Вы находитесь на странице: 1из 17

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Kota Padang dengan luas wilayah 694,96 Km2 (PP No. 17 tahun 1980) memiliki jumlah penduduk sampai tahun 2007 sebesar 838.190 jiwa/km2, dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan cepat yaitu sebesar 1,92% pertahun. Hal ini akan berdampak pada aspek kehidupan yang luas dan pembangunan. Tuntutan kebutuhan dasar manusia seperti pangan, papan dan lahan akan semakin meningkat. Kenyataan yang terjadi saat ini adalah luas lahan cenderung tetap, sementara itu pertumbuhan penduduk terus meningkat sehingga rasio manusia dibandingkan dengan luas lahan nilainya lebih besar. Perkembangan Kota Padang yang semakin pesat ditandai dengan semakin meningkatnya perkembangan dan pertumbuhan serta dinamika kegiatan sosial ekonomi yang berlangsung, seperti semakin banyaknya pusat-pusat pelayanan jasa, sector ekonomi, industri, transportasi, pendidikan, pariwisata, dan ditunjang dengan akses jalan yang semakin baik (RTRW Kota Padang 2004-2013). Hal tersebut terkait dengan pertambahan penduduk Kota Padang setiap tahunnya yakni dari tahun 2001 sebanyak 720.753 jiwa dan meningkat sampai dengan 838.190 jiwa pada tahun 2007 (BPS Propinsi Kota Padang tahun 2008). Kecamatan Kuranji mempunyai pertumbuhan penduduk yang tinggi yaitu sebesar 2,82% per tahun dengan jumlah penduduk pada tahun 2007 sebesar 117.956 jiwa dan Kecamatan Koto Tangah dengan pertumbuhan penduduk sebesar 2,36% per tahun dengan jumlah penduduk sebesar 157.956 jiwa. Berdasarkan RTRW Kota Padang 2004-2013 Kecamatan Kuranji dijadikan sebagai wilayah transisi koridor yaitu kawasan-kawasan yang terletak di luar pusat kota serta terletak dalam pengembangan koridor intensif. Sedangkan Kecamatan Koto Tangah merupakan wilayah transisi pinggiran yaitu kawasan yang terletak di luar koridor pengembangan intensif, terdiri dari kawasan-kawasan terbanyak yang dikembangkan serta daerah pinggiran yang dilestarikan dengan hutan lindung (RTRW Kota Padang 2004-2013).
1

Sifat dinamika penduduk baik kualitas maupun kuantitasnya sangat berperan besar terhadap konversi lahan pertanian ke non pertanian. Proses konversi lahan pertanian ke non pertanian sedang dan akan terus terjadi baik di perkotaan maupun di perdesaan terutama daerah sekitar kota. Hermon (2009:81) dalam penelitiannya menyatakan bahwa luas perubahan tutupan lahan menjadi lahan terbangun di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah periode tahun 1994 sampai tahun 2006 cukup tinggi, terutama untuk lahan-lahan pertanian menjadi lahan terbangun. Untuk lahan sawah menjadi lahan terbangun, di Kecamatan Kuranji sebesar 723, 9 Ha, dan Kecamatan koto Tangah sebesar 453,1 Ha. Terjadinya perubahan penggunaan lahan di wilayah pinggiran kota dapat disebabkan oleh factor social, ekonomi dan kebijakan pemerintah. Semakin tinggi tingkat kemiskinan pada suatu wilayah, khususnya pedesaan maupun wilayah di pinggiran kota maka semakin besar konversi lahan pertanian. Selain aspek sosial dan ekonomi, aspek peraturan atau Undang-Undang yang mengatur tentang keberadaan dan keberlanjutan lahan-lahan pertanian saat ini juga tidak mampu membendung terjadinya konversi lahan pertanian ke non pertanian. Seperti yang termuat dalam UU Nomor 41 tahun 2009 tentang perlindungan lahan pertanian berkelanjutan, yang belum bisa dilaksanakan secara maksimal karena tidak diiringi dengan Peraturan Pemerintah daerah. Di Kota Padang perubahan penggunaan lahan pertanian ke lahan non pertanian juga diakibatkan oleh aksesibilitas wilayah di Kecamatan Koto Tangah dan Kecamatan Kuranji yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Seperti akses jalan raya by pass yang menjadi penghubung Kota Padang dengan daerah lainnya serta peningkatan sarana transportasi yang pada akhirnya memicu pembangunan tempat-tempat pelayanan lainnya, seperti pertokoan di sepanjang jalan raya by pass, bengkel, industri kecil dan menengah serta perkantoran pemerintah maupun swasta. Meningkatnya lahan terbangun terutama lahan untuk permukiman di Kecamatan Koto Tangah dan Kecamatan Kuranji, berdampak terhadap keberadaan lahan-lahan pertanian, dimana lahan-lahan pertanian telah banyak

yang berubah fungsi menjadi lahan-lahan permukiman, yang akan berdampak pada berkurangnya kawasan resapan air. Adanya rencana pemindahan pusat kota Padang ke kawasan pinggiran kota Padang (dalam revisi RTRW Kota Padang 2008-2028, yang belum di sahkan oleh Perda Kota Padang) juga merupakan salah satu faktor yang mendorong terjadinya perubahan alih fungsi lahan-lahan pertanian menjadi lahan-lahan non pertanian. Dalam revisi tersebut sekitar 2.900 hektar lahan pertanian akan dihapuskan, karena sudah tidak memiliki nilai ekonomis lagi (Singgalang, 12 Agustus 2010). Hal tersebut juga sejalan dengan perkembangan pusat pertumbuhan Kota Padang pasca bencana alam gempa. Bencana alam gempa bumi dan potensi tsunami memaksa masyarakat untuk pindah ke wilayah lain yang jauh dari potensi bencana atau ke wilayah yang lebih tinggi, yaitu ke wilayah pinggiran Kota Padang (Trisia, Ramadhani, Evelina, 2009:3). Perubahan penggunaan lahan yang tidak memperhatikan aspek tata ruang dan lingkungan akan menimbulkan dampak yang cukup serius terhadap lingkungan. Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah terjadinya bencana alam banjir yang frekwensinya terus meningkat, yaitu sebanyak 8 kali kejadian banjir pada tahun 1998 dan meningkat menjadi 30 kali kejadian banjir pada tahun 2008 (Padang Dalam Angka, 1998-2008). Berdasarkan fenomena perubahan penggunaan lahan pertanian ke lahan non pertanian serta dampak-dampak negatif terhadap lingkungan baik fisik dan sosial ekonomi yang terjadi di Kota Padang, maka peneliti tertarik untuk mengkaji mengenai persepsi masyarakat tentang konversi lahan pertanian ke lahan non pertanian di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah yang akan diteliti meliputi:

1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap konversi lahan pertanian ke lahan non pertanian yang ada di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah Kota Padang? 2. Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap persepsi masyarakat terkait dengan konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah Kota Padang? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diuraikan diatas maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap konversi lahan pertanian ke lahan non pertanian yang ada di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah Kota Padang? 2. Mengetahui faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap persepsi masyarakat terkait dengan konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah Kota Padang?

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Sumberdaya Lahan Lahan secara geografis adalah sebagai suatu wilayah tertentu diatas permukaan bumi, khususnya meliputi semua benda penyusun biosfer yang dapat dianggap bersifat menetap atau berpindah berada diatas dan dibawah wilayah tersebut meliputi atmosfer, tanah dan batuan induk, topografi, air, tumbuhtumbuhan dan binatang, serta akibat-akibat perbuatan manusia pada masa lalu dan sekarang yang semuanya memiliki pengaruh nyata terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada masa sekarang dan masa yang akan datang (Vink, 1975 dalam Ritohardoyo, 2002 : 8). Penggunaan lahan merupakan macam campur tangan manusia, baik secara menetap ataupun berpindah-pindah terhadap suatu kelompok sumberdaya alam dan sumberdaya buatan yang secara keseluruhan disebut lahan dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik material maupun sprituil ataupun kebutuhan kedua-duanya (Malingreau, 1978 dalam Ritohardoyo, 2002 :9) 2.2. Konversi Lahan Salah satu bentuk penggunaan lahan di wilayah pedesaan adalah penggunaan untuk lahan sawah. Lahan sawah merupakan lahan yang mempunyai irigasi teratur dan kesuburan tanah yang tinggi (Ritohardoyo, 2002 : 36). Daerah ini justru terdapat di daerah-daerah berpenduduk padat maupun daerah yang termasuk dalam administrasi suatu kota. Akibat dari lokasi sawah (lahan produktif) seperti ini maka hal tersebut merupakan salah satu masalah sosial ekonomi, sehubungan dengan perkembangannya pada masa yang akan datang. Sifat dinamika penduduk baik kualitas maupun kuantitasnya sangat berperan besar terhadap konversi lahan pertanian ke non pertanian. Dampaknya adalah potensi produksi pangan menurun, sehingga ancaman kekurangan pangan sangat besar. Gejala seperti ini tidak hanya di perkotaan, namun di perdesaan terutama daerah sekitar kota dan daerah perdesaan pesisir; proses konversi lahan pertanian

ke non pertanian (sawah permukiman; sawah tambak), sedang dan akan terus terjadi (Ritohardoyo, 2002 : 36). 2.3. Persepsi Persepsi merupakan suatu pemahaman, penafsiran, pendapat atau respon sesorang terhadap suatu objek yang biasanya antar seseorang dengan yang lain akibat adanya kecenderungan dan pengalaman (Prayitno, 1991 dalam Dewirina 2007 :6). Persepsi juga merupakan tanggapan atau pendapat terhadap sesuatu, dan tidak terlepas dari pengalaman-pengalaman dan motivasi yang bersangkutan dan berupa pertimbangan sesorang berdasarkan hal-hal yang menguntungkan bagi dirinya (Leavit, 1986 dalam Dewirina, 2007 :6).

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian dan Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ditentukan dengan cara sengaja (purposive) yaitu pada beberapa kelurahan yang terdapat di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Wilayah yang dijadikan lokasi penelitian adalah wilayah yang masih terdapat lahan pertanian serta lahan-lahan pertanian yang berpotensi untuk dialih fungsikan ke lahan non pertanian karena berada dekat dengan pusat kota dan diiringi oleh perkembangan fungsi-fungsi kekotaan. Pada Kecamatan Koto Tangah, wilayah yang dijadikan lokasi penelitian adalah Kelurahan Lubuk Minturun Sungai Lareh dan Kelurahan Air Pacah. Pada Kecamatan Kuranji lokasi penelitian adalah Kelurahan Gunung Sarik dan Kelurahan Sungai Sapih. 3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun et al, 1987: 152). Populasi dalam penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling, atau ditetapkan secara sengaja, adalah rumah tangga yang berada di Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Koto Tangah Kota Padang yang berada dekat dengan lahan-lahan pertanian, khususnya rumah tangga petani. 3.2.2. Sampel Sampel merupakan unit penelitian yang akan diteliti. Pengambilan sampel (responden) menggunakan metode non random sampling atau tidak acak sederhana, dengan kriteria pengambilan sampel adalah secara purposive atau non probability quota sampling (Singarimbun et al, 1987:155). Populasi ditetapkan berdasarkan strata dan kriteria, yaitu masyarakat yang melalukan konversi lahan dan masyarakat yang tidak melakukan konversi lahan. Kemudian total sampel dibagi-bagi sesuai proporsi ke tiap strata (kuota) yang telah ditetapkan, yaitu

diambil sampel sebanyak 100 rumah tangga secara kuota (Singarimbun et al, 1987:155). Untuk memenuhi jumlah sampel untuk tiap strata, peneliti menetapkan untuk mengambil sebanyak 50% yang melakukan konversi dan 50% yang tidak melakukan konversi, dari keseluruhan sampel yang telah ditetapkan secara kuota. Berikut adalah jumlah sampel pada masing-masing kelurahan yang ditetapkan dengan metode proposional to size dengan menggunakan formula (Nazir, 1983 dalam Thesiwati, 2006:26). ni = Ni x n N Dimana : ni = jumlah sampel pada Kelurahan ke i Ni = jumlah populasi pada Kelurahan ke i N = jumlah populasi seluruhnya (4 kelurahan) n = jumlah sampel seluruhnya (100 rumah tangga)
Tabel 2. Populasi dan Jumlah Rumah Tangga Sampel pada Kelurahan Lokasi Penelitian No 1 2 3 4 Kecamatan Koto Tangah Koto Tangah Kuranji Kuranji Kelurahan Lubuk Minturun Sungai Lareh Air Pacah Sungai Sapih Gunung Sariak Jumlah Jumlah populasi (KK) 1839 1497 2425 3815 9576 Jumlah sampel (KK) 19 16 25 40 100

3.3. Analisis Data 1. Analisis data untuk pengukuran persepsi masyarakat dilakukan dengan metoda kualitatif deskriptif dengan bantuan skala Likert dengan memberikan skor untuk setiap alternatif jawaban pertanyaan kuesioner pada responden. Pemberian bobot atas setiap jawaban masyarakat dengan rentang skor 1 sampai 3 (skala Likert). Pertanyaan berdimensi positif (skor 3 = Ya/Setuju, skor 2 = Kadang-kadang/Ragu-ragu, dan skor 1 = Tidak/Tidak setuju). Pertanyaan berdimensi negative (skor 1 = Ya/Setuju, skor 2 = Kadangkadang/Ragu-ragu, dan skor 3 = Tidak pernah/Tidak setuju). 2. Uji instrument pengumpulan data dengan Uji Validitas

Uji Validitas, merupakan ketepatan dan kecermatan suatu instrument dalam mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan Bivariate Pearson (Korelasi Produk Moment Pearson), dengan rumus : =

Keterangan: rix = koefesien korelasi item-total i = skor item x = skor total n = banyaknya subjek Uji Reliabilitas, digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Metode pengujian reabilitas yang digunakan adalah dengan metode Alpha adalah: (Arikunto, 2002 dalam Priyatno, 2008 : 25), dengan rumus: R11 = Keterangan : r11 k = Reliabilitas instrument = Banyaknya butir pertanyaan = Jumlah varian butir = Varian total Uji signifikansi dilakukan pada taraf signifikansi 0,05, artinya instrument dapat dikatakan reliable bila nilai alpha lebih besar dari r kritis produk moment. Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan, maka didapatkan beberapa pertanyaan yang gugur karena nilai dari r hitung lebih kecil dari r tabel sebesar 0,325 dengan n = 37 (uji 2 sisi dengan signifikansi 0,05). Maka pertanyaan tersebut dapat dikatakan tidak valid dan tidak layak untuk dimuat didalam questioner penelitian yang akan digunakan untuk penelitian. Adapun butir-butir

pertanyaan yang tidak valid tersebut ada 8 pertanyaan yaitu nomor 11, 15, 24, 27, 30, 32, 34, 35. Selanjutnya, setelah dilakukan uji validitas maka dilakukan uji reliabilitas sebagai uji lanjutan dengan menggunakan metode Alpha. Yang diuji adalah pertanyaan atau pernyataan yang tersisa dari hasil uji validaitas, yaitu sebanyak 29 pertanyaan atau pernyataan yang dinyatakan valid. Hasil dari uji reliabilitas tersebut menyatakan bahwa nilai r kritis dari perhitungan (uji 2 sisi) pada signifikansi 0,05 dengan jumlah data (n) adalah 29 adalah reliable. Hal ini ditandai bahwa nilai r kritis yang dihasilkan oleh perhitungan lebih besar dari nilai r kritis pada tabel yaitu sebesar 0,361. 3. Analisis data untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi masyarakat dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif, menggunakan analisis regresi berganda, dengan persamaan sebagai berikut: Y = + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5 + 6X6 Dimana : Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 = Frekwensi skor dari item pertanyaan Konversi lahan pertanian ke non pertanian = Nilai konstanta yang akan diperoleh = Frekwensi skor dari pertanyaan Tingkat Pendidikan = Frekwensi skor dari pertanyaan Faktor Ekonomi (Tingkat Pendapatan) = Frekwensi skor dari item pertanyaan Perubahan tata ruang kota/perkembangan sarana dan prasarana wilayah ke wilayah pinggiran (Rencana Perubahan RTRW) (X3). = Frekwensi skor dari item pertanyaan Peraturan pemerintah/UU = Frekwensi skor dari item pertanyaan Potensi bencana alam = Frekwensi skor dari item pertanyaan Faktor Sosial (Berkurangnya nilai-nilai kebudayaan masyarakat dalam pengelolaan lahan-lahan pertanian) Untuk melihat hubungan dari seluruh variabel independen (bebas) yang termasuk dalam persamaan regresi tersebut diatas akan dilakukan pengujian dengan uji-F (analisis ragam). Uji F digunakan untuk mengetahui apakah 1 6 = Koefesien regresidari X1 X6

10

variable independen (X1, X2, X3.. Xn) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variable dependen (Y) atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variable dependen atau tidak. Hipotesis H0 : H1 : ada Penarikan kesimpulan : bila Fhitung Ftabel, maka tolak Ho bila Fhitung Ftabel, maka diterima Ho Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara dua atau lebih variable independen (Xi) terhadap variable dependen (Y) secara serentak, dilakukan uji korelasi ganda (r). Nilai koefesien korelasi (r) berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 maka hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya jika nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah. Selanjutnya dilakukan analisis determinasi (R2), untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variable independen (Xi) secara serentak terhadap variable dependen (Y). Koefesien ini menunjukkan seberapa besar persentase variasi variable independen yang yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen. Jika R2 = 0 maka tidak ada sedikitpun persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variable dependen, atau variasi variable independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikitpun variasi variable dependen. Jika R2 = 1, maka persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variable independen terhadap variabel dependen adalah sempurna atau variasi variable independen yang digunakan dalam model menjelaskan 100% variasi variabel dependen. Selanjutnya untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel independen (Xi) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variable dependen (Y) maka dilakukan uji t secara parsial. 0

11

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kota Padang adalah ibukota Propinsi Sumatera Barat yang terletak di pantai barat pulau Sumatera yang mana berada antara : 0 44 00" dan 1 08 35 Lintang Selatan 100 05 05 dan 100 34 09 Bujur Timur. Menurut PP No. 17 Tahun 1980, Kota Padang terdiri dari 11 kecamatan dengan luas wilayah adalah 694,96 km2 atau setara dengan 1,65 persen dari luas Propinsi Sumatera Barat. Pada tabel 4. berikut ini adalah persentase penggunaan lahan 11 kecamatan di Kota Padang.
Tabel 4. Penggunaan Lahan Kota Padang Bentuk penggunaan lahan Hutan lindung Bangunan dan pekarangan Sawah Sumber : Padang dalam angka, 2008 Persentase (%) 51,01 9,05 7,52

4.1.1. Kecamatan Koto Tangah dan Kecamatan Kuranji Merupakan salah satu kecamatan di Kota Padang dengan luas daerah 232,25 Km2, dan jumlah kelurahan 13. Di sebelah utara, wilayah ini berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman, sebelah selatan berbatasan dengan Padang Utara dan Kecamatan Nanggalo, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok dan Kecamatan Pauh dan sebelah Barat dengan Samudera Hindia. Kecamatan Kuranji memiliki luas wilayah 57, 41 Km2. Adapun batas wilayah Kecamatan Kuranji adalah sebagai berikut Utara dengan Kecamatan Koto Tangah, Selatan dengan Kecamatan Padang Timur dan Kecamatan Padang Utara, Barat dengan Kecamatan Nanggalo dan Kecamatan Koto Tangah, Timur dengan Kecamatan Pauh. 4.2. Persepsi Tentang Konversi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian

12

Berdasarkan kategori terbanyak yang didapatkan, maka hal tersebut dapat ditunjukkan dari beberapa kategori persepsi yang telah diuji sebelumnya, yang menggambarkan bahwa kesadaran masyarakat tentang dampak negatif konversi lahan pertanian ke non pertanian bagi lingkungan fisik maupun sosial. Yang pertama adalah mengenai persepsi masyarakat mengenai pengetahuan masyarakat terhadap lahan pertanian termasuk dalam kategori positif atau baik, yang kedua adalah persepsi masyarakat tentang meningkatnya perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian termasuk dalam kategori positif (baik), dan yang ketiga adalah persepsi masyarakat tentang tata guna lahan berwawasan lingkungan juga termasuk dalam kategori positif (baik). Berdasarkan perhitungan tentang persepsi masyarakat yang sebanyak 21% menunjukkan bahwa konversi lahan pertanian ke non pertanian adalah termasuk dalam kategori netral (kurang baik), ditunjukkan oleh persepsi masyarakat mengenai manfaat langsung dan manfaat tidak langsung lahan-lahan pertanian yang termasuk dalam kategori netral (kurang baik). Artinya masyarakat kurang menyadari manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung lahan-lahan pertanian. Berdasarkan pertanyaan yang telah diajukan kepada responden maka masyarakat lebih banyak mengatahui bahwa fungsi langsung lahan pertanian hanya sebagai pengahsil bahan pangan. Sedangkan untuk fungsi langsung lainnya maupun fungsi tidak langsungnya, masyakat kurang mengetahuinya. 4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Tentang Konversi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian. besarnya pengaruh variable independen (X1-X6) secara bersama-sama (multi regresi) terhadap Y adalah sebesar R2 = 0,168 (R Square). Hal ini menunjukan bahwa besarnya sumbangan pengaruh secara bersama-sama antara variable indepenten terhadap variabel dependen adalah sebesar 16,8%. Dengan demikian, 16,8% persepsi masyarakat terhadap konversi lahan pertanian ke non pertanian dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh factor tingkat pendidikan (X1), tingkat pendapatan (X2), perubahan tata ruang kota (X3), peraturan pemerintah

13

(X4), potensi bencana alam (X5), pudarnya nilai-nilai budaya masyarakat petani dalam mengolah lahan-lahan pertanian (X6). Selebihnya sebesar 83,2% dipengaruhi oleh factor-faktor lain diluar penelitian ini. Dalam penelitian ini, angka yang didapatkan hanya sebesar 16,8% keenam faktor tersebut mempengaruhi persepsi masyarakat tentang lahan pertanian ke non pertanian. Artinya masih ada faktor lainnya yang mempengaruhi persepsi masyarakat tentang konversi lahan pertanian ke non pertanian sebanyak 83,2%.

14

BAB V. KESIMPULAN 1. Persepsi masyarakat mengenai konversi lahan pertanian ke non pertanian secara keseluruhan termasuk dalam kategori positif atau baik. Artinya, masyarakat tidak setuju dengan konversi lahan pertanian yang terjadi saat ini di kota Padang. 2. Faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat tentang konversi lahan lahan pertanian ke non pertanian adalah faktor pendidikan, ekonomi (pendapatan), perubahan tata ruang wilayah/perkembangan sarana dan prasarana wilayah, peraturan pemerintah/UU, potensi bencana alam dan pudarnya nilai-nilai budaya masyarakat dalam pengelolaan lahan-lahan pertanian. Berdasarkan hasil analisis regresi, maka variabel yang paling berpengaruh terhadap persepsi masyarakat tentang konversi lahan pertanian ke non pertanian adalah faktor ekonomi (pendapatan) dan berkurangnya nilai-nilai budaya masyarakat dalam pengelolaan lahanlahan pertanian.

15

Daftar Pustaka ..................... "Magnitude 7.6 - Southren Sumatra, Indonesia". (30 September 2009). United States Geological Survey. ..................... "Powerful 7.6-Magnitude Quake Strikes Indonesia". (30 September 2009).http://www.channelnewsasia.com/stories/afp_asiapacific/view/1008 365/1/html. .................... Sektor Pertanian Berikan Kontribusi Terbesar PDRB Sumbar, (Februari 2011). http://www.formatnews.com ....................., UMR di Sumbar naik 12,22%. (2010). http://www.bataviase.co.id Budiman, Y. (2005). Konversi Lahan Pertanian dan Struktur Agraria. http://yohanbudiman.blogspot.com/ Daus, S. (2005). Kaji Ulang Debit Banjir Rencana Sungai-Batang Kuranji Terhadap Daerah Korong Gadang Kota Padang. Tesis. Program Pascasarjana Teknik Lingkungan. Institut Teknologi Bandung. Dewirina, (2007). Persepsi Masyarakat Terhadap Cagar Alam Rimbo Panti. Tesis.Program Pascasarjana. Universitas Andalas. Padang. Elizabeth, R. (2006). Revitalisasi Ketenagakerjaan dan Kesempatan Kerja Terkait Strategi dan Kebijakan Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Elsera, M. (31 Januari 2011). Implikasi Etos Kerja Petani di Era Modernisasi. Artikel Ekonomi. www.padangtoday.com Faizah, N. L., (2007). Alih Fungsi Tanah Pertanian Menjadi Tanah Non Pertanian (Studi Komparatif Indonesia dan Amerika Serikat). Fakultas Hukum UGM. Yogyakarta. Giyarsih, S., (2007).Gejala Urban Sprawl Sebagai Pemicu Proses Densifikasi Permukiman Di Daerah Pinggiran Kota (Urban Fringe Area).Kasus Pinggiran Kota Yogyakarta. Jurnal Perencanaan Pembangunan Volume 5. Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

16

Harian Singgalang (2010). Revisi RTRW. 2.900 Hektar Lahan Pertanian Bakal Dihapus. Padang, Singgalang. 14 Agustus 2010. Harian Singgalang (2011). Nasib Petani Kian tergerus. Padang, Singgalang. 4 Mei 2011. Hermon.D., (2009). Dinamika Permukiman dan Arahan Kebijakan Pengembangan Permukiman pada Kawasan Rawan Bencana Longsor di Kota Padang Sumatera Barat. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor. Ilham, Syaukat, Friyatno, (2000). Perkembangan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah serta Dampak Ekonominya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian dan Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Irawan, B. dan S. Friyatno.2002. Dampak Konversi Lahan Sawah di Jawa Terhadap Produksi Beras dan Kebijakan Pengendaliannya. Jurnal SosialEkonomi Pertanian dan Agribisnis SOCA: Vol.2 No.2 : 79 95. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar. Iswandi, U., (2009). Dampak Konversi Lahan Pertanian Menjadi Non Pertanian Terhadap Lingkungan Di Kota Padang.Thesis. Program Studi Ilmu Lingkungan. Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Miarso.Y., (2005). Landasan Berfikir dan Pengembangan Teori dalam Penelitian Kualitatif. Jurnal Pendidikan Penabur. No. 5/Th.IV/Desember 2005: 61-71 Nasution. Z. Konflik dan Lunturnya Solidaritas Sosial Masyarakat Desa Transisi. (2010). http://berkarya.um.ac.id Nazarudin, Nazris., (2005). Analisis Tata Ruang Daerah Aliran Sungai BAtang Kuranji Yang Mempengaruhi Kualitas dan Kuantitas Air PDAM Kota Padang. Tesis Program Studi Ilmu Lingkungan. Program Pascasarjana Universitas Andalas. Padang. Nicolai V. Kuminoff, Alvin D. Sokolow and Daniel A. Sumner (2001). Farmland Conversion: Perceptions and Realities. Agricultural Issues Center. AIC Issues Brief. Number 16. May 2001. University of California.

17

Вам также может понравиться