Вы находитесь на странице: 1из 22

Definisi Nefrolithiasis Nefrolithiasis atau batu ginjal adalah bendabenda padat yang terjadi di dalam ginjal yang terbentuk

melalui proses fisikokimiawi dari zatzat yang terkandung di dalam air kemih. Batu ginjal terbentuk secara endogen yaitu dari unsurunsur terkecil, mikrolith-mikrolith dan dapat tumbuh menjadi besar. Massa yang mula-mula lunak, misalnya jendalan darah, juga dapat mengalami pembatuan ( kalsifikasi )4 II. 2. Etiologi Nefrolithiasis Terbentuknya batu pada ginjal diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap ( idiopatik )2 Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu pada ginjal. Faktor-faktor itu adalah 2: 1. Faktor intrinsik Yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang. Faktor intrinsik dan faktor idiopatik umumnya sukar untuk dikoreksi, sehingga mempunyai kecenderungan untuk kambuh5. Faktor intrinsik itu antara lain adalah : a. Hereditair dan Ras Penyakit nefrolithiasis diduga diturunkan dari orang tuanya2 dan ternyata anggota keluarga nefrolithiasis lebih banyak mempunyai kesempatan untuk menderita penyakit yang sama dari pada orang lain. Misalnya faktor

genetik familial pada hipersistinuria, hiperkalsiuria primer dan hiperoksaluria primer5. Batu saluran kemih juga lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia sedangkan pada penduduk Amerika dan Eropa jarang ditemukan.5 b. Umur. Penyakit nefrolithiasis paling sering didapatkan pada usia 30 sampai 50 tahun c. Jenis kelamin Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan2 dan pada pria lebih banyak ditemukan batu ureter dan buli-buli sedangkan pada wanita lebih sering ditemukan batu ginjal atau batu piala ginjal.5 2. Faktor ekstrinsik Yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. Faktor ekstrinsik, bila penyebabnya diketahui dapat diambil langkah-langkah untuk mengubah faktor lingkungan atau kebiasaaan sehari-hari sehingga terjadinya rekurensi dapat dicegah5 . Beberapa faktor ekstrinsik, diantaranya adalah : a. Geografi Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu yang lebih tinggi daripada daerah lain, sehingga dikenal sebagai daerah stone belt b. Iklim dan temperatur Tempat yang bersuhu panas, misalnya di daerah tropis, di kamar mesin, menyebabkan banyak mengeluarkan keringat yang akan mengurangi

produksi urin dan mempermudah pembentukan batu. Sedangkan pada daerah yang dingin, akan menyebabkan kurangnya asupan air pada masyarakatnya. c. Asupan air Kurangnya asupan air menyebabkan kadar semua substansi dalam urin akan meningkat dan akan mempermudah pembentukan batu5 dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikomsumsi dapat meningkatkan insidensi batu2. d. Diet Diet banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah terbentuknya batu2. Pada golongan masyarakat yang lebih banyak makan protein hewani, angka morbiditas batu berkurang sedangkan pada golongan masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi rendah lebih sering morbiditas meningkat. Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu buli-buli dan uretra dan hanya sedikit yang ditemukan menderita batu ginjal atau batu piala ginjal5 e. Pekerjaan Penyakit nefrolithiasis sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life2 f. Infeksi Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum (urea splitting organism ) dan

membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan garamgaram fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.5 g. Obstruksi dan stasis urin Adanya obstruksi saluran kemih, misalnya oleh tumor, striktur dan hiperplasi prostat, akan menyebabkan stasis urin sedangkan urin sendiri adalah substansi yang banyak mengandung kuman sehingga mempermudah terjadinya infeksi dan pembentukan batu. 5 Selain faktor-faktor di atas terdapat faktor lain yang turut mempengaruhi, misal gangguan metabolisme. Gangguan metabolisme yang dimaksud adalah yang dapat mengakibatkan peningkatan kadar produk yang dapat mengendap dan menjadi batu. Misalnya hiperkalsemia yang disebabkan oleh hiperparatiroidisme, sindroma susu alkali, mieloma multiple, metastase Ca dan sarkoidosis. Hiperurikemia dan terapi dengan sitostatika atau diuretika yang lama, serta hipersistinemia yang disebabkan oleh renal tubular acidosis II. 3. Patofisiologi Nefrolithiasis Secara teoritis, batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih, terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine ( stasis urine ), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises ( stenosis uretero pelvis ), divertikulum, obstruksi intravesika kronis seperti

pada hiperplasi prostat benigna, striktura dan buli-buli neurogenik merupakan keadaankeadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu.2 Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal, kemudian berada di kaliks ginjal, pielum, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehinggga disebut batustaghorn. Kelainan atau obstruksi pada sistem pelvikalises ginjal ( penyempitan infundibulum dan stenosis uteropelvik ) akan mempermudah timbulnya batu ginjal. 2 Batu yang berasal dari ginjal dan berjalan menuruni ureter, paling mungkin tersangkut pada satu dari tiga lokasi, yaitu pada sambungan uteropelvik, pada titik ureter menyilang pembuluh darah iliaka, atau pada sambungan ureterovesika6. Batu yang tidak terlalu besar, didorong oleh peristaltik sistem pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga peristaltik ureter mencoba untuk mengeluarkan batu hingga turun ke buli-buli. Batu yang ukurannya kecil ( < 5 mm ) pada umumnya dapat keluar spontan, sedangkan batu yang lebih besar seringkali tetap berada di sistem pelvikalises dan ureter, dan mampu menimbulkan obstruksi dan kelainan struktur saluran kemih bagian atas.2

A. Teori Proses Pembentukan Batu Garam-garam kalsium dapat diendapkan dalam bentuk batu atau kalkuli di dalam sistem saluran dari berbagai organ. Kalkuli dibentuk dari berbagai zat, yang tersedia secara lokal, yaitu bahan-bahan dari sekresi organ tertentu. Jadi, walaupun kalkuli-kalkuli itu sering mengandung kalsium, tetapi pada awalnya, banyak dari kalkuli-kalkuli tersebut yang tidak mengandung kalsium. Beberapa kalkuli terbentuk sebagai akibat dari hancurnya debris nekrotik dalam saluran, sedangkan lainnya terbentuk dari ketidakseimbangan unsur-unsur sekresi tertentu sedemikian rupa sehingga terjadi pengendapan dari unsur yang biasanya larut.7 Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan tetap terlarut ( metastable ) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu ( nukleasi ) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahanbahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu menyumbat saluran kemih. Untuk itu, agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih, membentuk retensi kristal, dan dari sini bahan-

bahan lain diendapkan pada agregat sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.2 Kondisi tetap terlarut dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine, konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu2 . Kemih yang terus menerus bersifat asam dapat terjadi pada asidosis metabolik dan pada keadaan pireksia, sedangkan kemih yang terus menerus bersifat basa menyatakan adanya infeksi pada saluran kemih, keadaan asidosis tubulus ginjal, kekurangan kalium dan pada sindrom Fanconi.7 Terbentuk atau tidaknya batu di dalam saluran kemih, ditentukan juga oleh adanya keseimbangan antara zat-zat pembentuk batu dan inhibitor, yaitu zat-zat yang mampu mencegah timbulnya batu. Dikenal beberapa zat yang dapat menghambat terbentuknya batu di saluran kemih, yang bekerja mulai dari proses reabsorbsi kalsium di dalam usus, proses pembentukan inti batu atau kristal, proses agregasi kristal, hingga retensi kristal. Ion magnesium dikenal dapat menghambat pembentukan batu karena jika berikatan dengan oksalat, akan membentuk garam magnesium oksalat, sehingga jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium untuk membentuk batu kalsium oksalat menurun. Demikian pula

dengan sitrat, jika berikatan dengan ion kalsium, akan membentuk garam kalsium sitrat, sehingga jumlah kalsium yang akan berikatan dengan oksalat maupun fosfat berkurang. Hal ini menyebabkan kristal kalsium oksalat atau kalsium fosfat jumlahnya berkurang. Beberapa protein atau senyawa organik lain mampu bertindak sebagai inhibitor dengan cara menghambat pertumbuhan kristal, menghambat agregasi kristal, maupun menghambat retensi kristal. Senyawa itu antara lain adalah glikosaminoglikan, protein Tamm Horsfall atau uromukoid, nefrokalsin, dan osteopontin. Defisiensi zat-zat yang berfungsi sebagai inhibitor batu merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya batu saluran kemih.2 B. Komposisi Batu 1. Batu Kalsium Batu jenis ini, paling banyak dijumpai, yaitu sekitar 70-80% dari seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini, terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari kedua unsur itu. Batu kalsium oksalat biasanya terbentuk pada suasana urine asam. Batu kalsium bentuknya bergerigi sehingga jarang keluar spontan. Faktor terjadinya batu kalsium adalah 2: a. Hiperkalsiuri

Yaitu kadar kalsium dalam urine > 250-300 mg/24 jam. Terdapat 3 macam penyebab terjadinya hiperkalsiuria, antara lain :

Hiperkalsiuria absorbtif : keadaan hiperkalsiuria absorbtif terjadi karena adanya peningkatan absorbsi kalsium melalui usus Hiperkalsiuri renal : keadaan hiperkalsiuria renal dapat terjadi karena adanya gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal Hiperkalsiuria resorptif : keadaan hiperkalsiuria resorptif terjadi karena adanya peningkatan resorpsi kalsium

tulang. Banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau pada tumor paratiroid. b. Hiperoksaluri Adalah ekskresi oksalat urine melebihi 45 gram / hari. Keadaan hiperoksaluria banyak dijumpai pada pasien dengan gangguan pada usus setelah menjalani pembedahan usus dan pada pasien yang banyak mengkomsumsi makanan kaya akan oksalat seperti teh, kopi instant, soft drink, kokoa, arbei, jeruk, sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam. c. Hiperurikosuria

Adalah kadar asam urat di dalam urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat yang berlebihan dalam urine, bertindak sebagai inti batu / nidus untuk terbentuknya batu kalsium oksalat. Sumber asam urat di dalam urine berasal dari makanan mengandung banyak purin seperti daging, ikan, unggas maupun berasal dari metabolisme endogen. d. Hipositraturia Dapat terjadi pada asidosis tubulus ginjal, sindrom malabsorbsi, atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama e. Hipomagnesiuria Penyebab tersering hipomagnesiuria adalah penyakit inflamasi usus ( inflammatory bowel disease ) yang diikuti gangguan malabsorbsi. 2. Batu struvit Disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu struvit disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi adalah kuman golongan pemecah urea yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat dan karbonat apatit. Karena terdiri atas 3 kation, dikenal sebagai

batu triple phosphate. Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea diantaranya adalahProteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas, dan Stafilokokus 3. Batu Asam Urat

Merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Sebagian besar terdiri atas batu asam urat murni, sisanya merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien-pasien penyakit gout, mieloproliferatif, pasien dengan terapi antikanker, dan banyak menggunakan obet urikosurik, antara lain sulfinpirazole, thiazide, dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein berpeluang besar mendapat penyakit ini. Batu asam urat berbentuk bulat dan halus sehingga seringkali keluar spontan.2 Sumber asam urat berasal dari diet mengandung purin dan metabolisme endogen di dalam tubuh. Purin di dalam tubuh didegradasi oleh asam inosinat, dirubah menjadi hipoxanthin,. Dengan bantuan enzim xanthin oksidase, hipoxanthin dirubah menjadi xanthin yang akhirnya dirubah menjadi asam urat. Pada manusia, karena tidak memiliki enzim urikase, maka asam urat diekskresikan ke dalam urine dalam bentuk asam urat bebas dan garam urat. Garam urat lebih sering berikatan dengan natrium membentuk natrium urat, yang lebih mudah larut di dalam air dibandingkan asam urat bebas. Asam urat bebas relatif tidak larut di dalam urine, sehingga

pada keadaan tertentu mudah sekali membentuk kristal asam urat dan selanjutnya membentuk batu asam urat. Beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah2 : Urine yang terlalu asam ( pH urine < 6 ) Volume urine yang jumlahnya sedikit ( < 2 liter / hari ) atau dehidrasi Hiperurikosuria atau kadar asam urat yang tinggi II. 4. Gambaran Klinis Nefrolithiasis Keluhan yang disampaikan oleh pasien, tergantung pada posisi batu, ukuran batu dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang, baik berupa nyeri kolik maupun bukan kolik. Nyeri kolik disebabkan oleh adanya aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik menyebabkan tekanan intraluminal meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Sedangkan nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal akibat stasis urine.2 Hematuria sering dikeluhkan oleh pasien akibat trauma pada mukosa saluran kemih karena batu. Kadang hematuria didapatkan dari pemeriksaan urinalisis berupa hematuria mikroskopik. Jika

didapatkan demam, harus dicurigai suatu urosepsis.2 Pada pemeriksaan fisis, mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, dan adanya retensi urine.2 Pada pemeriksaan sedimen urine, menunjukkan adanya leukosituria, hematuria dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.2 II. 5. Diagnosis Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, dan pemeriksaan fisik, selain itu perlu ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium, radiologik, dan dengan pencitraan untuk menentukan kemungkinan adanya gangguan fungsi ginjal. Pemeriksaan Penunjang yang dapat menegakan diagnosis Nefrolithiasis antara lain : Laboratorium : 1. Urin pH urin - Batu kalsium, asam urat dan batu sistin terbentuk pada urin dengan pH yang rendah (pH<7). - Batu struvit terbentuk pada urin dengan pH yang tinggi (pH> 7)

Sedimen - Sel darah meningkat (90%), pada infeksi sel darah putih akan meningkat. - Ditemukan adanya kristal, misalnya kristal oksalat - Biakan urin untuk melihat jenis mikroorganisme penyebab infeksi pada saluran kemih 2. Darah - Hemoglobin, adanya gangguan fungsi ginjal yang kronis dapat terjadi anemia - Leukosit, infeksi saluran kemih oleh karena batu menyebabkan leukositosis - Ureum kreatinin, parameter ini digunakan untuk melihat fungsi ginjal - Kalsium, dan asam urat. Radiologik : 1. Foto Polos Abdomen Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radioopak di saluran kemih. Batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan paling sering dijumpai, sedangkan batu asam urat bersifat radiolusen.2 2. Pielografi Intra Vena Bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu juga dapat mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang

tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika pielografi intra vena ( selanjutnya disebut dengan PIV ) belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai gantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde.2 3. Ultrasonografi Dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaan alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan ultrasonografi dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli ( yang ditunjukkan sebagai echoic shadow ), hidronefrosis, pionefrosis, atau adanya pengkerutan ginjal.2 II. 6. Penatalaksanaan Nefrolithiasis Tujuan pengelolaan batu pada ginjal adalah untuk menghilangkan obstruksi, mengobati infeksi, menghilangkan rasa nyeri, mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi3. Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah-langkah yang dapat diambil adalah sebagai berikut5: Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasi dan besarnya batu

Menentukan akibat adanya batu seperti rasa nyeri, obstruksi yang disertai perubahan pada ginjal, infeksi dan adanya gangguan fungsi ginjal

Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa nyeri Analisis batu Mencari latar belakang terjadinya batu Mengusahakan pencegahan terjadinya rekurensi Tindakan penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah 2: 1. Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan lebih bersifat simtomatis, yaitu bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan memberikan diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar 2. ESWL ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsy ) Alat ESWL dapat memecah batu ginjal tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang, pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria. 3. Endourologi

Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu, tindakan tersebut terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidroulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu pada ginjal adalah : a. PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy ) Yaitu mengeluarkan batu di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises ginjal melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil. b. Uretero atau Uretero-renoskopi Yaitu memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna melihat kedaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureterorenoskopi. 4. Bedah Terbuka Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-tindakan

endourologi, laparaskopi maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan itu antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan telah terjadi pionefrosis, korteksnya sudah sangat tipis atau mengalami pengkerutan akibat batu yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun II. 7. Pencegahan Nefrolithiasis Tindakan selanjutnya yang tidak kalah penting setelah pengeluaran batu adalah upaya menghindari timbulnya kekambuhan. Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang menyusun batu yang diperoleh dari analisis batu3. Pada umumnya pencegahan itu berupa 5:

Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine sebanyak 2-3 L/hari Aktivitas harian yang cukup Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu
Faktor predisposisi Pengobatan pencegahan mencapai pH ynag dibutuhkan untuk kemih

Jenis Batu

Kemih asam ( pH < 6 ) Kalsium oksalat Hiperkalsiuria

Kemih basa ( pH > 6 ) Sayuran, susu, buah ( kecuali plum, plum kering, cranberry ) Natrium bikarbonat atau

Kristal asam urat

Kemoterapi gout Kemih basa Infeksi saluran kemih

sitrat Kemih asam Daging, roti, makanan berprotein, jus cranberry, plum, plum kering mandelanin

Triple fosfat

Hiperkalsiuria, imobilitas Kalsium fosfat lama

II. 8. Prognosis Nefrolithiasis Prognosis batu pada saluran kemih, dan ginjal khususnya tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu, adanya infeksi serta adanya obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin jelek prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor obstruksi akan dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal, sehingga prognosis menjadi jelek.5 II. 9. Komplikasi Nefrolithiasis Obstruksi ureter dapat menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis. Batu di pielum dapat menimbulkan hidronefrosis, batu di kaliks mayor dapat menimbulkan kaliekstasis pada kaliks yang bersangkutan. Jika disertai dengan infeksi

sekunder, dapat menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, ataupun pielonefritis. Pada keadaan lanjut, dapat terjadi kerusakan ginjal, dan jika mengenai kedua sisi dapat mengakibatkan gagal ginjal permanen.2 KESIMPULAN 1.Di Indonesia, kasus penyakit batu saluran kemih banyak dijumpai, menyebabkan angka kesakitan yang tinggi, penyebab hilangnya jam kerja dan sejumlah biaya pengobatan. Diperkirakan bahwa peningkatan insidensi batu berkaitan dengan diet rendah protein nabati dan fosfat, adanya perubahan pola hidup ke gaya modern. 2.Gambaran klinis nefrolithiasis tergantung pada posisi batu, ukuran batu dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang, baik berupa nyeri kolik maupun bukan kolik, hematuria, demam, nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, dan adanya retensi urine.

3.Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada nefrolithiasis adalah pemberian medikamentosa, pemecahan dan pengeluaran batu pada ginjal dengan ESWL, PNL, uretero-renoskopi, pielolitotomi atau nefrolitotomi 4.Tindakan terpenting untuk mencegah timbulnya atau terbentuknya kembali nefrolithiasis tanpa memandang unsurunsur penyusun batu adalah minum banyak, minimal 2 3 liter per hari. Tindakan lain yang dapat membantu adalah aktivitas harian yang cukup serta diet untuk mengurangi kadar zat komponen pembentuk batu. 5.Prognosis nefrolithiasis tergantung ukuran batu, letak batu, adanya infeksi serta tingkat obstruksi DAFTAR PUSTAKA 1. Ashadi T., 1998, Manfaat Diagnosa Radiografi pada Batu Saluran Kemih, 24 (8), hal ; 544 9, Medika 2. Ismadi M., 1976, Penelitian Tentang Urolithiasis Pada Perhatian Dengan Sifat Biokimiawi Air Kencing, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

3. Palmer P.E.S., 1995, Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum, Penerbit EGC, Jakarta. 4. Price S. A., Wilson L. M., 1995. Batu Ginjal dan Saluran Kemih dalam Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit, ed 4, hal ; 797 8, EGC, Jakarta 5. Purnomo B., 2003, Batu Ginjal dan Ureter dalam Dasar-Dasar Urologi, hal ; 57 68, Sagung Seto, Yogyakarta 6. Raharjo J. P., 1996, Batu Saluran Kencing dalam Ilmu Penyakit Dalam, ed 3, hal ; 337 40, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 7. Sabiston C. D. Jr, MD., 1997, Batu Ginjal dan Ureter dalam Buku Ajar Bedah 2, hal ; 472 3, EGC, Jakarta 8. Sjahriar dkk, 2000, Nefrolitiasis, Radiologi Diagnostik, Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 9. Stuart J., Nefrolithiasis,www.eMedicine.com, 2005 10. Tisher C. Craig., Wilcox C., 1997, Penyakit Batu Ginjal dalam Buku Saku Nefrologi, ha1 ; 86 99, EGC, Jakarta

Вам также может понравиться

  • Hak Dan Kewajiban Pasien
    Hak Dan Kewajiban Pasien
    Документ3 страницы
    Hak Dan Kewajiban Pasien
    Anggri Septyan
    100% (1)
  • SPO Tindak Lanjut Hasil Monitoring
    SPO Tindak Lanjut Hasil Monitoring
    Документ2 страницы
    SPO Tindak Lanjut Hasil Monitoring
    Anggri Septyan
    100% (10)
  • Profil Praktek Dokter Umum
    Profil Praktek Dokter Umum
    Документ6 страниц
    Profil Praktek Dokter Umum
    Anggri Septyan
    100% (1)
  • Peritonitis
    Peritonitis
    Документ7 страниц
    Peritonitis
    Anggri Septyan
    Оценок пока нет
  • Hidrokel
    Hidrokel
    Документ3 страницы
    Hidrokel
    Anggri Septyan
    Оценок пока нет
  • Klasifikasi - Docxhernia Inguinal
    Klasifikasi - Docxhernia Inguinal
    Документ10 страниц
    Klasifikasi - Docxhernia Inguinal
    Anggri Septyan
    Оценок пока нет
  • Alur Igd
    Alur Igd
    Документ2 страницы
    Alur Igd
    Anggri Septyan
    Оценок пока нет
  • Buerger Disease
    Buerger Disease
    Документ14 страниц
    Buerger Disease
    Jessica
    100% (1)
  • Perawatan Luka
    Perawatan Luka
    Документ5 страниц
    Perawatan Luka
    Anggri Septyan
    0% (1)
  • REFERAT Trauma Kapitis YANOVA
    REFERAT Trauma Kapitis YANOVA
    Документ16 страниц
    REFERAT Trauma Kapitis YANOVA
    Anggri Septyan
    Оценок пока нет
  • KASUS Kasus Trauma Kapitis PunyaBUDI
    KASUS Kasus Trauma Kapitis PunyaBUDI
    Документ17 страниц
    KASUS Kasus Trauma Kapitis PunyaBUDI
    Anggri Septyan
    Оценок пока нет
  • Askep Hematoma Epidural
    Askep Hematoma Epidural
    Документ7 страниц
    Askep Hematoma Epidural
    Tri Sudirman
    Оценок пока нет
  • Diagnosis Batu Saluran Kemih
    Diagnosis Batu Saluran Kemih
    Документ2 страницы
    Diagnosis Batu Saluran Kemih
    Anggri Septyan
    Оценок пока нет
  • ILO Pencegahan
    ILO Pencegahan
    Документ6 страниц
    ILO Pencegahan
    Tono Hartono
    Оценок пока нет
  • Epidural Hematom Roni
    Epidural Hematom Roni
    Документ20 страниц
    Epidural Hematom Roni
    Anggri Septyan
    Оценок пока нет
  • Bone Healing
    Bone Healing
    Документ29 страниц
    Bone Healing
    Anggri Septyan
    100% (3)
  • 14 IMS Herpes, Ulkus Molle, HIV
    14 IMS Herpes, Ulkus Molle, HIV
    Документ60 страниц
    14 IMS Herpes, Ulkus Molle, HIV
    Anggri Septyan
    Оценок пока нет
  • 08 Kegawatdarutan Kulit
    08 Kegawatdarutan Kulit
    Документ12 страниц
    08 Kegawatdarutan Kulit
    Anggri Septyan
    Оценок пока нет
  • Anatomi Ginjal
    Anatomi Ginjal
    Документ2 страницы
    Anatomi Ginjal
    Anggri Septyan
    Оценок пока нет
  • Appendicitis
    Appendicitis
    Документ18 страниц
    Appendicitis
    Anggri Septyan
    Оценок пока нет
  • Anestesi Dengan Tiva Anis
    Anestesi Dengan Tiva Anis
    Документ23 страницы
    Anestesi Dengan Tiva Anis
    Anggri Septyan
    Оценок пока нет
  • SAP I.peny. Kulit &amp Kelamin I
    SAP I.peny. Kulit &amp Kelamin I
    Документ4 страницы
    SAP I.peny. Kulit &amp Kelamin I
    Anggri Septyan
    Оценок пока нет
  • K U S T A
    K U S T A
    Документ17 страниц
    K U S T A
    Anggri Septyan
    Оценок пока нет
  • ANOREKTUM
    ANOREKTUM
    Документ12 страниц
    ANOREKTUM
    Anggri Septyan
    Оценок пока нет
  • REFERAT Kulit Tyan
    REFERAT Kulit Tyan
    Документ16 страниц
    REFERAT Kulit Tyan
    Anggri Septyan
    100% (3)
  • Ims Gonore
    Ims Gonore
    Документ59 страниц
    Ims Gonore
    Anggri Septyan
    Оценок пока нет
  • BAB III Anis Tiva
    BAB III Anis Tiva
    Документ22 страницы
    BAB III Anis Tiva
    Anggri Septyan
    Оценок пока нет
  • Pemeriksaan Vertigo
    Pemeriksaan Vertigo
    Документ30 страниц
    Pemeriksaan Vertigo
    Anggri Septyan
    Оценок пока нет
  • 13 IMS Gonore Dan Sifilis
    13 IMS Gonore Dan Sifilis
    Документ58 страниц
    13 IMS Gonore Dan Sifilis
    Anggri Septyan
    Оценок пока нет