Вы находитесь на странице: 1из 9

Pendahuluan Endometriosis merupakan salah satu penyebab nyeri pelvis (dysmenorrhea, dyspareunia) dan ketidaksuburan pada lebih dari

35% wanita usia produktif, akan tetapi prevalensi nyata untuk penyakit ini tidak diketahui. Secara umum, diperkirakan 1 dari 10 orang wanita menderita endometriosis. Sekitar 71-87% wanita yang mengalami nyeri pelvis dan sekitar 38% wanita yang mengalami masalah kesuburan didiagnosis endometriosis. Biasanya dialami oleh wanita usia produktif, dengan kemajuan penyembuhan penyakit sangat lambat, bahkan cenderung stabil/tidak mengalami kemajuan dalam upaya penyembuhan. Pada remaja beranjak dewasa, endometriosis yang dialami adalah endometriosis sekunder, namun rasa nyeri yang ditimbulkan jauh lebih hebat dibanding endometriosis primer yang dialami oleh wanita dewasa.

A. Defenisi Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis. ( Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta ). Etiologi Penyebab endometriosis tidak diketahui, akan tetapi diduga terkait dengan siklus menstruasi yang tidak teratur, coelomic metaplasia, dan abnormalitas sistem imun. Meskipun penyebab pasti tidak diketahui, beberapa faktor yang terkait dengan terjadinya endometriosis adalah siklus menstruasi yang tidak teratur, menstruasi yang terlalu lama, abnormalitas saluran genital, kadar estrogen terlalu tinggi, dan tertimbunnya lemak perifer. Namun ada pula endometriosis yang disebabkan karena kelainan genetik. Turunnya kadar estrogen karena penggunaan obat kontrasepsi oral, menopause, olahraga telah terbukti dapat mengurangi gejala nyeri pada endometriosis. Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain: 1 Wanita usia produktif ( 15 44 tahun ) 2 Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari) 3 Menstruasi yang lama (>7 hari) 4 Spotting sebelum menstruasi 5 Peningkatan jumlah estrogen dalam darah 6 Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama. 7 Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis 8 Terpapar Toksin dari lingkungan. Tanda dan gejala endometriosis antara lain : 1. Nyeri : Dismenore sekunder Dismenore primer yang buruk Dispareunia Nyeri ovulasi Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama

siklus menstruasi. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter.

2. Perdarahan abnormal Hipermenorea Menoragia Spotting sebelum menstruasi Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi.

3. Keluhan buang air besar dan buang air kecil Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar Darah pada feces Diare, konstipasi dan kolik (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta. www.google.com.) Patofisiologi Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh. Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal. Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis. Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya. Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic. Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks. Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis.(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta Sperof, Leon. 2005. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Lippincot Williams & Wilkins : Philadelphia. ) Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis ini antara lain: 1. Uji serum CA-125 Sensitifitas atau spesifisitas berkurang Protein plasenta 14 Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan. Antibodi endometrial

Sensitifitas dan spesifisitas berkurang 2. Teknik pencitraan Ultrasound Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas 11% MRI 90% sensitif dan 98% spesifik Pembedahan Melalui laparoskopi dan eksisi. (Scott, R James,dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta ) 6. Terapi Terapi yang dilakukan ditujukan untuk membuang sebanyak mungkin jaringan endometriosis, antara lain: 1. Pengobatan Hormonal Pengobatan hormaonal dimaksudkan untuk menghentikan ovulasi, sehingga jaringan endometriosis akan mengalami regresi dan mati. Obat-obatan ini bersifat pseudo-pregnansi atau pseudo-menopause, yang digunakan adalah : Derivat testosteron, seperti danazol, dimetriose Progestrogen, seperti provera, primolut GnRH Pil kontrasepsi kombinasi Namun pengobatan ini juga mempunyai beberapa efek samping. 2. Pembedahan Bisa dilakukan secara laparoscopi atau laparotomi, tergantung luasnya invasi endometriosis. (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta) (www.google.com). Terapi Hormonal 1. Dasar terapi hormonal endometriosis adalah pertumbuhan dan fungsi jaringan endometriosis, seperti jaringan endometriosis yang normal, dikontrol oleh hormon-hormon steroid. Dengan data klinik sebagai berikut: endometriosis sangat jaring timbul sebelum menarche, menopause, baik alami maupun karena pembedahan, biasanya menyebabkan kesembuhan, sangat jarang terjadi kasus endometriosis baru setelah menopause, kecuali jika ada pemberian estrogen eksogen. 2. Prinsip terapi pertama pengobatan hormonal endometriosis adalah menciptakan lingkungan hormon rendah estrogen (menyebabkan atrofi jaringan endometriosis) dan lingkungan asiklik (mencegah terjadinya haid), yang berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal maupun jaringan endometriosis. Prinsip kedua adalah menciptakan lingkungan hormon tinggi androgen atau tinggi progesteron (progesteron sintetik) yang secara langsung menyebabkan atrofi jaringan endometriosis. Terapi non-farmakologis (pembedahan) Tindakan pembedahan pada penderita endometriosis dapat digunakan baik sebagai penegak diagnosis maupun sebagai terapi. Tujuan pembedahan meliputi perusakan implan ovarium, mengangkat lesi, dan mengembalikan struktur pelvis menjadi normal untuk mengatasi masalah ketidaksuburan dan nyeri yang ditimbulkan. Bila penderita tidak menginginkan kesuburan di masa mendatang, maka pilihan pembedahan untuk mengangkat rahim bisa dipertimbangkan. Teknik pembedahan pada penderita endometriosis adalah laparostomi, karena memiliki kemungkinan komplikasi yang paling rendah. Akan tetapi sekitar 60-100% pasien yang dilaparostomi mengalami nyeri hebat pascaoperasi, dan sekitar lebih 44% pasien kembali mengalami nyeri endometriosis setahun pasca-operasi. Hal ini dapat disebabkan kekurangmampuan untuk melihat letak lesi secara visual dan mengangkatnya hingga tuntas. Terapi farmakologi a. Obat pilihan utama Obat pilihan utama untuk penderita endometriosis adalah NSAIDs, kontrasepsi oral, atau kombinasi keduanya. Pemilihannya berdasarkan karakteristik pasien misalnya penggunaan kontrasepsi pada pasien, pola timbulnya nyeri, dan kontraindikasi untuk pasien tertentu. Bila pasien memberikan respon positif terhadap terapi, maka perlu diberikan terapi untuk jangka panjang/terus-menerus karena penderita umumnya tidak mengalami kemajuan dalam upaya penyembuhan. Efikasi NSAIDs untuk pasien endometriosis belum pernah dievaluasi dalam uji klinik. Akan tetapi efikasinya yang tinggi dalam terapi untuk dysmenorrhea telah terbukti, maka diduga memiliki efikasi yang sama untuk pasien endometriosis. Pengunaan kontrasepsi oral dapat dipilih karena dapat digunakan untuk jangka panjang dengan efek samping yang tidak begitu signifikan. Contoh : b. Obat alternative

Obat alternatif yang dapat digunakan adalah progestin, danazol, dan GnRH-antagonis. Obat untuk pasien khusus (remaja beranjak dewasa). Tujuan terapi endometriosis untuk pasien khusus ini fokus untuk mengatasi nyeri yang ditimbulkan. Terapi yang utama dilakukan adalah terapi farmakologis dibanding non-farmakologis karena terkait kemampuan produktivitas memasuki masa subur wanita. Obat pilihan utama yang diberikan adalah kontrasepsi oral karena kemampuan tubuh yang tinggi untuk mentoleransi efek samping yang mungkin ditimbulkan. Selain itu, penggunaan progestin juga sangat direkomendasi, meskipun penggunaannya untuk jangka panjang dapat mengurangi densitas mineral tulang dan mengganggu profil lipid normal dalam tubuh. Penampakan klinis Endometriosis pada hakikatnya adalah asimtomatis, namun pada penderita dapat tampak gejala dysmenorrhea, dyspareunia, nyeri pelvis, gangguan saluran cerna, dysuria, hematuria, nyeri punggung bagian bawah, dan defekasi yang disertai nyeri.

B. Pengertian Infertil Fertilitas ialah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup dengan suami yang mampu menghamilkannya. Jadi, infertilitas adalah fungsi satu pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup. Infertilitas atau ketidaksuburan adalah ketidakmampuan untuk hamil setelah satu tahun melakukan aktivitas seksual tanpa adanya kontrasepsi. Menurut definisinya, infertilitas terbagi menjadi 3 kelompok: 1. Infertilitas primer. Ketidak suburan ini mengacu pada ketidakmampuan untuk hamil pada wanita di/sejak masa lalu. 2. Infertilitas sekunder. Yakni ketidakmampuan / kesulitan untuk hamil di masa sekarang, sementara sebelumnya sudah pernah hamil dan melahirkan. 3. Recurrent Miscarriage atau disebut juga keguguran berulang. Wanita yang mengalami keguguran berulang juga dapat menerima diagnosis infertilitas jika mereka mengalami keguguran dua kali atau lebih berturut-turut. Kurang dari 5% wanita akan mengalami keguguran 2x berturut-turut, dan 1% wanita akan mengalami keguguran 3x atau lebih keguguran.

Etiologi Penyebab infertilitas pada perempuan dan laki laki adalah sebagai berikut : 1. Penyebab kemandulan pada perempuan. Gangguan yang paling sering dialami perempuan mandul adalah gangguan ovulasi. Bila ovulasi tidak terjadi maka tidak akan ada sel telur yang bisa dibuahi. Salah satu tanda wanita yang mengalami gangguan ovulasi adalah haid yang tidak teratur dan haid yang tidak ada sama sekali. Gangguan lain yang bisa menyebabkan kemandulan pada wanita adalah : a. Tertutupnya lubang saluran tuba yang disebabkan oleh karena infeksi, endometriosis dan operasi pengangkatan kehamilan ektopik. b. Gangguan fisik rahim. c. Umur. d. Stress. e. Kurang gizi. f. Terlalu gemuk dan terlalu kurus. g. Merokok. h. Alkohol. i. Penyakit menular seksual. j. Gangguan kesehatan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan hormon. k. Adanya gangguan ovulasi l. Gangguan saluran telur m. Pernah infeksi di mulut rahiM n. Endometriosis

2. Penyebab Kemandulan pada Laki Laki a. Gangguan pada pabrik sperma, sehingga sel sperma yang dihasilkan sedikit atau tidak sama sekali. b. Gangguan pada sel sperma untuk mencapai sel telur dan membuahinya. Masalah ini biasanya disebabkan oleh karena bentuk sperma yang tidak normal sehingga pergerakannyapun tidak normal. Penyebab risiko kemandulan pada laki laki : a. Suka minum alkohol. b. Suka menggunakan narkoba. c. Polusi udara. d. Merokok. e. Masalah kesehatan lainnya. f. Obat obatan yang tidak jelas. g. Penggunaan radiasi dan kemoterapi untuk pengobatan kanker. h. Umur. i. Kualitas sperma tidak memenuhi standar normal (volume 2-5cc, konsentrasi 20 juta/cc, motilitas/gerakan sperma 50% bagus) j. Adanya infeksi k. Masalah hormonal l. Kelainan kromosom m.

Pemeriksaan Infertilitas Pemeriksaan infertilitas dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan, yaitu : 1. Uji Pascasenggama Walaupun uji Sims Huhner atau uji pascasenggama telah lama dikenal di seluruh dunia, tetapi ternyata nilai kliniknya belum diterima secra seragam. Salah satu penyebabnya adalah karena belum adanya standarisasi cara melakukannya. Kebanyakan peneliti sepakat untuk melakukannya pada tengah siklus haid, yang berarti 1 - 2 hari sebelum meningkatnya suhu basal badan yang diperkirakan. Akan tetapi, belum ada kesepakatan berapa hari abstinensi harus dilakukan sebelumnya, walaupun kebanyakan menganjurkan 2 hari. Demikian pula belum terdapat kesepakatan kapan pemeriksaan itu dilakukan setelah senggama. Menurut kepustakaan, ada yang melakukannya setelah 90 detik sampai setelah 8 hari. Sebagaimana telah diuraikan, spermatozoa sudah dapat dampai pada lendir serviks segera setelah senggama, dan dapat hidup di dalamnya sampai 8 hari. Menurut Denezis uji pascasenggama baru dapat dipercaya kalau dilakukan dalam 8 jam setelah senggama. Perloff melakukan penelitian pada golongan fertil dan infertil, dan berkesimpulan tidak ada perbedaan hasil yang antara kedua golongan itu kalau pemeriksaannya dilakukan lebih dari 2 jam setelah senggama. Jika kesimpulan ini benar, maka uji pascasenggama dilakukan secepatnya setelah senggama. Davajan menganjurkan 2 jam setelah senggama, walaupun penilaian secepat itu tidak akan sempat menilai ketahanan hidup spermatozoa dalam lendir serviks. 2. Histeroskopi Histeroskopi adalah peneropongan kavum uteri yang sebelumnya telah digelembungkan dengan media dekstran 32%, glukosa 5%, garam fisiologik, atau gas CO2. Dalam infertilitas, pemeriksaan histeroskopi dilakukan apabila terdapat : a. Kelainan pada pemeriksaan histerosalpingografi. b. Riwayat abortus habitualis. c. Duaan adanya mioma atau polip submukosa. d. Perdarahan abnormal dari uterus. e. Sebelum dilakukan bedah plastik tuba, untuk menempatkan kateter sebagai splint pada bagian proksirnal tuba. 3. Pemeriksaan Hormonal Hasil pemeriksaan hormonal dengan RIA harus selalu dibandingkan dengan nilai normal masing masing laboratorium. Pemeriksaan FSH berturut turut untuk memeriksa kenaikan FSH tidak selalu mudah, karena perbedaan kenaikannya tidak sangat nyata, kecuali pada tengah tengah siklus haid ( walaupun masih kurang nyata dibandingkan dengan puncak LH ). Pada fungsi ovarium tidak aktif, nilai FSH yang rendah sampai normal menunjukkan kelainan pada tingkat hipotalamus atau hipofisis. Sedangkan nilai yang tinggi menunjukkan kelainan primernya pada ovarium

4. Sitologi Vaginal Hormonal Sitologi vagina hormonal menyelidiki sel sel yang terlepas dari selaput lendir vagina, sebagai pengaruh hormon hormon ovarium (estrogen dan progesteron). Pemeriksaan ini sangat sederhana, mudah dan tidak menimbulkan nyeri, sehingga dapat dilakukan secara berkala pada seluruh siklus haid.

Tujuan pemeriksaan sitologi vagina hormonal ialah : a. Memeriksa pengaruh estrogen dengan mengenal perubahan sitologik yang khas pada fase proliferasi. b. Memeriksa adanya ovulasi dengan mengenal gambaran sistologik pada fase luteal lanjut. c. Menentukan saat ovulasi dengan mengenal gambaran sitologik ovulasi yang khas. d. Memeriksa kelainan fungsi ovarium pada siklus haid yang tidak berovulasi.

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Infertil 1. Pada Perempuan a. Hormonal Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau ovarium yang menyebabkan : 1. Kegagalan ovulasi. 2. Kegagalan endometrium uterus untuk berproliferasi dan sekresi. 3. Sekresi vagina dan cervix yang tidak menguntungkan bagi sperma. 4. Kegagalan gerakan ( motilitas ) tuba falopii yang menghalangi spermatozoa mencapai uterus. b. Sumbatan Tuba falopii yang tersumbat bertanggung jawab untuk kira kira sepertiga dari penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut dapat disebabkan 1. Kelainan kongenital. 2. Penyakit radang pelvis umum, misalnya apendisitis dan peritonitis. 3. Infeksi tractus genitalis yang naik, misalnya gonore. c. Faktor Lokal Keadaan keadaan seperti : 1. Fibroid uterus, yang menghambat implantasi ovum. 2. Erosi cervix yang mempengaruhi pH sekresi sehingga merusak sperma. 3. Kelainan kongenital vagina, cervix atau uterus yang menhalangi pertemuan sperma ayau ovum.

2. Pada Laki Laki a. Gangguan Spermatogenesis Analisis cairan seminal dapat mengungkapkan : 1. Jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta per mililiter cairan seminel. 2. Jumlah spermatozoa yang abnormal lebih dari 40% yang berupa defek kepala ( caput ) atau ekor ( cauda ) yang spesifik. Keadaan ini mungkin karena adanya aplasia sel germinal, pengelupasan, atau suatu defek kongenital, atau beberapa penyebab yang tidak dapat ditetapkan. 3. Cairan seminal yang diejakulasikan kurang dr 2 ml. 4. Kandungan kimia cairan seminal tidak memuaskan, misalnya kadar glukosa, kolesterol, atau enzim hialuronidase abnormal dan pH nya terlalu tinggi atau terlalu rendah. b. Obstruksi 1. Sumbatan ( oklusi ) kongenital duktus atau tubulus. 2. Sumbatan duktus atau tubulus yang disebabkan oleh penyakit peradangan ( inflamasi ) akut atau kronis yang mengenai membran basalais atau dinding otot tubulus seminiferus, misalnya orkitis, infeksi prostat, infeksi gognokokus. Penyakit ini merupakan penyebab yang paling umum pada infertilitas pria. c. Ketidakmampuan Koitus atau Ejakulasi 1. Faktor faktor fisik, misalnya hipospadia, epispadia, deviasi penis sperti pada priapismus atau penyakit Peyronie. 2. Faktor faktor psikologis yang menyebabkan ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi. 3. Alkoholisme kronik d. Faktor Sederhana Kadang kadang faktor faktor sederhana seperti memakai celana jeans ketat, mandi dengan air terlalu panas,

atau berganti lingkungan ke iklim tropis dapat menyebabkan keadaan luar ( panas ) yang tidak menguntungkan untuk produksi sperma yang sehat.

Masalah yang Timbul pada Infertilitas 1. Masalah air mani pada laki laki Air mani ditampung dengan jalan masturbasi langsung ke dalam tabung gelas bersih yang bermulut lebar ( atau gelas minum ), setelah abstinensi 3 5 hari. Sebaiknya penampungan air mani itu dilakukan di rumah pasien sendiri, kemudian dibawa ke laboratorium dalam 2 jam setelah dikeluarkan. Air mani yang dimasukkan ke dalam kondom dahulu, yang biasanya mengandung zat spermatisid, akan mengelirukan penilaian motilitas spermatozoa. Karakteristik air mani : a. Koagulasi dan likuefaksi. b. Viskositas. c. Rupa dan bau. d. Volume. e. PH. f. Fruktosa. 2. Masalah Serviks pada Perempuan Walaupun serviks merupakan sebagian dari uterus, namun artinya dalam reproduksi manusia harus diakui pada abad kesembilan belas. Sims pada tahun 1868 adalah orang pertama yang menghubungkan serviks dengan infertilitas, melakukan pemeriksaan lendir serviks pascasenggama, dan melakukan inseminasi buatan. Baru beberapa lama kemudian Huhrer memperkenalkan uji pasca senggama yang dilakukan pada pertengahan siklus haid. Serviks biasanya mengarah ke bawah belakang, sehingga berhadapan langsung dengan dinding belakang vagina. Kedudukannya yang demikian itu memungkinkannya tergenang dalam air mani yang disampaikan pada forniks posterior. Kanalis servikaslis yang dilapisi lekukan lekukan seperti kelenjar yang mengeluarkan lendir, sebagian dari sel sel epitelnya mempunyai silia yang mengalirkan lendir serviks ke vagina. Bentuk servikalis seperti itu memungkinkan ditimbun dan dipeliharanya spermatozoa motil dari kemungkinan fagositosis, dan juga erjaminnya penyampaian spermatozoa ke dalam kanalis servikalis secara terus menerus dalam jangka waktu lama.

PENUTUP Endometriosis paling sering terjadi pada usia reproduksi. Insidensi yang pasti belum diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tertentu cukup tinggi. Misalnya, pada wanita yang dilakukan laparaskopi diagnostik, ditemukan endometriosis sebanyak 0-53%; pada kelompok wanita dengan infertilitas yang belum diketahui penyebabnya ditemukan endometriosis sebanyak 70-80%; sedangkan pada wanita dengan infertilitas sekunder ditemukan endometriosis sebanyak 25%. Peran serta tenaga kesehatan termasuk bidan sangat besar dalam membantu wanita mendeteksi adanya gangguan pada sistem reproduksi. Pendeteksian secara dini akan dapat memperkecil jumlah komplikasi yang mungkin timbul, selain itu penanganan gangguan reproduksi harus dilakukan secara komprehensif guna pencegahan terhadap keganasan. (Depkes RI, 2002: 22-23).

DAFTAR PUSTAKA Badziad, M. 2003. Indokrinologi Ginekologi. Edisi 10. Jakarta: Media Aesculapius. FKUI Diyoyen.2009. Endometriosis dan Adenomiosis. http://www.majalahfarmacia.com. 10 April 2009. Jam 08.00 WIB. Hacker. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta: Hipokratus Jayanti, Y. 2009. Karya Tulis Ilmiah. Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Pada Ny. T dengan Endometriosis di RSUD Dr Moewardi Surakarta. Llewellyn, J.D. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Gikenologi. Jakarta: Hipokratus Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC ______. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Genikologi dan KB. Jakarta: EGC Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius Mohamad, K. 1998. Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC Rayburn, W. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika Saifuddin, A. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Harjo

Sofyan. 2009. 50 Tahun IBI. Jakarta: PPIBI ______. 2009. Ilmu Kebidanan. Bandung: Sekeloa Publiser

Вам также может понравиться

  • PEMICU
    PEMICU
    Документ3 страницы
    PEMICU
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Bahan Penjeratan
    Bahan Penjeratan
    Документ5 страниц
    Bahan Penjeratan
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Bagan RW 01 Hipertensi Dan Gizi
    Bagan RW 01 Hipertensi Dan Gizi
    Документ3 страницы
    Bagan RW 01 Hipertensi Dan Gizi
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • SN Cover
    SN Cover
    Документ1 страница
    SN Cover
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Anemia Pada Anak - Gabungan
    Anemia Pada Anak - Gabungan
    Документ43 страницы
    Anemia Pada Anak - Gabungan
    L P Putri
    Оценок пока нет
  • Fisiologi Dan Teknik CPR
    Fisiologi Dan Teknik CPR
    Документ9 страниц
    Fisiologi Dan Teknik CPR
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Itp Cover
    Itp Cover
    Документ1 страница
    Itp Cover
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • DSS Cover
    DSS Cover
    Документ1 страница
    DSS Cover
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Tugas Asfiksia Perinatal Pada Peb Afrika
    Tugas Asfiksia Perinatal Pada Peb Afrika
    Документ31 страница
    Tugas Asfiksia Perinatal Pada Peb Afrika
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Hiv/Aids: Dudi Novri Wijaya 030.09.075 FK Trisakti Pembimbing: Dr. Mas Wisnuwardhana, Sp. A
    Hiv/Aids: Dudi Novri Wijaya 030.09.075 FK Trisakti Pembimbing: Dr. Mas Wisnuwardhana, Sp. A
    Документ41 страница
    Hiv/Aids: Dudi Novri Wijaya 030.09.075 FK Trisakti Pembimbing: Dr. Mas Wisnuwardhana, Sp. A
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Soal
    Soal
    Документ2 страницы
    Soal
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • CPR Dalam Kehamilan
    CPR Dalam Kehamilan
    Документ18 страниц
    CPR Dalam Kehamilan
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Case Anemia Gravis
    Case Anemia Gravis
    Документ38 страниц
    Case Anemia Gravis
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Case BBLR
    Case BBLR
    Документ17 страниц
    Case BBLR
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Soal Slide Pre-Eklampsia
    Soal Slide Pre-Eklampsia
    Документ11 страниц
    Soal Slide Pre-Eklampsia
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Tugas Asfiksia Perinatal Pada Peb Afrika
    Tugas Asfiksia Perinatal Pada Peb Afrika
    Документ31 страница
    Tugas Asfiksia Perinatal Pada Peb Afrika
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Case BBLR
    Case BBLR
    Документ17 страниц
    Case BBLR
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Case Ensefalitis
    Case Ensefalitis
    Документ29 страниц
    Case Ensefalitis
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Case Anemia Gravis
    Case Anemia Gravis
    Документ38 страниц
    Case Anemia Gravis
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Soal Avm
    Soal Avm
    Документ2 страницы
    Soal Avm
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Case Anemia Gravis
    Case Anemia Gravis
    Документ38 страниц
    Case Anemia Gravis
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Referat Ilmu Kedokteran Forensik
    Referat Ilmu Kedokteran Forensik
    Документ24 страницы
    Referat Ilmu Kedokteran Forensik
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Case Anemia Gravis
    Case Anemia Gravis
    Документ38 страниц
    Case Anemia Gravis
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Case Ensefalitis
    Case Ensefalitis
    Документ29 страниц
    Case Ensefalitis
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Balok SKDN
    Balok SKDN
    Документ7 страниц
    Balok SKDN
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Retardasi Mental 1
    Retardasi Mental 1
    Документ12 страниц
    Retardasi Mental 1
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Disaster Management Mapping
    Disaster Management Mapping
    Документ6 страниц
    Disaster Management Mapping
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Pembahasan Jurnal
    Pembahasan Jurnal
    Документ1 страница
    Pembahasan Jurnal
    Farida Apriani
    Оценок пока нет
  • Sepsis Pada Anak
    Sepsis Pada Anak
    Документ21 страница
    Sepsis Pada Anak
    Anjung Sekar Arum
    100% (1)
  • Sepsis Pada Anak
    Sepsis Pada Anak
    Документ21 страница
    Sepsis Pada Anak
    Anjung Sekar Arum
    100% (1)