Вы находитесь на странице: 1из 8

DISINFEKSI Disinfeksi atau desinfeksi adalah suatu cara yang digunakan untuk membunuh jasad renik pada benda

mati. Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau penyebaran mikroorganisme, dengan kata lain digunakan untuk membunuh atau mengurangi mikroorganisme. Metoda yang digunakan dalam disinfeksi terdiri dari: 1. Pemanasan (Pasteurisasi; direndam dalam air mendidih) 2. Metoda fisika(ultrasonik) 3. Metoda kimia

DISINFEKSI DENGAN MENGGUNAKAN PANAS 1. Pasteurisasi Istilah ini berasal dari penemuan Louis Pasteur bahwa pemanasan dapat mencegah kerusakan produk (pembusukan) wine atau anggur, disebabkan karena pemanasan dapat membunuh mikroba yang merugikan. Cara tersebut sekarang dilakukan pada susu untuk menunda aktivitas mikroba yang dapat menyebabkan susu asam. Susu dipanaskan 6366C selama 30 menit atau secara cepat digunakan suhu 72C selama 15 menit. Prosedur ini mengamankan susu dari kontaminasi Mycobacterium tuberculosis, Campylobacter, dan bakteri patogen lainnya. Harus diingat bahwa pasteurisasi bukanlah proses sterilisasi. Fungsinya adalah membunuh bakteri vegetatif tetapi tidak sporanya, karena spora tidak terpengaruh oleh proses pasteurisasi.

2. Perebusan dengan Air Mendidih Metode perebusan tidak terlalu efektif apalagi dalam sterilisasi alat-alat kedokteran gigi karena jika lama waktu perebusannya pendek, spora bakteri masih mampu bertahan hidup.

DISINFEKSI DENGAN METODA FISIKA Metoda disinfeksi dengan menggunakan ultrasonik ini efektif untuk disinfeksi karena ultrasound dapat mengganggu kestabilan membran sel mikroorganisme.

DISINFEKSI DENGAN METODA KIMIA Pemilihan zat disinfektan harus dilakukan dengan hati-hati karena suatu disinfektan yang cocok digunakan untuk membasmi satu mikroorganisme belum tentu cocok jika digunakan untuk membasmi mikroorganisme yang lain. Zat kimia yang digunakan sebagai disinfektan biasanya berlaku sebagai racun protoplasma melalui tiga cara yang berbeda: a. Disinfektan yang merusak membran sel bakteri, misalnya klorheksidin, senyawa amonium kuartener, alkohol, dan fenol b. Fiksasi membran sel yang mengakibatkan koagulasi, akibat mekanisme kerja formaldehid dan glutaraldehid. c. Bahan oksidasi, misalnya golongan halogen, seperti hipoklorit yang lebih aktif daripada bromida.

KONDISI YANG MENENTUKAN KEEVEKTIFITASAN DARI DISINFEKTAN 1. Spectrum of Activity Aktivitas disinfektan dangat bervariasi, ada yang lebih aktif terhadap bakteri Gram-positif tetapi ada pula yang lebih aktif terhadap bakteri Gram-negatif. 2. Satisfactory Contact Seluruh permukaan yang terkontaminasi (permukaan benda yang akan dilakukan disinfeksi) harus berkontak dengan bahan disinfektan dlam jangka waktu tertentu. Zat-zat organik, udara, dan kotoran dapat menghalangi kontak permukaan dengan disinfektan. Sehingga benda yang akan didisinfeksi harus dibersihkan terlebih dahulu. 3. Concentration Konsentrasi disinfektan haruslah dihitung secara akurat. 4. pH Keaktivitasan disinfektan seringkali tergantung pada pH. Sebagai contoh glutaraldehydes hanya bereaksi pada pH basa, begitupun dengan fenol yang bereaksi dengan baik pada pH asam. 5. Neutralization Ada beberapa substansi yang dapat menetralisir disinfektan seperti air keras, sabun, dan detergen. 6. Stability

Tidak semua disinfektan memiliki kestabilan yang baik terutama saat terlarut, dan seiring berjalannya waktu kestabilannya pun akan menurun. 7. Speed of action Secara umum, disinfektan bekerja lambat dan aktivitasnya bergantung pada konsentrasi yang digunakan. Hipoklorit bereaksi sangat cepat tetapi bersifat korosif jika konsentrasinya terlalu tinggi. Glutaraldehid bereaksi lamban, tetapi efektif terhadap agen sporosidal. 8. Absence of Odour and Toxicity Tidak berbau dan tidak beracun, hal ini sangat penting bagi disinfektan yang digunakan di kedokteran gigi. 9. Cost Hal ini sangat penting ketika memilih disinfektan, walaupun disinfektan yang murah lebih baik tidak digunakan. 10. Biodegradability and Environmental Impact

POTENSI DISINFEKTAN DAN PENGGUNAANNYA Disinfektan secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga : potensi tinggi, menengah, dan rendah. Hal tersebut bergantung pada kemampuan disinfektan tersebut untuk membunuh berbagai organisme. 1. High level disinfectans: Aktif melawan bakteri Gram-positif dan Gram-negatif, spora, dan Mycobacterium tuberculosis. 2. Intermediet level disinfectans: Membunuh M. tuberculosis, bakteri vegetatif, sebagian besar jenis virus dan jamur, tetapi hanya sebagian kecil spora. 3. Low level disinfectans: Mampu membunuh sebagian besar bakteri dan jamur, tetapi tidak dapat membunuh M. tuberculosis dan spora.

PETUNJUK DALAM PENGGUNAAN TIGA KATEGORI DISINFEKTAN DIATAS Langkah I. Kategorikan benda-benda yang akan didisinfeksi menjadi tiga kategori: Benda kritis, yaitu alat-alat yang akan menembus kulit atau mukosa dan/atau berkontak langsung dengan tulang atau jaringan yang terbuka. Contoh: scalpel, pisau, burs. Benda semi-kritis, yaitu alat-akat yang berkontak dengan membran mukosa tetapi tidak menembus mukosa dan tidak berkontak dengan tulang atau jaringan terbuka. Contoh: kaca mulut, amalgam condenser, dsb. Benda non-kritis, yaitu alat yang hanya akan berkontak dengan kulit. Contoh: permukaan bak cuci, dll. Langkah II. Gunakan teknik yang tepat: Sterilisasi untuk semua alat kritis Sterilisasi atau high-potency disinfektan untuk alat-alat semi-kritis Intermediet atau low-potency disinfektan untuk alat-alat non-kritis

BAHAN DISINFEKTAN DAN ANTISEPTIK YANG SERING DIGUNAKAN DI KEDOKTERAN GIGI 1. Alkohol Etil alkohol atau propil alkohol 70% dalam air sangat berguna untuk antiseptik bagi kulit sebelum penyuntikan, dan pencucian tangan sebelum operasi. Kombinasi alkohol dan aldehid digunakan untuk disinfeksi permukaan, nemun penggunaan alkohol dengan tujuan ini tidak dianjurkan karena alkohol cepat menguap, sehingga efeknya cepat menghilang. Kekurangan lainnya yaitu bahwa alkohol mudah terbakar, tidak aktif melawan spora, dan mudah diinaktivasi oleh bahan organik. Tetapi meskipun demikian alkohol masih tetap populer karena harganya yang murah, mudah didapat dan mudah larut dalam air. 2. Aldehid Di beberapa daerah Glutaraldehid merupakan disinfektan alat kedokteran gigi paling populer, tetapi mengiritasi kulit. Digunakan terutama dalam cold sterilization atau disinfeksi peralatan yang high-level. Semua aldehid merupakan disinfektan berpotensi tinggi. Keaktifan aldehid dipengaruhi oleh pH, ketika pH asam maka aldehid menjadi aktif dan menjadi lebih tidak stabil. 3. Bisguanid Klorheksidin merupakan salah satu golongan bisguanid, digunakan secara luas dalam kedokteran gigi sebagai antiseptik dan pencegahan terhadap pembentukan plak gigi. Sebagai contoh larutan 0,4% klorheksidin dalam deterhen ditujukan untuk antiseptik periapan operasi, sedangkan larutan 0,2% klorheksidin glukonat diterapkan pada bahan anti plak. Larutan dengan konsentrasi klorheksidin 2% dipakasi sebagai disinfeksi geligi tiruan. Klorheksidin merupakan molekul bisguanid yang katodik, disediakan dalam bentuk garam asetat, diglukonat, hidroklorida, dan nitrat. Bahan ini aktif terhadap organisme Gram-Positif dan gram-negatif, tetapi tidak untuk Mycobacterium tuberculosis. 4. Senyawa Halogen

Hipoklorit dan povidon-iodin merupakan bahan oksidator yang membebaskan ion halogen. Meskipun murah dan efektif tetapi mampu menyebabkan logam menjadi rusak atau baerkarat dan cepat sekali diinaktivasi oleh bahan organik. 5. Fenol Disinfektan yang termasuk fenol dapat berupa cairan bening, terlarut, atau cairan berwarna hitam/putih (tetapi cairan hitam/putih ini tidak digunakan di kedokteran gigi). Tidak mengiritasi kulit dan digunakan untuk dekontaminasi yang kotor karena fenol ini tidak mudah terdegradasi oleh bahan organik. Dapat membunuh sebagian besar bakteri, fenol banyak digunakan di rumah sakit dan di laboratorium. Khloroksilenol juga merupakan fenol yang tidak mengiritasi, digunakan secara universal sebagai antiseptik, tidak terlalu aktif dalam membasmi kuman, penggunaannya terbatas hanya untuk disinfeksi domestic. Contoh: Dettol.

DISINFEKSI LINGKUNGAN Klinik kedokteran gigi sebaiknya selalu bebas dari patogen potensial. Secara umum, hal-hal yang harus diperhatikan saat menggunakan disinfektan lingkungan addalah: Instruksi pabrik harus selalu ditaati untuk penggunaan yang benardalam pembersihan dan disinfektasi Dilarang menggunakan disinfektan level tinggi untuk disinfektasi lingkungan karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan para pekerja Selalu gunakan perlengkapan pelindung pribadi yang layak saat membersihkan dan melakukan disinfektasi lingkungan (Contoh: memakai sarung tangan yang tahan bocor dan anti zat kimia, jubah, jaket, jas lab, pelindung mata atau wajah, dan masker) Permukaan Kontak Klinis

Gunakan pelindung untuk permukaan alat untuk melindungi permukaan kontak klinis, terutama permukaan yang sulit dibersihkan (contoh: dental chair) dan ganti pelindung permukaan tersebut untuk setiap pasien

Bersihkan dan disinfektasi permukaan kontak klinis yang tidak terlindungi menggunakan disinfektan terdaftar dengan level aktivitas yang rendah atau sedang setiap telah selesai dengan satu pasien. Jika terkontaminasi oleh darah maka disinfektan yang harus digunakan adalah yang level aktivasinya sedang

Permukaan House-Keeping Bersihkan secara rutin permukaan tempat tersebut (contoh: lantai, dindingm dan wastafel) menggunakan detergen dan airatau disinfektan terdaftar Bersihkan kain yang telah digunakan untuk membersihkan permukaan tempatdan biarkan mengering sebelum digunakan kembali, atau bisa juga digunakan bahan sekali pakai Sangat penting bahwa cairan pembersih atau disinfektan dibuat setiap harinya atau mengikuti instruksi pabrik Dinding dan jendela di area perawatan sebaiknya dibersihkan jika terlihat berdebu atau kotor

Вам также может понравиться