Вы находитесь на странице: 1из 15

ENDOMETRITIS RADANG Uterus, tubavalopi, ovarium, pembuluh-pembuluh darah dan limfe, jaringan ikat di sekitarnya dan peritoneum yang

menutupi alat-alat tersebut diatas merupakan kesatuan fungsional. Radang dapat menyebar dengan cepat dari kavum uteri ke seluruh genetalia interna. Radang edometrium dinamakan endometritis, radang otot-otot uterus, dinamakan miometritis atau metritis dan radang peritoneum disekitar uterus dinamakan perimetritis. I. PENGERTIAN Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan. (Taber, B., 1994). Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). (Manuaba, I. B. G., 1998). Radang selaput lendir rahim atau endometritis adalah peradangan yang terjadi pada endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim, yang terjadi akibat infeksi. Terdapat berbagai tipe endometritis, yaitu endometritis post partum (radang dinding rahim sesudah melahirkan), endometritis sinsitial (peradangan dinding rahim akibat tumor jinak disertai sel sintitial dan trofoblas yang banyak), serta endometritis tuberkulosa (peradangan pada dinding rahim endometrium dan tuba fallopi, biasanya akibat Mycobacterium tuberculosis. Kesimpulan: Endometritis adalah suatu peradangan yang terjadi pada endometrium (lapisan dalam rahim) yang disebabkan adanya infeksi oleh bakteri pada jaringan. II. ETIOLOGI

Penyebabnya akibat adanya infeksi pada saluran reproduksi bagian bawah. Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim. Mikroorganisme yang menyebabkan endometritis diantaranya : Campylobacter foetus, Brucella sp, dan trichomonas foetus. Endometritis juga dapat diakibatkan oleh bakteri

oportunistik spesifik seperti : Corynebacterium pyogenes, Eschericia coli dan Fusobacterium necrophorum. Organisme penyebab biasanya mencapai vagina pada saat perkawinan, kelahiran, sesudah melahirkan atau memulai sirkulasi darah. Terdapat banyak faktor yang berkaitan dengna endometritis, yaitu retensio sekundinarum, distosia, faktor penanganan, dan siklus birahi tertunda. Selain itu, endometritis biasa terjadi setelah kejadian aborsi, kelahiran kembar, serta kerusakan jalan lahir sesudah melahirkan. Endometritis dapat terjadi sebagai kelanjutan kasus distosia atau retensi plasenta yang mengakibatkan involusi uterus pada periode sesudah melahirkan menurun. Endometritis sering juga berkaitan dengan adanya Korpus Luteum Persistem (CLP). III. KLASIFIKASI Menurut Wiknjosastro (2002), 1. ENDOMETRITIS AKUTA Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus. Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas dan menyebabkan endometritis akut. Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus. Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke parametrium, ketuban dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya. Gejala-gejala endometritis akut dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya. Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah sekitarnya nyeri pada perabaan. Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukan radium ke dalam uterus, memasukan IUD (intra uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya.

Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akut tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke jaringan di sekitarnya. Endometritis akuta yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak seberapa patogen pada umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid. Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting adalah berusaha mencegah, agar infeksi tidak menjalar. TANDA GEJALA

Demam Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-kadang keluar flour yang purulent. Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi. Kalau radang tidak menjalar ke miometrium atau parametrium tidak nyeri.

TERAPI

Uterotonika. Istirahat, letak fowler. Antibiotika. Endometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus carsinoma. Dapat diberi estrogen.

2. ENDOMETRITIS KRONIKA Endometritis kronika tidak seberapa sering terjadi. Oleh karena itu infeksi yang tidak dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit. Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium. Gejala-gejala klinis endometritis kronika adalah leukorea dan menorargia. Pengobatan tergantung dari penyebabnya. Endometritis kronis ditemukan pada: 1. Pada tuberkulosis.

2. Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus. 3. Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri. 4. Pada polip uterus dengan infeksi. 5. Pada tumor ganas uterus. 6. Pada salpingo oofaritis dan selulitis pelvik. Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus TB genital. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel pada tengah-tengah endometrium yang meradang menahun. Pada abortus inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat desidua dan vili korealis di tengah-tengah radang menahun endometrium. Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat peradangan dan organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta. Endometritis kronika yang lain umumnya akibat ineksi terus-menerus karena adanya benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri. GEJALA

Flour albus yang keluar dari ostium. Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi.

TERAPI

Perlu dilakukan kuretase.

KOMPLIKASI Wound infection Peritonitis Adnexal infection. Parametrial phlegmon

Abses pelvis Septic pelvic thrombophlebitis.

3. GEJALA KLINIS Gejala klinis endometritis yaitu lendir vagina yang berwarna keputihan sampai kekuningan yang berlebihan, dan rahim membesar . Penderita dapat nampak sehat, walaupun dengan lendir vagina yang kekuningan dan dalam rahimnya tertimbun cairan.. Pengaruh endometritis terhadap kesuburan dalam jangka pendek adalah menurunkan kesuburan sedangkan dalam jangka panjang endometritis menyebabkan gangguan reproduksi karena terjadi perubahan saluran reproduksi.

4. PATOFISIOLOGI Keputihan yang lama pemasangan/pelepasan IUD hubsex partus/abortus

Radang local

termanipulasi oleh penis

luka pada portio

Kuman masuk dalam endoservik dan kelenjar

Infeksi mulut rahim menyebar ke endoservik

infeksi lewat jalan limfe atau lewat trombofeblitis Peradangan endometrium

Endometritis Akuta

menahun (Endometritis Kronik)

. PENATALAKSANAAN 1. Antibiotik lokal atau sistemik (oksitetrasiklin 500-1500 mg dengan pemakaian maksimal 3-6 gr intra uterine, neomisin 500-1000 mg) 2. Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok sasaran terpi. Evaluasi klinis daan organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga pengetahuan

bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotik. 3. Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi ditambah terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit per oral untuk memberikan nutrisi yang memadai. 4. Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus atau post partum. 5. Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak manfaatnya. 6. Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan plasenta yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan-lahan dan hati-hati. Histerektomi dan salpingo oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan bila klostridia teah meluas melampaui endometrium dan ditemukan bukti adanya sepsis sistemik klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal) 7. Mengobati uterus dengan radiasi infra merah yang berintensitas rendah atau terapi laser dengan jarak 5-10 cm dari kulit, waktu tiap penyinaran kurang lebih 30 detik, dengan total waktu penyinaran 1 menit. 8. Pengobatan dengan IMG-42.2, dengan jalan kontak langsung dengan horn cap, menggunaka daerah antara sakral ke-2 dan ke-3. Area kontrol dari proses fisiologi ini berada di uterus. Waktu teraoi kurang lebih 10 menit. Altrnatif lain daerah radiasi lainnya adalah antara prosesus spinosus sakral 2 dan 3, kanan kirinya berjarak 4 jari. Waktunya 5 menit untuk tiap area, dengan total waktu 10 menit.

ASUHAN KEBIDANAN Pada Ibu P... dengan Endometritis Tempat :

Tanggal/Waktu : Pengkaji :

I. PENGKAJIAN A. Pengkajian Data subjectif 1. Biodata Nama Umur Agama : : :

Pendidikan : Suku Pekerjaan Alamat : : :

2.

Keluhan utama Ibu mengatakan keputihan yang berbau dan berwarna kuning Ibu mengatakan merasa perutnya semakin membesar

3.

Riwayat kesehatan sekarang Ibu mengeluh mengeluarkan keputihan yang berbau dan berwarna putih kekuningan.

4.

Riwayat kesehatan dahulu Ibu pernah mengalami kerokan pada uterus diluar partus atau abortus

5. Riwayat kesehatan keluarga -

6. Riwayat menstruasi Siklus : Metrorargia (pada endrometritis akuta) Menorargia/ metrorargia (pada endrometritis kronika) Flour albus : (positif), banyak, berbau

7. Riwayat pernikahan 8. Riwayat obstetri a. Riwayat persalinan 9. Riwayat KB

Ibu mengatakan pernah menggunakan kontrasepsi IUD

10.
ii.

Pola kehidupan sehari-hari i. Nafsu makan ibu menurun dan melakukan tarak setelah makan Terjadi gangguan istirahat karena ada rasa nyeri pada daerah abdomen pada bagian bawah jika ketekan.
iii.

Ibu sering ganti celana dalam bila celana dalam terasa basah

11.

Riwayat psikososial Ibu mengatakan merasa cemas

Data objectif 1. Pemeriksaan umum k/u TTV : lemah : TD : 90/60 mmhg (menurun)

N : 100 x/mnt(cepat/meningkat) R: dbn x/mnt S : > 37,5 C(meningkat)

2. Pemeriksaan Fisik Mata Abdomen : conjungtiva pucat : inspeksi : perut membuncit Palpasi : nyeri tekan pada abdomen bagian bawah Genitalia :leukore/keputihan (putih kehijauan), Berbau busuk, perdarahan

3. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan darah lengkap (leukosit meningkat) -

Kadar Hb : 12-14 (wanita), 13-16 (pria) g/dl Jumlah leukosit : meningkat (N: 5000 10.000 /l) Jumlah trombosit : 150.000 400.000 /l Hematokrit : 35 45 % LED : 0 10 mm/jam (pria), 0 20 mm/jam (wanita)

Pemeriksaan cairan dari serviks Pemeriksaan rektal Pada palpasi perrektal akan teraba dinding rahim agak kaku dan di dalam rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan sebagai fluktuasi (tergantung derajat infeksi). Pemeriksaan vaginal

Pemeriksaan vaginal dapat dilakukan dengan menggunakan vaginoskop dengan melihat adanya lendir, lubang leher rahim (serviks) agak terbuka dan kemerahan di daerah vagina dan leher rahim

II. Interpretasi Data Dasar DX DS : Ibu P.............. dengan endometritis : ibu mengeluh mengeluarkan keputihan yang berbau dan berwarna putih

kekuningan. Do : TTV : TD : 90/60 mmhg (menurun) N : 100 x/mnt(cepat/meningkat) R: dbn x/mnt S : > 37,5 C Mata Abdomen : conjungtiva pucat : inspeksi : perut membuncit Palpasi : nyeri tekan pada abdomen bagian bawah, kontraksi

uterus lemah Genitalia : leukore/keputihan. Berbau busuk, perdarahan

Pemeriksaan darah lengkap Pemeriksaan cairan dari serviks Kuldosentesis

Laparoskopi USG panggul

III. Identifikasi Diagnosa / masalah potensial Miometritis, Infertilitas IV. Identifikasi kebutuhan segera Kolaborasi dengan dokter SpoG

V. Intervensi 1. jelaskan pada ibu tentang keadaanya R/ ibu mengerti tentang keadaanya dan lebih kooperatif 2. Pasang infus R/ keseimbangan cairan 3.Anjurkan ibu istirahat cukup dengan posisi fowler R/ istirahat menjaga kondisi ibu dan posisi fowler mencegah penyebaran infeksi 4.Observasi TTV R/ deteksi dini komplikasi 5.Berikan diet TKTP dan banyak minum air putih R/ perbaikan nutrisi dan menjaga keseimbangan tubuh 6.Lakukan informed consent

R/ sebagai bukti ontentik 7.Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemeberian terapi (antibiotik ) dan melakukan tindakan selanjutnya R/ tugas dependen bidan

VI. Implementasi
1.

Menjalaskan kondisi ibu bahwa ibu sedang menderita infeksi rahim (endrometritis) dan harus dirawat di RS Memasang infus RL sebagai rehidrasi Menganjurkan ibu istirahat cukup dengan posisi semi fowler agar infeksi tidak menyebar.

2. 3.

4. Mengobservasi TTV TTV : TD : 90/60 mmhg (menurun)

N : 100 x/mnt(cepat/meningkat) R: 28x/mnt S : 38,2 C(meningkat) 5. Membetikan diet TKTP yang mengandung gizi seimbang yang di butuhkan oleh tubuh dan menganjur ibu banyak minum 6. Melakukan informed consent 7. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemeberian terapi (antibiotik ) dan melakukan tindakan selanjutnya

VII. Evaluasi Tanggal : waktu :

S : ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan bidan dan akan melaksanakan anjuran bidan serta menyetujui tindakn medis selanjutnya O : informed consent telah ditanda tangani TTV : TD : 90/60 mmhg (menurun) N : 100 x/mnt(cepat/meningkat) R: 28x/mnt S : 38,2 C(meningkat) A : Ibu P....... dengan endometritis P : - Observasi TTV -Lanjutkan perintah dokter SpoG

Вам также может понравиться