Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
WWW.WATCHTOWER.ORG
Penerbit:
Watch Tower Bible and Tract Society Of New York. Inc.
International Bible Students Association
Brooklyn, New York, U.S.A.
1
HARUSKAH ANDA MEMPERCAYAINYA?
2
buku Catholicism: “Jika [orang] tidak menjaga Kepercayaan ini utuh dan
tidak tercela, [mereka] pasti akan lenyap untuk selamanya. Dan Kepercayaan
Katolik adalah: kita menyembah satu Allah dalam Tritunggal.”
Jadi, ada alasan-alasan yang baik mengapa anda seharusnya ingin
mengetahui kebenaran mengenai Tritunggal. Tetapi sebelum memeriksa
asal usulnya dan pengakuannya sebagai kebenaran, ada gunanya jika doktrin
ini didefinisikan lebih terinci. Tepatnya, apa sebenarnya Tritunggal itu?
Bagaimana para pendukungnya menjelaskan ajaran itu?
BAGAIMANA TRITUNGGAL DIJELASKAN?
GEREJA Katolik Roma berkata: “Tritunggal adalah istilah yang digunakan
untuk menyatakan doktrin utama agama Kristen...
Jadi, dalam kata-kata Kredo Athanasia: ‘sang Bapa adalah Allah, sang
Anak adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah, namun tidak ada tiga Allah
melainkan satu Allah.’ Dalam Tritunggal ini... Pribadi-Pribadinya sama
kekal dan setara: semuanya tidak diciptakan dan mahakuasa.”-The
Catholic Encyclopedia.
Jadi, Tritunggal dianggap sebagai “satu Allah dalam tiga Pribadi.” Masing-
masing dikatakan tidak mempunyai permulaan, ada dari kekal sampai
kekal. Masing-masing dikatakan mahakuasa, dan masing-masing tidak lebih
besar atau lebih kecil daripada yang lainnya.
Bagaimana mungkin, sang Bapa adalah Allah, Yesus adalah Allah, dan roh
kudus adalah Allah, namun tidak ada tiga Allah melainkan hanya satu Allah?
3
tidak ada ciptaan yang seperti ini, kita tidak dapat mengertinya, tetapi
menerimanya saja.”
Kardinal John O’Connor berkata: “Kami tahu ini suatu misteri yang sangat
dalam, yang sama sekali tidak kita mengerti.”
Dan Paus Yohanes Paulus II berkata mengenai “misteri yang tidak dapat
dimengerti tentang Allah Tritunggal.”
Jadi, A Dictionary of Religious Knowledge berkata: “Tepatnya apa doktrin itu,
atau bagaimana hal itu harus dijelaskan, para penganut Tritunggal pun tidak
mencapai kata sepakat di antara mereka sendiri.”
4
Perbedaan yang dibuat oleh doktrin Tritunggal antara satu Allah dan tiga
hypostase [zat] tidak memuaskan orang Muslim, yang bukannya merasa
mendapat penjelasan, tetapi justru merasa bingung, oleh istilah-istilah
teologi yang berasal dari bahasa Syria, Yunani, dan Latin.
5
APAKAH ITU BENAR-BENAR AJARAN ALKITAB?
ANDAIKAN Tritunggal itu benar, hal itu seharusnya disampaikan
dengan jelas dan konsisten dalam Alkitab. Mengapa? Karena, seperti
ditegaskan para rasul, Alkitab adalah penyingkapan Allah mengenai diri-
Nya kepada umat manusia. Dan karena kita perlu mengenal Allah agar
dapat menyembah Dia dengan sepatutnya, Alkitab harus jelas dalam memberi
tahu kita siapa Ia sebenarnya.
6
berwewenang dalam agama Katolik mengatakan bahwa Tritunggal
“bukanlah... secara langsung firman dari Allah.” -New Catholic Encyclopedia.
The Catholic Encyclopedia juga mengomentari: “Dalam Alkitab belum
terdapat satu istilah pun untuk menyatakan ke-Tiga Pribadi Ilahi tersebut
secara bersama. Kata triaz [tri’as] (asal kata dari trinitas bahasa Latin) mula-
mula ditemukan dalam [tulisan] Teofilus dari Antiokhia kira-kira tahun 180
M.... Tidak lama kemudian itu muncul dalam bentuk Latinnya trinitas dalam
[tulisan] Tertullian.”
Namun, hal ini sendiri tidak membuktikan bahwa Tertullian mengajarkan
Tritunggal. Karya tulis Katolik Trinitas - A Theological Encyclopedia of
the Holy Trinity misalnya, menyatakan bahwa beberapa dari kata-kata
Tertullian belakangan digunakan oleh orang-orang lain untuk menjelaskan
Tritunggal. Kemudian ia memperingatkan: “Tetapi kesimpulan yang tergesa-
gesa tidak dapat diambil hanya berdasarkan pemakaian, karena ia tidak
menerapkan kata-kata tersebut untuk teologi Tritunggal.”
7
Bukti dari Kitab-Kitab Yunani
MAKA, apakah Kitab-Kitab Yunani Kristen (“Perjanjian Baru”) dengan jelas
berbicara tentang suatu Tritunggal?
The Encydopedia of Religion mengatakan: “Para teolog setuju bahwa
Perjanjian Baru juga tidak memuat doktrin yang jelas mengenai Tritunggal.”
Imam Yesuit Fortman mengatakan: “Para penulis Perjanjian Baru... tidak
memberi kita doktrin Tritunggal yang resmi atau dirumuskan, juga tidak
ajaran yang jelas bahwa dalam satu Allah terdapat tiga pribadi ilahi yang
setara... Di mana pun kita tidak menemukan doktrin tritunggal dari tiga
subyek kehidupan dan kegiatan ilahi yang berbeda dalam Keilahian yang
sama.”
The New Encyclopaedia Britannica menyatakan: “Kata Tritunggal atau
doktrinnya yang jelas tidak terdapat dalam Perjanjian Baru.”
Bernhard Lohse mengatakan dalam A Short History of Christian Doctrine:
“Sejauh itu menyangkut Perjanjian Baru, seseorang tidak menemukan di
dalamnya doktrin Tritunggal yang aktual.”
The New International Dictionary of New Testament Theology juga
mengatakan: “P[erjanjian] B[aru] tidak memuat doktrin Tritunggal yang
diperkembangkan. ‘Alkitab tidak memuat deklarasi yang terus terang bahwa
Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah dari zat yang sama’ [kata teolog
Protestan Karl Barth].”
Profesor E. Washburn Hopkins dari Universitas Yale meneguhkan:
“Bagi Yesus dan Paulus doktrin tritunggal jelas tidak dikenal;... mereka tidak
mengatakan apa-apa mengenai itu.”-Origin and Evolution of Religion.
Sejarawan Arthur Weigall menyatakan: “Yesus Kristus tidak pernah
menyebutkan perwujudan demikian, dan di manapun dalam Perjanjian Baru
tidak terdapat kata ‘Tritunggal.’ Gagasannya baru diterima oleh Gereja tiga
ratus tahun setelah kematian Tuhan kita.”-The Paganism in Our Christianity.
Jadi, ke-39 buku dari Kitab-Kitab Ibrani ataupun kanon dari ke-27 buku yang
terilham dari Kitab-Kitab Yunani Kristen tidak ada yang memuat ajaran
yang jelas mengenai Tritunggal.
8
“Namun orang-orang Kristen yang pertama pada awal mula tidak pernah
mempunyai pikiran untuk menerapkan gagasan [Tritunggal] kepada
kepercayaan mereka sendiri. Mereka memberikan pengabdian mereka
kepada Allah Bapa dan kepada Yesus Kristus, Anak Allah, dan mereka
mengakui... Roh Kudus; tetapi tidak ada buah pikiran bahwa ketiga pribadi
ini adalah suatu Tritunggal, setara dan dipersatukan dalam Satu.”-The
Paganism in Our Christianity.
“Pada mulanya kepercayaan Kristen bukan kepada Allah Tiga Serangkai...
Halnya tidak demikian pada zaman rasul-rasul atau sebelumnya, seperti
diperlihatkan dalam P[erjanjian] B[aru] dan tulisan-tulisan Kristen yang
awal lainnya.”
Encyclopedia of Religion and Ethics.
“Perumusan ‘satu Allah dalam tiga Pribadi’ tidak ditetapkan dengan tegas,
dan pasti belum dilebur sepenuhnya ke dalam kehidupan Kristen dan
pengakuan imannya, sebelum akhir abad ke-4... Di antara Bapa-Bapa Rasuli,
tidak pernah bahkan sedikit pun ada yang mendekati sikap atau pandangan
seperti itu.” - New Catholic Encyclopedia.
9
yang diperanakkan, ia yang mengutus berbeda dari dia yang diutus.” Ia juga
berkata:
“Ada masanya ketika sang Anak tidak ada... Sebelum semua perkara ada,
Allah berada sendirian.”
Hippolytus, yang meninggal kira-kira tahun 235 M., mengatakan bahwa
Allah adalah “Allah yang esa, Pribadi yang pertama dan satu-satunya, Khalik
dan Tuhan dari semua,” “tidak ada yang [memiliki umur yang sama]
dengan Dia... Tetapi Ia adalah Esa, berada sendirian; yang, karena
menghendakinya, membuat ada apa yang dulunya tidak ada,” seperti
misalnya pramanusia Yesus yang diciptakan.
Origen, yang meninggal kira-kira tahun 250 M., mengatakan bahwa “sang
Bapa dan Anak adalah dua hakekat... dua hal sehubungan dengan pokok
dasar mereka,” dan bahwa “dibandingkan dengan Bapa, [Anak] adalah
terang yang sangat kecil.”
Meringkaskan bukti sejarah, Alvan Lamson mengatakan dalam The Church
of the First Three Centuries: “Doktrin Tritunggal yang modern dan populer...
tidak mendapat dukungan dari bahasa Justin [Martyr]: dan pernyataan ini
dapat diperluas sehingga berlaku juga untuk semua Bapa pra-Nicea; yaitu,
untuk semua penulis Kristen selama tiga abad setelah kelahiran Kristus.
Memang, mereka berbicara mengenai sang Bapa, Anak dan... Roh
kudus, tetapi tidak sebagai [pribadi-pribadi] yang setara, tidak berjumlah
satu zat, tidak sebagai Tiga dalam Satu, dalam arti apapun yang sekarang
diterima oleh para penganut Tritunggal. Justru sebaliknyalah yang
merupakan fakta.”
Jadi, bukti dari Alkitab dan dari sejarah membuat jelas bahwa Tritunggal
tidak dikenal sepanjang zaman Alkitab dan selama beberapa abad setelahnya.
10
Peranan Konstantin di Nicea
SELAMA bertahun-tahun, ada banyak tentangan atas dasar Alkitab
terhadap gagasan yang makin berkembang bahwa Yesus adalah Allah. Dalam
upaya untuk mengakhiri pertikaian itu, penguasa Roma Konstantin
memanggil semua uskup ke Nicea. Yang hadir kira-kira 300, sebagian
kecil dari jumlah keseluruhan.
Konstantin bukan seorang Kristen. Menurut dugaan, ia belakangan
ditobatkan, tetapi baru dibaptis pada waktu sedang terbaring sekarat.
Mengenai dirinya, Henry Chadwick mengatakan dalam The Early Church:
“Konstantin, seperti bapanya, menyembah Matahari Yang Tidak
Tertaklukkan;... pertobatannya hendaknya tidak ditafsirkan sebagai
pengalaman kerelaan yang datang dari batin... Ini adalah masalah militer.
Pengertiannya mengenai doktrin Kristen tidak pernah jelas sekali, tetapi ia
yakin bahwa kemenangan dalam pertempuran bergantung pada karunia dari
Allah orang-orang Kristen.”
Peranan apa yang dimainkan oleh kaisar yang tidak dibaptis ini di Konsili
Nicea? Encyclopaedia Britannica menceritakan:
“Konstantin sendiri menjadi ketua, dengan aktif memimpin pertemuan dan
secara pribadi mengusulkan... rumusan penting yang menyatakan hubungan
Kristus dengan Allah dalam kredo yang dikeluarkan oleh konsili tersebut,
‘dari satu zat dengan Bapa’... Karena sangat segan terhadap kaisar, para
uskup, kecuali dua orang saja, menandatangani kredo itu, kebanyakan dari
mereka dengan sangat berat hati.”
Karena itu, peran Konstantin penting sekali. Setelah dua bulan debat agama
yang sengit, politikus kafir ini campur tangan dan mengambil keputusan
demi keuntungan mereka yang mengatakan bahwa Yesus adalah Allah. Tetapi
mengapa? Pasti bukan karena keyakinan apapun dari Alkitab. “Konstantin
pada dasarnya tidak mengerti apa-apa tentang pertanyaan pertanyaan yang
diajukan dalam teologi Yunani,” kata A Short History of Christian Doctrine.
Yang ia tahu adalah bahwa perpecahan agama merupakan ancaman bagi
kekaisarannya, dan ia ingin memperkuat wilayah kekuasaannya.
Namun, tidak seorang uskup pun di Nicea mengusulkan suatu Tritunggal.
Mereka hanya memutuskan sifat dari Yesus tetapi bukan peranan roh kudus.
Jika suatu Tritunggal merupakan kebenaran Alkitab yang jelas, tidakkah
mereka seharusnya mengusulkannya pada waktu itu?
Perkembangan Selanjutnya
SETELAH Konsili Nicea, perdebatan mengenai pokok ini terus berlangsung
selama puluhan tahun. Mereka yang percaya bahwa Yesus tidak setara dengan
Allah bahkan mendapat angin lagi untuk beberapa waktu. Namun
belakangan, Kaisar Theodosius mengambil keputusan menentang mereka. Ia
11
meneguhkan kredo dari Konsili Nicea sebagai standar untuk daerahnya
dan mengadakan Konsili Konstantinopel pada tahun 381 M. untuk
menjelaskan rumus tersebut.
Konsili tersebut menyetujui untuk menaruh roh kudus pada tingkat yang
sama dengan Allah dan Kristus. Untuk pertama kali, Tritunggal Susunan
Kristen mulai terbentuk dengan jelas.
Tetapi, bahkan setelah Konsili Konstantinopel, Tritunggal tidak menjadi
kredo yang diterima secara luas. Banyak orang menentangnya dan karena itu
mengalami penindasan yang kejam.
Kredo Athanasia
TRITUNGGAL didefinisikan lebih lengkap dalam Kredo Athanasia.
Athanasius adalah seorang pendeta yang mendukung Konstantin di Nicea.
Kredo yang memakai namanya berbunyi:
“Kami menyembah satu Allah dalam Tritunggal... sang Bapa adalah Allah,
sang Anak adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah; namun mereka bukan
tiga allah, tetapi satu Allah.”
Tetapi, para sarjana yang mengetahui benar masalahnya setuju bahwa
Athanasius tidak menyusun kredo ini. The New Encyclopasdia
Britannica mengomentari: “Kredo itu baru dikenal oleh Gereja Timur pada
abad ke-12. Sejak abad ke-17, para sarjana pada umumnya setuju bahwa
Kredo Athanasia tidak ditulis oleh Athanasius (meninggal tahun 373) tetapi
mungkin disusun di Perancis Selatan pada abad ke-5... Pengaruh kredo itu
tampaknya terutama ada di Perancis Selatan dan Spanyol pada abad ke-6 dan
ke-7. Ini digunakan dalam liturgi gereja di Jerman pada abad ke-9 dan kira-
kira tidak lama setelah itu di Roma.”
Jadi dibutuhkan waktu berabad-abad sejak zaman Kristus bagi Tritunggal
untuk dapat diterima secara luas dalam Susunan Kristen. Dan dalam semua
hal tersebut, apa yang membimbing keputusan-keputusannya? Apakah Firman
Allah, atau apakah pertimbangan para pendeta dan politik? Dalam Origin
and Evolution of Religion, E. W. Hopkins menjawab: “Definisi ortodoks
yang terakhir dari tritunggal sebagian besar adalah masalah politik gereja.”
12
Kemurtadan Dinubuatkan
SEJARAH yang tidak baik dari Tritunggal ini cocok dengan apa yang Yesus
dan rasul-rasulnya nubuatkan akan terjadi setelah zaman mereka. Mereka
mengatakan bahwa akan ada kemurtadan, penyelewengan, penyimpangan
dari ibadat sejati sampai kembalinya Kristus, yaitu saat ibadat sejati akan
dipulihkan sebelum hari manakala Allah membinasakan sistem
perkara-perkara ini tiba.
Mengenai “Hari” itu, rasul Paulus mengatakan: “Sebelum Hari itu haruslah
datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka. “ (2
Tesalonika 2: 3, 7) Belakangan, ia menubuatkan: “Sesudah aku pergi,
serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak
akan menyayangkan kawanan itu. Bahkan dari antara kamu sendiri akan
muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik
murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka.” (Kisah
20:29, 30) Murid-murid Yesus yang lain juga menulis mengenai
kemurtadan ini dengan golongan pendetanya yang “durhaka.”-Lihat,
misalnya, 2 Petrus 2: 1; 1 Yohanes 4:1-3; Yudas 3, 4.
Paulus juga menulis: “Akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi
menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru
menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan
memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.”
-2 Timotius 4:3, 4.
Yesus sendiri menjelaskan siapa yang ada di balik kemurtadan dari ibadat
sejati. Ia mengatakan bahwa ia telah menabur benih yang baik tetapi
musuhnya, Setan, akan menabur lalang di ladang. Maka ketika muncul
tunas pertama dari gandum, muncul juga lalang. Jadi, penyimpangan dari
Kekristenan sejati harus diharapkan terjadi sampai tiba musim menuai, pada
waktu Kristus akan membereskan perkara-perkara. (Matius 13:24-43) The
Encyclopedia Americana mengomentari: “Ajaran Tritunggal dari abad ke-4
tidak dengan saksama mencerminkan ajaran Kristen yang mula-mula
mengenai sifat Allah; sebaliknya, ini adalah penyimpangan dari ajaran
tersebut.”
Maka, dari mana asalnya penyimpangan ini?-1 Timotius 1: 6
13
Sejarawan Will Durant mengatakan: “Kekristenan tidak memusnahkan
kekafiran; ia menerimanya... Dari Mesir datang gagasan mengenai trinitas
ilahi.” Dan dalam buku Egyptian Religion, Siegfried Morenz berkata:
“Tritunggal merupakan hal yang terutama menyita perhatian para teolog
Mesir... Tiga allah digabung dan diperlakukan seperti satu pribadi tunggal,
disapa dalam bentuk tunggal. Dengan cara ini kekuatan rohani dari
agama Mesir memperlihatkan hubungan yang langsung dengan teologi
Kristen.”
Jadi, di Aleksandria, Mesir, tokoh-tokoh gereja dari akhir abad ketiga dan
permulaan abad keempat, seperti Athanasius, memperlihatkan pengaruh ini
pada waktu mereka merumuskan ide-ide yang mengarah kepada
Tritunggal. Pengaruh mereka sendiri meluas, sehingga Morenz
menganggap “teologi Aleksandria sebagai penghubung antara warisan
agama Mesir dan Kekristenan.”
Dalam kata pengantar buku History of Christianity dari Edward Gibbon,
kita membaca: “Jika Kekafiran ditaklukkan oleh Kekristenan, halnya juga
benar bahwa Kekristenan telah dirongrong oleh Kekafiran. Keilahian yang
murni dari orang-orang Kristen yang mula-mula... diubah, oleh Gereja
Roma, menjadi dogma trinitas yang tidak dapat dimengerti. Banyak dari
kepercayaan kafir, yang diciptakan oleh orang-orang Mesir dan
diidealkan oleh Plato, dipertahankan sebagai sesuatu yang patut dipercayai.”
A Dictionary of Religious Knowledge menyatakan bahwa Tritunggal
“adalah suatu penyelewengan yang dipinjam dari agama-agama kafir, dan
dicangkokkan ke dalam iman Kristen.” Dan The Paganism in Our
Christianity berkata: “Asal usul [Tritunggal] seluruhnya kafir.”
Itu sebabnya, dalam Encyclopedia of Religion and Ethics, James Hastings
menulis: “Dalam agama di India, misalnya, kita temukan kelompok tiga
serangkai Brahma, Syiwa, dan Wisnu; dan dalam agama Mesir kelompok
tiga serangkai Osiris, Isis, dan Horus... Bukan hanya dalam agama-agama
dalam sejarah, kita temukan Allah dianggap sebagai suatu Tritunggal.
Kita khususnya dapat mengingat pandangan Neo-Platonik mengenai
Realitas yang Paling Tinggi,” yang “diwakili secara tiga serangkai.” Apa
hubungan antara filsuf Yunani Plato dengan Tritunggal?
Platonisme
PLATO, menurut perkiraan, hidup dari tahun 428 sampai 347 sebelum
Kristus. Meskipun ia tidak mengajarkan Tritunggal dalam bentuknya yang
sekarang, filsafatnya membuka jalan untuk itu. Belakangan, gerakan filsafat
yang mencakup kepercayaan kepada kelompok-kelompok tiga
serangkai bermunculan, dan semua ini dipengaruhi oleh gagasan Plato
mengenai Allah dan alam.
14
Nouveau Dictionnaire Universel (Kamus Universal Baru) bahasa Perancis
mengatakan mengenai pengaruh dari Plato:
“Tritunggal menurut Plato, yang sebenarnya hanyalah penyusunan
kembali dari tritunggal-tritunggal yang lebih tua dan berasal dari orang-orang
zaman dulu, tampaknya merupakan tritunggal yang rasional dan filosofis dari
sifat-sifat yang melahirkan ketiga hypostase (zat) atau pribadi ilahi yang
diajarkan oleh gerejagereja Kristen... Konsep filsuf Yunani mengenai trinitas
ilahi ini... dapat ditemukan dalam semua agama [kafir] kuno.”
15
kegelapannya yang telah dinubuatkan, dikuasai oleh golongan pendeta
“manusia durhaka” yang terus bertambah besar.-2 Tesalonika 2:3, 7.
16
seorang Yahudi, dilatih oleh orang-tua Yahudi dalam kitab-kitab Perjanjian
Lama. Ajarannya sepenuhnya Yahudi: memang suatu injil baru, namun bukan
suatu teologi baru... Dan ia menerima sebagai kepercayaannya sendiri ayat
agung dari monoteisme Yahudi:
‘Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita adalah satu Allah’”
Kata-kata tersebut terdapat dalam Ulangan 6:4. New Jerusalem Bible (NJB)
Katolik berbunyi: “Dengarlah, Israel: Yahweh Allah kita adalah esa, satu-
satunya Yahweh.”[1] Dalam tata bahasa dari ayat itu. kata ìesaî tidak
mengandung sifat jamak untuk menyatakan bahwa kata itu mempunyai arti
yang lain, yaitu bukan satu pribadi.
Catatan kaki:
[1] Nama Allah dinyatakan “Yahweh” dalam beberapa terjemahan, “Jehovah”
dalam terjemahan-terjemahan lain (dalam bahasa Inggris).
17
Bukan Allah yang Jamak
YESUS menyebut Allah “satu-satunya Allah yang benar.” (Yohanes 17:3)
Ia tidak pernah menyebut Allah sebagai ilahi yang terdiri dari pribadi-pribadi
jamak. Itulah sebabnya dalam Alkitab tidak ada satu pribadi pun selain
Yehuwa yang disebut Yang Mahakuasa. Jika tidak, arti kata “mahakuasa”
tidak berlaku lagi. Yesus maupun roh kudus tidak pernah disebut demikian,
karena hanya Yehuwa yang paling tinggi. Dalam Kejadian 17:1 Ia
berkata: “Akulah Allah Yang Mahakuasa.” Dan Keluaran 18:11 berbunyi:
“[Yehuwa] lebih besar dari segala allah.”
Dalam Kitab-Kitab Ibrani, kata ‘eloh’ah (allah) mempunyai dua bentuk
jamak, yaitu, ‘elo-him’ (allah-allah) dan ‘elo-heh’ (allah-allah dari).
Bentuk-bentuk jamak ini umumnya memaksudkan Yehuwa, dan dalam hal
itu kata-kata tersebut diterjemahkan dalam bentuk tunggal sebagai “Allah.”
Apakah bentuk-bentuk jamak tersebut menyatakan suatu Tritunggal?
Tidak. Dalam A Dictionary of the Bible, William Smith berkata: “Gagasan
khayalan bahwa [’elo-him’] memaksudkan tritunggal dari pribadi-pribadi
dalam Keilahian, sekarang hampir tidak mempunyai pendukung lagi di
kalangan para sarjana. Hal itu adalah apa yang disebut para ahli tata bahasa
bentuk jamak dari keagungan, atau itu menyatakan kepenuhan dari
kekuatan ilahi. Kuasa keseluruhan yang diperlihatkan oleh Allah.”
18
menyebutkan “Dagon, allah mereka [’elo-heh’].” (Hakim 16:23, 24)
Baal disebut “allah
[’elo-him]” (1 Raja 18:27) Selain itu, ungkapan ini digunakan untuk
manusia. (Mazmur 82:1, 6) Musa diberi tahu bahwa dia akan menjadi “Allah
[’elo-him’]” bagi Harun dan bagi Firaun.-Keluaran 4:16; 7:1.
19
dahulu dari pada bukit-bukit aku telah lahir; sebelum Ia membuat bumi dengan
padang-padangnya atau debu dataran yang pertama [”unsur-unsur pertama
dari dunia,” NJB].” (Amsal 8: 12, 22, 25, 26)
Meskipun istilah “hikmat” digunakan untuk mempersonifikasi pribadi
yang Allah ciptakan, kebanyakan sarjana setuju bahwa ini sebenarnya
adalah kata kiasan untuk Yesus sebagai makhluk roh sebelum hidup sebagai
manusia.
Jadi melalui pekerja ahli inilah, seolah-olah mitra kerja-Nya yang lebih
muda, Allah Yang Mahakuasa menciptakan semua perkara lain. Alkitab
meringkaskan masalahnya sebagai berikut: “Bagi kita hanya ada satu Allah
saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu... dan satu Tuhan
saja, yaitu Yesus Kristus, yang melalui dia, segala sesuatu telah dijadikan.”
(Cetak miring red.)-1 Korintus 8:6, Revised Standard Version, edisi Katolik;
BIS.
Tiada sangsi lagi bahwa kepada pekerja ahli inilah Allah berkata: “Baiklah
Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.” (Kejadian 1: 26)
Ada yang mengatakan bahwa “Kita” dalam pernyataan ini menunjukkan
suatu Tritunggal. Namun jika anda mengatakan, ‘Baiklah kita membuat
sesuatu untuk diri kita,’ tidak seorang pun akan secara wajar memahami
bahwa ini menyatakan beberapa orang digabungkan menjadi satu di dalam
diri anda. Anda hanya memaksudkan bahwa dua pribadi atau lebih akan
bersama-sama mengerjakan sesuatu. Maka, demikian pula, ketika Allah
menggunakan “Kita,” Ia hanya menyapa suatu pribadi lain, makhluk roh-Nya
yang pertama, sang pekerja ahli, pramanusia Yesus.
20
melainkan suatu pribadi yang terpisah yang mempunyai kehendak bebasnya
sendiri, pribadi yang bisa saja tidak loyal jika ia memutuskan demikian,
seperti halnya malaikat atau manusia.
Sebaliknya, kita tidak dapat membayangkan bahwa Allah dapat berdosa dan
tidak loyal kepada diri-Nya sendiri. “PekerjaanNya sempurna... Allah
yang setia,... adil dan benar Dia.” (Ulangan 32:4) Jadi jika Yesus adalah
Allah, ia tidak mungkin dicobai.-Yakobus 1:13.
Karena bukan Allah, Yesus bisa saja tidak loyal. Namun ia tetap setia,
dengan mengatakan: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus
menyembah Tuhan [Yehuwa, NW], Allahmu, dan hanya kepada Dia
sajalah engkau berbakti!”-Matius 4:10.
21
Bagaimana mungkin suatu bagian dari Keilahian yang mahakuasa Bapa,
Anak, atau roh kudus-dapat lebih rendah daripada malaikat-malaikat?
22
Jadi, kehidupan Yesus, Anak satu-satunya yang diperanakkan, mempunyai
permulaan. Dan Allah Yang Mahakuasa dengan tepat dapat disebut Yang
Memperanakkan dia, atau Bapa-Nya dalam arti yang sama seperti seorang
ayah jasmani di bumi, seperti Abraham, memperanakkan seorang anak.
(Ibrani 11:17) Maka, bila Alkitab menyebut Allah sebagai “Bapa” dari
Yesus, ini memaksudkan tepat seperti yang dikatakannya -bahwa mereka
adalah dua pribadi yang terpisah. Allah yang senior. Yesus yang yunior
-dalam hal waktu atau umur, kedudukan, kuasa, dan pengetahuan.
Bila seseorang mempertimbangkan bahwa Yesus bukan satu-satunya
makhluk roh, anak Allah yang diciptakan di surga, halnya menjadi jelas
mengapa istilah “Anak Tunggal” atau “Anak satu-satunya yang diperanakkan”
digunakan dalam hal Yesus. Tidak terhitung banyaknya makhluk roh lain
yang diciptakan, malaikat-malaikat, juga disebut “anak-anak Allah,”
dalam arti yang sama seperti halnya Adam, karena daya kehidupan mereka
berasal dari Allah Yehuwa, Sumber Kehidupan. (Ayub 38:7; Mazmur
36:10; Lukas 3:38) Namun mereka semua diciptakan melalui “Anak
Tunggal,” yang adalah pribadi satu-satunya yang langsung diperanakkan
oleh Allah.-Kolose 1 :15-17.
23
menciptakan pramanusia Yesus. Jadi, Yesus mempunyai permulaan dan tidak
pernah dapat setara dengan Allah dalam kuasa atau kekekalan.
24
Yesus sendiri tidak. Allah adalah baik dengan cara yang membuat Ia
terpisah dari Yesus.
25
Yesus menyatakan keunggulan Bapanya ketika ia berkata: “Roh Tuhan
[Yehuwa, NW] ada padaKu, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk
menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin.” (Lukas 4:18)
Pengurapan adalah pemberian wewenang atau tugas oleh orang yang lebih
tinggi kepada seseorang yang masih belum mempunyai wewenang. Di sini,
Allah adalah jelas yang lebih unggul, karena Ia mengurapi Yesus,
memberinya wewenang yang tidak ia miliki sebelumnya.
Yesus membuat jelas keunggulan Bapanya ketika ibu dari dua murid
memohon agar putra-putranya masing-masing duduk di sebelah kanan dan di
sebelah kiri Yesus bila ia memerintah dalam Kerajaannya. Yesus menjawab:
“Hal duduk di sebelah kananKu atau di sebelah kiriKu, Aku tidak
berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa
BapaKu [yaitu Allah] telah menyediakannya.” (Matius 20:23) Jika Yesus
adalah Allah Yang Mahakuasa, ia berhak memberikan kedudukan tersebut.
Namun Yesus tidak dapat melakukan itu, karena ini adalah hak Allah, dan
Yesus bukan Allah.
Doa Yesus sendiri merupakan contoh yang ampuh dari kedudukannya
yang lebih rendah. Ketika Yesus akan mati, ia memperlihatkan siapa pribadi
yang lebih unggul daripada dia dengan berdoa: “Ya BapaKu, jikalau
Engkau mau, ambillah cawan ini dari padaKu; tetapi bukanlah kehendakKu,
melainkan kehendakMulah yang terjadi.” (Lukas 22:42) Kepada siapakah ia
berdoa? Kepada sebagian dari dirinya sendiri? Tidak, ia berdoa kepada
pribadi yang sama sekali terpisah darinya, Bapanya, Allah, yang kehendak-
Nya lebih unggul dan bisa saja berbeda dari kehendaknya sendiri, satu-
satunya Pribadi yang dapat ‘mengambil cawan ini.’
Kemudian, ketika mendekati kematian, Yesus berseru:
“Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Markus 15: 34)
Kepada siapakah Yesus berseru? Kepada dirinya sendiri atau bagian dari
dirinya? Pasti seruan itu, “Allahku,” tidak berasal dari seseorang yang
menganggap dirinya sendiri Allah. Dan jika Yesus adalah Allah, maka oleh
siapa ia ditinggalkan? Dirinya sendiri? Hal itu tidak masuk akal. Yesus juga
berkata: “Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu” (Lukas 23:46)
Jika Yesus adalah Allah, mengapa ia harus menyerahkan nyawanya kepada
sang Bapa?
Setelah Yesus mati, ia berada dalam kuburan selama sebagian dari tiga hari.
Jika ia adalah Allah, maka Habakuk 1:12 (NW)
keliru ketika berkata: “Allahku, Yang Mahakudus, Engkau tidak mati.”
Namun Alkitab berkata bahwa Yesus mati dan tidak sadar dalam kuburan.
Dan siapakah yang membangkitkan Yesus dari antara orang mati? Dan jika ia
benar-benar mati, ia tidak mungkin membangkitkan dirinya sendiri.
Sebaliknya jika ia tidak benar-benar mati, kematiannya yang pura-pura tidak
akan membayar harga tebusan untuk dosa Adam. Tetapi ia benar-benar
26
membayar harga itu sepenuhnya melalui kematiannya yang sungguh-
sungguh. Jadi “Allah [yang] membangkitkan [Yesus] dengan melepaskan
Dia dari sengsara maut.” (Kisah 2:24) Yang lebih unggul, Allah Yang
Mahakuasa, membangkitkan yang kurang unggul, hamba-Nya Yesus, dari
kematian.
27
(Kisah 5:31) Paulus berkata: “Allah sangat meninggikan Dia.” (Filipi 2:9)
Jika Yesus adalah Allah, bagaimana mungkin Yesus ditinggikan, yaitu
dinaikkan kepada kedudukan yang lebih tinggi yang sudah ia miliki
sebelumnya? Ia tentu sudah merupakan bagian dari Tritunggal dengan
kedudukan yang tinggi. Jika, sebelum ditinggikan, Yesus setara dengan
Allah, meninggikan dia lebih tinggi lagi akan membuatnya lebih unggul
daripada Allah.
Paulus juga berkata bahwa Kristus masuk “ke dalam sorga sendiri untuk
menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita.” (Ibrani 9:24) Jika anda
muncul di hadapan hadirat seseorang, bagaimana mungkin anda adalah
orang itu juga? Tidak mungkin. Anda harus berbeda dan terpisah.
Demikian pula, tepat sebelum dilempari batu sampai mati, sang martir
Stefanus “menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus
berdiri di sebelah kanan Allah.” (Kisah 7:55) Maka jelas, ia melihat dua
pribadi yang terpisah -namun tidak melihat roh kudus, tidak melihat
Keilahian Tritunggal.
Dalam kisah di Wahyu 4: 8 sampai 5: 7, Allah diperlihatkan duduk di atas
takhta surgawi-Nya, tetapi Yesus tidak. Ia harus menghampiri Allah untuk
mengambil gulungan dari tangan kanan Allah. Ini menunjukkan bahwa di
surga Yesus bukan Allah tetapi terpisah dari Dia.
Sesuai dengan yang dikatakan di atas, Bulletin of the John Rylands Library
di Manchester, Inggris, berkata: “Dalam kehidupannya di surga setelah
dibangkitkan, Yesus digambarkan tetap memiliki kepribadian tersendiri
sebagai individu dalam segala hal, yang berbeda dan terpisah dari pribadi
Allah tepat seperti ketika ia hidup di atas bumi sebagai Yesus di bumi. Di
samping Allah dan dibandingkan dengan Allah, ia memang muncul sebagai
suatu pribadi surgawi lain lagi di tempat surgawi Allah, sama seperti para
malaikat -walaupun sebagai Anak Allah, ia berada dalam tingkatan yang
berbeda, dan mempunyai kedudukan jauh di atas mereka.” -Bandingkan Filipi
2 :11.
Bulletin juga berkata: “Namun, apa yang dikatakan mengenai kehidupan dan
fungsi-fungsinya sebagai Kristus surgawi tidak berarti ataupun menyatakan
bahwa dalam status ilahi ia berdiri setingkat dengan Allah sendiri dan adalah
sepenuhnya Allah. Sebaliknya, dalam gambaran Perjanjian Baru mengenai
pribadi surgawi dan pelayanannya kita melihat seorang tokoh yang terpisah
dari Allah dan lebih rendah daripadaNya.”
Di masa depan yang kekal di surga, Yesus akan terus menjadi hamba Allah
yang terpisah dan lebih rendah. Alkitab mengatakannya sebagai berikut:
“Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia [Yesus di surga]
menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa ... maka Ia sendiri sebagai Anak
akan menaklukkan diriNya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala
28
sesuatu di bawahNya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.”-1
Korintus 15:24, 28.
Tenaga Aktif
“ROH kudus” yang digunakan dalam Alkitab n menyatakan bahwa ini adalah
suatu kekuatan atau tenaga yang dikendalikan yang digunakan oleh Allah
Yehuwa untuk melaksanakan berbagai maksud-tujuan-Nya. Sampai taraf
tertentu, ini dapat disamakan dengan listrik, tenaga yang dapat digunakan
untuk melakukan beragam fungsi.
29
Dalam Kejadian 1:2 Alkitab berkata bahwa “Roh [bahasa Ibrani, ru’ach]
Allah melayang-layang di atas permukaan air.” Di sini, Roh Allah adalah
tenaga aktif-Nya yang bekerja untuk membentuk bumi.
Allah menggunakan roh-Nya untuk memberikan penerangan kepada mereka
yang melayani Dia. Daud berdoa: “Ajarlah aku melakukan
kehendakMu, sebab Engkaulah Allahku! Kiranya Roh[ru’ach]Mu yang baik
itu menuntun aku di tanah yang rata!” (Mazmur 143:10) Ketika 70 pria
yang cakap ditunjuk untuk membantu Musa, Allah berkata kepadanya:
“Sebagian dari Roh [ru’ach] yang hinggap padamu itu akan Kuambil dan
Kutaruh atas mereka.” -Bilangan 11:17.
Nubuat Alkitab dicatat ketika orang-orang dari Allah ‘didorong oleh Roh
[bahasa Yunani, dari pneu’ma] Kudus.” (2 Petrus 1:20, 21) Dengan cara ini
Alkitab “diilhamkan Allah.”
Kata Yunani untuk itu ialah The-o’pneu-stos, yang berarti “dinafaskan oleh
Allah.” (2 Timotius 3:16) Dan roh kudus membimbing orang-orang
tertentu untuk mendapat penglihatan-penglihatan atau mimpi-mimpi
nubuat. -2 Samuel 23:2; Yoel 2:28, 29; Lukas 1:67; Kisah 1:16; 2:32, 33
Roh kudus mendorong Yesus untuk pergi ke padang gurun setelah ia
dibaptis. (Markus 1:12) Roh itu seperti api dalam diri hamba-hamba Allah,
yang menyebabkan mereka mendapatkan kekuatan dari tenaga itu. Dan ini
memungkinkan mereka untuk berbicara dengan berani dan tabah. -Mikha
3:8; Kisah 7:55-60; 18:25; Roma 12:11; 1 Tesalonika 5:19.
Melalui roh-Nya, Allah melaksanakan vonisNya atas manusia dan bangsa-
bangsa. (Yesaya 30: 27, 28; 59:18, 19) Dan roh Allah dapat sampai ke mana-
mana, bertindak demi orang-orang atau melawan mereka. -Mazmur 139:7-12.
30
menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati. Seperti
dikatakan dalam Lukas 5:17: “Kuasa Tuhan [Allah] menyertai Dia [Yesus],
sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit.”
Roh Allah juga memberi kuasa kepada murid-murid Yesus untuk melakukan
hal-hal yang bersifat mukjizat. Kisah 2:1-4 menceritakan bahwa murid-
murid itu sedang berkumpul bersama pada hari Pentakosta ketika ‘tiba-tiba
turun dari langit bunyi seperti tiupan angin keras. Maka penuhlah mereka
dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa
lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk
mengatakannya.’
Jadi roh kudus memberi Yesus dan hamba-hamba Allah yang lain kuasa untuk
melakukan apa yang biasanya tidak dapat dilakukan oleh manusia.
31
sifat. Pernyataan-pernyataan seperti itu tidak akan digunakan jika roh kudus
benar-benar suatu pribadi.
Kemudian, walaupun beberapa ayat Alkitab mengatakan bahwa roh itu
berbicara, ayat-ayat lain menunjukkan bahwa ini sebenarnya dilakukan
melalui manusia atau malaikat. (Matius 10:19, 20; Kisah 4:24, 25; 28:25;
Ibrani 2:2) Tindakan roh dalam peristiwa-peristiwa tersebut adalah seperti
gelombang radio yang mengirimkan berita dari satu orang kepada orang lain
di tempat yang jauh.
Dalam Matius 28:19 disebutkan “nama ... Roh Kudus.” Namun kata “nama”
tidak selalu berarti nama pribadi, dalam bahasa Yunani maupun bahasa
Indonesia. Bila kita mengatakan “atas nama hukum” kita tidak menunjuk
seseorang. Kita memaksudkan apa yang diwakili oleh hukum itu, yaitu
wewenangnya. Word Pictures in the New Testament karya Robertson
mengatakan:
“Penggunaan nama (onoma) di sini umum dilakukan dalam Septuaginta
dan papirus lain untuk kuasa atau wewenang.” Jadi pembaptisan ‘dalam
nama Roh Kudus’ menyatakan seseorang mengakui wewenang roh itu, bahwa
ini berasal dari Allah dan berfungsi melalui kehendak ilahi.
“Penolong”
YESUS menyebut roh kudus sebagai “seorang Penolong,” dan ia berkata
bahwa roh ini akan mengajar, membimbing, dan berbicara. (Yohanes
14:16, 26; 16:13) Kata Yunani yang ia gunakan untuk penolong
(para’kletos) adalah kata yang berjenis laki-laki atau maskulin. Jadi
ketika Yesus menyatakan apa yang akan dilakukan penolong itu, ia
menggunakan kata ganti nama pribadi laki-laki. (Yohanes 16:7, 8)
Sebaliknya, bila kata Yunani yang berjenis netral untuk roh (pneu’ma)
digunakan, kata ganti yang netral “it” dalam bahasa Inggris itulah yang
digunakan.
32
Bukan Bagian dari suatu Tritunggal
BERBAGAI sumber mengakui bahwa Alkitab tidak mendukung gagasan
bahwa roh kudus adalah pribadi ketiga dari suatu Tritunggal. Sebagai
contoh:
The Catholic Encyclopedia: “Kita tidak menemukan satu ayat pun dalam
Perjanjian Lama yang dengan jelas menunjukkan adanya suatu Pribadi
Ketiga.”
Teolog Katolik Fortman: “Orang-orang Yahudi tidak pernah menganggap
roh itu sebagai suatu pribadi; juga tidak ada bukti yang kuat bahwa ada
penulis Perjanjian Lama yang menganut pandangan ini ... Roh Kudus
biasanya dinyatakan dalam Sinoptiks [Injil-Injil] dan dalam buku Kisah
sebagai suatu kekuatan atau kuasa ilahi.”
New Catholic Encyclopedia: “P[erjanjian] L[ama] dengan jelas tidak
menggambarkan roh Allah sebagai suatu pribadi. Roh Allah hanyalah
kuasa dari Allah. Jika ini kadang-kadang dinyatakan sebagai sesuatu yang
berbeda dari Allah, ini adalah karena nafas Yahweh bertindak di luar diri-
Nya.” Buku itu juga mengatakan: “Mayoritas naskah-naskah P[erjanjian]
B[aru] menyatakan roh Allah sebagai sesuatu, bukan seseorang; ini
terutama terlihat dalam kesejajaran antara roh dan kuasa Allah.” -Cetak
miring red.
A Catholic Dictionary: “Secara keseluruhan, Perjanjian Baru, seperti
[Perjanjian] Lama, berbicara tentang roh itu sebagai suatu energi atau kuasa
ilahi.”
Jadi, orang-orang Yahudi maupun orang-orang Kristen yang mula-mula
tidak memandang roh kudus sebagai bagian dari suatu Tritunggal. Ajaran
itu muncul berabad-abad kemudian. Seperti dikatakan A Catholic Dictionary:
“Pribadi ketiga itu diteguhkan pada Konsili Aleksandria pada tahun 362 ...
dan akhirnya oleh Konsili Konstantinopel pada tahun 381”-kira-kira
tiga setengah abad setelah roh kudus memenuhi murid-murid pada hari
Pentakosta!
Tidak, roh kudus bukan suatu pribadi dan bukan bagian dari suatu
Tritunggal. Roh kudus adalah tenaga aktif Allah yang Ia gunakan untuk
melaksanakan kehendak-Nya. Roh kudus tidak setara dengan Allah tetapi
selalu dipakai oleh-Nya dan lebih rendah daripada Dia.
33
Ayat-ayat Alkitab apapun yang diajukan sebagai bukti harus dipahami sejalan
dengan konteks dari ajaran seluruh Alkitab yang konsisten. Sering kali arti
yang sesungguhnya dari ayat yang diajukan tersebut dijelaskan oleh konteks
atau ikatan kalimat ayat-ayat sebelum dan sesudahnya.
34
Ketika Yesus dibaptis, Allah, Yesus, dan roh kudus juga disebutkan dalam
konteks yang sama. Yesus “melihat roh Allah seperti burung merpati turun
ke atasNya.” (Matius 3:16) Tetapi, ini tidak berarti bahwa ketiganya adalah
satu.
Abraham, Ishak, dan Yakub banyak kali disebutkan bersama-sama,
tetapi hal itu tidak membuat mereka menjadi satu. Petrus, Yakobus dan
Yohanes disebutkan bersama-sama, tetapi itu tidak membuat mereka menjadi
satu juga. Lagi pula, roh Allah turun ke atas Yesus pada saat
pembaptisannya, yang menunjukkan bahwa sebelum itu Yesus tidak diurapi
dengan roh. Maka, bagaimana mungkin ia menjadi bagian dari suatu
Tritunggal padahal ia tidak selalu satu dengan roh kudus?
35
Mengenai Yohanes 10:30, John Calvin (seorang penganut Tritunggal)
mengatakan dalam buku Commentary on the Gospel According to John:
“Orangorang zaman dulu menyalahgunakan ayat ini untuk membuktikan
bahwa Kristus adalah ... dari zat yang sama dengan sang Bapa. Karena di
sini Kristus tidak berbicara mengenai persatuan dalam zat, tetapi mengenai
kesepakatan antara dia dengan sang Bapa.”
Dalam konteks dari ayat-ayat setelah Yohanes 10:30, Yesus dengan tegas
menjelaskan bahwa kata-katanya bukan pengakuan dirinya sebagai Allah. Ia
bertanya kepada orang-orang Yahudi yang salah mengambil kesimpulan itu
dan ingin melemparinya dengan batu: “Mengapa kalian mengatakan aku
menghujat Allah karena berkata aku Anak Allah? Padahal aku dipilih oleh
Bapa dan diutus ke dunia.” (Yohanes 10:31-36, BIS) Tidak, Yesus tidak
mengaku bahwa ia, Allah Anak, melainkan Anak Allah.
36
1869: “yang, karena dalam rupa Allah, tidak menganggap sebagai sesuatu
yang harus diupayakan agar [ia] menjadi sama dengan Allah.” The New
Testament oleh G. R. Noyes.
1965: “Ia -yang benar-benar bersifat ilahi!- tidak pernah dengan sombong
menganggap dirinya sama dengan Allah.” Das Neue Testament, edisi revisi,
oleh Friedrich Pfafflin.
1968: “yang, meskipun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan
dengan Allah sesuatu hal yang dengan serakah harus ia miliki.” La Bibbia
Concordata.
1976: “Ia senantiasa memiliki sifat Allah, tetapi ia tidak pernah berpikir
bahwa ia perlu berupaya dengan paksa untuk menjadi sama dengan Allah.”
Today’s English Version.
1984: “yang, meskipun berada dalam rupa Allah, tidak pernah berupaya untuk
merampas [kedudukan], yaitu, bahwa ia harus sama dengan Allah.” New
World Translation of the Holy Scriptures.
1985: “Yang, dalam rupa Allah, tidak menganggap kesamaan dengan Allah
sebagai sesuatu yang harus dikejar.” The New Jerusalem Bible.
Tetapi, beberapa orang mengatakan bahwa bahkan terjemahan-
terjemahan yang lebih saksama ini memaksudkan (1) Yesus sudah setara
dengan Allah tetapi tidak ingin berkukuh memegang hal itu atau bahwa (2)
ia tidak perlu mengejar kesamaan dengan Allah karena memang ia sudah
setara.
Sehubungan dengan ini, Ralph Martin, dalam The Epistle of Paul to the
Philippians. berkata mengenai bahasa Yunani aslinya: “Namun,
dipertanyakan apakah makna dari kata kerja itu dapat bergeser dari arti
yang sebenarnya yaitu ‘merampas’, ‘merebut dengan kekerasan’ dan diubah
menjadi ‘mempertahankan.’” The Expositor’s Greek Testament juga
berkata: “Kami tidak dapat menemukan ayat yang menyebutkan bahwa
arpazw [harpa’zo] atau kata-kata turunannya memiliki makna ‘memiliki,’
‘mempertahankan.’ Tampaknya hal itu selalu berarti ‘merebut,’ ‘merampas
dengan kekerasan’. Jadi tidak boleh ada penggeseran dari makna yang
sebenarnya yaitu ‘berupaya mendapat’ menjadi makna yang sama sekali
berbeda yaitu, ‘mempertahankan.’”
Dari pembahasan ini terlihat dengan jelas bahwa para penerjemah dari
Alkitab seperti Douay dan King James membuat perubahan-perubahan untuk
mendukung Tritunggal. Sebaliknya dari mengatakan bahwa Yesus merasa
pantas untuk setara dengan Allah, Filipi 2:6 dalam bahasa Yunani, bila
dibaca secara obyektif, justru menunjukkan sebaliknya, bahwa Yesus merasa
hal itu tidak pantas.
37
Ikatan kalimat dari ayat-ayat sebelum dan sesudahnya (3-5, 7, 8) membuat
jelas bagaimana ayat 6 harus dipahami. Orang-orang Filipi dianjurkan:
“Hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih
utama [”mulia,” Dy] dari pada dirinya sendiri.” Kemudian Paulus
menggunakan Kristus sebagai contoh yang sangat baik untuk sikap ini:
“Biarlah pikiran ini ada dalam kamu, yang juga ada dalam Kristus Yesus.”
(Dy) “Pikiran” apa? ‘Menganggap bahwa bukan sesuatu yang salah untuk
setara dengan Allah?’ Tidak, itu justru bertentangan dengan pokok yang
sedang ditekankan di sini! Sebaliknya, Yesus, yang ‘menganggap Allah lebih
mulia dari pada dirinya sendiri,’ tidak akan pernah ‘berupaya menjadi
sama dengan Allah.’ Tetapi sebaliknya ia “merendahkan diriNya dan taat
sampai mati.”
Tentu, semua ini tidak mungkin berlaku atas suatu bagian dari Allah Yang
Mahakuasa. Pembicaraan ini adalah mengenai Yesus Kristus, yang dengan
sempurna menggambarkan pokok yang ditandaskan Paulus di sini -yaitu
pentingnya kerendahan hati dan ketaatan kepada yang lebih tinggi dan
Pencipta, Allah Yehuwa.
“Aku Adalah”
DALAM Yohanes 8:58 sejumlah terjemahan, misalnya The Jerusalem
Bible mengutip Yesus berkata: “Sebelum Abraham jadi, Aku adalah.”
Apakah, seperti dinyatakan oleh para penganut Tritunggal, Yesus di sini
sedang mengajarkan bahwa ia dikenal dengan gelar “Aku adalah?” Dan,
sesuai dengan pengakuan mereka, apakah ini memaksudkan bahwa ia
adalah Yehuwa yang terdapat dalam Kitab-Kitab Ibrani, karena dalam
Keluaran 3:14 berbunyi: “Firman Allah kepada Musa; AKU ADALAH
AKU?”
Dalam Keluaran 3:14 ungkapan “AKU ADALAH” digunakan sebagai gelar
bagi Allah untuk menunjukkan bahwa Ia sungguh-sungguh ada dan akan
melaksanakan janji-Nya. The Pentateuch and Haftorahs, dengan
penyunting Dr. J. H. Hertz, berkata mengenai ungkapan ini: “Bagi orang-
orang Israel dalam perbudakan, arti kata-kata ini adalah, ‘Meskipun Ia
belum menunjukkan kuasa-Nya terhadap kamu, Ia akan melakukan hal itu;
Ia kekal dan pasti akan membebaskanmu.’ Kebanyakan penerjemah modern
mengikuti Rashi [komentator Alkitab dan Talmud berkebangsaan Perancis]
dalam menerjemahkan [Keluaran 3:14] ‘Aku akan menjadi apa yang Aku akan
menjadi. ‘ “
Pernyataan dalam Yohanes 8:58 jauh berbeda dari yang digunakan dalam
Keluaran 3:14. Yesus tidak menggunakan hal itu sebagai nama atau gelar, ia
menggunakannya untuk menunjukkan keberadaannya sebelum menjadi
38
manusia. Maka, perhatikan bagaimana beberapa terjemahan Alkitab lain
menyatakan Yohanes 8:58:
1869: “Sejak sebelum Abraham ada, aku telah ada.” The New Testament,
oleh G. R Noyes.
1935: “Aku ada sebelum Abraham lahir!” The Bible -An American
Translation, oleh J. M. P. Smith dan E. J. Goodspeed.
1965: “Sebelum Abraham lahir, aku sudah menjadi siapa aku ini.” Das Neue
Testament, oleh Jorg Zink.
1981: “Aku sudah hidup sebelum Abraham lahir!” The Simple English
Bible.
1984: “Sebelum Abraham menjadi ada, Aku telah ada.” New World
Translation of the Holy Scriptures.
1985: “Sebelum Abraham lahir aku sudah ada.” Alkitab dalam Bahasa
Indonesia Sehari-hari.
1987: “Sebelum Abraham jadi, Aku Ada.” Terjemahan Baru.
39
Joseph A. Fitzmyer, mengomentari bahwa jika bagian akhir dari Yohanes
1:1 dianggap mengartikan Allah sendiri, hal ini “akan bertentangan dengan
ungkapan sebelumnya,” yang mengatakan bahwa Firman itu bersama-sama
dengan Allah.
Perhatikan juga, bagaimana terjemahan-terjemahan lain menyatakan
bagian dari ayat ini:
1808: “dan firman itu adalah suatu allah.” The New Testament in an
Improved Version, Upon the Basis of Archbishop Newcome’s New
Translation With a Corrected Text.
1864: “dan suatu allah firman itu.” The Emphatic Diaglott terjemahan baris
demi baris, oleh Benyamin Wilson.
1928: “dan Firman itu adalah “suatu pribadi ilahi.” La Bible du Centenaire,
L’Evangile selon Jean, oleh Maurice Goguel.
1935: “dan Firman itu ilahi.” The Bible -An American Translation, oleh J.
M. P. Smith dan E. J. Goodspeed.
1946: “dan Firman itu memiliki sifat ilahi.” Das Neue Testament, oleh
Ludwig Thimme.
1950: “dan Firman itu adalah suatu allah.” New World Translation of the
Christian Greek Scriptures.
1958: “dan Firman itu adalah suatu Allah.” The New Testament oleh James L.
Tomanek.
1975: “dan suatu allah (atau, memiliki sifat ilahi) Firman itu.” Das
Evangelium nach Johannes, oleh Siegfried Schulz.
1978: “dan bersifat ilahi Logos itu.” Das Evangelium nach Johannes, oleh
Johannes Schneider.
Dalam Yohanes 1:1 kata benda Yunani the-os’ (allah) muncul dua kali. Yang
pertama memaksudkan Allah Yang Mahakuasa, dengan siapa Firman itu
ada bersama-sama (“Firman itu [lo’gos] bersama-sama dengan Allah
[bentuk dari the-os’”). The-os’ yang pertama didahului oleh kata ton
(bahasa Inggris, the), suatu bentuk kata sandang tertentu bahasa Yunani
yang menunjuk kepada identitas yang pasti, dalam hal ini Allah Yang
Mahakuasa (“Firman itu bersama-sama dengan Allah [bahasa Inggris, “(the)
God”]”).
Sebaliknya, tidak ada kata sandang di depan kata the-os’ yang kedua dalam
Yohanes 1:1. Jadi terjemahan yang aksara akan berbunyi, “Firman itu allah.”
Namun kita telah melihat bahwa banyak terjemahan menyebutkan the-os’
(kata benda yang menjadi predikat) yang kedua ini sebagai “bersifat ilahi,”
“seperti allah,” atau “suatu allah.” Dengan wewenang apa mereka
melakukan ini?
40
Bahasa Yunani Koine (sehari-hari) mempunyai kata sandang tertentu
(bahasa Inggris, the), namun tidak memiliki kata sandang tidak tentu (bahasa
Inggris, a atau an, atau suatu). Jadi bila sebuah kata benda yang menjadi
predikat tidak didahului oleh kata sandang tertentu, bisa jadi ini tidak tentu,
bergantung pada ikatan kalimatnya.
Journal of Biblical Literature berkata bahwa istilah-istilah “yang mempunyai
predikat [tanpa kata sandang] yang mendahului kata kerja, terutama
mengandunq arti kualitatif [menunjukkan sifat sesuatu].” Seperti dikatakan
Journal, ini menunjukkan bahwa lo’gos bisa disamakan dengan suatu allah.
Juga dikatakan tentang Yohanes 1:1: “Kekuatan kualitatif dari predikatnya
begitu menonjol sehingga kata bendanya [the-os’l tidak dapat dianggap
tertentu.”
Jadi Yohanes 1:1 menonjolkan sifat dari Firman, bahwa ia “ilahi,” “seperti
allah,” “suatu allah,” namun bukan Allah Yang Mahakuasa. Ini selaras
dengan ayat-ayat lain dalam Alkitab, yang menunjukkan bahwa Yesus, yang
di sini disebut “Firman” dalam peranannya sebagai Juru Bicara Allah, adalah
suatu pribadi lebih rendah yang taat, diutus ke bumi oleh Atasan-Nya, Allah
Yang Mahakuasa.
Ada banyak ayat-ayat Alkitab lain yang oleh hampir semua penerjemah
secara konsisten disisipi kata sandang “suatu” (bahasa Inggris, a) pada
waktu mereka menerjemahkan kalimat-kalimat Yunani yang mempunyai
susunan yang sama ke dalam bahasa-bahasa lain. Sebagai contoh, dalam
Markus 6:
49, ketika murid-murid melihat Yesus berjalan di atas air, King James Version
menyatakan: “Mereka mengira bahwa ini adalah suatu roh.” Dalam bahasa
Yunani Koine, tidak ada kata “suatu” di depan “roh.” Namun hampir semua
terjemahan dalam bahasa lain menambahkan kata “suatu” agar cocok
dengan ikatan kalimatnya. Dengan cara yang sama, karena Yohanes 1:1
memperlihatkan bahwa Firman itu bersama-sama dengan Allah, ia tidak
mungkin adalah Allah melainkan “suatu allah,” atau “ilahi.”
Joseph Henry Thayer, seorang teolog dan sarjana yang ikut mengerjakan
American Standard Version, menyatakan dengan sederhana: “Logos itu
ilahi, bukan Pribadi ilahi tertinggi itu sendiri.” Dan imam Yesuit John L.
McKenzie menulis dalam karyanya Dictionary of the Bible: “Yoh 1:1 harus
dengan saksama diterjemahkan ... ‘firman itu suatu pribadi ilahi.’”
Melanggar Aturan?
TETAPI, ada yang mengatakan bahwa terjemahan-terjemahan seperti itu
melanggar suatu aturan dalam tata bahasa Yunani Koine yang diterbitkan oleh
sarjana bahasa Yunani E. C. Colwell pada tahun 1933. Ia menegaskan
bahwa dalam bahasa Yunani sebuah kata benda yang menjadi predikat
“mempunyai kata sandang [tertentu] bila kata itu sesudah kata kerja;
41
[tetapi] tidak mempunyai kata sandang [tertentu] bila mendahului kata
kerjanya.” Dengan ini ia maksudkan bahwa sebuah kata benda yang menjadi
predikat yang mendahului kata kerjanya harus dimengerti seolah-olah
mempunyai kata sandang tertentu (bahasa Inggris, “the”) di depannya. Dalam
Yohanes 1: 1 kata benda kedua (the-os’), predikatnya, sebelum kata kerjanya
-“dan [the-os’] adalah Firman itu.” Jadi, kata Colwell, Yohanes 1:1 harus
dibaca “dan Allah [bahasa Inggris, “(the) God”] adalah Firman itu.”
Namun pertimbangkan dua contoh yang terdapat dalam Yohanes 8:44. Di
sana Yesus berkata tentang si Iblis: “Ia adalah pembunuh manusia” dan “ia
adalah pendusta.” Sama seperti dalam Yohanes 1: 1, kata-kata benda yang
menjadi predikat (“pembunuh manusia” dan “pendusta”) dalam bahasa
Yunani mendahului kata kerja (“adalah”). Tidak ada kata sandang tidak
tentu di depan masing-masing kata benda karena dalam bahasa Yunani
Koine tidak ada kata sandang tidak tentu. Namun kebanyakan terjemahan
menyisipkan kata “adalah” atau “adalah seorang” (bahasa Inggris, a)
karena tata bahasa Yunani dan ikatan kalimatnya menuntut itu. -Lihat juga
Markus 11:32; Yohanes 4:19; 6:70; 9:17; 10:1; 12:6.
Colwell harus mengakui ini sehubungan dengan kata benda yang menjadi
predikatnya, karena ia berkata: “[Kata sandangnya] tidak tertentu [”suatu”
atau “seorang”] dalam hal ini, hanya bila ikatan kalimatnya menuntut hal
tersebut.” Jadi ia pun mengakui bahwa bila ikatan kalimat menuntut hal itu,
para penerjemah dapat menyisipkan kata sandang tidak tentu di depan kata
benda dalam susunan kalimat sejenis ini.
Apakah ikatan kalimatnya menuntut kata sandang tidak tentu dalam Yohanes
1: 1 ? Ya, karena bukti dari seluruh Alkitab menunjukkan bahwa Yesus
bukan Allah Yang Mahakuasa. Jadi, yang harus membimbing penerjemah
dalam hal-hal seperti itu bukan peraturan tata bahasa dari Colwell yang
meragukan, tetapi ikatan kalimatnya. Dan jelas dari banyak
terjemahan-terjemahan yang menyisipkan kata sandang tidak tentu “suatu”
dalam Yohanes 1:1 dan di ayat-ayat lain, bahwa banyak sarjana tidak
menyetujui peraturan yang dibuat-buat seperti di atas, demikian juga Firman
Allah.
Tidak Bertentangan
APAKAH mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah “suatu allah”
bertentangan dengan ajaran Alkitab bahwa hanya ada satu Allah? Tidak,
karena kadang-kadang Alkitab menggunakan istilah itu untuk
memaksudkan pribadi yang berkuasa. Mazmur 8:6 (Klinkert) berbunyi:
“Engkau telah menjadikan dia [manusia] kurang sedikit dari pada segala
malaekat [bahasa Ibrani, ‘elohim’, NW, pribadi-pribadi seperti Allah”].”
Dalam pembelaan Yesus terhadap tuduhan orang Yahudi, bahwa ia mengaku
sebagai Allah, ia mengatakan bahwa “Taurat menggunakan kata allah-
42
allah untuk mereka kepada siapa firman Allah ditujukan,” yaitu yang
dimaksudkan hakim-hakim manusiawi. (Yohanes 10: 34, 35, Jerusalem
Bible; Mazmur 8Z:1-6) Bahkan Setan disebut “ilah zaman ini” dalam 2
Korintus 4:4.
Yesus mempunyai kedudukan yang jauh lebih tinggi daripada para malaikat,
manusia yang tidak sempurna, atau Setan.
Karena pribadi-pribadi itu disebutkan sebagai “allah-allah,” pribadi-pribadi
yang berkuasa, tentu Yesus pun dapat dianggap “suatu allah” dan
memang demikian. Karena kedudukannya yang unik dalam hubungannya
dengan Yehuwa, Yesus adalah “Allah Yang Perkasa [”Berkuasa,” NW].”
-Yohanes 1: 1; Yesaya 9: 5.
Namun bukankah “Allah Yang Berkuasa” dengan huruf-huruf besar
menunjukkan bahwa Yesus dalam hal tertentu setara dengan Allah
Yehuwa? Sama sekali tidak. Yesaya hanya menubuatkan ini sebagai salah
satu dari empat nama yang akan diberikan kepada Yesus, dan dalam bahasa
Indonesia nama-nama tersebut ditulis dengan huruf besar. Tetapi, sekalipun
Yesus disebut “Berkuasa,” hanya ada satu pribadi yang “Mahakuasa.”
Menyebut Allah Yehuwa “Mahakuasa” tidak akan mempunyai arti jika tidak
ada pribadi-pribadi lain yang juga disebut allah-allah namun menduduki
jabatan lebih rendah.
Bulletin of the John Rylands Library di Inggris menyatakan bahwa menurut
teolog Katolik Karl Rahner, meskipun the-os’ digunakan dalam ayat-ayat
seperti Yohanes 1: 1 untuk menyebutkan Kristus, “dalam ayat-ayat tersebut
the-os’ tidak pernah digunakan sedemikian rupa sehingga menyatakan Yesus
sama dengan Dia yang di tempat lain dalam Perjanjian Baru disebut sebagai
‘ho Theos,’ yaitu, Allah Yang Paling tinggi.” Dan Bulletin menambahkan:
‘Jika para penulis Perjanjian Baru menganggap sangat penting agar orang-
orang yang setia mengakui Yesus sebagai ‘Allah,’ mengapa pengakuan
semacam ini tidak ada sama sekali dalam Perjanjian Baru?’
Tetapi bagaimana dengan kata-kata rasul Tomas, “Ya Tuhanku dan Allahku!”
kepada Yesus dalam Yohanes 20:28? Bagi Tomas, Yesus adalah seperti
“allah,” terutama dalam mukjizat yang ia lihat yang mendorongnya untuk
mengeluarkan seruan itu. Beberapa sarjana mengatakan bahwa Tomas
mungkin hanya mengucapkan seruan keheranan yang emosional, yang
diucapkan kepada Yesus namun ditujukan kepada Allah. Dalam hal apapun,
Tomas tidak berpikir bahwa Yesus adalah Allah Yang Mahakuasa,
karena ia dan semua rasul lain tahu bahwa Yesus tidak pernah mengaku
dirinya sebagai Allah melainkan mengajar bahwa Yehuwa saja “satu-
satunya Allah yang benar.”
Yohanes 17:3.
43
Sekali lagi, ikatan kalimatnya membantu kita memahami hal ini. Beberapa
hari sebelumnya Yesus yang telah dibangkitkan menyuruh Maria Magdalena
memberi tahu murid-murid: “Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu,
kepada AllahKu dan Allahmu.” (Yohanes 20:17) Meskipun Yesus sudah
dibangkitkan sebagai roh yang berkuasa, Yehuwa masih tetap Allahnya. Dan
Yesus terus menyebut Dia demikian bahkan dalam buku terakhir dari Alkitab,
setelah ia dimuliakan. -Wahyu 1: 5,6: 3:2,12.
Tepat tiga ayat setelah seruan Tomas, dalam Yohanes 20:31, Alkitab
menjelaskan masalahnya lebih lanjut dengan menyatakan “Semua yang
tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah
Mesias, Anak Allah,” bukan bahwa ia adalah Allah Yang Mahakuasa. Dan ini
berarti “Anak” secara aksara, sebagaimana seorang ayah aksara dan seorang
anak, bukan sebagai suatu bagian yang misterius dari Keilahian Tritunggal.
44
Jadi Allah ingin agar kita mengenal Dia dan maksud-tujuan-Nya
dengan saksama selaras dengan kebenaran ilahi. Dan Firman Allah,
Alkitab, adalah sumber dari kebenaran tersebut. (Yohanes 17:17; 2
Timotius 3: 16,17) Bila orang belajar dengan saksama apa yang Alkitab
katakan tentang Allah, maka mereka tidak akan menjadi seperti orang-
orang yang disebut dalam Roma 10:2, 3, yang “sungguh-sungguh giat
untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar.” Atau seperti orang-orang
Samaria, kepada siapa Yesus berkata: “Kamu menyembah apa yang tidak
kamu kenal. “
Yohanes 4:22.
Maka, jika kita ingin mendapat perkenan Allah, kita perlu bertanya kepada
diri kita sendiri: Apa yang Allah katakan mengenai diri Dia sendiri?
Bagaimana Ia ingin disembah? Apa maksud-tujuanNya dan bagaimana kita
harus menyesuaikan diri dengan itu? Pengetahuan yang saksama tentang
kebenaran akan memberi kita jawaban-jawaban yang benar atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dengan demikian kita dapat menyembah
Allah menurut syarat-syarat Dia.
45
terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas.” (Terjemahan
Baru) Ayat 29-31 menyebutkan beberapa dari hal-hal yang “tidak pantas” itu,
seperti ‘pembunuhan, perselisihan, tidak setia, tidak penyayang, tidak
mengenal belas kasihan.’ Justru hal-hal itulah yang telah dipraktikkan oleh
agama-agama yang menerima Tritunggal.
Sebagai contoh, para penganut Tritunggal sering menganiaya dan bahkan
membunuh orang-orang yang menolak doktrin Tritunggal. Dan mereka
bahkan telah bertindak lebih jauh. Mereka telah membunuh sesama penganut
Tritunggal dalam masa perang. Apa yang lebih “tidak pantas” lagi daripada
orang Katolik membunuh orang Katolik, orang Ortodoks membunuh orang
Ortodoks, orang Protestan membunuh orang Protestan-semua dalam
nama Allah Tritunggal yang sama?
Namun, Yesus dengan jelas berkata: “Dengan demikian semua orang akan
tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling
mengasihi.” (Yohanes 13:35) Firman Allah berbicara lebih banyak mengenai
hal ini, dengan berkata:
“Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang
tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga
barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.” Mereka yang membunuh
saudara-saudara rohani mereka disamakan dengan “Kain, yang berasal dari si
jahat [Setan] dan yang membunuh adiknya.” -1 Yohanes 3: 10-12.
Jadi, diajarkannya doktrin-doktrin yang membingungkan tentang Allah
telah menimbulkan tindakan-tindakan yang melanggar hukum-hukum-Nya.
Sesungguhnya, apa yang telah terjadi dalam seluruh Susunan Kristen
adalah seperti digambarkan oleh teolog Denmark Søren Kierkegaard:
“Susunan Kristen telah menyingkirkan Kekristenan tanpa benar-benar
menyadarinya.”
Keadaan rohani Susunan Kristen sesuai dengan apa yang ditulis rasul
Paulus: “Mereka mengaku mengenal Allah, tetapi dengan perbuatan mereka,
mereka menyangkal Dia. Mereka keji dan durhaka dan tidak sanggup berbuat
sesuatu yang baik.”
Titus 1: 16.
Tidak lama lagi, pada waktu Allah mengakhiri sistem yang jahat yang ada
sekarang, Susunan Kristen yang menganut Tritunggal akan dimintai
pertanggungjawaban. Dan ia akan mendapat vonis yang mencelakakan
karena tindakan-tindakan dan doktrin-doktrinnya yang tidak menghormati
Allah. -Matius 24: 14,34; 25:3134, 41, 46; Wahyu 17:1-6, 16; 18:1-8, 20, 24;
19: 17-21.
Tolaklah Tritunggal
KEBENARAN Allah tidak dapat dikompromikan. Maka, menyembah Allah
menurut syarat-syarat Dia berarti menolak doktrin Tritunggal. Doktrin
46
tersebut bertentangan dengan apa yang dipercayai dan diajarkan oleh para
nabi, Yesus, rasul-rasul, dan orang Kristen yang mula-mula. Hal itu
bertentangan dengan apa yang Allah katakan mengenai diriNya dalam
Firman-Nya sendiri yang terilham. Maka, Ia menasihati:
‘Akuilah bahwa aku Allah, dan tak ada lainnya, dan tak ada yang seperti aku.’
-Yesaya 46:9, BIS.
Kepentingan Allah dirugikan dengan membuat Dia membingungkan dan
misterius. Sebaliknya, makin bingung orang mengenai Allah dan maksud
tujuan Dia, makin senang musuh Allah, Setan si Iblis, ‘ilah dunia ini.’ Dialah
yang menganjurkan doktrin palsu tersebut untuk ‘membutakan pikiran
orang-orang yang tidak percaya.’ (2 Korintus 4:4)
Dan doktrin Tritunggal juga menjadi alat bagi golongan pendeta yang
ingin mempertahankan kendali mereka atas orang-orang, karena mereka
memberi kesan seolah-olah para teolog saja yang dapat mengertinya. -Lihat
Yohanes 8:44.
Pengetahuan yang saksama tentang Allah benar-benar mendatangkan
kelegaan. Hal itu membebaskan kita dari ajaran-ajaran yang bertentangan
dengan ajaran Firman Allah dan dari organisasi-organisasi yang telah murtad.
Seperti Yesus katakan: “Kamu akan mengetahui kebenaran, dan
kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” -Yohanes 8:32.
47
Haruskah Anda Percaya Trinitas?
Saksi Jehovah sebagai salah satu sekte Kristiani Unitarian menjelaskan akidah
mereka: menentang Trinitas yang dipercaya oleh Kristen mainstream.
Isi Lengkap
Haruskah Percaya ?
A . Bgmn Trinitas Dijelaskan ?
- Di Luar Jangkauan Akal Manusia
- Bukan Allah yang Suka Pada Kekacauan
B. Ajaran Alkitab ?
- Apakah ada dalam Alkitab ?
- Bukti dari Kitab Ibrani
- Bukti dari Kitab Yunani
- Apakah Diajarkan Orang Kristen Awal ?
- Apa yang Diajarkan Ulama Pra-Nicea
48
F. Tenaga Aktif Allah
- Tenaga Aktif
- Kekuatan yang Melimpah
- Bukan suatu Pribadi
- Penolong
- Bukan Bagian Tritunggal
49