Вы находитесь на странице: 1из 9

Hasil Diskusi Kelas Teori Politik Internasional Pertemuan ke-14

Jumat 21 Desember 2012, Pukul 20.00 22.00 WIB

Teori Pemikiran Adam Smith (1723-1790)

Kelompok Kancil
Presenter : Syifa Nisrina (10/296890/SP/23889)

Peserta Diskusi : Igha Wihantara (09/282463/SP/23474) Noor Alexandra Mustajab (09/288848/SP/23786) Aldo Marchiano Kaligis (10/296934/SP/23895) Ario Wirawan Haryono (10/296902/SP/23890) Okvan Dwi Pramudya (10/305135/SP/24367) Yusnia Kurniasih (10/304977/SP/24341)

Pertanyaan 1 Bagaimanakah pendapat kalian mengenai pemikiran Smith? Apakah kalian setuju dengan pemikiran Adam Smith bahwa setiap orang secara natural akan saling menghargai (rasional) sehingga Smith menganggap manusia adalah makhluk bebas yang dengan sendirinya tahu nilai-nilai kemasyarakatan? Ario: Menurut saya (sedikit banyak juga berdasarkan pada dua karya Smith, Theory of Moral Sentiments dan Wealth of Nations), pemikiran Smith sangat problematik. Di dalam Theory of Moral Sentiments dia berbicara tentang bagaimana moral yang telah ada pada kita secara alamiah sebagai makhluk sosial dipergunakan sebaik mungkin untuk lebih memahami tentang manusia lainnya dan diharapkan bisa saling menghargai, juga karena manusia adalah makhluk sosial, manusia berkewajiban untuk hidup bermasyarakat dan tidak individualistik. Sedangkan pada Wealth of Nations ia berpendapat bahwasanya manusia adalah makhluk yang (seharusnya) bebas, cenderung individualistik, untuk mengoptimalkan kapasitas kemampuan dan modalnya untuk memperoleh kesejahteraan sebesar-besarnya. Dan kesejahteraan individual yang telah diperoleh ini akan berimplikasi secara kolektif untuk membangun kesejahteraan di tingkat masyarakat secara luas. Kita dapat melihat bahwa pendapatnya dalam dua karyanya yang berbeda ini sedikit berseberangan satu dengan lainnya, hal ini telah lama dibicarakan oleh para filsuf dan cendekiawan yang kemudian mengistilahkannya sebagai Adam Smith Problem. Igha wihantara: naturally yes, tiap orang akan saling menghargai satu sama lain, terkait dengan kepentingan yang dimiliki olehnya. Namun ketika berbicara tentang persaingan, saya rasa "natural value" tersebut akan mengalami perubahan sedemikian rupa disesuaikan dengan kondisi yang dianggap rasional oleh setiap subject. Syifa: Tidakkah pemikiran semacam ini sangat berbahaya? karena pada kenyataannya tidak semua manusia seperti anggapan Adam Smith (rasional). Tanpa adanya peraturan manusia akan saling makan dan menindas yang berlaku adalah hukum rimba Igha (menanggapi Syifa): rasionalitas yg bertindak sebagai "hukum" terkait batasan dalam bertindak. Smith juga menjelaskan konsep Sympathy dan Spectatorship terkait hubungan emosional antar sesama manusia. silahkan cek TMS (Theory of Moral Sentiment) yang juga dibuat oleh Adam Smith. Noor: Menurut saya pernyataan Adam Smith ada benarnya apabila manusia yang saling menghargai merupakan tindakan rasional. Akan tetapi tidak secara otomatis manusia dianggap sebagai makhluk yang natural mengetahui nilai-nilai kemasyarakatan. Saya lebih percaya bahwa manusia itu mendahulukan kepentingan pribadi. Sehingga sikap saling menghargai tersebut hanyalah sebuah upaya untuk mencapai kepentingan individu. Natural value yang dikemukakan oleh Smith kemudian dapat dimanfaatkan manusia dalam mencapai kepentingan sesuai dengan rasionalitas individu. Yusnia: Nah ini kondisinya sangat berbeda dengan ario yang sangat memahami seluk beluk pemikiran adam smith serta (sepertinya) sudah membaca karya beliau, saya bukan pembaca

smith yang baik sehingga saya akan menjawab pertanyaan ini berdasarkan pengetahuan saya saja. saya kurang setuju dengan pemikiran ini karena pada dasarnya manusia tidak bisa dipungkiri merupakan makhluk yang egois karena tuntutan pemenuhan hidupnya sendiri. Mungkin manusia yang basically memiliki sense dapat memahami situasi dan secara tidak sadar memahami nilai-nilai kemasyarakatan, namun secara sadar, akan sulit bagi manusia untuk mengesampingkan kepentingannya dan mematuhi nilai-nilai kemasyarakatan yang sudah ia ketahui itu. Aldo: pemikiran Smith sendiri sangat beragam. Ia berteori perihal sentimen moral, level kebajikan, kekayaan negara, dan juga peranan negara. Pada kesempatan kali ini saya tertarik untuk memberikan opini terhadap pandangan Smith akan peranan negara. Smith mengategorikan peranan negara ke dalam tiga fungsi. Perlu diketahui dahulu bahwa sense yang digunakan oleh Smith adalah sistem masyarakat kapitalis. Fungsi negara yang pertama adalah demi melindungi masyarakat dari kekerasan negara lain. Dalam hal ini, negara berkewajiban untuk melindungi warga negaranya dari invasi pihak lain. Kedua, menjalankan dan membentuk regulasi demi mewujudkan keadilan. Serta yang ketiga adalah fungsi fasilitasi, dimana negara bertugas untuk menyediakan dan memelihara sarana serta lembagalembaga publik yang ada. Negara dilarang keras untuk mementingkan keinginan individu dan kelompok-kelompok tertentu. Dari pandangannya akan negara ini, terlihat bahwa sesungguhnya pemikiran Smith sendiri masih bersifat kontradiktif. Pasalnya, Smith adalah salah satu pemikir teori politik internasional yang dikategorikan ke dalam golongan idealis. Tradisi ini memiliki prinsip yang mengatakan bahwa aktor-aktor dalam hubungan internasional mengikuti suatu set nilai, norma, atau hukum tertentu dalam tindakannya. Absennya suatu otoritas yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari aktor yang lain tidak semena-mena membuat peraturan menjadi tidak dihiraukan. Namun dalam prinsip nomor satu, Smith terlihat seperti pemikir yang menganut budaya realisme, dimana Ia mengantisipasi adanya 'kekerasan' yang akan dilakukan oleh negara lain sehingga negara berkewajiban untuk melindungi warganya. Okvan: Saya melihat bahwa tidak semua orang seperti yang digambarkan oleh Adam Smith. Menurut saya setiap individu pasti lebih mementingkan kepentingannya sendiri di atas kepentingan orang lain. Setiap individu pasti mencari keuntungan untukdirinya sendiri dan tidak akan menerima sesuatu jika hal tersebut merugikannya. Memang terkadang terdapat moralitas yang menyertai tindakan seseorang namun, akan sulit juga untuk mengesampingkan kepentingannya.

Pertanyaan 2 Menurut teman-teman, bagaimanakah hubungan antara konsepsi moral Adam Smith dengan konsepnya mengenai sistem ekonomi pasar bebas?

Aldo: dalam the Theory of Moral Sentiments, Smith berargumen bahwa pengaturan masyarakat bukanlah sesuatu yang disengaja, melainkan hasil dari tindakan manusia itu sendiri. Setiap manusia secara alamiah, terlahir dengan moral sehingga dapat membedakan mana yang benar dan salah yang kemudian akan menjadi pedoman hidup. Lebih jauh lagi, manusia juga memiliki 'simpati' yang menjadi landasan moral manusia, simpati merupakan suatu prinsip alamiah yang berlaku secara universal yang terbentuk karena dorongan pada diri setiap orang untuk berada pada derajat yang setara dengan manusia lainnya. Kemudian, Smith juga berargumen bahwa setiap manusia memiliki mekanisme self-criticism atas tindakan-tindakan yang dilakukan, sehingga manusia tidak memerlukan paksaan untuk berbuat kebaikan. Mekanisme ini juga mendorong manusia untuk tidak menjadi individualis. Beberapa penjelasan inilah yang menjadi fondasi Smith dalam memperkenalkan konsel laissez-faire. Dalam konsep laissez-faire, hal yang paling korelatif dengan pandangan Smith tentang moral adalah ketika Ia berargumen bahwa peranan negara harus dikurangi sebesar mungkin. Adanya campur tangan negara dikhawatirkan akan menggairahkan kembali merkantilisme, dimana negara menguasai kekayaan dan tidak mau membaginya ke masyarakat. Padahal menurut Smith, setiap manusia secara alamiah, terlahir dengan moral sehingga dapat membedakan mana yang benar dan salah yang kemudian akan menjadi pedoman hidup. Noor: Dari sedikit yang saya pahami, bagi Smith moralitas manusia apabila dihubungkan dengan sistem ekonomi pasar bebas terletak pada keinginan individu untuk mencapai kepentingan individu. Sehingga tindakan manusia secara alamiah diambil sebagai makhluk sosial agar mampu mencapai kepentingan mereka. Oleh karena itu system ekonomi pasar bebas memiliki mekanisme yang dapat dimanfaatkan tanpa adanya intervensi pihak berwenang. Negara tidak lagi memiliki kekuasaan penuh dalam perekonomian sehingga masyarakat lebih mampu mencapai kepentingan mereka melalui sistem ekonomi pasar bebas. Moral mungkin saja menjadi pedoman manusia agar situasi ketika Negara menguasai perekonomian tidak terulang kembali. Yusnia: Penekanan moralitas adam smith adalah mengenai sentralitas self-interest dimana setiap orang selalu akan memenuhi self interestnya. Dari sini, kemudian sistem ekonomi pasar bebas sangatlah tepat bagi setiap individu untuk memaksimalkan potensinya dalam mencapai self-interestnya tersebut. Persaingan akan menjadi hal yang sangat baik bagi pasar dan sedikitnya peran pemerintah akan sangat membantu individu untuk memaksimalkan potensinya dalam mencapai self-interest. Ario: Dalam teori moralitas Adam Smith terdapat dua dimensi, pertama, kebaikan yang komersial atau kebaikan yang lebih rendah, dimensi ini menekankan pada sifat dasar manusia yang sangat self-interested, reasonable, pekerja keras dsb. Dimensi kedua adalah kebaikan primer atau kebaikan yang lebih mulia, termasuk di dalamnya adalah sifat murah hati, kebaikan, rasa terima kasih, simpati, persahabatan, dsb. Smith menjelaskan bahwa antara dimensi ini harus ada sinergi, keseimbangan dan harmoni. Apabila dikaitkan dengan konsepsi pasar bebas maka didapati bahwasanya dimensi pertama merupakan dimensi yang mendasari adanya konsep invisible hand yang mengatur alur pasar serta menjadi konsepsi pursuit of wealth yang sangat individualistik, yang tujuan akhirnya adalah untuk

menyejahterakan masyarakat secara kolektif. Dengan demikian dimensi moral yang pertama, kebaikan yang komersial, merupakan dasar konsepsi nilai yang dianut Smith dan sebuah usaha untuk mempromosikan kebebasan manusia untuk berinteraksi dalam ruang ekonomi tanpa adanya intervensi dari pihak otoritatif Igha: lets see... konsep "invinsible hand" pertama kali muncul dalam paparan mengenai TMS. melalui TMS, Smith menjelaskan bahwa didalam membentuk ekonomi pasar bebas dan "free society" dibutuhkan sebuah fondasi moral. Moral berperan sebagai perekat hubungan antar individu, yang kemudain mengatur "behaviour" dari "invisible hands" yang merupakan manifestasi dari self-interest individu tersebut. tujuannya ialah menciptakan "healthy society" Yusnia: nah jawabanku mungkin bisa dikorelasikan dengan jawaban ario ~ bahwa self interest yang dapat optimal itu kemudian menjadi cara bagi individu untuk membiarkan invisible hands bekerja dan dengan basis moralitas yang dimiliki setiap manusia (segala sifat baik yang ia sebutkan) maka kepentingan yg tadinya self interest akan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan society. Okvan: Korelasi antara moral dan ekonomi pasar bebas menurut saya adalah pasar bebas dapat memaksimalkan potensi dari individu tersebut. sehingga dapat menjamin akan kepentingannya. Karena dia sendiri yang akan menentukan. Dengan sedikitnya peran pemerintah, akan membuat invisible hands ini bekerja dengan semestinya. Sehingga akan menciptakan persaingan yang dapat membuat roda perekonomian dapat terus berjalan. Syifa: lalu pada dasarnya apakah teman-teman sependapat dengan Smith mengenai konsep "invisible hand" sebagai cara terbaik untuk mensejahterakan masyarakat? Smith sendiri dalam dua karyanya (TMS dan WN), memiliki pendapat yang saling erseberangan satu dengan lainnya. Dalam TMS, Smith menekankan peran manusia sebagai mahluk sosial yang dengan sendirinya akan membentuk moral, sedangkan dalam WN Smith lebih menekankan manusia sebagai mahluk individualis yang self-interested. Igha: permasalahan yang muncul dalam realisasi ide Smith ilah dimana moral tidak mampu secara maksimal memainkan perannya untuk mengontrol "invisible hand". sehingga apa yang dicita-citakan Smith, "healthy society" sulit terwujud. Ario: Menurut saya invisible hand dikemukakan oleh Smith mungkin dengan dasar logika seperti ini, jika seseorang sangat individualistis (dalam konteks ia tak terikat oleh campur tangan negara) dalam mengejar kemakmurannya, maka dalam perkembangannya (dan harapannya), ia akan disertai oleh pemahaman bahwa orang lain mungkin tidak berkesempatan melakukan hal yang serupa. Sehingga ketika ia memperoleh kemakmuran yang ia inginkan, ia akan merasa simpatik dan mengorbankan sedikit dari selfishnessnya tersebut untuk menyokong kepentingan public secara tidak sadar (apabila dikaitkan dengan konsepnya dalam Theory of Moral Sentiments). Terkesan invisible hand ini baik, padahal

menurut saya sedikit utopis karena hal ini secara potensial dapat berujung pada pengambilalihan faktor-faktor produksi oleh satu pihak dan menjadi sebuah kekuatan baru yang mengendalikan pasar secara otoritatif. Aldo: Smith menawarkan alternatif sistem ekonomi yang disebut free trade, yaitu sistem perdagangan internasional yang mekanismenya diserahkan pada pasar dan 'invinsible hand'. Sistem ini berorientasikan pada keuntungan dan buruh sebagai pekerja yang mendeterminasikan jumlah komoditas yang dapat diproduksi. Lebih jauh lagi, konsep ini menjadikan kompetisi sebagai komponen utama berjalannya sistem. Sesungguhnya salah satu dosa terbesar Smith adalah argumennya yang menjadikan buruh sebagai aset. Smith menganggap bahwa eksistensi buruh dalam free trade sangat penting karena semakin banyak buruh, maka keuntungan yang didapatkan akan semakin besar. Dengan begitu utopisnya, Smith mengatakan bahwa apabila terdapat jurang pemisah antara kelas yang kaya dengan yang miskin, maka kelas yang kaya akan merasa memiliki obligasi moral untuk mensejahterakan kelas yang miskin. Saya pribadi menjadi tidak setuju dengan sistem ini. Pasalnya, dalam sistem yang mengedepankan kompetisi, bagaimana kaum buruh dapat berkompetisi dengan kaum pemilik modal apabila mereka tidak memiliki sumber daya yang sama di titik awalnya? Kemudian, marginalisasi peranan negara membuat kaum buruh tidak memiliki institusi yang dapat melindungi dan memberikan penghargaan terhadap upaya produksi yang telah mereka keluarkan. Sistem ini akan menjadi sangat eksplotitatif. Yusnia: Entahlah, kalau saya pribadi melihat bahwa pemikiran adam smith mengenai invisible hand ini akan sangat sulit diterapkan dalam masyarakat terutama dikaitkan dengan kesejahteraan. Dalam artian, menggantungkan kesejahteraan masyarakat pada suatu konsep yang bahkan pemikirnya pun tidak memiliki kejelasan stance sangatlah utopis. Maka ada baiknya kita melihat pada level yang sangat praktikal dimana kontrol masihlah dibutuhkan dalam hubungan antar manusia dimana dalam hal ini ekonomi demi kesejahteraan masyarakat semua. Kontrol memastikan self interest masing-masing orang tidak melebihi batasan sehingga seperti yang dikatakan aldo, menjadi sangat eksploitatif pada orang lain. Pertanyaan 3 Smith hidup di masa yang berbeda dengan kita, terjadinya Revolusi Industri telah mengubah keadaan dunia. Lalu bagaimanakah relevansi pemikiran Adam Smith dengan keadaan saat ini? Apakah konsep Smith tentang pasar bebas dan peran negara dapat diterapkan di Indonesia? Ario: Relevansinya adalah manifestasi self-interest dari negara yang dibalut dengan wacana pemenuhan kepentingan nasional, dalam konteks kepentingan yang berlandaskan atas keinginan masyarakat dalam negeri, yang sangat kentara terlihat pada kebijakan ekonomi terhadap pihak asing. Seringkali kita mendapati beberapa negara yang menerapkan kebijakan yang bersifat proteksionis terhadap pasar dalam negerinya untuk meningkatkan kapabilitas

ekonomi secara masif. Implementasi konsep pasar bebas dan peran negara yang dibatasi mungkin tidak dapat diterapkan di Indonesia sepenuhnya, mengingat dasar-dasar nilai demokrasi yang kita anut dengan patokan perspektif Smith sedikit berbeda, Smith memandang demokrasi sebagai keadaan setiap orang mampu melakukan self-interest-nya tanpa intervensi yang berlebihan dari pihak otoritas atau pihak lain dan berpengaruh pada keuntungan masyarakat, sementara kita sedikit banyak memandang sebagai kedaulatan rakyat yang masih berada dalam naungan kesatuan republik beserta konstitusi yang telah disepakati bersama (CMIIW). Konsepsi peran negara Smith mungkin secara terbatas dapat diterapkan di Indonesia, dalam hal perlindungan warga negara, fasilitasi sarana publik, dsb. Namun nirintervensi negara mungkin belum dapat diterapkan mengingat negara, seburuk apapun, masih menjadi necessary evil bagi masyarakat, khususnya kalangan menengah ke bawah, yang mencari pegangan kuat untuk bergerak dalam industri dan pasar ekonomi bebas Igha: tanggapan pertanyaan keempat : masih dapat diperdebatkan mengenai relevansi "invisible hand" dalam dunia modern saat ini. penyebab utamanya Laissez-faire, dimana pemerintah tidak diperkenankan untuk melakukan kontrl atas pasar. Akibatnya perkembangan pasar sulit diprediksi. oleh karena tu kemudian muncul banyak contoh dimana pemerintah melakukan kontrol pasar meskipun menyatakan dukungan atas pasar bebas, Quasi-Liberal? Okvan : Melihat kondisi ekonomi pasar untuk diterapkan di Indonesia, menurut saya cocok. Asalkan tidak sepenuhnya terlepas dari peran pemerintah. Untuk urusan yang berhubungan dengan hajad hidup orang banya, perlu ada regulasi yang baik dari pemerintah untuk menghindarkan monopolo yang dapat memberatkan masyarakat. Karena dilihat bahwa banyak masyarakat Indonesia yang hidup dalam lingkaran ekonomi yang rendah. Yusnia: relevansi pemikiran adam smith dengan kondisi saat ini adalah bagaimana self interest negara-negara di fasilitasi dengan berkembangnya pasar bebas. Self interest dilihat sebagai sesuatu yang penting bagi masyarakat dan dipreskripsikan untuk menjadi cara pencapaian kesejahteraan masyarakat. Namun sayangnya kondisi ini dalam hemat saya bukanlah suatu kondisi yang baik terutama bagi negara-negara berkembang termasuk indonesia. interest negara-negara industrial yang sudah jauh berkembang menjadikan negaranegara berkembang sebagai lahan outsource dalam rangka peningkatan keuntungan mereka. Hal ini sungguh tidak baik bagi negara korban yang tidak mendapatkan transfer of knowledge/technology melainkan hanya diserap tenaga kerjanya saja karena upah yang cukup rendah. Kondisi ini kemudian tidak lagi menjadikan invisible hands dapat diandalkan, dan self interest beberapa pihak tidak lagi berlandaskan pada moralitas melainkan pada profit saja sementara pihak lainnya bukannya mendapatkan kesejahteraan justru sebaliknya.

Kesimpulan
Fokus utama dalam diskusi kelompok adalah mengenai pemikiran Adam Smith dalam dua bukunya, yaitu The Theory of Moral Sentiments dan Wealth of Nation. Ada tiga hal yang kami bahas dalam diskusi kali ini: 1. Pendapat mengenai Pemikiran Adam Smith Pemikiran Smith merupakan sesuatu yang problematik. Di satu sisi Adam Smith sangat percaya akan moralitas manusia sebagai makhluk sosial yang dipergunakan sebaik mungkin untuk lebih memahami tentang manusia lainnya dan diharapkan bisa saling menghargai dalam hidup bermasyarakat. Sedangkan pada Wealth of Nations, Smith berpendapat bahwa manusia adalah makhluk bebas yang cenderung individualistik untuk mengoptimalkan kapasitas kemampuan dan modalnya untuk memperoleh kesejahteraan sebesar-besarnya. Pendapatnya dalam dua karyanya yang berbeda ini sedikit berseberangan satu sama lain, yang juga dikenal sebagai Adam Smith Problem. Tiap orang akan saling menghargai satu sama lain, terkait dengan kepentingan yang dimiliki olehnya. Namun ketika berbicara tentang persaingan, "natural value" tersebut akan mengalami perubahan sedemikian rupa disesuaikan dengan kondisi yang dianggap rasional oleh setiap subjek. Pemikiran semacam ini bisa menjadi sangat berbahaya. Tanpa adanya peraturan, manusia akan saling makan dan menindas, yang berlaku adalah hukum rimba. Disini hanya rasionalitas lah yang bertindak sebagai "hukum" terkait batasan manusia dalam bertindak. 2. Dimensi Moralitas Pasar Bebas dalam Pemikiran Smith Menurut Smith, setiap manusia secara alamiah, terlahir dengan moral sehingga dapat membedakan mana yang benar dan salah yang kemudian akan menjadi pedoman hidup. Dalam teori moralitas Adam Smith, terdapat dua dimensi: pertama, kebaikan yang komersial atau kebaikan yang lebih rendah, dimensi ini menekankan pada sifat dasar manusia yang sangat self-interested, reasonable, pekerja keras dsb. Dan dimensi kedua adalah kebaikan primer atau kebaikan yang lebih mulia, termasuk di dalamnya adalah sifat murah hati, kebaikan, rasa terima kasih, simpati, persahabatan, dsb. Smith menjelaskan bahwa antara dimensi ini harus ada sinergi, keseimbangan dan harmoni. Apabila dikaitkan dengan konsepsi pasar bebas maka didapati bahwasanya dimensi pertama merupakan dimensi yang mendasari adanya konsep invisible hand yang mengatur alur pasar serta menjadi konsepsi pursuit of wealth yang sangat individualistik, yang tujuan akhirnya adalah untuk menyejahterakan masyarakat secara kolektif. Dengan demikian dimensi moral yang pertama, kebaikan yang komersial, merupakan dasar konsepsi nilai yang dianut Smith dan sebuah usaha untuk mempromosikan kebebasan manusia untuk berinteraksi dalam ruang ekonomi tanpa adanya intervensi dari pihak otoritatif. Persaingan akan menjadi hal yang sangat baik bagi pasar dan sedikitnya peran pemerintah akan sangat membantu individu untuk memaksimalkan potensinya dalam mencapai self-interest. Campur tangan negara yang terlalu besar dikhawatirkan akan menggairahkan kembali merkantilisme, dimana negara memonopoli kekayaan. Konsep invisible hand yang terkesan baik ini merupakan sesuatu

yang utopis karena hal ini secara potensial dapat berujung pada pengambil-alihan faktorfaktor produksi oleh satu pihak dan menjadi sebuah kekuatan baru yang mengendalikan pasar secara otoritatif. Sistem ini bisa menjadi sangat eksploitatif, karena berorientasikan pada profit dan buruh sebagai pekerja yang mendeterminasikan jumlah komoditas yang dapat diproduksi.

3. Relevansi Pemikiran Smith dengan Keadaan Saat Ini Masa dimana Smith hidup berbeda dengan kondisi kita saat ini, Revolusi Industri telah banyak mengubah keadaan. Relevansi pemikiran adam smith dengan kondisi saat ini adalah bagaimana self-interest negara-negara di fasilitasi dengan berkembangnya pasar bebas. Manifestasi self-interest negara dibalut dengan wacana pemenuhan kepentingan nasional, dalam konteks kepentingan yang berlandaskan atas keinginan masyarakat dalam negeri, yang sangat kentara terlihat pada kebijakan ekonomi terhadap pihak asing. Seringkali kita mendapati beberapa negara yang menerapkan kebijakan yang bersifat proteksionis terhadap pasar dalam negerinya untuk meningkatkan kapabilitas ekonomi secara masif. Implementasi konsep pasar bebas dan peran negara yang dibatasi mungkin tidak dapat diterapkan di Indonesia sepenuhnya, mengingat dasar-dasar nilai demokrasi yang kita anut dengan patokan perspektif Smith sedikit berbeda. Smith memandang demokrasi sebagai keadaan setiap orang mampu melakukan self-interest-nya tanpa intervensi yang berlebihan dari pihak otoritas atau pihak lain dan berpengaruh pada keuntungan masyarakat, sementara kita sedikit banyak memandang sebagai kedaulatan rakyat yang masih berada dalam naungan kesatuan republik beserta konstitusi yang telah disepakati bersama. Saat ini muncul banyak contoh dimana pemerintah melakukan kontrol pasar meskipun menyatakan dukungan atas pasar bebas. Negara tidak bisa sepenuhnya terlepas dari peran pemerintah, terutama untuk urusan yang berhubungan dengan hajat hidup orang banyak, diperlukan adanya regulasi yang baik dari pemerintah untuk menghindarkan monopoli yang merugikan masyarakat. Interest negaranegara industri maju menjadikan negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai lahan outsource dalam rangka peningkatan keuntungan mereka. Hal ini sungguh tidak baik bagi negara korban yang tidak mendapatkan transfer of knowledge/technology melainkan hanya diserap tenaga kerjanya saja karena upah yang cukup rendah.

Вам также может понравиться