Вы находитесь на странице: 1из 21

7

BAB III
ASPEK BAWAH PERMUKAAN


Pada daerah eksplorasi produksi wilayah barat dan timur PT.
PERTAMINA EP REGION JAWA, terdapat 483 sumur dengan jumlah sumur
penghasil 206 sumur yaitu 121 sumur dari area Jatibarang dan 85 sumur dari area
Subang.
Dalam proses eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi
dibutuhkan bagian multi disiplin terutama mengenai kondisi bawah permukaan
yang saling berkaitan. Kegiatan yang menangani dalam kaitannya dengan hal ini,
PT. PERTAMINA EP REGION JAWA memiliki beberapa divisi yang menangani
kegiatan tersebut.

3.1. ASPEK GEOLOGI DAN GEOFISIKA
Pada pembahasan ini kami mendapat materi mengenai Geologi dan
Geofisika di PERTAMINA EP secara umum dan khususnya mengenai geologi
dan geofisika yang ada di Region Jawa.
Wilayah kerja PERTAMINA EP Region Jawa ini meliputi Wilayah Kerja
Pertambangan PT. PERTAMINA EP REGION JAWA di Jawa Bagian Barat
Gambar 3.1. dan Wilayah Kerja Pertambangan PT. PERTAMINA EP REGION
JAWA di Jawa Bagian Timur Gambar 3.2.

8



Gambar 3.1
WKP PERTAMINA EP REG JAWA di JTB


Gambar 3.2
WKP PERTAMINA EP REG JAWA di JTB


Formasi batuan yang ditembus pada proses pengeboran lapangan yang
dikelola PERTAMINA EP Region Jawa dari formasi yang tertua ke muda (lapisan
bawah ke atas) dapat dilihat pada gambar berikut dan penjelasannya ada bagian
selanjutnya:
9



Gambar 3.3.
Stratigrafi Pertamina EP
1. Formasi Cisubuh
Formasi Cisubuh berumur Pliocene hingga Pleistocene, formasi ini
memiliki stratigrafi berupa batu lempung dan memiliki facies shallow marine.
Formasi ini sebagai seal rock, atau batuan penyekat.
2. Formasi Parigi
Formasi Parigi berumur Miocin Late, formasi ini memiliki stratigrafi
berupa batu lempung dan batu gamping serta memiliki facies shallow marine.
Formasi ini sebagai reservoir rock, atau batuan yang diisi fluida hidrokarbon.
10



Area produktif yang mengandung lapisan ini adalah Pasirjadi, Subang, Tugu,
Gantar, Cigauh.
3. Formasi Cibulakan Atas
Formasi Cibulakan Atas berumur Miocin Early hingga Miocin Late,
formasi ini memiliki stratigrafi berupa batu lempung dengan sisipan batu pasir
dan batu gamping serta memiliki facies neritic litoral. Formasi ini ada lapisan
yang sebagai reservoir rock atau batuan yang diisi fluida hidrokarbon dan juga
ada lapisan yang sebagai seal rock atau batuan penyekat. Area produktif yang
mengandung lapisan ini adalah Tanjungsari, Sukamandi, Tunggulmaung, Tugu,
Sindang, Pegaden, Bojongraong.
4. Formasi Batu Raja
Formasi Batu Raja berumur Miocin Early, formasi ini memiliki
stratigrafi berupa batu gamping serta memiliki facies neritic litoral. Formasi ini
ada lapisan yang sebagai reservoir rock atau batuan yang diisi fluida hidrokarbon
dan juga ada lapisan yang sebagai seal rock atau batuan penyekat. Area produktif
yang mengandung lapisan ini adalah Tugu, Tambun, KHB, CLS.
5. Formasi Talang Akar
Formasi Talang Akar berumur Oligocene Late hingga Miocin Early,
formasi ini memiliki stratigrafi berupa batu pasir dengan sisipan batu lempung
dan batu gamping serta memiliki facies shallow marine dan delta to fluvial.
Formasi ini ada lapisan yang sebagai reservoir rock atau batuan yang diisi fluida
hidrokarbon, lapisan yang sebagai seal rock atau batuan penyekat dan ada juga
yang sebagai source rock atau batuan sengai penghasil hidrokarbon. Area
produktif yang mengandung lapisan ini adalah Cilamaya Utara, KHT, Cilamaya
Timur, Cilamaya Utara, Wanajaya, Sukamandi.

6. Formasi Volcanic Jatibarang
Formasi Volcanic Jatibarang berumur Oligocene Early hingga Oligocene
Late, formasi ini memiliki stratigrafi berupa batuan vulkanik serta memiliki facies
fluvial non marine. Formasi ini memiliki lapisan yang sebagai reservoir rock atau
11



batuan yang diisi fluida hidrokarbon. Area produktif yang mengandung lapisan ini
adalah Jatibarang.
Untuk Struktur Existing Pertamina Daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Barat
adalah :

Tabel III-1.
Struktur Existing Pertamina JBB
AREA
JATIBARANG

1. WALED
2. KANDANG
HAUR
3. CEMARA
4. SINDANG
5. JATIBARANG
6. GANTAR
7. TUGU
8. PASIRCATANG
9. RANDEGAN
AREA SUBANG

1. PASIRJADI
2. CILAMAYA S/U
3. PEGADEN
4. CICAUH
5. SINDANGSARI
6. PAMANUKAN
7. BOJONGRAONG
8. L PARIGI
AREA
TAMBUN

1. TAMBUN
2. RENGAS
DENGKL
OK
3. PONDOK
TENGAH
4. MB FIELD




AREA CEPU

1. KAWENGAN
2. LEDOK
3. NGLOBO
4. BANYUASIN
5. SEMANGGI
6. WONOCOLO

Untuk mengeksplorasi bumi dengan Geofisika dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu dengan gravity, magnetic, electricity dan gelombang suara. Yang
dilakukan di Pertamina diantaranya menggunakan gelombang suara yang
dihasilkan oleh dinamit Gambar 3.4. Ada juga yang menggunakan vibrator
sebagai pemberi sinyal Gambar 3.5.










Gambar 3.4.
Seismik dengan Gelombang Suara
12




Gambar 3.5.
Seismik dengan Vibrator

3.2. ASPEK TEKNIK RESERVOIR
Aspek teknik reservoir meliputi segala aspek yang berhubungan dengan
studi mengenai kondisi reservoir yang meliputi wadah, isi, dan kondisi (P dan T).
Kegiatan yang dilakukan untuk memahami kondisi reservoir antara lain adalah
perhitungan cadangan, peramalan produksi reservoir dan uji sumur.

3.2.1. Perkiraan Cadangan Minyak Dengan Metode Volumetris
Suatu lapangan yang sedang dilakukan eksplorasi maupun eksploitasi
selalu menimbulkan suatu pertanyaan berapa jumlah hidrokarbon yang dapat
dihasilkan ke permukaan. Untuk menjawab pertanyaaan tersebut diperlukan suatu
pengetahuan tentang besarnya cadangan yang ada dalam reservoir. Istilah
cadangan mempunyai beberapa pengertian, yaitu :
Initial oil/gas in place, yaitu jumlah total hidrokarbon yang mula-mula ada di
dalam suatu resevoir, baik yang bisa diproduksikan maupun yang tidak dapat
diproduksikan.
Recoverable reserve, yaitu jumlah hidrokarbon yang mungkin dapat
diproduksikan sesuai dengan teknologi yang ada pada saat itu.
Ultimate recovery, yaitu jumlah cadangan hidrokarbon yang mungkin dapat
diproduksikan sampai batas ekonomisnya.
13



Recovery factor, yaitu angka perbandingan antara hidrokarbon yang dapat
diproduksikan (recoverable reserve) dengan jumlah minyak mula-mula di
dalam suatu resevoir.
Oleh sebab itu perkiraan cadangan adalah aspek teknik reservoir terpenting
sebagai faktor pembatas pada perencanaan cara produksi hingga akan diperoleh
laju produksi optimum.
Untuk memperkirakan besarnya cadangan hidrokarbon yang terdapat
dalam reservoir dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode
volumetris, material balance dan decline curve.
Metode volumetris digunakan untuk memperkirakan besarnya cadangan
reservoir pada suatu lapangan minyak atau gas baru, dimana data-data yang
tersedia belum lengkap. Data-data yang diperlukan untuk perhitungan perkiraan
cadangan dengan metode volumetris, adalah porositas rata-rata, Saturasi fluida
rata-rata, faktor volume formasi minyak dan gas, serta volume bulk batuan.
Sedangkan volume bulk batuan (V
b
) dapat dilakukan dengan secara
analitis dan grafis.
A. Penentuan Volume Bulk Batuan Secara Analitis
Langkah pertama yang dilakukan dalam menentukan volume bulk batuan
adalah membuat peta kontur bawah permukaan dan peta isopach. Peta kontur
bawah permukaan merupakan peta yang menggambarkan garis-garis yang
menghubungkan titik-titik dengan kedalaman yang sama pada tiap puncak
formasi. Sedangkan peta isopach merupakan yang menggambarkan garis-garis
yang menghubungkan titik-titik dengan ketebalan yang sama dari formasi
produktif Gambar 3.6.






14














Gambar 3.6.
Peta Isopach
a) Total Net Sand, b) Net Oil sand,
c) Completed isopach map of oli reservoir

Setelah peta isopach dibuat, maka luas daerah setiap garis isopach dapat
dihitung dengan menggunakan planimeter Gambar 3.6. dan diplot pada kertas,
yaitu luas lapisan produktif versus kedalaman.
Jika peta isopach telah dibuat, maka perhitungan volume bulk batuan dapat
dilakukan dengan menggunakan metode :
a. Metode Pyramidal
Metode ini digunakan apabila perbandingan antara luas garis isopach yang
berurutan s 0,5, yang secara matematis dituliskan :
5 , 0
1
s
+
i
i
A
A

| |
1 1
3
+ +
+ + =
i i i i bi
A A A A
h
V .................................................................. (3-1)

=
=
n
i
bi b
V V
1
) ( ......................................................................................... (3-2)
Keterangan :
V
bi
= Volume antara dua garis isopach yang saling berurutan, ac-ft
V
b
= Volume bulk batuan, acre-ft
h = Interval peta isopach, ft
A
i
= Luas yang dibatasi garis isopach i, acre
15



A
i+1
= Luas yang ditasi garis isopach i + 1, acre
b. Metode Trapezoidal
Metode ini digunakan apabila perbandingan antara luas garis isopach
yang berurutan > 0,5, yang secara matematis dituliskan :
5 , 0
1
>
+
i
i
A
A

( )

)
`

+ =
+1
2
i i bi
A A
h
V ....................................................................... (3-3)
Jumlah minyak/gas mula-mula yang menempati suatu reservoir disebut
dengan Original Oil/Gas in Place. Untuk menentukan besarnya Original Oil In
Place (OOIP) dapat dilakukan dengan persamaan :
oi
w b
B
S V
OOIP
) 1 ( 7758
=
o
, STB ................................................. (3-4)
Keterangan :
o = Porositas rata-rata, fraksi
S
w
= Saturasi air rata-rata, fraksi
B
oi
= Faktor volume formasi minyak mula-mula, bbl/STB
B
gi
= Faktor volume formasi gas mula-mula, cuft/SCF

Ultimate recovery merupakan jumlah maksimum hidrokarbon yang
diperoleh dari reservoir dengan mekanisme pendorong alamiahnya. Ultimate
recovery biasanya dinyatakan dengan parameter unit recovery (UR), yang
merupakan hasil bagi antara ultimate recovery terhadap volume bulk batuan yang
dapat diproduksi oleh beberapa pengaruh mekanisme pendorong sampai saat
abandonment.
Unit recovery untuk depletion drive reservoir adalah :

=
oi
gr w
oi
w
B
S S
B
S
UR
1
1
7758o , STB/ac-ft .......................... (3-5)
Unit recovery untuk water drive reservoir :
16



=
oi
or w
B
S S
UR
) 1 (
7758o , STB/ac-ft ..................................... (3-6)
Unit recovery untuk reservoir gas denganmekanismependorong water drive :

=
ga
gr
gi
wi
B
S
B
S
UR
) 1 (
43560o , SCF/ac-ft ................................. (3-7)
Keterangan :
B
ga
= Faktor volume formasi gas akhir, cuft/SCF
S
or
= Saturasi minyak sisa, fraksi
Sgr = Saturasi gas sisa, fraksi

3.2.2. Well test Analysis
Well test analysis merupakan analisa data-data yang berasal dari BHPT
(Bottom Hole Pressure Temperature) survey yang dilakukan di lapangan. Analisa
yang dilakukan meliputi analisa pressure bulid up (PBU) untuk minyak dan
analisa modified Isochronal Test (MIT) untuk gas.
Pressure build up bertujuan untuk menentukan tekanan reservoir,
permeabilitas, skin faktor dan potensi sumur. Selain itu dapat pula dilakukan
pengukuran katup yang bekerja pada sistem gas lift.
Untuk peralatan-peralatan yang digunakan dalam proses BHPT survey ini
menggunakan EMR (Electric Memory Recorder) sebagai alat untuk melakukan
BHPT survey. EMR ada beberapa jenis diantaranya Kuster K-10. Spartek System,
GRC IMS 700, PPS 25.
Perbedaan dari setiap alat tersebut adalah pada sensor dari masing-
masing pabrik berbeda ada yang berbentuk spiral, seperti kawat, dll. Selain itu
dari desain alatnya berbeda-beda dari setiap pabrik, ada yang lebih panjang
maupun lebih pendek.

3.3. ASPEK TEKNIK PRODUKSI
Pada awal produksi, sumur diproduksi dengan sistem tenaga alami, hal
ini dikarenakan tekanan reservoir yang masih besar. Seiring dengan lamanya
waktu produksi, tekanan reservoir akan mengalami penurunan, sehingga sumur
17



produksi pasti akan mengalami penurunan produktivitas, salah satu penyebabnya
adalah penurunan tekanan alir dasar sumur tersebut, oleh karena itu maka perlu
adanya metode produksi buatan dengan kata lain perlu adanya pengangkatan
buatan (artificial lift) untuk mengangkat fluida dari reservoir kepermukaan.
Artificial lift itu sendiri terdiri dari beberapa metode antara lain dengan
menggunakan sucker rod pump, electrical submersible pump (ESP), Hydraulic jet
pump dan gas lift. Pemilihan metode artificial lift menyesuaikan dengan
karakteristik reservoirnya, biaya yang tersedia dan profil sumur produksi. Pada
PT. PERTAMINA EP REGION JAWA divisi teknik produksi menangani seluruh
kegiatan optimasi produksi untuk skala yang besar dan rutin.
3.3.1. Artificial Lift
Artificial lift adalah metode pengangkatan fluida sumur dengan cara
mengintroduksi tenaga tambahan ke dalam sumur (bukan ke dalam reservoir)
dimana metoda ini diterapkan apabila tenaga alami reservoir sudah tidak mampu
lagi mendorong fluida ke permukaan atau untuk maksud-maksud peningkatan
produksi. Introduksi tenaga tambahan yang ada terdiri dari:
1. Pompa terdiri dari:
a. Pompa sucker rod
b. Pompa sentrifugal multistage
c. Pompa hidraulik
d. Pompa jet
2. Gas lift, terdiri dari:
a. Continous gas-lift
b. Intermittent gas-lift
Penggunaan artificial lift pada sumur produksi di PERTAMINA EP
REGION JAWA sebagian besar menggunaan pompa ESP dan gas lift.

1.3.1.1. ESP
Unit Electric submersible pump yang dapat dilihat dari Gambar 3.7.
terbagi menjadi dua bagian utama , yaitu peralatan di atas permukaan (Surface
18



Hole Equipment ESP) dan peralatan bawah permukaan (Down Hole Equipment
ESP). Gambarnya tampilkan duluan di sini baru penjelasannya.
A. Peralatan di Atas Permukaan
Peralatan di atas permukaan meliputi wellhead, junction box,
switchboard, dan transformer.
a) Wellhead (Tubing Head)
Wellhead (Tubing head) dilengkapi dengan tubing hanger khusus yang
mempunyai lubang untuk kabel. Kabel ini biasanya tahan sampai tekanan 3000
psi.
Tubing head digunakan untuk menggantungkan tubing string pada casing
head. Tubing head mempunyai packing element ( karet yang mempunyai lubang-
lubang tempat ESP kabel). Karena ini menjaga agar fluida tidak keluar dari casing
dan agar tidak terjadi kebocoran.
Wellhead juga harus dilengkapi dengan seal agar tidak bocor pada
lubang untuk kabel dan tulang. Wellhead didesain untuk tahan terhadap tekanan
500 psi sampai 3000 psi.
b) Junction Box
Junction box ditempatkan diantara kepala sumur dan switchboard untuk
alasan keamanan. Gas dapat mengalir ke atas melalui kabel dan naik ke
permukaan menuju switchboard, yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran,
karena itu kegunaan dari junction box ini adalah untuk mengeluarkan gas yang
naik ke atas tadi. Juction box biasanya 15 ft (minimum) dari kepala sumur dan
normalnya berada diantara 2 sampai 3 ft di atas permukaan tanah.
Fungsi dari junction box antara lain:
Sebagai ventilasi terhadap adanya gas yang mungkin bermigrasi kepermukaan
melalui kabel agar terbuang ke atmosfer.
Sebagai terminal penyambungan kabel dari dalam sumur dengan kabel dari
swichboard.
c) Switchboard
Switchboard adalah panel kontrol kerja di permukaan saat pompa bekerja
yang dilengkapi dengan motor controller, overload dan underload protection serta
19



alat pencatat (recording instrument) yang bisa bekerja secara manual ataupun
otomatis apabila terjadi penyimpangan. Switchboard ini dapat digunakan untuk
tegangan dari 440 volt sampai 4800 volt. Fungsi utama dari switchboard adalah :
1. Untuk mengontrol kemungkinan terjadinya downhole problem seperti:
overload atau underload current.
2. Auto restart setelah underload pada kondisi intermittent well.
3. Mendeteksi unbalance voltage.
Pada switchboard biasanya dilengkapi dengan ammeter chart yang
berfungsi untuk mencatat arus motor versus waktu ketika motor bekerja.


d) Transformer
Merupakan alat untuk mengubah tegangan listrik, bisa untuk menaikan
atau menurunkan tegangan. Alat ini terdiri dari core (inti) yang dikelilingi oleh
coil dari lilitan kawat tembaga. Keduanya, baik core maupun coil direndam
dengan minyak trafo sebagai pendingin dan isolasi. Perubahan tegangan akan
sebanding dengan jumlah lilitan kawatnya. Biasanya tegangan input transformer
diberikan tinggi agar didapat ampere yang rendah pada jalur transmisi, sehingga
tidak dibutuhkan kabel (penghantar) yang besar. Tegangan input yang tinggi akan
diturunkan dengan menggunakan step-down tranformer sampai dengan tegangan
yang dibutuhkan oleh motor.

B. Peralatan di Bawah Permukaan
a) Motor listrik
Motor listrik pada jenis pompa reda adalah motor induksi sinkron dua
katub, tiga fasa berbentuk sangkar (two pole, three-phase, squirrel cage, induction
type electric motor) mempunyai kecepatan 3500 rpm pada 60 Hz. Karena
diameter motor terbatas untuk ukuran casing tertentu, maka untuk mendapatkan
daya kuda yang cukup, motor dibuat panjang dan kadang-kadang dibuat double.
Pada saat pengoperasiannya motor diisi dengan minyak yang berfungsi:
1. Sebagai pelumas dan tahanan (isolasi)
20



2. Sebagai media penghantar panas motor yang ditimbulkan oleh perputaran rotor
ketika motor tersebut sedang bekerja.
Jadi minyak tersebut harus mempunyai spesifikasi tertentu yang biasanya
sudah ditentukan oleh pabrik, yaitu berwarna jernih, tidak mengandung bahan
kimia, electric strength tinggi, lubricant dan tahan panas. Minyak yang diisikan
akan mengisi semua celah-celah yang ada dalam motor, yaitu antara rotor dan
stator. Motor berfungsi sebagai tenaga penggerak pompa (prime mover), yang
mempunyai 2 (dua) bagian pokok, yaitu :
1. Rotor (gulungan kabel halus yang berputar)
2. Stator (gulungan kabel halus yang stasioner dan menempel pada badan motor)
Stator menginduksi aliran listrik dan mengubah menjadi tenaga putaran
pada rotor, dengan berputarnya rotor maka poros (shaft) yang berada ditengahnya
akan ikut berputar, sehingga poros yang saling berhubungan akan ikut berputar
pula (poros pompa, intake, dan protector).
b) Protector
Protector ini dipasang di atas motor atau dibawah pompa. Fungsinya
antara lain:
Memberikan ruangan untuk pengembangan/penyusutan minyak pelumas.
Mencegah fluida masuk ke rumah motor.
Menyimpan minyak motor dan minyak pelumas.
Memberikan keseimbangan tekanan dalam motor dengan tekanan luar, yaitu
tekanan fluida sumur pada kedalaman tertentu.
c) Gas separator (Pump Intake)
Pada sumur-sumur yang tidak banyak mengandung gas, cukup
menggunakan pump intake saja. Tetapi pada sumur-sumur dengan GOR tinggi,
gas separator dapat disambungkan pada pompa guna memberikan effisiensi
pompa. Dalam hal ini gas separator berfungsi antara lain:

Mencegah menurunnya head capacity yang dihasilkan pompa.
Mencegah terjadinya fluktuasi beban pada motor.
Mengurangi adanya surging pressure
21



Pump Intake sebagai tempat masuknya fluida ke dalam pompa.
d) Pompa
Setiap pompa terdiri dari beberapa tingkat (multistage) dimana masing-
masing terdiri dari impeller dan diffuser. Impeller merupakan bagian yang
bergerak, sedangkan diffuser adalah bagian yang diam. Semakin banyak stage
yang dipasangkan, maka semakin besar kemampuan pompa untuk mengangkat
fluida.
e) Electric Cable
Kabel yang dipakai adalah jenis tiga konduktor. Fungsi utama dari kabel
tersebut adalah sebagai media penghantar arus listrik dari switchboard sampai ke
motor didalam sumur. Kabel harus tahan terhadap tegangan tinggi, temperatur,
tekanan migrasi gas dan tahan terhadap resapan cairan dari sumur. Untuk itu maka
kabel harus mempunyai isolasi dan sarung yang baik.
Bagian dari kabel biasanya terdiri dari:
1. Konduktor
2. Isolasi
3. Sarung (sheath)
4. Jaket
Ada dua jenis kabel yang biasa dipakai yaitu: round dan flat cable. Pada
jenis round cable dibagian luar sarungnya dibungkus lagi dengan karet (rubber
jacket). Biasanya kabel jenis round ini memiliki ketahanan yang lebih lama
daripada jenis flat cable, tetapi memerlukan ruang penempatan yang lebih besar.
f) Check Valve
Check valve biasanya dipasang pada tubing (2 3 joint) di atas pompa.
Bertujuan untuk menjaga fluida tetap berada di atas pompa. Jika check valve tidak
dipasang maka kebocoran fluida dari tubing (kehilangan fluida) akan melalui
pompa yang dapat menyebabkan aliran balik dari fluida yang naik keatas, sebab
aliran balik (back flow) tersebut membuat putaran impeller berbalik arah, dan
dapat menyebabkan motor terbakar atau rusak.
22



Jadi umumnya check valve digunakan agar tubing tetap terisi penuh
dengan fluida sewaktu pompa mati dan mencegah supaya fluida tidak turun
kebawah.
g) Bleeder Valve
Bleeder valve dipasang satu joint di atas check valve, mempunyai fungsi
mencegah minyak keluar pada saat tubing dicabut. Fluida akan keluar melalui
bleeder valve.


h) Centralizer
Berfungsi untuk menjaga kedudukan pompa agar tidak bergeser atau
selalu di tengah-tengah pada saat pompa beroperasi, sehingga kerusakan kabel
karena gesekan dapat dicegah.

1.3.1.1.1. Prinsip Kerja Electric Submersible Pump
Prinsip kerja Electric submersible pump adalah berdasarkan pada prinsip
kerja pompa sentrifugal dengan sumbu putarnya tegak lurus. Pompa sentrifugal
adalah motor hidraulik dengan jalan memutar cairan yang melalui impeller
pompa, cairan masuk ke dalam impeller pompa menuju poros pompa,
dikumpulkan oleh diffuser kemudian akan dilempar ke luar. Oleh impeller tenaga
mekanis motor dirubah menjadi tenaga hidraulik. Impeller terdiri dari dua
piringan yang didalamnya terdapat sudu-sudu, pada saat impeller diputar dengan
kecepatan sudut e, cairan dalam impeller dilemparkan keluar dengan tenaga
potensial dan kinetik tertentu. Cairan yang ditampung dalam rumah pompa
kemudian dievaluasikan melalui diffuser, sebagian tenaga kinetik dirubah menjadi
tenaga potensial berupa tekanan. Karena cairan dilempar ke luar maka terjadi
proses penghisapan dan pendorongan.
23




Gambar 3.7.
Electric Submersible Pump


3.3.1.2. Gas Lift
24



Metode sembur buatan atau gas lift pada umumnya adalah kelanjutan
dari pada metode sembur alam atau natural flowing. Gas lift dipakai pada saat
dimana tenaga dasar sumur tidak sanggup lagi untuk menaikkan suatu produksi ke
permukaan, meskipun sumur tersebut masih mempunyai produksi yang cukup
besar. Untuk menambah tenaga yang sudah berkurang itu maka dari atas
permukaan dimasukkan tenaga yang berupa kompresi gas, melalui annulus antara
casing dan tubing. (cari gambar deskripsi gas lift)
3.3.1.2.1.Tipe Gas Lift System
Tipe gas lift system dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara,
yaitu continous flow gas lift dan intermittent flow gas lift.
A. Continous Flow Gas Lift
Gas diinjeksikan kedasar sumur dengan tekanan yang relative tinggi. Gas
injeksi bersama dengan gas formasi mengangkat cairan ke permukaan dengan
salah satu atau beberapa proses yang terjadi berikut :
Pengurangan densitas cairan dan berat kolom fluida menyebabkan beda tekanan
antara reservoir dan lubang bor menjadi bertambah besar.
Gas injeksi yang mengembang akan menekan fluida ke atas selanjutnya berat
kolom cairan berkurang sehingga beda tekanan reservoir dan lubang bor
bertambah.
Slugs cairan dipindahkan oleh gelembung gas yang besar dari gas injeksi seperti
gerakan piston.
B. Intermittent Flow Gas lift
Jika sumur memiliki tekanan reservoir yang rendah atau laju produksi
yang sangat rendah, maka dapat diproduksi dengan intermittent flow gas lift.
Metode ini memproduksi secara terputus-putus dan didisain untuk memproduksi
pada laju produksi sebesar fluida yang masuk ke lubang sumur dari
formasi.Dalam metode intermittent gas lift, fluida dibiarkan terakumulasi dan
bertambah dalam tubing pada dasar sumur. Secara periodik, gelembung besar dari
gas injeksi bertekanan tinggi diinjeksikan dengan cepat ke dalam tubing di bawah
kolom fluida dan kolom fluida akan terdorong cepat ke permukaan. Frekuensi
25



injeksi gas dalam pengangkatan intermittent ditentukan oleh jumlah waktu yang
diperlukan oleh slug liquid masuk ke dalam tubing. Lamanya periode injeksi gas
tergantung dari waktu yang diperlukan untuk mendorong satu slug liquid ke
permukaan.
3.3.1.2.2. Peralatan Gas Lift
Peralatan gas lift untuk menunjang operasinya sistem pengangkatan
minyak dengan menggunakan metode injeksi gas ke dalam sumur dapat dibagi
dalam dua kelompok yaitu peralatan di atas permukaan (surface equipment) dan
peralatan bawah permukaan (subsurface equipment).
A. Peralatan di Atas Permukaan (Surface Equipment)
Peralatan di atas permukaan adalah semua peralatan yang diperlukan
untuk proses injeksi gas kedalam sumur yang terletak dipermukaan, meliputi
- Well head gas lift x-mastree
- Stasiun kompresor gas
- Stasiun distribusi
- Alat-alat kontrol
B. Peralatan di Bawah Permukaan (SubSurface Equipment)
Peralatan di bawah permukaan dari metode gas lift tidak berbeda jauh
dengan peralatan pada sumur sembur alam, hanya pada gas lift ditambah dengan
valve (katub) gas lift. Peralatan bawah permukaan dari gas lift terdiri dari
- Kamar akumulasi
- Pinhole collar
- Valve gas lift

3.4. IMPROVEMENT OIL RECOVERY (IOR)
Improvement oil recovery merupakan segala bentuk usaha untuk
meningkatkan perolehan minyak. Secara garis besar tahapan produksi minyak
dimulai dari primary recovery, dimana minyak masih dapat diproduksikan hanya
dengan menggunakan tenaga pendorong alami. Seiring dengan menurunnya
tekanan reservoir diperlukan usaha-usaha untuk menjaga agar umur produksi
bertahan lebih lama. Di PT. PERTAMINA EP REGION JAWA divisi IOR
26



melakukan kegiatan peningkatan produksi sebatas pilot project (skala kecil) dan
untuk selanjutnya dilanjutkan oleh teknik produksi untuk skala yang lebih luas da
rutin.
Usaha-usaha peningkatan laju produksi dalam lingkup improvement oil
recovery antara lain :
a) Penggunaan Artificial Lift
Artificial lift adalah metode pengangkatan fluida sumur dengan cara
mengintroduksi tenaga tambahan ke dalam sumur (bukan ke dalam reservoir)
dimana metode ini diterapkan apabila tenaga alami reservoir sudah tidak
mampu lagi mendorong fluida ke permukaan atau untuk maksud-maksud
peningkatan produksi. Metode yang sering digunakan antara lain adalah gas lift
dan penggunaan pompa seperti ESP, Sucker rod pump, dan Hydraulic Jet
Pump.
b) Stimulasi Sumur
Stimulasi sumur adalah pekerjaan yang dilakukan untuk memperbaiki
permeabilitas lapisan produktif yang berada di zona produktif. Cara-cara yang
digunakan antara lain pengasaman, injeksi surfaktan, ataupun hydraulic
fracturing.
c) Reaktifasi Sumur
Reaktifasi sumur adalah usaha untuk mengaktifkan kembali fungsi sumur
yang sebelumnya telah mati atau ditinggalkan. Usaha reaktifasi sumur ini dapat
dimaksudkan untuk membuat sumur berproduksi kembali ataupun digunakan
sebagai sumur injeksi.
d) Pressure Maintenance
Pressure maintenance adalah proses penginjeksian air ke dalam lapisan
aquifer yang bertujuan untuk menjaga tekanan reservoir agar tidak mengalami
penurunan yang drastis akibat terproduksinya fluida di dalam reservoir.



e) Kerja Ulang Pindah Lapisan
27



Kerja ulang Pindah lapisan adalah pekerjaan membuka lapisan baru pada
suatu sumur yang telah ada sebelumnya untuk meningkatkan produksi dari
sumur tersebut. Baik digunakan sebagai sumur produksi maupun untuk injeksi.
f) Enhanced Oil Recovery
Merupakan suatu metode pengurasan minyak tahap lanjut dengan
menginjeksikan sejumlah zat kedalam reservoir melalui sumur injeksi dengan
tujuannya recovery factor dapat meningkat. Macam-macam kegiatan EOR
antara lain adalah: water flooding, chemical flooding, thermal injection, dan
MEOR.

Вам также может понравиться