Вы находитесь на странице: 1из 18

CARA PENGGILINGAN PADI YANG BAIK

CARA PENGGILINGAN PADI YANG BAIK Teknik penggilingan padi yang baik melalui tahapan proses sebagai berikut : - Persiapan bahan baku Untuk menghasilkan beras yang berkualitas harus menggunakan bahan baku gabah yang berkualitas pula. Gabah harus diketahui varietasnya, asal gabah, kapan dipanen, kadar air gabah dan langsung dikeringkan sampai kadar air 14%, baik melalui penjemuran atau menggunakan alat pengering. Penundaangabah kering panen lebih 2 -3 akan menimbulkan kuning. Gabah yang sudah kering sebaikknya dicegah tidak kehujanan karena dapat meningkatkan butir patah dan menir. Usahakan gabah yang digiling adalah gabah kering panen (GKG) yang barau dipanen agar penampakan putih cerah dengan cita rasa yang belum berubah. Bila menggunakan gabah kering yang telah disimpan lebih dari 4 bulan atau 1 musim, maka penampakan beras tidak optimal (buram) dan terjadi perubahan cita rasa (tingkat kepulenan menurun). - Proses Pemecahan Kulit Pada proses ini, mula-mula tumpukan gabah (GKG) disiapkan di dekat lubang pemasukan (corong sekam) gabah. Mesin penggerak dan mesin pemecah kulit dihidupkan, kemudian corong sekam dibuka-tutup dengan alat klep penutup. Proses pemecah kulit dilakukan 2 kali (ulangan) dan diayak 1 kali dengan alat ayakan beras pecah kulit agar dihasilkan beras pecah kulit (BPK). Ayakan BPK untuk varietas butir bulat (ukuran lubang ayakan 0,8 inci) dan butir panjang (ukuran lubang ayakan 1 inci) berbeda. Proses pemecah kulit berjalan baik bila butir gabah pada beras pecah kulit tidak ada. Namun bila masih banyak butir gabah harus distel kembali struktur rubber roll dan kecepatan putarannya. - Proses Penyosohan Beras Proses ini menggunakan alat penyosoh tipe friksi yaitu gesekan antar butiran, sehingga dihasilkan beras yang penampakannya bening. Beras pecah kulit disosoh 2 kali. Penyosohan pertama menggunakan mesin penyosoh tipe kulit friksi (dapat digunakan merk ICHI N 120 kapasitas 1200 kg per jam) dan sosoh kedua menggunakan mesin penyosoh merk ICHI N 70 kg per jam). Perlu diperhatikan kecepatan putaran untuk mencapai beras berkualitas adalah 1100 rpm dengan menyetel gas pada mesin penggerak dan menyetel katup pengepresan keluarnya beras. Proses penyosohan berjalan baik bila rendemen beras yang dihasilkan sama atau lebih dari 65% dan derajat sosoh sama atau lebih dari 95%. Untuk mengelompokkan kelas mutu beras dapat ditambah ayakan beras. Dianjurkan menggunakan alat penyosoh tipe friksi karena menghasilkan kehilangan hasil selama penggilingan terendah (3,14% dibanding alat penyosoh tipe abrasive (3,54%). Usaha meningkatkan mutu beras hasil giling tergantung dari produk akhir yang diinginkan konsumen. Ada 3 jenis preferensi kondumen terhadap beras, yaitu beras bening, beras putih dan beras mengkilap. Untuk memproduksinya diperlukan proses yang berbeda. Untuk pembuatan beras dengan penampakan bening menggunakan alat penyosoh tipe friksi, untuk beras putih menggunakan alat penyosoh tipe abrasive dan untuk beras putih menggunakan alat penyosoh sistem pengkabutan.

- Proses Pengemasan Beras hasil giling sebaiknya tidak langsung dikemas, sampai sisa panas akibat penggilingan hilang. Jenis kemasan disarankan memperhatikan beras isinya. Untuk kemasan lebih dari 10 kg sebaiknya menggunakan karung plastik yang dijahit tutupnya. Sedangkan untuk yang ukuran 5 kg dapat dengan kantong plastik dengan tebal 0,8 mm. Fakta yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis kemasan adalah kekuatan kemasan, bahan kemasan (sebaikknya bersifat tidak korosif dan tidak mencemari produk beras, kedap udara atau pori-pori penyerapan uap air dari luar tidak mengganggu peningkatan kadar air beras dalam kemasan), serta label kemasan untuk beras hendaknya mencantumkan nama varietas (untuk menghindari pemalsuan). - Proses Penyimpanan Tempat penyimpanan beras yang harus diperhatikan adalah kondisi tempat penyimpanan harus aman dari pencurian dan tikus, bersih, bebas kontaminasi hama (Caliandra sp. Dan Tribolium sp.) dan penyakit gudang, ada pengaturan aerasi, tidak bocor dan tidak lembab. Sebelum beras disimpan sebaiknya dilakukan pemeriksaan. Karung keras diletakkan diatas bantalan kayu yang disusun berjejer dengan jarak 50 cm untuk pengaturan aerase, tidak langsung kontak dengan lantai untuk menghindari kelembaban, memudahkan pengendalian hama (fumigasi), serta teknik penumpukan beras.

Ketenagakerjaan
Tersedianya lapangan/kesempatan kerja baru untuk mengatasi peningkatan penawaran tenaga kerja merupakan salah satu target yang harus dicapai dalam pembangunan ekonomi daerah. Upaya tersebut dapat diwujudkan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi khususnya investasi langsung (direct investment) pada sektor-sektor yang bersifat padat karya, seperti konstruksi, infrastruktur maupun industri pengolahan. Sementara pada sektor jasa, misalnya melalui perdagangan maupun pariwisata. Tenaga kerja adalah orang yang siap masuk dalam pasar kerja sesuai dengan upah yang ditawarkan oleh penyedia pekerjaan. Jumlah tenaga kerja dihitung dari penduduk usia produktif (umur 15 thn65 thn) yang masuk kategori angkatan kerja (labour force). Kondisi di negara berkembang pada umumnya memiliki tingkat pengangguran yang jauh lebih tinggi dari angka resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Hal ini terjadi karena ukuran sektor informal masih cukup besar sebagai salah satu lapangan nafkah bagi tenaga kerja tidak terdidik. Sektor informal tersebut dianggap sebagai katup pengaman bagi pengangguran. Angka resmi tingkat pengangguran umumnya menggunakan indikator pengangguran terbuka, yaitu jumlah angkatan kerja yang secara sungguh-sungguh tidak bekerja sama sekali dan sedang mencari kerja pada saat survei dilakukan. Sementara yang setengah pengangguran dan penganggur terselubung tidak dihitung dalam angka pengangguran terbuka, karena mereka masih menggunakan waktu produktifnya selama seminggu untuk bekerja meskipun tidak sampai 35 jam penuh. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2000, penduduk berumur 15 tahun ke atas yang termasuk angkatan kerja adalah 264.802 orang (BPS, 2005) atau 64,48 % dari jumlah penduduk sebesar 410.682 jiwa. Dilihat dari lokasi, sebagian besar tinggal di desa yaitu 211.681 jiwa, sedangkan di kota sebanyak 53.121 jiwa. Dari jumlah angkatan kerja tersebut yang bekerja adalah sebesar 89,01%, sedangkan sisanya 10,99% tidak bekerja atau menganggur. Dilihat aspek gender, sebagian besar yang menganggur adalah wanita (17,42%), sedangkan yang laki-laki sekitar 5,32%. Apabila dilihat dari jumlah pencari kerja yang tercatat pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bima (2006) sebagian besar berpendidikan SMU keatas atau perguruan tinggi, yaitu sekitar 5.217 orang yang terdiri dari diploma III dan sarjana (S1). Sempitnya lapangan kerja di Kabupaten Bima tidak terlepas dari masih rendahnya potensi ekonomi yang dimanfaatkan terutama pada sektor pertanian. Adapun penyerapan tenaga kerja yang baru lebih banyak mengandalkan sektor jasa pemerintahan melalui kebijakan pemerintah pusat mengangkat tenaga honor daerah menjadi PNS dimana selama 2005 s/d 2009 diperkirakan mencapai lebih dari 5.000 orang. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam analisis ketenagakerjaan adalah berkaitan dengan rasio beban tanggungan atau burden of dependency ratio. Yang dimaksud dengan dependency ratio adalah beban yang ditanggung oleh penduduk produktif

terhadap penduduk tidak produktif. Oleh karena itu, semakin banyak penduduk produktif yang tidak bekerja, maka dengan sendirinya akan meningkatkan beban tanggungan. Kondisi ini juga banyak ditemukan di Kabupaten Bima di mana masyarakatnya tinggal di wilayah pedesaan yang mana laki-laki muda banyak tidak bekerja demikian pula dengan wanitanya. Masalahmasalah ketenagakerjaan di Kabupaten Bima yang paling menonjol antara lain : 1. Rendahnya minat tenaga kerja untuk menciptakan lapangan kerja baru melalui kegiatan wirausaha, terutama tamatan dari sekolah kejuruan maupun SMA. 2. Kurangnya inovasi di bidang pertanian, industri dan sektor jasa dalam meningkatkan investasi padat tenaga kerja. 3. Tenaga kerja berpendidikan sarjana umumnya bekerja sebagai setengah penganggur karena memasuki bidang yang tidak sesuai dengan keahliannya dan bekerja kurang dari 36 jam per minggu. 4. Minimnya investasi dan pabrik yang dapat menampung tenaga kerja skala besar. 5. Tidak seimbangnya antara permintaan dan penawaran tenaga kerja, yang disebabkan oleh kualifikasi sarjana di Kabupaten Bima didominasi oleh ilmuilmu sosial dibandingkan ilmuilmu eksakta yang lebih bersifat aplikatif. 6. Hambatan budaya yang lebih memandang PNS sebagai pekerjaan prestisius, sehingga mematikan kreatifitas untuk bekerja di luar sektor jasa pemerintahan. Dari kajian tekstual yang dilakukan KPPOD (2006) , dalam aspek kebijakan dan regulasi (Perda/SK Kepala Daerah), peta persoalan umum yang menandai distorsi kebijakan ketenagakerjaan di sejumlah daerah dalam masa pelaksanaan otonomi daerah dewasa ini adalah : Pertama, pelanggaran dalam hal perijinan dan pungutan terkait penggunaan tenaga kerja asing. Padahal, Perijinan (menurut Pasal 42 UU No.13 Tahun 2003) maupun pungutan (menurut Pasal 3 PP No.92 Tahun 2002) yang terkait dengan penggunaan TKA berada di pusat. Kedua, pungutan yang tidak proporsional dan amat lemah dalam acuan konsiderans. Ketiga, diskriminasi gender. Di sejumlah daerah ditemukan cukup banyak perda yang mengatur jam kerja lembur atau ijin kerja lembur malam bagi wanita dan mengenakan pungutan (retribusi) tertentu atasnya. Keempat, proteksionisme (perlindungan berlebihan) bagi tenaga kerja lokal. Tidak hanya terjadi dalam sektor pemerintahan, dimana muncul tuntutan preferensi berlebihan bagi putera daerah untuk duduk dalam jabatan-jabatan strategis (politik dan birokrasi), gejala serupa juga terjadi dalam dunia swasta (bahkan tidak sekedar sebagai tuntutan pemerintah) terkait pemberian kesempatan kerja, dimana perusahaan wajib memberikan jatah, yang bahkan dengan patokan kuota tertentu bagi putera daerah untuk sesuatu pekerjaan dalam perusahaan tersebut. Begitu pentingnya posisi pengaruh faktor Ketenagakerjaan di satu sisi dan banyaknya persoalan pada sisi lain menyebabkan efek serius bagi kelancaran berusaha di daerah. Semua itu menambah biaya tambahan (additional cost) dalam ongkos berbisnis (cost of doing business), baik biaya waktu (banyaknya waktu untuk bernegosiasi dengan pihak buruh dan pemda) maupun biaya material karena berbagai pungutan legal dan ilegal yang ada. Kekakuan dalam kebijakan ketenagakerjaan kita maupun iklim kebijakan makro yang terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah merupakan peta jalan kemana arah menelusuri persoalan. Berdasarkan beberapa kasus daerah lain di atas, tampaknya persoalan kebijakan ketenagakerjaan di Kabupaten Bima belum begitu kompleks sebagaimana dialami daerah yang telah maju sektor industri dan jasanya. Bahkan, penanganan ketenagakerjaan di Kabupaten Bima dari aspek upah saja belum dapat ditangani dengan baik, belum masalahmasalah seperti keselamatan kerja dan perlindungan tenaga kerja lainnya sesuai dengan amanat perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.

Upah Tenaga Kerja


Pemberian Upah tenaga kerja di Kabupaten Bima belum sepenuhya mengikuti Upah Minimum Provinsi. Upah Minimum Provinsi (UMP) Tahun 2007 ditetapkan sebesar Rp. 645.000 per bulan di mana telah diperhitungkan kebutuhan fisik minimum. Sementara dari hasil observasi di beberapa wilayah Kabupaten Bima, diperoleh informasi bahwa untuk sektor pertanian, upah per hari berkisar antara Rp. 20.000- 30.000 atau paling rendah Rp. 600.000 per bulan apabila menggunakan seluruh waktunya untuk bekerja sebagai buruh tani. Sementara untuk sektor bangunan dan konstruksi , seorang pekerja profesional yang tukang batu dibayar sekitar Rp. 40.000 ribu per hari atau Rp. 1.200.000,- per bulan. Upah untuk pekerja di sektor perdagangan, masih relatif lebih rendah yakni take home pay Rp 200-250 ribu per bulan di mana pekerja yang bersangkutan telah ditanggung kebutuhan makanan. Sedangkan untuk sektor jasa pendidikan, misalnya, masih sangat rendah yaitu sebesar Rp. 250.000 per bulan. Kendatipun demikian, masyarakat Bima umumnya memiliki pekerjaan lain sehingga dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Pada dasarnya banyak tenaga kerja yang bekerja rangkap khususnya setelah hari libur atau pulang kerja.

Penduduk Yang Bekerja Menurut Upah/Gaji


Pendapatan hampir selalu dikaitkan dengan aktifitas ekonomi karena pendapatan/penghasilan seseorang atau suatu rumah tangga terangsang untuk bekerja karena besar kecilnya upah atau gaji merupakan salah satu faktor yang menarik seseorang tenaga kerja untuk masuk ke dalam suatu lapangan usaha. Di Kabupaten Bima, secara umum, upah/gaji yang diterima di daerah perkotaan lebih tinggi dibanding upah/gaji yang diterima di daerah pedesaan. Demikian juga dengan upah/gaji yang diterima oleh laki-laki, lebih besar upah/gaji yang diterima perempuan. Untuk daerah perkotaan upah/gaji yang diterima laki-laki, rata-rata Rp. 640.714,29 per-bulan, sedangkan untuk daerah pedesaan upah/gaji yang diterima mencapai Rp.684.413,85. Upah/gaji perempuan berdasarkan daerah perkotaan atau pedesaan berbeda polanya dengan rata-rata upah/gaji yang diterima oleh laki-laki. Secara umum upah/gaji yang diterima oleh perempuan adalah Rp. 494.214,29. pada tabel 2.10 dapat dilihat upah/gaji berdasarkan status daerah. Ratarata upah/gaji yang diterima perempuan di daerah perkotaan lebih besar dibandingkan dengan upah/gaji yang diterima di pedesaan. Upah/gaji yang diterima perempuan diperkotaan mencapai Rp. 646.500,00, sedangkan didaerah pedesaan sebesar Rp. 468.833,33. Pada tabel 2.11, dapat dilihat rata-rata upah/gaji yang diterima berdasarkan pendidikan tertinggi dan jenis kelamin. Secara umum, upah/gaji yang diterima oleh penduduk bekerja yang berpendidikan Diploma, yakni sekitar Rp. 1.312.171,43 per bulan. Sedangkan upah/gaji terkecil diterima oleh penduduk bekerja yang tidak/belum pernah bersekolah, yakni ratarata Rp. 183.571,43 per bulan. Jika dirinci berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan pola gaji tertinggi pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Pada laki-laki, gaji tertinggi diterima oleh penduduk bekerja yang berpendidikan Perguruan Tinggi, yakni sekitar Rp. 1.422.000,- sementara pada perempuan, gaji tertinggi diterima penduduk yang berpendidikan Diploma, yakni sekitar Rp. 1.140.000,-. Demikian juga dengan pola gaji

terendah, terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Pada laki-laki, gaji terendah diterima oleh penduduk bekerja yang tidak/belum pernah bersekolah, dengan rata-rata pendapatan perbulan mencapai Rp. 222.000,-. Sedangkan pada Perempuan, gaji terendah diterima penduduk bekerja yang tidak/belum tamat Sekolah Dasar (SD), dengan rata-rata pendapatan per bulan mencapai Rp. 42.000,-

Pendapatan

dari

Tenaga

Kerja

Luar

Negeri

(Remmitance)

Salah satu sumber pendapatan dari masyarakat adalah pendapatan yang bersumber dari tenaga kerja yang bekerja di luar negeri. Berdasarkan data yang dikeluarkan Bank Indonesia Mataram (2007) bahwa sebagian besar tenaga kerja di Nusa Tenggara Barat yang bekerja di luar negeri adalah berasal dari : Pulau Lombok, Kabupaten Sumbawa dan hanya sebagian kecil yang berasal dari Kabupaten Bima dan Dompu. Rendahnya keinginan tenaga kerja dari Kabupaten Bima untuk bekerja di luar negeri antara lain dipengaruhi oleh hal- hal sebagai berikut : Dampak psikologis berita negatif tentang perlakuan tidak manusiawi yang seringkali menimpa sebagian TKI baik secara hukum maupun menyangkut hubungan antara pekerja dan majikan. Sebagian besar tenaga kerja di Kabupaten Bima berpendidikan SMA ke atas sehingga preferensi bekerja di luar negeri menjadi rendah karena lebih banyak didominasi oleh tenaga kerja berpendidikan SMA ke bawah. Minimnya informasi tentang pekerjaan di luar negeri dan lemahnya fasilitasi oleh PJTKI maupun Balai Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri (BPTKLN). Umumnya Tenaga kerja dari Kabupaten Bima masih mengandalkan lapangan kerja di dalam negeri seperti: wilayah Jabodetabek, Surabaya, Batam, Kalimantan. Sikap PJTKI yang seringkali menelantarkan tenaga kerja khususnya setelah sampai di luar negeri dan kurangnya tanggung jawab perlindungan atau kompensasi terhadap kasus yang merugikan Tenaga Kerja, seperti kasus Malaysia Timur dan beberapa negara lainnya. Tampaknya pola penempatan TKI di luar negeri sebagaimana data yang dikeluarkan oleh Dinas Tenaga Kerja Provinsi NTB (2006) adalah: TKI Pulau Lombok berkonsentrasi di Malaysia TKI Kab. Sumbawa berkonsentrasi di Timur Tengah, khususnya Arab Saudi TKI NTB menyebar di Jepang, Korea dan negara di sekitarnya Isu yang menarik untuk dicermati oleh Pemerintah Kabupaten Bima, khususnya Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam penempatan TKI di luar negeri adalah : 1. Pemerintah perlu memfasilitasi peningkatan Skill calon TKI baik di bidang otomotif, elektronik, budaya, bahasa dan keterampilan human relations yang dibutuhkan. 2. Kerjasama antara Pemkab, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat dan perusahaan pengarah tenaga kerja harus ditingkatkan, guna meningkatkan pengiriman tenaga kerja yang memiliki skill tinggi ke luar negeri. 3. Upaya pengiriman TKI keluar negeri harus menjadi salah satu program guna mengatasi pengangguran yang terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan meningkatkan koordinasi dengan kementerian tenaga kerja. 4. Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) di bawah koordinasi Disnakertrans Kabupaten Bima harus diarahkan pada kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pekerjaan di luar negeri. 5. Perlu diupayakan pembuatan situs Sistem Informasi Ketenagakerjaan yang terpadu. 6. Mencegah dan/atau mengatasi praktik mafia pengiriman TKI secara ilegal melalui calo. 7. Pemerintah Daerah perlu menyiapkan dana stimulan atau pinjaman tanpa bunga kepada calon TKI untuk kebutuhan awal meliputi pengurusan administrasi dan lainnya

Usaha Penggilingan Beras Yang Menguntungkan Kepada Yth, MANAGER INVESTASI Di Tempat Assalamualaikum, Wr. Wb. Salam dan doa saya sampaikan semoga Allah SWT selalu melindungi dan memberkahi Bapak dalam menjalankan aktifitas sehari-harinya. Amin. Dalam kesempatan ini saya ingin menawarkan Usaha Penggilingan/Pengolahan Beras dengan lokasi di Daerah Pamanukan Kabupaten Subang. Dengan harapan tawaran dari saya ini dapat diterima. Adapun kebutuhan dana untuk usaha ini ada 2 opsi, yaitu : 1. Kebutuhan Dana untuk Pembelian Penggilingan/Pengolahan Beras Rp. 411.000.000 2. Kebutuhan Dana untuk Usaha Penggilingan/Pengolahan beras di tempat orang lain Rp. 148.500.000 Demikian surat tawaran ini saya buat, atas perhatian dan bantuannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum, Wr. Wb. Hormat Saya Uu Ulumudin

USAHA PENGGILINGAN/PENGOLAHAN BERAS I. PENDAHULUAN Saya adalah staf pada perusahaan swasta di jakarta. saya berasal dari Subang, kebetulan orang tua saya memiliki pabrik penggilingan beras sendiri dari tahun 80 an dengan kapasitas mesin hanya untuk melayani konsumsi beras para petani disekitar pabrik, dan sesekali bila ada modal sedikit beli gabah/padi dari petani kemudian diolah jadi beras dan

dijual ke pasar yang ada di subang, karawang bahkan ke Jakarta. Usaha ini sampai sekarang masih berjalan. Usaha Penggilingan Beras apabila di jalankan dengan hati-hati, profesional dan di dukung modal yang cukup maka usaha ini prospeknya sangat bagus dan menguntungkan. Karena gabah/padi yangg kering bila diolah akan menghasilkan beras 60-70%, Menir 2%, dedek 10% dan sekam 30-35%. Dari ke empat olahan gabah/padi tersebut yaitu beras, menir, dedek dan sekam akan menghasilkan uang dan keuntungan. Beras untuk dikonsumsi, Menir untuk bebek, tepung dll. Dedek untuk ayam dll dan sekam untuk Sapi dll. Dalam hal pengolahan gabah/padi dari awal sampai akhir, alhamdulillah dan insyaallah saya menguasainya. Diantaranya: 1. Dalam memilih gabah/padi yang baik dan yang kurang baik karena saya sering dilibatkan oleh orang tua untuk membeli gabah kepada para petani. 2. Cara menjemur gabah/padi yang baik 3. Cara mengolah gabah/padi jadi beras yang baik karena saya sering terjun langsung/kerja dalam pengolahannya sampai gabah/padi tersebut menjadi beras. 4. Cara menjual berasnya bisa langsung ke toko beras yang ada di pasar atau langsung ke masyarakat yang membutuhkannya dan itu biasa saya lakukan dulu. 5. Terakhir Cara memilih type mesin untuk memproduksi beras karena ada yang type 50, 70 dan 125 kapasitas menghasilkan berasnyapun berbeda-beda. II. MAKSUD DAN TUJUAN Atas dasar tersebut diatas maka saya bermaksud memberanikan diri untuk menawarkan usaha penggilingan beras ini kepada Bapak-bapak yang berminat dengan tujuan dapat di terima dan diberikan dana untuk memulai usaha ini, sebagai salah satu usaha yang menguntungkan di bidang Agribisnis dengan kegiatan Penggilingan Beras dan saya siap untuk menjalankannya. III. OPSI USAHA PENGGILINGAN/PENGOLAHAN BERAS Untuk memulai usaha ini ada dua pilihan yaitu : a. Penggilingan Milik Sendiri Apabila penggilingan beras milik sendiri, maka dari olahan gabah/padi yaitu beras, menir, dedek dan sekamnya akan jadi milik sendiri dan akan menguntungkan sekali.oleh karena itu harus di lakukan pembelian penggilingan yang sudah ada mesin-mesinnya dengan luas tanah kurang lebih 1500m2. b. Usaha Penggilingan Beras di Tempat Orang Lain Apabila melakukan usaha Penggilingan/pengolahan beras ditempat orang lain maka harus membayar jasa pengolahan gabah menjadi beras kepada yang punya penggilingan

kemudian menir, dedek dan sekamnya pun akan jadi milik yang punya penggilingan. IV. KEBUTUHAN DAN ALOKASI DANA 1. Kebutuhan dan Alokasi Dana Penggilingan Beras Milik Sendiri a. Beli Penggilingan Pabrik yang sudah ada mesin-mesinnya Luas Tanah 1500 M2 Rp. 250.000.000 b. Perijinan dan perehaban Rp. 15.000.000 c. Pembelian Bahan Baku Gabah/Padi untuk memenuhi kapasitas mesin 10 ton beras perhari x 3 hari 50.000kg gabah Basah x Rp. 2700 Rp. 135.000.000 d. Biaya Pengolahan Gabah dari awal s/d akhir 50.000kg gabah x Rp.220 Rp. 11.000.000 + TOTAL DANA YANG DIBUTUHKAN Rp. 411.000.000

2. Kebutuhan dan Alokasi Dana Penggilingan Beras di tempat orang lain a. Pembelian Bahan Baku Gabah/Padi kapasitas mesin 4 ton beras perhari : 50.000kg gabah x Rp. 2700 Rp. 135.000.000 b. Biaya Pengolahan Gabah dari awal s/d akhir 50.000kg gabah basah x Rp.270 Rp. 13.500.000 + TOTAL DANA YANG DIBUTUHKAN Rp. 148.500.000

V. PENGELOLA dan TEMPAT USAHA 1. Pengelola Usaha Pimpinan Usaha : Uu Ulumudin.

Anggota : Buruh Kuli Panggul, Jemur dan Kuli Giling/Produksi 2. Tempat Usaha a. Beli Penggilingan Beras Apabila akan memilih untuk membeli pabrik penggilingan beras , maka lokasi usahanya harus di daerah persawahan dengan cuaca panas. Dalam hal ini yang ideal adalah di daerah Pamanukan Kabupaten Subang b. Penggilingan Orang Lain Dan apabila memilih kebijakan untuk mengawali usaha ini di tempat penggilingan orang lain, maka Tempat Usahanya di Penggilingan Milik Orang Tua Saya di Kp. Bojong Gayam Desa Rancahilir Pamanukan Subang. Kapasitas Mesinnya Bisa mencapai 5 ton beras perhari (mesin molen/perontok kulit padi 1unit dan mesin ichi/pengolah beras 1unit) dan berada di lahan 1100M2 VI. PEMBELIAN DAN PEMASARAN 1. Pembelian Pembelian Bahan Baku Gabah/Padi dilakukan kepada para petani yang ada disekitar pabrik dan di daerah subang dengan cara Cash dan Tempo. 2. Pemasaran Pemasaran Berasnya akan dijual kepada toko beras yang ada di subang, karawang, bandung dan Jakarta dengan cara Cash VII. ESTIMASI LABA RUGI USAHA PENGGILINGAN BERAS OPSI I : ESTIMASI USAHA PENGGILINGAN BERAS MILIK SENDIRI AKTIVITAS USAHA 1 PENERIMAAN : a Penjualan Beras 325.000.000 b Penjualan Menir 3.000.000 c Penjualan Dedek 7.000.000 d Penjualan Sekam 1.000.000 Total Penerimaan 336.000.000 2 PENGELUARAN / HPP : a Pembelian Gabah/Padi Basah 270.000.000 b Biaya Pokok 22.000.000

JUMLAH PENGELUARAN / HPP 292.000.000 3 Laba Kotor 44.000.000 4 Biaya Operasional : 1 Gaji 5.000.000 2 Listrik 500.000 3 Telepon 1.000.000 4 Logistik 1.000.000 5 Administrasi 500.000 6 Dll 3.000.000 Total Biaya 11.000.000 5 Laba Bersih 33.000.000 6 Margin profit atas HPP 11% Keterangan : 1 Jumlah Beras adalah Jumlah Gabah Basah x 65% 2 Jumlah Menir adalah Jumlah Gabah Basah x 2% 3 Jumlah Dedek adalah Jumlah Gabah Basah x 7% 4 Jumlah Sekam adalah Jumlah Gabah Basah x 10% 5 Sisa dari porsentase yaitu 16 % nya hilang/susut karena gabah yang basah dijemur dulu 6 Apabila Pembelian Gabahnya kering Maka akan Jadi Beras 70%, menir 5%, Dedek 10% dan sekam 15% 7 Harga Pembelian Gabah Rp 2700 kg adalah harga sekarang pembelian gabah di tingkat petani 8 Harga Jual Beras adalah Harga Jual sekarang di pasaran 9 Jumlah porsentase beras, Menir, dedek, sekam dan penyusutan gabah yang dihitung diatas adalah penghitungan minimal 10 Biaya Pokok meliputi : Calo Gabah, Kuli, karung beras, solar, labroll, dan pengangkutani gabah dan beras sampai ke pasar 11 Berdasarkan tonase diatas dalam satu bulan dilakukan penjualan beras sebanyak 6 kali dengan memakai Truck OPSI II : PENGGILINGAN DI TEMPAT ORANG LAIN 1 PENERIMAAN : a. Penjualan Beras 325.000.000 b. Penjualan Menir c. Penjualan Dedek d .Penjualan Sekam Total Penerimaan 325.000.000

2 PENGELUARAN/HPP : a Pembelian Gabah/Padi 270.000.000 b Biaya Pokok 27.000.000 + Jumlah HPP 297.000.000 3 Laba Kotor (1-2) 28.000.000 4 Biaya Operasional : 1 Gaji 5.000.000 2 Dll 3.000.000+ Total Biaya 8.000.000 5 Laba Bersih 20.000.000

6 Margin profit atas HPP 7% Keterangan : 1. Jumlah Beras adalah Jumlah Gabah Basah x 65% 2. Harga Pembelian Gabah Rp 2700 kg adalah harga sekarang pembelian gabah di tingkat petani. 3. Harga Jual Beras adalah Harga Jual sekarang di pasaran 4. Biaya Pokok meliputi : Calo Gabah, kuli, byr jasa penggilingan, karung beras dan transportasi pengangkutan sampai ke pasar 5. Berdasarkan tonase diatas dalam satu bulan dilakukan penjualan beras sebanyak 3 kali dengan memakai Truck VIII. BAGI HASIL Bagi Hasil Atas Usaha Ini adalah : 1. Untuk Pemilik Modal/Dana 70% x Laba Bersih 2. Untuk Pengelola Usaha/Manajemen 30% x Laba Bersih VIII. PENUTUP Demikian tawaran ini saya buat sebagai bahan pertimbangan dalam Usaha Penggilingan Beras. Jakarta, 22 September 2008

Uu Ulumudin, SE. Hp. 087821207166 Alamat Rumah : Jl. Pangadangan Desa Rancasari Pamanukan Subang Alamat Kantor : Jl. Duren Tiga Pancoran Jakarta Selatan EMAIL : ulum_udin@yahoo.c

Teknologi Pengaruhi Nilai Jual Beras BANDAR LAMPUNG (Lampost): Rendahnya nilai jual beras di Lampung terutama saat panen raya baik dari konsistensi kualitas dan kuantitas disebabkan penguasaan teknologi dan proses sistem manajemen yang masih lemah. Hal tersebut diucapkan Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung Zulkifli Zaini, Selasa (7-9). "Pengelolaan agroindustri padi sebagian besar masih diusahakan petani secara parsial," katanya. Menurut Zulkifli, untuk menjaga nilai jual beras agar tetap stabil serta menjamin kontinuitas dan konsistensi kualitas dan kuantitas perlu adanya penataan aspek teknologi proses dengan peralatannya. Termasuk juga penataan kelembagaan dan sumber daya manusia masing-masing sebagai wadah dan pengelola kegiatan mulai dari sektor hulu hingga sektor hilir dengan pengelola yang memiliki komitmen dan persepsi yang sepadan terhadap mutu. Zulkifli mengatakan pengelolaan agroindustri padi terpadu yang menitikberatkan pada penanganan mulai dari gabah kering panen (GKP) hingga menjadi beras dan produk lainnya. Hal itu merupakan kegiatan sektor hilir yang berkepentingan menjalin jaringan kerja dengan sektor hulu untuk memudahkan menyusun mekanisme pemantauan dan pembinaan sistem manajemen mutu. Menurut Zulkifli, secara nasional besarnya tingkat susut dan rusak pada tahap penggilingan padi menjadi beras berkisar 2,13--2,20 persen. Demikian pula masih lemahnya nilai tawar beras dan penanganan hasil samping dan limbah, sehingga mutu dan nilai jual beras tidak konsisten. Hasil samping berupa dedak, menir, dan beras patah belum diberdayagunakan sehingga keuntungan yang diperoleh belum optimal dan secara integral daya dan nilai beli padi kepada petani produsen tidak baik. "Dengan pertimbangan tersebut diperlukan suatu model agroindustri padi terpadu dan berdaya saing yang menerapkan teknologi dan rekayasa proses pengolahan beras dan hasil samping yang bermutu dan bernilai komersial," katanya. Sasaran dari agroindustri padi terpadu adalah tercapainya nilai tambah dan nilai komersial dalam usaha pengolahan padi di tingkat perdesaan yang memiliki potensi dan jaringan kerja sinergi mulai dari aspek budi daya sampai pengolahan dan pemasaran. "Konsep agroindustri padi terpadu memperoleh keuntungan dengan biaya operasional dipenuhi dari hasil pengolahan lanjutan produk samping dan limbah."

Khusus pembinaan mutu hasil gabah dan beras perlu dikembangkan melalui penerapan sistem manajemen mutu yang mengacu ISO seri 19-9000 dan SNI-19-4852-1998 serta persyaratan standar mutu beras giling berdasarkan SNI No.01-6128-1999. Teknologi Beras Secara konseptual pengembangan agroindustri padi terpadu dilakukan dalam dua kegiatan, yaitu: pengembangan teknologi pengolahan beras dan pengembangan teknologi pengolahan hasil samping dan limbah. Jenis teknologi yang diterapkan dalam agroindustri padi terpadu terdiri dari: teknologi pengolahan beras, teknologi pembuatan tepung beras, teknologi pembuatan kerupuk legendar, teknologi pembuatan dedak awet, teknologi pembuatan arang sekam, dan teknologi pemanfaatan sekam untuk pengering gabah bahan bakar sekam. Penerapan teknologi pengolahan beras menghasilkan tiga jenis produk utama, yaitu: beras slip, beras kepala, dan beras kristal. Beras slip peluang pangsa pasarnya adalah pasar lokal/pasar induk dan konsumen golongan ekonomi menengah ke bawah. Penerapan teknologi penepungan beras dapat meningkatkan nilai jual dari menir atau beras kualitas rendah menjadi tepung beras, penerapan teknologi pembuatan kerupuk legendar peluang pasarnya antara lain: pasar tradisional, supermarket, rumah makan, dan ibu rumah tangga. Penerapan teknologi pembuatan dedak awet dengan peluang pasar industri pakan dan industri pangan. Penerapan teknologi pembuatan arang sekam dengan peluang pemasaran antara lain sebagai pengisi pupuk kompos organik, media tumbuh tanaman hias, sedangkan sekam segar digunakan untuk bahan bakar. n ORA/E-2

Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Hasil dari pengolahan padi dinamakan beras. Setelah beberapa tahap yang menguras tenaga, pemrosesan hasil panen (padi) gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras.

Nasi adalah beras yang telah direbus/ditanak. Proses perebusan beras dikenal juga sebagai 'tim'. Penanakan diperlukan untuk membangkitkan aroma nasi dan membuatnya lebih lunak tetapi tetap terjaga konsistensinya. Pembuatan nasi dengan air berlebih dalam proses perebusannya akan menghasilkan bubur. Warna nasi yang telah masak (tanak) berbeda-beda tergantung dari jenis beras yang digunakan. Pada umumnya, warna nasi adalah putih bila beras yang digunakan berwarna putih. Beras merah atau beras hitam akan menghasilkan warna nasi yang serupa dengan warna berasnya. Kandungan amilosa yang rendah pada pati beras akan menghasilkan nasi yang cenderung lebih transparan dan lengket. Ketan, yang patinya hanya mengandung sedikit amilosa dan hampir semuanya berupa amilopektin, memiliki sifat semacam itu. Beras Jepang (japonica) untuk sushi mengandung kadar amilosa sekitar 12-15% sehingga nasinya lebih lengket daripada nasi yang dikonsumsi di Asia Tropika, yang kadar amilosanya sekitar 20%. Pada umumnya, beras dengan kadar amilosa lebih dari 24% akan menghasilkan nasi yang 'pera' (tidak lekat, keras, dan mudah terpisah-pisah). Nasi dimakan oleh sebagian besar penduduk Asia sebagai sumber karbohidrat utama dalam menu sehari-hari. Nasi sebagai makanan pokok biasanya dihidangkan bersama lauk sebagai pelengkap rasa dan juga melengkapi kebutuhan gizi seseorang. Nasi dapat diolah lagi bersama bahan makanan lain menjadi masakan baru, seperti pada nasi goreng, nasi kuning atau nasi kebuli. Nasi bisa dikatakan makanan pokok bagi masyarakat di Asia, khususnya Asia Tenggara.

Semua itu berawal dari petani yang menanam padi hingga panen. Jadi saya berpikir petani patut di hargai atas usahanya, tapi sayangnya petani terkadang tak mampu membeli beras padahal merekalah yang berusaha membuat nasi bisa di nikmati semua orang (bukan mereka yang masak tapi, hehe).sss

Вам также может понравиться