Вы находитесь на странице: 1из 6

PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Dengan dimensi ruang kehidupan meliputi daratan, bahari dan dirgantara, bangsa ini pada hakekatnya memiliki potensi untuk menjadi leading nation atau Negara yang memimpin sekaligus berpengaruh untuk Negara lainnya. Namun pada kenyataannya kita masih saja dihadapkan dengan masalah kemiskinan, disintegrasi dan permasalahan lainnya. Permasalahan ini merupakan tantangan yang sebenarnya dihadapi pula oleh Negara lain bahkan Negara yang namanya dikenal telah mampu membawa kesejahteraan bagi rakyatnya, sebut saja Amerika Serikat, Jepang, Inggris. Bedanya adalah jumlah rakyat yang tidak sejahtera dan masalah disintegrasi tidak seperah di Negara kita, Indonesia. Melihat Indonesia sebagai Negara dengan potensi alamnya yang begitu kaya, tetapi masih saja dihantui dengan kemiskinan dan permasalahan pelik lainnya, menjadi suatu tanda tanya alasan apa yang menyebabkan fenomena ini terjadi. Tidaklah mungkin bangsa ini memang ditakdirkan untuk menjadi bangsa tertinggal, karena takdir dari suatu bangsa ditentukan oleh seluruh komponen bangsa yang bekerja sama untuk memperbaiki system kehidupan berbangsa dan bernegara agar menjadi lebih sejahtera. Dalam proses pembangunan bangsa, seluruh komponen pembangunan harus dapat berintegrasi secara sinergis untuk mengoptimalkan pembangunan, untuk itu peran pemimpin sangatlah penting. Seorang pemimpin dituntut untuk dapat mengarahkan sekelompok orang untuk mencapai tujuannya. Dalam hal ini pemimpin suatu bangsa diharapkan dapat membawa bangsanya mencapai kesejahteraan. Sejatinya semua orang adalah pemimpin bagi diri mereka. Tetapi untuk dapat menjadi pemimpin bagi banyak orang, dirinya harus memiliki karakter tertentu agar kepemimpinannya dapat mencapai tujuan bersama. Dalam makalah ini, akan dipaparkan sifat dan karakter apa yang penting dimiliki oleh pemimpin suatu bangsa agar dapat mencapai cita-cita seluruh seluruh warga negaranya.

ISI KARAKTER PEMIMPIN BERWAWASAN NUSANTARA

Seperti kita ketahui, bangsa Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, masyarakat yang banyak dan terdiri dari berbagai suku, agama, budaya dan latar belakang. Dalam proses pengelolaannya Bangsa Indonesia perlu tuntunan dari pemimpin yang berkualitas. Berikut merupakan pemaparan karakter-karakter yang perlu dimiliki oleh pemimpin untuk dapat mewujudkan tujuan yaitu kesejahteraan masayarakatnya. 1. Visioner Seorang pemimpin yang mempunyai pandangan jauh ke depan tentu lebih baik dari pada pemimpin yang pola pikirnya hanya tebatas oleh kotak yang membatasinya. Maka seorang pemimpin harus mempunyai pandangan yang jauh ke depan. (James Waworoendeng:2011) Maksudnya adalah seorang pemimpin memiliki fungsi menentukan tujuan apa yang perlu dicapai oleh bangsanya kelak. Tujuan ini didasarkan pada tekad bahwa suatu bangsa akan berdiri sampai akhir zaman. Sehingga tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan jangka panjang yang akan terus digunakan selama Negara tersebut berdiri. Ketika tujuan jangka panjang telah dicanangkan, dibutuhkan adanya penjabaran berupa tujuan jangka pendek untuk mencapai tujuan jangka panjang tersebut. Tentunya dalam mencapai tujuan-tujuan ini, dibutuhkan adanya strategi yang matang. Strategi ini berkaitan dengan perencanaan tindakan. Sebelum melakukan suatu tindakan, seorang pemimpin harus memikirkan dampak apa saja yang akan timbul dari tindakan tersebut. Tindakan antisipasi atas kegagalan dari suatu solusi harus dipikirkan sebelumnya agar kegagalan fatal dapat dihindari. Hal inilah yang merupakan strategi paling dasar yang harus dilakukan para pemimpin. 2. Cerdas Kualitas kepemimpinan seseorang sangat erat hubungannya dengan seberapa cerdas dia membuat keputusan dengan mempertimbangkan alternatif-alternatif solusi serta resiko yang ditanggungnya.

Pemimpin cerdas tidak selalu pandai dalam ilmu eksak atau ilmu tertentu. Tetapi, kelebihan ilmu pengetahuan seseorang meningkatkan probabilitas bahwa dia mampu menemukan solusi terbaik dari altenatif yang tersedia. Dewasa ini, masalah yang dihadapi suatu bangsa dirasa semakin kompleks. Sosok pemimpin cerdas sangatlah dibutuhkan. Pemimpin tidak boleh sekedar menjadi pemberani tanpa mengetahui seluk beluk masalah dan resikonya. Kegagalan fatal mungkin terjadi jika terjadi pengambilan keputusan yang tidak cerdas. 3. Tegas Sikap tidak tegas adalah kecenderungan untuk menunda keputusan yang biasanya disebabkan adanya ketakutan dalam menerima akibat atau konsekuensinya. Sangat disayangkan jika saat memimpin, seseorang tidak memiliki sikap tegas, terutama dalam memutuskan atau bertindak. Sebab, bawahan akan dihadapkan pada ketidakjelasan, bahkan bisa mengarah pada pengambangan masalah. Hal-hal penting dalam pekerjaan yang seharusnya sudah dapat ditindaklanjuti bisa tertunda untuk beberapa lama karena tidak secara tegas ditetapkan. Kadang-kadang ada keragu-raguan pada pimpinan yang tidak tegas untuk memutuskan, apalagi kalau belum mendapat dukungan kuat dari bawahan atau kelompok kerjanya. Sikap semacam ini seharusnya tidak ada pada mereka yang keputusan atau tindakannya akan mempengaruhi dan menentukan kerja orang lain. (RuangChandra:2011) Ketidaktegasan membuat keterlambatan implementasi keputusan. Suatu keputusan sebaik apapun tidak dapat berguna jika, pemimpinnya tidak berani melaksanakannya. Keraguan akan resiko dari keputusan yang dibuat tentu ada, namun perlu menjadi pertimbangan pula bahwa semaikn lama nasib rakyat digantung maka semakin sempit peluang mereka bisa ditolong. Bukan berarti tergesa-gesa, namun tidak terlalu mengulur waktu dalam mengambil keputusan karena dilema yang berkepanjangan. 4. Adil Adil tidak berarti sama rata. Adil diartikan sebagai sikap mampu memberikan hak dan kewajiban sesuai dengan kapasitas dan kemampuan pihak-pihak terkait. Sebagai contoh orang yang lebih kaya membayar pajak yang lebih tinggi. Itu karena orang kaya lebih berkemampuan daripada mereka yang miskin. Di sini orang yang miskin mendapatkan santunan dari hasil pungutan pajak. Disinilah sifat adil seorang pemimpin dibutuhkan. 3

Ketika masyarakat terdiri dari berbagai golongan baik secara horizontal maupun vertical, seorang pemimpin harus mampu menetapkan porsi kewajiban dan hak mereka masingmasing. Mereka yang lemah membutuhkan perhatian yang lebih dari pada mereka yang sudah kuat. Keadilan juga dipandang sebagai tidakan tanpa pandang bulu atau kesamarataan dalam hal ini dimata hukum, HAM dan pemerintahan, dimana suatu peraturan dan kesepakatan haruslah dijunjung dan ditegakkan oleh semua pihak terkait terutama pemimpin itu sendiri. Sebagai contoh, tidak ada perbedaan perlakuan hukuman antara kriminal dari golongan elit dengan rakyat biasa. Masih dijumpai mereka yang kaya mampu lolos dari jeratan hukum dengan mudahnya padahal mereka terbukti bersalah dalam kasus korupsi, kolusi, penipuan, dsb. 5. Berakhlak mulia Suatu masyarakat dan bangsa akan disebut sebagai masyarakat dan bangsa yang maju manakala memiliki peradaban yang tinggi dan akhlak yang mulia, meskipun dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi masih sangat sederhana. Sedangkan pada masyarakat dan bangsa yang meskipun kehidupannya dijalani dengan teknologi yang modern dan canggih, tapi tidak memiliki peradaban atau akhlak yang mulia, maka masyarakat dan bangsa itu disebut sebagai masyarakat dan bangsa yang terbelakang dan tidak menggapai kemajuan. Untuk bisa mewujudkan masyarakat dan bangsa yang berakhlak mulia dengan peradaban yang tinggi, diperlukan pemimpin dengan akhlak yang mulia. Akhlak mulia mencakup sifat-sifat jujur, saling menghormati satu sama lain, rendah hati, sabar, tekun serta sifat-sifat yang menghindari tindakan dengan sengaja menyakiti orang lain. Sesungguhnya, akhlak mulia wajib dimiliki semua orang, namun, pemimpin sebagai orang yang memegang amanah, kekuasaan dan jabatan, haruslah seseorang yang memiliki akhlak mulia. Dengan demikian, dia tidak akan menyalahgunakan jabatannya untuk tindakan tercela yang merugikan orang banyak. Amanah yang diembannya pun tidak akan terbengkalai. Sebagai gambaran jika seorang pemimpin berakhlak mulia, dia tidak akan melakukan korupsi sehingga dana yang seharusnya untuk menyejahterakan rakyat dapat teralokasikan dengan benar. Serta, ketika seorang pemimpin memiliki akhlak mulia, dia juga akan berusaha memberantas kezaliman di negaranya, sebagai perwujudan keteguhan pada kebajikan. Pada

akhirnya, diharapkan sistem birokrasi dalam pemerintahan terjalin diantara orang-orang yang juga berakhlak mulia. 6. Motivator Kepemimpinan ternyata tidak sekedar berfokus untuk memerintah dengan otoritas legal formal namun juga menciptakan suasana yang mampu membangkitkan motivasi bawahan untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Banyak anggapan bahwa seorang pemimpin selalu memerintah bawahan. Tetapi pada kenyataannya, ketika seseorang selalu diperintah dan merasa direndahkan akan muncul kecenderungan memberontak dalam dirinya. Dia akan merasa tertekan dalam menjalankan tugasnya. Hal ini membawa dampak ketidakoptimalan dalam menjalankan peran mereka masing-masing. Seorang pemimpin diharapkan mampu memberi motivasi kepada masyarakat agar mereka mampu bangkit dan berusaha dengan usaha mereka sendiri. Sehingga, dapat dikatakan bahwa pemimpin memiliki fungsi sebagai motor penggerak yang secara efisien mampu memacu rakyat ataupun komunitasnya bergerak menuju ke tujuan yang hendak dicapai. Dengan motivasi dalam diri yang kuat, maka dengan sendirinya pembangunan dapat berjalan dengan maksimal. 7. Cinta Tanah Air Rasa cinta tanah air adalah rasa kebanggaan, rasa memiliki, rasa menghargai, rasa menghormati dan loyalitas yang dimiliki oleh setiap individu pada negara tempat dimana ia tinggal. Yang tercermin dari perilaku membela tanah airnya, menjaga dan melindungi tanah airnya, rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negaranya, mencintai adat atau budaya yang ada dinegaranya dengan melestarikannya dan melestarikan alam dan lingkungan. Cinta Tanah Air merupakan pengamalan dan wujud dari sila Persatuan Indonesia yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di keluarga, sekolah dan masyarakat. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara, syarat-syarat pembelaan negara diatur dalam Undang - Undang. Kesadaran cinta tanah air itu pada hakikatnya berbakti kepada negara dan kesediaan berkorban membela negara. Perwujudan terhadap persatuan oleh pemimpin dapat pula menjembatani permasalahan disintegrasi bangsa. Upaya untuk menciptakan keharmonisan hubungan berbagai suku, bangsa dan agama

di Indonesia terus dilakukan, melihat pluralisme di negara ini menyimpan potensi benturan pemahaman atau konflik. Kecintaan terhadap tanah air merupakan motivasi terbesar pengabdian seseorang terhadap bangsa. Sifat ini pulalah yang mendasari pemimpin untuk berjuang membangun bangsanya tanpa diwarnai tidak pengkhianatan seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang merugikan bangsanya. 8. Keterbukaan Baik dari segi lingkung keluarga, antar anggota masyarakat, bahkan di lingkup Negara, orang yang memiliki sifat keterbukaan adalah orang yang penuh percaya, juga mampu mengatur posisi sesuai dengan kebutuhan. Ia akan memberi kesempatan untuk berdialog dengan siapa pun dalam upaya mencari kesepakatan bersama, demi tercapainya permasalahanpermasalahan penting bagi orang banyak. Seseorang dengan pribadi yang terbuka sangat memungkinkan untuk menjadi pemimpin yang efektif, dimana orang lain akan menemukan sifat-sifat positif, interaktif, realistis, dan logis pada dirinya. Sifat-sifat tersebut akan membuatnya memiliki banyak teman dalam pergaulan yang luas. Ia akan dapat memberikan pengaruh yang baik kepada orang lain, pengaruh itu berkembang dengan terjadinya berbagai perubahan positif. Dalam rangka mewujudkan perdamaian dan kerjasama di era globalisasi, keterbukaan turut menjadi penentu apakah suatu Negara dapat bergaul dengan Negara lain. Hubungan ini dimaksudkan untuk menciptakan simbiosis mutualisme antara Negara-negara di dunia. Dengan turut berpartisipasi dalam kehidupan internasional, kehidupan masyarakat di suatu Negara dapat meningkat dalam berbagai aspek (ekonomi, sosial, politik, budaya, pendidikan, dsb). Namun perlu diingat oleh para pemimpin bahwa keterbukaan memiliki batasan-batasan kepentingan rakyatnya. Ketika, pengaruh dari pihak luar memberikan dampak yang merugikan bagi rakyat, perlu adanya evaluasi tentang cara untuk menghindari ataupun mengatasi pengaruh ini.

Вам также может понравиться