Вы находитесь на странице: 1из 13

PENGARUH EKSTRAK DAUN INAI (Lawsonia inermis Linn.

) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA, KOLESTEROL TOTAL, DAN TRIGLISERIDA DARAH MENCIT YANG DIINDUKSI ALOKSAN
Inawati *, Syamsudin **, Hendig Winarno ***
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------*

Alumni Program Magister Ilmu Kefarmasian, Universitas Pancasila, Jakarta


** ***

Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila, Jakarta

Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN, Jakarta

ABSTRAK Telah dilakukan penelitian pengaruh ekstrak daun inai (Lawsonia inermis Linn.) terhadap kadar glukosa, kolesterol total, dan trigliserida darah mencit yang diinduksi dengan aloksan tetrahidrat 70 mg/kg berat badan secara intraperitoneal melalui ekor. Percobaan dilakukan terhadap 7 kelompok mencit, yaitu: K1 (kontrol normal), K2 (kontrol negatif), K3 (kontrol positif), K4 (pemberian ekstrak daun inai 0,1 g/kg berat badan), K5 (pemberian ekstrak daun inai 0,2 g/kg berat badan), K6 (pemberian ekstrak daun inai 0,4 g/kg berat badan), K7 (pemberian ekstrak daun inai 0,8 g/kg berat badan). Ekstrak daun inai diperoleh dengan cara perkolasi terhadap daun inai kering menggunakan etanol 70%. Kadar glukosa diukur menggunakan alat glucotest, kadar kolesterol total menggunakan metode pewarnaan enzimatik, dan kadar trigliserida dengan metode GPO enzymatic menggunakan pereaksi monotest dan spesimen plasma EDTA yang telah disentrifugasi. Pengambilan sampel dilakukan pada hari ke-0, 3, 7, dan 14 setelah mencit mengalami hiperglikemik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak 0,8 mg/kg berat badan dapat menurunkan kadar glukosa darah dari 194 mg/dL menjadi kondisi normal (75 mg/dL) setelah hari ke-14. Penurunan ini tidak jauh berbeda dengan kontrol positif yang diberikan obat klorpropamid. Percobaan yang sama juga terjadi pada kadar kolesterol total yang menurun dari 118 mg/dL menjadi 55 mg/dL dan kadar trigliserida menurun dari 101 mg/dL menjadi 35 mg/dL. Penurunan kadar glukosa darah menunjukkan korelasi positif dengan penurunan kolesterol total dan trigliserida. Kata Kunci : Lawsonia inermis Linn, diabetes melitus, kolesterol total, trigliserida

ABSTRACT THE EFFECT OF INAI ( Lawsonia inermis Linn.) LEAVES EXTRACT ON GLUCOSE, TOTAL CHOLESTEROL, AND TRIGLYCERIDE OF BLOODS OF MICE WHICH WAS INDUCED BY ALLOXAN. It was carried out the study of inai (Lawsonia inermis Linn.) leaves extract on glucose, total cholesterol, and triglyceride of bloods of mice which was induced by alloxan tetrahydrate of 70 mg per kg of mice weight intraperitonealy through tail. Experiments were done toward 7 groups of mice, namely: K1 (normal control), K2 (negative control), K3 (positive control), K4 (treated with 0.1 g/kg of inai extract/mice weight), K5 (treated with 0.2 g/kg of inai extract/mice weight), K6 (treated with 0.4 g/kg of inai extract /mice weight), K7 (treated with 0.8 g/kg of inai extract/mice
1

weight). Inai leaves extract was obtained by percolation of dried inai leaves using 70% ethanol. Glucose concentration was measured using glucotest, total cholesterol concentration by enzimatic dyeing method, and triglyceride by GPO enzimatic method using monotest reagent and centrifused EDTA plasma specimen. Sample treatments were done at day of 0, 3th, 7th, and 14th after mice underwent the hyperglycemic condition. The result showed that the feeding of 0.8 mg/kg of inai extract/mice weight decreased the glucose concentration from 194 mg/dL to normal condition ( 75mg/dL) after the day of 14th. This decrease was not so different with positive control which was treated by chlorpropamide. The same experiment occured on cholesterol total concentration which decreased from 118 mg/dL to 55 mg/dL, and triglyceride concentration decreased from 101 mg/dL to 35 mg/dL. Decreasing of glucose concentration had positive correlation with decreasing of total cholesterol and triglyceride. Keywords: Lawsonia inermis Linn, diabetes mellitus, total cholesterol, triglyceride.

PENDAHULUAN Lebih dari 70 persen tanaman obat yang ada di Asia tumbuh di Indonesia, tetapi masih belum banyak dimanfaatkan secara maksimal. Oleh karena itu perlu upaya sungguh-sungguh dengan melibatkan berbagai pihak untuk mengangkat citra tanaman obat Indonesia yang telah lama dikenal agar bisa disejajarkan dengan obat modern, dan dapat memberi milai ekonomis dan nilai sosial bagi masyarakat Indonesia 1,2. Sekarang ini banyak produk obat yang berasal dari tanaman dibuat dengan kemasan yang menarik dalam bentuk bedak, pil, kapsul, atau dalam bentuk cairan dan salep 3. Penggunaan obat tradisional merupakan salah satu program pelayanan kesehatan dasar dan juga merupakan salah satu alternatif untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar pengobatan, khususnya tanaman yang berkhasiat obat dalam rangka pelayanan kesehatan masyarakat. Untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar pengobatan tersebut maka perlu dilakukan upaya penelitian, pengujian, dan pengembangan khasiat, serta keamanan dalam mengkonsumsinya (uji klinis, dan trial klinis). Hal ini sejalan dengan sistem kesehatan Nasional yang dicanangkan oleh Departemen Kesehatan yaitu: Program pengembangan obat tradisional yang ternyata berkhasiat guna dan berdaya guna serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai obat standar berbahan herbal 2,4,5. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian yang mendalam untuk mendapatkan obat baru yang berasal dari tanaman sebagai sumber senyawa bioaktif alami, sehingga merupakan bahan baku potensial yang dapat menunjang usaha pencarian senyawa yang memiliki aktivitas biologi terhadap sel hidup. Munculnya berbagai dampak negatif dari pemakaian senyawa kimia sintetik yang disebut dengan obat standar mendorong penggunaan bahan alam merupakan pilihan yang tidak terelakkan 6,7. Pada penelitian ini dipilih tanaman inai (Lawsonia inermis Linn.) karena dalam masyarakat rebusan daun inai digunakan sebagai obat untuk menghilangkan gatal dan bisul
2

yang diduga akibat dari meningkatnya kadar gula darah (Diabetes mellitus, DM). Berdasarkan pengalaman empiris tersebut mendorong untuk dilakukannya penelitian ilmiah tanaman tersebut 5. Pada penderita DM biasanya juga terjadi peningkatan asam lemak bebas dalam darah dan kadar asam lemak bebas sejalan dengan naik turunnya kadar glukosa dalam darah. Pada beberapa penelitian memperlihatkan terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas dalam darah pada penderita DM tersebut 8-11. Dengan adanya kadar asam lemak bebas yang tinggi dalam darah, maka dapat mengurangi sensitivitas jaringan terhadap insulin sehingga salah satu penyebab DM adalah kelainan metabolisme lemak yang berakibat tingginya kadar asam lemak bebas dalam darah. Pada penderita DM sering juga didapati kadar kolesterol dalam darahnya tinggi (hiperkolesterolemia) 12. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian ekstrak dauh inai (Lawsonia inermis Linn.) terhadap penurunan kadar glukosa, kolesterol total, dan trigliserida pada darah mencit yang telah diinduksi dengan aloksan tetrahidrat. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan bersifat eksprimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) memakai 42 ekor mencit. Sebelum dilakukan percobaan, semua mencit dipuasakan lebih dahulu selama lebih kurang 16 jam, kecuali 6 ekor mencit sebagai kelompok kontrol normal. a. Pembuatan ekstrak secara perkolasi Sebanyak 1,0 kg serbuk daun inai (Lawsonia inermis Linn) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah, Bogor, dan telah dideterminasi di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, direndam dengan etanol 70%, kemudian didiamkan selama 4 jam dalam wadah tertutup. Simplisia daun inai dimasukkan kedalam perkolator dari bahan gelas dan ditambahkan pelarut sehingga volume pelarut 0,5 cm di atas permukaan serbuk dan dibiarkan selama 24 jam. Setelah kran perkolator dibuka, cairan pelarut dibiarkan mengalir dengan debit sama sehingga permukaan bahan dipertahankan setinggi 0,5 cm. Ekstrak cair yang diperoleh diuapkan dengan evaporator dan dikeringkan lebih lanjut. b. Persiapan dan pembuatan mencit hiperklikemik Sebanyak 42 ekor mencit (Mus musculus) berjenis kelamin jantan yang berumur sekitar 3 4 bulan dengan berat badan rata-rata 30 40 gram dewasa galur Swiss-Webster yang diperoleh dari Bagian Perhewanan, Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, diaklimatisasi terlebih dahulu selama 1 minggu sambil dilakukan kontrol kesehatan, berat
3

badan, dan penyeragaman makanan yang diberikan. Enam ekor mencit dipelihara sebagai kontrol, sedang 36 ekor mencit diinduksi aloksan tetrahidrat dengan dosis 70 mg/kg berat badan (bb) secara intraperitoneal melalui ekor, kemudian dipelihara selama satu minggu agar menjadi hiperglikemik. Setiap mencit yang digunakan terlebih dahulu ditimbang dan diambil cuplikan darah secara intravena melalui ekor. c. Perlakuan Sebanyak 42 mencit dibagi menjadi 7 kelompok yang masing-masing terdiri dari 6 ekor, dengan pembagian kelompok sebagai berikut: 1) K1 (kelompok kontrol normal) yaitu kelompok yang tidak diinduksi dengan aloksan tetrahidrat, hanya diberi air suling; 2) K2 (kelompok kontrol negatif) yaitu kelompok yang diinduksi dengan aloksan tetrahidrat 70 mg/kg bb, diberi air suling, dan tidak diberi bahan uji; 3) K3 (kelompok kontrol positif) kelompok yang diberi obat klorpropamid dosis 0,1 g/kg bb; 4) K4 yaitu kelompok yang diberi bahan uji dosis 0,1 g/kg bb; 5) K5 yaitu kelompok yang diberi bahan uji dosis 0,2 g/kg bb; 6) K6 yaitu kelompok yang diberi bahan uji dosis 0,4 g/kg bb; dan 7) K7 kelompok yang diberi bahan uji dosis 0,8 g/kg bb. Pemberian bahan uji dilakukan setiap hari selama 14 hari. Pemeriksaan kadar glukosa darah pada mencit yang telah diinduksi aloksan secara intraperitonial dilakukan pada kondisi puasa dan sesudah makan pada hari ke-0, hari ke-3, hari ke-7, dan hari ke-14. Setelah perlakuan selesai, semua mencit diistirahatkan dalam kandang, diberi makan dan minum, kemudian semua mencit dimatikan untuk pengukuran kadar kolesterol total dan trigliserida darah. d. Kadar glukosa darah Dua setengah jam sebelum dan sesudah pemberian bahan uji, semua mencit diambil cuplikan darahnya pada hari ke-0, ke-3, ke-7, dan hari ke-14 setelah kondisi hiperglikemik pada masing-masing kelompok dan diukur kadar glukosa darahnya. Hari ke-0 adalah hari ke7 setelah diinduksi dengan aloksan tetrahidrat. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan menggunakan alat glocotest Life Scan buatan Johnson&Johnson Company yang hasilnya berupa angka yang dapat dibaca pada alat monitor dalam satuan mg/dL. e. Kadar kolesterol total Setelah hari ke-14 semua mencit diukur kadar kolesterolny secara enzimatik berdasarkan reaksi kolorimetri menggunakan pereaksi monotest cholesterol yang dapat diukur serapannya dengan alat kolorimeter pada panjang gelombang 546 nm. Prosedur yang dilakukan sesuai dengan petunjuk yang terdapat pada kit pereaksi. Secara prinsip ester kolesterol diurai oleh kolesterol esterase menjadi kolesterol dan asam lemak. Kemudian kolesterol dioksidasi menjadi kolesterol-3-on dan H2O2. Selanjutnya H2O2 yang terbentuk

digunakan untuk mengoksidasi HBS menjadi kinonimin yang berwarna merah muda lembayung, sehingga dapat ditetapkan secara kolorimetri pada panjang gelombang 546 nm. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan kolesterol total dalam sampel, dan warna akhir terbentuk stabil setelah 30 menit. Kadar kolesteror dihitung berdasarkan perbandingan dengan absorbansi kolesterol standar. f. Kadar trigliserida Kadar trigliserida juga ditentukan terhadap semua mencit setelah hari ke-14 berdasarkan metode pewarnaan secara metode GPO (Gliserida Fosfat Oksidase) enzimatik yang kemudian dimodifikasi menjadi tes reaksi warna (kolorimetri) dan metode reaksi warna Trinder. Trigliserida dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak, lalu gliserol difosforilasi oleh gliserol kinase (GK) menjadi gliserol-3-fosfat dan adenosin difosfat (ADP). Selanjutnya gliserol-3-fosfat diubah menjadi dihdroksi aseton fosfat (DAP) dan H2O2. Kemudian H2O2 yang terbentuk akan bereaksi dengan aminoamfipirin dan trigliserida sehingga terbentuk benzo kinonimin yang berwarna merah muda lembayung sehingga dapat ditetapkan secara kolorimetri pada panjang gelombang yang sesuai. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan kadar trigliserida dalam sampel, dan dibandingkan dengan absorban trigleserida standar. g. Pengukuran berat badan, produksi urin, konsumsi makanan, dan konsumsi air minum Pengukuran berat badan mencit, produksi urin, konsumsi makanan, dan konsumsi air minum dilakukan pada hari ke-0, 3, 7, dan 14 pada saat penentuan kadar glukosa darah. h. Analisis data Kadar glukosa darah, kadar kolesterol total dan trigliserida dianalisis secara varian satu arah (Anova) dengan bantuan perangkat lunak SPSS 12,0 for Windows. Analisis varian satu arah dapat dilakukan apabila data terdistribusi normal dan bersifat homogen. Apabila data terdistribusi tidak normal dan tidak homogen, maka dilakukan transformasi terlebih dahulu agar memenuhi syarat untuk uji Anova. Selanjutnya, apabila pada uji Anova satu arah ada perbedaan antar kelompok perlakuan, maka analisis dilanjutkan dengan uji BNT (Tukey HSD). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Ekstraksi Bahan Uji Hasil ekstraksi secara perkolasi dari 1,0 kg serbuk daun inai kering diperoleh ekstrak sebanyak 139,9 g (14,0 %)

2. Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Setelah Diinduksi Aloksan Untuk mengetahui keseragaman kadar glukosa sebelum dan sesudah mencit mengalami hiperglikemik, maka diukur sebelum dan satu minggu setelah mencit diinduksi dengan aloksan tetrahidrat (Gambar 1).
Rata-rata kadar glukosa kadar Glukosa D arah P erbandingan awal Rata-rata kadar glukosa setelah diinduksi aloksan (kecuali K1)
250 200 150 100 50 0 K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7

Gambar 1. Perbandingan kadar glukosa sebelum dan sesudah diinduksi aloksan

Dari Gambar 1 terlihat bahwa glukosa darah awal dalam kondisi normal untuk seluruh kelompok dengan rentangan antara 76,2 77,2 mg/dL. Hal ini sesuai dengan pernyataan Djojodibroto 13 bahwa glukosa dalam darah normal harus berada dalam rentangan antara 60 180 mg/dL. Uji Anova menunjukkan bahwa kandungan glukosa awal berada dalam kondisi seragam (F hitung = 0,693 < F-Tabel = 2,371). Setelah diinduksi dengan aloksan, kadar glukosa darah meningkat menjadi 1179,8 sampai 196,3 mg/dL atau rata-rata naik 145% (Tabel 1 dan Gambar 1). Uji Anova dan uji BNT menunjukkan bahwa ada kenaikan signifikan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah diinduksi aloksan (F-hitung = 538,671) > F-tabel = 2,371). Dengan demikian kecuali kelompok kontrol normal (K1), semua mencit dalam kondisi hiperglikemia seperti pernyataan Askandar 14, bahwa keadaan diabetes melitus timbul apabila kadar glukosa darah puasa menunjukkan 126 mg/dL dengan pemeriksaan sebanyak dua kali dengan waktu yang berbeda. Hal ini juga diperkuat oleh Tjokroprawiro
15

Rata rata Kadar Glukosa Darah (m g/dL)

, yang menyatakan bahwa diabetes

melitus adalah sindroma hiperglikemia (kadar glukosa darah melebihi normal) dimana kadar glukosa darah diatas 180 mg/dL. Kondisi normal apabila kadar glukosa darah tidak boleh lebih tinggi dari 180 mg/dL dan tidak boleh pula lebih rendah dari 60 mg/dL. Untuk mengatur itu maka tubuh memiliki mekanisme pengaturan dan mekanisme ini berjalan dengan baik apabila kadar glukosa darah saat puasa diatas 130 mg/dL atau kadar glukosa darah 2 jam post prandial diatas 160 mg/dL. Kadar glukosa darah yang meningkat maupun menurun tidak baik untuk kesehatan.

3. Pengaruh Ekstrak Daun Inai Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Selanjutnya, hasil pengukuran kadar glukosa darah yang diambil dua setengah jam sebelum (puasa) dan sesudah pemberian bahan uji pada hari ke-0, 3, 7, dan 14 terhadap mencit hiperglikemia disajikan pada Gambar 2, Gambar 3.

Gambar 2.

Kadar gluklosa darah mencit hiperglikemia yang disampling 2,5 jam sebelum pemberian bahan uji (puasa)

Gambar 3.

Kadar gluklosa darah mencit hiperglikemia yang disampling 2,5 jam setelah pemberian bahan uji

Dari Gambar 2, terlihat bahwa pada pengujian 2,5 jam sebelum pemberian bahan uji (puasa) hingga 14 hari setelah pemberian aloksan menunjukkan mencit kelompok K2 (kontrol negatif) tetap dalam kondisi hiperglikemia (> 175 mg/dL), sedang pemberian klorpropamid (K3) dan ekstrak daun inai dosis 0,1 (K4), 0,2 (K5), 0,4 (K6), dan 0,8 per kg bb
7

(K7) pada mencit hiperglikemia mampu menurunkan kadar glukosa darah mencit dari >175 mg/dL menjadi 137,5 mg/dL (K5) hingga 75,5 mg/dL (K7). Dari Gambar 2 juga terlihat bahwa pemberian ekstrak daun inai dosis 0,8 g per kg bb (K7) menunjukkan penurunan kadar glukosa darah terbesar dan pada hari ke-14 penurunannya mencapai kondisi hampir sama dengan kelompok K1 (kontrol normal) dan bahkan lebih baik dibanding pemberian klorpropamid 100 mg/kg bb (K3). Hal ini memberi indikasi bahwa pemberian ekstrak inai pada mencit dengan dosis 0,8 g/kg bb mampu menurunkan kadar glukosa darah hingga normal setelah hari ke-14. Pengujian pada mencit 2,5 jam setelah pemberian bahan uji juga menunjukkan kecenderunagn yang sama, bahkan pada hari ke-0 pun sudah terlihat adanya penurunan kadar glukosa darah dari > menjadi < 175 mg/dL (K3, K4, K5, K6, K7). Dari Gambar 3 juga terlihat bahwa pemberian ekstrak daun inai dosis 0,8 g per kg bb (K7) menunjukkan penurunan kadar glukosa darah terbesar dan pada hari ke-14 penurunannya mencapai kondisi sama dengan kelompok K1 (kontrol normal) dan bahkan lebih baik dibanding pemberian klorpropamid 100 mg/kg bb (K3). Seperti halnya pengujian sebelumnya, kenyataan ini memberi indikasi bahwa pemberian ekstrak inai pada mencit dengan dosis 0,8 g/kg bb mampu menurunkan kadar glukosa darah hingga normal setelah hari ke-14. Analisa varian luas di bawah daerah kurva terhadap kadar glukosa darah menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan kadar glukosa darah antar perlakuan (F-hitung = 640,199 > F-tabel = 2,534), sedangkan uji BNT menunjukkan bahwa kelompok K7 tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol normal. 4. Pengaruh Ekstrak Daun Inai Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Total Setelah hari ke-14, semua mencit dimatikan untuk pengukuran kadar kolesterol total dengan cara pewarnaan enzimatik berdasarkan reaksi kolorimetri dengan pereaksi monotest cholesterol yang diukur serapannya pada panjang gelombang 546 nm disajikan pada Gb 4. Dari Gambar 4 terlihat bahwa jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (rata-rata 117,8 1,7 mg/dL), maka kadar kolesterol total pada mencit kelompok K4, K5, K6, dan K7 menurun sebanding dengan peningkatan dosis. Pada pemberian ekstrak daun inai 0,1, 0,2, 0,4 g/kg bb (kelompok K4, K5, K6) terjadi penurunan kadar kolesterol total sebanding dengan dosis meskipun penurunan tersebut belum mancapai kondisi normal. Pemberian ekstrak daun inai sebesar 0,8 g/kg bb (K7) dapat menurunkan kadar kolesterol total secara signifikan (55,3 5,9 mg/dL) pada mencit hiperglikemia setelah hari ke-14. Penurunan tersebut lebih baik dibandingkan dengan penurunan pada kelompok kontrol positif (69,3

2,5 mg/dL) yang diberi asupan klorpropamid 100 mg/kg bb. Berdasarkan uji BNT, kadar kolesterol pada kelompok K7 setelah hari ke-14 tidak berbeda dengan kadar kolesterol kelompok kontrol normal (57,8 6,1 mg/dL). Penurunan tersebut ada korelasi dengan penurunan kadar gula darah pada mencit hiperglikemia.
kadar kolesterol total (mg/dL)

125 100 75 50 25 0 K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7

Gambar 4. Nilai rata-rata kadar kolesterol total kelompok K1-K7


(K1 = Kontrol Normal, K2 = Kontrol Negatif, K3 = Kontrol Positif, K4 = 0,1 g/kg bb, K5 = 0,2 g/kg bb, K6 = 0,4 g/kg bb, K7 = 0,8 g/kg bb)

5. Pengaruh Ekstrak Daun Inai Terhadap Penurunan Kadar Trigliserida Pengaruh pemberian ekstrak daun inai terhadap penurunan kadar trigliserida pada hari ke-14 setelah mencit mengalami hiperglikemia disajikan pada Gambar 5. Kadar trigliserida (mg/dL) 120 100 80 60 40 20 0

K1

K2

K3

K4

K5

K6

K7

Gambar 5. Nilai rata-rata kadar trigliserida

Dari Gambar 5 terlihat bahwa kadar trigliserida pada mencit kelompok K2 (kontrol negatif) yang merupakan mencit yang hiperglikemi menunjukkan bahwa kandungan trigliseridanya juga masih tinggi. Hal ini diakibatkan aktivitas enzim yang juga tergantung pada kandungan insulin yang menurun pada penderita diabetes dapat menyebabkan terjadinya hipertrigliseridemia 12.
9

Pada pemberian ekstrak daun inai 0,1; 0,2; 0,4; dan 0,8 g/kg bb (kelompok K4, K5, K6, dan K7 (pemberian ekstrak daun inai 0,1; 0,2; 0,4; dan 0,8 g/kg bb) menunjukkan penurunan sebanding dengan besarnya dosis ekstrak. Pada kelompok K7 juga terlihat bahwa kadar trigliserida sebesar 34,5 3,2 mg/dL sedikit lebih rendah jika dibanding kelompok kontrol normal K1 (41,0 7,7 mg/dL) dan tidak berbeda dengan penurunan pada kelompok kontrol positif K3 (35,8 2,8 mg/dL) yang diberi klorpropamid 100 mg/. Dengan demikian, maka pemberian ekstrak daun inai dosis 0,8 g/kg bb dapat menurunkan kadar trigliserida pada darah mencit setelah hari ke-14. Pemberian ekstrak dosis 0,1; 0,2; 0,4 g/kg bb, dan juga dapat menurunkan kadar trigliserida, meskipun penurunannya belum optimal. 6. Korelasi Glukosa Darah, Kolesterol Total, Dan Trigliserida Naiknya kadar glukosa darah akibat induksi aloksan juga menyebabkan kolesterol total dan trigliserida meningkat. Hal ini dapat dihitung berdasarkan korelasi Pearson menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara kadar glukosa darah dengan kolesterol total dan dengan trigliserida masing-masing adalah 0,923 dan 0,881. Korelasi terjadinya hiperglikemia, hiperkolesterolemia, dan hipertrigliseridemia secara bersamaan disebabkan terjadinya penurunan produksi insulin yang mengakibatkan kerja beberapa enzim untuk melakukan metabolisme lemak yaitu enzim lipoprotein lipase dan lipase-sensitive hormone terganggu. Enzim lipoprotein lipase yang menghidrolisis trigliserida dalam sirkulasi tidak terinduksi, sedangkan enzim lipase-sensitive hormone yang menghidrolisis trigliserida dalam jaringan tidak terhambat. Akibatnya, kadar lemak dalam sirkulasi darah meningkat dan kadar lemak dalam jaringan adiposa menurun 15. Menurut Kahn 12, gangguan metabolik baik pada IDDM (Insuline Dependent Diabetes Mellitus) maupun NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) yang menimbulkan hiperglikemia berhubungan dengan terjadinya perubahan transpor trigliserida dan kolesterol total. Djojodibroto
13

. Keadaan juga mengatakan bahwa hiperkolesterolemia terjadi

bersamaan dengan hipertrigliseridemia. 7. Hubungan Hiperglikemia Dengan Berat Badan, Produksi Urin, Konsumsi Makanan, dan Konsumsi Air Minum a. Berat badan mencit Berdasarkan Gambar 6 terlihat bahwa berat mencit rata-rata kelompok negatif 24,54 2,44 g jauh di bawah kontrol normal yaitu 35,59 3,56 g. Rendahnya berat badan mencit kelompok K2 (kontrol negatif) yang tidak diberi ekstrak daun inai disebabkan kelompok tersebut terus berada dalam kondisi hiperglikemia 15,16. Pada kelompok K3 (kontrol positif) menunjukkan bahwa rerata berat badan mencit belum mancapai normal. Secara keseluruhan urutan rata-rata berat badan mencit adalah K2 < K3 < K4 K5 < K6 K7 K1.
10

Gambar 6. Rata-rata berat badan mencit

Berdasarkan pemberian dosis ekstrak, terlihat ada korelasi antara menurunnya kadar gula darah mencit pada hari ke-14 dengan naiknya berat badan menuju kearah berat badan normal (kelompok K1). Meskipun pemberian klorpropamid dapat mengembalikan kadar gula darah, namun berat badan mencit belum kembali normal. b. Produksi urin Dari data pengukuran jumlah urin yang selanjutnya dihitung berdasarkan uji BNT menunjukkan bahwa kelompok K2 (kontrol negatif) memproduksi urin paling banyak dibandingkan dengan kelompok lainnya. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa penderita diabetes sering kencing (poliuria) 17. Sedangkan kelompok K7 memproduksi urin hampir sama dengan kelompok kontrol normal. Produksi urin ini sebanding dengan tingkat penyembuhan kelompok mencit yang menunjukkan bahwa kelompok K7 pada hari ke-14 telah mengalami penyembuhan dengan kadar glukosa darahnya telah sama dengan kelompok kontol normal. c. Konsumsi makanan Dari kunsumsi makanan yang diberikan yang selanjutnya dihitung berdasarkan uji BNT menunjukkan bahwa kelompok K2 (kontrol negatif) mengkonsumsi jumlah makanan yang paling besar (8,14 2,76 g). Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa kelompok kontrol negatif yang berada dalam kondisi hiperglikemia banyak mengkonsumsi makanan 17,18. Pada kelompok K7 rata-rata mengkonsumsi jumlah makanan yang tidak berbeda dengan kelompok kontrol normal (K1). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok K7 telah mengalami penyembuhan sesuai dengan kadar glukosa darahnya yang telah menurun.

11

d. Konsumsi air minum. Dari konsumsi air minum menunjukkan bahwa kelompok kontrol negatif

mengkonsumsi air minum yang paling banyak (10,69 2,92 mL) kemudian kelompok kontrol positif (8,34 2,37 mL). Untuk kelompok K4 (8,07 2,30 mL), K5 (7,82 2,38 kg), K6 (7,58 2,55 kg) dan K7 (7,46 2,55 mL) mengkonsumsi air minum dalam jumlah tidak berbeda secara signifikan. Konsumsi air minum pada kelompok kontrol normal hampir sama dengan kelompok K7 dengan nilai BNT = 1,027. Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi antara pemberian ekstrak inai 0,8 mg/kg bb, dimana dengan pemberian ekstrak tersebut kondisi mencit telah menjadi normal. KESIMPULAN 1. Ekstrak etanol 70% daun inai (Lawsonia inermis Linn.) dengan dosis 0,1; 0,2; 0,4; dan 0,8 g/kg bb dapat menurunkan kadar glukosa darah, kolesterol total, dan trigliserida pada mencit hiperglikemia yang diakibatkan oleh induksi aloksan tetrahidrat. 2. Potensi ekstrak etanol daun inai terhadap penurunan glukosa darah, kolesterol total, dan trigliserida meningkat sebanding dengan peningkatan dosis yang diberikan. 3. Pemberian ekstrak etanol daun inai dosis 0,8 g/kg bb dapat menurunkan kadar glukosa darah hingga mencapai normal setelah hari ke-14. Pada dosis tersebut, kadar kolesterol total dan trigliserida darah mencit juga menurun. Analisis statistik menunjukkan adanya korelasi efek penurunan kadar glukosa darah dengan penurunan kadar kolesterol total dan penurunan kadar trigliserida. 4. Perbandingan berat badan, konsumsi makanan, konsumsi air minum, dan volume urin mencit hiperglikemia dengan mencit yang diberi ekstrak daun inai menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun inai dosis 0,8 g/kg bb hingga hari ke-14 merupakan dosis optimal. DAFTAR PUSTAKA 1. Kompas, Edisi Khusus Tentang Fitofarmaka, 23 Juni 2005. 2. Currie, Anne M, Traditional Health & Herbal Medicine In Primary Health Care, Student Paper No.20, Juni 1994, University York, Toronto, Canada. 3. Afdhal, A.F, and R.L. Welsh, The Rise of the Modern Jamu Industry in Indonesia: A Preliminary Overvew, in Van der Geest, S.J. and S.R. Whyte (eds) The Context of Medicines in Develomping Countries: Studies in Pharmaceutical Anthropology, Dordrecht: Reidel, 1988.

12

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional, Pusat Penelitian Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan, Edisi 1, 2000. 5. Heyne K, Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid II, diterjemahkan oleh Badan Litbang Kehutanan Jakarta, Penerbit Yayasan Sarana Warna Jaya, Jakarta, 1987. 6. Wijayakusuma, HM, Tanaman Berkhasiat Obat Di Indonesia, Jilid I, Pustaka Kartini, Jakarta, 1997. 7. Wijessekera, R.O.B, The Medicinal Plant Industry, CRC Press, 1996, p. 209-221 8. Bennet PH, Definition, Diagnosis, and Clasification of Diabetes Mellitus and Impared Glucose Tolerance, dalam : Kahn CR, Gordon C, Joslins Diabetes Mellitus, 13-th, Ed, Philadelphia : Lea&Febiger, 1994, p.193-200. 9. Budijanto D, Astuti DW, Anggraeni R, Analisis kecenderungan Diabetes Mellitus Dalam Kaitannya Dengan Kadar Kolesterol Darah, Majalah Kedokteran Unibraw, April 1999; 15(1), hal. 1 6. 10. Ganiswara, SG, editor, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1995, hal. 497 481. 11. Mayfield, Jennifer, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus : New Creteria,diakses internet : http://www.aafp.org/afp/981015ap/mayfield.html. 12. Kahn CR, Shechter Y, Insulin, Oral Hypoglycemic Agents and The Pharmacology of The Endocrine Pancreas, dalam : Goodman LS, The Pharmacological Basis of Therapeutics, Eighth Edition, Mc Millan Publishing Company, USA, 1993, p.14631490. 13. Djojodibroto, Darmanto. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan, General Medical Check Up, pustaka Populer Obor Jakarta, 2001. 14. Askandar T, Diabetes Mellitus, Klasifikasi, Diagnosis, dan Dasar-dasar Terapi, edisi kedua, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996, hal.1-30. 15. Tjokroprawiro A, Diabetes Melitus : Klasifikasi, Diagnosis, dan Terapi, Edisi III, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hal. 1-16. 16. Murray KR, Granner KD, Mayes PA, Rodwell VW, Biokimia Harper, Edisi ke-22, diterjemahkan oleh Hartono A, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1993, hal.142308. 17. Legg M.A, and Harawi, J, The Pathologi of Diabetes Mellitus, dalam Joslins Diabetes Mellitus, Lea & Febiger, Philadelphia, hal. 317-335. 18. http://www.geocities.com/Eureka/Enterprises/9083/dmindex.html,diakses 2005. 9 Septenber

13

Вам также может понравиться