Вы находитесь на странице: 1из 26

PERMINTAAN (DEMAND) DALAM PELAYANAN KESEHATAN

Disusun Oleh : YURISKA MEISA NIM : 21126010207

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA BENGKULU

TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul PERMINTAAN PELAYANAN KESEHATAN ini dengan lancar. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengajar matakuliah Pengantar Ilmu Ekonomi. Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada pengajar matakuliah Pengantar Ilmu Ekonomi Bapak Jhon Hendri Nurdan ,SE, M.kes atas bimbingan dan arahan dalam penulisan tugas ini, juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya harap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Bengkulu, Mei 2012 Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................................. i KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Serta Konsep Demand Dalam pelayanan Kesehatan................................................. 2 2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Demand Pelayanan Kesehatan................................................... 6 2.3 Demand Creation...................................................................................................................... 16 2.4 Perbedaan Demand Pelayanan Kesehatan dengan Demand Produk Secara Umum................ 19 BAB III PENUTUP................................................................................................................................ 22 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Ekonomi kesehatan adalah ilmu yang mempelajari suplay dan demand sumber daya pelayanan kesehatan dan dampak sumber daya pelayanan kesehatan terhadap populasi. Ekonomi kesehatan perlu dipelajari, karena terdapat hubungan antara kesehatan dan ekonomi. Kesehatan mempengaruhi kondisi ekonomi, dan sebaliknya ekonomi mempengaruhi kesehatan. Dalam pemikiran rasional, semua orang ingin menjadi sehat. Kesehatan merupakan modal untuk bekerja dan hidup untuk mengembangkan keturunan, sehingga timbul keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup manusia. Tentunya demand untuk menjadi sehat tidaklah sama antar manusia. Seseorang yang kebutuhan hidupnya sangat tergantung pada kesehatannya tentu akan mempunyai demand yang lebih tinggi akan status kesehatannya. Sebagai contoh, seorang atlet profesional akan lebih memperhatikan status kesehatannya dibanding seseorang yang menganggur. Pendekatan ekonomi menekankan bahwa kesehatan merupakan suatu modal untuk bekerja. Pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit merupakan salah satu input yang digunakan untuk proses produksi yang menghasilkan kesehatan. Berbasis pada konsep produksi maka pelayanan kesehatan merupakan salah satu input yang digunakan untuk menghasilkan kesehatan. Demand terhadap pelayanan rumah sakit tergantung terhadap demand akan kesehatan sendiri. Pelayanan kesehatan berbeda dengan barang dan pelayanan ekonomi lainnya. Pelayanan kesehatan atau pelayanan medis sangat heterogen, terdiri atas banyak sekali barang dan pelayanan yang bertujuan memelihara, memperbaiki, memulihkan kesehatan fisik dan jiwa seorang. Demand (permintaan) adalah barang atau pelayanan yang sesungguhnya dibeli oleh pasien. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh pendapat medis dari dokter, dan juga faktor lain seperti pendapatan dan harga obat. Oleh karena itu disini saya akan memaparkan tentang demand pelayanan kesehatan, dengan mengetahui tentang hal hal yang terkait dengan demand pelayanan kesehatan, kita dapat menentukan pelayanan kesehatan yang akan dilakukan. Karena pada saat ini banyak pelayanan kesehatan yang tidak sesuai atau belum sesuai dengan permintaan/demand yang ada dimasyarakat.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Serta Konsep Demand Dalam pelayanan Kesehatan Pelayanaan kesehatan sulit diukur secara kuantitatif. Biasanya pelayanan kesehatan diukur berdasarkan ketersediaaan (jumlah dokter atau tempat tidur rumah sakit per 1,000 penduduk) atau penggunaan (jumlah konsultasi atau pembedahan per kapita). 2.1.1 Pengertian Demand Awal pembahasan mengenai demand terhadap kesehatan dapat dilakukan melalui pengertian tentang dan kebutuhan (needs). Pengertian ini dibutuhkan mengingat demand dalam pelayanan kesehatan merupakan suatu hal yang agak berbeda dibandingkan dengan demand untuk komoditi atau pelayanan lain. Pengertian Permintaan (Demand) a. Suatu keinginan, kebutuhan yang direalisasikan dengan tindakan dan mendapatkan

pelayanan kesehatan secara nyata. b.


c.

Barang atau pelayanan yang sesungguhnya dibeli oleh pasien. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh pendapat medis dari dokter, dan juga faktor lain

seperti pendapatan dan harga obat. Demand berbeda dengan need dan want.
d.

Permintaan pelayanan kesehatan timbul melalui proses perubahan persoalan kesehatan

menjadi persoalan kesehatan yang dirasakan, dilanjutkan dengan merasa dibutuhkannya pelayanan kesehatan dan akhirnya dinyatakan dengan permintaan aktual. Dalam upayanya mengubah kebutuhan pelayanan yang dirasakan menjadi suatu bentuk permintaan yang efektif, konsumen harus memiliki kesediaan (willingness) dan kemampuan (ability) untuk membeli atau membayar sejumlah jenis pelayanan kesehatan yang diperlukan.

2.1.2

Konsep wants needs demand

Ingin dilayani sebaik mungkin

Ingin dilayani sebaik mungkin tetapi belum tentu dibutuhkan

Realisasi dari keinginan dan kebutuhan

Gambar 1. Konsep wants needs - demand Pembedaan want, need, dan demand penting karena tujuannya adalah memenuhi semaksimal mungkin kebutuhan orang, dengan cara memperbaiki keputusan dokter, dan mendekatkan keinginan dan permintaan sedekat mungkin dengan kebutuhan, melalui pendidikaan kesehatan, dan sebagainya. Keinginan seseorang untuk menjadi lebih sehat dalam hidup. Keinginan ini didasarkan pada penilaian diri terhadap status kesehatannya

Keinginan (wants)

Keinginan untuk lebih sehat diwujudkan dalam perilaku mencari pertolongan tenaga kedokteran

Permintaan (demand)

Keadaan kesehatan yang oleh tenaga kedokteran dinyatakan harus mendapatkan penanganan medis

Kebutuhan (needs)

Gambar 2. Penerapan konsep keinginan (wants), permintaan (demand), dan kebutuhan (needs) dalam pelayanan kesehatan menurut Cooper (Posnett, 1988)

2.1.3

Pengertian Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan adalah upaya, pekerjaan atau kegiatan kesehatan yang ditujukan untuk mencapai derajat kesehatan perorangan/ masyarakat yang optimal/ setinggi-tingginya.

2.1.4

Pengertian Demand Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan merupakan salah satu input yang digunakan untuk proses produksi yang akan menghasilkan kesehatan. Demandterhadap pelayanan rumah sakit tergantung terhadap demand akan kesehatan sendiri.

2.1.5

Demand dalam Pelayanan Kesehatan Dalam lingkup kesehatan, permintaan dapat diartikan sebagai barang atau pelayanan yang sesungguhnya dibeli oleh pasien di mana permintaan tersebut dipengaruhi oleh pendapat medis dari dokter, dan faktor lain seperti harga obat dan pendapatan pasien. Permintaan terhadap kesehatan dapat dilakukan mengenai pengertian tentang keiginan, permintaan dan kebutuhan. Keinginan di sini adalah keinginan seseorang untuk menjadi lebih sehat dalam hidup didasarkan pada penilaian diri seseorang terhadap status kesehatannya. Sedangkan pada permintaan merupakan keinginan untuk lebih sehat dalam perilaku mencari pertolongan tenaga kedokteran dan kebutuhan disini adalah keadaan kesehatan oleh tenaga kedokteran dinyatakan harus mendapatkan penanganan medis. Sedangkan permintaan terhadap pelayanan kesehatan akan dilakukan mendalam dengan pendekatan sosial ekonomi. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk membahas permintaan dalam pelayanan kesehatan yaitu pendekatan permintaan menurut model Grossman. Grossman mengemukakan penelitian pentingnya mengenai pelayanan kesehatan di mana dalam penelitiannya itu diungkapkan bahwa demand terhadap layanan kesehatan merupakan derivasi dari demand terhadap kesehatan itu sendiri. Kesehatan menurut Becker (1965) merupakan komoditi yang penting sehingga berdasarkan hal tersebut Grossman menyusun teori tingkah laku konsumen dalam human capital approach di mana arena pemilihannya diperluas hingga menyangkup pemilihan atas status kesehatan.

Menurut Grossman, para konsumen memiliki permintaan terhadap pelayanan kesehatan karena dua alasan yaitu: 1. Pelayanan kesehatan merupakan sebuah komoditi konsumsi Pelayanan kesehatan sebagai sebuah komoditi konsumsi membuat konsumen sebagai pengguna layanan kesehatan merasa lebih baik. 2. Pelayanan kesehatan merupakan sebuah komoditi investasi Investasi dalam kesehatan merupakan nilai moneter sebab kesehatan dapat menurunkan jumlah hari sakit. Dengan menurunnya waktu sakit maka akan meningkatkan waktu yang tersedia untuk bekerja maupun adanya waktu luang untuk melakukan aktifitas lainnya. 2.1.6 Definisi Derived Demand Derived demand merupakan suatu demand turunan. Yang diinginkan masyarakat atau konsumen adalah kesehatan, bukan pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu pelayanan kesehatan merupakan derived demand sebagai input untuk menghasilkan kesehatan. Dengan demikian, demand untuk pelayanan rumah sakit pada umumnya berbeda dengan demand untuk pelayanan hotel. 2.1.7 Cara Mengukur Demand Dalam Pelayanan Kesehatan Secara garis besar pengukuran demand untuk pelayanan rumah sakit dapat dilakukan melalui analisis pasar atau melakukan peramalan demand. 1. Riset Pasar Tujuan analisis pasar adalah menyediakan informasi mengenai keadaan pasar saat ini dan kemungkinan trend pasar di masa mendatang. Melalui informasi yang diperoleh, rumah sakit dapat meningkatkan pelayanan, menetapkan kebijakan pelayanan baru, menetapkan tarif dan strategi promosi. Analisis pasar akan menghasilkan profil pasar yang sebaiknya memuat informasi mengenai konsumen, kinerja (performance) rumah sakit, dan keadaan pasar. Pada profil pasar dalam hal konsumen akan diteliti mengenai jumlah total konsumen, data epidemiologi, distribusi daerah tempat tinggal, pendapatan total, pendapatan per rumah tangga, distribusi pendapatan, selera konsumen, ciri-ciri dan frekuensi penggunaan pelayanan kesehatan oleh konsumen.Profil mengenai keadaan pasar mencakup berbagai hal misalnya data mengenai efek dari kenaikan tarif yang terkait dengan pengukuran elastisitas harga. Adanya data mengenai efek kenaikan atau penurunan pendapatan masyarakat dan pengaruhnya

terhadap konsumsi rumah sakit akan menyangkut elastisitas rumah sakit terhadap pendapatan. Data lain adalah keunikan pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit, identifikasi pelayanan kesehatan, jumlah dan sifat pesaing. Situasi persaingan ini harus dapat dianalisis tidak hanya dalam batas-batas wilayah tetapi juga mencakup ke jangkauan transportasi ataupun kemampuan masyarakat dalam menggunakan rumah sakit.

2. Forecasting Demand

Tindakan ini mempunyai pengertian kegiatan peramalan. Data yang ada akan dianalisis untuk mendapatkan peramalan penggunaan rumah sakit di masa mendatang. Masa mendatang ini dapat berupa jangka pendek (setahun) ataupun jangka menengah dan panjang. Perlu diingat bahwa semakin panjang jangka waktu yang diramalkan, maka potensi meleset hasil peramalan menjadi lebih besar. Dalam hal ini terdapat tiga tahap peramalan demand. Tahap 1, penilaian keadaan umum ekonomi nasional dan lokal. Penilaian ini akan memberikan informasi mengenai kebijakan pemerintah dan kemungkinankemungkinan dampak kebijakan baru terhadap tingkat pendapatan masyarakat, terhadap trend kependudukan, epidemiologi, dan potensi sumber daya masyarakat untuk pelayanan kesehatan. Pada tahap 2, dilakukan penilaian demand total penduduk terhadap pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit. Berbagai faktor demand yang ada harus diperhatikan dan disusun dalam suatu model. Pada tahap 3, dilakukan penilaian posisi rumah sakit terhadap total demand yang ada. Pada tahap ini dapat diuji coba beberapa tindakan, misalnya merubah tarif untuk menguji pasar atau melakukan kegiatan-kegiatan pemasaran sosial. Cara peramalan demand ini dapat menggunakan ekonometrik yang menggabungkan teori ekonomi dengan alat matematik dan statistik (Pappas dan Hirschey, 1993). 2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Demand Pelayanan Kesehatan Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Factor-faktor ini berasal dari pasien juga dari dokter sebagai pemberi pelayanan kesehatan.Faktor yang mempengaruhi permintaan pasien terhadap pelayanan kesehatan antara lain insiden penyakit, provider, karakteristik budaya-demografi dan factor ekonomi. Dua factor pertama berakar dari persepsi keluarga tentang masalah medis dan keyakinan mereka terhadap kemanjuran pelayanan kesehatan yang berpengaruh terhadap keinginan pelanggan untuk pelayanan kesehatan.

Ketika menerjemahkan keinginan sumberdaya yang tersedia. 2.2.1

ini menjadi pengeluaran, keluarga dibatasi oleh tingkat

Insiden penyakit atau penyakit yang dirasakan Awal penyakit dan pemanfaatan rumah sakit adalah kejadian yang tidak diharapkan

oleh kebanyakan orang. Sehingga penyakit biasa dianggap sebagai peristiwa random, tapi berkaitan dengan usia dan jenis kelamin populasi secara keseluruhan, penyakit memiliki prediktabilitas yang sama. Seperti usia individu, insiden penyakit meningkat dan pola-pola morbiditas berubah, penyakit kronis menjadi determinan yang lebih penting dari kebutuhan akan pelayanan kesehatan. 2.2.2 Peran provider (dokter) dalam permintaan terhadap pelayanan kesehatan Dalam pasar nonmedis, konsumen dengan beragam tingkat pengetahuan memilih barang dan jasa yang ia inginkan. Sedangkan dalam pelayanan kesehatan, pasien tidak memutuskan jenis pengobatan apa yang ia terima, ia lebih memilih dokter yang menentukan pilihan tersebut. Dalam bertindak menurut kepentingan pasien, para dokter menggunakan kesadaran mereka akan sumber keuangan dan kebutuhan medis pasien. Saat memilih komponen-komponen perawatan yang digunakan dalam pengobatan, para dokter tidak hanya dipandu oleh kemampuannya, tapi juga oleh harga relative mereka terhadap pasien. Misalnya, seorang pasien bisa dirawat dengan rawat jalan atau rawat inap. Oleh karena asuransi hanya berlaku untuk pasien rawat inap, maka biaya yang dikeluarkan oleh pasien lebih rendah apabila mereka dimasukkan dalam rawat inap. Bagaimanapun, pilihan jenis pengobatan oleh dokter menurut kepentingan pasien akan menghasilkan harga total pelayanan medis yang lebih tinggi. Dengan adanya pertumbuhan asuransi rumah sakit yang lebih komprehensif, keterbatasan financial menjadi kurang penting dan para dokter mampu menentukan kualitas pelayanan kesehatan terbaik untuk pasiennya. Hal tersebut merupakan perilaku rasional antara pasien dan dokter, karena keuntungan marginal dari perawatan yang terdiri dari uji atau tes tambahan dan pelayanan lainnya, seberapa kecilpun itu, kemungkinan masih lebih besar daripada harga yang dibayar sendiri oleh pasien. Bagaimanapun juga, factor lain mungkin bias mencegah dokter untuk bertindak menurut kepentingan pasien. Beberapa rumah sakit mungkin mempunyai komite peninjau yang meninjau ketepatan administrasi dan lama tinggal pasien. Berhadapan dengan

keefektifan komite tersebut, seorang dokter akan menemui kesulitan untuk menentukan perawatan rumah sakit dan atau lama tinggal yang bias memuaskan pasien. Ada alasan yang lebih penting mengapa dokter tidak bertindak semata-mata atas kepentingan pasien. Sebagai salah satu input dalam pengobatan pasien, seorang dokter mempunyai kepentingan ekonomi. Dalam menentukan perawatan untuk pasien, dokter bertindak tidak hanya menurut kepentingan pasien, tapi juga menurut kepentingannya sebagai penyedia pelayanan. Satu contoh jelas`dari dampak peran ganda tersebut yaitu penurunan kunjungan rumah (home visit).

Faktor lain yang berasal dari dokter (provider): 1. Dokter sebagai advisor Dokter sebagai penasehat bagi pasien untuk memberi masukan terhadap pelayanan kesehatan pada pasien. Dalam hal ini kemungkinan kecil seorang pasien akan menolak nasehat dari dokter, ini adalah salah satu sifat pelayanan kesehatan yang disebut asymetric knowledge dimana wawasan dokter lebih luas dari pasien. 2. Dokter sebagai supplier pelayanan kesehatan Dokter memberi usulan dan perlakuan atau memberi tindakan medis atau lainnya yang dianggap bermanfaat bagi pasien, misalnya memberikan obat baik oral maupun suntik, merujuk rawat inap, atau bahkan sampai tindakan operasi. Dalam hal ini terkadang dokter memberikan pelayanan kesehatan pada pasiennya tidak berdasarkan kebutuhan pasien. Ini terjadi karena asymetric knowledge di mana antara pasien dan dokter memiliki perbedaan pengetahuan, terkadang dokter melakukan hal ini untuk menambah pendapatannya. 2.2.3 Karakteristik budaya-demografi

2.2.3.1 Jenis kelamin Meskipun pengeluaran untuk pemanfaatan pelayanan kesehatan yang kurang lebih sama untuk kedua jenis kelamin pada tahun-tahun awal, ada perbedaan dalam kebutuhan pelayanan kesehatan antara pria dan wanita. Di kemudian hari, pengeluaran yang dikeluarkan oleh perempuan melebihi dari yang dikeluarkan oleh laki-laki terutama karena biaya kandungan.

2.2.3.2 Usia Hubungan antara umur dan penggunaan pelayanan medis, bagaimanapun tidak linier juga tidak sama untuk setiap jenis pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, hubungan antara umur dan penggunaan pelayanan rumah sakit berbeda antara umur dan penggunaan pelayanan perawatan gigi. 2.2.3.3 Status perkawinan dan jumlah orang dalam keluarga Status perkawinan dan jumlah orang dalam keluarga juga mempengaruhi permintaan untuk pelayanan kesehatan. Orang yang belum berkeluarga umumnya menggunakan perawatan di rumah sakit lebih dari yang dilakukan oleh orang yang sudah menikah. Ketersediaan orang di rumah untuk merawat seseorang mungkin pengganti hari tambahan di rumah sakit. Besarnya keluarga juga mempengaruhi permintaan, sebuah keluarga besar memiliki pendapatan per kapita yang lebih rendah (meskipun tidak selalu proporsional kurang) daripada sebuah keluarga kecil dengan pendapatan yang sama. 2.2.3.4 Pendidikan (keluarga) Pendidikan juga diyakini dapat mempengaruhi permintaan pelayanan medis. Sebuah jumlah yang lebih besar dari pendidikan di rumah tangga dapat memungkinkan keluarga untuk mengenali gejala awal penyakit, sehingga kesediaan yang lebih besar untuk mencari pelayanan kesehatan awal. Tingginya tingkat pendidikan juga dapat menyebabkan peningkatan efisiensi dalam pembelian keluarga dan penggunaan pelayanan medis. 2.2.3.5 Preferensi pasien Preferensi yang dimiliki pasien bisa didapatkan melalui iklan, orang sekita dan dokter yang dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan yang diinginkan oleh pasien. 2.2.4 Faktor ekonomi

2.2.4.1 Pendapatan Sejumlah penelitian telah mengungkapkan hubungan antara pendapatan keluarga dan pengeluaran untuk pelayanan kesehatan. Ketika studi ini didasarkan pada data survey, sering ditemukan bahwa keluarga-keluarga dengan pendapatan yang lebih tinggi memiliki pengeluaran yang lebih besar untuk pelayanan kesehatan. Keluarga dengan

pendapatan yang lebih tinggi memiliki pengeluaran yang lebih besar untuk pelayanan kesehatan. 2.2.4.2 Harga Hubungan tarif dengan demand terhadap pelayanan kesehatan adalah negatif. Semakin tinggi tarif maka demand akan menjadi semakin rendah. Sangat penting untuk dicatat bahwa hubungan negatif ini secara khusus terlihat pada keadaan pasien yang mempunyai pilihan. Pada pelayanan rumah sakit, tingkat demand pasien sangat dipengaruhi oleh keputusan dokter. Keputusan dari dokter mempengaruhi length of stay, jenis pemeriksaan, keharusan untuk operasi, dan berbagai tindakan medik lainnya. Pada keadaan yang membutuhkan penanganan medis segera, maka faktor tarif mungkin tidak berperan dalam mempengaruhi demand, sehingga elastisitas harga bersifat inelastik. Sebagai contoh, operasi segera akibat kecelakaan lalu lintas. Apabila tidak ditolong segera, maka korban dapat meninggal atau cacat seumur hidup. 2.2.4.3 Jaminan atau asuransi kesehatan Asuransi dan jaminan kesehatan dapat meningkatkan demand terhadap pelayanan kesehatan, dengan demikian hubungan dari asuransi kesehatan dan jaminan kesehatan terhadap demand terhadap pelayanan kesehatan adalah bersifat positif. 2.2.4.4 Nilai waktu bagi pasien Tiga implikasi kebijakan menunjukkan bahwa biaya waktu berdampak penting terhadap permintaan akan layanan kesehatan, yaitu: a) Ketika harga yang dibebankan terhadap pasien berkurang, permintaan untuk pelayanan kesehatan akan menjadi lebih responsif terhadap biaya waktu. Jika kuantitas pelayanan kesehatan yang disuplai tidak meningkat secara cukup untuk memenuhi peningkatan permintaan, seperti dalam kasus dibawah sebuah system yang mirip dengan British National Health Service, maka kemungkinan metode pemikirannya adalah mengalokasikan perawatan pada mereka yang bersedia menunggu. Mereka yang dengan biaya waktu rendah lebih mungkin mendapatkan perawatan daripada mereka dengan peluang biaya waktu tinggi. b) Masyarakat menentukan bahwa kelompok-kelompok populasi tertentu harus meningkatkan pengggunaan jasa medisnya. Meski harga-harga uang untuk kelompokkelompok tersebut dikurangi, mungkin diharapkan untuk lebih meningkatkan

penggunaan layanan medisnya. Meski harga uang untuk kelompok-kelompok tersebut berkurang, mungkin lebih diharapkan meningkatkan penggunaan jasa lebih lanjut dengan mengurangi biaya waktu mereka. Membangun klinik didekat kelompokkelompok populasi tersebut akan mengurangi biaya perjalanan dan meningkatkan penggunaan layanan medis. c) Ketika system pengiriman layanan medis direncanakan, biaya waktu pasien harus dipertimbangkan bersama dengan biaya institusional, sebagai biaya yang relevan untuk diminimalkan oleh para perencana. Para konsumen bersedia membayar untuk mengurangi biaya waktu. Kecuali ini dimasukkan dlam perencanaan system pengiriman pelayanan kesehatan, para perencana mungkin berusaha mengurangi biaya rumah sakit dan bentuk perawatan lain dengan membangun lebih sedikit unit-unit yang lebih besar, sehingga meningkatkan biaya waktu travel pasien. 2.2.5 Faktor Lain Menurut Berbagai Sumber Menurut Fuchs (1998), Dunlop dan Zubkoff (1981) dan Laksono (2005) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan yaitu : 1. Kebutuhan berbasis aspek fisiologis

Faktor ini menekankan pada pentingnya keputusan petugas medis yang menentukan perlu tidaknya seseorang mendapatkan pelayanan medis. Keputusan petugas medis ini akan mempengaruhi penilaian seseorang akan status kesehatannya. Berdasarkan situasi ini maka demandpelayanan kesehatan dapat ditingkatkan atau dikurangi. Faktor-faktor ini dapat diwakilkan dalam pola epidemiologi yang seharusnya diukur berdasarkan kebutuhan masyarakat. Akan tetapi, data epidemiologi yang ada sebagian besar menggambarkan puncak gunung es yaitu demand, bukan kebutuhan (needs). 2. Penilaian pribadi akan status kesehatan

Secara sosio-antropologis, penilaian pribadi akan status kesehatan dipengaruhi oleh kepercayaan, budaya dan norma-norma sosial di masyarakat. Indonesia sebagai negara Timur sejak dahulu telah mempunyai pengobatan alternatif dalam bentuk pelayanan dukun ataupun tabib. Pelayanan ini sudah berumur ratusan tahun sehingga dapat dilihat bahwa demandterhadap pelayaanan pengobatan alternatif ada dalam masyarakat. Sebagai contoh, untuk berbagai masalah kesehatan jiwa peranan dukun masih besar. Di samping

itu, masalah persepsi mengenai risiko sakit merupakan hal yang penting. Sebagian masyarakat sangat memperhatikan status kesehatannya, sebagian lain tidak memperhatikannya. 3. Variabel-variabel ekonomi tarif

Hubungan tarif dengan demandterhadap pelayanan kesehatan adalah negatif, sangat penting dicatat bahwa hubungan negatif antara tarif dan demandterhadap pelayanan kesehatan secara khusus terlihat pada pasien yang mempunyai pilihan. Pada pelayanan rumah sakit, tingkat demandpasien sangat dipengaruhi oleh keputusan dokter. Keputusan dari dokter mempengaruhi length of stay, jenis pemeriksaan, keharusan untuk operasi, dan berbagai tindakan medik lainnya. Pada keadaan yang membu-tuhkan penanganan medis segera, maka faktor tarif mungkin tidak berperan dalam mempengaruhi demand, sehingga elastisitas harga bersifat inelastik.Sebagai contoh, operasi segera akibat kecelakaan lalu lintas. Apabila tidak ditolong segera, maka korban dapat meninggal atau cacat seumur hidup. 4. Penghasilan masyarakat

Kenaikan penghasilan keluarga akan meningkatkan demanduntuk pelayanan kesehatan yang sebagian besar merupakan barang normal, akan tetapi ada pula sebagian pelayanan kesehatan yang bersifat barang inferior, yaitu kenaikan penghasilan keluarga justru menurunkan konsumsi. Hal ini terjadi pada rumah sakit pemerintah di berbagai kota dan kabupaten. Ada pula kecenderungan mereka yang berpenghasilan tinggi tidak menyukai pelayanan kesehatan yang menghabiskan waktu banyak. Hal ini diantisipasi oleh rumah sakit-rumah sakit yang menginginkan pasien dari golongan mampu. Masa tunggu dan antrian untuk mendapatkan pelayanan medis harus dikurangi dengan menyediakan pelayanan rawat jalan dengan perjanjian misalnya. Faktor penghasilan masya-rakat dan selera mereka merupakan bagian penting dalam analisis demanduntuk keperluan pemasaran rumah sakit. 5. Asuransi Kesehatan dan dan Jaminan Kesehatan

Pada negara-negara maju, faktor asuransi kesehatan menjadi penting dalam hal demandpelayanan kesehatan. Sebagai contoh, di Amerika Serikat masyarakat tidak membayar langsung ke pelayanan kesehatan, tetapi melalui sistem asuransi kesehatan. Di samping itu, dikenal pula program pemerintah dalam bentuk jaminan kesehatan untuk

masyarakat miskin dan orang tua. Program pemerintah ini sering disebut sebagai asuransi sosial. Adanya asuransi kesehatan dan jaminan kesehatan dapat meningkatkan demand terhadap pelayanan kesehatan. Dengan demikian, hubungan asuransi kesehatan dengan demand terhadap pelayanan kesehatan bersifat positif. Asuransi kesehatan bersifat mengurangi efek faktor tarif sebagai hambatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan pada saat sakit. Dengan demikian, semakin banyak penduduk yang tercakup oleh asuransi kesehatan maka demandakan pelayanan kesehatan (termasuk rumah sakit) menjadi semakin tinggi. Peningkatan demand ini dipengaruhi pula oleh faktor moral hazard. Seseorang yang tercakup oleh asuransi kesehatan akan terdorong menggunakan pelayanan kesehatan sebanyak-banyaknya. 6. Variabel-variabel demografis dan umur

Faktor umur sangat mempengaruhi demandterhadap pelayanan preventif dan kuratif. Semakin tua seseorang sendiri meningkat demand-nya terhadap pelayanan kuratif. Sementara itu, demandterhadap pelayanan kesehatan preventif menurun. Dengan kata lain, semakin mendekati saat kematian, seseorang merasa bahwa keun-tungan dari pelayanan kesehatan preventif akan lebih kecil diban-dingkan dengan saat masih muda. Fenomena ini terlihat pada pola demografi di negara-negara maju yang berubah menjadi masyarakat tua. Pengeluaran untuk pelayanan kesehatan menjadi sangat tinggi. 7. Jenis kelamin

Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa demand terhadap pelayanan kesehatan oleh wanita ternyata lebih tinggi dibanding dengan laki-laki. Hasil ini sesuai dengan dua perkiraan. Pertama, wanita mempunyai insidensi penyakit yang lebih tinggi dibanding dengan laki-laki. Kedua, karena angka kerja wanita lebih rendah maka kesediaan meluangkan waktu untuk pelayanan kesehatan lebih besar dibanding dengan laki-laki. Akan tetapi, pada kasus-kasus yang bersifat darurat perbedaan antara wanita dan laki-laki tidaklah nyata. 8. Pendidikan

Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demandyang lebih tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi cenderung meningkatkan kesadaran akan status kesehatan, dan konsekuensinya untuk menggunakan pelayanan kesehatan. 9. Faktor-Faktor Lain

Berbagai faktor lain yang mempengaruhi demandpelayanan kesehatan, yaitu pengiklanan, tersedianya dokter dan fasilitas pelayan-an kesehatan, serta inflasi. Iklan merupakan faktor yang sangat lazim digunakan dalam bisnis komoditas ekonomi untuk meningkatkan demand. Akan tetapi, sektor pelayanan kesehatan secara tradisional dilarang karena bertentangan dengan etika dokter dan apabila akan diberikan maka dalam bentuk informasi mengenai pelayanan rumah sakit. Patut dicatat bahwa pelayanan kesehatan tradisional seperti para tabib, dukun, dan pengobatan alternatif sudah lazim melakukan iklan di surat kabar dan majalah. Berbagai rumah sakit di Indonesia telah memperhatikan faktor pengiklanan sebagai salah satu cara pening-katan demand. Tersedianya dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan faktor lain yang meningkatkan demand. Fuchs (1998) menyatakan bahwa pada asumsi semua faktor lain tetap, kenaikan jumlah dokter spesialis bedah sebesar 10% akan meningkatkan jumlah operasi sebesar 3%. Kehadiran dokter gigi akan meningkatkan demanduntuk pelayanan kesehatan mulut. Keberadaan dokter spesialis THT akan meningkatkan demand untuk operasi tonsilektomi. Kehadiran dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan dengan peralatan operasi akan meningkatkan demanduntuk pelayanan bedah caesar. Efek inflasi terhadap demand terjadi melalui perubahan-perubahan pada tarif pelayanan rumah sakit, jumlah relatif pendapatan keluarga, dan asuransi kesehatan. Faktor ini harus diperhatikan oleh rumah sakit karena pada saat inflasi tinggi, ataupun pada resesi ekonomi, demand terhadap pelayanan kesehatan akan dapat terpengaruh. Menurut Mills & Gilson (1990) hubungan antara teori permintaan dengan pelayanan kesehatan di negara-negara berkembang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dibawah ini : 1. Pendapatan, ada hubungan (asosiasi) antara tingginya pendapatan dengan besarnya permintaan akan pemeliharaan kesehatan, terutama dalam hal pelayanan kesehatan modern. 2. Harga berperan dalam menentukan permintaan terhadap pemeliharaan kesehatan. Meningkatnya harga mungkin akan lebih mengurangi permintaan dari kelompok yang berpendapatan rendah dibanding dengan kelompok yang berpendapatan tinggi. 3. Sulitnya pencapaian sarana pelayanan kesehatan secara fisik akan menurunkan permintaan. Kemanjuran dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan sangat

berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk meminta pelayanan dan pemberi jasa tertentu Sedangkan menurut Santerre dan Neun (2000) menyebutkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi demandterhadap pelayanan kesehatan adalah : 1. Harga pembayaran secara langsung oleh rumah tangga. 2. Pendapatan bersih (real income) 3. Biaya waktu (time cost), termasuk di dalamnya adalah biaya (uang) untuk perjalana termasuk muatan bis atau bensin di tambah biaya pengganti untuk waktu. 4. Harga barang substitusi dan komplementer 5. Selera dan preferensi, termasuk di dalamnya status pernikahan, pendidikan dan gaya hidup. 6. Fisik dan mental hidup 7. Status kesehatan 8. Kualitas pelayanan (quality of care) Dari berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi demand dalam pelayanan kesehatan, hanya dua faktor yang sangat penting yakni insiden penyakit dan provider (dokter). Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa faktor utama yang menentukan demand dalam pelayanan kesehatan berbeda dengan demand secara umum. Demand secara umum, faktor yang paling mempengaruhi adalah harga. Sedangkan demand dalam pelayanan kesehatan faktor utama yang lebih dominan adalah insiden penyakit dan provider. Insiden penyakit menjadi faktor utama karena demand pelayanan kesehatan akan muncul saat ada insiden penyakit. Semakin banyak insiden penyakit maka akan meningkat pula demand pelayanan kesehatan, sebaliknya apabila insiden penyakit menurun atau bahkan sampai tidak ada maka demand pelayanan kesehatan pun akan ikut menurun.Faktor utama lain yang paling menentukan yaitu seorang dokter atau provider. Konsumer sangat tergantung kepada penyedia (provider) pelayanan kesehatan. Oleh karena pada umumnya consumer tidak tahu banyak tentang jenis penyakit, jenis pemeriksaan dan jenis pengobatan yang dibutuhkannya. Dalam hal ini Providerlah yang menentukan jenis dan volume pelayanan kesehatan yang perlu dikonsumsi oleh konsumer.

Hal ini berarti pasien menyerahkan semua pengambilan keputusan kepada dokter dengan alasan minimnya pengetahuan dan kurangnya wewenang dari pasien itu sendiri untuk memutuskan pengobatan apa yang sebaiknya diterima. Selain sebagai provider atau penasehat pasien, dokter juga memiliki peran sebagai pemasok layanan medis. Sebagai pemasok layanan, dokter memiliki kepentingan keuangan dalam pelayanan pengobatannya, dapat dilihat bahwa dengan peningkatan pasokan dokter di suatu daerah, baik harga dan kuantitas akan meningkatkan pula pelayanan dokter. Hal seperti ini bisa menimbulkan suatu keadaan yaitu demand creation.

2.3 Demand Creation Demand creation (penciptaan permintaan) yaitu permintaan yang diciptakan karena terjadi suatu keadaan dimana dokter berperan sebagai penasehat pasien namun memiliki kepentingan pribadi yang bertentangan yaitu sebagai penyedia pelayanan kesehatan. Telah diamati bahwa peningkatan suplai dokter pada suatu daerah akan meningkatkan jumlah dan harga pelayanan dokter. Pasien mempunyai sedikit informasi berkenaan dengan kebutuhan pengobatan, dokter akan memanfaatkan ketidaktahuan tersebut dengan merekomendasikan tambahan pelayanan. Cara mengurangi demand creation, antara lain: 1. Meningkatkan Pengetahuan Pasien 2. Pengurangna Jumlah Operasi yang Tidak Perlu 3. Dorongan Financial 4. Mengubah biaya Reimbursment menjadi Kapitation a. Sistem penggantian (reimbursement). Dengan sistem penggantian, peserta asuransi harus mengeluarkan uang terlebih dahulu guna membayar biaya pengobatan yang kemudian dapat kita klaim atau meminta penggantian ke perusahaan asuransi dimana kita menjadi peserta asuransi. Dengan sistem ini maka kita bebas memilih rumah sakit yang mana saja, namun tentunya maksimal penggantian telah ditentukan dimuka. Yang perlu menjadi perhatian utama kita dalam melakukan klaim adalah kelengkapan surat-surat administrasi yang menjadi syarat utama agar proses penggantian biaya yang kita keluarkan dapat dibayar oleh perusahaan asuransi. Cepat lambatnya

pencairan dana klaim tergantung kepada pelayanan yang diberikan oleh perusahaan asuransi, namun secara umum berkisar 7 hari kerja. Bagi yang menganut sistem provider maka kita tidak perlu mengeluarkan uang terlebih dahulu. Kita hanya dibekali dengan kartu keanggotaan asuransi kesehatan guna mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan di rumah sakit atau klinik kesehatan yang telah kita pilih sebelumnya berdasarkan daftar rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan asuransi tersebut. Contoh dari sistem klaim atau sistem pengantian misalnya Sistem Klaim Jaminan Kesehatan pada PT. Jamsostek (Persero). b. Kapitasi Kapitasi berasal dari kata kapita yang berarti kepala. Secara harfiah maka sistem kapitasi berarti cara perhitungan berdasarkan jumlah kepala yang terikat dalam kelompok tertentu. Kepala dalam hal ini berarti orang atau peserta atau anggota. Definisi sistem kapitasi itu sendiri adalah metode pembayaran untuk jasa pelayanan kesehatan dimana pemberi pelayanan kesehatan (dokter atau rumah sakit) menerima sejumlah tetap penghasilan per perserta, per periode waktu (biasanya bulan), untuk pelayanan yang telah ditentukan per periode waktu. Kapitasi adalah metode pembayaran untuk jasa pelayanan kesehatan dimana Pemberi Pelayanan Kesehatan (dokter atau rumah sakit) menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta, per periode waktu (bulanan), untuk pelayanan yang telah ditentukan per periode waktu. Kapitasi didasari dari jumlah tertanggung (orang yang diberi jaminan atau anggota) baik dalam keadaan sakit atau dalam keadaan sehat yang besarnya dibayarkan di muka tanpa memperhitungkan jumlah konsultasi atau pemakaian pelayanan di PPK tersebut. Pembayaran kapitasi ini merupakan suatu cara pengendalian biaya dengan menempatkan PPK pada posisi menanggung resiko, seluruhnya atau sebagian, dengan cara menerima pembayaran atas dasar jumlah jiwa yang ditanggung. Berbeda dengan sistem pembayaran fee for service yang akan meningkatkan penghasilan jika semakin banyak pasien yang sakit dan berobat, pada sistem pembayaran kapitasi ini PPK akan mendapat uang/dana yang sama baik saat peserta yang ditanggung itu sehat maupun sakit. Jadi, jika peserta yang ditanggung oleh PPK banyak yang sakit dan berobat, ini justru akan mengakibatkan kerugian.

Untuk menentukan angka kapitasi perlu diketahui dua hal pokok yang harus diperhatikan dalam menentukan kapitasi, yaitu prediksi angka utilisasi (penggunaan pelayanan kesehatan) dan penetapan biaya satuan. Besaran angka kapitasi ini sangat dipengaruhi oleh angka utilisasi pelayanan kesehatan dan jenis paket (benefit) asuransi kesehatan yang ditawarkan serta biaya satuan pelayanan. Jenis-jenis kapitasi adalah sebagai berikut : a. Penuh/total : kapitasi melayani jasa rawat jalan dan rawat inap b. Sebagian : kapitasi hanya mencakup pada rawat jalan saja, rawat inap saja, atau hanya jasa pelayanan tanpa obat c. Risk adjustment capitation : berbasis umur, risiko sakit, dan geografi Dengan adanya sistem kapitasi ini, diharapkan akan terjadi:
a. Pemberian pelayanan yang berkualitas tinggi, dengan menegakkandiagnostik yang

akurat dan memberikan pengobatan atau tindakan yang tepat sehingga pasien akan cepat sembuh dan tidak kembali ke PPK untuk konsultasi ataupun tindakan lebih lanjut yang menambah biaya.
b. Pemberian pelayanan promotif dan preventif untuk mencegah insidensi kesakitan baru

sehingga peserta tidak perlu lagi berkunjung ke PPK. Hal ini tentu akan menurunkan utilisasi menjadi lebih rendah dan biaya pelayanan menjadi lebih kecil.
c. Pemberian pelayanan yang pas, tidak lebih dan tidak kurang, untuk mempertahankan

efisiensi dan menekan biaya pelayanan. d. Secara teori, sistem kapitasi ini merupakan sistem yang sanagt baik dengan keuntungan yang akan didapatkan semua pihak, baik dokter, pasien, maupun pihak asuransi. Namun, pada kenyataanya masih banyak hambatan dalam pelaksanaan sistem ini. Mutu pelayanan yang diharapkan meningkat justru kemudian menjadi turun karena hal - hal seperti:
a.

Sering melakukan rujukan agar waktu pelayanan lebih cepat, dapat melayani

banyak orang, dan meminimalkan biaya yang harus dikeluarkannya. Hal ini biasa terjadi pada pola kapitasi parsial, dimana PPK hanya menjamin rawat jalan dasar saja, sementara untuk rawat jalan lanjutan ataupun rawat inap perlu dirujuk ke tempat lain.

b. Mempercepat waktu pelayanan sehingga tersedia waktu lebih banyak untuk melayani

pasien non kapitasi yang tentu akan membayar lebih banyak. Artinya, mutu pelayanan menjadi berkurang karena waktu pelayanan yang singkat.
c. Tidak memberikan pelayanan dengan baik, supaya kunjungan pasien kapitasi tidak

banyak. Hal inilah yang kemudian sering menimbulkan banyaknya keluhan peserta atas pelayanan yang tidak memuaskan. Manfaat sistem kapitasi ini adalah : 1. ada jaminan tersedianya anggaran untuk pelayanan kesehatan yang akan diberikan 2. ada dorongan untuk merangsang perencanaan yang baik dalam pelayanan kesehatan, sehingga dapat dilakukan : a. pengendalian biaya kesehatan per anggota b. pengendalian tingkat penggunaan pelayanan kesehatan c. efesiensi biaya dengan penyerasian upaya promotif-preventif dengan kuratifrehabilitatif d. rangsangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, efektif dan efesien e. peningkatan pendapatan untuk PPK yang bermutu

f. peningkatan kepuasan anggota yang akan menjamin tersedianya kesehatan masyarakat 2.4 Perbedaan Demand Pelayanan Kesehatan dengan Demand Produk Secara Umum Aplikasi ilmu ekonomi pada sektor kesehatan perlu mendapat perhatian terhadap sifat dan ciri khususnya sektor kesehatan. Sifat dan ciri khusus tersebut menyebabkan asumsi-asumsi tertentu dalam ilmu ekonomi tidak berlaku atau tidak seluruhnya berlaku apabila diaplikasikan untuk sektor kesehatan. Ciri khusus tersebut antara lain: 1. Kejadian penyakit tidak terduga Adalah tidak mungkin untuk memprediksi penyakit apa yang akan menimpa kita dimasa yang akan datang, oleh karena itu adalah tidak mungkin mengetahui secara pasti pelayanan kesehatan apa yang kita butuhkan dimasa yang akan datang. Ketidakpastian (uncertainty) ini

berarti adalah seseorang akan menghadapi suatu risiko akan sakit dan oleh karena itu ada juga risiko untuk mengeluarkan biaya untuk mengobati penyakit tersebut. 2. Consumer Ignorance Konsumer sangat tergantung kepada penyedia (provider) pelayanan kesehatan. Oleh karena pada umumnya consumer tidak tahu banyak tentang jenis penyakit, jenis pemeriksaan dan jenis pengobatan yang dibutuhkannya. Dalam hal ini Providerlah yang menentukan jenis dan volume pelayanan kesehatan yang perlu dikonsumsi oleh konsumer. 3. Sehat dan pelayanan kesehatan sebagai hak Makan, pakaian, tempat tinggal dan hidup sehat adalah elemen kebutuhan dasar manusia yang harus senantiasa diusahakan untuk dipenuhi, terlepas dari kemampuan seseorang untuk membayarnya. Hal ini menyebabkan distribusi pelayanan kesehatan sering sekali dilakukan atas dasar kebutuhan (need) dan bukan atas dasar kemampuan membayar (demand). 4. Ekstemalitas Terdapat efek eksternal dalam penggunaan pelayanan kesehatan. Efek eksternal adalah dampak positif atau negatif yang dialami orang lain sebagai akibat perbuatan seseorang. Misalnya imunisasi dari penyakit menular akan memberikan manfaat kepada masyarakat banyak. Oleh karena itu imunisasi tersebut dikatakan mempunyai social marginal benefit yang jauh lebih besar dari private marginal benefit bagi individu tersebut. Oleh karena itu pemerintah harus dapat menjamin bahwa program imunisasi harus benar-benar dapat terlaksana. Pelayanan kesehatan yang tergolong pencegahan akan mempunyai ekstemalitas yang besar, sehingga dapat digolongkan sebagai komodity masyarakat, atau public goods. Oleh karena itu program ini sebaiknya mendapat subsidi atau bahkan disediakan oleh pemerintah secara gratis. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif akan mempunyai ekstemalitas yang rendah dan disering disebut dengan private good, hendaknya dibayar atau dibiayai sendiri oleh penggunanya atau pihak swasta. 5. Non Profit Motive Secara ideal memperoleh keuntungan yang maksimal (profit maximization) bukanlah tujuan utama dalam pelayanan kesehatan. Pendapat yang dianut adalah Orang tidak layak memeperoleh keuntungan dari penyakit orang lain. 6. Padat Karya

Kecendrungan spesialis dan superspesialis menyebabkan komponen tenaga dalam pelayanan kesehatan semakin besar. Komponen tersebut bisa mencapai 40%-60% dari keseluruhan biaya. 7. Mixed Outputs Yang dikonsumsi pasien adalah satu paket pelayanan, yaitu sejumlah pemeriksaan diagnosis, perawatan, terapi dan nasihat kesehatan. Paket tersebut bervariasi antara individu dan sangat tergantung kepada jenis penyakit. 8. Upaya kesehatan sebagai konsumsi dan investasi Dalam jangka pendek, upaya kesehatan terlihat sebagai sektor yang sangat konsumtif, tidak memberikan return on investment secara jelas. Oleh sebab itu sering sekali sektor kesehatan ada pada urutan bawah dalam skala prioritas pembangunan terutama kalau titik berat pembangunan adalah pembangunan ekonomi. Akan tetapi orientasi pembangunan pada akhirnya adalah pembangunan manusia, maka pembangunan sektor kesehatan sesuangguhnya adalah suatu investasi paling tidak untuk jangka panjang. 9. Restriksi berkompetisi Terdapat pembatasan praktek berkompetisi. Hal ini menyebabkan mekanisme pasar dalam pelayanan kaesehatan tidak bisa sempurna seperti mekanisme pasar untuk komodity lain. Dalam mekanisme pasar, wujud kompetisi adalah kegiatan pemasaran (promosi, iklan dan sebagainya). Sedangkan dalam sektor kesehatan tidak pernah terdengar adanya promosi discount atau bonus atau banting harga dalam pelayanan kesehatan. Walaupun dalam prakteknya hal itu sering juga terjadi dalam pelayanan kesehatan. Demand terhadap pelayanan kesehatan berbeda dengan demand bidang ekonomi disebabkan oleh: 1. Pada dasarnya orang tidak menyukai pelayanan kesehatan berbeda dengan pakaian, rumah, mobil. Yang diharapkan konsumen dalam pelayanan kesehatan adalah cepat sehat. 2. Konsumer pelayanan kesehatan berada dalam posisi lemah dan sangat ditentukan oleh pemberi yankes.
3. Demand yang terjadi bukan keputusan konsumer walaupun memutuskan dimana mau berobat

tapi

tidak

bisa

memutuskan

jenis

perawatan

atau

pengobatan

untuknya.

BAB III PENUTUP Pelayanan kesehatan adalah upaya, pekerjaan atau kegiatan kesehatan yang ditujukan untuk mencapai derajat kesehatan perorangan/ masyarakat yang optimal/ setinggi-tingginya. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu input yang digunakan untuk proses produksi yang akan menghasilkan kesehatan. Demandterhadap pelayanan rumah sakit tergantung terhadap demandakan kesehatan sendiri. Cara Mengukur DemandDalam Pelayanan Kesehatan 1. Riset pasar
2. Forcasting demand

Faktor Yang Mempengaruhi Demand Pelayanan Kesehatan 1.Insiden penyakit atau penyakit yang dirasakan
2.

Peran provider (dokter) dalam permintaan terhadap pelayanan kesehatan

3.Karakteristik budaya-demografi 4.Factor ekonomi Demand creation (penciptaan permintaan) yaitu permintaan yang diciptakan karena terjadi suatu keadaan dimana dokter berperan sebagai penasehat pasien namun memiliki kepentingan pribadi yang bertentangan yaitu sebagai penyedia pelayanan kesehatan. Cara mengurangi demand creation, antara lain: 1.Meningkatkan Pengetahuan Pasien
2.

Pengurangan Jumlah Operasi yang Tidak Perlu

3.Dorongan Financial
4.

Mengubah biaya Reimbursment menjadi Kapitation

DAFTAR PUSTAKA http://fk.uns.ac.id/static/materi/Ekonomi_Kesehatan_-_Prof_Bhisma_Murti.pdf http://manajemen-rs.net/dmdocuments/MRS_BAB%20VIII%20-%20KONSEP%20DEMAND %20DALAM.pdf http://docs.google.com/viewer? a=v&q=cache:wg3m11rfTV8J:repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20855/4/Chapter %2520II.pdf+definisi+pelayanan+kesehatan+adalah&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESiR6zq NtdoGhJIfjbWLJ959BqHRqdOyZARnSiqPh3owyO4ebsEPVSrR2Rdpsu9MCI8fPF7WaD4Mx_qb 3AyowmpBrbyEnO7bnxDPUsx4YAReaEtr1isuGM62Uz_Ov2d4HnSY9Dp_&sig=AHIEtbR1vPPp 1CvFX16nujyqUG909UUNng. http://manajemen-rs.net/dmdocuments/MRS_BAB%20VIII%20-%20KONSEP%20DEMAND %20DALAM.pdf. http://rhainakhairani.wordpress.com/2011/02/17/mari-mengenal-sistem-kapitasi-lebih-dekat/. Anonim. Penggunaan Ekonomi Mikro di Sektor Kesehatan. http://manajemen-

rs.net/dmdocuments/MRS_BAB%20V%20-%20PENGGUNAAN%20EKONOMI%20MIKRO.pdf.

Вам также может понравиться