Вы находитесь на странице: 1из 13

PERHITUNGAN KETERJADIAN DAN KEPARAHAN PENYAKIT SERTA PENGENALAN FUNGISIDA (Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)

Oleh

Chandra Satria Putra 1014023107

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2011

ISI

DATA FUNGISIDA ANVIL 50 SC

Nama dagang: ANVIL 50 SC Bahan aktif : Heksakonazol Formulasi : SC Dosis : tidak dicantumkan Konsentrasi : 50 gr/ltr

ALIETTE

Merk Dagang : ALIETTE Bahan aktif : Aluminium etil fosfit 80% Formulasi : UUP Konsentrasi : 4 gr/ltr Dosis : tidak dicantumkan

CURATERR

Merk dagang : CURATERR Bahan Aktif : karboturan 3% Konsentrasi : tidak dicantumkan Dosis : Kopi -> penaburan pada tanah 36-70 gr/pohon Tebu -> penaburan pada tanah 60-120 kg/ha

PEMBAHASAN

Pengenalan Fungisida

2.1.1 Definisi Fungisida Fungisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan cendawan (fungi). Fungisida umumnya dibagi menurut cara kerjanya di dalam tubuh tanaman sasaran yang diaplikasi, yakni fungisida nonsistemik, sistemik, dan sistemik local. Pada fungisida, terutama fungisida sistemik dan non sistemik, pembagian ini erat hubungannya dengan sifat dan aktifitas fungisida terhadap jasad sasarannya. 1.Fungisida Nonsistemik Fungisida nonsistemik tidak dapat diserap dan ditranslokasikan didalam jaringan

Tanaman. Fungisida nonsistemik hanya membentuk lapisan penghalang di permukaan tanaman (umumnya daun) tempat fungisida disemprotkan. Fungisida ini hanya berfungsi mencegah infeksi cendawan dengan cara menghambat perkecambahan spora atau miselia jamur yang menempel di permukaan tanaman. Karena itu, fungisida kontak berfungsi sebagai protektan dan

hanya efektif bila digunakan sebelum tanaman terinfeksi oleh penyakit. Akibatnya, fungisida nonsistemik harus sering diaplikasikan agar tanaman secara terus-menerus terlindungi dari infeksi baru. 2.Fungisida Sistemik Fungisida sistemik diabsorbsi oleh organ-organ tanaman dan ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya melalui pembuluh angkut maupun melalui jalur simplas (melalui dalam sel). Pada umumnya fungisida sistemik ditranslokasikan ke bagian atas (akropetal), yakni dari organ akar ke daun. Beberapa fungisida sistemik juga dapat bergerak ke bawah, yakni dari daun ke akar (basipetal). Kelebihan fungisida sistemik antara lain : Bahan aktif langsung menuju ke pusat infeksi didalam jaringan tanaman, sehingga mampu menghambat infeksi cendawan yang sudah menyerang di dalam jaringan tanaman. Fungisida ini dengan cepat diserap oleh jaringan tanaman kemudian didistribusikan ke seluruh bagian tanaman sehingga bahan aktif dan residunya tidak terlalu tergantung pada coverage semprotan, selain itu bahan aktif juga tidak tercuci oleh hujan. Oleh karena itu, aplikasinya tidak perlu terlalu sering. 3.Fungisida Sistemik Lokal Fungisida sistemik local diabsorbsi oleh jaringan tanaman, tetapi tidak ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya. Bahan aktif hanya akan terserap ke sel-sel jaringan yang tidak terlalu dalam dan tidak sampai masuk hingga pembuluh angkut. Menurut mekanisme kerjanya, fungisida dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: Multisite Inhibitor

Multisite inhibitor adalah fungisida yang bekerja menghambat beberapa proses metabolisme cendawan. Sifatnya yang multisite inhibitor ini membuat fungisida tersebut tidak mudah menimbulkan resistensi cendawan. Fungisida yang bersifat multisite inhibitor (merusak di banyak proses metabolisme) ini umumnya berspektrum luas. Contoh bahan aktifnya adalah maneb, mankozeb, zineb, probineb, ziram, thiram.

Monosite Inhibitor

Monosite inhibitor disebut juga sebagai site specific, yaitu fungisida yang bekerja dengan menghambat salah satu proses metabolisme cendawan, misalnya hanya menghambat sintesis protein atau hanya menghambat respirasi. Sifatnya yang hanya bekerja di satu tempat ini (spectrum sempit) menyebabkan mudah timbulnya resistensi candawan. Contoh bahan aktifnya adalah metalaksil, oksadisil, dan benalaksil. 2.1.2 Funsi Fungisida Fungsi Fungisida adalah untuk membasmi jamur atau fungi yang ada di tanaman, banyak tanaman yang sering diserang jamur diantaranya adalah tomat, cabai ataupun tanaman lainnya. 2.1.3 Formulasi Pestisida Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama. Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai: Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates) Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.

Butiran (granulars) Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas

talek dan kuarsa serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible granule). Debu (dust) Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman). Tepung (powder) Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble powder). Oli (oil) Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (solluble concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas.

6. Fumigansia (fumigant) Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau, asap yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di gudang penyimpanan. 2.1.4 Dosis dan Konsentrasi Definisi dosis (takaran) suatu obat ialah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau diberikan kepada seorang penderita baik untuk dipakai sebagai obat dalam maupun obat luar. Ketentuan Umum FI edisi III mencantumkan 2 dosis yakni :

1). Dosis Maksimal ( maximum), berlaku untuk pemakaian sekali dan sehari. Penyerahan obat dengan dosis melebihi dosis maksimum dapat dilakukan dengan membubuhi tanda seru dan paraf dokter penulisan resep, diberi garis dibawah nama obat tersebut atau banyaknya obat hendaknya ditulis dengan huruf lengkap. 2). Dosis Lazim (Usual Doses), merupakan petunjuk yang tidak mengikat tetapi digunakan sebagai pedoman umum (dosis yang biasa / umum digunakan). Konsentrasi adalah banyaknya bahan aktif persatuan luas. Misalnya 2 L/ha. 2.2Keterjadian dan Keparahan Penyakit Keterjadian penyakit menimbulkan gejala local, yaitu gejalanya terbatas pada bagian tertentu pada tanaman ( pada daun, buah, dan akar). Sedangkan keparahan penyakit menunjukkan gejala yang sistemik, yaitu gejalanya terdapat pada seluruh bagian tanaman ( layu, kerdil )

KESIMPULAN

Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa digunakan untuk mengendalikan fungi atau cendawan. Fungisida dapat berbentuk cair, gas, butiran, dan serbuk. Fungisida umumnya dibagi menurut cara kerja nya di dalam tubuh tanaman sasaran yang diaplikasi yakni fungisida sistemik dan nonsistemik, pembagian ini erat hubungan nya dengan sifat dan aktifitas fungisida terhadap jasad sasaran nya. Terdapat 3 contoh fungisida yang di amati yaitu Curaterr, Aliette, anvil 50 SC . Dimana Curaterr
adalah insektisida sistemik dan nematicide dengan aktivitas spektrum yang luas. Bertindak sebagai racun perut dan kontak. Bisa diaplikasikan ke tanah dan ke daun-daunan. Sedangkan Aliette fungisida merek

memberikan benar, perlindungan dua arah sistemik terhadap Phytophthora, penyakit bulai dan penyakit lainnya . dan Anvil 50 SC (0,1 l/100 l air, 7 hari Interval) dan Anvil 50 SC (0,05 l/100 l air, 7 hari Interval) dianggap sebagai pengobatan terbaik untuk mengendalikan bercak daun Cercospora dan antraknos.

DAFTAR PUSTAKA

Bayer crop science . 2010 . Science For A Better Life . http://www.bayer.co.id/ina/cs_cp_product.php?p_id=33 . diakses tanggal 16 Oktober 2011 Pusat Perpustakaan Pertanian dan Diseminasi Teknologi (Indonesia) . 1994 . Buletin Penelitian Hortikultura . http://agris.fao.org/agrissearch/search/display.do?f=1997%2FID%2FID97006.xml%3BID9600792 . diakses tanggal 16
oktober 2011

KOMPENSASI . 2000 . Antisipasi Hama & Penyakit . http://www.kompensasisansevieria.com/news-a-tips/tips/24-antisipasi-hama-a-penyakit.html . diakses tanggal 16 oktober
2011

LAMPIRAN

DATA PERHITUNGAN NO 1 2 3 4 5 41,8 % 40 % 38,8 % 30 % 41,8 % Kp 50 % 56 % 66 % 52 % 48 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % Kep 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %

Вам также может понравиться