Вы находитесь на странице: 1из 13

IDENTIFIKASI PERBEDAAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN MELALUI INDEKS KANINUS RAHANG BAWAH PADA MAHASISWA SUKU SUNDA FKG

UNPAD ANGKATAN 2007-2009

GISHA NURIL FERIZKA 160110070017

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI BANDUNG 2012

ABSTRAK
Indeks kaninus rahang bawah dapat digunakan sebagai acuan identifikasi forensik untuk menentukan jenis kelamin dan ras. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh nilai indeks kaninus rahang bawah pada mahasiswa laki-laki dan perempuan Strata 1 Fakultas Kedoketeran Gigi Universitas Padjajaran, serta membuktikan adanya perbedaan nilai indeks kaninus rahang bawah pada lakilaki dan perempuan. Sampel penelitian ini adalah mahasiswi laki-laki dan perempuan suku Sunda Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran angkatan 2007 sampai dengan angkatan 2009 dengan menggunakan metode pengambilan sampel berupa purposive sampling. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif. Dari hasil perhitungan statistik didapatkan bahwa rata-rata indeks kaninus rahang bawah pada laki-laki dan perempuan mahasiswa suku Sunda FKG UNPAD angkatan 2007-2009 adalah 0,2700,010 mm dan 0,2400,021 mm. Kesimpulan penelitian menunjukkan nilai indeks kaninus rahang bawah pada laki-laki dan perempuan mahasiswa suku Sunda FKG UNPAD angkatan 2007-2009 adalah 0,270 dan 0,240 mm.dan terdapat perbedaan yang nyata antara indeks kaninus rahang bawah pada laki-laki dan perempuan mahasiswa suku Sunda FKG UNPAD angkatan 2007-2009. Kata kunci : indeks kaninus rahang bawah, jenis kelamin, suku Sunda

ABSTRACT
Mandibular canine index can be used as a reference in forensic identification for sex and race prediction. The aim of this research is to acquire the value index of mandible canine of Faculty of Dentistry Padjajaran University students, male and female, and to prove the difference of the index between male and female. The samples of the research is the Sundanese students of Faculty of Dentistry Padjajaran University class of 2007 until 2009 by using purposive sampling method according to the criteria. The characteristic of the research is descriptive. The result of statistic measurement is that we can get index of mandible canine of male is 0,2700,010 mm dan 0,2400,021 mm. The inference of the research shows that index of mandible canine of male is 0,270 mm and female is 0,240 mm and the index of mandible canine of male and female Sundanese Students Class of 2007-2009 are significantly different. Keyword : mandible canine index, sex, Sundanese

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Seiring berkembangnya teknologi dan peradaban manusia, bencanabencana alam makin sering terjadi dan tingkat kriminalitas semakin meningkat. Pada kasus-kasus seperti ini, banyak ditemukan tubuh korban yang tidak dikenal dan membutuhkan identifikasi lebih lanjut. Berbagai macam metode identifikasi telah ditemukan, tetapi ketepatan suatu metode identifikasi bergantung dari reabilitas metode tersebut serta kelengkapan data antemortem dan postmortem. Dibandingkan dengan perbandingan DNA dan sidik jari (dactyloscopy, metode identifikasi dengan gigi lebih mudah digunakan dan tidak memerlukan keahlian khusus (Sopher, 1976). Berdasarkan penelitian sebelumnya ditemukan bahwa terdapat perbedaan indeks kaninus rahang bawah antara laki-laki dan perempuan, dimana indeks kaninus rahang bawah laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Pengertian indeks kaninus rahang bawah yaitu ukuran mesiodistal gigi kaninus rahang bawah dibagi ukuran interkaninus gigi kaninus rahang bawah (Rao, 1989). Ukuran mesiodistal gigi kaninus rahang bawah didapatkan dengan cara mengukur diameter terbesar antara mesial dan distal mahkota gigi kaninus rahang bawah klinis, yaitu pada daerah titik kontak. Ukuran interkaninus gigi kaninus rahang bawah didapat dengan cara mengukur jarak antara titik puncak bonjol gigi kaninus rahang bawah kiri ke titik puncak bonjol gigi kaninus rahang bawah kanan (Muller, et al., 2001). Penggunaan indeks kaninus rahang bawah sebagai metode identifikasi forensik di luar negeri sudah cukup dikenal dan banyak digunakan, namun untuk di Indonesia sendiri metode ini belum cukup populer di kalangan praktisi kedokteran gigi forensik. Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya kesadaran akan pentingnya kelengkapan rekam medis termasuk foto dental panoramic sehingga data rekam medis tidak dapat dijadikan sebagai data antemortem untuk identifikasi forensik. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan masalah yaitu : 1. Berapakah nilai indeks kaninus rahang bawah pada laki-laki dan perempuan mahasiswa suku Sunda FKG UNPAD angkatan 2007-2009. 2. Adakah perbedaan indeks kaninus rahang bawah pada laki-laki dan perempuan suku Sunda FKG UNPAD angkatan 2007-2009. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai perbedaan indeks kaninus rahang bawah pada laki-laki dan perempuan mahasiswa suku Sunda FKG UNPAD angkatan 2007-2009. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perbedaan indeks kaninus rahang bawah pada laki-laki dan perempuan mahasiswa suku Sunda FKG UNPAD angkatan 2007-2009. Secara aplikatif diharapkan dapat memberikan kelengkapan penunjang dalam melakukan identifikasi tubuh yang tidak dikenal dalam suatu tindakan kriminal atau kecelakaan massal, apabila identifikasi dengan cara lain tidak dapat dilakukan.

Kerangka Pemikiran Gigi kaninus rahang bawah manusia jarang terkena penyakit periodontal dibandingkan gigi-gigi lainnya dan merupakan gigi yang paling jarang dicabut. Gigi kaninus rahang bawah juga lebih tahan terhadap trauma dan dapat bertahan pada kondisi berat seperti bencana alam. Oleh karena itu, gigi kaninus rahang bawah dianggap sebagai key teeth untuk proses identifikasi. Dibandingkan dengan gigi-gigi yang lain, gigi kaninus rahang bawah menunjukkan diformisme (perbedaan morfologi) yang terbesar antara laki-laki dan perempuan (Kaushal, et al., 2004). Rao, et al (1989) mengatakan indeks kaninus rahang bawah dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin. Penelitian yang dilakukan kepada 360 pasien di Bapuji Dental College dan Hospital, Davengere, India membuktikan ketepatan indeks kaninus rahang bawah untuk menentukan jenis kelamin pada laki-laki lebih besar, kurang lebih 83,3%; sedangkan pada perempuan lebih kecil, kurang lebih 81% (Yadav, et al., 2002). Penelitian lain yang dilakukan oleh Handayani (2002) pada mahasiswa FKG UNPAD juga menunjukkan bahwa indeks kaninus rahang bawah laki-laki lebih besar dibandingkan pada perempuan. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dan dukungan teoritis yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk meneliti tentang perbedaan indeks kaninus rahang bawah pada laki-laki dan perempuan suku Sunda mahasiswa FKG UNPAD angkatan 2007-2009. Metodologi penelitian Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analitik. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ortodonsia FKG UNPAD Jatinangor antara bulan Maret dan bulan April 2011.

TINJAUAN PUSTAKA Ilmu Forensik Kata forensik berasal dari kata forensic yang berasal dari bahasa Latin yang artinya sebelum forum atau pembenaran publik. Ilmu forensik digunakan dalam mengidentifikasi seseorang dengan membandingkan data prakematian (antemortem) dengan data paskakematian (postmortem). Pemeriksaan dalam ilmu kedokteran forensik meliputi pemeriksaan antropometri dan antroskopi. Antropometri adalah pemeriksaan kuantitas atau dilakukan pengukuran pada tulang dan gigi. Sedangkan pemeriksaan antroskopi yaitu pemeriksaan kualitas yang dilihat dari bentuk, warna, dan ciri khas gigi juga tulang (Quendangen, 1991). Identifikasi dalam Kedokteran Gigi Forensik Menurut Cameron dan Sims (1974), identifikasi atau pengenalan suatu individu adalah menentukan ciri-ciri karakteristik yang dimiliki oleh setiap individu sehingga dapat dibedakan antara individu yang satu dengan individu lainnya. Identifikasi menggunakan gigi memiliki keuntungan yaitu (Quendangen, 1991) : 1) Gigi melekat erat pada tubuh (tulang rahang).

2) Gigi tahan terhadap proses pembusukan (biologis), terhadap panas (fisis) sampai suhu 9000 F, terhadap asam (kimiawi). 3) Gigi memiliki nilai individualistis yang tinggi, yaitu kemungkinan dua manusia mempunyai gigi yang identik adalah satu berbanding dua juta. 4) Gigi mempunyai bentuk yang sangat jelas sehingga mudah dikenali. 5) Gigi terletak pada posisi yang terlindungi bibir dan pipi, sehingga tidak mudah rusak, tetapi mudah diperiksa hanya dengan menyingkap bibir. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ukuran Gigi Faktor yang berperan dalam variasi ukuran gigi adalah genetik, lingkungan, ras, dan jenis kelamin (Susilowati dan Dekaria., 2007). Genetik dan Hormonal Kromosom X dan kromosom Y pada manusia akan meningkatkan ketebalan enamel gigi, dimana kromosom X selain meningkatkan ketebalan enamel juga memiliki efek mengurangi ketebalan dentin. Hal ini yang menyebabkan dentin pada gigi laki-laki cenderung lebih tebal daripada perempuan, sehingga ukuran gigi laki-laki juga cenderung lebih besar dibandingkan ukuran gigi perempuan (Alvesalo, et al., 1991). Genetik mempengaruhi kadar hormon yang mengarah pada bentuk dan ukuran tulang mandibula yang secara tidak langsung menyebabkan adanya perbedaan ukuran gigi diantara laki-laki dan perempuan (Garn, 1967). Ras Menurut Two Layer Theory, terdapat dua migrasi ras ke Indonesia melalui benua Asia, yaitu ras Austromelanesoid dan ras Mongoloid. Percampuran pertama kali antara ras Austromelanesoid dan ras Mongoloid disebut kelompok Proto Melayu (Melayu Tua), yang termasuk keturunan kelompok ini adalah suku Toraja (Sulawesi Selatan), suku Sasak (Nusa Tenggara Barat), suku Dayak (Kalimantan Tengah), suku Nias (Sumatera Utara), suku Mentawai, suku Baduy, suku Batak (Sumatera Utara) dan suku Kubu (Sumatera Selatan). Percampuran kedua kali antara Proto Melayu dan ras Mongoloid disebut kelompok Deutro Melayu (Melayu Muda), yang termasuk keturunan kelompok ini adalah suku Aceh, suku Minangkabau (Sumatera Barat), suku Sunda, suku Jawa, suku Bali, suku Bugis dan Makasar di Sulawesi (Jacob, 1967). Lingkungan Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi ukuran gigi adalah nutrisi/diet, penyakit, iklim, dan gaya hidup (Susilowati dan Dekaria, 2007). Jenis Kelamin Lavelle (1972) melakukan penelitian yang lebih terperinci dengan membandingkan perbedaan antar jenis kelamin laki-laki dan perempuan dari tiga kelompok populasi, yaitu populasi Kaukasoid, Negroid, dan Mongoloid. Disimpulkan bahwa ukuran gigi laki-laki secara keseluruhan lebih besar dibandingkan pada perempuan. Tabel 2.1 Rata-rata Ukuran Mesiodistal Gigi Kaninus Rahang Bawah Laki-laki dan Perempuan Ras Negroid, Mongoloid dan Kaukasoid pada Rahang Bawah (Lavelle, 1972) Jenis Kelamin Negroid Mongoloid Kaukasoid Laki-Laki 7,44 mm 7,41 mm 6,69 mm Perempuan 7,41 mm 7,34 mm 6,91 mm

Anatomi Gigi Kaninus Rahang Bawah Gigi tetap kaninus rahang bawah mulai kalsifikasi pada usia 4-5 bulan, pembentukan mahkota lengkap usia 6-7 tahun. Erupsi pertama kali pada usia 9-10 tahun, akar terbentuk sempurna pada saat berusia 12-14 tahun. Mahkota gigi kaninus rahang bawah lebih panjang pada bagian servikoinsisalnya dan lebih sempit pada bagian mesiodistalnya jika dibandingkan dengan gigi kaninus rahang atas. Singulumnya tidak begitu nyata pada bagian mesial dan distal, pada bagian sepertiga servikal tidak begitu tebal. Permukaan lingual lebih rata daripada permukaan lingual gigi kaninus rahang atas. Umumnya ujung akar melengkung ke distal, tetapi terkadang terdapat kaninus dengan ujung akar yang melengkung ke mesial. Jika gigi ini belum aus, gigi ini adalah gigi yang terpanjang di dalam mulut (Harshanur, 1995).

Gambar 2.1 Gigi Kaninus Rahang Bawah Kanan Gigi kaninus rahang bawah dalam sistem stomatognatik adalah gigi yang menjadi trajektoris atau Benninghoffs line of stress pada mandibula. Secara histologis, tulang spongiosa tersusun atas trabekula yang dikelilingi oleh pembuluh darah dan limfe. Trabekula mandibula tersusun sesuai garis trajektoris yang berfungsi untuk menahan tekanan/beban pengunyahan. Garis trajektoris (Benninghoffs line of stress) mandibula terdiri dari Pterygoid pillar, Zygomatic pillar dan Canine pillar (Salzmann, 1966).

Gambar 2.2 Garis Trajektoris pada Daerah Korpus Mandibula Indeks Kaninus Rahang Bawah Indeks kaninus rahang bawah atau Mandibular Canine Index (MCI) adalah ukuran mesiodistal gigi kaninus rahang bawah kanan ataupun kiri dibagi ukuran interkaninus gigi kaninus rahang bawah (Rao, et al., 1989). Rumusnya sebagai berikut : Indeks kaninus rahang bawah kanan = Ukuran mesiodistal gigi kaninus rahang bawah kanan Ukuran interkaninus gigi kaninus rahang bawah Indeks kaninus rahang bawah kiri = Ukuran mesiodistal gigi kaninus rahang bawah kiri Ukuran interkaninus gigi kaninus rahang bawah

Ukuran mesiodistal gigi kaninus rahang bawah didapat dari mengukur diameter terbesar antara mesial dan distal mahkota klinis gigi kaninus rahang bawah, yaitu pada daerah titik kontak (Ash dan Nelson., 2003). Ukuran interkaninus gigi kaninus rahang bawah didapat dengan cara mengukur jarak antara titik puncak bonjol gigi kaninus rahang bawah kiri ke titik puncak bonjol gigi kaninus rahang bawah kanan (Muller, et al., 2001). Penelitian yang dilakukan kepada 384 perempuan dan 382 laki-laki orang India di India Selatan dengan rentang umur 15-21 tahun menunjukkan reabilitas indeks kaninus rahang bawah (MCI) untuk menentukan jenis kelamin dengan ketepatan 84,3% pada laki-laki dan 87.5% pada perempuan (Nair, et al., 1999). Selain itu penelitian lain yang dilakukan kepada 360 pasien di Bapuji Dental College dan Hospital, Davengere, India pada tahun 2010 membuktikan keakuratan indeks kaninus rahang bawah untuk mengidentifikasi jenis kelamin sebesar 83,3 % pada laki-laki dan 81% pada perempuan (Yadav, et al., 2002).

METODE PENELITIAN Jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitik (Sugiyono, 2003). Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa suku Sunda berjenis kelamin laki-laki dan perempuan di FKG UNPAD angkatan 2007-2009. Jumlah sampel sebanyak 25 orang, terdiri dari 10 orang laki-laki dan 15 orang perempuan yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) Latar belakang sub-ras yang sama (dua generasi ke atas baik dari ayah maupun ibu adalah suku asli Sunda berdasarkan kuisioner dan pernyataan naracoba). 2) Gigi kaninus rahang bawah telah erupsi sempurna, yaitu keluarnya mahkota klinis gigi dari dalam tulang alveolar hingga mencapai dataran oklusal. 3) Gigi kaninus rahang bawah tidak mengalami kelainan kongenital, bentuk ataupun malposisi. 4) Gigi kaninus rahang bawah tidak pernah atau sedang dalam perawatan ortodonti, konservasi, endodontik ataupun prostodonti. 5) Gigi kaninus rahang bawah tidak mengalami karies yang dalam atau fraktur pada bagian mesial atau distalnya. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling yaitu pengambilan sejumlah sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2003). Variabel Variabel-variabel yang dikendalikan dalam penelitian ini yaitu : jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) dan indeks kaninus rahang bawah. Definisi Operasional Indeks kaninus rahang bawah yaitu ukuran mesiodistal gigi kaninus rahang bawah dibagi ukuran interkaninus gigi kaninus rahang bawah.

Ukuran mesiodistal gigi kaninus rahang bawah, yaitu diameter terbesar antara mesial dan distal mahkota klinis gigi kaninus rahang bawah yang diukur dengan jangka berujung jarum dengan satuan ukur milimeter. Diukur dengan cara meletakkan ujung runcing jangka pada diameter mesial dan distal terbesar mahkota klinis gigi kaninus rahang bawah, yaitu pada daerah titik kontak. Ukuran interkaninus gigi kaninus rahang bawah, yaitu jarak antara puncak bonjol gigi kaninus kiri ke puncak bonjol gigi kaninus kanan yang diukur dengan jangka berujung jarum dengan satuan ukur milimeter. Diukur dengan cara meletakkan ujung runcing jangka dari titik puncak bonjol gigi kaninus kiri ke titik puncak bonjol gigi kaninus kanan. Alat dan Bahan Penelitian Adapun alat dan bahan penelitian sebagai berikut :

Gambar 3.1 Alat dan Bahan Keterangan : 1) Alat dasar (kaca mulut, sonde, pinset) 2) Bahan cetak alginat normal setting dengan w/p ratio 0,47 (1 merk) 3) Gips batu tipe III (Dental stone) dengan w/p ratio 0,3 (1 merk) 4) Sendok cetak parsial 5) Lekron 6) Rubber bowl 7) Spatula 8) Jangka berujung jarum 9) Alat tulis dan penggaris Cara Penelitian Persiapan Penelitian 1) Mengajukan surat permohonan izin kepada Pembantu Dekan I FKG UNPAD dan mengajukan surat kepada Dewan Komite Etik Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung untuk melakukan penelitian 2) Pengisian informed consent. Pelaksanaan Penelitian 1) Pencetakan dilakukan sesuai dengan prosedur standar pencetakan. Hasil pencetakan lalu dicor, dibuat menjadi basis segi tujuh dan diberi identitas. 2) Cara pengukuran (Muller, et al., 2001) (1) Mesiodistal gigi kaninus rahang bawah kiri dan kanan masing-masing diukur dengan menggunakan jangka berujung jarum. Pengukuran mesiodistal dilakukan dengan meletakkan ujung runcing jangka pada diameter mesial dan distal terbesar mahkota klinis gigi kaninus rahang bawah, yaitu pada daerah titik kontak mesial dan distal yang telah diberi tanda dengan spidol merah sebelumnya.

(2) Pengukuran interkaninus dilakukan dengan cara meletakkan ujung runcing jangka dari titik puncak bonjol gigi kaninus kiri ke titik puncak bonjol kaninus kanan yang sebelumnya telah diberi tanda titik dengan spidol merah pada masing-masing titik puncak bonjol. (3) Pengukuran mesiodistal dan interkaninus dilakukan sebanyak tiga kali berturut-turut kemudian diambil rata-ratanya sebagai data. Hasil pengukuran tersebut dicatat pada tabel, kemudian dihitung indeks kaninus rahang bawah, yaitu ukuran mesiodistal gigi kaninus rahang bawah kanan atau kiri dibagi ukuran interkaninus gigi kaninus rahang bawah. Setelah itu dicari rata-rata dari masing-masing indeks kaninus rahang bawah kanan atau kiri dan simpangan bakunya.

Gambar 3.2

Cara Pengukuran Mesiodistal Gigi Kaninus Rahang Bawah.

Gambar 3.3 Cara Pengukuran Interkaninus Gigi Kaninus Rahang Bawah. Analisa Data Data yang diperoleh adalah ukuran mesiodistal gigi kaninus rahang bawah kiri dan kanan dan ukuran interkaninus rahang bawah. Data tersebut dianalisa dengan menggunakan rumus statistik sebagai berikut (Sudjana, 1996) : 1. Rumus menghitung rata-rata :
X

x
n

2. Rumus menghitung simpangan baku :


s

(n 1)

3. Uji homogenitas varians : F = Varians Terbesar Varians Terkecil 4. Uji t sampel independen: x1 x 2 t hitung 2 2 s1 s 2 n1 n2

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Rata-rata Ukuran Mesiodistal Gigi Kaninus Rahang Bawah pada Mahasiswa Suku Sunda FKG UNPAD Angkatan 2007-2009 Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan rata-rata ukuran mesiodistal gigi kaninus laki-laki cenderung lebih besar dibandingkan dengan rata-rata ukuran mesiodistal gigi kaninus rahang bawah perempuan. Tabel 4.1 Rata-rata Ukuran Mesiodistal Gigi Kaninus Rahang Bawah pada Mahasiswa Suku Sunda FKG UNPAD Angkatan 2007-2009 Laki-laki Perempuan s n x x s 7,16 0,12 15 6,16 0,40
x : rata-rata (mm)

n 10 Keterangan : n : jumlah sampel

s : simpangan baku (mm)

Tabel 4.2 Rata-rata Ukuran Mesiodistal Gigi Kaninus Rahang Bawah Kanan dan Rata-rata Ukuran Mesiodistal Gigi Kaninus Rahang Bawah Kiri pada Mahasiswa Suku Sunda FKG UNPAD Angkatan 2007-2009 Laki-laki Perempuan n s n s x x Kanan 10 7,160 0,098 15 6,140 0,369 Kiri 10 7,172 0,156 15 6,190 0,461 Keterangan : n : jumlah sampel s : simpangan baku (mm) x : rata-rata (mm) Rata-rata Ukuran Interkaninus Gigi Kaninus Rahang Bawah pada Mahasiswa Suku Sunda FKG UNPAD Angkatan 2007-2009 Tabel 4.3 menunjukkan rata-rata ukuran interkaninus gigi kaninus rahang bawah pada laki-laki lebih besar dibandingkan dengan rata-rata ukuran interkaninus gigi kaninus rahang bawah perempuan. Tabel 4.3 Rata-rata Ukuran Interkaninus Gigi Kaninus Rahang Bawah pada Mahasiswa Suku Sunda FKG UNPAD Angkatan 2007-2009 Laki-laki Perempuan s n s x x 26,56 1,02 15 26,04 1.43

n 10 Keterangan : n : jumlah sampel

x : rata-rata (mm)

s : simpangan baku (mm)

Rata-rata Indeks Kaninus Rahang Bawah pada Mahasiswa Suku Sunda FKG UNPAD Angkatan 2007-2009 Tabel 4.4 menunjukkan rata-rata ukuran indeks kaninus pada laki-laki lebih besar daripada rata-rata ukuran indeks kaninus rahang bawah perempuan.

Tabel 4.4 Rata-rata Indeks Kaninus Rahang Bawah pada Mahasiswa Suku Sunda FKG UNPAD Angkatan 2007-2009 Laki-laki Perempuan n s n s x x 10 0,270 0,010 15 0,240 0,021 Keterangan : n : jumlah sampel s : simpangan baku (mm) x : rata-rata (mm) Tabel 4.5 Rata-rata Indeks Kaninus Rahang Bawah Kanan dan Indeks Kaninus Rahang Bawah Kiri pada Mahasiswa Suku Sunda FKG UNPAD Angkatan 2007-2009 Laki-laki Perempuan n s n s x x Kanan 10 0,267 0,011 15 0,236 0,020 Kiri 10 0,270 0,012 15 0,239 0,020 Keterangan : n : jumlah sampel s : simpangan baku (mm) x : rata-rata (mm) Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan indeks kaninus rahang bawah pada laki-laki dan perempuan suku Sunda mahasiswa FKG UNPAD angkatan 2007-2009. Kemudian hipotesis diuji secara statistik melalui uji t sampel independen dan diperoleh thitung = 5,119 dengan p-value (signifikasi) sebesar 0.0001. Kriteria uji sebagai berikut : H0 diterima bila : -ttabel thitung ttabel H0 ditolak bila : thitung < -ttabel atau thitung > ttabel Berdasarkan tabel t diperoleh nilai ttabel untuk = 0,05 dan derajat bebas (df) = 23 pada pengujian dua pihak sebesar 2,262. Dikarenakan thitung yang didapatkan lebih besar dari ttabel (thitung = 5,460 > ttabel = 2,262) maka diperoleh keputusan uji H0 ditolak dan disimpulkan bahwa terdapat perbedaan indeks kaninus rahang bawah yang signifikan antara laki-laki dan perempuan mahasiswa suku Sunda FKG UNPAD angkatan 2007-2009. Pembahasan Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan ukuran mesiodistal gigi kaninus rahang bawah pada laki-laki dan perempuan mahasiswa suku Sunda FKG UNPAD angkatan 2007-2009 adalah 7,1600,120 mm dan 6,1600,400 mm. Nilai-nilai ini mendekati hasil penelitian Handayani (2002) yang mengatakan bahwa rata-rata ukuran mesiodistal kaninus rahang bawah pada orang Indonesia adalah sebesar 7,2000,070 mm pada laki-laki dan 6,7700,058 mm pada perempuan. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh ukuran rata-rata interkaninus gigi kaninus rahang bawah pada laki-laki dan perempuan mahasiswa suku Sunda FKG UNPAD angkatan 2007-2009 adalah 26,561,02 mm dan 26,041,43 mm. Hasil ini sesuai dengan penelitian Kaushal, et al (2004) yang menyimpulkan bahwa rata-rata ukuran interkaninus kaninus rahang bawah pada laki-laki dan perempuan ras India Utara adalah 25,8731,253 mm dan 25,0701,197 mm. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata indeks kaninus rahang bawah pada lakilaki dan perempuan mahasiswa suku Sunda FKG UNPAD angkatan 2007-2009

juga berbeda secara signifikan. Hasil penelitian ini mendekati hasil penelitian Kaushal, et al (2004) yang mengatakan rata-rata indeks kaninus rahang bawah pada laki-laki dan perempuan ras India Utara adalah 0,2810,012 mm dan 0,2670,100 mm. Tingkat ketepatan standar indeks kaninus rahang bawah kanan untuk menentukan jenis kelamin adalah 70% dan 80%, sedangkan untuk standar indeks kaninus rahang bawah kiri tingkat ketepatannya adalah 66,67% dan 83,33% (Kaushal, et al., 2004). Dikarenakan suku Sunda adalah ras Deutro Melayu yang merupakan keturunan ras Mongoloid seperti ras India Utara, maka dapat dianggap ukuran indeks kaninus rahang bawah antara kedua ras ini sama, terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran gigi seperti variasi anatomi individu, variasi ras dan lingkungan. Dari pembahasan di atas terlihat bahwa ada perbedaan ukuran indeks kaninus rahang bawah laki-laki mahasiswa suku Sunda FKG UNPAD dan ukuran indeks kaninus rahang bawah pada perempuan mahasiswa suku Sunda FKG UNPAD angkatan 2007-2009, dimana ukuran indeks kaninus rahang bawah laki-laki lebih besar dibandingkan dengan ukuran indeks kaninus rahang bawah perempuan. Penelitian ini mengambil sampel dengan kriteria tertentu, diantaranya, gigi kaninus rahang bawah tidak mengalami kelainan kongenital, bentuk ataupun malposisi. Selain itu, faktor internal yaitu genetik seperti jenis ras dan variasi setiap individu turut mempengaruhi ukuran dan bentuk gigi kaninus rahang bawah. Terlepas dari faktor-faktor di atas, faktor-faktor seperti pemilihan naracoba (sampel) galur murni suku Sunda tanpa melalui tes DNA yang lebih akurat, jumlah naracoba (sampel), dan faktor dari peneliti seperti keakuratan dan ketelitian peneliti saat melakukan pengukuran serta faktor kelelahan juga berpengaruh terhadap hasil penelitian baik secara langsung maupun tidak langsung. Kelebihan metode identifikasi dengan indeks kaninus rahang bawah yaitu mudah untuk dilakukan dan tidak memerlukan keahlian khusus, tetapi metode identifikasi ini juga memiliki kekurangan, yaitu hanya dapat dilakukan jika gigi anterior rahang bawah masih tertanam utuh di tulang mandibula dan gigi kaninus rahang bawah kanan dan kiri memenuhi kriteriakriteria seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Oleh sebab itu, perlu diperhitungkan beberapa pengukuran yang lain dari bagian-bagian tulang rahang atau gigi untuk melengkapi proses identifikasi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disimpulkan : 1) Rata-rata indeks kaninus rahang bawah pada laki dan perempuan mahasiswa suku Sunda FKG UNPAD angkatan 2007-2009 yaitu sebesar 0,2700,010 mm dan 0,2400,021 mm. 2) Terdapat perbedaan nilai indeks kaninus rahang bawah yang nyata pada lakilaki dan perempuan mahasiswa suku Sunda FKG UNPAD angkatan 20072009. Saran 1) Perlu dilakukan penelitian yang mendalam dengan sampel yang lebih banyak untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan menggunakan kaliper geser digital.

2) Untuk menentukan galur murni suku Sunda sampel yang lebih akurat sebaiknya dilakukan tes DNA. 3) Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut pada suku-suku lain di Indonesia untuk menambah data penunjang penggunaan indeks kaninus rahang bawah sebagai metode identifikasi forensik. DAFTAR PUSTAKA Alvesalo, L., E. Tammisalo and G. Townsend. 1991. Upper Central Incisor and Canine Tooth Crown Size in 47 XXY Males. Journal of Dental Research, 70:1057-1060. Ash, M. dan S. Nelson. 2003. Wheelers Dental Anatomy, Physiology, and Occlusion. India : Saunder-Elsevier. 8:183-193. Cameron, J.M and B.G. Sims. 1974. Forensic Dentistry. Edinburgh : Churchill and Livingstone Ltd. 12-3. Garn, S.M. 1965. Sex Difference in Tooth Size. J. Den.Res, 44:306-313. Handayani, R.D. 2002. Perbedaan Indeks Mahkota Klinis Gigi Kaninus Rahang Bawah antara Laki-Laki dan Perempuan pada Mahasiswa FKG UNPAD untuk Identifikasi Jenis Kelamin dalam Identifikasi Forensik. Degree. Bandung : Universitas Padjajaran, Fakultas Kedokteran Gigi. Harshanur, I.W. 1995. Anatomi Gigi. Jakarta : EGC. Hal 101-104, 211-222. Kaushal S, Patnaik VV, Agnihotri G. 2004. Sex Determination in North Indians using Mandibular Canine Index. Journal of Indian Academy of Forensic Medicine, 26(2), pp.45-49. Muller, M., L. Lupi-Peguriera., G. Quatrehomme., M. Bolla. 2001. Odontometrical Method Useful in Determining Gender and Dental Alignment. Forensic Science International, 121 (1), pp. 194-197. Nair P., Rao BB., Annigeri RG. 1999. A Study of Tooth Size, Symmetry and Sexual Dimorphism. J Forensic Med Toxicol, 16:10-3. Quendangen, A.R. 1991. Kumpulan Makalah Kursus Penyegar Kedokteran Gigi/ Odontologi Forensik Polri. Jakarta. Hal 70-80. Salzman, J.A. 1966. Practice of Orthodontic. Montreal : J.B Lippincott Company. Sopher, I.M. 1976. Forensic Dentistry. USA: Charles C Thomas Publisher. Sugiyono, Dr. 2003.Statistika untuk Peneltian. Bandung : CV. Alfabeta. Hal 21,61. Susilowati dan M.Dekaria. 2007. Rasio Lebar Mesiodistal Gigi Bolton pada Geligi Berjejal dan Geligi Normal. Dentofasial Jurnal Kedokteran Gigi, 6:36-41.

Вам также может понравиться