Вы находитесь на странице: 1из 6

6.

Penurunan atau Gangguan Fungsi Kognitif pada Geriatri (Demensia) PENGERTIAN Demensia merupakan suatu sindrom klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori. Pada demensia terjadi perjalanan penyakit yang bertahap namun tidak terdapat gangguan kesadaran. Proses menua tidak selalu hasilkan demensia. Penuaan sebabkan perubahan anatomi dan biokimiawi pada SSP. Pada b2eberapa penderita tua terjadi penurunan ingatan dan gangguan psikomotor yang masih wajar yang disebut Benign Senescent Forgetfulness.

JENIS Demensia dapat diklasifikasikan berdasarkan umur, perjalanan penyakit, kerusakan struktur otak,sifat klinisnya dan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III). a. Menurut Umur:1 Demensia senilis (>65th) Demensia prasenilis (<65th) b. Menurut perjalanan penyakit: Reversibel Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, defisiensi vitamin B, hipotiroidism) c. Menurut kerusakan struktur otak Tipe Alzheimer Tipe non-Alzheimer Demensia vaskular Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia) Demensia Lobus frontal-temporal Demensia terkait dengan HIV-AIDS Morbus Parkinson Morbus Huntington Morbus Pick Morbus Jakob-Creutzfeldt Sindrom Gerstmann-StrusslerScheinker Prion disease Palsi Supranuklear progresif Multiple sklerosis Neurosifilis Tipe campuran

d. Menurut sifat klinis: Demensia proprius Pseudo-demensia

1. Demensia Tipe Alzheimer Alois Alzheimer pertama kali menggambarkan suatu kondisi yang selanjutnya diberi nama dengan namanya dalam tahun 1907, saat ia menggambarkan seorang wanita berusia

51 tahun dengan perjalanan demensia progresif selama 4,5 tahun. Diagnosis akhir Alzheimer didasarkan pada pemeriksaan neuropatologi otak; meskipun demikian, demensia Alzheimer biasanya didiagnosis dalam lingkungan klinis setelah penyebab demensia lain telah disingkirkan dari pertimbangan diagnostik.

Gambar Perbedaan Otak Normal dan Otak Alzheimer Penelitian neuroanatomi otak klasik pada pasien dengan penyakit Alzheimer menunjukkan adanya atrofi dengan pendataran sulkus kortikalis dan pelebaran ventrikel serebri. Gambaran mikroskopis klasik dan patognomonik dari demensia tipe Alzheimer adalah plak senilis, kekusutan serabut neuron, neuronal loss (biasanya ditemukan pada korteks dan hipokampus), dan degenerasi granulovaskuler pada sel saraf. Kekusutan serabut neuron (neurofibrillary tangles) terdiri dari elemen sitoskletal dan protein primer terfosforilasi, meskipun jenis protein sitoskletal lainnya dapat juga terjadi. Kekusutan serabut neuron tersebut tidak khas ditemukan pada penyakit Alzheimer, fenomena tersebut juga ditemukan pada sindrom Down, demensia pugilistika (punch-drunk syndrome) kompleks Parkinson-demensia Guam, penyakit Hallervon-Spatz, dan otak yang normal pada seseorang dengan usia lanjut. Kekusutan serabut neuron biasanya ditemukan di daerah korteks, hipokampus, substansia nigra, dan lokus sereleus. Plak senilis (disebut juga plak amiloid), lebih kuat mendukung untuk diagnosis penyakit Alzheimer meskipun plak senilis tersebut juga ditemukan pada sindrom Down dan dalam beberapa kasus ditemukan pada proses penuaan yang normal. 2. Demensia vaskuler Penyebabnya adalah penyakit vaskuler serebral yang multipel yang menimbulkan gejala berpola demensia. Ditemukan umumnya pada laki-laki, khususnya dengan riwayat hipertensi dan faktor resiko kardiovaskuler lainnya. Gangguan terutama mengenai

pembuluh darah serebral berukuran kecil dan sedang yang mengalami infark dan menghasilkan lesi parenkhim multiple yang menyebar luas pada otak. Penyebab infark berupa oklusi pembuluh darah oleh plaq arteriosklerotik atau tromboemboli dari tempat lain( misalnya katup jantung). Pada pemeriksaan akan ditemukan bruit karotis, hasil funduskopi yang tidak normal atau pembesaran jantung

Gambar Demensia Vaskular PENYEBAB Penyebab demensia meliputi berbagai penyakit dan infeksi, stroke, cedera kepala, obat-obatan, metabolik, kekurang gizi dan lain-lain. Semua demensia mencerminkan disfungsi pada korteks serebri atau jaringan otak. Beberapa proses kerusakan korteks secara langsung, sedangkan yang lain mengganggu daerah subkortikal yang biasanya mengatur fungsi korteks. Bila proses yang mendasari tidak permanen merusak jaringan kortikal, demensia kadang-kadang dapat dihentikan atau dicegah. Beberapa penyakit dibawah ini merupakan penyebab demensia yaitu: 1. Penyakit Alzheimer: merupakan penyebab paling sering dari demensia, bertanggungjawab pada sekitar setengah dari semua kasus. Alzheimer sebagian merupakan penyakit yang diturunkan. Pada penyakit ini, deposit protein abnormal di otak merusak sel-sel di daerah otak yang berfungsi mengendalikan memori dan mental. Orang dengan penyakit Alzheimer

2.

3.

4.

5.

6.

7.

juga memiliki neurotransmitter lebih rendah dari orang normal. Penyakit Alzheimer bersifat ireversibel namun, obat-obatan tertentu bisa memperlambat progresivitas penyakit. Demensia Vaskular: merupakan penyebab kedua yang paling sering dari demensia, bertanggungjawab pada 40% kasus. Sering disebabkan oleh aterosklerosis pembuluh darah otak dengan akibat gangguan aliran darah. Karena adanya gangguan aliran darah sehingga demensia jenis ini kadang-kadang disebut demensia multi-infark. Salah satu subtipe yang asalnya belum diketahui dengan baik adalah penyakit Binswanger. Demensia vaskular berhubungan dengan beberapa kondisi seperti dengan tekanan darah tinggi, dislipidemia, penyakit jantung, diabetes. Dengan memperbaiki faktor risiko tersebut bisa memperlambat perkembangan demensia vaskular, tetapi fungsi-fungsi tidak kembali setelah faktor-faktor tersebut dikendalikan. Penyakit Parkinson: penderita dengan penyakit ini biasanya memiliki kekakuan anggota tubuh gangguan berbicara, dan tremor. Demensia dapat berkembang di akhir perjalanan penyakit, namun tidak semua orang dengan penyakit Parkinson mengalami demensia. Penalaran, memori, kemampuan berbicara, dan kemampuan penilaian mungkin akan terpengaruh. Demensia Lewy-body: disebabkan oleh endapan mikroskopis protein abnormal, yang disebut badan Lewy yang merusak sel-sel saraf. Deposit tersebut dapat menyebabkan gejala khas penyakit Parkinson, seperti tremor dan kekakuan otot, serta demensia mirip dengan penyakit Alzheimer. demensia Lewy body mempengaruhi kemampuan berfikir, perhatian, dan konsentrasi lebih banyak daripada memori dan bahasa. Seperti penyakit Alzheimer, demensia Lewy body bersifat ireversibel dan tidak bisa disembuhkan. Obat yang dipakai untuk mengobati penyakit Alzheimer juga memberikan perbaikan pada penyakit ini. Penyakit Huntington: merupakan penyakit bawaan menyebabkan kerusakan jenis tertentu dari sel-sel otak yang mengontrol pergerakan serta pemikiran. Demensia adalah umum dan terjadi pada tahap akhir penyakit dicirikan dengan perubahan kepribadian yang khas. Penalaran, memori, kemampuan berbicara, dan pertimbangan mungkin juga terpengaruh. Penyakit Creutzfeldt-Jakob: Penyakit ini jarang terjadi paling sering pada orang dewasa muda dan usia pertengahan. Adanya infeksi menyerang dan merusak sel-sel otak, menyebabkan perubahan perilaku dan kehilangan memori. Penyakit tersebut dapat berkembang cepat dan fatal. Penyakit Pick (demensia frontotemporal): adalah kelainan yang jarang dan merusak sel di bagian frontal otak. Perubahan perilaku dan kepribadian biasanya mendahului kehilangan memori dan gangguan bahasa.

FAKTOR RESIKO Secara garis besar faktor-faktor risiko timbulnya gangguan kognitif ringan dan demensia dapat terbagi atas faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi :

- Usia lanjut - Jenis kelamin - Kondisi genetik Faktor risiko yang dapat dimodifikasi - Tekanan darah tinggi - Diabetes melitus dan resistensi insulin - Dislipidemia - Merokok - Obesitas - Gagal jantung - Fibrilasi atrium -Heperkoagulasi dan hiperagregasi trombosit -Pasca Coronary Angioplasty Binding Graft (CABG) -Penyakit paru obstruktif kronis.

DIAGNOSA Diagnosa dilakukan dengan menggunakan MMSE (Mini Mental State Examination). MMSE ini memiliki nilai normal 25. Namun bila 24 menderita dugaan MCI (Mild Cognitive impairment). Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui kemampuan memori, visuospasial, fungsi eksekutif, perhatian, bahasa, dan praksis. Yang perlu diingat adalah nilai MMSE dipengaruhi oleh umur dan tingkat pendidikan, sehingga pemeriksaan harus mempertimbangkan hal-hal tersebut dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan MMSE. PENATALAKSANAAN Pada prinsipnya penatalaksanaan gangguan prilaku dan demensia dapat dibagi dalam terapi medikamentosa dan nonmedikamentosa. 1. Terapi medikamentosa Terapi obat-obatan diberikan untuk mengatasi faktor penyebab dan mencegah atau memperlambat perkembangan demensia. Pada kasus demensia lanjut, terapi obat-obatan tidak untuk mengobati penyebab melainkan ditujukan untuk meminimalkan gejala psikologis dan gangguan prilaku yang terjadi. Beberapa obat-obatan dapat digolongkan menjadi: a. Neurotropika: pyritinol, piracetam, sabeluzole b. Ca-antagonis: nimodipine, citicholine, cinnarizine, pentoxiphiline, pantoyl GABA

c. Acethylcholinesterase inhibitor: tacrine, donopezil, galantamine, rivastigmin, memantine Obat-obat lain dapat diberikan sesuai dengan gejala akibat gangguan psikologis dan perilaku seperti: a. b. c. d. e. Antipsikotik tipikal: haloperidol Antipsikotik atipikal: clozapine, risperidone, olanzapine, quetiapine Anxiolitik: clobazam, lorazepam, buspirone, trazodone dan sebagainya. Antidepresan: amitriptilin, tofranil, asendin, SSRI. Mood stabilizer: carbamazepine, divalproex, neurontin dan sebagainya

2. Terapi nonmedikamentosa Intervensi nonfarmakologis harus dilakukan secara holistic meliputi lingkungan, psikologis, kemampuan bahasa dan lain-lain. Intervensi psikologis dapat berupa psikoterapi untuk mengurangi kecemasan, memberikan rasa aman dan ketenangan baik dalam bentuk psikoterapi individual, kelompok maupun keluarga. Lingkungan tempat tinggal juga perlu mendapat perhatian agar memberikan cukup kenyamanan serta keamanan bagi penderita. Warna, bentuk, bahan, fasilitas seyogyanya disesuaikan untuk mendukung program yang akan dilaksankan. Pendekatan lain meliputi adat, budaya, keagamaan, pengembangan kesukaan/ hobi juga biasa dilakukan untuk memaksimalkan potensi yang ada pada penderita sekaligus memberikan keselarasan dengan sisitem sosial yang ada. Untuk caregiver diperlukan dukungan mental, pengembangan kemampuan adaptasi, peningkatan kemandirian dan kemampuan menerima kenyataan. Meskipun seorang individu dengan demensia harus selalu berada di bawah perawatan medis, anggota keluarga idealnya menangani sebagian besar perawatan sehari-hari. Perawatan medis harus fokus pada mengoptimalkan kesehatan individu dan kualitas hidup sementara anggota keluarga membantu mengatasi dengan banyak tantangan untuk merawat anggota keluarga dengan demensia. Perawatan medis tergantung pada kondisi yang mendasari, tapi paling sering terdiri dari obat-obatan dan perawatan nonmedikamentosa seperti terapi perilaku.

DAFTAR KEPUSTAKAAN Darmodjo, Boedhi dan Hadi Martono. 2004. Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Sudoyo, Aru. W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing

Вам также может понравиться