Вы находитесь на странице: 1из 5

Pada dewasa ini jumlah dan jenis kejahatan atau kenakalan remaja semakin meningkat.

Untuk mengenal lebih jauh tentang kenakalan remaja yang sudah menjurus ke kriminalitas iyu, perlu melihat sebab-sebab dan faktor yang melatar belakangi. Pendekatan sebab masalah akan ditinjau dari segi sosiologis/kultural. A. Segi sosiologis Ditinjau dari segi sosiologis, tindakan kriminalitas dan kenakalan remaja disebabkan tidak adanya integrasi yang harmonis antara lembaga-lembaga kemasyarakatan sehingga masing-masing individu mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dengan macam-macam hubingan sosial sehingga terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap norma dan nilai-nilai masyarakat. (Soejono Soekanto, S.H., M.A., Dr., Sosiologi, Suatu Pengantar, Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 1969, hlm. 282.) Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan dalam hubungannya dengan problema sosial tersebut : a. Bertambahnya jumlah penduduk. b. Penemuan-penemuan baru dalam proses moderenisasi yang terlalu cepat menimbulkan cultural lag (pertumbuhan kebudayaan yang tidak dalam kecepatan yang sama secara keseluruhan) dan tecnological lag. c. Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat (kesukuan, toleransi beragama, generasi tua-generasi muda, persaingan/rivalitas. d. Pengaruh kebudayaan masyarakat, terutama kebudayaan barat yang diterapkan begitu saja(imitasi). Dalam mengupas masalah ini akan, akan dibatasi pada peninjauan sebab masalah yang terjadi di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat yang mengalami perubahan-perubahan dan kegoyahan yang ditimbulkan. 1. Keluarga Keluarga merupakan wadah pembentukan pribadi anak-anak yang paling fundamental. Tetapi apabila usaha dalam pembentukan pribadi itu gagal, maka seorang anak akan cenderung melakukan penyimpangan. Sebab sebab kegagalan dalam keluarga : a. Disharmonis keluarga/Broken home Ketidak harmonisan keluarga dirasa membimngungkan bagi anak yang sedang mencari identifikasi diri, seingga mereka merasa kehilangan tempat berpijak dan pegangan hidup. Keluaga yang disebut broken home : 1) Orang tua bercerai 2) Unit keluarga yang tidak lengkap karena hubungan diluar pernikahan. 3) Tidak adanya komunikasi sehat dalam keuarga (empty shell family). 4) Kematian salah satu keuarga ataupun kecdua-duanya. 5) Keluarga yang berselisih (konflik) karena faktor perbedaan agama, perbedaan norma dsb.

b. Pendidikan yang salah. 1) Over proteksi orangtua mengakibatkan anak tidak mampu mencapai kematangan pribadi. 2) Kurangnya penanaman nilai kehidupan/norma-norma. (Kartini Kartono, Dra., Psikologi Abnormal, dan Patologi seks, Alumni, Bandung 1979, hlm 200.) c. Tejepitnya generasi muda antara norma lama dengan norma-norma baru, menyebabkan mereka tidak memiliki pegangan untuk menilai semua sikap dan tingkah laku. d. Aanak yang ditolak (rejected child) Penolakan yang diakukan pasangan suami istri yang tidak dewasa secara psikis sehingga tidak mau bertanggung jawab. Misalnya mereka mengharapkan anak laki-laki kemudian harapan itu kandas dengan lahirnya anak perempuan. Sehingga anak yang ditolak tersebut cenderung berontak. 2. Sekolah Pendidikan dewasa ini ternyata masih kurang memberi tempat dialog dalam arti sebenarnya, melainkan masih dialog satu arah. Murid harus menelan semua kehendak guru tanpa memperhatikan minat, bakat dan kemampuan murid. Menurut Paulo Freire gejala ini disebut sebagai narative educations (backing Concept). Guru sebagai subject bercerita, tidak hidup, beku, kaku, tekotak-kotak dan bisa diramalkan sebelumnya. Sedangkan murid hanya sebagai wadah (container = doss, kaleng) tempat deposito belaka. Litani Backing Concept adalah: a. Guru mengajar murid di ajar. b. Guru mengetaui segalanya murid tidak tahu apa-apa. c. Guru berpikir murid dipikirkan. d. Guru berbicara murid mendengrakan dengan jinak. e. Guru memilih dan melaksanakan pilihanya, murid menurut dan menyesuaikan dirinya. f. Guru beraksi, murid meniru aksi gurunya. g. Guru mendisipliner murid didisipliner. h. Guru memilih isi prgram dan murid menyesuaikan diri. i. Guru otoriter mencampur adukan ilmu pengetahuan dengan otoritas prfesionalismenya yang bertentangan dengan kebebasan murid. j. Guru merupakan subjec dan murid sebagai object. (Freire, paulo, Pedagogy of the Oppressed, The Seabury Press, new York, 1968, hlm 59.)

3. Masyarakat

Pekembangan dan kemajuan iptek mendorong manusia untuk memprioritaskan kreatifitas dan penemuan baru. Dorongan tersebut adalah : a. Kesadaran dari orang perorangan akan kekurangan dalam kebudayaan yang ada. b. Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan. c. Perangsang aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat. Moderenisasi yang dijiwai oleh semangat ilmu pengetahuan, berfikir kritis sistematis, analitis, logis, rasional sulit mengadakan penyesuaian terhadap nilai-nilai tradisional akibatnya norma-norma sosio-kultural yang ada direlatifkan. (Soejono Soekanto. S.H., M.A., Sosiologi, Suatu Pengantar, hlm 265.) B. Cara penanggulangan dari segi sosiologis. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mengembalikan kegoyahan tersebut, terutama pada generasi muda yang terjepit antara norma lama dan norma baru adalah dengan mengadakan inventarisasi pengalaman-pengalaman dan kerjasama antara para ahli teknik dan para ahli bidang sosial, untuk mengadakan seleksi masuknya unsur-unsur yang baru dan diintegrasikan dengan unsur-unsur lama. Di samping itu juga melasanakan perencanaan sosial (social planing) yang bertujuan untuk menghilangkan dan membatasi keterbelakangan unsur-unsur kebudayaan material atau teknologi, sebab problema sosial dewasa ini disebabkan oleh keterbelakangan tersebut, yang mengakibatkan penyalahgunaan sumber-sumber alam, demoralisasi kehidupan keuarga, angka kejahatan yang tinggi, sakit jiwa. Dengan usaha itu, diharapkan tercipta suatu keseimbangan dalam masyarakat (sosial equilibrium). Dalam sosial equilibrium masyarakat mampu mengadakan penyesuaian diri (adaption) yang meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Perubahan teknik. Pengisian waktu senggang. Pendidikan Aktivitas dalam masyarakat. Suasana dalam rumah tangga. Agama

(soerjono soekanto, S.H., M.A., Dr., Sosiologi, Suatu Pengantar, hlm. 259.) 1. Keadan Keluarga a. Keluarga yang harmonis sangat menentukan untuk menciptakan lingkungan yang baik dalam suasana keluargaan dan menjadi pusat kesenangan hidup. b. Keluarga berfungsi sebagai pusat kehidupan dan kebudayaan. Untuk mencapai tujuan itu perlu di usahkan/ dilakukan : 1. Memberi tugas yang sesuai dengan kemampuan anak. 2. Mendorong minat anak untuk mengembangkan bakat.

3. Menciptakan suasana yang edukatif, yaitu dengan membiasakan anak sejak kecil untuk membaca buku-buku yang bermutu, dan perlu mengontrol bacaanbacaan yang dapat merugikan jiwa. 4. Melatih hidup untuk disiplin sejak kecil, tanpa perlu menggunakan kekerasan atau paksaan yang mengakibatkan jiwa anak menjadi kerdil. 5. Memperhatika kebutuhan rekreasi bersama secara sederhana tanpa mengurangi keakraban. 6. Kesempatan yang cukup untuk mengadakan dialog untuk saling terbuka antar sesama anggota keluarga. 7. Agar tidak terjerumus dalam kesibukan dan rutinitasme perlu dibuat jadwal untuk acara keluarga. 8. Menamakan nilai-nilai religius. Misalnya ibadah keluarga setiap hari sebagai santapan rohani. c. Nuclear family, yaitu lengkapnya struktur keluarga, sehingga terdapat keutuhan dalam interaksi. Masing-masing dari orang tua harus ada kefahaman tentang norma-norma yang harus dianut untuk pendidikan anak, sehingga tidak membingungkan atau menimbulkan konflik. Perlu ada saling pengertian dan saling membantu dalam melaksanaan tugas tanggung jawab. Dalam hal ini tugas orang tua sebagai pendidik. 1) Peranan Ayah dapat dirumuskan a. Sumber kekuasaan, dan dasar identifikasi. b. Bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga. c. Pelindung ancaman dari luar. d. Penghubung dari dunia luar. e. Pendidik dari segi rasional. 2) Peranan ibu dapat dirumuskan: a. Pemberi rasa aman, sumber kasih sayang. b. Tempat mencurahkan isi hati c. Pengatur kehidupan rumah tangga d. Pembimbing kehidupan rumah tangga e. Pendidik segi emosional f. Penyimpan tradisi d. Memberikan bimbingan sebagai : Usaha untuk menentukan , menganalisa, dan memecahkan kesulitan yang dihadapi anak dalam hidupnya. Jadi tugas orang tua adalah : 1) 2) 3) 4) 5) Berusaha mengerti pribadi anak-anaknya. Memupuk kesanggupan menolong diri sendiri dalam mengatasi masalah. Untuk mengembangkan potensi/bakat anak yang ada. Membimbing untuk mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar. Membimbing kepada ketaatan nilai-nlai agama dan moral.

Tujuan membimbing adalah membantu agar dapat mencapai pemahaman diri, berdiri sendiri secara dewasa, dan mampu mengadakan relasi yang baik dengan masyarakat sekitarnya. 2. Lingkungan sekolah a. Tugas sekolah adalah menciptakan suasana yang baik agar terciptakan suasana belajar, dan medorong kreativitas murid. Sekolah dapat mengadakan kegiatan bersifat ekstra-kulikuler seperti: a. Pembentukan pramuka b. Latihan kesenian c. Membentuk klub-klub olah raga d. Badan keamanan lalulintas (BKLL) dan patroli keamanan sekolah (PKS) e. Mengadakan tour sebagai darmawisata atau kebutuahan studi. b. Sekolah juga bertugas mengadakan kerjasama antara orang tua murid dengan pihak sekolah (guru-guru) secara teratur. 3. Lingkungan masyarakat a. Mengadakan pengawasan terhadap perkumpulan pemuda dengan mengadakan pencatatan bila perlu diadakan peninjauan agar tidak bersifat liar. b. Mengadakan pengawasan dan tindakan tegas terhdap beredarnya buku-buku, komik-komik, majalah, film, video-cassete. c. Mengadakan penelitian ditinjau dari segi psikologis, sosiologis, ekonomi, maupun poitik. d. Mengadakan pertemuan-pertemuan umum seperti cramah, diskusi, seminar dsb. Namun yang bersifat positif. e. Mengembangkan klub-klub atau oganisasi pemuda yang besifat positif. f. Mengembangkan jasa pengabdian psikolog, counselor, klinik-klinik terapi mental dan syaraf. g. Menciptakan suasana dalam lembaga-pemasyarakatan sehingga menjadi wadah pendidikan, pembinaan mental/watak, dan berfungsi untuk mengayomi. Perlu diciptakan suasana kekeluargaan dalam iklim peace (kedamaian) dan security (keamanan). (Simandjuntak. B. S.H., Drs., Latar belakang kenakalan anak, hlm 183.)

Вам также может понравиться