Вы находитесь на странице: 1из 17

LAPORAN KASUS MINOR ORAL MEDICINE

TRAUMATIC ULCER

Oleh : Fransisca Dwi A. P 160110080070

Pembimbing: Riani Setiadhi, drg., Sp. PM

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI BANDUNG 2012

BAB I PENDAHULUAN

Traumatic ulcer merupakan hal yang sering dikeluhkan oleh pasien. Masyarakat biasa menyebutnya dengan sariawan. Penyebab traumatic ulcer yang paling sering terjadi yaitu perlukaan mekanis (mechanical injuries), antara lain adanya pergerakan konstan otot-otot pengunyahan yang pada bagian mukosa rongga mulut terjadi gesekan dengan gigi dan objek yang keras yang melukai mukosa, dapat juga terjadi karena mukosa yang tergigit, iritasi dari orthodontic appliances, restorasi amalgam atau patahan protesa dan gigi. Penyebab lain dari traumatic ulcer yaitu kebiasaan buruk mencungkil sisa makanan pada sela-sela gigi dengan menggunakan ujung kuku, serta perlukaan karena thermal dan kimia (thermal and chemical burns) (Coulthard, 2003; Langlais, 1994; Sonis, 1995). Perlukaan pada mukosa yg diakibatkan oleh thermal yaitu makan makanan atau minum minumam yang terlalu panas, sehingga menimbulkan rasa terbakar pada rongga mulut (thermal burns). Chemical burns terjadi karena aspirin yang seharusnya dikonsumsi (diminum) diletakkan pada vestibulum (Coulthard, 2003; Langlais, 1994). Ulser dapat sembuh secara spontan dalam 10-14 hari. Jika ulser tidak hilang lebih dari 2 minggu, biasanya dilakukan biopsi untuk melihat kemungkinan terjadinya keganasan (Sonis, 1995). Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai traumatic ulcer pada seorang pasien yang datang ke Bagian Ilmu Penyakit Mulut Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran pada bulan Juni 2012.

BAB II LAPORAN KASUS

2.1 Status Klinik Ilmu Penyakit Mulut Tanggal Pemeriksaan: 9 Juni 2012

2.1.1 Data Umum Pasien Nama : FF

Nomor Rekam Medik : 2012-05xxx Usia Status Perkawinan Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Alamat Rumah : 22 tahun : Belum Menikah : Perempuan : Islam : Wiraswasta : Jl. Sukarta RT 7 RW 5, Ciateul, Bandung

2.1.2 Anamnesa Pasien datang dengan keluhan terdapat sariawan di pipi kiri bagian dalam. Pasien mengeluhkan sakit sejak 2 hari yang lalu saat tergesek makanan. Pasien mengaku pipi kiri bagian dalam tersebut tergigit saat makan karena pasien mengunyah dengan terburu-buru. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan dan tidak menggunakan obat kumur. Sekarang pasien datang untuk diperiksa dan dirawat.

2.1.3 Riwayat Penyakit Sistemik Penyakit jantung Hipertensi Diabetes Mellitus Asma/Alergi Penyakit Hepar Kelainan GIT Penyakit Ginjal : YA/TIDAK : YA/TIDAK : YA/TIDAK : YA/TIDAK : YA/TIDAK : YA/TIDAK gastritis : YA/TIDAK

Kelainan Darah Hamil Kontrasepsi Lain-lain

: YA/TIDAK : YA/TIDAK : YA/TIDAK : YA/TIDAK

2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu Disangkal

2.1.5 Kondisi Umum Keadaan Umum Kesadaran Suhu Tensi Pernafasan Nadi : Baik : Compos Mentis : Afebris : 110/70 mmHg : 20 x/menit : 76 x/menit

2.1.6

Pemeriksaan Ekstra Oral

Kelenjar Limfe Submandibula : kiri : teraba +/lunak/kenyal/keras lunak/kenyal/keras lunak/kenyal/keras lunak/kenyal/keras lunak/kenyal/keras lunak/kenyal/keras sakit +/sakit +/sakit +/sakit +/sakit +/sakit +/-

: kanan : teraba +/Submental : kiri : teraba +/-

: kanan : teraba +/Servikal : kiri : teraba +/-

: kanan : teraba +/Mata TMJ Bibir Wajah Sirkum Oral Lain-lain

: isokor, konjungtiva non anemis, sklera non ikterik : kliking kanan-kiri : tidak ada kelainan : Simetri/Asimetri : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan

2.1.7 Pemeriksaan Intra Oral Kebersihan Mulut : baik/sedang/buruk Kalkulus +/Gingiva Mukosa Bukal : tidak ada kelainan : terdapat lesi putih kekuningan berbentuk oval dengan ukuran 3 mm dengan tepi eritem Mukosa Labial Palatum Durum Palatum mole Frenulum Lidah Dasar Mulut : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan plak +/stain +/-

2.1.8 Status geligi 18 17 16 15 14 48 47 46 45 44 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang Radiologi Darah Patologi Anatomi Mikrobiologi : TDL : TDL : TDL : TDL

2.1.10 Diagnosis D/ Traumatic ulcer DD/ Reccurent Aphtous Stomatitis

2.1.11 Rencana Perawatan dan Perawatan Pro Oral Hygiene Instruction Pro aplikasi triamcinolone acetonide 0,1% Pro resep

R/

Triamcinolone acetonide 0,1% orabase tube no. I p.a.

Pro diet makanan sehat Pro kontrol 1 minggu

Ulser pada mukosa bukal kiri

2.2 Status Kontrol Ilmu Penyakit Mulut Tanggal : 23 Juni 2012

2.2.1 Anamnesa Pasien datang untuk kontrol setelah 14 hari yang lalu datang dengan keluhan terdapat sariawan pada pipi kiri bagian dalam. Pada saat datang 14 hari yang lalu, bagian yang sariawan diolesi dengan triamcinolone acetonide 0,1%, pasien

diberikan terapi OHI, diresepkan triamcinolone acetonide 0,1%, serta dianjurkan diet makanan sehat. Selama 14 hari ini pasien mengikuti instruksi oral hygiene, diet makanan sehat, serta mengoleskan triamcinolone acetonide 0,1% setelah makan dan sebelum tidur. Sekarang pasien sudah tidak merasa ada rasa sakit pada pipi kiri bagian dalam dan sariawan sudah sembuh.

2.2.2 Pemeriksaan Ekstra Oral Kelenjar Limfe Submandibula : kiri : teraba +/lunak/kenyal/keras lunak/kenyal/keras lunak/kenyal/keras lunak/kenyal/keras lunak/kenyal/keras lunak/kenyal/keras sakit +/sakit +/sakit +/sakit +/sakit +/sakit +/-

: kanan : teraba +/Submental : kiri : teraba +/-

: kanan : teraba +/Servikal : kiri : teraba +/-

: kanan : teraba +/Bibir Wajah Sirkum Oral Lain-lain : tidak ada kelainan : simetri/asimetris : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan

2.2.3 Pemeriksaan Intra Oral Gingiva Mukosa Bukal Mukosa Labial Palatum Durum : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan

Palatum mole Frenulum Lidah Dasar Mulut

: tidak ada kelainan : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan : tidak ada kelainan

2.2.4 Hasil Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan radiologi, pemeriksaan laboratorium darah, patologi anatomi maupun mikrobiologi tidak dilakukan.

2.2.5 Diagnosis D/ Post traumatic ulcer (sembuh)

2.2.6 Rencana Perawatan Lanjutkan OHI Lanjutkan diet makanan sehat

2.2.7 Foto Kontrol Pasien Traumatic Ulcer

Gambaran ulser setelah perawatan (sembuh)

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Traumatic Ulcer 3.1.1 Definisi dan Etiologi Ulser merupakan suatu defek dalam epitelium berupa lesi dangkal berbatas tegas serta lapisan epidermis diatasnya menghilang (Greenberg, et al, 2003). Ulser atau ulkus adalah suatu luka terbuka dari kulit atau jaringan mukosa yang memperlihatkan diintegrasi dan nekrosis jaringan yang sedikit demi sedikit (Langlais, 1998). Ulser didefinisikan sebagai putusnya kontinuitas suatu jaringan epitel (Chestnutt, 2007). Traumatic ulcer adalah suatu ulser yang disebabkan oleh trauma (Mosby, 2008). Ulser rongga mulut sebagian besar disebabkan oleh trauma. Penyebab traumatic ulcer yang paling sering terjadi yaitu perlukaan mekanis (mechanical injuries), antara lain adanya pergerakan konstan otot-otot pengunyahan yang pada bagian mukosa rongga mulut terjadi gesekan dengan gigi dan objek yang keras yang melukai mukosa, dapat juga terjadi karena mukosa yang tergigit, iritasi dari orthodontic appliances, restorasi amalgam atau patahan protesa dan gigi. Makanan keras dan tajam yang melukai mukosa juga dapat menyebabkan traumatic ulcer. Tergigitnya mukosa oral secara tidak sengaja oleh gigi menjadi penyebab yang sering terjadi. Ulser bertambah parah jika hal ini terjadi berulang kali seperti pada saat mukosa teranestesi dan terasa kebas, sehingga tidak terasa mukosa tergigit (Coulthard, 2003; Langlais, 1994; Sonis, 1995). Penyebab lain dari traumatic ulcer yaitu kebiasaan buruk mencungkil sisa makanan pada sela-sela gigi dengan menggunakan ujung kuku, serta perlukaan karena thermal dan kimia (thermal and chemical burns). Perlukaan pada mukosa yg diakibatkan oleh thermal yaitu makan makanan atau minum minumam yang terlalu panas, sehingga menimbulkan rasa terbakar pada rongga mulut (thermal burns), biasanya terjadi pada palatum keras atau bibir. Penyebab lain yang dapat menyebabkan ulser adalah instrumen dental yang panas dan mengenai mukosa oral. Chemical burns terjadi karena aspirin yang seharusnya dikonsumsi

(diminum) diletakkan pada vestibulum, dan berkumur dengan larutan yang mengandung astringent (Coulthard, 2003; Greenberg and Glick, 2008; Langlais, 1994; Sonis, 1995;).

3.1.2 Gambaran Klinis Traumatic Ulcer Ulser traumatikus merupakan ulserasi dengan penyebab yang jelas. Gejala ditandai dengan ketidaknyamanan yang muncul 24 atau 48 jam setelah trauma pada jaringan lunak dalam rongga mulut. Ulserasi yang timbul tergantung dari agen penyebab trauma dan lokasi tergantung dari daerah yang terkena trauma. Gambaran klinis dari ulser traumatikus adalah ovoid, berwarna putih kekuningan dan dikelilingi daerah eritema yang iregular. Ulser biasanya sembuh tanpa berbekas dalam 10-14 hari, secara spontan atau setelah menghilangkan penyebab. Apabila ulser terjadi karena panas atau agen thermal, ulser yang terbentuk biasanya lebih kecil dan terjadi pada palatum durum dan bibir, biasa terjadi pada remaja dan orang tua. Area ulserasi akan terlihat eritema dan terasa empuk kemudian akan terbentuk ulserasi beberapa jam setelah trauma, dibutuhkan waktu beberapa hari agar ulserasi tersebut sembuh tergantung dari keluasan ulser (Greenberg and Glick, 2008; Laskaris, 2006; Sonis, 1995).

Traumatic Ulcer
Langlais dan Miller, 2000

3.1.3 Diagnosis Diagnosa ditegakkan dengan anamnesa mengenai gejala penyebab lesi dan tanda klinis yang muncul. Apabila pasien dapat menyebutkan penyebab dari ulserasi yang timbul dan ulserasi sembuh tanpa meninggalkan bekas setelah 1-2

minggu, maka tidak ada yang perlu dilakukan terhadap lesi. Namun apabila setelah 2 minggu lesi tidak juga sembuh atau terbentuk supurasi karena infeksi sekunder, maka perlu dilakukan biopsi untuk mengetahui adanya kemungkinan keganasan pada lesi atau terjadi infeksi jamur pada pasien immunocompromised (Greenberg and Glick, 2008; Laskaris, 2006).

3.2 Diagnosis Banding (Reccurent Aphtous Stomatitis) Reccurent Apthous Stomatitis (RAS) merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh ulkus rekuren pada mukosa oral dan orofaring. Penyebab RAS sering dikaitkan dengan trauma, stress, faktor mikroba, bakteri, beberapa jenis makanan, drug reaction, defek imun, ketidakseimbangan hormon, kebiasaan merokok, defisiensi vitamin B, kelainan gastrointestinal, dan inflammatory bowel disease (IBD) (Scully, 2003). RAS diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinisnya, yaitu: 1. Recurrent Apthous Stomatitis minor RAS minor cenderung terjadi pada mukosa bergerak, yaitu pada mukosa bibir dan pipi, dan jarang terjadi pada mukosa berkeratin seperti palatum durum dan gusi cekat. RAS minor tampak sebagai ulkus oval, dangkal, berwarna kuning keabuan dengan diameter 3-5 mm, tidak ada bentuk vesikel yang terlihat, tepi eritematous yang mencolok mengelilingi pseudomembran fibrinosa. Keluhan awal timbulnya ulkus ini yaitu rasa terbakar, diikuti rasa sakit hebat selama beberapa hari. Rekurensi dan pola terjadinya bervariasi. Ulkus bisa tunggal maupun multiple, dan sembuh spontan tanpa pembentukan jaringan parut dalam waktu 14 hari. Kebanyakan penderita mengalami ulser multiple pada 1 periode dalam waktu 1 bulan (Langlais & Miller, 2003).

10

RAS Minor
Langlais dan Miller, 2000

2. Recurrent Apthous Stomatitis mayor RAS mayor merupakan bentuk yang lebih besar dari apthous minor, dengan ukuran diameter lebih dari 1 cm, ulser lebih dalam, dan lebih sering timbul kembali. Bentuk multiple, meliputi palatum lunak, fausea tonsil, mukosa bibir, pipi, dan lidah, kadang-kadang meluas sampai ke gusi cekat. Ulkus ini memiliki karakteristik, crateriform, asimetris dan unilateral, pada bagian tengah nekrotik dan cekung. Ulkus sembuh dalam beberapa minggu atau bulan, dan meninggalkan jaringan parut.

RAS Mayor
http://en.wikipedia.org/wiki/Aphthous_ulcer#Major_ulcerations

3. Recurrent Apthous Stomatitis herpetiform RAS herpetiform secara klinis mirip ulkus-ulkus pada herpes primer. Gambaran berupa erosi kelabu berjumlah banyak, bergabung dan batasnya

11

menjadi tidak jelas. Awalnya berdiameter 1-2 cm dan timbul berkelompok 10-100 buah. Ulkus dikelilingi daerah eritematosus dan mempunyai gejala sakit. Biasanya terjadi hampir pada seluruh mukosa oral terutama pada ujung anterior lidah, tepi-tepi lidah, dan mukosa labial. RAS herpetiform sembuh dalam waktu 14 hari.

RAS Herpetiform
Cawson and Odell, 2002

3.3 Terapi Traumatic Ulcer Penatalaksanaan traumatic ulcer dengan menghilangkan penyebab dan menggunakan obat kumur antiseptik (contohnya klorheksidin 0,2 %) atau covering agent seperti orabase selama fase penyembuhan. Semua ulser traumatik harus ditinjau, jika lesi terus menetap lebih dari 10-14 hari setelah faktor penyebab dihilangkan sebaiknya dilakukan biopsi untuk memastikan adanya keganasan rongga mulut atau squamous cell carcinoma (Field dan Longman, 2003). Menurut Houston (2009), perawatan lesi ulserasi bermacam-macam

tergantung dari ukuran, durasi dan lokasi. Ulserasi akibat trauma mekanis atau termal dari makanan biasanya sembuh dalam 10-14 hari dengan menghilangkan penyebabnya. Penatalaksanaan terbaik untuk ulserasi yang berhubungan dengan trauma kimiawi yaitu dengan mencegah kontak dengan bahan kimia penyebabnya. Trauma elektris pada mukosa oral biasanya dirawat pada bagian luka bakar dan dipertimbangkan untuk pemberian vaksin jika perlu. Terapi antibiotik (biasanya penisilin) diberikan untuk mencegah adanya infeksi sekunder jika lesi yang terjadi

12

parah dan dalam. Kebanyakan traumatic ulcer sembuh tanpa memerlukan terapi antibiotik. Terapi yang biasa diberikan yaitu: Menghilangkan iritan atau penyebab Menggunakan obat kumur Mengonsumsi makanan yang halus dan lunak Aplikasi kortikosteroid topikal Aplikasi anestesi topikal

Tabel dibawah ini merupakan pilihan terapi untuk traumatic ulcer namun terapi yang diberikan tergantung tingkat keparahan dan frekuensi. Yang paling penting dalam terapi ini yaitu untuk menghilangkan ketidaknyamanan, menyembuhkan lesi ulseratif dan mencegah lesi tersebut terjadi lagi (Field dan Longman, 2003). Jenis Antiseptik topikal Terapi Chlorhexidine gluconate 0,2 % Cara penggunaan: kumur selama 1 menit sebanyak 10 ml Waktu: 2x sehari selama masih terdapat lesi sampai 2 hari setelah lesi sembuh Povidon iodine 1 % Analgesik topikal Cara penggunaan: kumur selama 30 detik sebanyak 10 ml Waktu: 3-4x sehari

Benzydamine hydrochloride Cara penggunaan: kumur selama 1 menit sebanyak 15 ml Waktu: 2-3x sehari, tidak boleh lebih dari 7 hari

Kortikosteroid topikal

Triamcinolone acetonide 0,1% Cara penggunaan: dioles tipis pada luka Waktu: setelah makan dan sebelum tidur

13

Antibiotik topikal

Chlortetracycline Cara penggunaan: larutkan 1 kapsul dalam 10 ml air, kumur selama 3-5 menit Waktu: 4x sehari namun tidak untuk terapi jangka panjang

14

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Pada kunjungan pertama tanggal 9 Juni 2012, pasien datang dengan keluhan terdapat sariawan di pipi kiri bagian dalam sejak 2 hari yang lalu, dan terasa sakit saat tergesek makanan. Pasien mengaku pipi kiri bagian dalam tersebut tergigit saat makan karena pasien mengunyah dengan terburu-buru. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan dan tidak menggunakan obat kumur. Sekarang pasien datang untuk diperiksa dan dirawat. Pemeriksaan ekstraoral tidak ditemukan adanya kelainan. Pemeriksaan intraoral pada mukosa bukal ditemukan adanya lesi putih kekuningan berbentuk oval dengan ukuran 3 mm, dengan tepi eritem. Dari anamnesis dan pemeriksaan klinis, ditegakkan diagnosa traumatic ulcer pada pasien ini, di mana ulser terjadi karena tergigit saat makan mengunyah terburu-buru, dan ditemukan lesi putih kekuningan berbentuk oval dengan ukuran 3 mm, dengan tepi eritem. Terapi yang diberikan pada pasien pada kunjungan pertama adalah aplikasi triamcinolone acetonide 0,1% pada ulser. Selain itu, pasien disarankan untuk menjaga oral hygiene agar tetap baik sehingga ulser tidak bertambah parah, dan dianjurkan untuk diet makanan sehat. Pasien diberi resep triamcinolone acetonide 0,1% untuk dioleskan pada area ulser setelah makan dan sebelum tidur. Kemudian pasien diinstruksikan untuk datang kembali untuk kontrol 1 minggu setelah kunjungan pertama. Namun karena ada suatu urusan, pasien baru dapat kembali utk kontrol 2 minggu setelah kunjungan pertama. Setelah 14 hari, pasien datang kembali untuk melakukan kontrol. Pada kontrol sudah tidak ditemukan adanya ulser di mukosa bukal pipi kiri. Selanjutnya pasien diminta untuk selalu menjaga kebersihan mulutnya dan diet makanan sehat.

15

DAFTAR PUSTAKA

Bricker, Langlais, and Miller. 1994. Oral Diagnosis, Oral Medicine, and Treatment Planning 2nd ed. USA : Lea Febiger. Cawson and Odell. 2002. Cawsons Essential of Oral Pathology and Oral Medicine 7th ed. New York : Churchill Livingstone. Chestnutt, G. Ivor; Gibson , John. Churchills Pocketbooks Clinical Dentistry 3th ed. London : Churchill Livingstone. Coulthard, Paul, et al. 2003. Master Dentistry Vol.1. London : Churchill Livingstone. Field, A. dan Lesley Longman. 2003. Tyldesleys Oral Medicine 5th ed. Oxford University Press. Greenberg, M.S; M. Glick. 2003. Burkets Oral Medicine Diagnosis and Treatment 10th ed. Hamilton. BC Decker Inc. Houston, G. 2009. Traumatic Ulcers. Available online at

http://emedicine.medscape.com/article/1079501-treatment#showall (diakses tanggal 28 Juli 2012). Langlais and Miller. 2000. Atlas Berwarna: Kelainan Rongga Mulut yang Lazim. Jakarta: Hipokrates. Laskaris, G.2006. Pocket Atlas of Oral Disease 2nd edition. Newyork : Thieme. Mosby. 2008. Mosbys Dental Dictionary 2nd ed. Missouri : Elsevier. Neville, B.W., et. al. 2003. Color Atlas of ClinicalOral Patology. 2nd ed. London : BC Decker Inc. Scully, Crispian. 2003. Prevention of Oral Disease 4th ed. New York : Oxford University Press. Sonis, dkk. 1995. Principles and Practice of Oral Medicine. 2nd ed. Pennsylvania : W.B. Saunders Company. http://en.wikipedia.org/wiki/Aphthous_ulcer#Major_ulcerations

16

Вам также может понравиться