sekarang ini hendak mengganas.... membunuh.... dan menjagal orang?"' 94 Siau-liong tak menyahut. Ia kehilangan faham bagaimana hendak menyelesaikan dendam kematian ayahnya serta pesan mendiang Koay suhu. Kesempatan itu tak disia-siakan Toh Hun-ki. Ketua Kongtongpay itu melanjutkan pula, Semua ketua partai persilatan dan para tiang-lo yang berada disini, mempersilahkan saudara turun gunung." Habis berkata ketua Kong-tong-pay itu memberi hormat dengan membungkukkan tubuh. Sekalian tokoh pun mengikuti tindakannya. Detik2 itu amat tegang sekali. Sekalian tokoh tak tahu apakah tawaran berdamai itu akan disambut baik oleh Pendekar Laknat.

Sekonyong-konyong Siau-liong bersuit nyaring lalu melenting tinggi ke udara. Berjumpalitan dua kali lalu meluncur turun terus meluncur ke bawah gunung. Dalam sekejab, ia lenyap dalam kegelapan. Siau-liong hendak menyusul ibunya. Tetapi wanita itu sudah lenyap. Dalam beberapa kejab saja, ia sudah lari belasan li. Tiba-tiba tampak tiga sosok bayangn hitam terapung-apung di permukaan sungai Kim-sat-kiang. Ketika dekat, kejut Siau-liong bukan kepalang. Ketiga sosok bayangan hitam itu adalah Tiau Bok-kun yang tengah diserang Soh-beng Ki-su, si Pertapa pencabut nyawa. Dan yang seorang lagi, bukan lain Ki Ih, ibu Siau-liong. Kiranya setelah sadar, Tiau Bok-kun masih perlu bersemedhi memulihkan tenaga Setelah sembuh, ia segera keluar mencari jongos penginapan. Dari keterangan pelayan 95 itu, barulah ia mengetahui bahwa yang menolongnya adalah Siau-liong. Tetapi ia heran, mengapa Siau-liong tinggalkan dirinya dalam rumah penginapan situ? Kemudian setelah mendengar keterangan sipelayan bahwa Siau-liong bersama seorang nona yang menginap di kamar sebelah, seketika timbullah rasa cemburu dalam hati Tiau Bokkun. Ah, Siau-liong telah melupakan dirinya karena terpikat seorang gadis lain! Segera Tiau Bok-kun lari menuju ke sungai Kim-sat-kiang. Ia tidak mencari Siau-liong dan merebutnya lagi dari tangan gadis itu. Dengan ilmu lari cepat, Tiau Bok-kun tiba di kaki gunung Pit-ka-san. Tepat pada saat itu, Soh-beng Ki-su pun turun dari gunung. Dan bertemulah keduanya. Walaupun sadar bahwa tak dapat menandingi Soh-beng Kisu, namun Tiau Bok-kun tetap hendak merebut kembali separoh bagian dari Pending Kumala yang dirampas pertapa itu. Setelah dua tiga kali bertempur dengan Soh-beng Ki-su, Tiau Bok-kun sudah mempunyai pengalaman. Ia harus mengembangkan kelebihannya dalam ilmu ginkang, untuk menutupi kekurangannya dalam tenaga dalam. Kebalikannya Soh-beng Ki-su tak bersemangat untuk bertempur. Ia kuatir akan dikejar Pendekar Laknat atau Ki Ih. Tetapi karena tak bersemangat, kebalikannya ia sukar untuk meloloskan diri. Dan memang yang dicemaskan itu, ternyata terbukti. Saat itu muncullah Ki Ih yang terus menyerangnya. Dengan demikian Soh-beng Ki-su makin kelabakan. Sesaat membayangkan kemungkinan munculnya Pendekar Laknat, semangat Soh-beng Ki-su makin kacau. Ia terus menerus main mundur saja. 96 Siasat main mundur itu dimaksud untuk menjauhkan diri

dari Pit-ka-san serta menghindari Pendekar Laknat. Tetapi diluar dugaan, karena lari tanpa tujuan, Siau-liong malah memergoki mereka. Siau-liong amat girang sekali. Wanita yang satu, adalah ibunya sendiri. Dan yang menjadi lawannya adalah musuh besar Siau-liong. Diam-diam ia membulatkan tekad untuk meringkus pertapa itu. Segera ia mencari alat untuk meluncur di air. Ia berhasil memperoleh dua keping kayu. Dengan berdiri di atas keping kayu itu, ia meluncur ketempat pertempuran. Melihat kemunculan orang yang paling ditakuti, serasa terbanglah semangat Soh-beng Ki-su Satu-satunya jalan yang paling selamat, hanyalah melarikan diri. Saat itu Siau-liong hanya terpisah tiga empat tombak. Ia sudah siapkan pukulan maut. Pertapa itu pasti hancur lebur. Tetapi se-konyong2 ketiga orang yang bertempur itu bubar dan lari, Ki Ih meluncur ke tepi sungai. Ibu." diam-diam Siau-liong menjerit kaget. Diantara dua pillhan: ibu atau musuh, ternyata ia memilih ibu. Dan segeralah ia melesat mengejar Ki Ih. Tetapi wanita itu terkejut karena Pendekar Laknat mengejarnya. Ia batalkan lari ke tepi sungai dan berputar arah, menuju ke tengah sungai lagi, Ia berasal dari Seberang Laut, kepandaiannya berjalan di atas air, amat mengagumkan. Dipermukaan laut yang berombak besar, ia dapat berlari-lari seperti di tanah datar. Apalagi hanya permukaan sebuah sungai. 97 Tetapi Siau-liong pun ngotot. Ia tak mau lepaskan kesempatan untuk menemui ibunya itu. Ki Ih menggunakan dahan pohon, sedang Siau-liong memakai keping kayu. Yang satu seorang wanita berkerudung muka. Yang seorang, seorang tua buruk muka. Mereka saling berkejaran di atas permukaan bengawan Kim-sat-kiang. Akhirnya melihat pengejarnya makin dekat, Ki Ih berputar tubuh dan menyerang dengan ilmu Pedang Kilat. Siau-liong terkejut. Betapapun ia tak berani melawan ibunya sendiri. Tetapi serangan Pedang Kilat itu benar-benar luar biasa cepatnya. Terpaksa ia apungkan tubuh melayang melampaui kepala ibunya. Tetapi dengan tindakan itu, keping papan yang dibuat pijakan tadi, terdampar air dan tenggelam. Untung Siau-liong masih dapat gunakan ilmu meringankan tubuh ketika ia meluncur ke pe-mukaan air, sehingga ia tak sampai tenggelam. Tetapi ketika memandang kemuka, ternyata ibunya sudah meluncur jauh. Tiba-tiba ia melihat keping papan-pinjakannya tadi dibawa arus. Cepat ia memburu dan memakainya lagi. Ketika hendak mengejar, ibunyapun sudah melarikan diri.

Tetapi wanita itu tak mau lari jauh. Ia berdiri dengan sebelah kaki pada dahan kayu sehingga dapat meluncur pesat. Ia tetap mondar-mandir di sepanjang permukaan sungai karena kuatir akan keselamatan Tiau Bok-kun. Kalau nona itu kalah ia segera membantunya. Kepandaian berjalan di atas air, Siau-liong kalah jauh dengan ibunya. Diam-diam Siau-liong kagum melihat ibunya dapat meluncur dengan sebelah kaki. 98 Pemuda itu lupa bahwa saat itu ia masih dalam penyamaran sebagai Pendekar Laknat sehingga ibunya melarikan diri. Siau-liong meniru menginjak papan kayu dengan sebelah kaki mengejar. Seharusnya Soh-beng Ki-su melarikan diri. Tetapi ternyata ia masih bertempur dengan Tiau Bok-kun. Terang dia tentu mempunyai rencana. Tepat pada saat Ki Ih berhasil lolos dari sergapan Siauliong, tiba-tiba Tiau Bok-kun menjerit. Bahu nona itu kena ditutuk oleh Soh-beng Ki-su Dan secepat rubuh, tubuh nona itu terus disambar dan dibawa lari oleh pertapa itu. Mendengar jeritan itu, Siau-liong berpaling. Ketika melihat apa yang terjadi, ia lepaskan ibunya dan terus mengejar Sohbeng Ki-su. Tetapi ketika tiba di daratan, ternyata Soh-beng Ki-su sudah hampir mencapai daerah gunung. Cepat Siauliong mengejar terus. Soh-beng Ki-su benar-benar seorang tua yang licin. Ia gunakan siasat menyusup kesana, menyelinap kemari sehingga Siau-liong kehilangan jejak. Entah sudah berselang berapa lama mereka berkejaran itu, tahu2 saat itu matahari sudah mulai condong kebarat lagi. Karena mengepit tubuh orang, akhirnya letih juga Soh-beng Ki-su sehingga larinya pun kurang cepat. Melihat itu Siau-liong percepat larinya. Saat itu Siau-liong sudah hampir berhasil menyusul tetapi tiba-tiba Soh-beng Ki-su melesat ke dalam gerumbul dan lenyap! 99 Siau-liong gunakan jurus Naga-melingkar-delapan-kali untuk berloncatan di udara dan melayang ketempat Soh-beng Ki-su lenyap tadi. Ternyata di dekat situ terdapat sebuah saluran air seluas dua li. Saluran sungai itu menjurus loncatan diantara gugusan batu yang bertaburan disepanjang saluran. Dan saat itu hampir mencapai ujung terakhir. Siau liong girang karena ujung saluran itu buntu. Cepat ia apungkan tubuh ke atas segunduk batu besar. Tetapi ia terkejut ketika tiba-tiba batu itu bergerak.... Cepat ia loncat kembali ketempatnya tadi.

Batu besar itu berguguran, menghamburkan tanah lumpur ke udara. Setelah lumpur lenyap, kejut Siau-liong bukan alang kepalang. Ternyata batu yang diinjaknya tadi adalah kepala seekor ular besar. Binatang itu mengangkat kepalanya ke atas lalu menyerang Siau-liong. Tetapi Siau-liong dapat menghindari. Setelah dua tiga kali serangannya tak berhasil, ular itu marah dan menyemburkan segumpal asap beracun.... Siau-liong menjerit kaget. Sambil salurkan tenaga dalam Bu-kek-sin-kang ketelapak tangan, ia berjumpalitan dengan gerak Naga-berputar-18-kali, lepaskan hantaman lalu meluncur ke atas sebatang pohon disebelah kiri. Tetapi pukulan sakti Bu-kek-sin-kang tak mampu menghalau uap beracun yang tetap melayang ketempat Siauliong. Siau-liong makin kaget. Tak mungkin ia dapat menghindar kelain tempat lagi. Akhirnya ia nekad, apungkan tubuh melayang ke atas badan ular raksasa. Tetapi tiba-tiba sisik ular itu bertebaran menyerangnya. Setiap helai sisik, merupakan seperti sebatang badik tipis. 100 Untunglah Siau-liong dapat menghalau sisik maut itu. Kemudian ia berjumpalitan menyerang punggung ular. Rupanya ular itu jeri juga. Sambil menyerang dengan kepala dan ekor, binatang itu siap2 melarikan diri. Kejut Siau-liong makin besar. Ternyata ular raksasa itu bukan ular sesungguhnya tetapi sebuah ular tiruan yang digerakkan dengan alat. Setelah mengetahui rahasianya, Siau-liong segera lancarkan serangan hebat dengan tangan kanan dan kiri. Terdengar ledakan dahsyat dan ular itu pun hancur berkepingkeping. Siau-liong menghela napas longgar. Memandang kesekeliling, hanya karang dan batu2 berserakan yang menabur seluruh permukaan sungai itu. Tetapi ketika memperhatikan dengan seksama ternyata batu2 itu seperti diatur orang dengan rapi. Siau-liong termenung. Ia harus menolong Tiau Bok-kun tetapi keadaan tempat disitu amatlah misterius dan berbahaya. Tiba-tiba entah darimana, air meluap dan mengalir deras sekali dan cepat merendam batu2 dipermukaannya. Sungai meluap, bukan soal. Tetapi ia kuatir batu2 itu merupakan alat rahasia yang berbahaya. Akhirnya ia gunakan gerak Naga-berputar-18-kali melayang kekarang sebelah muka. Tetapi baru kaki menginjak karang itu, ia segera mengeluh, Celaka!" Batu karang menonjol itu menyurut ke dalam dan berbareng itu dari kedua samping, berhamburanlah panah beracun serta bermacam senjata rahasia. 101 Untunglah Siau-liong tak gugup. Ia gunakan ilmu berat

tubuh Cian-kin-tui, meluncur kepermukaan air dibawah. Tetapi segera ia menyadari bahwa ilmu kepandaianya meringankan tubuh, belum mencapai tingkat dapat berjalan di atas air. Namun ia tak putus asa. Cepat ia dapat menemukan akal. Ratusan batang anak panah dan lain-lain senjata rahasia yang terapung di atas air itu, dapat digunakan sebagai alat berjalan di air. Dan ternyata memang benar. Dengan menginjak di atas ratusan batang anak panah, dapatlah ia meluncur kemulut saluran sungai. Tiba di ujung saluran, cepat ia loncat kekarang sebelah samping. Karena ujung saluran itu meluncur ke bawah, merupakan suatu air terjun yang berpuluh tombak tingginya. "Pertapa itu tentu mengambil jalan kecil ini, pikirnya sambil mengamati jalan kecil yang terdapat dikarang situ. Sejenak meragu. ia terus melangkah maju. Berjalan beberapa langkah, terdengar gumpalan karang berguguran jatuh. Setelah tenangkan diri, ia lanjutkan langkah lagi. Dan sampai sekian lama, ia tak mendapat gangguan suatu apa lagi. Ujung penghabisan dari jalan itu. merupakan sebuah lembah. Disitu terdapat sebuah pintu raksasa dari batu yang penuh guratan hurup Jun atau musim Semi. Ia tak menyadari bahwa saat itu ia tengah berada di lembah Ban-jun koh atau lembah Musim-semi. " Siau -liong tak menghiraukah suatu apa. Ia terus maju. Ah, serasa ia memasuki sebuah dunia baru. Dunia yang beralam keindahan musim Semi. Penuh bunga2 mekar, rumput2 hijau dan alam nan segar berseri. Hembusan angin sepoi mengantar bau bunga, membuat semangat Siau-liong sedap segar. Lembah Musim-semi itu merupakan akibat dari gempa bumi sehingga karang dan batu2 merekah, jaluran air malang melintang bagaikan jaring labah-labah. 102 Siau-liong amat gembira. Setelah membuka baju luarnya yang basah, ia menyusur jalan kecil ditengah padang bunga. Tiba-tiba ia mendengar orang menyanyi lagu 'Keindahan alam dan Kehidupan' Ia terkejut dan cepat memandang kesekeliling. Tetapi tak menemukan apa2. Ia berhenti. Jelas suara nyanyian itu berasal dari seorang wanita. Kembali terdengar nyanyian itu mengalun. Nadanya melengking tinggi macam orang merintih. Siau-liong terkesiap. Sekonyong-konyong muncul seekor burung kakak tua besar. Dan hampir saja Siau-liong melonjak kaget ketika burung itu dapat berseru seperti manusia, Ada tamu! Ada tetamu....!" Belum Siau-liong mengambil suatu tindakan tiba-tiba muncul seekor burung gagak hitam terbang melayang di udara dan berbunyi beberapa kali. Siau-liong tersirap dan seketika ingat bahwa saat itu ia

sedang mengejar Soh-beng Ki-su. Cepat2 ia ayunkan langkah lagi. Tetapi jalan disebelah depan penuh dengan lingkaran saluran air kecil yang melingkar-lingkar seperti jaring labah-labah. Hutanpun makin lebat sehingga ia kehilangan arah. Tiba-tiba burung kakak tua tadi me-lonjak2 di atas dahan pohon lalu melayang kemuka dengan pelahan. Seketika timbullah pikiran Siau-liong. Jika burung itu dapat bicara, tentulah burung piaraan orang. Ia memutuskan untuk mengikuti arah terbangnya kakak tua itu. 103 Ternyata pemandangan dalam lembah itu makin lama makin mengagumkan. Penuh dengan pohon-pohon bunga dan rumput2 hijau serta desir air mengalir disaluran. Angin pun menebarkan bau yang harum. Setelah dua kali membelok tikungan dan melintasi beberapa hutan, tiba-tiba kakak tua itu terbang cepat, masuk ke dalam hutan lebat. Siau-liong tertegun. Saat itu ia tiba dimuka sebuah lembah yang sempit. Sebuah batu besar penggunduk ditengah mulut lembah. Mirip dengan pintu. Tengah ia bersangsi, tiba-tiba dendang nyanyian itu kembali terdengar melantang dari dalam lembah. Masakan nyanyian itu suara burung kakak-tua?" diamdiam ia meragu setelah mendengar jelas lagu yang dinyanyikan. Ia terus maju memasuki mulut lembah. Tetapi apa yang terbentang dihadapannya, benar-benar membuatnya terkejut bukan kepalang. Di dalam lembah itu ternyata merupakan sebuah tanah datar yang seluas sepuluh tombak. Ditengahnya terdapat sebuah empang. Di atas empang tertutup oleh asap putih menyerupai awan. Dalam kabut putih itu samar-samar tampak 20 lebih wanita cantik yang rambutnya terurai kebahu. Mereka tengah bermain-main dalam empang itu. Seorang dara yang tengah bersandar pada sebatang pohon liu tengah berdendang lagu. Kiranya nyanyian tadi, adalah dara itu yang mendendangkan. Siau-liong ter-longong2 mengawasi pemandangan disitu. 104 Kongcu datang!" tiba-tiba seorang gadis cantik berpakaian kuning berteriak. Rombongan dara yang tengah bermain-main diempang itu serentak tertegun. Cepat mereka pencarkan diri dalam dua rombongan dan tegak dengan khidmat. Tak berapa lama dari dalam hutan muncul delapan gadis dengan membawa semacam selendang. Mereka menghampiri empang dan berdiri dalam dua rombongan.

Sesaat kemudian muncullah seorang wanita yang amat cantik, dalam pakaian yang gilang-gemilang. Serentak barisan gadis-gadis itupun berdiri memberi hormat. Sejenak wanita cantik itu memandang kesekeliling lalu bertanya, Mana Siau-jui!" Seorang bujang yang mengawal disamping, segera berteriak, Siau-jui' Siau-jui....!" Dari arah hutan terdengar suara penyahutan. Dan seekor burung kakak tua segera terbang melayang hinggap di atas bahu wanita cantik itu. Ah, kiranya burung kakak tua yang diikuti Siau-liong tadi. Sambil tertawa wanita itu mengelus-elus kepala kakak tua lalu menyerahkan kepada seorang bujang. Kemudian ia membuka pakaian hendak mandi. "Jangan! Jangan mandi ada orang asing!" tiba-tiba kakak tua itu berbunyi nyaring. 105 Nona cantik itu tertegun. Ia tak jadi membuka pakaian. Dan Siau-liong pun terkejut. Cepat ia bersembunyi tetapi terlambat. Dua orang bujang menjerit kaget. "Mundur!" bentak nona cantik seraya loncat kemulut lembah. Karena sudah kepergok, terpaksa Siau-liong unjuk diri sekali. Ia memberi hormat dan menjelaskan, Karena tersesat jalan. aku keliru masuk kemari. Harap nona maafkan!" Sicantik terkejut mundur selangkah. Ditatapnya Siau-liong dengan tajam. Rambut Siau-liong yang kusut masai terurai kebahu, mata besar, hidung dan mulut lebar serta muka kotor, membuat sicantik tertawa. "Nona menertawakan aku.... Lama sekali nona cantik itu tertawa. Kemudian berseru, Kalau tak salah tuan tentulah Pendekar Laknat yang termasyhur diseluruh jagad itu?" Siau-liong terkesiap. Ia menyadari bahwa saat itu ia masih menyamar sebagai Pendekar Laknat. Maka ia mengiakan. Nona itu juga tertegun. Rupanya ia heran melihat perobahan sikap dan ucapan Pendekar Laknat. Rupanya Siau-liong menyadari. Buru-buru ia berganti dengan nada parau seperti orang tua, Jika tak salah, nona tentulah pemilik lembah Musim-semi ini." Sicantik tertawa mengikikik, Engkau menduga tepat. Konon kabarnya lo-cianpwe disohorkan congkak, angkuh dan ganas. Tetapi kenyataannya lo-cianpwe seorang yang amat ramah!" 106 Dipanggil 'lo-cianpwe' Siau-liong terpaksa hanya meringis lalu tertawa gelak2. Sicantik memainkan biji matanya yang indah beberapa

jenak, lalu berkata pula, Kabarnya lo-cianpwe sudah mengasingkan diri digunung selama 20 tahun. Entah mengapa lo-cianpwe mendadak mengunjungi lembah yang sunyi ini.... Siau-liong hendak menyahut tetapi nona itu cepat mendahului lagi, Sungguh suatu kehormatan besar sekali locianpwe sudi berkunjung kemari. Silahkan masuk ke dalam lembah. Kami hendak menghormat dengan mempersembahkan minuman sekedarnya!" Nona itu lalu menyisih kesamping mempersilahkan tetamunya. Siau-liong terpaksa masuk ke dalam lembah. Ia mempunyai dua alasan. Pertama, kemungkinan Soh-beng Kisu tentu mempunyai hubungan dengan nona itu. Kedua, ia ingin tahu apakah sebenarnya yang disebut lembah Musimsemi itu! Ternyata ditengah hutan terdapat sebuah jalan yang bersih, menuju kesebuah bangunan gedung besar dan megah. Pintunya bercat warna emas dan dihias dengan ukir-ukiran yang indah. Empat orang bujang cepat menyambut kedatangan si nona dengan hormat. Si nona suruh mereka pergi. Kemudian ia mengajak Siau-liong masuk dan duduk dimeja yang penuh hidangan dan minuman. Tak lama, terdengar bunyi tetabuhan harpa yang merdu. Siau-liong terkesiap. Tiba-tiba nona itu berbangkit mengangsurkan secangkir teh wangi kepada Siau-liong, Silahkan minum." 107 Siau-liong tertawa menyambut tetapi ia letakkan lagi dimeja. Lengan baju si nona bergetar dan setiup hawa wangi menabur hidung Siau-liong. Seketika bergeloralah darah Siauliong, nafsu berkobar. Berpaling ke arah pemilik lembah, didapatinya si nona tengah menyungging senyum manis, mata mengicupkan sinar kecabulan.... Saat itu hampir Siau-liong tak kuat menahan diri lagi. Ia hendak memeluk nona cantik itu. Tetapi sekonyong-konyong ia terkesiap ketika telinganya serasa mendengar bentakan, Jangan!" Cepat ia tenangkan pikiran, katanya: Aku sudah tua, mungkin tak dapat memenuhi harapan nona!" - Diam-diam ia pancarkan tenaga - sakti Bu-kek-sin-kang ke arah nona itu. Nona itu terkejut dan terhuyung mundur sampai 5-6 langkah. Kuperlakukan engkau sebagai seorang cianpwe, tetapi engkau.... Ha, ha," Siau-liong menukas tertawa, "Jangan banyak omong. Aku akan pergi!" Pada saat Siau-liong melangkah muncullah 20 orang gadis dengan menghunus pedang. Siau-liong tertawa, Jika nona tahu siapa diriku, mengapa suruh anak2 perempuan mengantar jiwa?"

Nona cantik itu menghela napas dan suruh gadis2 itu menyingkir. Kemudian ia berkata kepada Siau-liong, Jika locianpwe hendak pergi, silahkanlah.... tiba-tiba nadanya berobah rawan. Rupanya kita tak dapal keluar dari lembah ini!" 108 "Mengapa?" Siau-liong terkejut. Kembali nona itu menghela napas, Ah, apakah lo-cianpwe tak tahu? Seluruh tahun lembah ini beriklim hangat seperti musim Semi. Sumber air disini mendidih panas. Hal ini akibat dari hawa panas dari kerak bumi. Dan tanah lembah ini mengandung tambang belirang. Kami yang sejak kecil hidup disini. memiliki jasmani yang beda dengan orang kebanyakan. Apabila kami keluar dari lembah ini, dalam waktu setahun saja, semua ilmu kepandaian kami tentu lenyap dan kami pun mati!" Siau-liong tergerak hatinya. Apakah kalian hendak tinggalkan lembah ini?" tanyanya. Nona itu kerutkan dahi, Sebagai wanita persilatan, kami ingin mencari pengalaman dan melakukan dharma kebaikan. Sudah tentu kami ingin sekali keluar dari tempat ini," Siau-liong mengangguk, Lalu dengan cara bagaimana kalian hendak keluar dari lembah ini?" Tiba-tiba nona itu berlutut dan bercucuran air mata, Justeru itulah kami hendak minta lo-cianpwe menolong." "Ah, tetapi aku seorang tiada berguna," Siau-liong tersipusipu. Nona itu menangis, Lo-cianpwe seorang sakti tiada tanding. Jika tak mau memberi pertolongan, lebih baik kami mati saja!" Nanti dulu," buru-buru Siau-liong mencegah, asal dapat saja, aku tentu mau membantu!" 109 "Asal lo-cianpwe mau, tentu dapat menolong kami," nona itu tertawa. Ia memberi hormat, berbangkit lalu duduk didepan meja. Siau-liong-pun terpaksa duduk lagi. Kami telah mendapat bantuan Soh-beng Ki-su untuk mencari peta pusaka. Dengan peta pusaka itu kami akan menemukan penyimpanan pusaka. Diantaranya terdapat semacam pil Hian-ki-tan yang berkhasiat membikin tulang2 kita seperti baru tumbuh lagi. Dengan begitu dapatlah kami memiliki jasmani seperti orang biasa. Separoh bagian dari peta itu berhasil direbut Soh-beng Ki-su. Tetapi yang separoh bagian masih berada pada lo-cianpwe. Maka sudilah locianpwe memberikan kepada kami, sesuai dengan kesediaan lo-cianpwe hendak menolong kami tadi!" Siau-liong terkejut ketika mendengar kata2 si nona. Ternyata dugaannya benar. Soh-beng Kisu bersembunyi dalam lembah situ. Tetapi dia seorang pemuda yang berhati welasasih.

Ia kasihan kepada nasib gadis2 itu. "Tetapi benda itu tak berada padaku. Desas-desus dalam dunia persilatan itu tidak benar.... katanya. Seketika berobahlah wajah si nona. Ia tertawa sinis, Benar, memang separoh dari Pending Kumala itu berada ditangan ketua Kong-tong-pay.... Tetapi lo-cianpwe sudah berulang kali menempurnya. Menilik kesaktian lo-cianpwe, tentulah peta itu sudah ditangan lo-cianpwe.... nona itu berhenti sejenak lalu berkata lagi, Apabila kedua peta disatukan, tentulah mudah mencari pusaka itu. Terus terang, pusaka itu disimpan dalam gunung ini. Aku hanya menghendaki pil Hian-ki-tan saja. Lain-lain kuserahkan kepada lo-cianpwe semua!" "Tetapi benda itu benar-benar tak berada padaku. Jika tak percaya, terserah!" 110 Tetapi nona itu makin ngotot Sudah 20 tahun lo-cianpwe mengasingkan diri. Jika bukan karena pusaka itu, tak mungkin lo-cianpwe akan muncul lagi!" Saat itu barulah Siau-liong menyadari kalau Giok-pwe atau Pending Kumala merupakan penyebab dari kehebohan besar. Dan teringat jugalah ia akan kata2 Pengemis Tertawa dalam rapat Kay-pang di biara tempo hari. Pengemis itu mengatakan bahwa dunia kacau-balau. Keempat durjana Thian, Te, Liong dan Hou bermunculan di dunia persilatan. Tentulah mereka juga terpikat oleh peta pusaka itu. Siau-liong tertegun. Lalu apakah tujuan lo-cianpwe mengejar Soh-beng Ki-su itu?" tanya nona itu pula. Untuk menolong nona Tiau Bok-kun!" Bukan untuk menolong Pending Kumalanya?" nona itu menyindir. Siau-liong mengkal sekali, sahutnya, Ya, anggaplah begitu karena benda itu warisan keluarganya." Nona itu tertawa mengejek. Tiba-tiba wajahnya berobah bengis lalu membentak, Rusa tua, sudah kuketahui kelicikanmu." Siau-liong terkesiap. Wanita memang aneh. Beberapa saat berselang masih merengek-merengek menyebut lo-cianpwe. Sekarang berbalik memaki-maki! 111 "Tak perlu bersilat lidah menutupi maksudmu. Aku adalah seorang pembohong besar. Tak mungkin engkau dapat mengelabuhi aku" Maka tiba-tiba nona itu menghambur ejek. "Memang kenyataan begitu, apakah yang harus kukatakan? Jika tak percaya. akan kuserahkan separoh Giok-pwe yang berada pada Toh Hun-ki tetapi nona harus melepaskan nona Tiau!"

Nona cantik itu tertegun. Ia heran mengapa sekarang Pendekar Laknat berubah menjadi manusia yang menjunjung budi kebaikan? Tetapi ia tak mudah percaya, serunya, Kalau engkau hendak menolong Tiau Bok-kun, apakah engkau mau menemuinya? Dia berada disini!" Sebelum Siau-liong menjawab, nona itu sudah bertepuk tangan tiga kali. Dinding ruang yang semula merupakan batu marmar hijau, tiba-tiba berderak-derak merekah dan terbukalah sebuah pintu. Seorang nenek tinggi besar, memapah keluar seorang gadis yang rambutnya kusut masai. Siau-liong terkejut. Gadis itu adalah Tiau Bok-kun. Menilik wajah dan semangatnya yang sayu lunglai, tentulah gadis itu telah ditutuk jalan darahnya. Serentak Siau-liong hendak menghampiri. Tetapi nona pemilik lembah mengancamnya, Selangkah lagi engkau berani maju, nona itu tentu kuhancurkan!" Siau-liong tertegun. Serahkan!" nona itu tertawa. Apa yang harus kuserahkan?" Siau-liong heran. 112 Jangan pura-pura! Serahkan Giok-pwe itu ." Apakah nona tak percaya kepadaku?" tanya Siau-liong. "Mengapa aku harus percaya?" Siau-liong mendengus, Ho, kiranya engkau juga pembohong" Nona itu tertawa ejek, Tadi berbohong sekarang, tukar menukar Separoh Giok-pwe itu dapat ditukar dengan jiwa nona Tiau ini. Bagaimana kehendakmu " Sejenak Siau-liong kehilangan faham. Akhirnya ia tertawa, Aha, kita sama2 bermain sandiwara. Engkau menipu aku, aku menipumu. Aku hendak menipu Giok-pwemu, engkau hendak menipu Giok-pweku.... Sekarang baru engkau bicara benar!" dengus nona itu. Siau-liong gelengkan kepala, Soal ini tiada sangkut pautnya dengan nasib nona Tiau. Menurut hematku, baiklah kita bertaruh. Siapa'yang menang, akan memperoleh kedua potong Giok-pwe itu. Setuju?" Nona itu merenung. Memang benar. Membunuh Tiau Bokkun pun tiada sangkut pautnya dengan kepentingan Pendekar Laknat. Rusa tua, katakanlah bagaimana pertaruhan itu?" katanya. Seorang lelaki takkan berkelahi dengan orang perempuan. Orang tua takkan menghina orang muda. Baiklah kita bertaruh dalam soal kepandaian masing-masing dan tidak saling bertempur." 113 Caranya? tanya si nona.

Pendekar Laknat mengusulkan untuk mengadu kepandaian melempar gundu ke dalam mangkuk. Nona itu terpaksa menyadari karena ia merasa tak menang dengan momok itu. Nona itu menyediakan 4 biji benda bundar dan sebuah mangkuk. Setelah menaruh benda2 itu di atas meja, Siau-liong mempersilahkan si nona yang melempar lebih dulu. Diam-diam nona itu tertawa dalam hati. Ia yakin tentu akan menang. Dengan gaya yang indah, ia lemparkan keempat gundu itu ke dalam mangkuk. Gundu ber-putar2 dan melingkar2 membentuk sepasang huruf ji (dua). Menang!" teriak si nona. Nanti dulu, aku belum," seru Siau-liong terus mengambil gundu dan dilemparkan ke dalam mangkuk Gundu berputarputar kemudian berhenti dalam bentuk huruf Liok (enam) Ha, ha, akulah yang menang!" serunya. Tidak, tidak! Gunduku dapat berputar lebih cepat." teriak si nona. Tetapi gunduku dapat membentuk jumlah yang lebih banyak!" sahut Siau-liong. Baiklah, engkau yang menang. Tetapi masih dua kali lagi bertanding," akhirnya nona itu mengakui. Ia menjeput gundu lalu dilemparkan lagi. Gundu2 itu berhenti berjajar-jajar rapi di tengah mangkuk. Nona itu tertawa bangga. 114 Jangan tertawa dulu," tukas Siau-liong seraya menjemput gundu lalu dilemparkan ke udara. "Klotek".... gundu2 itu berhamburan jatuh dan serentak berhenti ditengah mangkuk. Engkau kalah lagi!" serunya. Tiba-tiba nona itu menuding muka Siau-liong dan memaki, Ho, bagus benar muslihatmu, rubah tua! Engkau sengaja menantang pertandingan bermain gundu ini supaya aku kalah. Tidak! Jika tak mau menyerahkan separoh Giok-pwe itu, jangan harap engkau dapat keluar dari lembah ini!" Siau-liong tertawa mengejek. Jika dengan kepandaian, engkau mampu mengalahkan aku, tentu takkan ingkar. Tetapi caramu tidak jujur. Kalau menang, engkau meminta Giok-pwe. Tetapi kalau kalah, engkau cari alasan ini itu. Memang kalau aku sudah mati disini, tentu tak dapat keluar. Tetapi untuk membunuh Pendekar Laknat, lebih sukar daripada mendaki tangga kelangit!" Nona itu marah dan malu. Wajahnya sebentar pucat sebentar merah padam. Serentak ia mencabut pedang. Dengan jurus Bianglala-menutup-matahari. ia menusuk dada Siau-liong. Siau-liong mengendap dan menyurut mundur, Rombongan gadis yang terdiri dari 20 orang itu pun serentak pecah diri membentuk sebuah barisan. Kemudian mereka menghunus

pedang dan maju menghampiri Siau-liong. Karena tak mencelakai gadis2 itu, Siau-liong menyurut mundur. 115 Serangan pertama gagal, gadis pemilik lembah menyusuli lagi dengan serangan kedua dalam jurus Ular-putih-menyulur lidah. Ia menusuk dada Siau-liong sekuat-kuatnya. Saat itu Siau-liong sudah mundur kira2 terpisah dua meter dari tempat Tiau Bok-kun. Dengan gesit, ia mengisar dan menendang tangan si nona. Nona itu cepat merobah gerakan pedangnya. Tetapi diluar dugaan, tendangan Siau-liong itu hanya ancaman kosong. Begitu si nona menghindar, secepat kilat pemuda itu berputar diri kesamping sinenek tua dan menutuk punggungnya. Dan serempak dengan gerakan menutuk itu, tangan kiri pun menyambar bahu Tiau Bok-kun. Ia hendak menerobos keluar dari kepungan. Tubuh tua yang licin!" nona pemilik lembah memekik seraya menyerang dan memberi isyarat agar barisan gadis itu pun ikut menyerbu. Dalam keadaan seperti itu, terpaksa Siau-liong harus membela diri. Sebuah ayunan tangan kiri, membuat tiga orang gadis tersurut mundur, muntah darah dan terkapar di tanah Siau-liong terkejut. Ia menyadari bahwa pukulan yang diayunkan itu adalah ajaran pengemis Tengkorak-sakti Song Thay-kun. Pukulan Thay-siang-ciang yang amat sakti! Ha, ha, jangan mengantar jiwa sia-sia!" serunya memberi peringatan. Pada saat si nona pemilik lembah tertegun, Siau-liong lepaskan lagi sebuah pukulan. Nona itu terkejut dan cepat loncat menghindar. Kesempatan itu tak disia-siakan Siau-liong. Dengan gerak Harimau-buas-tinggalkan-gunung, sambil mengepit tubuh Tiau Bok-kun, ia loncat keluar pintu. 116 Tetapi pintupun tertutup. Siau-liong menghantamnya dengan pukulan Bu-kek-sin-kang. "Bum.... terdengar ledakan keras tetapi pintu itu tak kurang suatu apa. Siau-liong heran. Dalam pada itu rombongan gadis yang dipimpin nona cantik tadi pun tiba. Tetapi agaknya nona pemilik lembah itu gentar terhadap Pendekar Laknat. Ia tak berani segera menyerang melainkan memaki-maki dari kejauhan. Siau-liong cepat memutuskan. Kalau tak dapat menembus pintu muka mengapa ia tak mau coba menerjang pintu belakang? Sambil mendukung Tiau Bok-kun, ia loncat melayang keruang besar. Ternyata di belakang ruang itu, merupakan sebuah hutan lebat. Siau-liong menerobos ke dalam hutan. Ia kira, ujung hutan itu tentu merupakan jalan belakang keluar

dari lembah. Tetapi ternyata, hutan itu gelap sekali. Melintas kian kemari, ia tetap hanya berputar-putar dalam hutan itu saja. Siau-liong gelisah. Ia memandang kesekeliling dengan seksama. Sejauh mata memandang, hanya pohon2 bunga yang tampak. Jarak pohon itu satu dengan lain hampir sama, sukar dibedakan. Sejenak tertegun, mulailah Siau-liong berjalan lagi dengan pelahan. Setiap tiga batang pohon diberinya tanda. Setelah lebih 40 pohon, ia telah mencapai dua li jauhnya. Tetapi ah.... ternyata ia balik lagi pada jalan semula atau pohon pertama yang telah diberinya tanda tadi. Akhirnya ia menghela napas, meletakkan Tiau Bok-kun lalu bersandar pada pohon. Nona itu masih meram, tiga buah jalan darahnya ditutuk orang. Sekalipun sudah ditolong Siau-liong 117 tetapi nona itu tetap belum sadar. Terpaksa Siau-liong mengurutnya. Beberapa waktu kemudian barulah nona itu menguak dan tersadar. Begitu melihat Siau-liong, nona itu menjerit dan meronta hendak lari. Nona Tiau, mengapa engkau ini?" tegur Siau-liong. Dengan wajah pucat, nona itu menyurut mundur, Engkau.... engkau bukan pendekar Lak.... Jangan kuatir, aku takkan mencelakaimu!" buru-buru Siauliong menukas setelah menyadari dirinya masih sebagai Pendekar Laknat. Tiau Bok-kun berhenti, memandang kesekeliling penjuru. Dengan tertawa, Siau-liong duduk dan berkata, Silahkan duduk, nona." Dengan ragu2 nona, itu ikut duduk. Tiba-tiba ia teringat, serunya, Tadi aku seperti ditutuk oleh Soh-beng Ki-su.... locianpwekah yang menolong?" Diam-diam Siau-liong geli. Sahutnya, Benar, memang aku yang menolongmu. Tetapi saat ini kita masih terbenam dalam barisan musuh. Entah kita dapat atau tidak keluar dari lembah ini!" Buru-buru Tiau Bok-kun menghaturkan terima kasih, ujarnya, Ah, kiranya lo-cianpwe seorang yang berbudi luhur. Desas-desus dalam dunia persilatan itu ternyata tidak benar!" Desas desus bagaimana?" 118 "Kabarnya 20 tahun yang lalu lo-cianpwe amat ganas gemar membunuh, congkak, dingin, tak suka bersahabat dan kejam sekali.... "Adakah aku sesuai dengan desas-desus itu?" Tiau Bok-kun tertawa kecil dan tundukkan kepala Ku.... rasa tidak sesuai. Lo-cianpwe seorang baik. Aku tak percaya

segala omongan orang itu!" Diam-diam Siau-liong merasa bahagia. Selebat hutan dalam lembah Musim-semi, hatinya terasa pekat sekali hingga tak dapat berkata-kata. Setelah beberapa saat, Tiau Bok-kun rasakan tenaganya pulih kembali. Melihat Pendekar Laknat diam saja, ia bertanya, Lo-cianpwe, apakah kita tak berangkat lagi?" "Mungkin kita terpaksa bermalam disini," Siau-liong tertawa hambar. Tiau Bok-kun terbeliak. Ia heran mengapa seorang tokoh yang sedemikian sakti, tak berdaya keluar dari hutan itu. Sekonyong-konyong terdengar suara ketawa keras. Dan melengkinglah teriakan garang dari nona pemilik lembah, Rubah tua, sepandai-pandai tupai melompat, sesekali tergelincir juga. Betapapun saktimu, tetapi kali ini jangan harap engkau mampu keluar dari lembah ini!" Tiau Bok-kun berpaling memandang keseluruh penjuru, Tetapi ia tak dapat menentukan arah datangnya suara itu. Siau-liong murka. Dengan menggembor keras ia menghamburkan lima buah pukulan Bu-kek-sin-kang keempat 119 penjuru, Pohon2 berderak-derak putus dahannya. Ranting dan daun bertebaran. "Ibiis tua! Pohon berjumlah 2000 batang. Kecuali engkau mampu menghantam habis, barulah engkau mampu keluar dari lembah ini. Tetapi masih ada pula Pagar Harimau, Pagar Singa, Pari Beracun dan lain-lain.... tiba-tiba terdengar lengking suara mirip hantu merintih. Tiau Bok-kun pucat, Siau-liong pun tertegun. Itulah suara Soh-beng Ki-su, manusia yang dibencinya. Tetapi apa daya. Ia hanya termenung. Saat itu hari mulai petang. Tiba-tiba segumpal kabut tipis bertebaran melayang-layang. Makin lama makin tebal, baunya mengandung belirang. Jelas bukan kabut sewajarnya melainkan ditaburkan orang. "Lo-cianpwe, mereka melepas api!" seru Tiau Bok-kun makin cemas. Tetapi Siau-liong tertawa tenang, Api tak jadi soal, tetapi ini....- ia tak dapat melanjutkan kata-katanya karena batuk2 terserang bau belirang. Tiau Bok-kun pun ikut batuk2. "Iblis tua! Jangan lama2, lekaslah engkau ke Neraka!" seru Soh-beng Ki-su pula. Siau-liong tertawa nyaring, serunya, Ha, tahukah engkau bahwa separoh Giok-pwe itu berada dalam tanganku?" "Bagus, setelah engkau mati, tentu dapat kita ambil!" seru Soh-beng Ki-su dan nona pemilik lembah. 120 Siau-liong tertawa mengejek, Ho, di dunia tak ada hal

yang seenak bayanganmu itu! Jika aku mati, tentu lebih dulu Giok-pwe itu akan kuhancurkan.... Kata2 Siau-liong itu ternyata membawa pengaruh. Sohbeng Ki-su dan si nona pemilik lembah berdiam diri. Tetapi dalam pada itu kabut pun mulai menipis dan akhirnya lenyap sama sekali. Andaikata Siau-liong tak menggunakan siasat tadi, tentulah ia dan Tiau Bok-kun sudah binasa. Hari makin malam. Hutan makin gelap gulita. Tiba-liba Tiau Bok-kun terhuyung-huyung dan berbargkit, Lo-cianpwe.... "Nona Tiau, mengapa engkau!" Siau-liong terkejut. Tiau Bok-kun rubuh ,.... ---ooo0dw0ooo--Jilid 03 Disimpang Jalan Siau-liong terkejut tetapi gadis itu sudah rubuh. Buru-buru ia menolongnya.... Dahi nona itu mengerut gelap, kaki tangan lunglai dan bibirnya gemetar. Siau-liong menyadari bahwa kabut belirang tadi tentu mengandung racun.... Karena ia sudah mendapat saluran tenaga murni dari Koay-suhu simanusia dari gua dan minum darah makhluk aneh serta makan buah Im-yang-som maka ia memiliki daya tahan yang kebal terhadap kabut beracun itu. 121 Beda dengan Tiau Bok-kun yang lebih rendah kepandaiannya sehingga tak tahan diserang kabut itu. Sejak kecil ikut pada gurunya, tabib sakti Kongsun Liong, Siau-liong pun faham akan ilmu pengobatah. Karena tak membekal obat, tak dapat ia menyembuhkan nora itu. Akhirnya ia hanya dapat melakukan cara mengurut untuk menekan racun dalam tubuh gadis itu supaya jangan mengembang luas. Tak berapa lama Tiau Bok-kun tersadar. Memandang Siauliong, nona itu mengeluh, Lo-cianpwe, aku benci.... "Siapa?" Tiau Bok-kun menghela napas panjang, Aku benci diriku yang bernasib malang ini.... Siau-liong tertawa lalu menghela napas. Lo-cianpwe," kata nona itu pula, dengan kepandaian yang sakti engkau tentu dapat keluar dari lembah ini. Janganlah karena diriku, engkau akan mendapat kesusahan.... Siau-liong tertawa, Orang menjuluki diriku Pendekar Laknat. Kegemaranku mengurus hal2 yang tak adil. Sekali campur tangan, tak pernah aku mundur lagi." Tiau Bok-kun gelengkan kepala, Nasibku memang malang. Hidupku selalu dirundung kesusahan dan keputus-asaan. Andaikata dapat keluar dari lembah ini, bagiku pun tiada manfaatnya hidup di dunia!" Sejenak berhenti, nona itu berkata pula, Lo-cianpwe,

apakah engkau mau meluluskan sebuah permintaanku?" 122 Siau liong buru-buru mengiakan. Sesaat tampak Tiau Bok-kun meragu tetapi akhirnya ia berkata juga, Ada seorang pemuda gagah bernama Kongsun Liong. Adakah lo-cianpwe kenal padanya?" Jantung Siau-liong mendebur keras. Cepat ia menyahut, Dia adalah ketua partai Kay-pang yang termasyhur. Masakan aku tak kenal?" Tiau Bok-kun menghela napas. "Tolonglah lo-cianpwe suka menyerahkan suratku ini kepadanya. Katakan . ,.... katakanlah, bahwa aku sudah meninggal dunia. Budi pertolongannya kepadaku, terpaksa kelak pada penitisan yang akan datang, baru dapat kubalas!" Habis berkata nona itu menangis tersedu-sedu. Siau-liong terpaksa ikut mengucurkan air mata. Untunglah karena gelap, tiada yang mengetahui keadaannya saat itu. Sesungguhnya sudah berulang kali Siau-liong hendak menyingkap kedoknya agar Tiau Bok-kun terkejut girang. Tetapi setiap kali, ia batalkan niatnya. Kini baru ia mengetahui betapa besar cinta Tiau Bok-kun kepadanya.... Pikiran Siau-liong mulai melayang-layang jauh.... Dari keterangan gurunya, yakni tabib sakti Kongsun Sintho, Siau-liong mengetahui bahwa pembunuh ayahnya adalah ketua Kong-tong-pay yang bernama Toh Hun-ki serta keempat tokoh tua dan partai itu. Dan Toh Hun-ki itu sesungguhnya adalah guru dari ayah Siau-liong. 123 Selama ini beberapa kali ia mempunyai kesempatan untuk membunuh musuh ayahnya itu. Tetapi setiap kali teringat akan pesan gurunya bahwa mendiang ayahnya meninggalkan pesan supaya jangan membalas sakit hati itu. Terpaksa Siauliong lepaskan musuhnya. Mengenai ibunya, Siau-liong sudah beberapa kali berjumpa tetapi setiap kali tentu kehilangan kesempatan untuk bicara. Kemudian pikiran Siau-liong melayang jauh pada manusia aneh Pendekar Laknat yang memberinya ilmu kesaktian, Menurut pesan Pendekar Laknat, ia harus membenci semua manusia di dunia. Apabila ia tak dapat memenuhi pesan itu, sekurang-kurangnya ia harus dapat membunuh Soh-beng Kisu, pertapa yang berhutang darah Pendekar Laknat. Kemudian masih ada seorang lagi yakni Kolo-sin-kay atau Pengemis Tengkorak Song Thay-kun. Walaupun tokoh itu hanya berupa tengkorak tetapi dari petunjuknialah ia dapat mempelajari ilmu pukulan Thay-siang-ciang-hwat yang sakti, makan buah Im-yang-som dan minum darah ular naga. Dan kini setelah dirinya dinobatkan sebagai Cousu-ya atau

ketua dari partai Kay -pang, demi membalas budi Pengemis Tengkorak, ia harus berusaha keras untuk mengharumkan nama baik partai itu. Peristiwa2 itu melalu-lalang dibenak Siau-liong. Ia menginsyafi, betapa berat beban yang terletak pada bahunya. Kini ia telah memiliki berbagai kepandaian sakti. Tetapi sejauh itu, satu pun dari beban2 itu belum ada yang berhasil ia laksanakan. Bagaimana yang akan terjadi, masih gelap baginya. 124 Ah.... tugas kewajiban masih menumpuk. Mengapa ia harus menjerumuskan diri dalam jerat asmara? Demikian ia melamun. Tengah ia terbenam dalam lamunan itu, tiba-tiba sebuah suara halus mendesing di udara dan menyambar belakangnya. Siau-liong terkejut, Cepat ia mengunakan dua buah jari tangan untuk menjepit senjata gelap itu- Ah, kejutnya bukan kepalang ketika pendapatkan bahwa yang dijepit itu bukan senjata rahasia, melainkan hanya secarik lipatan kertas.... Hebat! Hanya ahli menutuk jalan darah dari jauh, yang mampu menjentikkan surat itu kepadanya. Cepat ia berbangkit dan memandang keseluruh penjuru. Tetapi kecuali derak halus dari ranting dan daun2 tertiup angin malam, tiada tampak suatu apa lagi. Terpaksa ia duduk kembali serta diam-diam menghela napas, Ah, memang benar, di atas gunung masih terdapat langit yang tinggi, Yang sakti masih ada yang lebih sakti lagi. Kesaktian orang itu tak dibawah kepandaianku.... Tiau Bok-kun hanya terlongong-longong memandang Siauliong. Tetapi pemuda itu tak sempat lagi memberi keterangan karena ia terus membuka surat lipatan itu. Dan membacanya: Ilmu silat tiada batasnya. Harus faham tenaga luardalam, ilmu pukulan dan senjata, mengetahui barisan Patkwakiu-kiong, Ki-bun-ngo-heng, ilmu pengobatan, perbintangan dan pemakaian racun, barulah dia dapat menguasai dunia persilatan. Kepandaianmu tinggi tetapi kurang pengalaman dan kurang cermat hingga terjebak dalam barisan pohon bunga. Ingat dan hati-hatilah! Dunia persilatan itu penuh tipu muslihat yang ganas.... 125 Siau-liong terkejut. Jelas orang itu memberi peringatan kepadanya. Walaupun nadanya congkak tetapi maksudnya baik. Siau-liong lanjutkan membaca lagi, Soh-beng Ki-su adalah murid dari si Iblis penakluk-dunia. Dan nona pemilik Lembah Semi itu anak perempuan dari Dewi Neraka. Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka, merupakan sepasang suami isteri yang selalu kumpul-cerai. Saat ini mereka masuk ke dalam lembah. Lekas tinggalkan tempat ini!"

Karena tiada tanda siapa penulisnya, Siau-liong bingung. "Lo-cianpwe, apakah surat itu.... baru Tiau Bok-kun bertanya, Siau-liong cepat menukas, Ah, dari seorang sahabat pada 40 tahun yang lalu!" Tepat Siau-liong mengucap begitu, tiba-tiba dari belakang terdengar orang tertawa dingin dan pada lain saat sesosok bayangan hitam loncat menyelinap ke dalam gerumbul. Siau-liong terkejut. Kiranya orang itu bukan lain adalah orang berpakaian hitam yang pernah bertempur dengannya tempo hari. Cepat ia mengajak Tiau Bok-kun pergi. Tetapi nona menolak, Silahkan lo-cianpwe pergi sendiri, jangan pedulikan diriku." Siau-liong tak mau banyak bicara. Cepat ia menyambar Tiau Bok-kun terus dibawa lari mengejar orang berpakaian hitam tadi. Orang itu menyusup ke kanan dan ke kiri. Kira2 dua li jauhnya, dia sudah berhasil keluar dari barisan pohon bunga. Mau tak mau Siau-liong harus mengagumi orang itu. Diamdiam ia memutuskan hendak menyingkap rahasia sibaju hitam itu. Sekali enjot tubuh, ia menubruk orang itu seraya membentak, Siapakah sesungguhnya saudara ini!" 126 Tetapi rupanya orang misterius itu sudah memperhitungkan hal itu. Pada saat Siau-liong bergerak, iapun sudah melambung ke udara dan dengan gerak Burung-waletmenembusawan, ia melayang ke balik sebuah batu besar. Diluar daerah barisan pohon bunga itu, merupakan sebuah tanah lapang. Dan tak jauh disebelah muka, merupakan sebuah lamping gunung yang melandai curam. Karena mengepit tubuh Tiau Bok-kun, gerakan Siau-liong kurang leluasa. Pada saat ia hendak layangkan diri mengejar orang aneh itu, tiba-tiba tampak beberapa orang ter-huyung2 lari di atas lamping gunung. Cepat sekali mereka sudah mendekati ketempat Siau-liong. Walaupun malam gelap tetapi Siau-liong dapat mengetahui bahwa kawanan orang yang datang itu adalah ketua Kong tong-pay yakni Toh Hun-ki bersama keempat tetua Kong-tongpay atau Kong-tong-su-lo. Menilik pakaian dan keadaan mereka, rupanya mereka kalah bertempur dan sedang dikejar musuh. Mereka lari pontang-panting menuju barisan pohon bunga.... Dalam keadaan ketakutan mereka tak melihat Siau-liong. Melihat rombongan orang Kong-tong-pay, Tiau Bok-kun tampak jeri. Ia menjerit pelahan dan cepat bersembunyi di belakang Siau-liong. Mendengar jeritan itu, rombongan Toh Hun-ki berhenti. Mereka tertegun melihat Siau-liong dalam penyamaran sebagai Pendekar Laknat, berada diluar hutan. Geraham Siau-liong berderuk-deruk menahan kemarahan. Tak pernah sedetikpun ia melupakan dendam kematian

ayahnya. Diam-diam ia sudah kerahkan tenaga sakti Bu keksinkang. Tetapi pada lain kilas, terngiang pula pesan mendiang ayahnya bahwa ia tak boleh menuntut balas. 127 Apalagi melihat keadaan Toh Hun-ki saat itu, pemuda Siauliong tak sampai hati turun tangan. "Pendekar Laknat....!" seru Tok Hun-ki. Siau-liong melirik ke arah orang itu. Tampak pakaiannya berlubang beberapa beberapa tusukan senjata. Tubuh penuh bintik2 noda darah, rambut kusut masai terurai kedada. Sedang keempat Kong-tong su-lo dibelakangnya dengan kepala menunduk. "Menyerang orang yang sedang terluka, bukanlah laku seorang ksatrya Aku masih dapat mencari lain kesempatan untuk membalas dendam padanya," diam-diam Siau-liong menimang dalam hati. Dan tenaga sakti Bu-kek-sin kang pun diredakan. "Kali ini kuampuni jiwa kalian. Tetapi kalau bertemu lagi, jangan harap kalian mendapat kemurahan seperti saat ini lagi!" serunya. Walaupun heran atas tindakan Pendekar Laknat, tetapi Toh Hun-ki tak mau membuang waktu lagi. Ia menghaturkan terima kasih dan terus lari menuju ke dalam hutan. "Hai, apakah kalian benar-benar hendak mencari kematian!" tiba-tiba Siau-liong berseru seraya ayunkan pukulan. Serangkum angin menderu menghadang lari rombongan orang2 Kong-tong-pay itu. Toh Hun-ki terkejut. Ia kira Pendekar Laknat merubah keputusan. "Hutan itu merupakan barisan pohon bunga dari Lembah Semi. Aku sendiri tadi hampir celaka, apa lagi kalian!" seru Siau-liong dengan tertawa dingin. 128 Toh Hun-ki berhenti dan memandang ke arah hutan. Ia berterima kasih sekali atas peringatan momok itu. Sebagai seorang ketua sebuah partai persilatan, ia berilmu tinggi dan berpengalaman luas. Apa yang dikatakan Pendekar Laknat itu memang benar. Diam-diam ia malu pada dirinya sendiri dan timbullah rasa mengindahkan kepada momok itu. Beberapa saat kemudian, belasan orang bersenjata muncul. Mereka hendak mengejar rombongan Toh Hun-ki. Tetapi terkejut ketika melihat Pendekar Laknat berada disitu. Mereka tak berani sembarangan bertindak dan hanya pecah diri mengepung. Siau-liong tertawa. Ternyata kawanan pengejar itu adalah Soh-beng Ki-su dan gadis pemilik Lembah Semi sendiri bersama anak buahnya. Adalah karena Pendekar Laknat menggunakan siasat untuk

menghancurkan separoh dari Giok-pwe yang berada ditangannya, maka Soh-beng Ki-su dan gadis pemilik lembah itu terpaksa hentikan serangannya dengan kabut beracun. Giok-pwe itu adalah benda milik Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka. Lebih baik mereka tunggu kedatangan guru dan ibu guru itu. Soh-beng Ki-su dan gadis pemilik Lembah Semi mengetahui bahwa guru dan ibu guru mereka itu sukar diraba sepak terjangnya. Tetapi mereka yakin dalam beberapa hari ini, kedua tokoh itu tentu akan kambali ke dalam lembah lagi. Kedatangan Toh Hun-ki dan keempat Su-lo itu tak lain hendak mengikuti Siau-liong yang tengah mengejar Soh-beng Ki-su.... Ketua Kong-tong-pay itu tak pernah melepaskan hasratnya untuk mendapatkan separoh Giok-pwe yang 129 dirampas Soh-beng Ki-su dari Tangan Tiau Bok-kun Yang separoh bagian sudah berada ditangannya. Apabila berhasil mendapat yang separoh dari tangan Soh-beng Ki-su, akan lengkaplah peta untuk mencari kitab pusaka berisi ilmu kesaktian yang tiada taranya di dunia. Dengan demikian partai Kong-tong-pay pasti dapat mengangkat diri dan menguasai dunia persilatan. Dengan harapan itulah maka Toh Hun-ki memberanikan diri untuk memasuki sarang harimau atau Lembah Semi-abadi yang amat berbahaya itu. Tetapi gerak-gerik Soh-beng Ki-su dan Siau-liong cepat sekali. Mereka menghilang dari pandangan Toh Hun-ki. Dan ketua Kong-tong-pay itu kehilangan arah akhirnya tersesat ke belakang lembah. Disitu mereka dipergoki Soh-beng Ki-su dan wanita pemilik Lembah Semi-abadi terus diserang. Toh Hun-ki adalah ketua partai Kong-tong-pay dan keempat Su-lo itu merupakan jago-jago sakti dari partai tersebut. Tetapi Soh-beng Ki su dan wanita pemilik Lembah Semi-abadi adalah murid dari Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka yang termasyhur. Ilmu Pek-kut-kang (tulang putih) dari Soh-beng Ki-su dan ilmu Yong-kut-kang (pelelah tulang) dari wanita pemilik lembah, memerupakan ilmu sakti yang ganas sekali. Maka tak berapa lama, Toh Hun-ki dan keempat Su-lo itu dapat dilukai dan melarikan diri. Soh-beng-ki-su dan si nona pemilik lembah memimpin anak buahnya mengejar. Pada saat rombongan Toh Hun-ki dapat digiring memasuki barisan pohon bunga, tiba-tiba Pendekar Laknat menolong. "Setan tua, rupanya umurmu memang panjang!" seru nona pemilik lembah seraya tertawa mengejek Siau-liong. 130 Siau-liong marah sekali. Soh-beng-ki-su adalah pembunuh dari Koay suhu. Sepak terjang pertapa itupun amat ganas

Nona pemilik Lembah Semi, cabul dan ganas. Jika kedua manusia itu tak dilenyapkan. dunia persilatan tentu menderita. Siau-liong tertawa keras seraya melangkah maju. Karena sudah beberapa kali menderita pil pahit dari Pendekar Laknat, Soh-beng Ki-su gentar dan cepat kerahkan tenaga-sakti Pekkutkang. Dari jari pertapa itu meluncur sinar putih menyerang Siau-liong. Pemuda itu tak mengacuhkan. Ia tetap tertawa nyaring. Nadanya menyerupai singa mengaum. Melihat itu, Son beng Ki-su makin ketakutan. Ia perhebat lagi tenaga sakti Pek-kutkang sampai beberapa bagian. Sesungguhnya dalam tertawa tadi, diam-diam Siau-liong pun sudah kerahkan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang. Pada saat sinar putih Pek-kut-kang tiba, Siau-liong menggembor keras dan lepaskan pukulan Tay-lo-kim-kong, sebuah jurus dari ilmu pukulan Tay siang-ciang yang amat dahsyat. Terdengar suara menggelegar keras ketika kedua jenis tenaga-sakti itu saling beradu. Hasilnya segera dapat diketahui. Sinar putih Pek-kut-kang berantakan lenyap dan Soh-beng Ki-su pun ter-huyung2 ke belakang beberapa langkah.... Ia terluka. "Serahkan jiwamu, jahanam!" Siau-liong maju menghampiri dan hendak meaghantamnya lagi. Tetapi si nona pemilik lembah segera mengajak anak buahnya menyerbu. Siau-liong hanya membenci Soh-beng Ki-su dan nona pemilik lembah itu. Ia tak mau mengorbankan banyak jiwa yang tak berdosa. Belasan anak buah yang terdiri dari lelaki 131 dan perempuan itu, se-olah2 tak mengacuhkan pukulan Siauliong. Mereka seperti manusia2 patung yang tak bernyawa. Siau-liong tak sampai hati dan terpaksa menarik pulang pukulannya. Setelah hantamkan tangan kiri ke arah nona pemilik lembah Siau-liong pun enjot tubuh melambung melampaui kepala orang2 itu lalu melayang ke arah Soh-beng Ki-su. Soh-beng Ki-su yang sudah menderita luka itu makin ketakutan. Wajahnya pucat sekekita. Siau-liong tak peduli dan terus hendak menghantamnya. "Tahan!" tiba-tiba dari samping terdengar suara orang membentak dan serangkum angin bertenaga lunak mendampar punggungnya. Siau-liong terkejut seraya cepat loncat menghindar. Ketika bepaling, tampaklah sepasang kakek-nenek berdiri setombak jauhnya. Kedatangan kedua orang itu sama sekali tak bersuara. Siau-liong terkesiap. Kedua kakek-nenek itu sudah lanjut usianya. Dahi mereka penuh berhias keriput tetapi mukanya masih berseri segar. Sepasang matanya bersinar tajam.

Yang lelaki bertubuh jangkung tetapi punggungnya bungkuk. Jenggotnya menjulai panjang sampai kelutut. Rambutnya yang putih terurai lepas pada kedua bahu. Alisnya pun panjang sehingga hampir bersambung satu sama lain. Hidung bengkok macam burung kukuk beluk. Mulutnya aneh, karena bibir bagian atas lebar tetapi yang bawah kecil 132 sehingga tampak baris giginya yang putih. Sepintas pandang menyerupai orang hutan. Sedang yang perempuan, bertubuh pendek kecil. Tingginya hanya sebatas perut sikakek. Alisnya tebal, mata besar dan hidung membiak lebar, menaungi mulutnya yang besar. Nenek itu mencekal sebatang tongkat Liong-thau-ciang atau tongkat Kepala naga. Tongkat lebih tinggi dari orangnya. Siau-liong tertegun melihat keadaan kedua manusia aneh itu. Suhu." tiba-tiba Soh-beng Ki-su berteriak girang seraya lari menghampiri dan berlutut dihadapan kakek yang mirip orang hutan itu. Ayah, ibu....!" nona pemilik lembah pun berseru dan lari terus memeluk dada wanita kate. Sambil membelai rambut puterinya dengan mesra, nenek kate itu menghibur, Jangan takut, anakku. Ibumu tentu akan menghimpas penasaranmu!" Kemudian nenek itu melangkah maju. Saat itu barulah Siau-liong menyadari akan surat peringatan dari orang baju hitam yang mengatakan bahwa kedua momok suami isteri itu sudah datang ke dalam lembah. Tak salah lagi, mereka tentulah suami-isteri Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka. Nenek Dewi Neraka berhenti lima langkah di hadapan Siauliong dan memandangnya dengan berapi2. Tiba-tiba Dewi Neraka tertawa mengekeh. "Heh, heh, setan tua Bu-kek, mengapa 20 tahun tak ketemu, engkau sekarang bertambah tinggi.... tegurnya. 133 Siau-liong teringat bahwa kedua suami-isteri durjana itu adalah musuh bebuyutan dari Koay suhu atau Pendekar Laknat. Beberapa kali Koay suhu kalah oleh kedua momok itu. Diam-diam ia menimang. Walaupun sekarang ia sudah memiliki tenaga-sakti dari Koay suhu dan faham ilmu pukulan Thay-siang-ciang dari Pengemis Tengkorak, tetapi kedua momok itu tentulah juga sudah jauh lebih maju dalam ilmu kesaktiannya. Maka Siau-liong tak berani memandang rendah. Sambil kerahkan tenaga sakti, ia tertawa nyaring. Sekalipun berpisah hanya tiga hari tetapi harus meneliti lagi. Selama 20 tahun ini aku telah berhasil mempelajari semacam ilmu ajaib. Tubuhku dapat kupanjang-surutkan, kurus-gemuk kan menurut sekehendak hatiku. Pula aku dapat

memperpanjang umurku sampai seribu tahun!" sahut Siauliong. Dewi Neraka terperanjat. Tetapi cepat ia tenang kembali Ujarnya, Hanya sayang makin tua engkau makin tak kenal malu. Buktinya, mengapa engkau tak malu menghina kedua muridku ini?" Nenek itu mengguncangkan tongkatnya seperti hendak menyerang. Tetapi Iblis Penakluk-dunia cepat loncat mencegah.... Lalu berkata kepada Siau-liong, Setan tua Bukek, kuucapkan selamat engkau masih tetap awet muda dan tambah tinggi!" 'Ho, tak perlu memuji!" Siau-liong tertawa tawar. Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka saling berpAndangan. Agaknya mereka curiga atas sikap dan kata2 Siau-liong. 134 Iblis Penakluk dunia kerutkan alis, tertawa sinis, Dua puluh tahun tak ketemu, engkau banyak berubah. Kabarnya engkau punya sebuah ilmu baru lagi?" "Ilmu jenis Bubuk-makan-kayu saja, masakan pantas dibanggakan," Siau-liong tertawa. Sambil mengurut jenggot, Iblis Penakluk dunia berkata pula, Isteriku telah mengundang seluruh ksatrya dunia persilatan supaya datang kelembah sini untuk mengadu kepandaian. Rupanya engkau merupakan tetamu paling terhormat dari isteriku!" "Jika isterimu yang mengundang, tiada alasan aku tak datang," sahut Siau-liong. Iblis itu tertawa sinis, Dapat atau tidaknya engkau hadir, tergantung bagaimana hasil peyakinanmu selama 20 tahun ini. Mungkin sejak saat ini, dunia akan kehilangan seorang momok yang disebut Pendekar Laknat!" Tiba-tiba iblis tua itu menutup kata-kata dengan dorongkan kedua tangannya ke arah Siau-liong. Siau-liong memang sudah menduga kemungkinan itu. Iapun sudah siap sedia. Cepat ia dorongkan kedua tangannya menyongsong. Dahulu iblis Penakluk-dUnia termasyhur dengan pukulan sakti Thay-krk-bu-wi-kangnya. Setelah memperdalam lagi selama 20 tahun, sudah tentu tenaga saktinya makin sempurna. Dess.... terdengar ledakan keras. Debu dan batu seluas beberapa meter, berhamburan keempat penjuru.... Tenaga sakti Bu-kek-sin-kang dan ilmu pukulan Thay-siangciang yang dilancarkan Siau-liong berlandas kekerasan 135 dahsyat. Sedang tenaga sakti Thay-kek-bu-wi-kang dari iblis Penakluk dunia mengutamakan tenaga lunak. Keduanya paling menggunakan delapan bagian tenaganya. Kesudahannya, mereka sama2 terkejut. Ternyata tenaga sakti

keduanya sama2 lenyap, Tiada yang kalah dan menang. Iblis Penakluk dunia paksakan tertawa, Setan tua Bu-kek, dalam 20 tahun ini, hebat sekali kemajuanmu!" Dalam berkata-kata itu, iblis Penakluk-dunia tetap pancarkan tenaga sakti ke arah tangannya dan menyerang. "Bagus, bagus." seru Siau-liong seraya balikkan kedua tangannya menyambut. Mereka saling adu tenaga dalam melalui sepasang tangan masing-masing. Sampai sepeminum teh lamanya, keduanya tetap tak bergerak. Tiba-tiba iblis Penakluk-dunia menggembor keras. Ia deliki mata. Tulang2 tubuhnya berderak-derak dan ia tambahkan lagi penyaluran tenaga dalamnya untuk mendesak Siau-liong. Tampaknya Siau-liong tak kuat bertahan. Kedua lengannya pun sudah menjuntai ke bawah dan tubuhnya mulai condong ke belakang. Toh Hun-ki dan keempat Su-lo serta Tiau Bok-kun menyaksikan pertempuran maut itu dengan berdebar-debar. Mereka mencemaskan keadaan Siau-liong. Jika Siau-liong kalah, merekapun takkan lolos dari tangan maut siiblis Penakluk-dunia. Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara tertawa Siau-liong. Tubuh Pendekar Laknat itu tegak kembali dan bahkan dapat mendesak lawan ke belakang. 136 Sepeminum teh lamanya, wajah iblis yang semula merah segar, mulai tampak pucat lesi. Keningnya basah dengan keringat. Jelas tokoh itu hampir kehabisan tenaga. Karena mengenakan kedok penyamaran sebagai Pendekar Laknat, maka perobahan air muka Siau-liong tak terlihat. Tetapi jelas, diapun berjuang mati-matian untuk bertahan. Sekonyong-konyong terdengar getaran menggelegar dan tahu2 iblis Penakluk dunia serta Siau-liong sama2 menyurut mundur sampai tujuh langkah.... Debu dan pasir berhamburan hebat. Kedua musuh itu tegak berdiri tak kurang suatu apa. Beberapa saat kemudian, barulah iblis Penakluk dunia berseru, Setan tua Bu-kek, dua puluh tahun berselang, engkau menghalangi cita-citaku menguasai dunia persilatan. Kini 20 tahun kemudian, engkau tetap merupakan penghalangku yang utama.... Ia berhenti sejenak. lalu, Tetapi keadaan sekarang berbeda dengan dulu. Asal engkau berani datang menghadiri pertempuran di dalam lembah, aku sudah sedia cara untuk menguburmu!" Siau-liong tertawa nyaring, Dalam hidupku tak pernah kutakut pada manusia siapa saja. Aku tentu datang." Tiba-tiba tubuh iblis Penakluk dunia condong kemuka seperti mau rubuh tetapi segera tegak lagi.... Setelah tertawa

terkekeh-kekeh beberapa saat, ia ajak Dewi Neraka dan puteri serta muridnya masuk ke dalam lembah. Tak berapa lama mereka lenyap dari pandangan. Saat itu hampir menjelang tengah malam. 137 Siau-liong memandang rembulan cekung. Ia menghela napas dalam. "Lo-cianpwe.... Tiau Bok-kun lari menghampiri. "Pendekar.... Laknat," Toh Hun-ki pun bersama keempat Su-lo menghampiri kemuka Siau-liong. Siau-liong tak mengacuhkan. Ia duduk di tanah pejamkan mata. Toh Hun-ki, Tiau Bok-kun dan keempat Su-lo tak berani mengganggu. Mereka tahu Pendekar Laknat seorang manusia aneh. Sukar diraba sepak terjangnya. Walaupun tadi telah menolong tetapi belum tentu dia tak berpaling halauan. Beberapa waktu kemudian, tiba-tiba Siau-liong mengangkat kepala dan muntah darah. "Lo-cianpwe, apakah engkau terluka.... Tiau Bok-kun berseru cemas. Siau-liong mengiakan, Ya, tetapi si iblis dunia itupun lebih berat dari aku!" Toh Hun-ki buru-buru mengambil dua butir pil merah lalu diberikan kepadanya, Pil buatan partai Kong-tong-pay ini. mempunyai khasiat mengembalikan ketenangan darah dan hawa murni.... Plak.... tiba-tiba Siau-liong menampar jatuh pil itu dan membentak, Siapa sudi makan pil pemberianmu" Toh Hun-ki tersentak kaget. Bersama keempat Su-lo, ia mundur beberapa langkah. Ia duga momok itu tentu sedang kumat gilanya. 138 Tiau Bok-kun pun mengira demikian. Ia juga mundur dua langkah. Tak berapa lama terdengar Siau-liong menghela napas pula. Mendengar itu Toh Hun-ki memberi hormat seraya menghaturkan terima kasih, Pemberian pil tadi berdasarkan rasa terima kasih kami yang tak terhingga kepada saudara." "Pergi kau!" bentak Siau-liong, aku tak butuh terima kasihmu. Jika saat ini kalian tak terluka, mungkin kalian sudah jadi mayat!" "Silahkan saudara berkata apa saja. Tetapi karena merasa menerima budi, aku tak dapat tinggalkan saudara dalam keadaan terluka," sahut Toh Hun-ki, terus duduk di tanah diikuti keempat Su-lo. Siau-liong pejamkan mata. Beberapa saat kemudian ia membentak bengis, Toh Hun ki!" Ketua Kong-tong-pay itu mengiakan.

"Aku hendak minta engkau menyelidiki berita seseorang.... "Asal tenagaku mampu, tentu akan kulaksanakan," sahut Toh Hun-ki. Siau-liong mengangguk, katanya, Apakah pada 10 tahun yang lalu engkau kenal akan seorang lelaki yang bernama Tong Gun-liong?" Toh Hun-ki terbeliak. 139 Tong Gun-liong dikubur di gunung Hongsan. Dan ternyata Pendekar Laknat bersembunyi dibalik gunung itu. Mungkinkah mayat Tong Gun-liong itu Pendekar Laknat yang menguburnya? Demikian Toh Hun-ki mulai membayang kecemasan. Tetapi Pendekar Laknat seorang iblis yang gila dan pendendam. Dia tak punya seorang sahabat pun juga. Tak mungkin dia mempunyai hubungan apa2 dengan Tong Gunliong. Mustahil dia mau mengubur mayat Tong Gun-liong. "Lekas bilang, kenal atau tidak!" Siau-liong mengulang pertanyaannya. "Tong Gun-liong adalah muridku.... Toh Hun-ki tergagap lalu menghela napas. Sambil menghitung jari tangan, ia berkata pula, Tetapi pada belasan tahun berselang, dia telah binasa di lembah Hok-liong-koh di gunung Hongsan." "Mengapa?" Siau-liong tahankan air matanya. Toh Hun-ki menghela napas panjang, Memang kelalaianku sendiri sehingga tak mengetahui bahwa Tong Gun-liong diamdiam telah jatuh cinta kepada Ki Ih. Dari hubungan gelap, mereka melahirkan seorang anak lelaki dan.... Toh Hun-ki terpaksa hentikan keterangannya karena mendadak Siau-liong menggembor keras dan muntah darah. "Lanjutkan!" teriak Siau-liong. Terpaksa Toh Hun-ki bercerita lagi, Demi menjaga peraturan perguruan, kuputuskan tak mengakui pernikahan itu. Tetapi diluar dugaan Ki Ih marah dan mengamuk Kongtongpay.... 140 Ia berhenti sejenak untuk mengenangkan peristiwa itu lalu melanjutkan, Pada saat itu, salju mulai turun dengan deras. Jalanan gunung penuh bertutupkan salju. Dalam kebingungan, Gun-liong membawa anaknya yang baru berumur belum cukup 100 hari itu melarikan diri. Tetapi dia tergelincir jatuh ke bawah karang yang curam dan binasa. Ki Ih menyusul lari dan tak ketahuan beritanya lagi.... "Kemunculan Ki Ih kedaerah Tiong-goan itu, tentu mencari balas pada kalian, bukan?" tukas Siau-liong. "Benar," sahut Toh Hun-ki. Serentak ia teringat akan peristiwa digunung Tay-lian-san tempo hari. Bersama tokoh2 Kay-parg, rombongan Toh Hun-ki berhasil mengepung dan

melukai Ki Ih. Tetapi tiba-tiba pada saat itu Pendekar Laknat muncul menolong Ki Ih. Diam-diam Toh Hun-ki menatap Siauliong dengan rasa heran. Siau-liong menggeram, Jika putera Tong Gun-liong masih hidup, pantaskah dia menuntut balas kepadamu?" Toh Hun-ki mengangguk, Sudah tentu.... Tiba-tiba Siau-liong tengadahkan kepala tertawa keras, Toh Hun-ki, engkau telah membunuh jiwa seseorang. Apakah engkau tak menyesal atas peristiwa 16 tahun yang lalu itu?" Ketua Kong Tong-pay menghela napas, Sebagai guru dan murid, sudah tentu aku bersedih. Tetapi dalam kedudukan sebagai seorang ketua perguruan yang menjaga ketertiban peraturan, aku tak menyesal sama sekali!" Nada jawaban itu mengunjuk kewibawaan sebagai seorang ketua partai persilatan yang termasyhur. 141 Siau-liong merenung diam. Setelah menghela napas, ia berpaling ke arah Tiau Bok-kun, Nona Tiau itu menderita terkena racun. Saat ini aku tak sempat merawatnya.... "Serahkan kepadaku yang mengobatinya," cepat Toh Hunki menanggapi. "Tidak! Aku dapat merawat diriku sendiri.... mereka.... mungkin akan membunuhku!" cepat2 Tiau Bok-kun berseru. Siau-liong tertawa hambar, Mereka tak dapat dan tak mungkin berani berbuat begitu.... berpaling kepada Toh Hunki, Siau-liong berkata lebih jauh, Asal kalian mengantar nona itu kekota Siok-ciu dan dapat menyembuhkan lukanya, barulah kuanggap kalian telah membalas budiku tadi.... habis berkata Siau-liong terus berbangkit dan melangkah pergi. Tiba-tiba berhamburan air mata Tiau Bok-kun, serunya, Lo-cianpwe.... Siau-liong berhenti dan menanyakan. "Apakah lukamu tak mengapa?" tanya nona itu penuh cemas. Siau-liong paksakan tertawa, Mati hidup sudah suratan takdir. Harap nona jangan kuatir.... berkata sampai disitu, meluaplah rasa haru dalam hati Siau-liong sehingga air matanya hampir mencucur keluar. Buru-buru ia berpaling muka dan berjalan lagi. "Harap tunggu dulu, aku masih hendak bicara kepada saudara," baru beberapa langkah Siau-liong berjalan, Toh Hun-ki sudah menghadangnya. Siau-liong tertegun. 142 Toh Hun-ki mengeluarkan sebuah bungkusan kecil dari kain warna biru, katanya, Bungkusan ini berisi separoh bagian dari Giok-pwe, sebuah pusaka yang menjadi milik Kong-tongpay.... Ia berhenti sejenak, melirik ke arah Tiau Bok kun, lalu

melanjutkan pula, Dan yang separoh bagian adalah milik nona Tiau itu.... Tetapi sayang telah dirampas Soh-beng Ki-su. Saat ini tentu sudah diserahkan kepada gurunya siibiis Penakluk dunia. Apabila kedua Giok-pwe dipersatukan, akan merupakan sebuah peta rahasia penyimpanan pusaka yang selama ini dikejar-kejar oleh kaum persilatan.... -" Kembali ia berhenti sejenak lagi lalu meneruskan, Pusaka itu merupakan simpanan harta karun dan kitab pusaka yang tak ternilai harganya." "Semut mati karena manisan, manusia karena harta. Aku tak ingin sama sekali pada harta dunia!" Siau-liong tertawa hina. "Aku sendiri juga tak mementingkan harta," buru-buru Toh Hun-ki menerangkan, "tetapi dalam tempat penyimpanan pusaka itu, terdapat sebuah kitab. Konon kitab itu adalah karya dari Tio Sam-hong cousu. Jika berhasil memperolehnya, tentu akan mendapat kesaktian yang hebat dan dapat membasmi kawanan durjana, membantu mengamankan dunia persilatan.... Ketua Kong-tong-pay itu berhenti sejenak, memandang Siau-liong lalu berkata pula, Terus terang aku tak mampu mendapatkan separoh bagian dari Giok-pwe yang dirampas Soh-beng Ki-su itu. Maka hendak kuhaturkan separoh bagian giok-pwe itu kepadamu.... 143 "Sebagai pembalas budi?" tukas Siau-liong. "Aku hidup untuk kepentingan umat manusia dan bekerja demi amanat sesama kaum persilatan. Kumohon engkau muncul lagi dalam dunia persilatan untuk menyelamatkan bencana darah!" habis berkata ia angsurkan bungkusan berisi separoh Giok-pwe itu kepada Siau-liong. Tetapi Siau-liong tak mau tergesa2 menyambuti. Katanya tertawa, Apakah engkau percaya kepadaku? Mengapa engkau yakin aku takkan mencelakai dunia persilatan?" Sambil menatap Siau-liong, Toh Hun-ki tertawa nyaring, Mataku tak buta. Kupercaya penuh engkau pasti takkan mengecewakan tugas suci dunia persilatan ini!" Namun Siau-liong masih bersangsi. Jika menerima pemberian Toh Hun ki, musuh besarnya yang membunuh ayahnya, kelak ia tentu sulit untuk membalas dendam Tetapi ucapan Toh Hun-ki itu memang menarik perhatiannya. Ia tak menghiraukan segala harta karun. Hanya kalau, kitab pusaka itu sampai jatuh ketangan manusia2 durjana, tentulah dunia persilatan akan terancam bencana kehancuran! ya, Setelah meragu beberapa saat, akhirnya ia menerima juga pemberian itu. "Semoga anda diberkahi keselamatan dan selamat jalan!" serasa lapanglah dada Toh Hun-ki setelah Siau-liong mau menerima. Ia memberi hormat lalu memanggul Tiau Bok-kun

yang masih pingsan dan terus pergi. Keempat Su-lo mengiring dibelakang. Siau-liong tegak termenung-menung. Hatinya pepat sekali. Ingin ia tumpahkan air mata untuk melonggarkan kesesakan dadanya. Beberapa kali berjumpa dengan Toh Hun-ki tetapi 144 setiap kali tentu tak dapat membalas dendam. Dan beberapa kali bersua dengan ibunya tetapi tentu terpisah lagi.... Ia merasa kalau kepandaiannya sekarang sudah tinggi. Siapa tahu dalam pertempuran dengan iblis Penakluk dunia, ia telah menderita luka berat. Dan teringat pula ia akan manusia aneh baju hitam. Jika orang itu tidak muncul memberi bantuan. kemungkinan saat itu ia sudah mati dalam kurungan barisan pohon bunga. Siau-liong memandang ke balik batu besar. Setelah tak melihat suatu apa, ia berjalan menuruni lamping gunung. Melintasi lamping gunung itu, tibalah ia disebuah tanah datar. Sebuah anak sungai mengalir keluar gunung.... Ia menurutkan aliran sungai kecil itu. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba ia teringat. Buru-buru ia membuka kedok muka sebagai Pendekar Laknat dan jubah hitamnya. Saat itu, ia menjadi Kongsun Liong lagi, ketua partai Kay-pang.... Lebih kurang dua jam lamanya, fajar mulai tiba. Yang tampak diempat penjuru hanya jajaran gunung. Ternyata ia tersesat jalan dan tak dapat keluar dari daerah belantara. Luka dalam tubuhnya mulai bekerja. Hampir ia tak kuat menahan tubuhnya yang terhuyung-huyung itu. Beberapa kali hampir rubuh. Tiba-tiba ia ia melihat sebuah biara pada jarak 10 tombak disebelah muka. Dengan langkah terhuyung ia menuju biara itu. Ternyata sebuah biara yang rusak. Pada papan yang tergantung di atas pintu terdapat tulisan Ke-beng-si atau biara Ayam-berkokok. 145 Biara itu penuh dengan sarang gelagasi. Tembok bengkah2 dan area2 berserakan diujung ruang. Keadaannya mengenaskan sekali. Siau-liong harus lekas2 menyalurkan darah untuk mengobati luka dalamnya. Kalau terlambat ia pasti akan cacad selama-lamanya. Tetapi Siau-liong meragu. Biara itu hanya terpisah sepuluhan li dari lembah Semi. Kedua suami isteri durjana itu setiap saat tentu dapat mencarinya kesitu. Apabila musuh mengetahui tempat persembunyiannya, tentu celakalah ia. Dalam kegelisahan tiba-tiba Siau-liong melihat sebuah tempat yang tepat untuk bersembunyi. Ialah diruang samping. Separoh wuwungan ruang samping itu rubuh. Tetapi separoh bagian belakangnya masih utuh. Tertutup oleh runtuhan

tembok dan wuwungan, dibagian belakang ruang itu terdapat sebuah lubang berbentuk segi tiga. Setelah yakin orang tentu sukar menduga tempat itu dipakai tempat bersembunyi, ia segera menyusup, menutup liang itu dengan keping papan dan tembok bengkah. Setelah rapat, ia mulai duduk bersemedhi menyalurkan darah. Berkat dasar tenaga dalamnya yang kokoh ditambah pula minum darah naga dipusar bumi serta buah som, dalam waktu sejam saja, darahnya yang bergolak itu dapat ditenangkan. Cepat sekali delapan jam telah lewat. Empat jam lagi, lukanja tentu sembuh. Saat itu hari petang. Angin reda dan turunlah hujan. Tak berapa lama tiba-tiba ia mendengar langkah kaki yang halus masuk ke dalam ruang situ. Ia duga tentulah pemburu yang meneduh. Selekas hujan berhenti, orang itu tentu pergi. Diluar dugaan, setelah mondar-mandir beberapa saat, orang itu berseru kaget dan terus menuju keruang samping 146 Langkah kaki orang itu makin lama makin dekat dan masuk ke dalam ruang samping. Siau-liong terkejut sekali. Saat itu penyaluran tenaga dalamnya sedang mencapai puncak ketegangan. Dalam keadaan seperti itu, cukup seorang biasa saja, sekali dorong tentu dapat merubuhkan Siau-liong. Dia akan cacad bahkan bisa mati. Akhirnya ia menyerah pada nasib. Jika memang ditakdirkan mati, apa boleh buat. Dengan kebulatan pikiran itu, ia mulai tenang dan menjalankan penyaluran darah lagi. Pendatarg itu agaknya tertegun lalu tertawa pelahan seraya menghampiri ke tempat Siau-liong. Siau-liong pun merasa bahwa orang itu telah berada dibelakangnya. Tring.... orang itu mencabut pedang. Seketika terdengar keping-keping papan dan tembok berhamburan tertabas pedang. "Habislah riwayatku.... diam-diam Siau-liong mengeluh.... Saat itu ia tak dapat berbuat apa2. Ia hanya pasrah nasib saja, Tetapi heran. Sampai sekian saat belum juga terjadi sesuatu. Rupanya orang itu batalkan maksudnya membunuh. Lebih kurang sepeminum teh lamanya, Siau-liong mendengar orang itu menyarungkan pedang kembali. Dan menyusul terdengar suara celana wanita berteliku duduk tak jauh dari tempatnya. Ketegangan Siau-liong mereda. Jelas pendatang itu tiada bermaksud jahat kepadanya. Selang empat jam kemudian, selesailah penyaluran Siauliong. Lukanya hampir sembuh sama sekali. Begitu membuka mata, pertama-tama ia ingin mengatahui siapakah gerangan pendatang itu. 147 Cepat ia berpaling dan.... astaga! Orang itu sudah lenyap.

Setelah menghela napas panjang, ia berbangkit. Ternyata hujan sudah berhenti. Ruang penuh air, tubuhnya pun penuh kotoran debu. Tiba-tiba hidungnya terbaur daging bakar yang wangi. Buru-buru ia berpaling Dimeja sembahyang tampak seonggok api yang belum padam. Di atas api terdapat segumpal daging rusa. Karena sehari suntuk tak makan, air liurnya pun menitik keluar. Ketika hendak mengambil daging rusa itu, tiba-tiba sesosok tubuh langsing menerobos masuk. Girang Siau-liong bukan kepalang. Orang itu bukan lain Pek Ciang-wi atau si Mawar Putih. Dara itu tengah membawa sebuah tempat dupa yang diisi air. Buru-buru Siau-liong menghampiri dan menyambutinya, Ah, kiranya engkau.... "Sudah sembuh?" tanya dara itu. Siau-liong mengiakan. "Mengapa engkau terluka?" Siau-liong tergugu tak dapat menerangkan. Waktu bertempur dengan iblis Penakluk dunia, ia menyamar sebagai Pendekar Laknat. Tetapi sekarang ia sudah kembali menjadi Kongsun Liong lagi. Sulit ia menuturkan peristiwa itu. Karena tak biasa bohong, merah padamlah muka pemuda itu. Untung dara itu tak mau mendesaknya. Sambil menuding ujung hidung Siau-liong, ia berkata, Sungguh besar nian nyalimu. Jika semalam yang datang bukan aku tentu jiwamu sudah melayang!" 148 Siau-liong tertawa meringis. Buru-buru ia alihkan pembicaraan menanyakan tentang daging rusa bakar. "Bagaimana?" Mawar Putih tersenyum manis. "Sungguh harum sekali Tak kira engkau pandai sekali masak," Siau-liong memuji. Rupanya dara itu senang hatinya. Ia segera ajak Siau-liong duduk dimuka meja dan menikmati daging rusa bakar. Siauliong makan dengan lahap. Selesai makan, haripun sudah fajar. Mawar Putih memandang Siau-liong lalu memandang dirinya sendiri. kemudian tertawa geli, Ah, engkau ketua Kaypang, sudah tentu seorang pengemis tua. Tetapi aku.... Kiranya karena menemani Siau-liong makan dan mengobrol sampai setengah malam, muka dan pakaian si dara berlumuran kotoran. "Makan daging bakar dan minum air kotor sekalipun bukan pengemis tetapi tentu bangsa manusia liar.... Siau-liong tertawa. Tiba-tiba ia teringat sesuatu dan buru-buru berpaling. Mawar Putih pun tertawa. Tiba-tiba ia juga hentikan tertawanya dan menghela napas panjang. Sudah tentu Siau-liong heran, tegurnya, Mengapa engkau tiba-tiba bermuram durja?"

Sejenak menatap Siau-liong, dara itu gelengkan kepala, Ah, aku teringat kalau suhuku sudah datang. Belasan tahun aku tak pernah berpisah dengan beliau. Sekarang tak tahu bilakah aku dapat berjumpa lagi dengan suhu.... 149 Wajah dara itu makin rawan, katanya lebih lanjut, Sejak kecil aku sudah sebatang kara. Adalah suhuku yang merawat dan memelihara diriku sampai besar. Kami tinggal di sebuah pulau kecil. Karena tak bercocok tanam, sejak kecil aku membantu suhu berburu dan mencari ikan. Cara membakar daging tadi, pun aku belajar dari suhu." "Mengapa engkau tinggalkan suhumu dan seorang diri.... "Aku hendak membalas dendam untuk suhu!" tukas Mawar Putih geram. Siau-liong terbeliak memandang dara itu, tanyanya, Mengapa nona tak datang bersama suhu nona? Apakah beliau tega.... "Suhu sedang sakit.... sahut Mawar Putih dengan nada sumbang. Dua butir air mata menitik dari sudut matanya, "suhu mengatakan bahwa penyakit yang diindapkannya itu tak mungkin sembuh. Yang beliau selalu ingat adalah dendam darahnya. Karena suhu sudah mewariskan seluruh kepandaiannya kepadaku, maka sudah selayaknya aku yang membalaskan dendam itu. Akan kubawa kepala orang itu kehadapan suhu!" Siau-liong tertarik perhatiannya. Tetapi ia tak dapat menemukan kata-kata untuk menghibur dara itu. Lebih-lebih ketika mengetahui bahwa tujuan dara itu menyangkut juga asal-usul dirinya. Rasa haru Siau-liong makin meluap. Iapun kucurkan beberapa titik air mata. "Eh, mengapa engkau juga menangis?" Mawar Putih hentikan sedunya dan tertawa menegur. 150 Siau-liong tertegun. Ia heran mengapa secepat itu si dara sudah mengganti tangis dengan senyum tawa. Terpaksa iapun ikut tertawa. "Siapakah musuhmu?" tanyanya. Dengan geram Mawar Putih menyahut, Ketua partai Kongtongpay To Hun-ki bersama keempat Su-lo!" Siau-liong termangu. Mengapa terjadi peristiwa yang begitu kebetulan sekali! Toh Hun-ki adalah musuhnya besar karena telah membunuh ayahnya. Mengapa musuh besar si dara itu juga To Hun-ki? "Apakah suhumu seorang pria atau wanita?" tanyanya agak ragu. Sudah tentu wanita!" Mengapa suhumu bermusuhan dengan Toh Hun-ki?" Dara itu kicupkan gundu matanya, Pertanyaanmu terlalu

jauh! Apakah engkau hendak mengetahui peristiwa itu sejelasnya? Apa perlumu?" Siau-liong menghela napas, Ah, terus terang saja, Toh Hun-ki itu juga musuhku besar!" Mawar Putih terbeliak dan menatapnya. Beberapa jenak kemudian, ia berkata, Sungguh kebetulan sekali. Kita dapat bekerja sama." Siau-liong mendengus dan merenung. Kemunculan Ki Ih kedunia persilatan lagi untuk mencari balas kepada Kongtongpay, setiap orang persilatan sudah mengetahui semua. Apalagi ia sendiripun sudah menyaksikan wanita sakti itu. 151 Walau pun setiap kali belum berhasil menerangkan kepada wanita itu, namun ia percaya bahwa wanita sakti itu tentulah Coa-sik Se-si Ki Ih. Tetapi aneh sekali! Mengapa Mawar Putih mengatakan bahwa suhunya sedang sakit dirumah? Kalau begitu, jelas guru Mawar Putih ini tentu bukan Ki Ih. Habis kalau bukan Ki Ih, siapakah sesungguhnya guru dara itu? Mengapa ia juga mempunyai dendam sakit hati kepada Kong-tong-pay. "Nona, aku hendak bertanya kepadamu!" "Silahkan!" "Siapakak nama suhumu itu.... Mawar Putih terdiam sejenak baru menjawab, Tiada gunanya kuberitahukan nama suhuku. Beliau bernama Aminah si Boneka-cantik dari Persia!" "Apa?" Siau-liong menegas kejut. "Aminah Pasilia!" "Nama yang aneh dan sukar diingat serta tak sedap didengar," kata Siau-liong. Mawar Putih deliki mata, Apa? Engkau berani menghina nama suhuku?" Dara itu terus berbangkit hendak pergi. Siau-liong menyesal dan buru-buru minta maaf. Saat itu hari sudah terang tanah. Cuaca cerah. Mawar Putih melangkah pe-lahan2 sambil kerutkan alis, berkata, Sekarang 152 hendak kemanakah kita ini? Kita tak dapat terus tinggal dibiara bobrok ini!" Sesaat Siau-liong pun tak dapat menentukan arah tujuannya. Dia hendak membalas dendam. Hendak mencari ibunya. Hendak mengangkat nama Koay suhu dalam dunia persilatan. Hendak mengembangkan kewibawaan partai pengemis. Hendak merebut separoh bagian dari Giok-pwe yang berada ditangan Soh-beng Ki-su. Hendak mencari orang baju hitam yang misterius di dalam Lembah Semi.... Banyak nian pekerjaan yang direncanakan tetapi ia bingung untuk memulai yang mana dulu. Tiba-tiba ia teringat akan

Tiau Bok-kun. Sikap dan tingkah laku nona itu penuh dengan kehalusan yang mesra sehingga ia tersentuh dengan suatu perasaan. Perasaan yang selama ini belum pernah dialaminya. Benar racun dalam tubuh nona itu sudah dapat disumbatnya tetapi jika tak diobati tepat pada waktunya, nona itu tetap terancam bahaya cacat. Adakah Toh Hun-ki pegang janji untuk membawa si nona ke Siok-ciu mencari obat? Andaikata Toh Hun-ki benar-benar pegang janji, tetapi seorang nona yang sebatang kara tentu berbahaya sekali meegembara di dunia persilatan. Misalnya, jika bertermu dengan tokoh sejahat Soh-beng Ki-su, bukankah sukar untuk membayangkan nasib nona itu? Lama merenung tiba-tiba ia menertawakan dirinya sendiri. Ia baru kenal dengan nona itu, mengapa ia mewajibkan diri untuk memikirkan nasib nona itu? Bukankah di dunia terdapat banyak sekali nona yang bernasib begitu? Apakah ia harus memikirkan nasib mereka semua? 153 Namun betapapun juga, tetap ia merasa masih terlekat dengan beban kewajiban itu. Selama belum terlaksana, ia merasa masih belum himpas. "Aku hendak ke Siok-siu, apakah engkau.... "Baik, aku menurut kemana saja engkau pergi!" tukas Mawar Putih terus mendahului melangkah keluar. Siau-liong terpaksa mengikuti. Karena tak kenal jalan mereka hanya menurutkan aliran anak sungai itu menuruni lamping gunung. Pada saat melintasi dua buah puncak, pada gerumbul pohon disebelah muka. tampak beberapa sosok tubuh tengah lari menyongsongnya. Buru-buru Siau-liong menarik Mawar Putih bersembunyi dibalik batu besar. Cepat sekali orang2 itu sudah tiba dua tombak jauhnya dari tempat Siau-liong. Yang dimuka sendiri, mengenakan jubah biru, jenggot panjang sampai kedada, mencekal sebatang tongkat Kumala Hijau. Ah, itulah si Jenggot-perak To Kiukong, ketua partay Kay-pang. Dibelakangnya mengiring Pengemis-tertawa Tio Tay-tong dan si Pincang kiri Tio Tau serta Pincang kanan Li Ki. Siau-liong cepat loncat keluar, Kiu-kong. lama kita tak berjumpa!" To Kiu-kong dan rombongannya terkejut. Tetapi mereka girang bukan kepalang setelah mengetahui siapa penghadangnya itu. Serta-merta mereka berlutut memberi hormat, Cousu-ya." 154 Siau-liong mengangkat bangun To Kiu-kong dan suruh yang lain-lain berdiri. Partai kita dapat berdiri tegak dalam pergolakan dunia

persilatan adalah karena selama ini sekalian anak murid taat pada disiplin partai. Maka kumohon cousu-ya jangan keliwat merendah diri," kata To Kiu-kong. Sesungguhnya Siau-liong merasa sungkan menerima penghormatan yang berlebih-lebihan dari To Kiu-kong serta tokoh2 Kay-pang yang lain. Mereka jauh lebih tua dari dirinya. Dan sekalipun sudah diangkat sebagai ketua, namun Siauliong tak mengerti tentang peraturan partai itu. Ia hanya manda tersenyum mendengar ucapan To Kiu-kong itu. Kemudian To Kiu-kong menerangkan bahwa selama beberapa hari ini, ia bersama rombongan, berusaha mencari Siau-liong. Sungguh tak diduga kalau mereka akan bertemu disitu. Siau-liong terpaksa merangkai cerita tentang dirinya selama beberapa hari itu. Untunglah To Kiu-kong tak menanya lebih jauh. Dewasa ini dunia persilatan telah dilanda bahaya. Tokohtokoh sakti dari berbagai partai persilatan berbondongbondong datang ke Jwan-lam.... Berhenti sejenak, ketua Kaypang itu melanjutkan pula, Iblis Penakluk dunia, Dewi Neraka pun kabarnya telah berada dalam lembah Semi digunung Tayliangsan. Partai2 persilatan telah menerima surat undangan dari kedua suami isteri momok itu supaya pada pertengahan musim rontok, datang kelembah Semi guna mengadu kepandaian. Aku sendiripun telah menerima undangan itu juga.... ia mengeluarkan sebuah sampul lalu diserahkan kepada Siau-liong. 155 Siau-liong menyambuti. Dilihatnya undangan itu hanya selembar sutera pesegi sebesar sapu tangan, diberi tulisan berbunyi: Untuk merayakan malam Tiong-jiu yang indah, kami undang saudara suka menghadiri perjamuan yang kami selenggarakan dilembah Semi dengan acara: MENGADU KEPANDAIAN DENGAN MENDAPAT HADIAH GIOK-PWE. Bila terlambat atau tidak datang, terpaksa akan kami larang saudara bergerak di dunia persilatan. Tertanda: Iblis Penakluk Dunia Dewi Neraka. "Hal ini sudah kuketahui," Siau-liong tertawa dingin seraya mengembalikan surat itu. Pada hematku," kata To Kiu-kong, "tujuan dari kedua momok itu tak lain adalah hendak merebut separoh bagian dari Giok-pwe, Dan kedua kalinya, mereka hendak menjaring semua tokoh2 persilatan, menghancurkannya lalu menguasai dunia persilatan. Asal salah satu dari rencana itu berhasil, tentulah dunia persilatan akan terancam bahaya banjir darah. Iblis dan durjana akan menguasai dunia persilatan!" Siau-liong tertawa, Orang kuno mengatakan bahwa 'Kejahatan selalu kalah dengan Kebenaran'. Sekalipun ganas

sekali rencana kedua momok itu, tetapi tak mungkin mereka berhasil menentang seluruh dunia persilatan!" To Kiu-kong amat mengindahkan sekali kepada Siau-liong yang dianggapnya sebagai kakek guru Kay-pang. Ia hanya mengiakan saja. Masih ada sebuah hal lagi yang hendak kulaporkan kepada Cousu-ya," kata To Kiu-kong. 156 Katakanlah," seru Siau-liong. "Beberapa hari yang lalu, Toh Hun-ki ketua Kong-tong-pay telah dijebak oleh Soh-beng Ki-su. Tetapi entah bagaimana ketua Kong-tong-pay itu telah ditolong oleh Pendekar Laknat. Sungguh mengherankan sekali mengapa sekarang Pendekar Laknat berbeda sekali dengan 20 tahun yang lalu. Perangainya berobah jauh lebih baik.... -" To Kiu - kong berhenti sejenak lalu melanjutkan, Kabarnya Pendekar Laknat sudah bertempur dengan Iblis Penakluk dunia. Keduanya sama2 terluka parah." Sesungguhnya peristiwa itu telah diketabui Siau-liong tetapi ia tak leluasa menerangkan. Ia hanya menanyakan adakah To Kiu-kong hendak memberi laporan lain lagi. "Ya, mengenai nona Tiau Bok-kun," Kata To Kiu-kong, "nona itupun ditolong Pendekar Laknat dilembah Semi.... Sekarang sedang diantar Toh Hun-ki berobat ke Siok-ciu.... Kemudian ketua Kay-pang itu menerangkan lebih lanjut bahwa racun ditubuh nona itu sudah dapat dikeluarkan dan ia telah suruh anak buah Kay-pang untuk menjaga dan merawat nona itu dirumah penginapan. Tahukah engkau kemana perginya Toh Hun-ki, tiba-tiba Mawar Putih menyelutuk. To Kiu-kong tergugu. Setelah memandang ke arah Siauliong, ia menyahut, Aku dan Toh Hun-ki bergantian meninggalkan Siokciu. Kemungkinan saat ini dia sedang menuju kepuncak Ngo-siong-nia!" Kemudian ketua Kay-pang itu memberi laporan lebih lanjut, Saat ini dalam kota Siok-ciu telah berkumpul banyak sekali 157 tokoh2 persilatan. Karena kuatir didengar orang, maka ketua Bu-tong-pay It Heng totiang, tokoh ketiga Kun-lun sam-cu dari partai Kun-cun-pay dan rombongan lain, bergegas menuju kepuncak Ngo-siong-nia. Mereka hendak mengatur rencana untuk menghadapi iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka.... Mawar Putih menyeringai lalu mendengus, Tak perlu mengoceh begitu banyak! Dimana puncak Ngo-siong-nia itu?" To Kiu-kong kerutkan dahi. Ia heran mengapa dara itu begitu bengis. Tetapi karena si dara kawan cousu-ya mereka, terpaksa To Kiu-kong bersabar. Sahutnya, Kira2 dua puluh li dari sini, terdapat sebuah puncak gunung yang penuh

ditumbuhi pohon Siong-pik!" Diam-diam Siau-liong tahu kalau Mawar Putih tentu salah faham kepadanya. Tetapi dihadapan tokoh2 Kay-pang, ia tak leluasa memberi penjelasan. Maka iapun diam saja atas sikap kasar dari dara itu terhadap To Kiu-kong. Walaupun sudah berulang kali ia memberi isyarat, tetapi si dara tetap tak mengacuhkan. Demikian pun Pengemis Tertawa dan si Pincang-kanan dan si Pincang-kiri. Mereka diam-diam heran mengapa cousu-ya mereka selalu galang-gulung dengan beberapa gadis yang tak keruan. "Mari kesana!" Mawar Putih terus menarik lengan Siauliong. Siau-liong tertawa, Eh, apakah nona hendak pergi.... Mawar Putih deliki mata, Sudah tentu kepuncak Ngosiongnia untuk mencari To Hun-ki! Bukankah engkau mengatakan bahwa engkau pun mempunyai dendam sakit hati tak mau hidup bersama manusia itu?" 158 Sesaat Siau-liong tak dapat menjawab. Memang pada akhirnya kelak ia tentu akan membunuh Toh Hun-ki dan keempat Su-lo itu. Tetapi bukan pada saat itu ia harus menuju ke Ngo-siong-nia dan membunuh mereka. Melihat Siau-liong ragu2, Mawar Putih tertawa mengejek, Hm, agaknya aku telah keliru menilai orang. Lekas pergilah engkau ke Siok-cu menjenguk gadis kekasihmu itu!" Habis berkata dara itu terus berputar tubuh dan hendak melangkah. Nona Pek! nona Pek....!" seru Siau-liong gugup. Tetapi tak dipedulikan Mawar Putih. Dara itu bahkan terus gunakan ilmu lari cepat menuju ketimur. Siau-liong bimbang, mengejar atau membiarkannya. Selagi dia masih belum mengambil keputusan, gadis itu sudah lenyap dari pandangan mata. To Kiu-kong dan rombongannya terbeliak heran tetapi tak berani bertanya. Dan lama sekali Siau-liong masih memandang ke arah bayangan Mawar Putih. To Kiu-kong saling berpandangan dengan Pengemis Tertawa, lalu berbatuk-batuk, ujarnya, Adakah nona itu dengan cousu-ya.... Siau-liong tersadar. Cepat ia menukas tertawa, Tak ada hubungan dan sebelumnya pun tak kenal.... Kemudian ia alihkan pembicaraan dengan menanyakan tujuan To Kiu-kong dan kawan-kawan. 159 To Kiu-kong tertegun lalu menyahut dengan serius, Tadi telah kulaporkan kepada cousu-ya bahwa It Hang totiang ketua Bu-tong-pay telah mengajak beberapa tokoh persilatan mengadakan pertemuan rahasia dipuncak Ngo-siong-nia.

Mereka hendak merundingkan rencana menghadapi kedua durjana iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka. Karena tak dapat menemukan cousu-ya maka aku terpaksa melancangi untuk menerima undangan itu. Beruntung disini kami dapat menjumpai cousu-ya." Siau-liong kerutkan dahi, ujarnya, Apakah Toh Hun-ki dan rombongannya juga hadir ke-sana." To Kiu-kong mengangguk, Rasanya saat ini tentu sudah tiba disana." Siau-liong terkejut, serunya, Kalau begitu kita harus cepat2 kesana, kalau tidak.... ia tak lanjutkan kata2nya. Rupanya ia merasa kurang leluasa. To Kiu-kong seorang yang banyak pengalaman. Ia hanya tersenyum, Tak mungkin dapat mendahului kita tiba dipuncak itu.... ia memandang Siau-liong lalu melanjutkan pula, Puncak Ngo-siang-nia itu amat berbahaya sekali. Sekelilingnya lembah2 yang disebut Lembah Sembilanlingkaran. Jika tak faham, tentu tersesat. Apa lagi saat ini disekitar lembah itu telah dijaga ketat oleh murid2 Go-bi-pay dan anak buah Kay-pang.... Siau liong mengangguk. Tetapi diam-diam ia gelisah karena menguatirkan keselamatan si dara. Demikianlah mereka segera menuju ke puncak Ngo-siong-nia. Sesungguhnya jarak dua puluh li itu dapat ditempuh dalam waktu setengah jam saja. Tetapi karena jalanan sukar dan To Kiu-kong tak henti-hentinya memberi petunjuk keadaan 160 tempat itu kepada Siau-liong, maka mereka berjalan agak lambat. Kurang lebih sejam barulah mereka tiba di puncak itu. Memang apa yang dikatakan To Kiu-kong benar. Keadaan puncak amat berbahaya dan sulit- sekali jalanannya. Jika tak faham pasti tersesat. Pula pada setiap tikung dan tempat yang berbahaya tentu dijaga oleh anak buah Kaypang serta imam jubah kelabu. To Kiu-kong faham benar dengan keadaan tempat itu. Sepanjang jalan tak henti2nya ia menerima hormat dari anak buah Kay-pang yang ditugaskan berjaga disitu. Bermula Siau-liong mengira bahwa di atas puncak tentu terdapat biara atau kuil. Tetapi ternyata dugaannya itu keliru. Puncak gunung merupakan sebuah hutan lebat. Setiba di tepi hutan, To Kiu-kong segera bersuit nyaring. Beberapa puncak pohon siong tampak bergerak-gerak dan sesaat kemudian beberapa sosok tubuh meluncur turun. Mereka segera berjajar menghadang To Kiu-kong. ---ooo0dw0ooo---Pertemuan dalam hutanTernyata yang turun dari puncak pohon itu empat orang imam yang masing-masing mencekal golok kwat-to. Salah seorang yang dimuka adalah seorang imam tua, berjenggot

panjang menghunus sebatang pedang. Setelah memberi salam dengan anggukan kepala imam tua itu berseru kepada To Kiu-kong, Ketua kami dan beberapa cianpwe sudah lama menunggu kedatangan. Selekas saudara tiba, pertemuan segera dimulai. Tetapi.... ia beralih memandang Siau-liong lalu berkata, Pertemuan ini 161 menyangkut kepentingan dunia persilatan. Ketua kami telah memberi perintah, yang tak menerima undangan tak diperbolehkan hadir. Saudara ini.... To Kiu-kong cepat maju selangkah dan memberi hormat, tukasnya, Adalah cousu-ya kami.... Kemudian ia memberi keterangan kepada Siau-liong: Saudara2 ini adalah anak murid dari It Hang totiang ketua Butongpay dan Ki Ceng siansu ketua Go-bi-pay. Karena belum kenal pada cousu-ya maka meminta keterangan." "Tak apalah," kata Siau-liong. Imam tua itu terkesiap. Setelah saling bertukar pandang dengan ketiga kawannya lalu memandang lagi kepada Siauliong, kemudian mundur beberapa langkah, Silahkan!" To Kiu-kong mempersilahkan Siau-liong berjalan dimuka, ia dan Pengemis Tertawa mengiring dibelakangnya. Hutan itu seluas berpuluh tombak dan amat lebat sekali sehingga sesuai dijadikan tempat perundingan rahasia. Menyusup sejauh 10-an tombak, tiba-tiba pemandangan disitu tampak terang. Ternyata sebelumnya, berpuluh-puluh batang pohon telah ditabas sehingga tersedia sebuah tanah lapang yang cukup luas. Ditengah tanah lapang itu tampak hadir 30-an orang lebih. Terdiri dari paderi, imam dan orang biasa. Pada umumnya mereka sudah berusia 50 tahun ke atas. Sikapnya angker. Imam tua yang duduk ditengah-tengah, berjenggot putih menjulai kedada dan punggung menyanggul sebatang kebut 162 pertapaan segera berbangkit menyambut kedatangan To Kiukong. "Atas nama sekalian hadirin, kuucapkan selamat datang!" ia terus tersipu-sipu menyongsong. To Kiu-kong segera memperkenalkan diri Siau-liong, sebagai coucu-ya dari partai Kay-pang. Aku yang rendah bernama Kongsun Liong," Siau-liong memperkenalkan diri. Ternyata imam yang sikap dan wajahnya berperbawa seperti seorang dewa itu adalah It Hang totiang, penyelenggara dari pertemuan. Ketua Bu-tong-pay itu terkesiap lalu memaksa diri bersenyum, ujarnya, Kalau begitu saudara tentulah ahli waris dari Pengemis Tengkorak Song locianpwe?" Siau-liong mengiakan. It Hang menatap wajah Siau-liong dengan penuh

keheranan lalu menyisih kesamping mempersilahkan To Kiukong dan rombongan masuk. Sekalian tokoh yang hadir disitu tampak duduk diam. Tetapi seluruh pandang mata mereka tercurah pada diri Siau-liong. Rata2 mereka sudah berumur setengah abad. Hanya Siauliong seorang saja yang masih muda. Agaknya Siau-liong pun merasakan kekakuan suasana disitu. Tetapi karena menyadari bahwa saat itu dirinya sebagai ketua Kay-pang, terpaksa ia menekan perasaannya. Setelah masuk, iapun terus duduk diantara mereka. 163 Ternyata yang hadir disitu adalah tokoh2 ternama, antara lain: Ketua Siau-lim-si, Gong taysu. Ki Ceng siansu ketua Gobipay, Ciang Bu-seng ketua partai Tiam-jong-pay, It-bi-cu, Sam-kicu, Bu-wi-cu tiga serangkai dari partai Kun-lun. Lam Leng lojin dari partai Thian-san-pay. Tan I-hong pemimpin Jitokkau. Cu Kong-leng ketua Tong-thing-pang. Toh Hun-ki dan keempat Su-lo dari partai Kong tong-pay. Ditambah lagi dengan It Hang to-tiang ketua Bu-tong-pay dan anak buah Kay-pang serta beberapa tokoh persilatan yang berilmu tinggi. Benar-benar merupakan suatu pertemuan yang megah dan hebat. Setelah rombongan To Kiu-kong duduk, It Hang totiang segera membuka pertemuan, "Dewasa ini suasana dunia kacau, dunia persilatan timbul berbagai peristiwa. Beberapa durjana muncul kembali. Dimana-mana terjadi pembunuhan berdarah. Merupakan suatu bencana yang sejak berpuluhpuluh tahun baru timbul kembali.... Tiba-tiba diantara hadirin terdengar orang batuk2, serunya, Harap toheng suka menunggu sebentar. Aku hendak mohon sedikit penjelasan tentang sebuah hal." Ternyata yang bicara itu adalah Lam Leng tojin yang terkenal sebagai Thian-san it-soh atau orang tua dari gunung Thian-san. Tubuhnya kurus kecil, sepasang matanya berkilatkilat penuh perbawa. Dan memelihara jenggot seperti jenggot kambing. Tingginya kurang dari satu setengah meter, tetapi nada suaranya bergema nyaring sekali. It Hang totiang hentikan pidatonya lalu mempersilahkan orang tua dari gunung Thiansan itu mengajukan pertanyaan. Lam Leng lojin memberi hormat lalu berseru. "Sungguh suatu tindakan yang amat terpuji dari totiang untuk 164 mengundang sekalian tokoh2 persilatan berunding untuk menghadapi ancaman yang akan menimpa keselamatan dunia persilatan. Pertemuan ini bersifat rahasia, Oleh karena itu, sekalian orang yang hadir harus diketahui asal-usulnya dengan jelas. Kita harus menyadari bahwa kedua durjana itu, licin dan banyak tipu muslihatnya. Apabila pertemuan ini sampai bocor,

pasti akan mengakibatkan kebinasaan pada dunia persilatan. Dalam hal ini kumohon totiang suka waspada!" Habis berkata orang pendek kurus dari Thia-san itu memandang ke arah Siau-liong lalu duduk kembali. Walaupun tak jelas menyebut nama tetapi isyarat mata Lam Leng lojin itu segera dapat ditangkap. Seluruh hadirin memandang ke arah Siau-liong. Siau-liong pun tahu hal itu. Tetapi karena orang tak terangterangan menyinggung dirinya pula ia tak mau cari perkara, terpaksa ia diam saja. It Hang totiang mengangguk pelahan. "Lam-heng benar, tetapi aku sudah mengadakan persiapan. Sekalipun ada orang luar yang menyelundup, dia pasti tak mampu lolos dari pengamatan para kawan2 dan tak mungkin keluar dari puncak Ngo-siong-nia ini.... Habis berkata pimpinan pertemuan itu tertawa dingin dan sejenak memandang ke arah Siau-liong lalu berkata pelahanlahan, Sekarang yang penting adalah untuk menentukan suatu rencana.... Sambil mengurut-urut jenggotnya yang panjang, ia memandang lagi kesekeliling hadirin kemudian menghela napas. 165 "Thicin dan Te kedua momok itu, mempunyai anak buah yang besar dan tersebar luas. Mereka telah mengirim undangan kepada seluruh kaum persilatan untuk menghadiri pertandingan adu silat dilembah Semi. Jelas, maksud mereka tentulah hendak menjaring seluruh kaum persilatan untuk dibinasakan. Jika kita memenuhi undangannya kelembah Semi dan datang pada pertengahan bulan Delapan, tentulah kita termakan perangkap mereka.... Tiba-tiba terdengar suara nyaring dari seorang imam tua baju kuning yang serentak berbangkit dari tempat duduknya, Menurut pendapat loni, lebih baik saat ini juga kita serbu lembah itu!" Nadanya nyaring din garang sekali. Empat imam yang duduk dibelakangnya, sama duduk pejamkan mata dengan khidmat. Kiranya paderi yang membuka suara itu adalah Ti Gong taysu, ketua Siau-lim-si. It Hang totiang menyahut, Pendapatku memang sesuai sekali dengan saran taysu. Dalam ilmu perang dikatakan bahwa siasat ilmu menggunakan tentara yang hebat ialah dapat melakukan serangan secara tepat dan cepat. Menyerang musuh selagi musuh tak menyangka dan tak bersiap. Betapapun ilmu kesaktian yang demiliki kedua momok itu, namun sukar kiranya untuk menghadapi kekuatan kita beramai-ramai Sejenak ketua Bu-tong-pay itu berhenti dan memandang ke arah ketua Tiam-jong-pay dan ketua Tongthingpang. kemudian melanjutkan lagi dengan pelahan-lahan,

Apalagi saudara Shin dan Cu, mahir dalam ilmu barisan Patkwa kiu-kiong, Ngo-heng-tin dan lain-lain perkakas rahasia. Kita mempunyai pegangan kuat untuk memenangkan pertempuran. Hanya saja.... Kembali ia kerutkan alis, sejenak berhenti lalu berkata pula, Kabarnya kedua durjana Liong dan Hou juga tiba didaerah 166 selatan sini. Pendekar Laknat sudah beberapa kali menampakkan diri. Apabila ketiga momok itu benar-benar muncul dan berserikat dengan kedua momok Thian dan Te (Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka), ah, kita pasti terancam bahaya!" Seketika heninglah suasana. Sekalian hadirin terdiam. Memang yang dikatakan It Hang totiang itu benar. Jika saat itu mereka menyerbu ke Lembah Semi, tentu masih dapat menghadapi Iblis Penakluk dunia dan Dewi Naraka. Tetapi apabila kelima momok itu bersatu, tentu tak mungkin dikalahkan. Toh Hun-ki ketua Kong-tong-pay segera berbangkit. Setelah memberi hormat kepada para hadirin, ia segera berpaling menghadap It Hang totiang.... "Masih ada sebuah hal yang hendak kupersembahkan kepada totiang dan saudara sekalian!" serunya. "Silahkan," kata It Hang totiang. Toh Hun-ki tersenyum, serunya, Jika saudara2 tak lupa, tentulah masih ingat akan peristiwa 20 tahun yang lampau. Pada masa itu kelima Durjana muncul dan mengaduk dunia persilatan. Dunia persilatan seolah-olah banjir darah dan korban banyak berjatuhan. Kelima durjana itu terdiri dari Iblis Penakluk dunia dengan isterinya Dewi Neraka, si Naga dan si Harimau serta Pendekar Laknat.... Ia berhenti sejenak untuk mencari kesan, kemudian melanjutkan, Tentang Pendekar Laknat, walaupun disohorkan ganas dan kejam tetapi sepak terjangnya tidaklah seganas suami isteri Penakluk-dunia dan Dawi Neraka serta kedua Naga dan Harimau. Kebanyakan yang mati ditangan Pendekar Laknat itu adalah tokoh2 yang jahat dan tak berbudi. Dan pula 167 dalam pertempuran dahsyat dilembah Lok-gan-koh pada 20 tahun yang lalu itu, jika Pendekar Laknat tak beralih haluan memusuhi suami-isteri Penakluk dunia dan Dewi Neraka, tentulah 72 tokoh2 sakti yang dikerahkan Tjeng Hi totiang ketua Kun-lun-pay untuk mengepung kelima durjana itu, tentulah mereka habis binasa semua. Ya, apabila saat itu Pendekar Laknat tak menyerang dan menghalau suami isteri Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka, tentulah saat ini dunia persilatan sudah dikuasai oleh kedua suami isteri durjana itu....

Kembali Toh Hun-ki berhenti untuk menyelidiki suasana hadirin. "Oleh karena itu," ia melanjutkan pula, "menurut hematku, Pendekar Laknat bukan seorang momok yang ganas tetapi sesungguhnya adalah seorang ksatrya yang penuh dengan jiwa perwira dan budi luhur.... "Adakah maksud saudara Toh hendak mengagungkan nama Pendekar Laknat karena perbuatannya yang lalu itu?" tiba-tiba ketua Siau-lim-si, Ti Gong taysu berseru dengan nada dan wajah membesi. Toh Hun-ki tertawa hambar, sahutnya, Bukan melainkan itu saja, tetapi baru2 ini memang aku telah mengalami suatu peristiwa yang berharga untuk bukti.... Kemudian ketua Kong-tong-pay itu segera menuturkan tentang peristiwa yang dialaminya ketika masuk ke Lembah Semi. "Demi jiwa raga dan kehormatanku, kujamin bahwa Pendekar Laknat itu bukanlah momok ganas seperti 20 tahun berselang. Bukan saja tak mengganggu dunia persilatan pun jika kita tak dapat mengajaknya dalam persekutuan, tentu akan menambah kekuatan kita. Paling tidak, kita takkan dimusuhinya." 168 Ti Gong taysu menggerung seperti singa lapar, Benarbenar ucapan yang sembrono! Bersahabat dengan Pendekar Laknat untuk mendapatkan bantuannya menghadapi para momok durjana itu, benar-benar suatu langkah yang tak dapat diterima oleh pikiran yang sehat." Ketua Siau-lim-si itu terus melangkah kehadapan It Hang totiang lalu berseru, Entah bagaimana dengan pendapat totiang, tetapi aku menolak sekeras-kerasnya!" Sambil mengurut jenggotnya yang panjang, ketua Bu-tongpay It Hang totiang menyahut, Pendekar Laknat adalah momok ganas yang tergolong aliran jahat. Betapapun perbuatannya selama ini namun tetap tak dapat kita jadikan sahabat, Namun jika apa yang dikatakan Toh Hun-ki lohiapsu itu benar, tak apalah kita singkirkan ketakutan terhadap momok itu dengan tak saling mengganggu. Setelah nanti urusan Lembah Semi selesai, kita masih dapat bersahabat dengannya untuk membersihkan kejahatan di dunia persilatan. Hal itu tentu akan merupakan suatu berkah bagi kita semua.... Tiba-tiba wajah ketua Bu-tong-pay itu berobah sunyi dan berkatalah ia dengan sarat, Tetapi yang jelas dewasa ini kelima durjana itu mempunyai kekuatan besar. Sejak memendam diri selama 20 tahun itu, entah mereka sudah berapa menambah kesaktiannya. Entah mereka akan bersekutu atau tidak, kita belum dapat memperhitungkan. Oleh karena itu, kuharap para saudara sekalian, suka bersatu hati untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang

timbul dari kelima durjana itu!" Ti Gong taysu tertawa nyaring, serunya, Sudah tentu kita akan bertindak begitu. Lebih baik pecah sebagai ratna dari pada hidup bercermin bangkai. Rasanya kekuatiran saudara 169 itu berlebih-lebihan. Adakah diantara kita yang hadir ini terdapat orang yang takut mati?" Habis berkata, ketua Siau-lim-si itu sapukan pandang matanya ke arah hadirin. Ti Gong taysu memang terkenal berwatak keras. Sekalipun sejak kecil sudah masuk gereja dan sudah berumur 60 tahun lebih, serta menduduki jabatan yang tertinggi dalam gereja Siau-lim-si, namun perangai masih belum banyak berubah. Sedikit2 dia lekas naik darah. Oleh karena sudah mengetahui watak paderi Siau-lim-si itu, maka Toh Hun-ki pun tak mau melayani. Ia ganda tertawa saja dan tak menghiraukan Ti Gong.... Karena sekalian hadirin tiada yang buka suara maka Ti Hang totiang segera bertepuk tangan tiga kali dan berseru nyaring, Kalau begitu kita putuskan malam ini juga kita menuju ke Lembah Semi. Tengah malam kita serbu lembah itu.... wajahnya berobah gelap dan berkata lagi ia dengan suara yang serius, Hidup matinya dunia persilatan, ditentukan dalam pertempuran di lembah nanti Sekonyong-koyong Lam Leng tojin melengking dan loncat ke udara lalu melayang turun di hadapan It Hang totiang. "Tunggu sebentar," katanya sambil memberi hormat, "hendaknya janganlah totiang melupakan suatu hal yang amat penting sekali.... Sambil menunjuk ke arah Siau-liong orang tua dari Thiansan itu berkata pula, Asal-usul dirinya masih belum diketahui jelas. Lawankah atau kawan? Andaikata dia itu mata2 yang dikirim kemari oleh kedua suami isteri durjana itu, bukankah kita bakal hancur dalam penyerbuan ke Lembah Semi malam nanti?" 170 Belum It Hang memberi suatu pernyataan, Ti Gong taysu sudah melangkah kemuka Siau-liong dan membentak dengan suara menggeledek, Siau-sicu, menilik umurnya yang masih begitu muda, masakan engkau ini menjadi ketua dari partai Kay-pang?" Saat itu sebenarnya Siau-liong masih terbenam dalam renungan. Ia mendapat kesan bahwa sikap Toh Hun-ki dalam pidatonya membela Pendekar Laknat, menunjukkan peribadinya yang ksatrya sebagai seorang ketua partai persilatan. Siau-liong bimbang. Toh Hun-ki itu adalah pembunuh ayahnya yang harus dibalas. Namun kalau membunuhnya, Siau-liong merasa telah bertindak tak layak terhadap seorang tokoh yang berjiwa luhur.

Tengah ia mengalami pertentangan batin, tiba-tiba Ti Gong melangkah dihadapannya dan membentak dengan kata2 yang kasar. Siau-liong marah. Tetapi sebelum ia menjawab, To Kiukong yang berada di sisinya sudah mendahului berbangkit. Sambil memberi hormat, berkatalah tokoh Kay-pang itu, Mengapa taysu mengajukan pertanyaan semacam itu? Sejak pimpinan Kaypang masih dipegang oleh Pengemis Tengkorak Song Thay-kun cousu hingga sampai sekarang, partai Kaypang telah mendapat sambutan dan penghargaan dari semua partai persilatan besar. Masakan aku keliru mengenal cousu kami sendiri?" Dengan ucapan itu, secara halus To Kiu-kong telah memberi dampratan kepada Ti Gong. Saat itu si Pincangkanan dan si Pincang kiripun berdiri dikedua samping To Kiukong, memandang Ti Gong dengan marah. Ti Gong mendengus. Karena malu ia menjadi marah. Tetapi pada saat hendak bertindak, It Hang totiang dan Lam Leng lojin cepat menghampiri. 171 Lam Leng lojin tertawa mengekeh, melerai ditengah To Kiukong dan Ti Gong taysu, ujarnya kepada To Kiu-kong, Pertemuan dipuncak ini bersifat rahasia dan bertujuan untuk menyelamatkan dunia persilatan dari keganasan kelima durjana itu. Jika pertemuan ini sampai bocor, akibatnya tentu suatu bencana bagi dunia persilatan. Adalah demi menjaga keselamatan dan pengamanan pertemuan ini maka beberapa saudara telah mengajukan pertanyaan kepada ketua saudara. Dalam hal itu hendaknya saudara jangan salah faham." Mendengar itu, Siau-liong serentak berbangkit. Serunya dengan tertawa tawar, Oleh karena baru saja muncul di dunia persilatan, sudah tentu saudara belum kenal padaku. Entah dengan cara bagaimanakah agar saudara dapat mempercayai diriku itu?" Lam Leng tojin berpaling ke arah It Hang totiang, ujarnya, Adakah maksud totiang.... Ternyata orang tua dari gunung Thian-san itu sendiri pun merasa sukar untuk memecahkan persoalan saat itu. Jika To Kiu-kong menerangkan bahwa pemuda itu adalah cousu dari Kay-pang, sudah tentu harus dipercaya. Kecurigaan bahwa pemuda itu menjadi mata2 yang dikirim suami isteri Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka, memang sukar diselidiki. Oleh karena tak dapat memecahkan persoalan, Lam Leng lojin tumpahkan beban itu kepada It Hang totiang sebagai pimpinan pertemuan. Menyadari kedudukannya sebagai seorang penanggung jawab, It Hang pun segera maju selangkah dan menatap Siuliong dengan tajam. "Pertama kuminta sicu suka menuturkan tentang pergalaman sicu dikala menerima warisan ilmu dari mendiang

Song Thian-kun," katanya. 172 Siau-liong tak senang hati. Permintaan itu merupakan suatu penyelidikan terhadap dirinya. Namun demi mengingat akan sekalian hadirin, terpaksa ia tekan amarahnya dan menuturkan semua peristiwa yang dialaminya ketika berjumpa dengan tengkorak Song Thay-kun dalam pusar bumi. Setelah mendentarkan sampai selesai, It Hang merenung sejenak lalu berpaling ke arah To Kiu-kong, Sebagai seorang ketua, saudara telah memerintahkan anak murid untuk mengangkat Kong-sun Liong sicu sebagai cousu Kay-pang. Adakah hal saudara dasarkan atas lencana Tengkorak yang terkalung didada pemuda itu?" Sahut To Kiu-kong, Sudah tentu bukan hanya berdasar lencana itu saja. Aku telah menguji kepandaian dan dapatkan bahwa cousu kami ini memang telah memiliki ilmu pukulan Thay-siang-ciang dari mendiang Song cousu kami." Pertama, It Hang totiang memandang kesekeliling hadirin, lalu ia gelengkan kepala. Keterangan saudara tentang penemuan ilmu sakti Thay-siang-ciang itu, masih harus diuji kebenarannya." katanya kepada Siu-liong, "pada hematku, Laut Penasaran dipusar bumi gunung Hongsan itu merupakan tempat yang amat panas dan amat dingin. Sebelum engkau keiuar dari tempat itu dan sebelum mendapat petunjuk dari Pengemis Tengkorak, bukankah kepandaian saudara belum berapa tinggi. Dengan kepandaian yang saudara miliki saat itu, sukar rasanya saudara mampu keiuar lagi dari Laut Penasaran. Dan lagi, mengapa saudara dapat menemukan tempat musnahnya Pengemis Tengkorak?" Adalah karena terpancang oleh pesan mendiang Pendekar Laknat, terpaksa Siau-liong tak dapat memberi keterangan. Diam-diam ia memuji ketajaman It Hang totiang untuk cara penyelidikan yang dilakukan itu. 173 Ia tergagap tak dapat menyahut sampai beberapa saat. It Hang totiang tertawa dingin lalu memandang lagi kepada To Kiu-kong, serunya, Menilik gelagat, asal usul ketua saudara ini, tentu berbelit-belit!" To Kiu-kong kerutkan sepasang alis, ujarnya, "Sebelum menghilang, mendiang Song cousu kami telah berulang kali memberi petunjuk bahwa ciri pengenal dirinya adalah lencana Tengkorak dan ilmu pukulan sakti Thay-siang-ciang. Barang siapa memiliki kedua hal itu, dialah ahli warisnya. Oleh karena itu aku pun mentaati pesan mendiang Song cousu dan tak menanyakan lebih lanjut tentang diri cousu kami yang sekarang ini." " Lam Leng lojin tertawa mengekeh dan menyelutuk, Andaikata Pengemis Tengkorak tidak meninggal dalam Laut

Penasaran tetapi menderita penyakit dilain tempat dan berjumpa dengan anak itu. Lalu anak itu memaksanya supaya memberi ajaran ilmu Thay-siang-ciang kemudian merampas lencana itu, adakah saudara juga tetap hendak menobatkannya menjadi ketua Kay-pang?" "Hal itu tak mungkin terjadi!" To Kiu-kong mendengus. It Hang totiang tertawa, Taruhlah apa yang dituturkan Kongsun sicu itu benar semua. Tetapi karena Pengemis Tengkorak sudah meninggal maka sukar untuk meminta keterangan kepadanya. Ya, kalau pemuda itu seorang pemuda jujur, itu sih tak mengapa. Tetapi kalau dia salah seorang anak buah kedua suami isteri durjana, adakah saudara juga tetap mengangkatnya sebagai ketua?" Bermula To Kiu-kong memang marah. Tetapi demi mendengar pertanyaan It Hang totiang, tiba-tiba wajahnya 174 menampilkan rasa curiga. Ia mengakui, sebelumnya ia tak pernah dapat memikirkan sepanjang yang ditanyakan It Hang totiang itu. Dan Siau-liong yang merasa dirinya dipaksa sebagai anak buah suami isteri durjana, amat marah sekali. Dengan lantang berserulah ia kepada It Hang, Dengan sepenuh hati aku datang kemari untuk ikut serta saudara menghadapi para durjana. Tetapi mengapa saudara mencurigai dan menuduh aku sebagai mata2 musuh?" Sahut It Hang totiang dengan nyaring, Terus terang saja, tokoh persilatan yang masuk ke dalam Laut Penasaran dan dapat keluar lagi dengan selamat, belum pernah terdapat. Kecuali dia itu memiliki kepandaian yang dipunyai oleh kelima durjana itu menjadi satu. Maka.... Ia berhenti sejenak memandang sekalian hadirin, Maaf, memang aku sendiri pun curiga terhadap dirimu, jangan2 mempunyai hubungan dengan suami isteri durjana itu. Kecuali engkau dapat menuturkan dengan sejujurnya pengalaman selama masuk ke dalam Laut Penasaran!" Siau-liong tak mengira ia akan didesak sedemikian rupa oleh It Hang totiang. Betapapun juga, ia sudah bersumpah untuk mematuhi pesan Koay suhu (Pendekar Laknat) untuk tak menceritakan diri tokoh aneh itu kepada siapapun juga. "Karena saudara mencurigai diriku," serunya dengan tertawa dingin, akupun tak dapat berbuat apa2. Nah aku akan mohon diri!" habis berkata ia terus melangkah pergi. Hai, hendak kemana engkau." Ti Gong tay-su menggerung keras seraya loncat menghadang. 175 Dalam pada itu It Hang segera memberi penjelasan kepada To Kiu-kong. Ia duga Siau-liong itu tentu anak buah suami isteri durjana, Maka terpaksa tak diperbolehkan pergi dari situ.

To Kiu-kong tergoyah pikirannya. Mengapa cousu mereka (Siau-liong) tak mau menceritakan pengalamannya? Sekilas ia dapat menerima alasan yang dikemukakan It Hang totiang. Dan diam sajalah ia, bahkan menundukan kepala tak mau mencegah Ti Gong taysu. Sesungguhnya sekalian tokoh2 yang hadir di situ sudah mengepung Siau-liong. Demi It Hang telah membuka kedok pemuda itu dan pemuda itu terus hendak pergi, segera mereka mencabut senjata dan siap menyerang. Karena murkanya wajah Siau-liong sampai pucat. Kemudian sambil tertawa dingin, ia berseru, Bagiku mati hidup, kalah menang bukanlah soal, hanya saja.... ia berganti nada rawan dan lanjutkan kata2nya, Hanya sayang, dengan saling bunuh membunuh ini, apakah tidak patut disayangkan?" Dengan murka sekali Ti Gong taysu membentak bengis, Anak siluman, serahkan jiwamu, jangan banyak tingkah." Wuut.... sebuah pukulan segera dilayangkan kepada Siauliong. Yang diarah bagian dadanya. Ilmu pukulan Thay-siang-ciang dari Pengemis Tengkorak, pada masa itu telah menggetarkan seluruh dunia persilatan. Lepas dari asal usul Siau-liong, tetapi tentulah pemuda itu faham akan pukulan Thay-siang-ciang yang hebat sehingga tokoh seperti To Kiu-kong sampai dapat percaya penuh dan mengangkatnya sebagai ketua Kay-pang. Dan Ti Gong pun menyadari hal itu, Ia tak berani memandang rendah. Sekali turun tangan, ia gunakan jurus Raja Pa-ong-mendoronggunung. Salah sebuah jurus dari ilmu simpanan Kim-kongTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 176 ciang gereja Siau-lim-si. Dilayangkan oleh seorang tokoh semacam Ti Gong taysu, pukulan itu kuasa membelah batu gunung dahsyatnya. Melihat betapa kasar paderi itu, marahlah Siau-liong. Diapun segera gunakan jurus Toa-lo-kim-kong untuk menyongsong. Sesungguhnya ilmu pukulan Thay-siang-ciang warisan mendiang Song Thay-kun itu juga bersumber pada ilmu kesaktian aliran gereja. Serupa dengan Tat-mo-kim-kongciang yang dilancarkan Ti Gong taysu, pukulan Thay-siangciang yang dimainkan Siau-liong itu juga termasuk ilmu tenaga dalam yang keras. Darr.... terdengar ledakan keras, disusul dengan debu dan angin yang bertebaran menderu2 keempat penjuru. Ti Gong taysu tergetar. Ia rasakan pukulan anak muda itu hebat sekali. Suatu pukulan yang mengandung tenaga dalam Lunak-keras. Apabila ilmu tenaga dalam yang bersifat keras itu diyakinkan sampai pada tataran yang tinggi, maka berobahlah perbawanya menjadi Semu-lunak, atau yang disebut dengan istilah Kong-kek-seng-ji (apabila Keras mencapai klimaks tertinggi, timbullah lunak)

Mau tak mau ketua Siau-lim si itu terkejut sekali.... Tetapi sebelum ia sempat berbuat sesuatu, seketika ia rasakan darahnya bergolak keras dan tergempurlah kuda2 kakinya. Ia terhuyung-huyung lima langkah ke belakang baru dapat berdiri dengan tegak lagi. Ketika memandang kemuka, dilihat pemuda lawannya itu masih tegak berdiri ditempatnya dengan gagahnya. 177 Maafkan, lo-siansu," seru Siau-liong sambil memberi hormat. Malu Ti Gong taysu bukan kepalang. Dan rasa malu itu menimbulkan kemarahan yang hebat. Semula ia anggap, sekali pukul pemuda itu tentu akan terkapar rubuh. Tetapi diluar dugaan dia sendiri yang haius menderita terkena tangkisan pemuda itu.... Ti Gong taysu adalah ketua Siau-H\limm-si yang amat tinggi kedudukannya dan harum namanya dalam dunia persilatan Tetapi saat itu disaksikan oleh ber-puluh2 tokoh persilatan terkenal, ia harus menderita kekalahan dari seorang pemuda yang tak terkenal. Dengan menggerung laksana harimau kelaparan, ketua Siau-lim-si itu hendak menyerang lagi. Tetapi It Hang totiang cepat mencegahnya, Taysu, ijinkanlah aku yang akan meminta pelajaran dari Kong-sun sicu itu!" Sebagai ketua Bu-tong-pay yang berilmu tinggi tahulah It Hang akan kesaktian yang dimiliki pemuda itu. Sebagai seorang pimpinan pertemuan, ia harus mengambil alih tanggung jawab untuk menyelesaikan diri pemuda itu. Cepat ketua Bu-tong-pay itu mencabut kebut dan dengan melangkah pelahan-lahan ia menghampiri kemuka Siau-liong. Ti Gong taysu sudah menerima pelajaran ilmu pukulan saudara," katanya sambil mengurut jenggot, sekarang aku yang tua dan tak berguna ini, ingin juga mendapat pelajaran saudara dalam ilmu senjata.... Bu-tong-pay terkenal sebagai partai persilatan yang mengutamakan ilmu permainan pedang. Rupanya ketua Butongpay itu tak mau adu pukulan tetapi hendak menantang 178 pertempuran senjata. Ia yakin akan kehebatan ilmu pedang partainya. Silahkan saudara mencabut senjata dan segeralah menyerang dulu." seru It Hang. Diluar dugaan Siau-liong hanya mendengus, Silahkan totiang menggunakan kebut, aku yang rendah tetap hendak melayani dengan tangan kosong saja.... -sejenak memandang ke arah hadirin, ia melanjutkan pula, Sejak aku turun kedunia persilatan, sekalipun aku memiliki pedang pusaka, tetapi belum pernah selama ini kugunakan. Dan pada

saat ini, aku pun tetap takkan melanggar pantangan itu!" Suatu ucapan yang angkuh dan besar sekali! Sekalian tokoh2 yang hadir disitu terbeliak, kaget. Mereka, sejumlah tak kurang dari 20 tokoh2 ternama, merasa dianggap sepi oleh pemuda tak terkenal itu. It Hang marah sekali. Tetapi ia tetap tenang dan tersenyum simpul, ujarnya, Baiklah, karena sicu menghendaki sendiri, harap hati2!" Ia menutup kata2nya dengan gerakan kebut pertapaan dalam jurus Memukul-lonceng-emas. Kebut dimainkan setengah lingkaran di udara lalu tiba-tiba berganti dengan gerak Angin-meniup-siluman-lari, untuk menghantam kepala Siau-long. Jurus yang dimainkan ketua Bu-tong-pay itu amatlah anehnya dan digerakkan dengan kecepatan yang luar biasa sehingga membuat Siau-liong terbeliak kaget. Kebut pertapaan itu dibuat daripada bahan anyaman ratusan lembar kawat baja. Sepintas pandang menyerupai 179 kebut ekor kuda. tetapi ketika dimainkan oleh It Hang, kebut itu berobah. menjadi sebuah senjata yang melempang lurus. Dan karena It Hang telah pancarkan sembilan bagian tenaga dalamnya, maka beratus-ratus lembar kawat baja itu tegak lurus dengan tajamnya. Melihat sekali turun tangan, ketua Bu-tong-pay itu sudah gunakan jurus yang ganas, terpaksa Siau-liong pun harus melayani. Jurus Raja-langit-mendorong-pagoda, salah sebuah jurus dari ilmu pukulan sakti Thay-siang-bu-kek, segera dilancarkan. Kedua tangannya didorong kemuka. Tangan kanan memukul, tangan kiri ditebarkan untuk mencengkeram kebut lawan. Setitik pun tak terlinlas dalam benak It Hang totiang bahwa pemuda itu memiliki ilmu pukulan Thay-siang-ciang yang sedemikian tingginya. Dibanding dengan tataran yang dicapai oleh Pengemis Tengkorak Song Thay-kun, pemuda itu ternyata lebih unggul. Seketika ketua Bu-tong-pay itu rasakan lengan kanannya tergetar dan kebut yang dicekalnya itu terlanda oleh suatu tenaga membal yang luar biasa dahsyatnya. Hampir saja kebut itu terlepas dari cekalannya. Belum hilang kejutnya, It Hang rasakan tangan kanan pemuda yang diluruskan kemuka dada itu, mengandung hamburan tenaga sakti yang amat maut. It Hang totiang terkejut sekali dan buru-buru menyurut mundur dua langkah.... ---ooo0dw0ooo--180 Jilid 04

Harimau Iblis Dalam dua jurus saja, Siau-liong sudah berhasil mengalahkan dua orang tokoh sakti. Ti Gong taysu dan It Hang totiang sehingga sekalian tokoh2 yang hadir terkejut bukan kepalang! Diam-diam It Hang totiang menimang. Saat itu jika tak beramai-ramai turun tangan, dikuatirkan tak ada yang mampu mengalahkan pemuda itu. Ah, diam-diam ia menghela napas. Demi menyelamatkan dunia persilatan, terpaksa harus meninggalkan tata-susila dunia persilatan. Pada saat ketua Bu-tong-pay itu hendak memberi komando, sekonyong-konyong dari arah hutan terdengar suara orang tertawa nyaring. Nadanya menusuk ketelinga sekalian orang. Sekalian tokoh terperanjat! It Hang terbeliak. Cepat ia memandang kesekeliling penjuru. Tetapi empat keliling hutan itu hanya pohon2 yang lebat belaka. tiada tampak bayangan seseorangpun juga.... Ketua Bu-tong-pay itu benar-benar terpesona. Pada hal penjagaan di tempat pertemuan itu sudah diatur sedemikian ketat sekali. Setiap tiga langkah sebuah pos kecil dan setiap lima langkah sebuah pos. 181 Sedemikian ketat dan rapat penjagaan itu diatur sehingga jangankan orang sedang lalat atau nyamuk pun tak mungkin lolos dari pengamatan! Tetapi yang jelas, orang misterius itu dapat menembus masuk dibawah hidung penjagaan yang sedemikan ketat itu. Suatu hal yang benar-benar membuat ketua Bu-tong-pay itu terlongong-longong kehilangan faham.... Setelah berhenti tertawa, orang misterius itu berseru nyaring, Hidung kerbau It Hang, keledai gundul Ti Gong, Tan Ih-hong, Sin Bu-seng, si Tua Lam Leng.... ha, ha! Hari ini kalian mengadakan pertemuan besar....!" Dari puncak sebatang pohon tinggi yang tumbuh disebelah kiri, melayang turun sesosok tubuh manusia. Gerakannya mirip dengan seekor bururg garuda yang menukik dari udara. Tetapi setiba di bumi, gerakannya amat ringan laksana kapas jatuh di tanah.... Seorang tua yang tinggi besar dan mengenakan pakaian hitam putih yang menyolok, tegak berdiri memandang sekalian hadirin dengan mata berkilat kilat tajam. Umurnya lebih dari 70 tahun, kepalanya gundul, wajahnya ke-merah2an segar sehingga tampaknya baru berumur lebih kurang 50-an tahun. Kembali orang tua itu tertawa nyaring, Ho, perlu apa kalian berada disini....?" Dan tanpa menunggu penyahutan, ia berpaling memandang Siau-liong, Apakah untuk menghina

anak kecil itu?" Sekalian orang tak dapat menjawab. Suasana hening lelap. Kekalahan Ti Gong taysu dan It Hang totiang amat 182 menggoncangken perasaan mereka sehingga tak tahu apa yang harus mereka lakukan. Pada saat itu kebetulan Lam Leng lojin berdiri paling dekat dengan orang misterius itu. Orang tua dari Thian-san itu paksakan diri tertawa. "Kalau tak salah, saudara tentulah.... Belum Lam Leng lojin menyelesaikan kata2nya, orang aneh itu sudah membentaknya, Apa? Dua puluh tahun tak bertemu engkau sudah tak kenal lagi padaku?" "Ah, saudara masih bersemangat seperti dulu. Mataku belum rabun, sudah tentu takkan lupa. Hanya saja....- Lam Leng lojin tertawa tawar lalu berkata pula, Dalam saat dan suasana seperti sekarang ini, kemunculan saudara di dunia persilatan, apakah tak.... "Engkau tak berhak bertanya!" orang itu cepat membentaknya seraya terus menghampiri Siau-liong. Sekalian hadirin kebanyakan tokoh2 silat tua dan ternama. Pada masa 20 tahun yang lalu, ketika kelima durjana muncul mengacau dunia persilatan, merekapun ikut serta. Sudah tentu mereka tahu siapa pendatang yang aneh itu. Kiranya orang aneh itu adalah salah seorang tokoh dari Lima Durjana, yakni Harimau maut pencabut nyawa! Lam Leng lojin dan Ti Gong taysu cepat maju menghadang dan membentak, Berhenti!" Harimau-maut berhenti, tertawa nyaring lalu tiba-tiba hantamkan kedua tangannya kedada penghadangnya. Ti Gong taysu dan Lam Leng lojin memperhitung, si Harimau-maut tentu tak berani mengganas karena 183 menghadapi sekian banyak tokoh2 persilatan. Tetapi ternyata dugaan itu meleset. Ternyata Harimau maut masih seganas pada 20 tahun berselang. Tanpa berkata suatu apa, dia sudah melancarkan serangan yang dahsyat. Ti Gong dan Lam Leng terkejut sekali. Kedua tokoh itu cepat menangkis. Ti Gong menggunakan Air-terjun-membelah-gunung, salah sebuah jurus dari ilmu pukulan Tat-mo-kim-kong-ciang. Sedang Lam Leng mengeluarkan Membalik awan menjungkir hujan. Keduanya menyongsong dari samping dengan sepenuh tenaga. Ketika terjadi benturan, terdengarlah suara letupan yang dahsyat. Tubuh Harimau-maut agak menggigil. Tertawa nyaring, ia tetap tak mengacuhkan apa2 dan terus menghampiri kemuka Siau-liong. Ti Gong taysu dan Lam Leng lojin tersurut mundur sampai tiga langkah baru dapat berdiri tegak. Wajah kedua tokah itu

pucat lesi, tubuh berguncang-guncang mau rubuh. Ti Gong taysu terengah-engah, tiba-tiba ia mutah darah. Jelas ia telah menderita luka dalam yang parah. Empat orang paderi Siau-lim-si pengikutnya, cepat2 lari memapah Ti Gong keluar gelanggang. Sekalipun saat itu tak tampak tanda suatu apa, tetapi ditilik dari tubuhnya yang berguncangan itu. jelas Lam Leng lojin juga menderita luka dalam yang berat. Ia berjalan hendak menuju ketepi gelanggang. Tetapi baru empat langkah, ia jatuh terduduk ditengah gelanggang. It Hang totiang kerutkan dahi. Ia tampak gugup menyaksikan peristiwa itu. Buru-buru ia memberi perintah 184 agar semua anak murid Kay-pang dan Go-bi-pay yang menjaga di puncak gunung itu serta anak buah lain-lain partai, segera siapkan senjata dan mengepung rapat hutan itu. Harimau-maut dan Siau-liong harus dibunuh dibawah hujan anak panah dan senjata rahasia. Disamping itu, It Hang mengajak seluruh hadirin untuk beramai-ramai menyerang musuh. ia tak mau memegang tatasusila dunia persilatan lagi. Yang penting momok Harimaumaut harus dilenyapkan! Setelah menyaksikan bagaimana dalam sebuah pukulan saja, Harimau-maut dapat melukai Ti Gong dan Lam Leng, sekalian hadirin tergetar nyalinya. Mereka tak berani lagi menghadang momok itu. Kemudian setelah mendapat isyarat dari It Hang, merekapun segera mencabut senjata masing-masing siap sedia menghadapi si momok. Tetapi Harimau-maut tak mengacuhkan sikap orang2 itu. Seolah-olah tak terjadi suatu apa dengan langkah lebar ia menuju kehadapan Siau-liong, menatap lekat2 pemuda itu lalu bertanya dengan tertawa, Buyung, mengapa mereka menghina engkau?" Siau-liong hanya mendengus tak mau menyahut. Dalam hati pemuda itu, terbit pertentangan sendiri. Ia tak mau bentrok dengan tokoh2 partai persilatan. Tetapi karena didesak sedemikian rupa, terpaksa ia harus mengadu pukulan dengan Ti Gong dan It Hang. Ia menyadari bahwa bentrokan dengan ketua Siau-lim-si dan Bu-tong-pay itu berarti akan memperdalam salah faham sekalian tokoh terhadap dirinya. Itulah sebabnya ia termenung-menung diam. 185 Kemunculan mendadak dari Harimau-maut itu telah mengalihkan perhatian sekalian orang. Turut pengetahuan Siau-liong, Naga-keparat dari gunung Kengsan dan Harimauiblis itu dahulu ketika muncul, telah menimbulkan banyak

peristiwa2 berdarah di dunia persilatan. Tetapi menurut penilaian yang adil, sepak terjang kedua momok itu tidak termasuk golongan Hitam juga bukan golongan Putih. Melainkan ditengah-tengah. Mereka bertindak menurut sekehendak hati sendiri. Dalam hal itu, memang tindakan mereka lebih banyak bersifat jahat. Dan lagi mereka pernah berserikat dengan Iblis Penakluk dunia serta Dewi Neraka untuk menghancurkan dunia persilatan. Dengan begitu, kaum persilatan mempunyai kesan tak baik dan membenci kedua momok itu. Siau-liong masih melanjutkan renungannya. Memang tak sukar baginya untuk tinggalkan tempat situ. Tetapi ia kuatir, tindakan begitu akan lebih memperdalam tuduhan orang bahwa ia adalah kaki tangan Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka. Tetapi jika ia tetap berada disitu, tentulah akan bentrok dengan Harimau iblis (Harimau-maut) Celakanya, ia terpancang tak dapat mengeluarkan ilmu sakti Bu-kek-sinkang dan hanya dapat menggunakan ilmu pukulan Thaysiangciang. Entah apakah dengan ilmu pukulan itu ia dapat mengalahkan Harimau iblis atau tidak. Ia tak yakin Hai!" tiba-tiba pikirannya mengilas, "mengapa aku tak pergi dulu dari sini, lalu muncul lagi sebagai Pendekar Laknat? Bukankah dengan langkah itu ia akan terhindar bertempur dengan Harimau-iblis dan sekaligus dapat membuktikan nama 186 baik Pendekar Laknat itu memang nyata. Ah, bukankah ia dapat 'sekali dayung dua tepian'?" Segera ia bendak laksanakan rencananya itu. Tetapi pada saat ia hendak gunakan gerak Naga-berputar-18 kali, Harimau-iblis yang habis melukai dua orang, sudah menghampiri ketempatnya. Sekalipun Siau-liong marah melihat sikap dan ucapan Harimau-iblis yang sombong tetapi ia masih dapat berpikir dengan kepala dingin. Ia tak tahu bahwa ia dapat mengalahkan momok itu dengan ilmu pukulan Thay-siangciang saja. Maka terpaksa ia tekan kemarahannya dan tak mengacuhkan pertanyan momok itu. Tetapi bukannya marah kebalikannya Harimau-iblis malah tertawa gelak2, Buyung, jangan takut. Kalau ada kesulitan, bilang saja. Nanti aku yang menyelesaikan. Jangan takut mereka berjumlah banyak.... - tiba-tiba ia berputar tubuh memandang sekalian orang, kemudian berkata lagi:.... Mereka itu tak berarti apa2 bagiku. Aku paling benci kalau yang Kuat menindas yang Lemah, mengandalkan jumlah banyak mau menindas orang!" Siau-liong tertawa dingin, serunya sinis, Bagaimana engkau itu, aku takut kepada mereka?"

Harimau Iblis tertegun dan menyurut selangkah. Ditatapnya pemuda itu dengan tajam. Tiba-tiba ia tertawa keras. Nadanya seperti harimau meraung-raung. Lama baru ia hentikan tertawanya yang aneh itu. "Bagus! Punya perbawa gaib dan nyali besar Sesuai sekali dengan watakku. Kita harus menjadi sahabat baik.... serunya. Kemudian ia memandang lagi kesekeliling, lalu berkata lagi, Kemunculanku di dunia persilatan sekarang ini rasanya 187 takkan sia2 karena dapat mengikat persahabatan dengan engkau. Hayo, kita pergi kekota Siokciu minum arak!" Terus saja Harimau Iblis menarik bahu Siau-liong hendak diajak pergi. Aku tak mau bermusuhan dengan saudara, jangan mengujuk kekasaran!" teriak Siau-liong seraya mengeliat untuk menghindar. Sudah tentu Harimau Iblis tak mau melepas anak itu. Dengan menguak aneh, ia berputar membayangi Siau-liong dan secepat kilat menyambar pergelangan tangan pemuda itu. bentaknya, Budak, mengapa engkau tak tahu diri!" Siau-liong mendengus tetapi ia tak mau menghindar lagi dan membiarkan tangannya dicekal orang. Cerdik juga anak itu. Karena tak leluasa menggunakan Bukeksin-kang dalam pukulan, ia gunakan siasat lain. Maka dibiarkan saja tangannya dicekal tetapi diam-diam ia salurkan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang. Dalam mata Harimau Iblis, Siau-liong itu dianggap sebagai pemuda yang belum hilang bau pupuknya. Ia yakin, sekali sambar tentu dapat mencekalnya. Maka ia tak bersiap apaapa. Tetapi alangkah kejutnya ketika jari menyentuh tangan Siau-liong, seketika ia rasakan di jarinya dipancar oleh serangkum hawa panas. Sakitnya seperti terkena hantaman. Terpaksa ia mundur beberapa langkah. It Hang totiang bermula cemas sekali kalau pemuda itu mau bersekutu dengan Harimau Iblis. Tetapi ketika melihat Siau-liong tak mengacuhkan tawaran Harimau Iblis dan tibaTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 188 tiba momok itu tersentak mundur beberapa langkah, terkejutlah sekalian orang. Kini seluruh mata hadirin tertumpah pada Siau-liong dan Harimau Iblis. Dengan ilmu pukulan Thay-siang-ciang yang sakti, tentulah Siau-liong dapat mengimbangi Harimau Iblis. Dan apabila kedua orang itu bertempur seru, siapapun yang kalah dan menang, bagi sekalian tokoh yang hadir disitu, merupakan suatu keuntungan. Syukur kedua-duanya sama2 terluka parah.... Harimau Iblis terkejut sekali karena lengannya kesemutan. Cepat ia salurkan tenaga dalam.... Setelah sembuh, ia maju

lagi dan meraung marah, Ho, aku salah lihat! Apakah nama ilmumu itu?" Membengiskan matanya, momok itu membentak keras:Bilang lekas, siapa gurumu!" "Apakah engkau berhak bertanya?" sahut Siau-liong dengan hambar. Bukan kepalang marah Harimau Iblis. Mukanya membiru gelap dan gerahamnya bergemerutukan lalu meraung sekuatkuatnya, Aku tak berhak bertanya? Ho, hari ini aku akan mengadu jiwa dengan engkau." Habis berseru, terus hendak mencengkeram bahu. Siauliong sudah bersiap untuk mengadu kepandaian dengan momok itu. Tiba-tiba momok itu hentikan gerakannya lalu tertawa keras. "Buyung, siapakah namamu!?" serunya. Siau-liong pun tertawa dingin, sahutnya, Namaku Kongsun Liong!" 189 Momok itu merenung sejenak lalu berkata seorang diri, Kongsu Liong, Kong.... sun.... Liong.... sebenarnya nama yang tak terkenal, tetapi mengapa.... ia kerutkan alis seperti lengah berpikir. Tiba-tiba ia tertawa nyaring, serunya, Buyung, sekalipun engkau tak mau mengatakan nama guru pun tetapi akupun dapat menebak. Ilmu tenaga sakti yang luar biasa itu, cukup kukenal.... kembali ia tundukkan kepala merenung. Diam-diam Siau-liong terkejut. Ia kuatir Harimau Iblis akan mengenal tenaga sakti Bu-kek-sin-kang Itu. Apabila hal itu sampai diketahui Harimau Iblis dan didengar oleh sekian banyak tokoh-tokoh persilatan, tentulah merugikan nana baik Pendekar Laknat dan juga tak menguntungkan bagi hari depannya sendiri. Untuk mencegah hal itu, terpaksa ia maju selangkah dan berseru, Iblis tua, terimalah sebuah pukulan. Mungkin engkau baru dapat memikir dengan berhasil!" Wut.... jurus Tay-lo-kim-kong segera dilontarkan ke arah momok itu. Setelah menderita kesakitan tadi, Harimau Iblis tak berani memandang rendah pada pemuda itu lagi. Cepat ia gunakan jurus Menurut-aliran air-mendorong-perahu untuk menangkis. Jurus itu adalah salah sebuah jurus yang amat ganas dari ilmu pukulan Hou-pik-sin-ciang atau pukulan sakti Harimaumaut. Kerasnya bukan alang kepalang. Dar.... terdengar letupan keras dan bahu kedua orang itu sama tergetar. 190 Seketika berobahlah wajah Harimau Iblis. Pukulan yang dilancarkan Siau-liong itu jauh bedanya dengan tenaga sakti yang dipancarkan pada pergelangan tangannya tadi. Benarbenar

ia tak habis mengerti. Setelah saling menarik pulang tangannya, kembali Harimau Iblis berseru, Buyung, rupanya paling sedikit engkau mempunyai dua orang guru sakti. Pukulanmu yang ini lain sekali dari yang tadi. Aku tak mungkin salah lihat, lekas bilanglah.... "Silahkan engkau mengeluarkan seluruh kepandaianmu, tak perlu bertanya ini itu!" bentak Siau-liong dan menyusul lagi dengan sebuah pukulan lagi ke arah dada. Harimau Iblis tertawa nyaring lalu menyongsong dengan jurus Harimau-hitam-mengorek hati. Siau-liong tak menduga sama sekali bahwa gerakan tangan dari momok itu dapat dirobah menjadi genggaman tinju. Seketika ia rasakan dadanya seperti dilanda oleh sebuah batu raksasa sehingga jantung serasa pecah dan hampir saja ia rubuh.... Tujuan Harimau Iblis itu hendak menghancur leburkan tubuh Siau-liong. Tetapi karena tinjunya tak cukup besar, terpaksa ia hanya mengaarah dada ana kmuda itu. Ia berhasil tetapi iapun terkena pukulan Siau-liong. Ia rasakan tulang belulangnya serasa copot dan mata berbinar-binar gelap. Dua kali adu pukulan itu, membuat Harimau Iblis benar memuncak kemarahannya. Meraunglah ia dengan sekuatkuatnya, Sungguh tak kira dalam kemunculanku di dunia persilatan kali ini, aku akan berjumpa dengan seorang manusia yang seganas engkau.... 191 Ia bolang-balingkan tangannya kanan dan berseru pula, Dengan pukulanku ini, kita akan menentukan siapa hidup siapa mati!" Siau-liong tertawa dingin saja. Tetapi diam-diam ia sudah menyalurkan tenaga saktinya sampai sepuluh bagian. Selekas Harimau Iblis memukul, iapun cepat menghantam dengan pukulan sakti Thay-siang-ciang. Harimau Iblis sudah memutuskan untuk mengakhiri pertempuran itu. Maka pukulannya dilancarkan dengan tenaga penuh, Terdengar ledakan keras disusul dengan pasir dan debu berhamburan. Dalam libatan asap debu yang lebat, tampak kedua jago itu sama2 terhuyung-huyung sampai lima enam langkah lalu rubuh.... Karena tak mau mengeluarkan tenaga-sakti Bu-kek-sinkang, Siau-liong hanya gunakan pukulan sakti Thay-siangciang. Ternyata kekuatannya berimbang dengan pukulan sakti Harimau-iblis. Isi dada kedua orang itu terasa bergolak hebat, darah berhamburan sungsang sumbal. Begitu jatuh, keduanya segera pejamkan mata untuk menenangkan darahnya. Melihat kesudahan itu girang It Hang totiang bukan kepalang. Pikirnya, Mereka ibarat ikan masuk jaring. Kalau tak menggunakan kesempatan ini untuk melenyapkan mereka,

tak mungkin dapat menyelamatkan dunia persilatan.... Ketua Bu-tong-pay itu segera menghampiri ketempat Harimau Iblis. Tetapi sebelum dekat, tiba-tiba Harimau Iblis dua membuka mata, Hidung kerbau, walaupun aku harus mati tetapi tak nanti mati di tanganmu!" It Hang totiang tertegun. Tetapi pada lain saat ia tertawa, Iblis tua, asal kuayunkan tangan jiwamu pasti melayang!" 192 Belum tentu!" dengus Harimau Iblis. It Hang terkesiap. Timbullah keraguannya adakah momok itu benar-benar terluka parah. Sebagai ketua Bu-tong-pay yang ternama dan saat itu menjadi pimpinan berpuluh-puluh tokoh persilatan, jika membunuh seorang lawan yang sedang menderita luka dan tak dapat melawan, sekalipun yang dibunuhnya itu seorang durjana besar, tetapi perbuatan itu tetap akan tercelah dan namanya cemar. Ketua Bu-tong-pay itu berpaling ke arah Siau-liong. Dilihatnya pemuda itu juga duduk menyalurkan napas. Tetapi wajahnya merah segar seperti orang sehat saja. To Kiu-kong, Pengemis Tertawa Tio Tay-tong, sepasang pengemis Pincang sama menghampiri ketempat Siau-liong. Mereka memandang Siau-liong dengan cemas. Ti Gong taysu dan Lam Leng lojin, setelah melakukan penyaluran napas, saat itu sudah tak kurang suatu dan berdiri lagi. Tetapi sikap mereka tampak putus asa dan malu. Kekalahan yang diderita dari Siau-liong tadi, amat memalukan kedua tokoh itu. Sedang sekalian tokoh2, tegak berdiam diri disekeliling tempat itu. It Hang totiang tampak bingung. Akhirnya ia memanggil 20-an jago panah untuk mengepung Harimau Iblis dan Siau-liong. Rupanya It Hang tak mau mengambil resiko kehilangan nama baik. Ia akan menunggu lain orang turun tangan untuk membunuh Harimau Iblis dan Siau-liong. Sekonyong-konyong dari luar hutan terdengar suara seruling berbunyi. Seruling itu adalah untuk alat menyampaikan berita. Setelah Harimau Iblis berhasil menyusup dari penjagaan yang ketat, It Hang perintahkan 193 semua penjaga di pos2 menuju ke puncak dan berpencaran menjaga diempat penjuru hutan. Seruling pertandaan itu menandakan bahwa ada musuh yang tiba didekat hutan. Selekas bunyi seruling berhenti, terdengarlah gemerincing suara senjata beradu. Tentulah musuh itu sedang bertempur dengan para penjaga hutan situ. Kemudian tak berselang beberapa waktu, terdengarlah jeritan ngeri. Tentulah beberapa penjaga telah dirubuhkan orang itu. Ketika memandang ke arah datangnya pertandaan seruling,

sekalian tokoh2 persilatan melihat seorang wanita bertubuh semampai dan mukanya berkudung kain hitam, tengah lari menerobos masuk ke dalam hutan. Wanita itu mencekal sebatang pedang yacg berkilat-kilat. Sejenak memandang ke arah sekalian tokoh persilatan disitu, tiba-tiba wanita ini terus menyerang Toh Hun-ki, ketua Kongtongpay. Sekalian tokoh terperanjat sekali ketika mengetahui bahwa wanita itu bukan lain ialah Dewi Ular Ki Ih. Toh Hun-ki menghindar kesamping, mencabut pedang lalu menempur wanita itu. Melihat serangan yang dilancarkan Ki Ih dahsyat dan berbahaya, terpaksa keempat Su-lo dari Kong-tong-pay pun sama mencabut pedang dan terus menyerang Siau-liong. It Hang tetap merasa sungkan terjun kegelanggang pertempuran. Tetapi ia tetap gelisah karena tahu bahwa wanita itu mempunyai dendam darah terhadap Kong-tongpay. Tentu mereka akan bertempur mati-matian dan melupakan masalah penyelesaian Harimau Iblis serta Siau liong. 194 Benar sekali pun Harimau Iblis dan Siau-liong apabila terjaga tentu akan dihujani anak panah oleh kawanan jago tembak, namun sukar diduga terjadinya lain-lain perobahan. Dalam menyalurkan napas itu, tak pernah Siau-liong lepaskan perhatiannya kepada orang2 yang mengepungnya itu. Sesungguhnya ia hanya menderita luka ringan yang tak membahayakan. Ketika mengetahui yang mengamuk penjaga2 pos itu ternyata Ki Ih, ia kaget dan girang sekali. Buru-buru ia menyalurkan pernapasan lagi. Setelah merasa sembuh, tanpa menghiraukan barisan panah yang masih siap membidik, tiba-tiba ia melambung ke udara dan melayang ke arah tempat Ki Ih bertempur dengan Toh Hun-ki. Tetapi para pengepung itu adalah jago2 pilihan dari setiap partai. Mereka bermata tajam dan tangkas bergerak. Begitu melihat Siau -liong loncat ke atas, mereka segera menghujani anak-panah. Cres, cres.... karena terburu-buru hendak mendapatkan ibunya, Siau-liong tak menghiraukan keselamatan dirinya sendiri. Ia lengah dan lengan kanannya terkena dua batang anak panah. Dengan geram, dicabutnya anak panah itu lalu ia balas menghantam dengan pukulan Thay-siang-ciang. Terdengar beberapa kali jeritan ngeri disusul dengan rubuhnya 7-8 sosok tubuh dari anak buah barisan pemanah itu. It Hang terkejut. Cepat ia loncat mengejar diikuti Kun-lun Sam-cu, Shin Bu-seng ketua Tiam-jong-pay, Tan I-hong ketua Ji-tok-kau Ti Gong taysu dan Lam Leng lojin.

195 Bagus! Kali ini bakal berlangsung pertunjukan yang ramai!" tiba-tiba Harimau Iblis tertawa terbahak-bahak. Sekalian tokoh terkejut. Ada beberapa yang lari menghampiri momok itu. Lebih kurang 200 anak murid dari Gobi-pay, Kay-pang dan partai2 lain yang bertugas menjaga hutan itu segeran lepaskan anak panah dan serentak keadaan menjadi kacau balau. Siau-liong lepaskan beberapa kali pukulan lagi. Setelah dapat mengundurkan It Hang totiang dan rombongannya, ia segera dapat mendekati ketempat Ki Ih. Wanita itu bertempur dengan gagah. Serangannya makin lama makin dahsyat. Walau pun ia takkan kalah dengan To Hun-ki dan keempat Su-lo, tetapipun sukar merebut kemenangan. Serentak Siau-liong menggembor keras terus loncat menerjang kepungan To Hun-ki dan tegak disamping ibunya. Betapalah kejutnya ketika mengetahui bahwa sesungguhnya ibunya itu sudah menderita luka2. Sekujur tubuhnya berlumuran bintik-bintik darah. Hati Siau-liong seperti disayat. Setelah lepaskan tiga buah pukulan ke arah To Hun-ki, ia segera menyambar Ki Ih dengan gunakan gerak Naga-berputar-18 lingkaran, ia loncat menerobos hujan anakn panah dan lari keluar hutan, lalu menuruni puncak bukit. Lapat2 ia mendengar suara Ti Gong taysu, ketua Siau-lim-si yang menegur To Kiu-kong, 0-mitohud Bagaimana asal-usul ketuamu yang sebenarnya? Mengapa ia mempunyai hubungan dengan Ki Ih-" 196 Menyusul terdengar suara tertawa keras dari si Harimau Iblis. Dan beberapa saat kemudian terdengar hiruk pikuk suara orang bertempur. Tentulah Harimau Iblis sudah mulai bertempur dengan lawanan orang gagah. Tetapi Siau-liong tak menghiraukan. Yang penting ia harus menyelamatkan ibunya. Beberapa penjaga yang coba hedak merintangi larinya, dapat dihantam kocar-kacir. Dan beberapa loncatan berhasilah ia menerobos keluar dari hutan. Dia lari sepembawa kakinya. Hatinya penuh dengan rasa sedih dan gembira. Akhirnya ia bertemu juga dengan ibu kandungnya. Dengan demikian rindu dendam dari ibu dan anak yang sudah terpisah belasan tahun itu, akan terpenuhi. Memang ia marah sekali terhadap kecongkakan It Hang totiang, Ti Gong taysu dan orang2 yang menuduh dengan membabi-buta itu. Ia merasa kecewa dan putus asa terhadap sikap mereka. Rasanya tak sudi lagi ia campur tangan tentang kemunculan beberapa momok yang hendak menghancurkan dunia persilatan itu.

Pikirnya, Setelah menghimpaskan dendam sakit hati, ia hendak mengajak ibunya mencari tempat yang sunyi dan hidup dengan tenang. Ia ingin membaktikan hidupnya untuk membalas budi." Walaupun lembah Kiu-hui-koh itu amat pelik dan berbelitbelit jalannya, tetapi berkat petunjuk yang telah diterimanya dari To Kiu-kong, dapatlah ia keluar. Sejak dipondong oleh Siau-liong, Ki Ih diam saja. Sepatah pun tak berkata. Rupanya ia membiarkan dirinya dibawa anak itu ber-lari2an. 197 Saat itu sudah lewat tengah hari. Siau-liong kendorkan larinya. Tiba-tiba dilihatnya tak jauh di atas lereng gunung, terdapat sebuah pondok dari atap rumbia. Ia mutuskan untuk beristirahat dulu agar ibunya dapat mengasoh. Maka segeralah ia menuju ke pondok itu. Pondok itu ternyata sepi2 saja. Berulang kali mengetuk pintu, barulah terdengar langkah orang berjalan dengan pelahan. Ternyata yang membukakan pintu adalah seorang wanita berumur 40-an tahun. Mengenakan baju pendek warna hitam. Sepasang matanya ber-kilat2 tajam. Siau-liong tertegun. Ia heran mengapa ditempat yang sesunyi itu terdapat seorang wanita yang mengenakan dandanan seperti itu? Tetapi ia duga tentulah wanita itu keluarga pemburu. Bagi kaum pemburu, mengenakan pakaian serba ringkas, sudahlah umum. Ia segera menyatakan maksud kedatangannya.... Perempuan baju hitam itu tampak tenang2 saja, memandang Siau-liong yang memondong seorang wanita berlumuran darah pakaiannya. Tanpa bertanya apa2 lagi, perempuan itupun mengangguk dan mempersilahkan Siauliong masuk. Perkakas perabot dalam pondok itu amat sederhana sekali Kecuali balai2 kayu dan meja kursi, tiada terdapat lain-lain perkakas lagi. Setelah membawa tetamunya masuk ke dalam bilik, tanpa mengucap apa-apa, perempuan itupun melangkah keluar, menuju ke belakang. 198 Sejenak meragu, Siau-liong lalu letakkan ibunya di atas balai. Hatinya amat sedih, beberapa butir airmata menitik keluar. Belum berumur 100 hari ia sudah terpisah dari ibunya. Kemudian setelah dewasa, ia selalu terkenang akan ibunya itu. Ia amat rindu akan kasih seorang ibu. Dan saat itu, harapannya telah terkabul. Sekalipun ia belum pernah melihat

wajah ibunya tetapi ia tahu bahwa ibunya itu wanita yang bernama Dewi Ular Ki Ih, wanita yang saat itu terbaring dihadapannya. Setelah luapan haru kesedihannya reda, mulailah ia memeriksa luka ibunya. Ternyata beberapa luka yang diderita ibunya itu hanya luka luar yang tak berarti. Tiba-tiba ia terkesiap. Ibunya jelas tak terluka berat. Tetapi mengapa tampak seperti orang yang tak sadarkan diri? Belum sempat ia memperoleh jawaban, tiba-tiba perempuan pemilik pondok itu masuk dengan membawa sepanci air panas. Tersipu-sipu Siau-liong menyambuti.... Ia membasuh luka ibunya. Pemilik pondok memberinya sebotol pujer warna kuning, ujarnya, Puyer ini dapat menghentikan perdarahan. Dalam beberapa jam saja luka itu tentu sudah sembuh." Sambil menyambuti, Siau-liong bertanya, Adakah cianpwe ini termasuk keluarga pemburu. Dalam rumah ini....?" Oleh karena pemilik rumah itu seorang wanita yang sudah setengah umur, demi menghormatnya, Siau-liong menggunakan sebutan 'cian pwe' kepadanya. 199 Pemilik pondok itu geleng2 kepala, Aku hanya sementara waktu saja menetap disini." Siau-liong heran tetapi ia sungkan untuk mendesak lebih lanjut. Tiba-tiba terdengar sebuah seruan yang bernada penuh kemesraan, Mah.... Sesosok tubuh menerobos masuk dan muncullah seorang dara berwajah segar. Pakaiannya berwarna hijau, umurnya diantara 15-16 tahun. Ia terkejut melihat keadaan dalam bilik. Dipandangnya Siau-liong dan Ki Ih. yang berbaring di atas balai2 itu, lalu lari ke dalam ruang belakang. Perempuan baju hitam itu hanya tertawa tawar lalu menyuruh Siau-liong lekas melumurkan puyer keluka ibunya. Habis itu ia keluar menuju ke belakang. Siau-liong tertegun sejenak lalu melumurkan obat itu keluka ibunya, juga luka pada lengannya sendiri yang terkena anak panah itu. Setelah membalut, ia segera menyingkap sutera hitam yang nenutupi wajah Ki Ih. Rasa kegirangan yang meluap-luap akan bertemu dengan ibunya yang sudah berpisah hampir 20-an tahun telah menyebabkan Siau-liong amat terangsang hatinya. Sambil membuka kain kerudung, serentak mulutnya pun berseru dengan gemetar, Mah.... apakah engkau tak kenal dengan putera kandungmu sendiri....?" Sekonyong-konyong terdengar suara ketawa mengikik, Hi, hi, hi, siapa yang engkau panggil mamah itu?"

200 Siau-liong terkejut seperti mendengar halilintar berbunyi ditengah hari. Dan ketika memandang kewajah ibunya, ah.... hampir ia pingsan! Ternyata yang terbungkus dalam kain kerudung hitam itu sebuah wajah yang cantik berseri dari si dara seberang lautan. Mawar Putih! Setelah terlongong-longong beberapa saat, Siau-liong menjadi kalap. Diterkamnya bahu si dara itu, bentaknya, Kiranya engkau! Mengapa engkau menyaru sebagai ibuku? Engkau.... Rindu dendam yang terpendam selama belasan tahun, dan saat itu dikiranya akan terlaksana, ternyata hancur berantakan bagai awan dihembus angin.... Keadaan Siau-liong saat itu seperti orang gila. Matanya melotot, wajah merah padam dan tangan dikepal sekeraskerasnya. Seolah-olah ia hendak menelan dara itu. Melihat keadaan Siau-liong sedemikian itu Mawar Putih agak ketakutan. Ia menyurut mundur seraya berseru, Apakah engkau gila? Siapa yang menyaru jadi ibumu?" Dengan geram Siau-liong menatap dara itu, serunya, Dalam dunia persilatan siapakah yang tak tahu bahwa engkau ini adalah Dewi Ular Ki Ih? Pakaian yang engkau kenakan dan ilmu Pedang-kilat serta senjata rahasia Hwe-huntui serta tindakanmu memusuhi Toh Hun-ki untuk membalas sakit hati. Tiada seorangpun yang menyangsikan engkau tentu Ki Ih.... Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan dengan makin geram, Hm, makanya engkau mengenakan kerudung hitam menutup 201 wajahmu, kiranya.... ah! Engkau.... telah membikin sengsara hatiku!" Mawar Putih tertawa dingin, sahutnya, Dalam hal apa aku mencelakai dirimu? Apa yang kusenang pakai, kupakai saja. Mau senang mengenakan kain kerudung, pun siapa yang melarang?" Habis berkata dara itu terus loncat turun dari balai2, lalu berkata pula, Ilmuku Pedang Kilat dan senjata rahasia Hwehuntui itu adalah ajaran guruku. Aku hendak membunuh Toh Hun-ki, pun juga demi membalaskan sakit hati guruku!" Siau-liong terlongong tak dapat menjawab. Mawar Putih memandang sejenak kepada pemuda itu lalu menyeringaikan hidung, mendengus; "Semalam aku tak jadi membunuhmu di dalam biara dan pagi ini engkau telah menolong aku dari puncak Ngo-song-nia. Dengan begitu kita tak punya hutang piutang lagi dan anggaplah seperti kita belum pernah kenal mengenal." Habis berkata dara itu terus melangkah keluar. Saat itu ketegangan Siau-liong sudah mulai sirap. Cepat ia

mengejar dan menghadang si dara, ujarnya, Nona engkau.... Mawar Putih deliki mata, Aku mau pergi! Mengapa engkau menghadang aku!" Siau-liong merah mukanya. Terpaksa ia tahan kemarahannya, Tadi aku telah berlaku kasar, harap maafkan. Tetapi aku hendak mohon bertanya kepadamu tentang beberapa hal yang penting." 202 Sejenak dara itu keliarkan biji matanya. Tampaknya ia geli melihat keadaan Siau-liong yang tak ubah seperti monyet mencium terasi. Tetapi ia berusaha sekuatnya untuk menahan rasa geli itu. Maka dengan sengaja, ia pura-pura membentak dengan garang, Lekas katakan! Aku tak punya tempo melayanimu." Siau-liong menghela napas, ujarnya, Ibu kandungku itu bernama Ki Ih. Sejak aku dilahirkan belum seratus hari, keluargaku telah tertimpah bencana. Ayahku meninggal secara mengenaskan dan ibu tercerai-berai entah kemana.... "Uh, riwayatmu benar-benar membuat orang terharu," kata Mawar Putih sambil menyengir. Siau-liong melanjutkan lagi, Setiap nona hendak membunuh Toh Hun-ki, tentu nona berganti dandanan, mengenakan kerudung hitam dan memainkan ilmu pedang kilat serta senjata rahasia Hwe-hun-ti. Dengan begitu semua orang persilatan menganggap nona itu adalah ibuku yang muncul kembali ke dalam dunia persilatan lagi.... Mawar Putih kerutkan dahi tak menyahut. Menilik tindakan2 nona itu," kata Siau-liong pula, "aku berani memastikan bahwa gurumu itu tentulah ibuku sendiri. Maukah nona memberitahukan nama sebenarnya dari guru nona itu?" Mawar Putih hunjamkan kakinya ke tanah, berseru, Bukankah telah kukatakan bahwa guruku itu bernama. Aminah Pattalia. Selama ini belum pernah orang memanggil guruku dengan nama lain!" 203 Siau-liong menghela napas, tanyanya pula, Pernahkah gurumu itu mengatakan kalau mempunyai dendam sakit hati dengan Kong-tong-pay?" Mawar Putih gelengkan kepala, Guruku tak mau mengatakan dan akupun tak pernah bertanya. Cukup bahwa memang dendam permusuhan itu, memang ada Kalau tidak masakan guruku siang malam tak pernah melupakannya." Siau-liong sudah mulai percaya bahwa guru dari dara itu tentulah ibunya sendiri Uewi Ular Ki Ih. Maka ia terus lancarkan pertanyaan untuk mendapatkan bukti2 yarg lebih jelas. Setelah termenung sejenak, ia bertanya pula, Sebelum

pergi ke Tionggoan sini, apakah gurumu tak mengatakan apa2 lagi." Mawar Putih merenung. Tiba-tiba ia berseru, Eh, berapakah umurmu sekarang?" "Enam belas tahun!" Tiba-tiba Mawar Putih bertepuk tangan, serunya, Ah, mungkin benar Memang guruku pernah suruh aku menyelidiki tentang seseorang.... Jika memang masih hidup orang itu berumua 16 tahun.... Ia berhenti sejenak menatap wajah Siau-liong sampai beberapa kali, lalu berkata, Wajahmu memang mirip dengan suhuku. Tetapi orang yang akan kucari itu seharusnya bernama Tong Siau-liong bukan Kongsun Liong.... "Ah.... Siau-liong banting2 kakinya, "sebenarnya namaku adalah Tong Siau-liong. Sejak dipungut sebagai murid dari Tabib sakti Kongsun Sin-to, aku mengganti she dengan Kongsun agar orang jangan mengetahui asal-usulku.... 204 Mawar Putih tertawa dingin, Ih, benar-benar suatu pertemuan yang tak ter-sangka2! Jika tak berkelahi tentu tak bertemu!" Siau-liong benar tak mengerti mengapa dara itu selalu bersikap dingin. Sudah kenal sampai sedemikian jauh dan diam-diam Siau-liong tahu bahwa dara itu jatuh hati kepadanya, tetapi ia bersikap dingin. Bahkan saat itu setelah mengetahui bahwa guru dara itu adalah ibunya, suatu hal yang seharusnya akan menambah erat hubungan mereka berdua. Tetapi mengapa sikap dara tetap begitu dingin? Tetapi ia tak sempat lagi mencari tahu sebabnya. Serentak ia menjurah dihadapan dara itu dan berseru, Nona.... "Bilanglah, Mengapa ak-uk ak-uk seperti orang ketulangan?" seru Mawar Putih. "Sudilah nona membawa aku menemui ibu. Atau cukup nona memberitabukan letak pulau kediamannya, aku tentu dapat mencari kesana!" Masih dengan nada dingin, Mawar Putih berkata, Sudah tentu! Asal engkau benar-benar putera dari guruku, tentu akan kubawamu kesana. Tetapi.... tiba-tiba ia berganti dengan nada dengusan hidung, Aku tak dapat begitu saja mempercayai keteranganmu tadi!" Siau-liong terkejut mundur selangkah, serunya, Dengan cara bagaimanakah nona akan dapat mempercayai?" Kecuali engkau dapat membawa kemari batang kepala dari Toh Hun-ki dan keempat Su-lo dari Kong-tong-pay itu!" Siau-liong kerutkan alis, Tetapi ibu menderita sakit.... 205 "Di dunia ini tiada obat yang dapat menyembuhkan penyakit guruku kecuali kelima butir kepala orang Kong-tongpay

itu....!" tukas Mawar Putih. Ditatapnya wajah pemuda itu beberapa saat kemudian ia menghela napas. "Sudah tentu karena bertemu dengan putera yang dirindukan siang malam, guruku tentu amat gembira sekali. Tetapi, aku sudah terlanjur bersumpah dihadapan guru. Tak membawa kelima butir kepala orang itu, aku takkan pulang!" Diam-diam Siau-liong malu dalam hati. Mawar Putih hanya seorang murid, namun dengan mati-matian tetap berusaha untuk membalaskan sakit hati gurunya. Adakah dia, sebagai seorang putera, kalah dengan tindakan dara itu? Tetapi ia teringat akan pesan mendiang ayahnya supaya jangan melakukan pembalasan itu. Ah, yang manakah harus ia turut? Pesan ayahnya atau keinginan ibunya? Dan lagi Toh Hun-ki itu ternyata seorang tokoh tua yang penuh keperwiraan dan luhur budinya, bingung ia untuk menentukan pilihan. Melihat pemuda itu termenung-menung saja, Mawar Putih menertawakan, Agaknya engkau tak mempunyai pikiran untuk membalas sakit hati. Sesungguhnya akupun tak memerlukan bantuanmu. Lambat atau laun, aku tentu dapat membunuh orang Kong-tong-pay Itu. Hanya saja.... Tiba-tiba ia berputar tubuh dan terus menelungkupi balai2 dan menangis, Engkaupun jangan harap dapat berjumpa dengan ibumu! Beliau tentu tak sudi mempunyai seorang putera seperti engkau. Aku.... aku pun tak dapat membawamu kesana. Siau-liong serba sulit. Sesaat tak dapat ia berkata apa2. 206 Krakkk.... tiba-tiba pintu terbuka dan dara baju hijau masuk membawa sebuah penampan. Sekilas melirik Siau-liong dan Mawar Putih, ia tertawa menyengir, ujarnya, Silahkan saudara berdua makan!" Siau-liong menghaturkan terima kasih. Sedang Mawar Putih cepat mengusap air matanya. Ternyata penampan itu berisi beberapa masakan dan nasi putih. Sambil menghidangkan makanan di atas meja, dara baju hijau itu tersenyum, Ibu mengatakan bahwa di - hutan sini tak dapat menyediakan hidangan yang lezat. Sekedar makanan kasar dan teh yang tawar ini, harap saudara jangan menolak." Habis berkata dara itu terus melangkah keluar. Karena sehari suntuk tak makan, Mawar Putih yang masih belum hilang sifat kekanak-kanakannya, segera menghampiri kemeja dan mengajak Siau-liong makan. Selesai makan hari pun sudah hampir petang Siau-liong gelisah. Beberapa kali, ia mengajak bicara tetapi Mawar Putih tak mengacuhkan. Ia enak2 tidur di atas balai2. Nyonya rumah tak muncul lagi. Hanya si dara baju hijau yang datang membawa sebuah lempat lilin lalu mengemasi perabot makan dimeja lain keluar lagi.

Masih belum dapat terpikirkan Siau-liong siapakah sesungguhnya kedua ibu dan anak dalam pondok itu. Tetapi ia percaya mereka tentulah keluarga persilatan yang mengasingkan diri. Hari makin malam. Dibawah penerangan lilin yang bergoyang gontai sinarnya, Mawar Putih tidur dengan nyenyaknya. 207 Siau-liong makin gelisah. Akhirnya ia duduk dikursi bersemedhi. Entah berapa lama, iapun terlena tidur. Tiba-tiba setiup angin pegunungan berhambus dari jendela, menyadarkan Siau-liong dari tidurnya. Dilihatnya Mawar Putih masih tidur nyenyak. Diam-diam Siau-liong bercekat hatinya. Mengapa ia sampai tidur juga. Apabila kedua ibu dan anak pemilik pondok itu kaum.... Tetapi ia menghela napas lega ketika yang terdengar disekeliling penjuru hanya bunyi belalang dan tenggoret. Diam-diam ia menertawakan dirinya yang banyak curiga. Sekalipun orang mengatakan bahwa dunia persilatan itu kotor, keji dan penuh kejahatan, tetapi tak seharusnya ia mengukur pemilik pondok yang telah memberikan tempat bermalam dan hidangan itu, sedemikian rendahnya. Melongok kelangit, ia perkirakan sudah menjelang tengah malam. Ia berbangkit dan mondar-mandir diruangan. Tiba-tiba ia kepalkan tinju dan menghela napas panjang. Rupanya ia telah mengambil keputusan. Cepat ia menghampiri meja, mengambil pena-dan tinta bak lalu menulis: "Adik Mawar, Aku sudah memutuskan untuk mengambil kepala Toh Hun-ki dan keempat Su-lo Kong-tong-pay. Dalam waktu tiga hari tentu sudah selesai. Tunggulah dirumah penginapan Siok-ciu." Setelah meragu sejenak, ia menulis namanya "Tong Siauliong" dibalik kertas itu lalu ditaruh disamping Mawar Putih. Kemudian ia memadamkan lilin lalu melangkah keluar. Ia gunakan ilmu lari cepat menuju kepuncak Ngo-siong-nia. 208 Ia tak tahu adakah Toh Hun-ki dan rombongannya masih berada dipuncak itu. Lebih kurang sejam lamanya, tibalah ia dihutan pohon siong dari puncak Ngo-siong-nia lagi. Tetapi dilapangan dalam hutan itu sudah sepi. Yang tampak hanya dua batang golok kwat-to serta beberapa tetes noda darah. Ia duga pertempuran antara momok Harimau Iblis lawan rombongan orang gagah yang dipimpin It Hang totiang tentu berlangsung dahsyat sekali. Entah siapa yang menang dan entah kemana perginya mereka itu. Terpaksa ia menuruni puncak itu lagi. Tiba-tiba ia teringat bahwa It Hang totiang hendak merencanakan untuk menyerbu

ke Lembah Semi pada malam hari. Adakah mereka sedang melaksanakan rencananya itu? Ya, kecuali jejak itu, tak ada lain hal yang dapat ia ikuti. Maka setelah merenung beberapa saat, ia segera menuju ke Lembah Semi. Sekalipun ia masih ingat akan jalanan dari belakang lembah tetapi ia masih gentar menghadapi barisan pohon bunga yang amat berbahaya. Ia tak berani mencobanya dan terpaksa mengambil jalan dari mulut lembah. Jalanan masuk ke mulut lembah itu penuh ditaburi dengan batu yang aneh2 bentuknya. Dengan hati2 sekali ia menyusur maju. Dia sudah mengambil keputusan untuk membunuh Toh Hun-ki dan keempat Su-lo agar selekasnya ia dapat bertemu dengan ibunya Sekalipun mendiang ayahnya sudah memberi pesan. Namun dalam menjatuhkan pilihan, akhirnya ia memilih untuk menuruti kehendak ibunya yang masih hidup. 209 Juga dalam penyerbuannya ke Lembah Semi itu juga mengandung tujuan yang mulia. Sepasang suami-isteri momok Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka, merupakan bahaya yang mengancam keselamatan dunia persilatan. Jika ia dapat melenyapkan mereka, sekalipun ia juga membunuh Toh Hun-ki dan keempat Su-lo, tetapi tetap ia berjasa juga kepada dunia persilatan. Dengan jasa untuk menebus kesalahan. Rasanya arwah ayahnya yang mengasoh di alam baka tentu dapat memaafkan perbuatannya itu. Tiba di mulut lembah, ia tersirap kaget. Beberapa sosok tubuh terkapar di tanah. Diantaranya terdapat dua orang paderi, tiga orang imam dan lima atau enam orang pengemis. Ditilik dari darah pada luka mereka yang sudah membeku, tentulah mereka sudah berapa lama matinya. Saat itu sudah lewat tengah malam. Dari kenyataan beberapa mayat itu, teranglah kalau It Hang totiang tentu melaksanakan rencananya menyerbu Lembah Semi. Ia pasang telinga mendengarkan keadaan. Tetapi dalam lembah tampak sunyi senyap Timbullah keheranannya, Adakah para tokoh2 pemimpin partai itu juga sudah menjadi korban keganasan Iblis Penakluk dunia?" Diam-diam Siau-liong menaruh perindahan terhadap It Hang totiang dan rombongan orang gagah. Serentak timbullah perhatiannya untuk memikirkan keselamatan mereka. Ah, tujuannya kelembah situ adalah untuk membunuh Toh Hun-ki dan keempat Su-lo. Tetapi iapun mencemaskan juga nasib tokoh2 persilatan itu. Akhirnya ia memutuskan. Tak peduli apapun yang terjadi, ia harus menyerbu Lembah Semi untuk membasmi penjahat2 Iblis Penakluk-dunia, Dewi Neraka, Soh-beng Kisu dan nona pemilik lembah itu.

210 Segera ia melangkah masuk ke dalam lembah. Saat itu ia sudah tiba dialiran sungai dimana dahulu ia telah bertempur dengan ular besar yang ternyata hanya ular buatan manusia belaka. Ular yang sudah dihantamnya remuk itu sudah tak ada lagi. Yang dihadapinya hanyalah sebuah anak sungai biasa. Tak sulit baginya untuk melintasi. Tetapi belum ia bergerak, tiba-tiba dari arah muka, terdengar orang tertawa gelak2, Aha, bapak dapat meramal dengan tepat sekali. Benar memang ada orang yang datang mengantar jiwa!" Menyusul muncullah dua sosok tubuh dari balik batu besar. Karena malam gelap tak dapat dilihat bagaimana wajah mereka. Tetapi Siau-liong tak ragu lagi. kedua orang itu tentulah anak buah Iblis Penakluk-dunia. "Eh, mengapa yang datang hanya seorang?" kata salah seorang dari mereka, seraya ayunkan tangannya. Sebertik api biru meluncur ke udara. Rupanya suatu pertandaan untuk memberi laporan ke dalam lembah. Siau-liong cepat loncat hendak membekuk kedua orang itu. Tetapi mereka dapat bergerak amat lincah. Mereka loncat kelain batu. Dengan gunakan sikap Ayam-emas-berdiri-satukaki, orang itu ber-putar2. Seketika terdengarlah suara menggelegar yang dahsyat. Terpaksa Siau-liong berhenti untuk memperhatikan perobahan yang akan terjadi. Batu-batu yang tampaknya datar-datar itu, tiba-tiba terangkat naik sampai setombak tingginya. Bagian bawah bagian batu itu merupakan senjata golok yang ujungnya amat runcing dan kedua belah matanya sangat tajam. 211 Kedua orang berpakaian hitam itu loncat kemuka dan berpencaran hinggap di atas batu besar. Kembali mereka berputar tubuh dan batu2 disitu serta tanah, lenyap seketika. Pada saat kedua orang itu loncat lagi kelain tempat, tempat yang ditinggal itu muncul berpuluh-puluh ekor binatang beracun. Rupanya binatang2 itu sudah kelaparan sekali. Mereka saling gigit menggigit dan bunuh membunuh sendiri. Pada saat kedua orang baju hitam itu loncat kelain batu, tempat yang ditinggalkan itu memancarkan air beracun setinggi dua tombak. Demikian berturut-turut kedua orang itu telah berloncatan pindah dari satu kelain tempat. Rupanya mereka setiap kali menggerakkan alat-alat rahasia. Sampai pada yang terakhir, kedua belah dinding karang lembah itu meluncurka berpuluh batang anak panah beracun. Seolah-olah jalanan lembah itu penuh dengan maut. Tak mungkin orang dapat melintasinya. Walaupun hal itu tak mengejutkan hati Siau-liong, namun diam-diam ia mengagumi juga kelihayan pemilik lembah yang

telah memasang alat-alat rahasia sedemikian ketat dan maut. Siau-liong tak menghiraukan kesemua itu. Sambil menggerung keras, ia apungkan diri melayang ke dalam lembah. Tiba-tiba dari arah belakang terdengar lengking jeritan. Ketika Siau-liong berpaling ia mengeluh kaget, "Celaka....!" Kiranya yang menjerit itu adalah Mawar Putih dalam penyamarannya sebagai Ki Ih. Terpaksa Siau-liong melayang kembali kesamping dara itu. Mengapa engkau.... 212 "Mengapa engkau tak mengajak aku!" tukas Mawar Putih. "Aku tak menghendaki engkau ikut aku menempuh bahaya!" sahut Siau-liong. Mawar Putih mendengus, Engkau anggap aku seorang yang temak hidup takut mati!" Siau-liong tersipu tundukkan kepala, tak dapat menyahut. Mawar Putih memandang Siau-liong lalu ter-tawa menyeringai. Tiba-tiba ia lemparkan sebuah bungkusan kepadanya, Terimalah!" Ketika menyambuti, bukan main kejut Siau-liong. Ternyata bungkusan itu berisi pakaian dan kedok muka Pendekar Laknat. Ah.... tentulah waktu ia tidur, Mawar Putih telah mengambilnya. Diam-diam ia menyesali dirinya yang begitu lalai. "Nona.... katanya tersendat-sendat. Mawar Putih cibirkan bibir tertawa, Seharusnya dulu2 engkau sudah memberitahu kepadaku!" Siau-liong tak menyahut. Diam-diam ia menimbang masuk ke lembah Semi dalam penyamaran sebagai Pendekar Laknat, memang lebih baik. Cepat ia berganti dandanan sebagai momok itu. Mawar Putih tertawa geli melihat pemuda yang cakap itu tiba-tiba berobah meujadi seorang momok tua yang menyeramkan. Siau-liong sendiripun geli. 213 Saat itu kedua orang baju hitam tadi sudah lenyap. Sambil memandang ke arah lembah, Siau-liong kerutkan dahi, Lembah penuh dengan alat rahasia? yang amat berbahaya. Harap engkau tunggu dulu Setelah kuhancurkan alat-alat itu, barulah akan kubawamu kesana!" "Tidak! Engkau tentu hendak tinggalkan aku!" Mawar Putih menolak. "Aku tak bermaksud begitu, harap engkau.... "Kalau begitu hayo kita bersama-sama menyerbu!" tukas Mawar Putih terus melangkah ke dalam lembah. Siau-liong cemas. Benar dara itu sudah mendapat warisan ilmu silat dari ibunya. Tetapi jika hendak melintasi lembah

yang penuh dengan perkakas rahasia itu, kiranya tak mungkin dapat. Tetapi nona itu keras wataknya, kemanja-manjaan, sehingga ia tak dapat berbuat apa2 untuk mencegahnya. Apa boleh buat. Akhirnya ia memutuskan sebuah rencana. Disambirnya tubuh dara itu lain dibawanya loncat ke dalam lembah.... --ooo0dw0ooo-LEMBAH MAUT Siau-liong melayang ke atas batu besar yang ditempat kedua orang baju hitam tadi. Ia hendak menyelidiki perobahan yang terjadi disitu. 214 Sesungguh dengan gerak Naga-melingkar-18 kali, dapatlah Siau-liong melayang lebih jauh dan tak perlu untuk menyelidiki keadaan dulu. Tepat pada saat kakinya hendak menginjak batu, tiba-tiba ia mengeluh kaget. Ternyata batu itu seperti lenyap dan tubuhnyapun meluncur ke bawah, jatuh keujung tiga batang golok. Untung sebelumnya ia sudah berjaga-jaga. Cepat ia tamparkan tangannya ke udara dan dengan meminjam tenaga tamparan itu, ia melambung lagi ke atas. Pada perjalanan kedua, binatang2 beracun itu tak mampu mencelakai Siau-liong yang melambung tinggi hingga ia dapat melintasi dengan selamat. Juga kedua belah karang yang menyemburkan anak panah dan senjata rahasia beracun itu Siau-liong sudah bersiap. Jubah Pendekar Laknat yang gerombyongan itu dapat digunakan untuk menampar rintangan itu. Perkakas rahasia yang disiapkan dalam lembah oleh kedua suami isteri Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka itu, sebenarnya untuk menjaring seluruh tokoh persilatan. Lapisan yang ketiga terdiri dari air mancur yang mengandung racun. Selain racunnya ganas, pun airnya mancur tinggi sekali. Sekali terkena, daging dan tulang2 akan luluh menjadi cairan. Tengah Siau-liong menimang-nimang untuk cara yang hendak dilakukan dalam melintasi rintangan ketiga itu, tibatiba ia memandang ke bawah dan dilihatnya binatang2 beracun itu bergeliatan menjulur ke atas. 215 Ia terkejut girang dan serentak tertawa keras, serunya, Budak liar, nasibmu memang belum ditakdirkan mati. Ada jalan!" Dalam kepitan Siau-liong, Mawar Putih merasa aman. Ia heran mengapa Siau-liong berseru begitu. Iapun cepat dapat menanggapi dan berseru, Laknat tua, nyonyamu ini tak pernah takut pada kematian!"

Siau-liong sengaja menggunakan siasat untuk membingungkan hati anak buah lembah yang bersembunyi disekitar tempat itu. Mereka tentu. terkejut dan pangling mengapa kedua momok itu dapat datang ber-sama2 kelembah mereka. Disamping itu Siau-liong mendapat akal. Asal tak terluka, binatang2 berbisa itu tak berbahaya Maka ia memutuskan untuk menggunakan suatu cara yang amat luar biasa tetapi amat berbahaya sekali. Tiba-tiba ia melayang turun ke bawah dan tepat menginjak di atas punggung seekor kadal besar. Begitu menginjak iapun menyerempaki dengan sebuah hantaman ke atas. Dengan tenaga pijakan dan pukulan itu, tubuhnya segera melambung tinggi ke udara. Mawar Putih terkejut menyaksikan keberanian Siau-liong menempuh cara yang sedemikian berbahaya itu. Andaikata ia tak menyaru sebagai Ki Ih, tentu ia sudah menjerit ngeri. Pada saat tubuh Siau-liong hendak meluncur turun, tibatiba ia lontarkan tubuh si dara kemuka. Mawar Putih pun bergeliatan menggunakan gerak Burung-walet-menerobossangkar. Indah dan luwes sekali tubuh dara itu bergeliatan melayang di atas semburan air beracun. 216 Anak buah Lembah Semi yang menyaksikan dari puncak gunung, terlongong-longong seperti melihat sebuah pertunjukan akrobat yang luar biasa mendebarkan. Mawar Putih dimuka dan Siau-liong dibelakang. Laksana dua ekor burung walet, kedua anak muda itu meluncur di udara, melampaui semburan air beracun. Setelah kedua pemuda itu hampir selesai melintasi rintangan itu, barulah anak buah Lembah Semi tersadar. Buruburu mereka segera menggelundungkan balok dan batu serta menaburkan senjata rahasia. Siau-liong terkejut Betapapun lihaynya, tetapi diserang dari atas dan bawah secara begitu ganas, tentulah akan celaka juga. Siau-liong cepat gunakan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang untuk menghantam serangan dari atas puncak itu. Kemudian ia menggeliat menyusul disamping Mawar Putih. Sungguh berbahaya," keluh si dara ketika melihat anak panah dan senjata rahasia berseliweran disampingnya. Tetapi dibawah lindungan Siau-liong, dara itu tetap aman. Seketika timbullah nyalinya lagi. Pada saat hanya tinggal dua tiga tombak lagi ia akan dapat melintasi rintangan itu, dan serangan senjata rahasia dari atas pun sudah mulai reda, tiba-tiba ia tersirap kaget. Ternyata Mawar Putih sudah mulai habis tenaganya sehingga tubuhnya mulai meluncur ke bawah. Dalam kejutnya, Siau-liong bersuit nyaring lalu menukik ke

bawah untuk menyambar si dara. Untunglah si dara segera tersadar. Dengan kerahkan seluruh tenaga, dara itu bergeliat meluncur kemuka lagi sampai dua tiga tombak. 217 Pada saat Mawar Putih hendak terhindar dari pancuran air racun, tiba-tiba sebuah batu besar melayang turun dari atas puncak. Tepat batu itu akan jatuh di kepala si dara. Saat itu Mawar Putih sudah kehabisan tenaga. Sekalipun ia tahu akan ancaman bahaya itu, tetap ia tak mampu menghindar lagi. Jika terhantam batu itu, kepalanya pasti hancur lebur jatuh ke bawah, sudah tentu Siau-liong gugup sekali. Dalam saat-saat yang tak menyempatkan ia berpikir lagi, ia nekat meluncur dan membentur batu itu dengan kepalanya. Pyur.... terdengar letupan dan hancurlah batu itu berhamburan jatuh ke bawah. Berhasil menghancurkan batu, cepat sekali Siau-liong sudah menyambar tubuh Mawar Putih terus dibawa melayang. Anak buah Lembah Semi yang menyaksikan kesaktian Pendekar Laknat, sama leletkan lidah. Kemudian mereka segera lepaskan api pertandaan untuk memberi isyarat bahaya kepada kawan2nya dalam lembah. Saat itu ia harus menghadapi lapisan keempat yang merupakan Lautan api. Ilmu meringankan tubuh Naga-berputar-18-lingkaran, sudah menghabiskan tenaganya. Jika ia tak berhenti dulu disebuah batu, tentulah ia dan si dara akan terancam bahaya tercebur dalam lautan api. Dalam perhitungannya, ia mssih sanggup untuk melampaui rintangan keempat Lautan api itu Tetapi apabila lorong lembah itu masih jauh, dan ia tak menemukan tempat beristirahat, tentu akan habislah tenaganya. 218 Namun ibarat orang naik dipunggung harimau, Siau-liong sudah tak dapat mundur lagi. Akhirnya ia berhasil melintasi rintangan keempat itu dan tiba dibagian lorong sungai yang datar. baru saja ia meletakkan tubuh si dara ke tanah, tiba-tiba terdengar ledakan bergemuruh dahsyat, seperti sebuah cempa bumi. Ledakan itu berasal dari bunyi sebuah genderang. Entah darimana tempatnya. Dung.... dung.... Bunyi genderang itu menggetarkan seluruh isi lembah. Jantung Mawar Putih pun serasa terlepas keluar. Buru-buru ia sandarkan diri pada tubuh Siau-liong. Siau-liong kerahkan tenaga sakti untuk menolak serangan bunyi genderang maut itu. Ia bersiap-siap menunggu apa saja yang hendak dilakukan orang2 Lembah Semi itu.

Genderang berhenti serentak. Sebagai gantinya, angin menderu, batu dan pasir beterbangan dan airpun bergolakgolak ke atas udara. Siau-liong dan Mawar Putih merasa bahwa yang diinjaknya saat itu bukanlah tanah, melainkan gumpalan ombak laut. Siau-liong menyadari bahwa gelombang yang menggoncangkan bumi itu adalah sebuah tenaga sakti aneh Ki-bun-tun-kang yang menggunakan entah berapa puluh anak buah Lembah Semi. Dipersatukan menjadi tenaga-sakti Thaykekbu-wi-kang dan Thay-im-ki-bun-kang. Hantaman dari arus tenaga sakti itulah yang membuat bumi bergoncang seolaholah ditimpa gempa. 219 Siau-liong memeluk Mawar Putih untuk memberi saluran tenaga sakti Bu-kek-sin-kang. Kemudian ia kembangkan tenaga sakti lunak untuk menahan arus serangan itu. Pertempuran adu tenaga sakti berlangsung beberapa waktu. Pelahan-lahan kabut dan pasir terdampar ke belakang dan tanah yang dipijaknya itu pun menjadi tanah biasa lagi. Tetapi gumpalan kabut itu berhenti pada jarak beberapa langkah. Seperti ada suatu tenaga lain yang menghentikan buyarnya kabut itu. Kembali terjadi pertempuran hebat adu tenaga sakti. Kabut tak dapat mundur tetapi pun tak dapat melayang maju lagi. Setelah berlangsung beberapa waktu. tiba-tiba terdengar letupan keras. Kabut itu berhamburan lenyap dan keadaan dalam sungai itupun tampak seperti biasa lagi. Mawar Putih kagum atas kesaktian Siau-liong. Dipandangnya anak muda itu dengan tersenyum tawa. Kemudian keduanya bergandengan tangan melangkah maju. Mereka merasa sebagai sepasang muda mudi yang berjalan dengan mesra. Tetapi bagi pandangan mata berpuluh anak buah Lembah Semi yang bersembunyi di sekeliling tempat itu, kedua pemuda itu adalah seorang lelaki tua berwajah buruk dengan seorang wanita yang berkerudung muka. Baru melangkah dua tiga tindak, tiba-tiba keduanya mendengar genderang bertalu tiga kali. Suaranya amat dahsyat sekali. Seketika pemandangan yang terbentang dihadapan, berobah sama sekali. Sekeliling penjuru penuh dengan gunung es dan karang es. Ada yang menjulang tinggi macam tiang penyangga langit. Ada yang berkilat-kilat menyilaukan mata, atasnya datar tetapi 220 bagian-bagian bawah runcing dan salju yang menutup gunung itu mencair dan mengalir turun seperti banjir. Kesemuanya itu merupakan pemandangan yang ngeri. Siau-liong tetap memeluk Mawar Putih dan membantu si dara dengan penyaluran tenaga sakti. Ia tahu bahwa

pemandangan di muka itu hanya pemandangan buatan yang diciptakan oleh Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka. Kembali ia gunakan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang yang bersifat panas untuk menghancurkan gunung es itu. Tak berapa lama gunung2 dan karang es itu meleleh dan mengalir menjadi air ke dalam sungai. Pemandangan dalam lembah itu kembali pula seperti semula. Pada saat Siau-liong dan Mawar Putih saling berpandangan dengan heran, tiba-tiba muncullah nona pemilik lembah diiring 20 orang dara cantik. "Aku disuruh mewakili ayah dan ibu untuk menyambut kedatangan saudara berdua!" kata nona itu dengan memberi hormat. Siau-liong hanya menyahut singkat. Kemudian nona pemilik lembah itu mengibaskan tangan. Ia dan ke 20 pengiringnya itu segera melenyapkan diri dibalik jajaran batu2 besar. Siau-liong menimbang. Karena nona pemilik lembah itu sudah keluar menyambut sendiri, tentulah sudah tak ada lagi rintangan alat-alat rahasia. Segera ia ajak Mawar Putih melangkah kemuka. Setelah keluar dari lembah, membelok kesebelah kiri dan menyusur jalan. Membelok sekali lagi, tibalah mereka di pintu batu yang atasnya tergantung dua buah papan bertuliskan: 221 "Dunia persilatan tergabung satu Lembah Semi mengubur orang gagah." Ditengah kedua papan itu terdapat sebuah papan lagi yang bertulis, Pesiar ke lembah sambil menghadiri pertandingan besar adu kesaktian." Siau-liong heran. Saat itu masih lama dengan hari pertandingan yang akan dilangsungkan pada pertengahan musim rontok. Tetapi mengapa persiapan telah dilakukan sedemikian rupa. Ah, tentulah Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka sudah memperhitungkan kemungkinan It Hang totiang akan menyerbu sebelum hari pertandingan itu. Maka ia sudah mengadakan persiapan lebih dulu. Tengah Siau-liong mencemaskan keselamatan It Hang totiang dan rombongan orang gagah, tiba-tiba pintu gerbang itu terbuka dan entah darimana datang, muncullah nona pemilik lembah beserta ke 20 dara pengiringnya tadi. Mereka menyambut Siau-liong dan mempersilahkan masuk. Siau-liong mendengus. Sambil menarik tangan Mawar Putih, ia melangkah masuk. Tertawa nyaring lalu membentak keras, Undangan adu kepandaian, ditetapkan pada nanti hari Tiong-jiu tetapi mengapa.... Nona pemilik lembah itu tertawa mengekeh, Perhitungan manusia sering meleset. Maka serempak dengan mengirim

undangan, ayah dan ibu terus mempersiapkan segala sesuatu.... ia berhenti sejenak memandang kepada Siau-liong dan Mawar Putih lalu berkata pula, Seluruh orang gagah 222 dalam dunia persilatan sudah terjaring. Kini hanya kurang kalian berdua saja!" Habis berkata ia terus menarik sebuah kain sutera merah yang menutup sebilah papan dari batu kumala merah. Papan batu itu setinggi satu tombak tetapi tak terdapat suatu tulisan apa2. Dengan ter-tawa2 nona itu mengambil pit atau pena lalu menulis di atas papan kumala itu. Kesan2 Pesiar ke Lembah Semi Walaupun hanya sebuah pit, tetapi ketika dituliskan, tak ubah seperti ujung pisau yarg tajam. Tulisan itu terukir pada batu pualam sedalam dua tiga dim. Dan setelah diletakkan lagi, pit itu tetap lurus seperti belum dipakai. Siau-liong mendongkol sekali. Diambilnya pena itu lalu dicorat-coretkan di atas meja sehingga ujung pit yang terbuat daripada bulu, menjadi kacau balau. Setelah itu pit dicelupkan ke dalam tinta bak. Mawar Putih heran melihat tingkah laku pemuda itu. Seperti yang dilakukan nona pemilik lembah tadi, adalah mudah. Ia menyalurkan tenaga dalamnya keujung pit sehingga pit itu berobah sekeras pisau. Tetapi mengapa Siauliong mencelupkan ujung pit ke dalam tinta. Bukankah pit itu akan lemas karena basah. Dan kalau basah, bukankah akan sukar disaluri tenaga dalam? Pada saat itu Siau-liong sudah siap menulis. Ujung pit yang kalut tadi, saat itu lurus lagi. Maka mulailah ia menulis: 223 "Pendekar Ksatrya Muncul di dunia Membasmi kejahatan Mengamankan persilatan." Nona pemilik lembah itu terbeliak kaget. Tulisan Pendekar Laknat Siau-liong itu menggoreskan tulisannya sampai setengah inci ke dalam papan batu. Tulisannya berwarna hitam jelas sekali. Habis menulis, Siau-liong tertawa gelak2. Ia lemparkan pit itu ke arah pintu batu. "Bluk", pit jatuh tepat ditengah-tengah pintu. Kembali pemilik lembah terbeliak kaget menyaksikan kepandaian Siau-liong yang dianggapnya Pendekar Laknat itu. Kemudian Siau-liong gunakan jarinya untuk menggurat dibawah tulisannya tadi: Kesan dari Pendekar Ksatria. Dengan mengganti nama dari Bu-kek-gong-ma atau Pendekar Laknat dengan Bu-kek-sin-kun atau Pendekar

Ksatrya itu, jelaslah sudah maksud Siau-liong. Ia menyatakan bahwa Pendekar Laknat sekarang bukan lagi seorang momok ganas seperti dahulu melainkan seorang Ksatrya yang hendak membela kebenaran, menegakkan keadilan, membasmi kejahatan dan melenyapkan kelaliman. Pemilik lembah segera melangkah ke dalam. Siau-liong menggandeng Mawar Putih mengikuti dari belakang. Sepanjang jalan yang dilalui, alam, pemandangannya amat indah sekali. Sedikit pun tiada tanda2 bahwa lembah seindah itu merupakan suatu tempat penjagalan manusia yang ganas.... 224 Setelah dua tiga kali membelok, tibalah mereka diruang besar yang menyerupai sebuah paseban istana. Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka sudah menunggu disitu. Melihat Pendekar Laknat datang bersama Ki Ih, mereka menyeringai sinis. Didepan meja yang berada disebelah mukanya, telah disiapkan berpuluh gelas emas. Siau-liong tahu bahwa iblis itu hendak mengadakan adu minum arak. Tetapi heran, mengapa menyediakan sekian banyak cawan? Apakah gunanya? Tiba-tiba terdengar suara tertawa aneh yang menyeramkan. Dewi Neraka segera mengangkat poci arak lalu dengan gerak yang istimewa, arak itu memancur keluar ke arah berpuluh cawan. Dalam beberapa kejab saja, berpuluhpuluh cawan itu sudah penuh semua. Kemudian Dewi Neraka itu unjukkan kepandaian lebih jauh. Ia ngangakan mulutnya dan arak dalam berpuluh cawan itu meluncur keluar, masuk ke dalam mulut wanita itu lagi. Walaupun kepandaian menekan dengan tangan dan menyedot dengan mulut, bukanlah suatu kepandaian yang mengherankan tetapi karena Dewi Neraka dapat mengisi dan menyedot arak dari sekian puluh cawan besar kecil, diam-diam Siau-liong kagum juga. Siau-liong sejenak memandang ke arah Mawar, memberi senyuman lalu melangkah maju dengan tenang. Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka menunggu dengan penuh perhatian. Dengan kedua tangan Siau-liong mencekal poci arak itu. Seketika dari poci itu meluncur keluar 10 buah pancuran kecil. 225 Kesepuluh pancuran itu memancur ke atas lalu berhamburan jatuh ke dalam berpuluh-puluh cawan arak. Setetes pun tiada yang menumpah kemeja. Sudah tentu pertunjukkan itu mengejutkan Dewi Neraka dan Iblis Penakluk-dunia. Namun mereka berusaha untuk bersikap tenang2 saja. Siau-liong duduk bersila. Sekali ngangakan mulut, ia

menyedot arak dari lima cawan. Sekaligus, lima cawan berisi arak itu telah disedotnya habis. Kemudian diulanginya lagi. Tiap kali ia selalu menyedot lima cawan arak. Pada waktu pertunjukan itu berlangsung hingga semua cawan telah habis disedotnya, tiada seorang pun yang berani bernapas. Setelah itu giliran Iblis Penakluk dunia. Iblis itu mengangkat sebuah poci arak yang besar. Begitu besar hingga lebih tepat kalau disebut bejana atau guci. Setelah guci besar itu dicekal, ia gunakan ilmu tenaga dalam yang paling sukar diyakinkan yakni sifat MELEKAT. Cawan2 arak besar itu segera saling melekat rapat. Sekali menunduk, berpuluh cawan arak itu segera penuh dengan arak. Dan sekali iblis itu lekatkan bibirnya pada sebuah cawan yang paling besar, arak pun segera meluncur ke dalam mulutnya.... Sepintas pandang memang cara minum itu, tiadalah yang mengherankan.... Tetapi ketika diperhatikan dengan seksama, orang tentu akan terperanjat. Kiranya arak yang diminum dari cawan besar itu, tak pernah habis. Tetapi berpuluh cawan besar kecil yang melekat pada cawan besar itu, isinya meluap ke atas dan mencurah 226 kecawan sebelahnya dan cawan itu pun meluap menumpah kelain cawan. Dengan luapan secara berantai dari satu kelain cawan itu, akhirnya menumpah kecawan besar yang diminum Iblis Penakluk dunia itu. Itulah sebabnya mengapa arak dalam cawan besar itu tak habis-habisnya. Kemudian Iblis Penakluk-dunia membuka mulut menghadap ke atas. Sekali ia mengangkat cawan besar itu, maka meluncurlah air ke udara sampai satu tombak tingginya. Air itu meluncur turun tepat masuk ke dalam mulut Iblis Penaklukdunia! Selesai minum, iblis itu segera gunakan tenaga sakti untuk menjajar puluhan cawan di tanah. Jaraknya dengan Siau-liong lebih kurang dua meter. Cawan kecil terletak paling depan dekat Siau-liong sedang cawan besar paling belakang, kira2 setombak jauhnya dari pemuda itu. Jika Siau-liong hendak mengambil cawan besar itu, tentulah ia harus berbangkit. Suatu hal yang mengurangkan perbawanya. Siau-liong tak mau unjuk kelemahan. Iapun gunakan tenaga sakti untuk menyedot jajaran cawan itu. Bagaikan seekor ular, jajaran cawan yang masih melekat satu sama lain itu, bergerak-gerak menghampiri ketempatnya. Menyaksikan kesaktian Pendekar Laknat dalam ilmu tenaga dalam untuk menyedot itu, diam-diam Iblis Penakluk dunia cucurkan keringat dingin. Ia tak kira kalau Pendekar Laknat saat ini telah mencapai tataran ilmu tenaga dalam yang sedemikian hebatnya.

Dalam pada itu, setelah menarik jajaran cawan, Siau-liong segera mengangkat naik. Serempak berpuluh cawan besar kecil itu naik mendatar ke atas tanah. Lalu ia menuangkan 227 arak memenuhi semua cawan. Sekali ia memijat cawan yang paling muka, maka arak dan cawan besar kecil itu, satu demi satu meluncur ke dalam mulut Siau-liong. Habis minum, ia menarik jajaran cawan yang melekat itu terus ditaburkan ke arah dinding ruang yang terbuat dari batu marmar. Crek. crek.... berturut- turut cawan2 itu menyusup ke dalam dinding, tepat membentuk beberapa huruf yang berbunyi: "Kesan Pendekar Ksatrya dalam pertandingan minum arak." Siau-liong berbangkit, membersihkan pakaiannya lalu tertawa nyaring.... Iblis Penakluk dunia tak dapat berbuat apa2 kecuali tertawa dingin. Ia segera berbangkit dan melangkah keluar. Siau-liong dan Mawar Putih mengikutinya. Setelah membelok dua tiga buah tikungan, tibalah mereka disebuah hutan aneh. Dikata aneh karena hutan itu terdapat papan nama yang berbunyi: Hutan Nafsu! Dalam Hutan Nafsu itu terdapat tak kurang dari 200 batang pohon yang daunnya bergemerlapan seperti kumala dan dahan2 berwarna emas. Setiap batang pohon, tergantung 10 buah Giok-pwe seperti kepunyaan nona Tiau Bok-kun. Baik bentuk dan ukiran kembangannya, menyerupai sekali. Kemungkinan nona itu pernah datang kesitu, lalu lencananya Giok-pwe ditiru dan dibuat sebanyak-banyaknya. Pada tepi hutan itu terpancang sebuah papan kayu yang bertuliskan: 228 "Pada setiap pohon wangi Harus membedakan tulen palsu Giok-pwe dipersembahkan Tentu takkan mengecewakan. Namun bila tak berhasil Adalah kesalahanmu sendiri. Dirimu terbakar api Tulang belulang mendjadi abu." Didepan papan itu terdapat sebuah meja dan dimeja itu terletak sebuah Kim-ting atau Bejana-emas yang penuh dengan segenggam kayu cendana. Siau-liong memperhitungkan. Jika menyalakan kayu cendana itu, paling banyak hanya berlangsung sampai sepenanak nasi. Dalam waktu sepertanak nasi itu untuk membedakan mana Giok-pwe yang tulen dan mana yang palsu, sungguh tak mungkin dapat! Dilain ujung dari hutan itu, tampak sebuah lubang sedalam satu tombak. Lubang itu penuh dengan kayu bakar dan ranting kering serta bahan bakar lainnya. Sedang sekeliling Hutan Nafsu itu penuh dijaga oleh anak

buah Lembah Semi yang ketat sekali. Sekali kedua suami isteri momok itu memberi isyarat, mereka tentu akan segera menyerbu. Pada saat Siau-liong merenungkan cara yang akan diambilnya, tiba-tiba Mawar Putih menggamit lengannya dan berbisik, Tolol, semua itu palsu!" Siau-liong tertegun. Tetapi cepat ia dapat menyadari. Giokpwe yang asli harganya sama dengan sebuah kota. Setiap orang persilatan sama mengiler untuk mendapatkan benda itu. Tak mungkin kedua suami-isteri momok itu mau menggantungnya pada pohon dan suruh orang mencarinya. Merasa dirinya ditipu, marahlah Siau-liong. Sekali ayunkan tangan, bejana di atas meja itu hancur berantakan. 229 Melihat itu Dewi Neraka marah sekali. Sambil bersuit nyaring, ia loncat keluar menyerang seraya membentak, Iblis Laknat, engkau mencari mati sendiri!" Gerakan tongkat itu menimbulkan deru angin dahsyat yang melanda Siau-liong. Siau-iiong tenang-tenang menangkis dengan tangan. Dewi Neraka makin marah. Serangannya yang dahsyat itu dapat dihalau secara tepat oleh lawan. Tiba-tiba ia enjot tubuhnya melayang ke atas sebatang pohon. Sambil menginjak daun puncak pohon itu, ia menyambari Siau-liong, Hai, Pendekar Laknat, selama 20 tahun ini, sudah berapa tingginya kesaktianmu. Hayo, kita adu kepandiaan di puncak pohon ini!" Siau-liong sejenak berpaling memberi senyuman kepada Mawar Putih. Maksudnya minta nona itu jangan kuatir. Mawar Putih mengangguk. Sekali menjejak tanah, tubuh Siau-liong meluncur ke udara lalu hinggap di puncak pohon berdiri dengan sebelah kaki. Dewi Neraka diam-diam terkejut menyaksikan ilmu meringankan Pendekar Laknat yang sedemikian hebatnya. Ia tentu akan lebih kaget lagi apabila mengetahui bahwa sesungguhnya momok Pendekar laknat yang berdiri dihadapannya itu hanya seorang pemuda belasan tahun umurnya. Dewi Neraka mulai beraksi. Segera ia gunakan tenaga sakti Thay-im-ki-bun-kang yang diyakinkan selama berpuluh tahun untuk memutar tongkatnya. Taburan tongkat itu menghamburkan suatu angin tenaga dalam yang merontokkan daun-daun kumala bertebaran mengelilingi tubuhnya. Tebaran 230 daun2 kumala itu menimbulkun suara tajam macam suitan yang nyaring. Sapintas pandang menyerupai ribuan batang golok terbang yang ber-kilat2 menyeramkan. Tangan kanan memainkan tongkat, tangan kiri Dewi Neraka

itu bergerak naik turun. Tiba-tiba tebaran daun2 kumala itu melekat panjang, menjadi semacam puluhan batang jwan-pian atau cambuk ruyung yang menyerang Siau-liong. Siau-liong tertawa melengking. Ia sudah siap menyambut dengan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang. Namun ia tenang2 saja menunggu serangan. Dewi Neraka terkejut. Serangan ruyung dari daun kumala itu seolah-olah terpancang oleh sekeping dinding baja yang tak kelihatan. Dan bukan melainkan itu saja, pun ketika Dewi Neraka gerakkan tangan hendak menarik balik ruyung daun tu, ternyata tak mudah. Ruyung2 daun itu seperti tersedot oleh suatu hawa yang amat kuat. Dewi Neraka menambahi tenaga saktinya. tampak amat tegang. Dahinya penuh butir keringat. Setelah mengerahkan seluruh tenaganya sampai beberapa saat, barulah ia berhasil menarik balik ruyung daunnya. Sekonyong-konyong daun2 kumala itu mengelompok dan membentuk diri menjadi 16 bunga teratai. Setelah berjajar menjadi sepasang barisan "Pa-kwa-tin, lalu mulai bergerak menyerang Siau-liong. Ternyata Dewi Neraka telah gunakan ilmu tenaga dalam Thay-im-ki-bun-kang dan ilmu hitam ajaran aliran agama Pekliankau, untuk membentuk barisan Lian-hoa-pat-kwa-tin atau barisan bunga teratai yang berbentuk pat-kwa. 231 Kali ini jika Siau-liong tetap gunakan tenaga-sakti Bu-keksinkang, tentu celakalah ia, ternyata keistimewaan dari barisan bunga Teratai itu ialah kalau dilawan dengan tenaga. Sekali terlanda oleh tenaga, betapapun kecil tenaga hantaman itu, barisan Teratai akan pecah berhamburan menyerang seluruh jalan darah pada tubuh orang. Suatu hal yang tak mungkin Siau-liong mampu menjaga. Sesungguhnya Siau-liong tak tahu hal itu. Namun ia pun tak mau menggunakan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang untuk menangkis. Melainkan menaburkan lengan jubahnya kian kemari. Dengan gerakan itu dapatlah ia melepaskan barisan Teratai dari kekuasaan tangan Dewi Neraka. Dewi Neraka terkejut sekali. Buru-buru tarikan tangannya lebih gencar. Dengan usaha itu dapatlah ia mengambil kembali kekuasaan pada bunga Teratainya. Tetapi hal itu hanya berlangsung tak lama, beberapa saat kemudian kembali Teratai2 itu lolos dari kekuasaannya dan ikut ber-putar2 menurut jubah lengan Siau-liong. Dewi Neraka makin penasaran. Ia pusatkan lagi tariannya dan berhasil menguasai bunga Teratai tetapi beberapa saat kemudian, lepas lagi. Dengan demikian terjadilah perpindahan beberapa kali. Setelah mencapai perpindahan sampai delapan kali, Siauliong dapat menguasai teratai2 itu agak lama. Dewi Neraka

mandi keringat berjuang untuk merebut. Tetapi tampaknya ia sudah tak mampu lagi. Melihat isterinya menderita kekalahan, sepasang mata Iblis Penakluk dunia ber-kilat2 memancarkan api. Benaknya mulai menimang-nimang untuk menggunakan siasat yang sangat ganas. 232 Kebalikannya, Mawar Putih berseri-seri girang atas kemenagan Siau-liong. Saat itu Siau-iioug hendak berputar tubuh dan loncat turun dan puncak pohon. Tiba-tiba Mawar Putih melengking keras, Awas!" Siau-Jiong mendengus dingin. Cepat ia berputar lagi dan lepaskan pukulan Menjungkir-balik-gunung-sungai. Iblis Penakluk-dunia yakin bahwa serangannya dari belakang itu tentu akan berhasil menghancurkan Pendekar Laknat. Maka ia gunakan jurus Menghancurkan-gunung-Hoasan yang diLancarkan dengan kilat. Setitikpun ia tak menduga bahwa Pendekar Laknat dapat bergerak lebih cepat. Jika adu kekerasan, tentulah kedua-duanya akan sama2 terluka.... Tempo hari ketika dibagian lembah, ia pernah adu pukulan dengan Siau-liong dan menderita. Ia tak mau menderita untuk yang kedua kalinya. Cepat ia menarik pulang tangannya dan loncat menghindar kesamping. Siau-liong tertawa mengejek, Ho, kiranya engkau juga hanya bangsa anjing buduk yang suka menyerang dari belakang.... Belum selesai memaki, Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka sudah menyerbunya. Siau-liong songsongkan kedua tangannya dengan pukulan Tay-lo-kim-kong. Demikian ketiga orang itu bertempur di atas pohon. Suatu pertempuran yang hanya dilakukan oleh jago2 yang sudah tinggi ilmu meringankan tubuhnya. 233 Siau-liong diserang dari muka dan belakang oleh kedua suami isteri durjana itu. Dalam suatu adegan, Siau-liong berhasil menggunakan siasat. Ketika Iblis Penakluk-dunia menghantam dari belakang dan Dewi Neraka memukul dari muka, Siau-liong loncat melambung ke udara. Kedua suami isteri itu terkejut. Mereka buru-buru berusaha sekuat-kuatnya untuk menarik pulang pukulannya agar jangan saling berhantam sendiri. Pada saat itulah, Siau-liong gunakan pukulan Siu-lo-panchia menghantam mereka. Pemuda itu benar-benar cerdik sekali. Kalau hanya pukulan Siau-liong itu saja, tentu kedua suamiisteri iblis itu tak sampai menderita bahaya. Tetapi kedua suami isteri itu sedang menarik pulang pukulannya. Pada saat

itulah Siau-liong menyusuli dengan hantaman. Kedua durjana itu terdampar ke belakang sampai belasan langkah dan terhuyung-huyung mau jatuh. Namun kedua suami isteri itu adalah dua dari Lima Durjana yang paling ditakuti dunia persilatan. Kepandaian mereka memang bukan olah2 hebatnya. Pukulan Siau-liong itu tak sampai membuat mereka kalah. Pada saat tubuh berayun-ayun mau jatuh, mereka malah enjot tubuhnya ke udara seraya lepaskan hantaman ke arah kepala Siau-liong. Suatu gerakan yang tak terduga-duga dan luar biasa. Melihat itu Mawar Putih kucurkan keringat dingin. Ia terkejut dan hampir saja menjerit karena mengira Siau-liong pasti celaka. Tetapi ternyata Siau-liong memiliki jurus istimewa dalam ilmu pukulan Thay-siang-ciang. ilmu pukulan sakti ajaran 234 mendiang Pengemis Tengkorak Song Thay-kun itu mempunyai sebuah jurus yang disebut Dewa-menderita-berkelana. Justeru dalam keadaan yang berbahaya, jurus itu dapat mengembangkan kedahsyatannya. Tampak pemuda itu bergeliatan seperti orang yang hampir tenggelam dalam air. Tahu2 ia sudah lancarkan jurus istimewa Dewa-menderita-berkelana.... Seketika kedua suami isteri durjana itu rasakan darahnya bergolak keras. Mereka terkejut sekali. Buru-buru mereka meluncur setombak jauhnya dan hinggap di atas sebatang dahan. Jelas mereka sudah kehabisan tenaga. Tetapi kedua suami isteri iblis itu selain licik dan penuh akal muslihat, juga memiliki ilmu Hitam yang tinggi. Iblis Penakluk dunia mendahului loncat turun kebumi seraya menantang . "Hai, Laknat. Bertempur di atas pohon sudah kuakui kepandaianmu. Hayo, kita bertempur dibawah lagi!" Saat itu Dewi Neraka pun menyusul turun dan berdiri disamping suaminya. Sambil menunggu Siau-liong, mereka cepat menggunakan kesempatan untuk menyalurkan darah, memulangkan tenaga. Siau-liong tertawa nyaring, serunya, Tetamu harus menurut kemauan tuan rumah. Terserah kalian hendak memilih acara apa sajalah." Setelah menyalurkan darah itu, tenaga Iblis Penakluk dunia kembali segar. Ia tersenyum, Laknat tua.... "Bukan, panggillah Pendekar ksatrya!" cepat Siau-liong menukas. 235 Iblis Penakluk-dunia tertawa gelak2, Ho, tak kira engkau si tua bangka ini juga gila nama kosong." setelah berhenti sejenak ia melanjutkan pula, "Masih ingatkah engkau akan

peraturan lama ketika kita bertempur sampai 50 jurus dahulu?" Sudah tentu Siau-liong tak tahu. Namun ia tak mau diketahui orang. Sambil tertawa hambar ia menyahut, Aku belum pikun, masakan lupa!" Bagus!" teriak Iblis Penakluk dunia, "sekarang engkau menurut lagi peraturan lama itu. Terima dulu lima puluh jurus seranganku, baru nanti kita bicara lagi!" Sungguh licin sekali iblis tua itu. Dengan peraturan itu, ia bebas menyerang Siau-liong sampai 50 jurus tanpa memberi hak pada Siau-liong untuk balas menyerang. Siau-liong terpancing. Karena malu mengatakan tak tahu tentang peraturan lama antara Pendekar Laknat dengan Iblis Penakluk dunia, ia segera tertawa menghina, Silahkan, aku siap menanti serangamu!" Iblis Penakluk-dunia tak mau banyak bicara lagi. Cepat ia sudah lancarkan jurus Lima gunung-menindih-kepala. Dan serempak dengan itu Dewi Neraka pun gerakkan tongkatnya, menyapu pinggang Siau-liong dalam jurus Bumi-merekahgunungmeletus.... Serangan kedua durjana itu merupakan kombinasi serangan yang serasi. Dahsyatnya bukan alang kepalang. Tokoh2 paling sakti dari kalangan partai yang manapun, jika menghadapi serangan kedua suami isteri durjana itu, tak boleh tidak tentu akan remuk! 236 Kedua suami isteri durjana itu diam-diam memperhatikan bahwa kesaktian Pendekar Laknat sekarang ini, jauh melebihi dari 2o tahun yang lalu. Kuatir kalau kalah, maka Iblis Penakluk-dunia lalu menggunakan cara licik itu. Siau-liong terkejut. Ia masih asing dengan jurus serangan dari kedua iblis itu. Maka ia berlaku hati2 sekali.... Lebih banyak menjaga diri dari pada menyerang. Demikian cepat sekali serangan itu sudah berjalan sepuluh jurus. Tiba-tiba kedua momok itu merobah gaya serangannya. Mereka menyerang sederas hujan mencurah dan sedahsyat badai melanda. Melihat itu Mawar Putih gelisah sekali. seperti semut di atas papan besi panas. Sampai2 ia tak berani bernapas karena pikirannya amat tegang sekali. Diam-diam ia memanjatkan doa semoga Siau-liong berhasil selamat dari ke lima puluh jurus serangan kedua iblis itu. Seluruh perhatian dara itu tercurah akan jalannya pertempuran. Setiap jurus dihitungnya dengan cermat sekali Setiap jurus, membuat jantungnya mendebur keras. Ketika sudah sampai hitungan ke 40, diam-diam hatinya merekah girang. "Sudah 40 jurus, tinggal 10 jurus lagi, ah, dia berhasil dengan selamat," pikirnya.

Tetapi, ah.... pada saat ia mulai menghitung jurus yang ke 41 dan menyusul akan tiba jurus yang ke 42, diam-diam ia mengeluh. Mulai jurus yang ke 41 itu, gerakan kedua iblis itu tiba-tiba menjadi lambat. Hanya gerakannya yang tampak lambat tetapi kedahsyatan dan keganasannya serta perobahannya, benarTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 237 benar belum pernah terjadi jurus ilmu serangan semacam itu, dalam sejarah dunia persilatan selama 20 tahun yang terakhir ini. Pada 20 tahun yang lalu, Pendekar Laknat memang jatuh dibawah 10 jurus serangan kedua suami isteri iblis itu. Walaupun karena mendapat rejeki luar biasa, minum darah biawak tua, makan buah Im-yang-som dan disaluri tenagadalam oleh Koay suhu atau Pendekar Laknat, Siau-liong menjadi pemuda gemblengan. Tetapi dalam pengalaman bertempur menghadapi tokoh2 sakti semacam suami isteri iblis itu, ia masih kurang. Oleh karenanya, saat itu ia kelabakan dan terdesak di bawah angin. Mulai dari jurus yang ke 41 itu, baik gerakan suami isteri iblis itu menggunakan tenaga berat atau ringan, tetap membuat Siau-liong groggy atau sempoyongan. Kepalanya pening, mata berkunang dan darah bergolak-golak. Ia seperti seorang mabuk yang tak tahu arah penjuru lagi.... Mawar Putih benar-benar bingung sekali. Hatinya seperti disayat sembilu dan air matanya pun berderai-derai turun.... Namun dara itu tak dapat berbuat suatu apa. Dalam peraturan dunia persilatan, pada setiap adu kepandaian walaupun dengan cara yang bagaimana tak adilnya, orang lain tak boleh ikut campur membantu. Itulah sebabnya ia seperti seorang gagu yang sakit ketulangan. Tahu sakit tetapi tak dapat menyatakan dan berbuat apa-apa.... Pada jurus yang ke 45, sekonyong-konyong Siau-liong memekik kaget. Mawar Putih pun tersentak kaget dan kucurkan keringat dingin. Serangan jurus ke 45 itu merupakan serangan maut yang berbahaya sekali. Siau-liong terkejut sekali dan sampai 238 menjerit kaget. Ia gunakan gerak-langkah Thay-siang bu-kekpohhwat untuk menghindar dari serangan maut itu. Ah.... ia berhasil lolos dari lubang jarum. Tubuhnya basah kuyup bersimbah peluh! Sejak keluar dari pusar bumi dan mendapat ilmu kesaktian dari Pendekar Tengkorak Song Thay-kun serta Pendekar Laknat, baru pertama kali itu Siau-liong menghadapi pertempuran yang membuat semangatnya serasa terbang! Suami isteri iblis itu tak memberi ampun lagi, Mereka melancarkan serangan maut lagi.

Jurus ke 46 dapat dihadapi Siau-liong dengan selamat. Tetapi pada jurus yang ke 47, ia terdesak lagi dan pontang panting tak keruan.... ---ooo0dwooo--Jilid 05 Pertempuran Dalam Air KELEDAI-MALAS-BERGULING-GULING, demikian jurus yang digunakan Siau-liong ketika diburu serangan dari empat penjuru oleh kedua suami isteri Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka. Dengan menjatuhkan diri berguling-guling di tanah dapatlah Siau-liong menyelamatkan diri dari serangan yang ke 47. Jubahnya menderita robek beberapa tempat. Waktu suami isteri ganas itu melancarkan serangan pada jurus ke 48, si dara Mawar Putih tak dapat menahan diri lagi. 239 Ia tak peduli lagi segala peraturan dunia persilatan. Secepat mencabut pedang, ia terus hendak loncat maju membantu pemuda itu.... Untunglah Siau-liong ternyata dapat lolos dari serangan lawan. Pemuda itu hanya menderita napas sesak karena tekanan angin pukulan suami isteri-iblis. Jurus ke 49 membuat tubuh Siau-liong basah kuyup mandi keringat. Ia segera kerahkan tenaga murni untuk menghantam dinding kepungan musuh. Dess.... terdengar desus benturan angin yang amat keras ketika ia lancarkan pukulan Thay-siang-ciang. Ia gunakan sisa tenaganya dalam pukulan itu. Dahsyatnya bukan alangkepalang sehingga debu dan pasir bertebaran keempat penjuru. Tetapi sayang. Karena tenaga dalamnya sudah habis digunakan untuk menghadapi 48 jurus serangan maut dari suami isteri iblis, maka sekalipun pukulannya itu masih mengunjuk perbawa, tetapi tak berisi. Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka hanya tersurut mundur dua langkah. Tetapi Siau-liong masih terkurung dalam lingkaran tenaga dalam yang dipancarkan kedua suami isteri iblis itu. Pada jurus ke 50 atau jurus yang terakhir, Iblis Penaklukdunia dan Dewi Neraka telah gunakan seluruh tenaga sakti untuk melancarkan pukulan maut Thay-im-ki-bun-kang. Dua macam tenaga sakti digabungkan menjadi satu dalam gerak serangan yang serempak. Siau-liong sudah kehabisan tenaga untuk menolak serangan itu. Ia rasakan dirinya seperti ditimpah gunung Himalaya yang rubuh! Tak boleh tidak, dia tentu hancur lebur.... 240 Tetapi berkat bahan2 tulang Siau-liong yang bagus apalagi

telah makan buah Im-yang-som dan menghisap darah binatang dalam pusar bumi, makin terjepit dalam bahaya makin ia dapat memancarkan tenaga sakti. Semangat ingin hidup, tambah memperhebat daya kekuatan tenaganya. Dalam jepitan dua macam aliran tenaga sakti dari suami isteri iblis itu, sekonyong-konyong anak muda itu mencelat ke udara sampai dua tiga tombak tingginya. Sambil bergeliatan ia melayang hinggap di atas sebatang pohon, lalu duduk memejamkan mata untuk memulangkan napas. Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka benar-benar terlongong2 melihatnya.... Serangan 50 jurus tadi, bagi kedua suami isteri itu merupakan ilmu simpanan yang paling diandalkan. Dan yang mengherankan, Pendekar Laknat menghadapinya dengan jurus2 permainan ilmu silat yang baru. Seharusnya, apabila Pendekar Laknat tetap mengunakan jurus seperti dalam pertempuran dahulu tak mungkin dia sampai begitu pontang panting keadaannya. Sudah tentu kedua suami isteri itu tak tahu bahwa Pendekar Laknat yang dihadapi saat itu bukanlah Pendekar Laknat pada 20 tahun berselang, melainkan hanya seorang anak muda yang baru berumur belasan tahun. Sudah tentu Siau-liong tak tahu cara menghadapi ke 50 serangan suami isteri itu. Oleh karena masih kurang pengalaman bertempur, apalagi dikeroyok dua musuh yang sakti, ia menjadi kelabakan setengah mati. Darahnya bergolak-golak keras. Walaupun ia dapat menyelamatkan diri dari 50 serangan itu, tetapi ia memerlukan beristirahat untuk menenangkan darahnya. 241 Tetapi Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka itu menganggap Pendekar Laknat sebagai musuh bebuyutan yang menjadi duri mata mereka. Cepat mereka loncat ke atas menyerang Siau-liong lagi. Siau-liong pun sudah menjaga kemungkinan itu. Begitu serangan tinju dan tongkat tiba, mendadak ia menghilang. Tahu2 ia sudah berdiri dimuka Mawar Putih. Kedua suami isteri itu makin panas. Mereka malayang turun dan sambil menggerung terus menghampiri Siau-liong. Siau-liong siap sedia. Tiba-tiba Mawar Putih menyelinap kemuka pemuda itu. Ia kira Siau-liong tentu menderita luka. Tanpa menghiraukan suatu apa, dara itu terus melindunginya. Siau-liong terkejut. Ia tahu Mawar Putih tak mungkin mampu menerima serangan kedua momok itu. Kepandaian dara itu masih belum memadai. Pada saat itu Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka sudah mulai lancarkan pukulan dengan sepenuh tenaga. Celaka....! Siau-liong gugup. Untuk maju melindungi dimuka dara itu, jelas sudah tak keburu lagi. Satu-satunya

jalan, ia menarik pinggang dara itu terus diseret lari! Kedua iblis itu meraung-ruang dan mengejarnya. Saat itu hari sudah terang tanah. Keadaan dalam lembah makin jelas. Tiba-tiba Siau-liong tak jauh disebelah muka terdapat sebuah kolam besar seluas seratusan tombak bahu. Hingga menyerupai sebuah telaga besar. Pikir Siau-liong, kedua momok itu tinggal di daerah pegunungan, mereka tentu kurang mahir berenang dalam air. 242 Maka cepat2 pemuda itu menyempal dua batang dahan pohon. Setelah dilempar ke dalam telaga, mereka apungkan diri hinggap di atas dahan itu, meluncur ketengah telaga. Begitu tiba, kedua iblis itupun mencontoh tindakan Siauliong, menggunakan dahan pohon untuk meluncur dipermukaan air. Siau-liong tenang saja. Sambil bergandengan tangan dengan Mawar Putih mereka meluncur dengan bebas, berlenggang lenggok ke kanan kiri. Memang perhitungannya tepat. Ilmu air kedua momok tak selihay di atas daratan. Setelah beberapa putaran mengejar, mereka berteriak-teriak seperti kalap yang kehabisan napas. Akhirnya kedua iblis itu mencari akal. Tak mau mereka bersama mengejar melainkan memencar diri. Iblis Penakluk dunia tetap mengejar diair sedang Dewi Neraka naik ke darat dan berlarian mengelilingi telaga. Begitu kedua anak muda itu lari ke arah mana saja, cepat Dewi Neraka loncat ke dalam telaga untuk menghadang. Dengan cara itu dapat kedua iblis itu menarik keuntungan dari cara pengejaran itu. Keadaan Siau-liong makin lama makin berbahaya. Kedua iblis itu makin lama makin dapat mempersempit lingkaran gerak Siau-liong berdua. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba Siau-liong rasakan suatu sambaran angin melanda belakangnya. Ternyata kedua suami isteri yang ganas itu tak sabar lagi. Dari jarak jauh mereka sudah lantas mengirim pukulan. 243 Pada saat keadan makin bahaya dimana kedua suami isteri itu makin mendekat, cepat Siau-liong membuka jubah luarnya sehingga dalam pakaian dalam yang ringkas, tubuhnya tampak tegap kekar. Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka terbeliak heran melihat tingkah laku Pendekar Laknat itu. Apa perlunya dia membuka jubah? Kuatir kalau musuh akan melarikan diri, kedua suami isteri iblis itu segera pesatkan serangannya. Setiap kesempatan pukulannya dapat mencapai, mereka segera lontarkan hantaman!

Sambil mengandeng Mawar Putih, Siau-liong tamparkan jubahnya untuk menangkis. Jubah itu mempunyai dwi-fungsi atau dua macam daya kegunaan. Pertama, untuk menangkis. Dan kedua, dengan meminjam tenaga tamparan itu, Siau-liong dapat bergerak dengan pesat. Kembali kedua suami isteri iblis itu terbeliak. Sesaat mereka kehilangan faham. Cara memutar jubah untuk meminjam tenaga mempercepat gerakan tubuh, sungguh suatu cara yang cerdik sekali. Kedua iblis itu bingung. Mereka tak berani mendesak maju tetapi pun tak mau melepaskan kurungannya. Karena sekali lepas, sukarlah untuk memperoleh kesempatan sebagus itu lagi. Mengapa kedua iblis itu juga tak mau meniru perbuatan Siau-liong saja? Ah, kiranya memang berlainan tujuan kedua fihak itu. Siau-liong hanya ingin menghindarkan diri dengan ber-putar2 dipermukaan telaga. Sedangkan Kedua iblis itu bertujuan untuk membunuh. Jika mereka menggunakan cara seperti Siau-liong, tentu tenaga pukulan mereka akan berkurang. 244 Kejar mengejar itu berlangsung cukup lama. Tiba-tiba diluar kesadaran, Siau-liong berdua telah menempatkan diri dalam lingkaran kemampuan pukulan lawan mengenainya. Seketika kedua iblis itu meluncur sambil tertawa lepas. Pada lain saat mereka menghantam dengan tiba-tiba. Dipermukaan telaga seketika melambung dua gunduk gelombang dahsyat yang muncrat ke atas dengan amat tingginya Kemudian jatuh berhamburan menimpah Siau liong dan Mawar Putih. Sesosok jubah hitam terdampar ke atas dan pada lain saat Siau-liong dan Mawar Putih lenyap. "Kurang ajar, dia menghilang ke dalam telaga!" gerutu Iblis Penakluk-dunia, Ia bersama isterinya menyurut mundur. Tetapi disekeliling penjuru tak tampak bayangan Siau-liong dan Mawar Putih. Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka hampir tak percaya apa yang dilihatnya. Mereka heran mengapa Pendekar Laknat dan Dewi Ular Ki Ih secepat itu dapat meloloskan diri. Mereka tentu menyelam ke dalam air atau bersembunyi dibalik batu. Cepat mereka menyelam ke dalam air dan memeriksa gundukan batu di dasar telaga. Walau pun mereka mempunyai indera penglihatan yang tajam sekali tetapi karena berada di dalam air, mereka tak dapat melihat dengan jelas. Tiba-tiba Iblis Penakluk-dunia melihat di balik sebuah batu besar, dua sosok tubuh mendekam. Cepat ia menyerbunya. Pyah, pyah. pyah.... terdengar air beriak keras dan gelombang muncrat ke atas. Siau-liong dan Mawar Putih unggul dalam air. Mereka cepat menyongsong iblis itu dengan

245 pukulan. Iblis Penakluk dunia terpaksa berhenti dan menangkis dengan kedua tangannya. Tetapi iblis itu kalah unggul dalam air. Gelombang air yang selaju kuda lari mendamparnya sehingga ia terpaksa gunakan ilmu Cian-kin-tui atau Kaki-seribu-kati dan meramkan mata untuk bertahan diri. Pada saat ia membuka mata, Pendekar Laknat dan Ki Ih sudah lenyap lagi. Tetapi ia mendengar air disebelah muka beriak keras. Tentulah Pendekar Laknat dan Ki Ih sedang dikejar Dewi Neraka. Cepat iapun meluncur kemuka. Baru tiga empat tombak berenang, tampak isterinya sedang bertempur dengan Pendekar Laknat dan Ki Ih. Secepat kilat ia segera menyambar pergelangan tangan Pendekar Laknat. Pertempuran itu telah menyebabkan air beriak seperti diaduk-aduk sehingga sukar untuk melukai lawan. Satusatunya jalan ialah mencengkeram tangan Pendekar Laknat. Tetapi Siau-liong diam saja. Baru ketika tangan iblis itu hampir menyentuh pergelangan tangannya, ia segera menjejak lawan. Tetapi Iblis Penakluk-dunia itu juga sakti. Cepat ia mengendap ke bawah dan gunakan jarinya untuk menutuk telapak kaki Siau-liong. Untuk menghindari ancaman itu, Siau-liong melambung ke atas, berjumpalitan dan menghantam dengan kedua tangannya. Setelah dapat mengundurkan kedua lawan. cepat ia menarik Mawar Putih dan laksana anak panah, mereka meluncur kemuka. Kedua suami isteri itu bergegas mengejar. Tetapi baru lima enam tombak, mereka sudah kehilangan jejak Siau-liong dan Mawar Putih. Terpaksa kedua iblis itu meluncur ke atas 246 permukaan air lagi. Mereka memutuskan menggunakan siasat "menjaga kelinci keluar dari gerumbul'. Memang benar perhitungan mereka itu. Betapapun pandainya berenang, namun Siau-liong dan Mawar Putih tentu tak mungkin terus menerus menyelam dalam air. Dengan perhitungan itu, Iblis Penakluk dunia menunggu dalam air, Dewi Neraka didaratan. Cara itu membuat Siau-liong dan Mawar Putih mati kutu. Keduanya berusaha diam-diam mendekati tepi pantai. Pikirnya, sewaktu kedua iblis lengah, mereka terus hendak loncat ke daratan dan meloloskan diri. Tetapi pada saat menyembul ke permukaan air Iblis Penakluk-dunia cepat melihatnya. Buru-buru kedua pemuda itu menyelam lagi ke dalam air. Marah karena dipermainkan Siau-liong dan Mawar Putih, kedua suami isteri iblis itu segera terjun mengejar ke dasar telaga. Siau-liong terkejut ketika melihat kedua iblis itu

menggunakan siasat Barisan-dua-muka untuk mencegat. Karena sukar untuk menembus, Siau-liong menarik Mawar Putih kesisinya dan siap menghadapi musuh. Mawar Putih heran mengapa Siau-liong diam saja. Ia salah duga kalau pemuda itu hendak menyerah. Pada saat itu, Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka makin mendekat. Sekonyong-konyong Siau-liong lancarkan tenagasakti Bu-kek-sin-kang. Hawa panas yang memancar dari tenaga-sakti itu mampu memanaskan air dan menimbulkan gelombang besar. 247 Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka terkejut. Buru-buru mereka berhenti dan melancarkan menyalurkan tenaga dalam. Tenaga dalam Thay-im-ki-bun-kang dari Iblis Penaklukdunia dan tenaga dalam Thay-im-bu wi-kang dari Dewi Neraka serentak memancar ber-sama2. Air telaga yang panas itu segera dingin lagi. Dengan begitu kedua belah fihak sama2 tak menarik keuntungan apa2. Tetapi bagi Siau-liong hal itu tidak menguntungkan. Ia harus lekas-lekas mencari kesempatan lolos. Tak berapa lama, kedua iblis itu tak tahan lagi berendam dalam dasar air. Iblis Penakluk-dunia segera melambung ke permukaan air. Dengan begitu serangannya pun buyar. Menggunakan kesempatan itu, Siau-liong cepat menarik Mawar Putih diajak meluncur kelain tempat. Dalam sekejab saja keduanya sudah mencapai 7-8 tombak jauhnya. Merekapun memerlukan bernapas.... Tetapi begitu keduanya muncul di permukan telaga, suami isteri iblis yang sudah lebih dahulu berada di permukaan air cepat mengejarnya. Siau-liong lepaskan Mawar Putih dan siap melontarkan pukulan Bu-kek-sin-kang. Sekalipun tak mati tetapi sekurangkurangnya kedua iblis itu pasti akan menderita. Dengan menggembor keras, tiba-tiba Siau-liong melambung ke udara dan lepaskan pukulan Dewa menderitadalamberkelana. 248 Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka menyurut mundur satu tombak lalu loncat ke atas potongan dahan kayu dan maju menyerang lagi dengan tongkat dan pukulan. Mereka mencegah agar Siau-liong jangan sampai mendekati Mawar Putih lagi. Memang Mawar Putih tak menang melawan Dewi Neraka. Tetapi berkat ilmunya berenang yang tinggi, ia dapat melampaui kedua iblis itu. Bahkan menang dibanding dengan Siau-liong. Begitu melihat Dewi Neraka maju menerjang, mendadak

dara itu lenyap. Pada saat Siau-liong meluncur turun ke air lagi, ia terkejut karena tak melihat Mawar Putih. Tetapi ia tak sempat mencarinya lagi karena saat itu Iblis Penakluk-dunia sudah menyerangnya. Dalam kemurkaannya, Siau-liong balas menghantam lawan. Beberapa saat kemudian tiba-tiba Siau-liong mendengar bunyi senjata beradu. Ia duga Mawar Putih tentu benempur di atas daratan dengan Dewi Neraka. Ia cemas. Sekalipun takkan kalah tetapi Mawar Putih tentu tak kuat bertempur lama. Dengan gugup, Siau-liong bersuit nyaring lagi loncat ke udara lagi. Kuatir lawan akan melontarkan pukulan sakti lagi, buruburu Iblis Penakluk-dunia menyelam ke dalam air. Kesempatan itu digunakan Siau-liong untuk melayang dua tiga tombak jauhnya. Selekas tiba di air, ia cepat berenang ke daratan. Tetapi belum Siau-liong mencapai daratan, Mawar Putih sudah meluncur ke dalam air lagi dengan potongan dahan 249 kayu. Ternyata dara itu juga menguatirkan keselamatan Siauliong. Setelah berhasil melepaskan diri dari serangan Dewi Neraka, cepat ia loncat ke dalam telaga lagi. Siau-liong meneriakinya dan dara itupun segera lemparkan dua batang dahan kayu. Siau-liong loncat ke atas dahan kayu lalu meluncur bersama dara itu. Suami isteri iblis mengkal sekali. Mereka gunakan siasat untuk menyerang dari muka dan belakang. Siau-liong terpaksa menghadapi mereka. Dalam beberapa kejab saja, mereka sudah bertempur sampai berpuluh-puluh jurus. Tetapi tetap belum ada yang menang atau kalah. Rupanya Siau-liong tak sabar lagi. Tiba-tiba ia memekik keras, Berhenti " Kedua suami isteri iblis itu tertegun dan hentikan serangannya. Siau-liong tertawa keras. Pada saat Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka tertegun, Siau-liong cepat menarik tangan Mawar Putih meluncur kedaratan. Dalam beberapa loncatan saja, keduanya sudah mencapai 20-an tombak jauhnya. Dewi Neraka bersuit nyaring. Sambil bolang-balingkan tongkat, ia hendak mengejar. Tetapi dicegah suaminya, Sudahlah. biarkan mereka lolos!" "Tolol! Apa engkau gila? Terang mereka sudah hampir kalah mengapa engkau lepaskan lagi?" Iblis Penakluk dunia tertawa. "Isteriku, apakah engkau melihat arah mereka lari?" tanyanya. 250

Sepasang mata wanita iblis itu mengeliar, serunya, Apa hubungannya dengan orang itu?" Sambil mengurut jenggotnya yang hampir mencapai lutut. iblis pendek itu berkata dengan gembira, Mereka menuju ke arah selat Tujuh maut yang menembus keujung buntu. Sebelumnya sudah kusuruh murid2 dan puteri kita supaya bersiap disana. Sekalipun dewa turun kesitu, tak mungkin mampu lolos dari bencana kebinasaan!" Dewi Neraka menghunjamkan tongkat dan tertawa mengekeh, Heh, heh, aku memang seorang nenek linglung. Tetapi si tua Laknat itu masih membawa separoh Giok-pwe, jika.... "Jangan kuatir, isteriku," Iblis Penakluk-dunia menukas, "dalam waktu tiga jam kemudian kutanggung benda itu tentu akan jatuh ditangan kita dalam keadaan utuh!" Kedua suami isteri itu saling berpandang. Serempak mereka tertawa keras. Kemudian berkatalah Dewi Neraka dengan berseri gembira, Asal benda itu jatuh ketangan kita, dunia persilatan pasti kita kuasai!" Kembali kedua suami isteri iblis itu tertawa nyaring. "Tetapi sebelum benda itu jatuh ketangan kita, aku kuatir kedua manusia itu akan muncul menghalangi urusan ini!" tibatiba Iblis Penakluk-dunia berseru. Apakah engkau maksudkan si Naga-laknat dan Harimau.... 251 "Si Naga dan si Harimau kedua iblis itu hanya mengandalkan keberanian. Tak perlu kita cemaskan!" cepat Iblis Penakluk dunia menukas. Dewi Neraka deliki mata dan membentak suaminya, Jangan jual lagak! Lekas katakan siapakah manusia itu!" Dengan wajah bersungguh, Iblis Penakluk dunia berkata, Yang kukuatirkan bukan lain adalah si Tabib sakti jenggot naga Kongsun Sin Tho dari gunung Hongsan dan puncak Sinlihong gunung Busan.... Tolol!" Dewi Neraka menukas tertawa, "mengapa makin tua engkau makin bernyali kecil? Engkau takut kepada tabib yang jual resep jamu dan janda yang tak berani ketemu orang itu? Ha, ha.... Iblis Penakluk-dunia menyingkirkan hidungnya yang melengkung seperti kait, ujarnya, Benar, si tabib tua Kongsun Sin Tho memang hanya termasyhur dalam ilmu pengobatan dan selama itu orang tak pernah melihat kepandaian silatnya. Orang menganggapnya dia tak mempunyai ilmu kepandaian silat yang berarti. Tetapi sesungguhnya hanya aku seorang yang tahu. Dua puluh tahun yang lalu ketika di gunung Tongpiksan, aku pernah menderita kekalahan dari orang itu. Kepandaian tabib itu.... ia berhenti menghela napas.

"Jauh di atas kita berdua." katanya kemudian, "dan tentang janda yang tinggal di puncak Sin-li-hong itu, bahkan lebih sukar lagi dihadapi." Wajah Dewi Neraka berobah seketika, katanya, Kalau begitu, kita terpaksa harus melepaskan si tua Jong Ling untuk menghadapi mereka!" 252 Iblis Penakluk-dunia merenung. Beberapa jenak kemudian ia berkata, Melepas si Jong Ling memang menguntungkan tetapi juga akan berbahaya.... ah, tetapi mungkin akulah yang berbanyak kecemasan. Selama ini kedua orang itu tak pernah mencampuri urusan orang lain. Kemungkinan dalam urusan kita ini, mereka pun takkan menyimpang dari adat kebiasaannya itu." Dewi Neraka deliki mata, Tolol.... tiba-tiba ia tertawa mengekeh, Nadanya macam burung hantu mengukuk ditengah malam. Iblis Penakluk dunia memandang isterinya, lalu ikut tertawa nyaring: Isteriku paling lama hanya sehari semalam, kita bakal memperoleh pusaka yang dibuat incaran oleh be-ribu2 manusia dari dahulu sampai sekarang. Pada saat itu, ho, pada saat itu tak ada manusia di dunia yang mampu melawan aku dan engkau!" Pada saat kedua suami isteri iblis itu sedang ber-cakap2, Soh-beng Ki-su dan nona pemilik lembah bersama anak buahnya muncul. Dengan sikap manja, nona itu jatuhkan diri kedada Dewi Neraka, tanyanya, Ma, apakah engkau bersama ayah sudah menenggelamkan mereka ke dalam air?" Sambil mem-belai2 rambut puterinya, wanita iblis itu berkata, Anak tolol.... kemudian ia tertawa mengekeh.... Tangan kanan mencekal tongkat, tangan kiri memegang bahu si nona, ia berjalan terhenyak-henyak menuju ke dalam lembah. Setelah memandang ke arah Siau-liong dan Mawar Putih lari tadi. Iblis Penakluk dunia segera memanggil muridnya, Soh-beng Ki-su. 253 "Cepat putuskan semua jalan yang menghubungi selat Tujuh-maut. Lalu suruh anak buah dalam lembah berkumpul untuk menunggu perintah!" Soh-beng Ki-su mengiakan dan terus pergi. Iblis Penakluk dunia masih tertegun di tempat itu, Wajahnya sebentar gelisah sebentar berobah girang. Setelah Soh-beng Ki-su lenyap, barulah bergegas menyusul isterinya. Dilain pihak, setelah lari satu li jauhnya dan tak melihat kedua iblis itu mengejar barulah Siau-liong dan Mawar Putih berhenti. Napas Mawar Putih ter-engah2. Ia duduk disebuah batu

besar dan menghela napas panjang-pendek. Siau-liong sejenak memandang kesekeliling penjuru. Diam-diam ia kerutkan dahi. Empat penjuru merupakan karang tinggi yang landai, penuh ditumbuhi pakis (lumut) sehingga tak mungkin dipanjat. Disebelah muka tampak jalan kecil yang menyerupai pematang sawah, berkelak-keluk melingkar-lingkar. Dan memandang ke atas hanya langit biru. Tampaknya sepanjang hari lembah itu tak terkena sinar matahari, pula tak pernah didatangi orang.... Ujung mulut selat lembah itu, menembus ke telaga. Hanya itu, tak ada lain-lain jalanan lagi. Diam-diam Siau liong menimang dalam hati, Tampaknya selat ini masih dalam lingkungan Lembah Semi. Anak murid kedua suami isteri iblis itu kemungkinan tentu bersembunyi disekitar situ. Ah, aku harus hati2. Kecuali alat-alat rahasia yang hebat, pun kedua suami isteri itu amat ganas dan banyak tipu muslihat.... 254 Ilmu kepandaian Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka yang tergolong pada aliran Hitam itu telah mencapai peyakinan yang tinggi. Mau tak mau Siau liong harus mengakui bahwa baru pertama kali itu ia bertemu dengan musuh yang tangguh. Apalagi kedua suami isteri itu menyerang dengan serempak untuk saling mengisi. Apabila bertempur lama, tentu bahaya. Diam-diam hati Siau-liong tergetar. Masuknya ke dalam lembah Semi, walaupun bertujuan hendak melenyapkan Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka, tetapi yang penting ialah membunuh Toh Hun-ki dan keempat Su-lo. Dengan begitu dapatlah ia meminta Mawar Putih untuk membawanya menemui ibunya diluar lautan. Tetapi ternyata Toh Hun-ki dan rombongannya tak kelihatan. Yang ada adalah kedua suami isteri ganas. Diamdiam Siau-liong menghela napas. Bagaimana sekarang kita ini?" Mawar Putih bangkit dari duduk dan menghampiri Siau-liong. Siau-liong merenung. Katanya sesaat kemudian, Turut pendapatku, Toh Hun-ki dan keempat Sulo itu tentu sudah ikut rombongan It Hang to-tiang untuk menggempur Lembah Semi. Ah, bagaimana nasib mereka, sukar diramalkan.... Kemudian ia berpaling memandang ke arah telaga, katanya lebih lanjut, Lebih dulu kita harus mencari tempat beristirahat yang tersembunyi. Biarlah aku kembali menyelidiki lembah. Apabila Toh Hun-ki dan rombongannya sudah blnasa ditangan kedua suami isteri iblis itu, tetap akan kupotong batang kepalanya dan kubawa kemari! " Mawar Putih merenung sampai beberapa saat.

255 "Siau.... liong," dara itu berseru pelahan. Siau-liong terkejut, Ada sesuatu?" Mawar Putih tersenyum, Bukalah kedokmu itu, ah, memuakkan.... sekali!" Tiba-tiba Siau-liong mendapat pikiran. Jika ia dan Mawar Putih berganti rupa dan tidak lagi sebagai Pendekar Laknat Ki Ih, kedua suami isteri iblis itu tentu akan bingung. Segera ia menarik tangan dara itu ke balik gerumbul pohon alang-alang. Alang2 itu setinggi orang, menjaluri disepanjang jalan yang berkelak-kelok sampai beberapa tombak jauhnya. Suatu tempat persembunyian yang bagus. Setelah sejenak memandang kesekeliling dan yakin tiada orang, barulah kedua anak muda itu melepas kedok dan pakaian penyamaran mereka. Setelah itu mereka berjalan menyusur ujung jalan kecil itu. Kira2 sepeminum teh lamanya, barulah mereka keluar. Kini mereka tiba disebuah selat yang dikelilingi karang dan batu raksasa. Setelah mengamati sekeliling, barulah Siau-liong mengajak Mawar Putih berjalan menurut jalan pematang ditengah selat itu. Karang dikedua samping jalan amat berbahaya sekali. Menjulang tinggi dengan lempang dan penuh pakis. Tak mungkin dapat dikaki orang. "Makin berjalan makin tak tampak jalanan. Hendak kemanakah engkau ini?" akhirnya karena tak tahan, Mawar Putih bertanya. 256 Harap bicara pelahan2 saja. Lembah karang ini dapat memantul gema suara sejauh dua li," kata Siau-liong. Sesungguhnya ia sedang mencurahkan seluruh perhatiannya untuk mengamati keadaan disekeliling dan jalan kecil yang dilewati itu. Maka ia tak jelas yang dikatakan Mawar Putih. Mawar Putih mendengus dan terpaksa diam. Karena kuatir selat itu mengandung alat rahasia lagi, terpaksa Siau-liong berjalan dengan pelahan-lahan. Maka hampir sepenanak nasi lamanya, mereka baru mencapai satu li jauhnya. Jalanan selat lembah itu lurus menuju kemuka. Tampak pada ujung jalan disebelah muka, menjulang sebuah puncak gunung. Sebenarnya apabila sudah tiba di ujung jalan, akan terdapat sebuah jalan tembusan lagi. Tetapi karena tak tahu, Siau-liong berhenti di tengah jalan. Tengah ia menimang-nimang baik melanjutkan perjalanan lagi atau tidak, tiba-tiba Mawar Putih menjerit kaget. Cepat ia berpaling. Ah, ternyata dara itu tengah ayunkan pedangnya menabas seekor ular besar sepanjang 6-7 meter. Betapapun Mawar Putih itu seorang anak perempuan yang

mempunyai sifat pembawaan bernyali kecil. Sekalipun sudah menabas kutung ular, tetapi wajahnya masih tampak ketakutan. Ular itu tubuhnya berwarna hijau tetapi ekornya merah. Kepalanya mempunyai sebuah tengger warna hitam. Tubuhnya yang terkutung itu masih bergeliatan tak hentihentinya. Jelas binatang itu tentu seekor ular yang amat berbisa. 257 Siau liong tak menghiraukan. Ia anggap ular itu binatang yang biasa terdapat dipegunungan. Segera ia menarik tangan si dara lagi untuk diajak berjalan menuju keujung jalan. Tiba disitu, disebelah kiri terbentur sebuah selat gunung yang agak lebar. Merupakan sebuah tanah Iapang seluas beberapa bahu, dikelilingi oleh deretan puncak gunung yang berjajar rapi. Pohon2 layu, mengesankan pemandangan musim rontok yang sayu. Jauh sekali bedanya dengan alam kesegaran dalam Lembah Semi. Siau-liong berjalan dimuka. Ia berjalan dengan hati2. Tibatiba Mawar Putih yang berada dibelakangnya menjerit kaget lagi. Jeritan itu menimbulkan gema suara yang berkumandang sampai beberapa li jauhnya. Ketika berpaling. Siau-liong melihat berpuluh ekor ular besar tengah merayap mendatangi. Mawar Putih siapkan tenjata rahasia Hwe-hun-tun terus ditaburkan ke arah kawanan ular itu. Binatang itu bergeliatan susul menyusul mati. Kini barulah Siau-liong menyadari bahwa kawanan ular itu bukanlah suatu hal yang kebetunan melainkan tentu suatu perangkap musuh yang sengaja dipersiapkan. Ia memandang lebih jauh. Dilihat pada celah2 batu dalam gerumbul rumput, penuh dengan benda2 yang bergelitan. Selain ular berbisa, pun terdapat juga binatang kadal, kelabang dan lain-lain serangga berbisa. Siau-liong cepat suruh Mawar Putih berjalan dimuka dan ia melindungi dibelakangnya. Ia menimang. Jika menggunakan 258 tenaga sakti Bu-kek-sin-kang atau Thay-siang-ciang, tentulah dirinya akan ketahuan. Akhirnya terpaksa ia gunakan akal. Memukul dengan diamdiam menyaluri tenaga sakti Bu-kek-sin-kang secara perlahan. Walaupun cara memukul itu terpaksa hanya menggunakan tiga bagian tenaga sehingga tak dapat menghancurkan binatang2 itu seluruhnya. Tetapi hawa panas yang memancar dari tenaga sakti Bu-kek-sin-kang itu memaksa kawanan binatang itu tak berani maju lagi. Begitulah dengan jalan bersama si dara, Siau-liong tetap

siap siaga menjaga kawanan binatang beracun. Kemudian ia meminta si dara supaya menyimpan pedang dan senjata rahasia Hwe-hun-tui. Mawar Putih salah paham dan deliki mata: Mengapa? Apakah karena kepandaianku tak menyamai engkau?" Siau-liong tertawa hambar, Saat ini dirimu bukan sebagai Ki Ih, jangan sampai menimbulkan kecurigaan orang." "Uh, aku memang tolol!" si dara tertawa lalu melakukan perintah Siau-liong. Tiba di tanah lapang, tampak empat penjuru dikelilingi batu karang yang tinggi sekali sehingga tempat itu menyerupai dasar sebuah sumur. Tempat itu seluas 10 an bahu. Ditengah terdapat segerumbul rimba yang ditumbuhi betasan pohon cemara. Benar-benar merupakan sebuah tempat bersembunyi yang bagus sekali. Siau-liong mengajak Mawar Putih cepat2 menuju ke rimba cemara itu. Mereka terkejut ketika menemukan dua orang 259 lelaki dalam rimba itu. Seorang lelaki berumur 50-an tahun, memelihara rambut panjang sampai ke bahu. Mengenakan pakaian pertapaan, bukan sebagai imam pun bukan sebagai orang biasa. Dia duduk bersila sambil memegang sebatang kebut pertapaan. Mulutnya kemak-kemit seperti tengah menghapal. Sedang yang seorang lagi, seorang tua bertubuh kurus tinggi. Mata ber-kilat2 tajam. Begitu melihat Siau-liong dan Mawar Putih muncul dia terkejut lalu tebarkan kipas Kim-kutsan atau kipas berkerangka emas. Selagi Siau-liong belum berdiri tegak, cepat orang tua itu menyerang dadanya dengan jurus Mengusir-angin-memburu-awan. Siau-liong ingat2 lupa orangtua itu. Dia seperti pernah bertemu tetapi entah dimana. Ia marah karena orang tua itu amat kasar. Cepat ia kerahkan tenaga-sakti Bu-kek-sin-kang kelengannya. Begitu kipas Kim-kut-san melayang, ia segera menyongsongnya. Rupanya orangtua itu menyadari bahaya. Secepat kedua tenaga beradu, ia terus menyurut mundur. Siau-Kong tak mau memburu melainkan membentaknya, Apakah kalian berdua ini kaki tangan suami isteri iblis itu?" Lelaki yang duduk bersila di tanah itu sejenak berpaling samping memandang ke arah Siau-liong dan Mawar Putih, lalu melanjutkan menghapal lagi. Sedangkan orang tua yang mencekal kipas Kim-kut-san tadi mengeliarkan matanya beberapa jenak lalu bertanya kepada Siau-liong, Apakah saudara bukan cousu dari partay Kaypang?" 260 Siau-liong mengamati kedua orang tua itu lagi dan

teringatlah ia bahwa mereka itu tokoh2 yang ikut hadir dalam pertemuan di puncak Ngo-siong-ngai dipimpin It Hang totiang. "Saudara dengan Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka.... Belum orang tua itu selesai bertanya Siau-liong tertawa menukas, Aku dan paman berdua, satu kubu ialah tak mau hidup dalam dunia persilatan bersama kedua suami isteri iblis itu.... Serentak Siau-liong teringat akan sikap It Hang, Ti Gong taysu, Lam Leng lojin dan lain-lain orang terhadap dirinya tempo hari. Seketika meluaplah kemarahannya, Tetapi karena It Hang totiang dan lain-lain orang mencurigai diriku maka terpaksa aku bersama nona ini masuk sendiri ke dalam Lembah Semi.... Orangtua yang memegang kipas buru-buru menjurah memberi hormat, Lebih dulu kuwakili It Hang totiang dan beberapa saudara, menghaturkan maaf kepadamu. Sukalah saudara berlapang dada.... - sejenak berhenti, ia berkata pula, "Aku Cu Kong-leng yang oleh dunia persilatan digelari sebagai Im-yang-san (si Kipas tenaga Positip dan Negatip), berkat kepercayaan dari para sahabat himpunan Tong-thingpang, telah diangkat sebagai ketua dari perhimpunan itu.... Kemudian ia menunjuk kepada lelaki yang duduk bersemedhi di tanah, berkata lagi, Dan saudara itu adalah Tan Ih-hong, ketua perkumpulan Ji-tok-kau.... dia tengah mengobati lukanya dari gigitan binatang beracun!" Lelaki yang duduk bersila itu atau Tan Ih-hong tetap berkomat-kamit mulutnya. Ia tak menghiraukan orang. 261 Siau-liongpun tak mempedulikannya. Ia bertanya lagi kepada Cu Kong-leng, Apakah saudara ikut dalam rombongan It Hang totiang menyerbu ke Lembah Semi? Apakah saudara tahu dimana Toh-Hun-ki dan keempat Su-lo dari Kong-tongpay itu?" Ketua Tong-thing-pang itu menghela napas panjang, ujarnya, Kemarin setelah saudara dan Dewi Ular Ki Ih tinggalkan puncak Ngo-siong-nia. Harimau Iblis muncul kembali dan bertempur sengit lawan It Hang totiang dan kawan2. Kesudahannya ketua Go bi-pay Ki Ceng siansu dan Lam Leng lojin menderita luka parah. Karena terpaksa, kami be-ramai2 mengeroyoknya barulah pertempuran berimbang. Tetapi kalau perempuran itu berlangsung lama, kedua pihak pasti akan sama2 remuk. Untunglah si Naga Haram muncul.... "Engkau maksudkan Naga Haram dan gunung Kengsan itu?" Mawar Putih menyeletuk. Cu Kong-leng mengiakan. Mawar Putih menyeringai, Kabarnya Harimau Iblis dan Naga Haram itu sebenarnya dua orang bersaudara. Kalau dia muncul, kalian tentu celaka karena masakan dia takkan

msmbantu saudaranya si Harimau Iblis itu?" Cu Kong-leng tak kenal siapa Mawar Putih itu. Ia tak senang karena dara itu kasar nada bicaranya. Tetapi mengingat dara itu kawan Kong-sun Liong (Siau-liong), terpaksa ia mengangguk, Benar, tetapi kemunculan Naga Haram saat itu ternyata tak menyusahkan rombongan orang gagah. Bahkan dia malah menganjurkan supaya jangan memusuhi rombongan orang gagah. Setelah tukar bicara dengan gunakan ilmu Menyusup suara, mereka segera tinggalkan puncak gunung.... 262 Cu Kong-leng berhenti sejenak. Memandang kesekeliling penjuru lalu berkata pula, Setelah terjadi kehebohan dari saudara dan Ki ih lalu Harimau Iblis, para orang gagah yang hadir dipuncak Ngo-siong-nia itu hampir saja bubar. Untunglah It Hang teguh pendirian. Ia tetap berkeras hendak melakukan penyerbuan ke Lembah Semi,akhirnya para orang gagah 'menunjang keputusan ketua Bu-tong pay itu dan pada tengah malam mereka telah tiba diluar Lembah Semi.... Cu Kong-leng berhenti untuk menghela napas. Sesaat kemudian ia berkala pe-lahan2, Rombongan orang gagah dipecah menjadi dua kelompok yang akan masuk dari muka dan belakang lembah. Karena aku dan ketua Tiam-jong-pay yakni saudara Shin Bu-seng agak mengerti tentang ilmu Ngoheng, maka kami berdua ditempatkan secara terpisah dalam kedua kelompok itu. Aku termasuk dalam kelompok Ti Gong taysu, Kun-lun Sam-cu dan Tan Ih-hong yang masuk dari belakang lembah. Sedang ketua Tiam-jong-pay Shin Bu-seng ditempatkan pada kelompok kedua yang terdiri dari ketua Kaypang To Kiu-kong ketua Kong-tong-pay Toh Hun-ki dan It Hang totiang yang masuk dari sebelah muka.... Cu Kong-leng berhenti untuk menyelidiki kesan Siau-liong dan Mawar Putih. "Diputuskan pula bahwa pada kurang lebih pada pukul satu malam supaya kedua kelompok itu bertemu di dalam lembah. Jika sampai terjadi pencegatan oleh suami isteri iblis dan anak buahnya, supaya melepaskan anak panah yang berbunyi untuk memberi berita. Agar bisa cepat memberi bantuan.... Kembali ketua Tong-thing-pang itu berhenti sejenak lagi untuk menghela napas. 263 Rupanya Mawar Putih tak sabar, tegurnya, Ih, mengapa engkau begitu loyo? Apakah engkau dapat menutur dengan lancar?" Cu Kong-leng kerutkan dahi, ber-batuk2 lalu melanjutkan pula, setelah masuk dari belakang lembah, disepanjang jalan kami tak menemui suatu rintangan apa2. Karena aku agak faham tentang segala jenis alat perangkap. kelompok kami

dapat melewati beberapa persiapan musuh. Tetapi dikala hampir mencapai tengah lembah, ketua Siau-lim-si Ti Gong taysu karena tak hati2 secara tak sengaja telah menyentuh tombol sebuah perkakas rahasia.... '" Mawar Putih mendengus, Uh, lagi2 paderi tua itu!" Cu Kong-leng tertawa menyeringai, katanya, Untunglah saat itu Ti Gong taysu dan aku cepat2 dapat menghadapi perobahan. Sebelum terjerumus ke dalam perangkap, kami dapat menghindar Tetapi celakanya Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka segera mengetahui tentang kedatangan kami Segera terjadilah pertempuran seru.... Sesaat merenung, Cu Kong leng menyambung penuturannya lagi, Walaupun saat itu Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka tak muncul, tetapi Soh-beng Ki-su dan nona pemilik lembah memimpin anak buahnya untuk menyerang. Karena faham akan keadaan tempat dan berjumlah lebih banyak pula karena.... Kembali Cu Kong-leng menghela napas lagi, lalu katanya, Kepandaian kami tak memadai untuk menghadapi ilmu setan mereka, maka tak berapa lama bertempur, kami telah tercerai berai. Aku dan saudara Tan Ih-hong terdesak mundur sampai ke dalam selat lembah sini. Sebelumnya kami telah melepaskan anak panah suitan, tetapi dari kelompok It Hang totiang, tak muncul barang seorang bala bantuanpun juga.... 264 "Toh Hun-ki dan keempat Su-lo itu sudah mati atau masih hidup!" teriak Mawar Putih tak sabar lagi. Cu Kong-leng memandang si dara dengan pandang tak mengerti, katanya, Sejak terdesak ke dalam selat ini, kami telah kehilangan hubungan dengan kawan2. Kami tak jelas lagi bagaimana keadaan mereka. Tetapi menurut hematku.... Untuk kesekian kali, Cu Kong-leng menghela napas lagi, Termasuk It Hang totiang, To Kiu kong, Shin Bu seng dan beberapa tokoh lain kemungkinan besar tentu mengalami nasib jelek!" Dalam pada itu diam-diam Cu Kong-leng heran mengapa Kongsun Liong dan dara yang dianggap liar itu, begitu memperhatikan sekali akan diri Toh Hun-ki dan keempat Su-lo dari partai Kong-tong-pay. Mawar Putih banting2 kaki lalu menegur Siau-liong, Bagaimana tindakan kita? Pergi atau mengobrak-abrik Lembah Semi?" Siau-liong juga kehilangan faham. Sesaat ia termangumangu. Cu Kong-leng batuk2, kemudian berkata, Bermula kami heran mengapa orang Lembah Semi tak mengejar kesitu. Tetapi setelah memeriksa keadaan tempat ini, barulah aku tersadar.... "Bagaimana?" tukas Mawar Putih pula. Cu Kong-leng tertawa masam, jawabnya, Tempat ini

merupakan tempat buntu. Meskipun aku faham akan ilmu 265 perkakas rahasia dan ilmu barisan, tetapi sungguh aku tak mengerti barisan mereka ini!" Siau-liong memandang kesekeliling penjuru. Memang benarlah. Karang2 yang memagari sekeliling tempat itu menjulang tinggi dengan landai sekali atau tegak lurus. Sukar untuk dipanjat. Pun andaikata dapat memanjat ke atas, dikuatirkan di atas karang itu sudah disiapkan alat atau barisan anak buah Lembah Semi. Hutan pohon siong itu berada ditengah2 tanah buntu. Rupanya memang dibuat oleh orang2 Lembah Semi. Karang2 tinggi itupun juga disempurnakan dangan lubang2 gua yang dilengkapi dengan perkakas rahasia dan barisan pendam. Tengah Siau-liong merenungkan keadaan tempat itu, tibatiba Mawar Putih menjerit kaget dan cepat bersembunyi di belakangnya seraya menunjuk ke arah Tan Ih-hong ketua perkumpulan Ji-tok-kau, Lihatlah, dia.... Ketika Siau-liong berpaling, tampak ketua Ji-tok-kau itu itu sedang menampar-namparkan kebud hud-tim. Dari kebud hud-tim itu menghambur bubuk putih yang halus. Sedang tangan kirinya mencekal seekor ular berbisa dan dimasukkan ke dalam mulutnya, kresss. Kepala ular itu remuk dikunyahnya terus ditelan ke dalam perut. Darah bercucuran dari mulut membaurkan bau anyir yang memuakkan sekali.... Tetapi ketua Ji-tok-kau atau perkumpulan Pemakan Racun, makan dengan lahapnya. Dikunyah ular beracun sepanjang setengah meter itu seperti orang makan kuweh untir2 atau baling2. Siau-liong, Mawar Putih dan Cu Kong-leng serasa diiris-iris hatinya karena ngeri.... 266 "Tan kaucu itu memang biasa makan ular beracun. Dia mendirikan perkumpulan Pemakan racun. Pengaruhnya besar sekali didaerah Selam. Cu Kong-leng menerangkan. Dalam beberapa saat Tan Ih-hong sudah memakan habis ular itu. Setelah mendehak dua kali sambil mengusap mulut ia berbangkit. "Kawanan ular berbisa itu sudah kutindak dengan jimat (tumbal). Tak mungkin mereka berani datang lagi. Tetapi kalau orang Lembah Semi yang mahir menguasai ular itu menyuruh binatang beracun itu menyerang lagi, akupun tak dapat berbuat apa2!" kata ketua perkumpulan Pemakan Ular itu. Ketua Pemakan-ular itu memelihara rambut panjang sampai kebahu. Wajahnya berwarna hijau kehitam-hitaman. Tentulah hal itu disebabkan karena gemar makan ular beracun. Pakaiannya betapa compang camping, kaki telanjang

dan kotor. Pertapa bukan. pengemispun tidak. Ketua Pemakan Ular itu tak menghiraukan Siau-liong dan Mawar Putih. Tetapi agaknya ia jeri juga terhadap kedua anak muda itu. Ia berjalan mengitar dan menuju ketempat Cu Kong-leng, serunya, Bagaimana? Apakah engkau sudah dapat menemukan jalan keluar dari lembah ini?" Karena ngeri melihat demonstrasi Tan Ih-hong makan ular beracun tadi, Mawar Putih masih gemetar dan bersembunyi di belakang Siau-liong. Saat itu sekali pun dalam gerumbul semak yang sedang diluar hutan pohon siong itu masih terdengar suara gemersik dari kawanan ular berbisa, tetapi mereka tak berani bergerak. Rupanya apa yang dikatakan katua Pemakan Ular itu memang benar. 267 "Barisan ini memang amat aneh sekali. Sampai saat ini aku belum dapat mengetahui namanya," sahut Cu Kong-leng ketua himpunan Tong-thing-pang itu. Mendengar itu marahlah Tan Ih-hong, bentaknya, Ho, engkau menipu aku! Aku sudah makan dan menundukkan kawanan ular beracun itu tetapi engkau tak mampu mengetahui barisan yang begitu sederhana! Uh, sampai dimanakah pengetahuanmu tentang ilmu barisan itu.... Ia berhenti sejenak lalu berkata lebih lanjut, Ketahuilah, sekalipun terkurung disini sampai 28 tahun pun takkan kelaparan mati." Aku dapat makan ular. Tetapi bagaimana dengan kalian? Bukankah kalau tak makan setengah bulan saja kalian tentu sudah tak kuat? Apalagi kawanan ular berbisa itu.... Ia melirik ke arah Siau-liong dengan pandang yang jeri lalu tak melanjutkan kata2nya. Cu Kong-leng tertawa dingin, Sama sekali aku tak menipu saudara supaya mengusir ular beracun itu. Harap tahu bahwa meskipun untuk saat ini aku belum dapat mengetahui barisan mereka tetapi sedikit telah kuselami gerak perobahannya. Mungkin tak lama lagi tentu sudah kuketahui rahasia barisan mereka itu. Sekalipun saudara dapat hidup dengan makan ular beracun tetapi tempat ini penuh dengan alat rahasia pembawa maut. Benar memang kedua suami isteri iblis itu tak mengejar kesini tetapi jika tak kutunjukkan jalaninya, sekali salah langkah tentu akan tertimpah bahaya maut!" Agaknya ketua perkumpulan Pemakan Ular itu memang singkat sekali pikirannya. Mendengar bantahan Cu Kong-leng, ia menjadi bungkam. 268 Kemudian Cu Kong-leng menunjuk kesekeliling penjuru dan berkata kepada Siau-liong, Sekalipun pengetahuanku picik, tetapi aku pernah meyakinkan sampai berpuluh tahun tentang

ilmu perkakas rahasia dan barisan. Dalam 200 macam barisan yang pernah kupelajari, tak ada satupun yang sama dengan barisan itu!" Menurut arah yang ditunjuk Cu Kong-leng, Siau-liong melihat deretan karang tinggi itu seperti menyerupai bentuk delapan tanduk runcing. Berkata Cu Kong-leng pula, Jika menurutkan keadaan alam, jelas barisan mereka mengandung unsur perobahan Patkwakiu-kong. Tetapi.... Ia menunjuk ke arah gua2 yang besar kecil dan tinggi rendah pada kaki karang itu, lalu berkata pula, Yang tak kumengerti ialah tentang ke 7 buah gua yang tersebar diempat penjuru itu. Yang 6 buah, jelas gua alam. Tetapi yang satu tentu dibuat orang.... ia berhenti dan merenung. "Kabarnya suami isteri iblis itu mahir menggunakan tipu siasat untuk menjebak orang. Mungkin tempat ini tiada terdapat perkakas rahasianya. Mereka memang sengaja membuat lubang gua untuk menimbulkan kecurigaan orang!" kata Siau-liong yang tak sabar menunggu. Tetapi ketua Tong-thing-pang itu gelengkan kepala, Tempat itu amat berbahaya dan merupakan ciptaan alam yang menyerupai bentuk barisan Pat-kwa-tin. Sudah tentu kedua iblis itu takkan menyia-nyiakannya. Kalau tak percaya, cobalah saudara cari jalan yang saudara lalui ketika datang kesini tadi. Apakah saudara mampu menemukannya lagi atau tidak!" 269 Siau-liong terkejut. Cepat ia melakukan perintah itu. Ah, memang keadaan empat penjuru hampir sama. Dan belasan batang pohon siong yang tumbuh ditengah hutan itupun hampir sama semua sehingga sukar menemukan dari jalan mana tadi ia masuk kesitu. Bukan kepalang kejut Siau-liong. Kedatangannya kehutan situ adalah untuk mencari tempat bersembunyi. Setelah memulangkan tenaga, ia hendak keluar untuk menempur kedua suami isteri iblis itu lagi. Lalu mencari Toh Hun-ki dan keempat Su-lo. Maka bermula ia tak menghiraukan Cu Kongleng yang sedang mempelajari keadaan tempat situ. Tetapi setelah melakukan apa yang dikatakan Cu Kong-leng tadi, gelisahlah ia. Benar-benar ia tak mampu menemukan jalan yang ia masuki tadi. "Jika barisan Pat-kwa digabung dengan robahan barisan Bintang-tujuh, benar-benar sebuah barisan yang luar biasa hebatnya. Sejak dahulu belum pernah orang melakukan hal itu. Mengingat Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka itu memiliki kecerdasan yang hebat, tidak mustahil kalau mereka dapat menyatukan kedua bentuk barisan itu. Kecuali.... Plak, tiba-tiba ketua Tong-thing-pang itu menampar pipinya sendiri, Benar! Ah, tentu bukan ciptaan kedua iblis itu sendiri.

Orang yang menciptakan barisan itu, karena berani memaksa nyalahi perhitungan alam, tentulah sudah mati dalam barisan!" Siau-liong dan Mawar Putih setengah mengerti setengah tidak. Tetapi melihat sikap ketua Tong Thing-pang itu, terang kalau dia benar-benar memeras otak. Saat itu agaknya Cu Kong-leng sudah menemukan titik2 terang. Segera ia melangkah maju kehadapan Siau-liong, Jika orang yang meciptakan barisan itu tidak dibunuh kedua suami isteri iblis, dia adalah seorang ahli pikir yang cemerlang sekali. 270 Tetapi kemungkinan besar, orang itu tentu sudah mati dalam barisan yang diciptakannya itu sendiri.... Ia menghela napas, katanya pula, Karena ia menciptakan barisan ini terlampau ganas, dalam ke 7 lubang barisan itu sama sekali tidak diberi pintu hidup. Oleh karenanya, sekalipun ia mampu balik keluar dari barisan, tentu juga akan mendapat kutukan.... Siau-liong hanya menganggukkan kepala. Penilaian saudara memang tepat," kata Siau-liong, tetapi tentulah ada sebab lain mengapa orang itu mau menciptakan barisan semacam ini!" "Maksudmu?.... Siau-liong tertawa, Orang itu tentu sudah linglung atau memang sudah gila!" Tiba-tiba ketua Tong-thing-pang itu bertepuk tangan, Bagus, Pendapat saudara memang hebat. Memang orang linglung atau gila sering menonjolkan kepandaiannya. Menilik ciptaan yang begitu ganasnya, memang hanya seorang gila yang dapat melakukannya. Tetapi.... ia menunduk berpikir lagi. Beberapa saat kemudian ia berkata, Tokoh2 yang ahli dalam ilmu barisan dan alat-alat rahasia, sebagian besar aku tahu. Tetapi aneh, mengapa aku tak dapat menemukan siapakah pencipta barisan itu?" Tan Ih-hong mondar-mandir mendukung tangan. Tiba-tiba ia menarik tubuh Cu Kong-leng, serunya, Kawanan ular berbisa itu dalam waktu sejam lagi tentu akan liar kembali. Lekaslah cari jalan keluar!" 271 Cu Kong-leng geleng2 kepala, Tempat ini merupakan tanah mati. Sama sekali tiada jalan keluar.... Namun ketua Tong-thing-pang itu tetap membuat penilaian. Tiba-tiba ia menunjuk sebuah gua yang paling besar, serunya, Jika terpaksa, kita hanya dapat menggunakan jalan ini untuk keluar. Tetapi adakah gua itu menembus keluar atau masih dalam bagian lembah, aku tak berani memastikan. Pula mungkin di dalam gua terdapat banyak ular dan serangga berbisa....

Jangan kuatir, serahkan kawanan binatang beracun itu padaku!" seru ketua Pemakan Ular. Cu Kong-leng tertawa, Kecuali binatang beracun, mungkin masih terdapat bahaya air dan api serta lubang2 jebakan yang tak dapat kita duga-duga. Jika hanya seorang saja, kemungkinan tentu binasa.... Semua ancaman alat rahasia dan lain-lain perangkap, menjadi tanggunganmu!" teriak Tan Ih-hong. Kemudian Cu Kong-leng menanyakan pendapat Siau-liong. Pemuda itu memandang sejenak kepada Mawar Putih lalu menjawab, Dari pada disini menunggu kematian, lebih baik kita coba2 menempuh bahaya!" Baru Siau-liong berkata begitu, tiba-tiba terdengar suara orang bersuit pelahan. Sudah tentu sekalian orang terperanjat. Suitan itu seperti bunyi seruling tetapi pun mirip dengan batang pohon yang berderak-derak tertiup angin. Menyusul dengan itu, karang yang mengelilingi empat penjuru, menghambur kabut tipis. Dibawa kesiur angin, kabut itu makin lama makin tebal dan pelahan-lahan mengumpul 272 ditengah. Saat itu alam disekeliling penjuru tampak meremang tak jelas lagi. Suara suitan itupun kedengaranya makin rendah nadanya sehingga sukar diketahui berasal dari benda apa. Suaranya mirip dengan kawanan setan yang merintih-rintih ditengah malam. Suasana dalam hutan ditengah tanah lapang buntu itu makin terasa seram. Seketika berobahlah wajah Cu Kong-leng ujarnya, Rapanya barisan mereka sudah mulai bergerak. Harap saudara sekalian mengikuti aku, jangan bergerak sendiri!" Tiba-tiba Tan Ih-hong berteriak, Awas! Kawanan ular berbisa itu mulai menyerang lagi!" Memang benar. Dari sekeliling penjuru hutan, ribuan ular dan binatang berbisa serempak merayap datang. Sambil gerakkan kebut hudtimnya kekanan kiri, Tan Ih-hong membaca doa. Tetapi rupanya kawanan binatang beracun itu telah mendapat tekanan dari ilmu sihir yang lebih kuat. Mereka tak mengacuhkan Tan Ih-hong dan terus menyerbu. Karena kebudnya tak memberi hasil, Tan Ih hong bingung juga. Tiba-tiba ia menyambar seekor ular besar terus digigit kepalanya. Setelah meminum darah ular itu, ia segera menyemburkan kesekeliling penjuru. Serangan istimewa itu memaksa kawanan binatang beracun tak berani maju lagi. Tetapi mereka tetap bergeliatan disekeliling hutan. 273

Dalam pada itu kabutpun makin tebal sehingga mata sukar memandang kemuka. Dan yang lebih mengejutkan. Tiba-tiba belasan batang pohon siong bergetaran! Makin lama makin keras seperti terjadi gempa bumi. Keempat orang itu seperti berada dalam perahu yang tengah diamuk badai. Kepala mereka pening, mata berkunang2.... Cu Kong-leng berseru gugup, Tempat ini merupakan poros tengah barisan. Jika terjadi suatu perobahan, semua benda disini tenju hancur ludas. Lekas ikut aku!" Kembali Tan Ih-hong mencengkeram seekor ular besar lalu digigit kepalanya. Setelah itu ia semburkan darah ular tadi ke arah yang ditunjukkan Cu Kong-leng. Kawanan binatang berbisa yang berada ditempat itu segera menyingkir memberi jalan. Cu Kong-leng berjalan lebih dulu, ketiga orang lainnya mengikut dibelakangnya. Beberapa kali Cu Kong-leng berhenti untuk membuat penyelidikan. Dengan begitu jalannya amat pelahan sekali. Untunglah selama itu Tan Ih-hong dapat menggigit mati 7-8 ekor ular besar dan setiap kali tentu menyemburkan darah ular itu untuk membuka jalan. Dengan demikian amanlah perjalanan mereka. Kira2 sepenanak nasi lamanya. tiba-tiba Cu Kong-leng berseru, Sudah sampai!" "Sampai dimana?" Tan Ih-hong bertanya penuh ketegangan. Cu Kong-leng tertawa hambar, Tiada nama yang lebih tepat untuk tempat itu kecuali kita sebut sebagai Pintu Akhirat," 274 Ketika Siau-liong mengawasi kemuka, ternyata yang disebut Pintu Akhirat oleh ketua Tong-thing-pang itu adalah gua paling besar yang tadi ditunjuk oleh Tan Ih-hong. Gua itu setinggi satu tombak, lebar empat-lima meter. Disebelah dalam hitam pekat tak tampak suatu apa. Sepintas pandang gua itu seperti buatan alam. Gerumbul rumput alang2 yang tumbuh di pintu gua, hampir setinggi orang. Sarang labah2 dan galagasi memenuhi lubang pintu. Memberi kesan bahwa gua itu tak pernah dikunjungi manusia. Siau-liong memandang lekat kepada Cu Kong-leng. Diamdiam pemuda itu muiai meragukan keterangan Cu Kong-leng. Sedang Tan Ih-hong pun melongok ke dalam gua lalu melengking, Hm, jelas sebuah gua yang tak pernah diinjak manusia mengapa engkau katakan sebagai jalan keluar?" "Mataku belum rabun. Kuyakin takkan salah lihat!" jawab Cu Kong-leng. Tan Ih-hong tak membantah tetapi pun tak berani gegabah masuk. Saat itu kabut tebal sudah merata menyelimuti hutan siong. Hanya suara bergetaran tadi sudah berhenti.

Setelah memasang pendengaran, berkatalah Cu Kong-leng, Jika penilaianku tak salah. Gua ini setengahnya memang ciptaan alam tapi setengahnya juga dibuat manusia. Kupercaya gerak-gerik kita ini tentu sudah diawasi musuh." Bagaimana engkau tahu?" seru Tan Ih-hong kurang puas. 275 "Tadi barisan itu jelas sudah bergerak. Jika kita masih berada dalam hutan, tentu sudah mati ditangan mereka.... kata Cu Kong-leng, "bahwa kemudian barisan itu berhenti, menandakan kalau mereka mengetahui bahwa kita sudah tinggalkan hutan itu!" Kemudian sambil menunjuk ke dalam gua, ketua Tongthingpang itu berkata pula, Walaupun kuyakin gua itu merupakan satu-satunya jalan keluar. Tetapi aku tak berani memastikan adakah kita nanti mampu keluar dengan selamat atau tidak. Karena dalam gua itu tentu penuh bahaya maut!" Karena tak mengerti ilmu barisan dan ilmu segala macam alat rahasia, Siau-liong diam saja.... Demikian pun dengan Mawar Putih. Cu Kong-leng melangkah masuk ke dalam gua. Beberapa langkah kemudian, ia berseru memanggil ketiga orang itu supaya lekas masuk juga. Keiika Siau-liong bertiga masuk, ternyata gua itu merupakan sebuah terowongan alam. Tetapi bagian lantai dan langit2 serta dinding gua terdapat bekas2 dibuat manusia. Kembali Cu Kong-leng menyatakan keyakinannya bahwa gua itu pasti merupakan satu2nya jalan keluar. Tetapi ia masih belum mengetahui alat rahasia apa saja yang dipasang dalam gua itu. Mereka melanjutkan langkah. Makin ke dalam lorong gua itu makin sempit. Juga sinar penerangannya, makin gelap. Jika mereka berempat tak memiliki ilmu silat tinggi, pasti tak mampu melihat keadaan disekeliling. Kira2 sepuluh tombak jauhnya, tibalah mereka di ujung gua. Setelah menyelidiki kian kemari, akhirnya Cu Kong-leng 276 menunjuk pada sebuah batu hijau yang menonjol di sebelah kiri, Itulah alat penggerak pesawat rahasia.... Tampak ketua Tong-thing-pang itu yakin akan penemuannya. Setelah memandang bergantian pada Siauliong, Mawar Putih dan Tan Ih-hong, ia berkata pula, jika memutar aiat itu, akan terjadi dua kemungkinan. Kesatu, akan terbuka sebuah jalan hidup. Dan yang kedua akan terjadi suatu perobahan yang tak terduga-duga.... "Serangan ular dan binatang berbisa?" tanya Tan Ih-hong. Cu Kong-leng gelengkan kepala, Sukar dipastikan. Semburan api mungkin bencana air atau mungkin pula letusan gunung dan mungkin kita akan terperosok ke dalam lubang

penjara tanah!" Tan Ih-hong terkejut, Apakah tak ada lain pesawat penggerak lagi?" Pun Mawar Putih mendesak juga supaya Cu Kong-leng memeriksa lagi lebih cermat. Ketua Tong-thing-pang itu menurut. Ia menyelidiki sekitar tempat itu dengan seksama. Tapi tetap tak menemukan suatu apa. Ah tak ada lain kecuali yang itu!" katanya. Siau liong tak dapat berkata apa2. Demikian pun Mawar Putih dan Tan Ih-hong. "Kita akan menurut saja apa yang dikatakan saudara Kongsun Liong," kata Cu Kong-leng seraya memandang Siauliong. 277 Karena hal itu menyangkut keselamatan jiwa mereka berempat, Siau-liong tak berani gegabah mengambil keputusan. Sesaat ia memandang wajah Mawar Putih tetapi dara itupun tak punya pendapat apa2. Ia tertegun diam. "Saat ini musuh sudah mengamati gerak-gerik kita. Sekalipun kita diam saja disini, mereka tetap menyerang. Daripada mati konyol, lebih baik kita putar alat itu. Untunguntunganlah, mungkin bencana mungkin kebebasan!" akhirnya Cu Kong-leng menyetujui. Karena Mawar Putih diam saja dan ketua Pemakan Ular itu juga hanya celingak-celinguk, akhirnya Siau-liong menyetujui. Cu Kong-leng mulai mengangkat tangan kanannya. Tangannya agak gemetar, butir2 keringat mengucur dari dahinya. Hatinya tegang sekali. Tiba-tiba ketua Pemakan Ular Tan Ih-hong mendesah pelahan lalu menarik jubahnya yang penuh tambalan itu ke atas untuk menutup mukanya. Dalam pada itu tangan Cu Kong-leng makin menggigil keras. Setelah berhenti sejenak, akhirnya ia menjamah batu hijau dan menekannya. Batu marmar hijau itu hanya sebesar mangkuk, Sekali ditekan terus menyurut masuk. Keempat orang itu menahan napas untuk menunggu apa yang akan terjadi. Tiba-tiba terdengar suara bergetar dahsyat sehingga tanah dalam gua itu bergoncangan. Mawar Putih menjerit terus memeluk dada Siau-liong. Dalam keadaan yang sedemikian tegangnya, dara itu lupa akan segala susila dan rasa malu. 278 Tetapi sampai beberapa saat, belum terjadi sesuatu. Goncangan itupun makin reda. Rupanya berasal dari luar gua. Setelah itu terdengar suara berderak-derak. Ah, dinding gua sebelah muka tiba-tiba merekah dan terbuka sebuah jalan lebar.

Cu Kong-leng menghela napas longgar dan berseru gembira, Hola, bahaya telah lalu. Hayo kita keluar " Mawar Putih lepaskan pelukannya.... Dengan wajah tersipusipu merah ia memandang Siau-liong lalu berputar tubuh. Tan Ih-hong pun membuka tutup mukanya lalu cepat2 mengikuti langkah Cu Kong-leng. Cu Kong-leng melangkah dengan hati2 sekali. Siau-liong cepat menarik Mawar Putih diajak mengikuti orang she Cu itu. Lorong jalan itu makin lama makin lebar dan terang. Kira2 tiga tombak jauhnya, merupakan sebuah gua besar menyerupai sebuah ruangan di bawah tanah. Setelah memandang kesekeliling Cu Kong-leng berkata, Penilaianku tadi banyak yang meleset. Pencipta barisan itu ternyata bukan orang ganas karena masih memberi jalan hidup.... Tampaknya Cu Kong-leng amat gembira. Kipas disusupkan kepunggung lagi lalu me-ngurut2 jenggot. katanya pula, Kini aku pun sudah jelas akan bentuk barisan ini. Tak lain hanya gabungan antara barisan Pat-kwa dan Thay-kek. Sama sekali bukan seperti yang kukatakan tadi ialah barisan Tujuhmaut.... 279 Sambil menunjuk pada kedua samping dinding gua, ia menerangkan bahwa asal tidak menyentuh dinding itu, barisan tentu takkan bergerak. Lalu ia menghampiri kemuka dinding gua dan menunjuk sebuah batu menonjol sebear telur, serunya, Inilah alat pembuka dari jalan ke luar!" Dengan wajah berseri tawa, ia segera menekan batu itu. Siau-liong dan Tan Ih-hong sudah mulai menaruh kepercayaan kepada Cu Kong-leng Mereka merasa lega. Setelah batu ditekan, dari bawah tanah terdengar suara macam kerbau menguak. Sambil tersenyum simpul, Cu Kongleng berpaling" "Suara itu berasal dari pergantian antara Patkwa dengan Thay-kek. Begitu peralihan tempat itu selesai, pintu keluar tentu akan terbuka.... Baru ia berkata begitu, se-konyong2 terjadi ledakan dahsyat. Kedua dinding gua ber-derak2 merekah. Batu2 berguguran seperti hujan mencurah sehingga keempat orang itu tak dapat berdiri tegak. "Barisan Tujuh Maut.... serentak Cu Kong-leng menjerit keras. Tetapi ia tak dapat melanjutkan kata2nya karena saat itu dari kedua samping dinding gua yang pecah itu, gelombang air bah melanda dahsyat, Siau-liong berempat pontangpanting tak dapat berdiri tegak. Beberapa kali Siau-liong berusaha untuk mempertahankan keseimbangan tubuh tetapi selalu gagal. Air bah yang membawa pecahan batu melandanya hebat sekali sehingga ia hampir pingsan. Samar2 ia masih mendengar Mawar Putih menjerit memanggilnya, Siau.... liong.... Siau.... liong....

280 Tetapi jeritan dara itu lenyap ditelan gelombang air bah yang mengamuk dahsyat. Tak mungkin Siau-liong dapat mendekati Mawar Putih. Yang terdengar tak lain suara teriakan Cu Kong-leng yang masih me-mekik2 seperti orang gila, Barisan Tujuh Maut.... pintu celaka.... air bah.... Jeritan ketua Tong-thing-pang itu terputus oleh sebuah ledakan yang dahsyat lagi. Tanah ruang gua itu segera amblong ke bawah. Keempat orang itu laksana orang yang terlempar ke bawah jurang. Siau-liong yang memiliki tenaga sakti hebat, tetap tak mampu berbuat apa2. Siau-liong merasa bahwa dirinya pasti mati dalam barisan Tujuhy Maut itu. Dari ketinggian 20-an tombak, ia dihempaskan oleh gelombang air terjun. Ia rasakan sendi tulangnya seperti remuk dan pada lain saat ia tak ingat apa2 lagi.... Entah selang berapa lama ia dalam keadaan pingsan itu. Hanya ketika ia membuka mata ia sasakan tulang belulangnya seperti pecah dan tenaganya lenyap sehingga tak kuat untuk mengangkat tangannya. Otaknya masih ber-binar2 sehingga tak dapat mengingat apa yang telah terjadi pada dirinya. Ia pun tak tahu dimanakah saat itu ia berada. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba ia mendengar langkah kaki orang berjalan mendatangi. Ia terkejut. Cepat ia loncat bangun. Uh.... kaki dan tangannya serasa tak bertulang lagi. Ia meronta dan berusaha untuk menggeliat bangun namun tetap sia2. Pada lain saat ia merasa dahinya telah di-elus2 oleh sebuah tangan yang halus. Sebuah helaan napas ringan terdengar dan 281 hidung Siau-liong serentak terbaur oleh bau yang harum semerbak. Dengan sekuat tenaga ia berusaha untuk merentang sepasang mata memandang kemuka. Tetapi pandang matanya masih ber-kunang2, tak dapat melihat jelas kecuali hanya sesosok bayangan beraneka bunga. Tak berapa lama, derap langkah kaki orang tadi kedengaran pula. Jelas yang datang itu tentu bukan seorang saja. Tangan halus itu kembali menjamah keningnya dan terdengarlah suara yang lemah-lembut, Hatilah engkau mengangkatnya bangun!" Siau-liong rasakan punggungnya diangkat oleh dua lengan yang halus untuk didudukkan. Karena masih lemah tenaga dan pikirannya. Siau-liong membiarkan saja dirinya diangkat itu. Kemudian mulutnya seperti dingangakan tangan orang lalu

dimasuki sebutir pil. Mau tak mau Siau-liong menelan pil itu juga. "Hati2lah merawatnya! Jika sudah sadar, panggillah aku," kata orang yang berkata tadi. Siau-liong dibaringkan lagi di atas ranjang. Terdengar langkah orang meninggalkan ruang itu. Beberapa kali orang itu berhenti. Agaknya seperti tak tega meninggalkan Siauliong. Pil itu memancarkan aliran tenaga keseluruh tubuh Siauliong sehingga ia merasa semangat dan tenaganya pulih kembali. Cepat ia mengambil napas dan menyalurkan tenagaTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 282 murni. Berkat memiliki dasar tenaga dalam yang kokoh, tak berapa lama tenaga dalamnya sudah pulang kembali. Segera ia hentikan penyaluran tenaga dalam lalu membuka mata. Ah.... kiranya dirinya saat itu berada dalam sebuah ruang tidur yang indah dan berbaring di atas sebuah ranjang yang harum baunya. Kamar tidur itu tentu milik seorang gadis. Ia terkejut sekali. Ia heran mengapa diriny, tiba-tiba berada disitu. Buru-buru ia tenangkan perasaannya untuk mengenang kembali apa yang telah dialaminya. Akhirnya berhasillah ia mengingat semua peristiwa. Diam-diam ia menggigit lidahnya sendiri sehingg| kesadaran pikirannya bertambab terang. Ah, ternyata ia belum mati. Tetapi serempak itu, pikirannya kacau tak karuan, hatinya amat cemas sekali. Dimanakah gerangan dua orang itu? Kegelisahan Siau-liong itu selain karena hubungannya dengan Mawar Putih yang makin erat, pun juga karena ia memerlukan sekali tenaga dara itu. Jika Mawar Putih sampai mati, bukankah selamanya ia bakal tak bertemu dengan ibu kandungnya Dewi Ular Ki Ih? Cepat2 ia memeriksa pakaiannya. Ah, ternyata perlengkapan untuk menyaru menjadi Pendekar Laknat masih berada di dalam baju. Demikianpun separoh Giok-pwe yang diberikan Toh Hun-ki itu, juga masih ada. Setelah menenangkan diri, Siau-liong lalu loncat bangun. Ruangan itu sunyi senyap. Dibawah ranjang terdapat dua orang pelayan perempuan duduk bersila. Begitu melihat SiauTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 283 liong loncat turun dari ranjang, kedua bujang gadis itu terkejut. Mereka tersipu-sipu menyongsong. Siau-liong tetap tak tahu dimanakah tempat beradanya saat itu. Tetapi ia duga tentulah dirinya ditolong oleh pemilik ruang tidur itu. Melihat. kedua bujang itu menghampiri, Siau-liong segera memberi hormat, Entah siapakah yang telah menolong diriku?"

Kedua bujang dara itu baru berumur 1516 tahun. Rambutnya dikuncir, mengenakan baju dan celana hijau daun. Pinggangnya bersabuk sutera hijau gelap. Kedua bujang dara itu tertawa dan serempak berseru, Sudah tentu nona majikan kami!" Siau-liong terbeliak, Apakah nonamu itu.... "Nanti engkau tentu tahu sendiri!" tukas salah seorang gadis pelayan. Siau-liong tak mau bertanya lebih jauh. Ia lebih memikirkan keselamatan Mawar Putih dan kedua orang itu. Maka ditanyakanlah hal itu kepada kedua gadis pelayan. "Tolol! Perlu apa nona kami menolong lain orang? Yang penting hanya menolong engkau!" kedua gadis pelayan itu tertawa mengikik. Diam-diam Siau-liong terkejut. Tentulah Mawar Putih dan kedua orang itu mengalami bahaya. Salah seorang gadis pelayan itu segera mengajak kawannya keluar. Tak berapa lama mereka mengiring seorang 284 nona yang mengenakan pakaian merah menyala. Dandanannya amat mewah, tak ubah seperti puteri istana. Ketika Siau-liong mengawasi dengan seksama, ia terbeliak kaget. Nona baju merah itu bukan lain adalah gadis pemilik Lembah Semi atau puteri tunggal dari suami isteri Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka. Waktu melihat Siau-liong sudah berdiri didepan ranjang, nona itu tertawa gembira, serunya, Eh, engkau masih harus beristirahat dulu, mengapa turun dari tempat tidur?" Diam-diam Siau-liong kerahkan tenaga dalam siap akan dihantamkan. Nona itu terkejut. Tetapi pada lain saat ia tertawa, Eh, engkau ini bagaimana? Dengan maksud baik kuselamatkan jiwamu, mengapa engkau memandangku begitu menyeramkan? Apakah.... ah, aku memang tolol," nona itu menepuk-nepuk dahinya sendiri, "mungkin pikiranmu masih goncang akibat barisan Tujuh Maut itu. Tetapi jangan kuatir. Engkau sekarang sudah selamat dan tak ada orang yang berani menganggumu disini.... Nona itu maju selangkah dan bertanyakan nama Siau-liong. Siau-liong hendak meledak kemarahannya. Untunglah saat itu ia menyadari bahwa dirinya bukan lagi sebagai Pendekar Laknat. Seharusnya ia bersikap seperti tak kenal dengan nona itu. Begitu pula ia harus menyadari kedudukannya saat itu. Mawar Putih belum ketahuan nasibnya. Kalau andaikata masih hidup tentulah menjadi tawanan orang Lembah Semi. Demikian pula dengan rombongan orang gagah yang dipimpin It Hang to-tiang. Mereka belum diketahui nasibnya! Mengingat akan nasib mereka, seketika Siau-liong merasa beban yang dipikulnya makin berat. Bukan saja melaksanakan dendam terhadap Toh Hun-ki dan keempat Su-lo, merehabilitir

285 nama baik mendiang Pendekar Laknat, mencari ibunya. Pun sekarang tambah lagi dengan tugas untuk membasmi Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka demi menyelamatkan dunia persilatan. Timbullah serentak pikiran Siau liong. Ia harus menggunakan siasat untuk pura-pura bersikap baik terhadap nona pemilik lembah itu. Pe-lahan2 ia akan menunggu kesempatan untuk bertindak. Melihat pemuda itu termenung-menung, nona itu menafsirkan Siau-liong tentu masih belum hilang kegoncangan hatinya akibat malapetaka barisan Tujuh Maut. Ia maju dua langkah lagi, mendorong Siau-liong, Eh, mengapa engkau ini? Apakah masih gentar?" Siau-liong terkejut. Buru-buru ia menyurut selangkah ke belakang, Ah.... no.... na.... Nona pemilik lembah itu tertawa mengikik, tanyanya pula, Siapakah namamu?" "Kongsun Liong!" Dengan mata memancar asmara, nona itu memandang lekat, ujarnya, Ih. engkau benar-benar seperti seekor naga.... naga yang indah." Tiba-tiba nona itu tempelkan lengannya ke bahu Siau-liong Pemuda itu terkejut dan mundur selangkah lagi dengan wajah kemerah-merahan. 286 "Eh. engkau malu2?" nona itu tertawa. Ia terus berpaiing dan menyuruh bujang kedua pergi. Setelah itu ia menarik lengan baju Siau-liong, Mari kita duduk bercakap-cakap." Siau-liong terpaksa menurut saja. Tahukah engkau siapa namaku?" tanya nona itu dengan memandang lekat. Siau-liong paksakan tertawa, Justeru itu yang hendak kutanyakan." Nona itu cibirkan bibirnya tertawa, Namaku Po Ceng-in, pemilik Lembah Semi ini. Lembah Semi ini pemberian dari ayah bundaku. Mereka berdua jarang datang kemari!" Siau-liong hanya mengangguk saja. "Karena aku suka memakai warna merah, ayah bundaku senang memanggilku Siau-hong kata nona itu dengan sikap manja lalu mendekat dan tempelkan tangannya ke bahu Siauliong, Jika engkau suka, panggillah aku Siau-hong saja.... "Hm, baiklah!" sahut Siau-liong terpaksa. Sambil kicupkan ekor matanya dengan tingkah yang genit, nona itu mendesak, Nah, panggillah aku ia terus rapatkan tubuh ke tubuh Siau-liong. Karena dua kali didesak, Siau-liong terdesak ketepi ranjang dan tak dapat menghindar lagi. Untuk serentak berdiri, ia sungkan. Bingung saat itu hatinya. Sebesar itu, belum pernah

ia duduk merapat begitu rupa dengan seorang gadis. Wajah Siau-liong merah padam, mulutnya serasa terkancing tak dapat berkata apa2. 287 Diluar dugaan sikap malu dari Siau-liong itu malah makin menimbulkan nafsu si nona lebih berkobar. Panggillah.... desaknya dengan pandang penuh asmara. "Siau.... nona Siau-hong.... akhirnya Siau-liong paksakan diri memanggil. Nona itu tertawa mengikik. "Siau-hong cukup Siau-hong saja, tak perlu pakai nona. Mengapa nadamu begitu janggal?" Sejenak ia keliarkan ekor matanya yang genit lalu menanyakan umur Siau-liong. "Tujuh belas tahun!" sahut Siau-liong. "Ih, sebaya dengan aku.... tiba-tiba nona itu merah mukanya dan tak melanjutkan berkata lagi. Diam-diam Siau-liong gelisah. Ia kuatir nona itu akan tanya ini itu sehingga tiba pada pertanyaan yang ia tak dapat menjawab. Terlintas pada diri Mawar Putih, cepat ia alihkan pembicaraan. "Boleh kuketahui bagaimana. nona telah menolong jiwaku?" tanyanya. "Sebenarnya bukan menolong dalam arti yang sesungguhnya. Lebih tepat kalau meminta dirimu dari tangan ayahku!" Karena tak leluasa untuk langsung menanyakan diri Mawar Putih, maka Siau-liong bertanya dengan cara memutar, Selain diriku, siapa lagi yang nona tolong!" 288 Nona itu tertawa mengikik, Cukup engkau seorang saja. Aku tak peduli lain orang!" Karena tak berhasil menanyakan diri Mawar Putih, maka Siau-liong, bertanya pula, Selain aku masih ada beberapa orang yang terjerumus dalam barisan itu. Entah bagaimana mereka sekarang ini.... Nona itu mendengus hambar, Hm, dalam sehari semalam itu telah tertangkap empat lima puluh orang. Siapakah yang engkau tanyakan itu?" Terpaksa Siau-liong menerangkan juga. "Yang seorang adalah Cu Kong-leng ketua Tong-thing-pang, seorang Tan Ihhong ketua Pemakan ular dan masih ada lagi seorang gadis bernama.... Seketika berobahlah wajah nona pemilik lembah, tukasnya, Mengapa engkau begitu menaruh perhatian kepada mereka?" Ditatapnya wajah Siau-liong lekat2 lalu bertanya pula, Apakah engkau datang bersama anak perempuan itu? kalian....

"Aku hanya berjumpa ditengah jalan. Sebelum itu tak kenal mengenal!" buru-buru Siau-liong menukas. Nona pemilik lembah itu mengangguk puas. Namun wajahnya tetap dingin, ujarnya, Sekali pun gadis dengan kedua ketua perkumpulan itu tidak mati tetapi mereka dijebloskan ayah ke Lembah Maut. Barang siapa tak mau menjadi anak buah ayah, tentu akan mengalami nasib begitu!" 289 Mendapat keterangan itu agak legalah hati Siau-liong. Asal Mawar Putih belum meninggal, ia masih mempunyai harapan untuk menolong. Kembali mata nona pemilik lembah itu berkilat!, serunya, Karena sekarang kita bertemu tentulah dalam penitisan dahulu kita memang berjodoh. Asal engkau tak memusuhi orang tuaku, kita tentu dapat.... Sekalipun nona itu seorang gadis yang cabul dan tak punya malu, tetapi pada saat mengucap soal2 perkawinan, agaknya masih kikuk juga. Kembali ia memberi kicupan mata kepada Siau-liong lalu berkata dengan nada gembira, Dewasa ini ayah-ibuku sudah merajai dunia persilatan. Hari depan kita tentu penuh kesenangan. Tak ada seorang manusia dalam dunia yang berani mengganggu kita!" Siau-liong tak leluasa menjawab tetapi hatinya amat muak. Pada saat yang sulit itu, tiba-tiba terdengar suara langkah orang berhenti didepan pintu. Setelah batuk2, orang itu berseru, Nona, nyonya besar datang!" Siau-liong terkejut. Yang dimaksud dengan nyonya besar tentulah Dewi Neraka, ibu dari nona pemilik lembah itu. Diamdiam ia gelisah. Nona pemilik lembah itu tertawa riang, Ah, ibu datang.... Baru ia berkata begitu, muncullah seorang wanita tua ke dalam ruang situ. 290 Mah....!" nona itu cepat berseru seraya menghampiri. Ia pun memberi isyarat kepada Siau-liong, Lekas, menyambut ibuku!" Sesaat Siau-liong tak tahu bagaimana harus bertindak. Untuk membungkuk tubuh memberi hormat kepada Dewi Neraka, ia muak. Namun kalau tak mempedulikan. ia kuatir akan menimbulkan kecurigaan orang. Akhirnya terpaksa ia memberi hormat dengan segan dan mengucap beberapa patah kata yang tak lampias. Sejak masuk ke dalam ruangan, Dewi Neraka memperhatikan sekali diri Siau-liong. Ditatapnya wajah pemuda itu lekat2, kemudian berpaling kepada puterinya, Nak apakah engkau sungguh2 suka kepadanya?" Nona itu menyahut bisik2, Jika tak suka, masakan kuminta

dia dibebaskan.... kemudian dengan suara agak keras, ia berseru, Asal mamah meluluskan, kami segera.... Baik, mamah tak keberatan, asal.... tiba-tiba Dewi Neraka menghampiri Siau-liong dan menghantam kepala pemuda itu dengan jurus Menghantam-gunung Hoa-san. Bukan kepalang kejut Siau-liong. Jurus itu bukan main dahsyatnya dan dilancarkan dalam jarak dekat secara tak terduga-duga. Tetapi untunglah Siau-liong cerdas sekali. Cepat ia dapat mengetahui apa maksudnya. Maka bukan saja tak menghindar atau menangkis, bahkan ia malah pura-pura terkejut dan terhuyung-huyung mundur sampai beberapa langkah. "Mah, mengapa engkau ini? apakah....!" secepat kilat nona pemilik lembah itupun loncat menghadang ditengah. 291 Dewi Neraka memang sudah menghentikan tangannya. Ia membelai-belai rambut anaknya seraya tertawa mengutuk, Anak tolol! mamah kan hanya hendak mengetahui asalusulnya saja!" Sambil menyandarkan kepalanya kedada sang ibu dengan sikap kemanja-manjaan, nona pemilik lembah itu berkata, Ah, tetapi mamah hampir membikin orang kaget setengah mati, sungguh.... Dewi Neraka memandang Siau-liong lagi. Tiba-tiba ia mengeluarkan sebuah botol kecil diberikan kepada putrinya, mamah takkan mencampuri urusanmu pribadi, tetapi.... Tiba-tiba wajah Dewi Neraka berobah dingin, Dia bersama rombongan orang2 yang memusuhi kita. Harus diberi minum sebutir pil ini dulu.... "Tidak mah!" nona itu menolak, aku tak ingin dia menjadi seorang yang tolol dan linglung pikiran. Akulah yang menanggung bahwa kelak dia tentu takkan memusuhi ayah dan mamah lagi!" Dewi Neraka amat menyayang sekali kepada puterinya itu. Maka ia hanya dapat geleng2kan kepala dan menghela napas lalu menyimpan botol itu lagi. Baru ia hendak berkata apa2, tiba-tiba terdengar suara genderang berbunyi gencar. "Ah, ayahmu mencari aku. Tentulah sudah mendapat laporan tentang jejak Pendekar Laknat dan wanita Ular itu.... habis berkata lalu keluar. 292 Setelah Dewi Neraka pergi, berkatalah si nona dengan mengulum senyum, Jangan takut kepada ibuku yang berwajah seram itu. Sesungguhnya dia baik hati." Siau-liong mengiakan. Kemudian ia berkata dengan nada selembut mungkin, Sudah lama kudengar cerita orang tentang Pendekar Laknat muncul di dunia persilatan lagi.

Sungguh aku ingin sekali melihat bagaimana perwujutan momok itu. Tadi karena ibumu mengatakan telah menemukan jejak Pendekar Laknat dan Ki Ih, apakah engkau setuju kalau secara diam-diam kita ikuti ibumu agar dapat melihatnya?" Nona itu kerutkan dahi. Sesaat kemudian ia menjawab, Eh, mengapa nyalimu mendadak berobah begitu besar? Pada hal sesungguhnya Pendekar Laknat itu tak lain hanya seorang tua buruk yang memuakkan!" Siau-liong mengeluh tetapi untunglah pada saat itu juga si nona menyusuli kata2 lagi, Tetapi baiklah. Ini merupakan permintaanmu yang pertama kepadaku. Sudah tentu aku tak dapat menolak." Nona itu menarik tangan Siau-liong terus diajak keluar. Sudah dua kali Siau-liong masuk ke dalam Lembah Semi itu. Tetapi tempat2 yang dilalui saat itu, sama sekali belum pernah didatanginya. Setelah melintasi tiga buah jalanan naik turun dan beberapa deret bangunan perumahan, tibalah mereka disebuah halaman gedung yang luas. Selama dalam perjalanan itu, Siau-liong selalu memperhatikan dengan seksama. Diam-diam ia merasa kagum atas bangunan yang diciptakan dalam lembah itu. Tiba-tiba nona itu menarik lengan baju Siau-liong suruh pemuda itu berjalan pelahan dulu. Siau-liong terkejut. Segera 293 ia hentikan langkahnya. Dari dalam ruang besar terdengar suara orang tertawa. "Itulah ayahku," si nona membisiki kedekat telinga Siauliong. Pada hal Siau-liong memang sudah mengetahui hal itu. "Ih, agaknya mereka tidak membicarakan soal Pendekar Laknat dan Ki Ih," kata nona itu pula seraya berjingkat-jingkat menghampiri ke bawah jendela belakang. Saat itu menjelang sore hari. Dibagian ruang belakang penuh ditumbuhi pohon yang-liu. Dengan hati2 Siau-liong mengikuti si nona yang saat itu sudah mengintip dari lobang jendela. Ternyata dalam ruang gedung itu terdapat beberapa orang. Kecuali suami isteri Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka, terdapat pula dua orang tetamu. Ketika melihat wajah kedua tetamu itu, kejut Siau-liong bukan alang kepalang. Ternyata kedua tetamu itu bukan lain adalah Harimau Iblis dan si Naga Terkutuk. Saat itu kedengaran Naga Terkutuk berkata, Kemunculan saudara ke dunia persilatan, rupanya tiada mempunyai maksud memusuhi kami berdua saudara. Tetapi.... Naga Terkutuk yang bertubuh tinggi kurus dan mengenakan jubah warna kuning, pinggang menyelip sebatang ruyung lemas itu, sejenak melirik ke arah saudaranya, Harimau Iblis.

Kemudian ia menatap pula tuan rumah dengan pandanng mata penuh keserakahan, Asal saudara suka membagi harta pusaka itu kepada kami, kami tentu akan membantu cita2 saudara untuk menguasai dunia persilatan!" 294 Iblis Penakluk-dunia serentak berbangkit lalu berjalan mondar-mandir sambil mendukung kedua tangannya. Wajahnya yang seram tampak makin menyeramkan.... "Memang tak sukar untuk membagi harta pusaka itu," akhirnya ia menjawab. Setelah berbatuk-batuk sejenak, ia melanjutkan pula, Tetapi.... ia paksakan tertawa menyeringai. "Tetapi bagaimanakah cara kita membagi kitab pusaka peninggalan Tio Sam hong itu?" Tio Sam-hong adalah pendiri dari partai Bu-tong-pay. Apabila kitab pusaka itu benar buah karya Tio Sam-hong, tentulah merupakan kitab yang memuat ilmu pelajaran pedang sakti. Merupakan sebuah kitab pusaka yang tiada keduanya dalam dunia persilatan! Harimau Iblis yang sejak tadi hanya diam saja, saat itu sekonyong-konyong berteriak menggeledek, Masing-masing mendapat separoh bagian, apakah sukarnya?" Seketika berobahlah wajah Iblis Penakluk-dunia. Hampir meledaklah kemarahannya tetapi pada lain saat ia dapat menindas lagi emosinya. Ia mengulum senyum tetapi tak berkata apa2. Adalah Dewi Neraka yang serentak berbanngkit dan berkata dengan nada dingin, Jika saat ini merundingkan tentang cara membagi harta pusaka, rasanya masih terlalu pagi.... Sejenak memandang ke arah kedua tetamunya, wanita itu melanjutkan, Separoh bagian dari Giok-pwe itu masih berada ditangan Pendekar Laknat. Jika tak dapat menemukan 295 jejaknya, tak mungkin kita membicarakan soal pembagian harta itu. Ibarat orang melihat rembulan dalam air alias omong kosong belaka!" Tiba-tiba Naga Terkutuk tertawa gelak2, Bukankah Pendekar Laknat dan Dewi Ular Ki Ih sudah terperangkap dalam barisan Tujuh Maut lembah ini? Masakan mereka mempunyai sayap terbang ke angkasa?" Iblis Penakluk-dunia gelengkan kepala; Berbicara tentang peristiwa itu tentulah saudara berdua takkan percaya. Bahkan kami berdua suami isteri pun benar-benar tak mengerti!" Sejenak berhenti ia melanjutkan pula, Seluruh penjuru, setiap pelosok dan segenap ujung dari barisan Tujuh Maut itu telah kami periksa dan selidiki, tetapi kedua orang itu hilang tiada berbekas."

Mendengar itu Harimau Iblis hanya tertawa dingin, Ho, benar-benar suatu hal yang tak mungkin!" Tiba-tiba Iblis Penakluk-dunia pun tertawa, Sekali pun Pendekar Laknat dan Dewi Ular lenyap tetapi diantara sekian banyak tokoh persilatan yang tertangkap itu, terdapat seorang pemuda dan seorang gadis!" Mendengar itu Naga Terkutuk dan Harimau Iblis serempak berbangkit. "Siapakah kedua muda mudi itu?" tanya Naga Terkutuk seraya memandang tuan rumah dengan tajam. Iblis Penakluk-dunia tertawa, Kalau kukatakan, saudara berdua tentu akan kecewa. Mereka berdua tak lebih dari anak2 muda yang masih ingusan!" 296 Naga Terkutuk mendengus lalu duduk lagi. Sementara Harimau Iblis tampak merenung dan berkata seorang diri, Ah, tetapi masa ini tak boleh disamakan dengan masa 20 tahun yang lalu. Diantara kalangan muda, terdapat juga yang sakti.... "Dimanakah mereka sekarang?" tanyanya kepada Iblis Penakluk-dunia. Jawab Iblis Penaklak-dunia, Yang perempuan sudah dimasukkan dalam Lembah Maut dan yang lelaki.... tibatiba ia melambai ke arah luar jendela dan berseru keras, Hai, masuklah kalian!" Mendengar itu Siau-liong terbeliak kaget. Tetapi karena jejaknya sudah ketahuan, apa boleh buat, terpaksa ia melangkah masuk. Nona pemilik lembah pun segera mengikuti dibelakangnya. Ada keperluan apakah ayah memanggil kami berdua?" begitu masuk si nona segera berseru kepada ayahnya, Iblis Penakluk-dunia. Mata Iblis Penakluk-dunia. ber-kilat2 memandang Siauliong. Melihat itu si nona menjadi gelisah. Buru-buru ia berseru kepada ibunya, Dewi Neraka, Mah.... Dewi Neraka tersenyum, Budak tolol! Mamah kan berada disini, mengapa engkau kuatir?" Naga Terkutuk loncat dari tempat duduknya dan menghampiri Siau-liong diamatinya pemuda itu dari ujung kaki sampai ke atas kepala Kemudian ia tertawa gelak2; "Ho, kami tak tahu kalau saudara sudah mendapat menantu.... 297 Naga Terkutuk alihkan pandang matanya ke arah nona pemilik lembah lalu berseru dengan nada mengejek, Nona Po. ilmumu merawat diri benar-benar luar biasa hebatnya. Meskipun engkau sudah berumur lebih dari 40 tahun, tetapi kelihatannya.... seperti seorang gadis yang baru berumur 20an tahun. Benar-benar sepadan menjadi pasangan dari

engkoh kecil ini.... Seketika berubahlah wajah Po Ceng-in, nona pemilik lembah itu. "Siapakah yang memberitahukan umurku kepadamu?" tariaknya melengking. Naga Terkutuk tertawa nyaring, Kuingat dahulu ketika pertama kali datang ke lembah ini, engkau mengaku berumur 20 tahun. Sekarang setelah dua puluh tahun lagi aku kemari, masakan salah kalau kukatakan engkau berumur 40 tahun itu?" Merah padamlah selebar muka Po Ceng-in. Dipandangnya Naga Terkutuk itu dengan mata berapi-api dan tubuh menggigil. Seolah-olah hendak menelannya.... Dewi Neraka serentak berdiri seraya. menghujamkan tongkatnya kelantai. Wajahnya membesi. Tetapi ketika melangkah dua tindak, ia mendengus untuk menekan kemarahannya. Ditariknya tubuh Po Ceng-in kesisinya dan dihiburnya, Kemarilah anakku, jangan pedulikan iblis tua itu!" Naga Terkutuk cepat mengangkat kedua tangannya menghaturkan maaf kepada kedua suami isteri seraya tertawa, Maafkan, maafkan!" 298 Se-konyong2 wajahnya membengis dan berpaling membentak Siau-liong, Budak, siapa namamu? Berapa umurmu sekarang?" Demi menyelamatkan keadaan, sudah beberapa kali Siauliong harus menekan kemarahan. Tetapi kali ini karena diperlakukan begitu oleh Naga Terkutuk, ia tak dapat menahan diri lagi. "Meskipun umurku baru belasan tahun tetapi aku sudah dewasa. Siapa yang engkau sebut 'budak' itu!" ia balas membentak. Naga Terkutuk seorang momok yang garang dan congkak. Entah beberapa sudah tokoh2 persilatan yang jatuh ditangannya. Sudah tentu ia tak dapat menerima perlakuan yang diunjuk Siau-liong, seorang anak muda yang dianggapnya masih ingusan. Dipandangnya Siau-liong dengan tertawa dingin, Umurku sudah 88 tahun. Jika mempunyai cucu, tentu juga lebih besar dari engkau. Pula dalam kedudukanku dikalangan persilatan, bukanlah suatu hinaan kalau kupanggilmu dengan sebutan budak!" Habis berkata ia segera menampar bahu Siau-liong. Tampaknya tamparan itu amat pelahan dan sepintas pandang hanya sebagai suatu peringatan dari orang tua terhadap anak muda. Tetapi sesungguhnya tepukan itu merupakan gerak Naga-sakti-mencakar yang dahsyat. Siau-liong tegak termangu-mangu.... ---ooo0dw0ooo---

299 Jilid 06 Telur di ujung tanduk Pada saat tangan Naga Terkutuk hampir mencengkeram bahu Siau-liong, tiba-tiba Harimau Iblis meluncur kesamping saudaranya dan mencekal tangan Naga Terkutuk. Sudah tentu Naga Terkutuk terperanjat, tegurnya, Dinda, engkau.... Harimau Iblis tertawa, Gerakan Naga-sakti-mencengkeram kanda itu, belum tentu dapat mengenai budak itu!" Sekalian orang terkejut mendengar kata2 itu. Bahkan Naga Terkutuk pun deliki mata kepada adiknya itu lalu membentaknya, Apakah maksudmu?" Hampir ia tak percaya apa yang dikatakan Harimau Iblis itu. Kata Harimau Iblis, Kemarin tatkala dipuncak Ngo-siongnia, aku pernah adu kepandaian dengan dia, tetapi akhirnya.... ia terlawa menyeringai, akhirnya kami sama2 terluka!" Mendengar itu Iblis Penakluk-dunia dan isterinya, Naga Terkutuk dan Po Ceng-in terbeliak kaget. Semua mata tertumpah ke arah Siau-liong. Benar-benar suatu hal yang mustahil. Tetapi karena mulut Harimau Iblis sendiri yang mengatakan, mau tak mau harus percaya. 300 Reaksi pertama timbul dari Po Ceng-in. Nona pemilik lembah itu kejut girang lalu memegang lengan Siau-liong dan bertanya lembut, Apakah yang dikatakan itu benar?" Siau-liong mendengus lalu menyurut mundur selangkah, menghindarkan lengannya. Naga Terkutuk dan Harimau Iblis tertawa mengekeh menyaksikan penolakan Siau-liong. Po Ceng in tertegun. Tanpa menghiraukan ejek tertawa kedua momok serta sikap Siau-liong dingin, ia melesat kesamping pemuda itu seraya berseru cemas, Jangan percaya omongan iblis tua itu. Aku memang baru berumur.... Ia tak lanjutkan kata-kata melainkan menatap wajah Siauliong dan dengan nada meratap ia berkata; "Tanpa kukatakan engkau tentu dapat melihat sendiri apakah aku ini mirip dengan wanita yang berumur 40 tahun?" Kembali Po Ceng-in tertawa mengikik tetapi jelas tertawa yang dibuat-buat untuk menutupi rasa malunya. Siau-liong terpaksa memandangnya.... wajah wanita itu memang menimbulkan rasa kasihan tetapi pancaran matanya penuh dengan nafsu kecabulan. Memang andaikata Naga Terkutuk tak membuka rahasianya, Siau-liong tentu percaya nona itu masih berumur 20-an tahun. Beberapa saat Siau-liong tergugu kehilangan faham. Ia tak

tahu bagaimana harus bertindak. Namun ia menyadari bahwa saat itu dirinya berada dalam sarang harimau buas. Juga ia menginsyafi akan beban kewajibannya yang berat. Ia harus menolong Mawar Putih, merebut kembali separoh bagian dari Giok-pwe, menyelamatkan dunia persilatan, membalas dendam dan mencari ibunya.... 301 Ia menimang lebih lanjut Dalam lembah Semi yang penuh dengan perkakas rahasia, musuh lebih menang tempat. Begitu pula jumlah mereka jauh lebih besar. Untuk mengahadapi keempat momok itu, jelas bukan hal yang mudah. Demi menyelamatkan kesemuanya itu, terpaksa ia harus bermain sandiwara Walaupun sesungguhnya ia muak terhadap wanita itu, namun terpaksa ia memandangnya dengan pandang mata lemah lembut dan mesra. Po Ceng-in menyambut pandangan itu dengan semangat terbuai-buai. Tiba-tiba ia berkata kepada ibunya, Mah, ijinkan kami pergi!" ia terus menarik tangan Siau-liong diajak keluar. Tunggu!" tiba-tiba Iblis Penakluk-dunia membentak. Po Ceng-in terbeliak. Belum pernah selama ini ayahnya membentaknya sedemikian bengis. Dewi Neraka berobah wajahnya dan melengking kepada suaminya, Tolol! Mengapa engkau menakuti anak kita begitu rupa!" Plak, Iblis Penakluk-dunia mendebur meja, dengusnya, Jika aku terus menerus menuruti engkau saja. Bukan saja usaha menguasai dunia persilatan akan hancur berantakan. Pun kemungkinan kita akan menelan pahitnya kekalahan seperti 20 tahun berselang itu lagi. Aku.... Dewi Neraka hunjamkan tongkatnya kelantai lalu berbangkit, teriaknya, Tolol! Jika banyak tingkah, lebih baik kita berpisah dan bekerja sendiri-sendiri saja! Apa engkau kira aku hanya mengandalkan engkau saja?" 302 Habis berkata wanita bengis itu melangkah kehadapan Po Ceng-in, ujarnya, Tanyalah pada anak itu. Jika dia benarbenar bersungguh hati kepadamu, mari kita berangkat sekarang juga. Mamah akan membawamu pulang ke Sepak. Tak perlu kita hiraukan lagi soal harta pusaka dan segala macam kekuasaan dunia persilatan!" Po Ceng-in memandang ibunya dengan penuh rasa syukur. Tetapi pada saat hendak bertanya penegasan kepada Siauliong, tiba-tiba Naga Terkutuk dan Harimau Iblis tertawa gelak. Kemudian berserulah Harimau Iblis dengan suara nyaring, Aha, nyata perangai saudara masih belum berubah seperti dahulu.... Dan Naga Terkutuk pun menumpangi, Hubungan saudara

suami isteri berdua yang berkumpul dan berpisah tak menentu itu benar-benar menjadi buah pembicaraan indah dalam dunia persilatan. Hari ini bercerai entah kapan akan bertemu pula" Demikianlah kedua saudara momok itu bergantian saling memberi komentar. Bukan melerai dan mendamaikan kedua suami isteri itu tetapi kebalikannya menyiram minyak pada api kemarahan Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka supaya putus hubungan. Seketika berobahlah wajah Iblis Penakluk-dunia. Sepasang alisnya yang panjang melekat satu sama lain dan sejenak melirik ke arah kedua tetamunya, cepat ia melesat kemuka Dewi Neraka. Isteriku, jangan marah. Hal ini menyangkut kepentingan kita berama. Sekali salah langkah, kita pasti kalah. Oleh karena itu aku perlu berhati-hati.... Lalu ia menunjuk Siaulioug, serunya, Budak itu bukan pemuda biasa. Janganlah engkau sampai kena dikelabuhinya!" 303 Dewi Neraka mendengus, Sampai dimanakah kemampuan seorang anak yang baru berumur belasan tahun itu? Bukankah kalian sendiri yang ketakutan dan menduga yang bukanbukan.... Namun sekali pun mulut mengatakan begitu tetapi diamdiam Dewi Neraka mengingat juga akan keterangan Harimau Iblis tentang pertempurannya dengan Siau-liong. Maka ia tak mau ayunkan langkah melainkan masih mengamati Siau-liong denga teliti. Iblis Penakluk-dunia paksakan tertawa, Munculnya budak itu bersama seorang budak perempuan ke dalam barisan Tujuh Maut, menandakan bahwa mereka tentu ikut dalam rombongan It Hang si imam hidung kerbau itu. Kalau malam gelap, anak buahku tak dapat melihatnya, tetapi.... Ah, soalnya sederhana sekali," Naga Terkutuk menyelutuk, kalau saudara tak sampai hati turun tangan kepada menantu yang tercinta, perintahkan orang supaya menyiksa budak perempuan itu. Dia tentu akan mengaku semua." Iblis Penakluk-dunia alihkan pandang matanya ke arah Naga Terkutuk, ia tertawa iblis; Ah, saudara memang pintar. Tetapi, Akupun memang sudah mempunyai pikiran begitu. Bahkan sebelum saudara datang kemari, aku sudah suruh orang untuk memeriksa budak perempuan itu. Tetapi diluar dugaan.... Ia berhenti sejenak untuk mengelus jenggotnya yang memanjang sampai kelutut, lalu melanjutkan, Diluar dugaan budak perempuan itu lenyap." Sekalian orang tersentak kaget. Dan yang paling kaget sendiri adalah Siau-liong. Kemanakah gerangan Mawar Putih itu.... 304

Naga Terkutuk keliarkan biji matanya beberapa kali lalu berkata, Tujuh Maut itu merupakan barisan yang paling ketat dan rapat. Sampai pun bangsa binatang dan burung tak dapat keluar masuk dalam barisan itu. Maka betapa lihaynya kepandaian seseorang, pun tak mungkin dapat masuk keluar menurut sekehendak hatinya.... Dia geleng2 kepala dan berkata seorang diri, Pendekar Laknat dan Dewi Ular Ki Ih sudah terperangkap dalam barisan Tujuh Maut tetapi dapat melenyapkan diri. Sebagai gantinya dalam barisan itu terdapat tawanan sepasang muda mudi. Sianak perempuan sudah dimasukkan ke dalam Lembah Maut tetapi lenyap lagi.... Tiba-tiba ia tertawa keras, Ha, ha, apakah kita .sedang melihat hantu?" Dewi Neraka segera gunakan ilmu menyusup suara bertanya kepada Iblis Penakluk-dunia, Tolol, apakah keteranganmu itu sungguh2?" Iblis Penakluk-dunia kerutkan dahi lalu menyahut dengan ilmu menyusup suara juga, Sudah tentu sungguh2.... Ia memberi isyarat kicupan mata kepada isterinya lalu berkata, Soal hilangnya budak perempuan yang baru berumur belasah tahun itu tak perlu kita cemaskan. Dan budak laki itu, jika engkau suka, ambillah sebagai menantu. Tetapi menurut hematku, saat ini Lembah Semi sudah kemasukan seorang tokoh yang sakti. Hilangnya budak perempuan itu merupakan salah satu bukti.... Kembali Iblis Penakluk-dunia berhenti. Diam-diam ia memperhatikan Naga Terkutuk dan Harimau Iblis lalu berkatu lagi, Si tua Naga dan Harimau itu tamak akan harta pusaka 305 dan menghendaki separoh bagian. Sudah tentu di dunia tiada hal yang semurah itu. Sekarang baiklah kita gunakan keserakahan mereka itu untuk mengadu mereka dengan orang sakti yang menyelundup ke dalam lembah ini. Atau kalau perlu, kita dapat gunakan alat-alat rahasia dalam barisan Tujuh Maut untuk melenyapkan kedua iblis itu!" "Apakah engkau kira mereka mau tunduk pada perintahmu?" tanya Dewi Neraka. Sahut Iblis Penakluk-dunia dengan gembira, Mereka berdua hanya mengandalkan pada kegagahan saja. Jika engkau tak mudah naik pitam dengan gunakan siasat saja mereka tentu suka melakukan perintahku!" Dewi Neraka mendengus lain melengking, Tolol! Kalau memang bisa, silahkan engkau kerjakan Perlu apa aku harus mengadu biru?" Percakapan kedua suami isteri itu menggunakan ilmu menyusup Suara. Dengan begitu lain orang tiada dapat mendengarnya. Hanya bibir mereka yang tampak bergerakgerak, tetapi sama sekali tak mengeluarkan suara apa2.

Beberapa saat kemudian, Naga Terkutuk memekik keras, Budak perempuan itu lenyap, tak jadi apa. Kita dapat memeriksa budak laki ini!" Habis berkata iblis itu terus tebarkan kesepuluh jari tangannya. Sekali tubuh bergerak. ia gunakan jurus Nagasaktimengambil-air. Kesepuluh jarinya itu mengeluarkan desis angin lalu mencengkeram kedua bahu Siau-liong. Siau-liong benar-benar tak mau berkelahi. Buru-buru ia mundur dua langkah kesamping. Tetapi serangan kedua dari Naga Terkutuk sudah menyusul.... Tanpa menarik pulang 306 jarinya, tiba-tiba ditengah jalan jarinya itu dirobah dalam jurus Menyapu-buyar-awan. Cengkeraman diganti dengan tabasan. Kedua tangannya susul menyusul menyerang Siau-liong. Melihat calon menantunya diserang seganas itu, Dewi Neraka melengking tajam. Sekali hujamkan tongkataya kelantai, kepala tongkat yang merupakan pangkal kepala naga, meluncur lepas dari batang dan melayang kelambung Naga Terkutuk! Serempak dengan itu, kepala naga-nagaan tongkat itu hidungnya mengeluarkan beberapa lembar kumis sepanjang 15 senti. Kumis itu terbuat dari pada kawat baja yang halus dan runcing. Warnanya berkilat kebiru-biruan. Jelas kalau dilumuri racun. Naga Terkutuk terkejut sekali dan cepat menarik pulang serangannya seraya menyurut mundur. Dengan demikian terluputlah ia dari bahaya maut. Dewi Neraka tertawa dingin. Sekali gentakkan tongkatnya kelantai, kepala naga itu melayang balik dan ninggap pada hulu tongkat lagi. Juga kumis naga yang memancar keluar tadi, segera menyusup masuk pula. Ternyata kepala tongkat yang diukir seperti kepala naga itu, diikat dengan kawat halus yang ulet sekali. Dapat dipijat keluar untuk menyerang musuh. Naga Terkutuk tak mau balas menyerang melainkan berseru keras, Apakah benar-benar engkau hendak memusuhi kami berdua saudara?" Tetapi Dewi Neraka tak mau menyahut. Sedang Iblis Penakluk-dunia segera mengangkat kedua tangannya, 307 Maafkan, maafkan! Harap saudara berdua jangan mengambil dihati. Kita sedang berunding mengatur siasat!" Merah padam selembar muka Naga Terkutuk. Pada saat ia hendak lampiaskan kemarahannya, tiba-tiba Harimau Iblis gunakan Ilmu menyusup suara mencegahnya, Harap toako jangan cari gara2! Jika bertempur, mereka menang orang dan tempat. Belum tentu kita menang.... Naga Terkutuk mendengus lalu menjawab dengan ilmu

Menyusup Suara, Apakah adik takut?" Harimau Iblis tak menghiraukan dan berkata pula, Apalagi masih ada budak lelaki itu yang jelas memiliki kepandaian sakti. Menurut pengakuannya dia murid pewaris dari Pengemis Tengkorak dan sudah memahami ilmu pukulan Thay-siangciang. Pada waktu aku bertanding melawannya, ternyata dia masih memiliki lain ilmu sakti.... Sejenak berhenti ia berkata pula, Ilmu saktinya itu, rasanya aku kenal Tetapi sampai saat ini masih belum kuketahui termasuk perguruan mana. Seperti tenaga-sakti Moyakong-lat dari paderi Liau Hoan gunung Thian-san, tetapipun seperti tenaga Bu-kek-sin-kang dari Pendekar Laknat. Jadi bukan Mo-ya-kong-lat pun bukan Bu-kek-sinkang. Tetapi yang jelas, budak itu tentu mempunyai latar belakang yang hebat. Jika dia bersatu dengan suami isteri iblis, tentu akan makin menyulitkan kita. Memang diketemukannya sepasang muda mudi dalam barisan Tujuhmaut itu tentulah hanya omong kosong Dan tentang lenyapnya budak perempuan dalam Lembah Maut itu, benarbenar juga tak mungkin terjadi." Naga Terkutuk mendengarkan dengan termangu. Rupanya ia tak pernah memikir sampai disitu. 308 Setelah termenung sejenak, Harimau Iblis melanjutkan lagi, Turut pendapatku kita menghadapi dua kemungkinan. Pertama, mungkin Pendekar Laknat dan Dewi Ular Ki Ih memang sudah bersekutu dengan suami isteri iblis itu.... It Hang dan rombongan tokoh2 partai persilatan sudah terjaring dalam perangkap mereka. Tujuan keempat iblis itu tak lain karena hendak menghadapi kita berdua " Kemungkinan kedua, Pendekar Laknat dan Dewi Ular Ki Ih telah binasa ditangan suami isteri iblis itu. Separoh bagian dari Giokpwe pun sudah jatuh ketangan mereka. Bahwa Pendekar Laknat dan Dewi Ular Ki Ih terjebak dalam selat buntu tetapi dapat melenyapkan diri, hanyalah cerita karangan kedua suami isteri iblis itu saja, Suatu siasat untuk menghapus perhatian orang.... Harimau Iblis sejenak melirik ke arah Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka lalu berkata lagi kepada Naga Terkutuk; "Salah satu dari kedua kemungkinan itu atau kedua-duanya tak mungkin terjadi, tetapi tetap tak menguntungkan bagi kita kakak beradik?" Iblis Penakluk-dunia dan isterinya tahu juga bahwa kedua saudara iblis itu tengah melakukan pembicaraan dengan gunakan ilmu Menyusup Suara. Tetapi mereka pura-pura tak tahu. Melanjutkan pula percakapan Harimau Iblis kepada Naga Terkutuk, Keadaan yang kita hadapi saat ini, betapapun kedua suami isteri itu memainkan siasat apa saja, kita tak

boleh mengundurkan diri karena ketakutan. Jika kedua suami isteri itu benar telah berhasil mendapat kitab pusaka peninggalan Tio Sam-hong, mereka tentu takkan membiarkan kita berdua hidup di dunia. Maka kalau hari ini kita tak membereskan mereka, kelak tentu akan lebih sukar lagi!" 309 "Benar!" dengus Naga Terkutuk. Ia merenung sesaat lalu berkata pula, Karena aku tak dapat mengawasi siasat mereka, harap adik yang waspada terhadap gerak-gerik mereka!" Harimau Iblis mengangguk, kemudian ia berpaling ke arah kedua suami-isteri iblis. memberi hormat seraya berseru, Karena tengah merundingkan urusan peribadi maka kami telah ber-cakap2 dengan ilmu Menyusup suara. Harap saudara berdua jangan salah faham!" Iblis Penakluk-dunia hanya ganda tertawa mengiakan. Lalu ia menanyakan pendapat kedua kakak beradik itu mengenai situasi yang dibadapi saat itu. "Kami berdua saudara termasuk orang bodoh. Sudah tentu kami hanya menurut keputusan saudara saja. Kami bersedia membantu! sahut Harimau Iblis. "Ah, saudara keliwat merendah diri, "kata Iblis Penaklukdunia. Sejenak keliarkan mata, berkatalah ia, Peristiwa lenyapnya Pendekar Laknat dan Dewi Ular Ki Ih dari barisan Tujuh Maut itu adalah berdasar laporan dari anak buahku. Aku sendiri belum memeriksa hal itu.... ia melirik ke arah Harimau Iblis dan Naga Terkutuk lalu melanjutkan, Kami berdua suami isteri hendak menyelidiki barisan Tujuh Maut, saudara berdua.... " "Sudah tentu kami akan ikut juga!" cepat2 Harimau Iblis menukas. Diam-diam Iblis Penakluk-dunia terkejut mendengar pernyataan itu. Ia merasa heran kalau kedua kakak beradik itu tak tahu bahwa dalam barisan Tujuh Maut penuh dilengkapi dengan alat rahasia dan jebakah2 yang berbahaya. 310 Namun ia menghapus rasa herannya dengan mengulum senyum dan menganggukkan kepala. Lalu bertepuk tangan tiga kali. Dari luar gedung masuklah 16 oranng laki perempuan menghadap dan memberi hormat kepada Iblis Penakluk-dunia. Mereka mengenakan pakaian ringkas dan menyelinap senjata. Lekas beritahukan kepada Soh-beng Ki-su bahwa aku beramai-ramai hendak memeriksa ke dalam barisan Tujuh Maut!" Sepasang lelaki dan perempuan memberi hormat lalu melangkah keluar. Yang lain-lain segera berbaris pada kedua tepi pintu.

Iblis Penakluk-dunia segera mempersilahkan kedua tetamunya ikut.... Naga Terkutuk melirik ke arah Harimau Iblis dengan pandang penuh kesangsian. Harimau Iblis tertawa gelak2, Ah, sebagai tetamu, aku tak boleh berlaku kurang hormat terhadap tuan rumah. Silahkan saudara berjalan lebih dulu." Iblis Penakluk-dunia tertawa hambar. Diam-diam ia menertawakan kedua tetamunya itu. Sekalipun mereka mempunyai rencana bagaimana, pun takkan terlepas dari genggamannya. Maka ia memberi isyarat kicupan mata kepada isterinya. Dan kedua suami isteri lalu melangkah keluar. Pada saat keempat durjana itu sedang siapkan rencana masing-masing secara diam-diam, adalah Siau-liong tetap mengawasi gerak-gerik mereka dengan tak acuh. Diam-diam ia sudah dapat menyelami apa isi hati keempat orang itu. 311 Pikirnya, asal keempat iblis itu masing-masing mempunyai kecurigaan dan saling tak percaya, ia tentu mendapat kelonggaran dan kesempatan untuk mengadu domba mereka. Setelah keempat iblis itu pergi, buru-buru Siau-liong bermain sandiwara. Dengan mesra ia menarik tangan Po Ceng-in dan membisiki kedekat telinganya, Hayo, kita ikut melihat juga." Melihat Siau-liong begitu mesra kepadanya, Po Ceng-in menjadi lupa daratan. Setelah memberi tatapan mata yang penuh arti, tanpa banyak pikir lagi ia segera menggandeng tangan Siau-liong dan melangkah keluar untuk mengikuti gerak gerik keempat iblis itu. Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka berhenti dan berpaling. Ketika melihat anak perempuannya bergandengan tangan Siau-liong, mereka tersenyum lalu melanjutkan perjalanan lagi. Harimau Iblis dan Naga Terkutuk berjalan di belakang sendiri Seolah-olah tanpa disengaja Naga terkutuk berjalan disamping Po Ceng-in. jaraknya hanya lebih kurang setengah meter sehingga jika mengulurkan tangan tentu dapat mencapai. Siau-liong sudah siap siaga menghadapi keempat iblis itu. Diam-diam dia sudah membentengi tubuhnya dengan saluran Bu-kek-sin-kang. Maka tenang-tenang saja ia mengikuti di belakang mereka. Memang bangunan dalam Lembah Semi itu dicipta sedemikian hebat. Jalanan ditengah halaman berbelak-bilok. Loh-gik-thia atau pagoda termpat beristirahat penuh bertaburan disana sini. 312 Bangunan pada setiap tempat selalu disusun menurut

bentuk Pat-kwa dan Kiu-kong. Bahkan setiap po-hon dan setiap batang bunga, pun ditanam menurut aturan barisan. Selama berjalan itu diam-diam Siau-liong memperhatikan dan mencatat dalam hati semua yang dilihatnya. Tetapi ternyata kedua suami isteri iblis itu sengaja berjalan berputarputar kian kemari sehingga sesudah delapan kali membelok, sukar bagi orang untuk mengenal arah lagi. Kira2 sepeminum teh lamanya, tibalah mereka dimulut sebuah selat lembah yang sempit. Iblis Penakluk-dunia berhenti. Sambil tertawa ia menerangkan, Itulah mulut Lembah Maut. Didalamnya penuh dengan berbagai perkakas rahasia. Sekali salah langkah, sukar dibayangkan akibatnya.... Memandang ke arah kedua saudara iblis, ia berkata pula, Misalnya kalau keliru melangkah ke Pintu-mati, tentu akan terjerumus ke dalam liang dan pasti akan hancur lebur. Aku sendiripun tak berdaya menolong. Saudara berdua hendaknya ikut saja di belakang kami, jangan bergerak sembarangan!" Jelas ucapan Iblis Penakluk-dunia mengandung ancaman untuk menakuti hati orang. Harimau Iblis tertawa gelak, serunya, Jangan kuatir, andaikata kami sampai mengalami nasib sial keluar menginjak tempat maut. pun takkan meminta ganti jiwa kepada saudara berdua'" Iblis Penakluk dunia tertawa sinis lalu melanjutkan berjalan lagi. Harimau Iblis pun memberi isyarat mata kepada saudaranya. Mereka tetap berjalan di belakang Po Ceng-in dengan mengambil jarak dekat. 313 Belasan anak buah lembah yang terdiri dari lelaki dan perempuan dan bersenjata pedang tadi, bertindak sebagai pelopor dimuka. Begitu masuk ke dalam selat, mereka berjalan pelahan-lahan dan tak henti-hentinya menggerakkan tubuh kekanan dan kiri. Mirip seperti kupu2 yang berterbangan menerobos gerumbul bunga. Selama memperhatikan keadaan tempat yang dilaluinya itu, diam-diam Siau-liong heran juga. Jelas semalam ketika bersama Mawar Putih, ia dikejar suami isteri Iblis Penaklukdunia dan Dewi Neraka masuk ke dalam selat lembah itu, disitu terdapat sebuah telaga yang besar. Tetapi mengapa saat ini ia tak melihat telaga itu lagi? Heran, adakah Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka itu mempunyai ilmu untuk memindah gunung dan menyingkirkan laut? Tak berapa lama rombongan itu telah keluar dari jalanan selat yang sempit Kini mereka berhadapan dengan sebuah tanah lapang yang luas. Tanah lapang yang merupakan tanah rendah mirip seperti dasar sumur. Kedua barisan peloror lembah Semi itu, tiba-tiba cepatkan langkahnya menuju ke kaki batu karang disebelah bawah. Kemudian mereka lalu menyusup ke dalam gerombol pohon.

Kini barulah Siau-liong mengetahui jelas bahwa jalan keluar dari lembah Tujuh Maut itu bukan hanya satu saja. Kemarin ia datang dan masuk dari salah sebuah jalan. Tampak hutan pohon siong itu berada ditengah tanah lapang. Tetapi ia tak dapat menentukan arahnya yang tepat. Ke 16 barisan lelaki perempuan dari lembah Semi tadi muncul dari tempat masing dalam gerumbul semak sambil mencekal bendera warna hijau yang dilambaikan ke arah kiri. Setelah itu mereka menyelinap bersembunyi lagi. 314 Dari empat penjuru kaki karang, sayup2 terdengar suara menderu pelahan dan menyusul mulailah kabut tipis bertebaran keluar. Tak berapa lama ke 7 gua dan sekeliling penjuru segera tertutup kabut. "Apakah maksud saudara?" tanya Harimau Iblis kepada tuan rumah. Iblis Penakluk-dunia tertawa, Agar barisan Tujuh Maut tetap aktif. Menjaga kemungkinan musuh menyusup kemari!" Harimau Iblis tertawa keras; Bagus saudara sungguh cermat sekali!" Iblis Penakluk dunia saling berpandang mata dengan isterinya lalu mereka melangkah ke arah hutan. Begitu masuk ke dalam hutan, Iblis Penakluk-dunia berhenti dan memandang kesekeliling.... Sesaat kemudian ia berkata kepada kedua tetamunya, Barisan Tujuh Maut itu diciptakan oleh seorang cianpwe yang sakti. Lebih dari setahun lamanya barulah aku dapat mempelajari rahasia2 perobahan dalam barisan itu. Sungguh suatu ciptaan yang luar biasa hebatnya.... Habis berkata ia lekatkan pandang mata kepada Harimau Iblis, lalu katanya, Sayang barisan hebat ini sudah berpuluh tahun tak pernah digunakan. Kecuali kemarin malam itu, barulah barisan itu bekerja untuk menangkap rombongan It Hang sihidung kerbau. Sejak ini.... Tanpa menunggu tuan rumah menyelesaikan kata2nya, Harimau Iblis cepat menukas dengan tertawa nyaring. Nadanya ngeri menusuk telinga, tak ubah seperti raung singa kelaparan sehingga daun2 dalam hutan itu bergetaran. 315 Cukup lama tertawa, barulah ia berhenti, serunya, Sayang karena barisan itu sudah lama tak digunakan, kemungkinan tentu tak begitu lancar. Kalau tidak, tentu tak mungkin Pendekar Laknat dan Dewi Ular Ki Ih serta budak perempuan baju putih itu dapat melenyapkan diri!" Iblis Penakluk-dunia tahu bahwa Harimau Iblis sedang berusaha untuk membakar hatinya. Merahlah selebar muka iblis itu. Sinar matanya mulai memancarkan sinar pembunuhan.

Beberapa saat kemudian, wajah Iblis Penakluk-dunia itu mulai tenang lagi. Ia tertawa seram, Barisan Tujuh Maut mempunyai 72 perobahan. Asal masuk ke dalam selat, berarti sudah masuk perangkap. Sekalipun faham akan ilmu Ngoheng, Pat-kwa dan Kiu-kiong, tetap tak mungkin dapat keluar dari barisan itu!" Seketika berobahlah wajah Harimau Iblis, serunya, Maksud saudara hendak mengatakan bahwa kami berdua saudara saat ini pun sudah masuk dalam perangkap?" Iblis Penakluk-dunia tertawa, Saudara berdua sedang menjadi sekutu kami. Menguasai dunia persilatan dan menikmati harta karun yang tak ternilai harganya itu Sudah tentu kami tak mempunyai maksud hendak mencelakai saudara berdua!" Harimau Iblis balas tertawa dengan nada dingin, Mm. sesungguhnya kami berdua ini sudah tak berguna lagi. Adakah saudara masih tetap hendak mengajak kami kerja-sama dan membagi rata harta karun itu?" Iblis Penakluk-dunia tertawa keras, Ah, jangan memikirkan yang bukan2. Saat ini.... 316 "It Hang dan rombongan orang gagah sudah masuk dalam perangkap. Dewasa ini dunia persilatan tentu memerlukan seorang pemimpin. Kalau Pendekar Laknat dan Dewi Ular Ki Ih pun sudah jatuh ke dalam tangan saudara, tentulah harta karun yang dapat dibelikan sebuah negara itu, mudah engkau dapatkan. Dapat menguasai dunia persilatan dan memperoleh harta karun yang ber-limpah2.... Berhenti sejenak ia melanjutkan pula, Masakan saudara masih rela membagi rejeki dengan lain orang lagi?" Dewi Neraka getarkan tongkat berkepala naga, lalu berteriak sengit, Kalian sungguh cerdik sekali!" Namun seperti tak tersinggung oleh sindiran tajam dari wanita iblis itu, Harimau Iblis berseru pula, Jika tak pintar, kami berdua tentu tak berani masuk mencari kematian ke dalam barisan ini!" Harimau Iblis menutup kata2nya dengan tersenyum. Sepintas pandang seperti orang yang sudah yakin pada dirinya. Iblis Penakluk-dunia kerutkan alis. Setelah keliarkan pandang mata kesekeliling, ia melangkah ketengah Naga Terkutuk dengan Po Ceng-in. Ia memandang kelain tempat se-olah2 tak mengacuhkan Po Ceng-in. Melihat tindakan tuan rumah itu, diam-diam Harimau Iblis memberi isyarat mata kepada kakaknya, Naga Terkutuk. Naga Terkutuk tersenyum tetapi tak berkata apa2. 317

Pada saat Iblis Penakluk-dunia akan tiba ditengah-tengah Po Ceng-in dengan dirinya, tiba-tiba Naga Terkutuk menggembor keras dan dengan sebuah jurus Naga-saktimencengkeram dengan secepat kilat tangan kanannya menyambar siku lengan kiri dari Po Ceng-in.... Saat itu Po Ceng-in sedangn terbuai dalam lamunan asmara. Tangan kinannya mencekal tangan kanan Siau-liong erat2. Seolah-olah. ia takut kehilangan pemuda itu. Nona pemilik lembah itu benar-benar sedang dimabuk kepayang sehingga lupalah ia akan keadaan saat itu. Hampir ia tak mengetahui serangan mendadak dari Naga Terkutuk itu. Barulah setelah pergelangan tangannya tercengkeram, ia tersadar kaget. Aih.... buru-buru ia salurkan tenaga-sakti Thay-kek-bu-wi-sin-kang kelengan kiri untuk menolak serangan orang. Tetapi tenaga-dalam Naga Terkutuk itu hebat sekali. Dan memang rencananya, ia hendak mencekal Poh Ceng-in untuk dijadikan sandera sebagai alat penekan Ibiis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka. Oleh karena itu maka ia harus dapat menguasai Po Ceng-in. Dengan tertawa dingin, ia tambahkan tenaga dalam ketangannya. Po Ceng-in rasakan tangannya seperti terjepit kait baja. Tenaga sakti Thay-kek-bu-wi-sin-kang yang dipancarkan itu, bukan saja tak mampu menghalau tenaga lawan, bahkan malah terdesak masuk kembali dan hampir menyerang jatungnya. Seketika ia rasakan lengan kirinya seperti patah, wajahnya pucat, gerahamnya mengerat kencang dan meringislah ia hendak menangis. Lepaskan!" teriak Dewi Neraka seraya gentakkan tongkatnya. 318 Naga Terkutuk memandang kelain jurusan, sahutnya, Asal berani maju selangkah lagi, urat jantung puterimu tentu akan kuremukkan." Dewi Neraka mengerenyutkan gigi seperti hendak menelan si Naga Terkutuk. Tetapi apa daya, ia terpaksa harus menurut perintah orang. Iblis Penakluk-dunia tertawa tawar, Tindakan saudara itu tentu saudara anggap pintar. Tetapi sesungguhnya tolol sekali." Harimau Iblis tertawa mengejek, Ah, tujuan saudara kan hanya menguasai dunia persilatan dan mendapat harta karun. Masakan saudara.... ingat akan puteri saudara. Asal sudah mendapat tujuan yang saudara cita-citakan, peduli apa dengan yang lain-lain hal. Hanya saja.... Ia berhenti sejenak untuk beralih memandang Dewi Neraka, serunya pula, Tetapi berbeda dengan nyonya. Tentulah lebih mencintai anak daripada segala kekuasaan dan

kekayaan. bukan?" Dewi Neraka tertegun. Buru-buru ia berseru kepada suaminya, Tolol! Jika engkau nekad turun tangan dan sampai menyebabkan jiwa anak kita celaka. aku tentu akan mengadu jiwa denganmu!" Ternyata Harimau Iblis sudah dapat menyelami hubungan antara kedua suami isteri itu.... Dewi Neraka amat mencintai sekali anaknya. Diperhitungkan. wanita itu tentu lebih sayang anak dari pada segala apa di dunia. Psikologi atau perasaan hati wanita itu, dapat dimanfaatkan oleh Harimau Iblis. Ia suruh Naga Terkutuk membekuk Po Ceng-in agar dapat dijadikan alat penekan kedua suami isteri iblis itu. 319 Iblis Penakluk-dunia melambaikan tangannya, Jangan kuatir isteriku. Kutanggung anak kita tentu takkan menderita apa2.... Ia menutup kata2 sambil mengangkat jari ke atas. Serangkum api merah segera meluncur ke udara. Harimau Iblis tertegun, teriaknya, Hai, jangan main gila dihadapanku! Ketahuilah.... Ah, harap saudara jangan banyak curiga," Iblis Penaklukdunia tertawa, aku hanya memberi perintah kepada anak buah barisan supaya melakukan penyelidikan yang lebih cermat lagi.... Sejenak keliarkan mata, ia melanjutkan, Terus terang kuberitahukan kepada saudara bahwa saudara berdua memang sudah masuk ke dalam barisan Tujuh Maut Dengan cara dan siasat apapun, jangan harap saudara dapat menghindar.... Tetapi paling tidak juga akan bersama mati dengan puterimu!" tukas Naga Terkutuk. Tetapi acuh tak acuh Iblis Penakluk-dunia mengurut jenggotnya yang panjang dan berkata pula, Sesungguhnya aku tak mengandung sikap bermusuhan dengan saudara. Paling tidak dalam saat kita perlu bekerja-sama untuk menghadapi musuh yang sakti." Harimau Iblis tertawa, Sudahlah, jangan banyak bermain lidah, kami berdua tiada waktu mendengarkan Lekas beritahukan apa yang sesungguhnya telah terjadi. Apakah Pendekar Laknat itu bersekongkol dengan kalian berdua atau 320 memang benar-benar sudah mati dalam barisan Tujuh Maut. Dimanakah sekarang Giok-pwe yang separoh bagian itu?" ' Wajah Iblis Penakluk-dunia mengerut gelap, sahutnya, Jika saudara tetap tak mau percaya, akupun tak dapat berbuat apa2. Pendekar Laknat dan wanita Ki Ih itu benar-benar memang telah tertangkap dalam barisan Tujuh-maut, tetapi mereka dapat melenyapkan diri tanpa meninggalkan suatu

jejak apapun juga.... Berhenti sejenak, ia melanjutkan, Setelah menghilang selama 20 tahun, Pendekar Laknat memang makin tinggi ilmu kesaktiannya. Berapa kali mengadu kepandaian, kami berdua suami isteri hampir celaka ditangannya. Tetapi jika dia dan Ki Ih mampu menghilang dari barisan Tujuh Maut aku benarbenar tak percaya sama sekali! Taruh kata mereka mempunyai sayap dapat terbang, pun tentu tetap diketahui oleh anak buah barisan. Oleh karena itu.... wajah iblis itu makin berobah gelap, "berani pastikan bahwa dalam barisan Tujuh Maut ini tentu sudah kedatangan lagi seorang sakti yang luar biasa!" Bermula kedua saudara Harimau dan Naga hanya tertawa sinis. Tetapi demi melihat sikap Iblis Penakluk-dunia begitu bersungguh-sungguh, tergerakklah hati mereka. Naga Terkutuk mendengus, Lalu siapakah kiranya orang yang menyelundup ke dalam barisan Tujuh Maut itu?" Dan tanpa menunggu jawaban Iblis Penakluk dunia, ia melanjutkan lagi, Apakah tidak mungkin paderi Liau Hoan dari gunung Thian-san.... atau Kiu Tiong-beng si Manusia Aneh dari Pak-ciang?.... atau Sepasang Imam dari gunung Mosan.... atau Empat Manusia Buruk dari gunung Imsan....?" Iblis Penakluk-dunia berturut-turut gelengkan kepala. 321 "Orang2 itu adalah tokoh2 aneh yang sakti pada jaman ini. Mereka telah mencapai tataran yang tinggi sekali. Tetapi kalau mereka dapat keluar masuk ke dalam barisan Tujuh Maut tanpa diketahui orang, benar-benar tak mungkin!" Hampir saja Siau-liong tertawa geli mendengar percakapan mereka. Betapa tidak! Kalau mereka tahu bahwa yang menjadi Pendekar Laknat dan Ki Ih bukan lain adalah dirinya dan Mawar Putih. bukankah mereka akan ditelan bulat2 oleh kawanan iblis durjana itu? Tetapi ketika teringat akan Mawar Putih yang nasibnya belum ketahuan, seketika hatinya pilu dan rawan. Ia gelisah sekali. Jika budak perempuan baju putih itu benar-benar lenyap seperti yang dikatakan Iblis Penaklukdunia, jelas kalau Mawar Putih sudah lolos dari barisan Tujuh Maut. Lalu kemanakah nanti ia hendak mencari dara itu....? Saat itu kabut dari keempat dinding karang makin tebal dan mulai merembes ketengah. Persis seperti kemarin malam ketika Siau-liong berada disitu. Mata si Naga Terkutuk tak henti-hentinya berkeliaran memperhatikan keadaan kesekeliiing. Sedang tangan kanannya tetap mencengkeram bahu kanan Po Ceng-in erat2. Sementara tangan kiri nona itu menggandeng tangan kanan Siau-liong, sehingga mereka saling gandeng menggandeng tangan. Tetapi po Ceng-in tenang2 saja. Rupanya ia sudah dapat

menangkap isyarat kedua orang tuanya supaya tak usah berusaha untuk melepaskan diri dari cengkeraman Naga Terkutuk. 322 Dewi Neraka bersiap-siap dengan tongkat kepala ular naganya. Ia memandang lekat2 ke arah Naga Terkutuk. Bagaikan seekor burung rajawali yang menunggu saat2 si ular naga lengah mencengkeram korbannya. Iblis Penakluk-dunia kebalikannya malah memandang kian kemari dengan sikap acuh tak acuh. Seolah-olah seperti menunggu sesuatu dari lingkaran kabut tebal itu. Suasana- tampak sunyi. Rupanya Harimau Iblis tergerak hatinya mendengar kata2 Iblis Penakluk-dunia tadi. Matanya bergantian memandang Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka. Sekonyong-konyong dari jauh terdengar beberapa suitan nyaring. Dan sayup2 dari dalam kabut tebal itu meluncur tiga larik sinar api berwarna hijau kebiru-biruan ke atas angkasa. Diperkirakan, api itu tentu berasal dari tengah dinding karang yang terpisah 1O tombak lebih jaraknya. Apakah sudah ada hasil dari penyelidikan anak buah saudara?" tanya Harimau Iblis. Iblis Penakluk-dunia gelengkan kepala, Aneh, masih belum ketemu apa-apa.... tiba-tiba ia menunduk kepala dan berjalan beberapa langkah lalu berhenti. Memandang ke arah Naga Terkutuk dan Harimau Iblis, ia berkata pula, Sudah tiga kali menyelidiki, hasilnya tak menemukan apa-apa. Baik Pendekar Laknat, Ki Ih, budak perempuan baju putih dan lainlain orang yang diduga menyelundup ke dalam barisan itu!"' Naga Terkutuk dan Harimau Iblis saling berpandangan dengan heran. Kedua saudara itu benar bingung menghadapi gerak-gerik Iblis Penakluk-dunia yang sukar diraba itu. Sesaat kedua saudara itu kehilangan faham. 323 Tetapi mereka tetap tak lepaskan pendirian semula. Asal masih dapat menguasai Po Ceng-in, bagaimanapun kedua suami isteri iblis itu hendak bermain siasat, tentu tetap dapat diatasi. Iblis Penakluk-dunia berjalan lagi. Tiba-tiba ia lontarkan pertandaan api lagi. Api itu terbuat daripada bahan phosporus sehingga sinarnya amat kuat sekali. Paling tidak tentu dapat dilihat sampai jarak satu li jauhnya. Timbul pula kecurigaan Harimau Iblis terhadap gerak-gerik tuan rumah. Cepat ia berseru menegur, Apa lagi itu?" Tawar2 saja Iblis Penakluk-dunia memandang Harimau Iblis. Dan berkatalah ia tanpa menyinggung pertanyaan tadi, Kini setelah jelas tiada orang yang menyusup ke dalam barisan Tujuh Maut, untuk sementara waktu ini tak perlu

kuminta bantuan saudara berdua. Lebih dahulu kami suami isteri menghaturkan terima kasih kepada saudara berdua.... Harimau Iblis dan Naga Terkutuk terbeliak kaget. Sepasang mata Harimau Iblis yang bundar besar, melingkar-lingkar memandang Iblis Penakluk-dunia lalu membentak keras, Jangan main gila dihadapanku.... Lalu beralih memandang Dewi Neraka, ia mengancam, Awas, jiwa puterimu yang engkau sayangi itu!" Diluar dugaan, Dewi Neraka tak menghiraukan ancamannya. Ia tetap lekatkan pandang matanya kepada Naga Terkutuk. Sejenak berhenti, Iblis Penakluk-dunia berkata pula, Sesungguhnya cita-citaku hanyalah untuk mendapat harta pusaka itu dan menguasai dunia persilatan. Walaupun It Hang dan rombongannya sudah terperangkap ke dalam barisan 324 Tujuh Maut, tetapi si Pendekar Laknat itu masih belum ketahuan jejaknya. Rasanya jalan untuk mencapai cita2 itu masih banyak rintangannya.... Ia menghela napas lalu memandang ke arah Harimau Iblis, Saudara berdua memiliki ilmu kesaktian yang jarang tandingannya. Maka kami hendak mengadakan hubungan kerja-sama dengan saudara dalam jarak waktu yang lama. Setelah mendapat harta pusaka dan menguasai dunia persilatan.... Yang penting bagaimanakah sikap saudara dalam kerjasama itu." karena tak sabar mendengar bicara orang yang berbelit-belit, Harimau Iblis cepat menukas. Iblis Penakluk-dunia tertawa gelak2. serunya, Bukan aku segan kerjasama itu, melainkan yang kuminta janganlah saudara terlalu memperhitungkan balas jasa dan janganlah menanyakan sebab-sebabnya. Lakukanlah perintah kami tanpa syarat." Naga Terkutuk dan Harimau Iblis terbeliak. "Ngaco! Jangan bicara ngelantur!" teriak kedua saudara itu serempak. Iblis Penakluk dunia hanya ganda tersenyum,tiba-tiba ia berputar tubuh terus melangkah pergi. Kedua saudara Naga dan Harimau itu benar-benar tak mengerti apa yang sedang dilakukan tuan rumah. Naga Terkutuk segera memperkeras cekalan tangannya pada lengan Po Ceng-in. Aih.... Po Ceng-in mengerang kesakitan namun terpaksa ditahannya juga. ia berpaling memandang Siau-liong dengan sinar mengharap. 325 Siau-liong memang sedang menunggu suatu peluang yang baik. Oleh Karena ia juga tak mengerti apa yang terkandung dalam ucapan Iblis Penakluk-dunia, maka sampai saat itu ia

beium berani bertindak. Tiba-tiba bau harum berhembus ketempat situ dan berserulah Harimau Iblis, Huh, apakah ini?" Masakan saudara tak mengetahui bahwa sepanjang tahun lembah ini selalu berada dalam suasana musim semi. Pabila angin berhembus, tentu mengantar bau bunga yang harum membuai semangat orang." Setelah menyedot bau itu sejenak, berobahlah seketika wajah Harimau Iblis dan segera ia menggembor marah, Aku tak tahan lagi melihat permainan ini.... ia berpaling kepada Naga Terkutuk dan suruh memaksa Po Ceng-in berjalan menunjukkan jalan keluar dari situ. Naga Terkutuk pun menyadari sesuatu yang tak menguntangkan. Maka cepat ia menyeret Po Ceng-in supaya berjalan. Karena tangan nona itu masih tetap mencekal tangan Siau-liong maka Siau-liong pun ikut terseret bangun. Melihat Naga Terkutuk dan Harimau Iblis sudah mulai bertindak dan mengingat bahwa bau harum itu tentu mengandung obat bius, Siau-liong mengambil putusan untuk turun tangan saat itu juga. Sekali kaki mengisar, ia segera membentak Naga Terkutuk, Lepas!'" Naga Terkutuk tertegun, bentaknya, Ho, budak, apakah engkau juga sudah bosan hidup?" 326 Siau-liong tertawa keras. Nadanya laksana guntur berkumandang ditengah musim semi. Naga Terkutuk terbeliak kaget sekali. Dari nada tertawanya, jelas diketahui bahwa pemuda itu memiliki tenaga dalam yang sakti. Mendengar tertawa itu, cepat2 Harimau Iblis memberi peringatan kepada saudaranya, Awas, budak itu.... Tetapi peringatannya itu sudah terlambat datangnya. Pada saat Naga Terkutuk masih terpukau, Siau-liong sudah segera pancarkan tenaga saktinnya ke tubuh Po Ceng-in. Setitikpun Naga Terkutuk tak mimpi bahwa pemuda yang baru berumur belasan tahun itu, mampu menyalurkan tenaga dalamnya untuk membantu Po Ceng-in menolak tekanan tangan Naga Terkutuk. Seketika Naga Terkutuk rasakan tangannya yang mencengkeram lengan Po Ceng-in itu seperti dilanda oleh gelombang tenaga sakti yang dahsyat sehingga tangannya terasa linu kesemutan dan lemah lunglai. Po Ceng-in pun mengetahui peristiwa itu. Ia rasakan tubuhnya dilanda oleh arus tenaga sakti dan tahu2 dilihatnya Naga Terkutuk menarik pulang cengkeramannya. Nona itu kejut2 girang. Tanpa me-nyia2kan kesempatan lagi, ia segera mendorong iblis itu. Karena Naga Terkutuk sedang terpukau oleh peristiwa yang mengejutkan tadi, ia tak sempat lagi mengerahkan tenaga dalam untuk menolak dorongan Po

Ceng-in. Maka terhuyung-huyunglah iblis itu sampai beberapa langkah jauhnya. Melihat itu dengan meraung keras. Harimau Iblis segera menyerbu. Tetapi Dewi Neraka yang sejak tadi sudah siap siaga, cepat menghantamkan tongkatnya ke arah Harimau Iblis. 327 Harimau Iblis terpaksa berputar menghindarkan diri. Tetapi Dewi Neraka tak mau berhenti. Dengan mangukuk seram seperti seekor burung hantu, wanita tua itu putar tongkatnya membabat perut Harimau Iblis. Sementara Naga Terkutuk, setelah menyalurkan tenagadalam, tangannya yang kesakitan tadi sudah pulih kembali. Lalu ia gunakan jurus Naga-sakti-bermain-diair, menyerang Po Ceng-in dengan kalap. Iblis Penakluk-dunia tertawa mengekeh. Begitu tangan Naga Terkutuk hendak menyambar lengan Po Ceng-in, Iblis Penakluk dunia segera menyongsong dengan sebuah hantaman. Naga Terkutuk terpaksa hentikan serangan untuk turun ke tanah seraya dorongkan kedua tangan menyambut pukulan iblis Penakluk-dunia. Bum.... terdengar letupan keras dan keduanya masingmasing menyurut mundur tiga langkah. Saat itu pecahlah pertempuran seru antara sepasang suami isteri lawan sepasang saudara. Angin pukulan mereka menderu-deru memancarkan sambaran dahsyat. Mereka bertempur amat sengit sehingga sukar dikenal ciri2 orangnya. Siau-liong mengawasi pertempuran keempat iblis dengan tersenyum dingin. Sementara kabut yang bertebaran dari empat penjuru karang makin tebal. Kecuali diluar hutan, digelanggang pertempuran itu terbungkus oleh kabut tebal sehingga sejauh dua meter saja, orang tak dapat melihat apa2 lagi. Bau wangi dari kabut itu makin keras juga. 328 Tiba-tiba Siau-liong rasakan kepalanya agak pening. Ia terkejut dan buru-buru salurkan tenaga-dalam untuk melindungi diri. Sekalipun sudah bebas dari cengkeraman Naga Terkutuk namun Po Ceng-in tetap rasakan lengan kirinya tak dapat diangkat ke atas. Lentuk dan lunglai. Tentulah Naga Terkutuk telah gunakan tenaga untuk mencengkeram lengan nona itu sampai patah. Ia bahagia sekali karena merasa telah diuruturut oleh Siau-liong. Tetapi ketika melirik, dilihatnya pemuda itu tengah memandang kesekeliling penjuru. Sedikitpun tak mengacuhkan dirinya. Diam-diam nona itu heran atas sikap pemuda itu. Aneh, benar-benar aneh. Setempo ia merasa Siau-liong menyambut cintanya. Tetapi setempo ia dapatkan

pemuda itu bersikap dingin padanya. Sejenak menghela napas, ia gerak-gerakkan lengannya bekas yang dicengkeram Naga Terkutuk tadi. Setelah terasa agak baik, barulah ia menghampiri kesamping Siau-liong dan menegurnya dengan mesra, Engkoh.... Liong!" Siau-liong terpaksa berpaling, Mengapa?" habis mengucap, hatinya terasa amat muak. Dengan pancaran mata yang berkilat-kilat, Po Ceng-in memandang Siau-liong lalu berseru, Hatimu amat ganas benar!" Siau-liong tertegun. Tetapi saat itu ia sedang menimangnimang tindakan yang akan dilakukan setelah pertempuran diantara keempat iblis itu selesai. Maka acuh tak acuh, ia hanya menjawab singkat saja; "Benarkah begitu?" Po Ceng-in berkata pula, Ternyata engkau memiliki ilmu kepandaian yang begitu sakti. Tetapi mengapa engkau tak 329 lekas menolong aku dan membiarkan diriku disiksa sampai setengah hari oleh iblis terkutuk itu....?" Siau-liong kerutkan alis, Setiap tindakan harus disesuaikan dengan saat dan keadaan, Jika tidak.... mungkin akan runyam!"' Sekali pun mulut menjawab Po Ceng-in tetapi mata Siauliong terus memperhatikan lekat2 pada jalannya pertempuran keempat iblis itu. Dengan geram Po Ceng-in ulurkan lengan kirinya kemuka Siau-liong, Nih, lihatlah.... Siau-liong terpaksa memandangnya juga lalu paksakan diri bertanya, Apa masih sakit?" Po Ceng-in tempelkan tubuhnya kebahu Siau-liong dan menyahut dengan manja, Sakitnya hampir tak tertahan lagi, lho....!" Siau-liong hanya mendengus, Sayang saat ini aku tak membawa obat maka tak dapat berbuat apa2." Tiba-tiba Po Ceng-in menarik pulang lengannya dan tertawa mengikik, Tak apa, aku sudah membawa obat sendiri. Tetapi obat itu harus dimakan kita berdua!" Siau-liong terbeliak. Baru hendak membuka mulut. tiba-tiba ia rasakan darahnya bergolak keras. Mata berpudar-pudar dan hampir ia rubuh. Saat itu Po Ceng-in sudah mengeluarkan sebuah botol kecil dari bahan kumala dan menuang dua butir pil berwarna merah darah. Yang sebutir ditelannya dan yang sebutir disusupkan ketangan Siau-liong. serunya, Lekas telanlah " 330 Siau liong cepat dapat menduga bahwa pil ilu tentulah sebuah obat anti racun. Maka tanpa berayal lagi terus menelannya.

Pil itu pahit rasanya tetapi setelah masuk ke kerongkongan, terasa menyegarkan tubuh. Rasa pusing dan darah yang bergolak tadi, pun segera lenyap. Saat itu pertempuran antara suami isteri Iblis Penaklukdunia dan Dewi Neraka lawan Harimau Iblis dan Naga Terkutuk kuatir akan alat-alat rahasia dalam barisan Tujuh Maut. Maka keduanya bertempur dengan hati2 dan sejengkal pun tak mau keluar dari hutan siong itu. Tetapi suami isteri Dewi Neraka dan Iblis Penakluk-dunia pun tak dapat berbuat apa2 terhadap kedua lawannya itu. Po Ceng-in yang masih menyandarkan tubuhnya kebahu Siau-liong, tiba-tiba menunjuk ke arah gelanggang pertempuran dan tertawa, Naga dan Harimau kedua Iblis itu sudah tamat riwayatnya." Siau-liong terkejut. Ketika memperhatikan, memang kuda2 kaki kedua iblis itu sudah ter-huyung2 tak mantap lagi. Begitu pula jurus serangannya sudah tak bertenaga lagi. Jelas mereka tentu akan remuk ditangan Iblis Penakluk dunia dan isterinya. Siau-liong terkesiap. Ia tahu bahwa kedua iblis itu terkena kabut beracun. Kalau tidak tak mungkin begitu keadaannya. Bermula ia kira kepandaian iblis bersaudara itu seimbang dengan suami isteri Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka. Jika kedua fihak bertempur. ke-dua2nya tentu akan menderita luka. Walau pun karena menang tempat dan orang, tuan 331 rumah dapat mengalahkan tetamunya tetapi paling tidak pihak tetamu pun tentu dapat membuat Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka terluka parah. Tetapi tak terduga ternyata Iblis Penakluk-dunia dapat menggunakan siasat licik, menebarkan kabut beracun sehingga kedua saudara Naga dan Harimau itu mengalami kekalahan dengan cepat. Melihat keadaan itu mau tak mau Siau-liong harus merobah lagi rencananya. "Sejak saat ini Naga dan Harimau kedua iblis tua itu tentu akan berganti nama menjadi anak buah ayah bundaku!" Po Ceng-in tertawa riang. Siau-liong terbeliak tetapi ia pura-pura bertanya, Tetapi menilik watak mereka, masakan mereka mau tunduk?" Po Ceng-in tertawa, Tolol, biar mereka tak mau tetapi mereka pun terpaksa harus mau juga, Pil buatan ayah yang disebut Pian-sing-ih-sin (merobah watak, melenyapkan perasaan) akan membuat mereka lupa se-gala2nya.... Tiba-tiba ia berhenti berkata. Rupanya menyadari kalau kelepasan omong. Dipandangnya anak muda itu tanpa berkata sepatah pun juga. Saat itu keadaan Naga Terkutuk dan Harimau iblis makin pontang-panting. Mereka terus menerus main mundur saja sehingga hampir terdesak keluar hutan.

Melihat itu gelisahlah Siau-liong. Jika menunggu sampai kedua suami isteri iblis itu mendapat kemenangan, tentulah sukar baginya hendak meloloskan diri. Usaha untuk menyelidiki Mawar Putih tentu gagal. 332 Segera ia berpaling ke arah Po Ceng-in, katanya, Alat perkakas rahasia dalam barisan Tujuh Maut itu, kiranya nona tentu paham semua, bukan?" Po Ceng-in terbeliak, serunya, Eh, perlu apa engkau menanyakan hal itu?" Tak dapat disangsikan lagi kedua locianpwe ayah-bunda nona itu tentu akan menang. Kita tak perlu menguatirkan mereka. Maka.... inginlah kugunakan kesempatan saat ini untuk menambah pengalaman!" Po Ceng-in tertawa mengikik, Tolol, mengapa engkau begitu terburu nafsu? Kan besok masih banyak waktu. Engkau boleh me-lihat2 sepuas-puasmulah. Perlu apa harus sekarang?" Tiba-tiba dari keempat iblis yang sedang bertempur itu terdengar suara erang tertahan. Menyusul terdengar getaran keras dari tubuh seseorang yang terhantam mencelat sampai satu tombak jauhnya. Tanpa berpaling melihatnya, Siau-liong sudah dapat menduga bahwa yang rubuh itu tentulah Harimau Iblis. Wajah pemuda itu makin menggelap, ia mendesak Po Ceng-in, Kalau aku ingin me-lihat2 sekarang, apakah nona suka menemani?" Po Ceng-in memandang penuh tanya ke arah pemuda itu, Eh. engkau ini mengapa.... tiba-tiba ia menyurut mundur dengan wajah gelisah, serunya, kalau mau kesana. pun harus mendapat ijin dari ayah-bundaku dulu. Karena.... karena perkakas rahasia dalam barisan itu rumit dan pelik sekali. Bahkan aku sendiri pun ada beberapa tempat yang tak mengetahui kegunaannya!" 333 Saat itu pertempuran sudah mendekati penyelesaian. Harimau Iblis kena terhantam lengannya oleh Iblis Penaklukdunia dan terlempar di tepi hutan, tak ingat diri lagi Sedangkan Naga Terkutuk walaupun masih dapat bertahan mati2an tetapi saat itu sedang diserang dari muka belakang oleh kedua suami isteri iblis. Paling banyak dalam tiga empat jurus lagi, dia tentu akan mengalami nasib serupa dengan Harimau Iblis tadi. Dalam detik2 yang mendesak itu, Siau-liong cepat bertindak. Ia mendengus lalu tiba-tiba mencengkeram lengan kiri Po Ceng-in yang masih sakit tadi seraya berseru dingin, Sebagai pemilik lembah ini, jika engkau tak tahu jelas akan perobahan barisan itu, bukankah berarti engkau hendak

membohongi orang saja?" Walaupun hanya menggunakan seperlima bagian tenaganya, tetapi karena yang dicengkeram Siau-liong itu tepat pada bagian luka akibat bekas cengkeraman Naga Terkutuk tadi. menjeritlah Po Ceng-in dengan amat kesakitan sekali. Siau-liong kendorkan sedikit tekanannya sambil membentak, Apakah sekarang mau meluluskan?" Po Ceng-in tegakkan tubuhnya yang meliuk kesakitan tadi dan mendamprat geram, Memang kutahu engkau hanya berpurapura suka kepadaku.... dari kedua matanya, turunlah beberapa titik air mata. Rupanya tindakan Siau-liong itu benar-benar menyakitkan lengan dan hatinya. Melihat itu Siau-liong hampir tak sampai hati. Namun terpaksa ia berkata menerangkan, Karena keadaan terdesak, 334 terpaksa kuharus membuat nona menderita sedikit. Kelak dikemudian.... "Apa yang engkau maksudkan dengan keadaan terdesak itu kalau bukan karena enekau hendak buru-buru mencari jejak nona baju putih itu!" Tiba-tiba ia tertawa rawan dan banting2 kaki, serunya, Baik, akan kutemani engkau kesana!" Karena sudah berpengalaman, maka Siau-liong tak mudah mempercayai mulut orang. Ia tetap mencekal lengan nona itu sembari diajak berjalan bersama. --ooo0dw0ooo-MANUSIA DALAM TANAH Diluar hutan kabut amat tebal. Memandang ke belakang, hutan itu hilang lenyap ditelan kabut tebal. Po Ceng-in tak menghiraukan keadaan disekelilingnya. Ia biarkan dirinya ditarik Siau-liong.... Adalah pemuda itu sendiri yang gelisah. Pikirnya, jika wanita itu nekad hendak mati bersama-sama, bukankah akan runyam akibatnya nanti? "Ceng-in! Ceng.... in....!" sekonyong-konyong dari arah hutan terdengar Dewi Neraka berseru memanggil puterinya. Po Ceng-in tertegun dan berhenti. Katanya, Ayah seorang berhati besi. Jika mengetahui kecuranganmu, walaupun ada aku disampingmu, tetap dia akan menggerakkan alat rahasia dalam barisan Tujuh Maut!" 335 Siau-liong tertawa hambar, Jika tak masuk ke dalam sarang harimau, masakan mampu memperoleh anaknya. Dalam keadaan seperti sekarang, tak ada lain pilihan lagi!" Po Ceng-in ayunkan langkah lagi. ujarnya, Nona yang datang bersamamu itu tentulah benar-benar sudah

menghilang. Karena ayah tentu tak bohong. Begitu pula setelah dilakukan penyelidikan ke dalam barisan Tujuh Maut dan Lembah Maut, tetap tak dapat menemukan jejak nona itu." Siau-liong tak saba, Aku melakukan amal kemanusiaan tetapi terserah saja pada nasib. Tak dapat menemukannya, pun tak apalah." Bukankah kalian berdua.... baru Po Ceng-in berkata sampai disitu. Siau-liong cepat menukas, Lebih baik jangan membuang waktu!" Po Ceng-in menghela napas panjang. Sambil menggulap peluh dimukanya. ia segera berjalan. Bahkan kali ini jalannya lebih cepat. Siau-liong tetap siap siaga menghadapi segala kemungkinan. Tiba-tiba dalam selimut kabut tebal itu samar2 tampak sebuah dinding batu menghadang ditengah jalan Kiranya mereka sudah tiba diujung tanah bengkah. Po Ceng-in berhenti dimuka sebuah gua. Gua itu tingginya hampir 2 meter, mulut gua tertutup sarang labah2 dan gerumbul semak. Jelas bukan gua yang kemarin Siau-liong masuki. 336 Setelah memeriksa beberapa saat, Po Ceng-in mengatakan salah jalan. Bukan kesitu tetapi seharusnya belok kekiri, Siauliong tak dapat berbuat apa2 kecuali mengikuti nona itu menuju kesebelah kiri". Setelah melalui tiga buah gua, akhirnya Po Ceng-in berhenti lagi, Disinilah! Hanya disini terdapat satu-satunya jalan keluar!' Gua itu hanya satu setengah meter tingginya hingga orang harus menundukkan kepala kalau melangkah masuk. Tiba-tiba Po Ceng-in menampar ke arah gua itu. Dari samping mulut gua yang gelap, melesat keluar seorang lelaki tinggi besar menghunus pedang. Dia adalah salah seorang anggauta barisan Lembah Semi yang menunjukkan jalan pada rombonpan tetamu kemarin. Saat itu wajahnya membesi. Tegak melintang dipintu gua dengan mata tak berkesiap memandang Po Ceng-in dan Siauliong. Po Ceng-in menghela napas pelahan lalu lambaikan tangan memanggil orang itu, Kemarilah!" Tetapi orang itu tetap tegak seperti patung dan tak menyahut. "Kemarilah engkau! Thian-cun akan segera datang!" seru Po Ceng-in tertawa tawar. Thian-cun adalah sebutan kehormatan bagi Iblis Penakluk dunia. Setiap anak buah Lembah Semi memangggil Iblis Penakluk-dunia dengan sebutan Thian-cun.

337 Orang itu terkesiap lalu maju menghampiri. Waktu tiba pada jarak satu meter dihadapan Po Ceng-in, sekonyongkonyong nona pemilik Lembah Semi itu ayunkan tangan kanannya, menghantam dada orang itu. Bluk.... tubuh penjaga gua yang tinggi besar itu, bagaikan layan-layang putus tali, melayang ke belakang dan membentur batu karang.... Siau-liong terkejut. Setitikpun ia tak mengira bahwa Po Ceng-in akan menghantam mati anak buahnya sendiri. Ia hendak menolong tetapi sudah terlambat. Orang itu pecah kepalanya. Benak berhamburan dan nyawanya melayang.... Kata Po Ceng-in dengan napas agak terengah, Apa boleh buat, tak ada lain jalan lagi." Kemudian memandang Siauliong, ia berkata pula, Dia adalah anak buah ayah. Kecuali ayah, dia tak mau mendengar perintah dari siapa saja. Jika tak dilenyapkan, dia tentu akan menggerakkan perkakas rahasia sehingga kita berdua tentu mati." Tanpa menunggu tanggapan Siau-liong, nona itu terus masuk ke dalam gua. Bermula memang sempit tetapi setelah melangkah setombak jauhnya, keadaannya makin lebar dan tinggi sehingga tak perlu berjalan dengan kepala menunduk. Kira2 dua puluh tombak jauhnya, barulah mereka tiba disebuah persimpangan tiga. Sejenak merenung, Po Ceng-in memilih jalan sebelah kanan. Tak lama mereka tiba di ujung jalan terdapat sebuah kamar batu. Tak ada perkakas apa2 dalam kamar itu. Hanya pada dinding tengah, terdapat 5 buah tombol dari baja. Po Ceng-in menghampiri lalu menekan salah sebuah tombol itu. Segera terdengar bunyi berderak-derak. Dinding bagian 338 tengah dan kanan kirinya pelahan-lahan berkisar dan tampaklah tiga buah pintu berjajar-jajar rapi. Siau-liong memandang cermat. Pintu yang tengah lebar dan bersih. Disebelah dalam samar2 tampak penerangannya. Sedang pintu yang sebelah kanan, sempit kecil tetapi cukup dimasuki seseorang. Sedang pintu yang kiri, hanya semeter tingginya. Bagian dalam gelap dan lembab. Bau yang busuk menghambur keluar dari pintu itu, memuakkan sekali. Sejenak berdiri merenung, Po Ceng-in segera masuk ke dalam pintu sebelah kanan, ialah pintu yang terkecil. "Eh, apakah nona tak keliru?" karena curiga, Siau-liong cepat menarik nona itu. Po Ceng-in tertawa dingin, Jika aku memang bermaksud mencelakaimu, tentu akan kubawamu masuk ke dalam pintu yang lain.... Tiba-tiba nada suara nona itu berobah rawan2 gemas, Tak apa untuk menemani engkau mati! Hanya dengan cara itu

barulah hatiku tenteram. Tetapi ah, sayang. Hatiku tetap tak sampai.... Seketika ngerilah hati Siau-liong. Dengusnya dalam hati, Huh, wanita yang cabul ini ternyata bisa jatuh cinta matimatian padaku.... Pada lain saat Po Ceng-in segera menerobos ke dalam pintu kecil itu. Siau-liong terkejut. Karena pintu amat sempit sekali maka ia terpaksa lepaskan cekalan pada tangan Po Ceng-in. Nona itu terus melangkah maju dengan cepat. 339 Siau-liong terkesiap. Diam-diam ia memaki dirinya mengapa begitu lengah. Bagaimana kalau nona itu menipunya agar dapat lolos? Buru-buru ia menyusul. Untunglah tak berani jauh, lorong dalam gua itu mulai melebar dan beberapa saat kemudian tibalah mereka disebuah tanah yang luas. Ditengah tanah seluas lima tombak itu, terdapat sebuah pintu batu yang kecil. Tiba-tiba Po Ceng-in berputar tubuh dan tertawa mengikik sembari angsurkan lengan kirinya ke arah Siau-liong, Peganglah lagi erat2! Supaya jangan sampai aku dapat lari atau menggerakkan perkakas rahasia disini!" Siau-liong tersipu-sipu malu dan menolak, Sudah cukup kusuruh nona menderita tadi. Hal itupun karena terpaksa juga!" Po Ceng-in pun menarik pulang tangannya lalu menunjuk pada pintu batu itu, Melalui pintu itu berjalan 10-an tombak, sudah keluar dari barisan Tujub Maut, masuk ke dalam Lembah Maut.... Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan lagi, Sekalipun dalam Lembah Maut itu tiada dipasang perkakas rahasia, tetapi lembah itu merupakan tempat berbahaya sekali. Sekali masuk tak mungkin orang mampu keluar lagi!" Siau-liong diam saja. Sudah hampir setengah hari ia mengikuti nona itu menerobos keluar dari barisan Tujuh Maut, tetapi yang dilaluinya selama itu hanyalah lorong gua saja. Dan lagi perjalanan itu mengalami berpuluh2 tikungan yang berbelok-belok. Selama itu ia tak berjumpa dengan seseorang pun juga. 340 Setelah meragu sebentar, Po Ceng-in tiba-tiba ulurkan tangan menekan batu marmar hijau yang menonjol di tepi pintu. Pintu berderak-derak berkisar. Begitu terbuka separoh bagian, Po Ceng-in terus menarik tangan Siau-liong diajak menerobos masuk. Heran Siau-liong dibuatnya mengapa Po Ceng-in begitu tergopoh-gopoh sekali. Tetapi ia duga tentu ada sebabnya. Ia diam saja dan hanya mengikuti di belakang si nona. Terowongan dalam pintu itu, lurus membujur kemuka. Tak

berapa jauh dari pintu, terdapat sebuah kamar yang melekuk masuk. Siau-liong hanya memperhatikan untuk mengikuti di belakang Po Ceng-in. Ia tak sempat memperhatikan apa yang berada dalam kamar itu. Kira2 lari sejauh dua tombak dari kamar itu, terdengarlah suara orang berteriak, Kembali!" Suara itu amat lemah sekali seperti dilontarkan dari mulut seseorang yang tengah meregang jiwa. Tetapi sekalipun begitu, nadanya memiliki perbawa yang amat kuat. Seketika Po Ceng-in tampak menggigil dan seperti anak kecil, ia menurut untuk berhenti. Dengan menghela napas, nona itu berseru, Jong Leng lojin....!" Siau-liong tak tahu siapakah Jong Leng lojin itu. Tetapi dari nada suaranya tadi, dapatlah ia menduga orang itu tentu seorang tua yan sakit parah. Seketika timbullah rasa herannya. Mengapa dalam ruang gua dibawah tanah yang tak pernah diinjak manusia, terdapat seorang manusia, seorang 341 tua yang sakit? Dan apa pula sebabnya, Po Ceng-in begitu takut sekali kepada orang itu? Berkata Po Ceng-in dengan setengah berbisik, Orangtua itu menjaga dijalan tembusan Lembah Maut sini. Selamanya, ia terus tidur. Setiap setengah bulan baru terjaga sekali. Ah, mengapa hari ini kebetulan dia sedang bangun?" Siau-liong pun berputar tubuh. Dilihatnya bagian dinding gua yang cekung ke dalam itu merupakan sebuah kamar. Tetapi orang yang berteriak tadi tak muncul sehingga tak dapat diketahui bagaimana perwujutannya! Siau-liong ingin lekas keluar dari Lembah Maut untuk mencari Mawar Putih dan lain-lain tokoh yang belum ketahuan jejaknya itu. Serunya, Tak perlu menghiraukannya, aku hendak lekas2.... Tidak bisa!" wajah Po Ceng-in berobah tegang kemudian berkata dengan bisik2:.... Kecuali engkau tak ingin hidup." Habis berkata ia terus melangkah ke dalam ruang itu. Siauliong tertegun tetapi terpaksa ia mengikuti juga. Bukan kepalang kejutnya ketika masuk ke dalam ruangan itu. Ditengah ruangan duduk seorang tua yang kurus kering seperti tinggal tulang terbungkus kulit saja. Rambutnya panjang kusut masai menutup dahi. Orang itu tengah duduk bersila. Yang luar biasa adalah sepasang matanya yang berkilatkilat tajam sekali. Po Ceng-in dan Siau-liong berganii-ganti ditatapnya. Entah berapa umurnya tetapi yang jelas dia seorang yang sudah lanjut sekali umurnya. Dia hanya mengenakan baju tipis dan tidak bersepatu. Sepintas tak ubah seperti sesosok mayat hidup yang menyeramkan.

342 "Maju sedikit kemari!" seru orang tua kurus itu dengan nada gemetar. Po Ceng-in memberi isyarat ekor mata kepada Siau-liong lalu melangkah maju tiga langkah kemuka. Diam-diam Siau-liong menimang. Kecuali sepasang matanya yang masih memancarkan sinar, orang aneh itu sudah tak ubah seperti orang mati. Tetapi mengapa masih begitu bengis? Sikap orang tua itu mengurangkan rasa kasihan Siau-liong kepadanya. Setelah mengawasi Po Ceng-in beberapa saat, orang itu tertawa ketolol-tololan, Ho, aku kenal padamu!" -lalu ia menuding Siau-liong, serunya, Kemarilah engkau!" Saat itu barulah Siau-liong menyadari bahwa orang tua itu seorang gila. Ia segera melangkah maju dan memberi hormat....Karena ada urusan penting, maaf aku tak dapat lama2 disini. Dan lagi.... saat ini aku sendiri masih dalam bahaya sehingga tak dapat menolong locianpwe!" Berulang kali Po Ceng-in mengisar tubuh memberi isyarat mata kepada Siau-liong. Nona itu gelisah sekali tampaknya. Tetapi Siau-liong tak mengerti apa sebab nona pemilik lembah sedemikian ketakutan terhadap orang tua gila itu. Setelah memandang lekat2 pada Siau-liong tiba-tiba orang tua itu ayunkan tangannya mencengkeram kemuka. Gerakannya lamban tiada bertenaga. Siau-liong mengira kalau memang begitu kebiasaan orang gila, suka menggerakgerakan tangan dan kaki sekehendak hatinya. Apalagi gerak mencengkeram itu sama sekali tak mengeluarkan suara dan ditujukan tempat kosong. 343 Tetapi alangkah kejut Siau-liong ketika tahu2 ia rasakan tubuhnya seperti tersedot oleh segelombang tenaga yang amat dahsyat. Tak sempat lagi ia hendak melawan dan diluar kehendaknya, tubuhnya meluncur maju kehadapan orang tua aneh itu.... Siau-liong gelagapan seperti orang disiram air dingin. Dipandangnya orang tua itu. Ah, benar-benar seorang tengkorak hidup. Tetapi mengapa orang tua itu memiliki ilmu tenaga yang sedemikian saktinya? Apakah dia pandai ilmu sihir? Tetapi Siau-liong tak sempat lagi membuat penilaian karena saat itu si orang tua kurus tertawa mengikik, Budak, ho, engkau takut padaku atau tidak?" Merahlah muka Siau-liong. Ia menundukkan kepala tak menjawab. Ia sudah menerima saluran tenaga sakti dari Pendekar Laknat. sudah pula mendapat pelajaran ilmu pukulan Thaysiangciang dari Pengemis Tengkorak ketua Kay-pang, makan

buah Im-yang-som dan minum darah binyawak purba dari pusar bumi. Dalam dunia persilatan kepandaiannya dapatlah digolong dalam tingkatan jago kelas satu. Tetapi setitik pun tak pernah ia mengira bahwa gerak cengkeraman ke udara dari orang tua yang dianggap gila itu telah membuatnya tak berdaya sama sekali. Hal itu membuatnya terlongong-longong kecewa dan putus asa.... Aku muncul di dunia persilatan sebagai Pendekar Laknat. Tetapi ternyata kepandaianku masih begini tak berguna. Hanya akan mencemarkan nama baik Pendekar Laknat saja!" pikirnya. 344 Budak, engkau takut kepadaku atau tidak!" kembali orangtua aneh itu berseru. Sudah tentu takut," buru-buru Po Ceng-in mewakili untuk menjawab, siapa orang di dunia yang tak gemetar mendengar nama Jong Leng lojin?" Siapa suruh engkau usil mulut!" bentak orang tua aneh yang bernama Jong Leng lojin seraya tamparkan tangannya. Uh.... Po Ceng-in terlempar dua tiga meter ke belakang.... Nona itu terpaksa merangkak bangun. Jong Leng lojin terbahak-bahak dan membentak Siau-liong lagi, Hai, budak! Lekas bilang, engkau takut kepadaku atau tidak!" Sikap dan tingkah laku Jong Leng lojin yang bengis itu menimbulkan kemarahan Siau-liong, Anak muda itu tengadahkan kepala dan tertawa keras, Aku merasa kasihan kepadamu!" Jong Leng lojin deliki mata kepada Siau-liong. Tiba-tiba sinar matanya padam dan iapun menghela napas, Budak, engkau benar, aku.... aku.... memang mengenaskan sekali!" Po Ceng-in terbeliak. Ia tak duga kalau Jong Leng lojin dapat berobah sedemikian merawankan. "Ya. sesungguhnya tak perlulah engkau takut kepadaku.... tiba-tiba Jong Leng lojin berbangkit. Tring, tring.... terdengar bunyi bergemerincingan yang nyaring melengking memekak telinga. Dan terkejutlah Siauliong. Ternyata bunyi bergemerincing itu berasal dari dua utas rantai baja yang diikatkan pada lutut kaki orang aneh itu. 345 Rantai masuk ke dalam tulang lutut dan tembus keluar, dimasukkan ke dalam lubang tanah. Karena sudah bertahun-tahun rantai itu masuk ke dalam tulang. maka sudah seolah-olah menjadi satu dengan daging. Ngeri, benar-benar suatu siksaan yang menegakkan bulu roma....! Siau-liong bergidik juga. Dengan geram ia memandang pada Po Ceng-in. Tetapi nona itu cepat2 memalingkan muka

kesamping. tak berani menghadapi pandang mata menuntut dari pemuda itu. Kini Siau-liong cepat dapat menduga bahwa tentulah Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Nerakalah yang mengikat orang itu. Tetapi iapun merasa heran mengapa Jong Leng lojin yang memiliki kepandaian bagitu sakti, tak mampu memutuskan rantai yang hanya sebesar jempol tangan saja? Dan mengapa orang tua sakti itu sampai dapat dirantai oleh suami isteri iblis. "Mengapa locianpwe rela dirantai disini?" segera ia bertanya. Mata Jong Leng lojin berkeliar sejenak lalu menyahut, S:apa bilang?" "Dengan kesaktian yang locianpwe miliki, masakan tak mampu memutus rantai yang hanya sejempol tangan besarnya itu?" tanyanya pula. Jong Leng lojin gelengkan kepala, Rantai ini terbuat dari baja murni. Merupakan logam yang paling lemas tetapi ulet sekali. Tak mungkin kudapat memutuskannya kecuali engkau bisa mendapatkan semacam obat untukku!" 346 Siau-liong menghela napas. Dia sendiri masih dalam bahaya. Entah dapat selamat entah tidak. Bagaimana ia dapat mencarikan obat untuk orang tua itu? Sekali pun aku senang sekali membantu locianpwe, tetapi pasti hanya akan mengecewakan harapan locianpwe saja. Karena aku benar-benar tak mempunyai kemampuan begitu besar!" Jong Leng lojin tampak kecewa. Tiba-tiba ia berkata kepada Siau-liong, Takkan kusuruh engkau mencari obat itu dengan sia-sia. Akan kuberimu sebuah hadiah!" Siau-liong tertawa tawar, Bukan aku menginginkan hadiah locianpwe, tetapi pada saat dan tempat seperti sekarang ini, tenagaku benar-benar tak mencapai. Kecuali.... ia berhenti sejenak lalu, kecuali aku mempunyai peta dari barisan Tujuh Maut." Jong Leng lojin bertepuk tangan, Tepat sekali permintaanmu itu, budak! Barisan Tujuh Maut itu memang aku yang menciptakan. Dan justeru peta barisan itulah yang hendak kuberikan kepadamu!" Girang Siau-liong bukan buatan. Bergegas ia bertanya, Apakah ucapan locianpwe itu sungguh2?" Jong Leng lojin mendengus lalu mengambil sebuah lipatan kain warna kuning yang sudah kumal, diberikan kepada Siauliong, Ambillah!" Dan serentak iapun mengeluarkan selembar bungkusan kain sebesir jari tangan, katanya, Resep! Jangan lupa, paling lama sebulan, engkau harus mengantarkan obat itu kemari!" 347

Siau-liong buru-buru menyambuti dan menyimpannya baik2 dalam baju, Harap locianpwe jangan kuatir. Tentu akan kulaksanakan sebaik-baiknya." Orang tua kurus itu pejamkan mata. Dari kedua lekuk pipinya yang cekung tinggal tulang itu, tampak menampil senyum gembira. Siau-liong pun segera ayunkan langkah pelahan-lahan keluar dari ruang itu. Po Ceng-in tetap mengikuti dibelakangnya. Beberapa saat kemudian nona itu menarik tangan Siau-liong, "Karena sudah mempunyai peta dari Jong Leng lojin, kiranya engkau tentu tak memerlukan bantuanku lagi sebagai penunjuk jalan. Siau-liong berhenti memandangnya sejenak katanya, Jika nona hendak pulang, silahkan. Hanya kuharap janganlah nona memberitahu urusanku ini kepada ayah-bunda nona.... Siau-liong berhenti sejenak lalu tertawa, Dengan cara apapun juga. sesungguhnya aku harus menghaturkan terima kasih kepada nona." Tak perlu," sahut Po Ceng-in rawan. Dengan menahan haru air matanya yang hendak mengucur, ia berkata dengan sekat, Ada sebuah hal yang harus kuberitahukan kepadamu." Siau-liong mengangguk, Silahkan." Memang sebelumnya aku sudah merasa, tak mungkin engkau menaruh cinta sesungguhnya kepadaku. Oleh karena itu.... ia berhenti untuk menenangkan diri lalu dengan nada gemetar ia berkata pula, kuberimu minum racun Jong-tok!" Siau-liong seperti disamber petir kejutnya, Perempuan siluman, engkau!" teriaknya marah. 348 Tetapi Po Ceng-in tenang2 saja menyahut, Sekarang terserah saja engkau hendak mengapakan diriku. Tetapi kukatakan, percuma saja. Karena racun Jong-tok itu tiada obatnya lagi.... Tetapi jika engkau ingin hidup, masih ada sebuah jalan.... kata wanita itu pula. "Bagaimana?" "Menjadi suami isteri dengan aku.... sahut Po Ceng-in tenang sekali. Hati Siau-liong seperti disayat sembilu. Geram, dan marah sekali sehingga untuk beberapa saat ia termangu-mangu seperti patung. Tiba-tiba Po Ceng-in meramkan mata dan berkata dengan rawan, Aku sendiri pun minum racun itu. Dengan begitu kita menjadi dua nyawa satu badan. Hidup sama hidup, mati ikut mati!" Siau-liong terpaku. Sekonyong-konyong ia menggerung sekeras -kerasnya, Perempuan siluman, serahkan nyawamu lebih dulu!" Dengan pukulan Tay-lo-kim-kong, Siau-liong hantamkan tangan kanannya kedada Po Ceng-in. Tetapi wanita itu tenang

sekali sikapnya. Tidak mau menangkis, pun tak mau menghindar. Bahkan pejamkan kedua mata sambil menyungging senyum. Seolah-olah menghadapi kematian seperti hendak pulang kerumah.... Pada saat tinju hendak tiba di dada, entah bagaimana, tibatiba Siau-liong menariknya kembali. 349 Pukullah! Jika tak mau memperisteri aku, bunuh sajalah!" Po Ceng-in menentang. Dada Siau-liong serasa meledak. Ia memakinya, Perempuan siluman, engkau perempuan iblis yang buta....!" Po Ceng-in menatapnya, mendadak ia tertawa nyaring macam orang-utan meraung-raung, nadanya. Dengan mahluk macam apa saja engkau hendak mempersamakan diriku, siluman perempuan atau iblis perempuan.... pokok nasib hidupmu sudah ditentukan tak dapat berpisah dengan diriku " Wanita pemilik lembah itu berhenti sejenak, menghela napas lalu melanjutkan kata-katanya, Jika engkau membunuh aku, engkau pun takkan dapat hidup lebih lama dari tiga hari. Begitu racun Jong-tok itu bekerja, sekalipun dewa tak mungkin dapat menolongmu!" Jong-tok adalah ramuan racun dari segala jenis binatang berbisa. Siau-liong menggemeretakkan gigi. Namun tak dapat berbuat apa2. Ia percaya perempuan itu tentu tak bohong. Dengan minum racun Jong-tok yang ganas, setiap saat jiwanya dapat diputuskan menurut kekehendak perempuan itu! Siau-liong menghela napas dalam.... Dia tak takut mati. Hanya tugas yang dibebankan pada dirinya masih banyak yang belum selesai. Jika mati ditangan perempuan siluman itu. bukanlah suatu kematian yang teramat sia-sia....? 350 Teringat ia akan kematian ayahnya ditangan Toh Hun-ki. ibunya yang sedang mengidap sakit disebrang lautan, gurunya Kongsun Sin-tho yang telah merawatnya belasan tahun, Pendekar Laknat yang telah memberi saluran tenaga dalam kepadanya serta Pengemis Tengkorak yang telah menurunkan ilmu pukulan Thay-siang-ciang.... Mereka masing-masing menumpahkan harapannya kepada dirinya. Walaupun permintaan mereka itu berlainan satu sama lain, tetapi ia merasa telah menerima budi mereka. Budi yang wajib ia balas dengan jiwa raga. Jika ia sampai mati dilembah situ, bukankah ia akan mengecewakan harapan mereka.... Dan juga masih ada Tiau Bok-kun serta Mawar Putih.... ah, teringat akan kesemuanya itu, hatinya amat pilu sekali.

Bahkan timbul juga perasaan tak puas atas keadilan Yang Maha Kuasa, mengapa menggariskan suratan nasibnya dalam keadaan yang sedemikian rumit.... Diam-diam Po Ceng-in melirik ke arahnya lalu tertawa pelahan, Sesungguhnya engkau tak perlu bersedih begitu rupa. Apakah kerugianmu mengambil aku sebagai isteri? Bukankah tak lama lagi ayahku bakal menjadi pemimpin dunia persilatan? Pada saat itu, dikolong dunia ini.... Tutup mulutmu!" bentak Siau-liong. Po Ceng-in mendengus, Hm, dalam hal apakah aku tak dapat dibandingkan dengan budak perempuan baju putih itu? Mengapa hatimu begitu kemati-matian terpikat padanya? Budak perempuan hina itu kemungkinan sudah mati!" Memang Po Ceng-in berani mengatakan begitu karena ada kenyataannya. Walaupun umurnya sudah 40-an tahun, tetapi wajahnya masih berseri secantik gadis2 remaja. Terutama sepasang sepasang mata dan bibirnya, benar-benar 351 mengandung daya tarik yang hebat. Tak kalah menariknya dengan wajah Mawar Putih mau pun Tiau Bok-kun. Tetapi Siau-liong tetap muak terhadap perempuan itu. Ingin ia menghantamnya hancur lebur. Dengan menahan kegeraman, ia paksakan menegur, Berapa lamakah racun itu akan bekerja?" Sambil memandang pemuda itu, Po Ceng-in menjawab, Hal itu tergantung padamu sendiri Setiap saat dapat bekerja. Mungkin seumur hidup racun takkan bekerja. Syaratnya asal engkau memperisteri aku, tentu selamat selama-lamanya!" Siau-liong tertawa dingin, Hapus saja impianmu itu!" Po Ceng-in menghela napas, Terserah saja padamulah! Karena hal itu memang tak dapat dipaksakan." Dengan tajam ia melirik anak muda itu lalu berkata pula, Begini sajalah! engkau tak sudi mengambil isteri aku, tetapi pun jangan dengan budak baju putih itu. Paling tidak, takkan bersatu seumur hidup.... Habis berkata ia tertawa keras. Tetapi nadanya mengandung rintihan hati yang putus asa. Siau-liong menghela napas. Benar-benar ia tak dapat berbuat apa2 terhadap wanita yang sudah diamuk dendam asmara itu.... Puas tertawa, Po Ceng-in berseru dengan terengah-engah, Apa yang tak dapat kuperoleh. Lain orang pun jangan harap bisa mendapatkannya!.... lekas, lekaslah bunuh aku.... bunuhlah....!" 352 Dengan kalap ia menyongsong Siau-liong seraya herteriakteriak.... Kalau engkau tak mau membunuhku, tak apalah. Aku dapat bunuh diri sendiri. Tetapi kalau aku mati, engkau pun

hanya dapat hidup 3 hari lagi. Pergilah silahkan kalau mau pergi....!" Entah bagaima mendadak Siau-liong kasihan juga. Lepas bagaimana peribadi wanita itu tetapi yang nyata ia begitu mencintainya kemati-matian. Kalau tidak masakan dia sampai nekad makan racun ganas berdua supaya dapat sehidup semati dengannya. Segera Siau-liong mencengkeram bahu Po Ceng-in dan menguncang-guncangkannya; Nona.... nona.... Po Ceng-in agak tenang, sambil mengangkat muka ia bertanya, Bagaimana? Apakah engkau sudah menyadari....?" Siau-liong tertawa masam, Aku tak dapat membohongi engkau. Tetapi memang benar-benar aku tak dapat memperisteri engkau, hanya.... Tak perlu mengatakan!" tukas Po Ceng-in. Hanya aku dapat meluluskan, untuk mati bersama-sama engkau!" kata Siau-liong tanpa peduli. Engkau meluluskan atau tidak, tetap sama saja. Racun Jong-tok itu tiada obatnya!" Siau-liong mengangguk, Kutahu.... hanya saja marilah kita cari tempat yang bagus untuk membuat liang dan mati dalam satu lubang kubur!" 353 Po Ceng-in tertawa rawan. Itulah liang kubur 'Mati bersama hidup berbeda' ditatapnya Siau-liong, tanyanya, Apakah engkau benar-benar sudah memutuskan begitu?" Siau-liong mengangguk, Sekali sudah memutuskan, tak nanti aku menyesal. Tetapi engkau harus meluluskan sebuah hal dulu." "Katakanlah!" "Dalam waktu setahun lamanya, harap engkau jangan membuat racun Jong-tok itu bekerja dulu Dan jangan bertanya apa yang akan kulakukan. Apapun juga tindakanku, jangan sekali-kali engkau turut campur.... , ." Po Ceng-in menolak, Tidak, bagaimana kalau engkau mencari budak baju putih dan bercumbu-cumbuan dengannya?" Siau-liong banting2 kaki menghela napas jengkel, Percaya atau lidak, terserah. Tetapi aku tak punya hati apa2 terhadap nona itu. Dan lagi aku masih mempunyai tugas berat yang belum kuselesaikan. Mana aku mau menyeleweng untuk bermain cinta." Setelah merenung beberapa jenak, Po Ceng-in menyatakan setuju. Siau-liong menghela napas panjang, katanya, Kalau begitu pada nanti hari raya Musim Rontok tahun depan, harap engkau menunggu aku dipuncak Sin-li-hong gunung Busan!" Po Ceng-in tertegun; Lembah Semi mempunyai alam musim semi sepanjang tahun. Benar-benar merupakan tempat

peristirahatan selama-lamanya yang bagus. Mengapa harus menuju kegunung Busan?" 354 Tetapi Siau-liong berkeras, Hal itu termasuk salah satu syarat perjanjian. Kalau tak setuju, katakan sekarang juga!" Po Ceng-in tak dapat berbuat apa2 kecuali menyetujui juga, Baiklah, akan kutunggu engkau dipuncak Sin-li-hong pada nanti pertengahan musim rontok. Jika engkau tak datang. jangan salahkan aku berhati ganas.... terpaksa akan ku buatmu supaya mati secara pelahan-lahan dengan tubuh membusuk!" Siau-liong paksakan tertawa, Aku bukan orang yang suka ingkar janji. Asal engkau benar-benar melaksanakan perjanjian setahun itu, aku pasti datang!" Tiba-tiba Po Ceng-in menatap pemuda itu dengan mesra, ujarnya, Mungkin tak lama lagi aku akan ke Sin li-hong. Lebih dulu hendak kubangun makam itu seindah-indahnya agar kelak hatimu puas.... Berhenti sebentar, ia melanjutkan kata2nya lagi, Kita dapat tinggal disana, mengasingkan diri dari keramaian dunia. Tetapi kalau niatmu tetap tak berobah, kitapun dapat mati berkubur di makam itu!" Siau-liong tertawa masam, Terserah! Tetapi menurut pendapatku, baiklah makam itu jangan diberi payon. Biarkan saja terbuka. Memang lebih baik kalau engkau dapat secepatnya membangun makam itu kesana!" Po Ceng-in diam beberapa saat. Kemudian ia mengangkat muka memandang Siau-liong. Tiba-tiba ia mengambil sebuah botol kecil dari batu kumala lalu diserahkan kepada Siau-liong. "Obat ini untukmu. Sekeluarnya dari lembah mungkin ada gunanya.... berputar tubuh, ia terus lari menyusuri lorong terowongan yang panjang. 355 Siau-liong tegak mematung sambil mencekal botol obat itu. Dia seperti tersadar dari mimpi buruk. Ia merasa seperti habis keluar dari Neraka. Hatinya segelap terowongan dibawah tanah yang baru saja disusurinya tadi. Kini nasibnya sudah ditentukan. Ia bakal hanya dapat hidup selama satu tahun saja.... Dalam waktu setahun itu, ia harus sudah dapat menyelesaikan budi dan dendam. Mengajak Mawar Putih menemui ibunya diseberang laut. Kemudian pada musim rontok tahun muka, harus mewakili Pendekar Laknat memenuhi tantangan digunung Busan. Dan terakhir baru menunaikan perjanjiannya dengan Po Ceng-in. Tiba-tiba saja pada saat itu ia merasa bahwa tempo amat berharga sekali. Tak boleh ia mensia-siakan setiap detikpun juga. Maka segera ia menyimpan botol obat lalu mengeluarkan

peta pemberian Jong Leng lojin. Peta itu tenyata dibuat dengan cermat tetapi amat jelas sekali. Ditambah dengan kecerdasan otaknya, setelah meneliti beberapa saat, Siau-liong segera dapat mengingat semua jalan tembusan serta tembusannya. Ujung dari jalan tembusan yang terbentang dihadapannya saat itu, merupakan sebuah dinding batu. Menurut petunjuk dalam peta, Siau-liong dapat menemukan sebuah tombol pembuka pintu. Sekali tekan, pintu batu itupun segera terbuka. Ternyata diluar pintu itu adalah daerah Lembah Maut. Segera ia melangkah keluar. Sambil berjalan ia merangkai rencana. Lebih dulu ia hendak mencari Mawar Putih, kemudian mencari Toh Hun-ki serta keempat Su-lo, membunuh mereka 356 lalu mengambil batang kepala mereka untuk diserahkan kepada Mawar Putih. Rencana kedua, ia akan menuju kekota Siok-ciu mencari Tiau Bok-kun, sekalian membelikan obat untuk Jong Leng lojin. Setelah itu akan masuk ke dalam Lembah Semi lagi. Menyerahkan obat kepada Jong Leng lojin lalu membunuh Soh-beng Ki-su untuk membalaskan dendam kematian Pendekar Laknat. Tiba-tiba terdengar seekor burung gagak terbang di atas kepalanya seraya berbunyi nyaring. Siau-liong terkejut. Saat itu sudah menjelang magrib. Suasana dalam Lembah Maut makin menyeramkan. Siau-liong mempertinggi kewaspadaannya, siap menghadapi setiap kemungkinan. Sekonyong2 dari balik beberapa gunduk batu yang berserak-serak kira2 lima tombak jauhnya disebelah muka, melurcur seuntai sinar berkilat kemilau menyambar ke arah burung gagak itu. Dan serempak pun terdengar suara bentakan yang nyaring seperti memecah angkasa. "Binatang, engkau berani jual lagak dihadapanku.... ---ooo0dw0ooo--Jilid 07 Menyusun tenaga HUAK.... burung gagak itu bergaok dan miringkan tubuh menghindar. Setelah berputar-putar, burung itu balik ke dalam lembah lagi. 357 Jelas benda berkilat itu adalah senjata rahasia yang dilepaskan oleh seorang ahli. Tetapi ternyata burung itu dapat menghindari.... Terang burung itu bukan burung biasa. Tiba-tiba dari balik gundukan batu terdengar suara orang berseru, Lo-siansu, harap sabarkan diri. Saat ini kita berada dalam perangkap musuh. Hendaknya jangan mempertunjukan diri."

Mendengar kata2 itu, Siau-liong terkejut girang. Jelas ia kenal nada orang itu sebagai To Kiu-kong dan Ti Gong taysu. Ti Gong mendengus, Huh, pengemis busuk, engkau juga berani mencampuri urusanku?" To Kiu-kong pun marah juga. Sahutnya dengan tajam, Losiansu, tak perlu lo-siansu mengagulkan diri. Sekalipun aku seorang pengemis tua, tetapi juga merupakan salah sebuah aliran Putih dalam dunia persilatan. Rasanya tak lebih rendah dari lo-siansu!" Mendengar percakapan yang tajam itu, Siau-liong tak dapat mengendalikan diri lagi. Dengan gunakan gerak Nagamelingkar18-kali, ia apungkan tubuh ke arah tempat persembunyian mereka. Ternyata dibalik gundukan batu itu terdapat tak kurang dari 10-an orang. Ada yang rebah, ada yang duduk tersebar diantara semak rumput.... Mereka adalah ketua Siau-lim-si Ti Gong taysu, To Kiu-kong dan Pengemis-tertawa Tio tay-tong serta si Pincang-kanan dan si Pincang-kiri. Dan yang membangkitkan semangat Siauliong, ternyata ketua Kong-tong-pay Ton Hun-ki dan keempat Su-lo pun berada diantara mereka. 358 Pakaian mereka compang-camping, sekujur tubuh berlumuran darah dan kotoran. Jubah Ti Gong taysu rompal2 tak keruan. Kemunculan Siau-liong, mengejutkan sekalian orang. Ti Gong taysu yang hendak bertindak terhadap To Kiu-kong, pun terpaksa berhenti. Secepat berputar tubuh ia menghantam Siau-liong. To Kiu-kong dan kawan-kawannya terkejut girang sekali. Kehadiran ketua mereka pada tempat dan saat seperti itu, benar-benar membuat mereka tercengang heran sehingga tak dapat berkata apa2. Setelah lepaskan pukulan, Ti Gong taysu menggembor dan hendak menyerang. Tetapi dicegah oleh Toh Hun-ki, Harap bersabar dulu. Jika memang harus berkelahi, nanti saja setelah persoalan sudah jelas!" Ti Gong terpaksa tarik pulang tinjunya dan membentak, Apanya yang perlu dijelaskan lagi? Budak itu jelas anak buah Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka! Bukankah ketika dipuncak Ngo-siong-nia tempo hari engkau juga melihatnya menolong Dewi Ular Ki Ih?" Benar," sahut Toh Hun-ki, "tetapi aku pun juga menyaksikan dia menempur Harimau Iblis!" Toh Hun-ki tak mau melayani ketua Siau-lim-si itu lagi. Ia terus berpaling memberi hormat kepada Siau-liong, Ah, Kongsun hiapsu.... Siau-liong hanya mengangguk dan mendengus. Matanya berkilat-kilat memandang orang2 disitu, lalu bertanya,

Dimanakah It Hang totiang dan romhongannya?" 359 Toh Hun-ki menghela napas, It Hang totiang, Kun-lun Sam-cu dan rombongannya, belum ketahuan jejaknya. Turut pendapatku, kemungkinan mereka.... tertimpah kemalangan.... Siau-liong terbeliak, serunya, Apakah kalian melihat ketua Tong-thing-pang Cu Kong leng dan ketua Ji-tok-kau Tan Ihhong serta seorang gadis baju putih?" Toh Hun-ki gelengkan kepala, Sejak masuk ke dalam Lembah, Tan Ih-hong dan Cu Kong-leng sudah tak ada berita. Kami sekalian didesak ke dalam Lembah Maut sini dan tak pernah melihat si dara baju putih itu!" Siau-Liong gelisah. Jika Mawar Putih benar-benar masuk ke dalam Lembah Maut, tak mungkin dia menghilang. Sekalipun benar ada seorang sakti yang menyelundup ke dalam lembah seperti yang diduga Iblis Penakluk-dunia itu tetapi tanpa memiliki peta dari Jong Leng lojin, tak mungkin bisa keluar. Apalagi disekeliling penjuru lembah itu dijaga ketat oleh anak buah Ibiis Penakluk-dunia.... Rupanya Ti Gong taysu masih membekal dalam tentang peristiwa dipuncak Ngo-siong-nia tempo hari. Tetapi karena ia menyadari takkan mampu mengalahkan Siau-liong, maka ia mau juga dicegah Toh Hun-ki tadi. Ia berdiri disamping tak bicara apa. Tetapi matanya tetap memandang Siau-liong dengan gusar. Melihat Siau-liong termenung diam, Toh Hun-ki berkata pula, Pertemuan dipuncak Ngo-siong-nia telah dihadiri oleh 200 tokoh2 persilatan ternama. Tetapi ternyata kedua suami isteri iblis itu telah mempersiapkan jaring2 perangkap yang hebat sekali. Dalam pertempuran di lembah mereka, kami telah kehilangan banyak sekali kawan2 sehingga yang masih hidup hanya tinggal beberapa orang ini!" 360 Siau-liong tindas ketegangan hatinya, menyahut, Lembah Maut ini memang berhubungan dengan barisan Tujuh Maut. Penuh dilengkapi dengan alat-alat rahasia dan barisan pendam. Iblis Penakluk-dunia menggunakan tempat ini sebagai tempat tawanan. Kemungkinan saudara2 memang sukar untuk lolos dari sini!" Toh Hun-ki mengangguk, Ya, memang hal itu sudah kuduga, tetapi.... betapapun juga. Kebenaran pasti akan mengalahkan kejahatan. Memang untuk sementara ini Iblis Penakluk-dunia menang, tetapi akhirnya dia tentu takkan lolos dari kekalahan juga! Pengorbanan It Hang totiang dan ke 200 orang gagah itu, pasti takkan sia2. Tentu akan menggugah hati nurani segenap kaum persilatan untuk serentak berbangkit menentang kedua suami isteri iblis!"

Siau-liong tertawa dingin, Ucapan saudara memang benar. Suami isteri Ibiis Penakluk-dunia dengan gerombolannya berusaha dengan sekuat tenaga dan kemampuannya untuk menguasai dunia persilatan. Tetapi betapapun, usaha mereka yang ganas itu pasti akan menemui kegagalan. Namun kehancuran dari rombongan orang gagah yang dipimpin It Hang totiang itu, benar-benar merupakan pukulan berat bagi kubu kekuatan dunia persilatan. Dalam beberapa waktu, kiranya sukar untuk menyusun tenaga, menghadapi ancaman kedua iblis itu. Dunia persilatan pasti akan menderita kekosongan tokoh sehingga mudah dikuasai mereka. Dengan demikian dunia persilatan pasti akan mengalami suatu kehancuran banjir darah yang belum pernah terjadi selamanya!" Jika tak timbul suatu keajaiban, memang banjir darah itu tak mungkin dapat dihindari lagi," sahut Toh Hun-ki. 361 Apakah yang engkau maksudkan dengan keajaiban itu?" tanya Siau-liong. Sepasang mata ketua Kong-tong-pay itu berkilat-kilat memancar api. Sambil mengurut-urut jenggotnya yang panjang sampai kedada, ia berkata pelahan-lahan, Sejak dunia persilatan tenteram kembali dari pengacauan keempat momok Iblis Penakluk-dunia. Dewi Neraka, Harimau Iblis dan Naga Terkutuk, banyaklah sudah para cianpwe persilatan yang berilmu sakti sama mengasingkan diri dari dunia ramai. Misalnya, Ketua partai Kun-lun-pay yang dahulu yakni Ceng Hi totiang, Liau Hoan siansu paderi sakti dari gunung Thian-san, Sepasang imam dari gunung Busan dan lain-lain.... Mereka termasuk tokoh2 yang telah mencapai kesempurnaan dalam ilmu silat. Jika mendengar gerombolan iblis itu muncul dan mengacau lagi, kemungkinan besar para cianpwe itupun tentu akan keluar lagi untuk menentramkan suasana. Selain itu.... Ia berhenti sejenak lalu berkata pula, Masih ada seorang yang dapat diandalkan ialah.... Siapa?" Siau-liong menyelutuk. "Orang itu bukan lain adalah momok yang sejajar tingkatannya dengan keempat iblis lainnya, ialah Pendekar Laknat! Walaupun dia berwatak sombong dan dendam, malang melintang di dunia persilatan seorang diri, namun setelah beberapa kali bertemu dengannya, kutahu dia ternyata amat baik hati budinya.... Toh Hun-ki berhenti mencari kesan pada sekalian orang. Kemudian menyambung pula, Dan lagi dia sudah mau menerima permintaanku! Kemungkinan setiap saat dia akan muncul membantu perjuangan kita melawan kedua suami isteri iblis itu. Maka pada hematku, walaupun keadaan saat ini 362

memang teramat buruk, tetapi belum berarti kalau sudah hancur lebur!" Toh Hun-ki berbicara dengan sikap seorang ketua partai persilatan yang berwibawa. Jelas ia masih menaruh kepercayaan penuh pada Pendekar Laknat. Diam-diam malulah Siau-liong pada dirinya sendiri. Sebenarnya saat itu ia hendak membunuh Toh Hun-ki dan keempat Su-lo, lalu menyerahkan batang kepala mereka kepada Mawar Putih dan bersama dara itu pulang ke seberang laut menemui ibunya. Tetapi sikap Toh Hun-ki yang mengunjukkan pribadi seorang tokoh aliran Putih yang tak kenal takut, diam-diam telah menggerakkan hatinya. Bukan saja tak sampai hati untuk membunuhnya, pun tak sampai pula ia untuk berpeluk tangan mengawasi bencana berdarah yang akan menimpah dunia persilatan. Tanpa disadari, tangannya merabah baju dan terjamahlah separoh Giok-pwe yang diberikan Toh Hun-ki kepadanya. Pikirannya makin kabur dan hilanglah fahamnya untuk bertindak. Sampai beberapa saat ia termenung-menung. Akhirnya ia menghela napas, Kalau Pendekar Laknat itu sejajar tingkatannya dengan Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka, terang kalau dia tidak lebih sakti dari kedua suami isteri itu. Sekalipun dia muncul membantu rombongan orang gagah, juga belum tentu dapat mengalahkan suami isteri iblis itu!" Pada saat Toh Hin-ki hendak menyahut, Ti Gong taysu rupanya tak sabar menunggu lagi. Ia menyelutuk nyaring, Perlu apa engkau meributi orang itu! Pendekar Laknat sejenis dengan Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka, Bagaimana 363 mungkin dia akan berbalik haluan membantu kita? Dan lagi ia mendengus. lalu melanjutkan, "kalau hasil kemenangan terhadap suami isteri iblis itu berkat bantuan Pendekar Laknat, rasanya juga merupakan suatu hal yang menghilang muka seluruh kaum persilatan golongan Putih!" Siau-liong meluap tetapi ia masih paksakan diri untuk menekan kemarahannya. Serunya dengan tertawa dingin, Andaikata Pendekar Laknat benar-benar muncul disini dan menolong sekalian saudara dari lembah ini. Entah apakah losiansu akan ikut atau tetap tinggal seorang diri disini!" Ti Gong terkesiap, bentaknya, Suatu hal yang mustahil terjadi! Dan lagi aku tetap tak percaya bahwa seorang iblis ganas yang gemar membunuh orang, dapat berobah seratus derajat pendiriannya....!" Habis berkata ketua Siaulim-pay itu maju selangkah dan membentak, Budak, katakanlah engkau sendiri datang dari mana?" "Apa engkau berhak mengurus aku?" sahut Siau-liong

marah. "Omitohud!" seru Ti Gong taysu. Lalu ia berpaling kepada Toh Hun-ki, Budak itu jelas menjadi anak buah Iblis Penakluk-dunia! Coba bayangkanlah. Sedang kita yang berjumlah puluhan orang tetap sukar menghadapi serangan Iblis Penakluk-dunia dan akhirnya digiring masuk ke dalam lembah ini, mengapa dia seorang diri dapat muncul lenyap sekehendak hatinya?" Sejenak ketua Siau-lim-si itu memandang sekalian orang lalu berseru lantang, Turut hematku, lebih baik kita bersatu untuk membasmi budak itu!" 364 Benar-benar dada Siau-liong seperti hendak meledak. Marah dan kecewalah ia. Jika setiap kaum persilatan golongan Putih mempunyai pendirian semacam Ti Gong, bersikap bengis dan keras kepala seperti paderi itu, terang dunia persilatan pasti akan kiamat! Toh Hun-ki kerutkan alis memandang Ti Gong, Harap losiansu suka redakan nafsu amarah lo-siansu. Pada saat dan tempat seperti sekarang ini bagaimana kita hendak menambah musuh lagi? Walaupun memang sepak terjang Kongsun haipsu ini dapat menimbulkan kecurigaan orang tetapi menurut pengamatanku, dia bukanlah golongan orang semacam Iblis Penakluk-dunia dan rekan-rekannya itu.... Kemudian ketua Kong-tong pay itu memandang Siau-liong dan memberi sebuah senyuman, Entah begaimanakah cara Kongsun haipsu dapat masuk ke dalam lembah ini, apakah.... Terlalu panjang kalau diceritakan," tukas Siau-liong tak sabar, "saat ini tiada waktu lagi untuk bercerita. Tetapi memang aku sendiri juga terjebak dalam barisan Tujuh Maut itu. Jika Cu Kong-leng dan Tan Ih-hong belum mati, mereka tentu dapat memberi kesaksian.... Ia menghela napas, sambungnya, Jika tidak bertemu seorang cianpwe yang aneh, saat ini aku tentu tak dapat berada disini!" Ti Gong mendengus, Hm, keterangan yang sukar dipercaya!" Ketua Siau-lim-si itu walaupun bengis dan keras kepala tetapi ia agak gentar juga terhadap Siau-liong. Oleh karena itu ia pun tak berani bertindak apa2 kecuali hanya memandang anak muda itu dengan mata penuh kemarahan. 365 Siau-liong tertawa dingin. Ia tak mempedulikan ketua Siaulimsi itu dan berpaling ke arah To Kiu-kong, Kiu kong!" Cousu-ya!" buru-buru tokoh pengemis itu menyahut. Siau-liong tertawa masam, Saat ini diriku sedang dicurigai orang. Apakah kalian masih tetap menganggap diriku sebagai cousu-ya?"

Dengan masih menundukkan kepala To Kiu-kong menyahut, Bagaimanapun halnya adalah pewaris dari kakek guru kami Pengemis Tengkorak Selama-lamanya tetap menjadi cousu-ya partai kami. Aku dan sekalian anak murid.... Tokoh Kay-pang itu menghela napas. Sepasang matanya berlinang-linang dan dengan suara rawan melanjutkan kata2 lagi; "Bertahun-tahun ini pamor partai kita makin menyuram. Kami harap cousu-ya suka mengembalikan cahaya gemilang dari partai kita. Jika benar-benar cousu-ya sampai tersesat dan mau bersekutu dengan kedua suami isteri iblis itu, itupun memang sudah menjadi kehendak Allah untuk melenyapkan Kay-pang. Setitik pun aku dan sekalian anak murid Kay-pang takkan mendendam kepada cousu-ya!" Mendengar pernyataan tokoh Kay-pang yang penuh bernada kesungguan dan kesetyaan hati itu, mau tak mau hati Siau-liong pilu juga. Kemudian ia melolos lencana Tengkorak yang tergantung pida lehernya lalu diserahkan kepada To Kiu-kong, Ambillah lencana ini. Sejak saat ini aku bukan lagi cousu-ya dari Kaypang!" To Kiu-kong terkejut sekali. Ia menyurut mundur dan berseru gugup, Mengapa begitu? Bagaimana nanti 366 pertanggungan jawabku kepada sekalian anak murid Kay pang yang berjumlah puluhan ribu itu?" Siau-liong menghela napas. "Memang aku sudah mererima budi dari Pengemis Tengkorak yang telah memberikan ilmu pukulan sakti Thay-siang-ciang. Tetapi sedikitpun aku belum dapat membalas.... Ia berhenti merenung.... Tiba-tiba dengan nada tegas ia berseru, Pilihlah diantara anak murid Kay-pang seorang yang berbakat bagus. Akan kuberinya pelajaran ilmu Thay-siangciang itu kepadanya agar dapat melanjutkan usaha untuk mengembangkan pamor partai Kay-pang.... Ini.... ini.... To Kiu-kong makin bingung dan tak mengerti maksud Siau-liong. Sampai beberapa saat ia tergugu tak dapat berkata yang jelas. Siau-liong tahu isi hati tokoh Kay-pang itu. Dengan tersenyum ia berkata, Kiu-kong, jangan meragu. Aku akan bersumpah takkan memberikan ilmu pelajaran itu kepada lain orang lagi. Tentang diriku.... Ditatapnya To Kiu-kong lekat2, lalu berkata pula dengan tenang, Setelah urusan itu selesai, aku hendak pergi jauh keseberang lautan. Mungkin dalam kehidupan sekarang, aku takkan kembali lagi. Dengan begitu ilmu pukulan Thay-siangciang, tetap menjadi milik partai Kay-pang." Oleh karena tak mau menceritakan tentang perjanjian mati dengan Po Ceng-in pemilik lembah Semi, maka Siau-liong hanya menggunakan alasan hendak pergi jauh keluar lautan.

To Kiu-kong benar-benar dicengkam oleh rasa keheranan dan tak mengerti atas ucapan cousu-ya mereka. Ia berpaling 367 dan bertukar pandang mata dengan kedua pengemis Pincang, lalu mengiakan. "Karena begitu yang menjadi kehendak cousu-ya, akupun tak berani menolak. Tetapi hal itu mempunyai akibat besar. Apabila kami beruntung dapat keluar dari bahaya maut saat ini, pun harus mengundang seluruh anak murid Kay-pang dalam sebuah pertemuan besar. Lalu memilih calon yang tepat untuk melaksanakan perintah cousu-ya tadi. Kemudian barulah kami dapat mengundang cousu-ya untuk memberi ilmu pelajaran." Siau-liong mengangguk, Baiklah, tetapi hal itu harus segera terlaksana secepat mungkin. Karena aku benar-benar ingin lekas tinggalkan tempat ini!" Perintah cousu-ya pasti akan kulaksanakan, tetapi.... saat ini kita sekalian sedang terkurung dalam Lembah Maut. Dapatkah lolos dari sini, masih sukar diramalkan.... Siau-liong hendak membuka mulut, tetapi Ti Gong taysu dan Toh Hun-ki kedengaran mendesah pelahan. Rupanya mereka telah mencium sesuatu hawa yang harum. Ini tentulah gerombolan siluman itu yang mengacau. Bau ini bukan sewajarnya!" seru Ti Gong dengan geram. Memang saat itu Siau -liongpun terbaur oleh angin yang mengantar bau harum. Diam-diam ia heran. Jelas diketahui dalam lembah itu hanya terdapat pakis yang tak enak baunya. Dari manakah datangnya bau harum itu? Awas!" tiba-tiba Toh Hun-ki berseru, "bau harum ini tentu mengandung racun. Kemarin pun aku sudah terkena. Harap saudara lekas menutup pernapasan!" 368 Tetapi bau itu makin lama makin keras. Sedang menutup pernapasan pun tak dapat berlangsung lama. Saat itu mereka benar-benar menyerupai kawanan ikan dalam jaring yang tak dapat lolos. Tak lama mereka pasti akan rubuh. Kira2 tak sampai sepeminum teh lamanya, Su-lo dari Kongtongpay, Pengemis Tertawa Tio Tay-tong serta kedua pengemis pincang tampak tak kuat. Mereka terus menerus batuk2 dan tubuhnya terhuyung-huyung.... Saat itu hari makin malam. Suasana dalam lembah itu makin menyeramkan. Ditambah pula dengan tebaran kabut, benar-benar menyerupai sebuah tempat di Neraka. Ti Gong taysu, To Kiu-kong dan Toh Hun-ki yang lebih tinggi ilmu lwekangnya, masih lebih dapat bertahan. Tetapi makin lama kepala mereka makin pusing, mata makin berkunang-kunang dan lalu makin kantuk. Apabila setiap saat musuh datang menyerang, habislah

tentu riwayat mereka.... Siau-liong amat gelisah. Tiba-tiba ia teringat akan botol obat pemberian Po Ceng-in. Nona itu mengatakan bahwa botol itu mungkin berguna dalam perjalanan keluar lembah. Ah, kemungkinan yang dimaksudkan itu tentulah kabut beracun. Segera ia mengeluarkan botol itu dan segera menuang sebutir lalu menelannya sendiri. Ternyata khasiatnya hebat sekali. Ia rasakan semangatnya segar lagi. Rasa lemas dan pening akibat kabut itu hilang seketika. Setelah mengetahui khasiatnya, segera ia membagikan pil itu kepada To Kiu-kong, kedua pengemis pincang, Toh Hun-ki serta keempat Su-lo. Tak lama mereka segar kembali. 369 Ti Gong yang menggeletak di tanah. Melihat orang2 sudah segar lagi, ia paksakan diri bangun dan berseru, Hai, mengapa aku tak diberi pil?" Dalam pakaian jubah yang sudah compang camping dan sekujur badan berlumur noda darah, ketua Siau-lim-si itu tampak tak karuan keadaannya. Mau tak mau orang tentu geli melihatnya. Toh Hun-ki benar-benar amat berterima kasih sekali kepada Siau-liong. Rasa kesangsiannya terhadap pemuda itu lenyap sama sekali. Serta-merta ia menghaturkan terima kasih. Tetapi Siau-liong mengatakan, yang penting saat itu harus segera bersiap menghadapi kemungkinan lain. Musuh tentu akan segera datang menyergap. "Lebih baik kita pedayakan mereka. Jangan sampai mereka mengetahui bahwa kita tak kurang suatu apa.... katanya, "begitu mereka datang, kita basmi habis dan terus keluar dari lembah celaka ini!" Toh Hun-ki memuji buah pikiran pemuda itu. Ia menyatakan akan menurut apa yang direncanakan pemuda itu. Selain itu ia pun memintakan obat juga untuk Ti Gong Taysu. Karena walau pun ketua Siau-lim-si itu berwatak kasar dan bengis tetapi dia tetap seorang tokoh golongan Putih yang menentang kejahatan. Siau-liong mendengus lalu menghampiri Ti Gong, serunya tertawa, Tadi lo-siansu menuduh aku seorang kaki tangan Iblis Penakluk-dunia. Dengan begitu pil ini tentu mengandung racun. Apakah lo-siansu tak kuatir?" 370 Ketua Siau-lim-si itu paksakan membuka mata dan hendak berkata. Tetapi baru bibirnya bergerak, ia sudah tak kuat. Siau-liong tak sampai hatinya. Segera ia menyusupkan sebutir pil kemulut paderi itu. Tak berapa lama paderi itu dapat merangkak bangun. Sejenak memandang ke arah Siauliong, ia duduk kembali. Walaupun tak membuka mulut tetapi

wajahnya menunjukkan bahwa ia menyesal dengan tuduhannya terhadap Siau-liong. Saat itu sesuai dengan rencana Siau-liong lalu mereka semua menggeletak di tanah, pura-pura pingsan seperti terkena racun. Tiba-tiba Siau-liong mendapat pikiran. Segera ia mengatakan kepada To Kiu-kong yang berada disebelahnya, Aku hendak menyelidiki keadaan lembah ini.... siapa tahu aku dapat menemukan jalan keluar dari lembah ini. Pada saat itu kalian harus lekas2 menerobos keluar tak perlu tunggu aku!" Baik cousu-ya!" kata To Kiu-kong yang saat itu sudah pulih seratus persen kepercayaannya terhadap Siau-liong. Setelah memberi pesan supaya berhati-hati. Siau-liong melesat lenyap ditelan kabut. Dalam tempat yang penuh dengan pohon dan saat itu sedang terbungkus kabut tebal, jika tak memiliki mata yang amat tajam, tentu akan celakalah. Toh Hun-ki dan lain-lain orang, menghela napas. Mereka benar-benar tak mengerti akan sepak terjang Siau-liong. Tetapi yang jelas, kini mereka sudah yakin bahwa pemuda itu bukanlah kaki tangan Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka. Hanya To Kiu-Kong yang paling bingung. Ketika dipuncak Ngosongnia, ia melihat Siau-liong menolong Dewi Ular Ki Ih yang 371 terluka. Lalu sekarang cousu-ya itu hendak mancari sigadis baju putih serta Tiau Bok-kun. Mengapa cousu-ya itu dimanamana tempat selalu terlibat dengan wanita saja? Sepeminum teh dari kepergian Siau-liong, suasana dalam Lembah Maut makin sunyi. Hanya hawa wangi itu tetap berhamburan memenuhi lembah. Tetapi karena sudah minum pil pemberian Siau-liong, mereka tak kurang suatu apa. Bahkan mereka merasa segar semangatnya karena menghirup hawa wangi itu. Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara suitan pelahan. Seperti suitan dari mulut orang tetapi juga mirip tiupan seruling. Tak berapa lama sepetik api kehijau-hijauan meluncur ke udara. Sekalian orang gagah segera bersiap-siap. Mereka berbaring di tanah, pura-pura pingsan. Tak berapa lama, mereka mencuri lirik. Tampak seorang tua bermuka kurus, rambut dikucir, tubuhnya kurus kering seperti tulang terbungkus kulit, mengenakan pakaian pertapaan. Dandanannya mirip imam bukan imam, orang biasapun juga bukan. Punggung menyanggul sebuah senjata yang aneh. Orang itu bukan lain adalah murid tunggal dari Iblis Penakluk-dunia yakni Soh-beng ki-su atau Pertapa-percabutnyawa. Setelah memandang kesekeliling penjuru dan melihat rombongan Ti Gong dan Toh Hun-ki menggeletak pingsan di

tanah, tiba-tiba ia kebutkan lengan jubahnya melambai Anak2, lekas kemari!" 372 Lebih dari 20 orang berpakaian hitam, muncul dan memberi hormat dihadapan Soh-beng Ki-su, menunggu perintah. Sikap dan gerak-gerik rombongan baju hitam itu seperti tak wajar. Seperti orang tolol. Mereka masing-masing memandang ke ujung kakinya. "Ikatlah tulang bahu mereka dengan rantai besi dan terus bawa ke dalam lembah!" seru Soh-beng Ki-su dengan nada macam iblis merintih. Ke 20 orang baju hitam itu gemuruh mengiakan. Beberapa orang diantaranya segera mengeluarkan rantai besi terus hendak mengikat Toh Hun-ki dan rombongannya. Yang paling tak tahan hatinya adalah Ti Gong taysu. Diamdiam ia gunakan ujung kaki untuk menjejak Toh Hun-ki, lalu tiba-tiba menggembor keras dan loncat menghantam dengan jurus Air-terjun-membuka-gunung kepada Soh-beng Ki-su. Soh-beng Ki-su tersentak kaget. Benar-benar ia tak menduga akan serangan mendadak itu. Sekali kaki menekan tanah, ia loncat sampai dua tombak ke udara menghindari pukulan Ti Gong taysu. Melihat ketua Siau-lim-si sudah bergerak, Toh Hun-ki dan lain-lain orang gagah segera loncat bangun. Toh Hun-ki, To Kiu-kong serempak menyerang Soh-beng Ki-su. Pengemistertawa Tio Tay-tong. kedua pengemis Pincang dan Su-lo Kong-tong-pay, mengamuk ke-20 orang anak buah Soh-beng Ki-su. Terdengar jeritan ngeri berkumandang memenuhi lembah. Ke 20 orang baju hitam itu hanya bertindak dari komando Soh-beng Ki-su, Karena Soh-beng Ki-su pontang panting sendiri sehingga tak dapat memberi komando, ke 20 orang 373 berpakaian hitam itupun kacau balau. Mereka mundur kegunduk batu. Ketika Soh-beng Ki-su melayang turun ke tanah. To Kiukong dan Toh Hun-ki serentak menyerangnya. Mereka gunakan jurus dahsyat dari ilmu simpanan partai masingmasing. Brett.... Soh-beng Ki-su dapat menghindari tongkat Kumala Hijau To Kiu-kong tetapi tak urung pakaianya robek sampai panjang. Sedangkan Toh Hun-ki lebih beruntung. Ia dapat menghantam lengan kiri pertapa pencabut nyawa itu sehingga Soh-beng ki-su menguak-uak karena kesakitan. Soh-beng Ki-su murka. Setelah mundur beberapa langkah ia menekuk kedua tangannya. Krek, krek.... So-beng Ki-su rentangkan kesepuluh jarinya. Dari ujung jari itu menghambur asap putih mirip dengan ribuan ekor ular

meluncur ke arah Toh Kun-ki dan kawan-kawannya. Ti Gong taysu dan To Kiu-kong segera berkumpul merapat. Belum asap putih itu melanda datang, sekonyong-konyong ketiga orang itu dilanda oleh semacam hawa dingin sekali. "Awas, dia sedang melancarkan ilmunya Pek-kut-kang! " teriak Toh Hun-ki. Ti Gong taysu baru pertama kali itu bertempur lawan SohbengKi-su sehingga ia tak tahu pertapa Pencabut-nyawa itu memiliki ilmu tenaga sakti luar biasa, yakni tenaga Tulang Putih atau Pek-kut-kang. Ketua Siau-lim-si itu merganggap ilmu tenaga dalamnya mampu menghadapi. 374 Ketua Siau-lim-si itu segera mendorongkan kedua tangannya untuk menghalau kabut. Tetapi diluar dugaan, begitu terkena angin pukulan, asap putih itu malah bergulunggulung melanda Ti Gong taysu. Seketika Ti Gong seperti didampar oleh hawa yang luar biasa dinginnya sehingga ia menggigil kedinginan. Darahnya serasa membeku. Melihat serangannya berhasil, Soh-beng Ki-su loncat mundur lalu taburkan segumpal asap merah dan tertawa nyaring, Tengkorak menari!" Saat itu Ti Gong berusaha untuk mengerah tenaga dalam melawan hawa dingin. Tetapi tenaganya lenyap, tulang serasa berhamburan lepas dari sendinya. Ia benar-benar telah kehilangan tenaga untuk melawan. Teriakan Soh-beng Ki-su itu mengejutkan sekalian orang gagah. Jelas pertapa pencabut nyawa itu tentu melepaskan pertandaan ke arah lembah Semi. Hal itu diinsjafi oleh Toh Hun-ki dan kawan2nya. Lembah Semi tentu akan mengirim bala bantuan. Kemungkinan malah Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka sendiri akan datang. Tetapi kekuatiran Toh Hun-ki dan rombongannya itu, tidak tepat. Ternyata buka bala bantuan dari Lembah Semi yang muncul, melainkan berpuluh-puluh kerangka tengkorak yang berloncatan menyerbu rombongan Toh Hun-ki. Selama berpuluh tahun berkecimpung dalam dunia persilatan, tak pernah Ti Gong menyaksikan peristiwa seaneh itu, bahwa kerangka tengkorak dapat diperintah untuk menyerang. Tetapi karena saat itu ia sudah kehilangan 375 tenaga, maka ia tak dapat berbuat suatu apa lagi kecuali hanya menghela napas, Omitohud! Habislah riwayatku sekarang!" Ia segera duduk bersemedhi di tanah. Pejamkan mata menunggu ajal. "Barisan tengkorak!" teriak Toh Hun-ki dan To Kiu-kong

serempak. "Im dan Yang silang menyilang!" terdengar pula Soh-beng Ki-su berseru nyaring. Berpuluh kerangka tengkorak itu segera menari-nari dan berbondong-bondong menyerbu sekalian orang. Toh Hun-ki dan kawan2 menyadari bahwa saat itu mereka terancam bahaya maut. Tetapi mereka sudah bertekad bulat, lebih baik pecah sebagai ratna daripada menyerah. Mereka segera mengelompok menjadi sebuah lingkaran. Bahu membahu mereka lancarkan pukulan ke arah barisan Tengkorak itu. Sekalipun barisan tengkorak itu tak dapat main silat tetapi gerakan mereka menghamburkan angin dingin dan bau busuk yang memuakkan sekali. Karena tak bernyawa, barisan tengkorak hanya bergerak menurut perintah So-beng Ki-su. Selama tidak diperintah mundur, mereka tetap maju. Sekalipun separoh dari kerangka tubuhnya hancur terkena pukulan, atau bahkan hanya tinggal sebuah kaki dan tangan saja, mereka tetap berloncatan menyerang. Pendek kata, kalau tak hancur sama sekali, mereka takkan berhenti. 376 Beberapa saat kemudian, serangan barisan Tengkorak itu makin menghebat. Lingkaran kepungan mereka pun makin menyempit. Keadaan rombongan Toh Hun-ki makin gawat. Soh-beng Ki-su tak henti-hentinya berteriak dan tertawatawa. Sekonyong-konyong terdengar sebuah suara raungan yang dahsyat. Dan menyusul terdengar suara tertawa panjang yang tak kalah congkak perbawanya dengan tertawa Soh-beng Kisu. Sekalian orang gagah terkejut sekali. Ketika mencuri kesempatan melirik, mereka makin terkejut. Soh-beng Ki-su tampak terhuyung-huyung ke belakang. Tak jauh disebelah mukanya, muncul seorang aneh berpakaian biru. Rambutnya memanjang sampai kebahu. Mata sebesar kelinting, mulut besar dan merah, jenggotnya berserabutan lempang seperti duri. Amboi.... itulah Pendekar Laknat! Sudah beberapa kali Soh-beng Ki-su menderita kekalahan dari Pendekar Laknat. Sudah tentu ia kaget setengah mati ketika mendadak momok yang ditakuti itu muncul. Ia terhuyung-huyung mundur mencari jalan untuk lolos. Karena tak diberi komando lagi, barisan Tengkorak pun macet. Mereka tertegun diam. "Pendekar Laknat!" serentak Toh Hun-ki berteriak girang. Ia segera bersama To Kiu-kong menghantam barisan tengkorak itu hingga hancur lebur berhamburan ke dalam semak. 377

Pendekar Laknat yang muncul itu sudah tentu Siau-liong yang menyamar. Kiranya, kepergiannya untuk menyelidiki keadaan lembah itu tadi hanya suatu alasan untuk berganti sebagai Pendekar Laknat. Tetapi memang tadi ia telah menyelidiki juga. Berkat bantuan peta pemberian Jong Leng lojin, dapatlah ia dengan leluasa mengetahui seluk beluk keadaan lembah itu. Tetapi, ah.... si dara Mawar Putih tetap tak dapat diketemukannya. Kemanakah gerangan lenyapnya dara itu? Akhirnya ia terpaksa kembali lagi untuk menyelamatkan rombongan orang gagah. Tetapi alangkah kagetnya ketika ia mendengar teriakan Soh-beng Ki-su memberi komando kepada barisan Tengkorak. Cepat ia menyamar lagi sebagai Pendekar Laknat. "Tua bangka Laknat.... dari mana engkau masuk ke dalam lembah ini!" seru Soh-beng Ki-su seraya mundur beberapa langkah. Sambil maju menghampiri, Siau-liong tertawa liar, Disegala tempat, baik di puncak gunung mau pun dilembah belantara, aku bebas pergi dan datang menurut sekehendak hatiku.... Diam-diam Siau-liong teringat akan nasib Koay suhu atau Pendekar Laknat asli, yang dianiaya pertapa Pencabut-nyawa itu. Geramnya, Hm, kalau saat ini tak kubunuhnya, sampai kapan lagi....?" Serentak ia salurkan ilmu tenaga sakti Bu-kek-sin-kang ke lengannya. Setelah telapaknya merah membara ia segera menghantam Soh-beng Ki-su sekuat tenaganya. Dalam 378 penyamaran sebagai Pendekar Laknat, Siau-liong bebas menggunakan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang. Tahu kelihayan ilmu pukulan itu, Soh-beng Ki-su tak berani menangkis. Cepat ia berputar tubuh terus lari ngiprit. Tanpa menghiraukan gundukan batu yang tajam dan runcing, ia nekad berguling-guling sampai beberapa belas langkah jauh. Dengan cara nekad itu, barulah ia dapat terhindar dari pukulan maut. Tubuh pertapa itu berlumuran darah. Pakaian robek2 kulit lecet2 berdarah!" SecepaT kilat Siau-liong memburu tiba dan hendak menyusuli hantaman lagi. Soh-beng Ki-su sudah tak mungkin dapat menghindar lagi. Dia pasti mati! Tetapi tiba-tiba pertapa ganas itu berteriak sekuat-kuatnya, Tunggu!" Entah bagaimana Siau-liong mau juga menahan pukulannya, Apa engkau masih mau bicara lagi?" "Ada sebuah hal yang aneh, mungkin engkau ingin mengetahui?!" "Soal apa? Lekas katakan!" Soh-beng Ki su sengaja bersikap ayal memberi jawaban, Engkau datang bersama Dewi Ular Ki Ih.... - ia berhenti

memandang reaksi Siau-liong lalu melanjutkan pelahau-lahan, apakah engkau tahu kemanakah ia sekarang?" Siau-liong terkesiap. Pikirnya, Kemungkinan merasa benar Mawar Putih menyamar lagi sebagai Ki Ih" Melihat Siau-liong tertegun. Soh-beng Ki-su dapat menduga kalau orang itu sudah mulai tertarik perhatiannya. Ia tertawa 379 mengekeh dan berkata pula dengan lambat2, Malah akulah yang pernah melihat ia muncul dalam lembah ini tetapi kemudian dibawa oleh seorang wanita baju Hitam melintasi puncak gunung itu!" -ia menunjuk ke arah sebuah puncak gunung yang landai. Menurut arah yang ditunjuk itu, Siau-liong dapatkan puncak gunung itu tegak melandai. Jika disitu memang tiada alat perangkap, Sia-liong sanggup untuk mencapai ke atas. Hanya keterangan Soh-beng Ki-su bahwa Mawar Putih telah dibawa oleh wanita baju hitam melintasi puncak gunung itu, rasanya tak mungkin terjadi. Tetapi tiba-tiba ia teringat akan kekuatiran yang dinyatakan Iblis Penakluk-dunia bahwa seorang sakti yang tak dikenal telah menyelundup masuk ke dalam Lembah Maut. Apakah engkau melihat sendiri?" akhirnya ia menegas dengan penuh kesangsian. Bukan melainkan melihat sendiri, pun dibawah puncak itu terdapat tusuk kundai Kumala yang dipakai oleh Dewi Ular Ki Ih. Kalau tak percaya, bolehlah kubawa engkau kesana!" sahut Soh-beng Ki-su. Siau-liong merenung.... Dari sikap dan nadanya, rupanya Soh-beng Ki-su itu tak bohong. Cepat ia mencengkeram leher baju orang itu dan mengancamnya, Bawalah aku kesana.... tetapi kalau engkau berani menipu aku, hm, tulang belulangmu pasti kuhancur leburkan!" Soh - beng Ki Su tergugu mengiakan lalu berjalan karena didorong Siau-liong. "Pendekar Laknat, jangan termakan siasatnya!" Toh Hun-ki berseru memberi peringatan. 380 Siau-Long tertegun sejenak. Tetapi pada lain saat ia tertawa meliar lalu tanpa berpaling ke arah Toh Hun-ki, ia terus menyeret Soh-beng Ki-su lari ke arah puncak itu. Walaupun puncak itu berbahaya sekali keadaannya tetapi dalam Lembah Maut. puncak itu termasuk satu-satunya tempat yang dapat ditempuh. Tak berapa lama tibalah mereka dikaki puncak. Soh-beng Ki-su melirik Siau-liong, katanya, Aku toh sudah berada dalam genggamanmu, masakan mampu lolos? Tetapi dengan cara menyeret dan menggusur seperti ini, bagaimana aku mampu mencari tusuk kundai Kumala itu?"

"Hm, tak mungkin engkau lolos dari tanganku!" Siau-liong lepaskan cengkeramannya. Setelah menghela napas untuk melonggarkan lehernya yang sesak ia pura-pura seperti mulai mencari. Dihampirinya sebuah semak belukar. Tetapi pada saat Siau-liong tak waspada, ia terus loncat menyusup ke belakang sebuah batu disebelah kiri. Ternyata di belakang batu itu terdapat sebuah gua rahasia yang tembus ke Barisan Tujuh Maut dan Lembah Semi. Sesungguhnya dalam peta pemberian Jong Leng lojin, tempat itu memang disebut. Tetapi karena Siau-liong sedang terbenam memikirkan Mawar Putih, ia sampai tak ingat lagi sehingga Soh-beng Ki-su dapat lolos. Tetapi Soh beng Ki-su masih tongolkan kepalanya dari balik batu dan tertawa mengekeh, Heh, heh, tua bangka Laknat! Aku tak mau seratus persen membohongimu. Memang ada seorang wanita baju hitam menolong seorang wanita.... tetapi 381 bukan Dewi Ular Ki Ih, melainkan seorang gadis baju putih.... Ki Ih mungkin sudah binasa dalam barisan Tujuh Maut!" Siau-liong tertegun dan lupalah ia untuk menghantam pertapa itu. Pada lain saat ketika tersadar, ternyata Soh-beng Ki-su sudah lenyap. Ia marah karena ditipu mentah2 oleh Sohbeng Ki-su. Tetapi ia terhibur juga hatinya karena nyata Mawar Putih telah ditolong orang. Terpaksa ia kembali ketempat rombongan Toh Hun-ki lagi. Ketua Kong-tong-pay itu amat girang sekali melihat Pendekar Laknat kembali. Cepat ia memberi llormat, Pendekar Laknat, dua kali sudah engkau telah memberi pertolongan. Budimu itu takkan kulupakan selama-lamanya!" Tawar2 Siau-liong menyahut, Perlu apa engkau ribut2? Aku dapat memberi hidup tetapi pun dapat membunuh, ditatapnya ketua Kong-tong-pay itu dengan mata berapi-api lalu tertawalah ia senyaring-nyaringnya. Tetapi Toh Hun-ki sudah biasa mendengar tertawa yang penuh kecongkakan itu. Kemudian ia berkata, Pesanmu ketika di Lembah Semi tempo hari, telah kulaksanakan. Racun pada luka nona Tiau Bok-kun sudah terobati. Ketika kutinggalkan Siok-ciu, dia masih beristirahat di rumah penginapan. Tetapi saat ini dia tentu sudah sembuh!" Tahu!" sahut Siau-liong hambar, lalu menghampiri Ti Gong taysu. To Kiu-kong, Pengemis-tertawa Tio Tay-tong dan kedua pengemis Pincang, diam-diam terkejut menyaksikan Pendekar Laknat dapat muncul dan lenyap di Lembah Maut. Sekalipun Toh Hun-ki telah memperlakukan Pendekar Laknat sebagai seorang pendekar budiman, tetapi orang2 Kay-pang itu tetap gelisah. Maka mereka menjauhkan diri dan tak ikut bicara.

382 Sikap Ti Gong taysu tampak lucu. Wajahnya menampil kejut dan ketakutan. Ia terlongong-longong memandang Siauliong. Dua puluh tahun berselang, ia ikut dalam rombongan yang dipimpin Ceng Hi totiang ketua Kun-lun-pay untuk membunuh kelima momok. Sudah tentu saat itu ia melihat Pendekar Laknat juga. Seingatnya Pendekar Laknat itu tak setinggi yang di hadapannya sekarang. Begitupun suaranya yang menggeledek itu, tak sama dengan dahulu. Tetapi memang pakaian, wajah dan dandanannya tiada beda dengan Pendekar Laknat dahulu. Karena kuatir nanti timbul salah faham sehingga terjadi perkelahian antara Pendekar Laknat dengan Ti Gong taysu, buru-buru Toh Hun-ki menyelinap ke tengah mereka dan memperkenalkan....Inilah ketua Siau-lim-si Ti.... Sahabat lama pada 20 tahun yang lalu, masakan perlu engkau perkenalkan!" bentak Siau-liong. Memang untuk menyempurnakan penyamarannya sebagai Pendekar Laknat, diam-diam Siau-liong menyelidiki tentang peristiwa kelima momok mengadu biru di dunia persilatan pada 20 tahun berselang. Diketahuinya bahwa Ti Gong taysu termasuk salah seorang tokoh yang ikut gerakan membasmi kelima momok itu. Ti Gong taysu menyebut 'Omitohud' lalu memalingkan muka. Sudah tentu Toh Hun-ki gugup dan kuatir Pendekar Laknat marah. Buru-buru ia berkata lagi kepada Siau-liong: Demi memberantas gerakan Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka yang hendak mencengkeram dunia persilatan, maka It 383 Hang totiang telah memimpin rombongan orang gagah menyerang ke Lembah Semi. Tetapi ternyata rombongan gagah banyak yang gugur dan sekarang hanya tinggal kami beberapa orang ini....-ia menghela napas dan mata berlinanglinang. "Menilik kenyataan sekarang ini, tentulah kedua suami isteri durjana itu segera akan bergerak. Keamanan dunia persilatan jiwa para tokoh2 persilatan. menghadapi ancaman. Satusatunya harapan, hanya terletak pada Pendekar Laknat seorang saja!" kata ketua Kong-tong-pay itu lebih lanjut. Memang agak berkelebihanlah ucapan Toh Hun-ki itu. Tetapi sesungguhnya hal itu memang suatu fakta. Makin mengindahkanlah Siau-liong terhadap pribadi ketua Kong-tong-pay itu. Namun ia terpaksa deliki mata dan berseru, Aku tak sanggup menyanggul beban seberat itu dan tak ingin mencampuri urusan yang tiada sangkut pautnya dengan diriku!" Berdiam sebentar, Siau-liong tertawa keras dan menegur Ti Gong taysu, Paderi tua, Siau-lim-si termasyhur diseluruh dunia. Ilmu pukulan Tat-mo -kim-kong merajai dunia persilatan dan engkau pun seorang ketua. Terapi mengapa

engkau dapat dikurung dalam Lembah Maut sini?" Ti Gong taysu mendengus, Aku memang merasa malu karena kepandaianku masih rendah. Dan lagi memang suami isteri iblis itu licin sekali memasang jerat.... tetapi, ah, hal itu bukanlah sesuatu yang memalukan. Paling banyak kan mati!" Ucapan itu menunjukkan keperibadian seorang ketua partai persilatan seperti Siau-lim-si Keras, pantang mundur. Semula Siau-liong tak puas melihat sikap congkak dari ketua Siau-limsi itu. 384 Tetapi setelah mendengar pernyataannya itu, kemarahannya pun agak reda. Toh Hun-ki makin gelisah. Pada saat ia hendak membuka mulut melerai, tiba-tiba dari arah barisan Tujuh Maut dan terowongan yang tembus ke Lembah Maut, terdengar suitan pelahan. Siau-liong mendengarkan dengan seksama, lalu berkata dingin, Hendak kubawa kalian keluar dan Lembah Maut ini, tetapi entah....-ia memandang Ti Gong taysu, berkata pula, "Apakah kalian percaya padaku?" Ti Gong taysu tetap membisu. Adalah Toh Hun-ki yang cepat menghampiri dan berkata tegang, Musuh kuat segera datang, jika Pendekar Laknat dapat membawa kami keluar dari lembah ini, itulah yang paling bagus.... Siau-liong tertawa. Sejenak memandang sekalian orang, ia berputar tubuh lalu ayunkan langkah. Berkat peta dari Jong Leng lojin, dapatlah ia mengetahui keadaan lembah itu dengan jelas. Ternyata Lembah Maut itu mempunyai 10 buah jalanan yang tembus keluar. Tetapi hampir seluruhnya akan tembus ke dalam Barisan Tujuh Maut. Hanya ada sebuah jalan yang dapat menembus keluar Lembah Semi. Siau-liong menyadari bahwa tak lama lagi Iblis Penaklukdunia dan isterinya tentu akan datang membawa anak buahnya. Maka cepat ia menuju kejalan tembusan yang gelap. Berpaling ke belakang, dilihatnya Toh Hun-ki dan keempat Sulo dari Kong-tong-pay mengikuti dibelakangnya, lalu To Kiukong, Pengemis-tertawa Tio Tay-tong, kedua pengemis Pincang dan paling akhir Ti Gong taysu. 385 Ketua Siau-lim-si itu berjalan dengan kepala menunduk. Sikapnya seperti orang yang puas. Jalan tembusan itu berada di kaki sebuah dinding karang. Siau-liong berhenti lalu menghantam segerumbul semak belukar setinggi orang. Toh Hun-ki terkejut karena mengira Pendekar Laknat tentu menemukan jejak musuh. Mereka buru-buru berpencar dan siap2.

Terdengar bunyi berderak-derak lalu berhamburan pecahan batu dari balik semak itu. Dan pada dinding karang segera terbuka sebuah lubang terowongan yang cukup untuk seorang. Tanpa bersangsi lagi, Siau-liong terus menerobos masuk. Toh Hun-ki dan rombongannya pun segera mengikuti. Karena tubuhnya tinggi besar, terpaksa Ti Gong taysu harus agak menunduk baru dapat masuk. Terowongan itu memang terowongan alam. Penuh liku2 dan berlekuk-lekuk jalannya Selain lembab, pun amat licin sekali. Agaknya dinding langit terowongan itu mengucurkan air ke bawah. Untung makin ke dalam terowongan itu makin lebar. Berkat makan buah Im-yang-som dan minum darah biawak purba dalam pusar bumi, mata Siau-liong luar biasa tajamnya. Walau pun terowongan amat gelap, ia dapat berjalan pesat. Toh Hun-ki dan kawan2nya, walaupun memiliki tenaga dalam yang tinggi, namun tetap kalah awas dengan mata Siau-liong. Terpaksa mereka harus jalan dengan hati-hati. 386 Terowongan itu ternyata amat panjang. Kira2 satu li jauhnya, barulah tiba dimulut gua sebelah luar. Siau-liong cepat loncat keluar. Disekeliling tempat situ merupakan sebuah lamping gunung yang jauh dari Lembah Semi. Ia menghela napas longgar. Diperhatikan keadaan empat penjuru. Ternyata sekeliling penjuru merupakan jajaran puncak gunung yang saling bergandengan. Lembah Semi berada ditengah lingkup jajaran puncak gunung itu.... Tiba-tiba ia terperanjat. Dibalik sebatang pohon pada jarak beberapa tombak jauhnya, tampak sesosok bayangan berkelebat. Gerakannya amat cepat sekali. Sekejab saja bayangan itu sudah menghilang dalam kegelapan. Saat itu baru menjelang tengah malam. Setelah menunggu sebentar, ternyata tak tampak sesuatu yang mencurigakan lagi. Diam-diam ia menertawakan dirinya sendiri yang begitu keliwat perasa. Bukankah dalam hutan tentu banyak binatang2 yang menghuni? Saat itu Toh Hun-ki dan lain-lain orang pun sudah keluar dari terowongan gua. Pakaian dan tubuh mereka kumal dan kotor. Tetapi mereka tak menghiraukan hal itu. Mereka lebih tercengkeram oleh kegirangan yang meluap-luap karena sudah terlepas dari Lembah Semi. Semua mata terarah kepada Siau-liong dengan pandang terima kasih yang tak terhingga. Ti Gong taysu menghela napas panjang. Tiba-tiba ia melangkah kehadapan Siau-liong dan memberi hormat. "Aku selalu menjunjung budi dan dendam. Sejak saat ini seluruh

anak murid Siau-lim-si akan menghormat saudara sebagai 387 seorang pendekar budiman, bukan tokoh golongan Hitam lagi!" Siau-liong hanya tertawa hambar; Aku tak memusingkan hal itu. Terserah saja kepadamu!" Tiba-tiba To Kiu-kong banting2 kaki, serunya, Walaupun aku dapat lolos keluar tetapi cousu-ya kami masih berada dalam Lembah Maut. Jika kedua suami isteri iblis itu melakukan serangan besar-besaran, cousu-ya tentu terancam bahaya!" Diam-diam Siau-liong geli dalam hati. Lalu berkata, Tokoh perwira Kongsun Liong itu. seorang pendekar muda yang paling kuindahkan. Dia dapat muncul lenyap secara aneh. Siapa tahu saat ini dia pun sudah lolos dari Lembah Maut. Harap kalian jangan gelisah!" Sekalian orang terbelalak. Belum pernah terdengar bahwa Pendekar Laknat mau menghargai sebagai itu. Lebih2 terhadap seorang pemuda tak terkenal. Melihat sekalian orang mengawasi dirinya. karena kuatir akan terbuka kedoknya, Siau-liong tertawa nyaring lalu berkata kepada Toh Hun-ki, Bagaimana tujuan kalian?" Ketua Kong-tong-pay menghela napas panjang. Memandang Ti Gong taysu dan Tio Kiu-kong, lalu berkata, Saat ini di Siok-ciu tentu masih banyak tokoh2 persilatan yang berbondong-bondong datang. Kemungkinan mereka tentu belum mendengar tentang kekalahan yang kami derita dalam penyerangan ke Lembah Semi kali ini. Tiada jalan lain lagi kecuali hanya menyusun kekuatan dengan sahabat2 persilatan itu.... 388 Memandang Siau-liong, ia berkata setengah meminta, Jika Pendenar Laknak tak tega melihat kehancuran dunia persilatan, maka.... Baik, aku bersedia membantu gerakan kalian untuk membasmi Iblis Penakluk dunia dan isterinya. Tetapi.... Siauliong berhenti menatap wajah Toh Hun-ki lekat, serunya pula:.... Setelah kedua iblis itu dapat ditindas, aku hendak minta beberapa barang kepadamu sebagai upahnya!" Asal kami mampu saja, tentu akan memberikan," Toh Hun-ki menyahut gopoh. Siau-liong tertawa dingin, "Mungkin barang yang hendak kuminta terlampau berharga sekali sehingga tak mungkin engkau mau memberikan!" Sambil menunjuk kelangit. Toh Hun-ki bersumpah, Apapun yang hendak engkau minta, aku takkan sayang memberikan. Sekali pun jiwaku juga akan kuserahkan!" Siau-liong mendengus, Toh Hun-ki, engkau benar. yang

kuminta justeru batang kepalamu dan keempat Su-lo Kongtongpay!" Sekalian orang tersentak kaget. Toh Hun-ki termenung lama. achirnya ia mengangguk. Serunya tertawa, Jika memang itu yang engkau kehendaki, akupun setuju. Begitu kedua suami isteri iblis itu sudah dibasmi, terserah kapan saja engkau hendak mengambilnya.... Ketua Kong tong-pay itu berpaling ke belakang dan memandang keempat Su-lo, lalu berkata dengan tenang, Tentang batang kepala dari keempat suteku ini, aku pun dapat memberi keputusan. Akan kami serahkan ber-sama2 sekaligus!" 389 Keempat Su-lo itu tenang2 saja wajahnya, Se-akan2 mereka sudah pasrah nasib pada ketuanya. Sikap dan ucapan yang perwira dari ketua Kong-tong-pay itu mengharukan hati Siau-liong. Tetapi terpaksa ia paksakan diri tertawa dingin, Perjanjian telah kita setujui, pada saat itu harap engkau jangan menyesa!." Wajah Toh Hun-ki mengerut sarat dan tertawalah ia selapang2nya, "Aku bukanlah manusia yang suka menjilat ludah. Asal dapat menyelamatkan dunia persilatan, aku tak menghiraukan nasibku!" Siau-liong termenung. Pada lain saat ia mempersilahkan rombongan tokoh persilatan itu lanjutkan perjalanan. Baru beberapa langkah menuruni gunung, tiba-tiba Toh Hun-ki berhenti dan berpaling, Apakah Pendekar Laknat hendak.... Siau-liong mendengus, Aku pun tak pernah ingkar janji. Tiga hari lagi aku tentu datang ke Siok-ciu untuk berunding dengan kalian." Demikian Toh Hun-ki dan rombongan, segera menuruni gunung menuju ke Siok-ciu. Setelah mereka jauh, Siau-liong menghela napas terharu. Beberaoa butir air mata menitik turun.... Dia sendiri tak tahu mengapa ia begitu terharu perasaannya dan sampai menangis. Keharuan itu sama sekali bukan karena umurnya tinggal setahun ia serahkan pada nasib. Apalagi dalam waktu setahun itu, cukuplah baginya untuk bertemu dengan ibunya, melaksanakan balas dendam dan lain-lain, habis itu, mati pun ia tak menyesal. 390 Tengah hatinya dirundung kepiluan, tiba-tiba dari balik pohon besar disebelah muka tadi, bayangan itu mulai muncul lagi. Siau-liong terkejut. Terang bayangan itu bukan binatang liar melainkan seorang persilatan yang memiliki gerakan tangkas sekali. Dari potongan tubuhnya yang langsing,

tentulah dia seorang wanita. Ketika memandang dengan seksama, makin besarlah rasa kejut Siau-liong. yang datang itu ternyata si dara baju hijau tua, ialah dara dari gubuk keluarga pemburu yang pernah Siau liong dan Mawar Putih datangi tempo hari. Tiba dihadapan Siau-liong, dara itu memandang lekat2 kepadanya dan bertanya dengan geram, Tua bangka, siapa namamu?" Semula Siau-liong hendak menegurnya. Tetapi ketika menyadari bahwa saat itu ia masih dalam penyamaran sebapai Pendekar Laknat, ia batalkan niatnya. Tentulah dara itu takkan mengenalinya. Nona kecil, mengapa tengah malam engkau berjalan-jalan di puncak gunung sini?" Siau-liong balas bertanya. Dara itu kerutkan alis lalu melengking, Apakah engkau tuli? Tak mendengar apa yang kutanyakan?" Siau-liong tertegun. Diam-diam ia memuji dara itu benarbenar bernyali besar. Tengah malam di tempat sunyi bertemu dengan Pendekar Laknat yang berwajah seram, namun dara itu setitik pun tak takut! 391 Saat itu mereka berada disebuah belantara yang tak pernah didatangi orang. Siau-liong anggap tak perlu ia bertingkah seperti Pendekar Laknat lagi. "Nona kecil, pernahkah engkau mendengar nama Pendekar Laknat?" serunya. Dara itu menyahut dengan berteriak nyaring. "Apakah engkau Pendekar Laknat itu?" Siau-liong memandang wajah si dara yang masih kekanakkanakan, tertawa, Benar aku memang Pendekar Laknat!" Diluar dugaan, dara itu malah membentak, Bagus, setan tua! Akhirnya aku dapat menemukan engkau!" -wut.... ia terus ayunkan tangan menampar. Siau-liong benar-benar tak mengerti mengapa dara itu sedemikian bengisnya. Terhadap tamparannya, ia tak menaruh kekuatiran, Diluar dugaan, hampir saja ia celaka! Tampaknya biasa saja gerak tamparan dara itu sehingga Siau-liong sama sekali tak berjaga-jaga. Pikirnya, tak apalah andaikata sampai mengenai bagian jalan darah yang penting. Tentu takkan menderita. Adalah pada saat tenaga tamparan itu hampir tiba, barulah Siau-liong kaget setengah mati. Ia sudah tak sempat menangkis lagi. Terpaksa ia kerahkan tenaga dalam untuk melindungi tubuhnya.... Ternyata tamparan dara itu mengandung tenaga dalam lunak yang istimewa. Tampaknya lemah sekali tetapi hebatnya bukan kepalang. Dapat menghancurkan tulang2 dari sendinya. Dan yang istimewa lagi, pukulan itu sama sekali tak bersuara.

392 Dess.... dada Siau-liong terkena pukulan si dara dengan tepat sekali. Walaupun ia sudah kerahkan lima bagian tenaga dalamnya, namun dadanya seperti dihantam dengan palu godam. Darah bergolak keras, mata berkunang-kunang dan tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang sampai tujuh delapan langkah baru ia dapat paksakan diri berdiri tegak. Melihat pukulannya berhasil dara itu melengking dan secepat kilat loncat maju ia menghantam dengan kedua tangannya lagi! Sudah tentu Siau-liong kejut bukan kepalang. Menurut penilaiannya, tenaga dalam dari pukulan si dara serta gerakannya dalam ilmu meringankan tubuh, tidak dibawah kedua suami isteri Iblis Penakluk dunia. Kalau ia tak balas menyerang, terang tentu akan terluka berat. Tiba-tiba Siau-liong menggembor keras. Dengan salurkan delapan bagian dari tennga sakti Bu-kek-sin-kang, iapun menyongsong dengan kedua tangannya. Ketika dua tenaga sakti saling beradu sama sekali tak mengeluarkan suara. Kiranya tenaga sakti yang dilepas Siau-liong itu bersifat Keras. Sedang tenaga sakti si dara merupakan tenaga sakti lunak. Keras beradu Lunak, hilang sirna kedua-duanya! Siau-liong mendengus. Ia hendak menarik pulang tenaga pukulannya. Tetapi diluar dugaan si dara menyerang lagi. Dara itu juga seorang pemarah. Melihat pukulannya tak mampu merubuhkan Siau-liong. marahlah ia Dorongkan kedua 393 tangan kemuka, ia pancarkan seluruh tenaga saktinya ke arah Siau-liong. Siau-liong pucat seketika. Ia menyadari bahwa apabila dua jenis tenaga sakti saling beradu, salah satu atau mungkin kedua-duanya. tentu akan menderita luka parah. Bahkan mungkin binasa. Dara itu tak mempunyai dendam permusuhan dengan dirinya. Tetapi mengapa begitu kalap hendak mengadu jiwa? Juga dara itu tak mau memberi kesempatan kepadanya untuk bicara. Dan celakanya, ternyata dara itu memiliki kepandaian yang sakti. Dua kali dara itu menyerang hebat. Dan kalau sekarang dibiarkan juga, kemungkinan ia tentu celaka. Dengan mengerat gigi, terpaksa Siau-liong kerahkan tenaga sakti untuk menyongsong serangan si dara. Tetapi alangkah kejut Siau-liong. Sudah delapan bagian dari tenaga saktinya yang ia lancarkan namun tetap berimbang dengan tenaga sakti si dara. "Celaka," keluhnya dalam hati, aku tak kenal dan tak mempunyai dendam suatu apa kepada budak perempuan

ini.... Kalau sampai binasa ditangannya, bukankah amat penasaran?" Dan tak habislah heran Siau-liong. Ia sudah menerima penyaluran tenaga sakti dari Pendekar Laknat, sudah makan buah Im-yang-som dan sudah pula minum darah binyawak dalam pusar bumi. Karena hal2 yang luar biasa itu, barulah ia memiliki kesaktian seperti saat itu. Tetapi dara itu? Ya, dara itu tentu lebih muda dari dia. Tetapi mengapa kepandaiannya begitu hebat, tak dibawah kepandaiannya? 394 Tengah pikirannya melayang, tiba-tiba Siau-liong rasakan tekanan tenaga lawan makin bertambah keras sehingga tubuhnya mulai terdorong ke belakang. Siau-liong gelagapan kaget. Buru-buru ia menambahkan tenaga dalamnya lagi. Namun rupanya dara baju hijau itu amat penasaran sekali. Kalau dapat, hendak dihancurkan saja Siau-liong saat itu juga. Melihat Siau-liong menambahkan tenaga saktinya, dara itu geregetan sekali. Se-konyong2 data itu gentakkan kedua kakinya menekan tanah. Dengan segenap tenaga ia memberi tekanan kepada Siau-liong. Siau-liong gelagapan sekali ia tak kira kalau dara itu begitu kalap hendak mengadu jiwa kepadanya. Apabila terjadi benturan, tak dapat tidak keduanya akan celaka semua. Namun untuk menghindari, Siau-liong sudah tak sempat lagi. Dan terjadilah getaran dahsyat. Siau-liong dan dara itu sama2 terpental setombak dan rubuh ke tanah! Aduh.... dara itu mengerang pelahan lalu tak bersuara lagi. Tampaknya tentu menderita luka parah dan mungkin sudah binasa, mungkin hanya pingsan. Siau-liong walaupun masih sadar tetapi juga sudah terlongong2. Darah dalam tubuhnya bergolak keras sehingga kepalanya pening mata pudar. Kemungkinan setiap saat ia akan pingsan dan mati. Dengan kuatkan diri Siau-liong kerahkan tenaga murni untuk memulihkan peredaran darahnya. Tetapi begitu 395 kerahkan tenaga murni, darahnya melancar keras, meluap kemulut dan "huak".... ia muntah darah sampai dua kali.... Mata Siau-liong mulai kabur. Sekeliling alam terasa berputar2. Dalam keadaan antara sadar tak sadar iiu, ia masih dapat menghela napas. Kalau ia harus mati saat itu, sungguh mengenaskan sekali.... Sekonyong-konyong dari jauh terdengar orang berseru memanggil-manggil, Leng-ji! Leng-ji.... Walaupun Siau-liong mendengar juga suara itu. tetapi ia sudah seperti terbuai dalam keadaan mabuk. Pikirannya tak

dapat lagi mengetahui keadaan disekelilingnya. Suara itu makin lama makin dekat. Nadanya mengunjuk rasa kegelisahan. Tak lama kemudian sesosok bayangan meluncur pesat kesamping dara itu. Dia menjerit lalu berjongkok memeriksa si dara. Ternyata pendatang itu ada wanita dari gubuk keluarga pemburu atau ibu dari dara itu. ialah nyonya rumah yang menemui Siau-liong ketika pemuda itu bersama Mawar Putih mencari tempat bermalam dihutan. Wanita baju hitam itu mendukung si dara s-raya mengiangngiang: ,,Anakku, oh, anakku.... Dara itu sudah pingsan. Kaki tangannya lunglai, mata meram seperti orang mati. Wanita itu lekatkan telinganya kedada puterinya. Didengarnya jantung dara itu masih mendebur. Cepat ia mengambil sebutir pil lalu disusupkan kemulut si dara. 396 Terdengar perut dara itu kerucukan. Tak lama kemudian bibirnya bergetar lalu "huak" mulutnya muntahkan segumpal darah hitam! Ketegangan wajah wanita baju hitam itu agak menurun. Sambil membopong tubuh si dara, ia pe-lahan2 menghampiri ketempat Siau-liong. dengan mata berkilat-kilat gusar ia membentak Siau-liong, Tua bangka laknat!" Siau-liong walaupun masih sadar tetapi juga sudah terlongong2. Darah dalam tubuhnya bergolak keras sehingga kepalanya pening mata pudar. Kemungkinan setiap saat ia akan pingsan dan mati. Dengan kuatkan diri Siau-liong kerahkan tenaga murni untuk memulihkan peredaran darahnya. Tetapi begitu kerahkan tenaga murni, darahnya melancar keras, meluap kemulut dan "huak".... ia muntah darah sampai dua kali.... Mata Siau-liong mulai kabur. Sekeliling alam terasa berputar2. Dalam keadaan antara sadar tak sadar itu, ia masih dapat menghela napas. Kalau ia harus mati saat itu, sungguh mengenaskan sekali.... Siau-liong pikirannya masih sadar. Baru ia gerakkan mulut hendak memberi keterangan, wanita baju hitam itu sudah membentaknya, Walaupun aku sudah mengasingkan diri dan sudah cuci tangan, tetapi engkau sendiri yang cari mati.... Wajah wanita itu tiba-tiba berobah pilu. Matanya berlinang2. Setelah termenung beberapa saat ia berkata pula, Karena engkau berani mencelakai puteriku. Terpaksa aku pun harus berlaku kejam kepadamu!" 397 Ia menutup kata2nya dengan mengangkat kaki kanannya. Sekali tendang, tubuh Siau-liong berguling-guling beberapa langkah.

Hai, tua bangka Laknat! Apakah engkau dengar kata2ku tadi?" serunya. Tendangan wanita itu membuat Siau-liong meregang setengah mati Tulang belulangnya serasa copot dari persendiannya. Ia hanya mengerang, tertahan. Wanita baju hitam itu tertegak diam. Pada lain saat ia menghela napas panjang. memandang Siau-liong yang menggeletak tak berkutik dilanah, ia berkaa seorang diri, Pada saat dan tempat sekarang ini, kuampuni jiwamu. Tetapi besok pada pertengahan hari.... Habis berkata wanita itu terus membawa si dara baju hijau pargi. Tak berapa lama lenyap dalam kegelapan. Siau-liong dalam keadaan sadar tak sadar. Semangatnya seperti melayang-layang di angkasa. Ia tak berani mengerahkan hawa murni untuk menjalankan peredaran darah. Karena dengan berbuat begitu bahkan akan membuat darahnya sungsal sumbal. Dan pasti matilah ia saat itu. Apa boleh buat ia biarkan saja apa yang terjadi dalam tubuhnya. Ia pasrahkan dirinya pada kehendak Nasib. Rasa sakit telah menyebabkan kesadaran pikirannya hilang. Seolah olah anggauta badannya, bukan lagi menjadi miliknya. Malam merayap panjang, Sudah hampir tiga jam lamanya Siau-liong dalam keadaan sedemikian itu. Saat itu haripun hampir terang tanah. Angin di malam musim rontok yang dingin membuat Siau-liong tersadar. Mulai ia gelisah. Tenaganya lemah lunglai tak dapat bergerak lagi. 398 Saat itu ia masih berada tak berapa jauh dari mulut gua tembusan. Jika suami isteri Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka muncul, tentu ia akan diseret ke dalam lembah lagi. Namun apa daya. Ia benar-benar tak kuat untuk menggerakkan tubuhnya. Kembali ia harus menyerah pada nasib. --ooo0dw0ooo-MAWAR dan MELATI Sekonyong - konyong terdengar derap langkah orang. Bermula lapat2 tetapi makin lama makin dekat. Dan beberapa saat kemudian tiba di belakang Siau-liong. Diam-diam Siau-liong mengeluh. Jelas Toh Hun-ki dan rombongannya sudah pergi. Yang mungkin datang tentulah suami isteri Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka. Atau anak buah Lembah Semi. Tetapi pada lain kilas ia anggap dugaannya itu kurang tepat. Karena baik Iblis Penakluk-dunia atau Dewi Neraka, mau pun Soh-beng Ki-su tentu tak mungkin datang seorang diri. Pada hal jelas yang datang itu adalah seorang. Dengan telinganya yang tajam apalagi keadaan sekeliling tempat itu sunyi senyap, dapatlah ia mengikuti gerak-gerik pendatang itu. Setelah tiba dibelakangnya, orang itu tertegun

diam. Pada lain saat tiba-tiba orang itu berjongkok dan berteriak cemas, Lo-cianpwe, lo-cianpwe.... engkau.... 399 Siau-liong tak asing lagi dengan nada suara itu. Ya, itulah Tiau Bok-kun. Tak mungkin salah. Dengan paksakan diri, Siau-liong bergeliat berseru. "Tiau.... nona.... Tiau....!" Luka dalam yang dideritanya benar-benar parah. Setelah berseru tiga patah kata, napasnya terengah dan tak dapat melanjutkan lagi. Darahnya bergolak sehingga ia hampir pingsan. Lo-cianpwe, mengapa engkau menderita luka yang begitu parah?.... tanya Tiau Bok-kun cemas. Setelah ditolong oleh Pendekar Laknat dari Lembah Semi, Tiau Bok-kun merasa berhutang budi kepada orang tua yang berwajah seram iiu. Siau-Liong hanya tersenyum hambar tetapi tak menjawab. Diam-diam ia cemas juga mengapa pada waktu larut malam begini, Tiau Bok-kun datang kesitu. Apabila orang Lembah Semi keluar, bukankah nona itu akan celaka! Sejenak memandang keempat penjuru, Tiau Bok-kun berkata, Lo-cianpwe, lekaslah engkau salurkan tenaga dalam. Kita.... kita harus lekas2 tinggalkan tempat ini!" Aku.... sudah tak ada harapan lagi! Lekaslah engkau.... pergi.... jangan . , .jangan pedulikan aku!" Tampak mata Tiau Bok-kun berlinang-linang, katanya meratap, "Jika tak ketemu, itu lain soal. Tetapi sekali aku berjumpa dengan locianpwe, tak mungkin aku tak mempedulikan.... Tempo hari jika tak ditolong locianpwe, aku tentu sudah mati dalam Lembah Semi!" 400 Melihat nona itu berkeras kepala, Siau-liong gugup dan membentaknya, Pergi.... engkau! Aku.... Karena hatinya goncang, darah meluap dan pingsan lagilah ia. Tiau Bok-kun gugup sekali. Setelah bersangsi sejenak, ia terus memanggul tubuh Pendekar Laknat lalu dibawanya turun gunung. Kira2 setengah li jauhnya, mereka tiba di kaki puncak. Tiau Bok-kun memilih sebuah tempat yang tersembunyi dan meletakkan tubuh Siau-liong. Setelah menyandarkan tubuh Siau-liong pada batu, Tiau Bok-kun mulai lekatkan kedua tangannya pada perut Siau-liong untuk menyalurkan tenaga dalamnya. Berkat makan buah Im-yang-som dan minum darah binyawak dalam pusar bumi, Siau-liong memiliki dasar ilmu tenaga dalam yang lebih tinggi dari orang biasa. Maka begitu

mendapat saluran tenaga dalam dari Tiau Bok-kun, cepat sekali darah Siau-liong yang bergolak keras itu dapat ditenangkan kembali. Setelah beberapa waktu lamanya, Siau-liong membuka mata. "HuaK", ia muntahkan segumpal darah hitam. Tetapi dengan begini, napasnya agak longgar, semangat lebih segar. Tiau Bok-kun hentikan penyalurannya dan berkata dengan ter-engah2, Locianpwe, lekas salurkan tenagamu. Engkau sudah makin baik!" Tetapi Siau-liong tersenyum tawar dan gelengkan kepala, Percuma! Tak mungkin aku sembuh! Aku dapat merasakan sendiri.... Nona Tiau.... ia berkata pula. 401 "Lo-cianpwe.... "Mengapa tengah malam begini engkau datang kemari?" "Aku hendak mencari seseorang!" Siau-liong tergetar hatinya, Siapa?" Nona itu menghela napas panjang. Sampai lama ia tak berkata. Apakah bukan pemuda yang bernama Kong-sun Liong itu.... Tiau Bok-kun teringat ketika dalam Lembah semi ia pernah minta tolong kepada Pendekar Laknat supaya menyampaikan pesan kepada Kong-sun Liong. Wajah nona itu tersipu merah ketika mengangguk, Kutahu dia tentu sudah masuk ke dalam Lembah Semi, maka.... Diam-diam Siau-liong mengucurkan dua titik air mata. Lalu dengan halaukan rasa haru, ia barkata, Harap nona suka mendengar nasehatku. Lebih baik nona jangan mencarinya!" Mengapa? Apakah lo-cianpwe pernah melihatnya?" tanya Tiau Bok-kun gugup. Siau-liong tidak menyahut melainkan melanjutkan kata2nya lagi, Nona takkan dapat menemukannya se-lama2nya!" "Mengapa?" Tiau Bok-kun makin tegang Siau-liong menghela napas, Mungkin dia sudah pergi keseberang lautan dan takkan kembali lagi.... Tiau Bok-kun meregang kedua matanya lebar2 memandang Siau-liong. Dua butir air mata bercucuran dari pelupuknya. 402 Beberapa saat kemudian ia membesut air matanya lalu berkata dengan tersekat, Tidak, tidak mungkin dia berbuat begitu. Paling tidak dia tentu akan membawaku pergi!" Berhenti sejenak ia berkata pula, Dia tahu bahwa diriku senasib dengan dia. Tiada ayah-bunda, hidup sebatang kara!" Hati Siau-liong seperti disayat sembilu. Batinnya, Ah, tahukah engkau bahwa Kongsun Liong yang engkau cari itu berada dihadapanmu? Tahukah pula engkau bahwa aku hanya dapat hidup dalam satu tahun saja?"

Sau-liong termangu tegak seperti patung. Perasaannya melayang2 tak keruan. Nasib malang tak putus2nya merundung dirinya. Poh Ceng-in si wanita pemilik Lembah Semi telah memberinya minum racun Jong-tok. Dalam waktu satu tahun ia tentu mati. Belum sempat ia melakukan tujuan mencari ibu dan membalas musuh2, diluar dugaan ia bertemu dengan si dara baju hujau yang menyerangnya sehingga sama2 menderita luka parah.... "Lo-cianpwe, mengapa engkau.... juga tampak bersedih?" tiba-tiba Tiau Bok-kun bertanya cemas seraya mengeluarkan sapu tangan. Ternyata Siau-liong tak dapat mengendalikan kesedihan hatinya sehingga menitikkan air mata juga. Setelah Tiau Bok-kun menyeka air matanya, barulah ia tersadar. Ia paksakan tertawa. "Dengan Kongsun Liong itu, aku memang pernah bertemu.... Oh.... desis Tiau Bok-kun tegang, Dimanakah dia? Locianpwe. dimanakah dia sekarang?" 403 Sejenak merenung Siau-liong menyahut, Pada waktu berjumpa dia sedang siap2 hendak pergi jauh kelain tempat. Dia tentu dicelakai secara licik oleh orang dengan racun yang ganas. Menurut keterangannya, dia hanya dapat hidup selama setahun lagi.... "Lo-cianpwe!" Tiau Bok-kun menjerit, "Apakah keteranganmu itu benar?" Siau-liong menghela napas, Menurut keterangannya pula, dia masih mempunyai seorang keluarga yang tinggal diseberang laut. Sebelum mati dia hendak bertemu muka dengan keluarganya itu. Maka ia bergegas-gegas menuju keseberang laut!" "Tahukah lo-cianpwe letak tempatnya diseberang lautan itu?" Tiau Bok-kun mendesak. Siau-liong gelengkan kepala, Ini.... aku tak mendengar jelas!" Sejenak melirik pada Tiau Bok-kun, kembali Siau-liong melanjutkan kata2, Pada saat pergi, Kongsun Liong telah minta tolong kepadaku supaya menyampaikan sebuah pesan kepada nona!" Dengan ber-linang2 air mata Tiau Bok-kun bergegas menanyakan. Tetapi Siau-liong tak tahan berhadapan mata dengan si nona. Cepat palingkan muka dan berkata, Dia mengatakan.... supaya nona lupakan saja kepadanya. Anggaplah nona tak pernah bertemu dengannya!" Hampir saja ia tak kuat menahan air matanya tetapi dengan kuatkan hati ia menahan diri. 404 Tiau Bok-kun terpukau lalu berkata seorang diri,

Melupakannya? Seperti tak pernah kenal padanya....? Enak sekali ia mengucap kata-kata itu.... Serentak berpaling menatap Siau-liong, Tiau Bok-kun membentaknya, Bohong! Tak mungkin dia mengatakan begitul Kutahu isi hati dan peribadinya. Dia bukanlah seorang pemuda yang mudah melupakan budi dan cinta.... Berhenti sejenak untuk menekan haru penasarannya, Tiau Bok-kun melanjutkan berkata pula, Tentu karena tak dapat menyembuhkan racun itu maka ia lantas tak mau bertemu dengan aku lagi....!" Siau-liong menghela napas panjang. "Rasanya itu lebih baik agar nona dan dia jangan sampai menderita!" "Tetapi tak bisa begitu! Sekalipun dia hanya dapat hidup satu tahun, satu tahun aku akan menemaninya. Kemudian.... aku rela menemani mati bersamanya!" Diam-diam Siau-liong terkejut, serunya, Nona, tindakan nona itu bodoh sekali. Sekalipun nona rela berkorban tetapi baginya, tentu akan lebih menambah penderitaan batin!" Ditatapnya Siau-liong dan berkatalah Tiau Bok-kun, Bagaimana lo-cianpwe tahu kalau dia akan menderita....?" Ia tenangkan ketegangan hati dan menghela napas, ujarnya, Tak peduli dia hendak pergi kemana, aku tetap akan mencarinya!" Siau-liong terpukau. Tak tahu ia bagaimana harus berkata.... Ia kehilangan faham. 405 Saat itu sudah hampir menjelang fajar. Angin pagi mulai berhembus menggigit tulang. Tiau Bok-kun memandang kesekeliling penjuru lalu berkata, Lo-cianpwe, mari kubawa lo-cianpwe ke Siok-ciulah!" Siau-liong gelengkan kepala, Percuma, lukaku ini tak mungkin sembuh lagi. Biarlah aku menggeleiak disini saja!" "Dikota Siok-ciu banyak tabib yang pandai. Tentu dapat menyembuhkan luka lo-cianpwe!" Tanpa menunggu persetujuan Siau-liong lagi, Tiau Bok-kun terus memanggul tubuh pemuda itu dan mulai ayunkan langkah. Siau-liong hendak meronta tetapi dia sudah tak bertenaga lagi. Terpaksa ia menghela napas dan pasrah bongkokan. Hatinya gundah kelana tak keruan. Sedih bahagia, pedih dan gembira bercampur aduk jadi satu dalam sanubarinya. Mati tak dapat, hidup pun tak bisa.... Kira2 sepeminum teh lamanya, mereka tiba di jalan besar. Tengah Tiau Bok-kun berjalan, sekonyong-konyong terdengar suara orang membentak bengis, Berhenti!" Tiau Bok-kun terkejut dan berhenti, Dari balik sebuah batu di tepi jalan, melesat keluar seorang dara. Dara itu memandang lekat2 pada Pendekar Laknat yang

dipanggul Tiau Bok-kun lalu mendengus tajam; Bagus! Kiranya kalian begitu mesra sekali!" Setelah menenangkan kegoncangan hatinya, Tiau Bok-kun menyahut, Apakah engkau bukan taci Mawar Putih?" 406 Kiranya dara itu memang si Mawar Putih. Ketika dirumah penginapan dalam kota Siok-Ciu, tempo hari mereka memang pernah berjumpa. Mawar Putih tak menghiraukan teguran Tiau Bok-kun. Menunjuk pada Pendekar Laknat, Mawar Putih melengking, Perlu apa engkau memanggulnya?" Habis berkata ia terus hendak merebut. Tiau Bok-kun menghindar seraya berteriak, Jangan, dia sedang terluka berat!" Mawar Putih tertegun. Mengapa terluka?" "Menurut keterangannya, lukanya sudah tak ada harapan lagi!" Mawar Putih memandang tajam2. Ah. benar. Wajah Siauliong pucat lesi, napasnya lemah. Dara itu terkejut sekali. Tetapi karena Tiau Bok-kun memanggil Siau-liong sebagai Pendekar Laknat, ia duga nona itu belum tahu kalau yang dipanggulnya itu bukan lain adalah Kongsun Liong. Diam-diam Mawar Putih legah hatinya. Kini ia tersenyum, Baik, harap serahkan dia kepadaku!" Tiau Bok-kun meragu. Dipandangnya wajah Siau-liong. Kedua matanya memejam, rupanya pingsan. Nona itu cemas, serunya; "Beliau orang tua ini menderita luka dalam. Harus cepat2 diobati, kalau tidak.... Kutahu!" Mawar Putih tertawa dingin, masakan aku sampai hati membiarkannya mati!" Walaupun heran mengapa dara itu menghendaki Pendekar Laknat yang sedang terluka parah, namun karena melihat dara 407 itu begitu bersungguh-sungguh, terpaksa ia menyerahkannya juga. Sesungguhnya Siau-liong tidak pingsan. Ia tahu kalau dirinya dibuat rebutan oleh kedua gadis itu. Namun kalau membuka mulut, ia kuatir akan menimbulkan salah faham diantara kedua dara itu. Maka ia pura-pura pingsan. Setelah membopong Siau-liong, Mawar Putih lalu berkata; Kami hendak berangkat, silahkan engkau melanjutkan perjalananmu sendiri!" Tiau Bok-kun mengangguk, Baiklah, ah, membikin repot taci saja.... Tak apa," sahut Mawar Putih tersenyum. Lalu berputar diri dan melangkah pergi. Tiau Bok-kun memandang bayangan dara itu sampai beberapa saat. Tiba-tiba ia berteriak memanggilnya, Taci

Mawar Putih!" Mawar Putih berhenti dan menanyakan apalagi yang hendak dikehendaki nona itu. Apakah taci pernah mendengar tentang diri.... Kongsun.... liong?" Mawar Putih kerutkan alis, Mengapa engkau menanyakannya?" Tiau Bok-kun menghela napas, Kabarnya dia telah menderita luka akibat diracuni secara licik oleh seseorang. Mungkin.... hanya dapat hidup sampai satu tahun saja!" Mawar Putih tertegun, Siapa bilang?" 408 "Lo-cianpwe ini," kata Tiau Bok-kun menunjuk Siau-liong. Dua butir air matanya menitik turun dan berkata lagi, "Dan lagi, katanya dia sudah berangkat keseberang laut.... Taci Mawar, tahukah engkau seberang lautan yang ditujunya itu?" Tiau Bok-kun menyusuli pertanyaan pula. "Tidak tahu," sahut Mawar Putih dingin. Ditatapnya Tiau Bok-kun tajam2 lalu menegur, Eh, mengapa engkau terus menerus menanyakan tentang dirinya?.... Kukasih tahu padamu. Sekalipun andaikata dia tak jadi menuju keseberang lautan, tak nanti dia mempedulikan dirimu!.... Lekas engkau lanjutkan perjalananmu, dan jangan bertanya atau menyelidiki beritanya lagi!" Dengan rawan kepiluan, Tiau Bok-kun menyahut, Tak apa dia akan mempedulikan aku atau tidak. tetapi dia telah menolong jiwaku.... "Dia banyak sekali menolong orang!" tukas Mawar Putih, "mungkin itu hanya merupakan suatu kewajiban baginya, Tetapi jelas dia tentu tak menghendaki engkau membalas budinya.... mungkin dia sudah melupakan dirimu!" Tiau Bok-kun menghela napas lalu pamitan dan terus melangkah pergi. Tampak langkahnya agak terhuyunghuyung. Jelas nona itu telah menderita pukulau batin yang berat! Diam-diam Siau-liong mencuri lirik. Dilihatnya nona itu menuju ke Siok-ciu. Ia menghela napas panjang.... Setelah Tiau Bok-kun lenyap dari pandangannya, Mawar Putih segera bertanya kepada Siau-liong, Apakah engkau benar-benar terluka parah? Apakah engkau dilukai Iblis 409 Penakluk-dunia dan isterinya ketika dalam barisan Tujuh Maut?" Siau-liong hanya menghela napas rawan dan minta nona itu supaya meletakkan dirinya. Tidak boleh membuang waktu. Aku akan mencari orang supaya mengobati lukamu!" kata Mawar Putih, terus melangkah pesat.

Percuma! Jangan buang waktu dan tenaga sia-sia!" teriak Siau-liong gugup. Tetapi dengan yakin Mawar Putih mengatakan Betapa berat lukamu itu, aku kenal seseorang yang dapat menghidupkan orang yang sudah meregang jiwa!" Siau-liong kenal watak dara yang keras kepala itu. Apalagi ia lemah lunglai tak bertenaga. Terpaksa ia membiarkan saja dibawa Mawar Putih. Tetapi ia yakin, lukanya itu tak mungkin diobati lagi. Kalau engkau berkeras hendak mencari penolong, harap tolong bukakan kedok muka dan jubahku.... aku tak ingin dikabarkan orang bahwa Pendekar Laknat terluka berat dan mati.... Habis berkata karena kehabisan tenaga murni, Siau-liong pingsan pula. Mawar Putih memaki dirinya sendiri yang begitu tolol. Ia segera mengerjakan permintaan pemuda itu. Membuka kedok muka dan jubah Pendekar Laknat sehingga menjadi Siau-liong lagi. Mawar Putih lalu memanggulnya dan lanjutkan perjalanan. 410 Tak berapa lama ia tiba disebuah gubuk dilereng gunung. Gubuk itu adalah tempat Mawar Putih dahulu dibawa Siauliong untuk merawat lukanya. Siau-liong masih pingsan sehingga tak tahu apa yang terjadi saat itu. Setelah mendebur pelahan-lahan tiga kali pada pintu, ia segera mendorong daun pintu. Wanita baju hitam sudah berdiri tegak dalam ruang. Matanya berkilat-kilat memandang Mawar Putih dan Siau-liong. Kemana engkau?" tegurnya. Dengan tersipu-sipu malu. Mawar Putih memberi keterangan, Tadi ketika aku berjalan-jalan disekitar gunung, tak terduga telah menemukannya!" Siapa? Apakah anak itu?" Ya, benar dia. Putera dari guruku!" sahut Mawar Putih. Wanita baju hitam itu mendesah lalu suruh Mawar Putih masuk. Sambil mengikuti di belakang wanita itu, Mawar Putih berkata setengah meratap, Bibi, harap suka menolongnya, kalau tidak dia tentu mati!" Wanita baju hitam itu berhenti, menghela napas, Ai, adikmu si Ling juga menderita luka dalam yang parah. Sampai saat ini masih berbahaya keadaannya!" "Hai, mengapa....!" Mawar Putih terkejut. Wanita baju hitam itu gelengkan kepala dan merghela napas, Seperti engkau, diapun tengah malam keluyuran 411 dalam hutan.... jika aku tak datang pada saat yang tepat,

mungkin dia tentu sudah mati ditangan Pendekar Laknat!" Kejut Mawar Putih bukan alang kepalang, serunya: Pendekar Laknat? Adik Ling terluka ditangan Pendekar Laknat?" Wanita baju hitam itu menatap Mawar Putih, Mengapa? Apa engkau anggap hal itu mustahil terjadi?" Mawar Putih gugup, Tidak, Tidak begitu.... ku maksudkan mengapa adik Ling sampai bertempur dengan Pendekar Laknat. Apakah dia mempunyai dendam permusuhan dengan orang itu?" Wanita baju hitam hendak membuka mulut tetapi tak jadi. Ia menghela napas lalu mengeluh, Ah, sukar dikatakan." Saat itu perasaan Mawar Putih benar-benar tak keruan rasanya. Jika wanita baju hitam itu sampai mengetahui bahwa yang menjadi Pendekar Laknat itu tak lain adalah Siau-liong, apakah dia masih mau menolongnya? Ia berusaha untuk menenangkan kegelisahan dan mengikuti di belakang wanita itu. Ketika berada di dalam ruangan, dilihatnya si dara baju hijau memang sedang rebah di atas ranjang. Serupa dengan Siau-liong, dara itupun sedang pingsan. Wanita baju hitam memeriksa dan meraba-raba dahi puterinya, kemudian berkata, Mungkin tak berbahaya. Tetapi paling tidak harus beristirahat 10 hari baru sembuh.... ah, dengan peristiwa ini mungkin akan mengabaikan urusanku yang penting! 412 Melihat betapa sayang wanita itu kepada puterinya dan kuatir Siau-liong akan diketahui sebagai Pendekar Laknat, Mawar Putih tak mau mendesak wanita itu supaya cepat2 mengobati Siau-Liong. Wanita itu gelengkan kepala lalu menghela napas dan menatap Mawar Putih, Mari kita lihat anak itu!" Demikian Mawar Putih segera mengikuti masuk ke dalam ruangan. Tetapi apa yang disaksikan saat itu benar-benar membuatnya terbelalak kaget seperti melihat hantu! Ranjang dimana Siau-liong berbaring tadi, ternyata kosong melompong. Siau-liong lenyap! "Mana orangnya?" wanita baju hitam itu pun bertanya kaget. Mawar Putih berdiri terlongong-Longong. ia gelagapan mendapat pertanyaan itu lalu sibuk mencari kian kemari. Bahkan sampai kekolong ranjang dan meja pun diperiksanya. Namun Siau-liong tetap menghilang seperti ditelan bumi.... Geli2 mengkal wanita baju hitam itu berkata, Tolol, dengan caramu itu bagaimana engkau mampu menemukannya?" Mawar Putih tertegun, Dia terluka parah sampai tak sadarkan diri. Bagaimana mampu pergi.... berhenti sejerak

memandang wanita baju hitam, Mawar Putih berkata pula, pula tak mungkin tanpa sebab dia melarikan diri!" Wanita baju hitam tertawa hambar, Sekali pun dia tak dapat berjalan tetapi lain orang kan bisa membawanya lari!" 413 Mawar Putih terbeliak kaget, Bibi mengatakan.... dia dilarikan orang?" "Mungkin diculik.... mungkin hendak ditolong. Sekarang masih sukar dikatakan!" kata wanita baju hitam itu. Mawar Putih seperti orang tidur disiram air dingin. Dia gelagapan terus loncat lari keluar. Tepat pada saat tubuh Mawar Putih melambung di udara, wanita baju hitam itu pun balikkan tangannya ke belakang. Serangkum angin keras melanda Mawar Puiih. Ternyata angin dari gerakan tangan wanita itu mengandung tenaga sakti menyedot. Mawar Putih seperti terlibat tali yang tak kelihatan dan pada lain saat tubuhnya ditarik ke belakang. Dara itu berusaha untuk berdiri tegak pada saat kakinya menginjak tanah. Kemudian menatap wanita itu dengan cemas, Bibi.... Tak perduli pendatang itu hendak menculik atau hendak menolongnya. Tetapi dia mampu datang kemari tanpa kuketahui sama sekali, jelas bukan orang sembarangan. Saat ini tentu sudah jauh, percuma engkau hendak mengejarnya.... wanita baju hitam itu mondar-mandir beberapa saat. Pada lain saat ia berkata seorang diri, Tetapi, siapakah dia.... Mawar Putih yang ter-longong2 memandang wanita itu, tak sabar lagi terus bertanya, Tentulah perbuatan kedua suami isteri Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka itu. Selain mereka, rasanya tiada lain orang lagi.... ah, kasihan dia.... 414 Mawar Putih menangis terisak, Kasihan dia sedang menderita luka yang amat parah, tentu akan mati!" "Engkau tahu apa!" bentak wanita itu, "meskipun kedua suami iuteri iblis itu hendak menguasai dunia persilatan tetapi mereka setempo juga terpaksa datang kemari. Mungkin perbuatan Pendekar Laknat.... "Tidak mungkin Pendekar Laknat, dia.... tiba-tiba Mawar Putih merasa telah kelepasan omong. Buru-buru ia diam. "Bagaimana engkau tahu kalau bukan Pendekar Laknat?" tegur wanita itu dengan tajam. Dengan tersekat-sekat Mawar Putih imenyahut, Karena.... karena dia dengan adik Ling." "Benar, Pendekar Laknat dan Ling-ji sudah sama2 terluka, tak mungkin dia. Lalu siapakah orang itu? Apakah.... tiba-tiba wanita baju hitam itu tertawa dingin, Ya, tentulah dia!"

"Siapakah yang bibi maksudkan?" Kukatakan pun engkau tak tahu. Tetapi.... wanita itu berhenti, menarik Mawar Putih duduk di atas ranjang lalu melanjutkan kata-katanya, Aku mengerti Ilmu meramal. Anak itu tak mengunjuk pendek usia. Sekalipun menderita berbagai kesulitan dan siksaan tetapi tetap tak berbahaya. Hanya engkau dengan dia.... -wanita itu memandang beberapa kali wajah Mawar Putih tetapi tak berkata apa2. "Apakah bibi sudah meramalkan wajah kami?" tanya Mawar Putih terkejut. "Tak perlu melihat dengan teliti. Cukup melihat sebentar saja sudah tahu!" 415 Wajah Mawar Putih tersipu merah. Dengan tersendatsendat ia bertanya, Tadi bibi mengatakan.... aku dan dia.... -oooo0dw0oooJilid 08 Panca Sakti Wanita baju hitam itu menghela napas. Masalah manusia hidup itu semua tergantung pada jodoh. Misalnya kutolong engkau dari Lembah Maut dan kemudian engkau mengangkat aku sebagai ibu-angkat, itu juga jodoh. Dan jodoh itu rupanya sudah digariskan dalam kehidupan kita. Sejenak memandang Mawar Putih, ia berkata pula, Tentang perhatianmu terhadap pemuda itu, aku pun sudah mengetahui jelas. Hanya aku mempunyai dua buah kata pesan kepadamu. Engkau dan dia tak mempunyai keberuntungan untuk terangkap sebagai suami isteri. Dan itu sudah menjadi garis hidupmu! Seketika pucat lesilah wajah Mawar Putih. Tubuhnya menggigil dan dengan suara tersendat-sendat ia berkata, Aku tak mampunyai pikiran sejauh itu.... Hanya karena aku telah dirawat dan dianggap sebagai anak sendiri oleh guruku atau ibu dari pemuda itu, maka aku pun merasa terikat kewajiban untuk mencari putera guruku itu. Sekarang setelah dapat menemukannya tetapi tak dapat membawanya kehadapan guruku, bagaimanakah pertanggungan jawabku kepada guru?" 416 Habis berkata air mata dara itu ber-derai2 mengucur. Ia mendekap tempat tidur dan menangis terisak-isak. Wanita baju hitam itu menepuk pelahan bahu Mawar Putih, Hal itu tergantung dari rejeki atau jodoh ibu dan anak itu. Jika jodoh belum terputus, tentu akan dapat bertemu. Tetapi kalau memang sudah tiada jodoh lagi, bagaimanapun dipaksa. tetap tak dapat!" Puas menangis, Mawar Putih mengusap air matanya lalu mengangkat muka bertanya, Bi, apakah aku masih dapat

bertemu dengan dia." Wanita baju hitam itu mengangguk, Sudah tentu bisa!" Asal bisa ketemu lagi, aku tentu segera membawa keseberang laut!" katanya seorang diri. Wanita itu menghela napas pelahan tetapi tak berkata apa2 lagi. Tiba-tiba terdengar suara orang pelahan dari si dara baju hijau Wanita baju hitam cepat masuk ke dalam ruangan. Kemanakah sebenarnya Siau-liong? Sesungguhnya ketika Mawar Putih meletakkan Siau-liong ke atas tempat tidur dan siwanita baju hitam pun ikut masuk, saat itu Siau-liong sudah tersadar. Diam-diam ia melirik bayangan wanita baju hitam itu. Sesaat Mawar Putih dan wanita baju hitam keluar, tiba-tiba Siau-liong melihat sesosok bayangan melesat dari tepi pintu lalu seperti sesosok hantu, muncullah di dalam ruang itu seorang lelaki bertubuh tinggi besar. 417 Orang itu mengenakan pakaian biru, mukanya ditutup kain kerudung hitam. Siau-liong terkejut. Diingatnya orang itu pernah muncul ketika dibiara Tay-hud-si dan barisan pohon bunga dalam lembah Semi, untuk memberi petunjuk dan mengajaknya keluar dari bahaya. Siau-liong kejut2 girang. Ketika ia hendak bergerak dan membuka mulut, orang aneh baju biru itu secepat kilat telah menutuk jaland arahnya. Kemudian dengan kecepatan yang sukar dipercaya. orang itu segera mendukung Siau-liong. Selain perakannya amat cepat sekali, sedikitpun tak mengeluarkan suara apa2. Tutukan itu telah membuat Siau-liong pingsan. Sejak itu ia merasa seperti bermimpi. Sesaat ia rasakan sekujur Tuhuhnya sakit sekali seperti digigiti ribuan ekor ular. Sesaat lagi ia merasa lubuhnya lemas lunglai. Entah berselang berapa lama, barulah ia dapat sadar lagi. Ketika membuka mata ia dapatkan dirinya terbaring disebuah biara rusak. Orang aneh baju biru sedang duduk dihadapannya. Siau-liong hampir tak percaya kepada matanya. Ia kira masih bermimpi. Kemudian ia mengigit lidahnya sendiri ah.... ternyata sakit. Jelas ia tak bermimpi, Apa yang disaksikan saat itu, benar suatu kenyataan. Girangnya bukan alang kepalang! Ternyata orang aneh baju biru sudah melepas kerudung mukanya. Dan tampaklah wajah yang sebenarnya. Dia bukan lain adalah guru yang sejak kecil merawat dan mendidiknya.... Tabib-sakti-jenggot-naga Kongsun Sin-to! Buru-buru Siau-liong merangkak bangun dan berlutut memberi hormat dihadapan gurunya, Suhu.... 418

Ia tak dapat melanjutkan kata-katanya. Lupa rasa girang dan haru telah membanjirkan air matanya mengalir turun.... Seketika teringatlah ia mengapa luka berat yang dideritanya dalam pertempuran lawan si dara baju hijau kemarin, saat itu sama sekali sudah terasa sembuh. Ditatapnya Kongsun Sin-to dengan mata melongong, kemudian dengan nada haru sesal ia berkaia; Terima kasih atas pertolongan suhu.... Dengan wajah membesi, Kongsun Sin-to memberi isyarat tangan, Lukamu baru saja sembuh, perlu beristirahat. Jangan pikirkan apa2, lekas bersemedhi salurkan tenaja murnimu.... Kemudian tabib sakti itu menghela napas pelahan dan berkata pula, Tenaga sakti dari Janda gunung Busan, termasuk salah satu ilmu dari Panca sakti. Jika engkau tak makan buah Im-yang-som dan darah binyawak purba, aku pun tak dapat menolongmu!" Siau-liong tak berani berkata apa2. Buru-buru ia melakukan perintah suhunya. Duduk bersemedhi mengosong pikiran dan melakukan penyaluran hawa murni. Oleh karena lukanya sudah disembuhkan Kongsun Sin-to, maka setelah melakukan persemedian beberapa waktu, ia rasakan tubuhnya segar dan nyaman. Tak lama kemudian tenggelamlah ia dalam kehampaan.... Tak terasa empat jam telah berlalu dan Siau-liong pun segera menyudahi persemedhiannya. Ia dapatkan semangatnya segar, lukanya sembuh sama sekali. Saat itu hari pun sudah malam. Sinar rembulan memancar masuk ke dalam jendela. Melihat Siau-liong sudah sadar, 419 Kongsun Sin-to yang sejak tadi pun bersemedhi disampingnya, segera bangun dan memberi senyuman. Tetapi Siau-liong tampak terpaku memandang rembulan bundar. Seingatnya, saat itu baru permulaan bulan delapan. Tetapi mengapa bulan sebundar purnama? Kongsun Sin-to menyulut lilin dan membawakan senampan makan. Melihat Siau-liong terlongong, ia tertawa, Malam ini memang sudah bulan delapan tanggal empat belas. Liong-ji, engkau sudah tertidur selama 12 hari!" Siau-liong tersentak kaget. Yang dirasakan hanya sehari semalam, tetapi mengapa ia sampai tidur selama 12 hari! Setelah meletakkan makan dihadapan Siau-liong Kongsun Sin-to berkata pula, Sudah 10-an hari tak makan, tentulah engkau lapar sekali. Hayo, lekas makanlah!" Memang Siau-liong merasa lapar sekali. Segera ia melahap hidangan itu sampai habis. Wajah Kongsun Sin-to tampak mengerut gelap, Walaupun tidak marah, tetapi nyata orang tua itu tidak senang hati. Setelah Siau-liong habis makan, ia memanggilnya, "Liong-ji!" Tersipu-sipu Siau-liong berlutut dihadapan gurunya itu dan

berkata dengan tersendat, Su-hu.... murid telah melanggar pesan suhu masuk ke belakang gunung. Karena itu.... "Yang sudah lalu. jangan diungkat lagi....!" tukas Kongsun Sin-to. Kemudian dengan tertawa ia berseru.... Pendekar Laknat dan Pengemis Tengkorak. kini sudah terikat guru dengan engkau. Sekarang engkau bukan lagi mempunyai suhu aku seorang!" 420 Siau-liong gugup dan cepat menganggukkan kepala, Pada saat itu murid dalam keadaan terpaksa. Tetapi dalam hati kecil murid, tetap hanya mempunyai seorang guru yakni suhu.... Dalam mengucap kata2 terakhir itu, Siau-liong amat terharu sehingga matanya berlinang-linang. Ia teringat akan dirinya yang telah diracuni wanita pemilik Lembah Semi dan janji kepada wanita itu akan mati bersama2 pada nanti pertengahan musim rontok tahun depan. Ia merasa dirinya telah menyia-nyiakan budi kebaikan dari Kongsun Sin-to selama belasan tahun. Kongsun Sin-to menghela napas. Mati hidup dan kumpul berpisah itu sudah menjadi garis hidup manusia. Siapapun tak mungkin dapat mengubah garis hidup itu. Memang pada saat kutinggalkan gunung untuk mencari obat, sudah kuduga engkau tentu akan mengalami peristiwa2 itu. Tetapi kutak tahu apakah peristiwa2 itu akan merupakan malapetaka atau keberuntungan bagimu. Kesemuanya tergantung pada tindakanmu sendiri dikemudian hari.... Tabib-sakti itu berhenti sejenak untuk memandang wajah Siau-liong. Gurumu ini dikenal dalam dunia persilatan sebagai seorang ahli pengobatan yang sukar dicari tandingnya. Sedikit sekali orang persilatan yang tahu sampai dimana kepandaianku dalam ilmu silat. Bahkan pelajaran silat yang kuberikan kepadamu itu, hanyalah semata-mata sebagai pelajaran dasar saja. Sedang sebenarnya ilmu kepandaian yang kumiliki itu sudah tak berbekas dalam dunia persilatan itu, sesungguhnya termasuk salah satu dari ilmu Panca-sakti.... 421 Mendengar penjelasan itu diam-diam Siau-liong terkejut. Serentak ia teringat akan ilmu pelajaran silat yang diberikan gurunya dahulu. Rasanya ilmu silat itu hanya biasa saja. Ternyata gurunya memang belum menurunkan ilmu saktinya kepadanya. Tentang tenaga sakti Bu-kek-sin-kang yang engkau miliki saat ini serta tenaga sakti Thay-kek-buwi dari Iblis Penakluk dunia, tenaga sakti Thay-im-ki-bun-kang dari Dewi Neraka itu, walaupun amat dahsyat dan ganas sekali, tetapi tenaga sakti mereka itu hanya termasuk golongan ilmu liar. Hanya dapat

mencapai pada tingkat tataran tertentu saja. Tidak demikian dengan Panca-sakti yang tergolongan dalam ilmu sejati aliran Ceng cong-bu-hak. Ilmu itu luasnya tak terbatas.... Kongsun Sin-to berhenti sejenak dan menghela napas, lalu melanjutkan lagi. "Pada ketika itu kutaruh harapan besar sekali kepada dirimu. Sebenarnya segera hendak kuajarkan ilmuku yang disebut tenaga sakti Thian-jim-sin-kang (tenagasakti lemas tapi ulet) kepadamu. Agar engkau menjadi satusatunya murid pewarisku.... Untuk keperluan itulah maka aku pergi untuk mencari daun obat, agar dapat merobah sifat tubuhmu.... ah, tetapi tak terduga ternyata engkau mempunyai lain rejeki sehingga harapanku menjadi hampa. Terpaksa dalam sisa hidupku sekarang ini, aku harus mencari lagi seorang tunas yang berbakat.... Agak terharu nada Kongsun Sin-to dalam mengucapkan kata2 terachir itu. Setelah berhenti sejenak iapun meneruskan lagi, Hanya tunas yang benar-benar berbakat itu sukar didapatkan. Adakah nanti aku berhasil mendapatkan murid pewaris atau tidak, juga masih sukar dikata!" Kata-kata Kongsun Sin-to yang bernada menyesali Siauliong itu, dirasakan sepatah demi sepatah seperti sembilu yang menyayat hati Siau-liong. 422 Siau-liong hanya dapat tundukkan kepala penuh dengan rasa sesal. Setelah mengurut jenggot yang terurai kedada. Kongsun Sin-to melanjutkan pula, Telah kukatakan tadi, jodoh dan peruntungan orang itu sudah ada garisnya sendiri2.... Barang siapa hendak melanggarnya. tentu tertimpah kemalangan. Sekali pun sejak saat ini engkau tak berjodoh lagi untuk menerima pelajaran ilmu tenaga sakti Thian-jin-sin-kang itu, tetapi.... Kongsun Sin-to kembali berhenti lagi. Matanya berkilat-kilat memandarjg Siau-liong. "Bukankah separoh dari peta Giokpwe itu berada dalam tanganmu?" tanyanya. Buru-buru Siau-liong meraba bajunya. Ah, peta itu memang masih disimpannya. Buru-buru ia menjawab, Separoh dari Giok-pwe itu sebenarnya Toh Hun-ki.... Kongsun Sin-to mengangguk. "Hai itu sudah kuketahui semua. Kabarnya harta pusaka yang terpendam dalam tempat itu adalah Tio Sam-hong pendiri partai Bu-tong-pay sendiri yang memendamnya sebelum ia menutup mata, Harta pusaka itu ratusan tahun telah menjadi pembicaraan hangat dan diidam-idamkan oleh setiap kaum persilatan. Tetapi karena peta yang dilukis pada Giok-pwe itu dipecah dua bagin maka sampai sekarang belum ada seorang pun yang mampu mendapatkan harta pusaka itu. Kongsun Sin-to terpaksa berhenti karena tersekat batuk2, "Diantara harta pusaka itu yang paling berharga adalah

sebuah kitab pusaka yang ditulis oleh Tio Sam-hong sendiri.... Ketahuilah, yang kusebut sebagai tenaga sakti Panca sakti itu, selain tenaga sakti Thian-jim-sin-kang yang kumiliki dan Ya-lusinkang (tenaga sakti mengenal suara) dari si Randa gunung 423 Busan itu, masih terdapat lagi tiga jenis tenaga sakti lainnya ialah: Cek-kui-sin-kang (tenaga-sakti Gema-merah). Jit-huasinkang (tenaga sakti Tujuh Robah) dan Thian-kong-sinkang.... Mendengar itu hati Siau-liong tak keruan rasanya. Semula ia mengira bahwa ia telah memiliki ilmu kepandaian sakti dari Pendekar Laknat dan Pengemis Tengkorak. Siapa kira ilmu kepandaian itu bukanlah tergolong ilmu sejati yang tiada tandingannya di dunia persilatan. Bahkan termasuk ilmu liar atau ilmu samping-pintu yang tak mungkin akan mencapai tataran kesempurnaan. Takkala ia bertempur dengan Randa Busan, hampir saja ia kehilangan nyawa. Diam-diam ia mengakui kebenaran ucapan suhunya itu. Serentak timbullah penyesalannya yang amat mendalam kepadanya dirinya yang tempo hari karena menuruti hawa nafsu, telah melanggar perintah gurunya dan gegabah masuk ke dalam belakang gunung. Bukan saja ia telah kehilangan kesempatan mewarisi kepandaian sakti dari gurunya. Pun karena kesalahan itu ia harus menebus mahal. Menderita peristiwa dan Pengalaman yang serba aneh dan hebat dan akhirnya harus menderita keracunan dari wanita pemilik Lembah Semi. Akibatnya, ia hanya dapat hidup setahun lagi.... Dengan wajah serius Kongsun Sin-to melanjutkan keterangannya pula, Pewaris terakhir dari ilmu sakti Cek-kuisinkang adalah Rahib sakti dari Lam-hay ialah To Teng nikoh.... Sedang pewaris dari ilmu sakti Jit-hua-sin-kang adalah Jong Ling lojin yang bergelar orang-sakti terpedam dari Su-jwan. Kedua orang itu sudah berpuluh tahun tak muncul lagi di dunia persilatan. Entah apakah mereka sudah mempunyai murid pewaris lagi. Atau apakah mereka memang sudah muksah, tiada seorangpun dalam dunia persilatan yang mengetahui.... 424 Tergeraklah hati Siau-liong. Segera ia teringat akan orang tua yang dirantai dalam penjara dibawah tanah dalam barisan Tujuh Maut. Serentak ia berseru, Jong Ling lojin itu, murid pernah.... Tetapi tampaknya Kongsun Sin-to tak menghiraukan kata2 Siau-liong dan sambil memberi isyarat tangan supaya anak itu diam, ia melanjutkan keterangannya lagi. "Cek-kui Jit-hua, Thiam-jim dan Je-In keempat ilmu sakti itu, sudah berpuluh tahun tak muncul lagi di dunia persilatan. Tentang diriku, walaupun telah memiliki salah satu dari ilmu

Panca Sakti itu, tetapi karena selama ini aku tak mau menonjolkan diri, maka orang persilatan pun tak mengetahui. Tetapi.... keempat ilmu sakti yang kukatakan tadi, berpangkal pada pengutamaan Hawa murni.... Sedang Thian-kong-sinkang mengutamakan kesempurnaan Sin atau Semangat.... Tiba-tiba mata Kongsun Sin-to berkilat-kilat memandang Siau-liong lalu berkatalah ia dengan serius, Semangat dapat mengambil Hawa, Hawa tak dapat menguasai Semangat. Oleh karena itulah maka Thian-kong-sin-kang termasuk yang paling unggul diantara keempat ilmu sakti itu. Sayang sejak Tio Samhong cousu meninggal dunia, tiada muncul lagi pewarisnya.... Sementara orang persilatan sama menduga bahwa dalam kitab pusaka yang tersimpan dalam harta karun rahasia itu, terdapat tulisan tentang ilmu sakti Thian-kong-sin-kang itu.... Siau-liong mendengarkan seperti orang mabuk. Diam-diam ia terkejut. Apabila kitab pusaka itu sampai jatuh ketangan suami isteri Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka, setelah mereka berhasil memahami ilmu sakti Thian-kong-sin-kang, siapa lagikah tokoh persilatan yang mampu menandingi mereka? Bukankah dunia persilatan akan mengalami banjir darah dan penjagalan besar-besaran....? 425 Kongsun Sin-to menghela napas pelahan. "Engkau telah kemasukan ilmu sakti Samping. Sekalipun engkau tak mungkin dapat mempelajari ilmu sakti yang kumiliki yang mendasarkan pada Hawa, tetapi engkau masih ada harapan untuk mempelajari ilmu Thian-kong-sin-kang yang mendasarkan pada Semangat. Oleh karena itu jika engkau berhasil menemukan Giok-pwe yang separoh bagian lainnya dan menemukan harta pusaka itu, engkau tetap masih ada harapan untuk menjadi tokoh utama dalam dunia persilatan. Tetapi sejak ini jodoh kita sebagai murid dan guru, akan berakhir. Sejak saat ini hanya tergantung pada dirimu sendiri bagaimana akan mengatur langkah hidupmu!" Hati Siau - liong seperti disayat sembilu rasanya. Menyahutlah ia dengan nada pilu, Murid sudah tiada mempunyai harapan apa2 lagi. Kecuali hanya ingin lekas2 dapat bertemu muka dengan ibu yang sedang menderita sakit diseberang laut. Hanya saja, murid terpaksa harus tinggal ditempat ini lagi untuk beberapa hari." Ia tenngat dalam penyamarannya sebagai Pendekar Laknat telah menolong Toh Hun-ki dan rombongannya dari Lembah Maut lalu berjanji untuk bertemu dengan mereka di Siok-ciu nanti tiga hari kemudian. Dimana dia akan ikut dalam pemusyawarahan untuk membasmi Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka. Tetapi ah.... saat itu karena tertidur selama 12 hari, entah bagaimana dengan keadaan mereka. Adakah rombongan Toh Hun-ki masih berada di Siok-ciu menunggunya? Apakah

tindakan baru dari suami isteri Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka dalam langkah mereka untuk menguasai dunia persilatan? 426 Memikirkan hal2 itu, hati Siau-liong resah gelisah. Dia harus menepati janji, membantu Toh Hun-ki dan rombongan orang gagah, untuk melenyapkan kedua suami isteri durjana itu. Kemudian baru ia mengambil batang kepala Toh Hun-ki dan keempat Su-lo untuk bersama-sama Mawar Putih menhadap ibunya diseberang laut. Tetapi saat itu setelah mendengar penjelasan dari Kongsun Sin-to, ia merasa menyesal. Apa yang hendak dilakukan itu, terasa sukar. Maka menegurlah Kongsun Sin-to, Liong-ji, rupanya hatimu amat resah. Adakah karena memikirkan ibumu atau.... Hati Siau-liong makin pilu. Air matanya berderai-derai turun. Sejak kecil ia diasuh dan dididik Kongsun Sin-to. Dalam perasaannya Kongsun Sin-to itu sudah seperti orang tuanya sendiri. Pada saat mendengar bahwa mereka sudah tak berjodoh atau sudah putus hubungan, apa lagi dirinya sudah terkena racun Jong-tok dan hidupnya hanya tinggal setahun. Maka pecahlah beteng pertahanan hatinya. Ia menangis pilu dibawah kaki sang guru. Lalu menuturkan apa yang telah dialaminya selama di dalam Lembah Semi, diracuni Poh Ceng-in dan hidupnya yang hanya tinggal setahun itu. Selesai mendengar, sambil mengurut jenggot Kongsun Sinto berkata, 0, makanya ketika kuobati, kudapatkan semua jalan darah ditubuhmu terdapat perobahan yang tak wajar. Semula kukira akibat dari makan buah Im-yang-som dan darah binyawak purba itu, kiranya.... Tabib sakti itu menghela napas, ujarnya pula, Memang perempuan siluman itu benar. Setelah racun jong-tok itu 427 menyerap keseluruh jalan darah ditubuh, di dunia tiada terdapat obatnya lagi. " Ditatapnya wajah anak itu, mau berkata tetapi tak jadi. Bermula Siau-liong masih mengandung harapan bahwa gurunya itu tentu mampu mengobati. Tetapi melihat nada kata2nya, habislah sudah harapan Siau-liong. Ia pun hanya memandang pada Kongsun Sin-to dengan longong kehampaan. Setelah merenung beberapa saat, Kongsun Sin-to berkata pelahan-lahan, Boleh dikata seluruh hidupku kuabdikan pada ilmu pengobatan. Sekali pun tidak sesakti tabib Hoa To pada jaman Sak Kok dahulu, tetapi kepandaianku termasuk jarang terdapat tandingannya. Menurut pengetahuanku masih dapat juga racun Jong-tok itu diobati, tetapi....

Mendengar masih ada setitik harapan. seketika menyalalah harapan Siau-liong.... Buru-buru ia mencurahkan seluruh perhatiannya. Karena perempuan siluman itu juga meminum racun, maka racun Jong tok itu tentu terdiri dari dua jenis racun Im dan Yang. Sekalipun engkau terpisah jauh sekali dengan dia, tetapi apabila ada salah seorang yang mati, yang seorangpun tentu ikut mati. Kecuali.... "Kecuali bagimana?" Siau-liong mulai tegang perasaannya. "Kecuali engkau minum habis darahnya!" sahut Kongsun Sin-to, atau dengan gunakan darah anjing atau ayam hitam untuk ,memikat darahnya, mengorek keluar hatinya lalu memakannya mentah2. Hanya dengan jalan begitu, dapatlah racun dalam tubuhmu itu hilang. Selain itu, tiada lain obat yang dapat menyembuhkan lagi. 428 Siau-liong menghela napas rawan, "Sekalipun cara itu dapat menyelamatkan jiwaku tetapi.... aku tak tega menggunakannya.... Kutahu engkau tentu tak mau. Engkau berhati welas asih sekali, ah.... semuanya terserah saja kepada nasibmu.... Kongsun Sin-to berbangkit dan ayunkan langkah pelahanlahan seraya berkata, Kini engkau sudah dewasa. Segala apa harus dapat menjaga diri sendiri. Dewasa ini Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka sedang berusaha untuk menguasai dunia persilatan. Tokoh2 persilatan dari berbagai aliran dan partai telah bersiap-siap menyusun kekuatan. Suatu pertempuran antara golongan Putih dan Hitam pasti akan terjadi, sesungguhnya.... Ia berhenti sejenak menghela napas, ujarnya lebih lanjut, "Pada umumnya mereka bertujuan hendak mendapatkan harta pusaka terutama kitab pusaka tulisan Tio Sam-hong. Siapa yang mendapatkan pusaka itu, dialah yang akan dapat menguasai dunia persilatan!" Timbullah pikiran Siau-liong. Separoh bagian dari Giok-pwe itu masih berada ditangan suami isteri Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka. Untuk merebutnya tentu sukar sekali. Hidupnya hanya tinggal setahun. Segala kitab pusaka tak berguna lagi baginya. Dan apabila separoh bagian Giok-pwe yang disimpannya itu sampai jatuh ketangan Iblis Penakluk dunia dan Dewi Neraka, bukankah akan hebat sekali akibatnya bagi keselamatan dunia persilatan! Seketika tergugahlah pikirannya. Serentak ia mengeluarkan separoh Giok-pwe dari dalam bajunya lalu diserahkan kepada Kongsun Sin-to. 429 Oleh karena murid sudah terkena racun jong-tok, hidup murid pun takkan lama. Sekalipun dapat merebut yang

separoh bagian lagi dan menemukan kitab pusaka ilmu sakti Thian-kong-sin-kang, bagi murid pun sudah tak berguna lagi. Oleh karena itu.... Dengan tahankan kepiluan hatinya, Siauliong lanjutkan kata-katanya, Hendak murid persembahkan separoh bagian Giok-pwe ini kepada suhu, agar suhu dapat memberikan kepada orang yang benar-benar berjodoh.... Kongsun Sin-to tertawa gelak2, Muridku, aku sudah cukup puas karena telah memiliki salah satu ilmu sakti dari Panca Sakti. Dan selama ini belum pernah kuunjukkan kesaktianku itu di dunia persilatan. Begitupun dalam sisa hidupku yang tak berapa banyak itu. takkan kutonjolkan kepandaianku itu. Maka kitab pusaka Thian-kong sin-kang itu, juga tak penting bagiku. Soal aku hendak menjadi lain orang untuk menjadi pewaris, tak lain tak bukan hanyalah sekedar agar ilmu sakti Thian-jimsinkang itu jangan sampai lenyap ditanganku!" Setelah mengetahui bahwa gurunya tak mau menerima Giok-pwe, Siau-liong berkata, Kalau begitu biarlah murid pendam kitab pusaka itu selama-lamanya agar jangan ada orang yang mengganggu usik!" Tanpa menunggu persetujuan Kongsun Sin-to. Siau-liong terus meremas Giok-pwe itu hingga hancur lebur, lalu dibuang ke tanah. Siau-liong termenung-menung dalam kepekaan. Ia tersenyum getir karena dapat menghamburkan kesesakan dadanya. Ada dua sebab yang mendorongnya menghancurkan separoh Giok-pwe itu. Pertama, dengan lenyapnya ilmu Thiankongsin-kang dalam kitab pusaka itu berarti ilmu sakti Thianjimsin-kang dari gurunya itu bakal merajai di dunia 430 persilatan.... Kedua, menjaga jangan sampai ilmu sesakti Thian-kong sin-kang itu sampai jatuh ketangan orang yang tak bertanggung jawab, misalnya Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka. Setelah memandang beberapa jenak pada hancuran Giokpwe yang berhemburan di tanah, Kongsun Sin-to menghela napas, Walaupun tindakanmu terdorong dari rasa kesungguan tetapi membuat ilmu sakti terpendam selamalamanya di tanah, merupakan perbuatan yang melanggar hukum alam!" Siau-liong diam tak menyahut. Saat itu malam makin larut. Sisa lilin yang menerangi tempat itu sudah habis. Untung rembulan memberi cukup penerangan. Guru dan murid duduk saling berhadapan dalam suasana yang merawankan. Tak berapa lama, Kongsun Sin-to berkata; Siau-liong aku akan berangkat!" "Suhu, engkau.... Siau-liong tak dapat melanjutkan kata2nya karena dicengkam oleh isak keharuan. Belasan tahun ia berkumpul dengan guru yang tercinta itu.

Baru berjumpa lagi terus akan berpisah. Air mata anak itu berderai-derai. Dalam berkata-kata tadi. Kongsun Sin-to sudah tiba diambang pintu. Ia berpaling dan tertawa tenang, Di dunia tiada perjamuan yang takkan bubar. Ada waktu berkumpul, pun ada waktu berpisah. Sekalipun ikatan guru dan murid sudah habis, tetapi bukan berarti kita takkan berjumpa lagi. Siapa tahu.... 431 Entah bagaimana Kongsun Sin-to tak melanjutkan kata2nya. Sekali bahunya bergetar, tabib sakti itu sudah melayang keluar. Ketika Siau-liong memburu keluar, ternyata gurunya itu sudah lenyap. Dia terlongong-longong. Masih diingat-ingatnya kata2 terakhir dari gurunya itu Siapa tahu.... ah, mengapa tak dilanjutkan lalu terus pergi? Angin berhembus dan keresahan pikiran Siau-liong pun agak reda. Memandang kesekeliling, didapatinya biara itu sudah rusak semua. penuh ditumbuhi semak rumput. Ia segera melangkah keluar. Empat penjuru tegak berjajar puncak gunung. Dia tak tahu saat itu berada dimana. Setelah memeriksa bekalannya, kecuali separuh bagian Giok-pwe yang telah dihancurkan. semuanya masih lengkap, antara lain peta dan resep obat pemberian Jong Leng lojin, botol berisi pil dari Poh Ceng-in dan kedok serta pakaian dari Pendekar Laknat. Setelah termenung beberapa saat, akhirnya ia menyamar lagi sebagai Pendekar Laknat, lalu ayunkan langkah. Ia tak tahu yang akan dituju, langkahnya hanya ditujukan pada puncak gunung yang paling rendah sendiri. Dari situ ia hendak ke Siok-ciu. Menjenguk Toh Hun-ki dan rombongannya lalu membelikan obat untuk Jong Leng lojin. Menurut Perhitungannya, saat itu tepat kurang setahun dengan pertengahan musim rontok tahun muka. Suatu hal yang membuatnya menyadari betapa berhargalah waktu itu. Setiap detik dan setiap saat, harus digunakan dengan sebaikbaiknya. Riwayat dirinya yang menyedihkan ditambah pula dengan peristiwa2 yang selalu merundung dirinya dengan kesialan dan malapetaka. membuat hatinya serasa tertindih oleh sebuah batu besar. 432 Sekonyong-konyong ia mengadah dan tertawa nyaring sekali! Nadanya bergema menembus awan. Dalam malam sunyi dan ditengah alam pegunungan yang lelap, tertawa itu benar-benar menyerupai suara raksasa tengah mengumbar tertawa.... Puas tertawa ia terus menyusur sepanjang hutan yang panjang. Tiba-tiba ia terhenti. Cepat2 ia gunakan gerak Nagamelingkar18 kali, melayang ke atas sebatang pohon setinggi

beberapa tombak. Tak berapa lama tampak beberapa sosok bayangan lari mendatangi. Dari atas pohon dapatlah Siau-liong melihat dengan jelas. Orang2 itu mengenakan pakaian persilatan dan menghunus senjata. Begitu tiba di tepi hutan mereka berhenti lalu berjalan pelahan-lahan masuk ke dalam hutan. Sikap mereka seperti menghadapi seorang musuh berbahaya. Salah seorang dari kawanan orang itu, berseru:.... Aneh! Mengapa mendadak hilang?" "Sekalipun ilmu meringankan tubuhnya hebat sekali tetapi tak mungkin ia dapat terbang kelangit!" sahut kawannya. Setiap jalan keluar dari lembah, telah dijaga ketat. Karena dari kawan2 kita tiada memberi tanda apa2, tentulah orang itu masih berada dalam hutan ini. Hayo, kita cari lagi yang teliti." kata orang yang pertama tadi.... Huh, tahukah kalian siapa orang yang hendak kita tangkap itu? kalau nada suara tertawanya, tentulah Pendekar Laknat. Momok itu amat ganas sekali. Lebih baik kita lapor saja pada Iblis Penakluk-dunia dan Dewi Neraka!" 433 Kawan-kawannya menyetujui. Mereka segera berputar tubuh terus lari keluar hutan. Siau-liong hendak loncat turun, tetapi tiba-tiba dari belakang terdengar kesiur angin tajam menyambar dirinya. Siau-liong terkejut sekali. Itulah serangan gelap dari suatu senjata rahasia. Dengan ilmu Thing-hong-pian-wi atau Mendengar-suara-menentukan-letak, cepat ia gerakkan tangan kirinya dan berhasillah ia menjepit sebuah senjata rahasia dengan dua buah jari! Tetapi seketika ia melongo. Ternyata yang dijepit itu bukanlah senjata rahasia, melainkan sehelai daun yang kering. Pada saat ia kesima, telinganya terngiang suara orang tertawa pelahan. Cepat ia memandang ke arah suara tertawa itu dan dapatkan pada puncak sebatang pohon setinggi lima tombak duduk dengan rapi seorang rahib berjubah kuning. Sepasang mata rahib itu berkilat-kilat memancar ke arah Siauliong. Dari jarak lima tombak dapat melontarkan sehelai daun kering menjadi seperti senjata rahasia dan gerakan daun kering itu dapat menimbulkan desis angin yang begitu tajam, benar-benar suatu ilmu kesaktian yang bukan olah-olah hebatnya! Tetapi masih ada lagi hal yang membuat Siau-liong lebih terkejut. ialah suara ketawa rahib itu. Tertawa itu kedengarannya pelahan dan lirih tetapi nyatanya telinga Siauliong seperti mau pecah Rahib itu hentikan tertawanya, berseru, Apakah engkau Pendekar Laknat?" Ya, akulah!" sahut Siau-liong.

434 "Berapakah umurmu sekarang?" tanya rahib itu pula. Siau-liong tertegun. Hampir ia tak dapat menjawab pertanyaan itu. Karena ia memang tak tahu umur Pendekar Laknat itu. Setelah meragu beberapa saat, ia menyahut agak tersendat, Perlu apa harus menghitung umur, pokok aku sudah tua sekali!" Tiba-tiba ia teringat. Sebagai Pendekar Laknat ia harus membawa sikap yang sesuai. Maka setelah mejawab, iapun terus tertawa mengekeh. Karena terpisah pada jarak lima tombak, ia tak dapat melihat jelas wajah dan sikap rahib itu. Tetapi ia dapat melihat bagaimana tajam kilat mata rahib itu memancarkan sinar. Engkau hendak membanggakan ketuaanmu dihadapanku?" bentak rahib itu. Siau-liong tertawa lepas, sahutnya, Tidak, tidak!" Rahib tua itu tidak marah melainkan tertawa dalam, Apakah engkau juga hendak mencari pusaka itu?" Siau-liong tertegun. pikirnya, Menurut nada katanya, tentulah dia datang untuk mencari pusaka itu. Tetapi dia tentu tak mungkin mengira bahwa peta pusaka itu telah kuhancurkan sehingga pusaka itu akan terpendam selamalamanya!" Maka tertawalah ia dengan dingin, Aku seorang tua bangka yang sudah menjelang masuk kubur. Segala harta pusaka di dunia tak mungkin menggerakan hatiku lagi.... 435 Tiba-tiba rahib tua itu berteriak pelahan dan tahu2 tubuhnya dalam keadaan tetap duduk melayang kebatang pohon dihadapan pohon tempat Gak Lui. Caranya rahib melayang itu tak ubah seperti sekuntum awan yang 'terbang' melayang tertiup angin. Siau-liong terbeliak. Pikirnya, Ah, ternyata di dunia ini memang penuh dengan orang sakti. Di atas gunung terdapat awan dan di atas awan masih terdapat langit yang luas.... Pada saat ia masih tercengang, tiba-tiba rahib itu membentaknya, Kalau tak mencari pusaka, perlu apa engkau datang kemari?" Siau-liong tertawa hambar. Tanpa menyahut apa yang ditanyakan, ia berkata, Pusaka itu tak mudah didapat!" Rahib tua tersenyum, Sukar atau tidak, asal benar-benar di dunia ini terdapat pusaka itu, aku tentu dapat menemukannya!" Nadanya penuh dengan keyakinan atas kemampuannya. Walaupun dahinya berhias keriput usia tua tetapi matanya masih bersinar terang, seri wajahnya pun masih berseri. Terutama ketika tertawa, tampak dua baris giginya yang putih mengkilap. Sepintas pandang memang sukar untuk menaksir umurnya. Lebih2 tak mudah untuk mcngetahui asal-usul

dirinya.... Sejenak tertegun, berkatalah Siau-liong; "Untuk mencari pusaka itu. Pertama-tama. harus dapat memperoleh sepasang Giok-pwe.... Giok-pwe itu merupakan peta dari tempat penyimpanan pusaka. Sengaja dijadikan dua buah Giok-pwe 436 agar orang sukar untuk mengumpulkan. Tanpa peta dari Giokpwe itu tak mungkin engkau tahu tempat pusaka itu!" Kalau begitu akan kucari kedua Giok-pwe itu lebih dulu baru nanti mencari pusaka!" kata si rahib tua. Dari kerut dahinya menampilkan sinar kemauan ambisi yang besar. Diam-diam Siau-liong muak melihat wajah rahib itu. Setelah sejenak mengeliarkan pandang matanya, rahib itu berkata dengan lembut, Apakah engkau sungguh2 tahu jelas bahwa peta itu terbagi menjadi dua buah Giok-pwe?" Diam-diam Siau-liong mendapat kesimpulan bahwa rahib itu memang tak tahu sama sekali tentang Giok-pwe. Tetapi disamping itu iapun diam-diam menertawakannya karena tak mungkin lagi orang dapat mencari Giok-pwe itu. Yang satu telah dihancurkannya! Ya," sahutnya. "Tahukah engkau ditangan siapakah Giok-pwe itu sekarang?" tanya sirahib dengan lembut. Tergerak hati Siau-liong, serunya. "Yang separoh bagian berada ditangan Iblis penakluk-dunia dan Dewi Neraka!" "Iblis penakluk-dunia.... Dewi Neraka.... rahib tua itu berkata seorang diri. Kemudian ia tersenyum, Itu mudah, akan kutanyakan kepada mereka!" Melihat betapa yakin dan congkak sikap rahib tua itu, diamdiam Siau-liong geli dalam hati. "Dan yang separoh lainnya?" tiba-tiba rahib itu bertanya. 437 Siau-liong tertawa keras, Yang separoh bagian itu.... mungkin sukar dicari!" Seketika membesilah wajah sirahib tua. Serunya dengan kurang senang, Mengapa sukar dicari?" "Mungkin sudah dihancurkan orang!" Rahib itu tertegun. Tiba-tiba ia juga tertawa keras, Tolol! Siapa yang memiliki benda itu tak mungkin rela menghancurkan!" Siau-liong hanya ganda tertawa terus. Tutup mulutmu.... bentak sirahib. Siau-liong tertegun dan hentikan tertawanya. Tampak rahib itu tengah pasang telinga. Pun telinga Siau-liong yang tajam segera mendengarkan suara orang berjalan dari kejauhan. Tak berapa lama, berpuluh-puluh sosok bayangan menerobos ke dalam hutan. Jumlahnya tak kurang dari empat

sampai lima puluh orang. Rahib tua mengicupkan ekor mata kepada Siau-liong dan tertawa, Tuh, Dewi Neraka dan Iblis Penakluk-dunia telah datang." Siau-liong hanya tertawa dingin. Dipandangnya kawanan orang yang datang itu. Ternyata dua orang yang memimpin rombongan itu adalah Iblis penakluk-dunia dan Dewi Neraka sendiri. Tetapi Soh-beng Ki-su dan Poh Ceng-in tak tampak ikut serta. 438 Tak berapa lama rombongan Iblis penakluk-dunia itu tiba diluar hutan. Iblis penakluk-dunia bertanya kepada salah seorang anak buahnya, Apakah kalian tak salah dengar?" Orang itu tersipu-sipu menyahut, Hamba mendengar jelas, suara tertawa itu adalah tertawa Pendekar Laknat!" Iblis penakluk-dunia memberi isyarat. Rombongan anak buahnya segera pencar diri, mengepung hutan itu. Beberapa saat kemudian, Iblis penakluk-dunia berteriak nyaring Hai tua bangka Laknat! Lekas keluar! Tak mungkin engkau mampu lolos lagi!" Bentakan itu nyaring sekali sehingga daun-daun pohon sama bergetaran. Memandang Siau-liong, rahib tua itu tertawa, Mari.... tahu-tahu tubuhnya yang sedang duduk bersila di atas puncak pohon, terbang melayang keluar hutan. Iblis penakluk-dunia dan Dewi Neraka mengira kalau yang muncul itu Pendekar Laknat. Buru-buru mereka lari menghampiri. Begitu Pendekar Laknat belum sempat berdiri di tanah, mereka hendak mendahului menyerangnya. Tetapi ketika melihat yang muncul itu bukan Pendekar Laknat, mereka terbelalak kaget. Iblis penakluk-dunia menyurut mundur lima langkah. Mata menatap rahib tua itu dan serentak ia mengangkat kedua tangan memberi hormat. "Ah, aku telah keliru menerima laporan dari anak buah. Ternyata sin-ni yang berkunjung!" serunya dengan hormat. Ih, engkau masih kenal aku?" seru rahib itu tertawa gembira. 439 Sin-ni termasyur diempat samudera. Walaupun sudah berpuluh tahun tak berjumpa tetapi aku tak pernah melupakan sin-ni!" buru-buru Iblis-penakluk-dunia berseru. Sin-ni artinya rahib sakti. Siau-liong yang masih bersembunyi di atas pohon, diamdiam terkejut. Segera ia menyadari bahwa rahib itu adalah rahib sakti To Teng yang dikatakan gurunya (Kongsun Sin-to). Rahib yang memiliki ilmu sakti Tek-ki-sin-kang, salah sebuah ilmu sakti dari Panca Sakti. Kongsun Sin-to dengan ilmu sakti Thiau-jim-sin-kang.

Randa Busan dengan Ya-ih-sin-kangnya, Jong Leng lojin dengan Jit-hua-sin-kang serta rahib sakti dari Lamhay dengan Cek-ci-sin-kang. Merupakan empat datuk dari Panca Sakti. Yang masih kurang adalah Thian-kong-sin-kang, ilmu sakti yang masih terpendam dalam suatu tempat seperti terlukis pada peta pusaka Giok-pwe. Mungkin ilmu sakti Thian-kongsinkang itu tak mungkin didapat orang lagi untuk selamalamanya!. seperti terlukis pada peta pusaka Giok-pwe. Dan mungkin ilmu sakti Thian-kong-sin-kang itu tak mungkin didapat orang lagi untuk selama-lamanya.... Sambil tersenyum rahib tua itu memandang Dewi Neraka, tegurnya, Apakah selama ini kalian baik-baik saja?" "Terima kasih, berkat restu sin-ni kami berdua tak kurang suatu apa", sahut kedua suami istri Iblis penakluk-dunia. Setelah berdiam beberapa saat, Iblis penakluk-dunia cobacoba menyelidiki, tanyanya, Sudah berpuluh tahun sin-ni mensucikan diri digunung Bu-ih-san, tetapi kali ini.... 440 Lam-hay-sin-ni tertawa mengekeh, Kabarnya kitab pusaka yang ditulis Tio Sam-hong telah diketahui orang terpendam dalam Lembah Semi dipegunungan Tay-liang-san sini. Benarkah itu?". Iblis penakluk-dunia kerutkan alis. "Kudengar juga begitu". Dan orang mengatakan pula bahwa separoh dari Giok-pwe itu berada ditanganmu, apakah benar?" Iblis penakluk-dunia berdiam beberapa saat, lalu berkata tersendat-sendat; "Ini..... "Bilanglah!" tiba-tiba rahib sakti dari Lam-hay itu berubah wajahnya. Buru-buru Iblis penakluk-dunia tertawa, Benar, tetapi yang separoh lagi..... Lam-hay-sin-ni maju selangkah, Yang separoh itu, nanti akan kuusahakan sendiri. Yang berada padamu. lekas berikan kepadaku!" Sesungguhnya wajah Iblis penakluk-dunia sudah mendelik seperti dicekik setan. Tetapi dia tetap paksakan diri tertawa kecut, Ini.... ini.... Hm, tidak mau memberikan?" wajah rahib sakti mengkerut gelap. Sepasang alis Iblis-penakluk-dunia makin merapat. Tibatiba ia melirik kepada isterinya lalu tertawa-tawa, Karena sinni menghendaki, sudah tentu akan kuberikan, tetapi.... ia berhenti sejenak, lalu, Giok-pwe itu sesungguhnya tak berada padaku melainkan disimpan dalam sebuah tempat rahasia di 441 Lembah Semi. Adakah sin-ni bersedia bersama kami mengambil kesana atau sin-ni sendiri yang akan mengambilnya?"

Dengan mata berkilat berserulah rahib sakti itu tajamtajam, Bukankah kalian bermaksud hendak menipu aku?" "Sin-ni adalah satu-satunya lo-cianpwe dunia persilatan yang paling kuindahkan. Masakan aku berani berbuat kurang ajar terhadap sin-ni?". buru-buru Iblis penakluk-dunia menyanggapi. Wajah Lam-hay-sin-ni berseri girang, Baik, aku akan ikut kalian mengambilnya!" Iblis-penakluk-dunia tertawa sinis, Kalau begitu silahkan sin-ni ikut kami!" Bersama isterinya, Iblis penakluk- dunia segera berputar diri dan ayunkan langkah. Rombongan pangawal suami isteri Iblis-penakluk-dunia pun segera memberi isyarat kepada sekalian anak buah Lembah Semi untuk kembali ke dalam lembah. Rahib sakti dari Lam-hay mengikuti di belakang Iblis penakluk-dunia dan Dewi Neraka dengan wajah berseri girang. Tetapi ketika rombongan Iblis penakluk-dunia itu baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba terdengar suara bentakan. Berhenti....!" Iblis penakluk-dunia berhenti seraya balas membentak marah, Siapa!" 442 Dari balik sebatang pohon di tepi jalan muncul dua orang. Iblis penakluk-dunia dan rombongannya terkejut sekali. Bahkan Siau-liong yang masih bersembunyi di atas pohon pun tersentak kaget sehingga hampir terpelanting jatuh. Ternyata kedua orang yang muncul dari balik pohon itu adalah Randa Busan dan puterinya. Dengan lincah dara baju hijau itu mengikuti di belakang ibunya. Jelas lukanya ketika bertempur dengan Siau liong tempo hari, sudah sembuh. Teringat seketika Siau-liong akan pertempurannya dengan dara itu. Betapa gemas dan mati-matian dara itu menyerangnya ketika menganggap Siau-liong itu Pendekar Laknat. Hm, mengapa dia begitu membenci kemati-matian kepada Pendekar Laknat? diam-diam Siau-liong menimang. Begitu juga ia masih teringat pada saat dalam keadaan sadar tak sadar karena menderita luka dan dibawa Mawar Putih ke pondok janda itu, samar2 ia mendengar janda itu berkata dengan geram Hm, Besok pada pertengahan musim rontok tahun depan, takkan kuampuni jiwamu lagi.... Siau-liong pun teringat akan pesan dari tulisan Pendekar Laknat yang diguratkan pada dinding gua. Dalam pesan itu, Pendekar Laknat memintanya supaya mewakili datang kepuncak Sinlihong gunung Busan guna memenuhi undangan pada pertengahan musim rontok tahun depan.

Tak tahu Siau-liong undangan apa yang dimaksud oleh Pendekar Laknat itu. Yang jelas tentu undangan untuk mengadu kesaktian. Tetapi mengadu kesaktian dengan siapa? 443 Pikiran Siau-liong melayang lebih lanjut. Ia teringat, pada waktu berada di Lembah Maut, Soh-beng Ki-su pernah mengatakan bahwa Mawar Putih telah ditolong oleh seorang perempuan baju hitam. Oleh karena Mawar Putih membawanya dirinya kepondok janda itu, apakah tidak mungkin perempuan baju hitam yang dimaksud Soh-beng Kisu itu bukan Randa gunung Busan itu? Tetapi mengapa yang muncul dihutan situ hanya sijanda dan puterinya? Dimanakah Mawar Putih sekarang? Apakah dara itu disuruh jaga pondok atau sudah pergi kelain tempat lagi? Sebelum semua pertanyaan yang menghuni benak Siauliong itu terjawab. tiba-tiba Randa Busan kedengaran berseru kepada rombongan Iblis pe-nakluk-dunia, Apa kenal pada kami ibu dan anak?" Belum Iblis-penakluk-dunia sempat menyahut, Lam-hay Sin-ni sudah melangkah maju dan membentak Tidak kenal! Lekas enyah!" Randa Busan tertawa dingin, serunya, He, rupanya engkau cepat-cepat menjadi jompo! Sekali mengangkat tangan kirinya, Randa Busan menampar pelahan-lahan sebuah batu besar yang berada dimukanya, Tamparan itu pelahan sekali dan batu itupun tampaknya tak kurang suatu apa. Tetapi ketika Randa Busan menyepak dengan kaki kanannya, batu besar itu sudah berguguran remuk bubuk.... Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka terkejut bukan kepalang. 444 Lam hay Sin-ni pun belalakkan kedua matanya dan melengking tajam, Ye-ih-sin-kang.... Randa Busan tersenyum, Sekarang sudah kenal padaku? Lam-hay Sin ni tercengang-cengang, serunya, Ye li, Thianjim dan Jit-hua-sin-kang. Bukankah sudah lama lenyap dart dunia persilatan? Engkau.... Randa Busan menghela napas, Kecuali Thian-kong-sinkang, keempat ilmu sakti itu masih terdapat di dunia persilatan.... Tiba-tiba rahib sakti itu membentak, Kalau begitu engkau.... ,engkau juga hendak mencari pusaka itu! Untuk apakah itu? Randa Busan heran. Randa Busan membentak, Aku tak mencari pusaka, tetapi pun tak mengijinkan orang untuk mencarinya! Mengapa? tanya Lam-hay Sin-ni heran.

Bentak Randa Busan pula, Kukatakan sebabnya pun engkau takkan mengerti.... Hanya saja.... Tiba-tiba ia alihkan pertanyaan, Mengapa engkau bersama mereka! Lam-hay Sin-ni merenung sejenak lalu menyahut, Engkau tak perlu mengurus! Tiba-tiba Randa Busan tertawa panjang. Nadanya dingin sinis. Beberapa saat kemudian baru ia berhenti lalu berkata, Sebenarnya aku memang tak perlu mengurus. Tetapi aku tak tega melihat engkau kesana mengantar kematian. Janganlah engkau hanya mengandalkan ilmu saktimu Cek-ci-sin-kang tak 445 ada yang menandingi. Tanggung engkau bisa pergi kesana tetapi jangan harap bisa kembali.... Randa dari Busan itu menghela napas rawan lalu berkata pula Jong Leng lojin itu salah satu contoh!. Mata Lam-hay Sin-ni terbeliak, Siapakah Jong Leng lojin itu? Sahut Randa Busan dingin2, Pewaris dari ilmu sakti Jit-hua sin-kang! Terdiam sejenak Lam-hay Sin-ni tertawa; Memang lama sekali aku menyembunyikan diri. Beberapa peristiwa memang tak kuketahui. Tetapi mengapa mencari pusaka engkau bisa mengetahui? tegur Randa Busan. Wajah rahib dari Lam-hay mengerut gelap. Tampaknya hendak marah. Dipandangnya randa dari Busan itu lalu diam lagi. Suami isteri Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka yang sejak tadi hanya mendengar saja. Merasa saat itu mendapat kesempatan baik. Buru-buru Iblis penakluk-dunia menjurah memberi hormat kepada Randa Busan. Ucapan nyonya tadi ada beberapa bagian yang tak kumengerti. Tetapi kami suami isteri berdua sungguh merasa beruntung sekali karena hari ini dapat melihat wajah nyonya, salah seorang pewaris dari ilmu Panca Sakti! Habis berkata, bersama isterinya ia memberi hormat lagi kepada Randa dari Busan itu. 446 Muak tampaknya Lam-hay Sin-ni melihat tingkah laku kedua suami isteri itu. Ia mendengus dingin. Iblis-penakluk-dunia segera berputar diri menghadap Lamhay Sin-ni, Kitab pusaka peninggalan Tio Sam-hong, merupakan benda yang sangat diincar oleh ribuan kaum persilatan. Untuk menghormat kepada Sin-ni, kami berdua rela menyerahkan peta Giok-pwe itu kepada Sin-ni, te-tapi.... Ia berhenti lalu berpaling ke arah Randa Busan, dengan muka cemas, katanya, Tetapi kami pun amat menghormat juga

kepada wanita pewaris Ye-li-sin-kang ini. Oleh karena itu kami merasa bingung, hendak kami serahkan kepada siapakah peta Giok-pwe itu.... Randa Bu-san menatap tajam pada Iblis penakluk-dunia lalu membentaknya, Huh, licik sekali siasatmu! Tiba-tiba Lam-hay Sin-ni maju selargkah kemuka Randa Busan lalu membentaknya geram, Engkau kira dengan ilmu Ya-li-sin-kangmu itu dapat menggertak aku? Kitab pusaka itu setiap hidung tentu menginginkan. Jika tidak karena kitab pusaka itu, perlu apa engkau datang kemari?.... huh, engkau anggap aku orang tolol! Rahib itu serentak bersiap seperti hendak menyerang. Randa Busan tertawa dingin lalu berkata kepada Iblis penakluk-dunia, Jika saat ini aku benar-benar melayani dia berkelahi, bukankah sesuai dengan tujuan hatimu.... Wanita dan Busan itu gentakkan kakinya ke tanah dan menghela napas lalu berkata seorang diri, Untung atau celaka itu, memang sudah suratan takdir.... perlu apa aku bersitegang hendak melanggar Kodrat alam untuk mempertahankan nasib orang? 447 Dara baju hijau yang sejak tadi selalu berada disisi ibunya, saat itu segera mengajak ibunya pergi. Randa Busan mengangguk, Baiklah, biar mereka ramairamai sendiri! ia terus berputar diri lalu melangkah pergi. Setelah bayangan ibu dan anak itu lenyap Lam-hay Sin-ni tiba-tiba tertawa keras. Apa yang telah terjadi tadi, Siau-liong dapat melihat jelas. Diam-diam ia mencemaskan keselamatan rahib dari Lam-hay itu. Walaupun rahib itu memiliki ilmu sakti Cek-ci-sin-kang tetapi ia tentu tak dapat menghadap kelicikan kedua suami isteri iblis. Apalagi Siau-iong mendapat kesan bahwa rahib itu tampaknya seperti seorang yang ketolol-tololan. Teringatlah saat itu Siau-liong akan Jong Leng lojin yang dipenjara dibawah tanah oleh Iblis penakluk dunia dan Dewi Neraka. Kedua kaki orang tua sakti itu diikat dengin rantai besi.... Jika Lam-hay Sin-ni masuk ke dalam Lembah Semi, kemungkinan besar nasibnya tentu akan serupa dengan Jong Leng lojin! Ngeri seketika Siau-liong membayangkan hal itu. Ia bingung apakah saat itu ia harus bertindak mencegah perbuatan Iblis penakluk-dunia dan Dewi Neraka yang hendak mencelakai rahib Lam-hay. Ataukah ia tinggal diam saja. Belum sempat ia mendapat keputusan, tiba-tiba dari ujung tikungan gunung jauh disebelah muka tampak tiga sosok benda warna biru meluncur ke udara.

448 Dan cepat laksana anak panah meluncur, beberapa sosok tubuh manusia berhamburan tiba terus menyerbu Iblis penakluk-dunia dan isterinya. --oooo0dw0ooo-PEREBUTAN GIOK-PWE Pada saat Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka sedang mengipikan rencananya untuk menjebak Lam-hay Sin-ni akan berhasil, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh munculnya beberapa sosok bayangan itu. Cepat sekali beberapa orang itu sudah tiba dihadapan Iblispenaklukdunia. Ternyata mereka berjumlah empat orang, mengenakan pakaian ringkas, menyanggul senjata dipunggung. Keempat orang itu memberi hormat kepada Iblis-penaklukdunia. Salah seorang segera berkata, Memberi laporan kepada bapak pemimpin, pada beberapa tempat diluar gunung, diketemukan jejak musuh!" Apakah sudah diselidiki orang2 dari mana?" tanya Iblispenaklukdunia. "Kebanyakan kami dan para anak buah tak kenal mereka. Tetapi diantaranya terdapat ketua Siau-lim-pay paderi Ti Gong ketua Kong-tong-pay Toh Hun-ki, ketua Kay-pang To Kiu-kong dan lain-lain. Dan lagi.... Anak buah Lembah Semi itu berhenti sejenak, lalu melanjutkan keterangannya, Menurut penyelidikan yang kami peroleh, kali ini rombongan musuh dipimpin oleh imam tua Ceng Hi, ketua Kun-lun-pay yang lama!" 449 Iblis Penakluk - dunia berpaling dan tersenyum kepada isterinya, Sungguh tak meleset dugaanku. Hidung kerbau tua Ceng Hi itu dengan mengandalkan dirinya pada 20 tahun jang lalu pernah menghalau kita berdua dari Tiong-goan, sekarang keluar lagi dari pertapaannya.... Iblis itu menengadah ke atas dan tertawa gelak2 lalu berkata pula. Tetapi sekarang tidak sama dengan 20 tahun jang lalu. Aku mempunyai rencana untuk menghancar leburkan barisan mereka.... asal pemimpin sudah remuk, pastilah yang lain-lain runtuh nyalinya dan partai2 persilatan itu tentu tak berarti lagi bertingkah hendak menentang aku!" Anak buah Lembah Semi itu menunggu sampai Iblis penakluk-dunia selesai berkata. Setelah itu barulah ia berkata lagi dengan nada gentar, Saat itu disekeliling gunung Tayliangsan telah dikepung musuh. Walaupun kami telah mengadakan hubungan dengan posisi penjagaan "yang tersebar dalam jarak 10 li dari gunung. Tetapi tetap tak dapat mengetahui berapakah jumlah musuh yang datang itu!" Iblis-penakluk-dunia tertegun. Pada lain saat ia tertawa nyaring, Apa guna mengandalkan jumlah banyak?"

Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara teriakan menggemuruh. Teriakan dari suatu penyerbuan. Iblis-penakluk-dunia kerutkan alis lalu memberi perintah, Kasih tahu pada orang dimuka, jangan melawan.... Orang itu mengiakan lalu bersama keliga kawannya segera melesat pergi. Iblis-penakluk-dunia membisiki beberapa patah kata kedekat telinga isterinya. Kemudian ia berpaling ke belakang dan memanggil kepada seorang pengawalnya, Kasih tahu pada semua penjaga diluar gunung dan pos2 penjagaan di lembah, supaya masuk semua ke dalam lembah!" Dengan memimpin belasan anak buah, orang itu pun segera berangkat melakukan perintah. Saat itu Siau-liong hanya terpisah 10-an tombak dari Iblispenaklukdunia. Apa yang dilakukan iblis itu, diketahui semua. Ia merasa girang tetapi pun cemas. Girang karena dunia persilatan masih timbul gerakan lagi untuk menumpas Iblis penakluk-dunia. Bahkan imam Ceng Hi yang Sudan mengasingkan diri bertapa selama 20 tahun, juga ikut serta dalam gerakan itu. Dengan begitu kekuatan mereka tentu lebih besar. Tetapi ia cemas karena Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka itu licin sekali dan banyak tipu muslihat. Keadaan Lembah Semi sangat berbahaya, penuh dengan alat-alat jebakan. Dan Iblis penakluk-dunia pun sudah sumbar bahwa kali ini Ceng Hi totiang tentu akan dihancurkan. Jika hal itu terjadi, memang dunia persilatan takkan terdapat pengganti tokoh yang sesuai untuk memimpin gerakan pembasmian itu! Saat itu gemuruh teriakan serbuan tadi sudah berhenti. Memandang jauh kemuka, ia melihat sekelompok bayangan hitam berhamburan menyerbu ke dalam lembah. Tiba-tiba Iblis-penakluk-dunia memberi hormat kepada Lam-hay Sin-ni, ujarnya, Aku masih mempunyai lain urusan. Apakah Sin-ni suka masuk sendiri ke dalam lembah?" Lam-hay Sin-ni tertawa mengekeh, Ah lebih baik kutunggu disini sambil melihat-lihat saja!" 451 Dengan ucapan itu jelas Lam-hay Sin-ni tak mempunyai selera untuk mencampuri urusan yang terjadi di Lembah Semi. Iblis-penakluk-dunia tertawa kecewa lalu lari menuju ke arah tempat yang diserbu musuh itu. Kawanan pengawalnya pun segera mengikuti dengan ketat. Rombongan pendatanq itu terdiri dari belasan orang. Mereka hentikan jalannya ketika melihat Iblis-penakluk-dunia, lalu berjalan menghampiri pelahan-lahan. Dari atas pohon Siau-liong dapat melihat bahwa pemimpin rombongan tetamu itu seorang imam kurus. Jenggotnya yang putih perak, memanjang sampai ke dada Punggung menyanggul sebatang hudtim atau kebut pertapaan. Sikapnya

berwibawa seperti seorang dewa. Rombongan pengikutnya yang mengawal disebelah kanan kiri dan belakang. kebanyakan Siau-liong tak kenal kecuali Toh Hun-ki, keempat Su-lo dari Kong-tong-pay Ti Gong taysu dari Siau-lim-pay. "Imam tua itu tentulah Ceng Hi totiang, ketua lama dari partai Kun-lun-pay!" diam-diam Siau-liong membatin. Saat itu Iblis-penakluk-dunia pun berhenti setombak jauhnya dan rombongan pendatang itu. Lam-hay Sin-ni masih tetap berdiri ditempat semula, ditemani Dewi Neraka. Iblis penakluk-dunia tertawa menyeringai seraya memberi salam kepada imam tua itu, Totiang sudah lama tak berjumpa.... ia berhenti keliarkan mata sejenak, lalu berkata pula, "kudengar sudah lama sekali totiang mensucikan diri dari debu kotoran dunia. Entah mengapa hari ini totiang berkenan datang kelembah gunung belantara sini?" 452 Imam tua itu memang Ceng Hi totiang, ketua Kun-lun-pay yang lama. Ia tersenyum menjawab, Memang sudah hampir 20 tahun aku mengasingkan diri dari keramaian dunia dan sebenarnya tak mau campur tangan dengan urusan dunia persilatan lagi. Tetapi kudengar kalian berdua suami isteri telah mengirim undangan kepada seluruh kaum persilatan supaya menghadiri pertemuan Adu Kesaktian.... Belum selesai imam tua itu bicara, Iblis Penakluk-dunia sudah cepat menukas, Kami suam isteri melihat kenyatakan dunia persilatan yang selalu tak aman dari pergolakan, yang kuat makan yang lemah. Maka terpaksa kami mengambil tindakan, mengundang seluruh kaum persilatan datang kelembah sini. Pertama, untuk mempererat hubungan. Kedua, menggunakan kesempatan adu kesaktian itu, memilih seorang tokoh yang cerdas bijaksana dan pandai dalam ilmu sastera serta silat, menjadi pemimpin dunia persilatan. Dengan demikian dunia persilatan akan mempunyai suatu wadah dan pimpinan. Segala pergolakan mau pun pertikaian dan pertumpahan darah, tentu akan dapat dihentikan. Jika hal itu terlaksana, jerih payah kami berdua, tentu takkan sia2!" Dengan ucapan itu se-olah2 Iblis Penakluk dunia menempatkan dirinya sebagai seorang pahlawan penyelamat dunia persilatan. Ceng Hi totiang mendengar dengan sabar keterangan Iblis Penakluk-dunia itu. Setelah selesai barulah ia tersenyum. "Peristiwa berdarah pada 20 tahun yang lalu rupanya masih membekas dalam hati sekalian kaum persiatan. Sekali pun dalam mulut mereka terpaksa mengiakan tetapi dalam hati mereka tetap masih tak puas. Jika menurut pendapatku kuanjurkan kalian berdua supaya menghapus saja cita2 keAngkaraan itu. Lebih baik hiduplah menyepi dipegunungan yang tenang untuk melewati sisa penghidupan, agar....

453 Iblis Penakluk-dunia tertawa meloroh. "Adakah karena tak menerima undangan maka totiang marah? Jika totiang memang masih mempunyai keinginan untuk menguasai dunia persilatan, kami dengan segala senang hati segera akan menghaturkan surat undangan.... Iblis Penakluk-dunia menutup katanya dengan melirik rombongan pengikut Ceng-hi totiang. Lalu melanjutkan pula, Adu kepandaian akan diselenggarakan besok malam. Karena saudara2 datang lebih pagi sehari, maaf, aku tak siap menyambut. Jika saudara hendak memberi pelajaran, harap datang besok malam saja!" Ketua Siau-lim-si, Ti Gong taysu. tak dapat menahan diri lagi. Setelah menyerukan kata 'omitohud', ia menggembor dengan nyaring, Jangan dengarkan ocehannya! Lembah Semi penuh dipasangi alat-alat jebakan rahasia. Jika tidak.... ditujukan orang, aku dan beberapa saudara mungkin sudah binasa dalam lembah itu. Apa yang disebut sebagai Pertemuan besar Adu Kesaktian itu, tak lain hanyalah suatu perangkap untuk menjerat seluruh kaum persilatan!" Iblis-penakluk-dunia tertawa nyaring, Lem-bah Semi adalah tempat kediaman anakku perempuan. Jika benar terdapat alat-alat rahasia itu tentulah atas perintah dari anakku yang masih gemar bermain-main. Masakan alat-alat semacam itu dapat mengurung para orang gigih. Apakah ucapan lo-siansu itu tak terlalu berlebih-lebihan?" Ti Gong taysu menggerung marah, Kalau begitu. dimanakah beradanya ketua Tiam jong-pay Shin Bu-seng, ketua Bu-tong-pay It Hang totiang. ketua Ji-tok-kau Tan Inhong, ketua Tong-thing-pang Cu Kong-leng serta Kun-lun Sam-cu itu?" 454 Dengan tenang Ibls-penakluk-dunia menjawab, Kami suami isteri dengan hati yang sungguh hendak mengatur dunia persilatan. Tetapi lo-sian-su dan It Hang totiang menggunakan pikiran siau-jin (orang rendah) mengukur hati orang. Diam-diam lo-siansu dan It Hang totiang memimpin rombongan menyelundup ke dalam lembah untuk mencelakai kami. Sudah suatu kesungkanan kalau kami tak menarik panjang urusan itu. Tetapi sayang lo-siansu masih ada muka untuk mengungkat lagi hal itu.... Ti Gong taysu menggerung hendak turun tangan tetapi buru-buru dicegah Ceng Hi totiang. Dengan ilmu Menyusup suara, ketua lama dari partai Kun-lun-pay itu berseru kepada Ti Gong taysu, Menghadapi urusan kecil tak dapat menahan diri. tentu dapat membikin kapiran urusan besar. Harap losiansu suka sabarkan diri." Habis berkata ketua Kun-lun-pay itu memandang ke arah

Lam-hay Sin-ni dengan heran. Iblis-penakluk-dunia tertawa dingin, It Hang totiang dan rombongannya tak kurang suatu apa. Besok pagi kalau datang ke lembah, saudara2 tentu mengetahuinya!" Sambil mengurut jenggotnya yang menutup dada, Ceng Hi totiang berkata, Atas nama wakil dari seluruh partai persilatan, kami menolak undangan saudara. Selain itu, akupun hendak mohon bertanya dua buah hal.... Sejenak menatap pada Iblis penakluk-dunia jago tua itu berkata pula dengan nada mantap, Kesatu, sebelum matahari terbit, besok pagi It Hang totiang dan ke-7 kawan2nya harus sudah dibebaskan. Kedua, lebih baik kalian berdua kembali kedaerah luar perbatasan lagi, jangan mencampuri urusan dunia persilatan di Tiong-goan!" 455 Wajah Iblis penakluk-dunia berobah dingin, serunya, Adakah totiang hendak mengulang cerita pada 20 tahun jang lalu untuk mengusir kami dari Tiong-goan?" Sesungguhnya aku menjunjung perdamaian, harap saudara suka mempertimbangkan semasak-masaknya!" kata Ceng Hi totiang, lalu berpaling ke belakang dan berseru, Kasih tahu pada keempat kelompok kita. Besok pagi sebelum mendapat perintahku, jangan sembarangan bertindak sendiri!" Iblis-penakluk-dunia tertawa mengekeh, "Perintah itu tak perlu disiarkan. Aku sudah memikir masak, besok sore kami akan menyambut kedatangan para tetamu. Kami berdua suami isteri akan bertindak sebagai tuan rumah yang layak. Tetapi kalau hal itu tak mendapat perhatian, jangan salahkan kami akan bertindak ganas!" Ceng Hi totiang menghela napas panjang, Segala apa memang sudah kehendak Takdir. Aku tak dapat menentang takdir. Tetapi sayang, entah berapa banyak korban yang akan berjatuhan dalam pertempuran itu nanti!" Iblis-penakluk-dunia tertawa seram, Sekarang bukanlah sama dengan 20 tahun jang lalu. Jika totiang memang menjunjung kedamaian dan ketenteraman, silahkan totiang masuk ke dalam lembah untuk berunding empat mata dengan kami. Mungkin dapat diperoleh jalan keluar.... Ceng Hi totiang merenung diam. Hanya matanya memandang ke arah rombongannya, dengan pandang meragu. Toh Hun-ki ketua Kong-tong-pay berseru nyaring, Berunding dengan kedua iblis itu, tak ubah seperti berunding dengan harimau mengenai kulit. Totiang memikul tanggung 456 jawab keselamatan dunia persilatan, mana boleh sembarangan menempuh bahaya?" Ceng Hi totiang mengangguk lalu memandang Iblis

penakluk-dunia, serunya, Kata-kataku hanya sampai disini. Tak perlu untuk berunding apa2 lagi. Jika besok sampai matahari menyingsing kami tak melihat It Hang totiang dan kawan-kawan, terpaksa akan kupimpin serangan ke Lembah Semi.... Kebajikan yang utama ialah mengusahakan perdamaian pada umat manusia, katanya pula, "harap kalian suka pikir sekali lagi. Ketahuilah, seluruh kaum persilatan sudah berkumpul disini. Betapa berbahayanya Lembah Semi, namun tetap tak mungkin mampu menghadapi serbuan seluruh kaum persilatan!" Habis berkata imam tua itu terus hendak mengajak rombongannya pergi. Tetapi tiba-tiba terdengar Iblis penakluk-dunia tertawa gelak2 dan menyusul terdengarlah sebuah lengkingan tajam membentak, Hm, macam apakah ini!" Pada saat Ceng Hi totiang memandang kemuka, entah kapan datangnya tahu2 Lam-hay Sin-ni sudah berada dimuka dan memandang tajam kepada rombongan orang gagah. Rahib sakti dari Lam-hay itu memang jarang berkelana di dunia persilatan. Sebagian besar kaum persilatan tak kenal padanya. Tetapi tokoh2 semacam Ceng Hi totiang, Toh Hunki, Ti Gong taysu dan beberapa jago tua, semua sudah pernah melihat rahib itu. Kebanyakan kaum persilatan selalu bersikap menghormat dan menjauhi rahib sakti yang aneh wataknya itu. 457 Segera Ceng Hi totiang memberi hormat, ujarnya, Konon kabarnya Sin-ni mengasingkan diri digunung Bu-ih-san. Tak kira kalau hari ini dapat bertemu disini. Entah apakah maksud kunjungan Sin-ni kemari.... Lam-hay Sin-ni mendengus lalu balas bertanya, Ho, engkau kenal aku juga?" Ceng Hi totiang tertawa, Pada pertemuan ditelaga Leng-ti dahulu, aku beruntung dalam berjumpa sekali dengan Sin-ni. Pada masa itu Sin-ni masih agak muda dan akupun masih seorang pemuda.... Ketua Kun-lun-pay itu berhenti sejenak untuk bersenyum lalu, Menurut perhitungan, peristiwa itu sudah berlangsung 20 tahun yang lalu!" Wajah Lam-hay Sin-ni agak tenang, ujarnya, Benar, ingatanmu masih bagus sekali!" -tiba-tiba wajah rahib itu mengerut tegang lag!, Perlu apa kalian datang kemari? Apakah juga akan mencari pusaka?" Ceng Hi totiang terkesiap, sahutnya, Sudah hampir 20 tahun aku menutup diri dari keramaian dunia. Kali ini terpaksa muncul kedunia persilatan lagi adalah karena hendak mencegah pertumpahan di dunia persilatan. Sama sekali tiada keinginan hendak mencari pusaka. Dan lagi kitab pusaka itu

hanya suatu kabar cerita yang sudah berlangsung beberapa ratus tahun. Adakah kabar itu dapat dipercaya, aku tak berani memastikan!" Tiba-tiba Iblis-penakluk-dunia menggunakan ilmu Menyusup suara kepada Lam-hay Sin-ni, Imam tua itu telah membawa ribuan pengikut untuk mengepung Lembah Semi sini. Jika tindakan itu bukan untuk mencari kitab pusaka, 458 apakah ada lain alasan lagi yang dapat membohongi seorang anak kecil?" Lam-hay Sin-ni mengangguk. "Benar, masakan aku dapat dikelabuhinya.... rahib itu diam sebentar lalu bertanya, Tetapi apakah tujuan Adu Kepandaian di Lembah Semi yang hendak kalian selenggarakan itu?" Iblis penakluk-dunia tetap gunakan ilmu Menyusup suara untuk menyahut, Dewasa ini setiap orang persilatan tentu mengiler akan kitab pusaka itu. Dengan menggunakan keadaan Lembah Semi yang berbahaya ini, aku hendak mencegah tindakan mereka, dan lagi.... Iblis itu tersenyum lalu berkata pula, Yang separoh bagian dari peta Giok-pwe itu menang berada padaku, tetapi yang separoh lagi kemungkinan berada pada mereka. Aku hendak merebut yang separoh itu dari tangan mereka untuk kupersembahkan kepada Sin-ni." Berseri-seri gembiralah wajah Lam-hay Sin-ni. Tetapi pada lain saat. tiba-tiba wajahnya mengerut lagi, Kitab pusaka dari Tio Sam-hong, setiap hidung tentu menginginkan. Masakan kalian suami isteri tak menghendakinya? Apalagi sama sekali aku tak pernah melepas budi kepadamu, mengapa kalian begitu ihlas hendak menyerahkan peta itu kepadaku?" Mata rahib itu berkilat-kilat memandang Iblis-penaklukdunia dengan penuh kecurigaan. Iblis-penakluk-dunia tercengang, Tetapi cepat ia dapat menguasai keadaan. Iapun tertawa sinis.... Memang tak salah kalau Sin-ni menaruh kecurigaan. Aku memang masih mempunyai alasan yang belum kuberitahukan.... 459 Ia merenung sejenak lalu berkata dengan tenang, Pertama, kami berdua suami isteri amat mengagumi sekali akan ilmu sakti Cek-ci-sin-kang dari Sin-ni. Kedua, kami mempunyai sebuah persoalan yang ingin memohon bantuan Sin-ni.... Soal apa? Lekas katakanlah!" Kami suami isteri selalu bersikap baik kepada orang tetapi entah bagaimana kami selalu dimusuhi orang saja. Dua puluh tahun yang lalu, kami telah dikepung dan hendak dibunuh oleh Ceng Hi totiang dan kawan-kawannya sehingga kami terpaksa melarikan diri keluar perbatasan....

Iblis penakluk-dunia menghias tutur ceritanya dengan sebuah helaan napas. "Seperti kali ini, baru beberapa hari kami pulang ke lembah, tokoh2 partai persilatan itu terus berbondong-bondong datang kemari hendak membikin perhitungan kepada kami. Bahkan pada tengah malam begini, mereka tetap masuk ke dalam lembah hendak mencelakai diri kami. Saat ini Ceng Hi totiang kembali membawa rombongannya hendak menghancurkan lembah kami. Rupanya jika kami berdua suami isteri belum mati, mereka tetap tak puas Oleh karena itu, dengan menggunakan kesempatan Adu Kepandaian itu, kami hendak mohon bantuan Sin-ni untuk menundukkan mereka. Bukan karena kami ingin menguasai dunia persilatan, melainkan agar kami dapat hidup disini dengan tenteram. Sudah tentu budi pertolongan Sin-ni itu kami takkan lupa selama-lamanya!" Rupanya Lam-hay Sin-ni mudah sekali percaya omongan manis. Seketika timbullah rasa simpatinya kepada Iblis penakluk-dunia. Berulang kali ia mengangguk-angguk kepala. "Itu mudah saja, aku akan membantumulah." 460 Lebih dulu terimalah persembahan terima kasih kami atas budi pertolongan Sin-ni!" serta-merta Iblis penakluk-dunia menjurah memberi hormat. Dengan wajah berseri, rahib itu berpaling ke arah Ceng Hi totiang. bentaknya, Adu Kepandaian itu akan dilangsungkan besok malam. Mengapa kalian sekarang sudah datang?" Ceng Hi totiang memang tak tahu apa hubungan antara suami isteri iblis itu dengan Lam-hay Sin-ni. Apalagi pembicaraan mereka dilakukan dengan menggunakan ilmu Menyusup-suara. Yang dilihatnya hanya bibir kedua orang itu tak henti2nya bergerak. Ia duga mereka tentu sedang bercakap-cakap. Dan menilik nada serta sikapnya, tahulah Ceng Hi totiang bahwa rahib itu datang karena hendak mencari pusaka peninggalan Tio Sam-hong. Menilik betapa licik manusia Iblis-penakluk-dunia itu dan mengingat betapa picik pengalaman Lam-hay Sin-ni yang jarang keluar kedunia persilatan itu, diam-diam Ceng Hi Totiang gelisah. "Ah, kalau kitab pusaka itu sampai jatuh ketangan orang yang tak bertanggung jawab semacam Iblispenaklukdunia, alangkah ngerinya nasib dunia persilatan nanti.... Toh Hun-ki, Ti Gong taysu dan lain-lain tokoh, cukup mengetahui kelihayan ilmu sakti Cek-ci-sin-kang dari rahib itu.... Mereka gelisah. Kalau rahib itu sampai dipergunakan Iblis penakluk-dunia, tentu hebatlah akibatnya bagi rombongan Ceng Hi totiang. Ceng Hi totiang gelagapan mendengar bentakan rahib itu. Buru-buru ia memberi hormat, sahutnya, Selama ini Sin-ni selalu menjauhkan diri dari pergolakan dunia persilatan yang

kotor. Dan kaum persilatan menaruh perindahan tinggi kepada 461 Sin-ni. Maka heranlah kami mengapa saat ini Sin-ni muncul dan membantu kedua suami isteri durjana itu?" Lam-hay Sin-ni deliki mata, membentak, Apakah engkau hendak memberi nasehat kepadaku?" Pun Iblis penakluk-dunia cepat menambahi kata, Totiang amat termasyhur di dunia persilatan dan sangat diindahkan sekali oleh dunia persilatan. Sekali pun kata2 totiang itu menyinggung perasaanku, tetapi aku rela menerimanya. Tetapi kalau totiang menghina pada Sin-ni, ah, sungguh keterlaluan sekali!" Lam-hay Sin-ni yang polos dan jujur tetapi agak tolol, seketika terbakarlah kemarahannya mendengar ucapan Iblis penakluk-dunia itu. Segera ia ayunkan tangan, melontar pukulan. Bum.... sebuah batu besar hancur bertebaran keempat penjuru! Ternyata pukulan rahib itu ditujukan pada sebuah batu besar yang terpisah beberapa meter dari tempat Ceng Hi totiang. Tetapi tak kecewalah Ceng Hi sebagai seorang datuk persilatan. Ia memiliki toleransi yang besar sekali. Setitikpun ia tak terpengaruh oleh pameran ilmu kesaktian dari rahib itu. Ia tetap tegak dengan tenangnya. Dengan Kekuatan menaklukan orang, tidaklah seindah menaklukkan orang dengan Keluhuran budi. Apalagi dunia persilatan selalu mengutamakan Keadilan dan Kebenaran!" kata imam tua itu dengan tertawa hambar, lalu menghela napas. Seolah-olah menyesalkan tindakan Lam-hay yang 462 karena hendak mencari kitab pusaka telah rela bekerja-sama dengan suami isteri durjana. Lam-hay Sin-ni tertawa mengekeh, Selama mengasingkan diri digunung sepi, aku tak pernah melepaskan diri dari persoalan manusia. Kemungkinan nanti aku pun akan menjajal kepandaian dengan kalian!" Ceng Hi totiang terbeliak. Benar-benar ia tak mengira bahwa seorang rahib tua yang memiliki salah satu dari ilmu Panca Sakti dan sudah berpuluh tahun mengasingkan diri ternyata masih belum mencapai kesadaran. Masih tak dapat membedakan antara Putih dengan Hitam. Masih dikuasai nafsu untuk mengejar nama dan keuntungan. Adakah rahib itu benar-benar kurang waras! pikirannya? Toh Hun-ki dan rombongan serta Ti Gong taysu yang lebih banyak dipengaruhi rasa jerih terhadap kesaktian rahib itu, tak berani ikut bicara. Dengan wajah berseri riang Lam-hay Sin-ni memandang

sekalian orang itu kemudian berpaling kepada Iblis-penaklukdunia, Sekarang mari kita masuk ke dalam lembah untuk mengambil Giok-pwe yang separoh bagian itu?" Iblis-penakluk-dunia mengangguk, Baiklah, mari kuantar Sin-ni!" -ia terus berputar diri dan ayunkan langkah. Dewi Neraka cepat melesat kesamping Lam-hay Sin-ni. Tangan kiri mencekal tongkat kepala naga, tangan kanan memapah lambung Lam-hay Sin-ni. Ceng Hi totiang memandang bayangan rahib itu dengan tak berkata suatu apa. Tetapi ketika Lam-hay Sin-ni baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba dari udara terdengar suara gemboran menggeledek, Sin-ni, berhentilah!" 463 Sesosok tubuh melayang dari atas gerumbul pohon. Gerakannya mirip dengan seekor burung rajawali. Dan tepat orang itu melayang turun beberapa langkah dimuka Sin-ni. Baik rombongan Ceng Hi totiang maupun suami isteri Iblis penakluk-dunia, terperanjat sekali dan buru-buru hentikan langkah. Kiranya yang muncul itu adalah Siau-liong dalam penyamaran sebagai Pendekar Laknat. Ceng Hi totiang dan rombongannya pun tak jadi tinggalkan tempat itu. Sejenak terkejut, Iblis-penakluk-dunia segera tenang kembali. Ia tertawa dingin, Tua bangka Laknat, umurmu benar-benar masih panjang!" Pun Dewi Neraka dengan heran2 kejut, berseru, Bagaimana engkau dapat menemukan jalan rahasia dalam lembah? Asal engkau mau mengatakan, kami takkan menyusahkan engkau lagi!" Siau-liong tertawa; "Sudan kukatakan semula, tempat sebagai Lembah Semi itu, aku senang datang terus datang, senang pergi pun pergi. Segala macam alat perangkap dan tempat yang berbahaya dalam lembah, masakan mampu merintangi kebebasanku?" Pada saat kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia hendak menyahut, Lam-hay Sin-ni cepat mencegahnya. Kemudian rahib itu tersenyum pada Siau-liong, serunya, Uh, hampir saja kulupakan engkau? Apakah engkau tetap bersembunyi di atas pohon itu?" 464 Benar, apa yang Sin-ni dan kedua iblis bicarakan tadi, telah kudengar semua!" Lam-hay Sin-ni memandang wajah Siau-liong, serunya, Ya, omonganmu itu benar sekali.... -ia menunjuk pada suami isteri Iblis -penakluk-dunia, berkata pula; "memang Giok-pwe yang separoh bagian itu berada ditangan mereka dan sekarang hendak kuambil ke dalam lembah!"

Siau-liong berkata dingin, Kukuatir separoh Giok-pwe itu Sin-ni tak dapat memperolehnya dan lagi. Jangan masuk ke dalam lembah!" Mengapa?" bentak rahib itu dengan marah. Selama ini Sin-ni hanya tinggal menyepi digunung dan tak menghiraukan urusan dunia. Kali ini kedatangan Sin-ni untuk mencari kitab pusaka Tio Sam-hong, kurasa bukanlah dikarenakan hendak memburu harta permata yang tak ternilai jumlahnya itu!" "Sudah tentu," sahut Lam-hay Sin-ni, "aku tak butuh dengan segala harta kekayaan dunia!" Karena tak menginginkan harta permata, jelas tentulah hanya untuk Kitab pusaka itu saja.... Siau-liong berhenti sejenak memandang sekalian orang yang tegak berdiri diam, lalu berseru nyaring, Walaupun ilmu Thian-kong-sin-kang itu tergolong salah satu dari Panca Sakti, tetapi hanya ilmu itulah yang mendasarkan pada Sin (semangat). Jadi jauh di atas ilmu sakti Thian-jim-sin-kang, Jit-hua-sin-kang, Yi-li-sin-kang dan ilmu Cek-ci-sin-kang yang Sin-ni miliki. Maka apabila ilmu Thian-kong-sin-kang yang tertera pada kitab pusaka itu sampai jatuh ketangan lain orang, Sin-ni pasti akan tergeser dalam kedudukan sebagai 465 tokoh kelas dua. Jika Sin-ni dapat memperoleh ilmu Thiankong sin-kang itu, Sin-ni akan memiliki dua buah ilmu sakti yang tiada taranya dan dengan sendirinya Sin-nilah satusatunya tokoh nomor satu dalam dunia persilaran.... Ceng Hi totiang dan sekalian orang mendengarkan dengan penuh perhatian. Sekalipun ilmu Panca Sakti itu sudah tersiar dalam dunia persilatan sejak berpuluh-puluh tahun tetapi karena sudah lama sekali tak pernah muncul tokoh yang menggunakan ilmu sakti itu, maka orang menganggapnya hanya sebagai khayalan saja. Maka pada saat Pendekar Laknat Siau-liong mengungkapkan lagi tentang kelima ilmu sakti itu dengan jelas, sekalian tokoh2 yang hadir disitu sama tercergang-cengang.... Lam-hay Sin-ni tertawa mengekeh, Meskipun kata-katamu itu tak sedap, tetapi memang kenyataannya bcgitulah, aku Lam-hay Sin-ni memang tak mau campur tangan urusan dunia persilatan tetapi aku pun tak rela kalau ada orang yang lebih unggul kepandaiannya dari diriku!" Siau-liong memandang kedua suami isteri Iblis-penaklukdunia lalu tertawa hambar, "Selama ini Sin-ni hanya mengabdikan diri pada ajaran suci dan tak mau mergotorkan diri pada kejahatan dunia. Jika kitab pusaka yang berisi Thiankongsin-kang itu akan menjadikan seseorang melonjak dalam kedudukan sebagai tokoh persilatan nomor satu, masakan kedua Suami isteri itu mau begitu rela menyerahkan pada Sinni? Dalam hal itu tentulah....

Iblis-penakluk-dunia cepat menukas dengan tertawa melengking nyaring, Betapapun engkau hendak menggunakan lidahmu yang tajam tetapi tak mungkin dapat memecah belah Sin-ni dengan aku.... 466 Jangan mengerat omongan orang! Biarkan dia bicara sampai habis dulu!" bentak Lam-hay Sin-ni. Siau-liong mendengus ejek lalu melanjutkan kata-katanya, Jelas kedua suami isteri iblis itu mengandung hati durjana. Jika Sin-ni sampai terjebak masuk ke dalam lembah, berarti Sin-ni akan terjerumus ke dalam liang naga. Bukan saja separoh Giok-pwe itu takkan Sin-ni peroleh, bahkan Sin-ni sendiri tentu sukar akan keluar dari situ.... Siau - liong berhenti sejenak untuk mengatur kata2. Setelah itu berserulah ia dengan keras, Jong Leng lojin adalah contohnya!" "Siapakah Jong Leng lojin itu?" tanya Lam -hay Sin-ni. Jong Leng lojin adalah salah seorang tokoh yang memiliki ilmu sakti Jit-hua-sin-kang!" teriak Siau-liong, "dia sekarang berada dalam penjara dibawah tanah dengan kedua kakinya dirantai!"' Lam-hay Sin-ni maju selangkah dengan mata berkilat-kilat tajam, serunja; "Benarkah itu?" "Aku menyaksikan sendiri!" sahut Siau liong. Wajah Lam-hay Sin-ni tampak membeku lalu berpaling ke arah Iblis-penakluk-dunia. Juga Ceng Hi toting dan sekalian orang terperanjat mendengar keterangan Pendekar Laknat Siau-liong itu.... Jika hal itu benar, sungguh suatu peristiwa yang tiada tara ngerinya. Jong leng lojin sudah berpuluh-puluh tahun tak muncul di dunia persilatan. Orang mengira dia tentu sudah mati atau sudah lenyap. Tetapi mengapa ternyata dipenjarakan Iblis penakluk-dunia dalam Lembah Semi? 467 Sekalian orang setengah meragukan keterangan Siau-liong itu. Diantara sekian banyak orang, hanya Ceng Hi totianglah yang paling rapat hubungannya dengan Pendekar Laknat. Sudah beberapa kali ia bertemu dengan momok itu maka tahulah ia bagaimana watak dan pribadi momok itu. Sejauh ingatan Ceng Hi totiang, dahulu Pendekar Laknat itu seorang manusia yang sukar diraba pendiriannya. Malang melintang di dunia persilatan menurut sekehendak hatinya yang angkuh dan ganas. Tetapi mengapa sekarang, dua puluh tahun kemudian, momok itu tiba-tiba berobah begitu sadar, dapat membedakan mana yang lurus dan mana yang jahat? Dan yang paling tak dimengertinya ialah dua puluh tahun yang lalu Pendekar Laknat itu bertubuh pendek tetapi

mengapa sekarang berobah begitu tinggi besar? Masakan makin tua makin bertambah tinggi! Saat itu suasana makin bertambah tegang. Sekalian orang memandang ke arah Lam-hay Sin-ni. Rupanya rahib yang memiliki salah satu dari ilmu Panca Sakti, hendak berbalik memusuhi Iblis penakluk-dunia. Tetapi Iblis-penakluk-dunia tetap mengulum senyum dan memberi homat kepada rahib itu, Adakah Sin-ni percaya akan omongan itu?" "Kalau melihat dengan mata kepala sendiri, tentulah tak bohong!" sahut Sin-ni. Iblis penakluk-dunia tertawa nyaring, Jong Leng lojin memiliki ilmu sakti Jit-hua-sin-kang. Dalam dunia persilatan kedudukannya sama dengan Sin-ni. Masakan kami berdua 468 mampu menjebloskannya dalam penjara dibawah tanah? Apalagi.... Ia memandang Siau-liong dan rombongan Ceng Hi totiang. "Si tua Laknat, Toh Hun-ki ketua Kong-tong pay, Ti Gong taysu dari Siau-lim-si, To Kiu-kong ketua Kay-pang dan lainlain pernah masuk ke dalam lembah dan dapat keluar dengan tak kurang suatu apa. Jika lembah itu penuh dengan alat jebakan dan kami mempunyai kemampuan untuk memenjarakan Jong leng lojin, masakan rombongan mereka dapat lolos dari tangan kami? Masakan mereka dapat berdiri disini dan menyerang kami dengan fitnah yang tajam?" Lam-hay Sin-ni mengangguk angguk, Omonganmu benar juga. Hampir saja aku dapat dikelabuhi!" Dengan mata berkilat-kilat rahib itu menatap Siau-liong. Melihat itu Iblis-penakluk-dunia cepat menambah minyak ke dalam api. Serunya, Masih ada sebuah hal penting yang hendak kuberitahukan kepada Sin-ni Giok-pwe yang separoh bagian itu berada pada si tua Laknat!" Seketika berobahlah wajah Sin-ni terkejut girang. Cepat ia menegur Siau-liong, Benarkah itu?" "Benar!" Siau-liong tertawa hambar. "Lekas serahkan padaku!" Siau-liong tertawa dingin, Sekabpun aku ingin menyerahkan Giok-pwe itu, tetapi sekarang sudah tak dapat." Berhenti sejenak, Siau liong mengangkat muka memandang kelangit dan berseru pula dengan nada tawar, Kitab pusaka tulisan Tio Sam-hong dan harta karun yang nilainya dapat dibelikan sebuah kota, sejak saat ini bakal lenyap dan tinggal 469 merupakan sebuah teka-teki saja. Andaikata benar ada pun harta pusaka itu tak mungkin diketemukan orang lagi dan akan terpendam dalam tanah untuk selama-lamanya." Perlu apa engkau mengoceh belo tak keruan itu." bentak

Lam-hay Sin-ni. Siau - Hong tertawa lepas. Dengan tandas ia berkata: .Separoh Giok-pwe itu telah kuremas hancur berkepingkeping.... Seketika berobahlah wajah lblis penakluk-dunia. Tetapi beberapa saat kemudian ia tertawa gelak2; "Omongan semacam itu, anak kecil umur 3 tahunpun tak mungkin percaya!" Lm-hay Sin-ni tertegun lalu melengking, Aku pun juga tak percaya!" Siau-liong menertawakan Iblis-penakluk-dunia, serunya, Aku tak butuh engkau percaya atau tidak! Tetapi jelas kalau separoh bagian Giok-pwe itu sudah kuhancurkan. Dengan begitu yang separoh bagian lagi sudah tak berguna." Dengan murka sekali Lam-hay Sin-ni membentaknya, lekas serahkan separoh bagian Giok-pwe itu. Kalau tidak terpaksa aku turun tangan!" Bentakan itu dilambari dengan tenaga dalam yang hebat sehingga sekalian orang yang hadir disitu seperti mendengar halilintar meletus. Mereka terkejut dan memandang ke arah rahib itu. Dibawah sinar rembulan, tampak dengan mata berapi-api rahib itu memandang Siau-liong seraya pelahan-lahan maju menghampiri.... 470 Tampak jubahnya yang gerombyong itu berkibar-kibar keras. Tanah yang dilaluinya meninggalkan bekas telapak sedalam tiga inci. Dahinya memancar sinar pembunuhan yang buas. Siau-liong memandang gerak-gerik Sin-ni itu dengan penuh perhatian. Diam-diam ia kerahkan seluruh tenaga dalam Bukeksun-kang. Walau pun belum yakin akan menang, namun ia bertekad untuk menghadapi Sin-ni itu. Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka berdiri disamping sambil tertawa sinis. Seri wajahnya amat riang karena siasatnya mengadu domba akan berhasil. Tidak demikian dengnn ketua Kong-tong-pay, Toh Hun-ki. Diam-diam ia keluarkan keringat dingin karena mencemaskan Pendekar Laknat Siau-liong. Buru-buru ia gunakun ilmu Menyusup Suara untuk berseru kepada Ceng Hi totiang. "Pendekar Laknat yang sekarang jauh sekali bedanya dengan dahulu. Kami dan kawan2 ketika dikurung dalam lembah, jika tak ada dia yang menolongi, tentulah sudah binasa. Dapatkah totiang membantu sedikit tenaga kepadanya dalam menghadapi keganasan Iblis penakluk-dunia dan Dewi Neraka dan untuk menyelamatkan dunia persilatan, jika bisa mendapatkan tenaganya, tentu sangat berguna sekali" Ceng Hi totiang kerutkan dahi. Mengangguk tetapi tak menyahut apa2. Beberapa langkah dimuka Siau-liong, Lam-hay Si-ni

berhenti, bentaknya pula, Apakah engkau masih tak mau menyerahkan Giok-pwe itu?" 471 Siau-liong deliki mata, Sudah kukatakan, Giok-pwe itu sudah kuhancurkan. Tetapi engkau berkeras tak percaya, apa boleh buat!" Bentak rahib itu, Telah menjadi keputusanku untuk mencari pusaka itu. Dengan menyimpan separoh Giok-pwe itu, bagimu pun tak berguna. Bahkan malah akan menghilangkan nyawamu yang sudah tua itu!" Siau-liong tertawa angkuh, Harap Sin-ni jangan mengagulkan ilmu Cek-ci-sin-kang untuk memandang rendah orang, Jika Sin-ni tak mau makan nasehatku, tentulah Sin-ni akan mengalami nasib serupa Jong Leng lojin yang dipenjarakan dibawah tanah oleh kedua suami isteri iblis itu!" Wajah Sin-ni berobah pucat dan membentaklah ia dengan kalap, Apakah engkau benar-benar tak takut mati!" Tiba-tiba ia mengangkat tangan kanan hendak memukul.... Diam-diam Siau-liong menimang, Mati hidup sudah takdir! Jika aku memang harus mati ditangan rahib ini, mau lari kemana lagi? Hm....?" Siau-liong telah mengambil keputusan. Andaikata sekarang tidak, pun setahun lagi ia pasti akan mati juga. Baginya tiada yang diharap lagi. Pikiran kacau, hatinya pun gundah. Maka tetap tegaklah ia ditempat. Kedua tangan telah disiapkan dengan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang dan ia benar-benar hendak mengadu jiwa dengan Lam-hay Sin-ni. Mata Lam-hay Sin-ni memang tajam sekali. Cepat ia melihat bahwa kedua tangan Siau-liong menjadi merah membara. Seketika tertawalah ia mengekeh. Heh, heh, dengan mengandalkan ilmu liar itu, engkau hendak melawan aku?" serunya mengejek. 472 Ucapan itu diserempaki dengan gerakan tangan kanannya yang sudah diangkat tadi.... Seketika terdengar deru angin yang tajam melanda kepala Siau-liong.... Siau Liong memang sudah siap. Ia sudah kerahkan seluruh tenaga sakti Bu-kek-sin-kang. Kedua tangan diangkat kedada lalu pe-lahan2 disongsongkan kemuka. Bam.... terdengar ledakan keras. Tubuh Siau liong bergoyang2 beberapa kali. Wajahnya tetap tak berobah dan tetap tegak ditempatnya. Dan ketika kedua pukulan itu berbentur, berhamburanlah hawa panas kesekeliling. Sekalian orang yang hadir merasakan hawa itu. Ternyata ilmu sakti Cek-ci-sin-kang itu berdasar pada hawa panas dalam tubuh. Sedang tenaga-sakti Bu-kek-sin-kang itu pun juga berdasar pada api dalam tubuh. Kedua tenaga sakti

itu sama2 tergolong tenaga keras yang panas. Hai, Laknat tua, kepandaianmu hebat juga!" seru Lam-hay Sin-ni tertawa. Siau-liong pun tertawa hambar, Ah, Sin-ni keliwat memuji.... Diam-diam Siau-liong heran. Ketika berhadapan dengan Jong Leng lojin di penjara bawah tanah, ia tak mampu berbuat apa2 menghadapi tenaga-sakti Jit-hua-sin-kang tokoh tua itu. Pun dengan Randa gunung Busan yang memiliki tenaga-sakti Ya-li-sin-kang. Walaupun ia belum pernah bertempur, tetapi dari kesaktian anak perempuannya yang adu tenaga dengan dia itu, jelas kalau ilmu Ya-li-sin-kang itu jauh lebih unggul dari Bu-kek-sin-kang. 473 Adalah karena terpaksa, maka ia nekad menghadapi serangan Lam-hay Sin-ni. Tadi dalam adu pukulan ia telah menggunakan 10 bagian tenaga sakti Bu-kek-sin-kang. Sekalipun tak dapat menghalau Lam-hay Sin-ni, tetapi ia juga tak menderita apa2. Seketika timbullah nyalinya. Tiba-tiba Lam-hay Sin-ni tertawa mengekeh, Pukulanku dengan dua bagian Cek-ci-sin-kang tadi dapat membunuh 3 ekor harimau. Tetapi engkau mampu menerimanya, sungguh hebat juga!" Siau-liong terbeliak kaget. Kiranya Sin-ni hanya menggunakan dua bagian dari ilmu sakti Cek-ci-sin-kang. Ah, maka perbawanya tak begitu hebat. Pada saat rasa ngerinya mulai membayangkan bagaimana akibatnya apabila rahib itu memukul dengan tenaga penuh, tiba-tiba terdengar Lam-hay Sin-ni membentak keras. Setan tua, nih cobalah terima pukulan dari empat bagian Cek-ci-sin-kang....! " Anginpun men-deru2 dahsyat sekali.... ---ooo0dw0ooo--Jilid 09 Jika Singa Ketemu Macan 474 Dalam keadaan seperti saat itu, Siau-liong bagaikan seorang yang naik di punggung harimau. Terus naik celaka, turunpun tentu dimakan. Tetapi dari pada turun, lebih baik ia lanjutkan naik terus. Siapa tahu nanti akan terjadi sesuatu yang diluar dugaan. Darah muda Sian-liong meluap. Dan bulatlah sudah tekadnya. Lebih baik pecah sebagai ratna dari pada mati bertekuk lutut.... Tanpa banyak pikir lagi, ia gerakkan kedua tangannya dengan jurus Thay-siang-bu-kek yang dilambari dengan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang!

Bum.... Regukan angin yang panas ditaburi pecahan batu dan pasir yang berhamburan ke sekeliling penjuru! Tubuh Siau-liong bergoyang gontai maju mundur beberapa kali. Tetapi masih tetap dapat tegak berdiri di tempatnya. Ternyata dia telah mengkombinasikan ilmu pukulan Thaysiangciang dan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang. Oleh karena dia telah makan buah Im-yang-som dan minum darah binyawak purba, maka tenaganya pun lebih unggul dari Pendekar Laknat yang asli. Dengan demikian dapatlah ia bertahan dari pukulan Lam-hay Sin-ni. Di antara sekalian tokoh yang hadir, adalah To Kiu-kong ketua Kay-pang yang paling terkejut sendiri. Dia benar-benar tak mengerti mengapa Pendekar Laknat dapat menggunakan pukulan Thay-siang ciang. Pada hal ilmu pukulan itu adalah milik Pengemis Tengkorak Song Tay-kun yang jelas menjadi musuh dari Pendekar Laknat! 475 Juga Ceng Hi totiang yang luas pengalaman dan pengetahuannya segera dapat mengetahui keanehan pada diri Pendekar Laknat Siau-liong itu. Tokoh tua dari Kun-lun-pay itu memandang Siau-liong dengan saksama. "Aneh!" juga Lam-hay Sin-ni sendiri tertegun memandang Siau-liong seraya mengingau. Rahib itu juga tak habis herannya. Pada waktu ia gunakan dua bagian dari tenaga sakti Cek-cisinkang tadi, jelas diketahuinya bahwa Pendekar Laknat Siauliong itu sudah kepayahan. Dan pada pukulan yang kedua itu ia telah menambahkan empat bagian tenaga sakti Cek-ci-sin-kang. Hal itu pasti akan menghancurkan Siau-liong. Kalau tak mati tentu terluka parah. Tetapi mengapa orang itu masih tetap kuat bertahan seperti yang pertama tadi? Siau-liong yang paling tahu jelas keadaan dirinya. Adalah karena menggunakan ilmu pukulan Thay-siang-ciang yang dikombinasi dengan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang maka ia mampu menerima pukulan Lam-hay Sin-ni. Tetapi apabila rahib itu menambahi lagi tenaga saktinya, ia pasti tak kuat! Toh Hun-ki yang menyaksikan adegan pertempuran maut itu, bingung tak karuan. Buruan ia gunakan ilmu Menyusup suara kepada Ceng Hi totiang. Saat ini sudah jelas bagaimana kekuatan kedua tokoh yang adu pukulan itu. Jelas kedua suami isteri iblis hendak menggunakan tangan Lam-hay Sin-ni untuk membinasakan Pendekar Laknat. Jika kita berpeluk tangan membiarkan Pendekar Laknat mati dipukul Lam-hay Sin-ni, sungguh tidak bijaksana!" 476

Ceng Hi totiang menyahut dengan ilmu Menyusup suara juga, Lam-hay Sin-ni itu orang linglung tetapi memiliki ilmu sakti Cek-ci-sin -kang. Harus dilawan dengan kepintaran tak boleh dengan kekerasan. Aku telah menyanggupkan diri untuk menerima beban kewajiban dari kawan2 persilatan. Saat ini kita menghadapi bermacam-macam bahaya. Sekali tak waspada, besar bahayanya. Bukankah hal itu akan memberi keuntungan pada kedua suami isteri iblis untuk menguasai dunia persilatan.... Sejenak berhenti ketua Kun-lun-pay itu melanjutkan pula, Pendekar Laknat pada 20 tahun yang lalu dengan sekarang, sungguh berbeda sekali. Begitu pula ucapannya sekarang ini tiadalah sesombong dan seliar dahulu, tetapi penuh dengan nalar yang tepat. Tetapi dia tetap berhati keras karena walaupun jelas tak bisa melawan Lam-hay Sin-ni namun dia tetap berani menghadapinya. Apakah itu bukan berarti dia mancari mati sendiri? Sekalipun aku ingin menolongnya tetapi tenagaku tak mampu!" Toh Hun-ki tahu jelas bahwa tujuan dari Lam-hay Sin-ni itu adalah untuk memperoleh Giok-pwe dan bukan hendak bermusuhan dengan partai2 persilatan. Jika karena hendak membantu Pendekar Laknat sampai menimbulkan kemarahan rahib itu, tentu celakalah sekalian rombongan orang gagah. Diam-diam ketua Kong-tong-pay itu mengakui kebenaran ucapan Ceng Hi totiang. Ia makin gugup tetapi tak dapat menemukan suatu akal. Kebalikannya, Siau-long saat itu malah makin tenang. Hatinya bulat, pikiran mantap. 477 Menggunakan kesempatan lawan sedang tertegun, diamdiam ia kerahkan lagi tenaga sakti Bu-kek-sin-kang, siap menunggu serangan yang ketiga.... Setelah beberapa saat memandang Siau-liong dengan heran. tiba-tiba mata Sin-ni itu menyala lagi. Tangan kanannya pelahan-lahan diangkat dan berserulah ia nyaring. "Kali ini akan kugunakan delapan bagian tenaga sakti Cekcisin-kang untuk menghancurkan dirimu!" Siau-liong diam saja. Hatinya sudah bulat untuk mati. Sepasang tangannya segera bergerak menyongsong kemuka. Tangan kanan gunakan jurus Ki-lok-po-ti dan tangan kiri dengan jurus Siu-lo-pan-cha. Dua jurus dahsyat dari ilmu pukulan Thay-siang-ciang! Gerakan tangan Lam-hay Sin-ni itu tampaknya lebih pelahan dari yang tadi. Tetapi melihat wajahnya yang begitu membesi, tahulah sekalian orang bahwa pukulan rahib itu dahsyatnya bukan alang kepalang. Sedang kedua tangan Siau-liong tadi bergerak dengan keras. Tetapi begitu berbentur dengan tenaga sakti Cek-ci-sinkang, sirnalah tenaga Bu-kek-sin-kang itu seperti tenggelam

ke dalam laut. Lam -hay Sin-ni tertawa mengekeh, bentaknya, Tua bangka Laknat, serahkan jiwamu!" Dan serempak dengan itu tangannya pun bergerak cepat. Angin mendesis tajam, melanda ke arah kepala Siau-liong. Siau-liong terkejut tetapi tak berdaya. Ia meramkan mata menunggu kematian.... 478 Tetapi pukulan maut Sin-ni itu tak kunjung datang. Bahkan saat itu ia mendengar jeritan kaget dari sekalian orang termasuk Iblis penakluk-dunia dan Dewi Neraka. Buru-buru ia membuka mata. Ketika memandang kemuka, dilihatnya wajah Lam-hay Sin-ni pucat seperti kertas dan tubuhnya terhuyung-huyung mau jatuh. Jelas rahib itu telah menderita luka.... Siau-liong cepat dapat menyadari bahwa tentu ada seorang sakti yang menolong jiwanya. Buru-buru ia berpaling. Ah, beberapa langkah disampingnya, tampak seorang wanita berpakaian hitam tegak berdiri dengan tenang. Randa gunung Bu-san! Di belakang wanita itu tampak si dara baju bijau yang pernah adu pukulan dengan dia (Siau-liong). Dara itu memandangnya dengan mata penuh dendam kebencian.... Juga tubuh janda dari Bu-san itu agak gemetar, wajahnya pun pucat. Kiranya pada saat pukulan maut Lam-hay Sin-ni akan mencabut nyawa Siau-liong, tiba-tiba muncullah Randa Bu-san yang segera ayunkan tangan menangkis pukulan Sin-ni. Ya-li-sin-kang dari Randa Bu-san yang semula keras itu tiba-tiba berobah menjadi lunak. Dan hapuslah tenaga sakti Cek-ci-sin-kang dari Lam-hay Sin-ni. Adalah karena kedua wanita itu berimbang kesaktiannya maka kedua-duanya pun menderita luka kecil. Setelah mengetahui siapa penolongnya, buru-buru Siauliong memberi hormat, Terima kasih atas pertolonganmu, aku.... 479 Randa Bu-san mendengus. Tanpa menunggu orang selesai bicara, ia terus berpaling ke arah Lam-hay Sin-ni. Siau-liong tersipu-sipu malu. Untunglah saat itu perhatian orang tertumpah pada Randa Bu-san sehingga kekikukan Siau-liong itu tak ada yang memperhatikan. Menatap tajam kepada wanita Bu-san, melengkinglah Lamhay Sin-ni Mengapa engkau membantunya?" "Hanya kebetulan jalan disini dan melihat hal yang ganjil!" sahut Randa Bu-san dengan dingin. Lam-hay Sin-ni membentak tajam, Apakah bukan karena hendak mencari pusaka....?"

Mata rahib itu berkeliaran beberapa kali. Tiba-tiba ia kerahkan tenaga dalam lalu berteriak, Hari ini terpaksa aku harus adu jiwa dengan engkau!" Randa Bu-san hanya tertawa dingin. "Dalam adu jiwa, duadua tentu sama terluka, Ketahuilah, Ya-li-sin-kang tidak dibawah Cek-ci-sin-kang!" Sepasang tangan Lam-hay Sin-ni yang sudah diangkat ke atas itu kembali diturunkan. Ia deliki mata kepada wanita itu, Baik dalam mencari Giok-pwe, engkau dan aku masingmasing mendapat separoh. Besok pagi pada saat ini, akan kutunggumu disini. Kita tentukan siapa yang berhak memiliki kitab Thian-kong-sin-kang itu!" Randa Bu-san tertawa dingin, Tamak menginginkan barang yang bukan miliknya, menjadi penyebab kematian. Rupanya engkau memang takkan lama hidup di dunia ini!" 480 Siapa yang mati dan hidup, besok pagi pada saat ini. baru diketahui!" sahut Lam-hay Sin-ni. Randa Bu-san menghela napas, Apakah engkau tetap hendak ke dalam lembah?" Kalau aku tak pergi masakan kubiarkan engkau yang pergi!" bentak Lam-hay Sin-ni. Randa Bu-san gelengkan kepala dan berkata dengan nada kecewa, Silahkan pergi ia terus berputar tubuh dan melangkah pergi. Kesempatan itu cepat digunakan Iblis penakluk-dunia untuk melangkah kesamping Lam-hay Sin-ni dan membisiki beberapa patah kata. Wajah rahib itu berseri girang. Dipandangnya Randa Busan, Siau-liong dan rombongan Ceng Hi totiang. Tiba-tiba ia berputar tubuh terus ayunkan langkah diikuti oleh suami isteri iblis dan rombongan anak buah Lembah Semi. Siau-liong melangkah maju dan berkata kepada Randa Busan, Lam-hay Sin-ni seperti orang linglung ia pasti celaka ditangan Iblis-penakluk-dunia. Mungkin nasibnya seperti Jong Leng lojin.... Seretlah ia supaya jangan kesana!" Randa Bu-san deliki mata. Siau-liong tercengang. Setelah deliki mata, Randa Bu-san segera melangkah pergi sambil menggandeng puterinya. Tetapi dua langkah kemudian. ia berhenti pula dan menghela napas, Segala hal memang sudah suratan takdir yang tak dapat dilawan....!" 481 Ucapan itu bernada rawan dan tanpa berpaling ke arah Siau-liong. Sesaat kemudian ia menghela napas lagi. Sementara si dara baju hijau tetap memandang Siau-liong dengan sinar mata penuh kebencian, seolah-olah hendak

menelannya. Saat itu rembulan purnama. Adalah karena kata2 Randa Bu-san tentang takdir itu, perasaan Siau-liong tersinggung. Beberapa tetes air mata menitik keluar.... Tetapi ketika ia menyadari pandang mata si dara baju hijau yang penuh dendam itu, ia tersentak kaget dan buru-buru membungkukkan tubuh memberi hormat kepada Randa Busan, Atas pertolongan tadi, aku merasa menyesal karena tak dapat membalas.... Ia tak dapat melanjutkan kata2 karena tersekat oleh rasa haru yang hampir menitikkan air mata. Randa Bu-san hanya mendengus, Bermula aku hendak membunuhmu! Tak kira kalau menolongmu.... ah " Nadanya juga penuh dengan kedukaan. Siau-liong teringat memang si dara baju hijau itu begitu melihat dirinya sebagai Pendekar Laknat, terus menyerangnya mati-matian. Dan ketika ia pingsan, lapat2 ia mendengar wanita itu mengatakan hendak membunuhnya. Tetapi mengapa tadi wanita itu menolongnya? Beberapa saat kemudian, Randa Bu-san berpaling pelahanlahan. Sepasang matanya berapi-api menatap wajah Siauliong yang berlinang-linang, serunya, Apakah saat ini engkau juga mempunyai perasaan menyesal?" 482 Siau-liong tak mengerti apa maksud pertanyaan wanita itu. Pikirnya; Aku tak kenal pada kalian ibu dan anak. Tak pula terikat dendam permusuhan. Mengapa engkau berkata begitu?" Tetapi segera ia menyadari bahwa dirinya saat itu sedang dalam penyamaran sebagai Pendekar Laknat. Sudah tentu Randa Bu-san itu tak tahu siapa dirinya yang asli. Siau-liong terlongong-longong. Peristiwa apakah yang terjadi dahulu antara Randa dengan Pendjekar Laknat mempunyai hubungan bagaimana sehingga wanita itu membenci setengah mati. Tetapi anehnya, dalam saat Pendekar Laknat Siau-liong dalam bahaya. wanita itu cepat manolongnya? Randa Bu-san itu menganggap Siau-liong atau Pendekar Laknat telah menyesal. Dengan begitu kemungkinan dahulu Pendekar Laknat aseli itu tentu telah melakukan sesuatu yang menyalahi ibu dan puterinya itu. Siau-liong teringat. Bahwa pada dinding batu tempat Pendekar Laknat dahulu, hanya terdapat tulisan yang manyatakan supaya ia (Siau-liong) suka mewakili Pendekar Laknat datang kepuncak Sin-li-hong untuk memenuhi sebuah janji. Begitupun pernyataan yang diucapkan Randa Bu-san ketika Siau-liong pingsan dan dibawa oleh Mawar Putih kepondok kediaman wanita itu. Rangkaian kejadian itu, memberi kesimpulan kepada Siauliong

bahwa dahulu semasa hidupnya, Pendekar Laknat aseli itu tentu pernah mengikat dendam dengan Randa Bu-san. Tetapi ia tak tahu, dendam pertikaian apa yang telah terjadi diantara mereka. 483 Menilik umurnya, Rauda Bu-san itu seorang wanita serengah tua. Sedang Pendekar Laknat paling tidak tentu sudah berumur 70 tahun. Dan menilik pula pada wajah Pendekar Laknat yang begitu menyeramkan, tak mungkin dendam dengan Randa Bu-san itu mengenai soal Asmara. Tetapi kalau mengingat betapa gemas sikap Randa Bu-san yang hendak membunuh Pendekar Laknat tetapi pun mau menolongnya dan kerut wajahnya yang menampilkan kemesraan walau pun mulutnya selalu mengucap kata2 yang tajam dan membenci, kemungkinan pertikaian antara kedua orang itu tentulah akibat dari hubungau asmara.... Siau-liong teringat pula bahwa selama hidupnya, Pendekar Laknat itu hanya seorang diri. Tiada sanak kadang, tiada handai taulan. Ia malang melintang di dunia seorang diri. Tetapi mengapa kini tahu2 terdapat seorang janda yang mempunyai dendam kesumat kepadanya? Sampai beberapa lama, belum juga Siau-liong dapat memecahkan teka teki itu. Akhirnya ia berkata kepada Randa Bu-san; Dahulu.... Randa Bu-san menghela napas rawan, ujarnya, Peristiwa yang lampau, ternyata engkau masih mempunyai muka untuk mengatakan lagi, engkau.... Ia hentikan kata-katanya. Sejenak keliarkan mata, ia melanjutkan pula, Hal itu juga termasuk Karma. Kalau tidak begitu, aku pun takkan menjadi pewaris dari ilmu sakti Ya-lisinkang. Tetapi aku tetap tak dapat mengampuni Engkau hanya karena hal itu.... " 484 Ketika Siau-liong menatap kemuka, dilihatnya Wajah Randa Bu-san berlinang-linang air-mata. Sambil menepuk bahu puterinya, wanita dari Bu-san itu berkata pula, Andaikata aku dapat mengampunimu, anak kita ini tentu tak mau melepaskan engkau!" Siau-liong terkejut. Tetapi ia tak mau banyak bicara karena kuatir akan ketahuan penyamarannya. Untung Randa Bu-san pun tak menaruh kecurigaan kepadanya. Kembali Randa Bu-san gentakkan kakinya ke tanah, serunya; Ingatlah, besok pertengahan musim Rontok tahu muka, datanglah ke puncak Sin-li-hong untuk menerima kematian. Dalam waktu setahun ini, engkau boleh mengatur pesanan2 yang perlu engkau tinggalkan!" Siau-liong tertawa hambar dan berkata seorang diri;

Benar, tak peduli bagaimanapun juga, aku toh takkan hidup lebih dan waktu pertengahan musim rontok itu.... Randa Bu-san memandangnya dengan heran. Ia hendak membuka mulut tetapi tak jadi. Menarik tangan puterinya, tanpa berpaling ke belakang lagi, ia terus ayunkan langkah. Siau-liong memandang terlongong-longong akan bayangan kedua ibu dan anak itu lenyap dalam gerumbul pohon. Tiba-tiba ia teringat sebuah hal yang penting. Ia harus menyelidiki jejak Mawar Putih. Maka ia hendak menyusul Randa Bu-san. Tetapi baru kaki hendak diangkat, tiba-tiba terdengar orang berteriak gugup, Pendekar Laknat....!" Siau-liong terpaksa batalkan langkahnya dan berpaling. Ternyata Toh Hun - ki ketua Kong-tong-pay sedang berdiri sambil memberi hormat dengan tersenyum simpul. 485 Apakah hendak menegur aku mengapa tak mendatangi perjanjian?" Toh Hun-ki terkesiap. Buru-buru ia berkata, Ah, bukan. Pendekar Laknat tentu mempunyai lain urusan yang penting sehingga tak dapat hadir!" Siau-liong menghela napas rawan, Memang aku mempunyai urusan penting. Tetapi aku bukan orang yang tak pegang janji. Dalam penyerangan kesarang suami isteri iblis nanti, aku akan membantu sedikit tenaga!" Sikapnya yang dingin kepada ketua Kong-tong-pay itu disebabkan: Kesatu, ia harus membawa sikap seperti Pendekar Laknat yang angkuh dan dingin. Agar jangan diketahui Toh Hun-ki, Ceng Hi totiang dan lain-lain orang. Kedua, Toh Hun-ki itu adalah pembunuh ayahnya. Kelak pada suatu saat ia harus membunuhnya. Ketiga, hatinya sedang resah gelisah. Penuh dendam dan kemarahan. Maka nada ucapannya pun ketus dan angkuh seperti Pendekar Laknat yang asli. Tetapi betapa pun, dia bukanlah Pendekar Laknat, melainkan Siau-liong yang menjunjung Keadilan dan Kebenaran. Demi membalas budi Pendekar Laknat maka ia menyaru menjadi tokoh itu tetapi dengan sepak terjang yang berlainan agar dapat mengembalikan nama baiknya. Terhadap Toh Hun-ki, musuh yang telah membunuh ayahnya, diam-diam ia mempunyai kesan lain. Ia tertarik akan peribadi ketua Kong-tong-pay yang tak gentar menghadapi ancaman dan tekanan. Ketua itu tetap berani membela Kebenaran. Adakah dia sampai hati untuk membunuh seorang tokoh yang begitu lurus peribadinya? 486 Dan pula Toh Hun-ki itu bersikap mengindahkan dan melindungi Pendekar Laknat. Baik dengan ucapan mau pun dengan tindakan yang nyata. Dan yang paling hebat, ketua

Kong-tong-pay itu dengan serta-merta telah rela menyerahkan sebagian Giok-pwe itu kepada Pendekar Laknat! Merenung kesemua itu, timbullah rasa sesal dalam hati Siau-liong. Tertawalah ia dengan rawan, Separoh Giok-pwe yang engkau berikan kepadaku tempo hari, memang benarbenar sudah kuhancurkan!" Tetapi Toh Hun-ki tak terkejut. Dengan tenang ia menyahut, Begitupun juga baik! Jika kitab pusaka itu jatuh ketangan orang baik, tentu merupakan suatu berkah bagi dunia persilatan. Tetapi jika sampai ketangan manusia jahat, dunia persilatan tentu celaka!" Sejenak memandang ke arah Ceng Hi totiang, To Kiu-kong dan beberapa orang, berkatalah Siau-liong kepada ketua Kong-tong-pay itu, Aku masih mempunyai lain urusan, untuk sementara terpaksa akan pergi!" -habis berkata ia segera ayunkan langkah menyusul Randa Busan dan puterinya tadi. Pendekar Laknat!" tiba-tiba Toh Hun-ki berseru memanggil. Siau-liong terpaksa berhenti, bentaknya, Mengapa?" "Saat ini disekitar gunung Tay-liang-san penuh dengan tokoh2 dari partai2 persilatan. Dengan pergi begitu saja, kemungkinan Pendekar Laknat.... akan bersua dengan beberapa hal yang tak leluasa.... -kata Toh Hun-ki lalu menyerahkan sehelai sutera kuning kepada Siau-liong, sutera ini merupakan pertandaan bagi kawan2 kita. Baiklah engkau membawanya agar jangan terjadi salah faham." 487 Siau-liong menyambuti dan menghaturkan terima kasih. Tetapi ketika ia hendak berjalan, tiba-tiba Ceng Hi totiang, Ti Gong taysu dan beberapa orang menghampiri kemukanya. Siau-liong kerutkan alis. Ia terpaksa memberi hormat, serunya, Saudara2.... Ti Gong taysu menyerukan Omitohud lalu melangkah maju dan memberi hormat, Aku hendak menghaturkan terima kasih atas pertolongan saudara!" Siau-liong tertawa, Ah, hanya soal kecil, usah taysu ingat lagi!" Juga To Kiu-kong dan Pengemis-tertawa Tio Tay-tong dan kedua pengemis pincang, maju menghampiri kehadapan Siau -liong. Memberi hormat lalu mundur lagi tanpa berkata suatu apa. Kiranya To Kiu-kong masih meragu. Jelas ketika bertempur dengan Lam-hay Sin-ni tadi, Pendekar Laknat telah gunakan pukulan Thay-siang-ciang. Ceng Hi totiang memandang beberapa saat kepada Siauliong lalu berkata, Bahwa Pendekar Laknat telah kembali kejalan yang terang, sungguh merupakan suatu berkah bagi dunia persilatan. Ijinkan kuwakili seluruh kaum persilatan untuk menghaturkan terima kasih kepada saudara. Kali aku

menyanggupkan diri turun gunung untuk memimpin rombongan kawan2, sesungguhnya aku merasa malu dalam hati karena kepandaianku masih belum cukup.... Ia berhenti bejenak, menghela napas lalu melanjutkan pula, Pula suasana saat ini tak sama dengan 20 tahun yang lalu. Adakah kami dapat menumpas gerakan kedua suami isteri iblis itu atau tidak, masih belum dapat dipastikan!" 488 Siau-liong tahu bahwa pada 20 tahun yang lalu imam tua itulah yang paling sering berhubungan dengan Pendekar Laknat. Maka jika ia tak berhati-hati, tentulah mudah diketahui oleh imam itu. Maka ia hanya mendeham pelahan dan tak menjawab. Berkata pula Toh Hun-ki, Sekembalinya ke Siok-ciu, ternyata banyak tokoh2 persilatan dari segala penjuru berbondong-bondong datang. Mereka hendak menggabungkan diri pada gerakan kami untuk menumpas suami isteri iblis itu. Dalam waktu 10 hari saja, telah berkumpul ribuan tokoh2. Apalagi kami beruntung dapat mengundang Ceng Hi totiang untuk memimpin gerakan itu. Saat ini Lembah Semi telah dikurung ketat oleh rombongan orang gagah.... Berhenti sejenak memandang ke arah sekalian orang, ketua Kong-tong-pay itu berkata pula. "Hanya saja kalau kali ini sampai menemui kegagalan akibatnya sukar dibayangkan bagi dunia persilatan!" Siau-liong ikut prihatin, ujarnya, "Lembah Semi mengandalkan kehebatan keadaan alamnya dan kehebatan perlengkapan alat-alat rahasia, barisan pedang. Sekalipun rombongan orang gagah itu terdiri dari jumlah yang besar, tetapi dikuatirkan.... "Akupun mencemaskan hal itu, oleh karena itulah.... Ceng Hi totiang hentikan kata?nya. Siau-liong tertegun. Tanyanya sesaat kemudian, Apakah totiang hendak menggunakan api untuk menggempur sarang mereka.... 489 Wajah Ceng Hi totiang berobah seketika. Diam-diam ia terkejut. Katanya dengan nada berat, Benar, memang aku mempunyai rencana begitu. Dengan mengandalkan jumlah orang yang begitu banyak kalau kita gunakan api untuk membakar lembah ini, tentulah dapat membasmi kedua suami isteri iblis.... Sejenak berhenti ia melanjutkan pula, Kumohon Pendekar Laknat jangan membocorkan rencanaku ini, agar.... Siau-liong tertawa, Harap totiang jangan kuatir, aku tentu akan menyimpan rahasia itu!" Tiba-tiba pikiran Siau-liong melayang. Memang dengan cara

penyerangan api itu, tentulah kemungkinan besar rombongan Ceng Hi totiang akan berhasil membasmi Lembah Semi. Tetapi dengan pembasmian itu, pemilik lembah ialah Poh Ceng-in tentu akan ikut binasa. Bukankah ia telah diberi minum racun Jong-tok oleh wanita itu. Dengan racun itu, apabila salah seorang mati, yang lainpun akan mati juga. Maka jika Poh Ceng-in mati, iapun tentu akan ikut mati! Begitu pula dengan Jong Leng lojin yang dipenjara dibawah tanah dengan kaki dirantai. Kalau Ceng Hi totiang melakukan serangan pembakaran itu, bukankah Jong Leng lojin akam mati terbakar hidup-hidup? Sesaat Siau-liong tertegun gelisah. Melihat itu, agak curiga juga Ceng Hi totiang, segera ia batuk2 lalu menegurnya Apakah saudara tak setuju dengan rencana seranganku itu?" Siau-liong terkejut dan buru-buru berseru, Tidak, tidak! rencana totiang itu memang yang paling sempurna, tentu 490 akan berhasil.... ia menghela napas pelahan, "bilakah totiang hendak melaksanakannya?" Setengah meragu, menyahutlah Ceng Hi totiang; Telah kuberi waktu kepada lblis-penakluk-dunia agar membebaskan It Hang totiang dan rombongan sampai besok pagi. Apabila dia tak melaksanakan permintaanku itu, segera akan kulakukan serangan itu!" Memandang kelangit, Siau-liong memperkirakan saat itu sudah menjelang magrib.... Jadi tinggal lebih kurang dua jam dari batas waktu yang diberikan Ceng Hi totiang kepada Iblispenaklukdunia. Berkata Ceng Hi totiang pula, Dalam waktu satu hari untuk menghancurkan anak buah dan semua alat perangkap dalam lembah. Tiga hari untuk meratakan seluruh isi lembah. Dalam waktu empat hari itu tentulah dapat diketahui berhasil tidaknya rencanaku itu!" Sejenak merenung, Siau-liong lalu mengambil resep obat dari bajunya, diberikan kepada To Kiu-kong, katanya, Aku hendak minta tolong supaya suka menyuruh anak buah saudara ke Siok-ciu membelikan. resep ini!" Buru-buru To kiu-kong menyambut, tanyanya Bilakah Pendekar Laknat hendak memerlukan obat ini?" Diam-diam ketua Kongtong-pay itu heran mengapa Pendekar Laknat tak minta tolong pada Ceng Hi totiang melainkan kepadanya. "Secepat mungkin, paling lambat jangan sampai besok malam," sahut Siau-liong. 491 To Kiu-kong mengiakan dan menyatakan besok sebelum tengah hari tentu obat itu sudah datang.

Kemudian Siau-liong menyatakan kepada Ceng Hi totiang dan Toh Hun-ki bahwa ia masih ada lain urusan penting. Tetapi besok sebelum tengah hari ia pasti akan kembali kesitu lagi. Demikianlah Siau-liong segera melangkah pergi. Ia lari secepat-cepat mengejar Randa Bu-san dan puterinya tadi. Cepat sekali ia sudah melintasi hutan dan tiba dimulut jalan keluar. Tetapi karena cukup lama tadi ia bercakap-cakap dengan Ceng Hi totiang dan Toh Hun-ki, maka ia tak berhasil menemukan jejak ibu dan anak itu. Siau-liong bingung dan gelisah sekali. Ia harus menemukan Randa Busan untuk meminta keterangan tentang diri Mawar Putih. Dan setelah itu ia harus kembali menggabungkan diri dengan rombongan Ceng Hi totiang untuk melakukan serangan pada Lembah Semi. Untuk menggempur Lembah Semi, bukanlah sukar. Tetapi yang menyulitkan dirinya ialah ia harus secara diam-diam melindungi keselamatan Poh Ceng-in. Karena jika pemilik lembah itu sampai mati, ia sendiri pun tentu ikut mati juga! Dalam pada itu ia sudah keluar dari mulut tikungan gunung. Tampak beberapa puluh sosok bayangan sedang bersembunyi ditempat gelap. Tergeraklah hatinya, ia kembali balik tak jadi melanjutkan perjalanan lagi. Pikirnya: Kedua ibu dan anak itu tentu tak mengambil jalan besar karena tak mempunyai tanda jalan. Tentu mereka tak mau bentrok dengan tokoh2 persilatan yang sedang siap mengepung lembah itu. 492 Siau-liong gunakan gerak Naga melingkar-18 kali. Ia melambung dan berjumpalitan beberapa] kali di udara. Dengan gunakan ilmu itu dapatlah dalam waktu singkat ia mencapai sebuah puncak. Dari atas puncak itu ia dapat memandang lepas keseluruh penjuru. Kiranya jalanan yang dilaluinya tadi terletak disamping kanan mulut lembah. Pada ujung jalanan itu penuh dijaga ketat oleh tokoh2 persilatan. Siau-liong menduga kedua ibu dan anak itu tentu sudah pulang kepondoknya. Asal ia kesana, tentu dapat menjumpai mereka. Setelah menentukan arah, ia turun dan lari menyusur tepi lembah, menuju kepondok Randa Busan Disepanjang jalan ia harus berjalan hati2 agar Jangan sampai kepergok dengan patroli rombo-ngan orang gagah. Dan disamping, iapun harus cermat menentukan arah agar jangan sampai tersesat. Seluruh semangat dan perhatian ditumpahkan dalam gerak Naga-melingkar-18 kali untuk berloncatan melintasi hutan dan mendaki puncak. Seperti telah diterangkan, Lembah Semi itu dikelilingi oleh puncak gunung yang curam dan landai sehingga merupakan

sebuah tempat yang amat strategis sekali. Sewaktu Siau-liong mencapai satu li, rembulan makin terang benderang sehingga ia dapat melihat bebas keempat penjuru. Ia kendorkan langkah lalu berhenti. Dilihatnya dari barisan pohon bunga Lembah Semi itu jaraknya teraling sebuah puncak. Asal ia berputar arah mengambil jalan dari belakang 493 lembah, tentulah ia dapat mencapai tempat kediaman wanita janda itu. Tetapi ia mendapat kesukaran. Karena seluas berpuluh tombak, tempat itu dijaga ketat oleh rombongan orang gagah. Sekalipun membawa Tanda pengenal pemberian Toh Hun-ki, tetapi ia tak mau menggunakannya. Ia tetap hendak mecari akal untuk menghindari kelompok orang gagah itu. Tengah ia termenung mencari pikiran, tiba-tiba dari arah belakang terdengar desir lambaian pakaian orang mendesis. Semula ia kira tentulah rombongan orang gagah yang dipimpin Ceng Hi totiang. Tetapi telinganya yang tajam segera mengetahui bahwa orang itu pelahan-lahan menghampiri ketempatnya. Sekalipun suara itu pelahan sekali namun telinganya yang tajam dapat menangkap bahwa orang itu tengah pelahanlahan menghampiri ketempatnya. Semula ia kira tentu salah seorang anggauta rombongan Ceng Hi totiang maka ia tak begitu menaruh perhatian. Tetapi pada lain saat ia cepat menyadari sesuatu yang tak wajar. Ia teringat bahwa Ceng Hi totiang sudah mengeluarkan perintah bahwa anggauta rombongannya tak boleh gegabah bertindak sendiri. Kecuali memang ada orang yang hendak menerjang kepungan itu barulah mereka dapat bertindak. Siau-liong jelas mengetahui bahwa pendatang itu mengandung maksud hendak menyerangnya secara gelap. Siau-liong pasang jebakan. Sengaja ia pura-pura tak tahu dan berjalan pelahan. tetapi diam-diam ia sudah siapkan tenaga-sakti Bu-kek-sin-kang. 494 Tetapi dugaannya itu ternyata tak benar. Pendatang itu bukan bermaksud menyerangnya. Dia berhenti di belakang Siau-liong lalu membentak garang Tua bangka Laknat! Siau-liong terkejut. Cepat ia berputar. Ah! ternyata yang muncul itu adalah suami isteri Iblis penakluk-dunia dan Dewi Neraka. Iblis-penakluk-dunia tertawa mengekeh, Laknat tua, sekarang rasanya tiada si janda Bu-san. yang akan menolongmu lagi?" Siau-liong tak gentar kepada suami isteri iblis itu tetapi hanya terhadap Lam-hay Sin-ni ia agak takut. Dan lagi saat itu

ia memang tak mempunyai selera untuk bertempur dengan suami isteri iblis itu. Maka sejenak memandang mereka, ia terus hendak melangkah pergi. Tetapi baru kaki hendak dilangkahkan, dari belakang terdengar orang tertawa, Ho, engkau tak mungkin lolos lagi!" Ternyata entah kapan dan bagaimana caranya, tahu2 Lamhay Sin-ni sudah berdiri dibelakangnya. Siau-liong paksakan tertawa dan hentikan langkahnya. Melangkah kehadapan Siau-liong, rahib itu ulurkan tangan, Berikan kepadaku! Jika engkau sudah serahkan Giok-pwe itu kepadaku, kujamin jiwamu pasti selamat!"' Siau-liong kerutkan alis lalu tertawa dingin, Dengan meminta secara paksa itu apakah Sin-ni tak takut kehilangan nama harum? Apakah tak kuatir Sin-ni akan ditertawai dunia persilatan?" 495 Lam-hay Sin-ni membentak bengis, Siapakah tokoh persilatan yang berani menertawakan aku?" Sekalipun tak berani terang-terangan, tetapi diam-diam mereka tentu menghina Sin-ni!" sahut Siau-liong dengan tertawa hina. Dimana ia mengatur rencana untuk melolos diri dari tekanan rahib itu. Tetapi Iblis-penakluk-dunia yang licin segera dapat mencium siasat Siau-liong. Buru-buru ia maju selangkah dan berkata kepada Lam-hay Sin-ni. "Si tua Laknat itu banyak akal muslihatnya. Dia licin seperti belut. Harap Sin-ni jangan kena diselomoti. Biar dia bicara apa saja, yang penting ringkus dulu agar kita dapat merampas Giok-pwenya!" Benar!" Lam-hay Sin-ni tertawa. Tiba-tiba ia ayunkan tangan kanannya dalam jurus Bunuh-naga-memotongcenderawasih. Kelima jarinya mengeluarkan bunyi mendesisdesis tajam, mencengkeram dada Siau-liong. Jurus itu dahsyatnya bukan main, cepatnya bukan kepalang. Siau-liong terkejut. Buru-buru ia menyurut mundur seraya berseru, Tunggu dulu....!" Lam-hay Sin-ni hentikan serangannya dan berseru, Lebih baik engkau serahkan sajalah!" Siau-liong sengaja menghela napas dengan sikap kecewa, katanya, Baiklah!" Ia merogoh baju dan mengeluarkan sebuah bungkus kecil dari kain sutera. 496 Melihat itu girang Lam-hay Sin-ni bukan kepalang. Segera ia ulurkan tangan hendak menyambuti. Tetapi Siau-liong cepat menyurut mundur. Jika engkau berani maju selangkah lagi, Giok-pwe ini tentu akan kuremas hancur!"

Lam-hay Sin-ni tertegun. Dia tak berani maju lagi. Demikianpun kedua suami isteri iblis itu. Mereka percaya, seorang momok seperti Pendekar Laknat tentu akan melakukan ancamannya itu kalau keliwat didesak. Lam-hay Sin-ni bingung dan beberapa kali lambaikan tangannya, Jangan dihancurkan, jangan dihancurkan, mari kita berunding dengan baik!" Siau-liong tertawa dingin, Tak ada yang perlu dirundingkan lagi. Kecuali.... engkau mau meluluskan dua buah syaratku!" "Katakanlah!" buru-buru Lam-hay Sin-ni berseru. Sejenak merenung, berkatalah Siau-liong, Pertama, Iblispenaklukdunia dan Dewi Neraka harus tinggal disini. Kedua, harap Sin-ni suka mengantar aku keluar dari sini satu ii jauhnya. Giok-pwe segera akan kuhaturkan kepada Sin-ni." Boleh, boleh, aku setuju!" seru Lam-hay Sin-ni lalu berpaling membentak suami isteri iblis, Kalian harus tinggal disini, jangan mengikuti aku!" Iblis-penakluk-dunia agak bersangsi, tetapi, terpaksa ia mengiakan juga, Baik harap Sin-ni hati2 saja." Demikian Siau-liong dan Lam-hay Sin-ni segera tinggalkan tempat itu. Kiranya dalam saat itu Siau-liong memang tak 497 punya akal untuk meloloskan diri. Terpaksa ia memutuskan, menghindari dulu kedua suami isteri iblis itu, baru nanti pelahan-lahan cari daya untuk menghadapi tekanan Lam-hay Sin-ni yang tolol. Sesungguhnya sudah bulat dalam hatinya. Andaikata Giokpwe itu belum dihancurkannya, iapun tetap tak mau menyerahkan kepada Sin-ni Sekalipun karena menolak itu ia harus kehilangan jiwanya. Karena ia tahu jelas akan tipu muslihat Iblis-penakluk-dunia yang lihay. Menyerahkan Giokpwe itu kepada Lam-hay Sin-ni berarti menyerahkan kepada suami isteri iblis itu. Dan sekali kedua suami isteri itu mendapatkat Giok-pwe yang lengkap dan berhasil memperoleh kitab pusaka Thian-kong-sin-kang, maka hancurlah seluruh dunia persilatan! Tetapi iapun tahu bahwa sitolol Lam-hai Sin-ni itu tentu berkeras hendak meminta separoh Giok-pwe. Jika tahu kalau ditipu, rahib itu tentu akan membunuhnya. Sambil berjalan pelahan-lahan, pikiran Siau-liong bekerja keras untuk mencari akal. Sekonyong-konyong tak berapa jauh disebelah muka, tampak berkelebat sesosok bayangan dari pada lain saat itu orang itu berseru menegurnya; "Siau.... Laknat tua!" Siau-liong terkejut. Ternyata yang muncul itu adalah si dara Mawar Putih menyaru sebagai Wanita-ular Ki Ih. Pada lain saat Mawar Putih pun lari menghampiri. "Siapa orang itu!" tanya Lam-hay Sin-ni.

Belum ditanya, diam-diam Siau-Liong sudah menimang dalam hati. Dengan kedatangan Mawar Putin itu, berarti akan 498 tambah sebuah jiwa yang akan mati ditangan Lam-hay Sin-ni. Ia gelisah sekali. Tetapi ia tak punya banyak waktu untuk berpikir lagi. Akhirnya ia nekad. Pada saat perhatian Lam-hay Sin-ni sedang tertuju pada Mawar Pulih, cepat ia kerahkan seluruh tenaga dalam lalu dengan sekuat-kuatnya ia mendorong lambung rahib itu! Setitikpun Lam-hay Sin-ni tak menduga kalau ia bakal diserang. Karena tak bersiap, ia terpental dan terhuyunghuyung sampai delapan langkah jauhnya. Sedangkan Siau-liong, habis mendorong terus loncat menyongsong Mawar Putih seraya berseru gugup, Lekas lari!" Mawar Putih tak sempat bertanya apa2. Ia terpaksa mengikuti Siau-liong melarikan diri. Hai, masakan engkau mampu melarikan diri?" teriak Lamhay Sin-ni seraya mengejar. Siau-liong dan Mawar Putih lari sekencang angin tetapi ilmu lari cepat dari rahib itu jauh lebih sempurna. Baru Siau-liong dan Mawar Putih lari dua tombak, rahib itu sudah melayang di atas kepala mereka dan meluncur menghadang disebelah muka. Lam-hay Sin-ni marah sekali sehingga wajahnya pucat. "Lekas serahkan Giok-pwe itu atau kuhancur-leburkan kalian!" Mawar Putih tak kenal Lam-hay Sin-ni dan tak tahu kalau Sin-ni itu memiliki ilmu sakti Cek-ci-sin-kang. Tetapi ia benarbenar ketakutan dan tak dapat membuka mulut melihat wajah dan sinar mata Lam-hay Sin-ni yang begitu bengis dan seram. 499 Siau-liong mengeluarkan lagi bungkusan kain kuning dan berseru, Sebelum engkau turun tangan, ini tentu kuhancurkan dulu!" ia menarik Mawar Putih, berputar diri dan lari lagi. Ancaman Siau-liong itu berhasil Lam-hay Sin-ni tak berani turun tangan. Ia hanya mengikuti kedua orang itu saja. Sekalipun begitu, sudah cukup membuat Siau-liong kelabakan setengah mati. Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka pun ikut menyusul. Tetapi mereka pun kuatir kalau Siau-liong sampai menghancurkan Giok-pwe itu. Maka mereka hanya mengikuti dari kejauhan di belakang Lam-hay Sin-ni saja. Siau-liong hanya lari asal lari saja. Ia tak sempat lagi untuk memeriksa tempat yang ditujunya. Ia tak tahu lagi dimana saat itu ia berada. Tiba-tiba dilihatnya disebelah depan tampat sebuah puncak gunung. Dikaki gunung itu terdapat sebuah lorong jalan yang memanjang ke dalam. Tanpa banyak berpikir lagi, Siau-liong terus menarik Mawar Putih masuk

kejalan itu.... Lam-hay Sin-ni menggembor lalu hendak mengejar. Tetapi dicegah Iblis-penakluk-dunia, Biarkan mereka kesana, Sin-ni tak usah mengejar!" Rahib itu hentikan langkah dan bertanya, Apa? Tidak mengejar? Apakah membiarkan Giok-pwe itu hilang?" Iblis-penakluk-dunia buru-buru memberi keterangan, Jalanan itu akan tiba disebuah gua yang tak sampai dua tombak dalamnya dan hanya dua meter tingginya. Bukan saja sebuah jalan buntu pun di dalam situ terdapat beratus ekor ular beracun. Merupakan salah satu dari 10 buah gua yang memang kujadikan tempat memelihara ular.... 500 Ia tersenyum, katanya pula, Andaikata mereka tidak digigit ular, pun mereka pasti akan pingsan karena ketahan hawa yang luar biasa anyirnya!" Habis berkata ia bersama isterinya lalu duduk di tepi sebuah gua.... Setelah merenung sejenak, Lam-hay Sin-ni pun mengiakan. Ia ikut duduk disitu menunggu keluarnya Siauliong dan Mawar Putih. Oleh karena kedua suami isteri iblis duduk dikedua samping mulut gua sedang Lam-hay Sin-ni ditengah. Maka gua itu praktis telah dijaga ketat oleh mereka bertiga. Semula Siau-liong mengira kalau terowongan itu akan tembus kesamping gunung sebelah Sana. Maka dalam keadaan gugup, ia tak banyak berpikir lagi terus menyelundup masuk adalah setelah masuk ke dalam barulah ia menyadari kalau terowongan itu buntu. Dan iapun mendengar juga pembicaraan Iblis-penakluk-dunia dengan Lam-hay Sin-ni. Dan setelah memeriksa keadaan terowongan, memang apa yang dikatakan iblis itu benar. Bukan saja dalamnya hanya kira2 dua tombak pun hawanya lembab dan anyir. Untunglah tidak seseram yang dikatakan Iblis-penakluk. Dan lagi juga tak terdapat kawanan ular berbisa. Siau-liong menghela napas, ujarnya, Mengapa engkau seorang diri datang kemari?" Mencarimu!" kata Mawar Putih, tahukah engkau, ketika engkau lenyap dalam keadaan terluka parah itu, betapa aku merasa.... ah, syukurlah, engkau tak kurang suatu. Malam itu.... 501 Siau-liong menunjuk keluar gua, tukasnya; "Saat ini kita seperti ikan dalam jaring. Kedatangan nona kemari ini hanya berarti tambah mengorban sebuah jiwa saja.... Hanya kasihan ibuku yang sedang mengidap sakit diluar lautan itu. Bukan saja tak dapat mengharapkan kedatangan puteranya, pun mungkin seumur hidup takkan dapat berjumpa lagi!"

Rasa haru akan ibunya, menyebabkan mata Siau-liong berlinang-linang.... Mawar Putihpun ikut terharu dan menangis tertedu-sedu. Sampai lama baru ia berhenti menangis lalu mendekati Siauliong, katanya, Ada sebuah hal yang harus kuberitahukan kepadamu.... Ah, aku sungguh menyesal sekali.... Ia menghela napas panjang lalu melanjutkan, Sudah kupertimbangkan, untuk sementara waktu ini baik dapat atau tidak menuntut balas, kita harus segera menuju keseberang laut mencari guruku. Mungkin begitu melihat engkau, beliau tentu sembuh penyakitnya!" Siau-liong hanya diam saja karena tak tahu bagaimana harus bicara. Ia menyadari keadaan saat itu bagaikan telur diujung tanduk. Sukar bagi kedua pemuda itu untuk lolos dari genggaman Lam-hay Sin-ni. Kembali Mawar Putih menghela napas lagi, katanya, Tempo hari memang akulah yang jahat. Kalau aku tak menekan engkau supaya membunuh Toh Hun-ki dan keempat Su-lo, tentulah saat ini kita sudah berada disisi suhu!" Mawar Putih menyudahi kata-katanya dengan menangis beriba-iba lagi. Hati Siau-liong seperti disayat sembilu.... Tiba-tiba terdengar suara Iblis-penakluk-dunia berkata, Lekas keluar! Asal engkau mau menyerahkan Giok-pwe itu 502 kepada Sin-ni kujamin keselamatanmu untuk meninggalkan Lembah ini!" Lam-hay Sin-ni pun ikut berteriak, Kalau kalian tak mau keluar, tentu akan kuhancurkan gua ini agar kalian mati terkubur hidup-hidupan!" Geram sekali Siau-liong mendengar ancaman itu. Ia menghantam dinding, tetapi hantaman itu.... Bung....!!! terdengar kumandang yang dahsyat. Siau-liong mengulang lagi dengan beberapa pukulan seraya membisiki Mawar Putih, Dengarkanlah! Benar dinding gua ini seperti kosong!" sahut Mawar Putih riang. Siau-liong juga terkejut girang Kalau dinding gua itu kosong tentulah berisi suatu alat perangkap atau sebuah terowongan rahasia. Dia tak takut terperangkap dalam perkakas rahasia karena dengan memiliki peta pemberian Jong Leng lojin, ia tentu dapat keluar dari lembah. Memang dinding gua disitu terbuat daripada campuran pasir dan pecahan batu. Begitu di hantam, dinding itu berguguran rontok. Siau liong tak mau membuang waktu. Tak berapa lama ia berhasil membuat sebuah lubang sedalam setengah meter. Terdengar bunyi menggemuruh dan terbukalah sebuah lubang gua lagi. Setelah mempersihkan lubang pintu itu. ia melongok kesebelah dalam. Ah, ternyata gua disamping itu merupakan sebuah terowongan yang terbuat dari pada batu

marmar putih, Siau-liong cepat menarik Mawar putih diajak masuk. 503 Ternyata ia berada dalam sebuah terowongan, dinding batu marmar putih dan terang benderang, Siau-liong cepat mengeluarkan peta lalu memeriksa dengan teliti. Tetapi sampai sekian lama, masih juga ia belum mengerti Menilik bentuk dan letak terowongan tentu merupakan sebuah tempat yang amat penting. Tetapi anehnya dalam peta tak terdapat tanda2 tentang tempat itu. Terpaksa ia simpan lagi peta itu lalu pelahan-lahan mulai menyelidiki. Terowongan itu condong turun ke bawah. Kira2 tiga tombak jauhnya baru tiba diujung terakhir yang ternyata merupakan sebuah pintu. Sampai beberapa lama Siau-liong berdiri dimuka pintu batu itu. Setelah berpaling kepada Mawar Putih yang berada dibelakangnya, tiba-tiba ia mendorong pintu itu. Pintu terbuka seketika. Dan legalah perasaan Siau-liong karena ternyata dibalik pintu itu tiada terdapat suatu perkakas rahasia. Ia segera melangkah masuk. Apa yang disaksikan dalam ruang itu benar-benar membuatnya terkejut sekali. Pada 4 sudut ruang terdapat sebutir mutiara sebesar telur itik sehingga ruang terang benderang. Ruangpun lengkap dengan meja kursi. Dibawah kaki dinding sebelah kanan, tertumpuk 3 buah peti besi yang besar. Sedang ditengah meja, terdapat sebuah kotak kecil yang terbuat dari pada baja. Besarnya hanya setengah meter. Ketika Siau-liong dan Mawar Putih maju menghampiri kemeja, mata kedua pemuda itu terbeliak seketika. Pada tutup kotak baja itu tertulis 8 huruf besar dengan tinta emas: 504 KITAB PUSAKA THIAN KONG SIN KANG. Siau-liong tertegun. Ia saling tukar pandang mata dengan Mawar Putih tanpa dapat berkata apa2. Tulisan emas pada tutup kotak itu makin berkilauan gemilang tertimpa cahaya mutiara dari empat jurusan. Kini sadarlah Siau-liong bahwa saat itu ia benar-benar berada dalam ruang penyimpan harta pusaka peninggalan Tio Sam-hong, cikal bakal pendiri partai Bu-tong-pay! Apakah kita sedang bermimpi....?" Mawar Putih mengingau tersendat-sendat. Sikapnya amat tegang sekali. Wajahnya menampil rasa kejut2 girang. Siau-liong pun merasa seperti dalam impian sahutnya tersedu, Mungkin tidak....!" --ooo0dw0oo-Pewaris

Siau-liong tercengkam dalam keraguan. Bermula ia anggap kitab pusaka Thian-kong-sin-kang itu hanyalah suatu khajalan belaka. Ia memang tak percaya. Tetapi apa yang dilihat saat itu, benar-benar diluar dugaannya. Ketiga peti besar yang berisi permata ratna mutumanikam yang tak ternilai harganya. Keempat butir mutiara sebesar telur itik yang gilang gemilang dan kotak berisi kitab pusaka ilmu sakti Thian-kong-sin-kang. Kesemuanya saat itu terbentang dihadapannya. 505 Siau-liong benar-benar seperti bermimpi. Entah berapa ribu jago2 persilatan yang membuang waktu dan tenaga berjerih payah mencari harta pusaka itu tanpa berhasil. Tetapi tanpa sengaja, ia karena ketakutan dikejar Lam-hay Sin-ni, malah tersesat masuk ke dalam tempat harta pusaka itu. Adakah itu memang sudah takdir? Ruang itu tampaknya tiada diberi lubang hawa sedikit pun juga. Tetapi anehnya, Siau-liong dan Mawar Putih tak merasa pengap. Dan karena terowongan terbuat daripada batu marmar putih, walaupun Sudah ratusan tahun tetap bersih seperti baru. Dengah begitu peti kitab itu sedikitpun tiada karatan. Dengan gemetar, Siau-liong membuka peti kitab itu. Dalam pada itu otaknya tetap bekerja. Timbul pertanyaan dalam hatinya. Ruang penyimpan harta pusaka hanya terpisah sebuah dinding dari campuran batu, dengan gua. Tetapi mengapa sampai sekian ratus tahun, tiada seorangpun yang mampu menemukan tempat itu? Tiba-tiba siau-liong teringat. Tadi sewaktu masih berada dalam gua, ia dengar Iblis-penakluk-dunia mengatakan kepada Lam-hay Sin-ni bahwa gua itu penuh dengan kawanan ular berbisa. Aneh, mengapa sampai saat itu ia tak melihat barang seekor ular pun juga? Pikirannya melayang lebih lanjut.... Sebagai seorang tokoh luar biasa pada jamannya, sudah tentu Tio Sam-hong membangun tempat penyimpan harta pusakanya sedemikian rupa pelik dan amannya. Kalau tidak, 506 masakan. sampai beratus ratus tahun orang tak mampu menemukannya. Ketika peti dibuka, hatinya mendebur tegang sekali. Di dalam peti itu terdapat sebuah kitab bersampul sutera kuning. Isinya tipis, hanya beberapa lembar. Pada sampul kitab tertulis 4 huruf 'Thian Kong Sin Kang'. Siau-liong membuka lembaran pertama dan membaca bersama Mawar Putih: Kitab pusaka ilmu sakti Tersimpan beribu tahun.

Dua orang masuk keruang Hanya seorang yang berjodoh. Sejak ini dan kemudian hari Hanya seorang pewaris tunggal Basmi Kejahatan dan Kelaliman Jangan congkak jangan serakah. Dibawahnya terdapat sebaris tulisan huruf2 kecil berbunyi: Yang melanggar pasti dikutuk 'Sin-beng' (malaikat sakti). Siau-liong kucurkan keringat dingin. Karena ia terkejut dan ngeri. Adakah Tio Sam-hong itu dahulu seorang yang pandai meramal sehingga kejadian yang belum berlangsung ratusan tahun ia dapat mengetahui? Kalau tidak, mengapa ia dapat menulis secara begitu gamblang? Menilik kenyataan itu. tindakan Tio Sam-hong untuk membagi peta Giok-pwe menjadi dua bagian, maksudnya adalah untuk menyulitkan orang agar kitab pusaka itu tak mudah diketemukan orang! Lebih jauh ia merenungkan tentang kita2 yang berbunyi 'jika dua orang masuk, hanya seorang yang berjodoh'.... Ia meneliti dirinya. Bermula ia mendapat pelajaran dari Tabibsakti Kongsun Sin To. Lalu bertemu dengan Pendekar Laknat, Pengemis Tengkorak sakti. Walaupun tidak langsung, tetapi 507 kedua tokoh itu juga mempunyai hubungan sebagai guru dan murid dengannya. Karena dari kedua tokoh itulah maka ia dapat memiliki ilmu tenaga-sakti Bu-kek-sin-kang dan ilmu pukulan sakti Thay-siang-ciang. Agaknya Tio Sam-hong memang mempuyai perhitungan yang jitu. Jelas tokoh Bu-tong-pay itu tak menghendaki ia (Siau-liong) menjadi pewaris ilmu sakti Thian-kong-sin-kang. Dan pula, ia toh hanya tinggal satu tahun umurnya karena minum racun jong-tok dari Poh Ceng-in. Masakan Tio Samhong akan memilih seorang yang sependek itu umurnya? Kalau begitu yang tepat menjadi pewaris Thian-kong-sinkang itu hanyalah Mawar Putih! Dengan kesimpula. itu cepat ia serahkan kitab pusaka kepada si dara, Nona, kitab pusaka ini Seharusnya engkau yang memiliki!" Mawar Putih menyurut mundur selangkah seraya goyanggoyangkan tangannya; Tidak! Tidak! Aku tak dapat.... Dara itu gugup dan tegang, serunya Kutahu rejekiku tipis dan lagi aku tak sanggup memikul beban seberat itu!" Dengan wajah serius berkatalah Siau-liong, Dalam lembar pertama dari kitab itu jelas dicantumkan. Hanya seorang yang mempunyai jodoh Rasanya yang berjodoh itu hanyalah nona!" Tiba-tiba Mawar Putih menghambur tawa, Bagaimana engkau tahu?" Siau-liong menghela napas, Aku sudah terlanjur mempelajari ilmu aliran Hitam, mungkin tak sesuai lagi untuk mempelajari ilmu sakti dari aliran Putih. Pula.... paling lama aku pun hanya hidup sampai satu tahun lagi. Tio Sam-hong

508 cousu benar-benar dapat meramalkan peristiwa saat ini. Tak mungkin beliau akan memilih diriku untuk menjadi pewaris Thian-kong-sin-kang itu!" Mawar Putih terkejut memandangnya, Engkau mengoceh apa itu? Bagaimana engkau tahu kalau umurmu hanya tinggal setahun saja!" Siau-liong hendak berkata tetapi tak jadi Sukar baginya untuk menuturkan pengalamannya dengan Poh Ceng-in itu. Setelah merenung beberapa saat, barulah ia berkata, Jika engkau tetap berkeras menolak, aku mempunyai cara untuk menentukan!" Mawar Putih tertawa, Katakanlah, apa caramu itu!" "Tio Sam-hong mendirikan ruang rahasia untuk menyimpan harta pusaka dan meninggalkan tulisan pada kitab pusaka itu, seolah-olah sudah mengetahui bahwa kitalah yang akan masuk kemari. Hal itu disebabkan mungkin.... Karena Tio Sam-hong cousu mengerti akan ramalan perbintangan. Oleh karena itu marilah kita gunakan cara ramalan itu untuk meminta kepada arwah Tio Sam-hong cousu supaya memberi petunjuk kepada siapakah kitab itu harus diserahkan.... Siau-liong terus mengeluarkan sebuah uang tembaga lalu diberikan kepada Mawar Putih, Harap engkau berdoa. Katakanlah pilihannya, mau yang bagian muka atau belakang dan lemparkanlah sampai tiga kali." Mawar Putih tak mau berbantah.... Sepera ia menyambuti uang itu lalu bersoja memberi hormat kelangit ssraya berdoa dengan suara lantang, Mohon arwah Tio Sam-hong cousu suka memberi petunjuk mengenai kitab pusaka Thian-kongsinkang itu. Jika harus.... diberikan engkoh Siau-liong. mohon supaya uang ini mengunjukkan bagian muka sampai tiga kali." 509 Habis berdoa, Mawar Putih lalu lemparkan mata uang itu ke atas. Dan ah.... ketika jatuh dilantai ternyata memang bagian mukanya yang tampak diatas. Diulangnya lagi lemparan itu sampai dua kali, tetap dua kali berturut-turut uang itu mengunjuk bagian muka. Mawar Putih tertawa memandang Siau-liong, Tuh lihatlah! Tio Sam-hong cousu benar-benar seperti malaikat. Tiga kali lemparan tiga kali tetap menunjuk engkau!" Siau-liong tak dapat menjawab apa2, Ia memungut mata uang itu lalu berdua dengan suara nyaring, Murid Tong Siauliong, dengan khidmat memohon kepada arwah Tio Sam-hong cousu, Jika benar cousu memilih murid menjadi pewaris Thiankongsin-kang, mohon memberi petunjuk agar uang itu tiga kali ber-turut2 jatuh dengan terbalik!" Setelah memberi hormat kelangit, Siau-liong lalu lemparkan uang itu ke atas....Tring", jatuhlah uang itu dengan

permukaan terbalik ke bawah. Sampai tiga kali ia melemparkan uang, tetap uang itu mengunjuk permukaan bagian belakang. Hola!" Mawar Putih bertepuk tangan, kali ini engkau tentu tak dapat berkutik lagi.... Wajah Siau-liong mengerut gelap. Setitik pun ia tak merasa gembira bahkan malah menghela napas.... Sudah tentu Mawar Putih heran dan menegurnya, Kabarnya Thian-kong-sin-kang itu merupakan ilmu sakti yang nomor satu di dunia. Sudah ratusan tahun ilmu itu merajai dunia persilatan.Maka engkau tentu bakal menjadi jago nomor satu di dunia!" 510 Siau-liong tak mengerti apa maksud dara itu. Tetapi ia menyadari bahwa dirinya memang dalam keadaan gelisah. Dalam kitab pusaka itu ditulis pesanan supaya menggunakan dari kitab Thian-kong-sin-kang dicantumkan amanat 'membasmi Kelaliman dan Kejahatan', Jika ia menerima kitab pusaka itu dan menjadi pewaris dari ilmu Thian-kong-sin-kang, dia harus melaksanakan tugas untuk membasmi kejahatan dan kelaliman termasuk kedua suami isteri Iblis penaklukdunia dan Dewi Neraka. Bukan karena ia tak mau melakukan beban kewajiban itu tetapi adalah karena hidupnya hanya terbatas satu tahun saja, selain melakukan beberapa hal untuk kepentingannya. ia sudah tak mempunyai waktu lagi. Kalau ia sampai terlibat dalam pergolakan dunia persilatan dewasa itu, bukankah berarti ia tak sempat mencari ibunya keseberang lautan lagi?. Dan masih ada lain keberatan lagi. Sebagai sebuah ilmu yang sakti, tentulah tidak mudah untuk mempelajari Thiankongsin-kang. Mungkin sebelum berhasil ia sudah mati. Karena dicengkam oleh berbagai keresahan itu, maka menyahutlah ia agak segan, Manusia yang sakti masih ada yang lebih sakti. Di atas langit masjh terdapat angkasa raya. Maka Tio Sam-hong cousu dahulupun tak berani mengatakan dirinya sebagai tokoh yang tiada tandingnya di dunia. Di dalam rimba belantara dan pegunungan raya, mungkin bersembunyi banyak totoh2 berilmu yang tak mau muncul dimasyarakat ramai. Apa yang disebut tokoh nomor satu itu tak lain hanya tokoh yang paling hebat kepandaiannya dalam dunia persilatan, bukan yang tersakti diseluruh dunia! Dan lagi.... terus terang, aku tak ingin menjadi pewaris ilmu Thiankongsin-kang, karena.... Karena Siau-liong tak mau melanjutkan perkataannya, maka Mawar Putih segera menukas, Kalau begitu, baiklah kita 511 lekas menuju keseberang laut saja! Tak perlu kita hiraukan dunia persilatan dan kedua suami isteri iblis itu lagi!"

Sekali pun mulut mengatakan begitu namun dalam hati, Mawar Putih timbul pertentangan batin sendiri. Mengingat suhunya berulang kali mengharap akan berjumpa dengan puteranya yang hilang (Siau-liong), mungkin suhunya itu bermaksud memberi bisikan halus bahwa ia (Mawar Putih) akan dijodohkan dengan puteranya yang hilang itu. Tetapi kalau teringat akan ramalan Janda Bu-san yang mengatakan bahwa ia tak mempunyai rejeki terangkap suami isteri dengan Siau-liong, maka hati Mawar Putih merasa gundah sekali. Maka jika ia cepat membawa Siau-liong keseberang lautan. tentulah kemungkinan besar suhunya segera akan menikahkan mereka. Dan ramalan Janda Bu-san yang menjadi ibu-angkatnya itupun tentu gugur. Mawar Putih kerutkan alis dan berkata, Hayo, kita segera berangkat keseberang lautan. Soal Toh Hun-ki dan keempat Su-lo kelak kita urus lagi. Apakah engkau tak ingin lekas2 menjenguk ibumu yang sedang menderita sakit itu Sekarang?.... Siau-liong gelengkan kepala; "Tak mungkin kita berangkat sekarang. Paling tidak harus tunggu sampai empat lima hari setelah penyerangan rombongan Ceng Hi totiang itu berhasil. Saat itu barulah aku akan mengambil keputusan!" Dia sudah memberikan janjinya kepada Toh Hun-ki. Tak dapat ia mengingkarinya. Setelah melaksanakan hal itu dan membangun kembali nama baik Pendekar Laknat, barulah ia akan pergi menemui ibunya. Jangankan sekarang ia sudah memiliki amanat dari kitab Thian-kong-sin-kang untuk membasmi Kelaliman dan 512 Kejahatan. Sekalipun tidak begitu, ia tetap tak dapat melihat sambil berpeluk tangan saja akan kejahatan2 yang tengah berkecamuk dalam dunia persilatan dewasa itu. Mawar Putih hanya dapat deliki mata. Tetapi pada saat dara itu hendak membuka mulut, tiba-tiba terdengar suara teriakan orang dari luar gua. Kalau gua ini gua buntu, masakan mereka mampu meloloskan diri?" seru Lam-hay Sin-ni. Iblis-penakluk-dunia menjawab agak pelahan, Harap Sin-ni jangan resah.... Karena kelanjutan Iblis-penakluk-dunia berkata dengan suara amat pelahan maka tak dapat ditangkap lagi pembicaraannya. Siau-liong terkejut. Ia teringat bahwa dinding gua yang dibobolnya tadi masih terbuka. Jika Lam-hay Sin-ni dan Iblispenaklukdunia masuk ke dalam terowongan gua, mereka tentu akan menemukan bobolan dinding itu dan dapat masuk ke dalam ruang disitu. Sekalipun sudah mendapatkan kitap pusaka Thian-kong-sin-kang tetapi ia belum sempat mempelajarinya. Apabila Lam-hay Sin-ni sampai tahu, tentu

kitab itu akan direbutnya. Cepat Siau-liong menyimpan kitab itu ke dalam bajunya lalu kerahkan tenaga dalam bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan. Tetapi ternyata sampai sekian lama Lam-hay Sin-ni dan Iblis-penakluk-dunia tak tampak masuk ke dalam gua. Dan beberapa saat kemudian terdengar suara pekik bentakan yang riuh disusul dengan suara yang amat hiruk pikuk. 513 Suara hiruk pikuk itu seperti suara orang berbaku hantam. Sepintas mirip Lam-hay Sin-ni sedang menumpahkan kemarahan untuk menghancurkan gua itu. Tetapi sepintas juga mirip seperti rombongan Ceng Hi Totiang yang mengadakan serbuan kepada mereka. Sampai sekian lama, belum juga Siau-liong maupun Mawar Putih dapat menduga apakah suara hiruk pikuk diluar gua itu. Beberapa lama kemudian, suara hiruk pikuk itupun reda dan suasaua sunyi senyap lagi. Kata Siau-liong; Lam-hay Sin-ni dan Iblis-penakluk dunia tak mungkin begitu mudah melepaskan kita berdua. Paling tidak sebelum hari terang tanah, kita tak dapat lolos keluar. Dalam kesempatan ini, harap engkau suka beristirahat tidur dulu.... Sejak hilangnya Siau-liong dari pondok Randa Bu-san pada 10-an hari yang lalu, memang tiap malam Mawar Putih tak dapat tidur nyenyak. Tiga hari kemudian dengan membohongi Randa Bu-san dan si dara baju hijau, diam-diam ia tinggalkan pondok untuk mencari Siau-liong. Selama itu ia kurang tidur kurang makan dan tak kenal letih. Begitu Siau-liong mengingatkan supaya ia tidur, ia segera mengangguk dan minta pemuda itu tidur juga. Selekas membaringkan diri maka tidurlah Mawar Putih dengan nyenyak sekali. Melihat dara itu sudah tidur, Siau-liong menghela napas. Iapun segera duduk menghadap kelubang dinding bobol tadi dan pejamkan mata bersemedhi. Tetapi ternyata pikirannya penuh dengan berbagai persoalan. Lama sekali belum juga ia mampu menenteramkan pikirannya. Sampai saat itu keadaan diluar gua masih sunyi senyap. Tampaknya Lam-hay Sin-ni dan Iblis penakluk-dunia benarTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 514 benar sudah tinggalkan tempat itu. Timbul dugaannya. Adakah hiruk pikuk tadi benar-benar disebabkan terjadinya penyerangan kepada Lam-hay Sin-ni dan Iblis-penakluk-dunia sehingga kedua tokoh itu dapat dipikat untuk pergi dari situ? Jika benar demikian, terang orang yang melakukan serangan itu tentu seorang yang berilmu sakti! Tiba-tiba ia mengambil keluar kitab pusaka Thian-kong-sinkang. Tetapi ia bimbang dan tak dapat segera memutuskan

apakah ia perlu membuka halaman kitab itu. Siau-liong menyadari bahwa dirinya takkan berumur panjang. Jika tak membuka kitab itu, ia masih dapat memberikannya kepada tokoh yang dianggapnya pantas menjadi pewaris ilmu sakti itu. Tetapi kalau sekali membukanya, dengan sendirinya dialah yang akan menjadi pewaris Thian-kong-sin-kang. Jika ia sampai tak dapat menunaikan tugas seperti yang diamanatkan dalam kitab pusaka itu, bukankah berarti ia telah mensia-siakan harapan Tio Sam-hong? Ketika matanya tertumbuk pada sampul sutera kuning, entah bagaimana kitab itu seolah-olah mempunyai daya tarik yang hebat. Diluar kehendaknya timbullah keinginannya yang keras untuk membuka kitab itu. "Ah, paling banyak hanya sepenanak nasi, kitab ini tentu sudah dapat kubaca habis. Mungkin Thian-kong-sin-kang itu memang mudah untuk dipelajari.!" pikirnya. Diapun ingat akan hasil lemparan mata uang tadi. Diamdiam ia merasa Tio Sam-hong itu benar-benar seorang pujangga yang dapat meramal dengan jitu. Dan arwah Tio Sam-hong pun tentu tahu bahwa umurnya hanya tinggal satu 515 tahun. Namun kalau Tio Sam hong tetap menghendaki dia yang menjadi pewaris Thian-kong-sin-kang, tentulah hal itu sudah menjadi garis hidupnya. Merenungkan hal itu tanpa ragu2 lagi ia segera membuka lembaran kitab itu dan membacanya. Siau-liong memang berotak cerdas. Kitab Thian-kong-sinkang yang hanya terdiri dari belasan lembar itu, dalam waktu sepenanak nasi Saja telah dapat dihafal semua. Habis membaca, ia termenung agak meragu. Semula ia mengira Thian-kong-sin-kang sebagai ilmu nomor satu di dunia, tentu sukar dan dalam sekali pelajarannya. Tetapi setelah membaca isi kitab itu. ia merasa hambar karena tiada sesuatu yang luar biasa pada isinya. Separoh yang dimuka, berisi pelajaran tentang ilmu Pernapasan yang hampir sama dengan pelajaran dari ilmu lain. yang berbeda hanya pada bagian memusatkan, Semangat, Hati, tujuan, pikiran, ketenangan, gerakan, kekosongan dan kenyataan." Memang ada beberapa bab yang belum dapat ia mengerti antara lain tentang palajaran yang menyebut, Dalam Tenang timbul Gerak, dalam Gerak lahir Tenang.... dan lain baris yang berbunyi: 'Kehendak lahir dari Pikiran. Pikiran berhubungan dengan Hati. Semangat dan Kehendak bersatu, Hati dan Semangat berjalin....-dan lain-lain kalimat yang tak dimengertinya. Separoh bagian yang dibagian belakang, memuat ilmu Pukulan Thian-kong. Terdiri dari sebuah Pukulan, tiga buah

Tamparan dan empat buah Tutukan jari. Diterangkan dengan jelas sekali. Setiap jurus disertai dengan gerak langkahnya. Tetapi semua pelajaran itu tampaknya sederhana sekali. 516 Ilmu pukulan Thay-siang-ciang dari Pengemis Tengkorak dan ilmu pukulan Membalik-langit serta ilmu pukulan Gun-gociang ajaran tabib sakti Kongsun Sin-tho lebih indah dan sukar dari ilmu pukulan Thian-kong-ciang itu. Dalam kekecewaan, diam-diam Siau-liong bersangsi, Apakah ada orang yang sengaja memalsu dan kitab ini bukan tulisan dari Tio Sam-hong cousu?" Kalau tidak, mengapa kitab pusaka Thian-kong-sin-kang yang begitu dimashyurkan kesaktiannya, ternyata begitu biasa sekali? Tetapi pada lain saat ia harus membantah kesangsiannya itu. Kalau memang benar sebelumnya ada orang yang sudah masuk kemari, tentulah empat butir mutiara yang tak ternilai harganya itu akan diambilnya. Nyatanya mutiara itu masih berada ditempatnya! Lenyapnya kesangsian, membuat Siau-liong mencurahkan perhatiannya pada isi kitab itu lagi. Dalam waktu tak lama, ia dapat membaca habis isi kitab itu. Namun ia masih belum dapat menyelami inti daripada kitab Thian-kong-pit-kip yang sudah termashyur ratusan tahun itu. Kemudian ia coba untuk melakukan pernapasan sesuai dengan petunjuk dalam kitab itu. Tetapi karena banyak kata2 yang tak dapat dimengerti, iapun tak dapat mempraktekkan dengan tepat. Suatu hal yang mengejutkan hatinya telah terjadi, setelah satu kali melakukan pelajaran Bernapas, ia dapatkan cara Pernapasan yang tampaknya sederhana itu ternyata mengandung sesuatu yang luar biasa. Ia rasakan dirinya 517 seperti terbenam dalam samudera dan terhanyut dibawa alunan ombak. Setelah itu ia coba untuk melakukan gerak dari pelajaran Pukulan-tamparan-tutukan, Walau pun keterangannya amat jelas sekali tetapi dikala mempratekkan, ternyata sukarnya bukan kepalang. Ada beberapa gerak yang ia anggap tak mungkin dipraktekkan. Ternyata setiap jurus itu mengandung beberapa gerak langkah dan perobahan. Dan dalam keterangan tersebut, perobahan itu sekaligus dilakukan dengan serempak dalam dua atau tiga cara. Sudah tentu hal itu dianggap tak mungkin oleh Siau-liong. Tiba-tiba ia teringat akan kata2 dalam pelajaran ilmu Bernafas. Disitu jelas disebut bahwa 'Dalam tenang timbul Gerak. Dalam Gerak lahir Ketenangan'. Ah, apakah Thian-kong

itu benar-benar begitu islimewa saktinya? tanpa menggerakkan tangan, sudah dapat bunuh lawan? Dengan kecerdasan otaknya. dapatlah Siau-liong menyadari bahwa ilmu pukulan yang terdiri dari sebuah Tinju. tiga Tamparan, empat tutukan jari itu, tentu harus dilembari dengan pelajaran yang pertama yakni ilmu bernafas. Dan setelah melakukan pernapasan beberapa kali, walaupun masih belum dapat keseluruhannya, tetapi makin menambah kepercayaannya.... Untuk yang ketiga kalinya, ia mengulang baca sekali lagi kitab itu.... Saat itu ia merasa telah dapat menghafal isinya diluar kepala. Ah, Thian-kong sin-kang yang tampaknya sederhana itu, ternyata mengandung inti pelajaran yang dalam sekali. Tak 518 mungkin dapat kupelajari dalam waktu sehari semalam saja. Saat ini aku aku masih teramcam bahaya. Walaupun aku masih dapat menghadapi Iblis penakluk-dunia dan Dewi Neraka, ia masih sanggup menghadapi. Tetapi kalau dengan Lam-hay Sin-ni, ia merasa masih kalah. Jika kitab pusaka itu sampai dapat direbut lawan bukankah ia berdosa terhadap pencipta kitab itu? Siau-liong merenung diam. Sekonyong-konyong ia genggam kitab itu lain meremasnya. Thian-kong-pit-kip, kitab pelajaran ilmu Thian-kong-sinkang yang sudah berumur ratusan tahun saat itu hancur lebur berhamburan menjadi abu. Ia menghela napas lalu mencoba lagi untuk mempraktekkan ilmu Bernapas dalam kitab itu. Saat itu ketegangan hatinya sudah banyak reda. Dengan tenang ia melakukan ilmu pernapasan dan tak lama dapatlah pikirannya tenggelam dalam alam kehampaan. Entah berlangsung berapa lama, ia terkejut mendengar desir ujung baju. Ketika membuka mata, tampak Mawar Putih sedang ter-longo2 memandang hamcuran kitab yang bertebaran di tanah. Engkau sudah bangun?" Siau-liong tersenyum. Sambil menuding pada abu kertas yang berserakan dilantai, dara itu bertanya, Apakah itu?" Siau-liong menghela napas kecil, Yah, itulah kitab pusaka Thian-kong-pit-kip.... Engkau menghancurkannya....?" Mawar Putih menjerit kaget tetapi pada lain saat ia tertawa, Jadi engkau sudah 519 memutuskan takkan mencampuri pergolakan dunia persilatan lagi dan bersama aku keseberang lautan menghadap ibumu.... Rupanya perasaan dara itu tegang sekali. Belum Siau liong

menyahut, ia sudah melanjutkan kata2nya, Jika engkau suka kita tinggal saja dipulau itu dan tak menginjak kedunia persilaian se-lama2nya!" Siau-liong menghela napas rawan, Aku bukanlah orang yang bekerja kepaiang tanggung. Selama urusan disini belum selesai, tak dapat kutinggal pergi. Sekalipun kitab pusaka itu sudah hancur tetapi seluruh isinya sudah dapat kuhafal semua. Dengan begitu aku telah tambah sebuah beban yang berat!" Berkata Mawar Putih dengan serak, Semua terserah padamu sajalah! Mungkin ibu angkatku itu benar.... Siapa ibu angkatmu?" Siau-liong terkesiap. Menatap Siau-liong, dara itu memberi jawaban kepada yang bukan ditanyakan, Lebib baik kita lekas tinggalkan tempat ini. Mungkin Lam-hay Sin-ni dan kedua suami isteri iblis itu sudah pergi!" Habis berkata dara itu terus menghampiri ke lubang, bobolan. Sesaat Siau-liong kehilangan faham. Ia tak dapat menghadapi rasa kasih yang dicurahkan dara itu. Tiba-tiba ia tersadar dan cepat loncat mendahului. Kedua suami isteri iblis itu banyak tipu muslibatnya, biarlah aku yang mempelopori jalan!" serunya terus merangkak ke dalam terowongan. Mawar Putih mengikuti dibelakangnya. 520 Tak lama kemudian mereka tiba di dalam gua yang berdinding tanah. Searus hawa busuk dan anyir segera menampar hidung. Gua itu tak berapa dalamnya. Setelah memeriksa, Siauliong yakin tiada terdapat bekas seseorang lain yang Balik kesitu. Pun keadaan diluar gua sunyi senyap. Lam-hay Sin-ni dan kedua suami isteri iblis itu benar-benar sudah pergi. Ketika berpaling. diam-diam Siau-liong terkejut. Ternyata dari dalam gua itu tampak jelas sekali bobolan dinding dan ruang lempat penyimpanan harta pusaka. Sekali Lam-hay Sinni dan kedua suami isteri iblis masuk, tentu dengan cepat mereka mengetahui tempat penyimpanan harta pusaka itu. Diam-diam Siau-liong merasa aneh juga. Menpapa setelah menunggu diluar sampai sekian lama rombongan Lam-hay Sin-ni tak mau memasuki gua dan malah pergi? Melihat Siau-liong terlongong, Mawar Putih mendengus lagi terus melesat keluar. Siau-liong kaget dan cepat2 berseru, Nona" Mawar Putih hentikan langkah, berpaling, Mengapa?" Nadanya sedingin es. Agaknya dara itu masih penasaran. Siau-liong menatap sejenak, tertawa, Jika engkau dalam penyamaran begitu, tentu.... Kiranya saat itu Mawar Putin masih menyaru sebagai Dewi Ular Ki Ih, Tetapi ketika masuk ke dalam gua, terpaksa ia lepaskan kerudung mukanya.

Setelah mengawasi dirinya sendiri, dara itupun tertawa lalu mengenakan kerudung muka lagi. 521 Siau-liong kerutkan alis, ujarnya, Saat ini Ceng Hi totiang sedang memimpin penyerbuan ke Lembah Semi. Banyak tokoh2 persilatan yang sudah tiba. Dahulu ibuku banyak sekali mengikat permusuhan dengan partai2 persilatan, sebaiknya nona.... "Baiklah, kalau begitu aku tak mengenakan pakaian ini!" Mawar Putih tertawa dingin. Karena masih mengkal Siau-liong tak mau diajak ke seberang lautan, dara itu marah. Dua tiga kali gerakan tangan, ia merobek kain kerudung dan pakaian penyamarannya. Siau-liong hanya dapat menghela napas, ujarnya, Adakah sedikit pun nona tak mengerti diriku? Ah.... kembali ia menghela napas dengan penuh kerawanan. Mawar Putih cebirkan bibir. Sikapnya tetap dingin. Ternyata dara itu sedang berjuang keras untuk menahan turunnya air mata. Setelah menguatkan perasaannya lalu sejenak memandang ke arah terowongan, Siau-liong berkata, Harta benda peninggalan Tio Sam-hong masih ada 3 peti besar.... "Isinya tentulah harta karun yang berlimpah-limpah menyamai gudang negara. Bawalah pulang sendiri.... tukas Mawar Putih.... Siau-liong menghela napas; Aku bukan orang yang tamak harta. Hanya saja, kalau harta karun ini sampai jatuh ketangan manusia jahat tentu lebih menambah kejahatannya. Lebih baik diberikan kepada badan amal dan menolong kaum fakir miskin!" 522 Mawar Putih tertawa ewah, 0, kiranya engkau seorang yang berhati mulia.... Siau-liong tahu bahwa dara itu masih penasaran kepadanya. Sejenak merenung, sekonyong-konyong ia dorongkan kedua tangannya kemuka. "Bruk".... terdengar bunyi menggemuruh disusul dengan hamburan debu dan pasir. Langit gua hancur dan rubuh menutup terowongan dengan bobolan dinding ruang penyimpan harta pusaka. Sepintas pandang menyerupai sebuah gua yang rusak tertimbun tanah. Jika tak digali, tak mungkin diketemukan. Mawar Putih membersihkan tanah pada bajunya lalu melangkah keluar. "Nona.... cepat Siau-liong menghadang lagi.... Mengapa lagi?" tanya Mawar Putih. Diluar penuh dengan alat jebakan. Mungkin kedua suami isteri iblis itu belum pergi....

Mawar Putih menukas dengan tertawa keras, Kiranya nyalimu besar sekali! Nah, silahkan engkau tinggal disini selamanya.... tiba-tiba ia berganti nada; "sekarang engkau sudah menjadi pewaris ilmu Thian-kong-sin-kang. Pendekar besar dalam dunia persilatan! Silahkan engkau disini mengunjuk kesaktianmu itu! Aku akan pergi.... Dara itu cepat2 berpaling agar dua titik air mata yang menetes dari sudut pelupuknya, tak terlihat Siau-liong. Kemudian sambil menghunjam-hunjamkan kaki ke tanah, ia menggeram. "Aku segera akan kembali keseberang laut dan takkan datang ke Tionggoan lagi!" 523 Sekali melesat, dara itu sudah loncat keluar gua. Saat itu Siau-liong masih termakan oleh kata2 tajam dari Mawar Putih. Ia terkejut karena dara itu melesat keluar. Cepat ia mengejar. Saat itu ternyata fajar sudah mnlai menyingsing. Angin meniup segar, Mawar Putih lari menuju ke dalam hutan. Tetapi pada lain saat terdengar suara bentakan bercampur bergemerincing senjata beradu! Walau pun teraling pohon yang lebat dan tak dapat melihat jelas, tetapi Siau-liong cepat dapat menduga bahwa Mawar Pulih tentu bentrok dengan rombongan orang gagah anak buah Ceng Hi totiang yang tengah menyerang Lembah Semi. Ketika Siau-liong menerobos masuk ke dalam hutan, tampak Mawar Putih sedang berhantam dengan empat lelaki berpakaian ringkas. Keempat pengeroyok itu menggunakan golok, pedang dan golok pendek. Sedang di tepi tempat pertempuran itu berjajar beberapa belas orang yang menyaksikan pertempuran itu. Rupanya Mawar Putih hendak tumpahkan kemarahannya pada keempat orang itu, pedang Kilat dimainkan laksana hujan mencurah. Ganasnya bukan kepalang. Tetapi keempat orang itupun memiliki kepandaian tinggi. Apalagi mereka maju serempak. Maka buyarlah maksud Mawar Putih hendak mencincang mereka, kebalikannya ia masih terdesak pontang panting. Sejenak tertegun, Siau-liong lalu berseru menghentikan mereka dan secepat kilat ia loncat menghampiri. Tetapi iapun cepat disambut oleh belasan orang bersenjata yang mengepungnya. Selain permainan senjata yang cepat 524 dan gencar, pun mereka dapat menempat diri dalam posisi yang sesuai. Seolah-olah seperti sudah terlatih dalam suatu formasi barisan. Sudah tentu hal itu mengejutkan Siau-liong. Sedang keempat orang yang mengeroyok Mawar Putih itu tak mengacuhkan dan tetap manyerang dengan gencar. Tiba-tiba beberapa tombak jauhnyn, muncul seorang lelaki

bermuka brewok. Bergegas-gegas ia menghampiri, memandang Siau-liong, lalu mencabut panji putih segi tiga yang terpancang di bahunya, melambaikan seraya berseru, Mundur....!" Belasan orang yang mengepung Siau-liong segera menyingkir kesamping. Demikianpun keempat orang yang menyerang Mawar Putih itu, juga loncat mundur. Pendatang yang bermuka brewok itu tertawa gelak2. Ia melangkah maju kehadapan Siau-liong, memberi hormat, Pendekar Laknat!" Seorang lelaki yang bertubuh tinggi besar, alis tebal mata bundar. Sekujur mukanya hampir tertutup oleh brewok. Seorang lelaki yang benar-benar gagah perkasa, mirip dengan Tio Hwi, seorang pahlawan termashyur pada jaman Sam Kok. Siau-liong balas memberi hormat, Saudara ini....?" Dengan suara menggeledek, orang itu menukas, Aku Lu Bu-ki, dunia persilatan menggelari dengan julukan Ruyungbesipelor-sakti. Pemimpin dunia Rimba Hijau daerah selatan.... 525 Kemudian sambil menunjuk kepada berpuluh orang yang mengepung Siau-liong tadi, Lu Bu-ki menerangkan, Mereka adalah jago2 pilihan dari Rimba Hijau!" Dalam membawakan kata2 itu, disertai juga dengan gerakan tangan dan kaki. "Hm, kiranya orang ini seorang benggolan penyamun!" diam-diam Siau liong membatin. Bagaimana saudara kenal padaku?" tanyanya. Jawab sitinggi besar. "Aku datang memenuhi undangan Ceng Hi totiang dan tahu kalau Pendekar Laknat juga ikut serta dalam gerakan membasmi Lembah Semi. Dengan begitu kita ini sekarang menjadi orang sendiri.... Dia berhenti sejenak, menatap wajah Siau-liong lalu tertawa, Dahulu aku tak sempat ikut dalam gerakan Ceng Hi totiang untuk menindas Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka. Sekalipun belum pernah bertemu dengan saudara, tetapi sudah mendengar cerita orang. Maka sekali lihat aku sudah dapat mengenal saudara.... Ucapannya gamblang, nadanya nyaring dan tertawanya lepas bebas. Ia maju menghampiri lalu menepuk bahu Siauliong, Aku paling kagum pada saudara. Membunuh manusia yang harus dibunuh, sebagai suatu kesenangan. Selama hidup. aku memang berpendirian begitu juga!" Siau-liong diam-diam membatin, orang itu benar-benar amat kasar tingkahnya. Setelah keempat penyerangnya mundur, Mawar Putih memandang dengan isyarat mata kepada Siau-liong. 526

Maksudnya suruh pemuda itu menyusulnya. Habis memberi isyarat, ia terus loncat lari. Tetapi karena terhalang oleh sitinggi besar Lu Bu-ki, disamping ia memang masih suka membawa kemauan sendiri, Siau-liong tak mau. Ia masih mengkal kepada dara itu. Andaikata saat itu Mawar Putih mau membawanya keseberang laut menemui ibunya, tentulah ia tak usah mengalami penderitaan di Lembah Semi. Tak usah ia harus meminum racun jong-tok dari Poh Ceng-in. Sekarang dirinya sudah menjadi sedemikian rupa, nyawanya tinggal setahun lagi, lalu dara itu bersedia mengajaknya keseberang laut. Huh, apa perlunya? Dengan mendendam perasaan mendongkol itu, Siau-liong tak mempedulikan dara itu dan malah melanjutkan percakapannya dengan Lu Bu-ki. Karena ternyata Siau-liong tak menyusul, tak berapa jauhnya, Mawar Putih pun berhenti dan beristirahat dibawah sebatang pohon. Dalam pada itu teringatlah Siau liong akan Lam-hay Sin-ni dan rombongan Iblis-penakluk-dunia yang tiba- tiba meninggalkan gua. Maka bertanialah ia kepada kepala begal itu, Apakah saudara sejak tadi terus tetap menjaga di tempat ini?" Benar, dilingkungan 50 tombak dari tempat ini semua dijaga oleh anak buahku.... kata Lu Bu-ki.... Kemudian ia menunjuk ke arah kiri, katanya, Yang sebelah kiri itu adalah rombongan Ang-cek-pang, sebelah kanan Siau-lim-pay. Sekeliling Lembah Semi sudah dikepung rapat sekali, Sekalipun seekor burung, tak mungkin dapat terbang keluar dari lembah." 527 Kepala penyamun daerah selatan itu memang seorang yang suka bicara secara blak-blalan. Dan sekali bicara tentu tak kena disetop. Maka ia terus melanjutkan saja kata-katanya, Ceng Hi totiang telah mengeluarkan perintah rahasia. Akan menggunakan api untuk membumi-hanguskan Lembah Semi. Rasanya saat ini tentu sudah akan segera bergerak.... Memandang jauh kemuka, memang Siau-liong melihat dibalik semak dan tempat2 jang pelik, terdapat persiapan2 bahan pembakar serta berkarung-karung obat api. Melihat Lu Bu ki itu seorang kasar yang agak ketololtololan, Siau-liong tak mau mendesak pertanyaannya tentang Lam-hay Sin-ni dan rombongan Iblis-penakluk-dunia lagi. Ia anggap tak berguna. Lalu ia alihkan pertanyaan, Apakah saudara tahu dimana tempat rombongan Kay-pang?" Lu Bu-ki segera menuding, Dari sini kekiri kira2 satu li, melalui tempat rombongan Ang-cek-pang. Go-bi-pay, Tiamjongpay, Ji-tok-kau, disiiulah pos penjagaan rombongan Kaypang!"

Karena anggap tak perlu lebih lama berada disitu, Siauliong segera pamit. Lu Bu-ki benar-benar amat menghormat kepada Siau-liong. Dengan tersipu-sipu ia memberi hormat dan mempersilahkan Siau-liong tinggalkan tempat itu. Baru beberapa langkah Siau-liong berjalan, tiba-tiba dari sebelah kanan hutan muncul seorang baju hitam dengan memegang panji warna merah. 528 Lu Bu-ki cepat maju menyongsong. Orang baju hitam membisiki kedekat telinga Lu Bu-ki lalu bergegas-gegas melanjutkan berjalan kemuka lagi. Sitinggi besar Lu Bu-ki tertawa nyaring. Wajahnya gembira, semangatnya menyala. Sambil gerakkan kedua tangan ke atas, ia berseru nyaring, Anak-anak, kita segera akan bergerak!" Dari dalam hutan, berhamburan keluar berpuluh-puluh lelaki berpakaian ringkas. Kebanyakan mereka berumur antara 30-an tahun. Dipimpin Lu Bu-ki, kawanan anak buah penyamun itu segera membawa kayu bakar, obat pasang dan bahan2 pembakar, menuju kepuncak gunung dari Lembah Semi. Siau-liong memandang cuaca. Saat itu diperkirakan sudah jam 7 pagi. Ia duga Iblis-penakluk-dunia tentu tak mau melepaskan It Hang totiang dan rombongannya. Maka Ceng Hi totiang segera mengeluarkan perintah untuk menyerang Lembah Semi. Tetapi pada saat memandang kepuncak gunung yang mengelilingi Lembah Semi, diam-diam Siau-liong kerutkan alis. Lembah itu luasnya tak kurang dari 10 li. Dengan api, dikuatirkan tak dapat memberi hasil seperti yang diharapkan. Dengan bahan peledak, mungkin dapat menghancurkan alatalat jebakan dalam lembah itu. Tetapi kalau hendak meratakan lembah itu menjadi karang api, benar-benar tak mungkin. Tengah ia merenung, tampak ratusan batang kepala manusia tengah bergerak masuk kemulut lembah. Dan sepanjang kaki puncak gunung pun telah terbakar. Merupakan sebuah gunung yang bersalur jalur api. 529 Apalagi kala itu sedang dalam pertengahan musim rontok. Pohon dan tumbuh-tumbuhan kering semua. Api cepat sekali meranggas besar. Siau-liong memperhatikan dengan seksama. Kecuali melepas api, pun segenap pelosok hutan penuh bersembunyi ratusan tokoh2 anggauta rombongan Ceng Hi totiang yang siap untuk bergerak. Mulut lembah itu merupakan satusatunya jalanan masuk-keluar lembah. Dan mulut lembah itu telah dijaga ketat sekali sehingga tak mungkin orang Lembah

Semi dapat terhindar dari sergapan mereka. Diam-diam Siau-liong memuji kelihayan Ceng Hi totiang mengatur barisan. Rasanya Lembah Semi pasti dapat dihancurkan. Dalam pada itu pikiran Siau-liong masih melekat pada peristiwa digua tadi. Mengapa Iblis-penakluk-dunia tak berani memasuki gua itu dan hanya menunggu diluar saja. Lalu apakah Lam-hay Sin--ni sudah dapat dipikat kedua suami isteri iblis itu masuk ke dalam lembah? Sambil berpikir, kaki Siau-liong tetap berjalan dan saat itu hampir tiba ditempat Mawar Putih menunggu. Dara itu berdiri menghadap kesebelah belakang, tak mau berpaling menyambut Siau-liong. Diam-diam Siau-liong tak puas melihat perangai Mawar Putih yang mau menang sendiri. Maka sengaja ia tertawa dingin dan menegur, Ah, apakah nona masih belum berangkat?" Mawar Putih diam saja. Tetapi kedua bahunya bergetaran seperti orang yang tengah menangis. 530 Melihat itu timbullah rasa penyesalan Siau-liong. Betapa buruk perangai dara itu, namun dia sudah melayani ibu Siauliong bertahun2. Atas dasar kenyataan itu, dapatlah sudah dara itu dianggap sebagai adiknya sehdiri. Apalagi sekarang Mawar Putih seorang diri mengembara di dunia persilatan Tiong-goan, demi melaksanakan pesan ibu Siau-liong untuk menuntut balas dan mencari jejak Siau-liong. Ah, seharusnya ia membalas budi kepada Mawar Putih. Mengapa dikarenakan sedikit percekcokan mulut saja. ia harus memperlakukan dara itu dengan sikap yang dingin? Makin merenungkan, Siau-liong makin berkabut sesal. Dan terbayanglah sikap dan kebaikan, dara itu selama ini. Tanpa disadari Siau-liong air mata berlinang-linang terharu. Adik Mawar....!" serunya pelahan. Serentak dara itu berpaling diri. Tampak mukanya masih membekas air mata. "Adik Mawar, tak seharusnya kuperlakukan engkau begini, aku.... Siau-liong menghela napas, "aku pantas dicincang!" Sepasang mata dara itu berkilat-kilat menatap Siau-liong. Sekonyong-konyong ia lari dan menubruk kedada Siau-liong. Akulah yang salah. Tak seharusnya kubikin panas hatimu.Maafkanlah.... Mawar Putih mengangkat muka memandang muka Siauliong, belasan tahun aku melayani suhu. Tiap kali suhu tentu membicarakan dirimu. Dan tiap kali itu pula ia selalu mengatakan bahwa beliau mengharapkan, kelak kita berdua.... 531

Mawar Putih menghela napas, lalu melanjutkan, Memang aku sendiri yang salah. Jika tempo hari lekas2 kubawa engkau pulang keseberang lautan, segala apa tentu beres! Ho.... aku memang celaka!" Sesaat Siau-liong pun tak dapat berkata apa2. Bayangan maut tetap menghantui dirinya. Paling lama ia dapat hidup setahun lagi. Dan pada saat itu ia masih memikul beban tugas yang banyak dan berat. Sekalipun dapat berjumpa dengan ibunya, tetapi hanya berapa lamakah ia dapat berkumpul dengan ibunya itu? Segala sesuatu memang sudah diatur menurut garis hidup. Ada beberapa hal yang kita manusia tak mampu merobah garis perjalanan hidup itu. Karenanya terpaksa kita pasrah saja," kata Siau-liong dengan rawan. Apakah kita tak dapat pergi sekarang?" Siau-liong gelengkan kepala, Sekarang aku masih mempunyai beberapa kewajiban yang harus kuselesaikan lebih dulu. Tetapi semua itu pun paling lama dalam empat hari tentu sudah rampung.... Berhenti sejenak. Siau-liong berkata pula, Apakah nona mau menunggu aku di siok-ciu?" Mawar Putih deliki mata, Ih, mengapa memanggil 'nona' lagi? Apakah hubungan kita.... Adik Mawar buru-buru Siau-liong menukas. Aku tak mau membiarkan engkau seorang diri menghadapi bahaya disini. Jika engkau tak mau berangkat keseberang laut, aku pun tetap akan menemani engkau disini!" 532 Siau-liong kerutkan alis, Dalam waktu singkat lembah ini akan menjadi gelanggang pertumpahan darah.... maaf, terus terang kukatakan, jika engkau berada disini, bukan saja tak dapat membantu bahkan kebalikannya malah menambah bebanku!" Tetapi Mawar Putih tetap menolak.... ---ooo0dw0ooo--Jilid 10 "Apapun juga dan tak peduli engkau hendak pergi kemana, aku tetap ikut. Sampai kita nanti ke seberang laut menjumpai suhu!" kata Mawar Putih. Siau-liong terpaksa mengiakan. Dilihatnya orang2 yang berada dalam hutan itu menumpahkan perhatian ke arah api yang sedang berkobar di atas gunung. Mereka tak mempedulikan gerak gerik Siau-liong dan Mawar Putih. Berkata pula Mawar Putih, Mulai saat ini aku menurut saja apa perintahmu. Apakah kita akan berangkat sekarang?" Siau-liong tertawa hambar, menarik Mawar Putih terus diajak lari ke arah kiri. Saat itu api makin berkobar besar. Lembah Semi seolah-olah terbungkus oleh gumpalan asap tebal.

Tak dapat disangsikan lagi, gunung itu pasti akan gundul. Adakah pembakaran itu akan dapat menjalar ke dalam Lembah Semi atau tidak, tapi sekurang-kurangnya Iblispenakjukdunia tentu akan getar nyalinya. Dan Lembah Semipun akan terpencil menjadi semacam pulau tersendiri. 533 Dengan begitu mudahlah dikurung dari segenap penjuru oleh barisan orang gagah yang dipimpin Ceng Hi totiang. Apa yang dikatakan Lu Bu-ki tadi memang benar. Sepanjang jalan, Siau-liong melihat rombongan orang2 Angcekpang, Go-bi-pay, Tiam-jong-pay dan Ji-tok-kau mengatur barisan dengan ketat. Seolah-olah merupakan tembok manusia.... Mereka bergerak dengan rapi. Baik melepas api, melakukan penyelidikan, penjagaan dan pekerjaan koordinasi satu sama lain. Agaknya Ceng Hi totiang memang sudah memberitahukan kepada sekalian rombongannya tentang ikut sertanya Pendekar Laknat membantu gerakan mereka, Maka walaupun tanpa membawa pertandaan apa2, hanya dengan melihat wajahnya saja, orang2 itu sudah mengetahui Pendekar Laknat dan membiarkan dia berjalan. Tak berapa lama, tibalah Siau-liong dan Mawar Putih ketempat penjagaan yang dijaga oleh anak buah Kay-pang. Ternyata tempat itu terletak disamping kanan barisan pohon Bunga, di belakang Lembah. To Kiu-kong tampak bersemangat sekali memimpin orangorangnya, menebang pohon dan mengangkuti batu, melepas api membakar gunung. Mereka terkejut serta melihat Siauliong dan Mawar Putih muncul. Menurut anggapan To Kiu-kiong, dara itu mempunyai hubungan istimewa dengan cousu-ya Kay pang yakni Kongsun Liong. Sudah tentu mereka heran melihat Mawar Putih muncul, pada hal jelas Kongsun Liong masih belum ketahuan hasilnya dalam lembah. Dan masih ada sebuah hal yang membuat To Kiu-kong tak habis mengerti. Ketika kemarin malam Pendekar Laknat 534 berbaku hantam dengan Lam-hay Sin-ni, jelas dilihatnya Pendekar Laknat telah menggunakan ilmu pukulan Thaysiangciang. Pada hal ilmu pukulan itu adalah ajaran dari ajaran Pengemis Tengkorak Song Thay kun. Pengemis-tertayya Tio Tay-tong dan kedua pengemis pincang segera menghampiri ke belakang To Kiu-kong. Mereka memandang Siau-liong dan Mawar Putih dengan penuh keheranan. "Pendekar Laknat," tegur To Kiu-kiong dengan menekan keheranan. Siau-liong cepat membalas hormat, Semalam aku minta

tolong padamu untuk membelikan obat, entah apakah ,.... To Kiu-kiong cepat menyambuti, Malam itu juga telah kusuruh orang untuk membelikan ke Siok-ciu.... ," ia kerutkan dahi, katanya pula, mungkin segera datang!" Siau-liong mendesah lalu melanjutkan langkah kemuka. Disebelah muka situ merupakan daerah barisan Pohon Bunga yakni satu-satunya jalan keluar masuk Lembah Semi. Disebelah muka barisan pohon Bunga itu. dijaga oleh para imam tua yang mengenakan jubah warna kuning, menyanggul pedang dipunggung. Ternyata mereka adalah rombongan murid Kun-lun-pay yang dipimpin sendiri oleh Ceng Hi totiang. Ceng Hi totiang yang berperawakan tinggi kurus itu sedang berdiri dimuka barisan pohon bunga. Dibelakangnya dikawal oleh lima imam kecil-menyanggul pedang. Siau-liong dan Mawar Putih segera menghampiri. 535 Ah, Pendekar Laknat benar-benar menepati janji.... seru Ceng Hi totiang seraya memberi salam. Kemudian ia memandang mawar Putih, bertanya, Dan ini.... Nona Putih, Mawar Putih, kenalan lama," buru-buru Siauliong menyambutinya. Lalu tertawa. Sambil mengurut jenggotnya, Ceng Hi totiang pun tertawa, Sungguh mengharukan sekali bahwa nona Putih yang masih muda belia, bersedia ikut juga dalam gerakan membasmi kaum durjana!-' Ah, totiang keliwat memuji, " Mawar Putih merendah lalu tersenyum kepada Siau-liong. Tetapi pemuda itu batuk2 dan cepat palingkan muka agar jangan sampai ketahuan Ceng Hi totiang. Saat itu hutan disekeliling lembah sudah terbakar hanya barisan pohon Bunga dimuka lembah itu yang masih utuh. Sejenak merenung, berkatalah Ceng Hi totiang, Mulut lembah, amat sempit sekali. Hanya dapat untuk seorang berjalan. Rasanya lebih baik mengambil jalan dari belakang lembah!" Siau-liong membenarkan. Ceng Hi totiang segera suruh seorang imam kecil untuk memberitahukan kepada bagian penghubung. Semua pemimpin rombongan supaya datang kesitu untuk berunding. Tak berapa lama dari kepergian imam kecil itu, para pemimpin dari rombongan partai2 datang bersama jago2nya yang tangguh. Tak kurang dari seratus orang jumlahnya. 536 Kebanyakan mereka memang tak kenal dengan Pendekar Laknat. Tetapi menilik dandanan Siau-liong yang aneh itu, mereka dapat menduga tentulah Pendekar Laknat.

Menolong To Hun-ki, Ti Gong taysu dan beberapa tokoh sehingga bentrok dengan Iblis-penakluk dunia serta Lam-hay Sin-ni, cepat sekali membuat Pendekar Laknat dipuja oleh seluruh orang gagah yang ikut dalam gerakan menyerbu Lembah Semi itu. Setelah para tokoh2 mengambil tempat duduk, maka berkatalah Ceng Hi totiang dengan nada serius, Setelah api padam, rintangan disekelihng Lembah Semi menjadi lenyap. Kedua durjana itu hendak menyerang dari sebelah mana, kita tetap dapat mengetahui.... Ceng Hi memandang ke arah hadirin, lalu melanjutkan pula, Kedua suami isteri itu licin sekali. Entah siasat apa yang hendak mereka gunakan nanti tetapi yang jelas kita tentu akan menghadapi suatu pertempuran yang menentukan mati atau hidup!" Kembali ketua dari Kun-lun-pay itu berhenti mengurut-urut jenggotnya. Kemudian menyambung, Menurut hematku, betapapun tinggi ilmu hitam dari kedua suami isteri itu, tetapi rasanya mereka tentu takkan menyerang keluar. Mereka tentu hanya mengandalkan pada keadaan berbahaya dari lembah untuk menghadapi serbuan kita. Menilik keadaan itu, kuputuskan untuk mengambil jalan dari belakang lembah saja. Tetapi kita gunakan api untuk menyerang masuk. Hancurkan setiap rintangan dan alat-alat jebakan dalam lembah itu!" Sekalian hadirin berdiam diri. Beberapa saat kemudian, Toh Hun-ki melangkah maju kemuka Ceng Hi totiang, memberi hormat berkata, Usaha terakhir untuk menghancurkan sarang 537 durjana, terletak di tangan totiang. Silahkan saja totiang memberi perintah. Para hadirin disini tentu akan menurut!" Ketua Kong-tong-pay itu sejenak memandang sekalian hadirin. Tampak sekalian pemimpin partai persilatan mengangguk. Ti Gong taysu dan Lu Bu-ki hampir serempak berseru, Karena kami telah mengangkat totiang sebagai pemimpin, sudah tentu kami akan mentaati perintah totiang!" Ceng Hi totiang terhibur mendapat dukungan luas itu. Dengan tersenyum ia segera mengatur persiapan untuk menyerbu Lembah Semi. Diam-diam Siau-liong memperhatikan cara imam tua itu mengatur barisan. Ternyata Ceng Hi merupakan seorang pucuk pimpinan yang cemerlang dan pandai. Selain dibentuknya barisan pelopor, barisan bala bantuan, induk barisan, barisan sayap kanan kiri serta barisan untuk menjebak musuh. Barisan pelepas api kemudian regu penghubung. Pendek kata, barisan itu telah diatur lengkap dan rapi. Setelah menerima pembagian tugas, maka barisan2 itupun segera mulai bergerak.

Ceng Hi totiang menghampiri Siau-liong katanya dengan palahan, Barisan pohon Bunga itu merupakan satu2nya jalan di belakang lembah. Telah kuperintahkan orang untuk melepaskan api. Setelah terbakar, dapat dipastikan tentu akan terbuka jalan ke dalam lembah. Kukira Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka tentu akan memimpin rombongannya keluar. Tetapi jika tidak keluar, tentulah mereka mempunyai persiapan lain dalam barisan pohon bunga itu.... 538 Ia berhenti sejenak lalu berkata pula, Saudara telah menolong Ti Gong taysu dan rombongannya dari lembah itu. Tentulah saudara kenal baik keadaan lembah itu. Mengenai barisan pohon Bunga.... Berkat peta pemberian Jong Leng lojin maka Siau-liong dapat mengetahui alat-alat perlengkapan Lembah Semi dengan baik. Maka iapun anggukan kepala, Selain tertanam puluhan ribu batang pohon bunga yang dapat menyesatkan pikiran orang, dalam barisan pohon Bunga itupun masih terdapat pula Pagar Harimau, Pagar Singa dan Sarang Ular, Liang Serangga beracun dan lain-lain. Tetapi.... Siau-liong merenung sebentar lalu berkata pula; "Segala perlengkapan itu hanya dapat digunakan terhadap musuh yang berjumlah kecil. Kalau barisan besar seperti kali ini sama melepas api, tentulah pohon2 bunga itu akan musnah semua. Juga kalau dibakar dengan bahan peledak, kiranya kawanan binatang buas itu tentu akan mampus juga. Maka menurut hematku.... Sejenak Siau-liong memandang pada Ceng Hi, lalu; "Jika tak mengundurkan diri ke dalam barisan Tujuh Maut dan Lembah Maut, setelah barisan bunga itu dimusnahkan, kedua durjana itu tentu keluar bertempur!" Ceng Hi totiang mengangguk, Pandangan anda sungguh tepat. Yang kukuatirkan adalah kekuatan kedua durjana itu. Kita belum tahu jelas sampai dimana kekuatan mereka. Jika kali ini kita kalah, dunia persilatan pasti akan menderita kehancuran!" Pada saat itu api sudah mulai berkobar ditengah barisan pohon Bunga. Beberapa saat kemudian Ceng Hi berkata, Barisan bunga itu dalam beberapa waktu baru dapat musnah. Selama itu kedua durjana tentu takkan menerobos keluar. 539 Silahkan saudara bersama nona Putih beristirahat dihutan belakang," Memandang wajah Siau-liong, ketua Kun-lun-pay itu menambah pula, Dalam pertempuran untuk menentukan mati hidupnya dunia persilatan ini, harap saudara suka membantu sekuat tenaga!" Habis berkata Ceng Hi totiang hendak mengantar Siau-liong

berdua ke belakang hutan tetapi Siau-liong minta imam itu tinggal disitu saja karena masih mempunyai tugas penting. Siau-liong bersama Mawar Putih menuju ke arah hutan. Di dalam hutan terdapat sebuah kemah. Beberapa imam kecil yang menjaga kemah itu, segera mempersilahkan Siauliong dan Mawar Putih duduk di atas dua lembar permadani dan menghidangkan dua cawan teh wangi. Kedua muda mudi itu duduk beristirahat. Dalam pada itu diam-diam Siau-liong merenung. Setelah barisan pohon bunga itu terbakar habis, tentu akan timbul pertempuran dahsyat. Sekali pun Ceng Hi totiang sendiri yang memimpin dan hampir dikata seluruh tokoh2 persilatan ikut serta dalam barisan, tetapi mengingat kedua suami isteri Iblis penakluk-dunia itu sangat licik dan banyak tipu muslihat, ia masih belum dapat memastikan apakah gerakan orang gagah itu akan berhasil. Tokoh2 Harimau Iblis, Naga Laknat, Jong Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni. Jika mereka dapat digunakan oleh Iblis penakluk-dunia, tentulah barisan orang gagah akan menemui kesulitan besar. Saat itu Siau-liong sudah memperoleh kitab pusaka Thian Kong pit-kip. Jika dalam saat2 yang genting dan penting seperti kala itu ia tak dapat memberi bantuan, bukankah ia 540 merasa malu terhadap pencipta kitap pusaka Thian-Kong-Sinkang? Seketika ia kosongkan seluruh pikirannya dan mulai melakukan pernafasan sesuai dengan petunjuk dari kitap pusaka itu. Kemah ini kosong Setelah Siau-liong dan Mawar Putih beristirahat, kawaran imam kecil itu pun segera mengundurkan diri keluar. Mereka hendak melihat jalannya peperangan ke Lembah Semi. Saat itu.... Pada saat Siau-liong sedang asyik melakukan penyaluran tenaga dalam, tiba-tiba ia mendengar suara mendesis tajam melayang ke arahnya. Ia terkejut. Dengan gunakan ilmu Mendengar-suara-membedakan-arah, ia menyambar benda itu. Ah, kiranya bukan senjata rahasia melainkan secarik kertas. Cepat ia loncat melesat keluar. Tetapi kecuali beberapa imam kecil yang tengah menjaga kemah itu, ia tak melihat seorang lain lagi. Terpaksa ia kembali masuk ke dalam kemah. Mawar Putih menyambutnya dengan pandang penuh pertanyaan.... Tetapi Siau-liong tak sempat memberi keterangan. Cepat ia membuka kertas itu. Ah, ternyata tulisan dari gurunya, Tabibsaktijenggot-naga Kangsun Sin-tho. Bunyinya ringkas: Lekas mundur, jangan menyerang. Rencanakan lagi baru bergerak." Siau-liong tertegun. Ia yakin gurunya itu tak mungkin akan

bergurau menggertak dengan ancaman kosong. Jika gurunya 541 menyuruh ia mundur dan jangan lanjutkan penyerbuan, tentulah keadaan tak menguntungkan. Kemungkinan besar suami isteri Iblis penakluk-dunia itu tentu sudah siapkan rencana untuk menghancurkan rombongan Ceng Hi totiang. Ia merasa sulit. Barisan sudah mulai akan menyerang. Bagaimana mungkin diperintahkan mundur dengan seketika. Dan lagi, perintah penarikan mundur itu akan mengakibatkan turunnya semangat para orang gagah. Kemungkinan pula, akan menimbulkan pertikaian diantara sesama kawan sendiri. Pemimpin barisan orang gagah itu adalah Ceng Hi totiang. Dapatkah ia menasehatkan imam tua itu untuk menarik barisannya? Ah.... Lama Siau-liong termangu memandang surat dari gurunya itu. Demikian pun Mawar Putih. Sekonyorg-konyong diluar terdengar suara langkah orang berlari menghampiri. Dan pada lain saat terdengar suara itu bertanya kepada imam kecil penjaga kemah; "Adakah Pendekar Laknat berada di dalam kemah ini?" Cepat Siau-liong melongok keluar. Ah, kiranya yang datang itu adalah Pengemis tertawa Tio-Tay-tong. Dia membawa sebuah bungkusan kecil. Melihat Siau-liong buru-buru pengemis itu berkata, Karena mendapat tugas untuk menyerang Lembah Semi maka pemimpin kami tak dapat datang kemari sendiri dan suruh aku menyerahkan obat ini.... -ia terus menyerahkan bungkusan kecil itu kepada Siauliong. Ia minta maaf kepada Siau-liong karena agak terlambat membawa pulang obat. Hal itu disebabkan karena ada beberapa macam ramuan sukar didapat. 542 Siau-liong menyambuti obat itu seraya mengucap terima kasih.... Tiba-tiba terlintaslah dalam benaknya apa yang harus dikerjakan saat itu. Ah, kemungkinan hal itu akan dapat merobah kekalahan menjadi kemenangan. "Paling sedikit memakan waktu tiga empat jam lagi barulah barisan pohon Bunga itu terbakar habis. Jika dalam waktu yang singkat itu, aku dapat menyelundup ke dalam Lembah Semi untuk membebaskan Jong Leng lojin. Kemungkinan sebelum rombongan orang gagah menyerang ke dalam lembah, aku tentu sudah berhasil meringkus kedua suami isteri durjana itu!" pikirnya. Ya, hanya dengan siasat itulah kiranya ia dapat menyumbangkan tenaga kepada rombongan orang gagah. Karena sedang terbenam dalam renungan, Siau-liong tak mendengar ucapan minta diri dari Pengemis tertawa Tio Taytong. Setelah memasukkan bungkusan surat itu ke dalam pinggangnya. ia berpaling ke arah Mawar Putih, Harap adik

suka menunggu disini, aku hendak mengantarkan obat ini.... Setelah itu barulah kita pulang keseberang laut!" Selesai memberi pesan, Siau-liong terus berputar diri dan pergi. Sudah tentu Mawar Putih terkejut dan buru-buru menghadangnya; Hendak kemana engkau?" "Menyerahkan obat kepada Ti Gong taysu!" Karena tak biasa bohong, maka wajah Siau-liong tersipusipu merah. Untung ia mengenakan kedok muka sehingga tak dapat dilihat Mawar Putih. 543 Bukankah hal itu dapat menyuruh orang lain yang mengantarkan?" Mawar Putih deliki mata kepadanya. Obat ini amat berharga dan sukar dicari. Jika sampai hilang.... Mawar Putih mendengus dingin, Jangan harap engkau dapat mengelabuhi aku. Kalau mau pergi, aku tetap ikut!" Siau-liong terpaksa tak dapat berbuat lain kecuali menghela napas panjang. Terpaksa mengajak dara itu keluar dari kemah dan membeluk kesamping kanan. Oleh karena sudah faham keadaan lembah itu. maka Siau-liong tak ragu-ragu lagi. Saat itu rombongan orang gagah sudah berpusat diluar barisan pohon Bunga yang terletak di belakang Lembah. Penjagaan disepanjang tempat yang dilaluinya, dijaga ketat oleh anak buah partai2 persilatan. Karena lari pesat, tak berapa saat tibalah Siau - liong dimuka jalanan rahasia ke dalam Lembah Semi.... Semak pohon yang menutup mulut jalan, saat itu sudah terbakar habis. Tetapi karena terowongan gua itu rendah sekali, Siau-liong sukar mencari jalan. Siau-liong berputar tubuh tertawa masam, ujarnya, Memang kepergianku ini amat berbahaya sekali tetapi pun amat penting sekali.... Bagaimanapun, aku harus menempuh bahaya itu!" Mawar Putih kerutkan dahi. Tetapi ia menyadari bahwa percuma saja ia akan mencegah pemuda yang keras kepala itu. Maka sengaja ia tertawa, Bukan maksudku hendak mencampuri urusanmu. Tetapi, janganlah engkau meninggalkan aku seorang diri!" 544 Habis berkata dara itu terus menerobos ke dalam terowongan rahasia itu. Karena terowongan itu melalui tempat yang sedang dilanda kebakaran besar. maka terowongan itu pun amat panas sekali. Ditambah pula dengan hawa lembab bercampur bau busuk, setelah berjalan beberapa langkah saja, Mawar Putih rasakan kepalanya pesing, perut mau tumpah. Siau-long tak tahan melihat kelambatan langkah Mawar

Putih. Cepat ia mendahului dimuka. Sambil menutup hidung, ia berjalan bersama dara itu. Terowongan lembab basah dengan air sumber gunung. Tanahnya makin berlumpur sehingga sukar dilalui. Beberapa kali Mawar Putih hampir tergelincir jatuh. Pakaiannya kotor berlumpuran lumpur. Tetapi sedikitpun ia tak mengomel. Dengan tubuh terhuyung-huyung, ia kuatkan diri berjalan disamping Siau-liong. Kurang lebih setengah jam, mereka tiba dimulut Lembah Maut. Tetapi kedaan pintu lembah itu gelap karena ditutup oleh batu besar. Diam-diam Siau-liong menimang. Tempo hari ia menolong Toh Hun-ki dan kawan-kawannya dengan mengambil jalan dari mulut terowongan, tentulah hal itu sudah diketahui oleh Son-beng Ki-su, Iblis penakluk-dunia dan anak buah Lembah Maut. Oleh karena itu maka pintu terowongan ditutup dengan batu.... Dan kalau saat itu gerak geriknya diketahui orang Lembah Semi tentu celakalah. Tak mungkin ia dapat melintasi barisan Tujuh Maut untuk menolong Jong Leng lojin. Setelah merenung beberapa saat, ia membisiki beberapa patah kata ketelinga Mawar Putih. Setelah itu ia kerahkan 545 tenaga dalam lalu mulai mendorong batu penutup pintu terowongan itu. Batu besar berderak-derak bergerak keluar. Selekas batu itu menggelinding keluar, Siau-liong cepat loncat keluar. Ah.... ternyata dugaannya benar. Dua samping pintu terowongan telah dijaga oleh empat orang berpakaian hitam. Mereka terkejut ketika melihat Pendekar Laknat muncul. Siau-hong tak mau membuang waktu. Dengan kedua tangannya ia gunakan jurus, Angin-meniup-daunberhamburan, menyerang keempat penjaga. Tiga orang baju hitam remuk tulangnya. Tanpa dapat menjerit, mereka rubuh binasa. Yang seorang rupanya agak cerdik. Pada saat Siau-liong menghantam ketiga kawannya, ia loncat melarikan diri sembari siapkan panah api untuk memberi tanda kepada markas. Siau-liong terkejut. Jika orang itu sampai dapat melepaskan panah api, tentulah Iblis penakluk-dunia dan rombongan anak buahnya akan menyerbu kesitu. Dengan gerak Harimau-lapar-menerkam-mangsa, ia loncat membayangi orang itu. Sebelum orang itu berhasil meluncurkan panah api, bahunya sudah dapat dicengkeram Siau-liong. Orang itu menjerit ngeri lalu terkulai ke tanah bersama anak panahnya. Siau-liong masih belum puas. Ia tutuk tiga buah jalan darah maut pada tubuh orang itu. Sesaat kemudian ia merasa menyesal juga karena telah membunuh empat jiwa.

546 Saat itu Mawar Putih pun sudah keluar terowongan. Pakaiannya berlumuran lumpur, tubuhnya mandi keringat. Untunglah karena terlindung oleh jajaran gunung, maka Lembah Maut itu tak menderita kebakaran. Hanya saja asap api itu mengerumun penuh dalam lembah, ditambah pula dengan tebaran kabut, lembah itu seolah-olah tertutup oleh lautan asap tebal. Hal itu malah menguntungkan Siau-liong karena jejaknya tentu sukar diketahui orang Lembah Semi. Siau-liong tak mau membuang waktu lagi. Sebelum kebakaran pada barisan pohon bunga itu padam, ia harus sudah dapat membebaskan Jong Leng lojin. Segera ia menggandeng tangan Mawar Putih lalu melintasi lembah yang penuh dengan hutan pohon dan lautan batu2 aneh. Berkat peta dari Jong Leng lojin dan pula tempo hari ia pernah memasuki lembah itu untuk mencari jejak Mawar Putih, maka saat itu ia sudah faham akan keadaan lembah. Tak berapa lama dapat ia mencapai titik jalan yang menghubungkan Lembah Maut dengan barisan Tujuh Maut. Tanpa membuang waktu lagi, Siau-liong terus ajak Mawar Putih menyusup ke dalam terowongan dibawah tanah yang panjang dan dalam itu. Saat itu agaknya Mawar Putih kumat lagi tabiatnya yang manja. Sambil menarik lengan baju Siau-liong ia berseru dengan nada beriba, Engkoh Liong, apakah yang hendak engkau lakukan? Terowongan ini penuh dengan alat jebakau rahasia. Apakah engkau hendak mengantar jiwa?"' Siau-liong berhenti, menghela napas menatap wajah dara itu; Memang kita sedang menempuh bahaya. Tetapi mudahTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 547 mudahan langkah kita ini dapat menghentikan pertumpahan darah di dunia persilatan, menyelamatkan beribu jiwa. Tentang alat-alat rahasia yang memenuhi terowongan ini.... Ia berhenti dan tertawa, Kini bagiku, tempat itu tak ubah seperti jalan besar Yang-kwan saja!" Mawar Putih memandangnya dengan heran tetapi tak mau bertanya apa2 lagi. Dara itu sudah percaya penuh kepada Siau-liong. Walaupun tahu bahwa pemuda itu sedang menepuh jalan maut, namun Mawar Putih tetap mengikutinya tanpa ragu2. Siau-liong merabah bungkusan obat yang disimpan dalam pinggang bajunya ia hendak berjalan tetapi berhenti lagi. Teringat ia ketika bertemu dengan Jong Leng lojin, ia tidak menyamar sebagai Pendekar Laknat. Jika saat itu ia masih menyamar sebagai Pendekar Laknat, bukankah akan menimbulkan kecurigaan orang tua itu? Segera ia melepas kedok muka dan pakaian

penyamarannya. Setelah itu baru ia ajak Mawar Putih lanjutkan perjalanan. Saat itu ia tiba didinding batu yang cekung ke dalam. Tetapi apa yang dilihatnya dalam ruang itu, membuatnya terkejut sekali! Ruang itu kosong melompong. Jong Leng lojin lenyap.... Rantai besi yang mengikat kaki orang tua itu kutung menjadi dua dan berhamburan di tanah. Rupanya telah dipapas dengan pedang pusaka yang amat tajam. Disekeliling ruang, tak terdapat djejak yang mencurigakan. 548 Siau-liong menimang. Menilik rantai besi yang putus itu, kemungkinan besar long Leng lo-jin tentu ditolong orang. Tetapi orang tua yang begitu sakti kepandaiannya, pun tak manpu memutuskan rantai borgolannya, lalu siapakah tokoh yang begitu sakti dan memiliki senjata begitu tajam hingga dapat memutuskan rantai borgolan itu? Pikiran Siau-liong melayang lebih jauh. Menurut anggapannya, hanya dua orang yang ada kemungkinan telah menolong Jong Leng lojin. Kesatu, gurunya sendiri ialah Tabib-sakti-jenggot-naga Kongsun Sin-tho. Dan yang lain adalah Randa Bu-san.... Tetapi Siau-liong tetap bersangsi. Karena ditilik dari sudut manapun, kedua tokoh itu tak mungkin dapat mengetahui tempat rahasia itu dan menolong Jong Leng lojin! Ah, lalu siapakah orang itu? Tiba-tiba bulu kuduk Siau-liong meremang tegang. Ia mencemaskan kemungkinan yang ketiga. Jika kedua suami isteri durjana itu dapat memenjarakan Jong Leng lojin disitu, tentulah mereka mampu juga untuk melepaskan orang tua itu. Dan kemungkinan itu memang bukan mustahil. Untuk menghadapi serangan besar-besaran dari rombongan Ceng Hi totiang kemungkinan Iblis-penakluk-dunia hendak menggunakan orang tua itu untuk menghadapi mereka. Menurut perhitungannya saat itu Sudah hampir sejam lamanya barisan pohon Bunga dilanda api. Dua jam lagi, setelah api padam, rombongm Ceng Hi totiang tentu akan menyerbu dan tentulah akan terjadi pertempuran yang dahsyat dan mengerikan! Siau-liong makin gelisah tetapi tak dapat menemukan suatu akal. Akhirnya ia memutuskan, karena sudah memasuki tempat itu, lebih baik ia mengadakan penyelidikan seluasTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 549 luasnya. Maka ia segera ajak Mawar Putih lanjutkan perjalanan menyusup terowongan dibawah tanah itu. Pintu keluar dari terowongan itu. sebagian dibuat orang. sebagian memang berasal dari gua alam. Letaknya persis dimuka Barisan Tujuh Maut.

Disebelah muka gua yang menjadi pintu keluar dari terowongan dibawah tanah itu, terbentang sebuah dataran yang ditengahnya terdapat sebuah hutan pohon siong. Pada saat Siau-liong hendak lanjutkan langkah, tiba-tiba dari arah hutan iiu terdengar suara orang tertawa nyaring. Dia tersentak kaget. Tak salah lagi, suara tertawa itu adalah tertawa si Iblispenaklukdunia. Cepat Siau-liong mundur kembali. Tetapi gerumbul pohon dan semak belukar yang mengaling mulut gua itu sedemikian lebatnya hingga ia tak dapat melihat jelas siapa2 yang keluar dari hutan itu. Siau-liong mencari akal. Disebelah kiri gua itu terdapat sebuah batu karang yang menjulang tinggi. Jika bersembunyi disitu tentulah ia dapat melihat keadaan disekeliling penjuru. Adik Mawar, jagalah mulut terowongan ini. Jika musuh muncul, lekas hubungi aku. Aku hendak meninjau keadaan musuh dari atas karang itu!" ia memberi pesan kepada Mawar Puiih lalu merayap ke atas. Setelah mencapai puncak dan memandang ke arah hutan, kejutnya bukan kepalang. Dalam hutan itu tampak berpuluh sosok tubuh manusia, bergerak kian kemari. Ada lelaki ada pula wanitanya. Jumlahnya tak kurang dari seratus orang. 550 Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka duduk disebuah tempat yang tinggi. Dibelakangnya dijaga oleh sepuluh gadis baju merah. Iblis itu tengah mencekal sebatang pedang yang berkilau-kilauan cahayanya. Dihadapan iblis Itu tegak berjajar 20 barisan lelaki perempuan yang mengenakan pakaian serba ringkas dan menghunus senjata. Disebelah kanan rombongan orang itu, tampak sebuah kereta tetapi belum dirakit dengan kuda. Dimuka kereta, dua orang baju hilam berdiri disebelah kanan dan kiri. Mereka memegang poros kereta seperti orang yang menarik kereta itu. Selain mengenakan baju hitam, pun kedua orang itu juga membungkus kepalanya dengan kain sampai pada lehernya. Hanya pada kedua matanya yang diberi lubang. Jika pada malam hari, orang tentu mengira mereka adalah setan2 kuburan yang keluyuran keluar. Di belakang kereta dikawal oleh dua buah barisan orang baju hitam. Tetapi kepalanya tidak dibungkus rapat dengan kain hitam melainkan dengan sutera tipis. Setiap barisan terdiri dari lima orang. Kereta itu kosong tiada isinya. Tetapi menurut dugaan, tentulah disediakan untuk Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka. Sesungguhnya yang hendak dicari Siau-liong hanyalah Jong Leng lojin. Diawasinya dengan penuh perhatian setiap orang

dan gerak-gerik mereka. Tetapi ia tak melihat kehadiran Jong Leng lojin. Tiba-tiba Siau-liong melihat seorang lelaki baju kelabu berlari-larian dari mulut gunung menuju ketempat Iblis 551 penakluk-dunia. Begitu tiba di tepi hutan, orang itu hentikan larinya lalu menghampiri kehadapan Iblis-penakluk-dunia dan memberi hormat. Melaporkan pada bapak pemimpin, barisan pohon Bunga sudah terbakar separoh bagian. Pagar Singa dan Pagar Harimau, telah diledakkan oleh rombongan Ceng Hi totiang. Kawanan binatang disitu mati hangus semua!" seru orang itu. Iblis-penakluk-dunia bukannya terkeiut, kabalikannya malah tertawa mengekeh, Ah, hal itu memang sudah kuperhitungkan.... -ia melirik ke arah isterinya lalu membentak orang itu, Bagaimana dengan tempat!" Empat penjuru lembah, api sudah padam. Sebagian besar dari anak buah Ceng Hi totiang berkumpul diluar barisan pohon Bunga. Rupanya begitu api padam, mereka tentu akan menyerbu!" jawab orang itu. Iblis-penakluk-dunia mendengus, Hm, aku sudah tahu, pergilah!" Orang itu menjurah lalu angkat kaki. Sambil mengurut jenggotnya yang menjulai sampai kelutut, Iblis-penakluk-dunia gelengkan kepala dan merenung. Beberapa saat kemudian berkatalah ia kepada isterinya, Setelah pertempuran hari ini, lihat saja siapakah tokoh persilatan yang berani menentang aku lagi!" Tolol! Mereka telah kerahkan sejumlah besar tokoh2 persilatan dan mengumumkan hendak meratakan Lembah Semi ini. Adakah engkau mempunyai keyakinan untuk memenangkan mereka?" sahut Dewi Neraka. 552 Iblis-penakluk-dunia tertawa, Sekalipun mereka benar berjumlah puluban ribu orang, aku tetap dapat membereskan mereka.... Kemudian menunjuk pada ke 12 orang baju hitam yang berada dimuka dan belakang Iblis-penakluk-dunia berkata pula dengan beberapa orang itu saja kiranya dapat melayani sepuluh ribu musuh!" Siau-liong terkesikap. Dipandangnya kepada orang baju hitam itu tak bergerak seperti patung. Dewi Neraka mendengus lagi; "Sekalipun nanti akan menang, tetapi bukan berarti tak ada yang perlu dicemaskan lagi.... -ia menatap wajah suaminya lalu melanjutkan, Paderi Kurus dari gunung Thian-san, Manusia Aneh dan Pak-I-ciang, Sepasang imam dari gunung Bu-san, Empat Seram dari gunung Im-san, kelana dari gunung Hong-san, Randa gunung

Bu-san dan masih ada pula Pendekar Laknat.... Iblis perempuan itu tak melanjutkan kata-katanya melainkan hanya menghela napas. Semula Iblis-penakluk-dunia tertegun juga tetapi pada lain saat ia tertawa lepas; Jangan kuatir, isteriku. Berkat kepandaian dan kecerdasan kita berdua, adalah semudah orang membalikkan telapak tangannya jika hendak menguasai dunia persilatan!" Ia lambaikan tangan dan dua orang tua yang masingmasing berumur 50-an tahun segera maju kehadapannya dan menjurah. Beritahukan kepada anak buah kita di belakang barisan panah. begitu api yang membakar barisan pohon bunga itu 553 padam, mereka suruh lepaskan anah panah!" tukas Iblispenaklukdunia. Kemudian kedua orang itu cepat melakukan perintah. tibatiba Iblis-penakluk-dunia berbangkit lalu jalan menghampiri kereta. Siau-liong sedang menumpahkan seluruh perhatian untuk mengawasi gerak gerik Iblis-penakluk-dunia dengan anak buahnya. Sedemikian asyiknya ia mengikuti mereka sehingga tak ingat akan keadaannya sendiri. Tiba-tiba ia mendengar Mawar Putih menjerit kaget. Siau-liong terkejut dan berpaling. Hai.... Mawar Putih yang menjaga dimulut gua tadi, ternyata sudah tak tampak disitu. Adik Mawar! Adik Mawar....!" serunya berbisik. Tetapi tiada penyahutan sama sekali. Cepat Siau-liong meluncur turun dan menghampiri gua. Ternyata apa yang dikuatirkan memang benar. Ketika tiba dimulut gua. sayup2 ia mendengar suara orang tertawa dingin dan pada lain saat muncullah seorang baju merah menyala. Ah.... Poh Ceng-in, nona pemilik Lembah Semi. Mata Siau-liong berkunang-kunang dan hampir jatuh. Tetapi wanita itu malah tertawa mengejek, Merdu sekali engkau memanggilnya. Sayang ia sekarang sudah tak dapat menyahut lagi!" Dada Siau-liong seraya meledak. ingin ia menghancurkannya tetapi dia tahu bahwa hal itu akan membawa akibat pada dirinya sendiri. Terpaksa ia menahan kemarahan dan berseru agak ketus, Engkau apakan dia!" 554 Poh Ceng-in tertawa dingin, Lihatlah sendiri kesini....!" -ia berputar diri dan berseru ke arah terowongan, Suheng, bawalah ia keluar!" Siau-liong buru-buru menghampiri dan memandang ke dalam mulut gua. Dilihatnya Mawar Putih berdiri beberapa

langkah dalam mulut gua tetapi punggung dan mulutnya didekap oleh seorang aneh yang bertubuh amat kurus sekali. Sekurus manusia yang tinggal tulang berbungkus kulit. Dan orang itu bukan lain adalah Soh-beng Ki-su! Marah Siau-liong bukan kepalang. Diam-diam ia kerahkan tenaga dalam dan maju hendak menerjang. Tetapi Soh-beng Ki-su tertawa sinis. Budak, jika engkau berani maju, budak perempuan ini akan kujadikan mayat hidup dengan ilmu tenaga sakti Pekkutkang!" serunya mengancam. Sekalipun Siau-liong mampu menghadapi 10 Soh-beng Kisu, tetapi karena Mawar Putih berada ditangan pertapa itu, terpaksa ia tak berani lanjutkan tindakannya. "Hm, kiranya engkau seorang pemuda hidung belang." seru Poh Ceng-in' siapakah dia?" Karena marahnya, gigi Siau-liong sampai bercaterukan, sahutnya getus, Tak perlu engkau tanya!" jangan lupa, engkau dan aku sehidup semati.... Siau-liong marah dan mengkal. Melirik ke arah rombongan Iblis-penakluk-dunia yang berada dalam hutan, ia membentak wanita itu, Sekali telah kululuskan janji untuk mati bersama setahun nanti, tentu akan kulaksanakan!" 555 Tetapi engkau sudah berjanji dalam setahun ini takkan bergaul dengan perempuan lain!" tukas Poh Ceng-in. Sekali tak dapat berkutik karena ditutuk jalan darahnya oleh Soh-beng Ki-su, tetapi Mawar Putih dapat mendengar pembicaraan Siau-liong dengan wanita baju merah itu dengan jelas. Ia deliki mata kepada Siau-liong lalu meronta sekuat tenaganya untuk melepaskan mulutnya dari dekapan tangan Soh-beng Ki-Su, lalu berteriak, Siau-liong, engkau.... Tetapi belum sempat dara itu berteriak, punggungnya telah ditutuk oleh Soh-beng Ki-su. Hati Siau-liong seperti disayat. Untuk kedua kali ia nekad hendak menerjang lagi. Tetapi dibentak Poh Ceng-in, Diam!" Dengan mata berkilat buas, Soh-beng Ki-su lekatkan tangan kiri kepunggung Mawar Putih, sedang tangan kanan ditebarkan mencengkeram dada dara itu. Rupanya ia hendak melaksanakan rencana ganas. Siau-liong menghela napas dan palingkan muka. Terdengar Poh Ceng-in tertawa dingin, berkata kepada Soh-beng Ki-su, Suheng, bawalah pergi budak perempuan itu....!" -kemudian menuding Siau-liong ia berseru, Dia mempunyai peta terperinci dari keadaan Lembah Semi. Engkau harus mencari tempat lain yang sukar dicari." Soh-beng Ki-su kerutkan dahi, ujarnya, Budak itu hebat sekali, sumoay engkau.... Poh Ceng-in tertawa mengekeh, Tak peduli dia bagaimana saktinya tetapi tak mungkia dia berani membunuh diriku. dan

tak mungkin akan membunuhku," 556 Soh-beng Ki-su tertawa menyeringai. Memanggul Mawar Putih, ia terus menyusup ke dalam terowongan. Dapat dibayangkan betapa perih dan pedih hati Siau-liong melihat Mawar Putih dibawa Soh-beng Ki-su tanpa ia mampu memberi pertolongan. Darahnya bergolak keras, hingga hampir saja ia pingsan. Setelah Soh-beng Ki-su pergi, barulah Poh Ceng-in menghampiri kemuka Siau-liong, katanya, Yang salah adalah engkau sendiri, jangan sesalkan aku berhati kejam.... kini hanya tinggal dua pilihan.... Siau-liong memandang lekat kewajah wanita pemilik lembah itu tetapi tak berkata apa2. Dipandang begitu rupa oleh Siau-liong, bingung juga wanita itu. Ia tak tahu apa yang sedang dipikirkan pemuda itu. Jika engkau mau segera menjadi suami isteri dengan aku, akan kubiarkan engkau sendiri yang melepaskan budak perempuan iiu. Kalau tidak, kita bertiga akan segera mati bersama!" Siau-liong tak mengacuhkan kata2 wanita itu. Ia tetap tegak termangu-mangu memandangnya. Tiba-tiba wajahnya berobah. Apakah benar racun Jong-tok yang engkau berikan kepadaku itu tiada obatnya lagi?" tanyanya. Tidak ada!" sahut Poh Ceng-in," sekalipun engkau makan obat dewa, juga tak berguna!" Dengan wajah beku, Siau-liong maju selangkah, serunya dengan nada sarat, Jika aku tak tahan lagi dan memukulmu 557 mati, lalu kuminum darahmu atau menggunakan darah anjing hitam mulus untuk pengantar, mengorek hatimu lalu kumakan, entah bagaimanakah akibatnya?" Seketika pucatlah wajah Poh Ceng-in sehingga ia teihuyung-huyung mundur dan berseru dengan nada gemetar, Engkau dengar dari siapa cara itu.... oh, engkau kejam sekali.... engkau hendak membunuh aku agar dapat menolong budak perempuan itu lalu engkau menikah dengannya, engkau.... Siau-liong menghela napas. Sayang, aku tak berhati buas seperti engkau. Mungkin sukar melakukan hal semacam itu, Hanya.... Siau-liong berhenti sejenak, sekali gerak cepat ia menutuk jalan darah dibahu kanan Poh Ceng-in. Tepat pada saat itu, dari bejauhan tampak tiga larik sinar api yang cepat sekali mendekati. Dan dari arah hutan terdengarlah Iblis-penakluk-dunia berteriak keras dan serempak terdengarlah suara kereta berjalan berderak-derak.

Kereta yang dikawal oleh barisan orang hitam itu segera berjalan menuju keluar mulut gunung. Siau-liong terkejut. Diperhitungkannya saat itu api yang membakar barisan pohon Bunga masih sejam lamanya. Tetapi mengapa anak buah Lembah Semi sudah memberi pertandaan lebih dulu. Tetapi dia tak sempat berpikir lagi. Sambil mencengkeram bahu Poh Ceng-in, ia segera menyusup ke dalam terowongan. 558 Sekalipun ia faham akan jalan terowongan dan berjalan secepat lari, tetapi ia harus menggunakan waktu setengah jam juga baru dapat menyusur keluar dari terowongan. Selekas keluar, cepat ia lari ke arah barisan pohon Bunga. Sayup2 ia mendengar suara jeritan ngeri dari suatu pertempuran dahsyat. Memandang kemuka, tampak barisan pohon Bunga yang penuh asap tebal itu diserbu oleb berpuluh-puluh sosok tubuh manusia. Siau-liong arahkan larinya kesana. Tiba-tiba beberapa belas orang bersenjata, menghadang jalan. Mereka terdiri dari kaum imam dan orang biasa Kepalanya seorang imam mencekal sebatang golok kwat-to, tanpa berkata apa2 terus menyerang Siau-liong. Siau-liong terkejut dan cepat loncat kesamping seraya membentak, Hai, apakah tak kenal padaku!" Tebasannya luput, imam itu maju membabat pinggang Siau-liong seraya menghardik, Budak keparat, aku tak kenal padamu!" Melihat pemimpinnya menyerang, anak buahnya pun segera ikut menyerang Siau-liong. Siau-liong terkejut. Saat itu baru ia teringat kalau tak menyamar sebagai Pendekar Laknat. Apa boleh buat, terpaksa ia harus menghadapi mereka. Sambil menyikap Poh Ceng -in dibawah ketiak, Siau-liong tak mau balas menyerang, melainkan berloncatan menghindar serangan mereka. 559 Sambil menghindar, berulang kali ia berteriak, Berhenti dulu! Aku membawa Surat Jalan dari Ceng Hi totiang!" Mendengar itu, imam yang menjadi pemimpin rombongan penghadang itu segera membentaknya, Kalau membawa surat jalan, mengapa dari tadi tak lekas mengeluarkan!" Rombongan penyerang itupun hentikan serangannya. Namun masih mengepung Siau-liong. Pemuda itu buru-buru merogoh bajunya. Tetapi yang diketemukan hanya peta pemberian Jong Leng lojin. Buru-buru ia masukan lagi. Lalu merogoh saku. Tetapi yang diketemukan hanyalah beberapa butir pil pemberian Poh Ceng-in.

Sudah tentu Siau-liong gugup tak keruan. Kemanakah gerangan perginya Surat Jalan itu? Merenung sejenak, barulah ia teringat kalau Surat Jalan itu disimpannya dalam baju Pendekar Laknat. Tetapi baju Pendekar Laknat itu sudah dilipat dan dililitkan pada pinggang. Jika mengambil dan membuka pakaian itu tentulah diketahui orang. Berarti juga, rahasianya tentu bocor. Ah.... Siau-liong benar-benar bingung. Apalagi saat itu di dalam barisan pohon Bunga sudah berlangsung pertempuran dahsyat. Jika rombongan Ceng Hi totiang sampai menderita kekalahan, bukankah ia ikut bertanggung jawab karena tak dapat membantu mereka? Dari partai manakah suhu ini?" segera ia bertanya kepada imam itu. Imam bersenjata golok kwat-to mendengus dingin, Akulah yang seharusnya bertanya begitu kepadamu!" Siau-liong paksakan tertawa, Aku bernama Kongsun Liong, juga hendak membantu gerakan Ceng Hi totiang untuk 560 membasmi kedua suami isteri durjana itu. Tentang Surat Jalan.... mungkin karena terburu-buru, telah hilang dijalan!" Ternyata imam itu tak pernah mendengar nama Kongsun Liong. Dengan mata berkilat-kilat ia membentak, Jangan coba mengelabuhi orang! Ceng Hi totiang sudah mengeluarkan perintah. Barang siapa yang tak membawa Surat Jalan, harus diperlakukan sama seperti anak buah Lembah Semi.... Kemudian mata imam itu memandang ke arah Poh Ceng-in Ialu berkata, Jika engkau masih ingin hidup, beritahukan siapa dirimu sebenarnya!" Pada saat Siau-liong mencari Surat Jalan tadi, terpaksa ia letakkan tubuh Poh Ceng-in di tanah. Belasan orang yang mengepungnya itu segera lekatkan ujung pedang keseluruh jalan darah disekujur tubuh kedua anak muda itu. Semula hal itu tak diacuhkan Siau-liong. Pikirnya, begitu mengambil keluar Surat Jalan, segalanya tentu beres. Tak kira kalau Surat Jalan itu disimpan dalam baju Pendekar Laknat. Dalam gugup terpaksa ia berseru nyaring, Aku adalah murid pewaris dari Pengemis Tengkorak Song Thai-kun dan kini diangkat menjadi ketua Kay-pang. Jika taysu tak percaya silahkan suruh memanggil murid Kay-pang untuk dipadu!" Imam itu tertawa memanjang. Kemudian bertanya kepada rombongan, Adakah salah seorang dan saudara yang kenal akan Cousu-ya bayi ini. Sekalian orang tertawa gelak2; "Jangan dengarkan ocehannya! Anak umur 3 tahun pun takkan percaya!" Tuh dengarlah! Jangan lagi tiada seorang pun yang percaya omonganmu. Sekalipun ada yang percaya. pun sukar untuk mencari anak murid Kay-pang yang saat ini sedang ikut

561 Ceng Hi totiang menyerbu ke dalam Lembah Semi.... imam itu berhenti sejenak lalu berkata pula, Terpaksa engkau harus kita tahan. Nanti setelah Lembah Semi beres, dan ternyata engkau memang bukan anak buah Iblis penakluk-dunia, barulah dapat kami lepaskan." Ikat dia dan perempuan baju merah lalu bawa ke markas depan!" imam itu memberi perintah. Selagi imam itu bicara, diam-diam Siau-liong mencari lirik kesekeliling penjuru. Dilihatnya pada setiap puncak pohon dan belakang batu terdapat orang yang siap dengan senjata panah. Diam-diam ia memuji akan kelihayan Ceng Hi totiang mengatur barisan untuk mengepung musuh. Bukannya ia takut akan balasan orang yang mengepungnya itu tetapi ia menyadari bahwa dalam pertempuran, tentu ada korban yang jatuh. Disamping itu sukar dicegah kemungkinan Poh Ceng-in akan terluka bahkan bisa mati. Kalau wanita itu mati, bukankah ia juga akan ikut mati.... Siau-liong termenung gelisah. Tiba-tiba seorang paderi berkepala dan telinga besar, menutuk dada Siau-liong. Ia yakin karena Siau-liong sudah tak berdaya, tentu mudah untuk ditutuk jalan darahnya. Tetapi alangkah kejutnya ketika belum lagi jarinya menyentuh dada Siau-liong, paderi itu sudah menjerit ngeri dan terhuyung-huyung mundur lima enam langkah. la rasakan jarinya seperti terbakar api panas. Kawan-kawannya tersentak kaget. Tetapi karena peristiwa itu berlangsung cepat dan mendadak sekali, mereka tak tahu apa sebab paderi itu sampai pontang panting begitu macam! 562 Imam yang menjadi kepala rombongan pun tak tahu peristiwa itu. Tetapi ia seorang yang banyak pengalaman. Ia duga Siau-liong tentu memiliki kepandaian tinggi. Maka cepat ia memberi perintah untuk menyerang pemuda itu. Bahkan dia sudah mendahului untuk menebas dengan goloknya. Melihat sikap keras kepala dari rombongan itu, terpaksa Siau-liong melayani juga. Sebelumnya ia memang sudah menjaga setiap kemungkinan. Setelah mengundurkan paderi tadi, diam-diam ia salurkan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang ketangannya. Begitu belasan orang itu menyerbu, ia pun cepat tamparkan kedua tangannya. Pemimpin dan anggauta rombongan itu memang tak memandang mata kepada Siau -iong. Tetapi alangkah kejut mereka ketika tamparan tangan pemuda itu menghamburkan tenaga dahsyat yang panas. Beberapa jeritan ngeri terdengar dan empat orang telah terlempar menyusur tanah.... Untunglah rombongan pengroyok itu tak punya akal untuk menyerang Poh Ceng-in yang menggeletak di tanah. Andaikata mereka bertindak begitu, tentu Siau-liong sudah

mati kutu. Setelah berhasil mengacau-balaukan musuh, dengan menggembor keras, Siau-liong menyambar tubuh Poh Cengin. Rencananya hendak dibawa lari menerjaug mereka. Tetapi pada saat itu, serangkum angin tajam menyambar punggunguya. Terpaksa ia lepaskan tubuh Poh Ceng-in dan terus berputar diri untuk menghalau penyerangnya. Imam kepala rombongan itu ternyata memang hebat. Walaupun sudah dipukul mundur oleh Siau-liong, tetapi ia tetap maju menyerang lagi. 563 Siau-liong mendongkol sekali. Setelah mendoroog golok kesisih, dengan kerahkan tenaga-sakti Bu-kek-sin-kang ia hendak menghantamnya. Imam itu ternyata murid dari Go-bi-pay. Walaupun kepandaiannya tak lemah tetapi tak mungkin ia dapat menerima pukulan Bu-kek-sin-kang. Dia pasti hancur binasa apabila Siau-liong gerakkan tangannya. Pada saat Siau-liong sudah hendak ayunkan tangannya, tiba-tiba terdengar suara orang membentak, Berhenti." Nada orang itu amat berwibawa. Apalagi Siau-liong memang tak bermaksud hendak melukai orang. Maka cepat2 ia menarik kembali pukulannya. Ketika sekalian orang mencari siapa yang berseru itu tibatiba dari puncak sebatang pohon, melayang turun sesosok tubuh yang kurus. Begitu kurus sehingga seperti daun yang melayang ke tanah. Pada saat tiba di tanah barulah dapat diketahui bahwa orang itu ternyata seorang paderi bertubuh kurus kering. Boleh dikata hanya sesosok kerangka tulang terbungkus kulit.... Tetapi sepasang matanya memancarkan sinar berapiapi, mengandung perbawa yang memaksa orang menaruh keseganan. Ah.... imam pemimpin rombongan tadi mendesus pelahan dan buru-buru merangkap kedua tangan, menyebut "Omitohud" lalu memberi hormat kepada paderi kurus itu dengan khidmat, Murid Li Hun menghaturkan hormat atas kehadiran Seng-ceng!" Paderi kurus itu tersenyum; Telah kupesatkan jalanku tetapi tetap terlambat sedikit.... 564 Sambil memandang ke arah barisan pohon Bunga, ia bertanya pula: ,,Apakah pertempuran sudah berjalan lama?" Imam kepala rombongan yang menyebut namanya Li Hun itu buru-buru menyahut, Baru beberapa saat saja." Paderi tua kurus itu mengangguk lalu memandang Siauliong dan Poh Ceng-in yang menggeletak di tanah. Tampak wajahnya mengerut cemas.

Buru-buru Li Hun melangkah kehadapan paderi tua kurus itu, katanya, Budak ini telah keluar dari Lembah Semi sambil membawa wanita baju merah itu. Enlah apa maksudnya. Tetapi jelas tentu anak buah Iblis-penakluk-dunia. Murid telah mendapat perintah dari Ceng Hi totiang supaya mengatakan tempat ini, karena itu.... "Biarlah kutanyainya," tukas paderi kurus itu. Li Hun mengiakan, lalu memberi isyarat supaya rombongan yang mengepung itu mundur. Siau-liong tertegun memandang paderi kurus itu. Diamdiam ia heran mengapa imam tadi begitu menghormat sekali kepada paderi itu. Pula cara paderi itu muncul memang menunjukan seorang yang sakti. Dan mendengar penibicaraan mereka tadi, rupanya paderi kurus itu datang dari jauh. Siau-liong tak tahu siapa paderi kurus itu. Pikirnya, lebih baik ia tinggalkan tempat itu saja agar jangan terlambat waktunya. Maka ia mundur dua langkah dan hendak mengangkat tubuh Poh Ceng-in. "Ah, jangan begitu tegang," tiba-tiba paderi kurus itu berseru dengan tersenyum; "sekalipun engkau berada satu 565 tombak jauhnya dari tempatku, tetapi rasanya sukar kalau engkau hendak meloloskan diri.... Nadanya angkuh, jelas tak memandang mata pada Siauliong. Siau-liong tertegun dan terpaksa batalkan rencananya. Kenalkah engkau padaku?" tegur paderi kurus itu pula. Siau-liong tak kenal siapa paderi itu. Tetapi menilik dia datang hendak membantu rombongan Ceng Hi totiang, ia duga paderi itu tentu Seorang cianpwe dari sebuah partai persilatan. Maka cepat ia memberi hormat. menjawab, Justeru aku hendak mohon tanya gelaran mulia dari losiansu." "Aku Liau Hoan, selama ini mengasingkan diri digunung Thian-san.... kata paderi itu dengan nada yang penuh welas asih, "memang tak dapat dipersalahkan kalau engkau tak kenal padaku, Menurut perhitungan, aku sudah 40 tahun tak pernah menginjak dunia persilatan lagi. Dan umurmu itu tentu belum seberapa.... Siau-liong terkesiap. Sudah berulang kali ia mendengar orang mengatakan tentang paderi Liau Hoan dari gunung Thian-san itu. Setitik pun ia tak kira bahwa paderi yang termasyhur itu ternyata paderi bertubuh kurus yang berdiri dihadapannya saat itu. Ah, gelar Paderi Kurus yang diberikan kepadanya, ternyata memang tak salah. Beberapa saat Siau-liong tertegun gelisah. Suara teriak jeritan dari barisan pohon Bunga, makin lama makin keras dan gencar. Walaupun belum mengetahui siapa yang menang, tetapi ia tetap teringat akan surat peringatan yang diberikan Kongsun Sin-tho itu.... Jika berlangsung makin lama, akibatnya tentu makin runyam.

566 Ia pikir, paderi kurus Liau Hoan itu tentu akan percaya akan keterangan imam Li Hun, yang mengatakan dirinya (Siau-liong) seorang-anak buah Iblis-penakluk-dunia. Ah, jika ia menempur paderi kurus itu, tentu akan memakan waktu dan tenaga. Dan kemungkinan bahkan akan menderita luka. Usiamu masih muda dan wajahmu juga tak sembarangan tetapi mengapa rela menjadi kaki tangan kedua suami isteri durjana itu?" tegur paderi Liau Hoan. Buru-buru Siau-liong membantah, Hal itu sama sekali tidak benar, aku.... Bukankah engkau habis keluar dari Lembah Semi?" cepat paderi itu menukas. Terpaksa Siau-liong menyahut, Benar, tetapi.... Sambil kebutkan lengan jubahnya. Liau Hoan berkata, Sudahlah, tak perlu membantah.... Kemudian menunjuk pada Poh Ceng-in yang menggeletak di tanah, paderi itu berkata pula, Apakah wanita itu engkau bawa dari Lembah Semi?" "Benar, tetapi.... Wajah Liau Hoan mengerut gelap, bentaknya, Apakah hidupku begini tua hanya hidup perc-ma saja! Apakah perlu engkau jelaskan baru aku dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya....?" Mau tak mau Siau-liong mendidih juga darahnya karena di bentak2 itu. ia pun menyahut dengan suara lantang, Jika tak kuterangkan. bagaimana lo-siansu dapat mengetahui persoalannya yang berliku-liku itu.... 567 Tutup mulutmu!" bentak Liau Hoan marah. Lengan jubah paderi itu diangkat ke atas, seperti hendak menyerang. Sudah tentu Siau-liong terkejut dan buru-buru bersiap-siap. Tiba-tiba Liau Hoau tertawa; Anak muda, engkau murid Iblis-penakluk-dunia atau bukan, tetapi aku akan memberimu kesempatan untuk menyerang aku sampai 30 jurus. Jika dalam 30 jurus itu engkau sanggup mengundurkan aku satu langkah saja, aku segera tinggalkan tempat ini!" seru paderi kurus itu. Siau-liong tertawa dingin, Kaki dan tangan tak bermata. Jika berkelahi tentu takkan terhindari dari hal2 yang menimbulkan derita luka!" Dalam 30 jurus aku takkan balas menyerang! Silahkan engkau menyerang sesukamu saja!" bentak paderi itu. Siau-liong anggap paderi kurus itu juga manusia yang membawa kemauan sendiri dan angkuh sekali. Diam-diam ia menimang, Jangan lagi 3o jurus, dalam 3 jurus saja jika tak mampu mengudurkan engkau, aku pun takkan muncul dalam dunia persilatan lagi!"

Maka menyahutlah ia dengan lantang, Karena lo-cianpyye yang memerintah, akupun terpaksa menurut saja. Silahkan locianpwe bersiap!" Habis berkata ia terus mengangkat tangan kanan lalu ditamparkan dengan jurus. Menurut-aliran-air-mendorongsampan, kedada Liau Hoan. 568 Paderi itu tegak diam. Sepasang tangan dirangkapkan kemuka dada. Tiba-tiba serangkum suara lembut seperti kapas memancar dari tangannya, menghapus tenaga pukulan Siauliong, seraya tertawa hambar. Pukulan semacam itu, banyak terdapat dipasar persilatan!" Siau-liong tak mau menyahut melainkan lepaskan lagi sebuah pukulan Tay-lo-kim-kang ke arah kepala paderi itu. Liau Hoan agak terkejut. Cepat ia dorongkan kedua tangannya kesamping untuk 'menarik' tenaga pukulan Siauliong kesamping. Kedua bahunya pun ikut condong kesamping tetapi secepat itu berayun kemuka lagi. Sepasang kakinya tetap tak berkisar sedikitpun jua. Tetapi mau tak mau wajah paderi itu berobah, kaget, serunya, Pukulan Thay-siang-ciang! Adakah engkau benarbenar.... Tetapi tiba-tiba ia hentikan kata2nya dan berganti dengan sebuah bentakan yang bengis Masih ada 28 jurus, lekas teruskan seranganmu!" Diam-diam Siau-liong terkesiap dalam hati. Apa yang disohorkan orang ternyata benar. Kepandaian Liau Hoan memang hebat sekali. Sekali lawan bergerak, segera ia dapat mengetahui nama jurus dan alirannya. Semula Siau-liong mengira dalam 3 jurus,ia tentu dapat mengalahkan paderi itu dengan pukulan Thay-siang-ciang yang dilambari tenaga sakti Bu-kek-sin-kang. Tetapi apa yang disaksikan, benar-benar membuatnya termangu-mangu. Rupanya Liau Hoan tak sabar, ia membentak dengan nyaring; Lekas serang!" 569 Sejenak merenung, Siau-liong tiba-tiba lempangkan tangan kanan mendorong lurus kemuka. Gerakan itu memang aneh. Meninju bukan, tamparan pun bukan. Dan lagi gerakannya amat pelahan sekali. Liau Hoan kerutkan alis. Sesaat ia tak tahu jurus apakah yang sedang dimainkan anak muda itu. Ternyata jurus yang digunakan Siau-liong itu disebut Sebatang-tonggak-menyanggah-langit. Salah sebuah jurus dari apa yang disebut Satu pukulan-Tiga tamparan-Empat tutukan. ialah pelajaran yang termasuk dalam kitap pusaka Thian-kong-sin-kang. Jurus itu mengandung perobahan yang rumit sekali. Oleh karena Siau-liong baru saja satu kali melatih pelajaran itu dan

tak memiliki latihan dasar dari tenaga dalam Thian-kong-sinkang. maka ia tak dapat menggunakannya dengan tepat. Namun karena Liau Hoan sudah berjanji tak balas menyerang, maka timbullah keinginan Siau-liong untuk mencoba pelajaran itu. Maka tanpa menghiraukan adakah latihannya sudah sesuai atau belum, ia segera menggunakan jurus itu. Sambil lepaskan pukulan, diam-diam Siau-liong menumpahkan pikirannya untuk menghafalkan gerak perobahan selanjutnya. Oleh karena itu maka gerakannyapun dilakukan dengan pelahan. Liau Hoan kaget dan meragu. Pukulan Siau-liong dengan ilmu Thay-siang-ciang tadi, sudah membuatnya tak berani memandang rendah pada anak muda itu lagi. 570 Sepintas pandang pukulan anak itu memang tak berharga dan lambat sekali. Tetapi anehnya, Liau Hoan benar-benar tak tahu ilmu apakah pukulan Siau-liong itu. Maka ia terpaksa diam-diam kerahkan semangat dan tenaga dalam untuk bersiap-siap. Pada saat tangan Siau-liong mendorong lurus sekonyongkonyong ia menggembor keras dan tiba-tiba tangan anak itu bergerak cepat sekali. Tahu2 dada Liau Hoan termakan tinju.... Hai....!" mulut paderi kurus itu menjerit aneh dan tubuhnya menyurut mundur selangkah. Imam Li Hun dan anak buahnya terkejut menyaksikan peritiwa itu. Mereka terkesiap memandang Siau-liong. Liau Hoan tak menderita luka berat. Ia menatap Siau-liong sambil mengusap keningnya lalu tundukkan kepala merenung. Siau-liong sendiri juga termangu-mangu. Ia tak menyangka bahwa pelajaran yang masih setengah matang itu ternyata mempunyai perbawa yang sedemikian hebatnya. Tiba-tiba terdengar suara ledakan keras. Siau-liong terkejut. Memandang ke arah barisan pohon Bunga. ternyata tempat itu penuh dengan gulung asap tebal yang membubung ke udara. Suara itu tentulah berasal dari gerakan rombongan Ceng Hi totiang yang tengah meledakkan semua alat rahasia dan rintangan dalam lembah. Tetapi alangkah kejutnya ketika berpaling, ternyata Poh Ceng-in yang menggeletak di tanah tadi sudah lenyap. Dilihatnya imam Li Hun dan anak buahnya sedang memandang dirinya seraya pelahan-lahan menyurut mundur. 571 Segera ia menduga, tentulah mereka yang melarikan Poh Ceng-in. Kemudian mata Siau-liong beralih memandang ke arah barisan pohon Bunga. Tanpa banyak pikir lagi, ia terus

gunakan gerak loncat Naga-berputar-18-kali, melesat ke arah barisan pohon Bunga. Setelah merenung beberapa saat, tiba-tiba Liau Hoan tersadar dan berseru pelahan, Thian-kong-sin-kang! Tentulah ilmu sakti Thian-kong-sin-kang....!" Memandang ke muka, ternyata Siau liong sudah lari. Paderi itu menggembor keras lalu loncat mengejar. Gerak Naga-berputar-18-lingkaran dari Siau-liong telah mencapai tataran yang tinggi. Dalam dua gerak loncatan saja, ia sudah mencapai belasan tombak jauhnya. Ketika masih melayang di udara, tiba-tiba ia memperoleh akal. Cepat ia meluncur ke arah sebuah semak yang tinggi, terus berganti pakaian sebagai Pendekar Laknat. Tepat pada saat ia selesai menyamar sebagai Pendekar Laknat, paderi Liau Hoan pun tiba. Bagaikan seorang gila, paderi itu memandang ke sekeliling penjuru seraya tak hentihentinya mengingau seorang diri, Thian-kong sin-kang! Tentulah ilmu sakti Thian-kong-sin-kang....!" Paderi itu melihat juga pada Siau-liong. Tetapi karena saat itu Siau-liong sudah berganti dandanan sebagai Pendekar Laknat maka Liau Hoan hanya memandangnya dengan tawar terus menyusup ke dalam gerumbul untuk mencari pemuda tadi. 572 Siau-liong tertawa dingin. Dia tak mau menghiraukan paderi kurus itu melainkan terus melesat ke arah barisan pohon Bunga. Dalam sekejab mata ia sudah berada di tengah puing barisan pohon Bunga. Saat itu suara teriakan, tidaklah sengeri tadi. Dan yang tampak hanya berpuluh-puluh jago silat tengah lari kian kemari. Entah apa yang terjadi dengan pertempuran di sebelah muka. Juga kereta yang dinaiki Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka tak tampak bayangannya. Siau-liong menerjang di antara orang2 itu, melintas ke muka Karena sudah menerima penerangan dari Ceng Hi totiang, maka rombongan jago2 silat itu sama menyisih untuk memberi jalan kepada Pendekar Laknat. Tampak ketua Siau-lim-si Ti Gong taysu dengan 20-an paderi lari menghampiri. Ketua Siau-lim-si itu agak tertegun ketika melihat Pendekar Laknat Siau-liong. Buru-buru ia memberi hormat dan berseru nyaring, Pendekar Laknak.... "Di mana Ceng Hi totiang dan rombongannya?" seru Siauliong tegang. Sambil menunjuk ke arah lembah, ketua Siau lim-si itu berseru, Masih memimpin rombongan orang gagah bertempur dengan kedua, durjana. Tetapi gelagatnya tidak menguntungkan fihak kita, kedatangan saudara sungguh kebetulan sekali.... berhenti sejenak ketua Siau-lim-si itu berkata pula, Tadi menerima laporan bahwa ada kaki tangan

musuh yang keluar dari terowongan rahasia. Maka aku mendapat perintah untuk menangkapnya!" Habis berkata, ia memberi salam terus lanjutkan perjalanan lagi. 573 "Ti Gong taysu....!" cepat Siau-liong maju selangkah meneriakinya. Ketua Siau-lim-si itu berhenti dan berpaling, Saudara mempunyai keperluan apa?" Sejak ditolong dari Lembah Maut, ketua Siau-lim-si itu bersikap baik kepada Pendekar Laknat. "Cousu-ya dari Kay-pang yakni Kongsun Liong seorang diri menyelundup ke dalam Lembah Semi dan berhasil menangkap seorang wanita siluman baju merah, tetapi.... ditatapnya wajah paderi itu lalu berkata pula, Kabarnya pada waktu dia ke luar dari Lembah, telah salah faham dengan beberapa rombongan paderi yang bertugas disitu. Wanita baju merah itu disembunyikan oleh rombongan paderi.... ah, wanita baju merah itu penting sekali. Dapatkah aku minta tolong pada taysu untuk memintakan wanita baju merah itu dan serahkan padaku? " Ti Gong menatap wajah Siau-liong, tanyanya, Entah rombongan paderi dari fihak manakah yang menawan wanita itu? Dan lalu kemana saja perginya ketua Kay pang itu?" "Yang kuketahui nama dari kepala rombongan itu adalah paderi Li Hun!" Tay Gong merenung sejenak lalu berkata, Li Hun adalah paderi Go-bi-pay! Baiklah, permintaan saudara pasti akan kulaksanakan.... habis berkata ketua Siau-lim-si itu terus bergegas melangkah pergi dengan rombongannya. Siau-lim-si pun lanjutkan langkahnya ke arah lembah. Barisan pohon Bunga yang lebat, kini hanya tinggal tumpukan puing yang asapnya masih bergulung-gulung tebal, Di sana sini bertebaran mayat manusia dengan tubuh yang 574 mengerikan dan terbakar. Dan mayat berhamburan kemanamana. Menilik keadaannya, pertempuran itu belum berselang berapa lama. Pekik jeritan tak terdengar lagi. Binatang2 buas dan ular beracun serta alat-alat perangkap rahasia dari Lembah Semi, boleh dikata sudah hancur berantakan. Tetapi Ceng Hi totiang pun harus membayar mahal dengan korban2 rombongan orang gagah yang banyak berjatuhan. untuk penghancuran itu. Saat itu menjelang petang hari. Rombongan Ceng Hi totiang tengah menggempur pertahanan di belakang lembah yang dijaga oleh suami isteri Iblis-penakluk-dunia. Masuk dari jalan yang dipertahankan Iblis-penakluk-dunia

itu, akan mencapai pusat lembah. Bangunan betingkat dari lembah itu, tampak menjulang jauh dimuka. Siau-liong maju lagi. Dilihatnya Ceng Hi to-tiang sedang memimpin rombongan untuk menyerbu pos jalanan itu. Jalan itu berbentuk seperti sebuah pintu dari sebuah kota. Tetapi terbuat dari pada batu alam. Hanya cukup dilewati beberapa orang. Dari tempatnya, Siau-liong dapat melihat bahwa di dalam jalan mulut jalan itu, Iblis-penakluk-dunia dan rombongannya tak kelihatan. Rupanya mereka sudah mengundurkan diri. Keadaan didepan mata sudah jelas. Ceng Hi totiang dan rombongannya sudah bertekad untuk membobolkan setiap rintangan. Jika dapat, membasmi kedua suami isteri durjana. Jika gagal, sekurang-kurangnya dapat menghancurkan sarang Lembah Semi. 575 Teringat akan surat peringatan dari gurunya (tabib sakti Kongsun Sin-tho),makin gelisah. Tetapi jika menasehati Ceng Hi totiang supaya menarik mundur rombongannya, jelas tak mungkin. Ceng Hi totiang segera mendapat laporan tentang kedatangan Pendekar Laknat. Cepat tokoh tua itu menyambutnya; Ah, kedatangan saudara sungguh kebetulan sekali.... Memandang kemuka, Siau-liong dapatkan Ceng Hi totiang dikawal oleh berpuluh orang, paderi, imam dan beberapa tokoh2 persilatan segala aliran. Antara lain Toh Hun-ki dan keempat Su-lo dari Kong-tong-pay, ketua Kay-pang To Kiukong serta kepala Rimba Hijau daerah selatan yakni setinggi besar Lu Bu-ki. Dan masih ada lain-lainnya yang Siau-liong tak kenal. Atas penyambutan Ceng Hi totiang. buru-buru Siau-liong balas memberi hormat; "Karena ada sedikit urusan maka sampai terlambat datang, maaf, maaf.... Diam-diam Siau-liong heran. Kalau Ceng Hi totiang dan rombongannya sudah memutuskan untuk menyerbu lembah, mengapa mereka masih berada dimulut jalanan yang tiada dijaga musuh situ?. Menurut peta dari Jong Leng lojin, pada mulut jalanan itu tak terdapat alat-alat rahasia yang berbahaya. Karena alat-alat dan perkakas2 rahasia itu kebanyakan dipasang dalam barisan Tujuh Maut. Jika Iblis-penakluk-dunia tak mau bertempur mati-matian dengan rombongan Ceng Hi, terang mereka tentu akan mengundurkan diri kebarisan Tujuh Maut. Rupanya mereka 576 hendak menggunakan alat-alat jebakan dan perkakas2 maut untuk menghancurkan rombongan orang gagah.

Toh Hun-ki maju menghampiri untuk memperkenalkan tokoh2 yang hadir disitu kepada Pendekar Laknat. Ternyata mereka kebanyakan pada 20 tahun yang lalu pernah melihat Pendekar Laknat. Diam-diam mereka heran dan kagum atas perobahan tingkah laku Pendekar Laknat sekarang. Sungguh seperti langit dengan bumi beda Pendekar Laknat sekarang dengan 20 tahun yang lalu! Agar penyamarannya tak diketabui, terpaksa Siau-liong bersikap sedapat mungkin untuk melayani mereka. Setelah itu cepat2 ia alihkan perhatian kesekeliling penjuru dan bertanya kepada Toh Hun-ki, Iblis itu sudah mundur, mengapa kalian tak menyerbu ke dalam lembah?" Toh Hun-ki menghela napas pelahan, sahutnya, Jika hanya Iblis-penakluk-dunia dan anak buahnya, tentu mudah dihancurkan. Paling tidak tentu terulang seperti peristiwa 20 tahun yang lalu, yang mengusirnya dari wilayah Tiong-goan, tetapi tak kira.... Belum habis ia berkata, tiba-tiba dari dalam mulut jalanan, terdengar sebuah suitan panjang yang nyaring. Wajah Toh Hun-ki berobah seketika. Ceng Hi totiang memberi isyarat dan berseru keras, Iblispenaklukdunia menyerbu lagi, lekas mundur kemudian berpaling ke arah Pendekar Laknat, ujarnya; Dalam pertempuran tadi, telah jatuh beberapa korban sahabat kita, menilik keadaan sekarang ini.... tiba-tiba ia menarik Siauliong terus diajak loncat keujung sebuah batu karang, katanya pula, Menilik gelagatnya sekarang ini, Iblis-penakluk-dunia dapat menggunakan kedua durjana Harimau Iblis dan Naga Terkutuk serta Lam-hay Sin-ni.... 577 Gelombang teriak jeritan melengking disusul dengan bunyi kereta berderak-derak. Beberapa barisan wanita dan pria dan tiap barisan terdiri dari lima orang, muncul dari dalam mulut jalanan itu seraya berteriak-teriak. Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka duduk dalam kereta sambil tersenyum-senyum. Kereta ditarik oleh kedua orang yang mukanya bertutupan kain hitam dan dikanan kiri kereta dikawal oleh barisan baju hitam. Tepat seperti yang dilihat Siau-liong ketika mereka mengadakan persiapan dalam hutan itu. Ceng Hi totiang dan rombonpan orang gagah segera membentuk diri dalam formasi seperti sebuah jaring. Bersiap kira2 20-an tombak jauhnya dari mulut jalanan itu. Oleh karena pelengkapan alat-alat rahasia telah diledakkan hancur maka tanah disitu tinggi rendah tak menentu. Kereta Iblis-penakluk-dunia berhenti pada sebuah lekukan tanah. Iblis-penakluk-dunia tertawa sinis lain berteriak nyaring, Hai, Ceng Hi totiang! Apakah engkau sudah mempertimbangkan omonganku tadi?" Ceng Hi totiang melangkah maju dan membentak, Aku

telah menerima permintaan dari para sahabat persilatan untuk memimpin gerakan ini. Selama engkau berdua durjana belum lenyap, dunia persilatan tentu takkan aman. Dalam keadaan seperti saat ini tiada lain pilihan lagi kecuali melanjutkan gerakan ini. Atau kalian mau menyadari kesalahan dan menyingkir jauh keluar perbatasan, gerakan ini akan segera kuhentikan! " Iblis-penakluk-dunia tertawa mengejek, Imam hidung kerbau, maut sudah di depan mata, mengapa engkau masih jual lagak bermulut besar!" 578 Iblis itu menutup kata2nya dengan gerakkan tangan kiri memberi komando, Serang!" Kedua barisan baju hitam yang di belakang kereta segera maju. Salah seorang yang berada paling depan tanpa bicara apa2, terus menyerang Ceng Hi totiang. Gerakan orang itu luar biasa cepatnya. Pukulannya menghamburkan deru angin yang tajam sekali. Dan pukulan itu adalah ilmu pukulan sakti Merampas-jiwa-mengejar-nyawa. Ceng Hi totiang tak berani ayal. Cepat ia menangkisnya. "Plak". terdengar letupan keras. Penyerang itu dan Ceng Hi totiang masing-masing menyurut mundur selangkah. Kiranya baju hitam yang menyerang itu bukan lain adalah salah seorang dari Lima Durjana yang termasyhur, yakni si Harimau Iblis. Entah mengapa tokoh itu mau menjadi kaki tangan Iblis-penakluk-dunia! Tanpa menunggu komando Ceng Hi totiang lagi, belasan orang gagah itu cepat loncat maju menghadang Harimau Iblis. Serangan perlama tertahan. Harimau Iblis maju menyerang lagi. Kain penutup mukanya dari sutera tipis. Tertiup angin, dapatlah diketahui wajahnya yang agak aneh. Terutama sepasang matanya yang ketolol-tololan tetapi sepasang alisnya menampilkan nafsu pembunuhan yang menyala-nyala. Memang Ceng Hi totiang sudah mengetahui perobahan wajah Harimau Iblis yang tidak wajar itu. Ia berputar diri menghindari pukulan Harimau Iblis. Tetapi yang benar-benar mengejutkan orang adalah rombongan barisan baju hitam itu. Diantaranya terdapat juga It Hang totiang dan ketiga tokoh Kun-lun-sam-cu. Mereka 579 mengikuti di belakang Harimau Iblis untuk menyerang Ceng Hi totiang. Iblis-penakluk-dunia barbangkit dan tertawa nyaring. Tibatiba ia gerakkan tangan kanan memberi komando lagi, Serang!" Kembali barisan baju hitam yang lain, menyerbu ke luar, menerjang rombongan orang gagah. Siau-liong diam-diam memperhatikan barisan baju hitam

itu. Yang menjadi pemimpin ternyata si Naga Terkutuk dan anggautanya terdiri dari si Penebang-kayu dari Tiam jong-san Shin Bu-seng, ketua Ji-tok-kau Tan It-hong, ketua Tong-thingpang Cu Kong-leng bergelar Kipas-banci dan seorang yang tak diketahui. Tokoh2 yang hilang dalam Lembah Semi tempo hari ternyata kini menjadi kaki tangan Iblispenakluk-dunia! Karena fihak Iblis-penakluk-dunia mengeluarkan barisan baju hitam yang kedua, maka rombongan orang gagah yang mengepung diluar barisan pohon Bunga pun segera berhamburan keluar, menyongsong mereka. Seketika pecahlah pertempuran yang dahsyat. Naga Terkutuk dan Harimau Iblis memang tak usah dilukiskan kesaktiannya. It Hang totiang, Kun-lun-sam-cu pun tergolong jago kelas satu dalam dunia persilatan Karena pikiran mereka sudah tak normal lagi, mereka pun menyerang dengan sekehendak hati. mengeluarkan jurus2 kepandaiannya yang hebat. Maka dalam beberapa saat saja, difihak rombongan orang gagah telah jatuh 20-an korban yang binasa. 580 Ceng Hi totiang menyadari keadaan itu. Cepat ia mengatur barisannya lagi. Dia bergerak kian kemari dalam pertempuran yang kacau balau itu. Dengan demikian dapatlah keadaan barisan orang gagah itu berkurang bahayanya. Ceng Hi totiang memerintahkan belasan jago2 sjlat untuk mengepung kedua durjana Harimau Iblis dan Naga Terkutuk. Dengan demikian walaupun kedua durjana itu berkaok-kaok seperti singa kelaparan tetapi untuk sementara ruang gerak mereka dapat dibatasi. Yang meresahkan pikiran Ceng Hi totiang adalah tentang diri It Hang totiang dan beberapa tokoh lainnya. Jelas mereka sudah hilang kesadaran pikirannya. Rombongan orang gagah diperintahkan supaya hati2 menghadapi mereka. Jangan sampai dibunuh, cukup kalau dikepung dan dapat ditawan hidup-hidupan. Tetapi sulitnya, mereka memiliki kepandaian yang tinggi. Tinju dan tutukan jari mereka, hebatnya bukan alang kepalang. Untuk menangkap mereka, sukarnya melebihi menangkap seekor harimau buas. Oleh karena terpancang oleh perintah itu, rombongan orang gagah menemui kesulitan juga. Bahkan ada beberapa yang terkena pukulan dan tutukan jari mereka. Selama itu Siau-liong masih tetap berdiri di pinggir belum mau turun tangan. Ia sedang mencari akal untuk mengatasi kekacauan itu. Setelah kekacauan fihak orang gagah dapat diredakan, longgarlah pikiran Ceng Hi totiang. Tetapi ketika melihat It Hang lotiang dan Kun-lun Sam-cu masih belum dapat diatasi, mau tak mau Ceng Hi totiang gelisah juga hatinya.

Ceng Hi totiang sudah kerahkan barisan ko-jiu (tokoh sakti) untuk mengepung kedua durjana Harimau Iblis dan Naga 581 Terkutuk, tetapi ternyata kekuatannya pun hanya berimbang saja. Demikian pun dengan barisan dari tokoh-tokoh kelas satu yang diperintahkan untuk menawan It Hang totiang dan Kun-lun Sam-cu, juga masih belum berhasil. Jika kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia itu menceburkan diri atau menyuruh kedua penarik kereta yang misterius itu turun tangan, bukankah akibatnya akan lebih menderita bagi fihak rombongan orang gagah? Ceng Hi totiang kerutkan alis berpikir keras. Tiba-tiba ia memberi perintah secara rahasia agar rombongan yang mengepung diluar barisan pohon Bunga siapkan obat pasang dan bahan peledak. Setiap waktu, apabila perlu, akan diberi perintah lagi. Setelah ketegangan mereda, barulah Siau-liong loncat turun kesamping Ceng Hi totiang, serunya; Adakah totiang sudah mempunyai rencana yang lengkap untuk menghadapi keadaan saat ini?" Ceng Hi totiang terkesiap, sahutnya, Aku telah berusaha sekuat tenaga, berhasil atau gagal, tak dapat kupastikan. Terserah kepada Allah!" Dari nada penyahutannya, jelas kalau Ceng Hi totiang bersikap dingin kepada Siau-liong. Kiranya memang sejak 20 tahun yang lalu, walau pun tak dipandang sejahat Iblispenaklukdunia dan isterinya, tetapi Ceng Hi totiang memang tak mempunyai kesan baik terhadap Pendekar Laknat. Adalah karena keterangan Toh Hun-ki yang memuji-muji Pendekar Laknat sekarang ini, ditambah pula dengan kenyataan bahwa Pendekar Laknat yang sekarang ini memang telah menolong Ti Gong laysu, Toh Hun-ki dan rombongan To Kin-kong dari Lembah Maut. Kemudian sikap Pendekar Laknat yang terang-terangan memusuhi kedua suami isteri IblisTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 582 penakluk-dunia sehingga sampai bertempur dengan Lam-hay Sin-ni, makin menguatkan kepercayaan Ceng Hi totiang bahwa Pendekar Laknat yang sekarang ini benar sudah kembali ke jalan yang terang. Tetapi kepercayaan itu goyah pula ketika Ceng Hi totiang sedang menyusun barisan, Siau-liong tiba-tiba lenyap dan kemunculannya pada saat itu pun tak ubah hanya sebagai penonton saja. Sama sekali tak mau ikut membantu. Siau-liong menatap Ceng Hi totiang dan berkata dengan suara tandas; Aku hendak menghaturkan sepatah kata, entah apakah totiang sudi mendengarkannya atau tidak?" Samhil mengawasi jalannya pertempuran, tanpa berpaling menyahutlah Ceng Hi totiang; Jika anda mempunyai saran.

silahkan mengutarakan. Sudah tentu aku senang mendengarkannya!" Melihat sikap orang yang acuh tak acuh, Siau-liong menghela napas, Suami isteri Iblis-penakluk-dunia itu belum mengerahkan seluruh kekuatannya namun berpuluh-puluh orang gagah telah mengorbankan jiwanya. Andaikata kedua durjana itu benar-benar mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk menempur, mungkin nasib dari beratus-ratus tokoh persilatan tentu akan ludas ditangan totiang!" Mendengar itu serentak berpalinglah Ceng Hi totiang kepada Siau-liong. Ia menghela napas. Keadaan memang begitu, lalu bagaimana kita harus berdaya?" Berkata Siau-liong Menangkap maling harus membekuk benggolannya dulu! Jika tak dapat merencanakan siasat untuk meringkus suami isteri durjana itu tetapi hanya mengadu kekuatan secara begini saja, kita tentu akan menderita kekalahan!" 583 Lalu apakah anda mempunyai saran yang baik?" tanya Ceng Hi totiang. Tak ada lain jalan kecuali menarik pulang barisan dulu dan mengatur rencana yang lebih sempurna lagi!" sahut Siauliong. Ceng Hi totiang terbeliak, Adakah anda maksudkan supaya aku memimpin rombongan Orang gagah meloloskan diri dari sini?" Dengan nada serius Siau-liong menyahut, Seorang ksatrya harus mahir menggunakan kekuasaan dan pandai dalam menghadapi perobahan. Sekalipun menderita sedikit hinaan tetapi asal dapat membentuk dasar dari kemenangan.... Kemenangan akhir tak mungkin orang akan mencela tindakan totiang karena hari ini telah menarik mundur barisan!" Ceng Hi totiang kerutkan alis.... Setelah beberapa kali mengeliarkan mata, ia menghela napas, Saat ini sudah ibarat orang naik dipunggung harimau. Beribu tokoh persilatan sedang menyala semangatnya. Setiap orang tak menghiraukan soal kehilangan jiwa. Sekalipun aku mempunyai kekuasaan untuk menarik mundur barisan tetapi dikuatirkan mereka tak mau tunduk pada perintah itu!" Diam-diam Siau-liong mengakui kebenaran ucapan totiang itu. Maka terpaksa ia tak mau buka mulut lagi. Saat itu kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka tetap duduk di atas kereta dan mengatasi kedua barisan baju hitam serta berpuluh-puluh anak buahnya pria dan wanita menempur barisan orang gagah. Iblis itu tak hentihentinya tertawa. 584 Tetapi ketika menyaksikan Ceng Hi totiang dapat mengatasi kekalutan barisannya dengan memerintahkan belasan tokoh2

sakti untuk mengepung kedua durjana Harimau Iblis, Naga Terkutuk, Iblis-penakluk-dunia mulai gelisah. Tiba-tiba Iblis-penakluk-dunia itu tertawa dan bicara beberapa patah kata kepada Dewi Neraka lalu lontarkan segulung api. Siau-liong terkejut dan cepat2 meneriaki Ceng Hi totiang, Totiang, hati-hatilah! dengan tipu muslihat mereka! " Memang Ceng Hi totiang sudah dapat menduga bahwa api pertandaan yang dilepas Iblis-penakluk-dunia itu tentu ada tujuannya. Maka ia tumpahban perhatian untuk mengawasi perobahan yang akan terjadi dalam mulut jalanan. Tetapi sampai beberapa lama belum juga tampak tanda2 timbulnya suatu perobahan apa2. Selang sepeminum teh lamanya, tiba-tiba angin berhembus membawa bau yang harum. Bau harum itu bertebaran kemana-mana. Siau-liong yang cepat dapat mencium bau harum itu, banting2 kaki seraya menghela napas, Celaka! Angin ini mengandung bau harum. Tentulah anak buah Iblis-penaklukdunia telah menghamburkan Racun penyesat pikiran! " Buru-buru ia merogoh botol pil pemberian Poh Ceng-in yang tinggal separoh isinya. Hanya tinggal 8 butir saja. Setelah ia sendiri minum sebutir, sisanya lalu diberikan kepada Ceng Hi totiang, Tolong, pil ini berkhasiat menawarkan hawa beracun. Sayang hanya tinggal sedikit!" 585 Setelah menerima, bermula Ceng Hi agak ragu2 tetapi akhirnya ia minum juga sebutir. Sisanya ia bagikan kepada beberapa tokoh yang sedang bertempur dengan Harimau Iblis dan Naga Terkutuk. Bau harum makin lama makin keras dan seketika terjadilah perobahan dalam gelanggang pertempuran. Barisan orang gagah itu mulai lemas. Kebalikannya Harimau Iblis, Naga Terkutuk dan rombongan It Hang totiang makin bersemangat. Serangan mereka makin dahsyat. Kekuatan yang semula berimbang, saat itu berobah. Seketika terdengar jerit pekikan ngeri ketika Harimau Iblis, Naga Terkutuk dan rombongan It Hang totiang mengamuk. Mereka tak ubah seperti gerombolan harimau yang sedang mengganas kawanan anak kambing, Ketika di fihak barisan orang gagah makin bertambah menumpuk. Untunglah karena barisan pohon Bunga itu sudah berobah menjadi sebuah lapangan yang luas maka angin pun meniup agak keras. Bau harum itu tak dapat berkerumun lama dan terus hanyut dibawa tiupan angin. Melihat barisannya banyak yang berguguran, marah dan sedihlah Ceng Hi totiang. Dengan bersuit nyaring ia mencabut kebut pertapaan yang diselipkan di punggungnya lalu loncat melayang ke gelanggang pertempuran. Rupanya jago tua itu

tak tahan lagi melihat banyak jago2 persilatan yang menjadi korban. Sampai saat itu Siau-liong tetap tak mau turun tangan. Ia hanya memandang lekat2 ke arah kedua orang berkerudung hitam yang menarik kereta Iblis-penakluk-dunia itu. 586 Iblis-penakluk-dunia tetap tertawa-tawa dengan congkaknya. Dalam suasana pertempuran yang berhias pekik jelitan ngeri dan gemerincing senjata beradu, suara ketawa iblis itu makin menusuk telinga orang. Pada lain saat Dewi Neraka yang berdri sambil mencekal tongkat Kepala naga itu, tiba-tiba membentak suaminya, Tolol! Mengapa engkau hanya tertawa saja!" Iblis-penakluk dunia hentikan tertawanya. Tiba-tiba ia menarik sebatang kendali lalu memukul punggung salah satu dari kedua orang yang menarik kereta itu. Orang itu mengeluh pelahan lalu berpaling ke belakang dan bertanya kepada Iblis-penakluk-dunia, Apakah perintah Thian cun!" Iblis-penakluk-dunia menunjuk dengan tangkai kendali ke arah Ceng Hi totiang, serunya, Apakah engkau melihat imam tua yang memakai kebut pertapaan itu? Lekas tawan dia hidup-hidupan!" Orang berkerudung kain hitam itu mengiakan. lalu enjot tubuhnya melambung ke udara. Setelah mencapai ketinggian 10-an tombak, ia segera menukik ke bawah. Dalam jurus Menyelam ke dalam laut-menangkap-naga, ia meluncur ke arah Ceng Hi totiang! Semula Ceng Hi memang mencurahkan perhatian untuk mengawasi gerak gerik kedua orang kerudung hitam yang menarik kereta Iblis penakluk-dunia itu. Tetapi karena suasana saat itu makin genting, terpaksa ia tak dapat bersabar lebih lama lalu terjun kegelanggang pertempuran. Memang tak kecewalah Ceng Hi totiang diangkat sebagai pemimpin dari barisan orang gagah. Hanya dalam beberapa 587 gebrak saja, ia sudah dapat menolong keadaan dari belasan orang gagah yang sedang terdesak oleh kedua durjana Harimau Iblis dan Naga Terkutuk. Gerakan kebut pertapaan totiang itu hampir saja berhasil merobohkan kedua durjana itu. Ceng Hi totiang terkejut ketika melihat orang berkerudung muka itu menukik hendak menyerang dirinya. Cepat ia tinggalkan kedua durjana. Sebelum orang berkerudung itu meluncur ke tanah, ia mendahului menyerangnya. Orang berkerudung itu menggembor keras. Sepasang tangannya yang bersikap hendak mencengkeram tadi tiba-tiba diganti menjadi gerak tamparan.

"Plak".... terdengar letupan keras. Ceng Hi totiang terpental sampai lima enam langkah ke belakang Darahnya bergolakgolak dan dengan susah payah barulah ia dapat menjaga keseimbangan tubuhnya jangan sampai rubuh. Kebalikannya orang berkerudung muka itu enak-enak saja meneruskan peluncurannya ke tanah. Secepat kilat ia gerakkan kedua tangannya untuk menampar. Seketika terdengarlah jeritan ngeri dan tiga imam dari Kun-lun pay yang berada didekatnya pecah tulangnya dan mati seketika! Gerakan menukik dari udara yang luar biasa dan sekali pukul dapat melemparkan Ceng Hi totiang serta membinasakan tiga tokoh Kun-lun-pay, benar-benar membuat sekalian orang menjerit kaget. Setelah mengambil napas beberapa saat, Ceng Hi totiang maju menyerang lagi. Dia seorang jago tua yang banyak pengalaman dan luas pengetahuan. sekali pun orang itu seluruh mukanya ditutup 588 kain hitam, tetapi ia dapat mengetahui dari pukulannya tadi bahwa orang itu bukan lain adalah tokoh yang sudah menghilang selama berpuluh tahun yakni Jong Leng lojin, pemilik ilmu tenaga-sakti Jit-hoa-sin kang. Sekalipun menyadari bahwa ia bukan lawan orang tua itu, tetapi ia tahu bahwa kecuali dirinya, tiada seorang pun yang mampu menghadapi orang tua itu. Sekalipun dengan keroyokan, juga sia-sia saja. Mulut Jong Leng lojin mendesis desis mengeluarkan suara aneh. Sepasang matanya yang tampak dari dua buah lubang, berkeliaran kian kemari. lalu memandang lekat ke arah Ceng Hi totiang. Tiba-tiba ia tebarkan kedua tangannya dalam sikap hendak mencengkeram lalu selangkah demi selangkah maju menghampiri. Gulungan asap harum sebentar menguap sebentar hilang. Barisan orang gagah makin lemas. Kebalikannya Harimau lbiis dan Naga Terkutuk makin mengganas. Segera terdengar jerit pekikan ngeri dan korban pun makin lama makin banyak.... Jong Leng lojin walaupun ditahan oleh Ceng Hi totiang. Tetapi jelas takkan dapat bertahan lama. Paling banyak dalam tiga jurus Ceng Hi totiang tentu akan kalah. Saat itu keadaan sudah jelas. Ceng Hi totiang terang tak kuat berhadapan dengan Jong Leng lojin Dan Iblis penaklukdunia masih mempunyai seorang jago lagi yang belum diajukan, yakni orang baju hitam dan berkerudung muka yang menarik kereta itu. 589 Menyaksikan keadaan rombongan orang gagah yang sudah makin payah dan korban2 yang berjatuhan tak terhitung

banyaknya, Ceng hi totiang mengalirkan air mata.... Jong Leng lojin makin maju mendekati. Kedua tangannya lurus dilempangkan ke muka. Sekali pun tiada seorangpun yang tahu ilmu apa yang akan dilakukan orang tua itu, tetapi diam-diam mereka mengucurkan keringat dingin karena mencemaskan nasib Ceng Hi totiang Ceng Hi totiang pun segera bersiap. Sepasang tinju digenggamnya erat2 dan disaluri dengan sembilan bagian tenaga-dalam. Diam-diam teringatlah Ceng Hi totiang akan kata-kata Pendekar Laknat Siau-liong tadi.... Hidup matinya dunia persilatan terletak di tangan totiang.... Ceng Hi totiang berpaling. Dilihatnya Pendekar Laknat Siauliong masih tegak berdiri di tempatnya. Rupanya tengah merenung sehingga tak mengacuhkan keadaan di sekelilingnya.... Ceng Hi totiang menghela napas lalu kerahkan seluruh semangat dan pikiran untuk menyambut serangan Jong Leng lojin. Rupanya Jong Leng lojin kuatir kalau Ceng Hi totiang akan meloloskan diri. Maka sengaja ia berjalan lambat2 sambil mengawasi gerak gerik imam itu. Setelah kira2 dua langkah di muka Ceng Hi totiang, dengan tiba-tiba Jong Leng lojin menguak keras dan secepat kilat kedua tangannya mencengkeram bahu Ceng Hi. Dalam kalangan partai2 persilatan dewasa itu, Ceng Hi totiang merupakan satu-satunya tokoh angkatan tua yang 590 masih tertinggal. Saat itu ia susupkan kebut pertapaan kebahunya lagi lalu gerakkan kedua tangannya untuk menghantam dada dan perut Jong Leng lojin. Gerakan Ceng Hi itu benar-benar suatu gerakan yang amat berbahaya. Karena ia menyadari bahwa cengkeraman Jong Leng itu merupakan salah sebuah jurus istimewa dari iimu sakti Jit-hoa-sin-kang. Kecuali tokoh yang kepandaiannya setingkat dengan dia, jangan harap lain orang mampu menghindari. Ceng Hi menyadari hal itu. Ia merasa jauh kalah sakti dengan orang tua itu. Maka ia memutuskan untuk melakukan serangan yang nekad. Biarlah dua-duanya sama terluka! Tetapi ternyata Jong Leng tak mau lanjutkan cengkeramannya. Cepat ia robah sasarannya, menyambar lengan Ceng Hi. Cepat dan tak terduga sama sekali gerakan itu sehingga Ceng Hi tak mampu menghindar lagi. Seketika ia rasakan kedua lengannya tercengkeram oleh dua buah jepitan besi. Ceng Hi kerahkan seluruh tenaga dalam untuk meronta. Tetapi tetap tak berhasil. Bahkan tenaga dalamnya itu berbalik mendampar ke dalam tubuhnya. "Huak".... Ceng Hi totiang muntah darah.

Sepasang lengannya terasa kesemutan dan seketika hilanglah daya perlawanannya ---ooo0dw0ooo--Jilid 11 591 Telur di ujung tanduk Melihat keadaan Ceng Hi totiang terancam sekalian orang gagah terkejut. Mereka segera menyerbu Jong Leng lojin dengin apa yang dapat dilakukan. Pukulan, senjata dan senjata rahasia. Saat itu Jong Leng lojin hendak mengepit tubuh Ceng Hi totiang untuk ditawan. Melihat dirinya diserang kalang kabut dari segala jurusan, ia lemparkan tubuh Ceng Hi lalu tamparkan kedua tangannya ke arah rombongan orang gagah. Serentak terdengar jeritan ngeri dari beberapa orang gagah yang terkena tamparam orang tua itu. Ada yang rubuh terluka. Ada yang remuk binasa. Ada pula yang terlempar sampai setombak jauhnya.... Setelah berhasil menghalau rombongan orang gagah, Jong Leng lojin kembali memutar tangan kiri lalu secepat kilat diayunkan ke arah Ceng Hi totiang. Tokoh tua dari Butong-pay itu sudah terluka dalam. Dia masih belum mampu bangun dari bantingan Jong Leng lojin tadi. Sudah tentu ia tak berdaya menghadapi hantamam Jong Leng lojin. Rombongan orang gagah yang dipimpin It Hang totiang masih sibuk menghadapi amukan Harimau iblis dan Naga terkutuk. Sedang rombongan orang gagah yang hendak menolong Ceng Hi tadi pun sudah dihantam kocar kacir oleh Jong Leng lojin. Tak mungkin mereka dapat menolong Ceng Hi totiang lagi. Imam tua itu pasti binasa. Pada saat maut hendak merenggut jiwa Ceng Hi, sekonyong2 dari celah2 sinar matahari yang sudah condong 592 kebarat, tampak sesosok tubuh melayang di udara. Dan belum tiba di tanah, orang itu sudah lepaskan pukulan seraya berseru membentak Jong Leng lojin, Berhenti!" Gerakannya yang luar biasa tangkasnya membuat sekalian orang terperanjat. Kiranya orang yang telah menolong Ceng Hi itu adalah Siau-liong si Pendekar Laknat. Selama memperhatikan jalannya pertempuran itu, Siauliong diam-diam telah membuat perhitungan. Berdasarkan pengalamannya ketika menerima pukulan Jong Leng lojin dalam bilik terowongan dibawah barisan Tujuh Maut tempo hari, ia menyadari bahwa pukulannya Thay-siang-ciang yang dilambari tenaga sakti Bu-kek-sin-kang, tetap kalah dengan

pukulan Jong Leng lojin. Apabila ia membantu Ceng Hi totiang bukan saja sia-sia, pun dirinya sendiri juga pasti hancur. Tetapi ia ingat dikala berhadapan dengan sipaderi kurus Liau Hoan. Sekenanya saja ia gunakan jurus Sebatang-tiangmenyanggahlangit, ialah sebuah jurus yang dilambari dengan tenaga sakti Thian-kong-sin-kang yang sama sekali belum difahaminya. Namun hasilnya sudah mengejutkan sekali. Paderi Liau Hoan yang sakti dapat dihantam dadanya. Ah. mengapa ia tak mau mencoba dengan ilmu pukulan itu lagi! Begitu mendapat keputusan, diam-diam ia kerahkan semangat dan pusatkan pikiran untuk mengingat-ingat ketiga buah pukulan Thian-kong-sin-kang dengan perobahanperobahannya. Tetapi ia tak dapat merenung lama karena saat itu dilihatnya Ceng Hi totiang terancam bahaya maut dari Jong Leng lojin. Maka tanpa membuang waktu lagi ia segera loncat 593 ke udara dan lepaskan salah sebuah dari ketiga pukulan Thian-kong-ciang yang disebut Sapu-jagad. Terdengar letupan keras. Jong Leng lojin tersurut mundur dua langkah. Tetapi ketika Siau-liong tiba di tanah, iapun terhuyung-huyung empat lima langkah jauhnya. Buru-buru ia mengambil napas. Didapatinya darah dalam tubuhnya hanya bergolak sedikit, tak membahayakan. Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Nerakapun tahu akan kemunculan Pendekar Laknat itu. Tetapi mereka tenang saja karena yakin Jong Leng lojin pasti dapat menghancurkannya. Tetapi apa yang disaksikan saat itu, benar-benar membuat mereka terbelalak kaget! Buru-buru Iblis-penakluk-dunia mengangkat cambuk kuda lalu diayunkan ke arah punggung orang berkerudung hitam yang satunya. Ternyata orang baju dan berkerudung hitam itu bukan lain adalah Lam-hay Sin-ni, pewaris dari ilmu sakti Cek-ci-sin-kang. Karena tak mendengarkan nasehat Randa Bu-san dan Pendekar Laknat Siau-liong, akhirnya Lam-hay Sin-ni pun mengalami nasib serupa dengan Jong Leng lojin ialah diracuni Iblis-penakluk-dunia hingga hilang kesadaran pikirannya! "Apa perintah tuan!"seru Lam -hay Sin-ni. Sambil menuding dengan tangkai cambuk, Iblis-penaklukdunia memberi perintah. "Lekas tangkap hidup atau mati Pendekar Laknat!" Lam-hay Sin-ni mengiakan. Sekali kedua bahunya bergetar, tahu2 tubuhnya meluncur ke udara dan menerjang Siau-liong. 594 Saat itu Jong Leng lojin gelagapan. Ia tak mengerti mengapa ia sampai terpental dua langkah. Setelah biji matanya berputar-putar, dengan suara yang parau ia menggembur lalu maju menyerang lagi.

Siau-liong tahu juga kalau Lam-hay Sin-ni sedang menyerbu dari udara. Diam-diam ia kerahkan tenaga dalam Thian-kong-sin-kang lalu gunakan ilmu Menyusup suara berseru kepada Jong Leng, Lo-cianpwe, apakah engkau masih ingat ketika dirantai dalam bilik dibawah tanah itu?" Pada saat itu Lam-hay Sin-ni pun sudah tiba dan menghantam kepada Siau-liong. Anak muda itu pun menyambutnya dengan pukulan tangan kanan dalam jurus Angin-awan-berobah-warna. Kembali terdengar letupan dan baik Siau-liong maupun Lam-hay Sin-ni sama2 terhuyung-huyung mundur beberapa langkah. Sepanjang hidupnya, Lam-hay Sin-ni tinggal mengasingkan diri dipedalaman gunung. Jarang ia bertempur dengan orang. Dalam benaknya hanya terkilas suatu tujuan. Memperoleh ilmu sakti Thian-kong-sin -kang dan menjadi tokoh yang tiada tandingannya di dunia. Serupa dengan Jong Leng lojin tadi, rahib itu pun terkejut sekali karena dapat dipukul mundur oleh Pendekar Laknat. Tetapi oleh karena kesadarannya hilang, maka setelah deliki mata kepada Siau-liong, iapun terus hendak menyerang lagi. Sesungguhnya Siau-liong tak kurang menderitanya. Adu pukulan dengan Sin-ni itu menyebabkan matanya berkunangkunang, kepala pusing tujub keliling, darah bergolak-golak sehingga ia hampir tak kuat lagi berdiri tegak. 595 Ilmu sakti Thian-kong-sin-kang baru saja dipelajari. Boleh dikata hanya kulitnya saja. Adalah berkat otaknya yang cerdas dan pernah makan buah Im-yang-som serta minum darah binatang purba dalam perut gunung, maka dapat ia menggunakan tenaga sakti Thian-kong-sin-kang itu dengan hasil yang mengejutkan. Dua tokoh yang memiliki dua dari kelima tenaga sakti di dunia, sekaligus dapat dilawannya. Tetapi bagaimanapun juga, karena baru lapisan luar saja yang diketahuinya tentang ilmu Thian-kong-sin-kang itu, mau tak mau ia harus menderita sekali. Melihat Lam-hay Sin-ni hendak bergerak, dengan paksaan diri ia gunakan ilmu Menyusup suara membentak rahib itu Sin-ni. Apakah engkau masih ingat tujuanmu datang ketempat ini.... apakah engkau sudah tak menghendaki peta Giok-pwe tempat penyimpan kitab pusaka Thian-kong-pit-kip lagi?" Serupa dengan Jong Leng lojin, Lam-hay Sin-ni tertegun juga. Dipandangnya Siau-iong dengan mata berkeliaran dan pandang keheranan. Siau-liong tak banyak waktu untuk berpikir lagi. Ia tahu bahwa Lam-hay Sin-ni tentu juga menderita pembiusan seperti Jong Leng lojin. Untuk menyadarkan pikiran kedua tokoh itu, harus memerlukan waktu yang panjang. Tak mungkin dalam

hanya beberapa detik saja. Pada saat Lam-hay Sin-ni terlongong, Siau-liong cepat2 melakukan pernapasan untuk memulihkan tenaga. Pada saat Siau-liong adu pukulan dengan Jong Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni tadi, sambil duduk melakukan pernapasan untuk mengobati luka dalam, Ceng Hi totiang pun memperhatikan jalannya pertempuran itu. Ketika melihat Siauliong tidak menggunakan pukulan Bu-kek-sin-kang tetapi pukulan yang memancarkan kemilau emas dan berhasil 596 mengundurkan kedua tokoh lawannya, girang Ceng Hi bukan kepalang. Serentak ia bangkit dan gunakan Ilmu Menyusup Suara bertanya kepada Siau-liong. "Pendekar Laknat, pukulanmu tadi.... apakah bukan.... tenaga sakti Thian-kong-sin-kang....?" Sesungguhnya luka dalam yang diderita Ceng Hi totiang itu amat parah. Terdorong oleh luapan rasa girang, darahnya pun bergolak keras lagi. Buru-buru ia duduk kembali.... Siau-liong sendiri pun menderita luka dalam yang parah juga. Ia terpaksa tak menyahut pertanyaan Ceng Hi, melainkan terus laujutkan usahanya untuk memulangkan tenaga guna menghadapi kedua tokoh itu lagi. Sekalian orang gagahpun tertegun ketika menyaksikan Siau-liong adu pukulan dengan kedua tokoh sakti itu. Tetapi Harimau Iblis, Naga Terkutuk dan rombongan It Hang totiang tak mengacuhkan segala apa. Mereka tetap menyerang sehingga banyak dari rombongan orang gagah yang menjadi korban lagi. Jong Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni masih tetap tegak ditempatnya sambil merenung. Melihat itu Iblis-penaklukdunia segera tertawa nyaring lalu ayunkan cambuknya di udara. Mendengar suara geletar cambuk yang nyaring baik Jong Leng lojin maupun Lam-hay Sin-ni serempak berpaling ke arah Iblis-penakluk-dunia seraya meraung-raung aneh. Tiba-tiba mereka bergerak menghantam Siau-liong lagi! Siau-liong terkejut. Dengan menggembor keras ia gerakkan kedua tangannya, Tangan kiri dalam jurus Angin-awanberobahwarna dan tangan kanan dengan jurus MenjungkirTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 597 balikkan-matahari-rembulan untuk menangkis pukulan Jong Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni. Tar.... tar.... terdengar letupan dahsyat. Debu dan pecahan batu bertebaran keempat penjuru, angin menderu-deru keras. Tampak tubuh Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin bergoyang-goyang maju mundur beberapa kali. Sedang Siauliong jungkir balik sampai sepuluhan langkah jauhnya. Tetapi secepat itu ia dapat berdiri tegak lagi.

Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin tertegun. Tetapi pada lain kejap, mereka mulai menyerang lagi. Ceng Hi totiang cemas sekali. Tetapi ketika melirik ke arah Siau-liong, dilihatnya muka Pendekar Laknat itu tetap tenang. Hanya tubuhnya tidak henti-hentinya bergetar. Diam-diam Cen Hi totiang kucurkan keringat dingin. Tetapi ia sendiri sedang menderita luka parah, sukar untuk memberi pertolongan. Sekalipun rombongan orang gagah yang berkerumun disekitar barisan pohon Bunga itu berjumlah banyak tetapi mereka tak mungkin dapat membantu Siauliong. Apalagi mereka pun masih sibuk menghadapi amukan Harimau Iblis, Naga terkutuk dan rombongan It Hang totiang. Berturut-turut telah jatuh lagi beberapa korban pada rombongan orang gagah itu. Diam-diam Ceng Hi totiang menghela napas pedih. Ia tak dapat berbuat apa2 kecuali meramkan mata menunggu apa yang akan terjadi. Sebelum Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin bergerak, Siau-liong cepat mendahului menyerang dengan jurus Sebatang-tonggak-menyanggah-langit kepada Lam-hay Sin-ni. Sedang Jong Leng lojin dihantamnya dengan jurus Anginawanberobah-warna. 598 Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin masing-masing telah lepaskan lima kali pukulan. Dan Siau-liong menghadapinya dengan ilmu pukulan sakti Thian-kong-ciang yang belum difahami benar-benar. Pertempuran itu amat dahsyat sekali. Sinar kemilau emas dari pukulan Siau-liong itu bagai tebaran awan yang berarakarak kian kemari. Habis memukul. Siau-liong pun rubuh menggeletak di tanah. Sudut mulutnya mengumur darah. Keadaannya seperti orang tengah meregang jiwa. Kini kedua tokoh itu mulai menyerang lagi. Lam-hay Sin-ni dari kiri, Jong Leng lojin dari kanan. Tetapi jelas kedua tokoh itu terengah napas dan gemetar tubuhnya. Dengan susah mereka mengangkat sepasang tangannya untuk menghantam Siau-liong. Siau-liong pejamkan mata. Dadanya berombak naik turun. Rupanya dia seperti pelita kehabisan minyak. Hanya tinggal tunggu saat saja. Jumlah korban yang jatuh dalam pertempuran itu cukup banyak. Pihak Iblis-penakluk-dunia hanya kehilangan belasan anak buah yang mati. Tetapi anggauta barisan yang dipimpin Harimau Iblis dan Naga terkutuk masih utuh. Satu pun tak ada yang menjadi korban. Sedang difihak orang gagah, tak kurang dari dua tiga ratus yang binasa. Ceng Hi totiang tak dapat berbuat apa2. tak mungkin lagi ia dapat memimpin pertempuran lagi. Saat itu pertempuran

sudah mencapat detik2 yang kritis. Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka pasti akan memperoleh kemenangan besar. 599 Pada saat pukulan Jong Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni serempak akan melanda Siau-liong, sekonyong-konyong Iblispenaklukdunia bersuit nyaring. Rupanya suitan itu merupakan sebuah pertandaan karena nyatanya Jong Leng lojin dan Lamhay Sin-ni serempak menarik pulang pukulannya lalu loncat kembali ke kereta Iblis-penakluk-dunia. Pertempuran yang dahsyat seketika berhenti. Beberapa anak buah Iblis-penakluk-dunia pun segera kembali ketempat masing-masing. Sambil tertawa nyaring, tiba-tiba Iblis-penakluk-dunia ayunkan cambuknya. Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin segera menarik kereta. Kereta pun meluncur pesat sekali. Saat itu Ceng Hi totiang sudah ditolong oleh dua orang imam kecil. Dia terkejut menyaksikan tindakan Iblis-penaklukdunia. Toh Hun-ki dan keempat Su-lo dari partai Kon-tong-pay, ketua Kay-pang To Kiu-kong dan beberapa tokoh persilatan, sudah tak keruan rupanya. Dengan berlumuran darah mereka paksakan diri untuk menghampiri Siau-liong. Lu Bu-ki sitinggi besar yang menjadi pemimpin kaum Rimba Hijau daerah selatan, pelahan-lahan mengangkat bangun Siau-liong seraya berseru memanggil, Pendekar Laknat! Pendekar Laknat....!" Siau-liong masih sadar pikirannya. Pelahan-lahan ia membuka mata dan menghela napas. Tetapi begitu melihat kereta Iblis-penakluk-dunia meluncur, tiba-tiba Siau-liong menggembor keras lalu loncat bangun. 600 "Huak".... belum berdiri tegak ia sudah muntah darah dan terkulai rubuh lagi. Iblis-penakluk-dunia ayunkan cambuknya lagi dan keretapun berhenti tepat dimuka Siau-liong. Sambil memandang kesekeliling dengan wajah berseri puas, Iblis penakluk-dunia lalu menudingkan dengan cambuk kepada Siau-liong, bentaknya; Tua bangka Laknat!" Siau-liong berusaha untuk menggeliat dan paksakan diri memandang ke arah kereta lalu tersenyum dingin dan kemudian pejamkan mata tak mau menyahut. Iblis-penakluk-dunia tertawa meloroh, serunya, Laknat tua! Saat ini asal aku memberi perintah, engkau tentu mati.... tahukah engkau apa sebab aku tak mau membunuhmu!" Semula Siau-liong menduga kedatangan kereta Iblispenaklukdunia itu tentulah hendak membunuhnya atau paling tidak tentu akan menawannya. Tentulah iblis itu hendak menjadikan dirinya seperti Jong Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni. Maka diam-diam dia kerahkan tenaga dalam untuk bersiap

menghadapi tindakan lawan. Dia telah bertekad hendak mengadu jiwa. Tetapi ketika mendengar kata2 si iblis, terkesiaplah ia. Sekalipun terluka parah tetapi kesadaran pikirannya masih belum lenyap. Saat itu dengan dipapah oleh Lu Bu-ki dan Ton Hun-ki ia berusaha duduk. Melihat Siau-liong sudah begitu lemah, Iblis-penakluk-dunia tertawa nyaring, Laknat tua, ketahuilah bahwa jiwamu sudah tergantung ditanganku. Membunuhmu atau menjadikan engkau kaki tanganku, terserah pada kemauanku. Tetapi aku 601 dapat memberi pengecualian kepadamu. Tahukah engkau apa sebabnya?" Diam-diam tergerak juga hati Siau-liong. Kalau menilik keganasan iblis itu, tentulah ia sudah dibunuh. Dan apa pula sebabnya iblis itu tak menyebut-nyebut tentang peta Giok-pwe lagi? Adakah dia sudah tahu kalau kitab pusaka Thian-kongsinkang itu sudah dihancurkannya?" Tiba-tiba ia tersadar. Ah. tentulah kedua suami isteri itu tahu kalau anak perempuannya (Poh Ceng-in) telah ditawannya. Ya, tentulah mereka kuatir kalau anak perempuannya itu akan dibunuh! Tetapi dugaan itu cepat dihapusnya. Karena apabila Sohbeng Ki-su sudah melaporkan, tentulah Iblis -penakluk-dunia tahu bahwa yang membawa Poh Ceng-in keluar dari lembah itu bukanlah Pendekar Laknat melainkan Siau-liong dalam perwujutan sebagai Kongsun Liong ketua Kay-pang. Jelas Iblis-penakluk-dunia mau pun Dewi Neraka masih belum tahu bahwa Pendekar Laknat itu adalah penyamaran dari Kongsun Liong. Beberapa jenak tak dapat Siau-liong menduga apa yang dikehendaki Iblis-penakluk-dunia. Ia termenung-menung memikirkan itu. Melihat itu Iblis-penakluk-dunia segera gunakan ilmu Menyusup Suara kepadanya, Laknat tua, pernah kukatakan tempo hari bahwa engkau satu-satunya perintang dalam usahaku untuk menguasai dunia persilatan. Tetapi saat ini, jiwamu sudah berada dalam tanganku." 602 Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan pula, Tetapi aku tak mau mengandalkan beberapa manusia patung itu untuk meuguasai dunia persilatan.... Tiba-tiba iblis itu berhenti lalu memandang tajam ke arah Siau-liong. Sekalipun dalam kata-katanya iblis itu tak menyebut tentang ilmu sakti Thian-kong-sin-kang, tetapi Siau-liong duga iblis itu tentu sudah mengetahui bahwa dirinya sudah memiliki ilmu sakti itu. Dari tindakan Iblis-penakluk-dunia yang tak mau

segera membunuh atau menawannya. makin keraslah dugaan Siau-liong kalau iblis itu tahu bahwa kitab pusaka Thian-kongpitkip sudah berhasil dimilikinya dan dihancurkannya. Iblis itu tentu berusaha untuk mendapatkan pelajaran ilmu Thiankongsin-kang dari dia. Ia menggeliat dan berseru dengan tandas, Iblis tua, jangan mimpi.... Iblis-penakluk-dunia tertawa meloroh, Laknat tua, sekali pun engkau sudah memperoleh Thian-kong-sin-kang, tetapi saat ini engkau sudah tak mampu bertempur lagi. Dan lagi kalau tak salah, luka dalam yang engkau derita itu hanya memungkinkan engkau hidup tiga hari saja.... Iblis itu menutup kata2nya sambil mengangkat cambuk. Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin segera menarik kereta ketempat Ceng Hi totiang. Dengan isyarat cambuk, kereta itupun berhenti. Imam tua, apakah masih berani bertempur lagi!" ejek Iblis-penakluk-dunia dengan tertawa. Tubuh Ceng Hi totiang berlumuran darah, wajah pucat lesi dan mata merah membara. Dengan mata memancar dendam 603 kemarahan, ia menatap Iblis-penakluk-dunia lalu kerahkan tenaga berseru, Selama hayat masih dikandung, jangan harap engkau mimpi dapat melaksanakan angkara murkamu.... Iblis-penakluk-dunia tertawa nyaring, Saat ini, asal kuberi perintah, berapapun jumlah jago2 silat yang engkau bawa, dalam waktu dua jam saja tentu akan ludas.... Memandang kesekeliling mayat2 jago silat yang menumpuk bukit, Ceng Hi totiang tundukkan kepala lalu memandang ke arah sisa rombongannya. Ia tahu bahwa Iblis-penakluk-dunia itu memang tidak main gertak. Kenyataan dengan jumlah yang begitu besar tetap kalah melawan gerombolan iblis itu. Dia dan Pendekar Laknat saat itu telah menderita luka parah. Jika melanjutkan pertempuran tentu hancur. Maka ia hanya mendengus tak mau menyahut tantangan Iblispenaklukdunia. Iblis itu tertawa dan berkata pula, Tetapi sekalipun siasatku ganas, aku tak bermaksud hendak membunuh kalian habis-habisan. Karena aku masih memerlukan bantuan tenaga kalian.... Tiba-tiba wajah iblis itu mengerut gelap lalu berteriak keras, Akan kubebaskan kalian pergi. Tetapi dalam waktu tiga hari kalian semua harus menuju kepuncak gunung Gobi, mendirikan sebuah panggung. Menyediakan daftar nama dari seluruh anggauta partai persilatan, baik golongan Hitam maupun Putih, kaum dunia persilatan mau pun Rimba Hijau (penyamun ). Setiap partai harus mengajukan sebuah wakil untuk memimpin rombongan masing-masing. Pada hari ke-4

tengah hari, aku akan datang kesana. Pada saat itu tak peduli siapa saja tanpa memandang kedudukan, harus sudah menyambut dikaki gunung. Saat itu dunia persilatan akan 604 kupersatukan dibawah pimpinanku. Jika kalian menolak, dalam tiga bulan, dunia persilatan pasti akan berlimpah darah, mayat2 berserakan membusuk.... Menuding kepada Ceng Hi totiang, iblis itu berseru pula, Tugas itu engkaulah yang memimpin penyelenggaraannya. Jika tak sesuai dengan permintaanku tadi, akibatnya engkau dapat memikirkan sendiri!" Iblis-penakluk-dunia menutup kata-katanya dengan tertawa panjang lalu ayunkan cambuk memberi perintah kepada Lamhay Sin-ni dan Jong Leng lojin supaya menarik kereta lagi. Kereta itu cepat sekali menuju ke dalam mulut jalanan. Harimau Iblis, Naga Terkutuk, It Hang totiang dan berpuluh-puluh kaki tangan kedua suami isteri iblis itu, segera mengikuti di belakang kereta. Tak berapa lama mereka lenyap dari pandangan. Saat itu hari sudah petang. Sisa rombongan orang gagah sibuk mengangkati mayat dan menolong yang terluka. Pemandangan saat itu sungguh memilukan hati. Dengan dipapah oleh kedua imam kecil, Ceng Hi totiang melangkah pelahan-lahan kemuka Siau-liong, Pendekar Laknat.... -serunya pelahan. Beberapa butir airmata menitik turun dari pelupuk jago tua itu. Siau-liong pun bangun berdiri dibantu Lu Bu-ki dan Toh Hun-ki. Ia menghela napas, To-tiang.... Pemuda itupun tak dapat melampiaskan kata-katanya karena tersendat oleh rasa harunya. Setelah menghapus airmata, Ceng Hi totiang berkata pula, Kata-kata saudara tadi memang benar. Rupanya harapan dari 605 dunia persilatan telah hancur di tangan ku.... ia menghela napas dan geleng2 kepala. Setelah mengambil pernapasan beberapa saat tadi, kini semangat Siau-liong sudah bertambah segar. Sahutnya, Sekalipun saat ini kita menderita kekalahan tetapi sebagian besar dari inti kekuatan kita, masih belum hancur. Hendaknya totiang lekas mempersiapkan rencana lagi untuk menghadapi keadaan bahaya ini. Sekalipun Iblis-penakluk-dunia itu suruh kita mengumpul seluruh kaum persilatan berkumpul digunung Go-bi nanti tiga hari lagi, tetapi dia tentu tetap mengawasi gerak-gerik totiang. Jika mengetahui totiang tak mau melaksanakan perintahnya, kemungkinan sebelum tiga hari dia tentu sudah turun tangan kepada totiang!" Ceng Hi totiang kerutkan dahi dan merenung sampai beberapa saat. Ah, kemungkinan aku akan datang ke Gobi....

, " kata imam tua itu. Siau-liong terkejut. Tetapi sebelum ia membuka mulut, Ceng Hi totiang sudah bertanya pula, Adakah Pendekar Laknat menderita luka parah?" Sampai beberapa saat Siau-liong tak dapat menjawab. Setelah mengambil napas barulah ia tahu keadaan lukanya. Apa yang dikatakan Iblis-penakluk-dunia memang benar. mungkin dia hanya dapat hidup 3 hari saja. Aku masih dapat bertahan," katanya. Demi menyelamatkan kaum persilatan, saudara telah berjoang mati-matian. Atas nama seluruh dunia persilatan, kuhaturkan terima kasih tak terhingga kepada saudara!" kata Ceng Hi. 606 Siau-liong hanya tersenyum getir dan mengatakan tak usah Ceng Hi totiang begitu sungkan. Tiba-tiba ia teringat suatu hal yang penting. Cepat ia berpaling dan bertanya kepada sitinggi besar Lu Bu-ki, Tolong saudara selidiki apakah Ti Gong taysu sudah kembali.... Lu Bu -ki mengiakan. Tetapi baru ia hendak pergi, seorang paderi baju kelabu yang sejak tadi berdiri diam didekat situ segera melangkah maju seraya memberi salam, Suhuku yang mendapat perintah untuk menyelidiki orang aneh yang menyelundup ke dalam terowongan dibawah tanah itu, sampai saat ini belum kembali. Menurut laporan yang kami terima, karena hendak merebut seorang wanita baju merah, suhu telah bentrok dengan paderi Liau Hoan Wanita baju merah itu telah dilarikan paderi Liau Hoan dan suhu bersama rombongannya segera melakukan pengejaran!" "Hai. apakah Liau Hoan siansu juga datang?" Paderi itu cepat menyahut, Kabarnya beliau datang karena hendak membantu pertempuran. Tetapi entah mengapa, dia malah berhantam sendiri dengan suhu karena berebut tawanan wanita baju merah itu.... Ceng Hi totiang menghela napas, ujarnya; Lekas suruh orang mengejar jejak mereka. Nasehatilah suhumu agar jangan menggunakan kekerasan dan undanglah Liau Hoan siansu kemari!" Paderi itu mengiakan dan segera hendak melakukan perintah. Tetapi Siau-liong mencegah; Tunggu dulu.... Ceng Hi totiang suruh orang itu berhenti lalu menanyakan apakah Siau-liong masih mempunyai perintah lain. 607 Tawanan wanita baju merah itu amat penting sekali artinya. Semula ia jatuh ditangan imam Go-bi-pay maka kuminta tolong pada Ti Gong taysu untuk memintanya kembali." Siau-liong kerutkan dahi. Napasnya terasa memburu keras. Diam-diam ia menimang, Rasanya lukaku sudah tak

ada harapan sembuh lagi. Rombongan Ceng Hi totiang menderita kekalahan. Sedang difihak Iblis-penakluk-dunia ternyata mempunyai tenaga2 sakti seperti Jong Leng lojin, Lam-hay Sin-ni, Harimau Iblis, Naga Terkutuk dan It Hang totiang. Kesadaran pikiran mereka sudah dilenyapkan oleh Iblis-penakluk-dunia sehingga mau melakukan segala perintah iblis itu. Jika melanjutkan pertempuran, terang pasti hancur. Kini satu-satunya senjata untuk menguasai kedua iblis itu hanyalah diri anak perempuannya!" Kemudian Siau-liong teringat pula. Bahwa jika dirinya mati saat itu, Poh Ceng-in pun tentu segera ikut mati karena racun Jong-tok itu. Bila terjadi begitu, tentu tak berhasil menjadikan Poh Ceng-in sebagai senjata untuk menekan Iblis-penaklukdunia dan Dewi Neraka. Setelah membayangkan kemungkinan2 itu, berkatalah Siau-liong lebih lanjut, Wanita baju merah itu sebenarnya adalab anak perempuan dari Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka. Karena hanya mempunyai seorang puteri tunggal, kemungkinan wanita itu dapat dijadikan sandera untuk menekan kedua iblis. Totiang.... Mendengar itu berserilah wajah Ceng Hi totiang dengan riang, Kalau begitu segera akan kukirim jago2 sakti. Asal belum diketahui kedua suami isteri iblis, tentulah dapat menawan wanita itu!" "Tetapi wanita itu paling lama hanya dapat hidup 5 hari. Harap totiang dapat menggunakan kesempatan itu sebaikbaiknya, "kata Siau-liong pula. 608 Mengapa saudara tahu begitu jelas?" Ceng Hi totiang terkejut heran. Siau-liong tertawa rawan; Apa yang kukatakan tadi semua memang kenyataan. Kuharap totiang jangan mendesak dengan pertanyaan lebih jauh.... habis berkata Siau-liong paksakan diri untuk berdiri, lalu berkata pula, Aku merasa amat menyesal sekali karena tak dapat memberi bantuan kepada totiang lebih lanjut. Maka saat ini terpaksa aku hendak minta diri!" Anda hendak kemana?" Ceng Hi totiang makin kaget. Siau-liong tertawa hambar, Masih ada lain urusan penting yang hendak kukerjakan. Tak tentu arah yang hendak kutuju. Mungkin kita tak akan berjumpa lagi!" -ia terus bergeliatan hendak ayunkan langkah. Ceng Hi totiang cepat memberi isyarat agar Toh Hun-ki dan Lu Bu-ki mencegah Siau-liong. "Memang aku tak dapat memaksa saudara hendak melakukan urusan yang lain. Tetapi saat ini saudara sedang menderita luka parah, Kurang baik kalau berjalan jauh. Tak jauh dari sebelah luar lembah ini terdapat sebuah tempat yang baik untuk bsristirahat. Harap saudara suka beristirahat disitu

untuk merawat luka saudara dulu." Juga sitinggi besar Lu Bu-ki dan Toh Hun-ki ikut membujuk, Pendekar Laknat menderita luka berat, baiklah jangan pergi seorang diri dulu!" Habis berkata entah Siau-liong setuju atau tidak, kedua orang itu terus memapahnya menuju keluar barisan pohon Bunga dan tiba disebuah lamping gunung yang terdapat 609 beberapa kubu. Mereka masuk ke dalam sebuah kubu yang besar dan beristirahat disitu. Karena sungkan atas kebaikan kedua orang itu. Siau-liong terpaksa mau juga duduk bersemedhi di atas sebuah permadani. Sedang Lu Bu-ki dan Toh Hun-ki pun juga pejamkan mata menyalurkan tenaga dalam. Beberapa saat kemudian ketika Siau-liong membuka mata, dilihatnya bulan bersinar terang benderang. Saat itu barulah ia teringat kalau malam itu tanggal 15 bulan 8. Para ketua partai persilatan dan tokoh2 ternama dalam rombongan Ceng Hi totiang itu ber-bondong2 mengunjungi kubu. Mereka menjenguk keadaan Siau-liong. Terhadap Pendekar Laknat, mereka menaruh perindahan yang tinggi. Ceng Hi totiang karena menderita luka dalam yang parah, tak dapat datang sendiri dan melainkan mengirim muridnya untuk menjenguk sampai tiga kali. Sepenanak nasi lamanya, Siau-liong duduk terkulai seperti tertidur. Toh Hun-ki dan Lu Bu-ki keluar pelahan-lahan. Saat itu lapangan pertempuran di barisan pohon Bunga sudah bersih. Korban2 yang mati sudah ditanam. Hanya yang terluka masih terdengar mengerang kesakitan.... Siau-liong berusaha untuk bangkit dan mencoba berjalan beberapa langkah. Ternyata ia merasa kuat. Maka iapun segera melangkah keluar. Ternyata diluar kubu dijaga oleh dua orang imam. Kedua imam itu buru-buru lari menghampiri. Tetapi Siau-liong memberi isyarat supaya mereka mundur. Kemudian ia berjalan ke belakang kubu. Di belakang kubu 610 terdapat hutan. Karena melihat penjagaan disitu tak berapa banyak, ia segera masuk ke dalam hutan. Ternyata karena merasa dirinya pasti mati, Siau-liong akan menghindari orang terutama Ceng Hi totiang, agar mereka jangan sampai tahu siapakah sebenarnya dirinya itu. Pikirnya Mawar Putih yang terjebak dalam Lembah Semi itu tentu terancam jiwanya. Kemungkinan besar bahkan sudah binasa. Dengan begitu tak mungkin lagi ia dapat berjumpa dengan ibunya diseberang lautan. Ah, ia merasa menjadi seorang anak yang tak berbakti.... Juga Tiau Bok-kun, entah bagaimana nasibnya. Sedang dia masih balum dapat menunaikan kewajiban2 yang telah

dipikulnya. Dari sekian banyak kewajiban, satu-satunya yang baru dapat diselesaikan ialah memulihkan nama baik Pendekar Laknat! Pada lain kilas ia teringat akan pesan Koay suhu atau Pendekar Laknat yang mengajarkan padanya dua buah hal: B u n u h dan, B e n c i . Tetapi sekalipun ia dapat membunuh Soh-beng Ki-su yang telah membunuh Pendekar Laknat itu, juga ia tak dapat memenuhi pesan Pendekar Laknat untuk mewakilinya bertemu dengan Randa Bu-san pada nanti pertengahan musim rontok. Karena dalam beberapa hari ini ia pasti sudah mati. Ah, bagaimanakah nanti ia ada muka untuk bertemu dengan arwah Pendekar Laknat dialam baka! Selain itu, iapun masih gelisah memikirkan tentang ilmu sakti Thian-kong-sin-kang. Tentulah menjadi harapan dari Tio Sam-hong yang menciptakan buku pusaka Thian-kong-sinkang bahwa kelak tentu akan terdapat seseorang yang berhasil menemukan simpanan kitab pusaka itu lalu 611 dikembangkan untuk menyelamatkan dunia. Tetapi ah, sebelum ia dapat mempelajari kitab pusaka itu, ia harus sudah mati. Dan lagi kitap pusaka itu sudah terlanjur dihancurkan. Dengan demikian ilmu sakti nomor satu di dunia bakal lenyap untuk selama-lamanya! Dengan pikiran yang tak keruan itu, tibalah ia di tepi sebuah anak sungai. Ia berhenti lalu pelahan-lahan menanggalkan pakaian Pendekar Laknat. Sambil melipatnya pakaian ia menimang, Ah, sejak saat ini Pendekar Laknat dan Kongsun Liong akan lenyap selama-lamanya dari dunia.... Karena letih sekali, ia duduk di tepi anak sungai itu. Tibatiba terdengar kesiur angin dan pada lain saat sesosok bayangan melesat datang. Siau-liong terkejut ketika mendapatkan pendatang itu adalah puteri dari Randa Bu-san, dara baju hijau yang pernah bertempur dengannya tempo hari. Dara itu terkesiap memandang Siau-liong, tegurnya, Eh, bukankah engkau bersama dengan taci Mawar Siau-liong mengangguk, Benar, tempo hari kami membikin repot nona dan bibi.... Diam-diam Siau-liong bersyukur karena sudah melucuti pakaiannya Pendekar Laknat. Kalau tidak, tentulah ia mati ditangan dara itu. "Apakah engkau bertemu dengan taci Mawar?" tanya dara itu pula. Tidak," sahut Siau-liong rawan. 612 Hai, kemana sajakah dia?" seru dara itu dengan banting2 kaki, sudah beberapa hari aku dan ibu mencarinya tetapi tak

ketemu.... Belum Siau-liong membuka mulut, dara itu berkata lagi Tetapi kutahu ia hendak mencarimu!" Siau-liong mengucurkan beberapa titik air mata, katanya, Ah, mungkin kita takkan berjumpa lagi untuk selama lamanya!" Dara itu tebeliak dan memandang Siau-liong beberapa saat. Sekonyong-konyong ia berteriak; Mengapa? Apakah engkau terluka? Siau-liong mengangguk; "Ya, luka berat yang pasti membawa maut!" Dara baju hijau itu memandang lekat, Tak apalah, mamahku dapat mengobatimu!" Siau-liong menghela napas. Pada saat hendak berkata tibatiba terdengar kesiur sesosok tubuh berlari secepat angin mengarah datang. Dibawah sinar rembulan, tampak sosok tubuh hitam itu melayang ke udara bagaikan seekor burung rajawali lalu menukik turun menerjang. Siau-liong terkejut sekali. Dia sudah tak punya daya melawan lagi. Dan orang itu hebat sekali gerakannya. Siauliong tetap tenang saja. Ia merasa sudah dekat ajal, tak perlu melawan. Karena malawan pun pasti sia-sia.... Ibu....!" tiba-tiba dara itu melengking girang. 613 Ternyata pendatang itu memang Randa dari Bu-san. Setelah memandang beberapa jenak kepada Siau-liong, bertanialah wanita sakti itu kepada puterinya, Apakah sudah menemukan jejak tacimu Mawar" Dara itu gelengkan kepala, Belum, tetapi disini berjumpa dengan dia yang pergi bersama taci Mawar....-ia berpaling ke arah Siau-liong lalu berkata pula; "Dia terluka, bu.... obatilah!" Karena rasa kejut tadi, darah Siau-liong bergolak keras sehingga ia tak kuat berdiri lagi dan duduk tak berkutik. Lo-cianpwe, maaf karena menderita luka aku tak dapat menyambut dengan berdiri," kata Siau-liong. Randa Busan itu hanya mendengus lalu menatapnya tajam, Dimanakah puteriku angkat itu." Siau-liong tak bisa bohong. Tetapi ia tidak enak kalau mengatakan Mawar Putin telah ditawan Soh-beng Ki-su. Maka sampai beberapa jenak ia tergagap-gagap tak dapat bicara. Adalah dara baju hijau yang mewakili memberi keterangan bahwa Siau-liong tak berjumpa dengan Mawar Putih. "Bagaimana engkau tahu!" bentak wanita kepada puterinya. Dara itu tersipu-sipu merah mukanya lalu tundukkan kepala tak berani bicara lagi. Randa Busan itu geleng2 kepala, ujarnya; "Aku mengerti ilmu perbintangan. Sekalipun engkau tak bilang tetapi aku

dapat mengetahui juga." 614 Ditatapnya wajah Siau-liong dengan tajam lalu bertanya pula; "Anak itu tak menghirau keselamatan jiwanya lagi, demi amat mencintaimu. Tetapi sebaliknya engkau tanpa kasihan membiarkan dia tercengkeram bahaya. Apakah engkau merasa perbuatanmu itu bukan suatu perbuatan orang yang bermoral tipis?" Dengan kata-kata itu tampaknya Randa Bu-san sudah seperti melihat sendiri peristiwa So-beng Ki-su menawan Mawar Putih. Ah, aku.... Siau-liong menghela napas sedih dan sesal. Ia tak dapat melanjutkan kata-katanya karena tersekat oleh air matanya yang bercucuran. Perlu apa menyesal, toh sudah terlambat....!" dengus Randa Bu-san. Kemudian ia bersenandung; Ratna pecah, bunga gugur bukan tiada sebabnya Peristiwa lampau yang hampa, sukar diimpikan pula Sungguh menggelikan sekalilah wanita yang gila asmara Mengapa mencintai kemati-matian pria yang berhati culas. Habis besenandung, Randa Bu-san itu juga menghela napas sendiri. Seperti tersinggung hatinya oleh suatu kesedihan dalam lubuk nuraninya. Seolah-olah pada malam purnama ditengah hutan belantara yang suuyi, ia menumpahkan isi hatinya.... Sejenak memandang ibu dan Siau-liong, bertanialah dara itu kepada Randa Bu-san, Menurut perhitunganmu, kemanakah taci Mawar sekarang ini?" Randa Bu-san yang sedang terbenam dalam kenangan masa lampau, agak terkejut mendengar pertanyaan puterinya itu. Memandang sejenak kepada Siau-liong. ia menyahut, 615 Menurut ilmu petangan, dia berada dalam bahaya. Tentulah ia terjebak dalam Lembah Semi. Sekali pun belum binasa tetapi kesempatan lolospun hanya sedikit. Dan lagi menurut petangan itu.... Ia menuding Siau-liong dan berseru marah; "Kesempatan hidup dari tacimu itu hanya tergantung padanya! Tetapi ternyata dia enak2 tak mau mengacuhkan sehingga kemungkinan hidup tacimu Mawar pasti lenyap!" Dara baju hijau kerutkan kening. Tampaknya ia sedang dicengkam oleh rasa sedih dan marah. Dipandangnya Siauliong yang berlumuran darah dan pucat itu beberapa saat. Entah bagaimana timbullah rasa kasihan kepada pemuda itu. "Mungkin karena hendak menolong taci Mawar maka ia sampai menderita luka begitu parah.... katanya. Dan cepat2 ia bertanya kapada Siau-liong, Hai, bukankah begitu?" Siau-liong paksakan diri mengangkat muka. Baru ia hendak

bicara, Randa Busan sudah mendengus, Mungkin dia memang mempunyai maksud begitu tetapi tanpa disadari dia telah mensia-siakan kesempatan yang bagus. Saat ini jiwanya sendiri terancam, mana bisa membicarakan lain-lain soal!" Siau-liong tegang sekali. Dengan terengah-engah ia berkata, Ramalan lo-cianpwe sungguh tepat sekali. Sekali pun nona Mawar sudah tertawan di Lembah Semi tetapi dia sudah seperti adikku sendiri. Aku rela hancur raga asal dapat menyelamatkan jiwanya. Pada saat itu jika tak terpaksa oleh keadaan, masakan kubiarkan dia tertawan musuh.... Siau-liong menghela napas lalu kuatkan diri melanjutkan berkata, Memang, saat ini aku sudah hampir mati. Hanya dendam penasaran yang terkandung dalam kematianku nanti. 616 Adik Mawar dan lo-cianpwe dapat memaafkan diriku atau tidak, aku pun tak dapat berbuat sua u apa lagi!" Kerena rasa tegang dan duka, darah dalam tubuh Siauliong bergolak menyungsang. Dia muntah darah lagi dan rubuh. Si dara baju hijau hendak menolongnya tapi tak jadi dan berpaling ke belakang, "Ibu.... Randa Bu-san yang tegak disamping, membentaknya; Mengapa!" "Betapapun halnya dia adalah pemuda yang hendak dicari taci Mawar.... Apalagi dia saat ini sedang menderita luka parah. Adakah kita sampai hati untuk melihatnya saja?" seru si dara. Manusia yang tipis budi, lupa kasih semacam dia, mati atau hidup sama saja!" sahut Randa Bu-san. Tetapi anehnya, ia pelahan-lahan menghampiri Siau-liong. Lalu berjongkok dan mulai memeriksa keadaan pemuda itu. Sesaat kemudian ia berbangkit seraya gelengkan kepala, Luka keliwat parah sekali. Sudah tak dapat ditolong lagi....!" Hai!" si dara menjerit kaget, tadi saja ia masih dapat berjalan dan bicara, Mengapa dalam beberapa detik saja sudah tak dapat ditolong....!" Randa Bu-san tak menghiraukan kata2 puterinya. Ia berjongkok lagi memeriksa Siau-liong. Mulutnya mengingau seorang diri, Aneh! Urat jantungnya sudah putus dan isi dadanya sudah berhenti bekerja tetapi mengapa dia belum mati!" 617 Memang sekalipun menggeletak tak ingat diri, tetapi dada Siau-liong masih berombak keras. Suatu pertanda bahwa pernapasannya masih belum berhenti. Lebih mengherankan lagi ternyata alat pendengarannya masih tajam. Ia membuka mata memandang Randa Bu-san dengan pandang mata yang penuh dendam penasaran.

Randa Bu-san menatap tajam, lalu berkata seorang diri lagi, Benar, rupanya hatimu masih penasaran sehingga hawa murni dalam dadamu membeku tak mau cair.... Ai, sayang denyut urat nadimu sudah tak ada. Betapa pun engkau hendak paksakan diri tetapi tentu tak dapat tahan lama....!" Siau-liong membuka mata lebar2, mencurah kemuka wanita itu. Bibirnya bergerak-gerak tetapi tak dapat mengeluarkan kata2. Randa Bu-san berbangkit dan berkata dengan nada heran, Benar-benar suatu hal yang belum pernah kusaksikan selama hidup.... Wanita itu tegak terlongong-longong. Sedang si dara baju hijau terkejut. Dalam anggapannya, ibunya itu seorang wanita yang all round alias tahu segala apa. Selama ini belum pernah ia melihat ibunya sedemikian sikapnya, ragu2 dan heran. Apalagi berkali-kali ibunya mengoceh seorang diri. Akhirnya tak sabar lagilah dara itu, tanyanya, Bu, bagaimanakah keadaannya? Apakah dia benar-benar sudah tak dapat ditolong lagi?" Randa Bu-san tertawa getir, Ibu sendiri pun heran. Dia tidak seperti manusia biasa.... Menilik lukanya, dia tentu sudah 618 mati. Tetapi dia masih hidup bahkan ingatannya masih terang sekali!" Memang saat itu Siau-liong sudah tak dapat bicara. Hanya matanya yang masih berkilat-kilat bergantian memandang Randa Bu-san dan si dara baju hijau. Tiba-tiba dara baju hijau itu berpaling dan berseru. Bu, tolonglah dia! Lihatlah, betapa kasihan sekali dia itu....!" Randa Bu-san mendengus, Ling, mengapa engkau hari ini? Mengapa terus mendesak ibu supaya menolong pemuda yang tak berbudi?" "Aku memikirkan kepentingan taci Mawar.... kata si dara lalu tundukkan kepala. Randa Bu-san menghela napas panjang; Mungkin ibu akan berusaha untuk menolongnya. Meskipun belum pasti dapat menyelamatkannya tetapi akan kucoba juga.... Sesaat berhenti, ia berkata pula, "Hanya sayang tacimu Mawar tak berada disini sehingga kita berdua tak berdaya menolongnya!" Mengapa? Apakah taci Mawar yang dapat menolongnya? Masakan.... Tiba-tiba wajah wanita itu mengerut bengis dan membentaknya, Jangan banyak tanya, mari kita pergi!" Sudah tentu si dara terkejut melihat sikap ibunya yang begitu bengis. Belum pernah sebesar itu ia mendengar ibunya bicara begitu bengis seperti saat itu. Sejenak ia memandang lagi ke arah Siau-liong lalu cepat2 menyusul ibunya.

619 Baru berjalan dua langkah, ternyata Randa Bu-san menyadari bahwa sikapnya terhadap anaknya tadi keliwat bengis. Maka ia menepuk bahu si dara dan berkata dengan lembut. "Obat mujijat hanya untuk orang yang belum takdirnya mati. Pintu agama hanya terbuka kepada orang yang berjodoh. Apabila seseorang sudah ditakdirkan mati, siapapun tak mungkin dapat menolongnya!" Dara itu mengangguk kepala tak menyahut. Tetapi diamdiam ia mencuri kesempatan untuk berpaling ke belakang. Dilihatnya Siau-liong masih terkulai di tanah.... Sepasang matanya masih memandang ke arahnya. Dari sinar rembulan jelas dara itu dapat melihat, betapa putus asa hati Siau-liong yang dipancarkan dari pandang matanya itu.... Tak terasa hidung dara itu basah dan matanya bercucuran air mata.... Sesaat kemudian ia terkejut sendiri. Ia merasa heran mengapa sampai kehilangan peribadi. Mengapa ia harus mencucurkan air mata untuk pemuda itu, Bukankah ia tak mempunyai hubungan apa2! Dengan kuatkan hati dara itu segera menyusul ibunya. Tetapi entah bagaimana, beberapa saat kemudian, hatinya kembali terasa pepat. Seolah-olah tertindih oleh sebuah batu besar. Tak tahu ia, apa sebabnya. Makin keras hendak melupakan makin keras ia teringat lagi.... Tiba-tiba ia terkejut karena bahunya ditepuk oleh ibunya. Ternyata Randa Bu-san melesat keluar dari balik sebuah batu besar dan menepuk bahu puterinya. Dan habis menepuk Randa Bu-san terus loncat ke balik sebuah batu. Dara itupun cepat2 menyusul ibunya. 620 "Ada orang disebelah sana.... bisik Randa Bu-san. Dan menurut arah yang ditunjuk ibunya. si dara memang melihat sesosok bayangan sedang menyusur tepi sungai berjalan ke arah tempat mereka. Tetapi orang itu masih berada pada jarak dua tombak lebih jauhnya. Orang itu berjalan pelahan sekali sehingga beberapa waktu kemudian baru tiba didekat tempat Randa Bu-san dan puterinya bersembunyi. Makin dekat makin jelaslah perwujutan orang itu. Rambutnya terurai kusut masai. Pakaiannya berlumuran debu dan lumpur. Rupanya sudah beberapa hari tak dandan. Sepasang matanyd berkeliaran memandang kekanan kiri dan berjalan dengan langkah amat pelahan. Sepintas pandang ditengah hutan belantara pada malam yang sunyi, orang itu mirip dengan sesosok hantu yang keluar dari kuburan. Tiba-tiba Randa Bu-san memungut sebutir batu lalu

dilemparkan ketempat Siau-liong berbaring. Batu itu tepat jatuh dionggok batu yang terletak disamping Siau-liong. Sekalipun tak keras, tetapi karena malam sunyi sekali, batu itu pun mengeluarkan bunyi yang cukup terdengar jelas. Orang yang datang itu yang ternyata seorang gadis, terkejut dan serentak berhenti lalu pasang telinga. Dengan seksama ia memandang ke arah bunyi batu jatuh tadi. Tetapi karena tubuh Siau-liong kebetulan teraling oleh tumpukan batu, maka ia tak dapat melihatnya. Setelah tertegun beberapa jenak, barulah ia melangkah ketempat onggok batu itu. 621 Ketika si dara baju hijau mencuri lihat, dilihatnya gadis yang tak keruan keadaannya itu ternyata memiliki raut wajah yang cantik sekali. Rambul kusut masai, pakaian kotor, hanya seperti tebaran awan yang menutup sang rembulan. Dibalik awan itu merupakan Dewi Rembulan yang cantik gilang gemilang. Demikian dengan keadaan nona itu. Rupanya gadis itu mengetahui tubuh Siau-liong. Ia berjongkok memeriksanya dan seketika menjeritlah ia, Siauliong! Oh, Siau-liong.... Ratap tangis berhamburan tersedu-sedu. Melihat itu wajah Randa Bu-san berseri girang, bisiknya, Mungkin dia memang belum ditakdirkan mati.... Cepat ia menarik tangan puterinya lalu diajak menghampiri. Karena terbenam dalam kesedihan besar, rupanya gadis itu tak mengetahui kedatangan kedua ibu dan anak. Apakah dia sudah mati?" tiba-tiba Randa Bu-san menegur. Nona itu tersentak kaget seraya cepat2 berbalik diri. Tetapi rupanya ia tercengkam dalam kedukaan, Habis melihat Randa Bu-san dan si dara baju hijau, ia kembali berputar tubuh lagi dan menangisi Siau-liong. Siau-liong, mengapa engkau mati begini mengenaskan sekali.... Dara baju hijau terkejut. Cepat ia mengawasi Siau-liong. Tampak sepasang mata pemuda itu menutup rapat seperti orang mati. Hai, apakah engkau tak mendengar pertanyaan ibuku?" bentaknya. 622 Nona berhenti menangis lalu berputar tubuh, serunya; Mungkin sudah tak dapat ditolong lagi!" Asal dia masih bernapas, ibuku tentu dapat menolong!" sahut si dara. Nona itu tertegun lalu cepat2 menempelkan jarinya kemulut Siau-liong. Setelah itu ia ber-lutut dihadapan Randa Bu-san seraya meratap, Dia masih hidup, harap lo-cianpwe suka menolongnya....!"

Randa Bu-san menghela napas. Ia berjongkok memeriksanya. Kaki dan tangan Siau-liong sudah kaku, matanya menutup rapat. Hanya tinggal napasnya yang masih kedengaran lemah. Randa Bu-san berbangkit lagi, katanya, Hawa murni yang berkumpul dibagian jantungnya sudah mulai memencar. Mungkin sukar ditolong lagi!" Nona itu menangis makin keras seraya meratap-ratap, Locianpwe, tolonglah.... tolonglah dia.... Randa Bu-san merenung. Tiba-tiba ia menutuk tiga buah jalan darah didada Siau-liong. Siau-liong tak membuat reaksi suatu apa. keadaannya seperti orang mati. Setelah ditutuk jalan darahnya oleh Randa Bu-san, napas Siau-liong malah berhenti sama sekali. Nona itu terkejut dan tertegun lalu tiba-tiba menangis gerung2. "Dia sudah mati! Engkaulah yang mencelakainya!" Dengan kalap gadis itu terus menyerang Randa Bu-san. Wanita itu mendengus dingin seraya mencengkeram siku 623 lengan kanan gadis itu. Sekali pijat, gadis itu tegak seperti patung. Separoh tubuh kesemutan. Randa Bu-san menatap gadis itu dengan pandang kasihan lalu lepaskan cekalannya, Denyut keenam inderanya sudah tiada, hawa dalam darahnya sudah kering. Jika hawa murni dalam jantung pun buyar, sekali pun dewa turun dan langit, juga sukar menolongnya lagi. Kututuk jalan darahnya untuk menutup hawanya agar dia masih dapat bertahan dua jam lagi.... Berhenti sejenak ia melanjutkan; Menilik keadaan lukanya, dia pasti mati. Sekali pun akan kucoba mengusahakan tetapi aku tak yakin dapat menolongnya!" Mendengar penjelasan Randa Bu-san, gadis itu serta-merta terus berlutut.... Diam-diam si dara baju hijau girang karena ternyata ibunya sudah meluluskan untuk menolong, Ia menghela napas lalu mundur kesamping memandang gadis yang tak dikenal itu. Randa Bu-san mengangkat bangun gadis itu; Apakah hubunganmu dengan dia? Mengapa engkau menangis begitu sedih?"-tanyanya. Aku dan dia.... dia pernah menolong jiwaku, aku.... Randa Bu-san menghela napas, Budi dan Cinta bercampur jadi satu. Engkau dan dia memang sukar terhindar dari hubungan Asmara, ketahuilah.... Dipandangannya wajah gadis itu lekat2, lalu Randa Bu-san melanjutkan pula. Ketahuilah, dia bukan seorang pemuda yang hanya mencintai seorang gadis saja. Engkau sukar terangkap jodohnya dengan dia!" 624

Namun gadis itu tanpa ragu2 berseru; Tak peduli dia memperlakukan diriku bagaimana, aku tetap akan membalas budinya!" Berkata Randa Bu-san dengan serius, Kalau engkau berkorban dan dia selamat, apakah engkau bersedia?" Tanpa bersangsi. gadis itu mengangguk, Aku bersedia!" "Karena engkau rela berkorban aku pun akan berusaha sungguh2.... kata Randa Bu-san lalu menunjuk Siau-liong dan berkata, Angkatlah tubuhnya pelahan-lahan!" Tanpa banyak bertanya, gadis itu segera melakukan perintah Randa Bu-san. Tubuh Siau-liong telentang lurus di atas kedua lengannya, Setelah itu Randa Bu-san lalu suruh sigadis mengangkut Siau-liong dan ikut ia pulang. Ditengah jalan bertanialah si dara baju hijau nama gadis itu. Aku bernama Tiau Bok-kun.... gadis itu menerangkan. Kedua pipinya tampak merah, ujarnya lebih lanjut, Ah, aku memang linglung sekali sehingga belum bertanya nama locianpwe dan taci.... Namaku Song Ling.... dara baju hijau itu menjawab," dan beliau adalah ibuku.... -habis berkata dara itu membisiki kedekat telinga Tiau Bok-kun, Asal ibu sudah meluluskan mengobatinya, dia tentu sembuh. Jangan kuatirlah!" Tiau Bok-kun memandang dara itu. Dua butir air mata menitik turun.... 625 Si dara baju hijau atau Song Ling tak dapat merangkai kata2 untuk menghibur. Maka dalam berjalan itu ia diam saja. Dalam pada itu karena kuatir Siau-liong akan tergoncang tubuhnya maka Randa Bu-san sengaja berjalan pelahan-lahan. Kira2 sepertanak nasi lamanya barulah mereka tiba dipondok gunung Bu-san. Saat itu sudah malam. Rembulan tertutup awan sehingga menimbulkan suasana yang rawan. Randa Bu-san suruh Tiau Bok-kun letakkan tubuh Siau-liong di atas balai2 bambu. Wanita itu cepat masuk ke dalam kamarnya dan tak lama keluar membawa baskom air panas berisi daun2 obat. Air brrwarna merah darah. Baskom itu diserahkan kepada Tiau Bok-kun beserta sebuah kain putih. Tiba-tiba Randa Bu-san membentak Song Ling, Bukan urusanmu, lekas keluar!" Song Ling tertegun. Terpaksa ia melangkah keluar. Setelah itu Randa Bu-san mengambil kursi dan duduk membelakangi balai2 tempat Siau -liong. "Tiau Bok-kun, karena engkau sudah ber-sungguh2 menolongnya, engkau harus menurut petunjukku!" Tiau Bok-kun mengiakan. Kalau begitu lekas engkau lucuti pakaiannya!" Tiau Bok-kun meragu. Sampai beberapa jenak ia diam saja.

Tetapi karena ia sudah mengatakan hendak mengorbankan diri demi menolong jiwa Siau-liong, masakan disuruh begitu saja ia sudah mogok? Apalagi.... Tanpa banyak pikir lagi, ia segera membuka pakaian Siau-liong yang berlumuran darah dan debu itu. 626 Benamkan kain ke dalam air lalu bersihkan kaki dan tangannya!" kembali Randa Bu-san memberi perintah. Kemudian Randa Bu-san mengeluarkan sebuah bungkusan sutera. Ternyata berisi 12 batang jarum perak. Lalu dipanggilnya Tiau Bok-kun, Hendak kulakukan pengobatan tusuk jarum untuk menghalau darah kental yang mengeram dalam kelima inderanya. Tetapi aku tak leluasa mengerjakan sendiri. Engkau harus melakukan petunjukku!" Ia menyerahkan bungkusan jarum kepada nona itu. Tiau Bok-kun bingung, Tetapi aku tak mengerti ilmu tusuk jarum, jika.... Tak apa, asal dapat mengenal letak jalan darah dengan tepat, tentu tiada berbahaya.... Belum sempat Tiau Bok-kun menjawab. Randa Bu-san sudah berkata lagi; Pertama kali, tusuklah jalan darah Thantiong didadanya!" Tiau Bok-kun tak berani berayal terus menghampiri ke balai2 tempat Siau-liong. Tusuk sampai 3 dim dalamnya!" seru Randa Bu-san pula. Dengan menindas tangannya yang gemetar, setelah menentukan letak jalan darah, akhirnya Tiau Bok-kun memberanikan diri menusuk jarum itu. Saat itu Randa Bu-san tetap duduk membelakangi. Tetapi rupanya ia seperti melihat apa yang dilakukan Tiau Bok-kun. Kembali ia memberi perintah pelahan-lahan, Yang kedua, tusuk jalan darah Tiong-kek-hiat dibawah pusarnya, sampai berdarah.... 627 Tiau Bok-kun pun melakukan perintah itu. Yang ketiga, tusuklah jalan darah Beng-bun di belakang pusar.... Yang keempat, jalan darah Ci-tong-hiat pada ketiak kanannya." Demikianlah dibawah petunjuk Randa Bu-san, Tiau Bok-kun telah melakukan pengobatan tusuk jarum pada tubuh Siauliong. Lebih kurang sepertanak nasi lamanya, barulah pengobatan itu selesai. Kepala Tiau Bok-kun basah kuyup dengan keringat. Tetapi ia dapatkan napas Siau-liong mulai agak keras, kaki dan tangannya pun tidak kaku lagi. Seri wajahnya mulai agak merah. Diam-diam nona itu girang dan cepat menghaturkan terima kasih kepada Randa Bu-san. Tetapi Randa Bu-san mengatakan bahwa pengobatan dengan tusuk jarum itu hanya dapat mencairkan hawa jahat

yang menyumbat peredaran jalan darahnya. Dapatkah hal itu menyembuhkan Siau-liong, ia masih belum yakin. Sudah tentu Tiau Bok-kun terkejut karena dugaannya bahwa Siau-liong sudah sembuh ternyata belum pasti. Mengapa tak lekas memakaikan pakaiannya lagi!" bentak Randa Bu-san. Tiau Bok-kun merah mukanya lalu buru-buru melakukan perintah. "Ling -ji!" Randa Busan memanggil puterinya. Song Ling muncul. Lebih dulu memandang ketempat Siauliong kemudian baru menghampiri ibunya, Randa Bu-san suruh dara itu mengambil sebuah cawan perak. Lalu wanita itu 628 mengeluarkan sebuah botol kecil dan menuang sebutir pil warna hitam diberikan kepada Tiau Bok-kun. Inilah pil Penyambung nyawa buatanku sendiri. Tetapi harus dicampur dengan segelas darah orang baru manjur. Maukah engkau memberikan darahmu untuknya?" Mau.... sahut Tiau Bok-kun. Saat itu Song Ling muncul dengan membawa cawan perak. Ternyata cawan itu dua kali besarnya dengan cawan biasa. Menyambuti cawan itu, Randa Busan lalu menyerahkan kepada Tiau Bok-kun; "Perlu secawan penuh!" Setelah menyambuti cawan itu dan diletakkan dimeja, tanpa bersangsi lagi, Tiau Bok-kun terus mengeluarkan badik dan membelek urat lengan kirinya. Darah mengucur deras ke dalam cawan. Tak berapa lama penuhlah cawan itu. Tiau Bok-kun sudah bertekad hendak menyelamatkan jiwa Siau-liong. Sekalipun menerjang lautan api, ia tetap akan melakukan. Tetapi karena darahnya keluar begitu banyak, kepalanya pun terasa pening mata ber-kunang2. Hampir saja ia rubuh. Untunglah Song Ling cepat memapah dan membalut lukanya. Randa Bu-san menghela napas. Memandang Tiau Bok-kun, mengambil cawan berisi darah lalu menghampiri ketempat Siau-liong. Pemuda itu masih pingsan. Lebih dulu pil hitam tadi disusupkan ke dalam mulutnya lalu dingangakan dan diminumi darah.... 629 Setelah cawan habis isinya, wanita Bu-san itu menghela napas, Aku hanya dapat mengobati sampai disini. Adakah dia dapat hidup kembali, tergantung pada nasibnya!" Tiau Bok-kun yang masih pucat wajahnya, tak berkedip mengawasi air muka Siau-liong Ternyata cepat sekali terjadi perobahan. Tak berapa lama wajah pemuda itu merah segar seperti orang sehat lagi. Kaki dan tangannyapun mulai dapat bergerak. Girang Tiau Bok-kun bukan kepalang. Serta-merta ia

membisiki telinga anak muda itu, Siau-liong, Siau-liong.... "Jangan menganggunya dulu!" bentak Randa Bu-san, sekalipun dia dapat sembuh tetapi paling tidak dua jam lagi baru sadar!" Tetapi serempak dengan kata2 wanita itu sekonyongkonyong Siau-liong mengerang dan terus menggeliat duduk. Sudah tentu wanita Bu-san kaget sekali. Cepat ia melesat kehadapan Siau-liong dan menatapnya seraya berkata seorang diri, Sungguh aneh! Benar-benar suatu keajaiban yang baru pertama kali ini kusaksikan seumur hidup! Mengapa anak muda ini memiliki tenaga murni yang sedemikian besarnya?" Siau-liong memandang kian kemari seperti tak mengerti apa yang telah terjadi pada dirinya. Pelahan-lahan matanya tertumbuk wajah Tiau Bok-kun, ia berteriak kaget, Nona Tiau, engkau.... Tiau Bok-kun juga terkejut girang. Cepat ia berpaling ke arah Randa Bu-san, Terima kasih atas pertolongan locianpwe!" 630 Locian.... pwe.... seru Siau-liong tersekat. Ia baru saja sembuh, darahnya masih belum normal. Karena diguncang oleh rasa kejut dan haru, bergolak lagilah darahnya. Seketika matanya gelap dan rubuhlah ia kembali. Tak jadi apa," cegah Randa Bu-san ketika Tiau Bok-kun hendak menolong Siau-liong. "tetapi biarpun dia mempunyai tenaga dalam yang tinggi, setelah menderita luka itu, harus beristirahat selama sepuluh sampai lima belas hari baru benarbenar sembuh.... Kemudian wanita itu berpesan, setelah Siau-liong tersadar, Tiau Bok-kun supaya membawanya pergi kesebuah tempat yang sunyi agar dapat beristirahat menyembuhkan lukanya. Saat itu fajar mulai menyingsing. Randa Bu-san segera ajak puterinya untuk beristirahat. Setelah kedua ibu dan puteri itu keluar, Tiau Bok-kun menghela napas panjang. Dilihatnya saat itu Siau-liong masih tidur pulas, Terkenang akan pengalamannya selama beberapa hari ini. Selama berhari-hari itu ia terus menerus mencari Siau-liong. Dan ketika diterowongan Lembah Maut ia berjumpa dengan Pendekar Laknat yang terluka. Ia kira Siau-liong tentu sudah menuju keseberang laut. Tetapi ketika masuk kekota Siok-ciu, ia mendengar berita bahwa Siau-liong terjebak dalam Lembah Maut. Maka ia nekad menuju ke Lembah Semi lagi untuk mencari pemuda itu. Kini akhirnya ia dapat berjumpa dengan pemuda yang dikenang siang dan malam itu. Ia merasa telah berhutang jiwa kepada pemuda itu. Disamping itu ia masih mempunyai suatu perasaan yang sukar diutarakan terhadap pemuda itu. Tiba-tiba teringatlah ia akan peristiwa tadi. Demi kepentingan pengobatan tusuk jarum ia diperintah Randa Busan untuk membuka pakaian Siau-liong. Seketika merahlah

631 wajah nona itu. Diam-diam ia berjanji untuk membujuk Siauliong agar mau diajak mencari tempat yang sunyi supaya lukanya sembuh sama sekali. Benak nona itu melalu lalang dengan lamunan yang indah. Karena semalam suntuk tak tidur tanpa terasa iapun jatuh pulas. Letih dan kantuk melelapkan nona itu dalam ketiduran yang panjang. Ketika sadar ternyata hari sudah malam. Ia tidur sehari penuh. Kamar masih gelap belum ada penerangannya Diluar pondok, angin membawa deru hujan. Pelahan-lahan ia turun dari pembaringan. Diruang pondok sunyi senyap. Nyonya rumah dan si dara baju hijau tak kedengaran suaranya. Nona Tiau.... tiba-tiba terdengar orang memanggilnya. Nona itu terkejut dan berpaling, Ah, engkau sudah bangun?" Nona Tiau, ah, membikin susah padamu.... Siau-liong tertawa rawan. Seketika meluaplah rasa haru nona itu. Tak tahu bagaimana ia harus bicara. Air matanya berderai-derai turun membasahi kedua pipinya. Siau-liong menghela napas panjang dan pelahan-lahan duduk. Tiba-tiba pintu terbuka dan masuklah Song Ling dengan membawa lilin. Dara itu tersenyum. Ia terkejut heran ketika melihat Siau-liong duduk. "Eh, engkau sudah sembuh?" tanyanya seraya meletakkan lilin di atas meja terus lari keluar. 632 Tak berapa lama Randa Bu-san pun masuk. Song Ling sibuk membawa hidangan dan teh. Siau-liong seperti orang bermimpi. Dengan dipapah Tiau Bok-kun ia turun dari pembaringan lalu menghaturkan terima kasih kepada nyonya rumah dan puterinya. Entah bagaimana tampak dara baju hijau itu tertegun seperti orang yang kehilangan semangat. Mata memandang Siau-liong tak berkedip. Dengan wajah dingin dan nada tegas, Randa Bu-san berkata, Yang menolongmu sesungguhnya bukan aku melainkan nona ini.... -ia menunjuk Tiau Bok-kun, "jika tiada nona itu, sekali pun engkau mempunyai jiwa rangkap dua lembar, tetap habis tentu riwayatmu!" Tiba-tiba Siau-liong teringat kalau wanita itu menyesalinya karena melepaskan Mawar Putih jatuh ketangan Soh-beng Kisu. Ia merasa malu dan tak berani bicara apa2 lagi. Untunglah Randa Bu-san tak mengungkat soal itu lagi. Demikian mereka berempat segera makan malam bersama. Setelah makan bubur, semangat Siau-liong makin segar. Ia teringat sudah tiga kali itu datang kepondok Randa Bu-san.

Pertama dengan membawa Mawar Putih yang terluka. Kedua kali dalam penyamarannya sebagai Pendekar Laknat ia telah bertempur dengan si dara baju hijau hingga menderita luka parah lalu dibawa Mawar Putih kepondok situ. Untunglah ia telah dibawa lari oleh gurunya. Tabib-sakti-jenggot-naga Kongsun Sin-tho. Dan kali ini adalah yang ketiga kalinya ia berkunjung kesitu dengan membawa luka yang hampir saja merenggut jiwanya. Teringat akan peristiwa itu, diam-diam Siau-liong termenung. 633 Si dara baju hijau yang masih makan, beberapa kali lepaskan lirikan ke arah pemuda itu. Tetapi tiap kali bertemu pandang dengan mata Siau-liong, cepat2 dara itu alihkan pandangan matanya kelain arah. Rupanya Randa Bu-san mengetahui juga tingkah laku puterinya itu. Ia deliki Song Ling dengan mata membengis. Setelah selesai makan, ia berkata kepada Siau-liong dan Tiau Bok-kun. "Saat ini dunia persilatan sedang diamuk kekacauan dari kedua suami isteri durjana. Memang bintang Iblis-penaklukdunia dan Dewi Neraka serta gerombolannya itu, masih terang. Kita tak dapat melawan kehendak alam. Pondok ini dekat dengan Lembah Semi, kurasa kurang tepat kalau kalian beristirahat disini. Setiap saat kedua durjana itu dapat mengirim orang untuk menyelidiki. Sekarang sudah malam dan hujan pun terus menerus mencurah deras. Baiklah kalian beristirahat semalam lagi. Besok pagi kalian boleh mencari lain tempat untuk menyembunyikan diri dari gangguan mereka!" Siau-liong dan Tiau Bok-kun serempak berbangkit. Tetapi ketika mereka hendak membuka mulut, tiba-tiba wajah wanita itu berobah. jarinya menutuk kening seperti orang yang sedang memikir sesuatu. Siau-liong terpaksa tak berani bicara dan menunggu. Beberapa jenak kemudian, mata wanita itu berkilat-kilat. Tiba-tiba ia menampar meja dan serentak berdiri. Bu, mengapa engkau?" teriak Song Ling heran. Sambil memegang dahi, wanita itu berjalan beberapa langkah sembari berkata seorang diri, Aneh, mengapa tibatiba hatiku terasa tak tenteram.... 634 Tiba-tiba ia berhenti lalu menyuruh Song Ling mengambilkan alat hitungan. Dara itu cepat keluar dan cepat kembali membawa seperangkat alat-alat yang terdiri dari ember kayu, beberapa helai kulit kura, tulang ikan, kulit kerang dan lain-lain. Randa Bu-san segera memasukan benda2 itu ke dalam dua buah mangkuk kayu lalu digoyang-goyangkan beberapa jenak Setelah itu diambil dan dijajar di atas meja. Tingkahnya tak

ubah seperti seorang anak kecil yang sedang bermain-main. Wajah wanita sakti itu sebentar merah sebentar pucat dan akhirnya mengucurkan keringat. Beberapa saat kemudian ia menghela napas lalu berbangkit. Alat Ka-kut-sin-go ini tak pernah melesat dalam memperbitungkan sesuatu, Dalam perhitungan tadi, ternyata memberi gambaran jelek, Dalam pondok ini segera akan terjadi peristiwa hebat yang tak baik.... -ia berhenti sejenak lalu melanjutkan, Sebenarnya akan kusuruh kalian tinggal lagi semalam disini. Tetapi mengingat bahaya itu, lebih baik kalian sekarang juga tinggalkan pondok ini!" Saat itu diluar hujan masih turun dengan deras. Dinginnya menggigit tulang. Melirik ke arah Siau-liong yang baru sembuh, diam-diam Tiau Bok-kun gelisah.... Terpaksa harus begitu, tiada jalan lain lagi.... kembali Randa Busan mendesak. Kemudian wanita itu menyuruh Song Ling mengemasi bungkusan persediaan obat, Kita juga harus pergi sekarang juga. Song Ling cepat melakukan perintah ibunya. 635 Siau-liong tak begitu percaya akan segala perhitungan atau ramalan. Bermula ia duga wanita itu tentu mencari alasan saja agar dapat menyuruh pergi. Tetapi alangkah kejutnya ketika mendengar wanita itu juga akan pergi dari rumahnya. Barulah Siau-liong mulai menaruh kepercayaan. Song Ling muncul dengan membawa kantong obat-obatan dan buntelan pakaian. Dengan wajah cemas ia berkata, Bu, sudah kukemas semua. mari kita berangkat!" Dara itu memang percaya penuh kepada ibunya. Ia agak gugup juga karena mengira bahaya itu akan segera tiba. Siau-liong pun segera teringat akan buntelannya yang berisi pakaian Pendekar Laknat. Untunglah karena Tiau Bokkun sibuk menolong dirinya, tak sempat membuka buntelan itu. Saat itu Randa Bu-san dan Song Ling sudah tiba diambang pintu. Melihat Siau-liong dan Tiau Bok-kun masih berada dalam ruangan, wanita itu cepat berseru memberi peringatan, Selama hidup aku tak suka merangkai keterangan yang membohongi orang supaya takut. Jika tak lekas pergi, jangan menyesal!" Juga Song Ling ikut memberi peringatan, Petangan ibu tak pernah meleset. Taci Tiau, lebih baik kalian lekas pergi!" Dalam pada berkata itu, ibu dan puteri sudah berada diluar pintu. Begitu pintu terbuka, serangkum angin dingin meniup masuk. Siau-liong dan Tiau Bok-kun menggigil. Ah, karena lo-cianpwe itu mengatakan dengan begitu sungguh2, tentulah ada sebabnya. Marilah kita lekas tinggalkan pondok ini," kata Siau-liong.

636 Tetapi melihat badai hujan diluar, Tiau Bok-kun berkata, Apakah engkau kuat bertahan?" Siau-liong tersenyum. Baru ia hendak menjawab tiba-tiba dari jauh terdengar suara orang tertawa nyaring. Siau-liong dan Tiau Bok-kun tersentak kaget. Sekalipun dalam deru badai hujan yang hebat, tertawa itu masih terdengar jelas. Dan Siau-liong tak asing lagi bahwa tertawa itu adalah nada suara Iblis-penakluk-dunia! Menyusul terdengar lengking suara tajam.... Tetapi karena gemuruh badai, lengking suara itu pun tak terdengar jelas. Wanita Bu-san memang tepat sekali perhitungannya. Tetapi dia sendiri tentu tak keburu menyingkir dan pasti akan kesompokan dengan Iblis-penakluk-dunia. Demi membalas budinya, aku takkan berpeluk tangan tak mempedulikan.... Sambil berkata Siau-liong terus melangkah keluar. Lukanya baru saja sembuh. Terdampar oleh angin keras dan hawa dingin, tubuhnya terhuyung-huyung mau rubuh. Tetapi ia kuatkan diri menuju ke arah suara orang itu. Tiau Bok-kun cepat lari untuk memapahnya. Andai kata benar wanita Bu-san tadi bertempur dengan suami isteri Iblis-penakluk-dunia, engkau pun tak dapat membantunya. Ah, lebih baik.... "Aku bekerja untuk melapangkan ketenteraman hati," kata Siau-liong, "aku.... - ia menghela napas dan lanjutkan langkah kemuka. Diam-diam Siau-liong menimang. Kedatangan Iblispenaklukdunia bersama isteri pada malam hujan deras dan 637 menerobos kepungan rombongan orang gagah itu, tentu penting. Kalau tidak hendak mencari Randa Bu-san dan puterinya tentulah sudah mencium jejaknya (Siau-liong). Menurut ukuran kepandaiannya, kedua suami isteri durjana itu tak menang dari Randa Bu-san yang memiliki tenaga sakti Ya-li-sin-kang. Tetapi karena ternyata kedua suami isteri iblis itu berani datang kepondok wanita Bu-san, tentulah mereka sudah siap dengan rencana hebat. Teringat akan tokoh2 Jong Leng lojin, Lam-hay Si-ni, Naga Terkutuk, Harimau Iblis dan It Hang totiang yang telah dikuasahai Iblis-penakluk-dunia, diam-diam menggigillah hati Siau-liong. Tiau Bok-kun menyadari bahwa percuma saja menasehati pemuda itu. Ia tahu pula bahwa Randa Bu-san dan puterinya itu juga sehaluan dan seperjuangan dengan Siau-liong dalam usahanya menentang Iblis penakluk-dunia. Maka ia pun tak bersangsi lagi mengikuti langkah Siau-liong. Siau-liong menggamit tangan nona itu dan menunjuk kemuka. Menurut arah yang ditunjuk pemuda itu. Tiau Bokkun

melihat pada jarak beberapa tombak jauhnya, tampak Randa Bu-san berdua dengan puterinya tengah berdiri berhadapan dengan dua orang tinggi pendek mengenakan pakaian serba hitam. Di belakang kedua orang baju hitam itu tegak kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka. Diam-diam menggigillah perasaan Siau-liong. Ia tahu bahwa kedua orang berpakaian serba hitam itu adalah Lamhay Sin-ni dan Jong Leng lojin. 638 Terdengar Randa Bu-san berkata dengan nada dingin, Adakah kedatangan saudara berdua pada malam hujan deras ini karena hendak mencari aku?" Iblis-penakluk-dunia tertawa; Benar! Rupanya kedatangan kami berdua tepat sekali. Jika terlambat sedikit saja, mungkin sukar mencari kalian berdua ibu dan anak'" Dengan maksud apa kalian hendak mencari aku." bentak Randa Bu-san murka. Iblis-penakluk-dunia tertawa iblis, Tempat ini tak layak buat bicara. Harap ikut kami ke dalam Lembah Semi untuk berunding!" Randa Bu-san mendengus: ,,Aku tak suka campur urusan dunia persilatan. Oleh karena itu aku cukup bersabar terhadap gerak gerik kalian. Apakah kalian kira aku tak tahu tipu muslihat yang sedang kalian rancang itu?" Dengan masih tetap tertawa Iblis-penakluk-dunia menyahut; Jika kalian tak mau mencampuri urusan dunia persilatan, mengapa dari gunung Bu-san yang begitu jauh, kalian datang kemari?" Ditatapnya wanita itu tajam2, lalu melanjutkan kata-kata pula, "Kedatangan nyonya kemari bukan aku tak tahu maksudnya. Adalah demi soal itu maka kuundang nyonya datang ke Lembah Semi untuk berunding," Bu, tak perlu menghiraukannya! Mari kita pergi!" Song Ling menyelutuk. Diam-diam dara baju hijau itu memang agak jeri menyaksikan kedua orang bepakaian serba hitam yang karena tertimpa air hujan, wajahnya makin seram. Iblis-penakluk-dunia tertawa, Ah, sudah terlambat kalau sekarang kalian hendak pergi.... 639 Dia terus mengeluarkan cambuk terus disabatkan ke udara seraya maju selangkah kehadapan Randa Bu-san bentaknya, Ilmu sakti Thian-kong-sin-kang sudah muncul di dunia lagi! Dergan begitu terpaksa aku harus mengadakan banyak perobahan dalam rencanaku. Paling tidak, ilmu sakti yang empat buah itu tak boleh lolos dari tanganku!"' Mendengar getar cambuk Iblis-penakluk-dunia tadi mata Jong Leng lojiu dan Lam -hay Sin-ni berapi-api memberingas. Jahanam! Jangan banyak tingkah!" damprat Randa Busan,

seraya lontarkan sebuah hantaman ke arah Iblispenaklukdunia. Tampaknya pelahan dan lemah tetapi pada hakekatnya pukulan itu mengandung tenaga sakti yang mampu menghancurkan batu karang. Baru pertama kali itu Iblis-penakluk-dunia menghadapi ilmu pukulan sakti Ya-li-sin-kang. Tetapi karena dia amat licin dan banyak pengalaman begitu merasa kedahsyatan pukulan wanita itu, ia terkejut dan cepat2 loncat mundur. Tetapi betapapun cepat ia menghindar tetap tubuhnya terdampar angin dari pukulan itu. Seketika separoh tubuhnya terasa kesemutan nyeri sekali. Dengan berjumpalitan sampai dua kali, barulah ia terhindar dari deru angin maut. Dengan menyeringai kucing. iblis itu merangkap bangun. Dipandangnya Randa Bu-san dengan geram sekali. Ia tertawa menyeringai lalu ayunkan cambuk ke arah kedua orang baju hitam itu, bentaknya, Lekas ringkus wanita baju hitam itu kalau tidak kalian tentu kuhukum mati!" Orang berpakaian serba hitam yang berperawakan lebih tinggi maju lebih dulu, Dengan mengangkat kedua tangan dan merentang sepuluh jarinya ia terus menerjang Randa Bu-san. 640 Tolol, apakah kamu sudah gila benar!" bentak Randa Busan, seraya songsongkan kedua tangan menyambut serangan Lam-hay Sin-ni. Lam-hay Sin-ni sudah hilang kesadaran pikirannya. Dia sudah dapat dikuasai seluruhnya oleh Iblis-penakluk-dunia. Sama sekali Sin-ni itu tak menghiraukan segala bahaya. Tambahan pula karena Ya-li-sin-kang dari Randa Bu-san itu bersifat lembut. Maka sekali maju Sin-ni tetap menerjang! Tetapi sesaat kemudian sekonyong-konyong Sin-ni seperti membentur suatu dinding karet yang kokoh dan kuat sekali daya membaliknya. Ketika Sin-ni hanya tinggal beberapa langkah dari Randa Bu-san, tiba-tiba ia mental dan terlempar ke belakang sampai setombak lebih jauhnya.... Setelah dapat mengundurkan Lam-hay Sin-ni Randa Bu-san cepat mengajak puterinya, Petangan memberitahukan bahaya. Hayo, kita lanjutkan perjalanan!" Bagaikan dua ekor burung rajawali, kedua ibu dan anak itu loncat lari kemuka. Tetapi baru dua tombak jauhnya, terdengarlah cambuk Iblis-penakluk-dunia menggeletar di udara. Sesosok tubuh kecil kurus melambung ke udara dan melayang turun mencegat kedua ibu dan anak. Dan tanpa berkata suatu apa, orang itu terus menghantam. Penyerang itu bukan lain adalah Jong Leng lojin, pemilik ilmu sakti Jit-hoa-sin-kang, salah sebuah dari lima tenaga-sakti dalam dunia. Randa Bu-san berhenti dan menyongsongnya. Ilmu tenaga sakti Jit-hoa-sin-kang dari Jong Leng lojin itu serupa jenisnya dengan ilmu Ya-li-sin-kang dari Randa Bu-san.

641 Kedua-duanya bersifat lembut dan tak mengeluarkan deru suara apa2. Ketika kedua tenaga sakti itu saling berbentur, keduanya sama2 terhuyung-huyung mundur beberapa langkah. Dan menyusul terdengarlah letupan keras diserempaki dengan pasir dan debu seluas satu tombak sama berhamburan seperti dilanda angin puyuh. Randa Bu-san tak berminat untuk bertempur. Ia segera mengajak puterinya lari. Tetapi justeru karena perhatiannya terbagi untuk puterinya, gerak tubuhnya agak lamban sedikit. Pada saat ia hendak loncat, serangkum angin dahsyat mendampar punggungnya. Wanita sakti itu mengeluh. Terpaksa ia miringkan tubuh sambil berputar setengah lingkaran. Setelah menghindar serangan Lam-hay Sin-ni, Randa Bu-san tutukkan jarinya kelambung Sin-ni sambil berseru kepada Song Ling; Ling, lekas lari sendiri dan cepat tinggalkan tempat ini!" Dari ucapan itu, rupanya Randa Bu-san sudah mengetahui apa yang bakal terjadi ditempat itu. Sudah tentu Song Ling tak mau, bahkan melihat ibunya dikerubut dua orang, dia melengking nyaring dan terus menyerang Jong Leng lojin. Randa Bu-san gugup sekali, serunya; Ling, apakah engkau tak mau hidup!" Sambil berseru, Randa Bu-san lontarkan tiga kali pukulan kepada Jong Leng lojin. Turut perintah mamah dan lekas lari!" bentak Randa Busan kepada puterinya pula. 642 Sekalipun kesadaran pikirannya lenyap tetapi naluri Jong Leng lojin masih tajam. Dia cepat mengetahui kalau dirinya diserang dari belakang oleh si dara. Tetapi karena saat itu ia sedang dicecar tiga buah pukulan oleh Randa Bu-san, maka ia tak sempat berputar tubuh melayani Song Ling. Dua buah pukulan dara itu berhasil mendarat dipunggung Jong Leng lojin. Betapapun tingginya kepandaian orang tua itu, namun si dara sudah mendapat pelajaran dasar ilmu sakti Ya-li-sin-kang dari ibunya. Pernah menjajal kekuatan dengan Pendekar Laknat dan berakhir dua-duanya sama menderita luka parah. Dua buah pukulan yang dilancarkan Song Ling itu diperuntukkan menolong ibunya. Sudah tentu dilambari dengan tenaga penuh. Tetapi bukan kepalang kejutnya ketika pukulan tenaga sakti itu tak mengakibatkan suatu apa pada Jong Leng lojin. Tenaga sakti dara itu seolah-olah lenyap terhapus oleh tenaga sakti yang dipancarkan Jong Leng lojin untuk melindungi tubuhnya.

Seruan kedua kalinya dari Randa Bu-san, tetap tak diacuhkan Song Ling. Betapapun halnya tak mungkin ia mau meninggalkan ibunya yang sedang terancam bahaya itu. Maka walaupun pukulannya kepada Jong Leng lojin tadi tak berhasil, dara itu tetap kalap menyerang kalang kabut pada Jong Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni. Dalam kelima jenis tenaga sakti yang merajai dunia persilatan, hanyalah ilmu sakti Thian-kong-sin-kang yang paling unggul. Keempat ilmu yang lainnya boleh dikata berimbang kesaktiannya. 643 Dikerubut dua oleh lawan yang memiliki kesaktian berimbang dengan dirinya, Randa Bu-san agak kuatir. Apalagi ia masih harus memperhatikan puterinya. Karena konsentrasi pikirannya terganggu, wanita itu menjadi sibuk dan agak kacau sehingga terdesak oleh lawan. Melihat keadaan ibu dan anak itu dalam bahaya, Siau-liong sibuk bukan main. Akhirnya ia menghela napas dan berkata kepada Tiau Bok-kun; Harap nona tetap bersembunyi disini. Jangan gegabah ikut campur. Ketahuilah. ketiga tokoh yang bertempur itu merupakan tokoh sakti dalam dunia persilatan dewasa ini.... Ia berhenti sejenak lalu berkata pula, Jika sampai terjadi sesuatu, harap nona lolos menyelamatkan diri!" Tiau Bok-kun terbelalak, Lukamu baru sembuh, bagaimana.... -tetapi belum sempat ia menyelesaikan katakatanya, Siau-liong sudah melayang ketempat kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka dan menyerangnya. Pada saat itu kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia tengah gembira ria karena melihat Randa Bu-san sudah mulai payah. Tetapi betapa kejut mereka ketika tahu2 melihat sesosok tubuh melayang turun dari udara dan menyerangnya! Oleh karena baru saja sembuh, pada saat Siau-liong membuat gerakan melayang ke udara itu, darahnya terasa bergolak keras, kepala berkunang-kunang dan hampir tak dapat berdiri tegak di tanah. Ia menggunakan kesempatan ketika kedua suami isteri durjana itu sedang tertegun kaget, untuk menyalurkan napas. 644 Mata Dewi Neraka berkilat-kilat memandang pemuda itu lalu berkata kepada suaminya, Tolol! Bukankah dia anak muda yang hilang itu?" Menunggu beberapa waktu yang lalu ketika di Lembah Semi. Siau-liong telah diperkenalkan oleh Poh Ceng-in kepada kedua orang tuanya Suami isteri Iblis-penakluk-dunia mempunyai maksud hendak mengambil menantu pada Siauliong. Maka ketika mendapat laporan bahwa Siau-liong dan

Poh Ceng-in lenyap dalam barisan Tujuh Maut, kedua suami isteri itu sibuk menyebar anak buahnya. Tetapi ternyata tak berhasil menemukan kedua pemuda itu. Iblis penakluk-dunia mendengus, Hm, benar, budak itu dapat muncul lenyap seperti setan!" Habis berkata ia terus menghantam Siau-liong. "Tolol! Jangan melukainya.... cepat Dewi Neraka hadangkan tangan mencegah suaminya. Kemudian Dewi Neraka berpaling dan menegur Siau-liong, Mengapa engkau muncul kemari! Tahukah engkau puteriku Ceng-in.... Perempuan siluman, tutup mulutmu!" bentak Siau-liong Kemudian dengan nada bengis ia mengancam, jiKa engkau menginginkan anakmu masih hidup, suruh mereka berhenti bertempur!" Dewi Neraka tertawa heran, Nak, apa katamu? Suruh mereka berhenti bertempur mempunyai sangkut paut apa dengan puteriku itu?" Mata Iblis-penakluk-dunia mengeliar, serunya; Budak itu licin sekali, harap dinda jangan terkena tipunya!" 645 Tetapi Dewi Neraka tak mempedulikan kata suaminya. Ia melanjutkan berkata kepada Siau liong, Katakanlah terus terang bagaimana sikapmu terhadap puteriku itu. Engkau mencintainya atau tidak? Mengapa diam-diam ia meloloskan diri?" Saat itu pertempuran antara Randa Bu-san lawan Jong Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni makin dahsyat. Randa Bu-san berkelahi dengan sekuat tenaga. Puteri kesayanganmu itu telah kuculik diluar lembah. mati hidupnya tergantung ditanganku. Jika ingin ia hidup, lekas suruh mereka berhenti." bentak Siau-liong. Dewi Neraka terbelalak mengicupkan mata ke arah suaminya, "Benarkah itu?" Iblis-penakluk-dunia tertawa, Jangan percaya obrolannya. Sama sekali tiada buktinya!" Dewi Neraka merenung sejenak lalu berkata, Kalau begitu akan kuringkusnya lebih dulu baru nanti kita selidiki kebenarannya lagi!" Wanita iblis itu melesat ketempat Siau-liong dan secepat kilat terus mencengkeram bahu kiri pemuda itu. Siau liong menggembor keras. Dihantamnya dada wanita itu. Serangkum sinar emas memancar dan tubuh Dewi Neraka yang pendek gemuk itu pun jungkir balik terlempar sampai dua tombak jauhnya.... Ternyata Siau-liong telah gunakan pukulan Sapu-jagad dari Thian-kong-sin-kang. Meskipun belum sempurna latihannya, dan tenaganya pun tak memadai, tetapi tetap mampu

646 melemparkan Dewi Neraka sampai dua tombak dan rubuh dengan luka parah! Thian-kong-sin kang!" teriak Iblis-penakluk-dunia dengan penuh kejut. Tetapi sehabis memukul, darah Siau-liong makin bergolak, tenaganya habis. Ia terhuyung-huyung rubuh. Melihat itu tak tahan lagi Tiau Bok-kun berpeluk tangan. Tanpa menghiraukan suatu apa lagi, ia terus melayang turun dan lari menghampiri pemuda itu, Siau liong.... Siau-liong....!" Iblis-penakluk-dunia benar-benar termangu kaget melihat Siau-liong dapat menggunakan pukulan Thian kong-sin-kang. Kemarin dimuka barisan pohon bunga, iapun menerima pukulan Thian-kong-sin-kang dari Pendekar Laknat. Ia kira ilmu sakti Thian-koag sin-kang telah didapatkan oleh Pendekar Laknat. Maka amatlah kejut dan herannya ketika menyaksikan Siau liong pun dapat menggunakan pukulan sakti itu juga. Iblis-penakluk dunia adalah seorang manusia julig yang kaya akan siasat dan mahir dalam tipu muslihat. Tetapi menghadapi kenyataan itu, benar-benar ia kehilangan faham.... Tetapi ia tak sempat merenung lebih lama dan terus lari menolong Dewi Neraka. Randa Bu-san juga terkejut. Ia tak kira kalau Siau-liong ternyata memiliki ilmu Thian-kong-sin-kang. Tetapi ia tak sempat memperhatikan diri pemuda itu lagi karena Jong Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni menyerang deras dari muka dan belakang. 647 Tengah Randa Bu-san sibuk menghadapi tekanan kedua lawannya sekonyong konyong ia terkejut mendengar lengking jeritan Song Ling. Dara itu kena terhantam Lam-hay Sin-ni dan terlempar rubuh sampai tujuh langkah jauhnya.... ---ooo0dw0ooo--Jilid 12 Badai Randa Bu-san terkejut dan cepat loncat ketempat puterinya. Tetapi tindakan itu telah memberi kesempatan bagus kepada Jong Leng lojin dan Lam-ha Sin-ni. Lam-hay Sin-ni menebas lambung wanita Bu-san itu. Sedang Jong Leng lojin menutuk punggungnya. Karena tergesa-gesa hendak menolong puterinya, Randa Bu-san terus saja loncat tanpa menghiraukan suatu apa. Serangan mendadak dari kedua lawannya itu, sungguh diluar dugaan. Betapa pun saktinya wanita Bu-san namun kedua lawannya itu juga termasuk tokoh yang sejajar tingkatannya. Tak mungkin wanita itu menghindar lagi. Masih wanita Bu-san itu dapat menghalau Lam-hay Sin-ni

tetapi ia tak berdaya menjaga tutukan Jong Leng lojin. Seketika separoh tubuhnya kesemutan dan rubuhlah wanita itu! Jong Leng lojin masih menyusuli pula dengan sebuah tutukan sehingga Randa Bu-san lak dapat berkutik lagi. 648 Sejenak Jong Leng lojin saling bertukar pandang dengan Lam-hay Sin-ni. Kemudian ia mengangkat tubuh Randa Bu-san lalu pe-lahan2 menghampiri ketempat Iblis-penakluk-dunia. Pertempuran dahsyat telah selesai. Randa Bu-san tertawan, si dara baju hijau terkapar di tanah karena terkena hantaman Lam-hay Sin-ni. Iblis-penakluk-dunia mengangkat isterinya. Baju wanita itu berlumuran darah. Suatu pertanda bahwa ia telah menderita luka dalam yang parah. Entah berapa kali muntah darah. Tetapi menilik ia masih dapat berjalan, luka itu walaupun berat tetapi tak sampai membahayakan jiwanya. Pada saat Iblis-penakluk-dunia menolong isterinya, Tiau Bok-kun pun segera mengangkat tubuh Siau-liong hendak dibawa pergi. Walaupun karena darahnya bergolak sehingga rubuh ke tanah, tetapi pikiran Siau-liong masih sadar. Dengan meronta, ia berseru kepada nona itu, Jangan hiraukan aku, lekas engkau lari.... kalau tidak kita semua tentu jatuh ditangan iblis itu!" Tetapi sebagai jawaban Tiau Bok-kun segera membawanya lari. Walaupun sedang menolong Dewi Neraka, tetapi Iblispenaklukdunia tetap menguasai keadaan disekelilingnya. Cepat ia ayunkan cambuk dan memberi perintah kepada Lamhay Sin-hi supaya manangkap Tiau Bok-kun. Setelah mengiakan, sekali enjot tubuh, Lam-hay Sin-ni sudah melayang di belakang Tiau Bok-kun. Sebelum nona itu sempat berbuat apa2, punggungnya sudah ditutuk Lam-hay 649 Sin-ni. Dengan mudah Lam-hay Sin-ni membawa kedua anak muda kehadapan Iblis-penakluk-dunia lagi. Setelah beberapa saat memperhatikan keadaan Siau-liong yang lentuk. Menilik keadaannya lemas lunglai seperti orang tak bertenaga itu, tentulah pemuda itu menderita luka parah. "Tinggalkan budak itu bersama anak perempuan dari Busan disini!' teriaknya. Lam-hay Sin-ni mengiakan. Sekali lepas tangan, tubuh Siau-liong pun jatuh ke tanah. "Tolol!" tiba-tiba Dewi Neraka membentak suaminya "budak itu telah melukai aku begini berat. Dan dia ternyata memiliki ilmu Thian-kong-sin-kang. Bawa ke dalam lembah dan periksa keterangannya sampai jelas. Mengapa engkoh malah suruh

membiarkan dia disini.... Iblis-penakluk-dunia tersenyum. Ia membisiki beberapa patah kata kedekat telinga isterinya. Bermula wanita iblis itu diam saja. Tetapi beberapa jenak kemudian wajahnya tampak berseri. "Tolol! Silahkan engkau melaksanakan rencanamu yang kurang ajar itu," katanya. Iblis-penakluk-dunia tertawa bangga. Segera ia memapah isterinya dan berjalan pelahan-lahan. Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin seperti manusia patung, pun segera mengikuti di belakang kedua iblis itu. Kedua tokoh itu masing-masing menjinjing Randa Bu-san yang tertutuk jalan darahnya dan Tiau Bok-kun. Tak berapa lama merekapun lenyap dalam kegelapan malam. 650 Angin reda, hujanpun berhenti. Rembulan muncul pula menerangi bumi. Dan malam pun makin merayap. Serangkum angin malam yang dingin telah membuat Siau-liong gemetar. Dengan paksakan diri ia bangun dan duduk. Buku tulangtulangnya seperti berhamburan lepas, kepala berat, kaki lentuk. Tenaganya seperti habis sehingga rasanya tak mampu untuk bergerak sedikit saja. Ia menghela napas panjang dan tertegun memandang bulan. Apa yang terjadi beberapa saat tadi, dilihatnya dengan jelas. Tetapi setelah ia lepaskan hantaman, darahnya bergolak keras dan tenaganya pun amblas. Maka ia tak berdaya sama sekali untuk membantu pertempuran itu dan melainkan melihat dengan hati terkecoh. Tertawannya Randa Bu-san, membuat perasaannya gundah sekali. Ia yakin Randa Bu-san tentu akan mengalami nasib serupa dengan Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin, ialah dijadikan manusia tanpa kesadaran pikiran untuk diperbudak kedua suami isteri durjana itu.... Tiba-tiba timbullah rasa keheranannya. Bukankah Iblispenaklukdunia tahu bahwa ia telah memiliki ilmu Thian-kongsinkang? Tetapi mengapa iblis itu iak membunuhnya? Mengapa ia dibiarkan menggeletak disitu? Dan apa sebab Song Ling, si dara baju hijau juga tak diganggu? Siau-liong paksakan diri berpaling. Dilihatnya dara itu masih menggeletak di tanah iak berkutik. Entah mati atau masih hidup. Walaupun jarak tempat dara itu hanya terpisah dua tombak dari tempatnya, tetapi ia rasakan tak berdaya untuk menghampiri. Tenaganya benar-benar lenyap! Karena jengkel, marah dan sedih, ia sampai mengucurkan airmata.... 651 Akhirnya setelah pikirannya agak tenang, mulailah ia melakukan pernapasan untuk menyalurkan hawa murni. Sejak

mempelajari ilmu sakti Thian-kong-sin-kang, setiap kali melakukan pernapasan ia tentu menggunakan ajaran ilmu itu. Maka hasilnya pun lebih cepat. Lebih kurang sepeminum teh lamanya, ia rasakan darahnya agak tenang dan dapatlah ia berdiri lalu dengan terhuyunghuyung ia menghampiri ketempat Song Ling. Dara itu menggeletak ditempat tanah becek yang berair sehingga mukanya berlumuran lumpur, tubuhnya tak keruan kotornya. Ketika diperiksa pernapasan hidungnya, ternyata dara itu masih bernapas walaupun lemah. Diam-diam terhiburlah hati Siau-liong. Dara itu hanya menderita luka parah sehingga pingsan. Siau-liong segera melakukan pertolongan dengan ilmu mengurut, Tetapi sayang, tenaganya masih belum pulih sehingga tak dapat memberi penyaluran tenaga dalam kepada dara itu. Lewat dua jam kemudian, barulah dara itu tersadar. Dara itu memandang Siau-liong Sejenak, kemudian memandang kesekeliling penjuru dan tiba-tiba berseru, Mana ibuku?" -seraya terus hendak berbangkit. Siau-liong memegang bahu dara itu; "Nona masih menderita luka dalam. Lebih baik melakukan pernapasan menyalurkan tenaga murni dulu. Kalau darah sampai membeku dalam dada, tentu bisa.... Tetapi dara itu tak menghiraukan kata2 Siau-liong. Dengan kalap ia menjerit, Ibuku? Kemanakah perginya?.... dan Iblispenaklukdunia serta kedua orang baju hitam tadi.... mengapa 652 hanya tinggal engkau saja yang disini.... lekas terangkanlah.... ,!" Siau-liong menghela napas pelahan, ujarnya, Nona, ai.... -sesaat tak dapat ia memulai kata-katanya, kecuali hanya menghela napas dan berdiam diri. Dara itu menatap Siau-liong lekat2. Tubuhnya gemetar dan tiba-tiba menangislah ia sekeras-kerasnya! Siau-liong merasa tak dapat menghiburnya.... Maka ia biarkan dara itu menangis agar melonggarkan kesesakan hatinya. Dan mudah-mudahan karena menangis itu, darahnya yang mengumpul didada dapat menyalur lancar. Siau-liong duduk disamping dara itu. Hatinya terasa seperti disayat sembilu.... Lama sekali Song Ling baru berhenti menangis. Siau-liong menghiburnya; "Harap nona suka menjaga kesehatan diri. Soal ibu nona nanti pelahan-lahan kita berdaya untuk menolongnya." "Apakah engkau melihat ibuku ditawan mereka?" Song Ling masih meminta penegasan. Siau-liong mengangguk, Beliau dan nona Tiau telah ditawan mereka. Aku menyaksikan dengan mata kepala

sendiri." Sambil kepalkan tinju, dara itu menggeram, Jika tak dapat menolong ibu.... lebih baik aku mati saja!" Setelah diam sejenak, dara itu gelengkan kepala menghela napas putus asa. Ilmu sakti Ya-li-sin-kang dari ibu tiada 653 tandingannya di dunia. Jika mereka dapat menawan ibu, apakah kita mampu menolongnya!" Kembali dara itu menangis tersedu-sedan. Diam-diam Siau-liong menimang dalam hati. Dewasa ini kecuali ilmu sakti Thian-jin-sin-kang dari guruku Kongsun Sintho, ketiga tokoh yang memiliki tiga macam ilmu sakti telah dapat ditawan Iblis-penakluk-dunia. Rasanya Randa Bu-san tentu akan menderita nasib seperti Lam-hay Sin-ni. Apabila berjumpa lagi, kemungkinan Randa Bu-san tak kenal lagi pada puterinya dan bahkan akan menyerangya.... Sekalipun saat itu ia (Siau - liong) sudah memperoleh ilmu sakti Thian-kong-sinkang, tetapi belum sempat mempelajari. Untuk memahami ilmu sakti itu, paling tidak harus memerlukan waktu satu setengah tahun. Dalam waktu itu tentulah terjadi banyak perobahan yang tak terduga-duga. Sekurang-kurangnya, dunia persilatan tentu sudah dikuasai oleh kedua suami isteri durjana itu! Dan mengapa Iblis-penakluk-dunia melepaskan dirinya? Bukankah mereka tahu bahwa ia memperoleh ilmu sakti Thian-kong-sin-kang? Apakah mereka tak takut kalau ia sempat meyakinkan ilmu sakti itu dan menghancurkan mereka? Ah, menilik kelicikan dan keganasan suami isteri iblis itu, tak mungkin mereka mau berlaku begitu murah hati! Tentulah mereka sedang memasang jerat. Ya, tentulah mereka akan mengawasi setiap gerak geriknya.... Sedang Siau-liong terbenam dalam renungan, tiba-tiba Song Ling menghela napas dan wajahnya yang berlumuran lumpur itu berpaling kepadanya, Lalu bagaimana kita sekarang ini?" 654 Siau-liong menjawab, Saat ini rombongan Ceng Hi totiang sedang terkurung diluar Lembah Semi. Dalam pertempuran kemarin walaupun menderita kekalahan. tetapi kekuatan mereka masih belum hancur. Baiklah kita meninjau keadaan mereka kemudian baru kita mengatur rencana untuk menolong ibu nona dan nona Tiau " Song Ling menyetujui. Ia paksakan diri berdiri lalu mendahului berjalan. Tetapi luka dalam tubuhnya masih belum sembuh. Darahnya masih membeku. Ditambah pula dengan derita pukulan batin yang hebat, langkah dara itu terhuyung-huyung hampir rubuh. Sebaliknya setelah melakukan. pernapasan tadi, keadaan

Siau-liong jauh lebih baik. Segera ia maju untuk memapah dara itu. "Apakah nona kuat bertahan?" tanyanya. Dara itu menggigit bibir dan anggukan kepala. ia tetap kuatkan diri berjalan. Tempat rombongan orang gagah kira2 masih dua li jauhnya. Setelah melintasi sebuah lereng dan sebuah anak sungai, tentu sudah mencapai tempat mereka. Siau-liong dan Song Ling keduanya masih belum sembuh. Untuk ayunkan kaki saja, mereka harus berjuang sekuat tenaga. Sepenanak nasi lamanya barulah mereka tiba di anak sungai itu. Tiba-tiba Siau-liong mengeluh dan berhenti. Mengapa?" Song Ling terkejut heran. Mengingat Ceng Hi totiang tak mempunyai hubungan dengan kita, apalagi saat ini kita dalam keadaan begini rupa, mungkin mereka tak mau menerima kedatangan kita!" kata Siau-liong. 655 Mengapa sebelumnya engkau tak memikirkan hal itu? Kalau begini, kan lebih baik kita tak usah kesana saja!" seru Song Ling agak mengkal. Dara itupun jauhkan diri duduk di atas sebuah batu. Memang saat itu barulah Siau-liong menyadari. Bahwa dia dihormati oleh rombongan Ceng Hi totiang itu adalah dalam kedudukan sebagai Pendekar Laknat. Dan saat itu ia bukan Pendekar Laknat melainkan peribadi Siau-liong. Dikuatirkan rombongan orang gagah dan Ceng Hi totiang akan mencurigai. Dengan pemikiran itulah maka Siau-liong hentikan langkah. Selama berjalan tadi, sesungguhnya Song Ling sudah tak kuat. Hanya dengan kemauan keras, ia paksakan diri berjalan sekian jauh.... Setelah saat itu berhenti, iapun segera pejamkan mata melakukan pernapasan. Diam-diam Siau-liong merenung, Mawar Putih, Tiau Bokkun, berturut-turut telah jatuh keLembah Semi. Pun rombongan tokoh persilatan yang dipimpin Ceng Hi totiang, sudah payah keadaannya. Sedang ia dan Song Ling pun terluka parah, tentang penyamarannya. Lalu bagaimanakah harus bertindak?' Tiba-tiba ia teringat akan Poh Ceng-in. Apakah wanita itu sudah dapat meminta wanita itu dari paderi Liau Hoan? Mengingat ia tunggal nyawa dengan wanita itu. apabila karena marah Ceng Hi totiang membunuh wanita itu, tentulah dirinya juga akan mati. Akhirnya setelah menimbang beberapa saat, ia memutuskan untuk menemui Ceng Hi totiang. Nona Song.... 656 Dara itu membuka mata dan berseru Apakah engkau

sudah memperoleh jalan, kemana kita akan pergi?" Aku hendak mohon tanya padamu mengenai sebuah hal," kata Siau - liong. "Soal apa? Katakanlah!" seru Song Ling. Apakah nona kenal akan Pendekar Laknat?" Dengan heran Song Ling memandangnya, Bukan melainkan kenal saja, pun juga.... dengan nada geram ia berseru; "Aku mempunyai dendam permusuhan tak mau hidup dibawah satu matahari dengan dia!" Diam-diam Siau-liong bercekat dalam hati, ujarnya; "Entah apakah dosanya kepada nona?" Song Ling melirik dan menatap sejenak pada Siau-liong, Dia telah membunuh ayahku!" Semula dalam menanyakan soal Pendekar Laknat tadi, diam-diam Siau-liong hendak menyatakan tentang penyamarannya. Tetapi demi mendengar kebencian Song Ling terhadap tokoh itu, terpaksa Siau-liong batalkan maksudnya. Melihat pemuda itu tertegun sampai lama, Song Ling menegurnya pula, Mengapa tiba-tiba engkau menanyakan soal itu....?"-tiba-tiba pula dara itu bertepuk tangan, Ha, aku tadi teringat akan sebuah tempat, hayo, kita kesana!" Dan sebelum Siau-liong berkata, dara itu sudah mendahului lagi, Aku tadi bingung sehingga lupa pada beliau orang tua itu.... 657 Menilik kerut wajah si dara, Siau-liong mendapat kesan seolah-olah dara itu telah menemukan orang bintang penolong. Maka bertanialah ia, Yang nona katakan itu.... Ke gua Ko-hud-tong digunung Go-bi mencari Pertapa-saktimatasatu. Beliau tentu dapat berdaya menolong ibuku!" tukas si nona. Dengan sangsi Siau-liong berkata, Dalam dunia persilatan kabarnya hanya Ilmu-sakti yang paling hebat. Tiada yang menandingi lagi. Mengapa nona tahu.... "Tahukah engkau siapa orang tua itu!" Song Ling melengking sembari banting2 kaki," dia adalah kakek guruku! Adalah setelah ayahku dibunuh orang, ibu baru berjumpa dengan beliau. Ilmu sakti Ya-li-sin-kang ibu itu adalah beliau yang mengajarkan!" Mendengar itu seketika tergeraklah hati Siau-liong. Ia anggap kemungkinan itu akan memberi harapan. Song Ling menghela napas, katanya, Tetapi beliau memang aneh wataknya. Dahulu ketika menerima ibu sebagai murid, setahun kemudian terus mengusir kami berdua ibu dan anak dari guanya. Katanya, dia hendak bertapa tak mau keluar dari gua lagi. Peristiwa itu terfadi pada 15 tahun yang lalu. Selama 15 tahun itu, ibu tak pernah mengatakan hendak menjenguk kakek guru. Entah apakah dia masih.... -sampai disitu nada dan wajah Song Ling berobah rawan.

Siau-liong menghiburnya. Ia mengatakan bahwa hubungan antara guru dan murid itu tak ubah seperti orang tua dengan anak. Asal si dara memintanya dengan sungguh2, orang tua itu tentu takkan berpeluk tangan mendiamkan saja; "Jangan kuatir, pergilah nona kesana!" 658 Song Ling terkejut dan menatap Siau-liong, Apakah engkau tak mau mengantar aku kesana?" Siau-liong menghela napas, Ah, aku masih mempunyai beberapa urusan penting dan tak dapat tinggalkan tempat ini. Tetapi.... , " Song Ling tertawa dingin menukas, Tak perlu mengatakan, aku sudah jelas. Yang salah adalah aku dan ibu sendiri....suaranya berobah gemetar, Kami berdua memang buta!" Dua titik air mata mengalir dari pelapuk dara itu. Ia terus berbangkit dan ayunkan langkah. Cepat Siau-liong mencegahnya Kalau nona salah faham, aku lebih suka mati! Ketahuilah, aku juga mempunyai kesulitan yang sukar kukatakan sekarang ini!" -Rasa haru telah mencengkam sanubari Siau-liong sehingga ia pun menitikkan ai mata. Sudah tentu Song Ling tertegun. Ia duduk lagi. Siau-liong menghela napas. Tak tahu saat itu bagaimana ia harus memberi penjelasan kepada si dara. Ia harus menemui Ceng Hi totiang untuk mempersiapkan sisa2 tenaga rombongan orang gagah. Begitu pula ia harus mencari tahu jejak Poh Ceng-in, Untuk hal itu ia harus menyamar lagi sebagai Pendekar Laknat. Tetapi hal itu tak mungkin dilakukannya dihadapan Song Ling. Karena hal itulah maka ia tak dapat tinggalkan Lembah Semi ikut si dara kegunung Gobi. Karena ia tahu bahwa jiwanya setiap saat tentu amblas. Dan kalau ditengah jalan ia sampai mati, bukankah berarti ia telah merusak harapan pencipta ilmu sakti Thian-kong-sin-kang? Ah, benar-benar ia merasa serba sulit! 659 Akhirnya setelah memandang beberapa saat ke arah si dara, berkatalah ia dengan tandas, Sekali pun andai kata nona berhasil minta bantuan pada kakek guru nona untuk menolong ibu nona, tetapi Iblis-penakluk-dunia itu manusia julig yang licin sekali. Buktinya tokoh2 sakti semacam Jong Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni pun telah dapat dikuasainya. Dan kemungkinan ibu nona pun akan mengalami nasib serupa.... Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan dengan suara sarat, 0leh karena itu menurut pendapatku, sekalipun kakek guru nona turun gunung, belum tentu dapat menindas kedua suami isteri durjana itu. Sebagai penggantinya, aku mempunyai

rencana yang hebat, tetapi hal itu memerlukan jangka waktu yang cukup panjang.... "Sebenarnya apakah maksudmu itu?" Song Ling tak sabar lagi. "Hendak kujadikan nona seorang tokoh sakti. Dalam waktu satu tahun saja, nona pasti akan merajai dunia persilatan. Ilmu sakti yang manapun juga pasti tak dapat menandingi nona. Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka pasti tak mungkin lolos dari tangan nona!" Song Ling tertawa hambar. "Kecuali engkau pewaris ilmu Thian-kong-sin-kang, lebih baik engkau jangan omong besar seperti itu!" lengking si dara. Dengan wajah dan nada serius, berkatalah Siau-liong seketika, Justeru memang Thian-kong-sin-kang itulah yang hendak kuajarkan kepadamu!" 660 Song Ling terkesiap. Baru ia hendak membuka mulut, tibatiba dari arah hutan disebelah muka terdengar orang membentak, Siapakah itu!" Menyusul beberapa sosok tubuh melesat keluar terus menerjang kedua anak muda itu.... Siau-liong dan Song Ling terkejut. Yang memimpin penyerang itu seorarg tua berjenggot putih menjulai sampai kedada. Mencekal sebatang tongkat Kumala Hijau. Gerakannya amat pesat dan ringan sekali. Ketika memandang orang tua itu, lepaslah kejut Siau liong. Yang datang itu ternyata rombongan Kay-pang yang dipimpin si Jenggot perak To Kiu-kong Ikut serta Pengemis tertawa Tio Tay-tong dan kedua pengemis pincang. Begitu melihat Siau-liong, To Kiu-kong tertegun. Buru-buru ia menghaturkan hormat; Ah, cousu-ya, maaf engkau.... Tio Tay-tong dan kedua pengemis pincang segera berlutut, mengikuti tindakan To Kiu-kong. Ah, Kiu-kong, tak usah banyak beradatan," kata Siau-liong seraya mengangkat bangun To Kiu-kong. Setelah bangun, berkatalah To Kiu-kong, Sejak bertemu dengan cousu-ya ketika terkepung dalam Lembah Maut tempo hari, walaupun kami berusaha untuk mencari cousu-ya tetapi gagal. Bahkan berita saja, kami tak dapat memperoleh sama sekali.... Kemudian ketua Kay-pang itu meghela napas, Jika tidak berulang kali Pendekar Laknat memberi bantuan, tentulah hari ini kami tak dapat menghadap cousu-ya!" 661 Sekali pun lemah lembut dan halus tutur kata2 itu tetapi diam-diam terselip suatu penyesalan mengapa sebagai cousuya, Siau-liong tak mau berkumpul dengan anak buah Kaypang. Begifu pula saat itu mata To Kiu-kong dan rombongannya

mencurah lekat ke arah Siau-liong dan Song Ling. Pandang mata penuh dengan rasa heran atas sepak terjang cousu-ya mereka yang masih berusia muda itu. Mereka heran mengapa selagi rombongan orang gagah yang dipimpin Ceng Hi totiang berjuang mati matian untuk menggempur Lembah Semi, cousu-ya mereka malah menyembunyikan diri bersama seorarg dara? Tiau Bok-kun, Mawar Putih dan kini seorarg dara yang tak dikenal lagi! Dan makin besarlah keheranan mereka melihat keadaan Siau liong dan si dara yang berlumuran lumpur itu. Darimanakah cousu-ya itu? Karena Siau-liong tak mau mengatakan apa2, rombongan To Kiu-kong itupun tak berani menanyakan. Mereka sama berdiam diri. Hanya batin To Kiu-kong yang berduka. Ia mengharap cousu-ya muda itu akan dapat muncul di dunia persilatan untuk mengangkat nama Kay-pang. Ia harap berkat ilmu pukulan sakii Thay-siang ciang ajaran Pengemis Tengkorak Song Thay-kun, Siau-liong akan mengharumkan pamor Keypang. Tetapi ah, siapa tahu. ternyata harapan itu buyar. Cousuya muda itu ternyata seorang pemuda yang misterius gerak geriknya dan seorang yang amat romantis.... 662 Rupanya Siau-liong dapat membaca isi hati ketua Kay-pang itu. Tetapi ia tak dapat memberi penjelasan apa-apa kecuali hanya tertawa murung dan diam. Tiba-tiba Pengemis Tertawa Tio Tay-tong maju selangkah, memberi hormat, Harap cou-suya maafkan aku hendak berkata sepatah kata". Siau-liong membalas hormat dan suruh orang itu mengatakan maksudnya. Dengan kepala menunduk Pengemis Tertawa berkata, Saat itu Ceng Hi totiang sedang memimpin rombongan orang gagah untuk menggempur Iblis penakluk-dunia dan Dewi Neraka. Tetapi rupanya gerakan Ceng Hi totiang mengalami kegagalan. Banyak arang gagah yang menjadi korban, menderita luka dan binasa. Keadaan dunia persilatan dewasa ini amat gawat sekali. Bila cou-suya suka memikirkan kepentingan partai kita, mohon Cousu-ya jangan tinggalkan kita lagi.... Makin lama makin teganglah perasaan pengemis iiu sehingga dalam kata2 ia seolah-olah menghamburkan seluruh isi hatinya.... Sehingga To Kiu-kong buru-buru mencegahnya bicara. Pengemis Tertawa Tio Tay-tong menghela napas panjang lalu memberi hormat dan mundur. Siau-liong diam saja. Hanya dalam hati ia menimang; Mungkin kesulitan yang kuhadapi dan kenyataan yang kuderita, tak mungkin kalian ketahui. Dan aku pun tak mampu

menjelaskan kesulitan itu kepada kalian selama-lamanya.... 663 Siau-liong mengangkat kepala memandarg rembula. Rembulan saat itu terang benderang, memancarkan cahayanya yang putih bersih keseluruh penjuru. Tiba-tiba Siau-liong rasakan dadanya longgar. Seolah-olah Dewi Rembulan telah memberi petunjuk jalan keluar kepadanya. Pada wajahnya yang kotor berlumuran lumpur itu, pelahan-lahan menampil kerut tawa. Dan hatinya pun makin mantap, Seorarg lelaki harus memikul tanggung jawab perbuatannya sendiri. Asal perbuatan itu tidak menialahi Allah, tidak mercelakai orang, itulah sudah cukup. Apa guna segala kemashuran nama yang kosong?" Setelah hatinya merasa tenang dan mantap, iapun tertawa, ujarnya; Telah kuteliti diri, jelas aku tak mampu memikul tanggung jawab partai. Oleh karena itu, maka kuulangi lagi maksudku yang dulu, Hendak minta tolong kepada To Kiukong supaya memilih seorang tunas berbakat untuk kuberi pelajaran ilmu Thay-siang-ciang, demi membangun kejayaan partai Kay-pang." To Kiu-kong tersipu-sipu berlutut; Ah, berat sekali perintah cou-suya itu. Mana Kiu-kong dapat memikul tugas seberat itu?" Pengemis-tertawa Tio Tay-tong dan kawan2 serta-merta ikut berlutut. Siau-liong mengangkat mereka bangun lalu dengan tertawa riang ia berkata:.... Apa yang kukatakan itu keluar dari isi hatiku sesunguhnya. Harap Kiu-kong secepat mungkin mencari tunas pewaris itu. Karena.... tak berapa lama lagi aku segera pergi jauh. Mungkin kelak kita takkan berjumpa lagi." Kembali To Kiu-kong termangu. Sesaat ia tak dapat berkata-kata. 664 Melihat mereka tertegun mendengar ucapanya Siau-liong pun menyadari kesulitan mereka. Mengingat keadaan dunia persilatan dewasa itu tedang terancam bahaya kehancuran, maka cepat ia alihkan pembicaraan, Apakah kalian tahu saat ini Ceng Hi totiang mempersiapkan rencana apa lagi?" Wajah To Kiu-kong menggelap, sahutnya setelah menghela napas, Ceng Hi totiang memimpin rombongan orang gagah untuk menyerang dari belakang Lembah Semi dengan gunakan api dan bahan peledak. Tetapi tak terduga Iblispenaklukdunia dan isterinya.... Hal itu sudah kuketahui semua." tukas Siau-liong. To Kiu-kong terbeliak, Apakah cousu-ya tahu peristiwa Pendekar Laknat membantu pertempuran kemarin itu? Jika tidak.... Siau-liongpun cepat mengerat, Kemarin barisan penyerang

Ceng Hi totiang telah dikalahkan Iblis-penakluk-dunia. Iblis itu memberi perintah supaya dalam waktu tiga hari Ceng Hi totiang dan sekalian orang gagah harus datang kegunung Gobi. Yang ingin kuketahui, apakah rencana Ceng Hi totiang menghadapi perintah itu?" To Kiu -kong benar-benar tak mengerti. Bukankah sousu-ya itu menghilang tak kelihatan ikut dalam pertempuran? Mengapa dapat mengetahui jalannya peristiwa dengan jelas? Ceng Hi totiang memutuskan akan pergi kepuncak Gobi.... , " akhirnya To Kiu-kong menjawab lalu menghela napas, berdiam diri. Tiba-tiba Song Ling yang sejak tadi tak bersuara, saat itu menyelutuk; Perlu apa mereka hendak kegunung Gobi?" 665 Dengan pandang tawar, To Kiu-kong melirik sejenak kepada dara itu lalu memandang Siau-liong lagi. Seolah-olah tak leluasa menjawab pertanyaan dara itu sebelum mendapat idjin Siau-liong. Siau-liong menatap ketua Kay-pang itu dan berkata perlahan; Memang hal itulah yang ingin kuketahui. Tak apa silahkan mengatakan saja!" To Kiu-kong masih bersangsi. Ia maju menghampiri kedekat Siau-liong dan berkata dengan suara perlahan; "Dengan ilmu Hitam melenyapkan kesadaran pikiran orang, kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia itu dapat memperalat Jong Leng lojin, Lam-hay Sin-ni, Naga Terkutuk, Harimau Iblis dan beberapa tokoh lainnya. Kekuatan mereka jauh berlainan dengan 20 tahun yang lalu. Demi menyelamatkan seluruh kaum persilatan, terpaksa Ceng Hi totiang memutuskan untuk melakukan permintaan kedua suami isteri iblis. Dalam tiga hari nanti akan menuju kepuncak Gobi.... Ketua Kay-pang itu berhenti sejenak. mengeliarkan mata memandang keempat penjuru lalu melanjutkan lagi; Sekalipun menurut perintah kedua iblis kepuncak Gobi, tetapi diam-diam Ceng Hi totiang sudah menyiapkan rencana. Kabarnya di atas puncak Gobi, terdapat seorang sakti yang luas pengetahuan dan tinggi ilmu silatnya.... Kiu-kong, nama orang sakti itu....?" Siau liong cepat bertanya. Tetapi To Kiu-kong gelengkan kepala, Walaupun umurku sudah setua ini dan mempunyai pengalaman luas dalam dunia persilatan. Tetapi jika bukan Ceng Hi totiang yang mengatakan, tentu aku tak tahu. Orang tua itu tak pernah muncul dalam dunia persilatan dan tak dikenal namanya". 666 Siau-liong kerutkan dahi dan bertukar pandang dengan Song Ling. Tetapi tak bicara apa2. Kemarin Ceng Hi totiang telah mengadakan rapat rahasia

dengan para tokoh2 persilatan," kata To Kiu-kong pula, "Ceng Hi totiang akan memimpin rombongan tokoh persilatan dan segenap pendekar dari seluruh penjuru, menghadapi orang sakti di atas puncak Gobi, untuk minta bantuannya. Namun gagal terpaksa mereka akan bertempur mengadu jiwa dengan Iblis-penakluk-dunia. Lebih baik pecah sebagai ratna dari pada menjadi budak kedua iblis itu. Biarlah puncak Gobi akan bersiram darah para pendekar gagah.... Siau-liong gelengkan kepala. Rencana Ceng Hi totiang itu masih kurang sempurna. Adakah orang sakti itu mau membantu atau tidak, masih satu pertanyaan. Taruh kata ia meluluskan, pun belum tentu dapat melawan Iblis-penakluk-dunia yang mempunyai jago2 seperti Jong Leng lojin, Lam-hay Sin-ni dan lain-lain tokoh yang sakti. Jika sampai menderita kekalahan lagi dan kedua iblis itu lagi, bukan saja seluruh tokoh persilatan yang hancur binasa pun pembunuhan2 tentu akan berlargsung hebat sehingga dunia persilatan betul2 tak berkutik dan dapat dikuasai Iblis penakluk-dunia!" To Kiu-kong tertawa tawar, Ah, selama masih ada ayam, takkan telur habis. Misalnya, dalam pertempuran kemarin itu, walaupun fihak orang gagah menderita kekalahan, namun semangat mereka tak pernah ludas. Mereka tetap akan melanjutkan perjuangan kegunung Gobi. Apabila gagal lagi, ya apa boleh buat, terserah pada kehendak Tuhan!" Siau-liong tertegun diam. Saat itu ia memang tak punya rencana. Jong Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni tiada yang mampu melawan. Apalagi masih ditambah dengan Naga 667 Terkutuk, Harimau Iblis dan beberapa tokoh lain. Sekalipun rombongan orang gagah yang dipimpin Ceng Hi totiang itu berjumlah lebih besar pun tak berguna. Bahkan malah menambah jumlahnya korban saja. Setelah terdiam beberapa saat barulah To Kiu-kong berkata, Selain dari itu, Ceng Hi totiang masih mempunyai setitik harapan kepada seorang sakti lain.... "Siapakah orang itu?" Siau-liong terkesiap. "Tokoh yang sejajar dengan kedua suami isteri iblis itu yakni Pendekar Laknat. Kemarin dia telah membantu dengan sepenuh tenaga. Pada waktu bertempur melawan Jong Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni. dia telah gunakan tenaga sakti Thian-kong-sin-kang.... To Kiu-kong berhenti sejenak mencari kesan. Tetapi ia heran karena Siau-liong tak menampilkan reaksi apa2. Terpaksa ia melanjutkan penuturannya lagi. "Thian-kong-sin-kang merupakan ilmu sakti Nomor satu di dunia persilatan. Sayang tampaknya Pendekar Laknat itu masih belum sempurna peyakinannya, Diduga ia telah berhasil memperoleh kitab pusaka peninggalan Tio Sam-hong tetapi

belum sempat mempelajarinya dengan sempurna. Sayang dalam pertempuran kemarin, tokoh tersebut telah menderita luka parah lalu melenyapkan diri. Ceng Hi totiang sudah menyebar orang untuk mencarinya tetapi sampai sekarang belum ketemu.". Siau-liong tersenyum , "Karena terluka parah tentulah Pendekar Laknat itu sukar datang lagi untuk membantu. Harap Kiu-kong sampaikan kepada Ceng Hi totiang agar jangan mencarinya lagi". 668 To Kiu-kong memandang Siau-liong dengan heran, Apakah cou-suya tahu..... Tiba-tiba ketua Kay-pang itu tak melanjutkan ucapannya karena teringat sewaktu di Lembah Maut, Pendekar Laknat pun pernah mengatakan tak perlu menunggu Siau-liong. Dia mengatakan bahwa Siau-liong itu seorang Pendekar muda nomor satu dalam dunia persilatan dewasa itu. Dan pula tokoh itupun mengatakan lagi kemungkinan Siau-liong tentu sudah keluar dari Lembah Maut. Teringat akan hal itu, To Kiu-kong mendapat kesan. seolah-olah antara Siau-liong dengan Pendekar Laknat itu sudah saling tahu satu sama lain. Betapa luas pengetahuannya dan pengalaman To Kiu-kong, namun ia benar-benar tak mengerti tentang Pendskar Laknat dan Siau-liong yang misterius. Tengah To Kiu-kong tertegun. tiba-tiba Siau-liong bertanya pula, Bagaimana dengan wanita baju merah yang ditawan paderi Liau Hoan itu? Apakah Ceng Hi totiang sudah dapat merebutnya.... Kembali To Kiu-kong terbeliak kaget. Paderi Liau Hoan sampai saat itu belum diketahui jejaknya. Peristiwa penawanan wanita baju merah itu adalah Pendekar Laknat yang mengatakan. Mengapa Siau-liong tahu? Bahkan mengapa Siau-liong amat menaruh perhatiannya kepada peristiwa itu? Tetapi To Kiu-kong tak leluasa menanyakan soal itu. Terpaksa ia hanya menjawab; "Soal itu aku tak mengetahui jelas. Beberapa orang yang telah disebar Ceng Hi totiang, belum juga menemukan jejak paderi itu. Sampai saat ini sudah sehari semalam masih juga rombongan Ti Gong belum kembali." 669 Siau-liong terkejut ia tak tahu mengapa Paderi Ti Gong menawan Poh Ceng-in. Jika sampai terjadi sesuatu dengan wanita itu. bukankah dirinya juga akan celaka. Apakah engkau juga akan ikut ke Gobi?" tanyanya beberapa jenak kemudian. Buru-buru To Kiu-kong menyahut, Segala rencana telah ditetapkan oleh Ceng Hi totiang, partay Kay-pang hanya

mengirim aku seorang diri pergi ikut kesana.... Siau-liong mengangguk, Kalau begitu, aku hendak pergi dulu nanti kita berjumpa digunung Gobi lagi!" Ternyata Siau-liong teringat akan Poh Ceng-in yang diculik Liau Hoan itu. Ia harus cepat2 merampasnya kembali agar jangan sampai terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Selain itu, oleh karena Ceng Hi totiang sudah memutuskan ke Gobi, tak perlu lagi ia menemuinya. Maka ia memutuskan untuk mengantar Song Ling menghadap kakek gurunya dipuncak Gobi. Dan dalam perjalanan, ia akan mencari kesempatan untuk menurunkan Thian-kong-sin-kang kepada dara itu. Sudah tentu Song Ling girang sekali karena pemuda itu merobah keputusannya. Cepat ia mengikuti Siau-liong yang saat itu sudah ayunkan langkah. To Kiu-kong bergegas menyusul, serunya; Cousu-ya apakah tidak perlu pesan apa2 lagi? Mengapa cousu-ya tak perlu bertemu Ceng Hi totiang?" Ketua Kay-pang itu tak berani mencegah Siau-liong tetapi pun tak dapat membiarkan cousu itu pergi. Maka ia mencari kata2 lain sebagai alasan. 670 Siau-liong hentikan langkah, Dengan Ceng Hi totiang, aku tak begitu kenal. Nanti setelah peristiwa Gobi selesai. masih ada waktu untuk menemuinya. Dan sekali lagi kuulangi permintaanku. Lekaslah engkau cari seorang tunas yang berbakat untuk menjadi pewaris kita!" Habis berkata Siau-liong terus mengajak Song Ling lanjutkan perjalanan. --ooo0dw0ooo-Walaupun menderita luka dalam yang parah. tetapi baik Siau-liong maupun Song Ling tak mau diketahui To Kiu-kong. Dengan kuatkan diri mereka melangkah tegap. Setelah jauh barulah mereka berhenti.... Napas si dara terengah-engah. Tulang belulangnya seraya lepas, sakit dan letihnya bukan kepalang. Ia segera duduk numprah. Untunglah To Kiu-kong dan rombongannya. Setelah beberapa waktu, Siau-liong mengajaknya berjalan lagi. Song Ling mengiakan. Demikianlah kedua anak muda itu segera melanjutkan perjalanan lagi. Siau-liong memang belum memberi penjelasan kepada si dara. Tetapi ia sudah mempunyai rencana. Pertama, ia hendak menuju kebengawan Bin-kiang untuk mengejar jejak Liau Gong dan meminta kembali Poh Ceng-in. Dari sungai itu, terus kegunung Gobi hanya 20-an li jauhnya. Apakah engkau tahu jalanan ke Gobi?" tanya Song Ling. Siau-Hong mengatakan bahwa sekalipun ia belum faham, tetapi ia tahu gunung itu terletak disebelah barat laut. "Kita mengarah kesana dan bila perlu dapat bertanya pada orang," katanya.

671 Tetapi saat itu mereka masih dalam lingkungan pcgunungan Tay-liang san yang luas. Kecuali rankaian puncaknya yang memanjang, pun jalanannya sukar dan berkeluk-keluk. Hampir dua jam berjalan, mereka masih belum keluar dari wilayah gunung itu. Saat itu hari sudah mulai terang tanah. Sambil menarik lengan Siau-liong. Song Ling menekan dahinya dan berkata dengan lemah, Aku benar-benar sudah tak kuat. Kita cari tempat beristirahat". Siau-liong sendiri pun rasakan kakinya lemas, kepala pening mata berkunang-kunang. Karena tak faham jalan, tak tahu ia sudah sampai dimana. Dilihatnya dalam hutan yang tak jauh disebelah muka, tampak sebuah dinding merah. Ia duga tentu sebuah biara. Kesanalah ia ajak dara itu. Tiba-tiba Song Ling menjerit kaget seraya menunjuk ke arah semak di tepi jalan . Lihatlah!" Ketika melihat ke arah yang ditunjuk si dara, Siau-liong melihat semak itu berlumuran darah dan semak2 belukar banyak yang rebah. Dan tak jauh dari semak itu terdapat sebatang pedang yang kutung. Siau-liong memungut pedang kutung itu dan memeriksa. Tak ada tanda apa2 hingga tak diketahui siapa pemiliknya.... Tetapi jelas ditempat itu tentu telah terjadi pertempuran dahyat. Dan dari darah yang berceceran itu, jelas tentu adalah yang mati atau terluka. Menilik darah yang sudah berwarna merah hitam, tentulah pertempuran itu terjadi beberapa jam yang lalu. Tetapi kecuali pedang kutung itu, tiada terdapat mayat dan lain-lain jejak. 672 Tempat itu sudah jauh dari Lembah Semi, tak mungkin yang bertempur itu anak buah Iblis-penakluk-dunia. Sampai beberapa saat Siau-liong tak dapat memecahkan peristiwa itu. Tiba-tiba ia terkejut karena mendengar suara orang membaca kitab suci (Buddha). Nadanya pelahan sekali dan asalnya dari arah hutan. Segera Siau-liong menurutkan arah suara dan tibalah ia pada sebuah biara kuno. Suara itu jelas berasal dari dalam biara. Tetapi saat itu pembacaan kitab tadi sudah berhenti. Memandang tempat itu ternyata sebuah biara yang rusak. Tak mungkin terdapat paderi yang menghuni. Apa lagi saat itu masih pagi sekali, tak mungkin sepagi itu paderi sudah membaca kitab. Siau-liong makin heran. Karena dirinya masih terluka, ia kuatir kalau berjumpa dengan musuh yang kuat. Maka ditariknialah Song Ling seraya membisikinya, Suara pembacaan kitab tadi, mencurigakan sekali. Tentu ada seseorang yang bersembnnyi, entah kawan entah lawan, belum dapat kita pastikan. Lebih baik kita bersembunyi dulu

melihat perkembangannya. Song Ling tiada pandapat lain kecuali menurut saja. Begitu mereka segera mencari tempat persembunyian dibawah kaki sebuah anak bukit. Anak bukit itu dikelilingi semak rumput yang lebat dan tinggi. Dari tempat persembunyian yang sukar deketahui orang itu, dapatlah Siau-liong memandang keluar dan beristirahat. Kedua pemuda itupun lalu bersemedi memulangkan semangat. Sesungguhnya luka dalam yang diderita Song-Ling itu tak berapa parah. Adalah karena ia bersedih melihat ibunya 673 tertawan musuh maka sampai membuatnya lemas. Karena letih, begitu bersemedhi, ia segera terbanam dalam kelelapan. Tidak demikian dengan Siau-liong. Pikirannya ruwet tak keruan sehingga sukar untuk memusatkan semangat. Sejam kemudian baru pikirannya agak tenang dan mulailah ia dapat menyalurkan hawa murni. Pada saat Siau-liong dalam alam kehampaan, tiba-tiba terdengar derap langkah orang. Siau-liong terkejut bangun. Tampak seorang yang dandanannya amat aneh tengah meneliti jejak tapak orang dan perlahan-lahan menghampiri ketempat persembunyiaannya. Kepala orang itu sebesar kepala kerbau, rambutnya yang putih terurai sampai kebahu. Tingginya tak kurang dari dua meter. Jenggotnya yang bercabang lima, menjulai turun sampai ke perut. Entah berapa usianya. Tetapi wajahnya masih segar kemerah-merahan. Mengenakan baju serba putih dan mantel warna kuning telur. Tangannya mencekal Sebatang tongkat besi. Seketika teringatlah Siau-liong akan dongeng tentang dewa Taypek Li Kim-ce yang turun kebumi.... Orang itu tak mirip dengan manusia dunia. Sambil menyusur jejak telapak kaki, orang tua aneh itu memandang kian kemari. Sepasang matanya berkilat-kilat memancar api, mengandung sinar jahat. Diam-diam Siau-liong berdebar-debar. Terang yang hendak dicari orang tua itu tentulah dirinya berdua. Karena masih hijau dalam dunia persilatan. Tak tahu ia aliran orang tua itu dan mengapa hendak mencari dirinya. 674 Siapakah kakek yang mirip setengah dewa setengah setan itu?" tiba-tiba Song Ling bertanya. Ternyata ia pun sudah tersadar dari persemedhiannya. Sambil memandang ke arah kakek aneh yang menghampiri ke arahnya, Siau-liong menyahut dengan bisik2, Apakah tenagamu sudah pulih?" Hawa dalam masih belum tenang, tenaga murni belum

pulih tetapi sudah banyak kebaikan?" Siau-liong sendiri masih payah. Lukanya sudah disembuhkan Randa Bu-san tetapi luka dalam masih parah. Jika berhadapan dengan musuh tangguh. tentu belum mampu menandingi. Saat itu si kakek aneh sudah keluar dari hutan dan tengah menyiak-nyiak semak rumput yang dilaluinya. Pelahan-lahan makin mendekati. Dan beberapa jenak kemudian sudah tiba dua tombak dimuka tempat Siau-liong. Karena merasa tak mungkin dapat bersembunyi lagi, Siauliong memberi isyarat kepada Song Ling lalu berbangkit. Rupanya kakek aneh itu terkejut sehingga menyurut mundur dua langkah. Matanya berkeliaran memandang Siauliong. Masuk ke dalam gua rahasia dan mendapat kitab pusaka Thian-kong-sin-kang, tentulah engkau, bukan?" tiba-tiba kakek aneh itu bertanya. Siau-liong terkesiap. Ia merasa belum pernah bertemu dengan kakek itu, mengapa sudah mengenal dirinya dan bahkan tahu tentang kitab pusaka itu. 675 Seketika ia menyahut dengan nada tidak menyangkal pun tidak mengakui Entah siapakah lo-cianpwe ini? Mengapa tahu orang yang masuk ke dalam gua rahasia dau mengambil kitab pusaka Thian-kong sin-kang?" Mata kakek itu berkilat lalu tertawa gelak2, Mataku belum buta, sudah tentu takkan salah lihat!" Heran Siau-liong makin menjadi-jadi. Ia tak tak tahu dengan tujuan apakah kakek aneh itu mencarinya? Sesaat ia tak dapat mencari akal untuk menghadapinya. Beberapa jenak kemudian baru ia berkata, Ucapan locianpwe itu sungguh mengherankan sekali. Aku baru kenal saja dengan lo-cianpwe. Dengan dasar apa lo-cianpwe.... Ilmu petanganku tak pernah meleset!" tukas kakek itu. Siau-liong tertawa, Ah, kiranya lo-cianpwe mengetahui peristiwa itu dari ilmu petangan". Walaupun mengatakan begitu, tetapi diam-diam hati Siauliong tergetar juga. Semula ia memang tak percaya ilmu meramal dan segala ilmu mistik. Tetapi sejak peristiwa Randa Bu-san itu, pandangannya pun agak berubah. Dan kali ini berhadapan lagi dengan seorang kakek ahli nujum, mau tak mau ia harus menaruh sedikit kepercayaan juga. Setelah kuhitung sampai beberapa kali, barulah aku bergegas-gegas datang kemari!" kata kakek itu pula. Kepercayaan Siau-liong makin tumbuh, tanyanya Entah apa maksud lo-cianpwa hendak mencariku?" Kakek aneh itu gelengkan kepala menghela napas, Karena sembrono maka sampai menimbulkan kesalahan besar. 676

Sekalipun telah kuusahakan untuk menolong, mungkin tetap tak dapat terhindar dari kutukan. Kehancuran sukar kembali.... Siau-liong tercengang. Lo-cianpwe meresahkan soal apa saja? Jika menghendaki tenagaku, silahkan memberi pesan. Aku tentu akan berusaha sekuat tenaga.... Berkata sampai disitu, tiba-tiba Siau-liong berhenti karena teringat akan keadaan dirinya saat itu. Ia masih terluka dalam. Sedang tongkat besi dari kakek itu sebesar telur itik. Tentulah beratnya tak kurang dari 200 kati. Tetapi kakek itu dapat memegang seenaknya saja. Jelas tentu seorang yang memiliki ilmu yang sakti. Apalagi seorang ahli nujum yang lihay. Masakan kakek itu memerlukan bantuannya lagi?. Tetapi diluar dugaan kakek itu mengangguk; Memang sebaiknya begitulah.... ia berkeliaran memandang keempat penjuru, ujarnya, Tempat ini tak leluasa untuk bicara. Silahkan kalian ikut kebiara sana!" Habis berkata tanpa menunggu Siau-liong setuju atau tidak, ia terus berputar tubuh dan melangkah ke arah biara. Siau-liong kerutkan alis lalu bertukar pandang dengan Song Ling. Sesaat ia merasa bersangsi. Tetapi entah bagaimana, baik sikap dan nada ucapan kakek tua itu, mempunyai daya tarik yang kuat dan berwibawa sehingga Siau-liong tak dapat menolak lagi. Akhirnya ia mengajak Song Ling; Kita.... Terserah engkau.... tukas si dara. 677 Kakek aneh itu berjalan pelahan sekali, tanpa berpaling ke belakang. Seolah-olah yakin kalau kedua anak muda itu tentu akan mengikutinya. Tak berapa lama, tibalah mereka di biara. Menilik bangunannya, tentulah dahulu biara itu sebuah tempat pemujaan yang megah. Tetapi kini sudah rusak dan tak terawat. Dindingnya rubuh dan gempal, halaman penuh ditumbuhi rumput dan pintunya bertimbun sarang gelagasi. Papan nama yang sudah rusak dan lecet tulisannya itu masih dapat terbaca, Ternyata biara itu memakai nama Sam goan-kiong. Kakek tua itu berhenti dimuka pintu. Setelah Siau-liong dan Song Ling tiba, barulah ia melangkah masuk. Memang besar sekali bangunan biara itu. Pohon siong yang tumbuh dihalaman biara itu tinggi sekali. Tentulah sudah berumur ratusan tahun. Daunnya yang lebat, menimbulkan suasana yang menyeramkan juga. Siau-liong bergandengan tangan dengan Song Ling mengikuti kakek aneh yang melangkah keruang besar. Ternyata dalam ruangan besar itu masih mengepul asap wangi. Walaupun juga rusak tetapi keadaan ruangan itu masih

cukup lumayan. Ditengah ruang terdapat patung dewa Thay Siang Lokun dan Goan Si Thian-cun. Tetapi sudah rusak keadaannya. Tikus dan kelelawar bersarang pada lubang2 patung itu. Meja sembahyang rupanya telah dibersihkan. diberi penerangan lilin, sebuah area kecil. Tempat pedupaan masih mengepul asap. 678 Begitu masuk, lebih dulu kakek aneh itu meletakkan tongkat besinya pada sudut dinding lalu berlutut dihadapan meja sembahyangan dan memberi hormat sampai empat kali. Setelah itu ia bangun dan berkata, Inilah area dari Tio Samhong cousu, lekas haturkan hormat!" Mendengar itu Siau-liong terkejut dan tanpa disadari ia menarik tangan Song Ling diajak berlutut memberi hormat. Setelah itu, barulah Siau-liong menjurah dihadapan kakek aneh dan berkata, Petunjuk apakah yang hendak lo-cianpwe berikan kepadaku?" Sejenak keliarkan mata berkatalah kakek itu dengan nada sarat, Dihadapan area Tio Sam-hong cousu, kalian tak boleh omong sepatah kata yang bohong.... Aku tak pernah berdusta. Tetapi adakah lo-cianpwe ini.... bangsa manusia atau dewa? Mohon lo-cianpwe suka memberitahukan nama lo-cianpwe yang mulia?" Kakek aneh itu tersenyum, Aku mendapat tugas untuk menjaga tempat penyimpanan kitab pusaka peninggalan Tio Sam-hong cousu.... Ia menghela napas lalu berkata pula, Pada waktu itu kebetulan aku keluar sehingga terjadi kesalahan besar itu!" Siau-liong tertegun memandang kakek itu. Tak pernah disangkanya bahwa kitab pusaka Thian-kong-sin-kang, ternyata ada penjaganya. Timbul keheranannya. Tio Sam-hong sudah hampir seribu tahun meninggal dunia. Setua-tua kakek itu, paling banyak hanya berusia 100 tahun lebih. Lalu siapakah yang memerintah dia menjaga kitab pusaka itu? 679 Gua rahasia penyimpanan kitab pusaka itu, tiada pintunya sama sekali. Dahulu karena tak sengaja membobol dinding, maka dapatlah ia masuk ke dalam ruang rahasia itu. Sedang kakek itu tinggal diluar. Bagaimana ia dapat keluar masuk ke dalam ruang itu? Dan lagi pada lembar pertama dari kitab itu jelas tertera kata2.... dua orang masuk keruang ini, hanya seorang yang berjodoh.... Kata2 itu seperti diperuntukan ia dan Mawar Putih yang sama2 masuk ke dalam ruang itu. Jika kakek itu benar-benar seorang ahli nujum yang lihay, mengapa tahu bahwa pada hari itu akan ada orang yang masuk ke dalam ruang rahasia,

dia malah bepergian keluar? Siau-liong mulai meragu tetapi ia tak berani tak mempercayai kakek aneh itu. Buktinya, belum Pernah sama sekali ia bertemu dengan si kakek tetapi mengapa dia tahu bahwa ia telah masuk ke dalam ruang penyimpanan kitab pusaka dan mengambil kitab Thian-kong-sin-kang! Dan yang mengherankan. Pada saat ia masuk ke dalam ruang tempat kitab itu, ia sedang menyamar sebagai Pendekar Laknat. Ah, kalau kakek itu tak mengerti ilmu petangan, tak mungkin dapat mengetataui gerak geriknya. Tiba-tiba kakek itu tertawa pelahan, Sudah tentu engkau curiga. Tetapi ketahuilah, sekalipun Tio Sam-hong sendiri masih hidup, beliau pun tentu tak luput dari kelengahan. Aku.... Kembali ia menghela napas. ujarnya, Ya, kesalahanku yang besar itu, memang tak dapat ditebus lagi. Sudah 21 leluhurku yang turun menurun bertugas menjaga kitab pusaka itu. Tak nyana akhirnya kitab itu musnah dibawah penjagaanku!" Nadanya penuh penyesalan dan kedukaan. Seolah-olah ia ingin untuk menebus dosa. 680 "Adakah lo-cianpwe tinggal di dalam ruang rahasia itu?" tanya Siau-liong. "Benar, sudah berpuluh-puluh tahun aku mengasingkan diri dalam ruang rahasia itu.... Tetapi ruang rahasia itu tiada berpintu dan tak ada persediaan makanan. Bagaimana lo-cianpwe dapat hidup selama berpuluh tahun itu?" Kakek itu tertegun, matanya berkeliar dan lalu tertawa, Ada pintu rahasianya. Hanya saja engkau tak dapat menemukan!" Siau-liong diam tetapi dalam hati setengah tak percaya. Kakek itu berkata lebih lanjut, Aku ditugaskan menjaga kitab pusaka itu sampai datang orang yang berjodoh Siapa kira tempat itu engkau terobos dengan tak terduga-duga.... Kalau begitu, aku bukan orang yang berjodoh," Siau-liong menghela napas. "Dahi bibirmu pendek, tentu bernasib malang. Gurat2 alamat itu sudah nampak, dalam beberapa hari ini tentu akan terjadi. Maaf, kalau aku berkata terus terang, mungkin engkau takkan bisa hidup lebih lama dari 10 hari.... kakek itu menghela napas lalu melanjutkan, dan engkau telah melakukan tindakan yang tak selayaknya. Seharusnya jangan menghancurkan kitab pusaka itu. Masakan kubiarkan kitab itu sampai lenyap selama-lamanya?" Siau-liong tergetar hatinya. Ucapan kakek itu sepatah demi sepatah bagaikan ujung belati menusuk ulu hatinya. 681

Song Ling menarik lengan baju Siau-liong dan membisiki didekat telinganya; "Jangan menghiraukan ocehannya. Mungkin kakek ini bukan orang baik!" Jangan takut aku dapat menghadapinya," Siau-liong menghibur. Kiranya ia memang sudah mempunyai rencana. Tak peduli kakek itu orang baik atau jahat. tetapi karena ia merasa sudah menghancurkan kitab pusaka Thian-kong-sin-kang. Apapun yang akan terjadi, ia siap menghadapi. Ya, semua telah terjadi, entah lo-cianpwe hendak mengusahakan bagaimana untuk menolong soal itu?" tanyanya sesaat kemudian. Kakek aneh itu tersenyum, Telah kupikirkan lama sekali tetapi tetap tak memperoleh daya untuk menolong. Ah, ternyata cara yang hendak kuajukan itu sudah engkau pikirkan juga.... Aku sungguh tak mengerti maksud lo-cianpwe. Masakan aku sudah.... Kakek aneh itu tertawa meloroh lalu maju menghampiri kedua anak muda itu. Siau-liong terkejut dan cepat bersiap. Kakek itu berhenti dimuka mereka berdua. Ditatapnya wajah Song Ling dengan tajam. Beberapa saat kemudian ia tertawa, Tulang bagus bakat tinggi. Benar-benar seorang tunas yang hebat.... Kemudian ia beralih memandang Siau-liong, katanya, "Bukan engkau pernah hendak menurunkan Thian-kong-sinkang kepada anak perempuan ini?" 682 Kembali Siau-liong terkejut. Ia benar-benar percaya kalau kakek aneh itu seorang ahli nujum yang sakti. Kalau tidak bagaimana ia tahu hal itu? Benar, memang aku pernah bermaksud begitu," akhirnya ia mengaku. Kerut wajah kakek itu berubah serius, Karena itu, agar kitab pusaka itu jangan sampai lenyap dari dunia, engkau harus berdoa kepada arwah Tio Sam-hong cousu untuk meminta idjin menurunkan ilmu Thian-kong-sin-kang kepada seorang pewaris....!" Ia berhenti sejenak lalu menatap Siau-liong, Pertama, engkau harus mengajarkan ilmu Thian-kong sin-kang itu kepada nona Song ini. Tak boleh ada sepatah kata yang kelewatan. Kedua, selama engkau masih hidup dalam beberapa waktu ini, tak boleh engkau mengatakan soal ilmu itu kepada siapapun juga. Lebih2 jangan sekali-kali memberikan pelajaran itu kepada lain orang. Nah, apakah engkau dapat menerima syarat itu?" Syarat yang dikehendaki kakek aneh itu justeru tepat seperti yang direncanakan Siau-liong. Ia memang hendak

menurunkan pelajaran Thian-kong-sin-kang kepada Song Ling. Menilik bakat dan kecerdasan dara itu, ia percaya dalam waktu setahun saja, dara itu tentu akan menguasai ilmu sakti tersebut. Apabila kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia tak dapat dibasmi, sekurang-kurangnya ia dapat meletakkan harapannya kepada dara itu. Dalam waktu setahun lagi, setelah faham ilmu Thian-kong-sin-kang, tentulah dara itu akan dapat melenyapkan kedua durjana pengganggu dunia persilatan itu! 683 Baiklah, aku menerima seluruh permintaan lo-cianpwe," kata Siau-liong, "tetapi aku masih mempunyai sebuah permintaan.... "Silahkan kalau engkau mau menyatakan apa2," kata kakek aneh seraya mengelus jenggot. Adanya kuhancurkan kitab pusaka Thian-kong sin-kang itu adalah karena aku kuatir kitab itu sampai jatuh ketangan orang jahat. Demi menjaga hal itu, maka penurunan ilmu itu harus dilakukan secara rahasia. Akan kuucapkan seluruh isi kitab itu kepada nona Song. Menilik kecerdasannya, ia pasti dapat mengingat dengan lekat". Ya, baiklah, aku setuju.... kata kakek itu, tetapi berapa lama engkau dapat menurunkan pelajaran itu?" Sejenak Siau-liong terdiam, sahutnya, Dalam dua jam atau paling lambat dalam tiga jam saja, tentu sudah selesai!" Kakek tua segera meminta kedua pemuda itu supaya segera mulai pelajaran itu bertempat diruang samping, katanya, Aku yang menjaga disini untuk pengamanan kalian". Baiklah," kata Siau-liong lalu menarik Song Ling diajak keruang samping. Tetapi diluar dugaan dara itu mendengus dingin ,,Perlu apa harus keruang samping?" Ih, apakah tadi engkau tak mendengar pembicaraan kami?" Siau-liong kurang senang. Kalau mendengar lalu bagaimana?" Siau-liong terbeliak. Thian-kong-sin-kang merupakan ilmu sakti nomor satu di dunia persilatan. Siapa yang dapat menguasai tentu akan menjadi tokoh tanpa tanding. Setiap 684 orang persilatan tentu ngiler memimpikan ilmu sakti itu. Tetapi mengapa dara itu bersikap enggan? Hendak kuberikan pelajaran ilmu Thian kong-sin-kang kepada nona. Apakah engkau tak mau?" tegurnya. Song Ling tertawa dingin, Engkau menduga tepat! Aku tak kepingin ilmu itu!" Siau liong terkesiap. Setelah menunggu sampai beberapa jenak dara itu tak membuat reaksi pernyataan lagi, tahulah Siau-liong bahwa Song Ling tentu masih mencurigai si kakek.

Ternyata kakek aneh itu juga mendengar kata2 Song Ling. Dia juga heran. Matanya berkeliaran kian kemari tetapi tak berkata suatu apa. Siau-liong meringis. Tak tahu ia bagaimana harus bertindak. Duduk berdiri serba salah, wajahnya tersipu-sipu malu. Song Ling melirik. Rupanya dara itu tak sampai hati membiarkan pemuda itu dalam kekakuan begitu. Ia tertawa mengkikik: ,,Baiklah, mari kita keruang samping. Tetapi bukan berarti aku akan minta pelajaran ilmu Thian-kong-sin-kang, lho.... Kemudian dara itu melirik ke arah kakek aneh dan berkata pula, Siapapun jangan susah payah berkesal hati!" Kakek itu tertegun. Tiba-tiba ia tertawa meloroh, Tak pernah selama ini aku salah lihat. Tak seorang tokoh persilatan yang tak ngiler akan ilmu sakti Thian-kong-sinkang.... 685 Sambil memandang ke arah kedua pemuda yang melangkah ke arah ruang samping, ia berseru lagi, Harap nona belajar yang teliti dan mengingat baik2. Aku tetap yang menjaga disini!" Kakek itu lalu tegak diambang pintu sambil lintangkan tongkat besinya. Rambut putih dengan jubah kuning yang berkibaran dihembus angin, sepintas pandang kakek itu benar-benar menyerupai dewa yang turun kebumi.... Ruang samping itu terpisah empat lima tombak dari sikakek berdiri. Song Ling duduk ditempat yang agak bersih lalu berkata; Sepasang mata tua bangka itu tak henti2nya berkeliaran. Tentu mengandung maksud jahat. Apa yang dikatakan tadi hanya ngawur saja, belum tentu.... Siau-liong cepat mengerat, Harap nona jangan banyak kecurigaan. Tak peduli maksudnya bagaimana, aku akan mengajaran isi kitab itu secara rahasia sekali sehingga tak meninggal jejak. Tak nanti dia mendapat keuntungan.... Song Ling tertawa dingin, Pengalamanmu kurang sekali! Mana dia mau tegak mematung disana saja? Tetapi asal engkau sungguh hendak mengajarkan ilmu itu kepadaku, kita nanti cari akal agar dapat kuterima dengan baik". Merah wajah Siau-liong. Diam-diam ia mengakui kebenaran kata2 itu. Jika ia lengah dan ilmu itu sampai terdengar orang yang jahat, kematian tetap belum mampu menebus dosanya. Siau-liong tundukkan kepala. Kucurigai jangan2 kakek itu kaki tangan si Iblis-penaklukdunia Siapa tahu kemungkinan dalam biara ini masih tersimpan orang2 yang menyembunyikan diri secara rahasia. 686 Bahkan bukan mustahil kalau kedua suami isteri durjana ini berada disini sendiri!"

"Siau-liong seperti dipagut ular. Ah, benar, benar! Mengapa ia selolol itu? Cepat ia bergeliat bangun dan memandang keluar pintu. Tetapi sekeliling penjuru sunyi senyap. Tiada sesuatu yang mencurigakan. Kakek aneh itupun tetap berdiri diambang pintu menghadap kesebelah luar. Setelah meneliti beberapa saat, ia kembali ketempat Song Ling, ujarnya; Tampaknya tempat ini tak ada tanda2 yang mencurigakan dijadikan tempat persembunyian rahasia. Tetapi demi pengamanan, akan kugunakan ilmu Menyusup Suara untuk mengajarkan ilmu itu kepadamu". Song Ling tertawa, Pernahkah engkau mendengar tentang ilmu Meneropong langit, mendengar bumi? Jika orang yang bersembunyi memiliki ilmu semacam itu, asal masih dalam lingkungan 10 tombak saja, tentu masih dapat menangkap setiap gerak gerikmu dan setiap patah ucapanmu. Jangan kira ilmu Menyusup Suara itu sudah aman. Ilmu itu tetap dapat ditangkap orang.... Sejenak memandang kesekeliling, dara itu melanjutkan pula, Segala rencana ini tentu dirancang Iblis-penakluk-dunia. Mengingat saat ini kita masih terluka, jika sampai membocorkan seluruh isi kitab Thian-kong sin-kang itu, tentulah mereka segera menghabisi jiwa kita. Dan ilmu itu akan dimiliki Iblis penakluk-dunia dan isterinya untuk selamalamanya. Dunia persilatan pasti akan mereka genggam!" Siau-liong tergetar hatinya; Benar, nona sungguh cerdas sekali!" Song Ling tersenyum, Ah, sebenarnya hal itu sudah gamblang. Tetapi karena engkau terlalu jujur sehingga mudah 687 percaya omongan kakek itu. Karena engkau yang memperoleh dan yang menghancurkan kitab Thian kong-sin-kang, kedua suami isteri Ibils-penakluk-dunia tentu tak mau membunuhmu dulu. Mereka hendak mengatur siasat untuk memperoleh pelajaran kitab itu!" Siau-liong kerutkan jidat, katanya, Kalau begitu, kita gunakan kesempatan ini untuk memulangkan tenaga. Dalam 3 jam saja, kita tentu sudah cukup kuat untuk menerobos keluar dari tempat ini!" Jika tak salah dugaanku," sahut Song Ling, Jika tahu kalau engkau tak mengajarkan ilmu itu kepadaku, Iblispenaklukdunia tentu tak mau menunggu sampai 3 jam.... Berhenti sejenak, dara itu menghela napas pasrah, Ah, terserahlah saja kepadamu.... Ia menyadari dari keadaan saat itu. Tenaga mereka berdua belum pulih sehingga tak mampu bertempur. Jangankan dengan barisan pedang yang bersembunyi disekelilmg biara situ, sedangkan sikakek aneh yang bertongkat besi dari 200 kati itu saja, sudah sukar dihadapi. Karena tiada lain jalan, terpaksa Song Ling menyetujui usul Siau-hong. Mereka segera

pejamkan mata bersemedhi memulangkan tenaga. Keduanya telah membulatkan tekad. Hanya menggunakan kesempatan beberapa jam itu untuk memulangkan tenaga. Hanya dengan jalan itu mereka mempunyai harapan untuk lolos. Tampaknya kakek aneh itu benar-benar mewajibkan diri sebagai penjaga keamanan. Dan sama sekali seperti tak manghiraukan Siau-liong yang sedang menurunkan pelajaran kepada si dara itu. 688 Sambil melakukan penyaluran napas dan hawa murni, Siauliong merenungkan kembali isi pelajaran kitab Thian-kong-sinkang untuk menyalurkan pernapasan, tetapi dia sesungguhnya masih banyak yang belum jelas akan soal2 Semangat, hati, Nafsu, Pikiran, Ketenangan, Gerakan, Kehampaan dan Kenyataan dalam ilmu pernapasan itu. Maka dalam melakukan pernapasan itu pun masih belum seluruhnya berhasii seperti yang dikehendaki, Tetapi untunglah ia memiliki otak yang cerdas dan kemauan keras. Sedikit banyak dapat juga ia menyelami beberapa bagian dari rahasia pelajaran itu. Kira2 dua peminum teh lamanya, kakek aneh itu tiba-tiba berbalik memandang ke arah kedua pemuda. Dilihatnya Siauliong dan Song Ling duduk bersemedhi. Kakek itu kerutkan alis lalu menghadap kemuka lagi. Setelah sejam kemudian, kakek tua itu masih tetap berdiri diambang pintu. Siau-liong memang curiga terhadap kakek itu. Sambil menyalurkan pernapasan, diam-diam ia memperhatikan gerak gerik kakek itu. Tetapi karena ternyata kakek itu tak membuat suatu gerakan apa2, mulailah Siauliong lepaskan perhatian dan tumpahkan semangatnya untuk menyalurkan pernapasan. Tiba-tiba diluar biara samar2 terdengar suara orang bicara. Siau-liong serentak hentikan penyaluran napas dan pasang telinga. Ah, benar, memang ada pendatang yang berada diluar biara. Sesaat itu teringatlah Siau-liong akan ceceran noda darah. Ia percaya pendatang itu tentu akan memasuki biara untuk menyelidiki. Dan ketika mendengarkan dengan seksama, ternyata pendatang itu tak kurang dari 3 atau 6 orang jumlahnya. Mereka sedang bercakap-cakap dengan pelahan. Rupanya kuatir pembicaraan mereka terdengar oleh orang dalam biara. 689 Jika kakek aneh itu benar-benar kaki tangan Iblispenaklukdunia, pendatang itu tentulah rombongan Ceng Hi totiang," diam-diam Siau-liong menimang. "Anda kalau mau masuk, masuk sajalah segera. Mengapa kasak kusuk disini?" tiba-tiba terdengar suara orang berseru

nyaring. Menyusul terdengar derap langkah orang mendatangi. Siau-liong tergetar hatinya. Ia tak asing dengan nada suara itu. Tetapi sesaat ia lupa pernah bertemu dimana. Song Ling pun sudah membuka mata. Dengan pandang bertanya ia menatap Siau-liong lalu mencurahkan perhatian untuk mendengarkan gerak gerik pendatang2 diluar biara itu. Kakek aneh itu bermula masih tenang. Seolah-olah tak mengacuhkan. Tetapi saat itu tiba-tiba ia mulai gelisah. Beringsut dari ambang pintu, ia menyurut mandur ke dalam. Sambil memperhatikan kedua muda mudi yang masih duduk itu, ia beringsut mundur ke belakang jendela. Tiba-tiba ia lontarkan passer pertandaan keluar. Walaupun passer atau anak panah itu hanya memencar sinar lemah tetapi tetap dapat dilihat Siau-liong. Kini tersadarlah ia. Kakek aneh itu benar-benar memang kaki tangan Iblis-penakluk-dunia! Dengan pemberian panah rahasia itu, jelas kalau kakek itu bukan seorang diri melainkan dengan rombongan. Siau-liong segera memberi isyarat mata kepada Song Ling. Keduanya serentak bangkit lalu mengumpat disudut ruang yang gelap dan menunggu apa yang terjadi. 690 Derap kaki orang tadipun segera tiba dimuka biara. Dan sehabis melepas panah pertandaan, kakek aneh tadipun segera kembali berdiri disamping meja. Tegak menjaga sambil mencekal tongkat besi. Rupanya pendatang itu masih bersangsi diluar pintu. Tibatiba ia terbeliak kaget karena melihat arca di atas meja sembahyang dan sikakek aneh yang menjagu disamping meja. Segera orang itu melangkah masuk. Pak tua, apakah engkau penjaga biara ini?" tegurnya dengan suara nyaring. Tetapi secepat itu ia merasa kalau pertanyaannya salah alamat. Dilihatnya kakek itu bukan bangsa paderi atau imam. Dan biara rusak itupun tentu sudah lama tiada dirawat orang dan tiada penjaganya. Tiba-tiba pendatang itu tertawa gelak2 lalu bertanya pula, Hai, pak tua, apa kerjamu disini? Mengapa engkau mengadakan sembahyangan ditempat ini?" Kakek tua itu bersikap pura-pura tak mengacuhkan. Tetapi ia berusaha untuk mengalingi pandangan pendatang itu supaya jangan sampai melihat ke arah ruang samping. Lalu msnyahut, Aku seorang kelana dan kebetulan sedang beristirahat disini.... Sejenak menatap pendatang itu, ia melanjut-kan pula, Apakah saudara juga sedang lalu didaerah ini?" Diruang samping, Siau-liong sudah melihat jelas siapa pendatang itu. Ya. tak salah lagi. Dia adalah sitinggi besar Lu

Bu-ki, kepala Rim-ba Hijau daerah Lam-lok yang terkenal dengan julukan Ruyung-besi-pelor-sakti. 691 Lu Bu-ki sambil mencekal ruyung besi menatap dengan pandang curiga kepada kakek aneh itu. Dibelakangnya tampak 4 orang jago2 silat siap dengan senjata terhunus. Siau-liong yang sudah tahu jelas status kakek aneh itu, karena kuatir Lu Bu-ki kena dikelabuhi, cepat2 menyalurkan pernapasan.... Setelah merasa peredaran darahnya longgar dan tenaganya banyak pulih, segera ia berbangkit hendak melangkah keluar. Tetapi tiba - tiba terlintas sesuatu dalam pikirannya. Dan ia batalkan niatnya. Kiranya ia teringat bahwa walaupun si tinggi besar Lu Bu-ki itu amat mengagumi dan mengindahkan dirinya tetapi dalam kedudukan sebagai Pendekar Laknat. Dan sekarang kalau ia muncul sebagai Siau-liong, orang tinggi besar itu pasti takkan mengenalnya. Mengingat sitinggi besar itu seorang jujur dan berangasan, ia kuatir akan menimbulkan salah faham. Apa boleh buat terpaksa ia sabarkan diri dan menunggu saja bagaimana perkembangannya barulah ia akan bertindak bersama Song Ling. Ternyata sitinggi besar Lu Bu-ki tak menyahut hanya memandang kesekeliling penjuru lalu berkata, Pak tua, tempat ini bukan tempat yang aman. Lebih baik lekas2 tinggalkan tempat ini. Apakah selama dalam perjalananmu engkau tak pernah mendengar tentang sepak terjang suami iSteri Iblis-penakluk-dunia yang hendak menguasai dunia persilatan dan melakukan pembunuhan secara besar-besaran itu?" Kakek aneh itu tertegun, lalu tertawa. 692 Aku berkelana keseluruh penjuru dunia.... Tak mencampuri urusan dunia persilatan. Aku tak peduli siapapun juga!" serunya. Seorang tinggi kurus yang berdiri mencekal pedang di belakang Lu Bu-ki. memandang lekat pada kakek aneh itu. Saat itu tiba-tiba mendekati Lu-Bu-ki dan membisiki beberapa patah kata. Si tinggi besar Lu Bu-ki keliarkan matanya dan mengerung, Benar.... benar, lalu ia maju dua langkah kehadapan kakek aneh dan membentaknya, Pak tua, kapankah engkau datang kebiara ini?" Kakek tua itu mundur selangkah dan merjawab tersendat; "Baru kemarin malam dan sekarang akan melanjutkan perjalanan lagi.... kemudian ia menggerutu, Aku tak biasa didesak orang dengan pertanyaan2. Kalau tak ada urusan lagi, silahkan saudara tinggalkan aku seorang diri."

Lu Bu-ki membentaknya, Pak tua, kalau ketemu tuanmu ini engkau memang celaka. Kalau memang semalam engkau sudah datang, tentu engkau tahu siapa yang bertempur diluar biara ini?" Kakek itu gentakkan tongkat besinya. Rupanya ia marah tetapi ia tetap tertawa hambar dan gelengkan kepala, Telah kukatakan, aku tak peduli dengan urusan dunia persilatan. Jangankan memang tak mendengar suara ribut2 itu, sekalipun dengar akupun tak ambil pusing!" Lu Bu-ki lintangkan ruyung besi dan membentak nyaring, Pak tua, sudah 20 tahun aku berkecimpung dalam dunia persilatan. Mataku sudah kenyang melihat apa2, Hayo lekas bilang siapakah sesungguhnya dirimu ini!" 693 Nadanya keras, sikapnya kasar. Benar-benar suatu lagak yang biasa diunjuk oleh orang persilatan yang kasar. Demikian keempat orang yang mangawal di belakang itu. Begitu melihat sitinggi besar bersikap hendak turun tangan, mereka pun cepat mencabut senjata masing-masing dan terus mengepung kakek aneh itu. Diam-diam Siau-liong gelisah melihat tingkah laku sitinggi besar itu. Jangankan kakek itu masih mempunyai gerombolan yang menyembunyikan dari disekitar biara situ. Sekali pun hanya seorang diri, tetapi kakek yang mencekal tongkat besi seberat 200-an kati itu tentu sukar dilawan. Tetapi apa yang terjadi saat itu, benar-benar diiuar dugaannya. Sikakek yang tampak seperti seorang dewa itu dan dikira tentu mempunyai kepandaian yang sakti, tetapi ternyata berhadapan dengan si kasar Lu Bu-ki, kakek itu mengunjuk wajah yang ketakutan. Dia beringsut-ingsut mundur ke belakang. Tetapi matanya tak henti2nya memandang keluar jendela seperti orang sedang menunggu datangnya bala bantuan. Karena kakek itu diam saja, si kasar Lu Bu-ki terus ayunkan ruyungnya dengan jurus Menyiak-bunga-menggoyang-pohon. Sebagai pemimpin Rimba Hijau dari wilayah Lam-lok, sudah tentu Lu Bu-ki memiliki kepandaian yang tinggi. Gerakan menutuk dengan ruyung itu menimbulkan desis suara yang amat tajam. Kakek itu mengangkat tongkat hendak menangkis tetapi tubuhnya pun cepat2 miring kesamping. Secepat menarik lagi tongkat dan mundur hendak menyingkir. 694 Tetapi saat itu ia berada didekat dinding ruang. Apalagi masih ada keempat pengawal Lu Bu-ki yang menyerang. Kakek itu tak mampu menghindar lagi. Tring.... betapa kakek itu mundur, tak urung tongkatnya berbentur juga dengan ruyung besi dari sitinggi besar Lu Buki.

Tiba-tiba sitinggi besar tertegun dan mundur selangkah. Dipandangnya kakek itu dengan terlongong-longong. melihat pemimpinnya tak melanjutkan serangannya keempat perngawal itupun masing-masing mundur selangkah dan sikap menunggu. Kakek aneh yang sudah terpojok disudut dinding itu, tampak ketakutan. Ho, kiranya engkau binatang!" tiba-tiba Lu Bu-ki berteriak sesaat kemudian. Dan menyusul ruyungpun segera diayunkan dengan deras untuk mendesak kakek aneh itu. Kakek itu sudah patah nyalinya. Tongkatnya tak keruan gerakannya. Cepat sekali tongkatnya terpukul jatuh oleh ruyung Lu Bu-ki. Siau-liong dan Song Ling melihat jelas apa yang terjadi itu. Sepintas pandang tongkat besi kakek aneh itu amat berat sekali tetapi ternyata dapat disabat terpental oleh ruyung Lu Bu-ki. Jelas tongkat itu bukan dari besi melainkan dari besi tipis yang dibalut kulit. Diam-diam Siau-liong memaki dirinya sendiri mengapa tak cermat menilai orang sehingga mudah dikelabuhi. 695 Setelah tongkatnya terpental, tampak kakek itu bingung tak keruan. Tiba-tiba ia menjerit keras. "Thian-cun, tolonglah! tolonglah.... Lu Bu-ki terkesiap. Ia mendengus dingin, lalu sabatkan ruyungnya kepinggang si kakek. "Bluk".... kakek itu terpental sampai setombak lebih jauhnya dan terkapar rubuh di tanah. Lu Bu-ki memburunya, Binatang, engkau masih berani pura-pura pingsan!" Ia terus mencopoti rambut, jenggot, jubah dan mantel kakek itu. Ternyata orang itu mengenakan kedok muka palsu. Dia bukan lagi sikakek tua melainkan seorang lelaki yang baru berumur 50-an tahun. Pakaiannya yang asli hanya seperangkat pakaian yang sudah rusak, butut dan compangcamping. Seorang tukang khwat-mia atau tukang ramal yang berkelana mencari penghidupan di dunia persilatan. Lu Bu-ki menginjak dada orang itu lalu membentaknya, Hai, mulut besi, masih kenal aku!" Kiranya orang itu bernama Ong Thiat-go Orang si Mulut besi. Seorang tukang ramal yang menuntut penghidupan sebagai penipu. Sedikit2 dia memang belajar silat dan pernah berlatih ilmu tenaga dalam. Maka sabatan ruyung Lu Bu-ki tadi tak sampai membuatnya pingsan. Dengan bergeliatan dan berkaok-kaok ia memanggil Thian-cun atau bapak kepala. Tetapi sampai kerongkongannya serasa pecah, tetap tiada penyahutan atau bantuan yang datang. Setelah Lu Bu-ki menginjak dadanya, barulah ia tak berani bertingkah lagi. "Poh-cu, hamba memang berdosa, hamba....

696 "Jangan banyak bicara! bentak sitinggi besar, "Lekas bilang mengapa engkau berani menyaru seperti setan tua!" Karena dadanya terhimpit sehingga sukar bernapas, si Mulut besi itu mencekal kaki Lu Bu-ki erat2 dan tak dapat bicara. Sitinggi besar mendengus lalu longgarkan injakannya, Lekas bilang kalau berani bohong otakmu tentu berhamburan keluar!" Setelah merghela napas dan memandang sejenak ke arah luar jendeia, berkatalah ia dengan sikap ragu2, Poh-cu, suami isteri Iblis-penakluk-dunia berada dalam biara ini.... hamba.... Memang pada waktu si Mulut besi berkaok-kaok minta tolong pada Thian cun", Lu Bu -ki sudah menduga kalau kedua suami isteri durjana itu tentu berada disekitar tempat situ. Tetapi sebagai kaum persilatan, Lu Bu-ki dan rombongannya tak menghiraukan lagi soal mati atau hidup. Walaupun kasar dan berangasan, tetapi ternyata Lu Bu-ki cerdik juga. Ia sadar kalau kawan-kawannya sukar lolos dari cengkeraman Iblis-penakluk-dunia. Tetapi sebelum mati, Lu Bu-ki harus dapat menggagalkan rencana Iblis-penakluk-dunia untuk kemudian ia laporkan pada Ceng Hi totiang. Kiranya saat itu Ceng Hi totiang sudah mengajak rombongan orang gagah tinggalkan Lembah Semi. Sepanjang jalan, banyak tokoh yang dianjurkan pulang ketempat masingmasing. Dengan hanya membawa beberapa puluh tokoh2 terkemuka dari partai2 persilatan, mereka menuju kegunung Gobi, Lu Bu-ki bertugas menjadi pelopor dimuka. "Tak peduli setan belang yang berada disini, jika engkau tak mau bilang sejujurnya, tuanmu tentu segera akan.... 697 bentak Lu Bu-ki seraya mencengkeram bahu si Mulut-besi. bentaknya, Biarlah engkau rasakan dulu bagaimana rasanya ilmu Hun-kin-soh-kut itu!" Hun-kin-soh-kut artinya Menceraikan urat nadi dan mengunci tulang. Sudah tentu si Mulut-besi kelabakan setengah mati. "Harap Poh-cu memberi ampun. Hamba akan bilang! Ya, akan bilang.... Sejenak menghela napas, si Mulut-besi segera berkata, Hamba sebenarnya menjadi tawanan orang. Semua rencana disini adalah menurut perintah Iblis-penakluk-dunia. Hamba disuruh menyaru sebagai penjaga tempat kitab pusaka peninggalan Tio Sam-hong cousu. Dan harus menipu Kongsun liong siauhiap agar mau menurunkan iimu Thian-kong-sinkang kepada kawan seperjalanannya nona Song.... "Ngaco belo!" bentak Lu Bu-ki, "apa itu iimu Thian-kongsinkang dan Kong sun Liong!" Kalau sitinggi besar tak percaya obrolan si Mulut-besi,

memang beralasan juga. Karena ia telah melihat bagaimana dalam barisan Pohon Bunga di Lembah Semi tempo harl, Pendekar Laknat gunakan iimu Thian-kong-sin-kang untuk melawan Jong Leng lojin dan Lam-hay sin-ni. Ia yakin Pendekar Laknat tentulah yang mewarisi ilmu sakti itu. Segera ia tambahi tenaga cengkeramannya pada bahu si Mulut-besi sehingga orang itu menjerit-jerit seperti kerbau hendak disembelih. Poh-cu, apa yang hamba katakan itu memang benar. Asal Kongsun Liong mau menurukan ilmu Thian-kong-sin-kang kepada nona Song, Iblis-penakluk-dunia segera gunakan ilmu Meneropong-langit mendengar-bumi untuk mencuri dengar. 698 Setelah itu ia akan membunuh kedua anak muda itu dan ilmu itu akan dimiliki tunggal oleh Iblis-penakluk-dunia sendiri.... "Makin lama engkau makin tak keruan bicaramu!" bentak sitinggi besar, jika memiliki Thian-kong-sin-kang, masakan Iblis-penakluk-dunia mampu membunuhnya? Dan mengapa ia hendak menurunkan ilmu sakti itu kepada lain orang?" Habis berkata siberangasan itu terus hendak menyiksanya lagi. Si Mulut-besi berusaha menunjuk ke arah ruang samping, serunya, Kalau tak percaya, silahkan tanya kepada kedua pemuda itu.... Dia sudah setuju hendak menurunkan iimu Thiau-kong-sin kang tetapi nona itu dapat mengetahui tipu muslihat.... Tiba-tiba dari luar jendela meluncur sebertik sinar bintang yang langsung mengarah ketenggorokan si Mulut-besi. Lu Buki terkejut. Ia hendak menolong tetapi sudah tak keburu lagi. Sebatang anak panah kecil yang amat tajam, menembus tenggorokan si Mulut-besi. Dia menguak tertahan, tubuh meremang2 dan pada lain saat kaki tangannya pun menjulur kaku. Nyawanya amblas. Sekitar luka pada anak panah itu berwarna hitam. Jelas mengandung racun ganas. Cepat Lu Bu ki lari keluar Ternyata Siau-liong dan Song Li sudah berada di pintu. Hampir saja si berangasan menumbuknya. Ia berhenti dan membentak, Omongan si Mulut besi tadi.... "Seluruhnya benar! Aku memang hampir saja aku terkena tipunya.... 699 Sambil mencekal rujung besinya, si tinggi besar berseru pula, Aku benar bingung mendengar semua ini! Hal ini.... hal ini.... benar-benar sukar dipercaya!" Tak peduli engkau percaya atau tidak, saat ini aku tiada waktu memberi penjelasan panjang lebar, hanya saja.... tiba-tiba ia tutukkan kedua jarinya kesebuah batu merah yang terhampar dilantai.

"Krek".... batu merah itu pun pecah berantakan. Mata si tinggi besar mendelik dan menjeritlah ia dengan kaget, Thian-kong-sin-kang! Benar-benar memang.... keempat pengawal dibelakangnya pun ter-longong2 seperti patung. Tiba-tiba Siau-liong gunakan ilmu Menyusup suara kepada Lu Bu-ki, Ketahuilah hai, saat ini kita sedang dikepung Iblispenaklukdunia. Sekali pun aku memiliki ilmu Thian-kong-sin kang, tetapi belum lama mempelajarinya. Masih sukar menggunakannya dan lagi sedang menderita luka. Kalau Iblispenaklukdunia berada disini, mungkin masih sukar menghadapinya. Dia tentu membawa Jong Leng lojin dan Lam-bay Sin-ni. Akibatnya suka dibayangkan bagi kita!" Tetapi si tinggi besar tak mau berpikir panjang. Setelah mengetahui dengan mata kepala sendiri bagaimana Siau-liong dapat menggunakan tutukan Thian-kong-sin-kang, segera ia suruh dua orang anak buahnya untuk memberi laporan pada Ceng Hi totiang. Setelah itu ia menunjuk belakarg jendela dan pintu. Kedua anak buah itu segera berpencaran Menyebar lari ke belakang dan muka. 700 Kedua orang itu adalah jago2 rimba hijau, merekapun orang2 yang terkenal dalam dunia Bu-lim. Mereka jelas akan si tuasi saat itu. Tetapi secepat mereka loncat keluar setitik sinar perak segera menyambarnya. dahsyat sekali sehingga kedua orang dapat menangkis. Lu Bu-ki dan Siau-liong terkejut mereka lihat arah datangnya senjata gelap menyambar. Terdengar dua erang tertahan. Ada juga yang melompat naik, seorang yang sedang melayang di udara menukik jatuh ke tanah. Seperti keadaan sekarat, setelah me-regang2 tubuh dan serta kaki dan tangan mereka menjulur berapa saatpun lantas mati. Jelas kedua orang ini mati disambar anak panah beracun. Si tinggi besar meraung seperti singa kelaparan. Tetapi ia tak dapat berbuat suatu apa kecuali hanya melihat kedua anak buahnya mati secara mengenaskan. Tiba-tiba terdengar gelak tertawa nyaring. Siau-liong terperanjat. Ia tahu nada suara itu berasal dari Iblis-penaklukdunia. Tetapi karena iblis itu menggunakan ilmu tertawa Gelombang-hawa, maka sukar ditentukan arah datangnya. Hening lelap beberapa saat kemudian. Diluar biara tiada terdengar suara apa2 lagi. Tetapi keadaan itu merupakan babak permulaan dari sesuatu yang sukar dibayangkan. Berapakah jumlah anak buah yang dibawa Iblis-penaklukdunia itu? Dan tindakan apa yang hendak mereka lakukan? Dan dengan berada dalam ruang biara itu, Siau-liong, Lu Bu-ki

beserta kawan2 seperti terkurung! 701 Song Ling menarik Siau-liong, Song Ling berkata pada dia begini saja, lambat laun tentu tersekat diri mereka Menilik durjana itu menanti saat lengah kita dan takut kepada Thian kong-sin-kang yang kau miliki, mengapa kita tidak menerobos saja!" Sesaat Siau-liong tak dapat mengambil keputusan. hanya ia setuju untuk mmerobos keluar. Tetapi saat ini musuh ada dalam tempat gelap dan dirinya ditempat terang. Oleh karena gagal mempergunakan si mulut-besi untuk mengorek ilmu Thian-kong-sin-kang, kemungkinan iblis itu tentu marah dan hendak membunuh dirinya. Atau mungkin ia akan dijadikan palung hidup seperti Jong Leng lojin, Lam-hay Sin-ni, Randa Bu-san dan lain-lain. Agaknya Song Ling juga memikirkan kemungkinan itu. Ia menghela napas pelahan dan tak mau mendesak Siau-liong lagi, Ia memandang kesekeliling penjuru, menunggu apa yang akan terjadi. Oleh karena tahu kalau memiliki Thian-kong-sin-kang. Lu Bu-ki menaruh perindahan pada Siau-liong. Ia berdiri tegak disamping pemuda itu sedang kedua anak buah menjaga dipintu dan di belakang dan jendela. Tiba-tiba tampak dua sosok bayangan muncul dari pintu muka dan melangkah masuk pe-lahan2. Sekalian orang berseru kaget melihat kedua pendatang itu. Yang dimuka seorang wanita berpakaian merah. Kepalanya menunduk, keadaannya mengenaskan. Kedua tangannya diikat ke belakang. Dan yang dibelakangnya, seoraug paderi bertubuh kecil pendek. Memelihara jenggot kambing. Sepasang matanya ber-kilat2 tajam penuh wibawa. 702 Siau-liong terkejut girang. Paderi itu bukan lain adalah Liau Hoan sipaderi kurus dari Thian-san yang hendak dicarinya. Sedang wanita baju merah itu adalah Poh Ceng-in, pemilik Lembah Semi. Rupanya paderi Liau Hoan tak mengetahui bahwa biara itu sedang menjadi sarang harimau2 yang akan berkelahi. Maka seenaknya saja ia masuk ke dalam ruang. Liau Hoan siansu.... seru Siau-liong dengan nada tergetar. Paderi kurus itu terkejut. Matanya ber-kilat2 mencari orang yang memanggilnya tadi. Tetapi serentak dengan itu, tiga bintik sinar menyambar kepala dada dan kakinya. Saat itu Poh Ceng-in hanya terpisah dua langkah dari paderi Liau Hoan. Serangan gelap itu berasal dari samping dan dilakukan dengan cepat dan dahsyat. Tampaknya tak mungkin Liau Hoan dapat menghindar.

Tetapi tadi karena Siau-liong berseru memanggilnya, paderi itu terkejut dan siap. Dan memang paderi itu bukanlah sembarang paderi, melainkan seorang tokoh sakti yang termasyur dalam dunia persilatan. Tampak tubuhnya meluncur dan secepat kilat mencengkeram Poh Ceng-in. Aduh.... terdengar wanita itu menjerit lalu jatuh tertelentang. Liau hoan bergerak luar biasa cepatnya. Ia melesat ke belakang Poh Ceng-in untuk menghindari serangan gelap. Tetapi karena dicengkeram Poh Ceng-in rubuh ke belakang dan tepat menyongsong serangan senjata gelap itu. Ia menjerit dan rubuh seketika. 703 Kejut Siau-liong bukan alang kepalang.... Menyiak Song Ling, cepat ia enjot kakinya melayang ketengah ruang. Sambil masih mencengkeram Poh Ceng-in yang me-rintih2 kesakitan itu, Liau Hoan membentak, Hm, akhirnya dapat juga kucarimu.... Siau-liong tak sempat menjawab. Cepat ia merebut Poh Ceng-in dari tangan paderi itu lalu membawanya lari keruang besar. Liau Hoan pun segera mengikuti. Song Ling, Lu Bu-ki dan kedua anak buahnya terkejut melihat kejadian itu. Apakah hubungan wanita baju merah itu dengan Siau-liong sehingga pemuda itu begitu ngotot sekali untuk menolongnya? Lu Bu-ki kenal pada Liau Hoan, segera ia memberi hormat dan menegur. Tetapi diluar dugaan paderi itu tak mengacuhkan. Hanya sejenak memandangnya dingin lalu menghampiri Siau-liong. Siau-liong tampak bergegas memeriksa luka Poh Ceng-in. Kaki kiri wanita itu terkena sebatang passer tajam. Sekitar dagingnya sudah berwarna merah gelap. Cepat Siau-liong menutuk jalan darah dikaki wanita itu untuk menghentikan perdarahan. Lalu mencabut anak panah itu. Karena senjata rahasia itu mengenai kaki kiri dan bukan bagian yang berbahaya, maka Poh Ceng-in tak cepat2 mati seperti Ong si Mulut-besi. Dan setelah ditutuk jalan darahnya, peredaran racunnya pun tak sampai mengalir ke jantung sehingga wanita itu pun sadar pikirannya. 704 Karena ujung anak panah itu agak membengkok, pada saat dicabut Siau-liong, sakitnya bukan main sehingga Po Ceng-in menjerit ngeri dan pingsan. Siau-liong tak mempedulikan kesakitan atau tidak. Ia mencabut belati dan segera mengupas daging yang sudah memerah gelap itu.

Poh Ceng-in benar-benar setengah mati sekali. Ber-ulang2 kali ia sadar dan siuman. Sambil menutup muka, Song Ling bertanya, Siapakah wanita ini?" Siau-liong sedang sibuk mengoperasi luka Poh Ceng-in. Tampaknya ia gelisah sekali sehingga tak mengacuhkan pertanyaan Song Ling. Hai, apakah engkau tuli!" karena tak dipedulikan, Song Ling membentaknya. Siau-liong kicupkan mata, menyahut segan, Kalau hendak bertanya nanti sajalah.... ia terus merobek bajunya dan membalut luka Poh Ceng-in. Song Ling marah sekali, tubuhnya menggigil, Tidak, harus menerangkan dulu!" Dara itu terus mencengkeram tangan kanan Siau-liong. Sudah tentu Siau-liong terkejut dan hentikan pertolongannya pada Poh Ceng-in. Ah, hal itu tak dapat kuterangkan dalam waktu singkat. Tetapi kalau dia sampai mati, aku pun takkan hidup juga!" 705 Si dara memandangnya sejenak. Tiba-tiba ia lepaskan cengkeramannya dan mundur dua langkah lalu tertawa keras, Ah, kiranya engkau seorang yang tak kenal budi! Sayang taciku Mawar buta matanya. Termasuk kami ibu dan anak! " Ia terus berputar tubuh menghadap dinding dan menangis gerung2. Siau-liong menghela napas. Setelah membalut luka Poh Ceng-in ia lalu menghampiri Sang Ling dan menepuk bahunya pelahan-lahan, Nona Song, aku mempunyai rahasia yang sukar kukatakan, wanita itu.... Song Ling meronta dan menjerit kalap, Tak perlu omong! Aku sudah tahu semua!" Siau-liong banting2 kaki dan menghela napas lalu kembali ke tempat Poh Ceng-in. Wajah Poh Ceng-in berwarna gelap, napas terengah-engah tetapi sudah sadar. Begitu membuka mata dan memandang Sian-liong, ia segera berseru, Siau-liong! Siau.... Siau-liong deliki mata dan membentaknya, Perempuan siluman, engkau telah menyiksa diriku.... Poh Ceng-in tertawa rawan, Kalau aku menyiksa dirimu, mengapa engkau menolong aku?" Siau-liong kerutkan geraham. Ia marah sekali tetapi tak dapat berbuat apa-apa. Wanita itu masih kesakitan. Butir2 keringat mengucur deras dari kepalanya. Tetapi ia masih kuatkan diri tertawa mengekeh, Sudah tentu bukan karena menolong aku tetapi.... karena hendak menolong dirimu sendiri.... 706 Berhenti sejenak, wanita itu berkata pula, Tetapi sekarang

percuma saja engkau hendak bilang apa2. Sekalipun dapat menolong aku tatapi engkau tetap tak mampu menolong dirimu. Anak panah itu khusus dibuat ayahku. Siapa kena tentu mati. Paling lama hanya kuat bertahan sampai satu jam!" "Perempuan siluman, aku akan meminum darahmu!" teriak Siau-ling kalap. Poh Ceng-in tertawa keras, Huh, sudah terlambat! Darahku sudah tercampur racun yang ganas. Kalau tak minum darahku, engkau masih dapat hidup sampai tiga hari. Tetapi jika minum, paling lama engkau hanya kuat hidup 2 jam saja!" Tiba-tiba Siau-liong ayunkan tangannya menghantam muka wanita itu. "Plak", seketika separoh wajah wanita itu membegap besar. Darah mengucur deras.... Tetapi Poh Ceng-in makin kalap. Ta tertawa sekeraskerasnya. Saat itu Song Ling sudah berhenti menangis dan memandang tercengang peristiwa itu. Ia benar-benar heran terhadap pemuda itu. Bukankah tadi begitu tekun menolong, mengapa sekarang menghantamnya begitu rupa? Juga Lu Bu-ki bingung. Ia dapat menduga kalau Poh Cengin itu puteri dari kedua suami isteri Iblis penakluk-dunia. Tetapi ia heran mengapa Siau liong mau menolongnya tetapi tiba-tiba hendak membunuhnya? Kalau Song Ling dan Lu Bu-ki tercengang-cengang adalah Liau Hoan diam saja. Ia tak mau mengurus Siau-liong yang sedang marah kepada wanita pemilik Lembah Semi itu. Tiba-tiba kedua pengawal Lu Bu-ki berteriak, Poh-cu, diluar ada orang datang!" 707 Sekalian orang terkejut. Karena terpikat perhatiannya kepada Siau-liong, mereka sampai tak memperhatikan keadaan di luar biara. Ketika memandang keluar, tampak seorang wanita berambut setengah putih, melangkah pelahan-lahan ke dalam ruang. Begitu tiba di dalam. ia memandang kian ke mari dan akhirnya menatap Poh Ceng-in dan Siau-liong. Ia segera menghampiri. Lu Bu-ki cepat menghadangkan ruyungnya, Bmembentak, Siapa engkau? Mengapa berani mati!" Wanita berambut kelabu itu balikkan kelopak matanya dan tertawa, Aku adalah orang Lembah Semi. Aku tak butuh berkelahi dengan kalian!" Menyiak ruyung si tinggi besar, ia terus maju menghampiri Poh Ceng-in Kemudian ia berjongkok dihadapan Poh Ceng-in, Apakah nona menderita siksaan?" Tiba-tiba Poh Ceng-in membentaknya, Jangan mempedulikan aku! Lekas enyah dari sini.... napasnya terengah2. "Pulang kasih tahu pada ayah dan ibuku. Aku mati terkena anak panah beracun buatan mereka. Matipun ikhlas

dan tak mendendam kepada siapapun juga!" katanya lebih lanjut. Wanita berambut kelabu itu menghela napas. Ayah bunda nona, amat cemas sekali. Siang dan malam memikirkan diri nona. Sekarang su-heng nona Soh-beng Ki-su dijebloskan dalam gua Im-hong-tong dan akan dicincang.... 708 Poh Ceng-in tertawa dingin, Ah, soal ini tiada sangkut pautnya dengan suheng. Tak usah menghukum orang yang tak bersalah!" Wanita berambut kelabu itu mengeluarkan sebuah botol warna putih perak. "Hamba mendapat perintah dari Thiancun untuk mengantarkan obat ini kepada nona!" katanya lalu memandang Siau-liong dan membentak, Obat ini khusus untuk menyembuhkan anak panah racun Ngo-tok-bi-hun (lima racun pencabut nyawa). Lekas minumkan kepadanya!" Betapa geram Siau-liong saat itu, tetapi ia terpaksa melakukan juga. Tetapi se-konyong2 Poh Ceng-in menendang botol obat itu. Untunglah karena kedua tangannya terikat, ia tak dapat bergerak leluasa. Dan Siau-liong pun sudah dapat menyambuti botol itu. "Tolol! Apakah engkau tak tahu kalau aku dan dia sudah sama2 minum racun Jongtok?" Poh Ceng-in mendamprat keras wanita itu. Wanita berambut kelabu tertegun, serunya, Kalau begitu, dia tentu takkan mencelakaimu." Gila! Dia sudah tahu caranya melunturkan racun Jong-tok. Asal racun dalam tubuhku sudah bersih, dia tentu membunuhku!" Poh Ceng-in melengking makin marah. Wanita berambut kelabu tertawa. Tak apa," katanya, Thian-cun pesan agar nona jangan kuatir apa apa!" Wanita itu berpaling menatap Siau-liong.... ---ooo0dw0ooo--709 Jilid 13 Ibu dan Anak Seorang nona Pik dan seorang nona Tiau," kata wanita itu, "saat ini ditawan oleh Thian-cun, mencelakai nona Poh. " Habis berkata ia terus berdiri. Dengan memandang kesegenap hadirin, wanita itupun hendak melangkah pergi. "Berhenti!" bentak Siau-liong. Wanita berambut kelabu itupun berhenti dan berpaling, serunya, Apakah Kongsun siau-hiap hendak memberi pesan lagi?" "Ya," sahut Siau-liong, "kasih tahu pada kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia. Kuberi waktu sampai matahari silam supaya kedua nona Pik dan Tiau itu, Randa Busan serta It Hang to-tiang dan tokoh2 yang ditawan itu dibebaskan

semua.... Wanita rambut kelabu itu tetawa hambar. "Maksud Kongsun siauhiap hendak mengadakan tukar menukar antara nona Poh dengan para tawanan itu?" Anggaplah begitu!" sahut Siau-liong, kalau tidak, jangan sesalkan aku bertindak ganas. Akan kuhukum mati secara pelahan-lahan puteri kesayangannya mereka itu!" Kalau Kongsun siauhiap suka menukarkan nona Poh kami dengan kedua nona Pik dan Tiau, mungkin akan diluluskan Tetapi kalau Randa Bu-san, It Hang totiang dan beberapa tokoh itu, mereka telah menyatakan sendiri hendak mengabdi kepada thian-cun kami. Oleh karena mereka mengindahkan 710 sekali akan kewibawaan dan kesaktian thian-cun (Iblispenaklukdunia dan Dewi Neraka). Walaupun thian-cun hendak membebaskan, mungkin mereka sendiri yang tak mau.... Ngaco!" bentak Song Ling, "manusia apakah Iblispenaklukdunia dan isterinya itu? Ibu tak mungkin.... Karena marah dan kalap, dara itu sampai tak dapat melanjutkan kata-katanya. Wanita berambut kelabu hanya tertawa dingin, Baiklah! Akan kusampaikan pesanmu itu. Tetapi bagaimana keputusan thian cun, aku tak berani mendahului.... Ia berhenti dan memandang Siau-Liong, serunya; Harap Kongsun siauhiap lekas minumkan obat itu kepada nona Poh. Jika nona kami sampai terjadi apa2, bukan melainkan seluruh tawanan itu akan diludaskan pun kalian tentu tak ada seorangpun yang akan diberi hidup!" Habis berkata, wanita berambut kelabu itu mendengus seraya ayunkan langkah ke luar. Setelah wanita itu lenyap, sekalian orang masih terlongong tak dapat bicara. Si tinggi besar Lu Bu-ki mondir mandir dimuka meja sembahyang. Hawa amarah dalam perutnya serasa mau meledak. Paderi Liau Hoan mengucap doa keagamaan. Dengan wajah tenang ia duduk di sudut ruangan seraya memandang lekat2 pada Siau-liong. Saat itu Siau-liong mencekal botol kecil berisi obat. Sesaat kemudian ia menghela napas panjang lalu membuka sumbat 711 botol. Isinya hanya setengah botol bubuk putih. Karena tak ada air dan mangkuk, sesaat ia termangu-mangu. Napas Poh Ceng-in makin memburu. Alisnya memancar warna hijau gelap. Menandakan bahwa racun sudah mulai bekerja, menjalari seluruh tubuhnya. Walaupun tiada tenaga untuk memandang Siau-liong, namun kesadaran pikirannya masih baik, serunya, Aku tak

mau minum obat itu.... aku lebih suka mati.... "Benar," geram Siu-liong, "engkau minta mati tetapi aku ingin hidup." ia terus menampar kaki wanita itu. Walaupun hanya pelahan tetapi karena racun sudah menjalar keseluruh tubuhnya, tamparan itu membuat Poh Ceng-in pinsang seketika. Sesungguhnya Siu-liong bukanlah seorang pemuda yang kejam. Tetapi ia sudah terlanjur benci setengah mati kepada Poh Ceng-in. Kalau dapat ingin ia mencincang wanita itu dan memakan hatinya atau minum darahnya. Tetapi saat itu ia tak dapat melakukan tindakan begitu. Karena Iblis-penakluk-dunia sudah berhasil memperalat tokoh2 sakti seperti Jong Leng lojin, Lam-hay Sin-ni, Naga Terkutuk, Harimau Iblis dan Randa Bu-san untuk mengacau dunia persilatan. Satu2nya jalan untuk mencegah rencana kedua suami isteri durjana itu hanyalah anak perempuan mereka. Kalau wanita pemilik lembah itu dibunuhnya saat itu, Iblis-penakluk-dunia dan isterinya tentu akan mengamuk dan akibatnya sukar dilukiskan lagi. Siau-liong termenung beberapa saat sambil memegang botol obat itu. Kemudian ia memandang ke arah sekalian orang dan menanyakan siapa yang membawa air. 712 Lu Bu-ki maju menghampiri dan melolos kantong air pada pinggangiya, diserahkan kepada Siau-liong, Masih ada setengah kantong." Demikian Siau-liong lalu menuang air dan obat bubuk. Ketika diaduk, baunya anyir, membuat orang mau muntah. Setelah itu Siau-liong segera ngangakan mulut Poh Ceng-in lalu menuangkan air obat itu. Perut wanita itu terdengar berkerucukan dan tak berapa lama kemudian tubuhnya mulai bergeliatan, dahinya mengucurkan keringat hangat. Dan warna hijau gelap pada alisnya pun mulai hilang. Kedua pipinya makin merah. Rupanya racun telah hilang. Kira2 sepeminum teh lamanya, Poh Ceng-in siuman. Tetapi masih lemah dan tak henti2nya merintih. Hampir setengah hari ia bergeliatan meregang-regang. Ia paksakan diri memandang Siau-liong dan berkata ter-sendat2, Siau Liong.... minta tolong padamu sebuah hal.... maukah?" "Katakan!" Lepaskan.... tali yang mengikat.... tanganku ini.... Siau Liong kerutkan alis. Ia sudah tak percaya lagi kepada wanita itu. Walaupun keadaannya lemah lunglai tetapi ia tetap curiga jangan2 wanita itu hendak memasang siasat, Kalau wanita itu sampai bebas, bukankah menimbulkan banyak kemungkinan? Mungkin akan melarikan diri dan mungkin akan melakukan hal2 yang tak terduga lainnya. "Tak apalah kalau engkau menderita sedikit dulu. Asal kedua orangtuamu mau meluluskan permintaanku agar para

tawanan itu dibebaskan, engkau tentu segera mendapat kebebasan juga!" sahutnya. 713 Poh Ceng-in menghela napas, Engkau.... sungguh kejam.... benar, benar.... sedikitpun.... tak mempunyai rasa kecintaan.... ia terus pejamkan mata lagi. Saat itu haripun sudah lohor. Tetapi karena cuaca mendung tampaknya ruangan itu sudah mulai gelap. Mayat simulut besi Ong Thiat-go sudah digotong kesudut. Wajahnya berwarna hitam gelap. Suatu pertanda betapa ganas racun yang telah merenggut jiwanya itu. Sekalian orang diam semua. Hanya wajah mereka tampak mengerut seperti orang berpikir keras. Kini Song Ling sudah mengetahui peribadi Siau-liong. Bukan saja kemarahannya lenyap, pun dara itu juga menaruh simpati kepadanya. Dara itu menghampiri ketempat Siau-liong dan duduk di sisinya. "Aku tadi salah sangka. Apakah engkau.... tak marah?" katanya tersekat. Saat itu pikiran Siau-liong tengah dicurahkan untuk mencari jalan menghadapi suasana pada saat itu. Sampai dara itu menghampiri dan duduk disamping, ia tak mengetahui sama sekali. Ia baru gelagapan setelah mendengar kata2 si dara. Lalu cepat2 menyahut, Aku bukan orang yang berhati sempit. Harap nona jangan pikirkan hal itu." Song Ling tertawa. Ia memandang lekat pada Siau-liong, ujarnya, Ih, seri wajahnya sudah cerah. Apakah lukamu sudah sembuh?" 714 Siau-liong tertawa masam, pikirnya, Lukaku ini paling tidak 4-5 hari baru sembuh. Masakan begini cepat sudah bisa pulih? " Lalu ia menanyakan bagaimana dengan luka Song Ling sendiri. Dara itu menjawab sudah baik. Tetapi nada ucapannya rawan seperti tak mau bilang terus terang kepada Siau-liong. Siau-liong memandangnya tajam dan terkejutlah ia. Wajah dara itu tampak lesi kebiru-biruan, matanya tak bersinar dan kedua tangannya gemetar. Suatu pertanda bahwa dara itu masih menderita luka dalam. Melihat itu Siau-liong segera minta si dara lekas bersemedhi memulangkan kesehatannya. "Sudahlah, jangan engkau memikirkan lain orang. Engkau sendiri juga harus beristirahat!" tukas Song Ling. Siau-liong tersenyum, Terus terang kukatakan. Aku memang telah mendapat rejeki yang luar biasa. Makan buah Im yang-som yang berumur ribuan tahun dan minum darah

dari binyawak purba dalam kerak gunung, dan.... Dia hendak mengatakan bahwa Pendekar Laknatpun sudah menyalurkan seluruh tenaga murninya kepadanya. Tetapi segera ia menyadari bahwa keterangan itu tak perlu. Maka buru-buru ia berganti kata, Dan lagi akupun sudah memperoleh ilmu pelajaran sakti Thian-kong-sin kang. Sejam beristirahat saja, sama dengan orang biasa beristirahat satu hari. Apalagi lukaku sudah diobati oleh ibu nona.... Song Ling tertawa, Akupun juga sudah memiliki dasar ilmu tenaga sakti Ya-li-sin-kang. Lukaku ini juga tak jadi soal!" 715 Dara itu memandang ke arah Poh Ceng-in, tanyanya, Apakah dia benar puteri dari suami isteri durjana itu?" Siau-liong mengangguk, Benar, asal dia jangan sampai lolos, sekalipun Iblis-penakluk-dunia hendak menggunakan siasat apapun, tentu kita dapat mengatasi." Song Ling masih belum jelas tentang ucapan Poh Ceng-in tentang racun Jong-tok dan pembicaraan wanita berambut kelabu tadi. Maka bertanialah dara itu, Apakah wanita itu juga seganas ibunya (Dewi Neraka)?" Siau-liong tiba-tiba merasa geli, sahutnya, Mungkin lebih ganas dari ibunya!" Rupanya Poh Ceng-in dengar juga pembicaraan itu. Ia membuka mata memandang Siau-liong lalu menghela napas dan pejamkan mata lagi. Diam-diam Siau-liong terkesiap. Ia merasa menyesal karena telah menyiksa batin seorang perempuan yang sudah tak berdaya. Ia menyadari perbuatan itu tidak ksatrya. Maka ia tak mau lanjutkan kata-katanya lagi. Suasana hening lelap. Saat itu Liau Hoan siansu yang sejak tadi diam saja, tiba-tiba berteriak, Kongsun sicu!" Siau-liong gelagapan. Memang sejak tadi ia hampir melupakan paderi itu. Maka buru-buru ia menyahut. Paderi Liau Hoan tertawa, Hampir 10 jam perempuan siluman merah ini berada dalam tanganku, hampir saja beberapa kali meloloskan diri. Tetapi kutahu betapa pentingnya wanita ini untukmu. Maka aku selalu menjaganya keras dan akhirnya dapat menyerahkan kepadamu!" 716 Paderi sakti itu sungkan sekali bicaranya. Suatu hal yang membuat Siau-liong heran. Ia masih ingat betapa dingin sikap paderi itu ketika bertemu padanya. Mengapa sekarang berobah begitu ramah. Terima kasih lo-siansu," sahutnya. Tak perlu sicu berterima kasih kepadaku. Bahkan akulah yang harus lebih dulu menghaturkan selamat kepadamu." Siau-liong menghela napas panjang, Apakah hal yang terjadi pada diriku sampai lo-siansu hendak menghaturkan

selamat kepadaku?" "Omitohud," ucap Liau Hoan siansu, "sicu telah beruntung mendapat pusaka yang tiada keduanya di dunia ilmu sakti Thian-kong-sin-kang. Kelak sicu tentu menjadi jago nomor satu di dunia persilatan. Bukankah hal itu pantas kuhaturkan selamat?" Siau-liong tertegun. Namun ia masih menghela napas, Ah, lo-siansu hanya tahu aku telah mendapatkan Thian-kong-sinkang, tetapi tahukah.... tiba-tiba ia menganggap tak perlu mengatakan keadaan dirinya kepada paderi sakti itu. Maka ia tak mau melanjutkan kata-katanya. Liau Hoan tersenyum, Walaupun saat ini sicu mempunyai kesulitan, tetapi semuanya akan berjalan selamat.... Siau-liong kicupkan mata enggan, ujarnya, Terus terang kukatakan, bahwa ilmu Thian-kong-sin-kang itu belum dapat kupelajari dan jiwaku sudah seperti lilin tertiup angin. Ditambah pula dengan sepak terjang kedua suami isteri Iblispenaklukdunia. Aku tak dapat meramalkan bagaimana jadinya nanti. Bahkan mungkin saat ini, kita tak dapat selamat keluar dari ruang ini.... 717 Liau Hoan tertawa keras, Ah, sicu memang cemas berkelebihan. Jangan lagi ada barang tanggungan berupa siluman baju merah ini, sekalipun tak ada sandera, masakan sicu takut?" Timbullah rasa malu dalam hati Siau-liong. Sesaat ia tak dapat bicara. "Jauh2 aku datang kemari, adalah karena hendak membela kepentingan dunia persilatan. Selain itu, aku hendak minta bantuan sicu." Siau-liong terkejut. Pikirnya, dia tak kenal dengan paderi itu. Bahkan pernah bertempur tetapi mengapa sekarang hendak minta bantuannya? Menilik sikap Liau Hoan yang terkejut karena mengetahui ia telah memiliki ilmu sakti Thian-kong-sin-kang, ia duga paderi itu tentu serupa dengan Lam-hay Sin-ni dan lain-lain orang. ialah merasa gentar. "Aku belum kenal dengan lo-siansu. Mengapa lo-siansu hendak minta tolong padaku? " tanyanya. Dengan terus terang, Liau Koan menyahut, Walaupun belum kenal pada sicu tetapi kenal akan ilmu Thian-kong-sinkang. Terus terang hendak kukatakan. Jika bukan karena ilmu Thian-kong-sin-kang itu, tak nanti aku datang kesini.... "Ah. sayang lo-siansu agak terlambat. Thian-kong sin-kang telah kuperoleh dan lo-siansu terpaksa harus kembali dengan tangan kosong! " Siau-liong tertawa dingin.... Liau Hoan tertawa, Sama sekali tidak terlambat. Bahwa Thian-kong-sin-kang sicu yang mendapatkan, sungguh patut

718 membuat orang girang. Menandakan bahwa segala apa di dunia ini memang sudah mempunyai ketentuan sendiri." Ia berhenti sejenak lalu berkata pula, Sama sekali aku tak mempunyai kemilikan apa2, melainkan hanya hendak minta bantuan sicu akan sebuah hal." Entah apakah yang lo-siansu hendak suruh aku mengerjakan itu?" Kata Liau Hoan, Sehabis sicu menyelesaikan urusan sicu, kuminta sicu datang kegunung Thian-san. Dengan pinjam ilmu Thian-kong sin-kang yang sicu miliki, untuk menghimpaskan cita2 dalam hidupku yang belum terlaksana.... Dengan mata meminta, Liau Hoan menatap Sian-liong, Kujamin, bantuan sicu itu akan merupakan pahala yang tiada ternilai harganya." Siau-liong tak mempunyai selera untuk menanyakan urusan iiu. Karera ia sudah merasa bahwa hidupnya takkan lama. Banyak beban kewajiban dibahunya tetapi apa daya, tenaganya sudah tak mencukupi lagi. Akhirnya ia menyahut dengan tertawa rawan, Asal aku masih hidup di dunia, tentulah akan kulakukan perintah losiansu itu." "Ucapan seorang lelaki, terpaku laksana sebuah gunung. Harap sicu jangan menyesal" seru Liau Hoan. Siau-liong tertawa tawar, Besuk pertengahan musim rontok tahun depan, apabila aku masih hidup, tentu akan kegunung Thian-san melaksanakan permintaan lo-siansu. Tetapi.... ia menghela napas, "ah, sekalipun mendapat 719 berkah dari Allah, hidupku pun hanya sampai pada pertengahan musim rontok tahun depan!" Habis berkata ia memandang ke arah Po Ceng-in telapi tak bicara apa2. Liau Hoan tertawa tak acuh, Dengan janji ini, sicu telah meluluskan permintaanku!" Saat itu Lu Bu-ki yang sejak tadi berjalan mondar-mandir diruangan, rupanya sudah habis kesabarannya Segera ia menghampiri Siau-liong dan berseru lantang, Kongsun siauhiap, apakah kita tetap menunegu disini saja?" Lalu saudara Lu mempunyai pendapat bagaimana?" Siauliong balas bertanya. Jika menurut pendapatku, lebih baik kita menerobos keluar. Bila bertemu kedua suami isteri durjana itu, kita tempur saja agar lekas dapat kita ketahui mati atau hidup. Lebih baik begitu daripada dadaku terhimpit kesesakan hawa amarah!" Lu Bu-ki, orangnya tinggi besar, tenaganya gagah perkasa dan wataknya berangasan. Memandang keluar, Siau-liong tak tahu saat itu sudah jam

berapa maka ia menanyakan hal itu kepada Lu Bu-ki. "Saat ini tentunya matahari sudah terbenam," sahut Lu Buki. "Telah kuminta kepada wanita berambut kelabu itu untuk menyampaikan kepada Ibiis-penakluk-dunia, bahwa setelah Matahari terbenam harus membebaskan para tawanan.... 720 Lu Bu-ki cepat menukas, Ah, tak mungkin! Menilik kelicikan kedua iblis itu.... "Akupun sudah tahu kalau mereka tentu takkan berbuat begitu. Tetapi sekalipun hendak tinggalkan tempat ini kita juga harus tunggu sampai hari baru agak aman!" kata Siau-liong. Liau Hoan siansu tiba-tiba menyelutuk, Menurut hematku, paling lama dalam waktu sejam, tentu akan terjadi perobahan. Kedua suami isteri durjana itu tentu sudah siapkan rencana untuk menghadapi kita!" Rupanya pendapat paderi sakti itu disetujui sekalian orang. Jika mereka bersabar menunggu, tantulah fihak Iblispenaklukdunia tak dapat tinggal diam. Terutama adalah Song Ling yang gelisah. Seumur hidup, belum pernah ia berpisah sehari pun dengan ibunya. Tak kira kalau ibunya telah ditawan Iblis penakluk-dunia sehingga hancur luluhlah hati dara itu. Ia paksakan diri untuk melakukan pernapasan beberapa saat. Setelah itu ia membuka mata lagi dan memandang Siauliong. Saat itu ruangan makin gelap. Rupanya sudah petang hari. Tiba-tiba terdengar suara tertawa nyaring memanjang. Jelas orang itu menggunakan ilmu tertawa Mengacau-gelombangudara sehingga sukar diduga berapa jauhnya jarak orang itu. Tetapi Siau-liong dan sekalian kawan2 mengetahui bahwa yang tertawa itu adalah Iblis-penakluk-dunia. Begitu pula merekapun dapat menerka bahwa iblis itu berada dalam biara tua situ. 721 Sekalian orang pun menyadari bahwa tertawa itu merupakan tanda permulaan musuh hendak bertindak. Teganglah seketika hati mereka. Segera mereka siap2. Setelah memberi isyarat, Siau-liong dan Song Ling mengambil tempat, duduk dikanan kiri Poh Ceng-in. Selekas tertawa itu lenyap, terdengarlah suara bentakan menggeledek, Laknat tua!" Sekalian orang terkesiap. Siau-liong berdebar-debar. Ia duga Iblis penakluk-dunia tentu sudah mengetahui rahasia penyamarannya. Kalau tidak, mengapa dia memanggil dengan sebutan begitu. Syukurlah Iblis-penakluk-dunia tak melanjutkan panggilan itu dan tertawa lagi. Tiba-tiba ia berseru dengan lain panggilan, Kongsun hiapsu!" Siau liong hendak menjawab tetapi Lu Bu-ki tak dapat bersabar lagi terus membentak, Iblis tua, jangan coba2 jual

tingkah dihadapan tuan besarmu! Kalau berani hayo keluar dan bertempur secara terang-terangan saja!" Iblis-penakluk-dunia telap tertawa, Aku tak punya tempo adu muiut dengan kalian. Ketahuilah, engkau tak pantas bicara dengan aku!" Rambut dan jenggot Lu Bu-ki meregang tegak. Dengan menggemhor keras ia terus mencabut cambuk besi dan hendak menerjang. Tetapi dibentak Siau-liong supaya berhenti. Si tinggi tertegun dan tegak terlongong. "Kalau dalam soal kecil tak dapat menahan perasaan, pekerjaan besar tentu terbengkalai. Kalau saudara hendak maju sama halnya sepenggal anai2 membentur api. 722 Mengantar jiwa secara sia2. Lebih baik bersabar dulu beberapa saat lagi," kata Siau-liong. "Keadaan saat ini, lambat atau laun tentu harus bertempur. Mengapa tak sekarang saja kita menyerbu keluar?" teriak Lu Bu-ki. "Musuh ditempat gelap dan kita di tempat terang. Menyerbu dengan membabi buta, hanya akan mengantar diri ke dalam jebakan si iblis. Tetapi jika berlaku tenang menunggu gerakan lawan, sekurang-kurangnya kita dapat menahan musuh! " kata Siau-liong: "Siancai! Siancai!" sahut Liau Hoan, Kongsun siauhiap benar tak kecewa menjadi pewaris ilmu sakti Thian-kong-sinkang!" Walaupun Lu Bu-ki sudah makin percaya bahwa Siau-liong memang telah memperoleh ilmu Thian-kong-sin-kang yang sakti, tetapi karena belum menyaksikan sendiri anak muda itu menggunakan ilmu sakti tersebut, diam-diam Lu Bu-ki merasa penasaran. Ia mendengus lalu berputar tubuh tak jadi menerobos ke luar. Terdengar kata2 Iblis-penakluk-dunia pula, Budak she Kongsun, baik bertanding silat maupun kecerdasan, aku tak mungkin kalah dengan engkau. Hanya peristiwa engkau berhasil menemukan kitab pusaka Thian-kong sin-kang itulah yang membuat aku kagum tak terhingga. Tetapi aku tetap mempunyai daya untuk menghadapi engkau. Karena kitab pusaka itu sudah terlanjur engkau ambil, maka tiada jalan lain kecuali membunuhmu sebelum engkau dapat mempelajari ilmu itu!" Siau-liong tertawa dingin. Iapun gunakan Mengacaugclombanghawa, tertawa, Iblis tua, batas tempo yang 723 kuberikan sudah habis. Jika tak mau menurut perintahku, jangan menyesal kalau kubunuh puterimu " Iblis-penakluk-dunia tertawa keras, Budak Kongsun! Selama hidup aku tak pernah menerima tekanan orang.... Selembar rambut anakku engkau rontokkan, tentu akan

kusiksa para tawanan itu dengan cara yang ganas. Tiba-tiba Poh Ceng-in bergeliat dan berseru keras, Yah, jangan hiraukan dia! Lekas bunuh saja semua orang tawanan itu! Jika ayah mau membunuh kedua gadis itu. berarti ayah sudah membalaskan sakit hatiku, Karena aku.... toh harus mati.... Siau-liong marah. Ia segera menutuk jalan darah perempuan itu sehingga ia tak dapat berkutik kecuali masih dapat bernapas saja. Iblis-penakluk-dunia tertegun sampai lama baru membentak, Budak Kongsun, akan kuturut permintaanmu untuk membebaskan para tawanan itu!" Habis berkata, Iblis-penakluk dunia termangu-mangu sehingga keadaan dalam ruang biara rusak itu sunyi senyap lagi. Saat itu hari pun sudah gelap. Angin musim rontok menderu-deru di luar biara itu. Tetapi Siau-liong dan sekalian rombongannya, tetap dapat melihat jelas keadaan di sekeliling situ. Sepeminum teh lamanya, tiba-tiba Lu Bu-ki berseru, Ada orang datang kemari!" Ternyata orang tinggi besar itu menunggu di-muka pintu. Jika ada orang datang, dialah yang pertama melihatnya. 724 Karena kuatir meninggalkan Poh Ceng-in dari tempatnya jauh dari pintu maka ia tak dapat melihat jelas siapa pendatang itu. "Berapa orang?" tanyanya. Dengan masih mermandaug keluar biara, si tinggi besar menyahut, Hanya seorang!" Siau-liong berpaling ke arah Liau Hoan dan melambaikan tangan, Harap lo-siansu suka datang kemari!" Liau Hoan tiba-tiba melayang ke samping Siau-liong. Sekalian orang terpesona melihat gerakan paderi sakti itu. Dengan masih duduk, tubuhnya melambung sampai dua meter tingginya dan keiika melayang disamping Siau-liong ternyata paderi itu masih duduk. Sedikitpun posisi duduknya tak berobah. Siau liong dan Song-ling pun terbeliak kaget. "Pesan sicu apakah yang perlu kusampaikan?" tanya Liau Hoan. "Perempuan itu kuserahkan lagi lo-siansu untuk menjaganya. jika musuh berani menyerang kita, lekaslah tutuk jalan darahnya!" Dalam mengucapkan kata2 yang terakhir, Siau-liong sengaja perkeras suaranya. Paderi Liau Hoan mengiakan. Siau-liong ce-pat melesat kesamping pintu. Ah, ternyata gerombolan yang datang itu berjumlah hanya seorang. Siau-liong kejut2 girang ketika

mengetahui pendatang itu bukan lain adalah Randa Bu-san. 725 Randa Bu-san berhenti dimuka pintu biara. Setelah itu baru pe-lahan2 ayunkan langkah menuju keruang biara. Buru-buru Siau-liong memberi hormat, Ah, akhirnya bibi kembali juga. Puteri bibi, aku dan sekalian kawan2 amat mencemaskan sekali nasib bibi." Kemudian ia berpaling ke arah Song Ling yang duduk disudut ruang. Dara itu ternyata terlongong memandang ibunya. Dan pada lain kejab ia terus lari menghampiri seraya berseru gemetar, Mah, jika engkau tak kembali, aku tentu mati kebingungan!" ia terus jatuhkan diri dalam pelukan ibunya dan menangis tersedu-sedu. Randa Bu-san juga berduka sekali. Dipeluknya sang puteri seraya menghibur, Nak, jangan menangis! Hatiku tak keruan rasanya!" Wanita itu menarik kerudung sutera yang menutupi mukanya lalu mengusap airmata puterinya. Tiba-tiba terdengar pula suara tertawa nyaring dari Iblis-penaklukdunia. Seketika wajah Randa Bu-san berubah. Sepasang matanya memberingas memandang sekalian orang. Wajahnya tampak menyeramkan sekali. Alisnya memancar sinar pembunuhan. Pada saat matanya tertumbuk pada tubuh Poh Ceng-in yang menggeletak di tanah, ia segera menghampiri. Langkahnya amat sarat. Setiap langkahnya meninggalkan bekas tiga dim di tanah. Melihat itu Siau-liong cepat melesat kemuka wanita itu, serunya, Cianpwe, engkau.... Menyingkirlah! " bentak Randa Bu-san. 726 Song Ling yang masih menggelendot di bahu Randa Busan, juga cemas melihat keadaan ibunya. Sambil menarik lengan kiri ibunya, ia berseru, Mah, engkau ini bagaimana?.... Engkau mau apa?" Randa Bu-san tertegun, membelai rambut Song Ling, Nak.... Belum selesai ia mengucap, tiba-tiba terdengar pula suara tertawa Iblis-penakluk-dunia melantang panjang. Seketika tubuh Randa Bu-san gemetar lalu menarik lengannya yang dicekal Song Ling dan memandang pula ke arah Poh Ceng-in. Sesaat ia lanjutkan langkah maju menghampiri lagi. Melihat itu Siau-liong buru-buru berseru kepada Liau Hoan siansu, Lekas buka jalan darah wanita siluman itu dan tamparlah sekeras-kerasnya lukanya!" Saat itu Randa Busan sudah berada setombak jaraknya dengan Liau Hoan siansu dan Poh Ceng-in. Suatu jarak yang tepat untuk menyerang.

Liau Hoan menatap lekat pada Randa Bu-san tetapi iapun menurut perintah Siau-liong untuk membuka jalan darah Poh Ceng-in lalu secepat kilat menampar telapak kaki Poh Ceng in yang terluka. Begitu terbuka jalan darahnya, Poh Ceng-in hendak membuka mulut. Tetapi sebelum sempat berkata apa2, kakinya ditampar. Ia menjerit ngeri dan pingsan lagi. Secepat itu Siau-liong lalu gunakan ilmu Mengacaugelombangudara, membentak Iblis-penakluk-dunia, Iblis tua, apakah engkau benar-benar tak menghendaki anak perempuanmu?" 727 Iblis-penakluk-dunia tertawa nyaring, Budak, aku hanya menurut kata2mu untuk membebaskan tawanan.... Tiba-tiba dari jauh terdengar beberapa jeritan ngeri. Siauliong terkesiap dan mendengarkan dengan penuh perhatian. Dia tak asing dengan nada suara itu. Ya, tak salah lagi.... Mawar Putih dan Tiau Bok-kun. Siau-liong kertak gigi. Wajahnya berobah pucat dan keringat dingin mengucur deras. "Iblis tua, hentikanlah!" bentaknya kepada Iblis-penakluk-dunia. "Kalau begitu engkau pun jangan menyiksa Ceng-ji. Aku menurut kata2mu untuk membebaskan tawanan satu persatu," seru Iblis-penakluk-dunia dengan nada longgar. Saat itu jeritan Mawar Putih dan Tiau Bok-kun pun berhenti. Randa Bu-san memandang lekat2 pada Siau-liong. Tiba-tiba ia mendengus dingin merentang kedua tangannya terus menyergap ketempat Poh Ceng-in. Siau-liong terkejut. Ia menyadari bahwa Randa Busan berada dibawah ilmu sihir Iblis-penakluk-dunia. Sama halnya dengan Lam-hay Sin-ni, Jong Leng lojin dan lain-lainnya. Randa Bu-san tentu mendapat perintah untuk merebut Poh Ceng-in. Kalau Poh Ceng-in yang akan dijadikan sandera itu sampai direbut kembali oleh Iblis-penakluk-dunia, akibatnya tentu hebat. Gerakan menyambar dari Randa Busan itu aneh dan dahsyat. Siau liong tak sempat banyak berpikir lagi. Ia menghantam kedua lengan Randa Bu-san. Terpancar sinar keemasan dan Randa Bu-san segera terpental tiga langkah ke belakang. 728 Dan saat itu Paderi Liau Hoan pun sudah menyambar Poh ceng-in terus dibawa mundur beberapa langkah ke belakang. Setitik pun Randa Bu-san tak menyangka bahwa ia bakal dipukul siau-liong. Marahlah ia. Dengan mata memberingas ia menatap Siau liong,mendengus dingin lalu mengangkat hendak menghantamnya. Song Ling gugup dan cemas, Ia menarik tangan Randa Busan

sekuat-kuatnya seraya meratap, "Mah.... mah.... Ternyata Randa Bu-san walaupun lenyap kesadaran pikirannya, namun masih tetap teringat dan tak lupa pada anaknya. Ia kerutkan dahi lalu turunkan tangan kanan, Nak, mengapa engkau hari ini? Mengapa engkau mengurusi urusanku!" Song Ling banting2 kaki serunya, Mah, apakah engkau benar-benar linglung? Mengapa hendak menghantamnya. Apakah engkau lupa kalau pernah menolong jiwanya?" Dia kan orang baik.... Randa Busan kerutkan alis, membentaknya, Nak, engkau tak mengerti hal ini. Dengarkan omonganku. Aku telah mencarikan tempat yang baik bagimu. Kita bedua akan dapat menikmati kebahagiaan selama-lamanya!" Dengan berlinang-linang airmata, Song Ling menangis, Mah, apakah yang engkau maksudkan....?" Mata Randa Bu-san berkeliar dan memandang ke arah Poh Ceng-in lagi, lalu menudingnya, Setelah mamah merebutnya, segera akan kuajakmu tinggalkan tempat ini." Habis berkata ia terus menghampiri ke tempat Liau Hoan siansu dan Poh Ceng-in. 729 "Mah, ingatlah! Mengapa engkau sampai disesatkan mereka....!" teriak Song Ling seraya menarik ibunya. Karena tak menduga akan ditarik dan Song Ling pun menarik dengan sekuat tenaga, Randa Bu-san terhuyunghuyung mundur beberapa langkah dan hampir rubuh. Setelah berdiri tegak, dengan wajah membeku dingin, Randa Busan melengking, Nak, apakah engkau benar-benar hendak menentang ibumu?" Kata2 itu penuh mengandung kemaranan. Siau-liong yang menyaksikan peristiwa itu, gelisah bukan main. Buru-buru ia berseru kepada Song Ling, menganjurkan dara itu supaya berusaha menyadarkan pikiran Randa Bu-san agar ingat akan peristiwa yang lain. Song Ling menurut. Ia segera memeluk ibunya, Mah, apakah engkau masih kenal pada anakmu?" Randa Bu-san terpukau. Alisnya mengerut penuh kedukaan. Ia paksakan tertawa, Anak tolol ngoceh apa engkau....!" Dua butir air mata menitik turun dari kelopak wanita itu. Lalu katanya rawan, Mamah hanya mempuanyai seorang puteri tunggal Masakkan aku bisa lupa kepadamu.... Melihat ibunya dapat disentuh perasaannya, dara itu buruburu menyusuli kata2 lagi, Apakah mamah masih ingat mengapa kita datang kemari?" Randa Bu-san menatap lekat wajah puterinya sampai beberapa jenak. Kemudian berkata, Anak tolol! Mengapa engkau masih bertanya yang tidak2!"

730 "Pertama, kami hendak mencari Pendekar Laknat untuk membalas dendam sakit hati ayahku! Kedua, walaupun kita tak kepingin mendapatkan kitab pusaka Thian kong-sin-kang, tetapi kita akan berusaha supaya ilmu sakti itu jangan sampai jatuh ke tangan kedua durjana Iblis penakluk-dunia!" Wajah Randa Bus-an makin terlongong. Matanya berkeliaran beberapa kali dan tiba-tiba ia menghela napas panjang. Song Ling mengguncang-guncang tubuh ibunya pelahanlahan, Kata-kata itu, bukankah mamah sendiri yang mengatakan kepadaku? Mamah sering mengatakan, perjalanan hidup di dunia ini penuh aral bahaya. Hati manusia banyak yang culas Di dunia persilatan penuh dengan duri dan perangkap. Tetapi mengapa mamah sendiri sampai kena ditipu orang....?" Rupanya kata2 Song Ling itu dapat menyentuh nurani Randa Bu-san. Ia hanya terlongong-longong tak berkata apa2. Hati Siau-liong ikut rawan menyaksikan adegan itu. Hampir saja ia mengucurkan air mata. Ia pernah ditolong oleh wanita dari Busan itu. Ia anggap wanita itu selain berilmu silat sakti, pun luas sekali pengetahuannya. Seorang wanita yang dapat digolongkan tingkat cianpwe. Siau liong serasa disayat sembilu hatinya melihat wanita itu sampai kena diperalat suami isteri durjana Iblis-penakluk-dunia. Siau-liong menyurut mundur kesamping Liau Hoan, katanya, Randa Bu-san nyata2 telah dikuasai Iblis penaklukdunia. Sebagai seorang yang luas pengalaman, bagaimana pendapat lo-siansu untuk menolongnya?" 731 Liau Hoan geleng2 kepala, Aku tak faham ilmu Hitam, dan lagi.... menilik kesadaran pikirannya masih belum lenyap sama sekali, mengapa ia sampai tak dapat membedakan golongan Hilam dengan Putih? Mengapa ia begitu linglung mau melakukan perintah Iblis penakluk-dunia? Hal ini benar-benar membingungkan pikiranku. Sebaliknya dapat menawannya hidup2 dan pelahan-lahan memeriksa keadaannya. Mungkin kita akan dapat menemukan sumber penyakitnya.... Siau-liong mengela napas, Randa Bu-san adalah pewaris ilmu Ya-li-sin-kang. Merupakan tokoh kelas satu dewasa ini. Untuk menangkapnya, bukanlah suatu hal yang mudah!" Melihat mamahnya masih belum sadar. Song Ling menjerit, Mah, masakan engkau tak tahu bahwa kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia adalah durjana yang membahayakan dunia pesilatan?" Ditengah malam yang sunyi, kembali terdengar gelak tertawa nyaring dari Iblis-penakluk-dunia. Randa Bu-san kerutkan alis. Selekas tertawa itu berhenti, tiba-tiba wajah wanita itu berobah dan membentak Song Ling

dengan bengis, Nak, jangan sembarangan bicara. Iblispenaklukdunia dan Dewi Neraka adalah dua tokoh besar pada jaman ini. Jangan engkau hina semau-maumu sendiri.... Berhenti sejenak ia berkata lagi, Aku telah mengatur segala sesuatu untukmu. Kutanggung engkau tentu akan bahagia. Tak nanti engkau mengalami nasib seperti mamah dahulu?" Tukas Song Ling; "bukankah dahulu mamah telah memberi nasehat dan pelajaran2 padaku? Mah, apakah engku tak ingat lagi?" 732 Randa Bu-san menghela napas, Ah, itu memang kesalahan mamah yang dulu!" Mah, mengapa engkau makin lama makin linglung!" teriak song Ling seraya menggoncang-goncangkan tubuh ibunya. Randa Bu-san deliki mata. Sekonyong-konyong ia menampar muka dara itu. "Plak".... karena tak menyangka akan ditampar ibunya, Songs Ling tak berjaga-jaga dan pipinya termakan tamparan. Seketika matanya berbinar-binar, kepala pening, mulut mengucurkan darah. Rupanya Randa Bu-san masih belum puas. Ia mendorong tubuh puterinya hingga terhuyung-huyung beberapa langkah, lalu maju menghampiri Liau Hoan. Sambil mendekap pipi sebelah kanannya yang sakit, Song Ling menjerit, Mah, jangan.... -dara itu terus melesat ketempat Randa Bu-san. Siau-liong terkejut. Ia tahu bahwa Randa Bu-san memang sudah dikuasai Iblis penakluk-dunia. Pikiran wanita itu sudah linglung. Jika Song Ling tetap melibatnya, Randa Bu-san tentu marah dan lupa. Wanita iiu tentu akan turun tangan sungguh2 kepada puterinya sendiri. Nona, mundurlah!" Siau liong cepat berseru mencegah Song ling seraya loncat menarik dara itu dengan tangan kiri dan tangan kanan mendorong bahu Randa Bu-san. Liau Hoan pun tangkas sekali. Pada saat Randa Bus-an hendak merebut Poh Ceng-in, cepat sekali paderi itu sudah membawanya menyingkir. Karena kedua tangannya diikat ke belakang punggung dan kakinya terluka. Poh Ceng-in tak dapat berbuat apa2 ketika 733 paderi Liau Hoan yang bertubuh kurus itu membawanya kian kemari. Randa Busan marah sekali. Dengan melengking nyaring ia tinggalkan Poh Ceng-in yang dibawa Liau Hoan. Berputar tubuh ia memandang Siau-liong tajam2. Kini ia tumpahkan kemarahannya kepada pemuda itu. Secepat kilat ia menghantam kepala pemuda itu! Siau-liong terkejut. Ia menyadari bahwa pukulan wanita itu

bukan olah2 hebatnya. Tak mau ia menangkis dan buru-buru loncat menghindar ke samping seraya mendorong lagi bahu wanita itu. Song Ling pun makin bingung. Ia menangis dan meraungraung. Melihat Siau liong bertempur dengan mamahnya, dara itu cepat lari menyerbu ke muka, Jangan melukai mamahku! Ah.... Sekalipun terpaksa harus berkelahi, tetapi Siau-liong masih sadar pikirannya. Ia tahu bahwa Randa Bu-san itu pernah menolong jiwanya. Ia tahu pula bahwa wanita itu memang bertindak di luar kesadaran pikirannya sendiri karena telah dibius oleh Iblis-penakluk-dunia. Maka beapapun halnya, ia tak mau mencelakai wanita itu. Hanya saja ia mempunyai kesulitan. Randa Bu-san memiliki ilmu sakti Ya-li-sin kang, adakah ia mampu menandingi dengan ilmu Thian kong-sin-kang yang baru dipelajari kulitnya itu? Apalagi ia masih menderita luka dalam yang parah. Untunglah dalam melancarkan serangan itu gerak Randa Bu-san tidaklah seperti orang sehat melainkan agak ketololtololan. Ketika kedua pukulan saling beradu, Randa Bu-san dan Siau-liong sama2 mundur beberapa langkah. 734 Randa Busan menatap Siau-liong dengan mata berapi-api seraya berkata seorang diri, Thian-kong-sin-kang, benarbenar Thian-kong sin-kang.... tiba-tiba ia menghantam lagi. Siau-liong mengandalkan kelincahan untuk menghindar kian kemari. Setempo balas menyerang dari samping untuk mendesak wanita itu mundur. Dalam sekejab mata, ia sudah lancarkan lebih dari 20 jurus. Angin menderu-deru, debu berhamburan. Song Ling tak hentihentinya menjerit dan menangis.... Bermula Siau-liong masih kuatir kalau tak mampu menghadapi. Tetapi setelah 20 jurus berlalu, timbullah kepercayaannya. Ia merasa bukan saja luka dalamnya tidak kambuh, pun ilmu Thian-kong sin-kang yang baru dipelajari sedikit itu, terasa tambah maju. Saat itu ia merasa, setiap pukulan atau tutukan jari serta tamparan, lebih dahsyat dari semula. Dan yang lebih menggirangkan, setiap gerakan yang dilancarkan, tak perlu harus memikir lama. Sambil bertempur dengan Randa Bu-san, otak Siau liong berusaha keras untuk mengingat isi pelajaran kitab pusaka Thian-kong-sin-kang. Teringat ia akan sebaris kata2 yang terdapat dalam kitab itu:....Keinginan timbul dari Pikiran. Pikiran tembus pada hati. Apabila Semangat dan Keinginan bersatu, Hati dan Semangat saling kontak.... maka lahirlah.... Dalam Tenang timbul Gerak, dalam Gerak timbul Tenang.... dan lain-lain. Berkat otaknya yang cerdas, dapatlah Siau-liong menyelami

kata2 dalam kitab itu. Seketika meluaplah kegirangannya. Seketika gerakannya makin cepat. Ia berlincahan mengepung Randa Bu-san. 735 Sitinggi besar Lu Bu-ki dan anak buahnya, bertugas untuk menjadi pintu belakang dan muka. Saat itu mereka merasa dimuka pintu bermunculan beberapa sosok tubuh yang melangkah ke dalam ruangan. Mereka berjumlah tujuh orang. Pakaiannya seragam warna biru. Muka ditutupi sutera tipis. Dengan langkah lenggang mereka memasuki ruangan. Lu Bu-ki berputar tubuh dan menjerit, Ada beberapa orang yang datang!" Dalam pada berseru itu, sitinggi besarpun melangkah menghadang pendatang yang berjalan paling muka dan membentaknya, Berhenti!" Diluar dugaan ke-7 orang baju biru tak mengacuhkannya. Bahkan orang yang berjalan paling depan, segera ayunkan tangan menampar muka Lu Bu-ki. Lu Bu-ki marah sekali. Dengan menggerung laksana seekor harimau, ia menghindar lalu mencambuk dengan ruyung besi. Ia gunakan jurus Burung-bangau-tebarkan-sayap. Suasana senjap semakin kacau. Lu Bu ki bersama kedua pengawalnya segera bertempur dengan pendatang itu. Empat orang baju hitam segera lari menghampiri tempat Song Ling. Sambil bertempur lawan Randa Bu-san, Siau-liong diamdiam mencuri kesempatan untuk memperhatikan kawanan pendatang itu. Diam-diam Siau-liong makin gelisah. Walaupun kawanan pendatang itu sama mengenakan kain kerudung sutera menutup muka yang amat tipis, tetapi karena hari makin gelap, sukar untuk menentukan pendatang2 itu tokoh2 persilatan yang mana. 736 Untunglah Siau-liong memiliki indera penglihatan yang luar biasa tajamnya. Ia tetap dapat melihat wajah2 dibalik kain kerudung itu. Ternyata pendatang2 berkedok kain sutera itu diantaranya terdapat It Hang, ketua partai Siau-lim-si, Thi Buseng tokoh dari partai Tiam jong-pay, ketua Ji-tok-kau Tan Ihong, ketua perhimpunan Tong-thing pang si Kipas Im-yang Cu Kong-leng dan ketiga tokoh Kun-lun Sam-cu. Lu Bu-ki bertiga bertempur dengan Kun-lun Sam-cu. sepuluh jurus kemudian, salah seorang anak buah Lu Bu-ki tiba-tiba menjerit ngeri dan rubuh di tanah. Tetapi si tinggi besar Lu Bu-ki tak gentar. Ruyung besinya diputar laksana hujan deras. Untuk beberapa saat ketiga tokoh dari Kun-lun-pay itu tak dapat melepaskan diri. Paderi Liau Hoan meletakkan Poh Ceng-in di sudut ruang lalu bersama Song Ling bahu membahu menghadapi musuh. Song Ling walaupun belum sembuh sama sekali, tetapi ia

sudah mendapat latihan dasar dari ilmu sakti Ya-li sin-kang. Pukulannya amat dahsyat. Sedangkan Liau Hoan sebagai seorang tokoh sakti dalam dunia persilatan, sudah tentu memiliki kesaktian yang menonjol. It Hang totiang berempat, untuk beberapa saat saat tak mampu berbuat apa2. Walaupun pengetahuan Siau-liong tentang il-mu Thiankongsin-kang sudah bertambah maju, tetapi untuk mengalahkan Randa Bu-san, bukanlah soal yang mudah. Maka ia tak sempat lagi untuk memperhatikan keadaan kawankawannya. Suatu hal yang membuat gelisah hatinya ialah apabila Iblis penakluk-dunia menyuruh beberapa tokoh seperti Lam-hay Sin-ni, Jong Leng lojin dan lain-lain, untuk maju. Tentulah akan lain si tuasinya. 737 Kurang lebih sepeminum teh lamanya, tiba-tiba diluar terdengar suara tertawa nyaring dari Iblis-penakluk-dunia. Nadanya bagai senjata tajam yang me-nyayat2 sehingga Siauliong dan kawan2nya ngeri. Mendadak Randa Bu-san menyerang hebat, Mulutnya mendesis2 seperti seekor harimau yanj ter-engah2 hendak menelan korbannya. Demikiah It Hang totiang dan ke-7 kawannya Mereka terkena pengaruh dari suara tertawa durjana itu. Mata mereka terbuka lebar2. Dengan menumpahkan seluruh kepandaian, mereka menyerang kalap sepeiti orang kemasukan setan. Semula Siau-liong masih ringan, tetapi setelah Randa Busan berobah memberingas, ia menjadi sibuk juga. Ia masih belum sembuh. Lama kelamaan tenaganya makin lemah, darah mulai bergolak. Keringat dingin mulai mengucur deras, napas pun ter-engah2 keras. Siau-liong mulai payah. Setiap saat ia terancam kehancuran dari serangan2 yang berbahaya dari Randa Bu-san. Suara tertawa Iblis-penakluk-dunia sebentar putus sebentar melengking. Tak ubahnya seperti seorang iblis yang sedang menikmati korban yang disiksanya. Terdengar pada jerit rintihan yang ngeri. Anak buah Lu Buki kena ditendang perutnya oleh Ti-ki-cu (salah seorang Kunlun Sam-cu), sehingga terlempar sampai setombak jauhnya, terbentur tembok dan rubuh tak berkutik lagi.... Walaupun keempat anak buahnya sudah rubuh, namun Lu Bu-ki tetap tak gentar menghadapi ketiga Kun-lun Sam-cu. Kematian keempat kawannya itu membuatnya sedih dan marah. Ia memberingas laksana seekor singa. Ruyung besi 738 dimainkan sederas hujan. Diam-diam tangan kirinya mempersiapkan tiga butir pelor baja. Lu Bu-ki termasyhur dengan gelar Thiat-pian sin-tan atau si Ruyung besi Pelor-sakti. Ilmunya melontar senjata rahasia itu,

memang bukan olah2 hebatnya. Demikianlah pada saat ia mainkan ruyung dengan gencar, tiba-tiba ia susuli dengan menimpukkan tiga pelor besi ke arah Kun-lun Sam-cu. Jaraknya amat dekat dan ilmu lontaran dari Lu Bu-ki itu amat tepat dan dahsyat. Ti-ki-cu yang menyerang paling depan sendiri, lebih dulu yang menderita. Mata kirinya terhantam sebutir pelor sehingga biji matanya meluncur keluar. Darah mengucur deras sehingga seketika berobah ia seperti seorang manusia bermuka merah. Tetapi Ti-ki-cu memang luar biasa. Walaupun sebuah biji matanya sudah coplok dan menderita luka berat, tetapi ia agaknya seperti tak merasa dan tetap menyerang hebat. Betapapun dingin hati Lu Bu-ki membunuh orang, tetapi menghadapi seorang manusia luar biasa seperti Ti-ki-cu, gentarlah hatinya. Permainannya ruyung pun kacau. Liau Hoan dan Song Ling yang menghadapi It Hang totiang berempat, masih dapat bertempur dengan berimbang. Tetapi setelah Iblis-penakluk-dunia tertawa tadi, It Hang totiang menyerang kalap sehingga Liau Hoan dan Song Ling kelabakan. Liau Hoan menyambar tubuh Poh Ceng-in dan ditegakkan di tangan sudut ruang. Ia melayani serangan musuh dengan sebelah tangan. Tetapi makin lama ia tak sabar lagi. Tiba-tiba ia melantangkan doa 'Omitohud. lalu berseru, Untung celaka 739 tiada pintunya. Hanya manusia sendiri yang membuatnya. Terpaksa aku harus membuka pantangan membunuh!" Siau liong terkejut dan buru-buru berteriak, Mereka adalah tokoh2 persilatan yang telah dilenyapkan kesadaran pikirannya oleh Iblis-penakluk-dunia. Harap lo-siansu suka bermurah hati agar jangan sampai saling bunuh membunuh sendiri.... Liau Hoan tertawa panjang, Bunuh membunuh sudah sejak tadi terjadi. Jika engkau masih tak tegah, tentu kita sukar lolos dari sini!" Ucapan itu mengandung anjuran supaya Siau-liong jangan ragu2 untuk mengeluarkan ilmu sakti Thian-kong-sin- kang. Rupanya Song-ling dapat menangkap maksud paderi itu. Cepat ia berseru, Siau-liong.... bagaimanapun halnya, jangan melukai mamah!" Jangan kuatir! Sekalipun tubuhku hancur lebur, tetapi tak nanti akan melukai mamahmu!" seru Siau-liong. Nona, jagalah wanita siluman ini!" tiba-tiba Liau Hoan membentak dan terus dorongkan tubuh Poh Ceng-in. Song Ling tak berani membantah. Pada saat ia menyambuti tubuh Poh Ceng-in, Liau Hoan sudah berputar tubuh dan lepaskan tiga tamparan dan lima pukulan. Angin menderu hebat dan It Hang totiang berlima terpaksa mundur sampai lima langkah.

Tetapi secepat itu juga mereka segera maju lagi. Mereka benar-benar seperti tak menghiraukan keselamatanya dan menyerang kalap. 740 Liau Hoan agak tertegun. Begitu kawanan penyerangnya maju, tiba-tiba ia menggembor keras dan hamburkan pukulan bertubi-tubi lagi. Ilmu kepandaian dari paderi Liau Hoan itu lebih tinggi dari kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka. Paderi itu termasyhur dengan ilmu jari sakti Kim kong-ci (Jari baja), amat getarkan dunia persilatan. Tetapi karena ia jarang ke luar ke dunia persilatan, maka namanya pun jarang dibicarakan orang. Dalam menghadapi pertempuran saat itu, ia sudah menyadari bahwa jika tak menggunakan serangan kilat untuk mengakhiri pertempuran, tentulah kedua durjana Iblis penakluk-dunia akan mengeluarkan lain rencana yang lebih ganas lagi. Amukan Liau Hoan itu telah memberi hasil. Tiba-tiba Tan It-hong ketua Ji-tok-kau terjungkal rubuh di tanah. Dia kena tertutuk jalan darah diperutnya. Dengan rubuhnya seorang, tekanan fihak It Hang totiang menjadi berkurang. Tetapi sekonyong-konyong Iblis-penaklukdunia tertawa memanjang lagi. Dan secepat berhenti tertawa, iblis itu berseru, Apa yang kukatakan tentu kulakukan. Pembebasan tawanan gelombang ketiga, segera berlangsung!" Tak berapa lama dua sosok tubuh menerobos masuk. Ketika Siau-liong memandang kedua pendatang itu, diam-diam ia mengeluh, Celaka " Ternyata yang datang itu adalah Naga Terkutuk dan Harimau Iblis. 741 Begitu masuk tanpa berkata apa2, kedua durjana itu terus menyerang. Naga Tertutuk menerjang Siau-liong, Harimau Iblis merabu Liau Hoan siansu. Walaupun sudah dapat menutuk rubuh Tan Ih-hong, tetapi Liau Hoan masih mengalami kesulitan menghadapi tokoh2 utama semacam It Hang totiang. Dan kini bertambah pula dengan seorang Harimau Iblis. Dengan serangan yang dahsyat sebanyak tiga jurus, Harimau Iblis dapat membuat Liau Hoan kelabakan. Liau Hoan gagal untuk merebut kedudukan. Keadaannya dibawah angin lagi. Keadaan Siau-liong pun begitu juga. Dia diserang dari muka dan belakang oleh Naga Terkutuk serta Randa Bu-san. Dia kelabakan dan hanya mampu bertahan diri saja. Melihat Liau Hoan siansu terdesak mundur, Song Ling terpaksa bertindak. Ia lepaskan Poh Ceng-in dan ikut terjun

dalam pertempuran. Keadaan Lu Bu-ki makin payah lagi Ruyung besinya sudah terpental. Bajunya sudah compang camping. Sepintas pandang, keadaannya mirip dengan orang gila. Dalam himpitan kedua tokoh Naga Terkutuk dan Randa Busan, keadaan Siau-liong benar-benar berbahaya sekali. Sekali ia lengah atau salah tangan tentulah ia akan remuk binasa. Betapapun ia berlaku hati2 dan cermat, namun akhirnya dadanya kena tertampar angin pukulan Randa Bu-san. Namun angin itu bukanlah angin biasa, melainkan angin dari Ilmu Ya li sin-kang. Seketika Siau-liong rasakan tulang belulangnya seperti hancur berantakan. darahnya bergolak keras. Mata serasa gelap dan ia tak dapat menahan lagi. Segumpal darah segar menghambur dari mulutnya.... 742 Namun ia menyadari bahwa saat itu sedang berada dalam pertempuran mati hidup. Sekali ia lengah, jiwanya pasti amblas. Dalam keadaan terancam itu, akhirnya ia terpaksa berjuang. Dengan kerahkan sisa tenaganya, ia lepaskan pukulan jurus Tonggak-menyanggah-langit ke arah Randa Busan dan gunakan jurus Sapu-jagad menghantam Naga Terkutuk. Kedua pukulan itu adalah jurus dari ilmu Thian-kong-sinkang Serangkum sinar emas memancar, walaupun Randa Busan cepat2 gerakkan kedua tangannya untuk menyongsong, tetapi tubuhnya tetap ber-guncang2 keras mau rubuh. Sedang Naga Terkutuk pun ter-huyung2 mundur sampai 78 langkah, membentur meja sembahyang. Berulang kali ia hendak berusaha menegakkan tubuh tetapi gagal. Akhirnya ia rubuh dengan menderita luka parah. Setelah menghantam, Siau-liong rasakan tenaganya telah habis. Tulang-belulangnya serasa berhamburan lepas, sehingga ia tak kuat lagi untuk berdiri tegak. Lukanya masih belum sembuh sama sekali. Dan saat itu ia menderita luka lagi. Betapa kokoh tenaga-dalamnya, tetapi ia benar-benar sudah kehabisan tenaga.... Setelah melakukan pernapasan beberapa jenak, Randa Busan rasakan lukanya sudah sembuh. Dengan melengking nyaring, wanita itu hantamkan kedua tangannya ke arah Siauliong. Saat itu Siau-liong sudah tak berdaya lagi. hanya memandang kesima ke arah pukulan maut dari Randa Bu-san itu.... Liau Hoan siansu. Song Ling dan Lu Bu-ki pun sudah kenabisan tenaga. Walaupun mengetahui Siau-liong terancam 743 bahaya tetap mereka sendiri sudah payah. Tak mungkin dapat memberi pertolongan lagi. Apalagi yang mengancam Siauliong itu adalah tenaga-sakti Ya-lin-sin-kang. Sekali pun ketiga

orang itu serempak maju menolong pun juga tak berguna. Bahkan malah akan menambah jumlah korban saja. Karena tak dapat melepaskan diri dari seangan It Hang totiang dan Cu Kong-leng, maka menangislah Song Ling seraya menjerit, Mah, jangan membunuhnya, engkau tak boleh.... Tetapi Randa Busan tak menghiraukan. Ia tetap lancarkan kedua pukulan mautnya ke arah Siau-liong. Tahu kalau detik itu harus mati, Siau liong pejamkan mata menunggu ajal. Sekonyong-konyong dari luar biara melesat masuk sesosok bayangan. Dan sebelum berdiri tegak, orang itu secepat kilat untuk menutuk lengan Randa Bu-san. Kedatangan orang itu sama sekali tiada mengeluarkan suara. Gerakannya secepat angin. Jika tak mengetahui dengan mata kepala sendiri, orang tentu mengira pendatang itu bukan manusia tetap bangsa setan. Tokoh semacam Randa Busan yang memiliki Ya-li-sin-kang, pun tak mampu mendengar kedatangan orang itu. Baru ia gelagapan kaget ketika lengannya hendak ditutuk orang itu. Tetapi Randa Bu-san tak kecewa diagungkan orang sebagai tokoh sakti jaman itu. Ia tak mau berputar tubuh melainkan malah maju ke muka seraya mengganti kedua pukulannya tadi dengan jurus Angin-puyuh-menyambar-pohon, untuk menyapu pendatang itu. 744 Orang itu mendengus dingin. Begitu kakinya menginjak tanah, ia balikkan tangan kanan yang hendak menutuk lengan Randa Bu-san tadi, untuk menyongsong kedua pukulan wanita Bu-san itu. Baik pukulan Randa Bu-san maupun gerakan tangan orang itu, sama-sama tergolong tenaga-da-lam lunak. Sedikit pun tak mengeluarkan suara apa-apa. Walaupun gerak pukulannya mereka tak begitu dahsyat, tetapi angin halus dari pukulan itu telah menimbulkan badai keras yang memekakkan telinga. Begitu pukulan saling beradu, tubuh kedua tokoh itu sama2 berguncang. Rupanya kekuatan mereka berimbang. Siau Liong yang pejamkan mata tadi karena merasa sampai beberapa jenak pukulan Randa Bu-san belum juga tiba, tetapi ia mendengar deru angin menyambar di udara, buru-buru ia membuka mata. Begitu membuka mata, ia terkejut girang Yang datang itu bukan lain adalah Tabib-sakti-jenggot-naga Kongsun Sin-tho, gurunya sendiri. "Suhu! Engkau.... Belum Siau-liong selesai berteriak, Kongsun Sin-tho sudah cepat goyangkan tangannya, Jangan banyak omong! Lekas beristirahat salurkan tenagamu!" Habis berseru, tabib itu segera dorongkan kedua tangannya

untuk menyongsong pukulan Randa Bu-san. Seperti orang yang hidup lagi dari kematian apalagi mendapat kunjungan dari suhu yang dicintainya, legalah hati Siau-liong. Cepat ia melakukan perintah snhunya. Duduk bersemedhi menyalurkan pernapasan dan tenaga murni. 745 Tetapi ia menyadari bahwa keadaannya saat itu benarbenar berbahaya sekali. Ia harus cepat-cepat pulihkan tenaganya agar dapat menghadapi si tuasi saat itu. Diluar dugaan ketika ia menguapkan hawa-murni dalam perut, ia rasakan serangkum hawa panas mengalir naik. Suatu hal yang tak sama seperti biasanya. Diam-diam ia girang, pikirnya, Adakah dalam beberapa hari ini aku memperoleh kemajuan luar biasa dalam ilmu tenaga-dalam." Segera ia mulai mengatur hawa panas itu menurut jalan darah yang tersebar diseluruh tubuhnya. Dan pada beberapa kejab kemudian, ia telah mencapai dalam kehampaan. Pikiran dan semangatnya manunggal. Ia tak ingat lagi apa yang terjadi disekeliling tempat situ. Semua kosong melompong.... Karena diganggu oleh Tabib-sakti-jenggot-naga Kongsun Sin-tho, marahlah Randa Bu-san. Dengan meraung seperti singa betina yang kehilangan anak, ia menyerang tabib itu dengan gencar sekali. Hanya dalam sekejab mata saja, ia sudah lancarkan lebih dari 20 jurus. Tetapi Kongsun Sin-tho melayani dengan tenang. Serangan dari wanita Bu-san yang menggunakan jurus ganas itu, satu demi satu dapat dihapusnya. Betapapun Randa Bu-san seperti orang yang kalap, tetapi sedikitpun tak mampu berbuat apa2 terhadap tabib sakti itu. Ilmu tenaga-sakti Thian-jim-sin-kang yang dimiliki Kongsun Sin-tho itu, walaupun sederajat dengan tenaga sakti Ya-Ji sinkang, Jit-hua sin-kang dan Cek-ci-sin-kang, tetapi Than-jimsinkang itu mempunyai keefektifan tersendiri. Dan karena Kongsun Sin tho telah mencapai tingkat yang tinggi dalam 746 pelajaran ilmu Thian-jim-sin-kang itu. maka kepandaiannya pun setingkat lebih tinggi dari Randa Bu-san. Melihat perkembangan itu, semangat Liau Hoan dan Lu Buki pun bangkit kembali. Tetapi Song Ling makin gelisah. Ia tak kenal siapa Kongsun Sin-tho itu. Maka ia kuatir kalau mamahnya sampai terluka oleh kakek tua berjenggot putih itu. Kongsun Sin-tho memang sakti. Sambil melayani Randa Busam, diam-diam iapun pancarkan tenaga kisar (putar) untuk melanda Harimau Iblis dan Kun-lun Sam-cu. Tenaga kisar dari Thain-jim-sin-kang itu, walaupun tidak sampai melukai orang, namun mampu juga untuk memaksa Harimau Iblis dan kawan2nya sempoyongan jatuh.

Bantuan Kongsun Sin-tho itu benar-benar meringankan Liau Hoan siansu dan Lu Bu-ki. Saat itu mereka siap untuk merebut kemenangan lagi. Sekonyong konyong terdengar suitan nyaring dan panjang. Nada dan suaranya amat ngeri sekali, mirip dengan suara harpa yang dipetik sekeras-kerasnya. Membuat anak telinga serasa pecah. Dan memang pada saat suitan itu berhenti, nadanya tak ubah seperti senar harpa yang putus! Randa Bu-san, Harimau Iblis dan rombongannya tertegun. Pada lain saat, mereka segera mengamuk lagi, menyerang dengan dahsyat dan ganas. Tiba-tiba Harimau Iblis menyambar tubuh Tan Ih-hong yang terluka di tanah. Sekali enjot, ia membawanya menerobos ke luar. 747 Randa Busan lancarkan serangan gencar. Setelah berhasil mengundurkan Kongsun Sin-tho, cepat ia menyambar tubuh Naga Terkutuk yang duduk bersandar pada meja sembahyang, lalu dibawah kabur keluar. It Hang totiang, Shin Bu-seng, Cu Kong-leng dan ketiga tokoh Kun-lun Sam-cu, pun mulai mengundurkan diri. Satu demi satu mereka melangkah keluar biara dan lenyap dalam kegelapan malam. Dengan begitu dapatlah ditarik kesimpulan bahwa suitan panjang tadi tentu berasal dari Iblis-penakluk-dunia yang memberi komando supaya jago-jagonya mundur. Kala itu sudah menjelang tengah malam. Angin meniup keras dan tak lama kemudian hujan pun mencurah lebat. Ruang biara kembali sunyi senyap. Siau-liong dan rombongan orang gagah, masih terengah-engah napasnya karena kehabisan tenaga. Untunglah Poh Ceng-in masih berada pada mereka. Song Ling menangis tersedu-sedu. Tak henti-hentinya ia mengoceh tetapi tak jelas apa yang di-ocehkan itu. Tentulah karena memikirkan nasib ibunya. dara itu sampai hancur hatinya. Kongsun Sin-tho melangkah beberapa tindak, tiba-tiba berhenti dan menghela napas panjang. Setelah napasnya agak tenang, Lu Bu-ki terlongonglongong memandang kedua anak buahnya yang binasa itu. Setelah merapikan pakaiannya. si tinggi besar itu menghampiri kemuka Kongsun Sin-tho Memberi hormat, serunya, Terima kasih atas budi pertolongan lo-cianpwe. Entah siapakah nama lo-cianpwe yang mulia?" 748 Kongsun Sin-tho tersenyum, Aku bernama Kongsun sintho, seorang tabib yang suka berkelana dalam dunia

persilatan." Lu Bu-ki tersentak kaget, 0, kiranya Kong-sun cianpwe.... si tinggi besar terlongong-longong sehingga tak dapat melanjutkan kata-katanya. Memang ia pernah mendengar nama Kongsun Sin-tho yang termasyhur sebagai seorang tabib sak-ti. Setitikpun ia tak menyangka bahwa tabib itu ternyata memiliki ilmu kepandaian yang teramat sakti. Liau Hoan siansu juga menghampiri, serunya sambil memberi hormat, Ilmu ketabiban sicu yang telah menyelamatkan jiwa manusia, tersebar harum dalam dunia persilatan. Ah, tak kira kalau sicu ternyata pewaris dari ilmu sakti Thian-jim-sin-kang. Maafkan karena lengah menghaturkan hormat!" Kongsun Sin-tho tertawa, Sedikit ilmu kepandaian yang tak berarti itu, masakan dapat lolos dari pengawasan lo-siansu.... Behenti sejenak ia melanjutkan berkata lagi, Walaupun saat ini musuh sudah mundur, tetapi menurut hematku, pengunduran mereka itu tentu mengandung siasat. Setiap saat mereka mungkin akan menyerang lagi. sebaiknya saudara2 suka beristirahat memulangkan tenaga!" Habis berkata tabib itu terus duduk numprah di tanah. Lu Bu-ki memang sudah kehabisan tenaga. Tanpa diulang lagi, ia segera menurut anjuran Kongsun Sin-tho. Ia duduk sandarkan diri pada meja sembahyang. 749 Demikianpun Liau Hoan siansu. Bertempur lawan Harimau Iblis dan rombongannya, paderi kurus itu kehabisan tenaga. Terpaksa ia duduk numprah. Hanya Song Ling seorang yang masih tak henti-hentinya menangis. Setelah beristirahat sepeminum teh lamanya Siau-liong berbangkit dan menghampiri Kongsun Sin-tho. Ia berlutut di hadapan guru itu. "Lukamu masih parah. Jika tak cepat dirawat, kecuali akan gagal mempelajari ilmu Thian-kong sin-kang, pun engkau bakal cacad seumur hidup! " seru Kongsun Sin-tho. "Harap suhu jangan kuatir, murid sudah banyak baikan," Siau-liong tertawa. Kongsun Sin-tho mengamati wajah pemuda itu. Lalu menjamah bahu dan keningnya. Tiba-tiba mulutnya menghambur puji, Benar-benar ilmu sakti nomor satu di dunia. Liong-ji, rejekimu benar-benar besar sekali!" Ilmu Thian-kong-sin-kang memang sudah lama lenyap dari dunia persilatan. Kongsun Sin-tho tak tahu sampai dimanakah kesaktian Thian-kong-sin kang itu. Tetapi ia anggap, segala macam ilmu sakti walaupun aliran ajarannya berbeda, tetapi semua ilmu sakti itu tentu berpusat pada ajaran pokok yakni melatih Tenaga dan Khi (hawa murni). Thian-kong-sin-kang walaupun mengutamakan Sin

(semangat) sebagai sumber pokoknya, tetapi caranya berlatih tentu tak jauh bedanya dengan lain-lain ilmu. Demikian anggapan Kongsun Sin-tho. Tetapi alangkah kejutnya, ketika ia dapatkan luka yang diderita Siau-liong sudah enam tujuh bagian sembuh setelah pemuda itu menjalankan penyaluran hawa murni hanya dalam 750 waktu yang singkat saja. Saat itu barulah Kongsun Sin-tho benar-benar mengakui bahwa ilmu Thian-kong-sin-kang itu memang nyata lebih unggul dari segala ilmu sakti yang terdapat dalam dunia persilatan. Berkata pula tabib itu kepada Siau-liong, Karena engkau telah makan buah Im-yang-som dan minum darah binyawak purba, maka engkau dapat mempelajari Thian-kong-sin-kang dengan cepat. Sekarang engkau sudah mempunyai dasar2 tenaga dalam Thian-kong-sin-kang. Dengan begitu, apabila engkau terus giat berlatih dalam beberapa waktu lagi, paling tidak engkau tentu sudah dapat menguasai separoh bagian dari ilmu itu. Cukup dengan mencapai lima bagian saja, cukup bagimu untuk menjagoi dunia persilatan. Hanya saja.... Tabib itu menghela napas, sambungnya pula, Pada dewasa ini dunia persilatan sedang diamuk pergolakan besar. Mungkin tak memberi kesempatan padamu untuk meyakinkan ilmu itu dengan tenang." Song Ling masih menangis saja. Kongsu Sin-tho heran dan menanyakan pada Siau-liong; "Apakah dia puteri dari Randa Bu-san?" "Ya." sahut Siau-liong, "Randa Busan pernah menolong jiwa murid. tetapi saat ini.... ia menyhela napas tak melanjutkan kata2nya. Sambil mengusap-usap tangan, Kongsun Sin-tho suruh Siau-liong menghibur dara itu. Memang Siau-liong bermaksud hendak menghibur dara itu tetapi sungkan terhadap gurunya Setelah Kongsun Sin-tho menyuruhnya, cepat2 ia menghampiri dara itu. 751 Siau-liong membisiki beberapa patah kata ke dekat telinga Song Ling. Entah bagaimana dara itu terus berhenti menangis dengan mendadak ia berbangkit, menarik tangan Siau liong diajak kehadapan Konsun Sin-tho. "Lo-cianpwe," kata dara itu dengan menangis sesunggukan, "mohon lo-cianpwe suka menolong mamahku.... mohon locianpwe suka menolong mamahku.... Dara itu mendekap kaki kanan Kongsun Sin-tho dan menangis tersedu-sedu amat mengibakan sekali. Tabib tua itu kerutkan alis lalu bertanya kepada Siau liong, Liong-ji. engkau bilang apa saja kepadanya?" Siau-liong tundukkan kepala menyahut sendat, Murid tak

mengatakan apa2, hanya memberitahu bahwa kemungkinan suhu dapat menolong ibunya." Kongsun Sin-tho menghela napas, Karena keadaan sudah begini, sudah tentu aku tak dapat berpeluk tangan. Tetapi ketahuilah. Kemampuanku terbatas. Sedang saat ini Iblispenaklukdunia sudah menguasai "tiga tokoh pemilik ilmu Yaliin-kang, Jit-hua-sin-kang dan Ce ci-sin kang Kekuatan mereka tentu dapat menguasai dunia persilatan. Dan lagi.... Tabib tua itU berhenti sejenak, lalu melanjutkan, Yang kukuatirkan, menilik kecerdikan iblis itu, kemungkinan dia akan minta secara paksa ketiga ilmu sakti Ya-li, Jit-hua dan Ce-ci itu. Jika hal itu terdjadi dia pasti akan memiliki tiga macam ilmu sakti dan sukar dicari tandingannya lagi!" Siau-liong tertegun. Apa yang dikatakan suhunya itu, benar-benar belum pernah dipikirkan. Sedang Song Ling masih tetap mendekap kaki Kongsun Sin-tho seraya menangis merengek-rengek. 752 Akhirnya Kongsun Sin-tho mengangkat bangun Siau-liong dan Song Ling, ujarnya, Akan kuusahakan sekuat tenagaku, Sudahlah jangan menangis saja. Karena keadaan tak dapat ditolong dengan menangis!" Song Ling berhenti menangis. Sepasang kelopak matanya membenjul. Ditatapnya Kongsun Sin-tho dengan pandang memohon. Pertempuran antara golongan Hitam dan Putih pada beberapa hari yang lalu memang dahsyat sekali," kata Kongsun Sin-tho pula, "Bukan karena aku bermaksud hendak berpeluk tangan saja. Tetapi memang ada beberapa pertimbangan. Dengan menguasai ketiga tokoh pewaris ilmu Ya-li-sin-kang, Jit-hua-sin-kang dan Ce-ci-sin-kang itu, berarti Iblis-penakluk-dunia sudah memperoleh tiga dari lima buah ilmu sakti dalam dunia persilatan. Sekali pun Ceng Hi totiang mengundang seluruh orang gagah dalam dunia, tetap sia2 saja, seperti kawanan kambing hendak menyerbu kesarang harimau.... Tabib itu menghela napas, katanya lanjut; Sudah beberapa kali aku masuk ke dalam Lembah Semi dan secara diam-diam menyelidiki keadaan Jong Leng lojin yang telah dihilangkan kesadaran pikirannya itu. Pikirku hendak mengusahakan obat untuk memulih kesadaran mereka. Tetapi akhirnya kurasa, keadaan tokoh itu memang tak dapat ditolong lagi.... Mendengar itu Song Ling menangis lagi, Kalau begitu mamahku juga tak mungkin dapat disembuhkan lagi....?" Kongsun Sin-tho cepat2 gelengkan kepalanya, Boleh dikata hidupku kuabdikan pada ilmu pengobatan. Aku tak mengatakan pasti bahwa keadaan mereka tak dapat disembuhkan. Apalagi soal ini menyangkut hidup matinya

753 dunia persilatan. Maka dalam beberapa hari ini aku pergi mencari obat ke perbagai tempat. Rencanaku hendak membuat pil mujijad untuk menyembubkan segala penyakit!" "Apakah dapat menyembuhkan Randa Bu-san yang terkena ilmu sihir itu?" buru-buru Siau-liong menukas. Wajah tabib itu berobah serius, Apakah mampu mengobati atau tidak, sekarang masih sukar kukatakan. Tetapi dalam penyelidikan sekali yang lebih mendalam, aku berhasil menemukan suatu obat.... Jika obat itu tetap gagal, akupun tak dapat berbuat apa2 lagi kecuali harus mundur teratur.... "Apakah pil buatan lo-cianpwe itu sudah selesai?" tukas Song Ling. Kongsun Shin-tho tertawa, Pil yang kunamakan Sip-siau cwan-soh-sin-tan itu memerlukan 10 macam obat. Caranya membuat mudah saja. Dalam empat jam saja sudah selesai. Tetapi ke-10 bahan obat itu, ada tiga macam yang sukar dicari!" Ia berhenti sejenak memandang Siau-liong dan Song Ling, katanya pula, Kesatu, sebatang Ho-siu-oh berumur seribu tahun. Kedua, buah som salju berumur ratusan tahun.... Siau-liong menghela napas: , Ah, memang bahan itu tak mungkin didapatkan. Walaupun orang menggunakan waktunya seumur hidup, belum dapat memperolehhya Apalagi saat ini kita didesak oleh keadaan!" Kongsun Sin-tho tersenyem, Kemasyhuran namaku dalam dunia persilatan adalah Karena pandai mencari bahan2 ramuan obat. Untung dua dua macam bahan obat itu sudah kuperoleh. Dan kini tinggal yang ketiga saja.... 754 Apakah yang ketiga itu? buru-buru Siau-liong mendesak. "Ramuan obat yang ketiga adalah seekor Tenggoret emas berkaki tiga. Beberapa tahun yang lalu aku sudah menjelajahi seluruh gunung dan sungai, tetapi belum pernah bertemu dengan binatang itu. Kabarnya paderi Kim Ting dari Go-bi-pay memelihara seekor. Tetapi paderi tua itu berwatak aneh. Mungkin sukar memintanya.... Rasanya paderi Kim Ting itu tentu seorang paderi yang saleh. Asal kita menuturkan tentang ancaman Iblis penaklukdunia yang hendak menguasai dunia persilatan, tentulah paderi itu akan suka memberikan kepada kita!" kata Siauliong. Hal itu masih sukar dikata," kata Kongsun Sin-tho, "kita boleh berusaha tetapi nasib yang akan menentukan!" Tiba-tiba tabib itu mengambil buli2 arak pada punggungnya. Ia mengambil sumbat penutupnya lalu dengan hati2 sekali mengeluarkan dua bungkusan sutera. Yang sebuah diserahkan kepada Siau-liong. Dua macam ramuan obat dan tujuh macam ramuan yang

lain, telah kubungkus menjadi dua. Di dalam bungkusan itu terdapat resep untuk membuat obat itu. Asal sudah mendapat Tenggoret-emas berkaki tiga dari paderi Kim Ting, bolehlah ramuan obat itu segera dikerjakan." Berkata Kongsun Sin tho dengan wajah gelap; "Saat ini kita masih terkepung disini. Iblis-penakluk-dunia itu bukan olah2 licin serta ganasnya. Jika dia menyuruh ketiga tokoh pewaris ilmu sakti dan beberapa anak buahnya kemari, aku tak yakin mampu lolos dari sini!" 755 Siau-liong terkejut. Ia menyadari ucapan gurunya itu tentu bukan sendau gurau. Siau-liong tergagap melongo. Kongsun Sin-tho tertawa hambar, ujarnya, Orang pandai yang kaya akan pertimbangan, sekali pasti jatuh juga. Ingat kata pepatah Sepandai-pandainya tupai melompat, sesekali pasti akan jatuh juga. Dalam hal itu, aku memang mengutamakan tindakan yang hati2. Mati hidupnya, timbul lenyapnnya dunia persilatan dewasa ini, seolah-olah telah jatuh dibahu kita berdua. Selama salah satu diantara kita masih hidup, tentulah masih ada harapan untuk membasmi kawanan iblis durjana yang hendak merajalela menyebar keganasan dan kelaliman itu.... Siau-liong anggukkan kepala Kini baru ia terbuka matanya. Suhu yang diangganya tak mau campur tangan urusan dunia persilatan itu, ternyata orang yang paling memperhatikan golak-gejolak dunia persilatan. Demi menyelamatkan tokoh2 persilatan yang terancam bahaya maut, suhunya ini tak menghiraukan keselamatan dirinya sendiri. Lekas engkau simpan dalam bajumu. Lebih baik engkau lekatkan pada tubuhmu. Selekas tenaga sekalian kawan pulih kembali, kita segera tinggalkan tempat ini.... Wajah tabib itu berobah bengis. katanya pula, Setelah dapat keluar dari sini, segera saja menuju ke gunung Gobi. Jangan sekali-kali berhenti ditengah jalan. Dan jangan memikirkan aku dan kawan-kawanmu. Ingat, apabila aku sudah keluar dari tempat ini, tentu takkan balik kanan disini lagi. Jika tak kuat mengekang hati untuk hal2 yang kecil, tentu bisa mengakibatkan gagalnya rencana besar!" Siau-liong kerutkan alis. Tetapi demi melihat wajah suhunya tampak serius, ia tak berani membantah dan terpaksa mengiakan sambil tundukkan kepala. 756 Setelah melakukan pernapasan untuk menyalurkan darah, Lu Bu-ki dan Liau Hoan pun sudah pulih tenaganya. Menyambar tubuh Poh Ceng-in yang menggeletak di tanah, Liau Hoan segera menuju ke belakang Siau-liong dan duduk. Kongsun Sin-tho sejenak memandang ke arah Poh Ceng-in, kerutkan dahi tetapi tak berkata apa2.

"Perempuan ini adalah anak perempuan dari suami isteri Penakluk-dunia dan Dewi Neraka, "buru-buru Siau-liong memberi keterangan, "jika membawanya menerobos keluar dari kepungan, mungkin kedua suami isteri iblis itu tak berani terlalu mendesak kita!" Kongsun Sin-tho tertawa hambar....Apakah dalam pertempuran tadi engkau tak pernah menggunakan wanita itu untuk menekan Iblis-penakluk-dunia!" Siau-liong terbeliak. Ia ingat bagaimana sikap Iblispenaklukdunia dan isterinya waktu diancam dengan jiwa anaknya. Jelas kedua suami isteri itu tak takut. Merahlah wajah Siau-liong. Ia tundukkan kepala tersipusipu. Saat itu, guruh dan guntur tak henti-hentinya bersahutsahutan. Hujan makin deras. Puncak wuwungan biara yang sudah tak terurus itu pecah2 sehingga air hujan meluncur masuk. Lantai penuh air. Sudah beberapa hari Siau-liong tak mandi. Pakaiannya berlumuran debu kotor dan noda darah. Juga keadaan Lu Buki dan Liau Hoan tak keruan. 757 Melihat keadaan orang2 itu, Kongsun Sin-tho menghela napas pelahan. Sekonyong-konyong angin berembus. membawa hawa yang harum sekali. Siau-liong terkejut. Ia tak asing lagi dengan bau harum itu. "Iblis-penakluk-dunia sedang menyebarkan hawa beracun pemusnah jiwa!" serunya, "orang yang mencium bau itu tentu lemah lunglai tak bertenaga.... Tiba-tiba ia teringat botol obat penawar pemberian Poh Ceng-in yang masih separoh isinya. Tetapi obat penawar itu telah dimakannya habis. Dalam gugup. terlintas sesuatu pada pikirannya. Cepat ia berputar tubuh lalu menerkam Poh Cengin. Tetapi setelah beberapa saat merabah-rabah pakaian wanita itu, tetap ia tak menemukan apa2. Tiba-tiba sepasang mata Kongsun Sin-tho terentang lebar2 dan memancarkan sinar yang menakutkan orang. Rupanya tabib itu sedang membenam diri dalam renungan. Sampai lama baru ia tertawa dan berkata seorang diri. "Aneh, benar-benar suatu hal yang sukar dimengerti!" seru tabib itu. Mendengar kata2 suhunya, Siau-liong hentikan penggeledahannya. Saat itu hawa yang mengandung bau harum itu makin menebal. Diantara rombongannya, Lu Bu-kilah yang paling rendah kepandaiannya. Tampaknya ia sudah mulai tak tahan. Beberapa kali a batuk2. 758 "Bau ini hanya sejenis obat bius biasa," kata Kongsun Sintho, "kedua suami isteri iblis itu tentu sudah tahu

kemasyhuranku sebagai tabib. Tetapi mengapa mereka mengeluarkan permainan yang tak berarti itu.... Berhenti sejenak, ia melanjutkan, Tentulah dia masih menyiapkan siasat lain yang lebih ganas lagi. Yang dikeluarkan sekarang ini hanya tipu muslihat kosong!" Habis berkata tabib itu mengambil buli2 merah yang dipanggul di punggung. Ia mengeluarkan beberapa pil merah dan dibagi-bagikan kepada rombongan Siau-liong. Begitu masuk ke dalam perut, pil itu terasa menyegarkan semangat. Rasa muak dari hawa wangi tadi, lenyap seketika Dan tak berapa lama, hawa harum itupun enyap sama sekali. Kongsun Sin-tho kerutkan dahi seperti tengah merenungkan soal yang penting tetapi belum dapat memecahkan. Tiba-tiba terdengar lengking suara yang nyaring dan tajam sekali. Sekalian orang gagah seperti robek anak telinganya. Menyusul terdengar pula suara yang memuakkan telinga. Mirip dengan seruling, pun mirip dengan gemerincing golok saling beradu. Suara yang hiruk itu setempo melengking tinggi setempo pelahan. Tetapi terus menerus tak henti-hentinya, sehingga mengganggu ketenangan hati sekalian orang. Kongsun Sin-tho berseru lantang, Ah, itu hanya suatu permainan tak berarti untuk mengacau pikiran orang. Tetapi mengapa Iblis penakluk-dunia menggunakan permainan itu terhadap aku?" Kemudian tabib itu minta kepada sekalian orang supaya memusatkan semangat dan pikirannya! Jangan sampai 759 tercengkam dengan suara itu, Setelah melakukan perintah, ternyata sekalian orang merasa tenang lagi pikirannya. Tak berapa lama kemudian, suara kacau itupun lenyap. Kongsun Sin-tho pelahan-lahan bangkit dari tempat duduknya. Sambil mendukung kedua tangan di punggung, ia berjalan mondar-mandir. Rupanya ia sedang memeras otak untuk mencari daya.... Tiba-tiba ia berhenti dan memandang sekali orang, serunya, Betapapun halnya, tempat ini sudah tak sesuai lagi. Kita harus lekas2 tinggalkan tempat ini!" Saat itu hujan amat lebatnya. Tetapi setelah berkata, Kongsun Sin-tho terus melangkah keluar. Sekali loncat, ia sudah tiba ditengah halaman. Siau-liong dan kawan2, begitu tiba diambang pintu tak mau cepat2 meniru tindakan Kongsun Sin-tho melainkan berhenti dan mengawasi sepak terjangnya tabib itu. Begitu tegak ditengah halaman, sekonyong-konyong tubuh Kongsun Sin-tho meluncur lima enam tombak ke udara. Dia berputar-putar di atas udara Kemudian ia melayang turun. Selain gemuruh hujan, saat itu tiada terdengar suara apa2 lagi Siau liong dan Song Ling menjaga dipintu sedang Liau

Hoan sambil menjinjing tubuh Poh Ceng-in mengikuti di belakang mereka. Lu Bu-ki siap dengan senjatanya. Tangan kanan mencekal ruyung besi, tangan kiri menggenggam pelor baja. Keempat orang itu tegang sekali. Tiba-tiba Siau-liong berkata kepada Liau Hoan dengan nada menyesal, Ah, membikin repot lo-cianpwe saja. Baiklah aku yang akan membuka jalan!" 760 Jangan kuatir!" sahut Liau Hoan, asal aku masih bernapas saja, tentu takkan melepaskan perempuan siluman ini!" Tiba Kongsun Sin-tho melambai dan memanggil Siau-liong berempat. Siau-liong dan kawan-kawannya cepat menyusul tabib itu. Tetapi dalam hujan yang selebat itu, pandangan mata mereka tak dapat menembus lebih dari setombak jauhnya. Kongsun Sin-tho segera mempelopori berjalan dimuka. Dia tak mau keluar dari pintu besar melainkan menerobos dari sebuah lubang ditembok. Pada saat rombongan Siau-liong hendak menyusup lubang itu, tiba-tiba terdengar suara tertawa nyaring memecah angkasa. Pada lain saat muncul belasan orang yang mengepung mereka. Ah, ternyata rombongan Tblis-penakluk dunia. Bahkan iblis itu sendiri yang memimpinnya. Disamping kanan kirinya tampak Lam-hay Sin-m Jong Leng lojin, Randa Bu-san, It Hang totiang. Harimau Iblis dan beberapa anak buah lainnya. Iblis-penakluk-dunia tertawa mengekeh, Kongsun tua, Sepandai-pandainya tupai melompat, sesekali akan tergelincir juga.... ha, ha, tepat sekali kata2mu itu. Tahukah engkau bahwa aku memiliki ilmu Menembus-langit meneropong-bumi sehingga apa yang kalian bicarakan tadi, dapat kudengar semua?" Kongsun Sin-tho mendengus dingin. Tanpa berkata apa2, ia terus songsongkan kedua tangannya ke arah rombongan Iblispenaklukdunia seraya berseru kepada Siau liong, Liong-ji, lekas lari!" 761 Diantara kelima ilmu sakti, adalah ilmu Thian-jim-sin-kang yang dimiliki Kongsun Sin-tho itu yang paling hebat sesudah Thian-kong-sin-kang. Dua buah hantaman Kongsun Sin-tho yang dilancarkan dengan sekuat tenaga itu, cepat dan dahsyatnya bukan main. Karena tak sempat menghindar maka Iblis penakluk-dunia, Lam-hay Sin-ni Jong Leng lojin, Randa Bu-san dan lain-lain, terhuyung-huyung mundur beberapa langkah. Setelah kerahkan tenaga, barulah mereka dapat berdiri tegak. Pukulan Kongsun Sin-tho itu menimbulkan deru gelombang

angin yang dahsyat sehingga lumpur muncrat berhamburan ke-mana2. Hujan lebat angin keras dan lumpur berhamburan. Benar-benar membuat rombongan Iblis-penakluk-dunia tak dapat membuka mata. Sedang Siau-liong dan kawan2 pun segera melakukan perintah Kongsun Sin-tho. Siau-liong menarik tangan Song Ling terus diajak loncat menerobos lubang tembok. Iblis-penakluk-dunia marah sekali. Setelah berdiri tegak, ia segera tertawa nyaring. Tar, tar, ia getarkan cambuknya beberapa kali di udara. Lam-hay Sin-ni, Randa Bu-san, Jong Leng lojin serempak menggerung. Bagaikan tiga ekor singa buas, mereka menerjang dan menyerang Kongsun Sin-tho dengan kalap. Hujan pukulan dari ketiga tokoh itu telah menimbulkan badai sedahsyat gunung rubuh.... Saat itu Siau-liong dan Song Ling sudah lari sejauh belasan tombak. Ketika berpaling, Siau-liong tak dapat melihat apa2 karena lebatnya hujan ia terkejut dan berhenti. Dipandangnya 762 dengan seksama, namun tetap tak tampak suhunya menyusul ia makin gelisah. Harap nona melintasi hutan ini dulu aku hendak kembali membantu suhuku!" katanya. Akupun hendak menolong mamah!" sahut si dara. Dan pada saat Siau-liong berputar tubuh Song Ling pun mengikuti juga. Tetapi pada saat kedua anak muda itu hendak ayun tubuh, tiba-tiba terdengar Kongsun Sin-tho membentak dengan ilmu Menyusup-suara, Liong ji, lekas pergi ke puncak Go-bi. Aku akan menyusul belakangan!" Siau-liong tertegun. Cepat ia menarik tangan si dara. "Eh, mengapa engkau?" seru Song Ling. Siau liong menghela napas dan menerangka bahwa suhunya tak memperbolehkan ia masuk ke dalam biara lagi. Jika kembali masuk, pun belum tentu dapat menolong mamahmu. Lebih baik kita turut perintah suhu mencari Tenggoret emas kepuncak Gobi! katanya pula. Song Ling meragu, katanya, Sehari tak dapat menolong mamah, sehari hatiku tak tenteram. Ah.... kalau mau pergi, cepat saja!" Kedua anak muda itu segera gunakan ilmu meringankan tubuh. Melintasi hutan terus menuju ketimur. Hanya dalam waktu sepeminum teh saja, mereka sudah naencapai 5-6 li jauhnya. Bermula kedua ana kmuda itu masih dapat mendengar suara tertawa Iblis-penakluk-dunia dan teriakan jeritan orang2 763 yang bertempur. Tetapi makin lama suara itu makin jauh dan akhirnya lenyap ditelan kelebatan hujan.

Siau-liong mengajak Song Ling berhenti dan meneduh dibawah sebatang pohon besar yang rindang daunnya. Rasanya tak perlu kita lari ke mati2an begini. Iblispenaklukdunia tak mengejar kita. Kita tentukan arah dulu baru lanjutkan perjalanan lagi!" kata Siau-liong. Aneh, mengapa Iblis-penakluk-dunia dua kali sengaja lepaskan kita lolos, ini.... kata Song Ling. Siau-liong pun heran tetapi ia tak dapat berkata apa2. Hanya diam-diam ia gelisah, memikirkan keselamatan suhunya, Liau Hoan siansu, Lu Bu-ki dan Poh Ceng-in. Betapapun bencinya terhadap Poh Ceng-in tetapi karena hidup matinya harus bersama wanita itu, terpaksa ia harus memikirkan keselamatan wanita itu. Jika dalam keadaan terdesak paderi itu sampai menutuk mati Poh Ceng-in, tentulah ia juga akan ikut binasa. Dan lagi tadi Iblis-penakluk-dunia mengatakan bahwa iblis itu dengan ilmu Menembus-langit-meneropong-bumi dapat mendengar pembicaraannya dengan Kongsun Sin-tho. Lalu mengapa iblis itu tak mau suruh anak buahnya merintangi? Adakah iblis itu tak begitu menganggap penting ataukah memang mempunyai lain rencana lagi? Melihat Siau-liong diam saja, Song Ling berseru pula, Iblispcnaklukdunia sangat menginginkan ilmu Thian-kong-sinkang yang engkau miliki. Tetapi mengapa dia tak mau menawanmu? Apakah dia tak kuatir engkau lolos? Bukankah amat berhahaya sekali apabila engkau dapat meloloskan diri? Karena setelah mempelajari ilmu Thian-kong-sin-kang, engkau tentu akan mencarinya?" 764 Siau-liong menghela napas, Iblis itu tentu sudah memperhitungkan bahwa tak mungkin dalam keadaan saat ini, aku akan melarikan diri untuk belajar ilmu Thian-kong-sinkang itu. Tetapi mengapa dia tak mau menawanku, memang benar-benar mengherankan sekali!" Siau-liong duga Iblis-penakluk-dunia itu tentu sudak dapat menduga bahwa dialah yang menyamar sebagai Pendekar Laknat. Dugaan itu makin diperkuat, ketika di dalam biara rusak Iblis-penakluk-dunia memanggilnya dengan sebutan "Pendekar Laknat tua." Siau-liong masih melanjutkan renungannya. sewaktu dalam barisan Pohon Bunga bertempur lawan Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin, ia telah menderita luka. Begitu pula ketika Randa Busan dapat ditawan Iblis-penakluk dunia. Siau-liong ingat, paling tidak dua kali sebenarnya ia sudah jatuh ketangan Iblis-penakluk-dunia. Tetapi mengapa iblis itu sengaja membiarkan dirinya lolos? Sudah pasti Iblis-penakluk-dunia itu tahu bahwa dialah (Siau-liong) yang menemukan kitab pusaka Thian-kong-sinkang dan menghancurkan kitab itu. Jika Iblis-penakluk-dunia

hendak memburu ilmu itu, seharusnya menangkap dan memaksanya supaya mengajarkan ilmu itu. Sejak siasat Iblis-penakluk-dunia menggunakan si Mulut Besi Ong Tiat-go gagal, Siau-liong memang lebih waspada. Tetapi terhadap gerak gerik iblis itu yang membiarkan dirinya lolos begitu saja, benar-benar Siau-liong tak mengerti! Karena makin memikir makin gelisah, akhirnya Siau-liong menghela napas, ujarnya, Setelah tiba di Gobi, lebih dulu akan kuturunkan ilmu Thian kong-sin-kang itu kepadamu. Apabila Iblis-penakluk-dunia telah berhasil menguasai dania 765 persilatan, sebaiknya nona mengasingkan diri di tempat yang sunyi untuk meyakinkan Thian-kong-sin-kang. Setelah berhasil barulah nona berusaha untuk mencari balas!" Sudahlah, jangan banyak omong. Aku sudah mempunyai rencana sendiri dan takkan menerima ilmu Thian-kong-sinkang itu.... sahut si dara, "jangan pindahkan beban berat itu kepadaku." "Sama sekali aku tak bermaksud hendak mengalihkan tanggung jawab kepadamu.... Tak peduli engkau bilang apa saja, toh percuma! Lebih baik engkau tentukan arah yang harus kita tempuh sekarang ini!" tukas Song Ling. Siau-liong menghela napas, Apakah nona sungguh2 tak mau meluluskan?" Rupanya Song Ling tak sabar lagi. Tidak! Tidak! Huh, tak malu engkau sebagai anak lelaki, mengapa merengek-rengek begini macam!" Tiba-tiba dara itu loncat menerjang hujan.... ---ooo0dw0ooo--Jilid 14 Go-bi-san Siau-liong tertegun dan malu hati. Cepat ia loncat mengikuti dara itu. Mereka tak faham jalan-jalan di pegunungan Tay-liang-san. Apalagi tengah malam hujan angin 766 seperli saat itu mereka tak tahu arah yang akan ditempuh. Terpaksa mereka hanya berjalan menurut apa yang dapat dilalui. Dalam waktu singkat mereka telah mencapai dua li jauhnya. Hujanpun sudah berkurang. Tiba-tiba mereka tertegun berhenti. Ternyata mereka berhadapan dengan dua simpang jalan. Sesaat tak tahu mereka harus mengambil jalan yang mana. Song Ling menatap Siau-liong dengan pandang bertanya. Tetapi pemuda itupun bimbang sendiri. Ia menyadari bahwa Tay-liang-san itu merupakan pegunungan dan beribu puncak. Sekali kesasar, tentu sukar keluar.

Pada saat ia belum dapat mengambil putusan, tiba-tiba dari jauh terdengar derap kaki orang menghampiri. Langkah kaki itu amat pelahan sekali apalagi sedang hujan. Tetapi berkat telinganya yang tajam, dapatlah Siau-liong menangkap suara langkah itu. Apalagi saat itu ia pasang telinga dengan seksama sehingga dapat mendengar jelas. Ia terkejut dan cepat menarik tangan Song Ling lalu diajak bersembunyi digerumbul semak. Song Ling tak mendengar apa2, tetapi karena ditarik Siauliong ia duga pemuda itu tentu mendengar sesuatu. Saat itu keduanya berada diujung jalan kecil yang terletak diatas. Dan gerumbul semak itu terletak di tepi jalan. Apabila pendatang dari jalan kecil juga, tentulah akan mengetahui mereka. Langkah kaki itu makin lama makin dekat dan jelas langkahnya berat. Terang bukan orang persilatan. 767 "Apakah dia seorang pemburu? Tetapi mengapa keluar tengah malam hujan lebat?" pikir Siau-liong. Tepat pada saat itu dilihatnya sesosok tubuh yang terhuyung-huyung meughampiri. Segera Siau-liong mengenali siapa pendatang itu. Girangnya bukan kepaang. Buru-buru ia berkata kepada Song Ling: "Itulah Lu Bu-ki!" Samar2 Song Ling juga melihatnya Serunya heran, Mengapa hanya dia seorang? Dan mengapa tampaknya terluka?" Memang orang itu terhuyung-huyung sehingga sampai beberapa saat baru tiba ditempat Siau-liong bersembunyi. Tubuhnya berlumuran darah, pakaian compang-camping dan berjalan dengan susah payah. Siau-liong cepat meneriakinya, Saudara Lu!" Lu Bu-ki tersentak kaget dan cepat mencabut pedang dipunggungnya. Tetapi setelah melihat siapa yang memanggil itu, ia menghela napas, Ah, kiranya saudara Kongsun dan nona Song. Menjapa kalian disini?" Siau-liong tak menjawab melainkan melanjutkan pertanyaannya, Apakah saudara Lu melihat suhuku dan Liau Hoan taysu.... Lu Bu-ki menukas dengan helaan napas, Ah, hidup selama 40 tahun lebih, baru hari ini mataku terbuka. Kongsun Sin-tho locianpwe itu, ternyata seorang sakti Seorang diri dia mampu menghadapi empat tokoh sakti si Iblis-penakluk-dunia, Lamhay Sin-ni, Jong Leng lojin dan Randa Bu-san. Beaar2 suatu 768 pertempuran yang belum pernah terjadi dalam sejarah persilatan.... Sambil terengah-engah. Lu Bu-ki seperti menggambarkan

pertempuran itu dengan gerak2 yang bersemangat. Siau-liong tergopoh menukasnya, Bagaimanakah kesudahannya pertempuran itu? Suhuku....?" Lu Bu-ki tertegun, sahutnya, Aku dan Liau Hoan taysu pun bertempur sendiri dengan Harimau Iblis dan It Hang totiang.... Berhenti sejenak ia berkata pula, Tetapi karena kepandaianku jelek, dalam tiga jurus saja aku sudah menderita luka. Sedang Liau Hoan taysu karena mencengkeram perempuan baju merah itu, gerakannya tak leluasa. Pihak kita hanya mengandalkan kekuatan Kongsun locianpwe seorang.... Tiba-tiba ia berhenti lagi dan terengah-engah. Sesungguhnya Siau-liong gelisah sekali tetapi ia sungkan untuk mendesak. Terpaksa dengan sabar ia bertanya, Apakah engkau terluka parah?" Setelah terengah sejenak, Lu Bu-ki paksakan tertawa, Hanya beberapa luka luar saja, tidak jadi apa.... Tetapi tampaknya kedua kakinya sudah tak kuat berdiri lagi. Maka duduklah ia di tepi jalan lalu berkata pelahan-lahan. "Sebenarnya dalam pertempuran itu aku sudah bertekad untuk mengadu jiwa. Tetapi karena Kongsun lo-cianpwe berulang kali menyerukan supaya aku dan Liau Hoan taysu segera mengundurkan diri, bahkan dalam kesibukan menghadapi keroyokan keempat lawannya yang tangguh itu, 769 Kongsun locianpwe masih sempat juga untuk membantu aku.... Mata sitinggi besar itu berkaca-kaca dan berseru dengan nada tegang, Saat itu aku dan Liau Hoan taysu terdesak musuh. Tetapi karena dibantu Kongsun lo-cianpwe dengan sebuah hantaman yang memaksa Harimau Iblis dan It Hang totiang mundur bahkan Shin Bu-seng dari Tiam-jong-pay menderita luka, sambil menyeret perempuan siluman baju merah itu, segera menerobos keluar dari biara. Kemudian akupun menyusul keluar Tetapi karena malam Itu hujan lebat dan angin kencang, suasana di luar gelap pekat. Begitu keluar aku tak melihat Liau Hoan taysu lagi. Tentulah dia sudah lari jauh.... Siau-liong banting2 kaki dan menghela napas, Kalau begitu engkau tak mengetahui bagaimana kesudahan pertempuran suhuku itu?" Lu Bu-ki gelengkan kepala menghela napas, Karena tak melihat Liau Hoan taysu dan menderita luka, sedang keadaan diluar gelap gulita sekali .dan saat itu Kongsun lo-cianpwe gunakan ilmu Menyusup suara untuk menyuruh aku lekas.... aku lekas pergi dan lagi.... Ia berhenti memandang Siau-liong, Suhumu suruh aku apabila bertemu dengan engkau, supaya menyampaikan

pesannya suruh engkau lekas menuju ke gunung Gobi, menemui paderi sakti Kim Ting. Minta Tenggoret-berkaki-tiga dari paderi itu. Suhumu mengatakan pula. Beban berat untuk menyelamatkan dunia persilatan dewasa ini, terletak dibahumu. Suruh engkau menyadari tugas berat itu. Setiap tindakan harus hati2.... 770 Siau-liong menghela napas, Kalau begitu, suhu kemungkinan besar tentu tertimpah bahaya!" sesaat ia gelisah dan cemas sekali. "Kalau aku bisa meloloskan diri, tentulah Kongsun cianpwe takkan tertimpah apa2 ,.... Lu Bu-ki menatap Siau-liong dan tiba-tiba diam. Siau-liong menghela napas, Itulah karena Iblis penaklukdunia tak berniat menangkapmu. Tetapi terhadap suhu.... dengan mengandalkan pada ketiga tokoh sakti yang telah menjadi orangnya itu, betapa pun sakti kepandaian suhu tetapi mungkin.... ah! Tertawannya Randa Bu-san merupakan salah satu contoh.... Makin memikir, makin gelisahlah Siau-liong. Ia merasa pasti bahwa suhunya tentu celaka. Song Ling yang selama itu hanya mendengarkan mereka bicara, pikirannya pun agak tenang. Tetapi mukanya basah dengan airmata campur hujan. Setelah menghela napas panjang ia bertanya kepada Lu Bu-ki, Mamahku.... apakah masih linglung pikirannya?" Lu Bu-ki terpaksa mengangguk, Selama ilmu siluman dari kedua suami isteri iblis itu belum dapat dipecahkan, keadaan ibu nona tentu sukar sembuh.... "Lalu berpaling dan berkata kepada Siau-liong, Menurut hematku, baiklah saudara melakukan pesan Kongsun cianpwe untuk lekas mencari paderi sakti Kim Ting di Gobi dan minta Tenggoret-emas-berkaki-tiga itu!" Siau-liong mengangguk. Lalu ia menanyakan bagaimana dengan luka sitinggi besar itu. 771 Dengan gagah Lu Bu-ki teriawa, Aku masih kuat menahan!" Habis berkata ia terus loncat bangun. Tetapi sebelum kakinya tegak, iapun terhuyung-huyung mau jatuh lagi. Jelas bahwa lukanya memang berat tetapi ia paksakan diri bertahan. Siau-liong cepat2 memapahnya tetapi sitinggi besar itu menghindar ke samping lalu tertawa garang, Habis hujan, tanah licin. Sama sekali bukan karena aku tak dapat berjalan!" Ia terus ayunkan langkah lebar berjalan. Hampir setengah dari umurnya telah dipergunakan berkecimpung dalam Rimba Hijau. Sekali pun jarang sekali datang ke gunung Tay-liangsan, tetapi Lu Bu-ki cukup mengenal jalan di daerah itu. Maka

berjalanlah ia menempuh hujan yang masih belum reda dengan diikuti Siau-liong dan Song Ling. Untunglah makin lama hujan pun makin reda dan akhirnya berhenti. Langitpun cerah juga. Rembulan muncul bagaikan sebuah bola lampu yang tergantung di atas barisan puncak gunung. Tetapi karena sudah terlanjur basah kuyup ketika dihembus angin malam, ketiga orang itu menggigil kedinginan. Song Ling yang bermula mengikuti persis di belakang Lu Bu-ki, lama kelamaan merasa letih juga dan akhirnya ia berjalan menjajari Siau-liong. Berkali-kali ia sandarkan tubuhnya ke bahu pemuda itu. Siau-liong diam-diam kerahkan tenaga dalam. Ia memperhatikan keadaan sekeliling penjuru. Maka bermula ia tak memperhatikan Song Ling. Baru setelah dara itu gemetar keras. ia terkejut, Apakah engkau kedinginan?" 772 Suatu pertanyaan yang sesungguhnya dapat dijawab sendiri karena dia juga gemetar kedinginan. "Tidak," sahut Song Ling. Siau-liong terkejut mendengar nada suara dara itu lain dari biasanya. Buru-buru ia berhenti, Ternyata wajah Song Ling berobah pucat, giginya bercaterukan keras. Tangannya dingin sekali tetapi dahinya amat panas. "Engkau sakit!" seru Siau-liong. Song Ling paksakan diri, Hanya cape sedikit, tetapi tak mengapa.... tetapi mendadak ia mencengkeram lengan Siau-liong dan meronta, Pelahan-lahan saja!" Siau-liong iba sekali melihat keadaan dara itu sehingga hampir menangis. Song Ling menderita luka parah pada tubuh dan hatinya. Lalu menempuh perjalanan ditengah malam yang berhujan lebat, angin keras. Sudah tentu dara itu tak kuat bertahan. Tetapi sikap si dara yang tetap gagah, sinar matanya yang memancar kekerasan hati dan katup bibirnya yang angkuh pantang mundur, diam-diam menimbulkan rasa kagum pada Siau-liong. Tak berapa lama malam pun berganti pagi. Pemandangan sekeliling penjuru, makin terang. Diam-diam Siau-liong gelisah. Jika saat itu Iblis-penakluk-dunia melakukan pengejaran, tentulah sukar untuk meloloskan diri lagi. Lu Bu-ki benar-benar tak kecewa sebagai seorang jantan perkasa. Walaupun tubuhnya berhias luka2 tetapi ia tetap kuat berjalan. Mendengar berulang kali Siau-liong menghela napas, ia tahu isi hati pemuda itu. Segera ia berhenti, katanya, TayTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 773 liang-san walaupun terdiri dari ribuan puncak, tetapi mempunyai jalan keluar sampai berpuluh-puluh buah.

Kongsun lo-cianpwe dan Liau Hoan siansu tentu sudah meloloskan diri dari lain jalan!" "Eh, apakah nona sakit? " tiba-tiba ia terkejut melihat keadaan Song Ling. "Entah masih berapa jauh lagi dapat keluar dari pegunungan ini? Kecuali nona Song tak kuat bertahan lagi.... tiba-tiba Siau liong alihkan kata-katanya, Dalam keadaan berlumuran darah begini tidaklah leluasa kalau bertemu orang. Lebih baik kita cari tempat beristirahat dulu." Sambil menunjuk jauh kesebelah muka, Lu Bu-ki mengatakan, Setelah melintasi gunduk gunung itu, segera kita sudah keluar dari Tay-liang-san.... dibawah gunung kita akan tiba dikota, Ma-pian-koan. Disana nanti kita cari hotel. untuk mengobati sakit nona Song dan sekalian beristirahat. " Mendengar itu timbullah semangat Siau-liong. Tetapi saat itu Song Ling benar-benar sudah tak kuat lagi. Dengan napas memburu keras, ia sandarkan tubuh ke bahu Siau-liong. "Nona.... seru Siau-liong. "Hm.... ," gumam Song Ling terus rubuh. Siau-liong terkejut. Terpaksa ia memandang dara itu terus lanjutkan perjalanan lagi. Ternyata Lu Bu-ki memang kenal jalanan disitu. Setelah melintasi gunduk, mereka tiba di tanah datar. Dari jauh tampak sebuah kota. Paling jauh hanya tiga li jaraknya. Sekalipun ingat akan pesan suhunya supaya jangan menunda perjalanan ke Gobi tetapi jarak ke Gobi tak kurang 774 dari 7-8 puluh li. Sedang saat itu Song Ling menderita sakit sehingga tak kuat berjalan lagi. Maka Siau-liong terpaksa memutuskan untuk beristirahat dulu di kota Ma-pian-koan Ternyata kota itu tak berapa besar, kalah besar dan ramai dengan kota Sok-cu.... Karena saat itu baru saja terang tanah maka rumah2 dan jalanan masih sepi.... Lu Bu-ki dan Siau-liong berhenti disebuah rumah penginapan di gang yang sepi. Papan nama yang tergantung pada rumah penginapan itu berbunyi, Pondok Toa Ong Ki" Sebuah pondok penginapan yang sudah tua dan kecil.... Lu Bu ki mengetuk pintu tetapi sampai lama tiada penyahutan. Sitinggi besar yang beradat berangasan lalu mendebur sekeras-kerasnya seraya berteriak, Hai, pintu, lekas bukakan pintu." Siau-liong terkejut. Ia memperingatkan siberangasan supaya hati2 karena kota itu masih masuk lingkungan daerah Tay-liang san. Lu Bu-ki terpaksa bersabar dan menunggu. Paling tidak sepeminum teh lamanya baru terdengar langkah kaki orang dan pada lain saat terdengarlah pintu dibuka. Seorang lelaki tua muncul. Tetapi begitu melihat kedua pendatang yang berlumuran darah dan bahkan yang seorang memondong

seorang gadis, orang tua itu menjerit kaget lalu bergegasgegas hendak menutup pintu lagi. Lu Bu-ki mendorong daun pintu dan membentak, Tua bangka, bukankah engkau membuka rumah penginapan? Aku membawa uang.... Siau-liong cepat melangkah maju, Lo sianseng, kami mendapat kesulitan dalam perjalanan. Minta tolong menyewa kamar disini. Semua rekening tentu akan bayar lunas!" 775 "Apakah kalian ini.... tanya orang tua itu tak henti2nya memandang bergantian kepada tetamunya. Siau-liong takut si tinggi besar omong keliru, buru-buru ia mendahului, Kami adalah.... pedagang yang baru pertama kali ini menjual kain kedaerah Biau sini. Tak terduga ketika melintasi pegunungan Tay-liang-san kami telah mendapat kesulitan karena dihadang oleh orang Biau. Barang2 dagangan kami telah dirampas semua.... Kemudian memandang ke arah Song Ling yang dipondongnya, Siau-liong menghela napas, Adikku ini menderita kegoncangan kaget dan karena kehujanan, terserang sakit.... harap lo-sianseng suka menolongi." Rupanya pemilik pondok itu percaya, katanya, Memang tahun ini berdagang keluar daerah tidak mudah. Masih untung kalian bisa selamat. Beberapa hari yang lalu, ada rombongan pedagang kain yang yang masuk ke daerah Biau, ketika melintasi pegunungan Tay-liang-san pun dibegal orang Biau liar. Dari lima orang yang dapat lolos hanya seorang saja selamat. Kabarnya yang empat orang itu mati terkena panah beracun dari orang Biau.... ai.... silahkan masuk!" Rupanya pemilik pondok yang tua itu kasihan pada Siauliong. Sambil menunjukkan jalan, ia mengingau, Memang tak mengherankan kalau nona itu jatuh sakit.... jangankan hanya seorang wanita, bahkan lelaki yang gagah perkasa pun tentu terserang penyakit kalau menempuh perjalanan yang begitu berat.... "Apakah kalian terluka oleh mereka?" tanya orang tua itu sambil mengawasi pakaian Siau-liong dan Lu Bu-ki yang berlumuran darah. 776 "Tidak, melainkan diwaktu meloloskan diri telah jatuh beberapa kali sampai terluka. Tetapi tak jadi apa. " sahut Siauliong. Pemilik pondok itu membawa tetamunya kebagian ruang belakang. Saat itu dari sebuah kamar, muncul seorang lelaki berumur kira2 30-an tahun. Kepala besar, mata kecil, wajahnya menyeramkan. Tak henti-hentinya dia memandang Siau-liong saja. Setelah mempersilahkan Siau-liong bertiga masuk ke dalam sebuah kamar, pemilik pondok berseru memanggil lelaki tadi,

Tho Tao-ciang lekas hangatkan arak dan hidangan tuan2 tetamu ini. Lalu masak lagi air panas untuk mereka." Siau-liong menghaturkan terima kasih. Setelah orang tua itu mengingau seorang diri, lalu pergi. Ruang kamar ternyata teramat bersih. Tetapi hanya terdapat ranjang besar untuk dua orang. Siau liong segera letakkan Song Ling di atas kasur. Tepat pada saat itu pelayan yang disebut Tho Tao-cing tadipun datang membawa arak hangat. Setelah meminumkan dua cawan arak kepada Song Ling, tampaklah dara itu sadar. Ketika membuka mata, serentak ia hendak meronta bangun. Jangan kuatir, beristirahatlah dengan tenang. Sekarang kita berada dalam pondok penginapan. Setelah engkau sembuh, kita lanjutkan perjalanan lagi." kata Siau-liong. Tetapi Song Ling gelisah. Dengan napas gopoh ia berkata, Aku hanya menderita sedikit angin dingin, Sama sekali tidak merasa sakit, Setelah istirahat, kita pergi. Apakah engkau lupa akan pesan suhumu.... 777 Siau-liong memberi isyarat mata, Karena sudah berada di tempat yang aman, sekarang atau nanti akhirnya toh kita akan kesana juga!" Rupanya Song Ling cukup cerdas. Ia tahu Siau-liong tentu mencurigai pelayan yang berwajah seram itu. Maka iapun tak mau bicara lagi. Lu Bu-ki mengambil sekeping perak 10-an tail lalu diberikan kepada pelayan itu:"Harap belikan pakaian untuk bertiga, sediakan hidangan dan sisanya untukmu!" Dengan tertawa-tawa, pelayan menyambuti perak terus melangkah pergi. Cepat sekali ia sudah menyediakan pesanan Lu Bu-ki. Ia datang membawa tiga stel pakaian baru. Saat itu hari sudah siang. Tetamu2 lain yang jumlahnya hanya 4-5 orang sudah berkemas untuk melanjutkan perjalanan. Setelah mandi air hangat dan ganti pakaian, agak segarlah perasaan Siau-liong bertiga. Kemudian mereka menutup pintu dan makan. Tetapi walaupun sakitnya sudah agak berkurang, Song Ling tetap tak dapat menelan nasi. Terpaksa ia tidur saja di ranjang. Sesuai dengan tubuhnya yang tinggi perkasa, Lu Bu ki gemar sekali minum. Setelah menghabiskan tiga cawan, semangatnya makin beringas. Lukanya seolah-olah dilupakan. Siau-liong hanya makan sedikit Setelah Lu Bu-ki habis makan, Siau-liong suruh dia beristirahat di tempat tidur untuk memulangkan tenaga. Tetapi si tinggi besar tetap menolak, Aku tidak lelah. Lebih baik engkau yang beristirahat dulu.

778 Karena Lu Bu ki tetap menolak, Siau-liong terpaksa naik ketempat tidur. Karena letih, ia jatuh pulas. Entah berapa lama ia tertidur, tiba-tiba ia terkejut mendengar suara berisik yang lembut sekali. Dilihatnya Song Ling masih tidur pulas, Lu Bu-ki pun mendengkur di atas kursi. Suara gemersik itu berasal dari jendela. Ia duga tentulah perbuatan sipelayan. Maka sengaja ia batuk2 lalu duduk diranjang. Orang yang mengintai diluar kamar itu segera berjingkatjingkat pergi. Dia meninggalkan sebuah lubang pada kertas jendela. Sekalipun sudah berhati-hati sekali, tetap terdengar Siauliong. Jelas orang itu tak mengerti ilmu silat. "Betapapun lihaynya tetapi tak mungkin Iblis-penaklukdunia menanam pengaruhnya sampai di tempat semacam ini. Tentulah pelayan itu mencurigai gerak-gerik kita," pikir Siauliong. Diluar ruangan, sunyi senyap. Kecuali Siau-liong bertiga, pondok penginapan itu sudah tak ada tetamu lain lagi. Saat itu matahari sudah condong ke barat. Ia berjalan keluar. Terasa tubuhnya ringan sekali. Rasa letih sudah hilang. Ia menghampiri ketempat Song Ling. Dilihatnya pipi dara itu merah sekali. Dirabanya pipi dara itu. Panas sekali tetapi kaki tangannya dingin, napasnya sesak. Ah, dia benar-benar keras hati. Sakitnya begini berat, masih paksa diri bertahan," pikir Siau-liong. Ia memanggil pelayan minta alat tulis. 779 Lu Bu-ki terkejut bangun dan melonjak dari kursinya, ia tertawa sendiri, Ho, baru liyer2 sebentar, sudah jatuh pulas!" "Bagaimana dengan lukamu?" tanya Siau-liong. Orang tinggi besar itu mengatakan sudah sembuh. Saat itu pelayan datang membawa alat tulis. Entah bagaimana, ia tampak ketakutan berhadapan dengan Siau-liong dan Lu Buki. Siau liong duga pelayan itu ketakutan karena merasa perbuatannya mengintai tadi, tentu diketahui Siau liong. Sejak kecil Siau-liong ikut pada Kongsun Sin Tho. Walaupun tabib sakti itu tak mengajarkau ilmu pengobatan, tetapi karena biasa mendengar dan melihat suhunya meramu obat, maka Siau-liong pun mengerti juga sedikit2. Segera ia menulis resep dan suruh pelayan iiu membelikan ke rumah obat. Setelah pelayan pergi, bertanialah Siau-liong kepada Lu Buki, masih jauhkah perjalanan ke gunung Gobi itu?" Dari sini kita menyeberang sungai, kira2 hanya 40-an li. Jadi semua hanya 70-an li. Tetapi.... perjalanan itu merupakan daerah pegunungan, tiada jalan datar. Tak bisa ditempuh dengan kuda atau kereta. Bahkan jalan kaki saja sukar. Mengingat nona Song masih sakit.... Siau-liong cepat menukas dengan serius, Kedua suami

isteri Iblis-penakluk-dunia itu sudah jelas hendak berusaha menguasai dunia persilatan. Ceng Hi totiang terpaksa menuruti perintahnya untuk menghadiri pertemuan di Gobi. Tentulah saat ini mereka sudah menuju ke Gobi. Kemarin malam dengan gunakan ilmu Mendengar langit-menembusbumi, dia telah mencuri dengar pembicaraanku. Tentulah dia 780 sudah mengetuhui perjalanan kita ke Gobi ini. Sekalipun dia tak muncul tetap tentu sudah mengatur rencana untuk menangkap kita. Menurut penilaianku, di gunung Gobi sudah dirobah menjadi suatu perangkap. Kaki tangan Iblis-penaklukdunia sudah tersebar diseluruh pelosok gunung itu. Lebih baik kita berangkat pada malam hari saja dan besok pagi2 sudah dapat mencapai puncak Kim-ting dari gunung Gobi.... "Hai!" tiba-tiba Lu Bu ki menggebrak meja, mengapa aku lupa? Ya, aku teringat akan sebuah jalan singkat yang dapat mencapai belakang gunung Gobi. Jalan itu sepi sekali sehingga tak diketahui orang. Biarlah nanti malam aku yang menjadi penunjuk jalan!" Siau-liong gembira mendengarkan. Setelah setengah hari beristirahat, semangat merekapun sudah segar kembali. Tetapi Song Ling masih tidur sedang Siau-liong dan Lu Bu-ki duduk bersemedhi memulangkan semangat. Tak berapa lama sipelayan tadi muncul dengan membawa obat yang sudah dimasaknya. Lebih dulu Siau-liong mencicipi obat itu baru ia angkat tubuh si dara dan pe-lahan2 meminumkannya. Ternyata manjur juga obat buatan Siau-liong itu. Tak berapa lama semangat si dara pun mulai berangsur-angsur pulih. Tetapi berulang kali dara itu berteriak-teriak hendak melanjutkan perjalanan dan tak henti-hentinya mengoceh seorang diri, menangis dan menghela napas. Terang dara itu menanggung kedukaan yang menggoncangkan perasaannya sehingga belum pulih. Siau-liong menghiburnya dan menjelaskan mengapa baru berangkat nanti malam. Rupanya dara itu mau menerima 781 penjelasan dan sikapnya pun agak tenang. Demikian mereka bertiga segera bersemedhi memulangkan semangat. Pada saat matahari hampir silam, pelayan tadi pun mengetuk pintu dan berseru; Tuan-tuan.... ada seorang tetamu hendak bertemu!" Siau-liong dan Lu Bu-ki terkejut, pikir mereka, Pagi2 sekali kita datang kepondok penginapan ini dan sepanjang hari tak pernah keluar. Mengapa ada orang yang hendak menemui kita?" Belum mereka mengambil putusan menemui orang itu atau

tidak, tiba-tiba terdengar derap kaki orang berjalan masuk Siau-liong cepat menarik Lu Bu-ki. Keduanya siap2. "Apakah tinggal dideretan kamar timur? " t-riak orang itu dengan nyaring. "Ya, ya, " sahut sipelayan tadi, "kamar yang inilah." Hayo, engkau keluar!" bentak orang itu seraya terus masuk ke dalam pintu. Lu Bu-ki terkejut tetapi setelah mengetahui siapa pendatang itu, ia segera tertawa gelak2, Ah! kiranya Auyang pangcu!" "Benarkah saudara Lu yang bicara ini?" seru orang itu. Lu Bu ki cepat membuka pintu untuk pendatang itu. Seorang lelaki tua berumur 60-an tahun rambut dan jenggotnya sudah menjunjung uban,pinggang menyelip sepasang senjata Poan-kwan-pit melangkah masuk. Mata orang itu berbentuk segi tiga hidung bengkok macam burung wulung. Wajahnya menampilkan seorang licin. 782 Orang itu memandang Siau-liong sampai beberapa jenak baru memberi hormat dan berseru dengan tertawa, Saudara ini tentulah Kongsun siau-hiap, bukan?" Siau-liong mengiakan lalu minta tanya nama orang itu juga. Lu Bu-ki menerangkan, Saudara Auyang Pa ini, adalah pangcu (ketua) dari 28 kelompok yang tersebar diperairan telaga Pohyang-ou. Kali ini memenuhi undangan Ceng Hi totiang untuk menggempur sarang Iblis-penakluk-dunia." Siau-liong menatap Auyang Pa, tanyanya dengan nada serius, Apakah Auyang pangcu belum berjumpa dengan rombongan Ceng Hi totiang? Mengapa tahu kalau aku dan kawan2 berada disini?" Sejenak mengeliarkan mata, Auyang Pa menyahut, Karena kuatir ditengah jalan menemui kesulitan, maka Ceng Hi totiang dan rombongan mengambil jalan singkat yaitu melalui jembatan Ngo-tong-kiau, gunung Lok-san lalu mengitari gunung. Aku mendapat perintah supaya menjaga ditempat ini untuk menyelidiki gerak-gerik Iblis-penakluk-dunia. Tak terduga semalam dipuncak Lok-beng-nia aku telah berjumpa dengan seorang cianpwe yang ternama.... Siau-liong terbeliak kaget sekali. Serunya gopoh, Auyang pangcu maksudkan.... Auyang Pa tertawa, Benar, memang suhumu Tabib-sakti jenggot-naga Kongsun locianpwe!" "Dimanakah suhuku sekarang." Tenang2 Auyang Pa menjawab, Semalam menjelang tengah malam aku bertemu dengan Kongsun cianpwe dibiara 783 Leng-hun-si dipuncak Lok-beng-nia. Rupanya beliau menderita luka kecil, sedang beristirahat dalam biara itu.... Berhenti

sejenak ia melanjutkan pula, Beliau minta tolong kepadaku apabila berjumpa dengan Kongsun siau-hiap supaya menyampaikan pesan. Beliau.... Apakah suhu tak ke Gobi?" tanya Siau-liong. Auyang Pa tertawa pula, Beliau mengatakan pasti kesana. Tetapi untuk sementara ini beliau hendak mengerjakan suatu urusan yang penting sekali. Mungkin akan terlambat beberapa waktu, Beliau mengatakan malam nanti akan datang ke Makoan dan minta engkau menunggu disini!" Siau-liong kerutkan alis bertanya, Apakah luka suhuku itu tak berbahaya?" "Hanya menderita luka ringan. Ketika beristirahat dalam biara, dia tetap tertawa-tawa seperti biasa. Jelas tentu tak apa2." . Siau-liong merenung sejenak. Tiba-tiba dengan mata berkilat-kilat ia mengajukan pertanyaan pula, Apakah suhu tak bilang apa2 lagi? Apakah dia tak mengatakan mengapa suruh aku tunggu disini?" Auyang Pa tersenyum menepuk keningnya sendiri, Benar! Kongsun cianpwe mengatakan, karena saat itu keadaannya berbahaya maka suruh engkau cepat2 menuju ke Gobi. Tetapi karena sekarang bahaya itu sudah lewat dan memperhitungkan tak mungkin kedua suami isteri durjana itu akan menyergap di tengah jaian, maka ia minta engkau menunggunya agar dapat bersama-sama ke Gobi. Paderi sakti di puncak Kim-ting itu beradat aneh. Jika bicara kurang sesuai sedikit saja, tentu sukar untuk mendapat tenggoret berkaki tiga itu!" 784 Rupanya Lu Bu-ki cepat percaya penuh. Maka menyelutuklah ia, Kalau begitu, kita tunggu saja disini, tetapi.... ia kerutkan dahi lalu berkata pula, "eh, mengapa Kongsun cianpwe tahu kalau kita berada di pondok sini?" Auyang Pa tertawa, Itu mudah. Aku membawa dua orang pengikut. Sekarang mereka menunggu diluar. Suruh mereka menunggu kedatangan Kongsun cianpwe dijalan." Habis berkata ia terus melangkah keluar. Memang kubuktikan sendiri kesaktian Kongsun cianpwe itu. Dan kuyakin dia tentu dapat lolos dari bahaya.... kata Lu Bu-ki dengan gembira. Siau-liong tetap merenung diam. Sudah tentu si tinggi besar heran, Eh, mengapa saudara malah kelihatan kurang senang?" Apakah saudara kenal baik dengan Auyang Pa itu?" Siauliong balas menegur. Lu Bu-ki terkesiap, sahutnya, Meskipun tak erat tetapi kami sudah kenal lama. Dan lagi kali ini kami bersama-sama memenuhi undangan Ceng Hi totiang. Dia merupakan seorarg dari berpuluh jago2 ternama yang diundang Ceng Hi totiang.

Baru dua hari ini aku berpisah dengan dia.... tentu tak mungkin sampai.... Menilik ucapan dan sikapnya, kurasa ada sesuatu yang tak wajar pada dirinya," tukas Siau-liong. Lu Bu ki hendak menjawab tetapi tiba-tiba saat itu Auyang Pa melangkah masuk lagi seraya tertawa nyaring, Telah kuatur beres dan juga sudah kusuruh jongos menyediakan 785 hidangan untuk kita. Malam ini aku yang menjadi tuan rumah. Minum sampai puas dulu baru kija berangkat!" Begitulah ketika lilin mulai dipasang, si pelayan Tho Thauciang pun masuk membawa dua teratak lilin, ditaruh di meja lalu beringsut-ingsut keluar. Tingkah lakunya mirip seperti tikus yang takut keluar. Siau-liong memperhatikan bahwa tiada seorang tetamu lagi yang datang ke pondok penginapan situ Auyang Pa bergembira ria, ber-cakap2 sambil minum. Sedang Song Ling masih duduk bersandar pada ranjang. Gadis itupun memandang tingkah laku Auyang Pa dengan heran. Siau-liong lebih dulu mengambilkan makanan untuk Song Ling agar dara itu tak usah turun dari tempat tidur. Dan Song Ling pun segera makan. Rupanya ia tak senang dengan Auyang Pa maka tak mau ikut campur bicara. Si tinggi besar Lu Bu-ki walaupun juga mempunyai sedikit rasa curiga terhadap Auyang Pa, tetapi ia tetap makan dan minum dengan gembira bersama orang itu. Auyang Pa tampaknya bersikap lapang dan wajar. Tetapi diam-diam pandang matanya tak putus2nya melirik ke arah Siau-liong. Siau-liong menuang secawan arak lalu disongsongkan ke muka Auyang Pa, Auyang pangcu termashyur di dunia persilatan tetapi baru pertama kali ini aku beruntung dapat bertemu muka. Maka dalam kesempatan ini aku hendak menghaturkan arak kehormatan kepada Auyang pangcu!" Auyang Pa tergopoh menyambuti, Apa yang disohorkan orang itu hanya nama kosong belaka. Aku sendiri merasa malu. Adalah Kongsun siau-hiap yang harus dikagumi. Karena 786 dalam usia semuda itu sudah mendapat warisan ilmu sakti Thian-kong-sin-kang!" habis berkata ia terus meneguk habis cawan arak itu. Siau-liong hanya tertawa dingin. Tiba-tiba ia bertanya dengan serius, Bagaimana Auyang pangcu tahu kalau aku menjadi pewaris ilmu Thian-kong-sin-kang?" Auyang Pa tersentak kaget. sesaat tampak ia agak gugup dan hampir tak dapat menjawab. Akhirnya ia pura-pura batuk dan menyahut dengan ter-sendat2, Aku.... hanya.... mendengar dari Kongsun cianpwe....

Siau-liong mengangguk tertawa, O, kiranya begitu.... kemudian ia berpaling kepada Lu Bu-ki lalu bertanya pula kepada Auyang Pa, Apakah Auyang pangcu suruh anak buah menunggu suhuku di tengah jalan?" Auyang Pa paksakan tertawa, Benar, asal tahu suhu saudara lewat disini, tentu akan diketahui." "Sayang aku segera berangkat, tak sempat menunggunya lagi," tiba-tiba Siau-liong berkata dengan nada dingin. Auyang Pa terkejut sekali, serunya, Mengapa Kongsun siauhiap hendak buru-buru.... tiba-tiba kisarkan tubuh. Rupanya ia hendak menunggu kesempatan pada saat Siauliong lengah, harus hendak loncat kabur. Siau-liong pura-pura tak melihat dan masih lanjutkan kata2nya, Jika tak mengalami peristiwa semacam diri Ong Tiat-go, mungkin aku tentu dapat engkau kelabuhi!" Lu Bu ki mulai curiga, Saudara Kongsun, apakah dia.... 787 "Kongsun sauhiap, apa maksudmu!" Auyang Pa menukas dengan berteriak keras. Dan tiba-tiba ia melesat dari tempat duduknya. Tetapi Siau-liong lebih cepat. Pada saat Auyang Pa hendak bergerak, ia sudah cepat mencengkeram pergelangan tangan kirinya. Seketika itu juga Auyang Pa rasakan lengan kirinya kesemutan. sakitnya bukan kepalang.... Siau-liong tertawa kepada Lu Bu-ki, Pada saat kutanya mengapa suhu tahu kita berada disini, dia gelagapan tak dapat menjawab lancar. Sebenarnya dia tak mungkin tahu kita disini kecuali si pelayan The Thau-ciang itu menjadi kaki tangannya." "Brak," Lu Bu-ki menghantam meja dan menggembor, Ya, benar! Mengapa aku tak dapat memikir sampai disitu.... Siau-liong mendengus, Kedua kalinya, suhu tak pernah merobah pesan yang telah diberikan, Karena beliau sudah suruh aku lekas ke Gobi, tak mungkin dia akan merobah perintah suruh aku menunggunya disini.... Lu Bu-ki berjingkrak seperti orang yang kebakaran jenggot, Keparat, sungguh tak kira kalau si tua ini mau juga menjadi kaki tangan Iblis penakluk-dunia.... Tetapi pada lain saat, ia bertanya dengan nada meragu, Tetapi dia adalah ketua dari Poh-yang-pang. Dan baru dua hari aku berpisah dengan dia. Mengapa cepat sekali ia sudah berganti haluan?" Sekalipun Auyang Pa itu seorang jago yang dapat digolongkan kelas satu tetapi ditangan Siau-liong, dia tak mampu berkutik sama sekali. 788 Siau-liong menghela napas, Memang Iblis-penakluk-dunia itu benar-benar hendak melaksanakan cita2nya untuk

menguasai dunia persilatan dan memiliki ilmu Thian-kong-sinkang. Segala rencana dan siasat akan ditempuhnya!" "Apakah Auyang Pa juga terkena ilmu siluman dari Iblispenaklukdunia?" Lu Bu-ki belalakkan matanya lebar2. "Belum dapat dipastikan.... kata Siau-liong lalu memandang Auyang Pa dengan cermat, katanya pula, Lebih baik tanya saja padanya!" Habis berkata ia terus memijat lebih keras sehingga Auyang Pa menjerit kesakitan dan me-ronta2, Ampun! Ampunilah.... jiwaku!" Siau-liong tertawa dingin. Ia hentikan pijatannya, Hayo bilang! Bagaimana engkau dapat bersekutu dengan Iblispenaklukdunia itu? Apakah engkau sungguh ketemu dengan suhuku? Apakah rencana Iblis-penakluk-dunia mengirim engkau ke mari?" Auyang Pa menghela napas, Ah, kalau Kongsun siauhiap tetap tak mau percaya omonganku, akupun tak dapat berbuat apa2. Tetapi apa yang kukatakan tadi memang benar seluruhnya. Sebelum tengah malam nanti, suhu Kongsun siauhiap tentu datang kemari. Nah, saat itu barulah Kongsun siauhiap percaya pada omonganku!" Siau-liong tertawa dingin, Aku berani memastikan bahwa engkau tak pernah bertemu dengan suhuku. Coba saja bayangkan. Suhu berhadapan dengan tiga pewaris ilmu sakti. Jika tak menderita luka parah, pun tentu tak dapat lolos dari cengkeraman Iblis-penakluk dunia.... 789 Berberang sejenak, ia berkata pula, Kalau kemungkinan itu tidak menimpa pada suhu, pun tak mungkin dia akan berhenti ditengah jalan memberi pesan kepadamu. Suhu tentu sudah melintasi sungai!" Seketika pucatlah wajah Auyang Pa. Dia tak dapat membantah lagi dan hanya meratap minta ampun. "Plak," tiba-tiba Lu Bu ki menampar muka Auyang Pa, Apakah engkau masih tak mau bicara terus terang....?"kemudian orang tinggi besar itu minta idjin kepada Siau-long untuk 'menyelesaikan' Auyang Pa. Dan sebelum Siau-liong sempat buka suara, sitinggi besar sudah mencengkeram bahu Auyang Pa dan dipijit sekeras-kerasnya. Lu Bu ki gunakan ilmu Hun kin jo-kut atau Pencarkan-uratsesatkantulang. Waktu ditampar tadi tadi, mulut Auyang Pa mengucur darah dan matanya berkunang-kunang hampir pingsan. Kemudian ketika dipelintir oleh si tinggi besar, seketika ia rasakan sekujur tubuhnya seperti digigiti ribuan ekor semut. Gemetarlah kaki tangannya, giginya pun bercaterukan keras. Keringat berderai-derai membanjir. Beberapa saat kemudian barulah Lu Bu ki membuka jalan darah Auyang Pa lagi lalu membentaknya, Hayo, mau bilang

atau tidak!" Auyang Pa rasakan tubuhnya seperti setengah mati. Akhirnya ia tak kuat dan berteriak, Ya, ya, aku bilang.... Ia melirik Siau-liong dan melanjutkan kata2nya, Suhumu Kongsun cianpwe, sudah.... 790 Tetapi belum ia menyelesaikan kata2nya, tiba-tiba dari luar jendela melayang setitik sinar kemilau yang langsung menyasar ketenggorokan Auyang Pa. Cepat dan tepat sekali senjata rahasia itu menyusup ke dalam tenggorokan Auyang Pa. Siau-liong dan Lu Bu-ki terkejut sekali. Bahkan Song Ling pun menjerit kaget, terus loncat turun dari ranjang. Siau-liong menampar padam lilin. Lalu ia memeriksa Auyang Pa. Tetapi ternyata ketua Poh-yang-pang itu sudah mati. Kematiannya serupa dengan Ong Tiat-go. mati terkena panah Ngo-tok-tui-han-cian dari Iblis-penakluk-dunia! "Menilik gelagat, mungkin kedua suami isteri iblis itu sudah mengejar kemari. Jika mereka membawa anak buah, kita tentu sukar lolos!" bisik Siau-liong. Diam-diam ia menyesal karena tak mengindahkan pesan suhunya supaya ia jangan menunda perjalanan ke Gobi. Tiba-tiba Song Ling berbisik kedekat telinga Siau-liong, Yang melepas panah Ngo-tok-tui-hun-cian, kemungkinan tentu anak buah Iblis-penakluk-dunia. Kalau kita tetap berada disini, jelas tentu makin berbahaya. Lebih baik kita menerjang keluar saja!" "Apakah engkau dapat bertahan diri?" tanya Siau liong. Si dara tersenyum, Aku hanya menderita serangan angin dingin, Setelah minum obat tadi, dan tidur satu hari penuh, semangatku sudah pulih segar lagi!" Siau-liong lega hatinya. Kemudian ia membagi tugas. Ia yang akan mempelopori menerjang keluar, Lu Bu-ki dan Song Ling supaya mengikuti dari belakang. Habis memesan, ia membuka daun jendela terus loncat ke ruang tengah. 791 Pada waktu meloncat itu, diam-diam ia sudah kerahkan tenaga-sakti untuk melindungi diri. Pikirnya, sekalipun musuh melepas panah beracun, tetap tak dapat melukainya. Tetapi diluar dugaan, ternyata ruang tengah sunyi2 saja. Tiada terancam serangan panah gelap. Siau-liong berhenti sejenak lalu enjot tubuhnya melayang ke puncak rumah. Saat itu hampir menjelang tengah malam. Sekeliling penjuru pondok penginapan itu gelap dan sunyi. Seolah-olah kosong dengan tetamu. Sedang di ruang pemilik pondok pun tak kedengaran suara apa2. Tetapi Siau-liong tak sempat meneliti. Cepat ia melayang turun dan melambai kepada Lu Bu-ki, Hayo, lekas kemari!"

Demikianlah dengan dipelopori Siau-liong dimuka dan diikuti Lu Bu-ki dan Song Ling dari belakang, mereka lari tinggalkan pondok penginapan itu. Tak berapa kejab, merekapun sudah berada diluar kota. Setelah tak tampak orang mengejar, Siau-liong longgar hatinya. Ia berpaling kepada Song Ling dan Lu Bu-ki, Sungguh diluar dugaan! Orang yang lepaskan panah kepada Auyang Pa tadi, seharusnya menjaga jangan sampai kita lolos. Tetapi mengapa orang itu tak merintangi sama sekali?" Lu Bu-ki kerutkan dahi. Ia heran juga atas kejadian itu. Song Ling maju selangkah kesisi Siau liong, katanya, Saat ini kita tetap belum terlepas dari lingkungan jaring Iblispenaklukdunia. Siapa tahu sembarang saat kita akan diserang. Maka janganlah meninggalkan kewaspadaan!" "Benar," Siau liong mengiakan. 792 Kini ganti Lu Bu-ki yang menjadi pelopor jalan. Mereka bertiga berlarian di sepanjang jalan kecil yang tinggi rendah tak rata. Untung luka Song Ling sudah baik. Sambil bergandengan tangan dengan Siau-liong, keduanya dapat berlari dengan cepat. Tak berapa lama tibalah mereka di tepi sungai. Bengawan Bin-kiang amat luas. Lu Bu-ki membuat sebuah perahu kecil. Setelah selesai mereka bertiga segera naik perahu itu. Dengan tenaganya yang besar, Lu Bu-ki dapat mendayung perahu itu hingga mencapai tepi seberang. "Dari sini ke Gobi hanya tinggal 30-an li jauhnya!" seru Lu Bu-ki gembira. Baru mereka bertiga naik ke daratan, tiba-tiba tampak sebuah perahu meluncur datang dengan kecepatan yang tinggi. Ditengah perahu itu duduk seorang laki2 tua Belum perahu tiba ditepi, orang itu sudah berseru, Hai, apakah Liong-ji yang berada di daratan situ?" Melihat munculnya perahu itu, diam-diam Siau-liong terkejut girang. Apalagi setelah mendengar orang yang berada dalam perahu, ia makin girang sekali. "Ya, benar," sahutnya. Lalu berpaling kepada Song Ling dan Lu Bu-ki, Suhuku datang!" Selekas merapat ketepi, orang itu segera loncat kedaratan lalu lemparkan sekeping perak kepada tukang perahu dan suruh tukang perahu pergi. 793 Siau-liong tercengang. Dilihatnya tukang perahu itu seorang lelaki pertengahan umur, memakai caping dan berpakaian seperti seorang pencari ikan. Kongsun Sin-tho bergantian memandang kepada Siau-liong lalu berkata, Sudah sehari semalam mengapa kalian baru tiba

disini?" "Karena murid.... Tetapi tanpa menunggu Siau-liong menyelesaikan kata2nya, Kongsun Sin-tho sudah menukas, Tak apalah, asal aku sudah dapat bertemu kalian di sini, segera akan kuselesaikan hal itu." Siau liong tertegun, Apakah suhu terluka dalam pertempuran itu?" Kongsun Sin-tho tersenyum, Jika terluka, masakan saat ini aku bisa berada disini?" Siau-liong merenung sejenak, lalu bertanya, Apakah suhu bertemu dengan Auyang Pa dan memberi pesan supaya murid menunggu di kota Ma-koan?" Tidak!" sahut Kongsun Sin-tho, "apakah kalian bersua sesuatu ditengah jalan?" Siau-liong menghela napas, Iblis penakluk-dunia mengirim orangnya pura-pura bertemu suhu dan mengaku menerima perintah supaya aku menunggu kedatangan suhu di Ma-koan," Siau-liong lalu menuturkan pengalamannya dengan Auyang Pa, "syukur tipu muslihat itu dapat kuketahui dan dapat murid segera lanjutkan perjalanan lagi!" 794 Kongsun Sin-tho menghela napas. Ia segera mengajak Siau-liong bertiga untuk melanjutkan perjalanan. Karena melihat sikap dan bicara Kongsun Sin-tho dingin, Song Ling dan Lu Bu ki tak berani ikut campur bicara. Keduanya hanya mengikuti di belakang Siau-liong saja. Saat itu jalanan pun agak datar. Kongsun Sin-tho diam saja. Setelah berjalan dua li, tiba-tiba ia melintas keseberang dan belok kebarat. Sebuah jalan kecil yang kedua tepi penuh ditumbuhi gerumbul pohon lebat. Kongsun cianpwe!" seru Lu Bu-ki seraya maju dua langkah. Tabib sakti itu berhenti dan menanyakan apa maksud sitinggi besar. "Aku cukup faham dengan jalanan di daerah sini. Jalan kecil yang cianpwe tempuh ini akan menuju kelain jurusan. Makin lama tentu makin jauh dari Gobi!" kata Lu Bu ki. Siau-liong dan Song Ling terkesiap. Jika Kongsun cianpwe suka percaya padaku, biarlah aku yang menjadi penunjuk jalan!" kata Lu Bu-ki pula. Kongsun Sin-tho tertawa gelak2, Dahulu aku pernah berkeliaran di sini mencari daun obat, Tak mungkin tersesat jalan, hanya.... Lu Bu-ki seorang kasar yang berwatak polos. Tanpa menunggu tabib itu habis berkata, ia terus menyelutuk, Tahun yang lalu aku pun lewat dijalanan ini sampai dua kali. Kecuali takkan menuju ke Gobi, pun jalanan ini sunyi dan terasing, penuh dengan tanjakan yang sukar dilalui....

795 Tiba-tiba Kongsun Sin-tho membentaknya, Justeru aku memang hendak mencari tempat yang sunyi untuk menyelesaikan suatu urusan besar. Adakah engkau kira aku benar-benar tak kenal jalan?" Lu Bu-ki tergagap tak dapat menyahut. Ter-sipu2 ia tundukkan kepala. Sejenak berdiam diri, tiba-tiba Kongsun Sin-tho berseru, Lu tayhiap!" Lu Bu-ki buru-buru mengiakan. "Aku hendak bicara dengan muridku dan nona Song mengenai suatu urusan yang penting. Bolehkah kuminta Lu tayhiap menunggu disini saja?" kata Kongsun Sin tho. Lu Bu-ki melirik Siau-liong lalu buru-buru mengiakan, Karena Kongsun cianpwe yang memberi perintah, sudah tentu aku menurut saja!" Tabib sakti itu terienyum, Terima kasih atas kesediaan Lu tayhiap " Kemudian ia berkata kepada Siau-liong, Tak jauh dari sini terdapat sebuah pondok. Mari engkau dan nona Song ikut aku kesana untuk merundingkan suatu hal yang penting!" Siau-liong heran. Tetapi melihat suhunya bersikap sungguh2, ia duga tentu ada suatu urusan penting yang hendak dibicarakan. Maka segera ia menarik tangan si dara untuk menyusul Kongsun Sin-tho. Jalanan berkelak-kelok naik turun dan ber-biluk2. Setelah beberapa saat, mereka melihat sebuah gubuk di atas sebuah bukit kecil yang tak berapa jauh jaraknya. Gubuk itu seperti baru saja dibangun. 796 Sejenak Kongsun Sin-tho berpaling memandang Siau-liong berdua lalu melangkah kegubuk itu. Ternyata gubuk di puncak bukit kecil itu, merupakan tempat peristirahatan dari para pencari kayu dan pemburu yang masuk ke daerah situ. Tetapi menilik bahan2nya, gubuk itu tentu belum lama didirikan. Dan menilik halamannya, seperti belum pernah didatangi orang. Siau-liong resah. Tak tahu ia apa yang hendak dibicarakan suhunya nanti. Mengapa suhunya begitu serius mengajaknya bicara di tempat yang sesunyi itu? Begitu masuk ke dalam gubuk, Kongsun Sin-tho terus duduk di tanah dan suruh Siau-liong berdua duduk di sampingnya. Anak bukit tempat gubuk itu didirikan, ternyata dikelilingi oleh bukit2 kecil yang lebih tinggi dan hutan2 lebat. Kongsun Sin-tho menghela napas, ujarnya, Dewasa ini pengaruh kekuatan Iblis penakluk-dunia sukar dilawan. Semalam apabila tak terlindung oleh hujan deras, kemungkinan aku sukar meloloskan diri....

Siau-liong diam saja. Ia tahu dan mengakui bahwa dewasa itu Iblis penakluk-dunia memang berhasil menyusun kekuasaan besar. Lam-hay Sin-ni. Randa Bu-san, Jong Leng lojin dan beberapa tokoh sakti sudah dapat dikuasainya. Kongsun Sin-tho berkata pula, Menyelamatkan kehancuran, mempertahankan kelangsungan hidup. Tugas berat itu terletak dibahu kita berdua. Apabila kita ini tertimpah bahaya maka habislah harapan dunia persilatan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.... 797 Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan, Dalam rangka itu, kurasa kepergian kita ke Gobi itu, tidaklah banyak manfaatnya." Siau-liong tersentak kaget, serunya gopoh, Adakah suhu kuatir paderi sakti Kim Ting itu tak mau mermberikan Tenggoret-kaki-tiga?" Kongsun Sin-tho menghela napas, Itu hanya salah satu sebab. Andaikata ia mau menyerahkan binatang mustika itu, belum tentu pil mujijad Cap-siau-cwan-soh-sin-tan buatanku itu dapat menyembuhkan Lam-hay Sin-ni dan beberapa tokoh rombongannya.... Siau liong teringat bahwa ketika dalam biara rusak dahulu, suhunya memang pernah menyatakan hal itu. Ia kerutkan alis, mengepal tangan untuk menekan kegelisahan hatinya. "Sekalipun pil buatanku itu mempunyai khasiat untuk menyembuhkan Lam-hay Sin-ni dan kawan2, tetapi pun masih suatu pertanyaan, bagaimanakah cara untuk meminumkan kepada mereka. Apa lagi Iblis penakluk-dunia itu seorang tokoh yang licin dan cerdik sekali. Bukankah dia sudah dapat menangkap pembicaraan kita dalam biara rusak itu? Masakan dia tak segera bersiap mengadakan penjagaan. Maka.... Siau-liong terlongong dan berseru geram, Kalau begitu, pertumpahan darah tak mungkin terhindar dalam dunia persilatan lagi!" Kongsun Sin-tho tiba-tiba tertawa, Hal2 yang kukatakan tadi hanyalah timbul dari kecemasanku sendiri. Mungkin keadaan tak sedemikian berbahaya. Tetapi.... 798 Seketika berobahlah wajah tabib sakti itu lalu berkata dengan nada serius, Kusuruh engkau datang kemari ini, adalah justeru hendak merundingkan rencana yang sesuai." "Murid bersedia mendengar apapun yang suhu perintahkan!" Kongsun Sin-tho merenung sejenak lalu berkata pula Dalam dunia persilatan, hanya ilmu sakti Thian-kong-sin-kang yang engkau miliki itu benar-benar tiada tandingnya. Ilmu yang paling ditakuti Iblis-penakluk-dunia! Sayang penemuanmu ilmu sakti itu, terlalu pendek sekali waktunya hingga engkau belum

sempat meyakinkan dengan sempurna. Paling tidak harus membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mempelajari ilmu itu sampai pada tataran tertentu. Tetapi keadaan saat ini, tidaklah menyempatkan engkau melakukan latihan. Karena setiap saat keadaan bisa berobah makin memburuk. Kita tak sempat menunggu hasilmu.... Siau-liong memandang wajah suhunya tanpa berkata sepatahpun juga. Saat ini walaupun kurang tepat kalau menghapus rencana menuju ke gunung Gobi. Tetapi resiko yang kita hadapipun tak kecil. Misalnya sampai terjadi sesuatu digunung itu, katakanlah, kita ini akan kehilangan jiwa di sana. Lalu siapakah yang akan muncul untuk menyelamatkan dunia persilatan dari cengkeraman Iblis-penakluk-dunia nanti? Maka setelah kupertimbangkan lagi dengan seksama, lebih baik kita mengatur persiapan yang tepat lebih dulu.... Kongsun Sin tho melirik Song Ling lalu melanjutkan katakatanya, Nona Song mempunyai tulang dan bakat yang amat bagus sekali. Lagi pula berotak cerdas. Disamping itu ia sudah memiliki dasar-dasar latihan ilmu Ya-li sin kang. Menurut pendapatku, baiklah engkau.... 799 Tanpa menunggu suhunya selesai bicara, Siau-liong cepat menukas, Bukankah suhu menghendaki supaya kuajarkan ilmu Thian-kong-sin-kang itu kepada nona Song?" Wajah Kongsun Sin-tho membesi, ujarnya, Memang begitulah maksudku.... '. Setelah mendapat pelajaran ilmu Thian-kong-sin-kang, sebaiknya nona Song mencari tempat yang tersembunyi untuk meyakinkannya. Paling lambat setengah tahun kemudian, tentu sudah ada hasilnya. Sekalipun andaikata dalam pertemuan Gobi nanti kita sampai terluka atau binasa, nona Song tetap masih ada dan kelak pasti dapat membasmi gerombolan durjana itu!" Siau-liong berulang anggukkan kepala, ujarnya, Memang sejak semula aku sudah mengandung maksud begitu. Hanya nona Song masih belum mau.... Kongsun Sin tho beralih memandang Song Ling, serunya, Dunia persilatan harus tetap menghidupkan setitik Hawa Murni agar jangan sampai ludas selama-lamanya. Nona juga memikul beban berat, mengapa menolak?" Agak tersipu Song Ling memandang ke arah tabib sakti itu, tiba-tiba ia berteriak dengan nada gemetar, Aku tak mau! Aku tak mau lepaskan usahaku untuk menolong ibuku hanya karena mengurusi soal Thian-kong-sin kang. Sekalipun dalam waktu setengah tahun akan berhasil mempelajari, tetapi mungkin pada waktu itu aku sudah tak dapat melihat wajah ibuku lagi." Dara itu menangis tersedu-sedu. Tetapi rupanya Kongsun Sin-tho tak menghirau.... Ia membentaknya bengis, Usahaku

ini bukan semata-mata hanya untuk menyelamatkan dunia persilatan, pun juga untuk menolong ibumu dan lain-lain tokoh yang sedang menderita dibawah cengkeraman Iblis-penaklukTiraikasih Website http://kangzusi.com/ 800 dunia. Ingatlah, apabila pertemuan di Gobi itu sampai gagal dan kita menderita kekalahan, engkaupun takkan mempunyai harapan untuk berjumpa dengan mamahmu untuk selamalamanya!" Siau liong pun ikut menghibur dan membujuk Song Ling Sampai lama ia memberi penjelasan panjang lebar, sehingga dara itu agak tenang. Tiba-tiba Kongsun Sin-tho berseru, Waktu sudah tak banyak lagi, hayo segeralah mulai!" Memandang kesekeliling penjuru, Siau-liong bertanya, Apakah ditempat ini juga?" "Telah kusiapkan penyelidikan yang teliti, ternyata tempat ini yang paling aman. Sudahlah, jangan engkau kuatirkan apa2 lagi dan segeralah engkau turunkan pelajaran itu dengan sepenuh hati!" Tiba-tiba terlintas sesuatu pada benak Siau-liong. Ia agak bimbang. Sejak kecil ia hidup bersama gurunya itu maka ia kenal baik sekali akan adat perangai gurunya Tetapi apa yang dilihatnya saat itu, memberinya kesan bahwa sikap dan tingkah laku gurunya itu agak berbeda dengan biasanya. Dan lagi setelah melintasi sungai barulah gurunya itu muncul dengan naik perahu. Tetapi mengapa mengatakan kalau sudah lebih dulu tiba di tempat situ dan mempersiapkan tempat dipondok sunyi itu? Bukankah itu membingungkan. Diam-diam Siau-liong curiga. Melihat pemuda itu masih berayal, Kongsun Sin-tho cepat mendesaknya, Mengapa engkau membuang-buang waktu saja? Mengapa masih tak lekas2 mulai menurunkan pelajaran?" 801 Dalam pada berdiam diri itu, Siau-liong diam-diam menimang. Atas teguran suhunya, ia segera menjawab, Jika hendak menurunkan seluruh isi kitab pusaka itu, paling tidak tentu memerlukan waktu empat jam. Mungkin besok pagi baru dapat habis!" "Soal waktu, tak jadi apa. Aku akan menjaga disini. Curahkan pikiranmu untuk menurunkan pelajaran, lain-lain hal aku yang mengatur!" Siau-liong tak dapat berbuat apa2. Tetapi ia tetap meragu. Tiba-tiba Song Ling mendekati dan berbisik kedekat telinganya, Perhatikanlah sorot mata suhumu itu!" Siau-liong terkejut. Buru-buru ia menatap wajah suhunya. Dilihat sepasang mata Kongsun Sin-tho itu lurus menyorot kemuka. Sinarnya memancarkan cahaya yang aneh. Seketika hati Siau-liong seperti diguyur es. Tubuhnya

menggigil. Jelas diketahuinya bahwa sorot mata suhunya itu tidak wajar lagi.... Suatu pancaran sinar yang mengandung keganasan, kelinglungan dan ketololan. Suatu keadaan yang Siau-liong tak asing lagi. Karena hai itu serupa seperti yang terjadi pada diri Randa Bu-san Siau-liong terkejut dan gelisah. Pikirnya, Adakah suhu juga.... Tak berani ia melanjutkan dugaannya. Tetapi diam-diam ia kerahkan tenaga untuk bersiap. Tiba-tiba Kongsun Sin tho berpaling dan menegurnya, Bagaimana? Mengapa masih belum mulai?" Siau-liong berusaha menekan kegelisahannya. Sahutnya, Murid pertimbangkan lagi Soal ini agaknya.... masih terdapat hal2 yang tak leluasa.... 802 Ditatapnya wajah Kongsun Sin-tho, lalu melanjutkan berkata, Kalau suhu sudah mendengar pendapat murid, baiklah soal itu dipertangguhkan saja setelah nanti habis dari Gobi, baru.... Apakah engkau hendak menentang perintahku?" cepat Kongsun Sin tho membentak. Buru-buru Siau-liong menyahut dengan kepala menunduk, Budi suhu kepadaku sedalam lautan. Sekalipun tubuh murid hancur-lebur, murid tentu akan melaksanakan perintah suhu. Tetapi maaf, ilmu Thian-kong sin-kang itu bukanlah suhu yang mengajarkan kepada murid. Dan sejauh yang murid ketahui, rasanya suhu tak pernah memaksa murid untuk mengajarkan suatu ilmu kepada lain orang!" Gemetarlah tubuh Kongsun Sin-tho mendengar penyahutan itu. Sepasang matanya ber-kilat2 tajam. Lalu membentak, Muridku! Tampaknya engkau memang sudah tak mau menurut perintahku lagi!" Siau-liong hendak menyahut tetapi saat itu tiba-tiba dari jauh terdengar derap langkah orang mendatangi. Dan tak berapa lama terdengar suara parau dari Lu Bu-ki, Kongsun cianpwe.... Kon-sun siauhiap.... Siau-liong terkejut. Cepat ia berpaling. Dilihatnya sitinggi besar Lu Bu-ki tengah ber-lari2 mendatangi kepondok itu. Sekonyong-konyong Kongsun Sin-tho berbangkit seraya membentak keras, Berhenti!" Lu Bu-ki tertegun tetapi ia tetap melangkah masuk dan berseru, Kongsun cianpwe, dari tepi seberang sungai.... 803 Kongsun Sin tho membentak marah dan tiba-tiba ia menghantam Lu Bu-ki! Sitinggi besar terkejut. Ia tak menduga sama sekali kalau bakal menerima kemarahan Kongsun Sin-tho. Dalam gugup ia tak dapat berusaha menghindari lagi. Pun andaikata ia sudah siap. juga tak mungkin ia mampu menerima pukulan sakti dari

Kongsun Sin-tho itu. Dalam keadaan seperti saat itu, tak boleh tidak, sitinggi besar Lu Bu-ki pasti celaka! Untunglah sejak melihat keadaan suhunya tak wajar itu, Siau liong sudah siap2. Melihat suhunya menghantam Lu Bu-ki yang tak bersiap-siap itu, kejut Siau-liong bukan kepalang. Ia tahu bahwa pukulan ilmu sakti Thian-jim-sin kang dari suhunya itu pasti akan menghancurkan Lu Bu-ki. Siau-liong tak banyak berpikir lagi. Untuk menyelamatkan tokoh tinggi besar itu, ia harus cepat bertindak. Serentak melonjak bangun ia songsongkan tangannya ke arah pukulan suhunya "Bum".... terdengar getaran keras. Akibatnya gubuk yang baru didirikan itu hancur lebur berantakan. Lu Bu-ki tercengang. Serunya gopoh, Ini.... ini.... Kongsun siauhiap.... apakah sebenarnya.... Tetapi Siau-liong tak sempat menjawab. Segera ia berseru kepada suhunya, Suhu.... engkau.... ini bagaimana? Apakah engkau juga.... Akibat dari pukulan dihapus oleh pukulan Siau-liong, tubuh Kongsun Sin-tho agak berguncang. Dipandangnya Siau-liong 804 tajam2 lalu membentaknya, Murid, sungguh tak nyana kalau engkau berani menghantam aku!" "Suhu! Murid sungguh terpaksa. Engkau.... air mata Siauliong bercucuran. Dipandangnya wajah suhunya. Tiba-tiba ia mendapat kesan bahwa sikap suhunya itu berobah seperti asing. Jauh sekali bedanya dengan suhunya yang dulu. Apa yang dilakukan tadi, benar-benar suatu hal yang tak pernah diimpikan semula. Walaupun hal itu terdesak oleh keadaan namun hati Siau-liong seperti diiris-iris rasanya. Sambil menatap Siau-liong, Kongsun Sin-tho membentak, Apakah engkau tahu bahwa jika engkau tak mau menurut perintah suhu, hanya jalan kematian yang engkau peroleh?" Begitu saling bertatap pandang dengan suhunya, Siau-liong tiba-tiba menangis, Suhu, murid rela mati ditangan suhu! Engkau.... bunuhlah murid! Matipun murid takkan penasaran.... Habis berkata, Siau-liong terus berlutut dihadapan Kongsun Sin-tho, tundukkan kepala siap menunggu kematian! Song Ling dan Lu Bu-ki yang berdiri di samping hanya terlongong-longong menyaksikan adegan itu fanpa dapat berbuat sesuatu apa. "Apakah engkau benar-benar rela mati?" bentak Kongsun Sin-tho. "Benar, mati dibawah tangan suhu, murid merasa ikhlas dan akan mati dengan meram!" 805

Kongsun Sin-tho rentangkan kedua matanya lebar2. Dipandangnya Siau-liong dan mulailah ia mengangkat tangan kanannya pelahan-lahan ke atas. Tetapi wajahnya tiba-tiba memantulkan kesedihan. Dan tangan kanannya itupun berhenti di atas saja. Sampai lama tak juga dihantamkan ke bawah. Karena sampai lama belum juga gurunya memukul, Siauliong pelahan-lahan mengangkat kepala. Tepat matanya bertatapan dengan mata suhunya. Dilihatnya mata suhunya tiba-tiba mengucurkan beberapa titik air mata. Dan air mata itu tepat menetes ke muka Siauliong. Siau-liong menghela napas, serunya rawan; "Suhu, suhu.... "Muridku.... sahut Kongsun Sin-tho dengan iba.... "Suhu, lebih baik kita menuju ke Gobi dulu," kembali Siau liong mengulang permintaannya. Tiba-tiba wajah Kongsun Sin-tho berobah lagi dan segera membentaknya bengis, Tetapi engkau lebih dulu engkau harus menurut perintahku untuk memberikan ilmu Thiankongsin kang itu kepada nona Song." Siau liong menghela napas, Suhu, apakah engkau benarbenar juga terkena ilmu siluman dari Iblis-penakluk-dunia.... "Tutup mulutmu!" bentak Kongsun Sin-tho dengan mata berapi-api,.... untuk yang terakhir kali jawablah. Engkau mau menurut perintahku atau tidak?" 806 Siau-liong merenung sejenak lalu menyahut tegas, Murid hanya menurut perintah yang sehat. bukan perintah yang kacau! Apabila suhu hendak memaksa murid melakukan perbuatan yang mencelakai dunia persilatan, biar mati murid tetap tak mau menurut!" Seketika tegaklah rambut Kongsun Sin-tho. Dengan menggembor keras ia mengangkat tangan kanan terus hendak dihantamkan ke arah kepala Siau-liong. Song Ling dan Lu Bu-ki sudah siap2. Tetapi karena berdiri pada jarak beberapa langkah, mereka tak berdaya membendung pukulan Kongsun Sin-tho yang dilancarkan secepat kilat. Bum.... terdengar letupan dahsyat disertai hamburan debu dan pasir serta ranting2 pohon yang berhamburan keempat penjuru. Suatu keadaan yang mirip dengan ledakkan halilintar.... Song Ling terkejut pucat. Dalam hamburan debu yang masih menebal, ia menjerit sekuatnya, Siau-liong! Siauliong.... -terus loncat menyusup ke tempat Siau-liong. Tetapi apa yang disaksikan saat itu, benar-benar membuatnya terlongong-longong. Kongsun Sin-tho berdiri beberapa langkah jauhnya. Wajahnya tenang, terlongong-longong tak bicara apa2.

Sedang Siau-liong pun tak kurang suatu apa. Dan sudah bangun berdiri. Disampingnya tampak seorang tua berbaju ungu Orang tua tak dikenal itu tengah tertawa dingin. Karena tak menduga sama sekali, maka Song Ling tak dapat mengetahui kapankah orangtua baju ungu itu munculnya? Tetapi cepat ia dapat menduga bahwa tentulah 807 orangtua baju ungu itu yang telah menyelamatkan jiwa Siauliong. Dandanan orangtua itu memang aneh. Selain pakaiannya yang berwarna ungu, pun mukanya tertutup dengan sutera ungu yang tebal. Dari bayang2 sutera ungu tampak jelas jenggotnya yang putih memanjang sampai keperut Tetapi wajahnya tak tampak jelas. Siau-liong memandang Kongsun Sin-tho lalu memandang ke arah orang tua yang tak dikenal itu. Kemudian memberi hormat, Mohon tanya mengapa lo-cianpwe menolong diriku?" Orangtua baju ungu itu tertawa dingin, Ada dua macam kematian. Mati segempar gunung Thaysan rubuh dan mati sepele seperti jatuhnya bulu burung. Mati seperti yang hendak engkau tempuh ini, mati yang tak berharga.... Kemudian menuding pada Kongsun Sin tho ia berkata pula, Sekalipun dia merupakan guru yang telah melepas budi besar kepadamu! Tetapi kesadarannya sudah hilang. Apa yang dilakukannya, semata-mata hanya menurut apa yang diperintahkan orang yang menguasainya dengan ilmu hitam. Jika engkau relakan dirimu dihantamnya, bukankah engkau akan mati dengan penasaran?" Siau liong merenung ucapan orangtua baju ungu itu dan merasa memang benar. Serentak teringatlah ia akan tindakan suhunya ketika berada dalam biara rusak yang lalu. Saat itu Kongsun Sin-tho memberi padanya separoh dari pil Cap-siau cwan-soh-sin-tan. Mungkin saat itu gurunya sudah menduga akan terjadi kemungkinan yang menimpah dirinya seperti saat ini. Maka jelaslah maksudnya, Kongsun Sin-tho menugaskannya ke puncak Kim-ting untuk meminta Terggoret-emas-kaki-tiga kepada paderi sakti. Karena hanya binatang pusaka itulah yang harus menjadi campuran ramuan 808 pil Cap-siau-cwan-soh-sin-tan agar benar-benar dapat menjadi obat mujijad untuk menolong suhunya dan sekalian tokoh2 yang dibius Iblis-penakluk-dunia. Diam-diam Siau -iong kucurkan keringat dingin. Pikirnya, Jika orang tua baju ungu ini tak menolong pada waktu yang tepat, tentulah saat itu dirinya sudah mati. Bukankah aku bakal menjadi seorang yang berdosa karena telah menelantarkan tugas berat yang dipikulnya?" Memandang ke arah Kongsun Sin-tho, dilihatnya mata gurunya itu sudah redup. Pandang matanya sudah hampa

seperti orang tolol. Kongsun Sin-tho memandang berkesiap kepada dirinya dan orang tua baju ungu itu. Tiba-tiba terdengar lengking suitan ngeri yang menusuk telinga. Berasal dari tengah hutan. Kumandang suitan itu sampai lama belum hilang. Dan serentak terbeliak kagetlah Kongsun Sin-tho mendengar suitan itu. Ia memandang kesekeliling penjuru lalu menghela napas. Tanpa berkata apa, tiba-tiba ia loncat ke udara. Dalam dua tiga loncatan saja, ia sudah menghilang dalam gerumbul pohon yang lebat. Siau-liong bercucuran air mata memandang bayangan suhunya. sesaat ia berdiri terlongong-longong. Tiba-tiba ia berputar tubuh lalu berlutut dihadapan orang tua baju ungu, Terima kasih atas budi pertolongan lo-cianpwe. Bolehkah kumohon tanya nama lo-cianpwe yang mulia?" Orang tua baju ungu itu tertawa gelak2. Ia mengangkat bangun Siau-liong, serunya, Karena engkau ini sudah menjadi pewaris ilmu sakti Thian-kong-sin-kang, tak perlulah engkau menjalankan peradatan begitu.... Aku sungguh2 tak berani menerima.... 809 Berhenti sejenak ia melanjutkan berkata, Dahulu rasanya aku pun pernah punya nama. Tetapi karena tinggal dipegunungan sampai belasan tahun, telah kulupakan semua!" Siau-liong terkesiap. Ia anggap orangtua itu benar-benar seorang aneh. Saat itu Lu Bu-ki dan Song Ling pun sudah menghampiri. Keduanya serta-merta memberi hormat kepada orang tua aneh itu. Orang tua itu mengangguk tertawa lalu membelai rambut Song Ling, tegurnya, Nak, berapakah umurmu sekarang?" Song Ling terkesiap, sahutnya, Delapan belas tahun!" Orang tua aneh itu tiba-tiba menghela napas, ujarnya, Ah, waktu benar-benar cepat sekali! Dalam sekejab mata saja sudah 15 tahun.... Tampaknya dia sayang sekali kepada Song Ling. Sambil mengelus-elus kedua bahu dan pipi si dara, ia berkata, Kuingat ketika melihatmu dulu, engkau baru seorang budak kecil berumur tiga tahun." "Lo-cianpwe, apakah engkau tak salah lihat?" seru Song Ling heran. Orangtua baju ungu itu tertawa gelak, Sekalipun burung yang terbang pada 15 tahun berselang, aku pasti masih mengenalinya!" Habis berkata tiba-tiba orang tua itu menarik sutera kerudung mukanya.... 810 Seorang tua yang wajahnya masih merah segar,

jenggotnya putih seperti salju tetapi matanya sebelah kiri buta. Melihat itu serta-merta Song Ling berlutut dan berseru dengan isak tangis, Ah, kiranya kakek guru.... Pertapa-sakti mata satu!" Pertapa-sakti itu menepuk-nepuk bahu si dara dan tertawa gelak2, Nak, engkau seperti ibumu, cerdas sekali!" Makin sedih dan air matanya pun berderai-derai seperti banjir. Ia memeluk kaki orang tua itu seraya meratap, Mohon, kakek guru suka menolong ibu. Dia sekarang.... Orang tua itu mengangkat si dara bangun, ujarnya, Sudah tentu, sudah tentu.... tetapi.... Rupanya orangtua itu tak yakin mampu melakukan hal itu. Maka sampai lama sekali ia tak dapat melanjutkan kata2nya. Walaupun belum mendengar kesanggupan yang positip, tetapi bertemu dengan kakek gurunya itu, cukup membuat hati Song Ling terhibur. Ia berpaling ke arah Sau liong dan suruh anak muda itu menghadap kakek gurunya. "Aku yang rendah, menghaturkan hormat kepada locianpwe!" kata Siau liong seraya memberi hormat. Ah, jangan banyak peradatan.... orang tua menganggukkan kepala lalu bertanya, Apakah engkau ini putera dari Tong Gun-liong dan murid dari Kongsun Sin-tho?" Siau-liong tertegun, katanya tergagap, Ya benar." 811 Ia heran mengapa orang tua itu tahu asal usulnya begitu jelas. Jika begitu, kemungkinan orang tua itu tentu tahu juga bagaimana peristiwa yang dialaminya ketika masuk ke dalam pusar bumi dan mendapat rejeki yang luar biasa. Song Ling dan Lu Bu-ki pun terperanjat juga. Mereka hanya tahu bahwa Siau-liong itu memakai she Kongsun Tak pernah mereka mendengar bahwa penuda itu putera dari Tong Gunliong. Setelah tertegun beberapa saat, sitinggi besar Lu Bu-ki maju kehadapan Pertapa-sakti mata-satu itu, memberi hormat, Aku yang rendah Lu Bu-ki, menghadap lo-cianpwe." Pertapa-sakti-mata-satu tertawa, Ah, sungguh menggembirakan sekali dapat bertemu dengan Lu tayhiap yang menguasai Rimba Hijau wilayah selatan!" Ah, lo-cianpwe keliwat memuji.... tersipu-sipu sitinggi besar menyahut, "Tadi aku telah melihat beberapa sosok bayangan menyusup kegerumbul pohon. Mungkin Iblispenaklukdunia sudah datang bersama anak buahnya.... Pertapa-sakti-mata-satu itu tertawa meloroh, Ah, mungkin mataku yang tinggal satu ini kurang awas. Tetapi aku memang tak melihat seseorang yang bersembunyi disekeliling sini.... Sejenak pertapa itu memandang Lu Bu ki lalu Siau-liong. katanya pula, Karena kalian hendak menuju ke Gobi, marilah bersama sama dengan aku kesana!" Habis berkata ia terus

menarik tangan Song Ling dan diajak berjalan. Lu Bu ki terlongong sejenak.... Suara suitan tinggi tadi tentulah tanda dari Iblis-penakluk-dunia untuk memanggil Kongsun Sin-tho. Tetapi mengapa pertapa mata-satu itu 812 mengatakan tak melihat orang bersembunyi disekeliling tempat situ? Tetapi walaupun kasar, Lu Bu-ki itu cerdas juga. Ia memperhatikan kilatan mata pertapa-sakti itu seperti memberi isyarat rahasia kepadanya. Maka iapun tak mau banyak bicara. Ia melangkah pelahan-lahan mengikuti Pertapa-sakti-mata satu. Tenang sekali pertapa-sakti itu ayunkan langkah memimpin tangan Song Ling sambil tanya ini itu. Begitu lambat ia berjalan hingga sepenyala dupa lamanya barulah ia keluar dari persimpangan jalan itu lalu belok menuju, kejalanan yang menjurus ke Gobi. Siau-liong masih sedih memikirkan suhunya yang juga telah menjadi korban kehilangan kesadaran pikirannya. Ia berjalan di belakang Pertapa-sakti-mata-satu itu tanpa bicara apa2. Lu Bu-ki tak henti2nya memandang kian kemari. Tetapi sekeliling penjuru sunyi senyap Kecuali deru air sungai yang bergemuruh dari kejauhan, hanya angin yang mendesis-desis menghembus pohon-pohon. Tetapi diam-diam kepala Rimba Hijau wilayah selatan itu sudah menduga bahwa Iblis-penakluk-dunia tentu telah menyembunyikan anak buahnya. Gerak-gerik dan pembicaraan kawan2nya tentu sudah didengar mereka. Tetapi ia memperhatikan betapa tenang Pertapa-saktimatasatu itu berjalan Sedikit pun tak mengacuhkan keadaan di sekelilingnya. Mau tak mau terpengaruh juga hati Lu Bu-ki. Iapun berlaku setenang mungkin. 813 Tiba-tiba Pertapa-sakti-mata-satu percepat langkahnya.... Tak berapa lama gunung Gobi pun sudah tampak dari kejauhan. Lebih kurang hanya tinggal 20-an li jauhnya. Tiba-tiba orang tua aneh itu berhenti lalu terlawa meloroh, Sungguh tak nyana, dalam usia setua ini, aku masih menemani kalian untuk menikmati pemandangan alam yang permai.... Sekonyong-konyong orang tua itu berputar tubuh ke arah Lu Bu-ki, serunya, Iblis-penakluk-dunia sudah membawa anak buahnya bersembunyi dalam gerumbul pohon. Berkat peyakinanku selama berpuluh tahun dalam ilmu Hun-yu-thanbi atau Menyiak-sunyi menyusup-kelebatan, aku dapat mendengar suara ulat atau unggas yang bergerak pada jarak 10 li jauhnya. Gerak gerik mereka tak lepas dari pendengaranku. Tetapi aku memang sengaja pura-pura tak

mendengar agar dapat mengelabuhi perhatian mereka. Kalau tidak.... Ia tersenyum dan berkata pula, Aku tentu tak mampu menghadapi serangan gabungan dari Empat tenaga-sakti!" "Apakah ibu juga.... datang?" tanya Song Ling. "Datang sih datang tetapi aku tak berdaya menolongnya!" kata Pertapa-sakti-mata-satu. Siau-liong memandang ke arah jalan yang dipandang pertapa itu. Tiba-tiba ia melihat beberapa sosok bayangan berkelebat dan lenyap lagi. Kiranya perkataan Pertapa-sakti-mata-satu itu memang benar. Iblis-penakluk-dunia telah datang bersama rombongan anak buahnya. Segera Siau-liong berkata kepada orang tua 814 sakti itu, Apakah lo-cianpwe melihat dalam gerumbul pohon itu.... Pertapa-sakti-mata-satu tertawa, Sudah kukatakan, setiap ulat dan unggas yang bergerak dalam lingkungan 10 li, tak mungkin lolos dari telingaku.... Siau-liong menundukkan kepala tak membantah. Tetapi diam-diam ia merasa orang tua itu terlalu besar omongannya Pikirnya, Biarpun telingamu amat tajam, tak mungkin engkau mampu mendengar gerak-gerik ulat dan burung sejauh 10 li. Apalagi matamu hanya tinggal satu." Tiba-tiba Pertapa-sakti-mata saru berkata pula, Memang Iblis-penakluk-dunia agak takut juga kepadaku. Kalau tadi dja tak berani keluar, saat ini pun tentu tak berani mengejar kita." Ia tertawa meloroh lalu berseru nyaring, Hayo, kita lanjutkan jalan lagi!" ia terus menggandeng tangan Song Ling dan melangkah kemuka. Siau-liong dan Lu Bu-ki terpaksa mengikuti. Saat itu mereka sudah menyusur jalanan gunung. Puncak Gobi tampak menjulang tinggi kelangit. Gunung yang berselaput rimba hijau, bertaburan dengan gumpal awan putih yang tak henti2nya ber-arak2an kian kemari. Gunung Gobi benar-benar merupakan gunung keramat tempat para dewa yang indah tenang alamnya. Pertapa-sakti-mata-satu itu tetap berjalan pelahan-lahan. Tetapi ternyata langkahnya itu amat cepat sekali sehingga Lu Bu-ki terpaksa harus mengejar dengan berlari agar jangan sampai ketinggalan jauh. 815 Gua Ko-hud-tong itu terletak di belakang gunung. Maka setelah mendaki beberapa waktu, Pertapa-sakti-mata-satu lalu mengajak rombongannya mengitari ke belakang gunung. Walaupun dalam hati ingin sekali segera mendapatkan paderi sakti Kim Ting untuk meminta Tenggoret berkaki-tiga. Tetapi ia tak kenal jalanan dan tak kenal pula pada paderi

sakti itu. Oleh karena ia sungkan untuk bertanya kepada Pertapa-sakti-mata-satu, terpaksa ia hanya mengikuti di belakang orang tua itu saja. Hanya diam-diam ia memperhatikan keadaan disekeliling penjuru. Rupanya pertapa sakti itu tahu akan kegelisahan si dara. Tak henti-hentinya ia tertawa-tawa menghibur hati dara itu. Siau-liong tak dapat menangkap apa yarg dikatakan Pertapa-sakti itu kepada Song Ling. Tetapi dilihatnya berulang kali si dara berpaling memandang ke arahnya dan memberi isyarat kicupan mata kepadanya. "Sudahlah, jangan mempedulikan dia!" Pertapa-sakti-matasatu tertawa, "dia memang seorang budak tolol!" Ia berpaling memandang Siau liong. Siau-liong tertegun. Cepat2 ia maju selangkah, Apakah lo-cianpwe' hendak bicara kepadaku?" Song Ling tertawa mengikik, Apakah engkau tuli? Kakek guru bilang engkau ini.... -tiba-tiba ia berhenti dan menutup mulutnya yang tertawa. Merah telinga Siau-liong. Ia menunduk diam. Pertapa saktimatasatu itu menganggukkan kepala, katanya, Aku hendak menjelaskan dulu namamu yang sesungguhnya agar dapat memanggil dengan tepat." 816 Siau-liong tersipu-sipu tak berani mengangkat muka. Mulutnya tergagap menyambut, Aku sebenarnya memang orang she Tong. Karena hendak menghindari ancaman dunia persilatan dan demi usahaku untuk membalas sakit hati orang tua, maka aku terpaksa berganti memakai she suhuku Kongsun. Tetapi.... "Kalau begitu baik tetap kupanggil Kongsun siauhiap sajalah!"' cepat2 orang tua itu menukas. "Ah. jangan, lo-cianpwe. Harap lo-cianpwa cukup panggil namaku saja!" Pertapa-sakti-mata satu itu tertawa, Thian-kong-sin-kang merupakan ilmu sakti nomor satu di dunia persilatan. Saat ini Kongsun siauhiap merupakan jago nomor satu di dunia. Masakan aku berani berlaku kurang hormat?" sahut pertapamatasatu itu. Ah, masakan aku berani menerima sanjung pujian yang begitu tinggi," buru-buru Siau-liong berseru. Tetapi orang tua itu tak menghiraukan kata2 Siau-liong, ia menghela napas, Sayang ilmu sakti itu belum dapat engkau pelajari sempurna. Apabila sudah dapat engkau kuasai, Iblispenaklukdunia dan keempat tokoh ilmu sakti itu, tak mangkin mampu menandingi kesaktianmu. Cukup engkau seorang diri saja, sudah pasti dapat membasmi gerombolan Iblis-penaklukdunia dan menyelamatkan dunia persilatan!" Diam-diam Siau-liong menghela napas. Ucapan orang tua baju ungu itu memang tak bohong. Ia baru mengetahui sedikit

tentang ilmu Thian-kong-sin-kang itu tetapi kepandaiannya sudah maju begitu pesat. Apalagi kalau ia sudah dapat menguasainya semua. Tetapi, ah, sayang ia tak mempunyai kesempatan untuk meyakinkan ilmu itu. 817 Dengan nada rawan berkatalah Pertapa sakti-mata-satu itu, Segala apa tergantung takdir. Kita hanya dapat berusaha tetapi Allah yang kuasa.... Tiba-tiba mata orang tua yang tinggal sebelah itu berkilatkilat tajam dan berkatalah ia dalam soal lain, Tadi kukatakan bahwa ilmuku Hun-yu-than-bi itu dapat mendengar gerakgerik ulat dan unggas yang bergerak dalam jarak 10 li.... Kongsun siauhiap tentu tak percaya hal itu, bukan?" Ah, mana aku berani tak percaya," buru-buru Siau-liong berseru. Tapi memang begitulah. Maka hendak kutunjukkan bukti kepadamu.... tiba-tiba orangtua itu menuding kemuka, tanyanya, Apakah Kongsun siauhiap melihat sesuatu?" Siau-liong tertegun. Ia memandang ke arah yang ditunjuk pertapa tua itu. Tetapi kecuali puncak gunung yang tinggi menyusup kelangit dan bertutup hutan belantara yang lebat dengan lingkaran jalan2 kecil, Siau-liong tak melihat apa2 lagi. Rasanya aku tak melihat apa2," kata Siau-liong. Apakah mendengar apa2?" tanya pertapa tua itu pula. Siau-liong pasang telinga mendengari dengan penuh perhatian. Tetapi ia tak mendengar apa2, sahutnya; Yang kudengar hanya deru angin dan desir serangga. Lain tidak!" Kudengar pada jarak tiga li, dua orang sedang berjalan. Mereka mempunyai hubungan dengan engkau!" kata pertapa tua itu. 818 Siau-liong, Lu Bu-ki dan Song Ling terhenti, seketika, memandang orangtua aneh itu. Apakah lo-cianpwe tak bergurau?" Aku tinggal dibalik gunung sana," orang tua itu menunjuk pada hutan disebelah kiri, "setengah jam lagi kita jumpa digua Ko-hud-tong." habis berkata ia terus melangkah pergi. Hai, kakek guru, dia tak kenal jalan." si dara memburunya. Hus, budak perempuan, dia tak tahu jalan apa sangkutpautnya dengan dirimu.... bentak orang tua itu lalu membisiki telinga si dara, "setelah gerombolan Iblis-penakluk-dunia tertumpas, kakek tentu akan menjomblangkan perjodohan kalian!" Song Ling tersipu-sipu malu.... ---ooo0dw0ooo--Jilid 15 Paderi Kim-ting "Sucou. engkau.... teriak Song Ling.

Siau-liong tak mendengar apa pun yang dibisikkan orangtua itu kepada Song Ling, Ia terus melesat pergi. "Maaf, akupun akan mengikuti saudara Kongsun." sitinggi besar Lu Bu-ki pun segera memberi hormat kepada Pertapasaktimata-satu itu terus menyusul Siau-liong. Song Ling hanya memandang terlongong ke arah bayangan pemuda itu. Walaupun ucapan orang tua itu hanya kata2 819 menghibur, tetapi tak urung hati dara itu tergerak juga. Entah bagaimana saat itu ia merasa seperti dicengkam oleh suatu perasaan yang belum pernah dirasakan selama ini. Sejak kecil ia hidup bersama ibunya di gunung Busan yang sepi. Selama itu tak pernah ia berkawan dengan anak lelaki. Ia berangkat dewasa dalam alam kesunyian. Sejak berkenalan dengan Siau-liong, walau pun keduanya saling menjaga kesopanan tetapi tanpa terasa dalam hati dara itu tumbuh semacam perasaan yang aneh. Suatu perasaan yang belum pernah dialami seumur hidup. Ia merasa takut kalau ditinggal pergi pemuda yang baik budi itu. Nak, apakah engkau sungguh2 suka kepadanya?" tiba-tiba orang tua sakti itu menegurnya. Song Ling mendesus lalu tertawa tersipu-sipu. Ia tak mau menjawab melainkan mengikuti di belakang kakek gurunya berjalan. Sementara itu karena menggunakan ilmu meringankan tubuh, dalam beberapa kejab saja dapatlah Sau-liong mencapai tiga li jauhnya. Sambil lari, ia tetap memperhatikan keadaan disekelilingnya. Tetapi sampai sejauh itu ia tak melihat barang seorang pun jua. Seketika timbullah rasa curiganya, Huh, jangan2 orang tua bermata satu itu hanya mengelabuhi aku supaya pisah dengan Song Ling.... Dengan napas terengah-engah, Lu Bu-ki menyusul tiba, serunya, Apakah saudara Kongsun melihat seseorang?" 820 Kita tentu ditipunya. Sampai sepuluh li jauhnya tak kelihatan apa2. Memang di dunia tak mungkin terdapat orang dan ilmu seaneh itu," sahut Siau-liong. Lu Bu-ki banting2 kaki dan menggembor; Benar! Aku juga tak percaya pada ilmu begitu!" Sejenak meragu, Siau-liong lanjutkan larinya lagi. Kira-kira dua puluh tombak jauhnya ia tiba dibawah kaki sebuah gunung. Kaki gunung itu penuh ditumbuhi gerumbul rumput dan aneka pohon seperti di dalam hutan. Tetapi Siau-liong tak mendengar suara dan melihat sesuatu. Berpaling ke arah Lu Bu-ki, ia gelengkan kepala terus hendak pergi. Tetapi tiba-tiba ia terkejut mendengar bunyi cengkerik dari balik sebuah batu besar.

Siau-liong dan Lu Bu-ki tertegun. Setelah pasang pendengaran barulah mereka mendengar suara orang bicara. "Engkau mau pergi atau tidak!" seru seseorang. Seorang wanita menjawab, Ah, aku memang benar-benar tak dapat berjalan lagi!" Mendengar suara itu, girang Siau-liong bukan kepalang. Kedua orang yang berbicara dibalik gerumbul itu jelas paderi Liau Hoan dari Thian-san dan pemilik Lembah Semi Poh-Cengin. Terdengar Liau Hoan membentak, Apakah suruh aku menggendongmu?" Poh Ceng-in menghela napas panjang, ujarnya, Lebih baik bunuh aku sajalah!" 821 Liau Hoan tertawa dingin; Jika memang membunuhmu tak perlu kubawa engkau kian kemari seperti ini!" Siau-liong kerutkan dahi. Dilihatnya paderi kurus dari Thian-san itu muncul dari balik batu sambil menjinjing tubuh Poh Ceng-in. Begitu melihat Siau-liong, paderi itu girang sekali. Ia maju menghampiri, Kukira engkau sudah mendaki kepuncak Kimting, tak kira kalau dapat bertemu disini." Memandang Poh Ceng-in, berkatalah Siau-liong, "Ah, losiansu tentu payah dalam perjalanan, aku selalu memikirkan.... Liau Hoan tertawa, Jika tak punya sandera wanita baju merah ini, mungkin aku sudah celaka dan tak dapat berjumpa lagi!" Poh Ceng-in tak mau banyak bicara melainkan memandang Siau-liong dengan penuh dendam. Ia tertawa geram lalu pejamkan matanya. Siau-liong agak kasihan. Dilihatnya kedua tangan wanita itu masih terikat ke belakang, rambutnya terurai kusut, tubuhnya berlumuran kotoran dan napasnya terengah-engah. Sejenak meragu, Siau-liong menghampiri kesamping Poh Ceng-in, serunya, Tak perlu engkau mendendam kepadaku. Kalau mau marah, marahlah kepada ayah bundamu.... ia menghela napas lagi, katanya, "aku bukan seorang yang kejam tak kenal perikemanusiaan. Hanya karena terpaksa oleh keadaan, dan lagi aku pasti memenuhi janji setahun lagi bertemu digunung Bu-san." 822 Poh Ceng-in membuka mata dan mendengus, Hm, tak perlu omong lagi! Karena sudah tahu cara mengobati racun dalam tubuhmu, silahkan bunuh aku.... aku cudah cukup menderita siksaan macam begini!" Tiba-tiba wanita pemilik lembah itu tertawa melengking, Pula sekarang aku sudah sadar. Bahwa hubungan laki perempuan itu memang tak dapat dipaksa!"

Kedua pipi Poh Ceng-in bercucuran air mata. Wajahnya rawan. Seolah-olah orang yang menyesal. Siau -liong terlongong beberapa saat. Ia heran mengapa dalam detik-detik menderita kesulitan seperti itu, Poh Ceng-in yang ganas seperti menyadari kesalahannya. Siau - liong memang berhati welas asih. Diam-diam iapun menyesal telah menyiksa seorang wanita sampai begitu rupa. Beberapa saat kemudian, ia berkata kepada paderi Liau Hoan, Selama membawa wanita ini menempuh bahaya maut, tentulah lo-siansu letih dan payah sekali!" Liau Hoan tertawa, Ah, tak apa. Karena tahu wanita itu amat penting bagi Kongsun hiapsu, maka aku tetap menjaganya mati-matian." Apakah lo-siansu tak keberatan menyerahkan wanita itu kepadaku?" tanya Siau-liong pula. Liau Hoan tertegun, serunya, Sudah tentu aku menurut saja apa pesan Kongsun siauhiap!" Baik sikap dan nada ucapannya, paderi dari Thian-san itu amat menghormati sekali kepada Siau-liong. 823 Siau-liong segera berjongkok dan membuka tali pengikat Poh Ceng-in, memapahnya berdiri lalu berkata hambar, Silahkan pergi!" Sepasang mata wanita pemilik Lembah Semi itu memancar sinar heran. Dipandangnya Siau-liong, Engkau lepaskan aku pergi?" Siau-liong tertawa tawar, Benar, engkau bebas!" Lu Bu-ki dan Liau Hoan terkejut sekali, hampir keduanya serempak berseru; "Kongsun siau-hiap, wanita siluman itu tak boleh dilepaskan!" Liau Hoan maju selangkah, katanya, Aku mengabdikan diri ke dalam gereja. Meskipun tak menyetujui pembunuhan tetapi kejahatan wanita itu benar-benar melebihi takeran. Dan lagi dia telah menguasai jiwa Kongsun siauhiap. Mana boleh.... Lu Bu-ki pun sudah mencabut ruyung besi dan menghadang Poh Ceng-in, Betul! wanita siluman itu tak boleh dilepas!" Seru Siau-liong tenang, Mati hidup tergantung takdir. Kaya miskin pun sudah suratan nasib. Kalau aku memang sudah ditakdirkan harus mati, bagaimanapun hendak berdaya tentu tak berguna. Apalagi menjadikan seorang perempuan lemah sebagai sandera. Sekalipun dapat mengalahkan Iblis-penaklukdunia, tetapi cara itu bukan ksatrya!" Melihat sikap Siau-liong yang jantan itu, mau tak mau Liau Hoan dan Lu Bu-ki mengindahkan juga. Mereka serempak mundur. Tetapi Poh Ceng-in pun tak mau segera pergi. Ia tertegun memandang Siau-liong.

824 "Omitohud!" seru Liau Hoan siansu, "Kong-sun siauhiap berbudi walas asih dan berwatak ksatrya. Sekalipun sudah 40 tahun lamanya aku mengabdikan diri dalam gereja, tetapi ternyata masih kalah dengan peribudinya!" Paderi itu menarik Lu Bu-ki, Lu tayhiap, biarkan dia pergi!" Poh Ceng-in rupanya hendak bicara, tetapi sampai sekian lama bibirnya bergerak, belum juga terluncur kata-kata. Tibatiba ia menutup mukanya, berputar tubuh terus melangkah pergi dengan terhuyung-huyung. Sekonyong-konyong Siau-liong loncat memburu, Tunggu dulu!" Poh Ceng-in berhenti, Apakah engkau menyesal?" Siau-liong tertawa dingin, Kaum persilatan menjunjung tinggi janji. Sekali seorang lelaki berkata, takkan bergoyah seperti gunung yang kokoh. Masakan aku menyesal?" Poh Ceng-in berputar diri. Dengan air mata berlinang-linang ia menatap Siau-liong; "Kalau begitu, engkau.... Tolong sampaikan pada suami isteri Iblis-penakluk-dunia. Bahwa sejak dahulu sampai sekarang, Kejahatan itu tak mungkin dapat mengalahkan Kebenaran. Dengan siasat keji dan ilmu Hitam, orang tuamu itu hendak menguasai dunia persilatan, meskipun dapat berhasil tetapi tak akan tahan lama. Maka sebelum terlambat, harap lekas sadar agar mereka dapat melewati pada hari tua mereka dengan tenteram. Dan yang kedua kalinya.... Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan; Engkau pun harus memegang janji dibarisan Tujuh-maut tempo hari. Jika dalam 825 setahun ini, racun jong-tok itu tak bekerja, besok tahun muka pada pertengahan musim rontok seperti hari ini, aku tentu datang ke Busan. Poh Ceng-in menunduk memandang tanah, katanya, Apakah masih ada lain pesanan lagi? Tak ada, silahkan pergi! Baik, semuanya kuingat! kata Poh Ceng-in seraya melangkah pergi. Beberapa saat kemudian, Liau Hoan siansu berkata; Adakah Kongsun siauhiap masih ingat akan janji untuk bersama aku menuju ke Thian-san? Siau-liong tertawa hambar, Kuharap lo-siansu pun dapat mengingat bahwa aku meluluskan hal itu setelah nanti tahun depan pertengahan musim rontok. Pada saat itu apabila aku masih hidup, tentu akan memenuhi janji itu! Liau Hoan tersenyum; Baik akan kutunggu. Sejenak memandang keempat penjuru, Siau-liong bertanya kepada kedua orang itu apakah mereka tahu jalan kepuncak Kim-ting. Lu Bu-ki tampil kemuka; Apakah saudara Kongsun tak mau

bertemu dengan Tok Bok lojin itu? Siau-liong menghela napas, Saat ini Iblis penakluk-dunia sudah membawa rombongannya. Entah rencana apa yang mereka siapkan. Maka kurasa hendak kepuncak Kim-ting dulu meminta Tenggoret berkaki-tiga kepada paderi sakti itu! 826 Lu Bu-ki menatap Liau Hoan siansu, serunya, Kalau begitu, aku yang menunjukkan jalan! Sitinggi besar itu terus ayunkan langkah mendahului berjalan. Ternyata dia memang faham jalanan disitu. Kira2 sepenanak nasi lamanya, mereka tiba disebuah gunung karang yang menjulang tinggi. Dipuncak gunung itu penuh dengan pohon cemara dan jati. Sudah sampai Puncak itu adalah puncak Kim-ting dari gunung Gobi !Lu Bu-ki berhenti. Omitohud! Benar2 sebuah tempat yang keramat! seru Liau Hoan siansu. Rupanya Lu Bu-ki teringat akan sesuatu hal yang penting maka tiba2 ia berseru; Dalam pertempuran diLembah Semi tempo hari, kaum persilatan telah menderita kekalahan. Dengan dapat menguasai dua tokoh pewaris ilmu sakti serta beberapa tokoh sakti lainnya, Iblis-penakluk-dunia dapat mengalahkan Ceng Hi totiang dan Pendekar Laknat. Impiannya untuk menguasai dunia persilatan, rupanya akan segera menjadi kenyataan. Tetapi mengapa tiba-tiba ia mundur lagi dan mengadakan janji kepada Ceng Hi totiang supaya dalam waktu tiga hari datang kepuncak Kim-ting? Siau-liong juga heran. Liau Hoan tertawa gelak2, Sekali pun aku tak berani mengatakan tahu betul rahasia itu, tetapi sedikit banyak aku dapat menduganya ... Ia menunjuk kearah puncak Kim-ting yang tinggi, katanya, Puncak Kim-ting dari Gobi, setelah menjadi tempat pertandingan ilmu pedang dan adu pedang dari Tio Sam-hong dengan paderi Sembilan-jari Sapolo pada seribu tahun yang 827 lalu, maka tempat itu dianggap sebagai tempat keramat oleh kaum persilatan. Beratus-ratus tahun lamanya entah sudah terjadi berapa banyak peristiwa besar dipuncak gunung itu Pemilihan Ketua dunia persilatan angkatan ketiga yang dilangsungkan pada seratus tahun yang lalu, juga diselenggarakan dipuncak itu. Sekalipun sudah dapat mengalahkan Ceng Hi totiang dan menundukkan sebagian besar kaum persilatan, tetapi apabila Iblis-penakluk-dunia tak dapat mengadakan rapat besar di puncak Kim-ting unUk mengumumkan pengangkatannya sebagai Penguasa Dunia persilatan, tentu sukarlah bagi dia hendak menguasai dunia persilatan selama-lamanya.

Berhenti sebentar, paderi Liau Hoan melanjutkan pula, Yang kedua kalinya, Iblis-penakluk-dunia sudah memperhitungkan bahwa kekuatan dunia persilatan sekarang ini sudah rapuh. Tiada seorang lawan yang mampu menentangnya lagi. Maka ia suruh seluruh tokoh2 persilatan datang ke Kim-ting dimana nanti ia akan mengumumkan pengangkatan dirinya sebagai Penguasa Dunia persilatan. Ia sudah memperhitungkan sekalipun barangkali nanti ada sementara orang yang berani menentangnya, tetapi ia yakin dengan memiliki keempat tokoh pewaris ilmu sakti itu, ia tentu dapat menghancurkan setiap perintang ..... Siau-liong mendengarkan dengan diam. Diam2 ia merenungkan suhunya dan Randa Bus-an serta tokoh2 pewaris ilmu sakti yang ditawan Iblis-penakluk-dunia itu. Ia menghela napas panjang. Sambil memandang Siau liong, Liau Hoan siansu melanjutkan kata-katanya, Iblis-penakluk-dunia mengetahui bahwa Kongsun siauhiap masih belum sempat mempelajari ilmu Thian-kong-sin-kang. Maka untuk saat ini dia tak takut. Tetapi paling lama dalam 10 hari, apabila ia tak dapat merebut 828 kitab pusaka Thian-kong-sin-kang, ia tentu akan berusaha sekuat tenaga untuk melenyapkan Kongsun siauhiap! Siau liong menyadari bahwa ucapan paderi itu memang bukan ancaman kosong. Tiba2 ia teringat akan ucapan suhunya Kongsun Sin-tho, bahwa kemungkinan Iblis-penaklukdunia sudah dapat mempelajari ilmu sakti Jit-hoa-sin-kang, Cek-ci sin kang dan lain-lainnya. Tetapi ia (Siau-liong) sungguh lacur. Berulang kali ditawan dan dilepas oleh Iblispenaklukdunia. Dan beberapa kali dikelabuhinya hingga hampir saja ia hendak mengajarkan ilmu Thian-kong-sin-kang itu kepada Song Ling. Saudara Kongsun, mari kita lanjutkan jalan lagi! tiba2 Lu Bu-ki berseru. Siau-liong gelagapan. Ia menyadari kalau tadi ia tertegun melamun. segera ia mengiakan dan terus mengikuti dibelakang Lu Bu-ki. Mereka bertiga menyusur jalan yang berlingkar-lingkar baik. Sambil berjalan, Siau liong menghela napas, Entah bagaimana dengan paderi sakti dari puncak Kim-ting itu? Jika ia tak menyerahkan tenggoret ajaib itu, lalu bagaimana kita harus bertindak.....? Berkata Liau Hoan siansu, Sekalipun sempit pengalaman karena jarang keluar ke Tionggoan, tetapi menurut hematku, sejak muda paderi sakti Kim-ting itu sudah masuk ke dalam gereja. Setelah masuk menjadi murid gereja Bik-hun-si yang terletak di bagian depan gunung Gobi, ia lalu pindah mengasingkan diri di puncak Kim-ting ini. Selama 100 tahun terakhir ini, jarang orang melihatnya turun gunung. Mengenai

apakah dia sakti dalam ilmu silat atau tidak, mungkin tiada seorangpun yang tahu. Juga berapa usianya sekarang ini, 829 orang pun tak ada yang mengetahui. Tetapi mungkin tak kurang dad 120-an tahun umurnya..... Berhenti sejenak, ia melanjutkan pula, Selama 100 tahun terakhir ini, di puncak Kim-ting pun telah terjadi beberapa peristiwa besar. Tetapi selama itu tak pernah terdengar orang bercerita tentang kehadiran paderi sakti itu. Orang yang mendaki keatas pun kebanyakan jarang dapat menjumpainya Bahkan sedikit sekali kaum persilatan yang tahu manakah paderi sakti itu. Soal apakah dia benar2 memelihara Tenggoret-berkaki-tiga dan apakah dia saat ini masih hidup, aku sendiripun tak jelas! Jika tak mendengar dari Ceng Hi totiang, akupun tak mengetahui kalau di puncak Kim-ting tinggal seorang paderi ....tetapi karena dia disebut sebagai paderi sakti, tentulah mahir dalam ilmu kesaktian dan tentu amat bijaksana juga. Jika mengetahui babwa binatang ajaib itu dapat menyelamatkan banjir darah dalam dunia persilatan, tentulah ia tak sayang memberikannya! Dalam pada bercakap cakap itu, merekapun sudah mulai mencapai puncak. Ternyata di sekeliling barisan puncak gunung itu, terdapat sebuah tanah datar. Puncak penuh pohon cemara dan jati yang tinggi serta air terjun dan sumber air terdapat dimana-mana. Sungguh sebuah tempat yang mirip tempat dewa2. Mereka bertiga terus melintasi hutan dan ketika tiba di ujung hutan, tetap mereka tak menemukan barang sebuah rumah atau biara. Sekeliling penjuru hanya gunung belantara yang senyap. Sedang di depan gunung itu hanya jurang karang yang amat curam. Siau-liong berhenti dan berkata heran, Apakah saudara Lu tak salah? 830 Lu Bu-ki menampar kepalanya, Sekalipun ditengah malam, tak mungkin aku salah jalan! Liau Hoan menyelutuk, Memang paderi sakti Kim-ting itu tinggal didalam gua. Belum tentu tinggal di puncak sini ..... Tiba2 sitinggi besar Lu Bu-ki berteriak kaget, Hai, lihatlah ke arah hutan cemara di sebelah kiri itu ..... Siau-liong dan Liau Hoan serempak memandang ke arah yang ditunjuk. Diatas anak puncak yang bersambung dengan puncak Kim-ting, memang terdapat sebuah hutan pohon cemara. Dan di tengah hutan itu tampak beberapa sosok tubuh melintas.. Oleh karena tertutup oleh hutan yang lebat, maka tak dapat terlihat jelas bagaimana pakaian orang2 itu. Tetapi

menilik gerakannya yang amat cepat sekali itu, jelaslah kalau mereka itu tentu orang2 persilatan yang berkepandaian tinggi. Begitu melesat, kawanan orang itupun lenyap, bersembunyi dalam gerumbul hutan lebat. Siau-liong merenung. Tiba2 ia berkata, Mereka tentulah rombongan Ceng Hi totiang! ia terus loncat dua tombak. Hai, benar, kecuali mereka siapa lagi! seru Lu Bu-ki seraya terus lari menyusul. Jalan yang merentang kearah hutan cemara di samping puncak itu, agak menurun kelain puncak yang lebih rendah. Luasnya hanya terpaut sedikit dengan puncak Kim-ting, tetapi keadannya lebih berbahaya. Penuh dengan karang curam dan gunduk batu aneh yang lebat seperti sebuah hutan. 831 Sekalipun para pemburu, juga takkan memilih tempat seperti itu. Adalah Siau-liong yang lebih dulu lari menghampiri. Dalam beberapa loncatan saja ia sudah tiba di tempat sosok2 tubuh yang muncul lenyap tadi. Memandang kedalam hutan. memang terlihat beberapa sosok tubuh tadi masih bergerakgerak pelahan. Ia girang sekali. Jelas rombongan orang itu adalah rombongan yang dipimpin Ceng Hi totiang. Segera ia melangkah menghampiri ke tempat mereka. Jalanan bermula hanya 3-4 tombak lebarnya, tetapi makin lama makin lebar. Dikedua samping jalan, merupakan dua buah puncak gunung yang penuh dengan hutan cemara dan jati. Tetapi kira2 seratus tombak lagi, jalan itu terhadang oleh sebuah karang gunung yang tinggi. Rupanya karang itu merupakan ujung terakhir lalu disambung jalan lagi yang membiluk ke sebelah kanan. Ceng Hi totiang dan rombongannya sedang berhenti dan mondar mandir di bawah karang gunung itu. Mereka cepat melihat kedatangan Siau-liong. Empat orang imam pengawal Ceng Hi totiang segera maju menghadang dengan pedang melintang, Siapa engkau? Baru Siau-liong hendak menyahut, Lu Bu-ki dan Liau Hoan siansupun telah tiba. Cepat sitinggi besar loncat kemuka Siauliong dan memberi isyarat kepada keempat imam itu seraya berseru, Orang sendiri, harap kalian jangan salah faham..... 832 Kemudian berpaling menunjuk Siau-liong, Lu Bu-ki berkata, Kongsun siauhiap ini, adalah pewaris dari ilmu Thian-kongsinkang! Ceng Hi totiang bersama lebih kurang 50 tokoh-tokoh persilatan, terkejut ketika mendengar keterangan Lu Bu-ki. Mereka serempak memandang kearah Siau-liong. Ceng Hi totiang segera maju menghampiri dengan heran.

Diam2 Siau-liong geli juga. Bukan baru pertama kali itu ia berjumpa dengan Ceng Hi totiang. Tetapi perjumpaannya dahulu memang bukan sebagai Kongsun Liong, tetapi sebagai Pendekar Laknat. Lebih dulu Ceng Hi totiang memberi salam kepada Lu Bu-ki, Ah, saudara Lu tentu lelah! Setelah itu baru ia mengucap Omitohud kepada Liau Hoan siansu. Terhadap Siau-liong, tampaknya Ceng Hi tak begitu menganggap penting. Sehabis balas memberi ucapan salam keagamaan, berkatalah Liau Hoan siansu, Harap totiang jangan menegur aku dulu ... , ia berpaling kepada Siau-liong dan berkata pula, Kongsun siauhiap Ini telah mendapat rejeki luar biasa. Ia telah memperoleh pelajaran ilmu Thian-kong-sin-kang. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup dunia persilatan dari ancaman Iblis-penakluk-dunia, rasanya tiada lain orang lagi kecuali Kongsun siauhiap ini! Ceng Hi terkesiap. Menilik kedudukan dan kebesaran nama Liau Hoan totiang, ia percaya penuh. Maka berpalinglah ia ke arah Siau-liong, serunya, Ah, maaf, aku agak terlambat menghaturkan hormat! Rombongan Ceng Hi totiang itu terdiri dari tokoh-tokoh pilihan yang tergolong jago kelas satu. Diantaranya termasuk para ketua partai persilatan dan kepala dari beberapa aliran 833 perguruan silat. To Kiu-kong dari partai Kaypang, Pengemistertawa Tio Tay-tong, Toh Hun-ki ketua Kong-tong-pay dan Keempat Su-lo, juga ikut dalam rombongan itu. Begitu melihat Siau-liong bersama Lu Bu-ki dan Liau Hoan siansu tiba2 muncul, To Kiu-kong dan Tio Tay-tong girang sekali. Serempak keduanya maju memberi hormat kepada Siau-liong, seraya berseru, Sucou-ya! terus hendak berlutut dihadapan Siau-liong. Siau-liong cepat mencegah, serunya; Kiu -kong, jangan banyak peradatanlah! Ceng Hi totiang tertawa gelak2, Kongsun siauhiap sungguh seorang pemuda yang luar biasa. Kiranya murid dari Pengemis-tengkorak Siong lo-enghiong. Aku merasa makin kurang menghormat tadi... Berhenti sejenak mengicup mata, Ceng Hi melanjutkan pula, Tetapi tadi saudara Lu Bu-ki dan Liau Hoan siansu mengatakan bahwa Kongsun siauhiap adalah pewaris ilmu Thian-kong-sin-kang. Ini sungguh membingungkan. Menurut pengetahuanku .... Kuatir kalau imam tua itu terus mendesak pertanyaan, buru2 Siau-liong menukas, Hanya secara kebetulan saja aku telah mendapatkan suatu cara belajar dari sebuah ilmu sakti. Tetapi mungkin berbeda dengan ilmu Thian-kong-sin-kang. Pun karena belum dapat mempelajari sampai sempurna maka masih sukar untuk menggunakannya.....

Sepasang mata Ceng Hi totiang berkilat-kilat menatap anak muda itu, serunya, Kongsun siauhiap, apakah ergkau tak keberatan bicara dengan empat mata kepadaku? 834 Siau-liong tahu bahwa imam tua itu mulai curiga. Maka ia menyatakan setuju. Ceng Hi totiang tersenyum lalu mendahului melangkah kebelakang sebuah batu karang yang besar. Siau-liong segera mengikuti. Menilik kedudukan Ceng Hi totiang dalam rombongannya, ketika ia bicara dengan Siau-liong tadi, tiada seorang pun yang berani ikut bicara. Mereka hanya mengawasi Ceng Hi totiang dan Siau-liong menyelinap kebalik batu. Setelah agak jauh dari rombongan tokoh-tokoh persilatan itu, barulah Ceng Hi totiang berhenti. Ia anggap disitu aman, takkan didengar orang lagi. Tadi Liau Hoan siansu dan Lu tayhiap mengatakan bahwa Kongsun siauhiap adalah pewaris ilmu Thian-kong-sin-kang. Kupercaya keterangan itu tentu tak bohong.... Ceng Hi totiang mulai membuka pembicaraan. Siau-liong hanya tersenyum tak menjawab. Ceng Hi totiang berhenti sejenak lalu melanjutkan, Sudah ribuan tahun ilmu Thian-kong-sin-kang itu tak muncul didunia. Kaum persilatan dari masa kemasa selalu berusaha untuk mencari ilmu sakti itu. Tetapi tiada seorangpun yang berhasil. Dua bulan yang lalu, munculnya peta pusaka pada Giok-pwe, telah menimbulkan kegemparan besar dikalangan persilatan. Munculnya Iblis-penakluk-dunia ke Tionggoan lagi untuk melaksanakan tujuannya menguasai dunia persilatan, tak lain maksudnya memang hanya akan mencari kitab pusaka Thiankongsin-kang. Melihat imam tua itu tak menyinggung keraguan terhadap dirinya, Siau-liong tak sabar lagi. Ia barus lekas-lekas mendapatkan paderi sakti Kim-ting untuk meminta Tenggoretemasberkaki-tiga. Ia tak mau membuang waktu maka segera ia menyelutuk, Kalau totiang hendak mengajukan 835 pertanyaan, silahkan. Pokok, aku tak mau membohongi totiang! Dalam keadaan seperti itu, ia cepat dapat menduga bahwa Ceng Hi totiang tentu sudah dapat melihat kelemahannya. Maka Siau-liong pun bersedia untuk memberi keterangan sejujurnya. Ceng Hi agak terkesiap, ujarnya; Tempo hari dalam pertempuran lawan Iblis-penakluk-dunia di Lembah Semi, aku telah menderita kekalahan habis-habisan. Untung saat itu Pendekar Laknat muncul dan dapat menghadapi Jong Leng Lojin serta Lam-hay Sin-ni, sehingga aku dan rombongan dapat terlepas dari kehancuran. Kala itu Pendekar Laknat telah

menggunakan ilmu Thian-kong-sin-kang. Pun tampaknya ia baru saja mempelajari ilmu sakti itu hingga belum sempurna. Tetapi kupercaya bahwa kitab pusaka Thian-kong-sin-kang yang sudah lenyap beribu tahun itu telah jatuh ditangan Pendekar Laknat. Sayang, pada malamnya Pendekar Laknat telah menghilang lagi. Dan sampai sekarang belum terdengar kabar beritanya .... Siau-liong kerutkan dahi, hendak mengatakan bahwa aku..... Ceng Hi totiang tertawa panjang, Maaf kalau aku bicara dengan terus terang ini. Pendekar Laknat pada 20 tahun yang lalu, aku pernah kenal dengan baik. Tetapi Pendekar Laknat yang muncul sekarang ini, kecuali wajahnya yang mirip, Ilmu kepandaian dan perawakan tubuhnya, sama sekali berbeda dengan Pendekar Laknat yang dulu, Yang paling mengherankan ialah ilmu Thian-kong-sin-kang itu. Tak mungkin sekali gus akan timbul dua orang Pendekar Laknat, ini...ini..... tiba2 Ceng Hi totiang berhenti dan memandang Siau-liong dan tersenyum. 836 Siau-liong menduga bahwa Ceng Hi totiang telah mengetahui semuanya. Maka setelah batuk2 sebentar, ia berkata, Ah, totiang sungguh awas. Memang aku tak mau bohong ..... Kemudian ia menuturkan segala apa yang dialaminya. Dari masa kecil sampai belajar silat di gunung Hongsan sehingga sekarang. Akhirnya ia menutup penuturannya, Adalah karena menjunjung totiang sebagai seorang imam yang sakti maka kuberitahu semua yang mengenai diriku. Kuharap totiang suka menyimpan rahasia itu, jangan diberitahukan kepada lain orang. Apa bila beruntung dapat menindas Iblis-penaklukdunia, aku masih berharap dapat menggunakan sisa hidup dalam satu tahun itu untuk membalas sakit hati ayahku lalu menemui ibuku di seberang laut! Ceng Hi totiang menghela napas panjang. Dengan wajah bersungguh ia berkata, Kongsun siauhiap seorang pemuda gagah yang berhati perwira. Maka tak heranlah kalau mendapat berkah yang luar biasa itu. Arwah nenek guruku Tio Sam-hong tentu akan puas dialam baka. Harap jangan kuatir, aku pasti akan menyimpan rahasia itu ... Berhenti sejenak ia melanjutkan lagi, Apa rencana Kongsun siauhiap tetap akan memenuhi perjanjian mati bersama dengan wanita pemilik Lembah Semi itu? Siau-liong menghela napas, Sekali sudah berjanji, sukar untuk mengingkari. Sekalipun mengenai soal kematian yang penting, tetapi aku tak dapat melanggar janji! Ceng Hi totiang mengangguk hormat, Watak dan tindakan Kongsun siauhiap itu, makin menimbulkan rasa hormatku!

837 Tersipu-sipu Siau-liong membalas hormat. Setelah itu maka Ceng Hi totiang pun segera alihkan pembicaraan tentang soal yang menyangkut kepentingan saat itu. Walaupun paderi sakti dari Kim-ting itu jarang diketahui dunia persilatan tetapi kutahu dia memang seorang tokoh aneh yang jarang muncul diluar. Kedatanganku bersama rombongan tokoh2 persilatan itu tak lain memang hendak memohon supaya orang tua sakti itu mau keluar membantu kami. Tadi telah kukatakan hal itu kepada seorang Sian-thong (murid penjaga guha) untuk menyampaikan pada beliau. Saat ini kukira tentu sudah ada keterangan. Karena Kongsun siauhiap juga akan menemuinya, baiklah kita sama2 menghadap. Melihat bahwa Ceng Hi totiang yang sudah berumur 90 tahun lebih itu masih menyebut dengan kata2 yang sungkan 'beliau orang tua' kepada paderi sakti Kim-ting, diam2 makin besarlah rasa hormat Siau-liong. Segera ia mengikuti Ceng Hi totiang. Di atas karang gunung yang membelok ke sebelah kanan dari lereng puncak, terdapat sebuah guha seluas satu tombak. Tetapi guha itu amat dalam. Dua orang kacung yang satu berpakaian warna biru dan yang satu putih, sedang menjagu disamping pintu guha dengan pedang terhunus. Rombongan orang gagah berhenti beberapa tombak jauhnya dari guha itu Mereka bebisik saling membicarakan pertapa sakti dari Kim-ting itu. Tetapi setelah Ceng Hi totiang muncul bersama Siau-liong, merekapun lalu diam dan hanya memandang ke arah kedua orang itu. 838 Ti Gong taysu, ketua Siau-lim-si, segera tampil kemuka dan setelah menyebut doa keagamaan, Omitohud! Tingkah lalu paderi sakti ini agak berlebih-lebihan. Bahkan sampai pada kacungnya saja sudah begitu garang ... Buru2 Ceng Hi totiang melangkah maju mencegahnya; Harap taysu jangan marah, ketahuilah bahwa paderi sakti ..... Hai, engkau bilang apa! kedua kacung itu melangkah tiga langkah dan salah seorang membentak Ti Gong taysu. Deliki mata dan lintangkan pedang bersikap hendak menyerang. Ti Gong taysu terkenal beradat keras. Sudan tentu ia tak dapat membiarkan dirinya diperlakukan begitu kasar oleh seorang kacung kecil. Serentak ia membentak, Budak sekecil engkau mengapa berani begitu kurang ajar. Tahukah engkau siapa yang datang kesini ini? Kacung baju putih itu mendengus dingin, sahutnya, Tak

peduli kalian ini orang apa, kalau Seng-ceng tak mau menemui, tentu tetap tak mau keluar... Seng-ceng adalah sebutan menghormat dari kacung itu kepada paderi sakti Kim-ting. Kacung baju biru pun ikut menghampiri dan membentak, Selamanya tak pernah ada orang yang berani bikin ribut disini. Jika kalian tak lekas angkat kaki, jangan sesalkan kami berlaku kurang ajar! Ti Gong tertawa meloroh, Ho, bagaimana pun juga, aku tetap akan menemui Seng-ceng. Apakah kalian kacung kecil berdua ini mampu mengusir kami? 839 Seketika itu kedua kacung deliki matanya Serentak mereka putar pedang dan menyerang Ti Gong taysu. Ketua Siau-lim-si terbeliak kaget. Ternyata ilmu permainan pedang kedua kacung itu hebat dan cepat sekali. Karena terdesak, ia terpaksa mundur sampai 7- 8 langkah. Kedua kacung itu hentikan serangannya. membentak, Jika Seng-ceng tak memperbolehkan kami membunuh jiwa, batang kepala yang gundul itu tentu sudah terpisah dari badanmu! Karena marahnya, Ti Gang taysu menguak-nguak seperti kerbau gila. Berpaling kepada Ceng Hi totiang ia berseru, Harap totiang suka maafkan aku. Aku hendak memberi sedikit hajaran kepada kedua budak kecil itu! Tetapi Ceng Hi totiang buru2 mencegah, Jika dalam urusan kecil tak dapat menahan diri, urusan besar tentu akan kacau. Harap taysu suka memikirkan kepentingan kita semua! Ti Gong taysu mendengus-dengus dan mengundurkan diri. Imam hidung kerbau, mau omong apa engkau? tiba2 kedua kacung itu membentak Ceng Hi. Walaupun dihina begitu, namun dengan tetap tenang Ceng Hi totiang menjawab, Harap siauko berdua jangan marah dulu. Kami beramai-ramai hendak menemui Seng-ceng adalah karena ada urusan yang amat penting sekali. Kacung baju biru tertawa, Daripada paderi gemuk bertelinga lebar tadi, rupanya engkau lebih jinak sedikit. Ceng Hi totiang tetap tertawa, Harap siauko berdua suka menolongi kepentingan kami dan membujuk supaya Sengceng suka menerima kedatangan kami! 840 Kacung baju biru tiba2 berpaling sejenak kepada kacung baju putih, ujarnya, Harap sute suka menjaga mulut guha sana agar mereka tak menerobos masuk sehingga mengganggu Seng-ceng! Lebih baik halau mereka pergi dan perlu apa harus meladeni mereka? seru sikacung baju putih. Ia terus mundur menjaga di mulut guha. Setelah itu barulah kacung baju biru berpaling dan berkata

kepada Ceng Hi totiang lagi, Seng-ceng tadi bilang tak dapat menemui. Tak peduli engkau hendak mempunyai urusan apa, tetap tiada gunanya! Apakah siauko pernah kasih tahu gelaran namaku kepada Seng ceng? tanya Ceng Hi. Apakah dahulu engkau pernah bertemu dengan Sengceng? tanya sikacung. Sekali pun belum pernah bertemu muka tetapi sudah lama aku mengagumi namanya. Jika engkau mau menerangkan sedikit kepada Seng-ceng, mungkin beliau orang tua itu tentu akan kenal namaku yang tak berharga itu .... Ceng Hi totiang berhenti sesaat, lalu berkata lagi, Dan lagi kedatanganku kemari bukanlah untuk kepentingan pribadi melainkan demi keselamatan dan kelangsungan hidup dunia persilatan. Jawab sikacung, Seng-ceng mengasingkan diri bertapa. Selamanya tak pernah mencampuri urusan dunia persilatan. Kurasa omonganmu tadi percuma saja. Lebih baik kalau kalian segera angkat kaki dari sinilah! 841 Jika Seng-ceng memang tak mau menemui, akupun tak dapat berbuat apa2. Tetapi harap engkau mengingat jerih payah kami datang kemari dan suka melapor sekali lagi kepada Seng-ceng.... Rupanya kacung bajn biru itu tak sabar. Ia membentak bengis, Jika tak mau enyah. dia memandang ke sekeliling lalu melanjutkan, Tentu terpaksa kupanggilkan keempat Suheng yang menjaga guha ini untuk menghadapi kalian! Mendengar omongan kacung itu makin lama makin kurang ajar, Ti Gong taysu tak dapat menahan diri lagi. Sambil menyebut Omitohud, ia melangkah keluar, serunya, Murid agama menjunjung welas asih dan perikemanusiaan. Apabila Seng-ceng itu benar2 seorang imam sahid, tak mungkin bertindak begitu kasar. Tentulah kalian sendiri jang menghalang-halangi kami. Nanti setelah kami menerobos masuk menemui Seng-ceng. barulah tahu..... Ketua partai Siau lim si itu berpaling kepada Ceng Hi totiang dan berseru lantang, Karena dengan cara baik2 tak berguna, terpaksa kita harus menggunakan kekerasan! Kacung baju biru itu lintangkan pedang dan tertawa dingin.. Ceng Hi totiang menghela napas. Waktu ia hendak membuka mulut tiba2 terdengar suara suitan panjang dari kejauhan. Sekalian orang terkejut. Dan sebelum sempat menduga apa2, kembali terdengar suara tertawa yang bernada congkak sekali. Saat itu barulah semua orang menyadari bahwa suitan dan tertawa itu berasal dari Iblis-penakluk-dunia!

842 Memang Iblis penakluk-dunia itu seorang durjana yang julig dan banyak tipu akal. Bahwa secara tiba2 ia muncul disitu, tentulah karena hendak melaksanakan rencananya untuk menguasai dunia persilatan. Suara tertawa itu berasal dari puncak Kim-ting. Jelaslah bahwa iblis itu tentu sudah berada di puncak itu. Hanya teraling dengan hutan lebat dari tempat rombongan Ceng Hi. Secepat suara tertawa lenyap, terdengarlah Iblis-penaklukdunia berseru bengis, Kepada Ceng Hi imam tua! Serentak terdengar empat lima suara serempak mengulang kata2 itu, Kepada Ceng Hi imam tua! Sekalian orang tegang tegang dan bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan. Mereka mencurahkan pandang mata ke arah Ceng Hi totiang. Tiba2 kacung baju biru itu tertawa, Ih, siapa yang datang lagi itu? Apakah pemimpin kalian? Ceng Hi totiang menyahut gopoh, Yang datang itu adalah durjana iblis yang hendak menimbulkan pertumpahan darah dalam dunia persilatan , ...... Ia berputar tubuh dan berkata pelahan kepada rombongan tokoh2 gagah, Saat ini tibalah sudah detik2 yang genting. Harap saudara2 jangan sembarangan bergerak sendiri! Melihat wajah rombongan tetamu itu amat tegang, kacung baju biru tertawa makin keras, Hai, kalian orang2 persilatan itu mengapa suka bermusuhan dan berkelahi untuk cari kemenangan...... 843 Kemudian bocah itu menyerut wajah dan berseru pula, Kalau mau berkelahi, pergilah cari tempat di puncak Kim-ting sana. Jika berani mengganggu ketenangan tempat ini, awaslah..... Ceng Hi totiang menghela napas lirih. Pada saat ia hendak berputar diri untuk menghadapi keadaan saat itu, tiba2 dua sosok tubuh melintas di sebelah muka. Seorang kakek mata satu berpakaian ungu muncul dengan memimpin tangan seorang dara baju hijau. Sekalian orang amat terkejut sekali! Menilik pandangan mata mereka yang tajam termasuk diri Ceng Hi totiang, setiap gerakan dari suatu apapun. tentu tak lepas dari pandangan mereka. Tetapi kemunculan kakek bersama itu benar2 tak diketahui sama sekali. Saat itu Siau-liong, Liau Hoan siansu dan Lu Bu-ki berdiri di samping. Diam2 mereka gelisah melihat sikap keras dari kacung penjaga guha yang menolak memberi laporan kepada Seng-ceng. Sedang saat itu Iblis-penakluk-dunia bersama rom-bongannya sudah muncul. Ketika melihat Kakek Mata-satu muncul secara tiba2, girang

hati Siau-long tak terperikan. Cepat ia maju memberi hormat, Lo-cianpwe ... nona Song ..... Kakek Mata-satu tersenyum, Apakah Kongsun siauhiap sudah mendapat kedua kawanmu itu? Lo cianpwe memang sakti sekali. Aku benar2 bertemu dengan mereka! sahut Siau-liong. 844 Sekalian orang dalam rombongan Ceng Hi totiang berdiam diri dan memperhatikan pembicaraan Siau-liong dengan kakek bermata satu itu. Setelah merenung beberapa saat, Ceng Hi totiang menganggukkan kepala lalu maju memberi hormat kepada kakek itu, Bukankah cianpwe ini pada 60 tahun yang lalu ..... Pertapa-sakti-mata satu goyangkan tangan, tertawa, Tak perlu mengatakan lagi! Asal engkau sudah tahu saja ... kemudian ia menunjuk kearah matanya yang tinggal satu itu, katanya pula, Kemungkinan mataku yang tinggal sebiji ini lebih dapat diingat lagi orang. Memang tak mengherankan kalau engkau masih memikirkan peristiwa pada 60 tahun yang lampau itu. Tersipu sipu Ceng Hi totiang memberi hormat, Ah, ucapan cianpwe itu kelewat berat. Adalah karena kagum dan mengindahkan akan keperwiraan dan keluhuran cianpwe maka sekalipun sudah lewat berpuluh tahun, aku masih tak lupa pada pertapa sakti itu bukan karena melihat matanya yang tinggal satu. Tetapi ia pikir, ucapan itu terlalu menyinggung peiasaan orang Maka ia tak mau melanjutkan .... Saat itu kacung baju biru menghampiri, teriaknya, Hai, paman Buta! ia memandang sipertapa sakti lalu bertanya lagi, Apakah paman kenal pada mereka? Pertapa-sakti-mata satu tertawa, Bukan hanya kenal tetapi mereka adalah sahabatku! Kacung kecil itu terkesiap serunya tertawa, Ah, paman Buta ngaco lagi. Bukankah paman serupa dengan suhuku. Setahun penuh tak mau bertemu orang? Mengapa mendadak sontak mempunyai sekian banyak kawan? 845 Pertapa sakti mata satu tertawa keras, serunya, Kalau begitu, anggap sajalah mereka itu musuh! Ceng Hi totiang terkejut. Kacung baju biru tertawa makin keras. Beberapa saat kemudian baru ia berkata, Kalau begitu, tak usah menghiraukan mereka saja! sahut Pertapa-sakti-matasatu. Apakah hari ini engkau hendak menantang suhuku bermain catur? tanya kacung itu pula. Tidak, jawab si pertapa, hari ini aku sengaja membawa cucu perempuanku bermain-main!

Bocah itu tercengang. Dipandangnya Song Ling sejenak, katanya, Hari ini sungguh aneh sekali! Segala apa berobah aneh. Mengapa dulu tak pernah kudengar paman mempunyai seorang cucu perempuan? Baru berapa tahunkah engkau hidup di dunia? Masakan engkau tahu segala urusan! Pertapa-sakti mata satu tertawa. Kacung baju biru tertawa mengikik, Ah, paman mengandalkan diri sebagai orang tua.. Cobalah paman bilang, hari ini paman hendak mengapa? Pertapa-sakti masukkan tangannya kedalam saku. Sampai beberapa saat baru pelahan-lahan ia menariknya keluar. Tetapi tangannya digenggam sehingga tak tahu apa isinya. Hari ini aku membawa sebuah mainan yang aneh untukmu! 846 Bocah itu girang sekali, Terima kasih paman Buta. Apakah barang itu? Didalam genggamanku ini. Tetapi engkau harus menebaknya. Kalau menebak tepat, baru kuberikan kepadamu! Kacung itu tertawa, Ai, paman hendak mempermainkan orang lagi. Aku tak mau menebaklah dan tak menginginkan benda itu! Kalau begitu jangan engkau menyesal lho. Mainan ini akan kuberikan kepada sutemu! kata si pertapa seraya membuka tangannya. Suatu benda yang berkilat-kilat warnanya memancar diantara celah jarinya. Tetapi cepat2 pertapa itu mengatupkan genggamannya lagi. Ya, ya, aku akan menebaknya ..... seru kacung itu gopoh. Ia kerutkan dahi beberapa saat lalu menerka, Tentulah sebutir mutiara Ya-beng cu ...... Pertapa-sakti-mata-satu gelengkan kepala; Salah! Mata kucing! seru bocah itu pula. Salah! si pertapa menggeleng. Bocah itu mengerut kening dan mengomel; Ini salah itu salah, lalu bagaimana orang harus menebaknya! Bocah yang menjaga dimulut guha tadi pun rupanya tak sabar. Ia segera menghampiri, serunya, Ah, paman Buta memang berat sebelah. Punya barang baik tak mau memberikan kepadaku. 847 Pertapa itu tertawa, Engkau pun boleh ikut menebak. Kalau betul, tentu kuberikan kepadamu. Bocah baju putih dan baju biru benar2 saling berebut menebak. Tugas untuk menjaga mulut guha hampir dilupakan. Pada saat Pertapa-sakti-mata-satu sedang bergurau mengadakan tebakan dengan bocah penjaga guha itu. Ceng Hi totiang dan rombongan orang gagah, gelisah. Tetapi

mereka tak berani campur mulut. Untunglah saat itu suara Iblis-penakluk-dunia tak kedengaran lagi. Kemudian setelah bocah baju putih yang menjaga di mulut guha itu ikut menimbrung ke tempat pertapa sakti, tahulah Ceng Hi totiang akan maksud dari pertapa sakti itu. segera ia lontarkan isyarat mata kepada Siau-liong. Siau-liong memang berotak terang. Cepat ia dapat menangkap isyarat Ceng Hi totiang. Dengan gerakan yang tak mengeluarkan suara dan tak menarik perhatian orang, ia berjengket-jengket mundur menyingkir dari pengawasan mata kedua kacung itu. Setelah mendekati mulut guha, cepat ia menyelundup masuk. Gerakan Siau-liong itu dilakukan dengan cepat sekali dan tak mengeluarkan suara apa2. Walau pun Ceng Hi totiang dan rombongan orang gagah dapat melihat jelas, tetapi kedua bocah penjaga guha itu tak dapat mengetahui sama sekali. Setelah tahu Siau-liong sudah menyelundup masuk, Pertapa-sakti-mata-satu tertawa, Hai, mengapa hari ini kalian begitu tolol? Apakah masih tak mampu menebak? Karena berulang kali menebak, si pertapa tetap gelengkan kepala. Akhirnya marahlah sibocah baju putih. serunya geram, Ai, tentu tak lebih hanya sebutir batu! 848 Pertapa-sakti teriawa nyaring, Ho, ternyata engkau yang lebih cerdas dan dapat menebak jitu! ia membuka genggamannya dan ternyata memang sebutir batu mengkilap. Kedua Bocah itu serempak membentak, Kutahu paman Buta memang tak bermaksud baik dan sengaja hendak mempermainkan kami saja. Tetapi lain kali jangan harap dapat mengingusi kami lagi! Sungguh sial! Pertapa-sakti tertawa, Sedang apakah suhumu saat ini? Duduk! sahut kedua bocah itu. Menunjuk pada Ceng Hi totiang dan rombongannya, berkata pula pertapa itu, Mereka hendak bertemu dengan suhu kalian, mengapa kalian tak mau melaporkan? Bocah baju biru buru2 menerangkan, Sudah kulaporkan tetapi suhu tak mau menemui! Pertapa-sakti mengangguk tertawa, Kalau begitu kalian tak salah, tetapi..... ia picingkan matanya yang tinggal satu, berkata lagi, Karena tadi kalian hanya mengurus untuk menebak batu dalam genggamanku, andaikata ada orang yang menyelundup masuk kedalam guha. bagaimanakah suhumu akan menghukum kalian? Yah, ngeri! seru kedua bocah itu, paling ringan tentu akan suruh kami menghadap tembok sampai 10 hari lamanya! Mungkin tak memberi makan kami sampai tiga hari. si bocah baju putih menambahi.

849 Pertapa-sakti tertawa, Kalau suhumu hendak memberi hukuman, timpahkan saja segala kesalahan itu padaku! Kedua bocah itu terkejut, Bagaimana? Apakah benar2 ada orang yang menyelundup kedalam? Ah, sukar dikatakan, kata pertapa-sakti, karena kalian mempunyai empat biji mata saja tak mampu melihat, apalagi aku yang tinggal satu. Sudah tentu lebih tak kelihatan lagi! Bocah baju biru memandang geram kesekeliling lalu mengawasi Ceng Hi totiang dan rombongannya dengan dendam, serunya, Kukira mereka tentu tak punya keberanian untuk berbuat begitu. Dengan mengandalkan tenaga keempat Su-leng (Empat arwah) yang menjaga guha, sekalipun mereka beramai-ramai masuk semua, tentu tiada seorang pun yang mampu melewati penjagaan ... Tiba2 bocah baju biru itu berpaling kearah kawannya baju putih dan membentak, Suruh engkau menjaga mulut guha dengan ketat, mengapa engkau lari kemari? Bocah baju putih itu tersipu-sipu ketakutan terus kembali ke mulut guha lagi. Sejenak meragu, bocah baju biru itu berkata, Apakah paman Buta tak masuk? Pertapa sakti goyangkan tangan, Pemandangan alam di sini paling indah. Aku bersama cucuku ini akan duduk beristirahat disini sebentar! Kalau begitu, maaf, kami tak dapat menemani paman disini! seru bocah itu terus kembali ke mulut guha. Keduanya menjaga di kanan kiri guha. 850 Pertapa-sakti-mata-satu itupun sungguh mencari tempat duduk. Sambil menunjuk kesana sini, ia berkata dengan bisik2 kepada Song Ling. Sama sekali ia tak menghiraukan Ceng Hi totiang dan rombongan orang gagah. Ceng Hi totiang tegak disamping. Sesaat ia tak tahu apa yang harus dilakukan. Tiba2 terdengar pula suara teriakan pelahan dari Iblis-penakluk-dunia, Untuk yang kedua kalinya, ditujukan kepada imam tua Ceng Hi! Serentak berturut-turut terdengar suara menyambut-ulang, Untuk yang kedua kalinya, ditujukan kepada imam tua Ceng Hi .....! Beberapa saat lagi, kembali Iblis-penakluk-dunia berseru, Untuk yang kedua kalinya, apabila tidak datang, akan dihukum mati! Riuh rendah suara menyambut dan mengulang seruan itu terdengar dari seluruh penjuru. Ceng Hi tertawa masam. Saat itu ia belum dapat menentukan keputusan. Tengah dalam keadaan gelisah, tiba2 telinganya terngiang oleh suara seseorang yang menggunakan ilmu Menyusup suara, Imam tua tak perlu gelisah. Yang

dapat mengatasi malapetaka hari ini tak lain hanyalah pemuda Kongsun yang memiliki ilmu Thian-kong-sinking itu. Aku sendiri sukar memberi bantuan! Ceng Hi totiang cepat dapat mengetahui bahwa yang bicara dengan ilmu Menyusup suara itu tak lain dari Pertapa-saktimatasatu. Ia pun segera menjawab dengan ilmu menyusup suara juga, Terima kasih atas perhatian cianpwe. Tetapi keadaan ini benar2 gawat sekali. Kedua suami isteri iblis itu sudah tiba kemari. Dalam waktu beberapa saat tentu sukar terhindar dari pertempuran berdarah..... ' 851 Pertapa-sakti tertawa, Apakah engkau takut dihukum mati oleh iblis-penakluk-dunia? Ceng Hi totiang menyahut gopoh, Sudah hampir 20 tahun kusarungkan pedang. Jika takut mati, masakan aku mau muncul lagi di dunia persilatan? Kalau begitu gunakan siasat mengulur waktu sampai beberapa jam. Mungkin Kongsun siauhiap itu sudah dapat keluar dari guha! Ah, tetapi keadaan sudah sukar diundurkan lagi, kecuali ..... Ceng Hi berhenti meragu sejenak. katanya pula, Adakah cianpwe menghendaki supaya aku bertekuk lutut kepada Iblispenakluk dunia? Pertapa-sakti tertawa, Pandai menyesuaikan keadaan, tahu mencari kesempatan pada setiap perobahan. Segala cara dan siasat boleh digunakan! Ceng Hi totiang menghela napas panjang. Ia diam. Oleh karena pembicaraan itu dilakukan dengan ilmu Menyusup suara, maka sekalian orang tak dapat mendengar. Mereka hanya menduga-duga saja apa yang sedang dibicarakan kedua tokoh itu. Pada saat itu kembali terdengar teriakan menggeledek dari Iblis-penakluk-dunia, Untuk yang ketiga kali, ditujukan kepada imam tua Ceng Hi! Seperti seruan yang dua kali tadi, dan empat penjuru terdengarlah suara orang mengulang perintah Iblis-penaklukdunia itu. 852 Seluruh mata rombongan orang gagah tertumpah pada Ceng Hi totiang. Sikap imam sakti itu tenang sekali. Dengan suara tenang serius ia berkata, Saat ini kita menghadapi ancaman maut. Karena tak berguna, aku telah menyia-nyiakan kepercayaan saudara2 yang dilimpahkan pada diriku.. Sekali pun mati, aku masih merasa berdosa..... Ti Gong taysu, ketua Siau-lim-si, dapat berseru lantang, Soal ini tak dapat menyalahkan totiang. Oleh karena sudah menjadi suratan takdir, kami ikhlas mengorbankan jiwa. Kalau kalah, tetap akan meninggalkan nama harum. Matipun tiada

menyesal..... Ceng Hi totiang cepat menukas, Mengandalkan keberanian seperti harimau, mengandalkan jumlah banyak seperti air sungai, bukan termasuk keberanian seorang ksatrya sejati. Aku hendak mengajukan pertanyaan kepada saudara2 ... Toh Hun-ki ketua Kong-tong-pay yang berdiri disamping Ceng Hi, pun menyeletuk, Totiang saat ini adalah pemimpin rombongan orang gagah. Apa yang totiang rasa baik, silahkan memberi perintah saja. Masakan totiang kuatir ada orang yang berani menentang? Ceng Hi totiang menghela napas panjang, Apabila saudara percaya padaku. Apa pun yang hendak kulakukan, harap saudara tahankan emosi agar aku leluasa melaksanakan rencanaku. Dengan menekan rendah suaranya, berkatalah Ti Gong taysu, Silahkan totiang memberi perintah Kecuali disuruh menyerah pada Iblis-penakluk-dunia, kuyakin tiada seorangpun yang akan menentang perintah totiang! -habis berkata ketua Siau-lim-si itu memandang kearah rombongan orang gagah. 853 Ceng Hi totiang kerutkan kening lalu gunakan ilmu Menyusup suara kepada Ti Gong taysu, Apa yang kukatakan justeru mengenai soal itu. Demi untuk menyelamatkan kelangsungan hidup dunia persilatan Terpaksa untuk sementara waktu kita harus pura2 menyerah kepada Iblispenaklukdunia! Bukan kepalang kejut Ti Gong taysu sehingga ia melonjak dan menggerung seperti singa kelaparan, Apakah aku tak salah dengar bahwa ucapan itu berasal dari totiang? Dengan masih gunakan ilmu Menyusup suara, Ceng Hi berkata, Jika dalam soal kecil tak dapat menahan perasaan, tentulah soal2 besar akan gagal, Tadi Kongsun siauhiap sudah menyelundup ke dalam guha menemui Seng-ceng. Menurut perhitunganku, paling tidak dalam beberapa jam tentu sudah membawa laporan. Hanya untuk beberapa waktu itu kita pura2 menyerah, begitu Kongsun siauhiap sudah keluar, kita harus cepat2 berbalik haluan. Jika rencana itu gagal, tiada jalan lagi kecuali harus bertempur sampai mati! Ti Gong taysu terlongong. Memandang kepada Ceng Hi totiang, didapatinya wajah imam tua itu menampil kedukaan tetapi tetap memancar keperibadian yang pantang menyerah. Ti Gong taysu menghela napas, tundukkan kepala tak berkata apa2. Rombongan tokoh2 persilatan pun berdiam diri. Mereka percaya penuh pada Ceng Hi totiang. Tiba2 terdengar suara bentakan menggeledek, Panggilan untuk imam tua Ceng Hi supaya segera datang kemari. Apabila masih berayal, tentu akan dihukum mati! Kini tiada lagi Ceng Hi bersangsi. Dengan tenang ia segera

ayunkan langkah ke puncak Kim-ting. Sekalian orang gagah 854 tanpa berkata sepatah pun, tundukkan kepala dan mengikuti dibelakang imam tua itu. Pertapa-sakti-mata-satu tetap duduk di tempatnya dan masih tetap tersenyum-senyum bicara dengan si dara Song Ling. Liau Hoan siansu pun masih duduk di samping, tak ikut pada rombongan orang gagah. Song Ling gelisah resah. Terkenang akan ibunya yang menjadi tawanan Iblis-penakluk-dunia, memikirkan Siau-liong yang masuk ke dalam guha. Tak henti2nya ia celingukan kian kemari. Apa yang dikatakan Pertapa- sakti kepadanya, sama sekali tak dihiraukan. Ceng Hi totiang bersama rombangan orang gagah melintasi beberapa gerumbul hutan dan kini disebelah muka tampak sebuah dataran. Di ujung dataran itu tampak suatu jajaran sosok tubuh manusia. Jumlahnya tak kurang dari seratusan orang. Terdiri dari lelaki dan perempuan dengan berbagai corak pakaian. Tetapi yang paling menonjol sendiri, ialah jajaran paling depan yang terdiri dan belasan orang baju hitam, Mereka mengenakan kerudung muka sehingga tak dapat melihat roman mukanya. Tetapi begitu melihatnya, segeralah Ceng Hi totiang dan rombongannya dapat menduga. Barisan baju hitam itu tentulah keempat tokoh pewaris empat jenis ilmu sakti, kedua momok Naga Terkutuk dan Harimau Iblis serta rombongan It Hang totiang. Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka tegak berdiri ditengah-tengah. Di belakangnya dijaga oleh empat lelaki dan empat wanita. Demi melihat Ceng Hi muncul dengan kepala menunduk, iblis itu segera tertawa nyaring. 855 Secepat hentikan tertawanya, Iblis-penaklak-dunia pun segera membentak keras, Imam tua Ceng Hi, lupakah engkau akan perintahku tempo hari? Mendengar kata2 itu seketika wajah sekalian orang gagah, berobah merah padam. Kata2 Iblis-penakluk-dunia itu benar2 suatu hinaan besar. Mereka adalah tokoh2 persilatan yang ternama. Mereka lebih memberatkan nama daripada jiwa. Seketika mereka siap hendak menyerbu. Wajah Ceng Hi pun berobah-robah, hijau membesi lalu pucat lesi. Suatu pertanda bahwa hatinya lebih tegang dari rombongannya. Tetapi pada lain saat ia tersenyum lalu berputar tubuh menghadang ke arah rombongan orang gagah. Setelah mengeliarkan pandang mata kesekeliling, ia berkata, Tuan mengatakan bahwa empat hari kemudian akan datang ke puncak Kim-ting. Tetapi hari ini baru hari yang

ketiga. Dari belakang kedua suami isteri iblis segera terdengar seorang lelaki gagah memaki, Imam-hidung-kerbau, sungguh besar nian nyalimu! Sejak saat ini kita semua ini adalah anak buah kedua pemimpin kita. Mengapa engkau menyebut dengan panggilan begitu? Hayo, lekas memberi hormat haturkan maaf! Ceng Hi totiang seorang tokoh yang namanya amat diindahkan orang. Dihadapan rombongan tokoh persilatan dari berbagai aliran, benar2 ia akan kehilangan muka apabila sampai minta maaf kepada Iblis-penakluk-dunia. Maka sampai beberapa jenak ia berdiam diri saja. Rombongan orang gagah pun merah tegang wajahnya. Suasana makin gawat. 856 Hai, apakah engkau tuli? bentak lelaki gagah itu pula. Ceng Hi totiang menghela napas lalu anggukkan kepala, Ya, aku merasa salah!" Walaupun mulut berkata begitu, tetapi dari pelupuk matanya, mengembang air mata. Sepanjang hidupnya, baru pertama kali itu ia menderita hinaan sedemikian besar. Tetapi demi kepentingan umum, terpaksa ia tahankan perasaannya. Iblis-penakluk-dunia tertawa nyaring; "Aku sih tak terlalu mengutamakan soal2 peradatan kecil. Asal kelak dapat merobah kesalahan saja, cukuplah sudah.... Berhenti sejenak ia berkata pula, Kuanggap diriku ini memiliki kecerdasan jauh lebih tinggi dari orang biasa. Kalau tidak masakan aku dapat berhasil seperti hari. Pepatah mengatakan 'prajurit akan bermanfaat karena dapat bergerak cepat' Jika besok pagi aku baru datang kemari, entah tingkah yang bagaimana macamnya lagi yang hendak kalian unjukkan padaku.... Menunjuk ke arah gua tempat tinggal paderi sakti dari Kimting, ia berkata pula, Gerak-gerik kalian selama ini, sudah berada dalam pengawasanku. Sekalipun kalian dapat menyeret keluar paderi dari gua itu, pun tetap tak berguna.... Habis berkata ia berpaling ke belakang, Dimana engkau, muridku!" Soh Beng Ki-su sambil berkaok-kaok, segera maju kehadapan suhunya. Segala yang dikerjakan, kuserahkan kepadamu untuk memberi perintah. Aku hendak beristirahat sebentar. Dalam 857 waktu tiga jam, apa yang kuserahkan kepadamu harus sudah selesai!" Soh Beng Ki-su mengiakan. Sambil tertawa meloroh, Iblispenaklukdunia dan isterinya segera berjalan turun dari puncak. Anak buahnya mengikuti. Tak lama ia sudah

menghilang ke dalam gerumbul hutan. Yang masih berada di tanah datar itu tinggal Soh Beng Kisu beserta 10 orang lelaki berpakaian ringkas. Diantara ke 10 orang itu, ada 8 orang yang bahunya dihinggapi burung elang besar. Yang dua orang lagi, tangannya mencekal pena pit dan tinta bak. Keduanya menjinjing selipat kain sutera putih. Dengan tertawa mengekeh, Soh Beng Ki-su berkata kepada Ceng Hi, Aku mendapat perintah dari suhu. Apabila dalam ucapanku ada yang kasar, harap totiang jangan sesalkan dihati.... Ia menyapukan pandang matanya ke arah Ceng Hi totiang dan rombongan orang gagah, katanya pula, Apa yang dikehendaki suhuku hanya dua hal. Pertama, segera didirikan panggung seluas dua tombak dan setinggi tiga meter. Panggung itu akan diperuntukkan pengangkatan suhuku sebagai Bu-lim bengcu (pemimpin dunia persilatan). Kedua, lekaslah kalian beramai-ramai membuat dan menanda-tangani surat pernyataan mendukung atas pengangkatan beliau itu. Buatlah 64 pucuk undangan yang kalian beramai-ramai menanda-tangani.... Menunjuk pada ke 8 ekor burung elang besar yang hinggap dibahu kedelapan lelaki berpakaian ringkas itu, Soh Beng Ki-su berkata pula, Ke 8 ekor burung itu dapat mengedarkan surat Undangan itu kealamat yang dituju. Agar seluruh kaum persilatan tahu dan mentaati." 858 Diam-diam Ceng Hi terkejut, pikirnya, Segala permintaannya masih dapat kupaksakan diri untuk menerima. Tetapi surat dukungan yang akan disiarkan ke seluruh penjuru dunia persilatan itu, benar-benar suatu hal yang tak boleh terjadi." Maka dengan suara tersendat-sendat, Ceng Hi menyanggah, Ini.... ini.... Soh Beng Ki-su mendengus dingin, Tak perlu ini itu lagi. Apa yang diperintahkan suhu, kalian tentu sudah mendengar. Kedua hal itu hanya diberi waktu tiga jam harus sudah selesai. Jika terlambat mengerjakan, kalian tahu sendiri akibatnya." Ceng Hi merenung sampai lama baru berkata, Kalau begitu, aku menurut saja!" Ia memandang tenang kepada rombongan orang gagah, katanya, Harap saudara2 suka membantu aku membuat panggung itu!" Dengan lesu sekalian orang mengiakan. Mereka segera mulai membuat sebuah panggung. Diam-diam Ceng Hi memberi isyarat rahasia agar mereka bekerja selambat mungkin. Soh Beng Ki-su tak mau mendesak. Bersama ke 10 orang berpakaian ringkas, ia duduk diujung puncak sambil mengawasi pekerjaan Ceng Hi dan rombongannya.

Sekarang kita tinggalkan sejenak pembuatan panggung itu untuk menjenguk keadaan dalam gua. Setelah berhasil menyelundup masuk, Siau-liong dapatkan gua itu tak begitu gelap. Setelah memusataan perhatian, barulah ia dapat melihat jelas. Kiranya tempat itu tak mirip 859 dengan sebuah gua melainkan sebuah lorong terowongan yang panjang ke dalam. Siau-liong makin tegang. Cepat2 ia ayunkan langkah dan tak berapa lama sudah tiba di ujung akhir terowongan itu. Di muka ujung terowongan itu terbentang sebuah lapangan kosong yang ditumbuhi pohon2 bunga aneh dan rumput2. Walaupun saat itu berada dalam pertengahan musim rontok, tetapi pohon-pohon bunga disitu tetap menghamburkan bunga2 aneka warna. Batang2 pohon cemara yang tumbuh lurus disebelah muka, menjulang linggi sampai menyusup ke dinding karang. Sayup2 tampak sebuah mulut gua seluas satu tombak ditengah pohon cemara itu. Pikir Siau-liong. paderi sakti di puncak Kim-ting itu tentu tinggal dalam gua tersebut. Segera berjalan menuju ke gua itu. Sekonyong-konyong, serangkum angin keras menyambar punggungnya. Siau-liong terkejut sekali dan segera miringkan tubuh loncat mundur sampai lima langkah. Setelah terhindar, ia cepat memandang ke arah penyerangnya itu. Ah, bukan kepalang kejutnya. Yang menyerang itu ternyata seekor kera berbulu emas yang besarnya hampir menyerupai orang. Pukulan yang dilancarkan kera bulu emas itu bukan kepalang dahsyatnya sehingga ketika luput dan menghantam tanah, pasir dan debu segera muncrat berhamburan dan tanah pun berlubang sampai setengah meter. Siau-liong cepat dapat menduga bahwa kera bulu emas itu tentulah binatang piaraan Paderi sakti Kim-ting. Maka ia tak 860 mau balas menyerang, Malah ia terus mengangkat tangan memberi salam kepada kera itu. Tepat pada saat ia sedang memberi hormat, kepada kera bulu emas itu, tiba-tiba serangkum angin keras menyambar punggungnya lagi. Dalam kejutnya, ia cepat apungkan tubuh melayang beberapa meter. Ah, kiranya seekor kera bulu emas lagi. Bahkan yang ini tampaknya amat galak. Sambil menyeringaikan giginya yang runcing, ia memandang Siau-liong dengan buas. Belum sempat Siau-liong menenangkan diri, kembali ia diserang oleh dua ekor kera bulu emas lagi. Siau-liong benar-benar gelisah dan serba sulit. Ia tak mau balas menyerang karena kuatir menimbulkan kemarahan

paderi sakti Kim-ting. Namun dengan mengalah itu, ia harus banting tulang setengah mati untuk menghindari serangan keempat ekor kera bulu emas yang gencar itu. Keempat ekor kera bulu-emas itu memang lihay. Serangan mereka serba aneh dan sukar diduga. Untunglah dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuh, dapatlah Siau-liong berlincahan menghindarinya. Tetapi betapapun juga, karena tak mau balas menyerang, maka setelah dapat bertahan sampai sepeminum teh lamanya, akhirnya ia mulai tak dapat bertahan lagi. Keempat ekor kera bulu-emas itu meraung keras. Serempak mereka menyerang makin gencar. Angin menderuderu, tangan keempat binatang itu berhadapan mengarah bagian tubuh Siau liong beberapa yang berbahaya. 861 Siau-liong makin gugup. Jika tak mau balas menyerang, ia tentu akan terluka dibawah pukulan kera bulu-emas itu. Dengan menggerung keras, ia segera mulai menyerang dengan jurus Angin-awan-berobah-warna. Hamburan pukulan yang bersinar emas itu berkelebat kian kemari dan terdengarlah serangkum suitan bernada macam naga meringkik. Untunglah Siau-liong masih mengingat pada paderi sakti Kim-ting. Ia hanya gunakan sepertiga bagian tenaganya dan tak mau mengarah pada tempat yang berbahaya dari tubuh kera berbulu emas itu. Diluar dugaan, begitu Siau-liong memukul kawanan kera bulu emas itu segera hentikan serangannya. Mereka memandang wajah Siau-liong sampai sekian lama. Kemudian mereka menyeringai dan bercuit-cuit beberapa kali. Pelahanlahan mereka mulai menyurut mundur dan masuk ke dalam gerumbul pohon bunga. Siau-liong mengusap keringatnya dingin. Setelah itu cepat2 ia lanjutkan perjalanan lari ke arah gua. Begitu tiba di pintu gua, ia berbenti. Dilihatnya di atas sehelai permadani tinggi yang terletak beberapa meter dalam pintu gua, duduklah seorang paderi tua dengan mata memejam. Paderi tua itu amat kurus sekali. Duduk di atas permadadani tak ubah seperti sesosok tulang kerangka. Tetapi wajahnya menampilkan suatu perbawa yang mengundang rasa perindahan orang. Tanpa disadari, Siau-liong pun seaera berlutut. 862 Rupanya paderi tua kurus itu tak mendengar dan tak mengetahui kedatangan Siau-liong. Dia tetap duduk pejamkan mata tak bergerak. Diam-diam Siau-liong menimang. Walaupun paderi tua itu

seorang tuli tetapi masakan tak mendengar suara pertempuran hebat antara ia dengan keempat kera bulu emas tadi. Ah, tentulah paderi tua itu hanya berpura-pura saja. Siau-liong tak berani mengganggu. Terpaksa ia tetap berlutut menunggu sampai paderi itu terjaga. Lebih kurang sepenyulut dupa lamanya, barulah paderi tua itu pelahan-lahan membuka mata. Sepasang matanya yang berapi-api, menatap Siau-liong sejenak lalu dipejamkan lagi. Siau-liong baru hendak membuka mulut atau tiba-tiba paderi itu sudah mengatupkan matanya pula. Ia bingung. Tetapi terpaksa bersabar menunggu lagi. Kira-kira sepeminum teh lamanya, tetap paderi tua itu diam saja. Akhirnya Siau-liong tak sabar lagi. Segera ia berseru pelahan, Seng-ceng, Seng-ceng . ,.... lo-cianpwe, locianpwe.... Rupanya paderi kurus itu memang Seng-ceng atau paderi sakti dari Kim-ting. Ia terkejut mendengar seruan Siau-liong. Cepat ia membuka mata dan membentak, Kedua kacung Hitam Putih itu?" Siau-liong tersendat-sendat menyahut, Mereka masih berada diluar gua." Seng-ceng itu mendengus, serunya pula, Keempat kera penjaga gua itu?" 863 Siau-liong termenung sejenak. Ia duga yang dimakud itu tentu keempat ekor kera bulu emas. Aku tak melukai mereka!" sahutnya. Tiba-tiba paderi sakti dari Kim-ting itu membentak murka, Nyalimu sungguh besar sekali berani menyelundup ke gua sini!" Pada saat Siau-liong hendak memberi penjelasan, entah bagaimana caranya bergerak tadi, tahu2 Siau-liong merasa empat buah jalan darah di dadanya tertutuk oleh sambaran jari paderi sakti itu Seketika Siau-liong rasakan tubuhnya lemas lunglai, kaki tangannya pun melentuk. "Bluk".... rubuhlah anak muda itu dan terkapar di tanah....! Mata paderi tua itu sejenak memancar lalu pe-lahan2 mengatup lagi. Bukan main gelisah dan bingung Siau-liong. Diam-diam ia memaki paderi itu sebagai seorang yang tak kenal perikemanusiaan. Tidak mau membantu, pun tak apa. Tetapi mengapa menyerang orang dengan cara gelap begitu. Itu bukan tingkah laku seorang padri saleh tetapi seorang penjahat kejam. Karena jalan darahnya tertutuk dan kaki tangannya sakit sekali, tubuh kaku seperti orang mati, sekali pun Siau-liong dapat bicara tetapi tak mampu bergerak. Maka ia hanya deliki mata memandang geram kepada paderi itu. Tampak paderi tua itu membuka mata lagi, tegurnya, Mengapa engkau berani memaki-maki aku?"

864 Siau-liong seperti tersengat kala kagetnya, Aku memakinya dalam hati, mengapa dia tahu?" pikirnya. Dipandangnya paderi itu dengan terpesona. Paderi Kim-ting itu tersenyum, ujarnya, Tak usah engkau merasa heran. Dari sinar matamu tahulah aku isi hatimu dan apa yang terkandung dalam pikiranmu!" Diam-diam Siau-liong tertawa, pikirnya, Ah, kiranya dia hanya menduga-duga saja dari kerut wajahku." Ia segera katupkan mata. Saat itu masuklah kedua bocah penjaga gua tadi. Bukan kepalang kejut melihat Siau-liong rubuh di tanah dengan jalan darah tertutuk. Tetapi yang menggoncangkan hati kedua bocah itu ialah mengapa pemuda itu dapat menyelundup masuk ke dalam gua. Dari mana dan kapankah dia masuk. Kedua bocah itu saling bertukar pandang lalu serempak berlutut menghadap sipaderi sakti. "Kemari!" seru paderi Kim-ting. Kedua bocah itu ter-sipu2 bangun dan menghampiri. Mata mereka menggeram ke arah Siau-liong. Begitu tiba di hadapan paderi sakti, kedua bocah itu terus berseru: 'Murid harus dihukum!" Serempak mereka berlutut. Paderi, sakti itu mendengus dingin, Kemanakah kalian tadi?" Bocah baju putih memang kawannya baju biru lalu menjawab tersekat, Tak pergi kemana-mana, hanya terus berada di pintu gua.... 865 Kalau menjaga di mulut gua, mengapa tak tahu orang masuk kemari?" bentak paderi sakti. Bocah baju putih tersendat-sendat menjawab; Murid.... murid.... Tetapi anak itu tak dapat menemukan alasan yang tepat. Maka sampai beberapa saat ia hanya dapat berkata 'murid.... murid.... ' saja. Apakah kalian pergi cari burung ke bawah karang?" seru paderi sakti pula. Tiba-tiba bocah baju biru menyelutuk, Tadi paman Buta datang kemari membohongi kami dengan sebuah batu berkilau sehingga dia dapat menyelundup kemari!" Paderi sakti itu menyebut Omitohud pelahan, ujarnya; "Binatang, kalian harus menerima hukuman apa?" Tanpa ragu2 lagi sibocah baju putih berseru, Murid rela menghadap tembok selama 10 hari agar dapat sungguh2 bertobat!" Paderi sakti Kim-ting mengangguk pelahan, bertanya kepada kacung baju biru; "Engkau?" "Murid rela tiga hari tak makan!" sahut kacung itu.

Paderi sakti Kim-ting tersenyum, Tetapi hari ini aku memberi kelonggaran takkan menghukum kalian!" Kedua bocah itu terkejut dan saling berpandangan dengan wajah girang. Buru-buru mereka menundukkan kepala sampai ke tanah selaku memberi hormat. Setelah itu mereka berdiri dan menghaturkan terima kasih. 866 Kemudian paderi sakti Kim-ting menunjuk ke arah Siauliong dan suruh kedua murid supaya menggeledah badan pemuda itu. Kedua kacung itu segera melakukan perintah. Sekujur badan Siau-liong habis digeledahnya. Dari badik yang terselip dipinggang, pedang yang terpanggul dibahu dan bungkusan pakaian yang terisi penyamaran Pendekar Laknat sampai pada bungkusan kecil isi pil Sip-siau-cwan-soh-sin-tan semua digeledah oleh kedua kacung itu. Walaupun sedih dan geram, bingung dan marah, tetapi karena jalan darahnya tertutuk, Siau-liong pun tak dapat berbuat suatu apa kecuali hanya deliki mata memandang perbuatan kedua bocah kacung itu. Semua benda hasil geledahannya ditaruh dihadapan paderi sakti Kim-ting; "Suhu. semua barang yang terdapat pada tubuhnya telah kami ambil semua!" Paderi sakti Kim-ting merenung sejenak lalu suruh kedua bocah itu mengangkut Siau-liong kegua Hang Gan-li. "Apakah suhu hendak membakarnya?" seru sikacung baju putih terkejut. "Jangan banyak tanya!" bentak paderi itu. Bocah itu buru-buru mengiakan. Lalu bersama kawannya sibaju biru mengangkut Siau-liong menyusuri dinding gunung yang membelok kesebelah kanan. Diam-diam Siau-liong mengeluh, Ah, kali ini tentu tamat riwayatku!" 867 Ia memandang dengan murka sekali kepada paderi Kimting tetapi yang dipandang hanya tersenyum saja. Siau-liong benci sekali kepada paderi yang pura-pura alim itu. Jika ia sampai berhasil lolos, tentu akan diajaknya paderi itu mengadu jiwa. Tetapi apa daya. Pada saat itu ia tak dapat berkutik kecuali hanya deliki mata penuh dendam dan kebencian kepada paderi itu. Cepat sekali kedua kacung itu telah tiba dimuka sebuah mulut gua yang gelap gulita. "Kita lemparkan saja ke dalam! Toh dia sudah tak bakal hidup lagi!" seru sikacung baju putih. Kacung baju biru setuju. Setelah menggoncang-goncang tubuh Siau-liong maju mundur beberapa kali, barulab kedua bocah itu lemparkan Siau-liong ke dalam gua. "Bum"....

Kedua bocah itu tertawa ngikik lalu mendorong sebuah batu karang yang berada di tepi gua, menutup mulut gua. Gua makin gelap pekat sehingga orang tentu tak dapat melihat jari jemarinya sendiri. Tetapi lemparan kedua bocah itu tak sampai melukai tubuh Siau-liong. Walaupun tubuh tak berkutik tetapi kesadaran pikirannya masih hidup. Berkat ilmu tenaga dalamnya yang makin sempurna, tak berapa lama ia sudah biasa akan keadaan gua. Diperhatikannya sekeliling tempat itu. Gua hanya kira-kira dua tombak luasnya. tapi dindingnya terdiri dari batu-batu yang runcing.... Sepintas pandang amat menyeramkan sekali! ' Siau-liong benar-benar kalap. Perasaannya hampir seperti orang gila. Dia bendak berteriak tetapi tak dapat bersuara. Dia bendak menghancurkan gua itu tetapi tak dapat berkutik. Ia hendak lolos dan menghajar paderi Kim-ting itu tetapi 868 mengangkat tangan saja ia tak mampu. Hatinya panas seperti dibakar. Entah berapa lama, nafsu kemarahannya yang menyalanyala didadanya itu makin reda. Sebagai gantinya saat itu ia merasa berduka sekali. Gurunya, Kongsun Sin-tho yang tertawan musuh, ibunya yang berada diseberang laut, Tiau Bok-kun, Mawar Putih.... bayangan mereka satu demi satu mulai melintas kealam pikirannya. Peristiwa2 yang lampau mulai membayang dalam benaknya. Teringat akan pertapa-sakti-mata-satu, yang jelas menjadi suhu dari Randa Bu-san atau pewaris angkatan terdahulu dari ilmu sakti Ya-li-sin-kang yang amat diindahkan orang persilatan, telah memberi bantuan besar kepadanya. Karena pertapa sakti itu memikat perhatian kedua kacung untuk main terka, sehingga ia mendapat kesempatan untuk menyeludup masuk ke dalam gua. Adakah pertapa sakti-mata-satu itu mempunyai maksud sengaja hendak mencelakai dirinya? Lalu ia teringat akan Ceng Hi totiang. Dialah yang merupakan satu2nya tokoh yang tepat memimpin berisan orang persilatan. Ceng Hi begitu menghormat sekali kepada paderi sakti Kim-ting. Adakah Ceng Hi totiang itu benar-benar tak tahu bagaimana pribadi paderi kurus dari puncak Kim-ting yang begitu dingin dan tak kenal perikemanusiaan? Bukankah sia2 belaka usaha Ceng Hi totiang untuk bersusah payah merendah diri meminta bantuan paderi sinting dari Kim-ting itu? Makin merenung, Siau-liong makin gelisah dan tak dapat menemukan pemecahannya. 869 Sekonyong-konyong ia merasa seperti dilanda gelombang

hawa panas. Bermula hanya ringan tetapi makin lama makin dahsyat. Ketika memperhatikan keadaan tempat itu, kejutnya bukan kapalang. Ternyata hawa panas itu berasal dari dinding gua yang mulai berbongkah-bongkah mengeluarkan asap putih. Asap itu amat menusuk hidung karena berbau belirang. Hawa panas makin lama makin keras. Keempat dinding gua seakan akan membara. Asap pun makin tebal. Betapapun tajam mata Siau-liong, namun akhirnya ia tak mampu melihat keadaan di sekelilingnya lagi. Kecuali panas, pun asap itu amat menyesakkan napas sehingga ia harus ngangakan mulut lebar-lebar untuk melakukan pernapasan. Siau-liong hampir putus asa. Ia merasa tentu takkan hidup lagi. Tetapi naluri sebagai manusia yang tak menyerah pada ancaman maut, membangkit semangat hidupnya. Cepat ia kerahkan semangat, pusatkan seluruh pikiran. Menekan hawa darahnya yang bergolak. Ia hendak gunakan ilmu bernapas dari Thian-kong-sin-kang untuk membuka jalan darahnya yang tertutuk. Tetapi sayang tindakannya itu terlambat. Jalan darahnya yang tertutuk itu seolah-olah ditutup oleh empat batang paku besar. Betapa keras tenaga dalam yang dipancarkan dari perutnya, namun tetap tak mampu menjebolkan paku itu. Ia hentikan usahanya. Napasnya terengah-engah, keringat membanjir turun. 870 Saat itu asap mulai menipis. Demikian pula dengan hawa panas, pun mulai berkurang. Akhirnya asap dan hawa itu lenyap dan gua pun kembali seperti sedia kala. Diam-diam ia mengeluh. Sejam lagi asap dan hawa belirang itu berhamburan, ia tentu mati. Pikirannya melayang pada Ceng Hi totiang dan rombongan tokoh2 persilatan. Entah bagaimana keadaan mereka saat itu! Tetapi apabila terjadi pertempuran, akibatnya mudah diduga. Ceng Hi totiang dan rombongannya pasti sudah dihancurkan oleh kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia. Dalam keadaan tak berdaya seperti saat itu, terpaksalah Siau-liong kembali pada keputusannya tadi. Ia harus merenungkan ini pelajaran ilmu Thian-kong-sin-kang lagi. Kitab pusaka itu benar-benar menyerupai laut yang lidak dapat diukur dalamnya. Begitu membenamkan pikiran menjelajah isi kitab Thian-kong-sin-kang, iapun segera lelap dari alam kesunyian yang hampa dari Ke-akuan. Ia berusaha untuk merenungkan arti dan kegunaan dari intisari pelajaran Thian-kong sin-kang antara lain mengenai apa yang disebut Semangat, hati, keinginan, pikiran, gerakan, ketenangan, kehampaan dan isi. Entah berapa lama ia tenggelam dalam laut pencarian

rahasia kitab Thian-kong-sin-kang itu, tiba-tiba gua mulai terasa dingin. Bermula masih dapat ditahan tetapi makin lama makin menggigilkan tubuh. Ia rasakan'seperti dibenam dalam sungai es, sehingga darahnya serasa membeku. Tetapi saat itu ia masih bergulat untuk memeras otak memecahkan isi kitab Thian-kong-sin-kang. Betapa hebat hawa dingin itu menyerang, ia masih dapat bertahan. 871 Kira2 sepeminum teh lamanya, hawa dingin itu pun mereda. Tetapi sebagai gantinya, memancar pulalah hawa panas yang tadi. Dari dingin mendadak berganti panas, walau pun orang yang memiliki tubuh baja sekalipun, tentu sukar bertahan. Apalagi seperti Siau-liong yang jalan darahnya masih tertutuk. Dia benar-benar seperti sam-sing atau ayam sesaji sembahyangan. Tetapi dalam penderitaan yang hebat itu, Siau-liong menemukan sesuatu yang belum pernah dimilikinya. Suatu tenaga sekokoh baja yang tak tergoyahkan. Walaupun jasmaniah ia menderita siksaan yang sedemikian hebat, tetapi dalam rohaniah ia telah mendapat suatu rasa kesadaran yang tenang. Ia tetap terlelap dalam lautan ilmu sakti yang sukar dipelajari. Dalam pada itu perobahan hawa dalam gua tetap berlangsung sampai berulang kali. Dingin mendadak berobah panas. Panas tiba-tiba berganti dingin. Keadaan itu telah berlangsung sejam lamanya, Siau-liong seperti digodog dalam kawah gunung berapi lalu dilemparkan ke dalam sungai es.... ---ooo0dw0ooo--Jilid 16 Katak berkaki tiga 872 Pada permulaan, rasa dingin panas yang saling bergantian secara mendadak itu, benar-benar menyiksa Siau-liong. Tetapi lama kelamaan ia menjadi kebal. Dan anehnya, rasa sakit dalam tubuhnya pun lenyap. Pelahan-lahan pikirannya pun tenang kembali. Ia merasa dalam waktu sejam itu telah mengalami perobahan besar sekali. Beberapa bagian dalam kitab pusaka Thian-kong-sinkang yang sukar dimengerti, saat itu sebagian besar sudah dapat difahami artinya. Pelajaran yang mengemukakan tentang sifat2 Semangat, Mati, Keinginan dan Pikiran yang tak dapat diselaminya selama ini, saat itu satu demi satu sudah dapat merabah intisarinya. Diam-diam Siau-liong terkejut girang. Tak tahu ia sampai berapa jauhkah ia dapat mengerti isi kitab pusaka itu. Tetapi yang jelas, ia merasa kepandaiannya amat dangkal sekali,

sebelum memahami isi kitab pusaka itu. Diam-diam ia geli atas tingkah laku paderi tua dari puncak Kim-ting itu. Paderi itu hendak menghukumnya mati. Tetapi tanpa disadari, hukuman pembakaran api dan membenamkan dalam es itu, telah mendorong pikirannya untuk memecahkan intisari dari bagian2 pelajaran yang sukar dari kitab pusaka Thian-kong-pit-kip. Tengah ia terbenam dalam renungan tiba-tiba ia dikejutkan oleh bunyi mendesis-desis yang mendatangi ke arah tempatnya. Buru-buru ia curahkan perhatian untuk mendengarkan bunyi itu. Ia tersirap kaget ketika melihat di atas dinding gua sebelah kanan, tiba-tiba muncul seekor ular besar. Kepala ular itu tumbuh jambul merah dan tubuhnya bergariskan kembang2 warna hitam biru. Jelas tentu seekor ular ganas. 873 Rupanya ular itu sudah mencium bau tempat beradanya Siau-liong. Maka pelahan-lahan ia merayap menghampiri. Sudah tentu Siau-liong kaget setengah mati. Saat itu jalan darahnya sedang tertutuk, tak dapat berkutik. Bukankah ia akan mati digigit ular berbisa itu? Tetapi pada jarak masih terpisah dua meter dari tempat Siau-liong, ular itu pun berhenti. Binatang itu gerak-gerakkan kepala dan mengebas-ebas ekor seraya berbunyi mendesisdesis. Dalam menghadapi suasana yang seram akan datangnya maut, Siau-liong sudah kehabisan daya. Satu-satunya jalan ialah mengerahkan seluruh tenaga dan serentak ia terus berguling-guling ke samping. Dua kali ia bergulingan dan telah tiba di bawah dinding gua sebelah kiri. Tetapi alangkah kejutnya ketika memandang ke dalam, ternyata ular itu masih merayap mengikutinya. Kepalanya yang diangkat sampai setengah meter ke atas, memancarkan sinar mata yang berapi api. Karena gugup, Siau-liong menggembor keras dan menyambar kepala ular itu. Terus dilontar ke muka. "Bluk".... lontaran Siau-liong bukan olah2 kuatnya sehingga kepala ular itu pecah berhamburan. Setelah tenangkan hati, cepat ia berbangkit dan hampir saja ia berteriak kaget. Karena dicengkeram oleh rasa tegang, ia sampai lupa bahwa seharusnya ia tak dapat membunuh ular itu karena jalan darahnya masih tertutuk. Tetapi ternyata ia 874 dapat bergerak bebas. Lalu bilakah jalan darahnya yang tertutuk itu terbuka? Ah, segera ia teringat apa yang terjadi. Tentulah ketika ia kerahkan tenaga dan berguling-guling diri di tanah tadi, jalan darahnya itu terbuka sendiri. Bukan mainlah girangnya saat itu. Cepat2 ia duduk

menyalurkan napas. Dirasakannya darah mengalir dengan lancar, tenaga dalam pun mulai bergolak. Hawa panas dalam perut, mengalir keseluruh tubuh. Beberapa saat kemudian iapun bangun. Dipandangnya keadaan dalam gua itu dengan seksama. Tampak pintu gua yang tertutup, terdapat beberapa celah2 yang tidak rata bentuknya. Segera ia kerahkan tenaga dan coba2 untuk mendorong pintu itu. Ah, berat benar. Hampir ia merasa tak kuat lagi mendorongnya. Tetapi karena gugup, ia terpaksa mencobanya lagi. Krek.... ternyata pintu itu mulai bergerak. Siau-liong girang sekali dan segera tambahkan tenaganya untuk mendorong. Krek, krek.... pintu batu itupun terbuka sampai setengah meter lebarnya. Dengan bersuit panjang, ia cepat loncat keluar. Tetapi sebelum sempat melihat keadaan di sekeliling, tiba-tiba terdengar suara orang tertawa gelak-gelak, Omitohud! Dorongan itu paling tidak tentu beribu-ribu kati tenaganya, Rupanya bukannya mati tetapi engkau malah mendapat rejeki besar!" Siau-liong mengangkat muka dan melihat paderi Kim-ling tegak berdiri setombak dari gua situ. Saat itu barulah Siauliong dapat melihat jelas roman muka paderi itu. Seorang paderi tua yang bertubuh tinggi kurus. Jubahnya penuh 875 dengan tambalan, sepatu rumput. Sepasang matanya besinarsinar tajam sekali. Tetapi tak dapat diketahui bagaimana sikapnya saat itu. Girangkah atau marah? Siau-liong mendengus dingin. serunya, Paderi tua, mungkin engkau tak pernah menyangkanya.... Ia tampil dua langkah dan membentak, Aku tak punya dendam permusuhan suatu apa kepadamu. Mengapa engkau terus menerus mendesak hendak membunuh aku?" "Menyelundup ke dalam gua dan hendak mengambil katak berkaki tiga. Apakah dosa itu tak layak dihukum mati?" Siau-liong tertawa hatinya. Kemarahannyapun reda, Sekali pun belum lama berkelana dalam dunia persilatan, tetapi seumur hidup aku belum pernah mencuri milik orang.... Ia berhenti sejenak, berkata pula, Kedatanganku kemari memang benar-benar hendak meminta katak mustika itu. Tentu soal menyelundup ke dalam gua, adalah karena kedua murid lo-siansu tak mau memberitahu kepada lo-siansu!" Paderi Kim Ting tertawa, Katak kaki-tiga itu merupakan binatang ajaib penunggu gua. Dengan tindakanmu yang liar dan kasar itu bagaimana engkau hendak memperoleh katak itu?" Siau-liong berseru lantang, Kedua suami isteri Iblispenaklukdunia dan Dewi Neraka telah mengganas dunia persilatan karena ingin menguasainya. Sekalian tokoh-tokoh

gagah dalam dunia tiada yang mampu menandingi dan terpaksa menyerah. Mereka kini berkumpul di puncak Kim Ting sini. Saat ini merupakan detik2 yang menentukan mati hidupnya dunia persilatan. Kedatanganku untuk meminta katak mustika itu sama sekali bukan untuk kepentinganku 876 peribadi melainkan untuk menyelamatkan nasib dunia persilatan.... Wajah Siau-liong berobah tegang dan nada suaranya pun makin rawan. Sejenak menghela napas ia berkata pula, Apabila kedua suami isteri iblis itu benar-benar dapat menguasai dunia persilatan, mungkin lo-siansu pun tak dapat duduk dengan tenang dalam gua ini!" Paderi Kim Ting tertawa, Selama ini aku tak mau ikut campur pergolakan dunia persilatan. Dan kali inipun tak terkecuali." Aku bukan hendak memohon lo-siansu ikut campur urasan dunia persilatan tetapi hanya hendak mohon katak berkakitiga itu.... cepat Siau-liong menukas. Itupun sukar.... ," paderi Kim Ting berhenti lalu dengan mata berkilat-kilat ia berkata, walaupun hawa dingin panas dalam gua itu tadi dapat membunuhmu tetapi untuk keluar dari gua ini, bukanlah suatu hal yang mudah bagimu. Maka tak perlu engkau hendak minta katak mustika itu!" Siau-liong terbeliak kaget. Memang apa yang dikatakan paderi itu benar. Menilik ilmu tutukan jalan darah dari paderi itu saja, tahulah ia bahwa paderi itu memang sudah mencapai tataran tinggi kepandaiannya. Jika paderi itu benar hendak membunuhnya, tentu sukar baginya untuk lolos. Dalam keadaan begitu percumalah ia hendak minta katak mustika segala macam....! "Maksud lo-siansu hendak menghukum mati aku?" katanya beberapa jenak kemudian. 877 Paderi kurus itu tersenyum, Hal itu tergantung bagaimana kepandaianmu nanti!" Siau-liong marah sekali. Ia benar-benar tak dapat mengendalikan diri dan membentak dingin, Semula kukira engkau seorang paderi luhur. Oleh karena itu aku selalu bersabar untuk mengalah. Hendaknya engkau harus mengetahui. bahwa sekali pun umurku masih begini muda tetapi aku adalah pewaris dari ilmu sakti Thian-kong-sinkang." Paderi kurus itu teriawa keras, Ilmuku sakti Ih-kah-sinkang, tiada lawannya di dunia. Satu-satunya yang mampu mengimbangi ilmuku itu hanyalah Thian-kong-sin-kang. Tetapi itu pun harus dilihat sampai dimana tingkat pelajaran orang yang mempunyai Thian-kong-sin-kang itu!" Sejenak paderi itu memandang Siau-liong tajam-tajam lalu

tiba-tiba membentak, Hayo, bertempur!" Siau-liong mendengus dingin terus hendak menghantam tetapi tiba-tiba benaknya terlintas sesuatu dan menurunkan tangannya lagi. "Hm, takut kepada paderi tua ini?" ejek paderi Kim Ting Siau-liong tertawa dingin, Seumur hidup aku tak pernah mengenal kata2 takut! Hanya ingin sekali lagi kujelaskan, bahwa maksudku hendak meminta katak mustika itu bukanlah untuk kepentingan diriku peribadi melainkan untuk menolong seluruh tokoh persilatan yang sedang terkurung di puncak Kim Ting. Keempat tokoh pewaris dari empat macam ilmu saktipun telah ditawan oleh Iblis-penakluk-dunia, maka akupun sesungguhnya tak mempunyai selera bertempur dengan engkau!" 878 Paderi itu deliki mata dan tertawa, Budak! Kecerdasanmu sebagai seorang setan cilik memang boleh juga -ia berhenti sejenak lalu: Dengan cara bagaimanakah supaya dapat kubangkitkan seleramu bertempur dengan aku?" Mata Siau-liong sejenak berkeliaran lalu berkata, Jika aku sampai kalah, terserah saja bagaimana lo-siansu hendak menghukum diriku. Tetapi bila aku beruntung menang.... Paderi Kim Ting cepat tertawa menukas, Asal engkau mampu menangkan aku, katak berkaki-tiga itu pasti akan kuberikan kepadamu!" "Apakah lo-siansu takkan menyesal?" Siau-liong berdebar-debar menunggu kesempatan itu. Memang ia tak mempunyai harapan besar untuk memenangkan pertempuran itu namun iapun tak lekas putus asa untuk menyerah. Mudah-mudahan nasib akan membawa perobahan baik kepadanya. Paderi itu membentak, Huh, engkau kira aku seorang yang tak dapat dipercaya?" Siau-liong terkejut. Dilihatnya sepasang mata paderi kurus itu berapi-api. Wajahnya tidak menampil kemarahan tetapi kewibawaan yang menonjol, sehingga Siau-liong merasa kecil diri. Sekalipun ia tak dapat memastikan dapat mengalahkan paderi itu. tetapi karena keadaan sudah mendesak, maka bagaimanapun juga ia harus mencoba dengan sekuat tenaganya. Apabila ia beruntung dapat menang, ia akan memperoleh katak mustika yang amat diperlukan untuk pembuatan pil Sip-siau-cwan-soh-sin-tan. Pil yang akan menolong para tokoh2 dari kebiusan. 879 Dengan tujuan itu, longgarlah hati Siau-liong. Sekalipun ia mati dalam pertempuran dengan paderi Kim Ting itu, tak apalah. Ia serahkan saja pada nasib.

Dengan kebulatan tekad yang pasrah itu, ia segera salurkan tenaga dalam bersiap-siap. Wajah paderi sakti dari Kim Ting itu tetap tenang sekali. Kakinya pun bebas tak mengunjukkan persiapan apa2. Tetapi sekali pun begitu, paderi itu memancarkan perbawa yang menggetarkan hati orang. Setelah mengempos semangat, berserulah Siau-liong dengan nada serius, Silahkan lo-siansu mulai!" Paderi sakti itu tersenyum, ujarnyy, Berkelahi dengan engkau masakan aku masih menginginkan menyerang lebih dulu?" Siau-liong menyadari bahwa paderi itu memang sakti sehingga tak memandang mata kepadanya. Diam-diam ia girang karena paderi itu menghendaki supaya diserang lebih dulu. "Kalau begitu maafkan aku berlaku kurang hormat!" serunya tertawa lalu balikkan tangan kiri dan pelahan-lahan diarahkan kepada paderi itu. Aneh sekali gerakan Siau-liong itu. Seperti menghantam tetapi pun seperti menutuk. Seperti mencengkeram tetapi pun seperti menampar. Suatu gerakan tangan yang memungkinkan seribu akibat. "Budak! Gerakanmu itu hanya gertakan kosong, masakan engkau mampu mengelabuhi aku!" seru paderi Kim Ting tertawa. Ia tak mau bergerak sama sekali dari tempatnya dan seolah-olah tak mengacuhkan tangan Siau-liong. 880 Siau-liong terkejut. Ia heran mengapa lawan tahu gerak serangannya itu kosong. Tetapi secepat kilat ia terus gerakkan tangan kanan dengan jurus Hun-hoa-hud-liu untuk mencengkeram siku lengan kiri dari paderi itu. Namun paderi itu tetap tertawa lepas dan tak mau bergerak dari tempatnya berdiri. Diam-diam Siau-liong girang. Ia tambahi tenaga dalam pada tangan kanan untuk mencengkeram lengan sipaderi. Pikirnya, Karena engkau tak mau menghindar dan menangkis, rupanya Tuhan memang menghendaki aku menang!" Tetapi alangkah kejutnya ketika ia merasa tentu dapat mencengkeram tangan orang, tiba-tiba entah bagaimana. ia mencengkeram angin kosong. Jangankan siku lengan, bahkan ujung baju paderi itupun tak mampu dijamahnya. Dan ketika memandang kemuka, dilihatnya paderi kurus itu masih tegak di tempatnya. Tampaknya ia tak berkisar sama sekali. Kejut Siau-liong bukan kepalang, pikirnya, Adakah paderi ini menggunakan ilmu setan?" Tengah ia terlongong, tiba-tiba paderi sakti itu tertawa, Menyerang dengan dahsyat, termasuk ilmu tingkat rendah....!"

Berhenti sejenak ia berkata pula, Budak, adakah begitu jelek engkau mempelajari ilmu Thian-kong-sin-kang itu?" Siau-liong tersipu malu. Diam-diam ia makin terkejut dan menyadari bahwa yang dihadapinya itu benar-benar seorang 881 paderi yang berilmu tinggi. Jelas pertempuran itu nanti sia2 belaka. Tetapi ucapan paderi itu menyadarkan Siau-liong akan beberapa kenyataan. Bahwa selama digodok dalam gua dengan hawa dingin panas. ia berhasil memecahkan beberapa pelajaran sulit dalam kitab Thian-kong-pit-kip. Walaupun ilmu tersebut kebanyakan tergolong pada ilmu Nafas dan tampaknya tiada hubungannya dengan ilmu pukulan dan tutukan, tetapi otak Siau-liong yang cerdas segera dapat menyadari. Thian-kong-sin-kang adalah suatu ilmu ajaran yang mengutamakan Sin (semangat). Bahwa selama dalam gua tadi dengan susah payah ia berhasil memahami pelajaran2 tentang Semangat, Hati, Keinginan, Pikiran, Gerakan, Ketenangan, Kosong dan Isi. Mengapa saat itu ia tak menggunakan apa yang diketahui itu? Siapa tahu kemungkinan hal itu merupakan inti dari pelajaran Thian-kong-sin-kang. Maka tersenyumlah ia berkata, Harap lo-siansu jangan menertawakan, berhati-hatilah!" Pada saat itu ia tetap bergerak dalam jurus Hun-hua-hudliu untuk mencengkeram pergelangan tangan kiri paderi Kim Ting. Tiba-tiba paderi Kim Ting tertawa gelak2, Ho-la! Thiankongsin-kang memang benar-benar bukan ilmu picisan!" Siau-liong terkejut sekali. Baru pikirannya merencanakan untuk mengembangkan Semangat, Hati, Keinginan, Pikiran dan lain-lain dalam jurus Hun-hua-hud-liu, tahu2 lengan kanan paderi itu telah dapat dicengkeramnya. 882 Ia benar-benar tak menyadari bahwa lupa kalau sedang bergerak dalam jurus itu. Karena tercengang kejut ia sampai lupa untuk menggunakan tenaga menggenggam lengan orang. Paderi Kim Ting tertawa. Lengan kirinya tiba-tiba memancar tenaga dalam sehingga separuh tubuh Siau-liong terasa kesemutan dan tangan kanannya terlempar gemetar. Tangannya itu serasa diborgol dengan rantai. Kiranya paderi King Ting balas mencengkeram pergelangan tangannya. Ho, dari kalah jadi menang!" paderi itu tertawa keras. Siau-liong terkejut. Cepat ia kerahkan tenaga dalam ke arah pergelangan tangan. Tetapi walau pun kelima jari paderi itu amat kurus sekali, namun kuatnya tak kalah dengan baja. Karena Siau-liong menggempur dengan tenaga dalam, tenaga

dalam itu terhalau balik dan hampir saja menghancurkan isi dadanya sendiri. "Habislah riwayatku sekarang!" diam-diam Siau-liong menghela napas. Tiba-tiba paderi itu membentaknya, Goblok! Apakah engkau tak tahu apa yang disebut Menyerang untuk menindas serangan? Adakah ilmu dasar itu tak dapat engkau gunakan?" Serentak Siau-liong seperti orang yang dibangunkan dari mimpi. Ia mengeluh dalam hati mengapa tak ingat akan cara itu. Maka cepat ia rentangkan kelima jari kiri dan menutuk dada lawan. Gerakan itu berlangsung serempak dengan Angan-angannya. Benar-benar suatu perpaduan antara keinginan dan Gerakan tangan. Karena terdesak, paderi Kim Ting terpaksa miringkan tubuh, Tetapi secepat itu kelima jari Siau-liong pun ditarik 883 mundur lalu dirobah untuk memapas pergelangan tangan sipaderi. Paderi Kim Ting tertawa gelak2. Ia lepaskan tangan kirinya lalu mundur tiga langkah, serunya, Bahan yang boleh dijadikan....!" Siau-liong tertegun. Ia merenungkan pertempurannya lawan paderi Kim Ting itu. Begitu bergebrak sudah dikuasai paderi itu. Bila paderi itu tak memberi petunjuk, mungkin ia tentu sudah kalah. Tiba-tiba paderi itu berkata pula, Walaupun tak pernah berkelana di dunia persilatan tetapi kupercaya ilmuku Ih-kasinkang itu pasti tak ada orang yang mampu bertahan sampai tiga jurus. Menilik usiamu yang masih muda tetapi mampu bertanding seri dengan aku, engkau benar tak mengecewakan dirimu sebagai pewaris Thian-kong-sin-kang Sejenak mengicup mata, paderi itu melanjutkan pula, Karena belum tahu menang atau kalah, kali ini kulanggar peraturan untuk memberi ampun kepadamu. Tetapi jangan harap engkau mampu mendapat katak mustika itu....! lekas keluar dari gua ini!" Siau-liong malah maju selangkah lalu berlutut di hadapan paderi itu, "Sungguh mataku tak dapat melihat gunung Thaysan, Bila perbuatanku tadi ada yang kurang ajar, harap losiansu sudi maafkan.... Saat itu ia telah menyadari tujuan paderi Kim Ting yang baik. Sambil memaki dirinya yang tolol, ia melanjutkan ucapannya menghaturkan terima kasihnya, Atas petunjuk yang lo-cianpwe berikan, wanpwe.... ," 884 "Engkau keluar sendiri atau harus kuhalaumu? " tukas paderi sakti itu dengan wajah beku. Siau-liong tertegun, sahutnya, Biarlah aku pergi sendiri!

Tetapi.... ia pelahan-lahan berbangkit, serunya, Barang bekalku yang diambil oleh kedua sian-tong tadi, harap lo cianpwe suka mengembalikan!" "Masakan aku sudi mengambil barangmu!" bentak paderi itu dengan marah seraya ayunkan tangannya. Saat itu Siau-liong sudah tak punya prasangka jelek kepada paderi Kim Ting. Dan pukulan paderi itu sama sekali tak mengeluarkan suara. Pada saat Siau-liong terkejut, tubuhnya sudah dilanda oleh gelombang tenaga dahsyat. Untunglah tenaga itu amat lunak sehingga tak melukai tubuh Siau-liong. sekalipun begitu Siau-liong terpental sampai lima enam tombak jauhnya.... Ketika ia berdiri tegak barulah menyadari bahwa dirinya sudah berada di luar gua. Kedua bocah baju biru dan putih, melesat keluar gua. Dengan pandang dingin mereka menatap Siau-liong sejenak lalu menekan tepi pintu gua. Terdengar bunyi berderak-derak dan dari kedua tepi, meluncurlah sekeping pintu batu, menutup gua rapat2. Siau-liong menghela napas panjang. Ia tegak terlongonglongong. Tiba-tiba terdengar suara orang memanggilnya lembut, Siau-liong! Siau.... Siau-liong terkejut dan berpaling. Ketika memandang seksama, kejutnya bukan kepalang. Tampak si dara Song Ling tegak di sampingnya sambil menatap dengan pandang 885 bertanya. Sedang Kakek Mata-satu masih duduk dua tombak jauhnya dari pintu gua, tersenyum-senyum tak berkata apa2. Bertanya Siau-liong gopoh, Nona Song, bagaimana dengan Ceng Hi totiang dan rombongannya. Saat ini.... Song Ling menunjuk ke sebelah jauh, Mereka berada disana!" Sambil memandang ke arah yang ditunjuk si dara, Siauliong bertanya pula, Apakah mereka tak bertempur lawan kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia?" Song Ling gelengkan kepala, Agaknya tidak.... kemudian dara itu bertanya, Bagaimana dengan katak berkaki-tiga? Apakah sudah engkau peroleh?" Siau-liong menghela napas, Ah, paderi itu memang berwatak aneh sekali, sukar dirabah hatinya.... Dalam pada berkata-kata itu, ia sudah tiba dihadapan si Kakek Mata-satu. Ia lalu menuturkan semua pengalaman yang dialaminya. Song Ling kerutkan batang hidung, Kalau begitu, paderi itu memang tak dapat diajak berunding dengan baik2. Dia tak mau memberikan katak mustika itu sih tak apa. Tetapi mengapa masih menahan barang2 orang dan menyiksa orang begitu rupa....!" Kemudian dengan pandang menggeram, dara itu berpaling

ke arah kakek gurunya, Bukankah sucou mengatakan sering mengunjungi dan bermain catur dengannya? Mengapa sucou tak menemuinya dan mendampratnya!" 886 Siau-liong tertawa, Tetapi paderi sakti itu memang tak kecewa sebagai seorang paderi yang luhur. Walaupun aku disiksa setengah hari dijebluskan dalam gua, tetapi aku memperoleh manfaat yang tak sedikit!" "Apakah dia memberi petunjuk ilmu silat kepadamu?" tanya Kakek Mata-satu. Siau-liong mengangguk, Boleh dianggap begitulah." "Apakah sekarang ia merasa akan mampu menghadapi keroyokan keempat tokoh pewaris ilmu sakti itu?" "Ini.... ini aku tak berani memastikan. Dan lagi.... Siauliong banting kaki menghela napas, Dan lagi, guruku dan lainlain tokoh masih dikuasai kedua suami isteri iblis itu. bahkan obat-obatan dan resep2 berharga pemberian guruku juga turut hilang.Sekalipun aku dapat melawan keempat pewaris ilmu sakti mitu, tetapi apa gunanya? Apakah suruh aku menjadi seorang murid yang mencelakai guru? Habis berkata hidungnyapun lembab, beberapa air mata menitik turun. Song Lingpun dengan cemas memegang ujung baju kakek gurunya, Cousu-ya, harap engkau lekas mencari daya! Apakah engkau benar-benar tak memikirkan nasib ibuku?" Kakek Mata-satu itu mengelus-elus bahu si dara seraya menghiburnya, Nak, jangan ributlah...." Kemudian memandang ke langit, kakek mata satu itu melanjutkan, Sekarang hari masih pagi. Walaupun kedua iblis itu hendak mengadakan rencana apa saja, tetapi tentu akan menunggu sampai tengah malam. Baiklah kita tunggu saja bagaimana perkembangannya nanti. Kurasa paderi kurus itu 887 tentu tak berhenti sampai disini. Mungkin.... ia mengeluselus jenggotnya yang panjang dan berdiam diri. Sepasang mata dara itu berkaca-kaca dan sandarkan kepalanya pada bahu kakek gurunya. Saat itu matahari sudah condong ke barat Siau-liong mempertajam pendengarannya. Dari atas puncak Kim Ting, terdengar suara batu berdebak-debuk berjatuhan tetapi tak terdengar suara orahg. Beberapa saat kemudian, bertanialah Siau-liong dengan heran, Sedang sibuk apakah Ceng Hi totiang dan rombongannya itu?" "Sedang sibuk membuat panggung yang akan dipergunaKan Iblis-penakluk-dunia untuk mengumumkan pengangkatan dirinya sebagai pemimpin dunia persiatan!" sahut Kakek Mata-satu.

Siau-liong terkejut, Apakah Ceng Hi totiang takut mati sehingga rela diperbudak kedua iblis itu?" Kakek Mata-satu tertawa, Justeru kebalikannya! Tindakan Ceng Hi totiang itu hanya sebagai siasat untuk menunggu bala bantuan.... kemudian menatap dengan pandang rawan ke arah Siau-liong, Kakek Mata-satu berkata pula, Mereka telah melihat engkau masuk ke dalam gua maka seluruh harapan mereka tertumpah padamu. Yang mereka harapkan sebagai bala bantuan tak lain ialah engkau dapat mengajak paderi Kim Ting itu keluar dari guanya!" Siau-liong menghela napas, Kalau begitu yang mereka harapkan, akan sia2 saja harapan mereka! Sedang katak berkaki-tiga saja dia tak mau memberikan apalagi disuruh keluar membantu!" 888 Kakek Mata satu tetap tertawa, Walaupun dengan cara menyiksa dirimu itu memang agak keterlaluan tetapi hal itu dapat membuatmu dalam waktu yang singkat, mengetahui pelajaran2 yang sukar dalam kitab Thian-kong-pit-kip. Bukankah itu berarti dia sudah memberi bantuan?" Siau liong terbeliak kaget. Diam-diam ia mengakui ucapan kakek buta itu memang tepat. Dipandangnya kakek itu tanpa berkata apa2. Tetapi dalam hati, penuhlah tanda tanya yang beraneka macamnya. Tiba-tiba terdengar suara berderak-derak. Siau-liong terkejut dan buru-buru memperhatikan ke arah gua. Pintu gua yang tadi menutup rapat, tiba-tiba berderak-derak terbuka pelahan-lahan. "Kutahu paderi kurus itu bukan manusia yang temaha pada harta orang .... (tak terbaca).... Kakek Mata satu tersenyum Kedua bocah baju biru dan putih membawa beberapa barang dan dengan tersenyum simpul melangkah ke tempat Kakek Mata-satu. Bukan kepalang kejut Siau-liong saat itu. Yang dibawa kedua bocah itu bukan lain adalah barang2 miliknya ialah alat penyamaran sebagai Pendekar Laknat. Jelas kedua bocah itu telah membuka buntalannya dan mengeluarkan topeng berwajah Pendekar Laknat dengan rambut palsu, sepasang alis tebal dan sebuah hidung merah. Topeng berwajah Pendekar Laknat yang seram itu dibawa oleh sibocah baju biru. Begitu tiba di depan Siau-liong, kedua bocah itu lalu lemparkan benda itu sepotong demi sepotong, serunya, Cobalah cocokkan, apakah ada yang kurang?" 889 Sambil membawa topeng Pendekar Laknat, bertanyalah bocah baju biru, Perlu apa engkau membawa benda begini macam? Apakah engkau hendak menyaru jadi setan untuk

menakuti orang?" Siau-liong cepat merebut topeng itu, jawabnya, Mengapa engkau berani sembarangan memeriksa buntelan bekalku?" Bocah baju biru terkesiap, serunya gopoh, Sebuah topeng setan macam itu, siapa sudi mengambilnya!" Siau-liong tahu bahwa si dara Song Ling benci setengah mati kepada Pendekar Laknat. Apabila topeng itu sampai diketahui Song Ling tentu akan menimbulkan pertanyaan yang runyam. Maka cepat2 ia segera membungkusnya lagi. Tetapi terlambat. Song Ling sudah melihat semua. Cepat ia melengking, Apa itu?" Siau-liong tertawa meringis, Tidak apa2! Hanya barang permainanku dahulu!" Berikan padaku!" bentak Song Ling, seraya terus merebutnya. Siau-liong tak dapat berbuat apa2 kecuali membiarkan benda itu direbut si dara. Rebutlah sepuas hatimu! Masakan benda macam muka setan begini, hendak kalian rebutkan?" bocah baju biru tertawa mengikik. Sebaliknya bocah baju putih berkata kepada Kakek Matasatu, Suhu tahu kalau engkau tentu sibuk hari ini maka beliau tak mau mengundangmu bermain catur!" 890 Benar," sahut Kakek Mata-satu, aku harus menemaninya bermain-main sehari penuh. Sampaikan terima kasihku kepadanya!" Setelah saling bertukar pandang, kedua bocah itu segera minta diri. Karena topeng Pendekar Laknat direbut Song Ling, hati Siau-liong gelisah resah. Selekas kedua bocah itu pergi, buruburu ia memeriksa obat2 pemberian gurunya, Kongsun Sintho. Ia terkejut melihat bungkusan obat itu menyurut kecil sekali. Tentulah sudah dibuka orang. Dan lebih terkejut pula ketika ia membuka bungkusan itu. Obat2 pemberian gurunya telah lenyap semua. Dan pada buntelan itu hanya terisi sebuah ho-lou atau buli2 berwarna kuning emas. Dalam buli2 itu berisi 20 butir pil warna hitam. Dari kaget, berobahlah hati Siau-liong menjadi rasa girang yang tak terkira. Sambil memegang buli2 pil itu, ia berseru tersendat-sendat, Ini.... ini.... - walaupun hatinya dapat menduga tetapi ia tak berani mengatakan dengan pasti. Kakek Mata satu tertawa, serunya, Paderi seorang paderi luhur. Tak mungkin ia sampai hati melihat keadaan ini. Pil itu tentu pil Sip-siau-cwan-soh-sin-tan yang dibuatnya untuk diberikan kepadamu!" Sambil memandang ke arah gua yang pintunya sudah tertutup lagi, Siau-liong menyatakan hendak menghaturkan terima kasih kepada paderi itu. Tetapi Kakek Mata-satu

menertawakannya, Sejak kecil dia sudah masuk menjadi paderi. Dan saat ini dia sudah tak mau campur tangan urusan duniawi lagi. Perlu apa engkau menggaturkan terima kasih kepadanya?" 891 Memandang kepada kakek itu, diam-diam Siau-liong membenarkan. Katanya dalam hati, Ya, benar, paderi Kim Ting itu sudah tak menghiraukan urusan dunia lagi. Percuma menghaturkan terima kasih kepadanya. Lalu bagaimana caraku membalas budi kepadanya?" Berkata pula Kakek Mata-satu, Paderi tua itu paling gemar bermain catur. Jika senggang akan kutemani dia bermain catur dan akan kukatakan kepadanya bahwa aku mewakili engkau untuk membalas budinya. Tetapi.... tiba-tiba ia berhenti sejenak lalu tertawa, Aku mempunyai sebuah urusan yang hendak kuminta engkau meluluskan lebih dulu." "Apapan juga, harap lo-cianpwe bilang. Asal mampu melakukan, tentu akan kukerjakan sekali pun harus masuk ke dalam lautan api!" "Ah, tak begitu serius. Soal itu.... ," Kakek Mata-satu tertawa penuh arti, "pokoknya tentu membawa kebaikan kepadamu. Tak perlu harus menerjang lautan api karena cukup aman." "Soal apakah itu?" Siau-liong makin heran. Kakek itu gelengkan kepala tertawa, Rahasia alam tak boleh dibocorkan. Yang penting engkau mau meluluskan atau tidak?" Siau-liong memandang kakek itu makin tak mengerti, Bilakah lo-cianpwe menghendaki aku melakukan hal itu?" "Paling cepat pun nanti setelah kedua suami isteri iblis itu sudah terbasmi!" Siau-liong mengangguk dan menyatakan persetujuannya. 892 Dengan wajah mengerut serius, Kakek Mata-satu itu berkata, Pernyataan dengan mulut, tiada jaminannya. Harap engkau mengangkat sumpah!" Tanpa banyak keraguan lagi Siau-liong terus mengikrarkan sumpah, Apabila aku menyesal atas apa yang kusetujui itu, biarlah aku mati ditumpas Allah!" "Bagus!" Kakek Mata-satu tertawa, "sumpah itu cukup gawat dan dapat dipercaya!" Siau-liong tak menghiraukan hal itu. Ia percaya Kakek Mata-satu itu tentu bermaksud baik kepadanya Apalagi hal itu baru dilaksanakan setelah Iblis-penakluk-dunia terbasmi. Saat itu Siau-liong teringat akan si dara. Ketika melirik kesamping, dilihatnya Song Ling masih memandang topeng Pendekar Laknat dengan penuh perhatian dan kegeraman. Begitu Siau-liong melirik ke arahnya, cepat dara itu

membuang topeng dan melengking, Mengapa engkau memiliki benda ini? Apakah hubunganmu dengan Pendekar Laknat?" "Aku.... Siau-liong gugup. Song Ling deliki mata dan menuding Siau-liong dengan marah, Apakah engkau muridnya?" Siau-liong gelengkan kepala menghela napas, Aku bukan muridnya, dan lagi.... Song Ling melonjak dan meraung-raung seperti singa betina yang kehilangan anak, Bagus! Engkau ternyata mengakui, engkau.... engkau.... ah. mataku sungguh buta!" 893 Habis menumpahkan kemarahannya, dara itu terus menangis gerung-gerung. Siau-liong gopoh tetapi tak dapat berbuat apa-apa. Setelah dara itu berhenii menangis, barulah ia coba menghibur, Nona, Pendekar Laknat sudah meninggal.... Song Ling terbeliak tetapi cepat mendengus dingin, Ngaco! Kapankah dia meninggal?" Siau-liong menghela napas, Dia sudah meninggal di dalam Lembah Penasaran di gunung Hongsan. sama sekali dia tak pernah muncul di dunia persilatan lagi." ia berhenti meragu sejenak lalu melanjutkan, Yang muncul sebagai Pendekar Laknat di dunia persilatan itu sesungguhnya adalah aku sendiri.... Kalau begitu yang bertempur dengan aku di lembah Mati dulu itu, juga engkau?" Siau-liong mengiakan, Ya, aku terpaksa melakukan hal itu, harap nona maafkan." Song Ling duduk lagi seraya bertanya, Apa perlumu engkau melakukan hal itu?" Ah, panjang sekali kalau diceritakan," Siau liong menghela napas, "pokoknya, walaupun aku dan dia tak mempunyai ikatan sebagai guru dan murid tetapi dalam kenyataan aku telah menerima pelajarannya. Jika dia tak mengorbankan hawa murninya selama berpuluh tahun untuk memberi penyaluran kepada tubuhku, tentulah aku sudah mati dalam Laut Penasaran itu. Dan jika dia tak menyalurkan tenaga murninya itu kepadaku, tentu belum meninggal.... 894 Siau-liong berhenti sejenak lalu melanjutkaa pula, Dan lagi walaupun dia disohorkan orang sebagai manusia laknat yang ganas, tetapi menurut pengamatanku, sebenarnya dia seorang tua yang berbudi luhur, seorang tua yang kesunyian hidupnya!" Sambil bercucuran airmata, Song Ling bertanya, Tahukah engkau bahwa dia itu manusia yang membunuh ayahku?" Siau-liong menghela napas.

Bagaimana beliau mengikat permusuhan dengan nona, aku tak tahu. Tetapi aku selalu membedakan budi dan dendam. Pendekar Laknat telah melepas budi besar kepadaku. Sudah tentu aku wajib membalasnya. Tindakanku menyamar sebagai Pendekar Laknat, tak lain karena hendak memulihkan nama baik beliau dalam dunia persilatan. Agar beliau mendapat perindahan dan penghormatan dari kaum persilatan." Tiba tiba Song Ling berbangkit, bentaknya, Engkau hendak membalas budi dan aku hendak membalas dendam! Oleh karena Pendekar Laknat sudah mati, maka perhitungan itu akan kuminta kepadamu!" Habis berkata nona itu terus mengangkat tangan hendak memukul. Melihat itu Kakek Mata-satu cepat ulurkan tangan melerai, Ah, perlu apa harus begitu?" Sesungguhnya Song Ling tak bermaksud memukul Siauliong. Adalah karena menumpahkan kegeramannnya maka ia sampai marah begitu rupa. Setelah dicegah Kakek Mata-satu. cepat ia menarik pulang tangannya dan menangis tersedusedu. 895 Kakek itu menghela napas panjang, ujarnya; Karena Pendekar Laknat sudah mati maka dendam permusuhannya pun sudah habis.... Kemudian menunjuk pada Siau-liong, kakek itu melanjutkan pula, Bahwa anak itu hendak membalas budi Pendekar Laknat, sungguh langkah yang patut dipuji.... "Apa yang patut dipuji . ,.... dengus Song Ling. Kakek Mata-satu tertawa, Nak, apakah engkau suka kalau dia menjadi seorang manusia yang tak tahu membalas budi!" Song Ling balikkan kelopak matanya, Apa sangkut paut diriku denran dia. Mulai saat ini, aku takkan memperdulikannya lagi!" Dara itu terus palingkan muka. Kakek Mata-satu hanya geleng2 kepala. Katanya pula, Tentang hubungan ibumu dengan Pendekar Laknat dahulu, mungkin engkau belum jelas. Maukah engkau mendengar ceritaku?" Song Ling terdiam sejenak lalu berseru, Ceritakanlah!" Dengan permusuhan antara Randa Busan dengan Pendekar Laknat dan bagaimana ayah Song Ling sampai mati ditangan Pendekar Laknat. memang ingin sekali diketahui Siau-liong.... Maka pemuda itu mendengarkan cerita sikakek dengan penuh perhatian. Setelah batuk2 sebentar, kakek Mata-satu itu berkata kepada Song Ling, Dahulu ibumu itu seorang anak sebatang kara yang dibuang oleh orangtuanya. saat itu ia baru berumur 896 tiga tahun dan menderita sakit keras seorang diri ditinggalkan

dalam hutan.... Song Ling kerutkan alis dan cepat menyelutuk, Kakek, jangan mengibuli aku!" Mata sikakek yang tinggal satu itu mendelik, "Masakan aku sampai hati membohongi engkau!" Song Ling tertegun . lalu tundukkan kepala. Kemudian kakek Mata-satu pun melanjutkan ceritanya lagi. "Pada waktu itu kebelulan Pendekar Laknat lewat di hutan situ. Ia tak sampai hati melihat seorang anak perempuan kecil terkapar diantara gunduk batu dalam keadaan menderita sakit parah. Diambilnya arak itu pulang. Keadaan ibumu saat itu benar-benar amat parah sekali. Hidupnya yang menderita kekurangan dan penyakit yang diidapnya begitu parah, lalu dibuang dalam hutan beberapa hari tak makan tak minum, didera hujan dan angin. menyebabkan ibumu tak mungkin ditolong jiwanya lagi.... Kakek itu berhenti menghela napas. "Melihat anak itu sudah meregang jiwa tetapi masih bernapas, Pendekar Laknat membawanya ke gunung Kun-lun yang jauh. untuk minta obat kepada Se Hong sanjin, seorang tabib sakti. Tetapi sungguh sial. Tabib itu sedang berkelana keluar, sehingga Pendekar Laknat tak dapat berjumpa. Ibumu benar-benar sudah tiada harapan tertolong lagi. Tetapi sekali pun begini, Pendekar Laknat tetap tak sampai hati untuk membuangnya. Sambil membopongnya, ia mondar mandir menghela napas panjang pendek.... 897 Song Ling rentangkan sepasang biji mata dan bertanya, Kakek! Mengapa engkau tahu keadaan ibuku begitu jelas?" Kakek Mata-satu itu tersenyum, sahutnya! "Karena pada saat itulah aku berjumpa dengan mereka.... Mata sikakek tampak berkilat-kilat seperti mengenangkan peristiwa itu. Lalu ia melanjutkan pula. "Walaupun aku tak mengerti ilmu pengobatan, tetapi kebetulan aku masih mempunyai pil Kiu-cwan-koh-wan-tan pemberian si Tabib-sakti Se Hong saniin. Atas permintaan Pendekar Laknat, kuberikan kepadanya sebutir pil itu. Karena belum takdirnya mati, setelah minum pil itu, ibumu pun sembuh. Pendekar Laknat lalu membawanya pulang ke Hongsan. Karena wajahnya yang buruk dan menyeramkan maka Pendekar Laknat mengasingkan diri di gunung dan tak mau bergaul dalam masyarakat ramai. Beberapa tahun kamudian dalam asuhan dan rawatan Pendekar Laknat, anak perempuan itu cepat tumbuh dewasa. Beberapa belas tahun kemudian, anak itu sudah menjadi seorang gadis yang berumur 20-an tahun. Dalam masa yang begitu panjang itu, dari seorang anak perempuan yang tak tahu apa2, ibumu telah menjadi seorang

gadis dewasa. Tetapi dia hidup dalam lingkungan alam pegunungan yang berpenghuni pohon dan binatang. Satusatunya manusia yang menjadi teman pergaulannya hanya Pendekar Laknat. Dalam pandangan ibumu, wajah buruk dari Pendekar Laknat itu tidak menyeramkan karena sudah biasa. Sejak kecil ia melayani Pendekar Laknat dan menganggapnya manusia biasa seperti dirinya. 898 Bermula mereka hidup sebagai ayah dan anak. Umur Pendekar Laknat lebih tua 30 tahun. Tetapi ketika ibumu berumur 20 tahun, hubungan merekapun mengalami perobahan.... Kakek Mata-satu berhenti sejenak, menghela napas. Lalu melanjutkan ceritanya lagi. "Soal itu aku berani mengatakan pasti tentang diri Pendekar Laknat. Sekalipun ibumu merobah pandangannya kepada Pendekar Laknat, dari ikatan ayah dan anak menjadi cinta kasih wanita dan pria, tetapi selama itu Pendekar Laknat tetap tak mau melanggar garis2 terlarang.... Kembali kakek Mata-satu itu berhenti dan menghela napas rawan. "Mereka hidup dalam kesunyian dan ketenangan. Tetapi mereka merasa bahagia. Tiap hari mereka selalu berburu burung, mencari ikan. Hari2 dilewati dengan penuh kegembiraan. Sampai pada akhirnya, Pencekar Laknat telah melakukan suatu tindakan yang salah.... "Tindakan apa?" karena tak sabar lagi, Song Ling cepat bertanya. "Tidak seharusnya Pendekar Laknat membawa ibumu melihat-lihat ke kota! Mungkin karena hendak mengambil hati ibumu supaya senang, atau mungkin karena lain sebab, maka Pendekar Laknat membawa ibumu turun ke dunia persilatan. Sebagai seorang gadis yang tak pernah bergaul dengan orang, segala yang dilihat dan dijumpai, selalu membuat ibumu heran, Kemudian ia menyadari bahwa dunia ini ternyata amat luas dan ramai. Sejak itu, pandangan ibumu terhadap Pendekar Laknatpun berobah. Mereka sering cekcok dan 899 bertengkar. Sampai pada suatu hari, ibumu telah mengenal seorang pemuda she Song dan kedua saling intim.... Kembali kakek Mata-satu berhenti seraya geleng-gelengkan kepala. "Apakah dia.... ayahku.... Song Ling berseru gopoh. "Benar," sahut Kakek Mata-satu, "pemuda she Song itu adalah ayahmu. Ibumu memutuskan, untuk meninggalkan Pendekar Laknat dan lari bersama pemuda itu. Sekalipun Pendekar Laknat amat berduka atas peristiwa itu, tetapi dia dapat memaafkan ibumu. Dia menyadari bahwa hal itu memang tak dapat dicegah lagi. Maka ia tak mau mengejar

dan lalu pulang ke gunung Hong-san. Sejak itu ia hidup dirundung duka. Walaupun ia dapat memaafkan ibumu, tetapi ia teiap tak dapat melupakan kenangan hari2 yang bahagia bersama ibumu. Sejak itu ia menjadi manusia pembenci dunia. Dia benci kepada seluruh manusia di dunia ini. Dua puluh tahun yang lalu, muncullah keempat momok Thian, Te. Liong, Hou atau Iblis-penakluk-dunia, Dewi Neraka, Harimau Iblis dan Naga Terkutuk. Dunia persilatan dilanda banjir darah. Mendengar itu, Pendekar Laknat pun turun gunung dan melakukan pembunuhan tanpa pandang bulu. Baik tokoh golongan Putih maupun Hitam, dibunuhnya semua. Karena tindakannya yang ganas itu, maka oleh kaum persilatan, mereka dijuluki sebagai Lima Durjana. Sebenarnya, hanya suatu fitnah belaka bahwa Pendekar Laknat itu, membunuh secara membabi buta tanpa pandang bulu. Karena sesungguhnya yang dibunuh itu kebanyakan hanya kaum persilatan yang bejat moralnya. Dan selama itu tak pernah ia bergabung dengan keempat momok itu. Kemudian tampillah Ceng Hi toiang memimpin barisan orang gagah untuk menghalau Iblis-penakluk-dunia dan gerombolannya itu dari Tionggoan. Sejak itu, Pendekar Laknatpun pulang ke gunung Hongsan lagi. Dua tahun 900 kemudian pada pertengahan musim rontok, ibumu dan pemuda Song itu telah menikah. Entah bagaimana, kedua suami isteri itu membawa puterinya yang masih bayi ialah engkau, menjenguk Pendekar Laknat di gunung Hong-san. Sebagai anak yang telah dirawat sejak kecil ibumu memang masih mempunyai ikatan batin kepada Pendekar Laknat sebagai ayah. Walaupun sudah menikah dengan lain orang namun ia masih tetap terkenang akan orang tua yang hidup sepi seorang diri di gunung itu. Maka diajaknyalah sang suami dan puterinya untuk menyambangi orang tua itu. Ia ingin menghibur orang tua yang telah melepas budi besar kepadanya. Tetapi kunjungan yang bermaksud baik itu telah menimbulkan peristiwa yang menyedihkan. Saat itu watak Pendekar Laknat memang sudah berobah. Dari seorang tua yang sabar dan murung dia telah menjadi seorang manusia yang pemarah dan gemar membunuh. Dia menafsirkan kedatangan ibumu bersama suaminya itu sebagai suatu tindakan untuk mengejeknya. Apalagi ayahmu yang masih muda itu memang berhati tinggi dan angkuh. Setitik pun dia tak memandang hormat kepada Pendekar Laknat. Dalam percakapan, timbullah salah faham dan karena sama ngototnya, mereka segera berkelahi.... Kakek Mata-satu menghela napas, berdiam Diri. Begitulah Pendekar Laknat lalu membunuh ayahku?" tanya si dara. Kakek Mata-satu mengangguk pelahan.

Jika Pendekar Laknat benar-benar sayang pada ibuku, tak seharusnya ia membunuh ayahku!" Song Ling menggeram pula. Namun nadanya agak berkurang bencinya kepada Pendekar Laknat. 901 Kakek itu menghela napas, Aku berani mengatakan, bahwa semula pendekar Laknat memang tiada maksud untuk membunuh ayahmu. Hal itu lebih cenderung kalau kesalahan tangan saja. Tetapi ibumu marah sekali dan seketika itu juga ia pergi dan bersumpah akan melakukan pembalasan. Sejak itu berulang kali ia menantang Pendekar Laknat supaya datang kepuncak Hong-san pada hari Tiong jiu (pertengahan musim rontok)'untuk menyelesaikan hutang darah itu. Tetapi Pendekar Laknat tak pernah datang! Dan pada tahun kematian suaminya itu, ibumu datang berguru kepadaku!" Selesai mendengar cerita kakek gurunya, Song Ling menutup matanya dengan kedua tangan dan menangis tersedu sedan. Siau-liong juga tergerak hatinya. Timbul rasa perindahannya kepada Pendekar Laknat. Tanpa disadari, ia telah mengenakan topeng Pendekar Laknat itu kemukanya. Song Ling tak berkata apa2. Tiba-tiba dilihatnya Siau-liong memakai topeng Pendekar Laknat. Seketika ia tertawa dan berseru, Huh, seram sekali!" Siau-liong hanya tersenyum. Saat itu ia telah menyimpan pil pemberian paderi Kim Ting ke dalam bajunya. Dapat atau tidaknya ia menolong para tokoh2 yang ditawan Iblispenaklukdunia itu, nanti malam akan ketahuan hasilnya. Saat itu sudah petang hari. Suasana dalam hutan pun makin sunyi dan menyeramkan. Tiba-tiba kakek Mata satu berkata kepada Siau-liong, Saatnya sudah hampir tiba, Iblispenaklukdunia dan Dewi Neraka itu.... tiba-tiba kata2nya terhenti oleh suara tertawa nyaring yang bergelombang di udara. 902 Ah, itulah suara tertawa si Iblis-penakluk-dunia. Nyata dia sudah kembali ke puncak Kim Ting lagi.... Siau-liong menjurah di hadapan kakek Mata-satu dan berkata, Musuh sudah menampakkan diri, untuk sementara ini terpaksa wanpwe hendak minta diri." Song Ling pun juga berbangkit dan berkala gopoh, Cousuya, mohon cousu-ya suka membantunya menolong ibuku!" Kakek Mata-satu menarik tangan Song Ling; "Saatnya belum tiba, untuk sementara ini lebih baik kita menunggu saja bagaimana perobahannya." Lalu ia berkata kepada Siauliong, Bertindaklah menurut gelagat. Jangan mengandalkan keberanian semata-mata lalu bertindak menurutkan kehendak kemarahan. Pergilah!"

Siau-liong mengiakan lalu loncat kemuka dan lari mendaki ke puncak Kim Ting. Apakah dia mampu menolong ibuku dan tokoh2 itu?" tanya Song Ling dikala mengantar kepergian Siau-liong dengan pandang mata harap2 cemas. "Dia seorang pemuda yang berani, sakti dan pandai menyesuaikan diri," sahut kakek Mata-satu, diapun telah menyadari betapa gawatnya peristiwa ini. Rasanya dia tentu dapat bertindak hati2 dan berhasil menunaikan tugasnya." "Mengapa kakek tak ikut menyertainya? Bukankah dia akan merasa lebih kuat?" tanya si dara pula. "Ah, tampaknya memang begitu. Tetapi sesungguhnya dia akan dapat bertindak lebih leluasa apabila pergi seorang diri. Dengan kusertai, mungkin musuh cepat dapat mengetahui jejak kita." 903 "Bagaimana kalau dia gagal?" kata si dara pula dengan resah. "Kita hanya dapat berusaha dan tak dapat memastikan kalau berhasil. Namun setiap perbuatan baik, tentu diberkahi Allah. Ah, sudahlah, kita tunggu saja bagaimana perkembangannya!" ---ooo0dw0ooo--Saat itu Cong Hi totiang dan rombongan yang berada dipuncak Kim Ting, gelisah resah pikirannya.... Walaupun Soh Beng Ki-su berulang kali mendesak supaya cepat2 menyelesaikan pembuatan panggung itu, tetapi Ceng Hi totiang dan rombongan orang gagah itu tetap hendak mengulur waktu. Dengan segan2 mereka mengusung batu2 besar. Maka sampai hari sudah petang, panggung itu belum juga selesai. Serempak dengan suitan yang memecah angkasa itu, kedua suami isteri Iblis penakluk-dunia pun memimpin berpuluh anak buahnya, kembali kepuncak. Melihat hasil pembuatan panggung, Iblis-penakluk-dunia membentak, Lekas panggil Ceng Hi si imam tua itu kemari!" Soh Beng Ki-su segera membentak, Imam hidung kerbau, apakah engkau tuli?" Ceng Hi totiang terpaksa maju dua langkah tetapi tak berkata apa2. Iblis-penakluk-dunia membentaknya, Oleh karena cita2 untuk memimpin dunia persilatan sudah terlaksana, maka aku 904 selalu bermurah hati kepada orang. Tak mau membunuh orang yang tak bersalah. tetapi mengapa engkau malah menentang perintahku?" Saat itu hati Ceng Hi totiang amat gelisah sekali. Siau-liong yang sudah berjam-jam masuk ke dalam gua menemui paderi

Kim Ting, sampai saat itu belum juga keluar. Dan saat itu adalah detik-detik yang menentukan. Rasanya kecuali harus berjuang sendiri, tiada lain jalan lagi. Setelah mantap dengan keputusan itu, ia segera berpaling ke arah rombongan orang gagah. Tampak mereka berdiam diri semua tetapi wajahnya menampil kerut kedukaan dan kemarahan. Jelas mereka hanya menunggu komando. Begitu ia memberi perintah, segera mereka akan menyerbu. Tetapi Ceng Hi totiang cukup jelas akan kekuatan lawan dan fihaknya. Memberi komando penyerbuan, berarti menyuruh mereka mengantar jiwa. Dengan pertimbangan itu, ia bersangsi sehingga tak dapat menjawab kata2 Iblis-penakluk-dunia. Melihat Ceng-Hi diam saja, Iblis-penakluk-dunia membentaknya, Hm, rupanya engkau benar-benar sudah bosan hidup?" Ceng Hi totiang menyadari bahwa saat itu ia sudah tak dapat mengulur waktu lagi. Dia tak rela membiarkan Iblis penakluk-dunia menguasai dunia persilatan. Ia tak mau diperintah oleh gerombolan iblis itu. Maka tiada lain pilihan lagi kecuali harus bertempur.... Lebih baik pecah sebagai ratna dari pada hidup bercermin bangkai! Pada saat ia hendak memberi komando kepada rombongannya, tiba-tiba sesosok tubuh melayang dari udara 905 dan tahu2 meluncur di tengah2 Ceng Hi dengan Iblispenaklukdunia. Ketika melihat siapa yang muncul itu, sekalian orang berteriak kaget. Dengan girang Ceng Hi totiang segera maju selangkah dan berseru, Pendekar Laknat, dalam pertempuran di barisan pohon tempo hari, mengapa saudara pergi dengan membawa luka? Telah kusuruh orang untuk mencari kesegenap penjuru tetapi tak berhasil.... Tiba-tiba Iblis-penakluk-dunia tertawa nyaring dan berseru, Tong Siau-liong, engkau sungguh pandai bermain sandiwara.... Sejenak berhenti, iblis itu mengertek gigi dan berseru pula, Jika kali ini engkau mampu lolos dari tanganku, aku akan tinggalkan Tionggoan selama-lamanya!" Sekalian tokoh yang hadir disitu terbeliak kaget. Benarbenar mereka tak mengerti mengapa Iblis-penakluk-dunia menyebut Pendekar Laknat sebagai Siau-liong. Di antara mereka adalah Toh Hun-ki dan keempat Su-lo dari Kong-tongpay segera maju menghampiri dan memandang bayangan punggung Siau-liong dengan lekat. Siau-liong sendiri pun juga tak kurang kejutnya. Ia duga Iblis-penakluk-dunia tentu sudah mengetahui rahasianya. Tetapi karena Iblis itu menelanjangi dirinya dimuka sekalian banyak tokoh iapun merasa tak enak juga.

"Iblis tua!" teriaknya dengan marah, "hari akhirmu sudah tiba, jangan.... Iblis-penakhak-dunia menukas tawa, Benar, memang hari ini bakal ada orang yang akan habis riwayatnya! Tetapi engkau harus tahu siapakah orang itu.... -sejenak ia keliarkan 906 mata lalu melanjutkan pula, "aku menyesal mengapa tempo hari tak membunuhmu. Tetapi sekarang engkau mau bicara apa saja, pokok jangan harap engkau mampu lolos dari tanganku!" Siau-liong memancar pandang lalu gunakan ilmu Menyusup-suara berkata, Iblis tua, memang tak salah kalau engkau menyesal bahwa dulu engkau tak membunuh aku. Sekarang menyesal pun tiada gunanya!" Iblis-penakluk-dunia tertawa nyaring, Untuk membunuhmu adalah semudah membalikkan telapak tanganku. Kecuali engkau sudah mempelajari ilmu Thian-kong-sin-kang itu dengan sempurna. Tetapi betapapun cerdasmu, paling sedikit engkau harus menggunakan waktu setengah tahun untuk mempelajarinya. Oleh karena itulah maka beberapa kali kusengaja memberimu jalan hidup!" Masih dengan ilmu Menyusup suara, Siau-liong menjawab, Aku orang she Tong tak sudi menerima kebaikanmu itu. Bahwa engkau tak mau membunuh aku itu bukan lain karena engkau hendak merencanakan berbagai siasat untuk menipu aku supaya mau memberikan pelajaran ilmu Thian-kong sinkang!" Iblis penakluk dunia membentak bengis, Aku dapat menangkapmu hidup2 dan membiusmu supaya hilang kesadaran pikiranmu.... kemudian ia menunjuk ke arah Kongsun Sin-tho dan beberapa tokoh lainnya, Seperti mereka itulah contohnya. Masakan engkau tak mau mengatakan ilmu pelajaran itu?" Siau-liong tertawa, Sudah tentu hal itu engkaulah yang paling tahu. Di dunia ini hanya orang yang faham ilmu Thiankongsin-kang itulah yang akan menundukkan engkau. Segala 907 ilmu iblis yang engkau gunakan tak mampu menyesatkan pikiranku.... Berhenti sejenak, Siau-liong berkata pula. Jangan mengira kalau dalam waktu setengah tahun itu engkau mampu menipu aku supaya menerangkan pelajaran itu. Ho, engkau salah hitung dan harus membayar dengan jiwamu!" Dengan marah Iblis-penakluk-dunia berteriak nyaring, Semua tokoh2 sakti dalam dunia telah kukuasai. Masakan usaha yang sudah berhasil itu mampu engkau gagalkan?" habis berkata ia terus gerakkan ruyung dan membentak kawanan Baju hitam yang berada dibelakang, Lekas tangkap

budak itu. Bunuh saja kalau melawan!" Dua orang Baju Hitam pun segera menerjang maju. Pakaian keduanya warna hitam dan mukanya pun mengenakan kerudung hitam, hanya bagian mata yang diberi lubang. Yang seorang tinggi dan seorang pendek. Mereka tak lain adalah Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin! Secepat kilat mereka bergerak menghantam dari kanan dan kiri. Siau-liong diam saja. Secepat kedua pukulan mereka tiba, barulah ia berteriak keras dan gerakkan kedua tangannya menyongsong. "Bum. bum".... terdengar letusan keras disusul dengan hamburan pasir dan pecahan batu. Siau-liong tetap tegak ditempatnya sedang Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin terhuyung-huyung lima enam langkah jauhnya. 908 Sorak-sorai menggemuruh dari mulut rombongan orang gagah! Siau-liong sendiri masih tegak termangu ditempatnya. Kiranya dalam waktu setengah hari, Siau-liong berhasil mengetahui bagian yang paling sukar dari kitab Thian-kongsinkang. Gerakannya telah mencapai tataran, bersatu dengan angan2nya. Apa yang diangan-angankan, tangannyapun sudah bergerak. Iblis-penakluk-dunia pucat. Berpaling ke arah isterinya, ia lecutkan lagi ruyungnya memberi isyarat. Kongsun Sin-tho dan Randa Bu-san yang berdiri di sampingnya segera loncat menyerbu Siau-liong. Setelah dipukul mundur oleh Siau-liong, Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin termangu. Tetapi pada lain saat mereka menggerung lalu maju menyerang lagi. Bermula Siau-liong tak tahu sampai dimanakah kemajuan ilmunya yang telah dicapai. Tetapi setelah mengetabui bahwa ia mampu memukul mundur Lam-hay Sin ni dan Jong Leng lojin, kepercayaan pada dirinya makin besar. Ia segera menyambut serangan Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin dengan pukulan yang bertubi-tubi hingga mereka terpaksa mundur lagi. Tetapi selekas Kongsun Sin tho dan Randa Bu-san ikut menyerang, situasinya berobah. Siau-liong tersentuh hatinya ketika melihat gurunya. Kongsun Sin-tho dan Randa Bu-san mengenakan pakaian seragam biru dan kepalanya ditutup dengan kerudung hitam. Adalah karena terharu melihat keadaan gurunya dan kuatir nanti melukainya, maka gerakan Siau-liong pun agak lambat dan pukulannya juga terpancang. 909 Kebalikannya Kongsun Sin-tho dan Randa Bu-san

menyerangnya dengan kalap. Setiap pukulan selalu menggunakan jurus yang ganas dan mematikan. Tampaknya mereka amat bernapsu untuk membunuh Siau-liong. Demikian pewaris2 dari lima aliran ilmu sakti, saling berbaku hantam dengan seru. Deru angin yang menyambarnyambar, menghamburkan debu dan pasir yang bertebaran menutup sekeliling mereka sehingga sekalian orang sukar melihat bayang2 mereka. Menyaksikan Pendekar Laknat mampu menghadapi keempat tokoh sakti itu dan kepandaiannya jauh lebih maju ketika bertempur dibarisan Pohon Bunga dilembah Semi tempo hari, girang Ceng Hi totiang bukan kepalang. Sekalian orang benar-benar terpesona menyaksikan pertempuran paling dahsyat dalam jaman itu. Mereka terlongong-longong.... Kelima orang itu makin lama makin menggila. Debu dan pasir serta pecahan batu berhamburan mencurah seperti hujan. Angin dan letupan benturan pukulan tak henti2nya berdentang2! Setelah berpuluh jurus menghadapi keempat tokoh sakti itu, Siau-liong makin tenang. Dia makin mengetahui sampai dimana kepandaiannya saat itu. Ternyata bukan saja ia mampu melayani mereka, pun bahkan masih ada sisa untuk balas menyerang. Pula iapun menyadari mengapa Thian kong-sin-kang merupakan ilmu nomor satu dari kelima ilmu sakti itu. Sejak dijebloskan dalam gua oleh paderi Kim Ting, berkat menumpahkan seluruh pikirannya, dapatlah ia mengetahui 910 rahasia dari ilmu Thian kong-sin-kang yang berintikan semangat sebagai pusat penggerak. Bagi yang melihat, serangan keempat tokoh itu tak mungkin dihindari. Tetapi bagi Siau-liong, serangan meieka itu amatlah lambat. Dengan enak sekali ia dapat melihat jelas gerak-serangan setiap lawannya serta tenaga mereka. Dengan demikian mudahlah ia menangkis dan balas menyerang. Maka betapa deras dan dahsyat keempat tokoh itu, namun tak dapat melukainya sama sekali. Tetapi hatinya resah bukan, kepalang. Pertama, karena keempat tokoh pewaris ilmu sakti itu telah dikuasai oleh Iblis-penakluk-dunia. Dan kepandaian yang dicapainya, pun hanya tiba cukup untuk bertanding serie dengan mereka. Dengan demikian sukarlah kiranya ia hendak meminumkan pil Sip-siau-cwan-soh-sin-tan itu kepada mereka. Kecuali ia dapat menawan hidup keempat tokoh itu, tentu tak mungkin ia dapat mengobati mereka. Tetapi keempat tokoh itu amat sakti, sekali salah gerak, dirinya bisa celaka sendiri. Apabila mereka berempat serempak mengeroyok Betapa dahsyatnya, dapat dibayangkan. Siau liong tak tahu, sampai kapan pertempuran itu akan selesai. Mungkin seribu jurus pun takkan rampung.

Iblis-penakluk-dunia tahu jelas keadaan itu Kegelisahannya lebih besar dari Siau-liong. Mereka benar-benar tak mengerti mengapa dalam waktu yang begitu singkat, Siau-liong sudah mencapai kemajuan yang begitu pesat dalam mempelajari ilmu Thian kong-sin-kang. Tetapi kedua suami isteri iblis itu tak sempat memikirkan diri Siau-liong lagi Saat itu mereka harus lekas berdaya untuk menghadapi suasana yang gawat itu. Saat itu masih ada Naga Terkutuk dan Harimau Iblis serta rombongan It Hang totiang yang masih dikuasainya. Mereka merupakan barisan tenaga yang akan menindas Ceng Hi totiang dan rombongan orang gagah. 911 Tetapi Ceng Hi totiang berpendapat, tak mau gegabah turun tangan. Menang atau kalah, hanya tergantung kepada Pendekar Laknat yang menempur keempat tokoh sakti itu. Jika Ceng Hi ikut bergerak, ia kuatirakan mengganggu pikiran Pendekar Laknat. Oleh karena itu Ceng Hi menahan diri dan menunggu perkembangan selanjutnya. Dalam pada itu Siau-liong pun memeras otak untuk mencari jalan. Bukan untuk mengalahkan atau melukai keempat lawannya, melainkan untuk mencari jalan bagaimana dapat meminumkan pil. Hanya dengan begitu dapatlah si tuasi berobah menuju ke arah kemenangan. Tetapi Kongsun Sin-tho dan keempat pewaris ilmu sakti itu menyerang dengan ketat dan hebat sehingga memaksa Siauliong bertempur serie. Dalam beberapa kejab saja mereka telah bertempur sampai 500 jurus. Ceng Hi totiang dan rombongan orang gagah cemas sekali. Jika Siau liong sampai kalah, tentu Iblis-penakluk-dunia akan memperoleh kemenangan besar. Semua orang gagah tentu akan dibasminya. Bagi Ceng Hi totiang, matipun tak soal tetapi bagaimana dengan nasib dunia persilatan nanti? Tiba-tiba Toh Hun-ki ketua Kong-tong-pay menghampiri Ceng Hi totiang dan berbisik, Totiang, menilik keadaannya.... "Bukankah saudara Toh menghendaki aku supaya memberi perintah untuk menyerbu?" "Meskipun kepandaian Pendekar Laknat maju pesat sekali tetapi menghadapi keempat tokoh sakti itu, mungkin.... Baru Toh Hun-ki berkata begitu, tiba-tiba Iblispenaklukdunia gentarkan cambuknya beberapa kali. Getaran itu 912 menimbulkan bunyi yang amat tajam sehingga Siau-liong yang sedang bertempur pun mendengarnya juga. Dan keempat tokoh yang mengeroyok Siau-liong itu, tibatiba tambah menyala semangatnya. Cambuk itu merupakan perintah kepada mereka dan menyeranglah mereka dengan jurus2 yang ganas.

Siau-liong terkejut.... Sesaat ia menjadi sibuk tak keruan dan pontang panting bertahan diri. Tiba-tiba setelah melakukan serentetan serangan maut keempat tokoh itu serempak loncat mundur beberapa tombak, memandang Siauliong tanpa berkata sepatah pun.... Kemudian mereka mundur ke belakang Iblis-penakluk-dunia dan tegak berdiri seperti patung. Iblis-penakluk dunia sengaja memperdengarkan tertawa gelak lalu melangkah ke muka Siau-liong. serunya, Budak! Kepandaianmu maju pesat sekali.... lalu dengan mata berkilat-kilat ia berseru pula, Dengan begitu tambah mantaplah keputusanku untuk melenyapkan engkau!" Siau-liong menggerung marah, Akupun memutuskan untuk membasmimu juga!" Iblis-penakluk-dunia tertawa tak acuh, Lihat saja siapa yang lebih beruntung.... kemudian ia kerutkan wajahnya dan membentak, Sebelum tengah malam nanti, di puncak Giok-li-hong dibawah puncak Kim-ting ini akan kusaksikan engkau masuk ke dalam perangkap. Baik engkau mau datang kesitu atau tidak, apa yang kukatakan ini pasti akan terjadi pada dirimu. Hanya.... Matanya mengeliar seram dan melanjutkan lagi, Tidak sampai tengah malam nanti. ya. ketahuilah bagaimana siasatku yang ganas. Takkan memberi ampun sama sekali!" 913 Andaikata aku tak pergi, mau apa engkau!" bentak Siauliong marah. Dalam hal itu engkau harus memikir panjang. Tiau Bokkun, Mawar Putih dan Kongsun Sin-tho, Randa Bu-san dan semua lokoh2 yang telah kutawan, satu demi satu akan kubunuh semua." Iblis-penakluk-dunia tertawa ibiis. Tak mungkin engkau berani....!" Siau-liong menggembor seraya hantamkan kedua tangannya. Saat itu mereka terpisah dua tiga meter. Ilmu Thian-kong sin-kang yang dimiliki Siau-liong sudah mencapai apa yang disebut dapat digerakkan menurut kehendak hatinya. Tetapi Iblis penakluk dunia sudah siap2. Maka ia tak berani maju lebih dekat. Namun tetap ia terkejut ketika menyaksikan gerakan Siau-liong yang begitu cepat. Buru-buru ia menyurut mundur sambil dorongkan kedua tangannya menangkis. Maksud Siau-liong, sekali pukul ia hendak menghancurkan iblis itu. Tetapi ia terkejut ketika iblis itu dapat menyurut mundur begitu cepat. Pukulan iblis itupun dapat menahan dirinya yang hendak menyerbu maju. Mau tak mau ia terlongong heran, pikirnya, Rupanya kepandaian iblis itu maju pesat juga. Aneh.... Tiba-tiba Iblis-penakluk-dunia tertawa gelak, Aku telah memiliki keempat ilmu sakti itu. Sekalipun berkelahi satu lawan satu, akupun dapat melayanimu sampai ratusan jurus.

Apalagi.... ia menunjuk ke belakang dan berkata pula, Kalau tak sampai lima jurus saja, tak perlu kuperintahkan mereka maju. Sebaliknya dari itu, sekali kuberi perintah, keempat tokoh pewaris ilmu sakti itu tentu akan mati-matian menyerbumu. Tak mungkin engkau dapat menyerang aku!" 914 Siau-liong menyadari bahwa ucapan iblis itu memang tidak bohong. Hatinya makin mengeluh dan terpaksa ia menghela napas panjang. Sambil mengerut jenggotnya yang menjulai kedada, Iblispenaklukdunia itu tertawa menghina, Telah kukatakan, usahaku untuk menguasai dunia persilatan sudah berhasil. Oleh karenanya aku tak mau menumpahkan darah lebih banyak lagi. Asal sebelum tengah malam nanti engkau mau memenuhi undanganku untuk memberikan ilmu Thian-kongsinkang itu kepadaku, bukan saja Tiau Bok-kun, Mawar Putih tentu akan kuserahkan kepadamu, bahwa Kongsun sin-tho dan kawanan orang gagah yang menjadi tawananku itu juga akan kubebaskan. Ketahuilah aku bukan manusia yang tak dapat dipercaya. Kalau tidak.... Berhenti sejenak, ia berkata pula, Bukan saja engkau tak mau lari dan jaringanku itu, pun Ceng Hi si imam tua dan rombongannya itu, akan kulenyapkan dari muka bumi!" Kembali Siau liong dihadapkan sebuah soal yang sulit. Sesaat ia tak dapat berkata apa2. Pada saat Siau-liong sedang termenung, se-konyong2 Iblispenaklukdunia maju dua langkah dan secepat kilat menyambar muka Siau-liong. Karena sedang termenung dan lengah perhatian, gerakan Iblis-penakluk-dunia yang dilakukan cepat sekali itu tak sempat lagi dihindari Siau-liong. Seketika kedok muka Pendekar Laknat yang menutup mukanya itu, terjambret oleh Iblis-penakluk-dunia. Budak!" Iblis-penakluk-dunia tertawa keras, "kedok permainan anak2 ini memang dapat mengelabuhi orang lain 915 tetapi tak mungkin dapat menipu aku.... ia menutup kata2nya dengan tertawa kumandang yang menggetarkan langit. Dalam pada tertawa itu Iblis-penakluk-dunia pun niengisar ke samping Dewi Neraka dan membisiki beberapa patah kata lalu mengajaknya turun dari puncak Kim Ting. Keempat pewaris ilmu sakti dan tokoh2 yang merjadi kaki tangan Iblis-penakluk-dunia pun segera berbondong-bondong mengikutinya. Siau liong tegak termangu beberapa saat. Akhirnya pelahan-lahan ia berputar tubuh lagi. Oleh karena kedok mukanya sudah copot, ia merasa malu menghadapi Ceng Hi totiang dan rombongan orang gagah. Ceng Hi totiang maju dua langkah dan berseru, Pendekar

Lak.... -tiba-tiba ia tersentak melihat wajah Siau-liong dan cepat2 berganti nada, Kongsun siauhiap.... Siau liong gelengkan kepala berkata dengan nada menyesal, Ah, aku telah membohongi saudara2 sekalian. Tetapi hal itu.... Ceng Hi totiang goyangkan tangan. ujarnya, Tak perlu Kongsun siauhiap menerangkan, akupun samar2 sudah dapat menduga. Walaupun Pendekar Laknat disohorkan sebagai seorang pembunuh yang berdarah dingin tetapi kutahu bahwa sebenarnya dia seorang manusia yang berhati baik.... Sikasar Lu Bu-ki pun melangkah maju dan menyelutuk, Kongsun siauhiap, sungguh tak kira kalau Pendekar Laknat itu ternyata engkau sendiri! Aku adalah pengagum Pendekar Laknat, entah apakah dia.... 916 Siau-liong menghela napas rawan, Beliau sudah meninggal.... Kemudian ia menuturkan tentang peristiwa yang dialammya ketika berjumpa dengan Pendekar Laknat di dalam gua gunung. Sekalian orang yang mendengar cerita itu tak ada yang tak terharu. Toh Hun-ki menghampiri ke samping Siau-liong dan berkata, Kongsun siauhiap, sekalipun pada pertempuran dengan Iblis penakluk-dunia tadi belum selesai, tetapi tentulah nyali iblis itu sudah berantakan. Menurut hematku, saat ini telah terjadi perobahan. Nasib dunia persilatan, hanya tergantung pada Kongsun siauhiap seorang! Kita harus gunakan siasat untuk melenyapkan pengacauan Iblis-penakluk dunia!" Saat itu sekalian orang gagah mencurah pandang ke arah Siau-liong dengan perasaan kejut2 girang. Diantaranya yang paling girang sendiri adalah To Kiu-kong, ketua partai Kaypang.... Betapa pun halnya, pewaris ilmu sakti Thian-kong-sinkang itu adalah cousu-ya dari partai Kay-pang. Maka tergopohlah ia menyiak para orang gagah dan maju ke muka Siau-liong. Serta-merta ia hendak berlutut sembari mengucap, Cousu-ya.... Siau-liong buru-buru memapahnya bangun dan tertawa tersipu-sipu, Kiu-kong, jangan berlaku begitu!" To Kiu-kong sejenak memandang sekalian orang gagah lalu berdiri di samping Siau-liong. Tampaknya ia bangga mempunyai seorang cousu-ya sebagai Siau-liong. Selekas Iblis-penakluk-dunia dan gerombolannya terbasmi, tentulah kedudukan partai Kay pang akan terangkat tinggi. 917 Siau-liong memandang ke arah ketua Kong-tong-pay, tibatiba ia berseru, Apakah Toh lo-enghiong tahu she dan namaku yang sebenarnya?"

Tanpa ragu2 lagi, Toh Hun-ki menyahut, Kongsun siauhiap sebenarnya orang she Tong. Hal itu bukannya aku tak tahu." Siau-liong tertawa rawan, Bagus, tetapi entah apakah saudara masih ingat akan janji saudara ketika di Lembah Maut itu?" Sejenak ketua Kong-tong-pay itu berpaling memandang keempat Su-lo yang berada dibelakangnya lalu menjawab, Janjiku sekokoh gunung. Begitu gerombolan Iblis-penaklukdunia sudah terbasmi, aku bersama keempat suteku segera mengantarkan Kongsun siauhiap kegunung Hong-san. Dihadapan makam Tong Gun-liong, kami akan membunuh diri agar Kongsun siauhiap dapat menunaikan bhakti kepada ayahmu." Keempat Su-lo itu tak berkata apa2. Tetapi wajah mereka tampak tenang sekali. Siau-liong menghela napas, lalu beralih kata kepada Ceng Hi totiang, Saat ini malam baru mulai. Kalah atau menang, tergantung nanti tengah malam.... ia berhenti sebentar lalu berkata pula, harap Ceng Hi totiang dan sekalian orang gagah beristirahat disini Aku hendak menemui kakek Matasatu untuk merundingkan siasat menghadapi musuh nanti!" Ceng Hi totiang serta-merta mempersilahkan Siau-liong pergi dan ia berjanji akan menunggu disitu. Siau-liong segera lari menuju ketempat Kakek Mata-satu dan Song Ling. Saat itu rembulan belum muncul. Cuaca pun masih gelap. Siau-liong hati-hati sekali lari sepanjang jalan. 918 menguatirkan kemungkinan Iblis penakluk-dunia memasang jerat untuk menangkapnya. Diapun tak tahu adakah Kakek Mata-satu dan si dara Song Ling masih berada ditempatnya semula. Tetapi ketika hampir tiba ditempat itu, ia mendengar suara orang bercakap-cakap diseling gelak tertawa. Dalam percakapan itu, kecuali suara kakek Mata-satu dan Song Ling, masih terdapat pula seorang lain. Dan rasanya ia sudah kenal dengan nada suara orang itu. Ketika makin dekat, benar juga ditempat Kakek Mata satu duduk, terdapat lagi seseorang. Seorang wanita baju merah. Siau-liong berdebar tegang. Cepat ia lari menghampiri. Ah, memang benar. Disamping Kakek Mata-satu dan Song Ling, memang terdapat seorang wanita baju merah. Dia bukan lain ialah Poh Ceng-in, pemilik Lembah Semi. Siau-liong tertegun dan hentikan larinya. Benar-benar ia heran. Nona pemilik Lembah Semi itu telah dilepaskannya, mengapa tiba-tiba datang kesitu? Adalah dia dijadikan umpan oleh ayahnya, Iblis-penakluk-dunia? Kakek Mata-satu memandang Siau-liong yang berdiri setombak jauhnya lalu menegur, Apakah dalam pertempuran dipuncak Kim-ting, Iblis-penakluk-dunia sudah dipukul mundur?"

Dengan masih tetap memandang ke arah Poh Ceng-in, Siau-liong menjawab tawar, Memukul mundur saja, tidak berguna. Harus membasmi gerombolan Iblis-penakluk-dunia itu barulah dunia persilatan akan terbebas dari bahaya selama-lamanya!" 919 Karena hatinya dirangsang dendam kemarahan, maka nada Siau-liong pun amat tajam. Dan lagi iapun hendak menyelidiki reaksi dari Poh Ceng-in. Diluar dugaan Poh Ceng-in diam saja. Seolah-olah tak mempunyai sangkut-paut dengan Iblis-penakluk-dunia. Dengan sinar mata redup, nona itu memandang Siau-liong lalu tundukkan kepala tak bicara apa2. Siau-liong benar-benar bingung. Mengapa Song-Ling mau mengenal Poh Ceng-in? Bukankah dara itu tahu bahwa Poh Ceng-in puteri dari Iblis-penakluk-dunia dan dewi Neraka? Mengapa Song-Ling mau duduk bersamanya? Tiba-tiba Siau-liong merasa bahwa sikap Song Ling agak berbeda terhadap dirinya. Seharusnya kedatangannya itu tentu disambut si dara dengan berbagai pertanyaan. Paling tidak tentu akan menanyakan tentang mamahnya. Tetapi mengapa saat itu si dara diam saja? Dilihatnya dara itu kerutkan alis dan duduk ditengah-tengah antara Kakek Mata-satu dengan Poh Ceng-in. Sama sekali dara itu tak mau memandang kepadanya. Siau-liong memperhatikan bahwa sekalipun dara itu tak mengunjuk senyum tetapi pun tidak menampilkan kerut kemarahan. Dia duduk berjajar dengan Poh Ceng-in dan bersikap diam seperti umumnya seorang cadis. Tengah Siau-liong terheran-heran, Kakek Mata-satupun tertawa, Apakah Kongsun siauhiap sudah mempunyai rencana untuk membasmi Iblis-penakluk-dunia?" Siau-liong menghela napas, Membasmi suami isteri iblis itu tidak sukar, tetapi yang sukar.... memandang Poh Ceng-in, ia berhenti berkata. 920 Kakek Mata-satu hanya tersenyum simpul tetapi tak bilang apa2. Tiba-tiba Poh Ceng-in membisiki telinga Song Ling. Setelah saling berpandangan keduanya lalu tertawa mengikik. Siau liong benar-benar bingung. Dipandang dari sudut apapun juga, tak mungkin Song Ling mau bersahabat dengan wanita semacam Poh Ceng-in. Apalagi mereka baru saja berkenalan. Cepat Siau-liong menyadari bahwa nada ketawa kedua wanita itu tidak wajar Walaupun Poh Ceng-in berusaha untuk menutupi getaran hatinya, namun dari nada tertawanya jelas memancarkan rasa kesedihan yang sukar diutarakan. Sedang Song Ling pun lebih hebat cara penyamarannya.

Dia seorang dara yang baru saja melangkah kedunia luar. Bahwa dia hendak menutupi isi hatinya dengan tertawa yang dibuat-buat, tentu mudah sekali ketahuan. Setelah merenung beberapa.saat, akhirnya Siau-liong memanggil Song Ling dengan lirih, Nona.... Tanpa2 mengangkat kepala, Song Ling pun menjawab pelahan, Mengapa?" Melintaslah pandang mata ke arah Poh Ceng-in, Siau-liong berkata pula, Apakah engkau tak tahu bahwa wanita ini adalah puteri dari Iblis-penakluk-dunia?" Tiba-tiba Song Ling mengangkat kepala dan menatap pemuda itu, Kalau tahu lalu bagaimana?" Siau-liong terkesiap. serunya, Wanita siluman ini berhati ganas dan banyak tipu muslihatnya, Janganlah engkau sampai termakan tipunya. Mungkin dia disuruh orang tuanya untuk menjalankan tipu muslihat!" 921 Song Ling tertawa dingin, Tak mungkin aku dapat dipengaruhi orang. Adalah engkau sendiri yang harus berpikir dengan cermat!" Poh Ceng-in tersenyum lalu berkata kepada Song Ling, Adik Song, cobalah engkau dengarkan betapa melukai hati katanya itu!" Diluar dugaan, Song Ling malah menghibur Poh Ceng in, Memang di dunia ini banyak kaum lelaki yang tak kenal membalas budi. Dari seribu orang, jarang ada seorang yang baik!" Kakek Mata-satu tertawa meloroh dan berseru kepada Song Ling, Nak, apakah engkau tak sungkan mengucapkan kata2 semacam itu?" Song Ling cepat menyadari kalau ia kelepasan bicara. Wajah dara itu merah padam dan tersipu-sipu tundukkan kepala. Poh Ceng-in tertawa tawar, Adik Song, sekalipun ucapan itu bukan engkau yang seharusnya mengatakan, tetapi hal itu memang suatu kenyataan, sedikitpun tak salah!" Habis berkata, Poh Ceng-in memandang Siau-liong dengan bengis lalu palingkan muka. Siau-liong benar-benar seperti orang berjalan dalam kabut tebal. Cepat ia berpaling dan memberi hormat kepada Kakek Mata satu, Lo-cianpwe, bagaimana soal ini sesungguhnya....?" 922 Mata kakek yang tinggal satu itu, mengeliar lalu berseru, Soal itu harus bertanya pada dirimu sendiri! Bagaimana aku tahu?" Siau-liong banting2 kaki dan menghela napas, Wanita siluman itu amat berbahaya sekali, mengapa lo-cianpwe

membiarkan dia disini." Tiba-tiba Kakek Mata-satu tertawa, serunya, Kalau dia benar berbahaya mengapa engkau mau mengikat perjanjian sehidup semati dengannya?" Siau-liong seperti dipagut ular kejutnya, Soal itu karena amat terpaksa. Ya, karena dia telah memberi minum racun Jong-tok kepadaku.... Kakek Mata satu tertawa, Itu pertanda dia amat cinta kepadamu! Buktinya mengapa dia tak memberi minum racun Jong-tok kepadaku?" Siau-liong meringis seperti kunyuk membau terasi. Tak tahu ia bagaimana harus menjawab. "Bukankah setahun kemudian engkau akan melaksanakan janji sehidup-semati itu dengan dia?" tanya Kakek Mata-satu pula. Sau-liong menghela napas, Asal dia tak mencampuri urusan yang kukerjakan selama setahun ini, aku tentu akan melaksanakan janjiku itu!" Kakek Mata-satu mendengus, Hm, tampaknya engkau benci setengah mati kepadanya. Tetapi mengapa engkau mau mati bersamanya? Bukankah itu diluar kemauanmu?" 923 Berkata Siau-liong dengan wajah serius, Sekali seorang lelaki sudah mengucap, tak mungkin akan dijilat kembali. Betapapun kubencinya, itu lain soal. Tetapi aku tetap tak mau mengingkari ucapanku!" Kakek Mata-satu tertawa, Kalau begitu, Ajaran kuno itu tetap berharga. Menurut pendapatku.... ia berhenti memandang Poh Ceng-in, curahan hati nona Poh terhadap dirimu itu, harus engkau terima dengan hati yang lapang. Artinya kalian lebih baik segera mengikat perjodohan sebagai suami isteri. Perlu apa harus mati berdua?" Siau-liong benar-benar tak mengerti mengapa secara tibatiba Kakek Mata-satu itu dapat mengucapkan kata-kata begitu. Dilihatnya Song Ling tundukkan kepala tak bicara apa2. Sedang Poh Ceng-in pun seperti tak mengacuhkan kata2 Kakek Mata-satu. Nona pemilik Lembah Semi itu tak menampilkan reaksi apa2. Tidak marah, pun tidak girang. Akhirnya dengan geram, Siau-liong menghampiri Poh Cengin dan membentaknya, Telah kubebaskan engkau pergi, mengapa engkau tidak mau pergi malah datang kembali kesini?" Poh Ceng-in tertawa dingin, sahutnya, Aku kembali kesini bukan karena hendak mencarimu!" Kembali Siau-liong terbentur tembok sehingga ia tak dapat bicara apa2. Memandang Song Ling dan Kakek Mata-satu, tampak keduanya tak menghiraukan dirinya. Karena malu, Siau-liong berseru lagi kepada Poh Ceng-in, Harap engkau jangan lupa bahwa aku sudah mengetahui cara untuk

pemunahkan racun itu!" 924 Poh Ceng-in menyahut tawar, Asal engkau suka, setiap saat engkau dapat mengusir racun itu dari tubuhmu.... "Apakah engkau yakin bahwa aku tentu takkan membunuhmu?" Poh Ceng-in tak menyahut melainkan mengambil sebatang badik dari pinggangnya lalu diserahkan kepada Siau-liong. Siau-liong ingin sekali membunuh wanita itu. Tetapi suara hatinya yang luhur melarangnya bertindak begitu. Apalagi di hadapan Song Ling dan Kakek Mata-satu, makin tak dapat ia melakukan hal semacam itu. "Engkau wanita siluman!" Akhirnya Siau liong hanya dapat menumpahkan kemarahannya dengan mendamprat. Tiba-tiba ia memandangnya. Saat itu Poh Ceng-in sedang duduk bersila. Sudah tentu ia tak dapat menghindar. Dan rupanya ia memang tak bermaksud untuk menghindar. "Plak.".... tendangannya tepat mengenai dada wanita itu. Walaupun tak menggunakan tenaga dalam tetapi tendangan itu membuat Poh Ceng-in terpental dan bergelundungan beberapa meter hingga hampir tiba di tepi tebing karang yang curam, Badik ditangannya pun terlempar melayang di atas sebatang pohon dan menancap pada dahannya. "Kongsun siauhiap! Engkau bersalah! Tak peduli bagaimana pun, apakah perbuatanmu sekejam itu terhadap seorang perempuan lemah, dapat dipuji sebagai tingkah seorang ksatrya?" bentak Kakek Mata-satu. Juga Song Ling tak menyangka kalau Siau-liong akan menendang Poh Ceng-in begitu rupa. Cepat ia 925 mendampratnya, Engkau seorang lelaki buas....!" ia terus lari memburu ketempat Poh Ceng-in. Siau-liong merasa menyesal, Walaupun ia tak menendang keras, tetapi perbuatan itu memang kasar. Tetapi iapun heran mengapa kakek mata-satu tetap membela Poh Ceng in. Dalam pada itu Song Ling sudah datang lagi dengan mendukung Poh Ceng in. Tampaknya Song Ling begitu memperhatikan sekali kepada Poh Ceng-in. sambil membersihkan pakaian nona pemilik Lembah semi dari debu kotoran, Song Ling pun menanyakan juga apakah Poh Ceng-in menderita luka. Kedua pipi Poh Ceng-in basah dengan air mata namun ia tetap mengunjukkan tertawa rawan, katanya, Adik Song, apakah engkau anggap berharga bagiku untuk berbuat begini demi kepentingannya?" Kelak dia tentu menyesal sendiri," jawab Song Ling

menghiburnya. Karena tak tahan menderita keheranan, bertanyalah Siauliong kepada si dara, Nona Song, mengapa saat ini engkau begitu aneh? Apa saja kata wanita siluman itu kepadamu?" Song Ling deliki mata, Jika engkau masih berbudi, seharusnya engkau lekas minta maaf kepada taci Poh!" Siau-liong tertawa, Nona, engkau harus tahu bahwa dia adalah puteri dari suami isteri Iblis-penakluk-dunia Kedatangannya, mungkin melakukan perintah ayahnya. Janganlah nona percaya pada mulutnya yang manis!" 926 Sekonyong-konyong Poh Ceng-in tertawa melengking. Nadanya dingin dan rawan, Adik Song, soal itu engkau tentu sudah mendengar dan melihat sendiri. Tak peduli bagaimanapun juga, dalam pandangannya aku ini tetap seorang wanita siluman yang ganas.... Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan pula, Adik Song, aku hendak pergi sekarang!" Wanita pemilik Lembah Semi itu terus menggeliat bangun dan terus hendak melangkah pergi. Tetapi Song Ling cepat menghadang di depannya dan berkata setengah meminta, Taci Poh, engkau.... dara itu tak dapat melanjutkan ucapannya karena terus menangis tersedusedu. Sambil membelai rambut si dara, Poh Ceng-in menghiburnya, Adik Song, janganlah bersedih hati. Apa yang kukatakan tentu akan kulakukan. Tak peduli perasaan hatinya bagaimana, tetapi aku tetap akan serahkan jiwa.... Asal dia mau memberikan obat itu, aku tentu akan melakukan dengan pengorbanan jiwa!" Poh Ceng-in lepaskan tangannya dari cekalan Song Ling lalu ayunkan langkah menuju ke dalam hutan.... ---ooo0dw0ooo--Jilid 17 Mula dari keakhiran 927 Siau-liong benar tak mengerti. Tetapi sempat juga ia memperhatikan, ketika Poh-Ceng-in angkat kaki tadi, telah melontarkan pandang mata kepadanya. Jelas sinar mata wanita itu jauh berbeda dengan yang lalu. Tidak memancar sinar kemarahan, tidak menumpah sinar kesedihan, tidak pula menghambur sinar kecabulan. Mata wanita itu tiba-tiba berobah alim dan serius. Setelah bayangan Poh Ceng-in lenyap, sekonyong-konyong Song Ling berlutut di hadapan Siau-liong. Sudah tentu pemuda itu terkejut sekali dan tergopoh-gopoh mengangkatnya bangun, tanyanya, Mengapa engkau nona?" Song Ling tetap tak mau diangkat bangun. Bahkan ia malah menangis dan berseru, Kong-sun tayhiap, tolonglah

mamahku....!" Karena tak berhasil mengangkatnya bangun, Siau-liong pun terpaksa ikut berlutut, Dengan bersikap begini, berarti nona hendak menyiksa diriku! Sudah tentu aku tak berani menerima penghormatan nona yang begitu besar!" Song Ling hentikan tangis dan berkata dengan beriba, Kecuali terhadap ayah bundaku, baru pertama kali ini aku berlutut dihadapan orang.... Kemudian dara itu mengusap air matanya dan berkata pula, Harap dengan memandang mukaku, engkau suka menolong mamahku itu!" Siau-liong gopoh menyahut, Masakan hal itu perlu nona minta lagi? Sekali pun tulangku hancur lebur, aku tentu akan menolong beliau!" 928 Ia menarik tangan dara itu seraya berkata, Harap nona jangan gelisah. Nanti kalau kembali aku tentu merundingkan hal ini dengan nona." Song Ling gelengkan kepala, Ah, tak perlu berunding lagi. Saat ini sudah terdapat cara yang terbaik untuk menolong mamahku.... ia menghela napas lalu melanjutkan lagi, tetapi dikuatirkan engkau tentu tak mau meluluskan!" "Telah kukatakan," sambut Siau-liong tepat, "sekal ipun tulang-tulangku hancur lebur, asal nona sudah mempunyai rencana yang baik, harap segera jelaskan. Asal menyangkut usaha untuk menolong ibu nona, aku tentu akan melaksanakan!" Wajah Song Ling berobah, ujarnya, Kalau begitu lekaslah engkau tolong puteri dari suami-isteri Iblis-penakluk-dunia itu! Siau-liong terbeliak kejut, serunya, Harap nona jangan termakan kelabuhannya. Wanita siluman itu luar biasa bahayanya.... Song Ling cepat membentaknya dingin, Kerena engkau tak mau mengorbankan diri, ya sudahlah! Harap engkau segera pergi dari sini dan sejak saat ini, janganlah kita saling memperdulikan lagi! Siau-liong banting2 kaki seraya menghela napas, Mengapa nona begitu tak mau mendengar permintaanku. Ketahuilah.... Tiba-tiba kakek mata satu menukas, Walaupun aku tak mempunyai kepandaian istimewa apa2, tetapi aku masih dapat menyelidiki orang. Hati nurani nona Poh itu masih belum lenyap sama sekali. Rasanya saat ini engkau harus membantunya, barulah akan terjadi perobahan yang memberi harapan.... 929 "Adakah lo-cianpwe bermaksud hendak mengatakan bahwa aku harus menyusul dan menolong wanita siluman itu?" Siauliong menegas.

Kakek mata satu mengangguk, Seorang lelaki harus tahu tempat dan keadaan. Apalagi nona Poh itu amat ter-gila2 kepadamu. Demi mengobati racun dalam tubuhmu yang menyiksa itu, engkau mau rendahkan diri untuk sementara waktu!" Song Ling kembali menangis. Sejenak berpikir maka Siau-liong pun menghela napas, Tak perlu nona bersedih. Ya, baiklah, aku menurut saja perintah nona." Song Ling berhenti menangis, ujarnya, Mungkin dia masih belum jauh, lekaslah engkau menyusulnya!" Siau-liong tak mau banyak bicara lagi. Dengan menindas kegelisahahan hatinya, setelah memberi hormat ia segera lari menyusul Poh Ceng-in. Song Ling pun hanya menghela napas rawan. Tetapi hutan itu penuh dengan pohon2 cemara yang rindang dan lebat sehingga suasana disitu amat gelap. Untuk mencari apakah Poh Cen-in masih berada disitu, memang sukar. Sambil berjalan, Siau-liong menyelidiki kesegenap penjuru. Tiba-tiba terdengar suara orang menghela napas pelahan. Siau-liong cepat hentikan langkah. Tak jauh dibawah sebatang pohon cemara besar, duduklah Poh Ceng-in. wanita yang hendak dicarinya itu. 930 Setelah bersangsi beberapa saat, akhirnya Siau-liong menghampiri, Mengapa engkau masih berada disini?" tegurnya. Apa pedulimu?" sahut nona itu dengan getus. Siau-liong tertegun, Memang aku tak bermaksud mengurusmu. Hanya ingin bertanya, apakah sesungguhnya yang engkau katakan kepada nona Song tadi?" Poh Ceng-in tertawa dingin, Apakah engkau berhak bertanya?" -nona itu terus berbangkit dan lanjutkan langkah. Siau-liong mendengus lalu menyelinap kemuka Poh Cengin, bentaknya, Jika engkau tak mau menerangkan terus terang, jangan harap engkau dapat pergi dari sini!" Poh Ceng-in memandangnya sejenak, serunya, Karena engkau begitu membenci diriku, lebih lekas bunuhlah saja!" Kembali Siau-liong lemas hatinya. Tampak nona itu pejamkan kedua mata dan bercucuran air mata. Tubuhnya gemetar dan sikapnya seperti orang putus asa. Siau-liong menghela napas, Apakah maksud nona yang sebenarnya? Walaupun kutahu cara mengobati racun tok-jong, tetapi tetap kubiarkan engkau pergi dan mau memenuhi perjanjian dalam satu tahun itu. Kurasa aku tak menyalahi engkau tetapi mengapa engkau selalu melihat aku saja?" Poh Ceng-in menghela napas; Sekarang engkau benci kepadaku, tetapi mungkin kelak engkau tentu memikirkan

aku.... 931 Siau-liong terkesiap tetapi sesaat kemudian ia tertawa dingin. "Meski aku menialahi engkau dalam beberapa hal, tetapi engkau pun juga menyalahi aku.... kata Poh Ceng-in, ah, tetapi sekarang tiada guna dibicarakan lagi! Aku sudah menyanggupi adik Song untuk menolong ibunya, hanya.... -ia berhenti sejenak. lalu berkata pula, Jika.... Siau-liong meragu, katanya, Entah dengan cara bagaimana nona hendak meminumkan pil itu kepada mereka?" Sahut Poh Ceng-in, Dalam itu aku harus mencari kesempatan yang bagus. Terus terang, saat ini aku memang belum mempunyai rencana tertentu!" Melihat wajah Poh Ceng-in menampil kesungguan dan teringat pula akan kata2 kakek Mata-satu serta sikap Song Ling yang begitu sungguh2 memohon bantuannya, berkuranglah kecurigaan Siau-liong. Tetapi ia masih ragu2 sehingga untuk beberapa saat ia tak dapat bicara apa2. Poh Ceng-in gelengkan kepala, Aku ini seorang wanita siluman yang banyak tipu muslihat. Mungkin engkau takkan percaya.... Sejenak keliarkan mata, wanita itu berkata pula, Masih ada sebuah hal yang belum kukatakan kepada adik Song. Sekarang marilah kuajak engkau menjumpai seseorang yang engkau kenangkan!" Habis berkata ia terus ayunkan langkah. Karena tiada lain faham, terpaksa Siau-liong mengikuti wanita itu. Poh Ceng-in melangkah masuk ke dalam hutan. 932 Lebih kurang 20 li jauhnya, tibalah mereka dibawah lereng gunung. Tiba-tiba tampak sebuah biara. Biara itu seperti tak berpenghuni. Pintunya tertutup rapat. Tetapi samping biara terdapat penerangan. Rupanya dihuni orang. Setelah mengetuk pintu, Poh Ceng-in berseru pelahan, Kan-ma.... Kan-ma.... Kan-ma artinya ibu-angkat. Dan dari dalam ruang itu terdengar suara bertany, In-ji?" terdengar tubuh menggeliat bangun dari tempat tidur lalu derap kaki menghampiri pintu dan membukanya. Dengan penuh keheranan, Siau-liong memandang ke dalam ruang itu. Tampak seorang wanita pertengahan umur tegak berdiri diambang pintu. Wanita itu memandang Siau-liong dengan terkejut. Wanita itu bertubuh kurus, macam orang yang baru sembuh dari sakit. Tetapi sinar matanya yang ber-api2 mengunjuk bahwa dia seorang wanita yang berkepandaian

tinggi. Kan-ma, kenalkah engkau padanya?" tanya Poh Ceng-in pelahan. Wanita itu memandang Siau-liong dengan keheranan. serunya tersekat, Apakah.... apakah dia itu.... Tergerak hati Siau-liong melihat sikap wanita itu. Dia merasa sinar mata wanita itu mengandung perbawa yang amat besar. Tanpa disadari. Siau-liong segera mengangkat tangan memberi hormat, Aku yang rendah ini adalah Kongsun Liong, mohon tanya lo-cianpwe.... 933 Wajah wanita itu tiba-tiba mengerut kecewa, ia mengingau seorang diri, Kongsun Liong.... Kongsun.... liong.... Tiba-tiba ia berpaling dan bertanya kepada Poh Ceng-in, In-ji, bukankah engkau mengatakan." Poh Ceng-in tersenyum, Kan-ma, jangan bingung.... biarlah dia duduk dulu!" Wanita itu mendesis, Eh, mungkin karena sudah tua aku menjadi begini pelupa. Ya, mari, silahkan masuk!" Ia membuka pintu dan mempersilahkan Poh Ceng-in serta Siau-liong masuk.... Tetapi saat itu Siau-liong masih meragu diluar pintu. Poh Ceng-in segera melambarinya, Mengapa engkau masih tak lekas masuk?" Siau-liong meragu. Tetapi akhirnya ia melangkah masuk juga. Dilihatnya wanita pertengahan umur tadi sudah duduk dikursi besar. Ia memandang lekat pada wajah Siau-liong, sehingga anak muda itu merasa tak leluasa dan tundukkan kepala.... Poh Ceng-in tertawa, Sekalipun dia bernama Kongsun Liong, tetapi sesungguhnya dia bukan orang she Kongsun.... Serentak mata wanita itu memancar cahaya lagi, serunya dengan nada gemeta, Dia she apa?" Sejenak mata Poh Ceng-in berkeliaran dan lalu memandang kepada wanita dengan sikap tersenyum, Dia orang she Tong dan namanya Siau-liong!" Habis berkata, ia terus berputar tubuh dan melangkah keluar dari ruangan. 934 Tiba-tiba wanita pertengahan umur itu berbangkit dari kursinya. Tubuhnya gemetar keras. Sepasang matanya bercucuran air mata. Dipandangnya Siau-liong dengan pandang yang penuh arti, katanya tersendat, Benarkah yang dikatakannya itu? Ayahmu itu.... Sekonyong-konyong hati Siau-liong seperti dicengkam oleh rasa duka yang tak dimengerti asalnya. Dia hanya merasa hatinya amat pepat, hidungnya basah menahan isak. Sahutnya, Aku memang orang she Tong. Ayahku bernama Tong Gun-liong. Tetapi ketika aku masih bayi, ayah telah mati

dibunuh orang. Beruntung atas pertolongan suhuku Kongsun Sin-tho, aku dapat diselamatkan dan dirawat sampai besar. Untuk menghindari incaran musuh maka suhu mengganti sheku dengan she Kongsun.... Hampir wanita itu tak kuat menahan tangisnya tetapi ia berusaha sekuat hati untuk bertanya, Lalu siapakah ibumu?" Ibu sedang menderita sakit diseberang laut." Wanita itu cepat mencegah Siau-liong melanjutkan kata2nya, Sejak kecil ibumu telah melantarkan engkau. Apakah engkau tak membencinya?" Beliau tentu mengira kalau aku dan ayah tentu sudah binasa dilembah Hok-liong-koh digunung Kong-tong-san. Karena itu ibu lalu mengembara meninggalkan diriku. Sudah tentu itu bukan kesalahannya dan bagaimana aku dapat membencinya.... Tiba-tiba wanita itu maju dua langkah dan berkata, Nak.... aku inilah ibumu! Oh, terima kasih Tuhan bahwa kami anak dan ibu akhirnya dapat berjumpa kembali....!" 935 Mah....!" menjeritlah Siau-liong dengan hati yang tegang regang. Tetapi tiba-tiba ia meragu. Sejak kecil ia belum pernah melihat wajah ibunya. Memang wajah wanita dihadapannya itu mirip dengan wajahnya. Tetapi apakah begitu saja ia terus mempercayainya? Bagaimana kalau wanita itu orang suruhannya kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia? Kalau Iblis penakluk-dunia itu menggunakan siasat mencari wanita yang mirip dengan wajahnya untuk mengaku sebagai ibunya lalu membujuknya untuk memikat supaya ia mau menceritakan ilmu Thian-kong-sin-kang, apakah ia takkan celaka! Maka iapun segera menyurut mundur dua langkah lagi dan bertanya dengan dingin, Engkau tentulah orang suruhan Iblis-penakluk-dunia." Berhenti sejenak, Siau-liong berseru pula dengan bengis, Apakah bukan karena hendak menipu ilmu Thian-kong-sinkang itu?" Wanita itu menyurut selangkah dan berseru dengan gemetar, Nak, apa katamu? Bukankah tadi engkau mengatakan takkan membenci aku?" Siau-liong tertawa muak, Mungkin karena engkau ini bukan ibuku! Cobalah engkau katakan, bagaimana mendadak engkau datang kemari dari seberang lautan? Dan mengapa engkau dapat mengambil anak perempuan dari Iblis-penaklukdunia itu sebagai anak angkat?" Engkau mengatakan Ing-ji itu puteri dari Iblis-penaklukdunia?" wanita itu mengulang dengan heran. Masakan engkau tak tahu?" 936

Wanita itu menghela napas panjang, Itu lebih hebat lagi.... Memang baru setengah hari kukenal padanya tetapi kebaikannya yang dilimpahkan kepadaku sungguh tiada taranya.... ah, sejak murid si Mawar Putih menuju ke tanah Tiong-goan sini, siang malam aku selalu memikirnya. Kemudian setelah penyakitku agak baik, aku segera bergegas menyusul kemari. Setiba di Tiong-goan segera kudengar tentang Iblis-penakluk-dunia yang muncul di dunia persilatan lagi dan bermarkas di Lembah Semi pegunungan Tay-liangsan. Ceng Hi totiang pun muncul lagi dan memimpin rombongan orang gagah untuk menumpas Iblis-penaklukdunia. Dalam gerakan itu, kuduga orang Kong-tong-pay tentu ikut serta. Mawar Putihpun tentu akan mencari ketua Kongtongpay untuk membalas dendam. Maka bergegaslah aku memburu kemari. Begitu tiba segera kudengar bahwa gerakan yang dipimpin Ceng Hi totiang itu telah menemui kegagalan. Mereka terpaksa melakukan perintah Iblis-penakluk-dunia untuk berkumpul dipuncak Kim-ting. Cepat aku pun menyusul ke Kim-Ting. Tetapi penyakitku ternyata masih belum sembuh. Begitu tiba dikaki gunung Gobi, akupun pingsan. Apakah dia yang menolong?" seru Siau-liong setengah meragu. Wanita itu mengangguk, Jika bukan dia yang menolong, mungkin kita takkan bertemu muka lagi.... Ia menghapus air mata lalu melanjutkan lagi, Tentang persoalanmu dengan dia, juga telah diberitahukan kepadaku, hanya dia tak mengatakan kalau dirinya puteri dari Iblispenaklukdunia. Apabila benar begitu, benar-benar hal itu sukar dipercaya.... Oleh karena sudah beberapa kali menderita tipu muslihat Iblis-penakluk-dunia, maka Siau-liong tak mudah lekas 937 mempercayai keterangan orang. Dipandangnya wanita yang mengaku sebagai ibunya itu dengan lekat. Wanita itu rnenghela napas, ujarnya, Demi engkau, ia tak segan menghianati orang tuanya. Dengan begitu ia telah menumpahkan cinta dan melepas budi sekaligus kepadamu. Dan lagi dia seperti telah menolong jiwaku dan membebaskan muridku si Mawar Putih dari tangan kedua suami isteri Iblispenaklukdunia.... Benarkah dia telah membebaskan Mawar Putih?" buruburu Siau-liong menegas. Wanita itu memandang lekat kepada Siau-liong, Masakan mah hendak menipumu?" Lalu dimanakah dia sekarang?" Wanita itu berpaling dan memandang kesekeliling penjuru, berkata, Mereka berada di belakang rumah itu. In-ji telah memanggilnya!" Diam-diam Siau-liong gembira. Jika benar-benar begitu

jelas kalau wanita itu tentu ibunya. Asal Mawar Putih muncul tentu dapat memberi keterangan asli tidaknya wanita yang mengaku sebagai ibunya itu. Dengan tegang, Siau-liong menunggu, Benar juga tak berapa lama terdengar derap kaki orang berlari. Dan jelas bukan hanya seorang. Pun derap kaki itu menandakan kalau bukan orang yang mengerti ilmu silat. Melainkan derap kaki orang biasa. Siau-liong tak berani bertindak sembarangan. Sambil diamdiam mempersiapkan tenaga dalam, dia segera berputar menghadap ke arah suara itu. 938 Begitu pintu terbuka, muncullah tiga orang nona, Mawar Putih, Tiau Bok-kun dan Poh Ceng-in. Girang Siau liong bukan kepalang. Mawar Putih cepat menghampiri kesamping wanita pertengah umur itu dan bertanya, Suhu, apakah dia benarbenar datang kemari?" Wanita itu batuk2 sejenak lalu menjawab, Datang memang sudah datang! Tetapi ia masih menganggap aku mamahnya palsu....- habis berkata ia terus tundukkan kepala menangis. Tetapi hal itupun tak dapat menialahkannya Aku tak memenuhi kewajibanku sebagai ibu. Sekalipun dia tak mau mengakui aku sebagai ibu, pun aku juga tak dapat berbuat apa2!" Mendengar itu air mata Siau-liong ber-derai2 turun. Cepat ia berlutut dihadapan ibunya, Coa-Sik Se-si dan berkata dengan ber-iba2, Mah, anak memang tak berbakti. anak.... ia tak dapat melanjutkan kata2nya karena tersekat oleh isak tangisnya. Coa-sik Se-sipun menangis sedih. Mawar Putih, Tiau Bokkun dan Poh Ceng-in masing-masing mempunyai perasaan sendiri2. Mereka terharu atas peristiwa itu dan ikut menangis. Tak berapa lama, Poh Ceng-in yang berhenti menangis paling dulu, lalu menghampiri kesamping Coa-sik Se-si dan menghiburnya, Kan-ma, seharusnya saat ini engkau harus bergembira hati.... 939 Memandang keluar jendela, ia menuding, Sekarang sudah malam, masih ada beberapa hal penting yang harus dikerjakan.... Coa-sik Se-si hentikan tangisnya lalu berkata kepada Poh Ceng-in, Nak, ah, hanya membikin repot engkau saja.... aku tentu takkan melupakanmu.... Poh Ceng-in tertawa rawan. Memandang sejenak pada Siau-liong lalu berpaling memandang Mawar putih dan Tiau Bok-kun. Kemudian ia berjalan ke belakang Coa-sik Se-si dan

tundukkan kepala. Siau liong berbangkit dan pe-lahan2 memberi hormat kepada Mawar Putih, Nona Pek.... Mawar Putih mendengus, Tak seharusnya engkau mengelabuhi aku, urusanmu dengan tatji Poh.... ia deliki mata kepada Siau-liong dan berkata pula, Ketika di Lembah Maut dalam barisan Tujuh Maut, walaupun Soh Beng Ki-su mendapatkan perintah untuk menangkapku, tetapi kesemuanya itu adalah karena engkau. Jika aku yang menjadi taci Poh, aku tentu juga berbuat begitu. Maka aku tak membencinya.... Sekarang taci Poh pun telah menolong membebaskan diriku dari Iblis-penakluk-dunia. Aku berterima kasih kepadanya. Apalagi dia pun telah menolong suhu sehingga kami berdua dapat berjumpa disini.... Habis berkata ia terus melangkah ketempat Poh Ceng-in. Diam-diam Siau-liong menimang, Sekalipun Poh Ceng-in sudah sadar tetapi dia tetap anaknya Iblis-penakluk-dunia. Dulu dia juga sahabat orang tuanya. Ia tahu cara untuk mengobati racun, tetapi ia tak mau membunuh Poh-Ceng-in dan rela melepasnya. Adakah hal itu bukan telah memberi 940 kelonggaran kepadanya? Mengapa dia dipersalahkan berlaku kejam kepada wanita itu?" Siau-liong menghela napas panjang lalu berkata kepada Tiau Bok-kun, Nona Tiau, aku sungguh.... amat menyesal sekali.... Buru-buru Tiau Bok-kun tundukkan kepala, Aku banyak menerima budi siangkong, masakan aku berani menyalahkan engkau?" Siau-liong memandangnya lekat dan menghela napas, Nona pun telah menolong jiwaku dan jika bukan karena diriku, tak nanti nona sampai dapat ditawan Iblis-penaklukdunia. Budi nona sungguh mengharukan hatiku.... Tiba-tiba Poh Ceng-in menyeletuk kepada Coa-sik Se-si, Kan-ma, sekarang sudah tiba saatnya aku hendak berangkat!" Liong-ji....!" teriak Coa-sik Se-si. Mamah hendak memberi perintah apa kepadaku?" sahut Siau-liong. Memandang Poh Ceng-in, Coa-sik Se-si berkata, In-ji seorang yang berjiwa besar. Demi kepentingan dunia persilatan, ia rela menghianati orang tuanya.... Peristiwa malam ini, menyangkut kepentingan dunia persilatan.... memang tak dapat memikirkan kepentingan pribadi, menelantarkan urusan umum. Lekaslah engkau menyertainya!" Sejenak Siau-liong memandang Poh Ceng-in. Ia tampak meragu.

941 Bagaimana? Apakah engkau masih meragukan dirinya?" Coa-sik Se-si kerutkan dahi. Siau-liong menyahut gopoh, Ya, baiklah, aku menurut.... Kemudian ia berputar tubuh dan menjurah kepada Poh Ceng-in, Aku seharusnya berterima kasih kepada nona!" Poh Ceng-in tersenyum. Ia tak menghiraukan Siau-liong melainkan berkata kepada Coa-sik Se-si, Kan-ma aku hendak berangkat!" Setelah melambai pada Mawar Putih dan Tiau Bok-kun, ia terus berputar tubuh dan melangkah keluar. Dengan segan, Siau-liong memandang ke arah Coa-sik Sesi lalu melesat keluar mengikuti Poh Ceng-in Saat itu sudah malam. Angin malam berhembus keras sehingga Siau-liong agak menggigil. Tetapi serempak dengan itu, pikirannya yang kalut tadi pun menjadi hening. Bukan karena dia seorang pemuda yang banyak curiga. Tetapi adalah karena beberapa kali tertipu oleh Iblis-penaklukdunia maka ia tingkatkan kewaspadaan. Terutama terhadap diri Poh Ceng-in. Ia masih belum dapat mempercayainya penuh. Setelah berjalan satu li, Poh Ceng-in kendorkan langkah sembari berkata kepada Siau-liong yang mengikuti dibelakangnya, Ayahku memang banyak curiga terhadap orang. Dia amat hati2 sekali, Bahkan terhadap orang kepercayaannya pun, dia tetap tak dapat percaya penuh. Maka kita pun tak dapat bergerak dengan leluasa.... 942 Ia berhenti lalu melolos buntalan kain dan diberikan kepada Siau-liong, Demi amannya rencana, terpaksa engkau harus menyamar!" Siau-liong menyambuti buntalan itu. Ternyata berisi seperangkat pakaian hitam seperti yang dipakai tokoh2 tawanan itu. Sejenak meragu, akhirnya ia mau juga memakainya. Kepala dan mukanya ditutup dengan sutera hitam. Poh Ceng-in tersenyum. Tanpa banyak bicara lagi ia terus lanjutkan perjalanan. Diam-diam Siau-liong memperhatikan tempat2 yg dilaluinya itu. Seluas satu li, dilihatnya sebuah puncak gunung yang tak berapa tinggi. Disebelah kiri dari puncak gunung itu adalah puncak Kim-ting yang tinggi. Ditengah kedua puncak itu dipisah oleh dua buah belantara. Baru berjalan belum lama, tiba-tiba dari belakang sebuah batu besar, melesat keluar seorang lelaki berpakaian hitam dan mencekal pedang. Berhenti!" tiba-tiba orang itu membentak. Poh Ceng-in berhenti dan balas membentak, Tidak kenal padaku?"

Lelaki itu memberi hormat, Maafkan kami berlaku kurang hormat, tetapi Thian-cun telah memberi perintah.... Supaya memeriksa aku?" Poh Ceng-in tertawa dingin. "Hamba tak berani!" orang itu menyahut gopoh. Lalu bagaimana maksudmu?" 943 Jawab orang berbaju hitam itu, Entah apakah Koh-cu mempunyai.... Poh Ceng-in tertawa lalu mengeluarkan sehelai panji segitiga berwarna hitam dan dikibarkan kemuka sibaju hitam, Mau memeriksa benda ini?" Pada saat sibaju hitam hendak menyambuti, Poh Ceng-in cepat menarik kembali. Sejenak meragu, sibaju hitam menunjuk Siau-liong, Dan saudara ini.... Poh Ceng-in deliki mata, melengking, Dia aku yang bawa. Mengapa engkau ribut2 saja? Masakan aku membawa mata2 musuh masuk kemari....?" Si Baju Hitam buru-buru menyurut mundur dua langkah dan berseru tersendat, Hamba tak berani mencurigai Koh-cu, tetapi Thian-cun telah memberi perintah keras.... Poh Ceng-in mendengus, Kalau begitu lekas engkau menghadap ayah dan suruh ayah sendiri yang keluar menyambut kedatanganku!" Baju Hitam tertegun lalu berkata dengan nada enggan, Koh-cu, silahkan masuk!" Poh Ceng-in tertawa dingin lalu menarik Siau-liong diajak masuk. Diam-diam Siau-liong menimang. Tempat itu hanya terpisah satu li dari puncak Giok-ci-hong dan Iblis-penaklukdunia sudah mengadakan penjagaan yang begitu ketat. Sungguh iblis itu cermat sekali. 944 Tetapi diam-diam Siau-liong pun tertawa. Adalah karena menginginkan ilmu Thian-kong-sin-kang, maka Iblis-penaklukdunia tak membunuhnya. Dan karena tak dibunuh, ia pasti dapat membasmi iblis itu. Selama dalam perjalanan memang penuh dengan pos2 penjagaan tetapi dengan mudah Poh Ceng-in dapat melalui. Begitu tiba dikaki puncak Giok-ci-hong, tampaklah beberapa buah kemah. Tetapi keadaannya sunyi-senyap. Rupanya orang2 dalam kemah itu sudah tidur pulas. Tiba-tiba Poh Ceng-in gunakan ilmu Menyusup suara membisiki Siau-liong, Kita sudah tiba dipos terakhir. Penjagaan disini luar biasa kerasnya. Penjaga2nya jago2 kelas satu kepercayaan ayah. Kita harus bergerak menurut gelagat!" Siau-liong hanya mengangguk tetapi tak mau menjawab. Ia sudah tahu apa artinya kata2 Poh Ceng-in. Kemudian Poh

Ceng-in melangkah lebar. Rupanya sengaja ia menimbulkan suara. Benar jugalah. Dari belakang gerumbul pohon, segera bermunculan empat orang. Yang dua dimuka, yang dua dibelakang. Kedua orang yang dimuka itu segera menghadang dihadapan Poh Ceng-in, serunya, Apakah Koh-cu membawa tanda amanat dari Thian-cun?" Seperti yang tadi, Poh Ceng-in segera mengeluarkan tanda pengenal diri. Tetapi se-konyong2 ia berseru kaget, Hai, mengapa tanda pengenal diri yang kubawa itu hilang....!" Keempat orang itu tenang2 saja memandang Poh Ceng-in dan Siau-liong dengan pandang bermusuhan. 945 Poh Ceng-in merogohi baju, sibuk sampai beberapa lama tetap tak dapat menemukan tanda pengenalnya. Kemudian ia bertanya kepada kedua orang yang menghadangnya itu, Kalau tanda pengenal diri hilang lalu bagaimana?" Salah seorang yang memelihara jenggot kambing segera menyahut, 'Saat ini kita sedang menghadapi ancaman musuh. Selembar rambut tercabut berarti seluruh tubuh tergetar. Apalagi Thian-cun pun sudah memberi perintah. Karena Koh-cu kehilangan tanda pengenal diri, terpaksa Kohcu harus menunggu dulu disini. Hamba akan melaporkan pada Thian-cun.... -habis berkata ia memberi isyarat kepada dua orang yang berada dibelakang, Lekas beritahukan Thian-cun, bilang.... Tunggu dulu, biarlah kucarinya lagi," buru-buru Poh Cengin menukas. Kedua orang yang menerima perintah tadi terus akan pergi tetapi demi mendengar ucapan Poh Ceng-in terpaksa mereka berhenti. Poh Ceng-in sengaja mencari kian kemari. Diam-diam ia berputar diri dan memberi isyarat kepada Siau-liong. Siau-liong mengangguk tertawa. Tiba-tiba ia maju selangkah, serunya, Kohcu, tanda pengenalmu berada padaku!" Poh Ceng-in tertawa, Kalau begitu lekas tunjukkan kepada mereka!" Siau-liong mengiakan. Sambil masukkan tangan kedada baju, ia maju ketempat kedua orang yang menghadangnya itu. 946 Berhenti! Mengapa engkan seliar itu!" bentak sijenggot kambing. Tetapi Siau-liong seperti tak mendengarnya. Dalam pada berkata itu ia sudah tiba dihadapan kedua orang. Tahu2 kedua orang itu sudah kaku tak dapat berkutik lagi. Ternyata Siau liong guna gerakan yang luar biasa cepatnya untuk menutuk

jalan darah kedua orang itu. Sedemikian cepatnya Siau-liong bergerak sehingga setelah kedua orang itu terpaku seperti patung, barulah kedua kawannya yang di belakang itu tahu kalau kawannya yang dimuka dicelakai orang. Kedua orang yang di belakang itupun hendak bertindak tetapi kalah cepat dengan Siau-liong yang sudah loncat dan sebelum kedua orang itu sempat bersuara, Siau-liong sudah menutuk jalan-darah mereka. Dalam beberapa kejap saja, keempat orang itu pun sudah dikuasai Siau-liong. Poh Ceng-in tercengang. Ia tak kira kalau Siau-liong sudah mencapai kemajuan yang sedemikian pesatnya. Maka berkatalah ia, Sekarang sudah malam. Sekali pun pada saat ini dapat menyelamatkan diri, tetapi tak lama tentu akan diketahui mereka. Kita harus lekas bertindak!" Habis berkata ia terus mendahului lari mendaki kepuncak gunung. Siau-liong mengikuti dibelakang. Sekalipun dalam perjalanan bertemu dengan beberapa peronda, tetapi mereka tak bertanya apa2. Rupanya karena dalam pos penjagaan tiada terdengar pertandaan apa2, mereka anggap tak terjadi suatu apa. Di atas puncak merupakan sebuah tanah datar. Beberapa kubu yang didirikan disitu, tampak sunyi-senyap. Poh Ceng-in langsung menuju kekubu yang nomor tiga. 947 Siau-liong memperhatikan bahwa dalam sebuah kubu terdapat 4-5 orang baju hitam yang tengah duduk bersemedhi. Rupanya mereka tengah menenangkan semangat dan tak menghiraukan kedatangan kedua orang itu. Tiba-tiba terdengar orang berseru, Apakah itu In-ji?" Poh Ceng-in dan Siau-liong terkejut. Tak salah lagi, itulah suara Iblis-penakluk-dunia. Poh Ceng-in segera memberi isyarat mata kepada Siau-liong lalu menuju kekubu yang kedua. Siau-liong tetap mengikuti dibelakangnya. Ia berjalan dengan tundukkan kepala agar kawanan baju hitam itu tak melihatnya. Tampak diluar kubu berjajar delapan orang lelaki berpakaian ringkas sama tegak seperti patung.... Pinggangnya menyelip senjata. Ditengah kubu terdapat sebuah meja pendek. Di atasnya diberi sebuah tempat pedupaan yang masih ber-kepul2 asapnya. Iblis perakluk-dunia dan Dewi Neraka tengah duduk dengan berpakaian lengkap. Poh Ceng-in berjalan kemuka kubu dan berseru dengan nada manja, Yah! Mah! sudah begini.... Dengan bengis Iblis-penakluk-dunia membentak, Baru saja engkau terhindar dari bahaya, mengapa sudah keluyuran kemana-mana?" Aku hanya ber-jalan2 didekat sini," sahut Poh Ceng-in. Berkata Iblis-penakluk-dunia pula, Saat ini sebenarnya

Ceng Hi si imam tua dan gerombolannya itu sudah tak berdaya. Tetapi anak macan yang kupelihara itu ternyata mengacau. Tong Siau-liong muncul sebagai musuhku yang 948 tangguh. Oleh karena itu malam ini mungkin takkan terhindar dari pertempuran besar. Setelah budak itu tertangkap, barulah hatiku tenteram. Menurut dugaanku, habis tengah malam nanti, budak itu tentu akan datang. Maka telah kuperintahkan supaya diadakan penjagaan yang ketat. Mengapa engkau masih lari2 ke-mana2? Apabila berjumpa dengan budak itu, apakah tidak berbahaya.... Penjagaan disini begini kuatnya, masakan dia mampu melayang turun dari langit?" bantah Poh Ceng-in. Iblis-penakluk-dunia menghela napas kecil serunya, Soal itu tak dapat kuperhitungkan. Budak itu telah mencapai kemajuan luar biasa dalam ilmu Thian-kong-sin-kang. Ya, sudah dapat mencapai tataran yang tak terduga....!" Tiba-tiba ia membentak bengis, Mengapa engkau tak lekas kembali ke dalam kubumu!" Tolol! Mengapa engkau marah2 kepada anak sendiri? Dalam beberapa hari ini dia sudah cukup menderita!" teriak Dewi Neraka. Kemudian berpaling ke arah Poh Ceng-in dan berkata dengan nada lembut, Beristirahatlah! Kelak engkau tentu takkan menderita apa2 lagi!" Dengan nada kemanja-manjaan, Poh Ceng-in mengiakan dan terus melangkah pergi. Tetapi baru beberapa langkah, ia mendengar ayahnya membentak, Kembali!" Poh Ceng-in terkejut dan buru-buru berpaling, Mengapa, yah?" 949 Iblis-peuakluk-dunia tersenyum, Karena engkau segan beristirahat, baiklah engkau panggilkan suhengmu suruh kemari. Aku hendak memberi pesan kepadanya!" "Dimana?" "Di belakang Empat Roh!" Poh Ceng-in mengiakan, terus menuju ke belakang. Dengan tanpa bersuara, Siau-liong mengikuti Poh Ceng-in seperti bayangannya. Walaupun Iblis-penakluk-dunia itu seorang yang banyak curiga, tetapi ia tak begitu gila untuk mencurigai anak perempuannya sendiri. Maka walaupun melihat Siau-liong berdiri beberapa belas langkah dimuka, ia tak bertanya apa2. Kubu kedua itu hanya terpisah tiga tombak dari kubu ketiga. Poh Ceng-in memberi isyarat mata kepada Siau-liong. Tanpa berkata suatu apa ia terus lari lagi. Tampak diluar kubu ketiga itu dua orang penjaga. Begitu melihat Poh Ceng-in, mereka segera memberi hormat tetapi

tak berkata apa2. Poh Ceng-in dan Siau-liong melangkah masuk ke dalam kubu. Di dalam kubu telah digelari empat lembar permadani bundar. Keempat pewaris ilmu sakti sedang duduk bersamadahi di atas permadani itu.... Disamping mereka terdapat sebuah kursi bambu. Dengan memegang cambuk Penenang-jiwa milik Iblis-penakluk-dunia, Soh Beng Ki-su duduk miringkan tubuh. Begitu melihat Poh Ceng-in, ia berseru menyapa dan berbangkit. Poh Ceng-in tersenyum, Ayah memanggil su-heng supaya datang kesana." 950 Tanpa curiga apa2, Soh Beng Ki-su serahkan cambuk kepada Poh Ceng-in, katanya, Tolong sumoay menjaga mereka!"- tanpa berpaling lagi, ia terus lari keluar kubu. Poh Ceng-in menghela napas longgar. Setelah Soh Beng Kisu pergi, ia membentak pelahan pada Siau-liong, Ayah hendak suruh mereka makan obat, mengapa engkau tak lekas mengobati mereka!" Sambil berkata Poh Ceng in cepat melirik ke arah kedua penjaga diluar kubu. Melihat mereka tak mengacuhkan apa yang terjadi dalam kubu, tenanglah hati Poh Ceng-in. Siau liong mengiakan. Cepat ia mengeluarkan pil Sip-siaucwan soh-sin-tan. Tetapi tiba-tiba ia agak meragukan khasiat obat itu. Adakah pil itu dapat menyembuhkan mereka. Setelah merenung beberapa saat, ia memutuskan untuk memberi dua butir pil pada masing-masing tokoh itu. Setelah Siau-liong meminumkan pil itu, Poh Ceng-in pun segera gentakkan cambuk dimuka ke empat tokoh itu dan membentaknya pelahan, Bangunlah!" Hatinya amat tegang sekali tanganpun gemetar. Untung keempat tokoh itu serempak membuka mata dan memandang cambuk kulit dari Poh Ceng-in dengan ter-longong2. Tiba-tiba terdengar suara suitan melengking di udara. Siauliong terperanjat. Jelas suitan itu berasal dari anak panah pertandaan bahaya yang dilepas anak buah Iblis-penaklukdunia. Kedua penjaga kubu serentak memberi hormat kepada Poh Ceng-in, Lapor pada koh-cu. dibawah puncak mengirim tanda bahaya!" 951 Lekas laporkan pada Thian cun berdua!" Poh Ceng-in berseru gugup. Kedua penjaga itu terbeliak kaget. Tetapi mereka pun cepat2 lari menuju kekubu kedua. "Lekas! Lekas....! Poh Ceng-in membentak Siau-liong sambil banting2 kaki. Siau-liong cepat memberi dua butir pil kepada Jong Leng lojin yang duduk dekat pintu kubu. "Telanlah!" bentak Poh Ceng-in seraya gentakkan

cambuknya. Wajah Jong Leng lojin berobah. Tetapi setelah tertegun sejenak, ia terus menelannya. Saat itu suasana diluar kubu sudah kacau. Berpuluh sosok tubuh orang lari kian-kemari amat berisik sekali. Siau-liong tak dapat banyak berpikir lagi. Ia segera memberikan dua butir pil kepada Lam-hay Sin-ni. Untunglah kesemuanya itu berjalan lancar. Dibawah gentakkan cambuk Poh Ceng-in, Lam-hay Sin-ni, Randa Bu-san dan Kongsun Sintho mau menelan pil pemberian Siau-liong. Setelah itu mereka pejamkan mata bersemedhi lagi. Tampaknya tiada reaksi apa2. Poh Ceng-in menghela napas longgar, serunya, Pil telah mereka telan. Bagaimana reaksinya tunggu saja nanti perobahan mereka!" Siau-liong yang saat itu sudah menaruh kepercayaan penuh kepada Poh Ceng-in segera menjurah memberi hormat, Nona, aku.... -baru ia berkata begitu tampak sesosok tubuh lari mendatangi. Dan muncullah Soh Beng Ki-su ke dalam 952 kubu seraya berseru gopoh, Musuh sudah unjuk jejak, suhu perintahkan aku supaya membawa keempat orang itu keluar!" "Mereka berjumlah berapa banyak?" sengaja Poh Ceng-in bertanya. "Saat ini belum diketahui jelas, tetapi musuh yang tangguh sudah tiba dipuncak gunung sini.... Sambil menyerahkan cambuk kepada Soh Beng Ki-su lagi, Poh Ceng-in membentak Siau-liong; "Lekas ambilkan senjataku!" Siau-liong mengiakan. Ia berputar tubuh terus pergi. Begitu berada ditempat gelap, Siau-liong terus membuka pakaian warna hitam yang dipakainya. Diam-diam ia menimang, Entah apakah pil itu berkhasiat atau tidak, tetapi malam ini merupakan malam yang memutuskan. Aku harus mengadu jiwa dengan kedua suami isteri iblis itu!" Setelah memutuskan rencana, ia segera loncat apungkan diri melayang kekubu kedua. Kubu yg ditempat Iblis-penaklukdunia dan isterinya. Saat itu Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka tengah berdiri berdampingan diluar kubu. Sekeliling dijaga rapat oleh kawanan anak buahnya Baju Hitam. Begitu melihat Siau-liong meluncur dari udara, mereka kaget sekali. Budak kecil, akhirnya ia masuk ke dalam jaring sendiri!" Iblis-penakluk-dunia tertawa nyaring. "Iblis tua! Kematian sudah didepan mata, engkau masih bermimpi!" bentak Siau-liong. 953 Iblis-penakluk-dunia tertawa angkuh.... Begitu mengangkat

tangan, kawanan penjaganya itu segera menyurut mundur. Pelahan-lahan dia maju dua langkah. tetapi tetap terpisah setombak jauhnya dari Siau-liong. Dengan tertawa mengejek ia berseru, Sudah kukatakan bahwa aku tak mau memaksa orang. Asal ia mau mengajarkan ilmu Thian-kong-sin-kang itu kepadaku dengan lengkap, aku tentu akan pegang janji. Tiau Bok-kun dan Mawar Putih kedua nona serta Kongsun Sin-tho dan lain-lain, semuanya akan kubebaskan. Tetapi kalau tidak.... Ia berhenti sejenak keliarkan pandang lalu melanjutkan pula, Apa yang kukatakan tentu akan kulaksanakan. Dan apa akibatnya engkau tentu sudah tahu sendiri.... Tiba-tiba ia berpaling membentak seorang pengawal yang berada di belakangnya, Bawa kemari kedua budak perempuan yang berada dikurungan itu!" Pengawal itu mengiakan terus lari ke belakang. Siau-liong tak mau berkata apa2. Ia hanya tertawa dingin memandang Iblis-penakluk-dunia. Walaupun sepintas pandang Iblis-penakluk-dunia itu tampak tenang tetapi dalam hati ia gelisah bukan kepalang. Dan tanpa berkata apa2, Siau-liong pun melangkah maju. Melihat itu Iblis-penakluk-dunia membentaknya, Berhenti! Apakah engkau benar menghendaki kubunuh kedua nona itu?" Siau-liong tak menyahut tetapi tetap maju. Melihat itu Iblispenaklukdunia terpaksa mundur pelahan-lahan. Kini ia mundur sampai dimuka kubu. 954 Saat itu siiblis sudah tak dapat mundur lagi. Sekonyongkonyong ia membentak keras dan menghantam Siau-liong. Tetapi anak muda itu hanya tersenyum saja. Diangkatnya tangan kanan untuk menyapu. Terdengar letupan dan debu di belakang Iblis-penakluk-dunia itu pun bergulung-gulung tiba.... Saat itu Iblis-penakluk-dunia cukup banyak juga mempelajari keempat ilmu sakti dari Lam-hay Sin-ni, Jong Leng lojin, Kongsun Sin-tho dan Randa Bu-san. Kesaktiannya jauh lebih hebat dari sebelumnya. Maka beranilah ia menyongsong pukulan Siau-liong. Siapa tahu Siau liong ternyata sudah hampir seluruhnya memahami Thian-kong-sinkang. Bukan kepalang kejut iblis itu ketika pukulannya seperti terbenam dalam lautan dan tiba-tiba pula ia dilanda oleh tenaga yang hebat sehingga darahnya bergolak-golak Dewi Neraka terkejut sekali. Cepat ia gentakkan tongkatnya kepala naga. Tiba-tiba kepala naga itu cepat dan melayang ke arah Siau-liong. siau-liong mendengus dingin. Sekali ia menghantam, kepala naga dan tongkat wanita iblis itu mencelat dan serempak itu terdengar suara orang tertahan. Dewi Neraka terpental mundur sampai tujuh delapan langkah jauhnya.

"Huak!".... wanita itu muntah darah! Begitu kubu ketika melayang kabur, kubu ketiga segera tampak. Tampak kawanan anak buah Iblis-penakluk-dunia berdiri terlongong. Kesatu karena mereka terpesona melihat kesaktian Siau-liong.... Kedua, karena belum mendapat perintah dari pemimpinnya. 955 Seielah mengundurkan kedua suami isteri iblis, Siau-liong masih maju menghampiri mereka. Iblis-penakluk-dunia gugup tetapi ia tetap menutupi dengan tertawa angkuh seraya menyurut mundur. Dan pada saat itu ia sudah mundur ke kubu nomor tiga. Dan apa yang terjadi dalam kubu ketiga itu pun sudah kelihatan.... Soh Beng Ki-su sambil mainkan cambuk sambil membentak keempat tokoh yang masih duduk, Lekas bangun! Bangun....!" Tetapi keempat tokoh itu tetap pejamkan mata dan duduk setenang patung Poh Ceng-in yang berdiri disamping, tampaknya seperti gugup juga. Tiba-tiba pengawal yang disuruh Iblis-penakluk-dunia untuk membawa Tiau Bok-kun dan Mawar Putih tadi, pun sudah datang. Tetapi sikap mereka ketakutan sekali. Sambil berlari mendatangi mereka sudah berteriak-teriak, Thian-cun, kedua budak perempuan itu sudah lolos!" "Mundur!" bentak Iblis-penakluk-dunia gugup. Ia terus menerobos ke dalam kubu. Melihat keempat tokoh itu duduk mematung, diam-diam Siau-liong girang. Ia duga pil itu tentu sudah bekerja. Ia tak mau memburu masuk, melainkan menunggu diluar. Dengan wajah pucat lesi, Iblis-penakluk dunia cepat mengambil cambuk dari tangan Soh-Beng ki-su lalu digentakkan beberapa kali seraya membentak, Hayo, mengapa tak lekas bangun!" Cambukan itu berhasil membangunkan Jong Leng lojin. Tokoh itu serentak berbangkit. "Tar".... Iblis-penakluk-dunia 956 mencambuk punggung Jong Leng lojin seraya membentak, Lekas tangkap budak itu, mati atau hidup!" Di luar dugaan, Jong Leng lojin tak mau menyahuti dan melakukan perintah. Bahkan tiba-tiba ia menyambar cambuk Iblis-penakluk-dunia dan balas membentaknya, Siapa engkau ini!" Kali ini Iblis-penakluk-dunia seperti disambar petir kejutnya. Ia lemparkan cambuk terus lolos ke luar kubu. Dengan masih dalam pikiran tak sadar, Jong leng lojin menghantam. Iblis-penakluk-dunia lari kemati-matian tetapi tetap tak dapat terhindar dari hantaman Jong Leng. Tubuhnya yang melambung di udara itu tiba-tiba menukik turun dan

jatuh di samping Siau-liong! "Iblis tua, apakah engkau masih mimpi mau lari?" bentak Siau-liong seraya menutuk dada dan tenggorokan iblis itu. Saat itu Dewi Neraka pun sudah terluka pukulan Siau-liong tadi. Tahu gelagat jelek, ia hendak lari. Tetapi ia ingat akan Poh Ceng-in. Pada saat Dewi Neraka meragu, tiba-tiba terdengar suara berisik mendatangi.... Siau-liong kira tentulah anak buah Iblispenaklukdunia yang hendak menyerbu untuk menolong pemimpinnya. Tetapi ternyata yang muncul itu adalah Ceng Hi totiang dan rombongan orang gagah. Dewi Neraka yang sudah menderita luka itu makin bingung. Begitu memandang keadaan ditempat situ, tahulah Ceng Hi apa yang telah terjadi. Cepat ia kebutkan lengan jubah untuk menutuk jalan darah Dewi Neraka. 957 "Hai, apakah kalian ini kawanan roh orang mati?" teriak Iblis-penakluk-dunia yang walau pun sudah tertutuk jalan darahnya namun masih dapat bicara. Saat itu kawanan Baju Hitam baru tersandar. Dengan bersuit keras, mereka segera maju mengepung. Tetapi Jong Leng lojin yang menjaga disamping Iblis-penakluk dunia, segera menghantam kian kemari mencegah mereka. Rombongan orang gagah yang dipimpin Ceng Hi totiang itu segera menyerang sehingga terjadilah pertempuran dahsyat. Sedangkan Siau-liong ter-longong2 sendiri. Ia benar-benar terpukau karena melihat keadaan saat itu. Ia merasa seperti telah menghidupkan kembali orang yang sudah mati. Tiba-tiba Poh Ceng-in melengking, Suheng, tunggulah aku ber-sama2 lari!" Saat itu barulah Siau-liong seperti diingatkan pada Soh Beng Ki-su. Dengan menggerung, ia enjot tubuh melambung ke udara dan melayang turun di belakang kubu. Ternyata Soh Beng Ki-su yang bertubuh kurus kering itu sedang siap hendak melarikan diri dari kubu. Siau-liong cepat membentak dan mencengkeram dadanya. Soh Beng Ki-su terkejut. Ia tebarkan jaringnya hendak melancarkan pukulan Pek-kut-kang. Tetapi sudah terlambat. Dadanya sudah dicengkeram Siau-liong. Seketika itu ia rasakan dadanya seperti pecah. Siau Hong sudah menutuk tiga buah jalan darah orang itu. Kemudian ia terus hendak melangkah ke dalam kubu. Tetapi saat itu To Kiu-kong, Ti Gong taysu dan kawan2nya bermunculan datang. Siau-liong cepat lemparkan Soh Beng Ki-su kepada To Kiu-kong. 958 "Inilah manusia yang membunuh Pendekar Laknat! Tolong engkau menjaganya. Kelak hendak kubawanya untuk sesaji dimakam Pendekar Laknat!"....

Habis berkata Siau-liong terus loncat kekubu lagi. Dilihatnya keadaan sudah berobah. Kedua suami isteri iblis sudah dibekuk dan dijaga oleh belasan tokoh2 kelas satu yang ditugaskan Ceng Hi totiang. Untuk menjaga agar kedua iblis itu jangan sampai lolos, mereka lekatkan ujung senjatanya pada jalan darah kedua orang itu. Pertempuran masih berjalan seru. tetapi karena pemimpin sudah dibekuk, si tuasi pertempuran pun dapat dikuasai Ceng Hi totiang. Yang sukar diatasi hanya beberapa tokoh seperti Naga Terkutuk, Harimau Iblis, It Hang totiang dan lain-lain. Setelah Jong Leng lojin maka ber-turut2 bangunlah Kongsun Sin-tho, Randa Bu-san dan Lam-hay Sin-ni. Mereka merenung beberapa waktu, baru menyadari apa yang telah terjadi pada diri mereka selama ini. "Suhu, apakah engkau sudah sembuh sama sekali?" buruburu Siau-liong menghampiri Kongsun Sin-tho. Kongsun Sin-tho menghela napa, Liong-ji. Apakah engkau yang membuatkan pil dari katak-kaki-tiga itu? Dimanakah kita sekarang ini?" "Kita saat ini berada dibawah puncak Kim-ting. Pil itu dibuat oleh paderi sakti Kim-ting!" Ah, tak kira kalau akupun juga.... 959 Kongsun Sin-tho menghela napas panjang. Merenung sejenak tokoh itu berkata pula, Berapa banyak pil yang telah dibuatnya? Sisanya berikan kepadaku!" Siau-liong segera menyerahkannya. Setelah menerima, Kongsun Sin-tho lalu memberi keterangan kepada Randa Busan dan lain-lain. Kemudian keempat tokoh itu segera turun kegelanggang pertempuran. Dengan kesaktian mereka, mudahlah untuk menundukkan Naga Terkutuk. Harimau Iblis, It Hang totiang dan lain-lain. Kemudian setiap orang diberinya pil itu sebutir. Tak berapa lama mereka pun pulih kesadarannya. Dan saat itu pertempuran pun sudah selesai. Beberapa anak buah Iblispenaklukdunia berhasil melarikan diri. Tetapi yang tak dapat lolos terpaksa menyerah. Kongsun Sin-tho memberi sisa tiga butir pil kepada Siauliong, Pil itu tak mudah diperoleh. Selain dapat mengobati segala macam racun, pun mempunyai daya untuk menghidupkan orang yang sudah meregang jiwa. Harap engkau simpan baik dan apabila perlu dapat engkau gunakan."' Siau-liong segera menyimpannya. Saat itu suasana pertempuran sudah sunyi. Ceng Hi totiang saling berpandang pandangan dengan keempat tokoh sakti. Ia menuturkan kepada mereka semua peristiwa yang telah terjadi selama ini. Terutama jasa-jasa Siau-liong yang pantang

mundur dalam menghadapi huru hara dari Iblis-penaklukdunia. Sekalian orang gagah bertepuk sorak memuji-memuji keberanian dan kegagahan anak muda itu! 960 Tetapi Siau-liong sendiri merasa malu dalam hati. Jika tanpa bantuan siKakek Mata-satu, paderi sakti Kim-ting dan Poh Ceng-in. tak mungkin ia sendiri dapat menyelesaikan huru-hara itu. Berturut-turut Randa Busan, Lam-hay Sin-ni, Jong Leng lojin, Naga Tertutuk, Harimau Iblis, It Hang totiang dan lainlain, menghaturkan terima kasih kepada Siau-liong. Mereka berlutut dihadapan pemuda itu. Sudah tentu Siau-liong terkejut dan tersipu-sipu mengangkat mereka bangun. Pada saat itu tiba-tiba berdatangan pula dua rombongan. Rombongan yang pertama ialah Coa-sik Se-si bersama Mawar Putih dan Tiau Bok-kun. Dan rombongan kedua ialah Kakek Mata-satu bersama si dara Song Ling. Melihat suhu dan puterinya datang, girang Randa Bu-san bukan kepalang. Sementara itu, Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka masih dikepung oleh rombongan orang gagah. Jong Leng lojin, Naga Tertutuk, Harimau Iblis dan beberapa tokoh segera menghampiri. Tokoh-tokoh itu geram sekali.... Jong Leng lojin memungut sebatang pedang yang terleiak di tanah dan membentak, Dosa kedua suami isteri iblis itu sudah melewati takeran. Adakah saudara2 masih suka memberi ampun kepada mereka?" "Tidak! Mati pun mereka masih ringan kalau dinilai dari dosanya!" seru sekalian orang gagah. Tiba-tiba terdengar suara orang menangis. Dan pada lain saat tampak Poh Ceng-in lari menghampiri lalu berlutut di hadapan Siau-liong, Tong siauhiap! Harap engkau suka berlaku murah memberi ampun jiwa ayah bundaku itu!" 961 Saat itu Coa-sik Se-si pun menghampiri lalu mengangkat bangun Poh Ceng-in, Nak, ah, engkau cukup banyak menderita.... Buru-buru Siau-liong berkata kepada Jong Leng lojin, Locianpwe, sukalah lo-cianpwe menerima sebuah permintaanku?" "Silahkan, apa pun yang Tong siauhiap bilang, aku tentu menurut " sabut Jong Leng. Siau-liong menghela napas, Saat ini huru-hara sudah teratasi. Kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia itu sudah tak berdaya lagi. Marilah kita melakukan budi kebaikan untuk mengampuni jiwa mereka!" Ceng Hi totiang dan Kongsun Sin-tho segera melangkah menghampiri Siau-liong. Kata Kongsun Sin-tho, Untuk

memberi ampun jiwa mereka, pun boleh saja! Tetapi demi menjaga timbulnya bahaya dikemudian hari lagi, ilmu kepandaian mereka barus dilenyapkan." Melihat Siau-liong diam saja, Ceng Hi totiang pun segera mencabut sebilah badik yang terselip di pinggangnya. Dipotongnya urat nadi penting dari kedua suami isteri iblis itu lalu dibebaskannya jalan darah mereka yang tertutuk itu. Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka terpaku seperti patung. Wajah mereka suram muram. Poh Ceng-in lari kesamping ibunya dan berseru pelahan, Mah, aku.... aku sungguh menyesal dan bersalah kepadamu.... ia segera menangis tersedu sedan. 962 Lama sekali Poh Ceng-in tumpahkan kesedihan hatinya. Setelah berhenti menangis ia segera mengangkat bangun kedua ayah bundanya dan dibawanya turun gunung. Tiba-tiba Coa-sik Se-si memberi perintah kepada Siau-liong, Lekas kau susul mereka dan bawa kembali kesini!" Siau-liong segera lari mengejar seraya berteriak memanggil Poh Ceng-in, Nona Poh.... Tetapi tanpa berpaling muka, Poh Ceng-in berseru membalas, Aku hendak pergi!" "Aku sungguh menyesal sekali! Aku memutuskan.... akan mengambil engkau sebagai isteri!" Siau-liong berteriak gopoh. Poh Ceng-in menjawab rawan, Ah, terima kasih atas kebaikanmu itu. Tetapi sekarang lain halnya! Aku sudah menyadari semua! Jika kau memang orang yang pegang janji, engkau datang tahun depan untuk memenuhi janji mati bersama aku!" Kedua sudah isteri iblis yang dipapah berjalan oleh Poh Ceng-in itu terkejut dan berpaling memandang Siau-liong. Tetapi mereka cepat menghadap kemuka lagi dan melanjutkan perjalanan turun gunung. Tak berapa lama mereka pun lenyap dalam kegelapan malam. Siau-liong tertegun beberapa saat lalu berjalan balik ketempat mamahnya. Sekalian orang gagah segera mengerumuni Siau-liong. Mereka mendengar apa yang dibicarakan Siau-liong dengan Poh Ceng-in tadi. Tetapi walaupun mereka tak mengerti apa maksud pembicaraan itu. mereka tak berani bertanya kepada Siau-liong. 963 Saat itu karena pertempuran sudah selesai dan keadaan kembali aman, rombongan orang gagah itu saling bergembira ria dan tertawa-tawa. Setelah puas bercakap-cakap, Ceng Hi totiang menghampiri Siau-liong, Rasanya tiada berguna aku menunggu lama disini. Sebaiknya aku akan kembali. Maka ijinkanlah Tong siauhiap, kami hendak mohon diri!"

Sekali pun pada saat itu Siau-liong dipandang sebagai bintang penyelamat dunia persilatan dan seorang tokoh silat yang telah memiliki kepandaian sakti, tetapi diam-diam hati pemuda itu gelisah. Mendengar Ceng Hi totiang dan beberapa tokoh hendak pulang, walaupun merasa tindakan mereka itu terlalu bergegas, namun Siau-liong tak mau banyak bicara. Demikian setelah beberapa tokoh itu tinggalkan gunung, keadaan makin sepi. Saat itu sudah menjelang fajar. Angin makin dingin. Keempat tokoh pewaris ilmu sakti masih berada disitu. Kongsun Sin-tho menghampiri Siau liong dan memberi salam, Siau-liong, akupun juga akan pergi....!" Siau-liong bercekat hatinya dan tanpa tersadar, ia bercucuran air mata, Apakah suhu hendak pulang ke Hongsan?" Jawab tabib sakti itu, Segala kehendakku sudah selesai. Sebelum mati, ingin aku pesiar menikmati keindahan gunung2 dan sungai2 yang terkenal. Sekarang aku hendak memulai pesiar kepegunungan Tang-gak. Dunia begini luas, jejakku sukar ditentukan." Habis berkata tokoh itu terus ayunkan langkah. Siau-liong benar-benar tersayat hatinya. Ia masih ingin bicara banyak 964 sekali dengan gurunya yang baik budi itu. Tetapi ketika ia hendak melangkah mencegahnya, tiba-tiba tampak Mawar Putih lari dan berlutut dihadapan Coa-sik Se-si, menangis, Suhu, mohon engkau sudi meluluskan sebuah permintaanku!" Coa-sik Se-si buru-buru mengangkatnya bangun, Kalau ada apa2, bilanglah! Tentu akan kululuskan permintaanmu itu!" Mawar Putih masih sesenggukan berkata, Mohon suhu suka meluluskan aku menjadi rahib! Lam-hay Sin-ni locianpwe hendak mengambil aku.... Sesaat Coa-sik Se-si tak dapat berkata apa2. Ia tahu apa sebab muridnya hendak masuk menjadi rahib itu. Berpaling ke arah Siau-liong, dilihatnya puteranya itu ter-longong2 mengucurkan air mata. Sampai beberapa lama, barulah ia berkata, Lam-hay Sin-ni lo-cianpwe adalah salah seorang tokoh sakti yang mewarisi salah satu dari lima ilmu sakti. Beliau hendak menerimamu sebagai murid, memang suatu keberuntungan bagimu. Tetapi.... Coa-sik Se-si tak dapat melanjutkan ucapannya karena saat itu Mawar Putih sudah mengeluarkan sebilah badik dan terus memotong rambutnya. Coa sik Se si hendak mencegah tetapi sudah terlambat. Terpaksa ia hanya menghela napas panjang dan tak berkata suatu apa. Tiau Bok kun yang sejak tadi berdiri disamping tak ikut bicara, demi melihat Mawar Putih memotong rambut, tiba-tiba ia segera menghampiri Siau-liong, Tong siangkong! Atas budi

pertolonganmu kepadaku itu, mungkin dalam kehidupan sekarang aku tak dapat membalas....!'"- habis berkata iapun segera memotong rambutnya juga. 965 Saat itu Siau-liong termangu-mangu seperti patung. Dia tak dapat berkata apa2 kecuali bercucuran air mata.... Setelah mengucap terima kasih kepada Coa-sik Se-si, Lamhay Sin-ni segera memimpin tangan Mawar Putih diajak pergi. Jong Leng lojin tertawa gelak2. Ia melangkah kemuka Tiau Bok-kun, katanya, Aku masih belum punya pewaris, entah apakah engkau suka.... Tiau Bok-kun girang sekali. Buru-buru ia berlutut dan memberi hormat dengan khidmat, Suhu.... Jon Leng lojin tertawa meloroh. kemudian berseru kepada Lam-hay Sin-ni, Muridku juga tak kalah dengan muridmu itu!" Kemudian Randa Bu-san pun hendak pamit. Sementara si dara Song Ling berdiri jauh tak mau memandang Siau-liong. Karena ditinggal pergi oleh tokoh2 itu, hati Siau-liong seperti tertindih batu. Ia hendak menangis, tetapi ai rmatanya sudah kering. Akhirnya ia bertanya kepada Randa Bu-san; "Apakah Cianpwe juga akan pergi?" Randa Bu-san tertawa, Di dunia tiada perjamuan yang takkan berakhir. Kalau saatnya harus berpisah, kita pun harus berpisah!" Demikian para tokoh2 itu satu demi satu segera tinggalkan tempat itu. Yang ada kini hanya Siau-liong dan mamahnya. Wajah Siau-liong penuh bekas air mata. Pikirannya melayang pada masa yang lalu. Bayang2 orang satu demi satu melintas pada benaknya. 966 Tetapi mengingat bahwa mereka telah mendapat tempat yang tepat, hatipun tenang. Ia menghapus air mata dan paksakan tertawa, Mah, mari kita tinggalkan tempat ini juga!" Saat itu hati Coa-sik Se-si pun girang dan sedih. Serentak ia berbangkit, ujarnya, Marilah kita kegunung Hongsan untuk menyambangi makam ayahmu!" Siau-liong terhibur hatinya. Sambil menggandeng tangan mamahnya, mereka segera berjalan pe-lahan2 menuruni gunung. Karena sudah tiada urusan yang penting, mereka pun melakukan perjalanan dengan pelahan.... Setiba dibawah gunung lebih dulu mereka mencari penginapan dirumah penginapan. Setelah itu mereka menyewa kereta. Lebih kurang setengah bulan kemudian barulah mereka tiba digunung Hongsan. Pada saat mereka mendaki ke atas gunung, apa yang disaksikannya membuat mereka terkejut sekali. Ceng Hi totiang dan rombongan orang gagah yang terdiri

dari be-ratus2 orang, muncul menyambut mereka. Didekat kuburan almarhum Tong Gun-liong, didirikan beberapa buah bangsal. Selusin bujang perempuan segera memimpin tangan Coa-sik Se-si diajak masuk ke dalam bangsal. Karena terkejut, Siau-liong sampai tak dapat berkata apa2. Ia tak mengerti mengapa tokoh2 persilatan berada disitu. Kiranya untuk membalas jasa Siau-liong, Ceng Hi totiang memimpin rombongan kaum persilatan menuju ke Hong-san dan mendirikan bangsal dan membangun sebuah gedung yang mewah. Gedung itu akan dipersembahkan kepada Siau-liong sebagai tempat tinggal ibunya. 967 Siau-liong sukar menolak kebaikan Ceng Hi totiang dan tokoh2 persilatan. Terpaksa ia mengucapkan terima kasih Gunung Hongsan yang biasanya sunyi, saat itu ramainya bukan kepalang. Beratus-ratus tokoh persilatan bersembahyang didepan makam Tong Gun-liong. Mereka dipelopori Ceng Hi totiang yang bersembahyang dengan berlutut di depan nisan, Coa-sik Se-si dan Siau-liong berdiri, di samping makam untuk membalas hormat. Coa-sik Se-si benar-benar terharu melihat upacara yang belum pernah terjadi dalam sejarah dunia persilatan. Ia bercucuran air mata dan berkemak-kemik mendoa, Gunliong, Gun-liong.... jika engkau tahu keadaan ini. engkau pasti dapat meram dengan puas dialam baka!" Selesai upacara sembahyangan, tiba-tiba Toh Hun-ki ketua Kong-tong-pay bersama keempat Su-lo maju ke depan makam dan berseru, Dahulu kamilah yang salah memberi keputusan. Maka kami akau menebus kesalahan itu dengan kematian!" Habis berkata mereka sama mencabut badik dan terus hendak bunuh diri. Sesungguhnya Siau-liong tak sampai hati melihat mereka membunuh diri. Tetapi ia tak berani lancang mengambil tindakan. Maka ia berpaling memandang ibunya. Ternyata Coa-sik Se-si sudah bergegas maju menghampiri dan berseru, Cianpwe sekalian, harap jangan bertindak begitu. Bagaimanapun halnya, Gun-liong adalah muridmu. Pada masa itu dia telah melanggar peraturan perguruan. Sudah seharusnya menerima hukuman.... Ceng Hi totiang pun juga menghampiri dan tertawa, Peristiwa yang lampau sudah lalu! Hari ini benar-benar suatu 968 peristiwa bersejarah bahwa seluruh kaum persilatan melakukan upacara sembahyang. Soal yang lalu, tak perlu diungkat lagi!" Siau-liong juga ikut menasehati sehingga tokoh-tokoh Kong-tong-pay itu mau juga batalkan niatnya membunuh diri. Mereka menghaturkan terima kasih kepada ketiga orang itu.

Dan suasana berkabung, kini berobah menjadi suatu peristiwa yang menggembirakan. Hari kedua, rombongan kaum persilatan pun mengadakan sembahyangan dimakam Pendekar Laknat dan Pengemis Tengkorak. To Kiu-kong menyerahkan Soh Beng Ki-su kepada Siauliong. Dihadapan makam Pendekar laknat, Siau-liong menusuk dada Soh Beng Ki-su mengambil hatinya dan disembahyangkan didepan makam Pendekar Laknat. Selesai upacara sembahyangan itu, Ceng Hi totiang hendak mengangkat Siau-liong sebagai pemimpin dunia persilatan. Tetapi Siau-liong tetap menolak. Ia menyatakan lebih senang menjadi cousu dari partai Kay-pang dan berkedudukan sama dengan ketua partai2 persilatan lain. Sudah tentu partai Kay-pang girang sekali. Mereka menyambut pernyataan cousu-ya mereka itu dengan berlutut menghaturkan terima kasih. Sejak itu Kay-pang makin menjulang namanya. Partai itu seolah-olah dianggap sebagai pemimpin dunia persilatan. Setelah hampir sebulan berada di gunung Hong-san, sekali pun tokoh-tokoh persilatan Itupun segera berbondongbondong pulang ke tempat masing-masing. 969 Sejak itu Siau-liong bersama ibunya tinggal di gunung Hong-san. Mereka melewatkan kehidupan yang bahagia. Tetapi Siau-liong tetap gelisah memikirkan nasib Mawar Putih, Tiau Bok-kun, Poh Ceng-in dan lain-lain. Ia pun ingat bahwa besok tahun muka pada pertengahan musim rontok, ia harus menuju ke gunung Busan untuk memenuhi perjanjiannya dengan Poh Ceng-in. Rupanya Coa-sik Se-si tahu apa yang terkandung dalam hati puteranya. Ia menasehati agar Siau-liong dapat mempengaruhi pikiran Poh Ceng-in supaya membatalkan rencana untuk mati bersama itu. Dan sebagai perobahan, Siau-liong supaya menerima Poh Ceng-in sebagai isteri.... Siau-liong mengiakan. Setelah tiba waktunya ia segera berangkat menuju ke Busan. Dalam perjalanan, ia menimang, Randa Bu-san tentu sudah tahu bahwa Pendekar Laknat itu sebenarnya sudah mati. Dengan begitu perjanjian mereka untuk mengadakan pertempuran, dengan sendirinya gugur. Dan sekarang hanya sebuah perjanjian dengan Poh Ceng-in yang harus ia selesaikan!" Tiba di gunung Busan, tepat pada pertengahan bulan delapan pagi. Perjanjiannya dengan Poh Ceog-in ialah hari kedua dari pertengahan bulan delapan. Ia duga, apabila Poh Ceng-in datang memenuhi janji, tentu tak mungkin datang lebih dulu dari dirinya. Tetapi diluar dugaan, begitu membelok pada sebuah

tikungan gunung, ia melihat di tengah sebuah hutan telah dibangun sebuah makam. Dan ah.... ternyata Poh Ceng-in sudah berada di situ, Ia tetap mengenakan pakaian merah menyala dan duduk disamping makam. 970 "Nona Poh!" serentak Siau-liong berseru seraya lari menghampiri. Poh Ceng-in serentak berbangkit tetapi tiba-tiba ia menjerit dan rubuh lagi. Siau-liong terkejut dan cepat memapahnya bangun. Sambil ulurkan tangan kiri, Poh Ceng-in mengerang, Lenganku digigit ular beracun yang kupelihara! Lekas bantu menghisap racun itu!" Waktu memeriksa, Siau-liong memang melihat lengan kiri nona itu terdapat dua buah lubang yang masih bercucuran darah. Tanpa banyak berpikir lagi. ia terus menghisapnya dengan mulut. "Lekas hisap! Lekas isap! Kalau racun keburu masuk ke dulam jantung, tiada obatnya lagi!" berulang kali Poh Ceng-in merintih rintih. Karena gugup, Siau-liong terus menghisap kemati-matian. Karena darah terus mengalir tak berhenti, Siau-liong tak keburu meludahkan ke tanah sehingga terus ditelannya. Keadaan itu berlangsung sampai lama. "Apakah sekarang nona sudah merasa enak?" tanyanya beberapa saat kemudian. Tetapi serentak dengan itu wajahnya pun berobah. Dilihatnya wajah Poh Ceng-in pucat lesi seperti orang yang mau mati. Kemudian nona itu paksakan tertawa rawan, Aku tak pantas menjadi jodohmu.... racun jong-tok itu.... su.... dah.... punah....!" 971 Habis berkata wanita pemilik Lembah Semi itu pun kelentuk kepalanya dan meramkan mata selama-lamanya. Siau-liong terkejut. Tanpa disadari ia menangis dan berkabung melihat penderitaan dan pengorbanan wanita itu. Saking sedihnya ia sampai pingsan. Setelah sadar barulah ia mengetahui bahwa Kakek Matasatu, Randa Bu-san dan Song Ling sudah menjaga disampingnya. Siau-liong segera menanam Poh Ceng-in ke dalam liang yang telah disiapkan itu. Kemudian Siau-liong tegak berdiri di samping makam itu seperti orang yang kehilangan semangat. Kakek Mata-satu dan Randa Busan menghiburnya dan akhirnya dapat membujuknya diajak pulang ke Hong-san. Coa-sik Se-si juga berduka mendengar peristiwa kematian Poh Ceng-in. Sedang Siau-liong tetap lesu seperti orang sakit. Ia lebih suka membenam diri dalam kamar.

Dua bulan kemudian barulah ia mulai dapat kembali semangatnya yang hilang itu. Hari itu ia merasa semangatnya segar, kedukaan hatinya pun berkurang. Maka keluarlah ia dari kamarnya. Tetapi alangkah kejutnya ketika ia melihat keadaan di luar. Di ruangan besar, penuh dengan meja perjamuan dan tetamu2 yang terdiri dari ketua partai2 persilatan serta tokoh2 ternama. Siau-liong heran bukan kepalang. Buru-buru ia mencari mamahnya untuk bertanya. Sudah dua bulan ia tak pernah keluar dari kamar sehingga tak tahu apa yang terjadi dalam rumah. 972 Coa-sik Se-si keluar menyambut diiringi oleh bujang perempuan. Dengan wajah berseri tawa, wanita itu berkata kepada puteranya, Siau-liong, sekali pun dalam urusan ini aku tak pernah mengatakan kepadamu, tetapi engkau jangan menolak! Hari ini adalah hari kebahagiaanmu!" Siau-liong kaget setengah mati, Bagaimana ini.... Coa-sik Se-si menukas tertawa, Mempelai perempuan adalah Song Ling. Mamahlah yang mencarikan jodohmu itu!" Sekali pun Siau-liong tak berani membantah tapi ia banting2 kaki dan menghela napas panjang. Tiba-tiba Kakek Mata-satu muncul dengan tertawa-tawa, Buyung, apakah engkau tak ingat janjimu yang telah engkau berikan kepadaku di puncak Kim-ting tempo hari?" Siau-liong seperti disadarkan. Teringatlah ia mengapa kakek buta sebelah mata itu memaksanya supaya meluluskan sebuah permintaannya Kiranya permintaan kakek itu tak lain ialah hendak menjodohkan cucu muridnya atau si dara Song Ling dengan dirinya. Ah.... ia tak berani banyak bicara lagi dan biarkan sekalian orang hendak mengatur bagaimana kepada dirinya. Upacara perkawinan berlangsung megah sekali. Gunung Hong-san selama dua bulan ramainya bukan main. Karena terjalin budi dan cinta, kedua mempelai itu hidup rukun dan berbahagia. Randa Bu-san dan Coa-sik Se-si girang sekali melihat putera puteri mereka telah mendapat jodoh yang sepadan. 973 Bahkan Randa Busan menerima baik tawaran Coa-sik Se-si untuk tidak kembali ke Busan tetapi tinggal di gunung Hongsan bersama anak dan menantunya. Setelah sekalian tokoh2 persilatan pulang ketempat masing-masing, paderi Liau Hoan masih tinggal di situ. Ia menemui Siau-liong dan mengingatkan janjinya dahulu. Ternyata pada 30 tahun yang lalu gunung Thian-san meletus. Batu2 besar menutup sebuah gua tempat tinggal

kawanan orang-utan. Selama 30 tahun itu paderi Liau Hoan suruh muridnya memberi makanan. Tetapi kini orang-utan itu berkembang biak menjadi ratusan ekor jumlahnya. Lama kelamaan mereka tentu akan mati karena sesak. Maka Liau Hoan minta Siau-liong kesana untuk menghancurkan batubatu besar yang menutup pintu gua.... "Hanya ilmu Thian-kong-sin-kanglah yang menghancurkan batu2 raksasa itu. Maka kumohon siauhiap suka bersama aku pergi ke Thian-san," kata paderi itu. Siau-liong mengajak isterinya memenuhi janji ke Thian-san. Setelah berhasil, maka kedua suami isteri pendekar itu berkelana melakukan amal perbuatan yang luhur dan berguna bagi rakyat. Dengan berseri-seri kedua penpantin remaja itu, Siau-liong Song Ling, menghaturkan hormat minta doa restu kepada tokoh2 persilatan -- T A M A T--

Вам также может понравиться