Вы находитесь на странице: 1из 6

PEMBELAJARAN SIKLUS DAN BELAJAR KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KWALITAS BELAJAR AZAZ TEKNIK KIMIA DI SMK

PUTRA INDONESIA MALANG BAB I PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Pengajaran Mata Diklat Kejuruan Kimia Industri pada siswa sekolah menengah Kejuruan memberikan suatu tantangan yang besar bagi para pengajarnya. Hal itu disebabkan oleh sejumlah besar materi terdiri dari konsep-konsep yang abstrak (Kean dan Middlecamp, 1984) yang harus diajarkan dalam waktu yang relatif singkat. Keterbatasan waktu juga menyebabkan pengajaran beberapa konsep Ilmu Kimia mengacu pada transfer pengetahuan untuk mengejar target kurikulum. Walaupun sejak tahun 2004 sebagian sekolah telah menerapkan Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi)-yang menggunakan paradigma pembelajaran konstruktivistikuntuk siswa kelas X, tetapi pada prakteknya sebagian guru masih mengajar dengan metode ceramah. Bila transfer konsep-konsep kimia berlangsung terus maka pemahaman siswa terhadap konsep Kimia akan terbatas pada ranah kognitif sehingga bertentangan dengan hakekat Ilmu Kimia sebagai proses dan produk. Pada aspek produk Kimia, siswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep, teori, dan hukum-hukum Kimia sedangkan pada aspek proses siswa diharapkan mempunyai ketrampilan kerja ilmiah atau ketrampilan proses. Selain itu, pengajaran dengan transfer pengetahuan tidak dapat mendorong siswa berpikir kritis dan menerapkan kecakapan hidup. Bila pembelajaran Ilmu Kimia didominasi dengan metode ceramah maka pelajaran ini dapat menjadi mata pelajaran yang membosankan dan menakutkan bagi siswa karena banyak rumus Kimia dan konsep-konsep abstrak yang harus dihafalkan. Siswa tidak akan dapat menyadari bahwa ilmu kimia sangat penting dipahami sebagai pengetahuan dasar untuk memecahkan suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari. Masih rendahnya kualitas belajar siswa dapat diketahui dari indikator kualitas proses dan hasil belajar. Kualitas proses pembelajaran dapat diamati dari bagaimana aktivitas siswa, interaksi guru-siswa, interaksi antar siswa, dan motivasi belajar siswa. Sedangkan kualitas hasil belajar dapat diamati dari prestasi belajar dan ketuntasan belajar siswa. Studi kasus yang dilakukan di

SMK Putra Indonesia Malang untuk mata pelajaran azaz teknik kimia menunjukan bahwa nilai rata-rata pada semester tahun 2005/2006 pelajaran 2004/2005 sebesar 66,25 dengan ketuntasan belajar 57,05% dan pada tahun 2006/2007 nilai rata-rata 71,385 dengan ketuntasan = 70,08% . Hal itu menunjukkan bahwa tingkat pemahanan sebagian besar siswa terhadap materi pokok masih rendah atau belum tuntas . Disamping itu pembelajaran masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah sehingga sebagian besar siswa masih pasif dan pembelajaran masih berpusat pada guru. Hal itu menunjukkan kualitas proses pembelajaran masih rendah. Berbagai usaha telah dilakukan oleh guru(Sugianto) dengan melakukan penelitian, sebelumnya penelitian untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap azaz teknik Kimia dilakukan secara informal namun hasilnya belum seperti yang diharapkan. Saat ini ada metode pembelajaran yang kami rasakan dapat mengangakat kwalitas belajar siswa yaitu penelitian model siklus belajar (learning cycle, selanjutnya disingkat LC). Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan peneliti lain(Dasna et al,2003) menunjukkan bahwa penggunaan model tersebut telah dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Peningkatan kualitas proses dapat diamati dari meningkatnya partisipasi dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran; sedangkan kualitas hasil belajar diketahui dari adanya peningkatan rata rata hasil belajar, yaitu 63, 77 pada siklus I, 67,93 pada siklus II, dan 89,13 pada siklus III (Dasna et al, 2003). Kolaborasi juga dilakukan peneliti bersama mahasiswa dan guru Kimia di SMA Negeri Tumpang pada tahun 2005. Peneliti menggunakan model pembelajaran siklus belajar untuk mengajarkan materi pokok sifat-sifat koloid (Dasna et al, 2005). Optimalisasi pelaksanaan LC dapat dilakukan dengan mengkombinasikan metode ini dengan metode lain yang dapat meningkatkan kerjasama siswa, kombinasikan model LC dapat dilakuakan dengan belajar kooperatif tipe STAD. Pada fase explain dan elaborate kegiatan bergeser pada guru karena adanya pengenalan istilah, pemantapan konsep, dan perluasan konsep. Sebelumnya fase ini digunakan dengan cara diskusi tetapi belum dapat berjalan dengan efektif. Oleh sebab itu, pelaksanaan diskusi perlu dioptimalkan dengan cara belajar kooperatif (tipe STAD) sehingga siswa dapat termotivasi bekerjasama dan berkompetisi antar kelompok. Hasil penelitian Pratiwi (2005) menggunakan model Learning Cycle STAD pada pembelajaran reaksi oksidasi-reduksi di SMA Negeri Bangil menunjukan bahwa Kualitas proses pembelajaran

model Learning Cycle STAD yang diamati melalui kegiatan siswa diantaranya bertanya, menjawab/menanggapi, penyelesaian tugas serta interaksi antar siswa dalam kelompok menunjukkan bahwa persentase rata-rata siswa yang bertanya adalah 18,5%;

menjawab/menanggapi adalah 61,3%; menyelesaikan tugas dengan lengkap dan benar semua adalah 89% dari keseluruhan jumlah siswa. Kerjasama yang baik dalam diskusi adalah 6 kelompok dari 9 kelompok. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa nilai rerata siswa (40 siswa) adalah 68,3, nilai tertinggi 85, terendah 45, dan ketuntasan siswa mencapai 80%. Oleh sebab itu, optimalisasi model LC dapat dilakukan dengan mengkombinasikan model tersebut dengan model belajar kooperatif. Berdasarkan uraian tersebut peneliti berkeinginan untuk menerapkan model pembelajaran LC dengan mengkombinasikan model tersebut dengan model belajar kooperatif tipe STAD pada pelajaran Azaz Tekinik Kimia di SMK Putra Indonesia Malang untuk meningkatkan kualitas dan prestasi belajar siswa (kegiatan belajar menjadi kegiatan belajar bermakna). Kombinasi tersebut dapat berjalan secara paralel karena kedua model merupakan pembelajaran berorientasi konstruktivistik.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dicari penyelesaiannya pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah penggunaan model pembelajaran siklus belajar dan belajar kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar kimia pada materi pokok kimia industri di SMK Putra Indonesia Malang ? 2. Apakah penggunaan model pembelajaran siklus belajar dan belajar kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kualitas proses belajar (diamati dari keaktifan siswa, motivasi siwa) pada pelajaran Azaz Teknik Kimia di SMK putra Indonesia Malang ? 3. Bagaimanakah tanggapan siswa dan guru SMK Putra Indonesia Malang terhadap implementasi model pembelajaran siklus belajar dan belajar kooperatif tipe STAD?

4. Faktor-faktor penghambat apa yang dirasakan oleh guru Kimia dalam mengimplementasikan model siklus belajar dan belajar kooperatif tipe STAD?

C. CARA PEMECAHAN MASALAH


Ada dua masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini yaitu: (1) optimalisasi model pembelajaran learning cycle (LC), dan (2) meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar kimia di SMK Putra Indonesia Malang . Masalah pertama akan diselesaikan dengan cara mengkombinasikan model LC dengan model belajar kooperatif. Kombinasi model ini dapat digambarkan sebagai berikut: Model Learning Cycle Engagement Exploration Explanation Elaboration Evaluation Model Cooperatif learning

Kooperatif tipe STAD

Kombinasi LC dengan belajar kooperatif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pada fase eksplorasi, pengenalan konsep (explaination), dan fase penerapan konsep (elaboration). Adanya konsep kooperatif maka siswa akan dapat belajar berkelompok dan terdorong terjadinya tutor sebaya dalam kelompok untuk meningkatkan pemahaman anggota kelompoknya. Dengan demikian proses pembelajaran dengan LC akan dapat dioptimalkan. Optimalisasi LC akan dilakukan dengan langkah-langkah: (1) merancang rencana pembelajaran (RP) beriorientasi model LC dan kooperatif bersama guru kimia dan peneliti, (2) melakukan pemodelan oleh peneliti dan diikuti oleh guru, (3) melakukan peer teaching dimana guru mencoba menerapkan model dihadapan guru lain dan peneliti, dan (4) memperbaiki RP setelah peer teaching agar dapat diimplementasikan dengan baik. Langkah-langkah tersebut di atas akan diterapkan untuk mengatasi masalah pembelajaran mata pelajaran Azaz Tekinik Kimia. Untuk itu, akan dikaji terlebih dahulu kurikulum 2004 terutama pada kompetensi dasar, indikator, dan pengalaman belajar Azaz Teknik Kimiamateri Berdasarkan kompetensi dasar, indikator, dan pengalaman belajar tersebut dibuat rencana pembelajaran dengan kegiatan belajar mencakup fase-fase LC: kegiatan awal (engagement),

eksplorasi, pengenalan konsep, elaborasi, dan evaluasi. Pada fase-fase: eksplorasi, pengenalan konsep, dan elaborasi konsep kegiaran belajar dilakukan secara kooperatif (tipe STAD) sehingga pelaksanaan LC menjadi optimal. Setelah RP selesai, akan dilakukan pemodelan oleh peneliti dan diikuti peer teaching oleh guru sebelum mengajar di kelas. Implemantasi akan dilakukan oleh guru dan diamati oleh guru Kimia yang lain . Dengan demikian akan terjadi imbas pada guru Kimia yang mengajar di SMK Putra Indonesia Malang . Untuk memantapkan implementasi model LC-cooperatif akan disusun materi bahan ajar yang berorientasi konstruktivistik (oleh peneliti bersama guru) sehingga memberi lingkungan belajar yang sesuai dengan model yang diterapkan. Kualitas proses belajar akan diamati dari keaktifan siswa yang dipantau oleh observer menggunakan lembar pengamatan. Kualitas hasil belajar diamati dari hasil tes siswa setelah satu siklus pembelajaran selesai diajarkan.

D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar Azaz Tekinik Kimia pada siswa kelas X SMK Putra Indonesia Malang melalui implementasi model belajar learning cycle-cooperatif learning yang dilaksanakan guru. Secara lebih rinci penelitian ini bertujuan untuk: a. Meningkatkan hasil belajar kimia pada mata pelajaran Azaz Teknik Kimia X di SMK Putra Indonesia Malang melalui penerapan model pembelajaran learning cycle-cooperatif learning. b. Meningkatkan kualitas proses belajar kimia pada mata pelajaran Azaz Teknik Kimia X di SMK Putra Indonesia Malang melalui penerapan model pembelajaran learning cyclecooperatif learning. c. Mengetahui tanggapan siswa dan guru Kimia SMK Putra Indonesia malang terhadap implementasi model pembelajaran learning cycle-cooperatif learning. d. Mengetahui faktor-faktor penghambat yang dirasakan oleh guru Kimia dalam mengimplementasikan model learning cycle-cooperatif learning. E. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa: 1. Tersedianya perangkat pembelajaran Azaz Teknik Kimial yang meliputi: a) satuan acara pembelajaran (SAP), b) rencana pembelajaran (RP), c) lembar observasi proses belajar mengajar, dan d) alat evaluasi, yang berorientasi pada pembelajaran learning-cyclekooperatif. 2. Merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar kimia di SMK Putra indonesia Malang yang merupakan bekal untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau terjun ke masyarakat. 3. Melakukan suatu rintisan dalam rangka mengubah paradigma pembelajaran dari teacher centered (behaviorisme) ke students centered (kontruktivisme) di SMK, dan mengoptimalkan peran guru kimia dalam mengimplementasikan pembelajaran berorientasi konstriuktivistik. 4. Dimilikinya rekaman video model pembelajaran learning cycle-kooperatif yang merupakan salah satu model yang termasuk pendekatan konstruktivisme, yang dapat ditularkan kepada teman guru sejawat atau guru bidang studi lain.

Вам также может понравиться