Umur panen Waktu yang dibutuhkan dalam pembentukan buah kelapa berkisar antara 11 12 bulan sejak terjadinya penyerbukan,

, kemudian masa pemasakan dimulai pada bulan ke 10 s/d 12 setelah terjadinya penyerbukan. Buah masak mulai jatuh pada bulan ke 11 dan 12 (satu bulan). Jika dalam satu bulan tersebut tidak dipanen, buah akan jatuh dengan sendirinya. Sebaliknya, jika dipanen lebih awal, buah masih susah dilepaskan dari tangkainya walaupun sudah masak. Di daerah-daerah utama penghasil buah kelapa (sentra kelapa), sering dijumpai pemetikan buah kelapa lebih awal (kurang dari 11 bulan). Jika hal ini terpaksa dilakukan, perlu dilakukan pemeraman untuk mencapai tingkat kemasakan yang sempurna. Pemeraman dapat dilakukan dengan cara menimbun buah kelapa selama satu minggu, kemudian dijemur sampai sabutnya mengering. Pemetikan yang dilakukan lebih awal lagi (kurang dari 10 bulan setelah penyerbukan) akan menghasilkan buah kelapa dengan mutu yang kurang baik, meskipun telah dilakukan usaha pemeraman dan penjemuran. Buah kelapa yang dipetik pada umur kurang dari 10 bulan hanya menghasilkan santan (minyak) dalam jumlah yang sedikit, bahkan tidak mengandung minyak sama sekali.

Khusus buah kelapa yang akan dijadikan benih, pemetikan paling baik dilakukan pada umur 11 12 bulan dari penyerbukan. Pada umur tersebut buah kelapa sudah benar-benar masak di pohon. Biasanya buah sudah mulai lepas dari tangkainya, bahkan bisa jatuh dengan sendirinya jika tidak dipetik. Pada tanaman kelapa tidak dikenal masa panen raya (panen besar) seperti pada tanaman kelapa sawit, kopi, cengkeh, randu atau coklat. Tanaman kelapa tidak menunjukkan adanya perioditas musim berbunga dan musim berbuah secara jelas, seolah-olah tanaman akan terus-menerus berbunga dan berbuah.

Rotasi Pemetikan Pemetikan atau pemanenan buah kelapa biasanya dilakukan dengan interval waktu antara 1 2 bulan. Di pulau Jawa, rotasi pemetikan biasanya dilakukan setiap satu bulan karena tenaga kerja tersedia cukup banyak, dengan ongkos yang relative murah. Di luar Pulau Jawa, rotasi pemetikan buah dilakukan setiap dua bulan. Jika rotasi pemetikan dilakukan lebih dari dua bulan, kemungkinan besar sudah banyak buah kelapa yang jatuh ke tanah. Buah-buah yang jatuh ini biasanya sebagian akan hilang (tersembunyi di rerumputan di bawah pohon kelapa), sebagian sudah mulai tumbuh lagi, dan sebagian hilang dicuri orang. Di samping itu, pembersihan tajuk daun sudah terlambat. Sebaliknya jika rotasi pemetikan dilakukan kurang dari satu bulan, efisiensi tenaga kerja berkurang karena buah-buah kelapa yang benarbenar masak baru sedikit. Pemetikan Cara pemetikan buah kelapa sangat tergantung pada ketinggian letak buah kelapa. Pada tahun-tahun pertama, pemetikan buah kelapa biasanya cukup dilakukan dengan menggunakan tangan secara langsung tanpa memanjat pohonnya. Jika sudah agak tinggi dan sulit dijangkau dengan tangan secara langsung, pemetikan biasanya dilakukan dengan sabit atau arit. Jika sudah lebih tinggi lagi (lebih dari 2 meter di atas permukaan tanah) dan sulit dijangkau dengan tangan maupun sabit, pemetikan harus dilakukan dengan memanjat pohon tersebut, kemudian janjang buah dipotong dengan menggunakan sabit atau arit yang tajam agar buah-buahnya mudah jatuh dan terlepas dari tangkainya. Untuk memudahkan pemanjatan, pada batang kelapa dibuat kowakan atau tataran dengan jarak 0,5 meter. Luka-luka bekas kowakan atau tataran ini harus sering dibersihkan supaya tidak membusuk sehingga batang kelapa tidak lekas menjadi keropos atau menjadi sarang hama kwangwung. Pemetikan buah kelapa juga dapat dilakukan dengan menggunakan galah bambu sebagai penjolok. Biasanya pada ujung bambu tersebut dikaitkan sabit atau arit yang tajam, untuk menggaet pangkal janjangan buah. Pemetikan dengan cara ini biasanya dilakukan pada pohon kelapa yang masih muda dengan batang yang tidak terlalu tinggi.

Di beberapa daerah di Sumatera dan Kalimantan, pemetikan buah kelapa dilakukan oleh kera yang sudah terlatih. Kera tersebut diperintahkan untuk memanjat pohon kelapa dan memetik buah yang sudah matang.