Вы находитесь на странице: 1из 10

Geliat Laskar Anti Korupsi

Tulisan semi populer untuk memenuhi Tugas Akhir mata kuliah Pokok dan Tokoh.
Oleh: Dwi Indah Rahmawati Dewi Ratih Dhea Eka Pradani Ratih Kumalaningrum Wahyu Awaludin

Hari itu adalah hari yang biasanya diisi oleh Namun, kegiatan malah

ekstrakurikuler.

ada sekumpulan anak yang berdiri berdesak-desakan di salah satu kelas SDN 15 Srengseng Sawah. Jelas ada yang terjadi di sana.

Ket: suasana mendongeng

Di hadapan mereka, teman-teman sebayanya sedang duduk bersila, khusyuk memandang ke depan. Tapi itu tak berlangsung lama. Kadang mereka menyahut, berteriak, dan tertawa. Mereka yang berdiri berdesakan pun ikut tertawa.

Beberapa meter dari situ, seorang pemuda berjaket sporty dan bercelana jeans sedang menyilangkan dada. Ia memperhatikan dengan cermat. Sesekali ia manggutmanggut, sesekali ia tersenyum. Ia menyadari kehadiran kami rupanya. Lihat, lihat...bukankah itu keren?, katanya sambil menunjuk sesuatu yang sedang terjadi di dalam. Kami duduk di bangku depan kelas, relaks. Dia mengenalkan namanya: Jiwo Damar Anarkie. Berasal dari SMAN 1 Bekasi, Jiwo Damar Anarkie sekarang menjadi mahasiswa jurusan Ilmu Politik FISIP UI 2009. Tahun 2011, Jiwo menjadi Kepala Departemen BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) FISIP UI. Saat ini, kegiatannya adalah menjadi peserta ILDP (Indonesia Leadership Development Program) program kepemimpinan dari Direktorat Kemahasiswaan UI dan penerima beasiswa kepemimpinan PPSDMS (Program Pengembangan Sumber Daya Manusia). Hhari itu ia berbicara dengan penuh semangat.

Lihat saja...kami akan menyebarkan kegiatan ini, virus ini.., kata Jiwo. Di SDN 15 Srengseng Sawah memang sedang ada kegiatan. Dua orang pemuda berdiri di depan kelas, memakai bermacam atribut anak-anak. Satu orang memakai mahkota raja yang terbuat dari kertas, sedangkan yang lainnya memakai selendang. Mereka sedang mendongengkan cerita tentang seorang sekretaris raja yang korup. Suasana kelas riuh sekali. Anak-anak tampaknya menyukainya. Mungkin tak ada yang aneh dari kegiatan ini.
Ket: Jiwo Damar Anarkie

Namun, bila ditelisik lebih jauh, ternyata dongeng ini mengandung nilai-nilai kejujuran, kerja keras, dan anti korupsi. Ini adalah kegiatan mendongeng dari FLAC (Future Leader for Anti-Corruption). FLAC itu semacam komunitas Laskar Anti-Korupsi. Dari namanya kita tahu kalau tujuan komunitas ini adalah menciptakan kader-kader pemimpin anti korupsi,

ujar Jiwo. Dia membetulkan gaya duduknya, kemudian melanjutkan, FLAC ini sebenarnya pertama kali dideklarasikan Juli 2011, saat ada acara NLC (National Leadership Camp). Itu acara dari PPSDMS. Memang FLAC pertama kali dibuat oleh teman-teman PPSDMS. Ada FLAC regional Bandung, Jogja, Bogor, dan Surabaya cukup banyak juga kan.. Kami yang merasa terpanggil akhirnya membentuk komunitas ini. Pemikirannya adalah memberantas korupsi harus dimulai sejak anakanak. Mengapa? Karena anak-anak masih bisa kita tanamkan nilai-nilai yang baik. Tapi kan anak-anak nggak suka hal yang berat-berat. Nah, terus kita mikir...apa ya media yang paling pas untuk menanamkan nilai untuk anak-anak..
Ket: lambang FLAC

Ya, jawabannya dongeng! Mendapat pencerahan seperti itu, Jiwo segera menemui KODAI. KODAI adalah Komunitas Dongeng Indonesia yang sebagian anggotanya mahasiswa FIB UI. Kemudian tersebutlah dua nama dari KODAI untuk mendukung kegiatan FLAC. Mereka adalah Viktor dan Permadi Heru. Setelah itu, Jiwo juga menemui Ririn Afitri, mahasiswa Psikologi UI yang selanjutnya bergabung menjadi tim FLAC. Waktu itu kira-kira bulan Februari 2012. Hari Kamis sore saya ketemu Jiwo di Psikologi. Jiwo cerita tentang visi-misi FLAC. Dia juga cerita kalau FLAC akan mendongeng dan sasarannya anak-anak SD kelas 3, 4, dan 5 Awalnya, Ririn Afitri terdaftar sebagai anggota GUIM (Gerakan UI Mengajar), sebuah gerakan mengajar dari BEM UI untuk anak-anak SD daerah Garut meniru gerakan Indonesia Mengajar. Setelah mendapatkan pemaparan Jiwo, Ririn segera menghubungi lagi teman-temannya di GUIM untuk mengajak mereka terlibat dalam FLAC. Maka Seto, Alfi, dan Pandu bersedia bergabung dengan FLAC dan mulai bergerak bersama.

Sementara itu, beberapa teman PPSDMS juga terjun untuk membantu FLAC. Ada Agung Supriyadi (FKM), Hammam HT (FE), Haniyah Nadhira, dan Ihda. Ada juga Ilma Alyani. Mereka semua mulai membentuk sebuah struktur sederhana, mulai dari sekretaris, bendahara, sampai tim materi. Selain dari mahasiswa, FLAC pun meminta dukungan dari KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). KPK itu strategis. Oleh karena itu, kami memohon bantuan mereka. Kami melalui rapat demi rapat. Kami membentuk Twitter (@flac_indonesia) dan FB Fan Page nya (http://www.facebook.com/flac.indonesia). Kami juga membuat spanduk FLAC. Kami lalu mendatangi sekolah demi sekolah untuk melaksanakan program ini. Ada empat sekolah yang akhirnya mau menerima kami: SDN 1 Pocin, SDN 4 Pocin, SDN 12 Srengseng Sawah, dan SDN 15 Srengseng Sawah.., kata Jiwo.
Ket: Deklarasi awal FLAC

Nama FLAC sendiri kemudian menyebar di dunia maya dan dunia nyata. Saat tulisan ini diturunkan, ada 157 follower di Twitter dan 192 likes di Facebook. Setelah berlalu beberapa

waktu, media mulai melirik FLAC. Adalah Adri Nur Muhammad

Martadipura, seorang wartawan bebas Jurnal Depok yang menurunkan berita headline tentang FLAC pada edisi 22 Mei 2012. Kami juga berhasil menggaet sponsor dari Surabaya. Beliau membiayai sebagian keperluan kami. Kami sungguh bersyukur.. pungkas Jiwo.

Korupsi di Dunia Kuno Korupsi rupanya bukan barang baru. Peradaban-peradaban kuno pun sudah mengenalnya. Dalam makalahnya, What is Corruption? A History of Corruption Studies and the Great Definitions Debate, Mark Jorgensen Farrales dari University of

California mengutip sebuah kisah di India 2400 tahun yang lalu. Kautilya, menteri dari raja Chandragupta Maurya, sempat berbicara tentang korupsi:
Imported goods shall be sold in as many places as possible [and] local merchants who bring in foreign goods by caravan or by water routes shall enjoy exemption from taxes, so that they can make a profit. The King shall protect trade routes from harassment by courtiers, state officials, thieves and frontier guards [and] frontier officers shall make good what is lost Just as it is impossible not to taste honey or poison that one may find at the tip of ones tongue, so it is impossible for a government servant not to eat up at least a bit of the Kings revenue And there are about forty ways of embezzlement by the government servant

Tidak hanya di Timur, di Barat pun tindak korupsi pernah tercatat dalam sejarah. Seperti yang ditulis oleh Douglas O. Linder dari University of Missouri, Gaius Verres (115-43 SM), pejabat negara Romawi kuno yang terbukti melakukan korupsi, diasingkan sekaligus dibunuh oleh raja. Verres lahir pada tahun 114 SM. Ayahnya adalah seorang senator Romawi, tetapi tidak ada data tentang ibunya. Ia memulai karirnya sebagai pejabat pada tahun 84 SM. Sejak saat itu, karirnya semakin menanjak. Menurut Cicero, Verres menggunakan kekuasaannya sebagai pejabat Romawi untuk melakukan banyak kejahatan, misalnya menyuap 300.000 sesterces (mata uang Romawi Kuno) untuk memenangkan pemilihan umum

(http://law2.umkc.edu/faculty/projects/ftrials/verres/verresaccount.html). Di masa modern ini, menurut Corruption Perception Index 2011, Indonesia berada di urutan 100 dari 182 negara dengan indeks persepsi korupsi 3,0. Angka ini, walaupun terlihat buruk, sebenarnya adalah kemajuan besar bagi republik zamrud khatulistiwa ini. Pada tahun 2000, indeks persepsi korupsi Indonesia hanya 1,7. Pada tahun 2001 sampai dengan 2003, angkanya membaik menjadi 1,9. Pada tahun 2004, indeks persepsi korupsi Indonesia semakin membaik menjadi 2,0, kemudian meningkat lagi menjadi 2,2 pada tahun 2005 dan 2,4 pada tahun 2006. Laporan terbaru dari Transparency International menunjukkan bahwa pada tahun 2011, indeks persepsi korupsi di Indonesia telah membaik menjadi 3,0 (KPK: 29). Negara paling bersih adalah New Zealand dengan indeks persepsi korupsi 9,5. Malaysia mendapat angka 4,3 (posisi 60), Thailand mendapat angka 3,4 (posisi 80), Laos mendapat 2,2 (posisi 154), dan Singapore mendapat 9,2 (posisi 5).

Dongeng dan Nilai-nilai Sebenarnya, seberapa signifikan aksi dongeng yang dilakukan oleh FLAC? Apakah dongeng cukup mampu menanamkan nilai-nilai kejujuran itu? Untuk mengetahui hal ini lebih dalam, kami telah menemui Deny Kadarusman, pendongeng nasional, juga ibu Eko Handayani, dosen Psikologi Anak Psikologi UI.
Ket: Eko Handayani

Anak-anak usia 8-11 tahun (kelas 3-5 SD), sangat menyukai cerita. ibu Ani (Eko Handayani) memulai

percakapan pada siang tanggal 29 Mei 2012 di gedung C Psikologi UI. Mereka masih sering menonton kartun dan halhal yang berbau fantasi lain. Namun, mereka juga sudah mulai bisa membedakan bahwa ini adalah fiksi, tidak benar-benar ada di dunia nyata. Misalnya, mereka tahu bahwa cerita sinterklas adalah fiksi, begitu pula Batman dan Spiderman. Mereka sudah bisa menerima itu semua. Walaupun mereka sudah tahu, itu tidak berpengaruh. Mereka tetap menyukai kisah-kisah itu. Menurut saya apa yang dilakukan FLAC sudah tepat. Dongeng memang sarana yang efektif untuk menanamkan nilai. Namun, jangan dilupakan, sebuah nilai itu banyak faktor yang membentuknya. Anak-anak kelas 3-5 SD itu suka bilang, kata pak guru nggak boleh bohong, tetapi kalau di rumahnya ketika tamu datang ia diminta ayahnya untuk bilang, Ayah tidak ada, maka akan terjadi perbenturan nilai. Di sekolah dilarang bohong, tetapi di rumah disuruh bohong. Jadi, ada banyak faktor yang bermain di sini. Tidak bisa hanya dongeng saja... Deny Kadarusman, pendongeng nasional yang kami temui di YABI (Yayasan Anak Bangsa Indonesia) di daerah Cibubur, juga mempunyai pendapat yang kurang lebih sama. YABI adalah yayasan non-profit yang bergerak dalam bidang pendidikan anak. Alamat website YABI bisa kita akses di http://yabi.or.id/. Deny Kadarusman adalah dosen tamu di beberapa perguruan tinggi sekaligus Direktur YABI saat ini. Orang yang menjadi guru beberapa pendongeng nasional yang saat ini sedang naik

daun pernah juga mendongeng di FLAC. Salah satu anggota FLAC ada yang mempunyai link ke Deny. Saat kami menemuinya, penampilan Deny begitu santai dan ramah. Kami disuguhi minuman. Tak berapa lama kemudian, kami membuka percakapan kami tentang FLAC. Lalu, Deny memberitahu pendapatnya, Dongeng adalah level tertinggi dalam sastra. Saya percaya kalau dongeng tuh cara paling ampuh untuk anak-anak. Anak-anak mana mau disuruh-suruh dan diperintah. Mereka akan melanggar kalau disuruh seperti itu. Oleh karena itu, cara yang paling tepat adalah dengan bercerita, mendongeng. Menurut Deny, metode penanaman nilai-nilai dengan menggunakan metode mendongeng dirasa cukup efektif karena budaya yang paling mengakar bagi masyarakat Indonesia adalah budaya lisan. Sejak sebelum mengenal aksara, masyarakat Indonesia berkomunikasi secara lisan dan kelisanan tersebut masih tetap terjaga hingga era modern ini. Oleh sebab itulah, metode mendongeng patut untuk digunakan dalam menanamkan ajaran moral kepada masyarakat khususnya anakanak. Masih menurut pendapat Deny, kita tak boleh asal mengambil cerita dalam dongeng karena isi cerita itu akan melekat ke memori anak. Apalagi, kebiasaan orangtua kita adalah mendongeng ketika menjelang tidur. Itu adalah waktu terbaik untuk menanamkan nilai-nilai ke anak. Ada gelombang-gelombang tertentu dalam kepala si anak yang bisa membuat dia nyaman mendengarkan dongeng pada saat-saat menjelang tidur. Suasananya pun sangat mendukung. Ia berbaring bersama ibu, tempatnya aman dan nyaman, dan sebentar lagi ia akan beristirahat. Si anak akan mendengarkan sepenuhnya dan mayoritas nilai-nilai dari dongeng yang diceritakan itu akan masuk. Makanya saya nggak setuju dongeng kancil mencuri ketimun (mentimun red). Waktu gede, kita akhirnya jadi pencuri semua, koruptor semua. Dongeng juga berpengaruh ke alam bawah sadar para koruptor itu. Kalau ada yang bilang itu cerita rakyat yang harus dilestarikan, saya akan bilang buat apa budaya yang jelek dipertahankan... Deny Kadarusman meneguk minumannya sedikit.

Selain itu, menurutnya lagi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendongeng untuk anak-anak. Hal-hal tersebut adalah menghindari kesan menggurui dan menghindari memberikan kesimpulan pada cerita. Kesan menggurui adalah hal yang paling tidak disukai oleh kebanyakan orang terutama anak-anak. Anak-anak akan merasa enggan dan malas jika mendengarkan kisah-kisah yang menggurui. Menarik kesimpulan pada cerita hanya akan membuat anak-anak menelan mentahmentah apa yang kita ceritakan tanpa ada yang dicernanya. Oleh karena itu, biarkanlah anak-anak menarik kesimpulan sendiri dari apa yang kita ceritakan dengan bertanya kepada mereka mengenai apa isi dari cerita tersebut. Pemberian tes pascadongeng juga sangat dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana anak memahami apa yang kita ceritakan kepada mereka. Tes pascadongeng tersebut dapat berupa permainan dan juga hal-hal lain yang disukai oleh anak-anak. Anak-anak akan dengan cepat menerima dan menyimpan apa yang mereka pelajari dalam kondisi kejiwaan yang sedang gembira. Selain itu, nilai-nilai yang ditanamkan kepada anak-anak semenjak dini akan direalisasikan oleh mereka ketika mereka beranjak dewasa. Oleh karena itulah, stimulus yang berkesinambungan harus dijalani oleh para orang dewasa. Efek langsung yang datang kepada anak-anak adalah mereka dapat merasa senang dan juga merasa mendapatkan pelajaran baru mengenai kejujuran. Salah satu siswa SD Srengseng Sawah yang kami kunjungi mengaku sangat menyukai kegiatan ini karena dapat memberikan pengetahuan baru bagi mereka. Selain itu, mereka juga berusaha untuk selalu menanamkan kejujuran di mana pun mereka berada, termasuk tidak menyontek ketika di dalam kelas. Hal senada juga diungkapkan ibu Ani. Menurutnya, tes pascadongeng paling baik dilakukan dengan cara spontan. Hindari tes tertulis karena itu akan mengurangi nilai kemurnian hasil tes pada anak-anak. Caranya gampang aja. Ada satu orang anak FLAC yang siap mencatat. Nah, kemudian yang lain memancing pertanyaan-pertanyaan tentang dongeng yang barusan sudah diceritakan. Misalnya, anak-anak ditanya, Siapa yang paham isi cerita

dongeng tadi?, Dari dongeng tadi, menurut adik-adik siapa tokoh yang jahat?, dan seterusnya. Jawaban-jawaban yang akan dikemukakan secara spontan ini yang harus dicatat dengan sigap oleh FLAC.., jelas ibu Ani. Namun, perlu diakui, FLAC baru aktif melakukan kegiatan beberapa bulan. Oleh karena itu, efek dari kegiatan ini belum begitu terasa. Dongeng itu gak bisa kelihatan hasilnya dalam sehari, kak...harus melalui proses dulu baru keliatan berpengaruh apa nggak buat si anak, terang Deny Kadarusman ketika kami bertanya pengaruh dongeng. Untuk mengatasinya, FLAC didampingi oleh empat tim riset. Tim-tim riset ini seringkali mendampingi ketika FLAC mengadakan kegiatan. Selain itu, mereka juga nantinya akan memberikan saran dan kritik demi kemajuan FLAC ke depannya.

Strategi Mendatang Keberlangsungan kegiatan mendongeng ini tidak bisa dengan serta-merta ditinggalkan begitu saja. FLAC menyadari bahwa keberlangsungan dan

kesinambungan kegiatan ini harus dipertahankan demi mencapai efektifitas yang maksimal. Oleh karena itu, Jiwo selaku ketua FLAC telah menyusun beberapa startegi dan langkah mendatang. Langkah-langkah yang ditempuhnya adalah dengan bekerja sama dengan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Indonesia dengan memasukkan agenda mendongeng denga tema antikorupsi ini ke dalam program rumah kreatif. Maksud dari diadakannya strategi seperti itu adalah untuk menyebarkan nilai-nilai tersebut ke daerah-daerah perbatasan yang sangat rentan terhadap pengaruh luar. Selain dengan bekerja sama dengan KKN UI, FLAC juga mengadakan agenda pulang kampung. Pulang kampung ini dimaksudkan untuk menyebarkan kegiatan ini dan juga membentuk jaringan FLAC di kampung-kampung halaman para pengurusnya. Dengan demikian, diharapkan program-program yang akan dijalankan oleh FLAC dalam rangka memberantas korupsi dengan metode lisan ini tersebarluaskan. Selain itu, FLAC juga akan menyelenggarakan Festival Hari Anak

Anti-Korupsi. Ini adalah festival FLAC yang ditujukan untuk anak-anak dari seluruh Indonesia. Akan ada seleksi dari SD-SD di seluruh negeri. Yang dipilih akan ikutan festival ini..., Jiwo menjelaskan. Tapi ini masih kita godok.. Paling tidak hasilnya mulai terlihat... Jiwo menerawang. Saat sesi permainan di SD 04 Pocin, ada satu anak yang ingin mengganti jawaban games di papan tulis. Padahal itu melanggar peraturan. Saat itulah ada siswa lain yang menahannya dari belakang. Dia bilang, Eh, jangan...itu gak jujur.., katanya. Siswa yang satunya pun mundur. Sambil menepuk-nepuk dadanya ia menggumam, Harus jujur, harus jujur... Jam sudah beranjak ke angka 12.00 WIB. Dongeng sudah diceritakan, lagu-lagu dan permainan pun sudah dimainkan. Hari ini adalah hari terakhir FLAC mengunjungi SDN 15 Srengseng Sawah. Tiga bulan pertama ini sebenarnya adalah Pilot Project FLAC yang sangat penting untuk menentukan gerak FLAC selanjutnya. Derai airmata mulai terlihat. Kesedihan tak bisa ditutupi. Sebagian anak-anak polos itu menangis ketika mengetahui program ini sudah berakhir. Seorang anak laki-laki menangis sangat keras. Salah satu anggota FLAC, Uty Putri Ibrahim (FISIP), terlihat mendekati anak itu dan memeluknya. Ia tersenyum lembut.
Ket: Tim FLAC dan anak-anak SD 15 Srengseng Sawah

Вам также может понравиться