Вы находитесь на странице: 1из 27

Healthy Trauma Thoraks Presentation Transcript

1. Trauma Thoraks 2. Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001). Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001). Definisi 3. Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks, hematompneumothoraks (FKUI, 1995). Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999). Di dalam toraks terdapat dua organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia, yaitu paruparu dan jantung. Paru-paru sebagai alat pernapasan dan jantung sebagai alat pemompa darah. Jika terjadi benturan atau trauma pada dada, kedua organ tersebut bisa mengalami gangguan atau bahkan kerusakan (www.iwansain.wordpress.com). 4. 1) Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke mediastinum/daerah jantung.2) Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau spontan3) Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka rongga dada) ; iatrogenik (pleural tap, biopsi paaru-paru, insersi CVP, ventilasi dengan tekanan positif) (FKUI, 1995). EtiologidanKlasifikasi 5. Tusukan/tembakan ; pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, ,spontan -> Trauma dada -> 1. Tamponade jantung -> Perdarahan dalam perikardium -> Nyeri akut -> Pengaliran darah kembali ke atrium -> Lambat tertolong dapat menyebabkan kematian. 2. Hematotoraks -> Perdarahan/syok -> Ketidakefektifan pola napas 3. Pneumothoraks ->Udara masuk kedalam rongga pleural ->Udara tidak dapat keluar -> Tekanan pleura meningkat.1,2, & 3 dapat menyebabkan Ketidakefektifan pola napas. Patofisiologi 6. 1) Trauma tajam didaerah perikardium atau yangSTamponade jantung : S Pucat, keringat dingin.S Gelisah.Sdiperkirakan menembus jantung. BunyiS Pekak jantung melebar.SPeninggian TVJ (tekanan vena jugularis). ECGS Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.Sjantung melemah. Perikardiosentesis keluar darahSterdapat low voltage seluruh lead.

(FKUI, 1995). ManifestasiKlinis 7. 8. Pada WSDS2) Hematotoraks : Gangguan pernapasan (FKUI,Sdarah yang keluar cukup banyak dari WSD. 1995). S Nyeri dada mendadak dan sesak napas.S3) Pneumothoraks : Dada atau sisiS Kolaps sirkulasi.SGagal pernapasan dengan sianosis. yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang terdengar pada auskultasi terdengar bunyiSjauh atau tidak terdengar sama sekali. klik (Ovedoff, 2002).Jarang terdapat luka rongga dada, walaupun terdapat luka internal hebat seperti aorta yang ruptur. Luka tikaman dapat penetrasi melewati diafragma dan menimbulkan luka intra-abdominal. (Mowschenson, 1990). 9. 1) Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.2) Pleura, paruparu, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema pembedahan.3) Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur klep jantung.4) Pembuluh darah besar : hematothoraks.5) Esofagus : mediastinitis.6) Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal (Mowschenson, 1990). Komplikasi 10. 1) Radiologi : foto thorax (AP).2) Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.3) Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.4) Hemoglobin : mungkin menurun.5) Pa Co2 kadang-kadang menurun.6) Pa O2 normal / menurun.7) Saturasi O2 menurun (biasanya).8) Toraksentesis : menyatakan darah/cairan PemeriksaanDiagnostik 11. Chest tube / Pungsi. WSD (hematotoraks).drainase udara (pneumothorax). Pemberian oksigenTorakotomi. PenatalaksanaanMedis 12. 6 Aktivitas / istirahatGejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat. 6 SirkulasiTanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical berpindah, tanda Homman ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ. 6 Integritas egoTanda : ketakutan atau gelisah. Makanan dan6 cairanTanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan. Pengkajian 13. 6 Nyeri/ketidaknyamananGejala : nyeri uni laterl, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu dan abdomen.Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah. PernapasanGejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat6 bedah dada/trauma, penyakit paru kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ; pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau tak ada ; fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ; kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ; mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif. KeamananGeajala :6 6adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk kkeganasan. Penyuluhan/pembelajaranGejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah intratorakal/biopsy paru.

14. 1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder. DiagnosaKeperawatan 15. 4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage.5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.6. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder terhadap trauma. 16. Intervensi 17. Tujuan : Pola pernapasan efektive. Kriteria hasil Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive.o Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.o Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab. 1) Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal karena trauma. 18. Intervensi : Berikan posisi yang nyaman, biasanya dnegan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit. Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebgai akibat stress fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik. 19. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paruparu.R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas. Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 2 jam :1) Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar.R/ Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang diberikan, yang meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan.2) Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang ditentukan.R/ Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir masuk ke area pleural.3) Observasi gelembung udara botol penempung.R/ gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari penumotoraks/kerja yang diharapka. Gelembung biasanya menurun seiring dnegan ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak adanya gelembung dapat menunjukkan ekpsnsi paru lengkap/normal atau slang buntu. 4) Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang tidak terlipat, atau menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat drainage. Alirkan akumulasi dranase bela perlu.R/ Posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada

selang mengubah tekanan negative yang diinginkan.5) Catat karakter/jumlah drainage selang dada.R/ Berguna untuk mengevaluasi perbaikan kondisi/terjasinya perdarahan yang memerlukan upaya intervensi. 20. Kolaborasi dengan tim Pemberiankesehatan lain :1) Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi. Konsul photo Fisioterapi dada. Pemberian analgetika.antibiotika. toraks.R/ Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya. 21. Tujuan : Jalan napas lancar/normal Kriteria hasil : Menunjukkan batuk yang efektif. Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan. Klien nyaman. 2) Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan. 22. Intervensi : Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.1) Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.2) Lakukan pernapasan diafragma.R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.3) Tahan napas selama 3 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.4) Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret. 23. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain engan dokter, radiologi dan fisioterapi. Konsul Fisioterapi dada. Pemberian antibiotika.Pemberian expectoran. photo toraks.R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya. 24. Tujuan : Nyeri berkurang/hilang. Kriteria hasil : Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi. Dapat mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/ menurunkan nyeri. Pasien tidak gelisah. 3) Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder. 25. Intervensi : Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasif.R/ Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.1) Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase.R/ Akan melancarkan peredaran darah, sehingga

kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.2) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.R/ Mengalihkan perhatian nyerinya ke halhal yang menyenangkan. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.R/ Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan. 26. Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.R/ Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik Kolaborasi denmgan dokter, pemberian analgetik.R/ Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang. Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 2 jam setelah tindakan perawatan selama 1 2 hari.R/ Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat. 27. Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai. Kriteria Hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus. luka bersih tidak lembab dan tidak kotor. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi. 4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage. 28. Intervensi : Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.R/ mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi. Pantau peningkatan suhu tubuh.R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.R/ antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi. 29. Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal. Kriteria hasil : penampilan yang seimbang.. melakukan pergerakkan dan perpindahan. mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :0 = mandiri penuh1 = memerlukan alat Bantu.2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran. 3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

5) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal. 30. Intervensi : Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.R/ menilai batasan kemampuan aktivitas optimal. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien. 31. Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol. Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus. luka bersih tidak lembab dan tidak kotor. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi. 6) Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder terhadap trauma. 32. Intervensi : Pantau tanda-tanda vital.R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya proses infeksi. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen. 33. Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta. Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta. Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Binarupa Aksara : Jakarta Hudak, C.M. 1999. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC. Mowschenson, Peter M. 1990. Segi Praktis Ilmu Bedah Untuk pemula. Edisi 2. Binarupa Aksara : Jakarta. Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC. Jakarta. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3. EGC : Jakarta. Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.www.iwansain.wordpress.com DaftarPustaka

Thoraks TYPHOID A. Pengertian Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ). Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996). Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999). B. Etiologi Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun. C. Patofisiologi Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. D. Tanda dan Gejala Masa tunas typhoid 10 14 hari 1. Minggu I Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan

keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut. 2. Minggu II Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran. E. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium : 1. Uji Widal Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu : o Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman). o Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman). o Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

1. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

F. Penatalaksanaan 1. Perawatan o Pasien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus. o Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.

1. Diet
o

Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.

o o o

Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.

1. Pengobatan 1. 1. 2. 3. 4. Klorampenikol Tiampenikol Kotrimoxazol Amoxilin dan ampicillin

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TYPHOID A. Pengkajian 1. Riwayat Kesehatan Sekarang Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama pasien, sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul. 2. Riwayat Kesehatan Sebelumnya Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama. 3. Riwayat Kesehatan Keluarga Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien. 4. Riwayat Psikososial Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih) Interpersonal : hubungan dengan orang lain. 5. Pola Fungsi kesehatan Pola nutrisi dan metabolisme : 6. Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada usus halus. Pola istirahat dan tidur 7. Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan sakit pada perutnya, mual, muntah, kadang diare. 8. Pemeriksaan Fisik o Kesadaran dan keadaan umum pasien Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar tidak sadar (composmentis coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien. o Tanda tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala kaki TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan menggunakan prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui adanya penurunan BB karena peningakatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan.

B. Masalah Keperawatan yang Muncul 1. Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi. 2. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. 3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi. C. Intervensi Diagnosa Keperwatan 1. : Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi. Tujuan : Suhu tubuh normal Intervensi :

Observasi suhu tubuh klien Rasional : mengetahui perubahan suhu tubuh. Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas Rasional : melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah. Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun Rasional : menjaga kebersihan badan Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik Rasional : menurunkan panas dengan obat.

Diagnosa Keperawatan 2. : Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat Tujuan : Nutrisi kebutuhan tubuh terpenuhi Intervensi :

Kaji pola nutrisi klien Rasional : mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturan waktu makan. Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai Rasional : meningkatkan status makanan yang disukai dan menghindari pemberian makan yang tidak disukai. Anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut Rasional : penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh. Timbang berat badan tiap hari Rasional : mengetahui adanya penurunan atau kenaikan berat badan. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering Rasional : mengurangi kerja usus, menghindari kebosanan makan. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet Rasional : mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan makanan yang tidak boleh dikonsumsi.

Diagnosa Keperawatan 3. : Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat Intervensi :

Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya Rasional : mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya. Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien Rasional : supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan pencegahan penyakit typhoid. Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga pasien setelah di beri penjelasan tantang penyakitnya. Beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat Rasional : memberikan rasa percaya diri pasien dalam kesembuhan sakitnya.

Asma bronchial
Asma Bronkial

Asma bronkial, atau lebih populer dengan sebutan asma atau sesak napas, telah dikenal luas di masyarakat. Namun pengetahuan tentang asma bronkial hanya terbatas pada gejala asma bronkial saja, diantaranya dada terasa tertekan, sesak napas, batuk berdahak, napas berbunyi (mengi), dll. Asma bronkial merupakan salah satu Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) yakni penyakit paru yang memiliki kumpulan gejala klinis (sindrom) seperti yang telah disebutkan di atas. PPOK terdiri dari:
o o o

Asma Bronkial (asma/bengek) Bronkitis kronis (radang saluran napas bagian bawah) Emfisema paru (penurunan daya elastisitas paru)

Faktor penyebab PPOK salah satunya adalah polusi udara yang berasal dari asap rokok, cerobong pabrik/industri, asap kendaraan bermotor. Semakin tua usia seseorang akan semakin lama menghisap udara yang berpolusi dan semakin besar kecenderungan untuk menderita sindrom PPOM. Definisi Asma Bronkial Penyakit asma bronkial secara umum adalah penyakit saluran pernapasan yang ditandai dengan:

Sesak napas/sukar bernapas yang diikuti dengan suara mengi (bunyi yang meniup sewaktu mengeluarkan udara/napas)

Rasa berat dan kejang pada dada sehingga napas jadi terengah-engah Biasanya disertai batuk dengan dahak yang kental dan lengket Perasaan menjadi gelisah dan cemas

Sedangkan berdasarkan ilmu kedokteran, penyakit asma bronkial adalah penyakit saluran pernapasan dengan ciri-ciri saluran pernapasan tersebut akan bersifat hipersensitif (kepekaan yang luar biasa) atau hiperaktif (bereaksi yang berlebihan) terhadap bermacam-macam rangsangan, yang ditandai dengan timbulnya penyempitan saluran pernapasan bagian bawah secara luas, yang dapat berubah derajat penyempitannya menjadi normal kembali secara spontan dengan atau tanpa pengobatan. Kelainan dasar penyempitan saluran pernapasan yang berakibat timbulnya sesak napas adalah gabungan dari keadaan berikut:

Kejang/berkerutnya otot polos dari saluran pernapasan Sembab/pembengkakan selaput lendir Proses keradangan Pembentukan dan timbunan lendir yang berlebihan dalam rongga saluran pernapasan

Mekanisme Terjadinya Kelainan Pernapasan Baik orang normal maupun penderita asma, bernapas dengan udara yang kualitas dan komposisinya sama. Udara pada umumnya mengandung 3 juta partikel/mm kubik. Partikelpartikel itu dapat terdiri dari debu, kutu debu (tungau), bulu-bulu binatang, bakteri, jamur, virus, dll. Oleh karena adanya rangsangan dari partikel-partikel tersebut secara terus menerus, maka timbul mekanisme rambut getar dari saluran napas yang bergetar hingga partikel tersebut terdorong keluar sampai ke arah kerongkongan yang seterusnya dikeluarkan dari dalam tubuh melalui reflek batuk. Pada penderita asma bronkial karena saluran napasnya sangat peka (hipersensitif) terhadap adanya partikel udara ini, sebelum sempat partikel tersebut dikeluarkan dari tubuh, maka jalan napas (bronkus) memberi reaksi yang sangat berlebihan (hiperreaktif), maka terjadilah keadaan dimana:

Otot polos yang menghubungkan cincin tulang rawan akan berkontraksi/memendek/mengkerut Produksi kelenjar lendir yang berlebihan Bila ada infeksi, misal batuk pilek (biasanya selalu demikian) akan terjadi reaksi sembab/pembengkakan dalam saluran napas

Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran napas. Akibatnya menjadi sesak napas, batuk keras bila paru mulai berusaha untuk membersihkan diri, keluar dahak yang kental bersama batuk, terdengar suara napas yang berbunyi yang timbul apabila udara

dipaksakan melalui saluran napas yang sempit. Suara napas tersebut dapat sampai terdengar keras terutama saat mengeluarkan napas. Serangan asma bronkial ini dapat berlangsung dari beberapa jam sampai berhari-hari dengan gejala klinik yang bervariasi dari yang ringan (merasa berat di dada, batuk-batuk) dan masih dapat bekerja ringan yang akhirnya dapat hilang sendiri tanpa diobati. Gejala yang berat dapat berupa napas sangat sesak, otot-otot daerah dada berkontraksi sehingga sela-sela iganya menjadi cekung, berkeringat banyak seperti orang yang bekerja keras, kesulitan berbicara karena tenaga hanya untuk berusaha bernapas, posisi duduk lebih melegakan napas daripada tidur meskipun dengan bantal yang tinggi, bila hal ini berlangsung lama maka akan timbul komplikasi yang serius. Yang paling ditakutkan adalah bila proses pertukaran gas O2 dan CO2 pada alveolus terganggu suplainya untuk organ tubuh yang vital (tertutama otak) yang sangat sensitif untuk hal ini, akibatnya adalah: muka menjadi pucat, telapak tangan dan kaki menjadi dingin, bibir dan jari kuku kebiruan, gelisah dan kesadaran menurun. Pada keadaan tersebut di atas merupakan tanda bahwa penderita sudah dalam keadaan bahaya/kritis dan harus secepatnya masuk rumah sakit/minta pertolongan dokter yang terdekat. Pengenalan Jenis Serangan Asma Bronkial Pengenalan jenis serangan asma berkaitan erat dengan cara pengobatannya. Serangan asma/bengek ada 2 macam, yaitu: 1. Serangan asma bronkial karena otot polos saluran napas yang berkerut (Asma Episodik) Serangan asma bronkial/bengek hanya sekali-sekali, ada periode bebas sesak napas, serangan mengi mungkin terjadi misalnya sewaktu jogging, makan suatu makanan yang kebetulan alergi, mencium binatang piaraan, dsb. Jenis ini memberikan respon yang baik terhadap pemberian obat pelonggar nafas hirup (inhaler) dimana merupakan obat yang paling aman dengan sedikit efek samping yang minimal. Dapat juga diberikan obat pelonggar napas dalam bentuk tablet maupun sirup. Serangan asma bronkial karena proses peradangan saluran pernapasan (Continuing Asma/Asma Berkelanjutan) Penderita asma bronkial/bengek ini tidak pernah merasakan benar-benar bebas sesak, jadi hampir setiap hari menderita mengi. Saluran pernapasannya mengalami keradangan sehingga mempunyai resiko untuk terjadi serangan lebih sering, walaupun telah diberikan obat pelonggar napas. Oleh karenanya, penderita memerlukan obat tambahan berupa anti keradangan (biasanya keluarga steroid).

2.

Pengobatan Penyakit Asma Asma tidak bisa disembuhkan, namun bisa dikendalikan, sehingga penderita asma dapat mencegah terjadinya sesak napas akibat serangan asma. Kurangnya pengertian mengenai cara-cara pengobatan yang benar akan mengakibatkan asma salalu kambuh. Jika pengobatannya dilakukan secara dini, benar dan teratur maka serangan asma akan dapat ditekan seminimal mungkin. Pada prinsipnya tata cara pengobatan asma dibagi atas: 1. Pengobatan Asma Jangka Pendek 2. Pengobatan Asma Jagka Panjang Pengobatan Asma Jangka Pendek Pengobatan diberikan pada saat terjadi serangan asma yang hebat, dan terus diberikan sampai serangan merendah, biasanya memakai obat-obatan yang melebarkan saluran pernapasan yang menyempit. Tujuan pengobatannya untuk mengatasi penyempitan jalan napas, mengatasi sembab selaput lendir jalan napas, dan mengatasi produksi dahak yang berlebihan. Macam obatnya adalah: A. Obat untuk mengatasi penyempitan jalan napas Obat jenis ini untuk melemaskan otot polos pada saluran napas dan dikenal sebagai obat bronkodilator. Ada 3 golongan besar obat ini, yaitu: Golongan Xantin, misalnya Ephedrine HCl (zat aktif dalam Neo Napacin) Golongan Simpatomimetika Golongan Antikolinergik

B.

Walaupun secara legal hanya jenis obat Ephedrine HCl saja yang dapat diperoleh penderita tanpa resep dokter (takaran < 25 mg), namun tidak tertutup kemungkinannya penderita memperoleh obat anti asma yang lain. Obat untuk mengatasi sembab selaput lendir jalan napas Obat jenis ini termasuk kelompok kortikosteroid. Meskipun efek sampingnya cukup berbahaya (bila pemakaiannya tak terkontrol), namun cukup potensial untuk mengatasi sembab pada bagian tubuh manusia termasuk pada saluran napas. Atau dapat juga dipakai kelompok Kromolin. Obat untuk mengatasi produksi dahak yang berlebihan. Jenis ini tidak ada dan tidak diperlukan. Yang terbaik adalah usaha untuk mengencerkan

C.

dahak yang kental tersebut dan mengeluarkannya dari jalan napas dengan refleks batuk. Oleh karenanya penderita asma yang mengalami ini dianjurkan untuk minum yang banyak. Namun tak menutup kemungkinan diberikan obat jenis lain, seperti Ambroxol atau Carbo Cystein untuk membantu. Pengobatan Asma Jangka Panjang Pengobatan diberikan setelah serangan asma merendah, karena tujuan pengobatan ini untuk pencegahan serangan asma. Pengobatan asma diberikan dalam jangka waktu yang lama, bisa berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, dan harus diberikan secara teratur. Penghentian pemakaian obat ditentukan oleh dokter yang merawat. Pengobatan ini lazimnya disebut sebagai immunoterapi, adalah suatu sistem pengobatan yang diterapkan pada penderita asma/pilek alergi dengan cara menyuntikkan bahan alergi terhadap penderita alergi yang dosisnya dinaikkan makin tinggi secara bertahap dan diharapkan dapat menghilangkan kepekaannya terhadap bahan tersebut (desentisasi) atau mengurangi kepekaannya (hiposentisisasi). Jalan nafas

enanganan Gawat Napas Presentation Transcript


1. KEGAWATDARURATAN PERNAFASAN DINAS KESEHATAN PROPINSI JAWATIMUR 2008 2. Keadaan Gawat Darurat o Keadaan yang menimpa seseorang atau banyak orang akibat suatu perjalanan penyakit atau rudapaksa o Terjadinya secara : Mendadak Dimana saja Menyangkut siapa saja Sifatnya mengancam jiwa perlu penanganan segera secara :

Cermat Tepat Cepat o Bila tidak segera ditangani mengakibatkan kematian, kecacatan, kehilangan anggota tubuh 3. Korban Gawat o JANGAN BERI MINUM o JANGAN BERI MAKAN o JANGAN BERI BANTAL DIBAWAH KEPALA

4. PERNAFASAN DAPAT TERGANGGU DENGAN BEBERAPA CARA o OBSTRUKSI JALAN NAFAS o PERUBAHAN GAS DALAM PARU-PARU YANG TIDAK NORMAL o KONDISI YANG MEMPENGARUHI FUNGSI PARU-PARU 5. PRIORITAS PERTOLONGAN PERTAMA o MENGELOLAH ADANYA DISTRES NAFAS o MENGEMBALIKAN DAN MEMPERTAHANKAN PERNAFASAN KORBAN BILA PERLU MELAKUKAN RESUSITASI ( ABC ) o MENGATUR DAN MENGHILANGKAN PENYEBAB MASALAH DAN MEMBERIKAN UDARA SEGAR o SEGERA DAPATKAN PERTOLONGAN MEDIK 6. GAWAT NAFAS DAPAT DIKETAHUI DENGAN CARA o MELIHAT GERAK NAFAS o MENDENGAR SUARA NAFAS o MERABA HAWA NAFAS 7. PENYEBAB SUMBATAN PADA JALAN NAFAS o DARI LUAR JALAN NAFAS MISAL BENDA ASING, GIGI PALSU, MUNTAHAN o DARI BAGIAN JALAN NAFAS MISAL LIDAH KORBAN YANG BERADA MENUTUP JALAN NAFAS 8. Sumbatan jalan nafas pasien tak sadar paling sering oleh pangkal lidah 9. Jalan nafas buntu Jalan nafas bebas 10. CARA MENANGANI SUMBATAN PADA JALAN NAFAS o SUMBATAN BENDA PADAT o TERLIHAT AMBIL SEGERA DENGAN SAPUAN JARI / BANTUAN ALAT UNTUK MENARIK, MENJEPIT, MENYENDAK o TIDAK TERLIHAT MISAL TERSEDAK (CHOKING) LAKUKAN BACK BLOW/BACK SLAPS, ABDOMINAL THRUST, CHEST TRUST o SUMBATAN AKIBAT JATUHNYA PANGKAL LIDAH KE BELAKANG LAKUKAN HEAD TILT & CHIN LIFT ATAU JAW THRUST 11. MEMBEBASKAN JALAN NAFAS 12. 1.
o o

Sumbatan pada jalan nafas segera bebaskan Sebab 2 sumbatan Posisi kepala korban yang tertunduk / tertekuk (ndingkluk) Pangkal lidah jatuh ke belakang Benda asing padat, cair yang menyumbat Jalan nafas bengkak, tumor pada jalan nafas Kerusakan jalan nafas oleh karena rudapaksa Cara mengatasi sumbatan

Head tilt & chin lift (hati 2 pada korban rudapaksa)

Modifikasi jaw thrust Menarik pangkal lidah ke depan Menyangga pangkal lidah agar terangkat Mengeluarkan benda asing : Diambil Di hisap Back blow / slaps Abdominal thrust Chest thrust

Memberikan pertolongan pada korban / Melakukan Resusitasi 1. Kondisi Pernafasan o Dapat menjawab, lengkap tidak terputus 2 , tidak tersendat 2 , tidak menggeh 2 , o -> Fungsi pernafasan baik o b. Bila menjawab terputus 2 , tersendat 2 , menggeh 2 o -> Fungsi pernafasan terganggu o c. Bila tidak menjawab, tidak ada suara, tidak ada gerak nafas, tidak ada hawa nafas o -> Pernafasan berhenti 14. 1.
o

II. Menilai pernafasan dan melakukan nafas buatan Cara menilai : Yakinkan jalan nafas telah bebas Lanjutkan dengan lihat ulang : Gerak nafas Dengar ulang suara nafas Raba ulang hawa nafas Bila ada tanda 2 nafas segera nilai kualitas nafas Apakah adekuat, tersengal 2 atau berhenti Yang dinilai : Frekwensi nafas Keteraturan Besarnya nafas Tanda 2 sulitnya nafas ada / tidak Tersengal 2 , megap 2 , sesak Sikap : Bila adekuat diawasi, dijaga, dipertahankan agar tidak menjelek Bila tidak adekuat dibantu Bila tidak bernafas beri nafas buatan

Memberikan pertolongan pada korban / Melakukan Resusitasi

1. 2. Buka mulut korban Bersihkan benda asing yang ada didalam mulut korban dengan mengorek dan menyapukan dua jari penolong yang telah dibungkus dengan secarik kain Bebaskan jalan nafas dari sumbatan benda asing 3. 4. TERSEDAK ( CHOKING ) o ADANYA BENDA MASUK KE DALAM MULUT DAN SECARA MENDADAK MEMBUNTU JALAN NAFAS o TUJUAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA TERSEDAK : MENCEGAH SESAK BERTAMBAH BERAT MENCEGAH KERUSAKAN OTAK ATAU KECACATAN MENCEGAH KEMATIAN 5. CHOKING ( terseda k ) 6. TERSEDAK ( CHOKING ) PADA ORANG DEWASA o TANDA TANDA : o KESULITAN NAFAS DAN BICARA SERING BERKAITAN DENGAN MAKAN o KORBAN MENUNJUKKAN SIKAP TERCEKIK MEMEGANGI LEHER DAN BERUSAHA BICARA o MUKA DAN LEHER SEMBAB o PANIK, DISTRES o KULIT TERLIHAT ABU ABU BIRU 7. TINDAKAN o BERIKAN 5 X PUKULAN MENDADAK PADA PUNGGUNG ( BACK BLOW / BACK SLAPS ) ANJURKAN BATUK TAHAN KORBAN DARI BELAKANG. POSISI KORBAN SEDIKIT CONDONG KE DEPAN.SEGERA BERIKAN HENTAKAN PUKULAN 5 X PADA TITIK SILANG GARIS IMAJINASI TULANG BELAKANG DENGAN GARIS ANTAR BELIKAT 8. 9. CHOKING Back blows Korban : sadar Lima kali hentakan pada punggung, diantara dua scapula 24. 1.
o

2. BILA KONDISI BELUM MEMBAIK SEGERA PENOLONG BERDIRI DI BELAKANG KORBAN, SATU KAKI PENOLONG LETAKKAN DIANTARA KEDUA KAKI KORBAN. RANGKUL KORBAN DARI BELAKANG LETAKKAN GENGGAMAN PADA TITIK HENTAK LAKUKAN HENTAKAN 5 X DENGAN CARA MENARIK MENDADAK LENGAN PENOLONG YANG MERANGKUL PINGGANG KORBAN KE ARAH TITIK HENTAK (ABDOMINAL THRUST)

LAKUKAN BERGANTIAN BACK BLOW DAN ABDOMINAL THRUST HINGGA BERHASIL / TIDAK BERHASIL DAN KORBAN JATUH TIDAK SADAR

2. 3. CHOKING Heimlich Abdominal trust Korban : sadar Rangkul kurban dari belakang dengan kedua lengan kita, satu tangan mengepal tepat pada ulu hati. Lakukan hentakan mendadak pada ulu hati. 27. 1.
o

3. POSISI KORBAN TERLENTANG KORBAN TERLENTANG PENOLONG DISAMPING ATAU DI ATAS KORBAN LAKUKAN ABDOMINAL THRUST 5 X SEGERA PENOLONG PINDAH KE SAMPING KORBAN : PERIKSA APAKAH JALAN NAFAS TELAH BEBAS LAKUKAN HEAD TILT DAN CHIN LIFT, LIHAT DALAM MULUT TIUPKAN NAFAS MULUT KE MULUT DADA KORBAN MENGEMBANG JALAN NAFAS TERBUKA DADA KORBAN TIDAK MENGEMBANG JALAN NAFAS MASIH TERSUMBAT TOTAL ABDOMINAL THRUST ADA YANG MEMANGGIL BANTUAN

2. 3. Korban : Tidak sadar Heimlich Abdominal trust 4. TERSEDAK PADA KORBAN ANAK o TANDA TANDA : o KESULITAN NAFAS DAN BICARA, SERING BERKAITAN DENGAN MAKAN o KORBAN MENUNJUKKAN SIKAP TERCEKIK, MEMEGANGI LEHER DAN BERUSAHA BERBICARA o MUKA, LEHER SEMBAB o KULIT TERLIHAT ABU ABU BIRU 5. TINDAKAN o BERIKAN 5 X PUKULAN MENDADAK PADA PUNGGUNG (BACK BLOW / BACK SLAPS) POSISI KORBAN SEDIKIT CONDONG KE DEPAN BERIKAN HENTAKAN PUKULAN 5 X PADA TITIK SILANG GARIS IMAJINASI TULANG BELAKANG DAN GARIS ANTAR BELIKAT CEK DALAM MULUT. BILA ADA BENDA ASING BERSIHKAN/AMBIL DENGAN CARA DI BAWAH PENGLIHATAN LANGSUNG 32.

1.
o

o o o o o

2. BILA BACK BLOW/BACK SLAPS GAGAL, SEGERA BERDIRI DI BELAKANG ATAU JONGKOK DI BELAKANG KORBAN LAKUKAN CHEST THRUST 5 X LAKUKAN HENTAKAN TIAP 3 DETIK 3. CEK DALAM MULUT KORBAN SUMBATAN TETAP BACK BLOW/BACK SLAPS ATAU CHEST THRUST LAGI 5 X 4. CEK ULANG DALAM MULUT KORBAN SUMBATAN TETAP BACK BLOW/BACK SLAPS ATAU CHEST THRUST LAGI 5 X 5. PANGGIL BANTUAN

2. 3. TERSEDAK (CHOKING) PADA KORBAN BAYI o TANDA TANDA o KESULITAN BERNAFAS o MEMERAH (FLUSHING) DI MUKA LEHER o TIDAK DAPAT MENANGIS, TIDAK DAPAT BERSUARA o ADA SUARA SUARA ANEH, MERINTIH 4. TINDAKAN o LAKUKAN BACK BLOW/BACK SLAPS 5 X TELUNGKUPKAN KORBAN PADA LENGAN PENOLONG. KEPALA KORBAN LEBIH RENDAH BACK SLAPS KERAS 5 X TERLENTANGKAN DI ATAS LENGAN PENOLONG o 2. CEK DALAM MULUT BAYI o LIHAT DAN AMBIL BENDA ASING, JANGAN MENYENTUH TENGGOROKAN o 3. BILA SUMBATAN TETAP CHEST THRUST LETAKKKAN UJUNG JARI TENGAH DAN TELUNJUK DIATAS TULANG DADA 1 JARI DI BAWAH GARIS IMAJINASI ANTAR PUTING SUSU LAKUKAN CHEST THRUST 5 X 36. 1. 4 . CEK LAGI DALAM MULUT 5. ULANGI TINDAKAN PERTOLONGAN SEPERTI DIATAS SAMBIL MEMANGGIL BANTUAN. 2. BACK BLOWS gagal ? Lakukan CHEST THRUST Tekan tulang dada bayi dengan jari kedua dan jari ketiga. Kira2 pada garis antara kedua puting susu 3. HEAD TILT DAN CHIN LIFT o HEAD TILT LETAKKAN SALAH SATU TANGAN PENOLONG MENAHAN DAHI KORBAN
o o

BERSAMA LAKUKAN CHIN LIFT DENGAN MENGGUNAKAN JARI TELUNJUK DAN JARI TENGAH PENOLONG MENAHAN TULANG DAGU KORBAN o ATAU LAKUKAN JAW THRUSH MENDORONG SUDUT RAHANG BAWAH KIRI DAN KANAN KE DEPAN SEHINGGA BARISAN GIGI BAWAH DI DEPAN BARISAN GIGI ATAS 4. head tilt chin lift 5. JAW THRUST Tindakan lain untuk membebaskan jalan nafas adalah : Dengan kedua tangan kita dagu korban diangkat sehingga deretan gigi rahang bawah berada didepan deretan gigi rahang atas ( seperti CAKIL ) 6. 7. SUMBATAN BENDA CAIR o POSISIKAN KORBAN TERLENTANG / MIRING, KEPALA LEBIH RENDAH DARI TUNGKAI o BUKA MULUT KORBAN o HISAP DENGAN BAHAN YANG DAPAT MERESAP CAIRAN o HISAP PAKAI MULUT DENGAN BANTUAN PIPA PENGHISAP ATAU HISAP DENGAN PIPA KARET MENGGUNAKAN SEMPRIT PENGHISAP ATAU HISAP DENGAN PIPA KARET MENGGUNAKAN PIPA PENGHISAP MEKANIK/LISTRIK Keracunan Pengertian: Racun adalah suatu zat yang bila masuk dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinginkan bahkan dapat menimbulkan kematian. Dalam keadaan sehari-hari ada beberapa zat yang sering digolongkan sebagai racun namun sebenarnya bahan ini adalah korosif, yaitu dapat menyebabkan luka bakar pada bagian tubuh dalam bila masuk ke dalam tubuh. Penatalaksanaan penderita pada kasus ini biasanya disamakan dengan keracunan. Cara terjadinya Keracunan pada manusia: A. Sengaja bunuh diri Dengan minum obat-obatan/cairan kimia dalam jumlah yang berlebihan misalnya minum racun serangga, obat tidur berlebihan. Sering berakhir dengan kematian, kecuali penemuan kasus keracunan tersebut cepat dan langsung mendapat pertolongan. B. Keracunan tidak disengaja Misalnya:

a. Makan makanan/minuman yang telah tercemar oleh kuman/ zat kimia tertentu. b. Salah minum yang biasanya terjadi pada anak-anak/orang tua yang sudah pikun misalnya obat kutu anjing disangka susu dan sebagainya. c. Makan singkong yang mengandung kadar sianida tinggi. d. Udara yang tercemar gas beracun. Jalur masuknya racun dalam tubuh manusia 1. Melalui mulut/alat pencernaan. a. Obat-obatan terutama obat tidur/penenang, biasanya dalam jumlah besar atau diminum dengan bahan lain sehingga terjadi reaksi keracunan b. Makanan yang mengandung racun misalnya: singkong, jengkol, tempe bongkrek, oncom, makanan kaleng yang kadaluarsa. c. Baygon, minyak tanah, zat pembunuh serangga lainnya. d. Makanan atau minuman yang mengandung alkohol (bir, minuman keras) a. Perhatikan sekitar penderita mungkin ditemukan petunjuk mengenai sebab keracunannya, misalnya botol obat, pembungkus, sisa makanan, sisa muntahan. 2. Melalui pernapasan. a. Menghirup gas beracun/udara beracun (mis. gas mobil dalam kendaraan yang tertutup). b. Kebocoran gas industri. 3. Melalui kulit atau absorbsi (kontak) Zat kimia/tanaman beracun yang terpapar melalui permukaan kulit dan dapat meresap ke dalam kulit tersebut. Keracunan ini dapat juga terjadi akibat tersentuh binatang yang memiliki racun pada kulit atau bagian tubuh lainnya. 4. Melalui suntikan atau gigitan a. Gigitan / sengatan binatang berbisa (ular, kalajengking, dll.). b. Gigitan binatang laut (ubur-abur, anemon, ketimun laut, gurita, tiram dll).

c. Obat suntik Gejala dan tanda keracunan secara umum Gejala dan tanda keracunan yang khas biasanya sesuai dengan jalur masuk racun ke dalam tubuh. Bila masuk melalui saluran pencernaan, maka gangguan utama akan terjadi pada saluran pencernaan. Bila masuk melalui jalan napas maka yang terganggu adalah pernapasannya dan bila melalui kulit akan terjadi reaksi setempat lebih dahulu. Gejala lanjutan yang terjadi biasanya sesuai dengan sifat zat racun tersebut terhadap tubuh. Gejala dan tanda keracunan umum : a. Riwayat yang berhubungan dengan proses keracunan b. Penurunan respon c. Gangguan pernapasan d. Nyeri kepala, pusing, gangguan penglihatan e. Mual, muntah, diare f. Lemas, lumpuh, kesemutan g. Pucat atau sianosis h. Kejang-kejang i. Gangguan pada kulit j. Bekas suntikan, gigitan, tusukan k. Syok l. Gangguan irama jantung dan peredaran darah pada zat tertentu. Penatalaksanaan keracunan secara umum : 1. Pengamanan sekitar, terutama bila berhubungan dengan gigitan binatang. 2. Pengamanan penderita dan penolong terutama bila berada di daerah dengan gas beracun. 3. Keluarkan penderita dari daerah berbahaya bila memungkinkan. 4. Penilaian dini, bila perlu lakukan RJP.

5. Bila racun masuk melalui jalur kontak, maka buka baju penderita dan bersihkan sisa bahan beracun bila ada 6. Bila racun masuk melalui saluran cerna, uapayakan mengencerkan racun . 7. Awasi jalan napas, terutama bila respon menurun atau penderita muntah. 8. Bila keracunan terjadi secara kontak maka bilaslah daerah yang terkena dengan air. 9. Bila ada petunjuk seperti pembungkus, sisa muntahan dan sebagainya sebaiknya diamankan untuk identifikasi. 10. Penatalaksanaan syok bila terjadi 11. Pantaulah tanda vital secara berkala. 12. Bawa ke fasilitas kesehatan Kejang demam anak Pengertian kejang demam Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada bayi dan anak yang sedang mengalami demam yang bukan disebabkan oleh infeksi sistem saraf pusat atau gangguan otak lainnya. Umumnya kejang hanya berlangsung beberapa menit yang di picu oleh demam. Kejadian kejang demam pada anak sekitar 2 5% populasi anak dan umumnya terjadi pada usia antara 6 bulan 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada usia < 6 bulan atau > 3 tahun. kejang demam dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Kejang demam sederhana. Ini adalah jenis kejang demam yang paling umum dan sering terjadi, berlangsung dari beberapa detik sampai 10 menit dan berhenti sendiri. 2. kejang demam kompleks. Sebuah kejang demam kompleks berlangsung lebih lama dari 15 menit, terjadi lebih dari satu kali dalam waktu 24 jam atau terbatas pada satu sisi tubuh pada anak tersebut. Penyebab kejang demam Sebagian besar kejang demam terjadi karena lonjakan tiba-tiba suhu tubuh, dan paling banyak terjadi pada hari pertama demam. Tetapi kejang demam juga dapat berkembang sebagai faktor genetik. Selain itu kejang demam disebabkan oleh ambang batas saraf yang rendah terhadap kenaikan suhu tubuh, sehingga kenaikan suhu yang rendah dapat menyebabkan kejang. Faktor resiko kejang demam

Beberapa faktor resiko telah diidentifikasi yang meningkatkan kemungkinan anak mengalami kejang demam. Faktor resiko tersebut meliputi : 1. Usia. Usia antara 6 bulan 5 tahun memiliki resiko kuat mengalami kejang demam. Anak di bawah 6 bulan dan di atas 5 tahun sangat tidak mungkin terjadi kejang demam 2. Riwayat keluarga menderita kejang demam. Beberapa anak mewarisi keluarga yang cenderung untuk mengalami kejang demam. Selain itu, para peneliti telah menghubungkan beberapa gen yang rentan untuk terjadinya kejang demam. Gejala dan tanda kejang demam Gejala dan tanda kejang demam dapat mulai paling ringan seperti mata yang terputar hingga yang lebih parah seperti mengencangkan otot otot. Adapun tanda seorang anak memiliki kejang demam dapat meliputi : 1. Mengalami demam yang biasanya lebih tinggi dari 102 F (38,9 C) 2. Pingsan atau hilang kesadaran pada saat terjadi kejang 3. Kejang fokal pada satu sisi tubuh atau pada melibatkan kaki dan lengan pada kedua sisi tubuh 4. Mata terputar 5. Mengalami kesulitan bernapas Diagnosa kejang demam Setelah mengalami kejang demam, anak akan diperiksa : 1. Pemeriksaan fisik 2. Tes darah 3. Tes Urine Tes ini dapat membantu menentukan kemungkinan penyebab demam dan kejang pada anak tersebut. Jika dokter mencurigai adanya infeksi sistem saraf pusat, maka pungsi lumbal mungkin diperlukan. Dalam prosedur ini, dokter memasukkan jarum ke tulang belakang anak untuk mengambil sejumlah kecil cairan tulang belakang. Tes ini dapat mengungkapkan bukti infeksi dalam cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang. Pemeriksaan lebih lanjut seperti electroencephalogram (EEG) mungkin diperlukan jika anak mengalami kejang demam kompleks. Pengobatan kejang demam Pemberian obat penurun panas atau demam tidak diperlukan selama anak mengalami kejang. Jadi jangan mencoba untuk memberikan anak obat demam selama kejang. Umumnya Sebagian besar kejang demam berhenti sendiri dalam beberapa menit. Jika anak Anda mengalami kejang demam yang berlangsung lebih dari lima menit atau jika anak anda mulai sering kejang maka dianjurkan untuk membawanya ke RS atau ke dokter.

Tips menghadapi kejang demam 1. Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak. 2. Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak seperti sendok atau penggaris, karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan napas. 3. Jangan memegangi anak untuk melawan kejang. 4. Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan khusus. 5. Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin tanpa menyatakan batasan menit . 6. Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah yang berat, atau anak terus tampak lemas. Pencegahan kejang demam Pemberian obat penurun demam seperti acetaminophen dan ibuproven akan membantu mengurangi demam, tetapi tidak selalu mencegah kejang. Pemberian suplemen seperti omega 3 dan royal jelly akan meningkatkan kesehatan saraf anak walaupun tidak menjamin kesembuhan kejang demam. Rjp Pengertian : Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung Tujuan : Untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung sehingga dapat pulih kembali Indikasi : 1. Henti nafas (Respiratory Arrest), henti nafas yang bukan disebabkan gangguan pada jalan nafas dapat terjadi karena gangguan pada sirkulasi (asistole, bradikardia, fibrilasi ventrikel) 2. Henti jantung (Cardiac Arrest) dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti:

Hipoksemia karena berbagai sebab Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia, hipomagnesia) Gangguan irama jantung (aritmia) Penekanan mekanik pada jantung (tamponade jantung, tension pneumothoraks)

Diagnosis :

Tidak terdapat adanya pernafasan (dengan cara Look-Listen-Feel) Tidak ada denyut jantung karotis

Perhatian : Pada pasien yang telah terpasang monitor EKG dan terdapat gambaran asistole pada layar monitor, harus selalu dicek denyut nadi karotis untuk memastikan adanya denyut jantung. Begitu juga sebaliknya pada pasien terpasang monitor EKG yang telah di-RJP terdapat gambaran gelombang EKG harus diperiksa denyut nadi karotis untuk memastikan apakah sudah teraba nadi (henti jantung sudah teratasi) atau hanya gambaran EKG pulseless. Jika nadi karotis belum teraba maka RJP dilanjutkan Tindakan Tanpa alat : a.1 (satu) orang penolong : memberikan pernafasan buatan dan pijat jantung luar dengan perbandingan 2 : 30 dalam 2 menit (5 siklus). Tiap 5 siklus dievaluasi dengan mengecek pernafasan (LLF) dan jantung (perabaan nadi karotis). Jika masih henti jantung dan henti nafas, RJP dilanjutkan b. 2 (dua) orang penolong : memberikan pernafasan buatan dan pijat jantung luar yang dilakukan oleh masing-masing penolong secara bergantian dengan perbandingan 2 : 30 dalam 2 menit (5 siklus). Tiap 5 siklus dievaluasi dengan mengecek pernafasan (LLF) dan jantung (perabaan nadi karotis). Jika masih henti jantung dan henti nafas, RJP dilanjutkan dengan berganti orang. c. Pijat jantung luar diusahakan 100 kali/menit Dengan alat : Untuk mencapai hasil RJP yang lebih baik harus segera diusahakan pemasangan intubasi endotrakeal RJP dihentikan bila :

Jantung sudah berdetak ditandai adanya nadi dan nafas sudah spontan Mengecek nadi dan pernafasan Penolong sudah kelelahan Pasien dinyatakan tidak mempunyai harapan lagi/meninggal

Вам также может понравиться