Вы находитесь на странице: 1из 13

Akuifer pantai merupakan sumber penting untuk memenuhi kebutuhan air bersih, khususnya di daerahdaerah yang berkembang di sepanjang

pesisir pantai. Banyak daerah di pantai yang populasi penduduknya tinggi, menyebabkan meningkatnya kebutuhan air bersih. Karena itu, daerah sekitar pantai memerlukan perhatian dan manajemen khusus untuk menanggulanginya. Proses Terjadinya Intrusi Air laut Pada daerah yang berdekatan dengan pantai atau dekat dengan laut, maka terjadi pertemuan antara air laut dengan air tawar yang kita kenal dengan sebutan interface. Interface ini bisa menjorok ke arah laut dan juga bisa juga menjorok ke arah darat tergantung besar kecilnya imbuhan air hujan. Apabila imbuhan air hujan lebih sangat besar, maka interface akan menjorok ke arah laut, sedangkan imbuhan air hujan sedikit atau tidak ada sama sekali, maka interface akan menjotok ke arah darat. Perubahan di dalam tanah oleh imbuhan atau perubahan luar aliran dalam daerah air tawar, menyebabkan perubahan interface. Penurunan aliran air tawar yang masuk ke laut menyebabkan interface bergerak ke dalam tanah dan menghasilkan intrusi air asin ke dalam akuifer. Sebaliknya suatu peningkatan aliran air tawar mendorong interface ke arah laut. Laju gerakan interface dan respon tekanan akuifer tergantung kondisi batas dan sifat akuifer pada kedua sisi interface. Akibat penggunaan air tanah yang berlebihan sementara imbuhan air hujan terbatas menyebabkan interface menjadi naik ke atas. Keadaan ini kita kenal dengan sebutan up conning. Sehingga air yang dikonsumsi menjadi asin akibat pengaruh air laut.

Kawasan pantai adalah kawasan yang secara topografi merupakan dataran rendah dan dilihat secara morfologi berupa dataran pantai. Secara geologi, batuan penyusun dataran umumnya berupa endapan aluvial yang terdiri dari lempung, pasir dan kerikil hasil dari pengangkutan dan erosi batuan di bagian hulu sungai. Umumnya batuan di dataran bersifat kurang kompak, sehingga potensi airtanahnya cukup baik. Akuifer di dataran pantai yang baik umumnya berupa akuifer tertekan, tetapi akuifer bebas pun dapat menjadi sumber airtanah yang baik terutama pada daerah-daerah pematang pantai/gosong pantai. Permasalahan pokok pada kawasan pantai adalah keragaman sistem akuifer, posisi dan penyebaran penyusupan/intrusi air laut baik secara alami maupun secara buatan yang diakibatkan adanya pengambilan airtanah untuk kebutuhan domestik, nelayan, dan industri. Oleh karena itu, kondisi hidrogeologi di kawasan ini perlu diketahui dengan baik, terutama perbandingan antara kondisi alami dan kondisi setelah ada pengaruh eksploitasi.

Gambar 1. Penampang Melintang Pertemuan Airtanah dan Air Laut

Air laut memiliki berat jenis yang lebih besar dari pada air tawar akibatnya air laut akan mudah mendesak airtanah semakin masuk. Secara alamiah air laut tidak dapat masuk jauh ke daratan sebab airtanah memiliki piezometric yang menekan lebih kuat dari pada air laut, sehingga terbentuklah interface sebagai batas antara airtanah dengan air laut. Keadaan tersebut merupakan keadaan kesetimbangan antara air laut dan airtanah.

Gambar 2. Kondisi Interface yang Alami dan Sudah Mengalami Intrusi

Masuknya air laut ke sistem akuifer melalui dua proses, yaitu intrusi air laut dan upconning. Intrusi air laut di daerah pantai merupakan suatu poses penyusupan air asin dari laut ke dalam airtanah tawar di daratan. Zona pertemuan antara air asin dengan air tawar disebutinterface. Pada kondisi alami, airtanah akan mengalir secara terus menerus ke laut. Berat jenis air asin sedikit lebih besar daripada berat jenis air tawar, maka air laut akan mendesak air tawar di dalam tanah lebih ke hulu. Tetapi karena tinggi tekanan piezometric airtanah lebih tinggi daripada muka air laut, desakan tersebut dapat dinetralisir dan aliran air yang terjadi adalah dari daratan kelautan, sehingga terjadi keseimbangan antara air laut dan airtanah, sehingga tidak terjadi intrusi air laut. Intrusi air laut terjadi bila keseimbangan terganggu. Aktivitas yang menyebabkan intrusi air laut diantaranya pemompaan yang berlebihan, karakteristik pantai dan batuan penyusun, kekuatan airtanah ke laut, serta fluktuasi airtanah di daerah pantai. Proses intrusi makin panjang bisa dilakukan pengambilan airtanah dalam jumlah berlebihan. Bila intrusi sudah masuk pada sumur, maka sumur akan menjadi asing sehingga tidak dapat lagi dipakai untuk keperluan sehari-hari.

Menurut konsep Ghyben Herzberg, air asin dijumpai pada kedalaman 40 kali tinggi muka airtanah di atas muka air laut. Fenomena ini disebabkan akibat perbedaan berat jenis antara air laut (1,025 g/cm3) dan berat jenis air tawar (1,000 g/cm3).

sehingga didapat nilai z = 40 hf keterangan: hf = elevasi muka airtanah di atas muka air laut (m) z = kedalaman interface di bawah muka air laut (m) s = berat jenis air laut (g/cm3) f = berat jenis air tawar (g/cm3)

Upconning adalah proses kenaikan interface secara lokal akibat adanya pemompaan pada sumur yang terletak sedikit di atas interface. Pada saat pemompaan dimulai,interface dalam keadaan horisontal. Makin lama interface makin naik hingga mencapai sumur. Bila pemompaan dihentikan sebelum interface mencapai sumur, air laut akan cenderung tetap berada di posisi tersebut daripada kembali ke keadaan semula.

Intrusi air laut dapat dikenali dengan melihat komposisi kimia airtanah. Perubahan ini terjadi dengan cara 1. Reaksi kimia antara air laut dengan mineral-mineral akuifer. 2. Reduksi sulfat dan bertambah besarnya konsentrasi karbon atau asam lemah lain. 3. Terjadi pelarutan dan pengendapan. Revelle menggunakan nilai rasio antara klorida dan bikarbonat untuk mengevaluasi adanya intrusi air laut. Penggunaan klorida dikarenakan klorida merupakan ion dominan pada air laut dan bikarbonat merupakan ion dominan pada air tawar.

Semakin tinggi nilai rasio, berarti pengaruh intrusi air laut makin besar, sedangkan bila nilai rasio rendah maka pengaruh intrusi air laut kecil.

Di tahun 1960 an, investigasi intrusi air laut di lakukan dengan analisis kimia dengan mengambil sample airtanah dan menyelidiki pola alirannya berdasarkan piezometric level. Saat ini metode geofisika lebih penting dan akurat digunakan untuk investigasi intrusi air laut. Perolehan data lebih cepat dengan teknik drilling. Konduktivitas dan temperatur air dapat digunakan untuk estimasi intrusi air laut. Zat cair memiliki kemampuan untuk mengalirkan arus listrik oleh gerakan ion. Gerakan ion dapat diukur melalui konduktivitas. Konduktivitas sangat bergantung pada temperatur. Pengukuran terhadap kedua variabel tersebut merupaka faktor penting untuk mendeteksi perilaku zona transisi dan interface antara air asin dan air tawar. Menggunakan Solinst Model 101 Water Level dengan penyelidikan P4, C4Conductivity Sleeve dan T4 Temperature Sleeve, salinitas dapat diestimasi melalui pembacaan konduktivitas dan temperatur pada kedalaman yang sama. Sebagai contoh, pembacaan konduktivitas 25,000 S/cm dan temperatur 20C, estimasi salinitas sebesar 17 ppt. Melalui metode ini investigasi salinitas dapat digunakan untuk melacak fluktuasi interface antara muka air asin dan muka air tawar. Saat ini terdapat beberapa metode dalam penyelidikan intrusi air laut, diantaranyawell logging, dating, isotope techniques and chemical analysis of groundwater samples; classification of groundwater samples; classification of groundwater; research into the interaction between aquifer matrix and groundwater; and verticle conductivity and temperatureprofiling. Terdapat beberapa cara untuk mengendalikan intrusi laut, diantaranya; 1. Mengubah Pola Pemompaan Memindah lokasi pemompaan dari pantai ke arah hulu akan menambah kemiringan landaian hidrolika ke arah laut, sehingga tekanan airtanah akan bertambah besar.

Gambar 3. Mengubah Pola Pemompaan

2. Pengisian Airtanah Buatan Muka airtanah dinaikkan dengan melakukan pengisian airtanah buatan. Untuk akuifer bebas dapat dilakukan dengan menyebarkan air dipermukaan tanah, sedangkan pada akuifer tertekan dapat dilakukan pada sumur pengisian yang menembus akuifer tersebut.

Gambar 4. Pengisian Airtanah Buatan

3. Extraction Barrier Ekstraction barrier dapat dibuat dengan melakukan pemompaan air asin secara terus menerus pada sumur yang terletak di dekat garis pantai. Pemompaan ini akan menyebabkan terjadinya cekungan air asin serta air tawar akan mengalir ke cekungan tersebut. Akibatnya terjadi baji air laut ke daratan.

Gambar 5. Extraction Barrier

4. Injection Barrier

Injection barrier dapat dibuat dengan melakukan pengisian air tawar pada sumur yang terletak di dekat garis pantai. Pengisian air akan menaikkan muka air tanah di sumur tersebut, akan berfungsi sebagai penghalang masuknya air laut ke daratan.

Gambar 6. Injection Barrier

5. Subsurface Barrier Penghalang di bawah tanah sebagai pembatas antara air asin dan air tawar dapat dibuat semacam dam dari lempung, beton, bentonit maupun aspal.

Gambar 7. Subsurface Barrier

Intrusi air laut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :


Aktivitas manusia Faktor batuan

Karakteristik pantai Fluktuasi airtanah di daerah pantai Aktivitas manusia terhadap lahan maupun sumberdaya air tanpa mempertimbangkan kelestarian alam tentunya dapat menimbulkan banyak dampak lingkungan. Bentuk aktivitas manusia yang berdampak pada sumberdaya air terutama intrusi air laut adalah pemompaan air tanah (pumping well) yang berlebihan dan keberadaannya dekat dengan pantai. Batuan penyusun akuifer pada suatu tempat berbeda dengan tempat yang lain, apabila batuan penyusun berupa pasir akan menyebabkan air laut lebih mudah masuk ke dalam airtanah. Kondisi ini diimbangai dengan kemudahan pengendalian intrusi air laut dengan banyak metode. Sifat yang sulit untuk melepas air adalah lempung sehingga intrusi air laut yang telah terjadi akan sulit untuk dikendalikan atau diatasi.

Pantai berbatu memiliki pori-pori antar batuan yang lebih besar dan bervariatif sehingga mempermudah air laut masuk ke dalam airtanah. Pengendalian air laut membutuhkan biaya yang besar sebab beberapa metode sulit dilakukan pada pantai berbatu. Metode yang mungkin dilakukan hanya Injection Well pada pesisir yang letaknya agak jauh dari pantai, dan tentunya materialnya berupa pasiran. Pantai bergisik/berpasir memiliki tekstur pasir yang sifatnya lebih porus. Pengendalian intrusi air laut lebih mudah dilakukan sebab segala metode pengendalian memungkinkan untuk dilakukan. Pantai berterumbu karang/mangrove akan sulit mengalami intrusi air laut sebab mangrove dapat mengurangi intrusi air laut. Kawasan pantai memiliki fungsi sebagai sistem penyangga kehidupan. Kawasan pantai sebagai daerah pengontrol siklus air dan proses intrusi air laut, memiliki vegetasi yang keberadaannya akan menjaga ketersediaan cadangan air permukaan yang mampu menghambat terjadinya intrusi air laut ke arah daratan. Kerapatan jenis vegetasi di sempadan pantai dapat mengontrol pergerakan material pasir akibat pergerakan arus setiap musimnya. Kerapatan jenis vegetasi dapat menghambat kecepatan dan memecah tekanan terpaan angin yang menuju ke pemukiman penduduk. Apabila fluktuasi airtanah tinggi maka kemungkinan intrusi air laut lebih mudah terjadi pada kondisi airtanah berkurang. Rongga yang terbentuk akibat airtanah rendah maka air laut akan mudah untuk menekan airtanah dan mengisi cekungan/rongga airtanah. Apabila fluktuasinya tetap maka secara alami akan membentuk interface yang keberadaannya tetap. Intrusi air laut merupakan bentuk degradasi sumberdaya air terutama oleh aktivitas manusia pada kawasan pantai. Hal ini perlu diperhatikan sehingga segala bentuk

aktivitas manusia pada daerah tersebut perlu dibatasi dan dikendalikan sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan.

Sumber: Purnama, S. 2000. Bahan Ajar Geohidrologi. Yogyakarta: Fakultas Geografi, UGM. Redwood, Jason. . Pump / Recharge Rate Affect Saltwater Intrusion. Groundwater Management, Monitoring and Conservation Keep Intrusion Undercontrol, diakses dari www.solinst.com, diakses tanggal 29 November 2007. USGS. 2007. Geological Interpretation of Bathymetric and Backscatter Imagery of the Sea Floor Off Eastern Cape Cod, Massachusetts, diakses dari www.usgs,gov, diakses tanggal 29 November 2007.

MAGROVISASI UPAYA MENCEGAH INTRUSI AIR LAUT


(Bertolak pada Peristiwa Ambles-nya Jembatan RE Maratadinata, Jakarta)
Peristiwa Ambles-nya Jembatan Jalan RE Martadinata, Jakarta Utara, sepanjang 103 meter, Kamis (16/9/2010), dini hari telah membuat banyak pihak terpukul, karena jembatan jalan RE Martadina sebagai salah satu jantung perekonomian Indonesia. Jalan RE Martadinata merupakan jalan pengubung menuju Tanjung Priok, dimana akan berdampak pada lumpuhnya aktivitas perdagangan ekspor-impor. Perlu ditelaah dan dikaji lebih dalam apa yang sebenarnya menjadi penyebab ambruknya jembatan jalan RE Martadinata tersebut. Menurut pakar meteorologi dan geofisika ITB Armi Susandi menyatakan bahwa penyebab utama rapuhnya tanah di Jakarta adalah tingginya kadar garam pada air tanah akibat intrusi (perembesan air laut ke daratan). Intrusi ini terjadi akibat adanya penyedotan air tanah yang berlebihan. Ubaidillah dari Wahana Lingkunga Hidup (Walhi) melaorkan bahwa setiap tahunnya Jakarta devisit air tanah sebanyak 66,6 juta meter kubik. Perembesan air laut ke daraan (intrusi) akan menyebabkan tanah dan bebatuan yang menyusun lapisan tanah menjadi keropos. Secara kimiawi, air berkadar garam tinggi mempunyai sifat yang merusak tanah dan bebatuan, sehingga tanah dan bebatuan tidak sanggup lagi menahan beban berat di atasnya. Menurut Armi, wilayah-wilayah yang keropos itu meliputi pelabuhan, bandar udara, permukiman padat, dan gedung-gedung bertingkat. Penyedotan air tanah yang berlebihan itu, akan berdampak masuknya air laut yang bersalinitas tinggi masuk menggantikan fungi air tanah yang bersalinitas rendah di dalam tanah. Tersedotnya air tanah dengan intensitas yang tinggi akan berbanding lurus dengan masuknya air laut ke dalam tanah. Akibat penyedotan air tanah yang berlebihan ini, permukaan tanah turun dan intrusi makin besar. Menurut Direktur Keadilan Perkotaan Institut Hijau Indonesia, Selamet

Daroyni, laju penurunan tanah Jakarta meningkat drastis dari 0,8 cm per tahun pada kurun 1982 1992 menjadi 18-26 cm per tahun pada 2008, terutama di daerah Jakarta Utara. Dengan melihat tingkat penurunan tanah tersebut, ada pakar yang memprediksi, Jakarta akan tertelan bumi pada tahun 2050. Amblenya jembatan jalan RE Martadinata yang menjadi salah satu bagian vital perekonomian Indonesia merupakan salah satu contoh dari kerakusan akibat ulah manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang berlebihan (eksploitasi). Untuk itu, belum terlambat kiranya dicarikan solusi, mengatasi rawan amblesnya tanah dan terjadinya intrusi di daerah ibu kota. Penanganan yang harus segera dikerjakan bukan hanya membuat pondasi yang kuat, membutat dinding di pingir pantai, reklamasi pantai, dan pemecah ombak . Melainkan, dengan penanganan yang mengedepankan asas keberlanjutan dan ramah lingkungan, yaitu mangrovisasi. Mangrovisasi merupakan aktivitas penanaman mangrove (bakau) di pinggir pantai dan menjaga kelestariannya. Mengingat bahwa mengrove sebagai green belt (sabuk pengaman yang ramah lingkungan). Menurut Alikodra (2010), mangrove adalah tumbuhan yang tercipta di alam untuk mengatasi problem intrusi dan gelombang air laut. Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem di wilayah pesisir yang memiliki kekhasan, baik dari bentuk batang, tajuk maupun sistem perakarannya. Hutan mangrove ini tumbuh dengan baik pada pantai berlumpur yang terpengaruh pasang surut air laut dan kadar garam. Hutan mangrove bukan saja sebagi green belt dan mencegah terjadinya intrusi air laut ke daratan, akan tetapi hutan mangrove juga befungsi sebagai habitat satwa langka, pelindung bencana alam, pengendapan lumpur, penambat racun, sumber alam dalam kawasan (in-situ) dan luar kawasan (ex-situ), plasma nutfah, sumber makanan bagi ikan, tempat melakukan pemijahan ikan, penyerapan karbon, memelihara iklim mikro, pariwisata, penelitian dan pendidikan (Davis et al,1995). Mangrovisasi yang nantinya diaplikasikan di Jakarta ini maka kerusakan tanah akibat intrusi air laut dapat teratasi. Tentunya langkah mangrovisasi ini harus dibarengi dengan pencegahan dan pengontrolan penyedotan air tanah yang berlebihan sesuai dengan batas ambang yang ditentukan, serta memperluas penanaman tumbuhan maupun pepohohan guna membantu dalam penyerapan air hujan. Jika itu dilakukan dengan rapi, maka Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia akan bangkit dari ancaman degradasi alam. Mari bersama-sama membenahi Jakarta menuju Jakarta Hijau.

Intrusi air laut ke akifer airtanah dalam di Jakarta: Eksiskah?


Sejak runtuhnya jembatan di Jalan Martadinata, banyak sudah pernyataan para pakar yang berseliweran lewat media massa, dan terkadang membuat masyarakat bingung. Sebegitu gawatkah? Kedengarannya serem amat. Meskipun bukan satu2nya penyebab terjadinya amblesan tersebut, kondisi airtanah sekarang memang ikut berperan dalam penurunan kondisi lingkungan di Jakarta, terutama akibat dari pengambilan airtanah yang berlebihan baik oleh kalangan industri (airtanah dalam) dan rumah tangga (airtanah dangkal). Hal lain yang diperkirakan terjadi akibat dari kegiatan ini adalah adanya fenomena intrusi air laut terhadap airtanah tersebut (KOMPAS, 29 September 2010). Oh, ya? Seperti kita ketahui, kedalaman air laut di Teluk Jakarta tidak lebih dari 50 meter, sementara airtanah dalam Jakarta teletak pada kedalaman lebih dari 50 meter. Tak ada

sedikitpun bagian dari akifer airtanah dalam yang bersentuhan langsung dengan airlaut. Dengan demikian bagaimana air laut akan mempengaruhi kondisi akifer kalau mereka tidak pernah bersentuhan. Yang paling mungkin terkena intrusi air laut adalah airtanah dangkal dimana sumur-sumur penduduk biasanya berada dan air permukaan, terutama sungai. Dalam bahasa anak baru gede di Bandung, hubungan akifer dan airlaut ibarat Jaka Sembung makan peuteuy, teu nyambung, euy! Cl- selalu merepresentasikan kandungan garam dalam cairan. Untuk Jakarta, kandungan Cl banyak sekali ditemukan dalam batuan lempung yang biasanya berperan sebagai lapisan kedap air yang menutupi atau menjadi dasar dari suatu akifer yang merupakan endapan garam purba. Bila kandungan Cl - garam purba dalam lempung ini melebihi kandungan Clyang terdapat dalam akifer, dapat disimpulkan bahwa garam purba yang berperan dalam salinisasi akifer bukanlah akibat dari intrusi air laut dan sebaliknya. Untuk Jakarta hasil perhitungan kandungan Cl- ini garam purba adalah 89.9t x 106 sementara akumulasi Cldalam akifer adalah 51.6t x 106. Dengan demikian salinisasi dalam akifer dapat dikatakan terjadi karena pelarutan garam purba dalam lempung dan bukan karena intrusi air laut. Air laut akan tercermin dari harga daya hantar listrik, Na+ dan Cl- yang tinggi dalam suatu conto air. Hasil analisis kimia dari conto air dari 52 sumur pantau di Jakarta menunjukan bahwa sumur pantau pantau yang terdapat di Jalan Tongkol (Jakarta Utara dekat Pelabuhan Sunda Kelapa, Kamal Muara dan Tegal Alur yang menunjukkan adanya pengaruh dari air laut. Begitu pula umur air, yang sangat muda, dan kandungan isotop stabil oksigen dan Deuterium, yang relative berat, di tiga sumur tersebut menunjukkan adanya pengaruh dari air laut. Sumur lain menunjukkan umur airtanah yang sangat tua (8.000 30. 000 tahun) dan kandungan isotop stabil relative ringan. Tetapi dari hasil pengamatan pada konstruksi sumur ternyata sumur telah rusak akibat adanya penurunan muka tanah, sementara air permukaan dan airtanah dangkal di sekitar daerah tersebut yang memang sudah terkena pengaruh air laut, masuk ke dalam sumur melalui dinding sumur yang keropos. Intrusi air laut terhadap airtanah dalam di lokasi inipun menjadi tidak valid. Di Jalan Tongkol dan Marunda, dalam kawasan berikat, ada juga sumur pantau yang tinggi harga daya hantar listrik, Na+ dan Cl-, tekanan hidrostatis di kedua sumur ini sangat tinggi, artesis, dan umurnya juga sangat tua. Rasa asin air di sumur ini lebih disebabkan oleh air formasi dan bukan air laut masa kini. Selain kehadiran air laut dalam formasi, perbedaan tekanan hidrostatis air laut dan air tawar dapat ditentukan dengan kehadiran air tawar dalam air laut. Analisis dapat dilakukan dengan pengukuran kandungan isotop radon (Ra) dan kehadiran luah air di dasar laut (submarine groundwater discharge SGD). Pengukuran kandungan Radon di sepanjang lepas pantai Teluk Jakarta menunjukkan angka akan kehadiran Radon disini. Untuk mengetahui kehadiran SGD di Teluk Jakarta, dipasang SGD chamber yang dilengkapi dengan sensor CTD (conductivity temperature discharge). Dengan sensor ini, data konduktivitas , suhu, dan jumlah airtawar yang terperangkap dalam chamber dapat diketahui. Hasil pencatatan selama sejak tahun 2007, memperlihatkan bahwa airtawar memang keluar (discharged) di dasar Teluk Jakarta. Dengan demikian, air laut tak akan bisa masuk ke dalam akifer karena tekanan hidrostatisnya lebih rendah di banding airtanah dangkal. Logikanya, dengan formasi batuan yang bershubungan saja air laut tidak semuanya bisa masuk, apalagi dengan akifer airtanah dalam yang tidak bersentuhan. Sederhana kan? Anak kecil juga tahu. Kalau bukan intrusi air laut, jadi apa penyebabnya? Dari kondisi geologi endapan pantai, kenyataan bahwa umur airtanah yang tua dan Cl- yang berasal dari endapan lempung yang menjadi lapisan kedap air untuk akifer, maka kandungan garam yang meningkat sedikit dalam akifer airtanah dalam berasal dari pelarutan garam purba yang terakselerasi

karena kecepatan pengambilan airtanah yang meningkat. Jadi, Jakarta aman, dong? Justru lebih berbahaya kalau dihubungkan dengan fenomena amblesan tanah. Intrusi air laut, jika ada, akan mengisi rongga-rongga yang tadinya berisi air tawar dan ruang kosong, diantara butir pembangun akifer, tidak ada. Sementara pelarutan garam purba, rongga yang terjadi lebih besar karena air yang hilang dan garam yang tadinya melekat dalam batuan ikut terlarut. Ih Jadi lebih serem, ya. Begitulah!. Kita bisa menarik pelajaran yang sangat berharga dari runtuhnya Jembatan Martadinata. Terlihat jelas bahwa kita semua tidak fokus dalam menanggapi suatu masalah yang terjadi. Runtuhnya jembatan tersebut lebih karena kondisi struktur tanah dan batuan lokal di sekitar kejadian, tapi kita lebih asyik membahas hal-hal yang tidak ada hubungan sama sekali. Capek, deh !

Makalah Intrusi Air Laut


Setelah Lama Gak Update Blog rasanya Hidup gak Tenang,,dan kali ini sy akan mencoba Share Tugas Enviromental Education Pelajar Pro,Tugas Ini Udah Berbentuk Makalah yg Di dalamnya Membahas Pengetian,Teori Beberapa Ahli dan Solusi Pencegahannya.

Apa itu intrusi air laut? Dengan bahasa yang mudah,dapat dikatakan bahwa intrusi air laut berarti masuknya air laut ke daratan. Mengapa intrusi air laut bisa terjadi? Penyebab intrusiair laut adalah berkurangnya air di daratan, sehingga konsentrasi air menurun.Air yang semakin berkurang menimbulkan ruang di dalam tanah, akhirnya pori-poriatau lubang tersebut terisi oleh air laut. Itulah proses singta terjadinya intrusiair laut. Proses masuknya air laut ini berlangsung dengan dua cara. Yangpertama adalah dengan merembes ke dalam pori-pori tanah, sedangkan yang keduaadalah dengan naiknya permukaan air laut sehingga air tersebut mengalir kedaratan.
Kawasanpantai adalah kawasan yang secara topografi merupakan dataran rendah dandilihat secara morfologi berupa dataran pantai. Secara geologi, batuan penyusundataran umumnya berupa endapan aluvial yang terdiri dari lempung, pasir dankerikil hasil dari pengangkutan dan erosi batuan di bagian hulu sungai. Umumnyabatuan di dataran bersifat kurang kompak, sehingga potensi airtanahnya cukupbaik. Akuifer di dataran pantai yang baik umumnya berupa akuifer tertekan,tetapi akuifer bebas pun dapat menjadi sumber airtanah yang baik terutama padadaerah-daerah pematang pantai/gosong pantai. Permasalahan pokok pada kawasanpantai adalah keragaman sistem akuifer, posisi dan

penyebaranpenyusupan/intrusi air laut baik secara alami maupun secara buatan yangdiakibatkan adanya pengambilan airtanah untuk kebutuhan domestik, nelayan, danindustri. Oleh karena itu, kondisi hidrogeologi di kawasan ini perlu diketahuidengan baik, terutama perbandingan antara kondisi alami dan kondisi setelah adapengaruh eksploitasi.

Вам также может понравиться