Вы находитесь на странице: 1из 3

HIPOTIROIDISME Definisi: hipotiroidisme merupakan suatu keadaan dimana kadar hormone turoid berada di bawah nilai normal (Smeltzer,

S. C, 2001). Tanda dan gejala hipotiroidisme tidak spesifik, namun sering dikaitkan dengan: 1. kelelahan yang ekstrim 2. kerontokan rambut 3. kuku yang rapuh serta kulit yang kering 4. rasa baal dan parestesia pada jari-jari tangan 5. kadang-kadang suara menjadi kasar atau parau 6. gangguan haid 7. hilangnya libido (Smeltzer, S. C, 2001). Pathway

Pemeriksaan diagnostik 1. T3 dan T4 serum rendah 2. TSH meningkat pada hipotiroid primer 3. TSH rendah pada hipotiroid sekunder a. Kegagalan hipofisis : respon TSH terhadap TRH mendatar b. Penyakit hipotalamus : TSH dan TRH meningkat 4. Titer autoantibody tiroid tinggi pada > 80% kasus 5. Peningkatan kolesterol 6. Pembesaran jantung pada sinar X dada 7. EKG menunjukkan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS& gelombang T datar atau inversi (Haznam, M.W, 1991) Terapi 1. Istirahat 2. Diet 3. Medikamentosa

Obat pertama: levotiroksin 0,1-0,15 mg/hr & obat alternatif Askep Diagnosa: 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi. 2. Perubahan suhu tubuh: hipotermi berhubungan dengan penurunan metabolisme. 3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan fungsi gastrointestinal. 4. Perubahan proses berfikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernafasan. 5. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan lambatnya laju metabolisme tubuh. 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses kognitif. 7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidup (Smeltzer, S. C, 2001). Intervensi: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi. Tujuan: Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal. Kriteria hasil: 1. Memperhatikan perbaikan status pernafasan dan pemeliharaan pola pernafasan yang normal. 2. Menunjukkan frekuensi, kedalaman dan pola respirasi yang normal. 3. Menarik nafas dalam dan batuk ketika dianjurkan. 4. Menunjukkan suara napas yang normal tanpa bising tambahan pada auskultasi. 5. Menjelaskan rasional penggunaan obat yang berhat-hati. 6. Berpartisipasi pada saat dilakukan pengisapan dan ventilasi. Intervensi Keperawatan: a. Pantau frekuensi, kedalaman, pola pernafasan b. napas dalam dan batuk.

c. Berikan obat hipnotik dan sedatif d. Suction dan dukungan ventilasi jika diperlukan.

SEFALGIA Definisi: sefalgia atau nyeri kepala adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organic (neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migrain), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Smeltzer, S. C, 2001). Tanda dan gejala Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu: 1. Fase aura Berlangsung lebih kurang 30 menit. Gejala dari periode iniadalah gangguan penglihatan (silau), kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing. 2. Fase sakit kepala Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang dihungkan dengan fotofobia, mual dan muntah. 3. Fase pemulihan Terjadi periode kontraksi otot leher dan kulit kepala. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang. Pathway Pemeriksaan diagnostic 1. CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat. 2. MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh. 3. Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak dilakukan

bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, karena penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF. Askep Diagnos: 1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana intrakranial. 2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri. 3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif (Smeltzer, S. C, 2001). Intervensi: Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana intrakranial. Intervensi: a. Kaji keluhan nyeri, catat itensitasnya, karakteristiknya, lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan.. b. Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal c. Kaji hubungan faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang d. Evaluasi perilaku nyeri. e. Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu timbul. f. Tempatkan pada ruangan yang agak gelap sesuai dengan indikasi. g. Anjurkan untuk beristirahat didalam ruangan yang tenang. h. Berikan kompres dingin pada kepala. i. Berikan kompres panas lembab/kering pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan. j. Masase daerah kepala/leher/lengan jika pasien dapat mentoleransi sentuhan.

k.

Observasi adanya mual/muntah. Berikan es, minuman yang mengandung karbonat sesuai indikasi (Marlyn E. Doengoes, 1999).

HIPOPITUITARISME Definisi: hipopituitarisme adalah sekresi hormon hipofisis anterior yang rendah (Corwin, Elizabeth J, 2009). Tanda dan gejala: 4. Sesuai dengan penyebab, contoh bakteremia, viral, hepatitis, dan trauma 5. Gangguan penglihatan dan papiledema 6. Tanda deficit gonadotropin 7. Manifest deficit hormone pertumbuhan 8. Manifes deficit TSH 9. Manifest deficit ACTH (Baradero, Mary, 2009) Pathway Pemeriksaan diagnostic: 1. Pemeriksaan kartisol, T3, dan T4, serta esterogen atau testosterone 2. Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH 3. Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon serum 4. Tes provokatif (Anonim, 2008). Terapi 1. Pemberian growth hormone 2. Terapi hidrokortison (Widmann, 1994). Askep Diagnose: 1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan fungsi tubuh akibat defisiensi gonadotropin dan defisiensi hormone pertumbuhan. 2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kronisitas kondisi penyakit. 3. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh. 4. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmisi impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus. 5. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan.

6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot. 7. Risiko gangguan integritas kulit (kekeringan) berhubungan dengan menurunnya kadar hormonal (Smeltzer, S. C, 2001). Intervensi Keperawatan 1. Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan 2. Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan, prognosa kesehatan 3. Tingkatkan komunikasi terbuka, menghindari kritik/penilaian tentang perilaku klien 4. Berikan kesempatan berbagi rasa dengan individu yang mengalami pengalaman yang sama (Marlyn E. Doengoes, 1999).

Вам также может понравиться