Вы находитесь на странице: 1из 15

Review dan Evaluasi Reformasi Perencanaan dan Penganggaran APBN Disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah

Sistem Monitoring dan Evaluasi Anggaran dan Perbendaharaan Dosen pengajar: Bapak Soderi

Disusun oleh :

Nama Kelas NPM No. Urut

: Sumanto : 3C Kebendaharaan Negara : 093010003595 : 29

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN 2012

BAB I PENDAHULUAN

1. Konsep Umum Dalam rangka pencapaian tujuan bernegara sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dibentuk pemerintahan negara yang menyelenggarakan fungsi pemerintahan dalam berbagai bidang. Pembentukan pemerintahan negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang yang perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara. Sebagai suatu negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan hukum, dan menyelenggarakan pemerintahan negara berdasarkan konstitusi, sistem

pengelolaan keuangan negara harus sesuai dengan aturan pokok yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab VIII Hal Keuangan, antara lain disebutkan bahwa anggaran pendapatan dan belanja negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang, dan ketentuan mengenai pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara serta macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang. Hal-hal lain mengenai keuangan negara sesuai dengan amanat Pasal 23C diatur dengan undang-undang. Penyelenggaraan pemerintahan negara untuk mewujudkan tujuan bernegara menimbulkan hak dan kewajiban negara yang perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu dilaksanakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, yang diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

2. Fungsi APBN a. Fungsi otorisasi Anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. b. Fungsi perencanaan

Anggaran

negara

menjadi

pedoman

bagi

manajemen

dalam

merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. c. Fungsi pengawasan Anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. d. Fungsi alokasi Anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian. e. Fungsi distribusi Kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. f. Fungsi stabilisasi Anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

3. Pengelolaan Keuangan Negara Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam

penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar. Sesuai dengan amanat Pasal 23C Undang-Undang Dasar 1945, Undang-undang tentang Keuangan Negara perlu menjabarkan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam UndangUndang Dasar tersebut ke dalam asas-asas umum yang meliputi baik asas-asas yang telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara, seperti asas tahunan, asas universalitas, asas kesatuan, dan asas spesialitas maupun asasasas baru sebagai pencerminan best practices (penerapan kaidah-kaidah yang baik) dalam pengelolaan keuangan negara, antara lain : a. akuntabilitas berorientasi pada hasil; b. profesionalitas; c. proporsionalitas; d. keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara;

e. pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri. Upaya untuk menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang selama ini lebih banyak dilaksanakan di dunia usaha dalam pengelolaan keuangan pemerintah, tidaklah dimaksudkan untuk menyamakan pengelolaan keuangan sektor pemerintah dengan pengelolaan keuangan sektor swasta. Pada hakikatnya, negara adalah suatu lembaga politik. Dalam kedudukannya yang demikian, negara tunduk pada tatanan hukum publik. Melalui kegiatan berbagai lembaga pemerintah, negara berusaha memberikan jaminan kesejahteraan kepada rakyat (welfare state). Namun, pengelolaan keuangan sektor publik yang dilakukan selama ini dengan menggunakan pendekatan superioritas negara telah membuat aparatur pemerintah yang bergerak dalam kegiatan pengelolaan keuangan sektor publik tidak lagi dianggap berada dalam kelompok profesi manajemen oleh para profesional. Oleh karena itu, perlu dilakukan pelurusan kembali pengelolaan keuangan pemerintah dengan menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (good governance) yang sesuai dengan lingkungan pemerintahan.

BAB II KEADAAN SEKARANG

1. Kondisi Pengelolaan Keuangan Selama ini (sebelum tahun 2003) dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan negara masih digunakan ketentuan perundang-undangan yang disusun pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda yang berlaku berdasarkan Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Indische Comptabiliteitswet yang lebih dikenal dengan nama ICW Stbl. 1925 No. 448 selanjutnya diubah dan diundangkan dalam Lembaran Negara 1954 Nomor 6, 1955 Nomor 49, dan terakhir Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968, yang ditetapkan pertama kali pada tahun 1864 dan mulai berlaku pada tahun 1867, Indische Bedrijvenwet (IBW) Stbl. 1927 No. 419 jo. Stbl. 1936 No. 445 dan Reglement voor het Administratief Beheer (RAB) Stbl. 1933 No. 381. Sementara itu, dalam pelaksanaan pemeriksaan pertanggungjawaban keuangan negara digunakan Instructie en verdere bepalingen voor de Algemeene Rekenkamer (IAR) Stbl. 1933 No. 320. Peraturan berbagai perundangundangan tersebut terjadi tidak dalam dapat sistem

mengakomodasikan

perkembangan yang

kelembagaan negara dan pengelolaan keuangan pemerintahan negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, meskipun berbagai ketentuan tersebut secara formal masih tetap berlaku, secara materiil sebagian dari ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dimaksud tidak lagi dilaksanakan. Kelemahan perundang-undangan dalam bidang keuangan negara menjadi salah satu penyebab terjadinya beberapa bentuk penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara. Dalam upaya menghilangkan penyimpangan tersebut dan mewujudkan sistem pengelolaan fiskal yang berkesinambungan (sustainable) sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam UndangUndang Dasar dan asas-asas umum yang berlaku secara universal dalam penyelenggaraan pemerintahan negara diperlukan suatu undang-undang yang mengatur pengelolaan keuangan negara. Upaya untuk menyusun undang-undang yang mengatur pengelolaan keuangan negara telah dirintis sejak awal berdirinya negara Indonesia. Oleh karena itu, penyelesaian Undang-undang tentang Keuangan Negara merupakan kelanjutan dan hasil dari berbagai upaya yang telah dilakukan selama ini dalam

rangka memenuhi kewajiban konstitusional yang diamanatkan oleh UndangUndang Dasar 1945. 2. Reformasi Perencanaan Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional yang terpadu dan berkelanjutan, pemerintah telah menyusun Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan dan penganggaran negara. Dalam UndangUndang tersebut ditetapkan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pernerintahan di pusat dan Daerah dengan melibatkan masyarakat. Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Presiden/Kepala Daerah adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Presiden/Kepala Daerah. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Presiden/Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metoda dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Sedangkan pendekatan atas-bawah dan, bawah-atas dalam

perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui musyawarah yang

dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa. Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat) langkah. Langkah pertama adalah penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur. Langkah kedua, masingmasing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan

berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan. Langkah berikutnya adalah melibatkan masyarakat (stakeholders) dan

menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan. Sedangkan langkah keempat adalah penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan. Produk dari perencanaan pembangunan terdiri dari: a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang selanjutnya disingkat RPJP, adalah dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun, kemudian ditetapkan dengan UU. b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang selanjutnya

disingkat RPJM, adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun, kemudian ditetapkan dengan Peraturan Presiden. c. Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP), adalah dokumen perencanaan Nasional untuk periode I (satu) tahun, kemudian ditetapkan dengan Peraturan Presiden. Secara hirarki dapat ditampilkan dalam bagan berikut: Bagan 2.1 Hirarki perencanaan

3. Reformasi Penganggaran Dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 72/KMK.05/2009 tentang program disebutkan reformasi bahwa penganggaran Program dan perbendaharaan Penganggaran negara, dan

Reformasi

Perbendaharaan Negara merupakan upaya modernisasi pengelolaan keuangan negara yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan anggaran serta pertanggungjawaban dan pelaporan atas anggaran, kekayaan, dan utang negara. Penerapan reformasi perencanaan anggaran yang berkesinambungan dilaksanakan melalui penerapan kerangka

pengeluaran jangka menengah (Medium Term Expenditure FrameworkMTEF) dan anggaran berbasis kinerja (Performance Based BudgetingPBB). Pada pelaksanaan anggaran, akan dilakukan modernisasi mekanisme pembayaran dalam rangka meningkatkan transparansi, efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran, optimalisasi pengelolaan kas, dan perbaikan layanan publik. Pada pertanggungjawaban dan pelaporan, akan dilakukan standarisasi seluruh struktur modifikasi termasuk Bagan Akun Standar (Chart of Accounts) serta standarisasi dan penerapan prinsip-prinsip, dan kebijakan-kebijakan akuntansi dalam rangka peningkatan akuntabilitas. Reformasi tersebut di ata.s dilakukan melalui penataan kembali proses bisnis dan memanfaatkan secara optimal dukungan dan Teknologi anggaran Informasi. negera akan Otomatisasi diterapkan sistem dengan

perbendaharaan

menggunakan aplikasi manajemen keuangan mutakhir yang telah tersedia dan teruji (Commercial Off The Shelf-COTS). Reformasi penganggaran di indonesia ditandai dengan adanya tiga pendekatan yang digunakan dalam proses penganggaran, yakni: a. Penganggaran Terpadu Penyusunan anggaran terpadu dilakukan dengan

mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan K/L untuk menghasilkan dokumen RKA-KL dengan klasifikasi anggaran menurut organisasi, fungsi, program,

kegiatan, dan jenis belanja. Integrasi atau memadukan proses perencanaan dan penganggaran dimaksudkan agar tidak terjadi

duplikasi dalam penyediaan dana untuk K/L baik yang bersifat investasi maupun untuk keperluan biaya operasional. b. Penganggaran Berbasis Kinerja PBK merupakan penyusunan anggaran yang dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Penyusunan anggaran tersebut mengacu kepada indikator kinerja, standar biaya, dan evaluasi kinerja. c. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah KPJM adalah pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi anggaran dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran.

4. Implementasi Reformasi Perencanaan dan Penganggaran Perencanaan dan penganggaran memiliki hubungan yang saling terkait. Proses yang saling terhubung ini dapat dilihat dalam bagan berikut ini: Bagan 2.2 Alur Perencanaa dan Penganggaran

Bagan diatas memberikan isyarat bahwa harus ada koordinasi yang maksimal antara pemerintah pusat dengan daerah serta antar kementerian lembaga dalam pelaksanaan pemerintah pusat demi tercapainya pembangunan nasional yang mengarah pada terwujudnya cita-cita dan tujuan nasional.

Reformasi perencanaan dan penganggaran salah satunya dengan melakukan restrukturisasi program dan kegiatan. Secara nyata, mulai tahun anggaran 2011 diadakan restrukturisasi program dan kegiatan kemeterian/ lembaga. Langkah restrukturisasi program dan kegiatan K/L menghasilkan rumusan program dan kegiatan yang mencerminkan tugas-fungsi K/L atau penugasan tertentu dalam kerangka prioritas pembangunan nasional yang secara konsisten hasil rumusan tersebut akan digunakan pada semua dokumen perencanaan dan penganggaran. Dasar hukum restrukturisasi ini berupa Surat Edaran Bersama antara Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dengan Menteri Keuangan tanggal 19 Juni 2009 Nomor 0142/MPN/06/2009 dan Nomor SE-1848/MK/2009 perihal Pedoman Reformasi Perencanaan dan Pembangunan. Hasil restrukturisasi program dan kegiatan digunakan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dan Rencana Strategis (Renstra) K/L tahun 2010-2014 serta mulai diimplementasikan tahun 2011 dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP), Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga (Renja K/L), RKA-KL, dan DIPA. Dalam hal restrukturisasi penganggaran yang berlandaskan pada PBK dan KPJM dilakukan perubahan diantaranya: a. Alokasi anggaran K/L ditetapkan berdasarkan program sesuai hasil restrukturisasi. b. Kegiatan 0001 (Gaji dan Tunjangan) dan Kegiatan 0002 (Operasional Perkantoran) yang selama ini berdiri sebagai sebuah Kegiatan, mulai tahun angggaran (TA) 2011 statusnya berubah menjadi Komponen Input dari sebuah Output Kegiatan. c. Struktur pengalokasian anggaran dirinci menurut Program, Kegiatan dan Output. d. Dalam rangka penerapan KPJM, penghitungan Prakiraan Maju untuk sebuah Kegiatan dilakukan pada tingkat (level) Output. e. Penyusunan RKA-KL dan DIPA Tahun Anggaran 2011 dilakukan melalui sistem aplikasi yang terintegrasi. f. Hasil perhitungan anggaran yang dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah Output dapat ditetapkan menjadi Standar Biaya Keluaran (SBK) pada tahun berikutnya.

BAB III KEADAAN YANG DIINGINKAN

Reformasi perencanaan dan penganggaran dilakukan dengan maksud untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang lebih baik dan bebas dari praktik KKN serta agar mampu mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945. Untuk mewujudkan reformasi yang dimaksud, penulis menyampaikan ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah. 1. Mengubah paradigma para penyelenggara negara harus mengubah paradigma, perubahan paradigma dari government to governance. GOVERNMENT Memberikan hak eksklusif bagi negara untuk mengatur hak-hak publik. Aktor diluarnya hanya dapat disertakan sejauh negara mengizinkan. Pola hubungan antara pemerintah, GOVERNANCE Persoalan-persoalan publik adalah urusan bersama pemerintah, civil society, dan dunia usaha sebagai tiga faktor utama..

masyrakat, dan dunia usaha untuk

mewujudkan suksesnya reformasi yang mengarah pada good governance dapat dilihat pada bagan dibawah ini. Bagan 3.1 Hubungan pemerintah, masyrakat, dan dunia usaha

2. Penyusunan dan penelaahan RKA-KL harus disesuaikan dengan reformasi perencanaan dan penganggaran a. Penerapan pendekatan PBK yang dilakukan melalui perumusan program/kegiatan, indikator kinerja program/kegiatan, outcome program/output kegiatan, penghitungan alokasi anggaran output kegiatan, serta penekanan kesesuaian/relevansi masing-masing Komponen Input beserta biayanya dalam rangka pencapaian output kegiatan. b. Penerapan penghitungan pendekatan alokasi KPJM anggaran yang output dilakukan kegiatan melalui dengan

memperhitungkan kebutuhan alokasi anggarannya lebih dari 1 (satu) tahun dan pencantuman besaran angka output kegiatan pada kolom prakiraan maju. c. Penggunaan format baru RKA-KL yang mendukung penerapan pendekatan PBK dan KPJM. Format RKA-KL baru tersebut lebih menginformasikan keterkaitan kinerja dengan anggaran yang dibutuhkan dalam perspektif KPJM. 3. Peningkatan pengelolaan keuangan pemerintah daerah Kegagalan pemerintah meningkatkan ekonomi, pengurangan angka kemiskinan selain karena kesalah pemerintah pusat juga merupakan dampak rendahnya pengertian daerah tentang fungsi APBD. Selain itu dengan adanya UU No.33 tahun 2004, menunjukkan bahwa

desentralisasi telah meliputi desentralisasi politik, administrasi, dan fiskal. Adanya desentralisasi memberikan kewenangan sepenuhnya pada pemerintah daerah untuk mengurus sendiri penyelenggaraannya

termasuk dalam hal perencanaan dan penganggaran. Akan tetapi, akhirakhir ini terjadi berbagai hal yang membuat pengelolaan keuangan daerah tidak berada pada prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah. Sehingga perlu diadakan pelatihan khusus bagi pengelola keuangan daerah agar mampu meningkatkan pengelolaan keuangan daerah dan bersinergi dengan pusat dalam rangka menyukseskan reformasi

perencanaan dan penganggaran negara untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional.

4. Dukungan sepenuhnya terhadap pelaksanaan SPAN Salah satu usaha nyata pemerintah pusat untuk melakukan reformasi perencanaan dan penganggran dengan membuat SPAN. SPAN adalah Enterprise Resources Planning (ERP) Solution yang menggabungkan beberapa fungsi, seperti perencanaan anggaran, pelaksanaan anggaran, manajemen kas, akuntansi dan pelaporan dalam satu sistem aplikasi. Ruang lingkup SPAN meliputi tiga kelompok besar, yakni penyempurnaan bisnis proses, penyempurnaan teknologi informasi, serta manajemen perubahan dan komunikasi. Selain itu, pembangunan service desk dan ICT strategy development SPAN. juga hal termasuk ini, dalam kerangka peningkatan

penyempurnaan

Terkait

diperlukan

kompetensi dan profesionalisme internal stakeholder (Kementerian Keuangan) sebagai financial manager, serta eksternal stakeholder (Kementerian/Lembaga) berdampak baik pada sebagai financial user. Dukungan ini akan reformasi perencanaan dan

suksesnya

penganggaran di Indonesia. 5. Penerapan PMK 249/PMK.02/2011 tentang pengukuran dan evaluasi kinerja atas pelaksanaan RKA-KL Setiap pelaksanaan perlu adanya monitoring dan evaluasi untuk mengetahui seberapa efektif dan efisien suatu hal telah dilakukan. Begitu juga dalam hal pelaksanaan RKA-KL, monitoring dan evaluasi

sebagaimana PMK 249 harus dilakukan secara penuh dan tuntas. Hasil dari evaluasi tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki pola reformasi perencanaan dan penganggaran menjawab perkembangan dalam RKA-KL sehingga mampu masyarakat dalam setiap

kebutuhan

perencanaan dan penganggaran yang tertuang dalam RKA-KL.

Daftar Pustaka UUD 1945 pasal 23 UU No.17 tahun 2003 tentang keuangan negara UU No. 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan negara UU No. 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional UU No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah PMK No.104/PMK.02/2010 tentang petunjuk penyusunan dan penelaahan RKA-KL tahun 2011 http://www.kemenkeu.go.id/ind/Read/?type=ixNews&id=14838&th n=2010&name=SPAN_230210.htm. Diakses pada hari minggu,13 mei 2012 http://www.slideshare.net/DadangSolihin/review-sistemperencanaan-pembangunan-nasional-presentation. Diakses pada hari minggu,13 mei 2012

Вам также может понравиться