Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BUKU PEDOMAN
3R Berbasis Masyarakat Di Kawasan Permukiman
Kata Pengantar
Amanat UU No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air dan PP no.16 /2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum untuk melaksanakan program perlindungan air baku telah ditindak lanjuti dengan suatu rumusan kebijakan nasional dalam pengembangan pengelolaan persampahan di Indonesia (Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Persamapahan). Untuk mengatasi berbagai permasalahan persampahan berkaitan dengan keterbatasan lahan TPA (Tempat Pemrosesan akhir) dan buruknya kinerja TPA diberbagai kota di Indonesia serta adanya potensi sampah diberbagai sumber daya, implementasi Kebijakan Pertama (Pengurangan Sampah Sejak Dari sumbernya) perlu segera dilakukan secara memadai. Pelaksanaan stimulant Program 3R Berbasis Masyarakat merupakan dukungan nyata dari Pemerintah (cq. Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum) untuk membantu Pemerintah Kabupaten/Kota dalam meningkatkan kesadaran masyarakat melalui gerakan pengurangan dan pemanfaatan sampah yang ditargetkan sebesar 20% pada tahun 2010. Peran masyarakat menjadi sangat penting dalam pola-pola berbasis masyarakat, baik masyarakat sebagai penghasil sampah maupun sebagai actor pengelola sampah. Penyusunan buku Pedoman 3R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman ini merupakan upaya untuk memberikan informasi dan panduan pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat kepada stakeholders terkait. Buku Pedoman ini disusun berdasarkan hasil evaluasi best practice yang ada dilapangan dari berbagai kota di Indonesia, dan terdiri dari beberapa buku, yaitu: Buku I : Pedoman Umum 3R Buku II : Pedoman Perencanaan 3R Buku III : Pedoman Pelaksanaan 3R Buku IV : Pedoman Monitoring dan Evalusai 3R Akhirnya kami mengharapkan dukungan semua pihak dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan Rahmat Nya bagi sukses program 3R Jakarta, Februari 2008 Direktur Jenderal Cipta Karya
BUKU I
Pedoman Umum 3 R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN 1.3 SASARAN 1.4 PENGERTIAN 2. PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT 2.1 PENDEKATAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS MASYARAKAT 2.2 PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN PERMUKIMAN 2.2.1 KONSEPSI PENANGANAN SAMPAH 3R SKALA RUMAH TANGGA 2.2.2 KONSEPSI PENANGANAN SAMPAH 3R SKALA KAWASAN 2.3 PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN PERMUKIMAN 2.4 ASPEK KEBERLANJUTAN PROGRAM 2.5 PEMBIAYAAN DAN INSENTIF 2.6 DUKUNGAN PERATURAN 3. PROSES PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN PERMUKIMAN 4. KESIMPULAN DAN PENUTUP 4.1 KESIMPULAN 4.2 PENUTUP
BAB I PENDAHULUAN
Dua kegiatan tersebut adalah (1) proses pengelolaan aliran sampah dari mulai akan dikeluarkan oleh masyarakat dan (2) proses pemahaman masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan metoda 3R. Pengurangan sampah dengan program 3R dan replikasi best practise memang bukan hal mudah untuk dilakukan karena akan sangat bergantung pada kemauan masyarakat dalam merubah perilaku, yaitu dari pola pembuangan sampah konvensional menjadi pola pemilah sampah. Untuk itu diperlukan berbagai upaya baik langsung maupun tidak langsung, seperti antara lain: Percontohan program 3R Penyuluhan Pemberdayaan dan pendampingan masyarakat Pendidikan Sejak Pelita V, Departemen Pekerjaan Umum telah memberikan percontohan program 3R skala kawasan yang disebut UDPK (Usaha Daur Ulang dan Produksi Kompos) dan lebih diintensifkan sejak TA 2007 yaitu dengan menerapkan program pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat melalui metode 3R ini di 25 provinsi (44 kota/ kabupaten). Hasil evaluasi terhadap pendekatan yang pernah dilakukan dengan metode UDPK, dianggap kurang berhasil karena masih bersifat orientasi proyek. Sedangkan pendekatan 3R yang baru adalah menggunakan pendekatan partisipatif, pemberdayaan dan pendampingan terhadap masyarakat yang cukup intens sehingga diharapkan dapat lebih berhasil. Selanjutnya, kegiatan pengurangan sampah sejak dari sumbernya akan dilakukan dengan mengedepankan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat secara lebih memadai dan diharapkan dapat menjadi gerakan moral nasional.
Dalam rangka memudahkan berbagai pihak untuk melaksanakan program pengurangan sampah tersebut, disusunlah suatu Pedoman Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat (3R) untuk skala rumah tangga dan skala kawasan
1.2
Maksud dari diterbitkannya Buku I Pedoman Umum dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat adalah membantu para pelaksana di lapangan yang akan melakukan kegiatan pengurangan sampah sejak dari sumbernya untuk memahami pola pendekatan berbasis masyarakat Sedangkan tujuan dari diterbitkannya Buku I Pedoman Umum dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat adalah: Memberikan penjelasan secara mendalam mengenali rencana pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat Meningkatkan upaya pengurangan sampah sejak dari sumbernya dengan metode yang praktis dan telah dilaksanakan dalam best practise
1.3 SASARAN
Sasaran yang ingin dicapai dalam pedoman ini adalah tersedianya panduan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat di Kawasan Permukiman/ Perumahan.
1.4
PENGERTIAN
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat. Sampah Organik, yaitu memiliki sifat mudah terurai secara alami contohnya : daun, sayuran, dan buah serta sampah sisa makanan. Sampah non-organik, yaitu sampah yang sulit dan tidak bisa terurai secara alami meliputi: plastik, kaca, besi, sebagian jenis kertas dan lainnya. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasinya, dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan khusus. Sumber Sampah adalah tempat awal/pertama dimana sampah timbul Penghasil sampah adalah setiap orang yang menghasilkan timbulan sampah. Penanganan Sampah 3R adalah konsep penanganan sampah dengan cara Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (Mendaur ulang) sampah mulai dari sumbernya. Pengomposan adalah proses pengolahan sampah menjadi kompos Pemberdayaan, Upaya yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mendirikan masyarakat melalui perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki atas dasar prakarsa dan kreativitas Persampahan, yang dimaksud dalam pedoman ini adalah Pengelolaan persampahan Pembiayaan sampah adalah dana yang diperuntukkan bagi pengelolaan sampah.
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu adalah tempat dilaksanakannya kegiatan mengguna ulang, mendaur ulang, pemilahan, pengumpulan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman. Timbulan Sampah adalah jumlah sampah yang dihasilkan perorang perhari dalam satuan volume maupun berat Reduce adalah upaya mengurangi volume sampah Reuse adalah upaya menggunakan kembali sampah tanpa perubahan bentuk untuk kegiatan lain yang bermanfaat. Recycle adalah upaya mendaur ulang sampah menjadi benda lain yang bermanfaat RKM (Rencana Kerja Masyarakat), Suatu rencana yang dibuat oleh masyarakat sebagai anggota Tim Kerja Masyarakat (TKM) bersama pengurus TKM sebagai wadah untuk menampung aspirasi dari masyarakat desa / kampung atas kegiatan 3R Evaluasi, Kegiatan untuk menilai, memperbaiki dan meningkatkan seberapa jauh sebuah program kegiatan dapat berjalan secara efektif, efisien dan optimal seperti yang telah dirumuskan bersama atau direncanakan Fasilitator, Adalah Pelaku yang membantu, mendorong dan mengarahkan kegiatan dilapangan, dengan menggunakan kegiatan-kegiatan yang ada dalam panduan sehingga dapat membantu kelompok yang bekerjasama.
Jasa pengelolaan sampah adalah pelayanan pengelolaan sampah yang diberikan kepada masyarakat oleh pemerintah daerah. Komposter adalah alat untuk mengolah sampah organik menjadi kompos Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), Forum musyawarah, tempat masyarakat menyampaikan aspirasi Operasi dan Pemeliharaan (O&P), Adalah upaya pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana dan sarana secara optimal oleh masyarakat pengguna dengan pembinaan pemerintah daerah secara berkesinambungan. Organisasi persampahan adalah kelompok orang yang terbentuk atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat yang tujuan dan kegiatannya meliputi bidang pengelolaan sampah.
Konsep 3R adalah paradigma baru dalam pola konsumsi dan produksi disemua tingkatan dengan memberikan prioritas tertinggi pada pengelolaan limbah yang berorientasi pada pencegahan timbulan sampah, minimisasi limbah dengan mendorong barang yang dapat digunakan lagi dan barang yang dapat didekomposisi secara biologi (biodegradable), dan penerapan pembuangan limbah yang ramah lingkungan. Pelaksanaan 3R tidak hanya menyangkut aspek teknis semata, namun jauh lebih penting menyangkut masalah sosial dalam rangka mendorong perubahan sikap dan pola pikir menuju terwujudnya masyarakat yang ramah lingkungan dan berkelanjutan Prinsip pertama Reduce adalah segala aktifitas yang mampu mengurangi dan mencegah timbulan sampah. Prinsip kedua Reuse adalah kegiatan penggunaan kembali sampah yang layak pakai untuk fungsi yang sama atau yang lain. Prinsip ketiga Recycle adalah kegiatan mengelola sampah untuk dijadikan produk baru. Untuk mewujudkan konsep 3R diatas, salah satu cara penerapannya adalah melalui pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat, yang diarahkan kepada daurulang sampah (recycle). Hal ini dipertimbangkan sebagai upaya mengurangi sampah sejak dari sumbernya, karena adanya potensi pemanfaatan sampah organik sebagai bahan baku kompos dan komponen non organik sebagai bahan sekunder kegiatan industri seperti plastik, kertas, logam, gelas, dan lain-lain.
Sesuai dengan Permen PU 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan, diperlukan suatu perubahan paradigma yang lebih mengedepankan proses pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, yaitu dengan melakukan upaya pengurangan dan pemanfaatan sampah sebelum akhirnya sampah dibuang ke TPA (target 20% pada tahun 2010). Reduce (R1) Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/ efisien dan sedikit sampah. Namun diperlukan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk merubah perilaku tersebut. Reuse (R2) Reuse berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengolahan), seperti menggunakan kertas bolak balik, menggunakan kembali botol bekas minuman untuk tempat air, mengisi kaleng susu dengan susu refill dan lain-lain. Recycle (R3) Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna (sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan, seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dsb atau mengolah botol/plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak kembali menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau mengolah kertas bekas menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas sedikit lebih rendah dan lainlain.
2.2
10
Minimisasi sampah hendaknya dilakukan sejak sampah belum terbentuk yaitu dengan menghemat penggunaan bahan, membatasi konsumsi sesuai kebutuhan, memilih bahan yang mengandung sedikit sampah, dsb Upaya memanfaatkan sampah dilakukan dengan menggunakan kembali sampah sesuai fungsinya seperti halnya pada penggunaan botol minuman atau kemasan lainnya. Upaya mendaur ulang sampah dapat dilakukan dengan memilah sampah menurut jenisnya baik yang memiliki nilai ekonomi sebagai material daur ulang (kertas, plastik, gelas/ logam, dll) maupun sampah B3 Rumah tangga yang memerlukan penanganan khusus (baterai, lampu neon, kaleng sisa insektisida dll) dan sampah kemasan (bungkus mie instan, plastik kemasan minyak, dll) Pengomposan sampah diharapkan dapat diterapkan di sumber (rumah tangga, kantor, sekolah, dll) yang akan secara signifikan megurangi sampah pada tahap berikutnya.
11
KOMPOSTER
KOMPOS
KOMPOS
LAPAK
RUMAH TANGGA
B3
TPA
SAMPAH CAMPUR
SKALA SUMBER
SKALA KAWASAN
12
1). Skenario Pemilahan Sampah Non Organik Skenario pemilahan sampah non organik di kawasan permukiman perlu dilakukan, yaitu dengan cara memisahkan sampah kertas, plastik dan logam/kaca di masing-masing sumber dengan cara sederhana dan mudah dilakukan oleh masyarakat, misal menggunakan kantong plastik besar atau karung kecil. Khusus untuk sampah B3 rumah tangga, diperlukan wadah khusus yang pengumpulannya dapat dilakukan sebulan sekali atau sesuai kebutuhan Hasil pemilahan sampah di sumber pada umumnya mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan apabila pemilahan sampah dilakukan di TPA.
13
2). Skenario Pengolahan Sampah Organik (Pembuatan Kompos) Dibedakan antara sampah organik dari kebun (daun-daunan) sampah organik dari dapur (nasi, daging, dst.) Skenario pembuatan kompos secara individu disumber harus dilakukan dengan cara sederhana dan dapat mengacu pada best practice yang telah ada, misal seperti yang dilakukan di Sukunan Sleman DIY , Surabaya atau wilayah lainnya.
dan
Pembuatan kompos di sumber dapat dilakukan misalnya di Banjarsari dan di Rawajati dengan metode lubang (hanya dapat dilakukan untuk daerah yang tingkat kepadatan penduduknya masih rendah), Gentong, Bin Takakura atau metode lain sebagai composter. Dengan composter gentong (alasnya dilubangi dan diisi kerikil serta sekam), merupakan cara sederhana karena seluruh sampah organik dapat dimasukkan dalam gentong). Dengan Bin Takakura (keranjang yang dilapisi kertas karton, sekam padi dan kompos matang), memerlukan sedikit kesabaran karena dibutuhkan sampah organik terseleksi dan pencacahan untuk mempercepat proses pematangan kompos. Composter Takakura dapat tempatkan di dalam rumah (tidak menimbulkan bau) Produk kompos dapat digunakan untuk program penghijauan dan penanaman bibit
14
3). Skenario Daur Ulang Daur ulang di sumber dilakukan mulai dengan melakukan pemilahan sampah, sebaiknya dilakukan dengan cara yang sederhana agar mudah dilakukan oleh masyarakat. Pemilahan sampah dapat dimulai dengan memisahkan sampah menjadi sampah basah (organik) dan sampah kering (non organik) atau langsung menjadi beberapa jenis (sampah organik, kertas, plastik, kaleng, sampah B3 rumah tangga).
KOMPOS
LAPAK
RUMAH TANGGA
B3
TPA
SAMPAH CAMPUR
SKALA SUMBER
SKALA KAWASAN
15
16
17
b. Fasilitas TPST Fasilitas TPST meliputi wadah komunal, areal pemilahan dan areal composting dan juga dilengkapi dengan fasilitas penunjang lain seperti saluran drainase, air bersih, listrik, barier (pagar tanaman hidup) dan gudang penyimpan bahan daur ulang maupun produk kompos serta biodigester (opsional)
18
c. Daur Ulang
Sampah yang didaur ulang minimal adalah kertas, plastik dan logam yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan untuk mendapatkan kualitas bahan daur ulang yang baik, pemilahan sebaiknya dilakukan sejak di sumber. Pemasaran produk daur ulang dapat dilakukan melalui kerja sama dengan pihak lapak atau langsung dengan industri pemakai. Daur ulang sampah B3 Rumah tangga (terutama batu baterei dan lampu neon) dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku (PP 18 / 1999 tentang pengelolaan sampah B3). Daur ulang kemasan plastik (air mineral, minuman dalam kemasan, mie instan dll) sebaiknya dimanfaatkan untuk barang-barang kerajinan atau bahan baku lain.
d. Pembuatan Kompos
Sampah yang digunakan sebagai bahan baku kompos adalah sampah dapur (terseleksi) dan daun-daun potongan tanaman. Metode pembuatan kompos dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan open windrow. Perlu dilakukan analisa kualitas terhadap produk kompos secara acak dengan parameter antara lain warna, C/N rasio, kadar N,P,K dan logam berat. Pemasaran produk kompos dapat bekerja sama dengan pihak Koperasi dan Dinas (Kebersihan, Pertamanan, Pertanian dll)
19
2.3
2.4
20
Adanya dukungan teknologi ramah lingkungan dan tersedianya prasarana dan sarana persampahan skala kawasan sesuai kebutuhan masyarakat Adanya peran aktif masyarakat untuk melaksanakan program 3R terutama yang berkaitan dengan perubahan perilaku dan budaya memilah sampah sejak dari sumbernya. Adanya dukungan dari instansi pengelola sampah tingkat perkotaan untuk pengangkutan residu, penyerapan produk kompos dan material daur ulang serta penanganan lanjutan sampah B3 rumah tangga sesuai ketentuan yang berlaku Adanya pola monitoring dan evaluasi dari instansi terkait baik ditingkat kelurahan, kecamatan, kota/kabupaten bahkan di tingkat yang lebih tinggi, yaitu provinsi dan pemerintah pusat. Hasil monitoring dan evaluasi dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi proses replikasi atau pengembangan yang diperlukan serta pendataan yang lebih akurat untuk mengetahui hasil pencapaian program 3R secara nasional
21
2.5.
2.6
DUKUNGAN PERATURAN
Untuk pelaksanan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat, perlu didukung peraturan baik secara formal maupun non formal. Peraturan tersebut meliputi : Ketentuan organisasi pengelola Tata laksana kerja Ketentuan teknis pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat
22
BAB III PROSES PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN PERMUKIMAN
Proses pendekatan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat dikawasan permukiman secara garis besar dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
PROSES PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R PERSIAPAN Tahap 1 ( Bulan Februari)
SELEKSI LOKASI
SELEKSI FASILITATOR
PENYIAPAN MASYARAKAT
PENDAMPINGAN
Aspek Teknis Operasional Aspek Kelembagaan Aspek Pengaturan Aspek Pendanaan Aspek Peran Serta Masyarakat
SATKER
KEBERLANJUTAN PROGRAM
Tahap 7
23
Dalam pelaksanaannya, maka seperti pelaksanaan kegiatan pada umumnya dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan kegiatan pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat secara umum sebagai berikut:
1. Tahap Pertama
Tahap ini meliputi kegiatan: Persiapan yang meliputi sosialisasi pengelolaan sampah dengan metoda 3R kepada seluruh pemangku kepentingan tingkat pusat. Sosialisasi ini bertujuan menyatukan persepsi terhadap permasalahan sampah secara umum serta visi untuk beberapa tahun kedepan. Sosialisasi dilakukan dengan kegiatan seminar atau workshop yang dihadiri oleh pengambil keputusan tingkat pusat.
2. Tahap kedua
Tahap ini meliputi kegiatan: Seleksi kota/kabupaten yang akan melaksanakan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat dimaksudkan untuk memperoleh kota/kabupaten yang berminat dengan disertai komitmen yang jelas dari pimpinan daerah. Seleksi kota/kabupaten ini dilakukan karena dua alasan yaitu: Anggaran penyelenggaraan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat seluruhnya atau sebagian berasal dari pusat Diperlukan komitmen yang jelas dan tegas karena pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat kemungkinan akan melibatkan beberapa institusi daerah terkait dan diharapkan program dapat berkelanjutan serta berkembang. Seleksi kota /kabupaten dilakukan dengan workshop yang sifatnya regional yang dihadiri oleh perwakilan kota/kabupaten dalam regional tersebut. Tujuan dari workshop ini adalah mengumpulkan kota yang berminat dan seleksi dilakukan jika anggaran hanya diperuntukkan tidak untuk semua kota yang ada dalam region tersebut.
24
3. Tahap Ketiga
Tahap ini meliputi kegiatan: Seleksi lokasi dilakukan hanya pada kota terpilih. Tahap awal dari seleksi kota ini adalah memperoleh daftar panjang dari lokasi yang sesuai kriteria pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat. Untuk memperoleh daftar pendek calon lokasi maka dilakukan tapisan awal dengan memilih lokasi yang paling memenuhi kriteria pengelolaan 3R berbasis masyarakat. Calon lokasi pada daftar pendek tersebut akan mengajukan proposal yang diikuti dengan presentasi. Dapat juga dilakukan survey cepat (Rapid Participatory Assessment) yang dilakukan oleh masyarakat yang berminat dengan mempresentasikan kepada pemangku kepentingan pada tingkat kampung.
4. Tahap Keempat
Tahap ini meliputi kegiatan: Pemilihan fasilitator. Keberadaan fasilitator sangat diperlukan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat. Fasilitator bertugas menggalang masyarakat yang berminat melaksanakan pengelolaan sampah 3R, bersama-sama mencari metoda penyelesaian masalah sampah, menggali keinginan masyarakat, dan memberikan pelatihan serta pendampingan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah 3R. Fasilitator dipilih sesuai kapabilitas dan tingkat pemahamannya terhadap lingkungan umumnya dan sampah khususnya. Fasilitaor direkrut dan digaji oleh penyelenggara program pengelolaan sampah berbasis masyarakat 3R. Penyiapan masyarakat dengan terpilihnya lokasi dan fasilitator, maka program sosialisasi yang lebih intens dapat dilakukan dalam beberapa serial pertemuan yang digalang oleh fasilitator dengan dibantu beberapa tenaga ahli lepas. Pemilihan lokasi TPST untuk pengelolaan skala kawasan ataupun metoda pengolahan sampah di rumah tangga ditentukan pada tahapan ini. Kegiatan selanjutnya adalah survay lapangan baik dari komposisi dan timbulan sampah serta sosial masyarakatnya. 25
Survey ini dilakukan dalam mencari data dasar untuk pemilihan teknologi, program penyuluhan, serta sebagai tolok ukur kinerja pembanding keberhasilan dari program yang akan dilaksanakan.
5. Tahap Kelima
Tahap ini meliputi kegiatan: Pembuatan DED dan RAB yang dilakukan oleh KSM dan Fasilitator kemudian diserahkan kepada Satker untuk kegiatan Pengadaan sarana dan Prasarana 3R yang dilakukan dengan sistem Tender yang terbuka. Pembangunan ataupun pelaksanaan operasi pengelolaan sampah 3R dilakukan setelah masyarakat secara bulat menerima metoda yang akan dilakukan serta lokasi dimana TPST akan dibangun. Proses pembangunan harus dilakukan bersama-sama dengan masyarakat sehingga penolakan akibat sindrom NYMBY (Not in My Backyard) dapat ditekan seminim mungkin.
6. Tahap Keenam
Tahap ini meliputi kegiatan: Pelaksanaan pengelolaan sampah 3R yang dapat dilakukan sekaligus atau bertahap sesuai dengan kesiapan masyarakat dan pendanaan. Kegiatan pelaksanaan program didampingi oleh fasilitator dengan konsultan daerah jika ada. Monitoring dan evaluasi kinerja pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat meliputi pengumpulan informasi, seperti pengukuran atau pengamat
26
Kegiatan pemantauan dan pengukuran bermanfaat dalam suatu manajemen pengelolaan seperti : Menelusuri tahapan kemajuan dalam memenuhi perencanaan awal, mencapai tujuan dan sasaran serta perbaikan berkelanjutan; Mengembangkan informasi untuk mengidentifikasikan aspek dalam pengelolaan sampah 3R yang penting; Memantau pelaksanaan pengolahan sampah secara 3R sesuai dengan tujuan dan sasaran; Menyediakan data untuk mendukung atau mengevaluasi pengendalian operasional; Menyediakan data untuk mengevaluasi kinerja organisasi; Menyediakan data untuk mengevaluasi kinerja sistem manajemen persampahan secara umum dan penyelenggaraan program 3R secara khusus.
7. Tahap Ketujuh
Tahap ini meliputi kegiatan: Keberlanjutan program dilaksanakan dengan salah satunya replikasi dan pengembangan. Pertemuan-pertemuan warga masih tetap dilakukan untuk membentuk komunitas yang lebih memahami perlunya mengurangi sampah di sumbernya. Dilakukan penguatan kapasitas pada seluruh pemangku kepentingan pada lokasi yang sedang melakukan kegiatan pengelolaan sampah 3R terpadu sehingga pengembangan lebih mudah dilakukan. Pada pelaksanaan program pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat diperlukan panduan yang dapat memberi arahan kepada para pengelola di daerah. Pedoman tersebut meliputi tahapan pelaksanaan seperti diatas yang tersusun dalam aspek perencanaannya, aspek pelaksanaannya, dan aspek monitoring dan evaluasi.
27
4.1 KESIMPULAN
1. Pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat melalui masyarakat melalui metode Reduce, Reuse, Recycle (3R) mulai saat ini sebaiknya sudah diterapkan karena program ini berkaitan dengan kebijakan dan strategi nasional pengembangan pengelolaan persampahan terutama yang berkaitan dengan kebijakan pengurangan sampah sejak dari sumbernya. Proses pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat harus mengikuti 7 tahapan kegiatan sebagai berikut: Tahap pertama ( Persiapan) Tahap Kedua (Seleksi kabupaten/kota) Tahap Ketiga (Seleksi Lokasi) Tahap Keempat (Penyiapan Masyarakat, Survey lapangan,Pemilihan Teknologi, Penyusunan RKM) Tahap Relima ( Pembuatan DED & RAB, Pengadaan Sarana & Prasarana 3R) Tahap Keenam ( Pelaksanaan pengelolaan sampah 3R dan Monev) Tahap Ketujuh (Keberlanjutan program dan replikasi).
2.
4.2 PENUTUP
Buku 1 (satu) ini adalah pedoman umum yang akan dijelaskan lebih lanjut di buku 2 (dua) tentang pedoman perencanaan, buku 3 (tiga) tentang pedoman pelaksanaan dan buku 4 (empat) tentang pedoman monitoring evaluasi dan pengembangan
28
BUKU II
Pedoman Perencanaan 3 R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
DAFTAR ISI BUKU II : PEDOMAN PERENCANAAN KEGIATAN 3R BERBASIS MASYARAKAT 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN 1.3 SASARAN 2. PERENCANAAN PENEGLOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERMUKIMAN 2.1 PENDAHULUAN 2.2 SELEKSI KOTA/KABUPATEN 2.3 SELEKSI LOKASI 2.3.1 KRITERIA UMUM 2.3.2 KRITERIA FISIK LINGKUNGAN 2.3.4 KRITERIA SOSIAL EKONOMI 2.4 PENYIAPAN MASYARAKAT 2.4.1 PEMILIHAN FASILITATOR 2.4.2 PENELITIAN SOSIAL 2.4.3 PENELITIAN KOMPOSISI DAN TIMBULAN 2.5 PEMILIHAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT 2.6 PEMILIHAN TEKNOLOGI 2.6.1 TEKNOLOGI PEWADAHAN 2.6.2 TEKNOLOGI PENGOMPOSAN DENGAN KOMPOSTER 2.6.3 TEKNOLOGI DAUR ULANG SAMPAH NON ORGANIK SKALA RT 2.6.4 TEKNOLOGI PENGUMPULAN SAMPAH 2.6.5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAMPAH SKALA KAWASAN
2.7
2.8
PERANCANGAN MODUL PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT 2.7.1 MODUL PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT SKALA RUMAH TANGGA 1000 JIWA (3R-1000 RUMAH TANGGA) 2.7.2 MODUL PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT SKALA KAWASAN 1000 JIWA (3R-1000 KAWASAN) PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT 2.8.1 KELEMBAGAAN 2.8.2 PENGOPERASIAN TPST 2.8.3 PEMBIAYAAN 2.8.4 PENGATURAN
3. PENUTUP
BAB I PENDAHULUAN
1.3 SASARAN
Tersedianya pedoman perencanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat meliputi pengelolaan sampah skala rumah tangga dan skala kawasan.
Pendekatan perencanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat mengacu pada proses pelaksanaan secara umum seperti telah diuraikan pada Buku Pedoman I.
PROSES PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R PERSIAPAN Tahap 1 ( Bulan Februari)
SELEKSI LOKASI
SELEKSI FASILITATOR
PENYIAPAN MASYARAKAT
PENDAMPINGAN
Aspek Teknis Operasional Aspek Kelembagaan Aspek Pengaturan Aspek Pendanaan Aspek Peran Serta Masyarakat
SATKER
KEBERLANJUTAN PROGRAM
Tahap 7
2.2
Seleksi Kota/Kabupaten
Tahapan seleksi Kota/Kabupaten merupakan tahap ke 2 setelah dilakukan sosialisasi tentang pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat kepada seluruh provinsi, instansi terkait, dan pemangku kepentingan lainnya. Seleksi Kota/Kabupaten dilaksanakan pada setiap provinsi di Indonesia. Pada perencanaan seleksi Kota/Kabupaten maka diperlukan kriteria sebagai berikut : Walikota / Bupati atau Pejabat yang berwenang berminat untuk implementasi penyelenggaraan pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat dengan membuat surat minat yang ditujukan kepada Departemen Pekerjaan Umum dilengkapi dengan persetujuan alokasi lahan TPST sesuai dengan Tata Ruang. Memiliki Dinas atau UPT yang bertanggung jawab dalam bidang kebersihan sebagai Dinas penanggung jawab. Sebaiknya sudah pernah melakukan kegiatan berbasis masyarakat. Bersedia kontribusi in cash untuk biaya fisik ; dan in kind yaitu sarana kantor dan staf dinas penanggungjawab sebagai fasilitator. Kesiapan Dinas Penanggung jawab untuk bekerjasama dengan Tenaga Fasilitator Diutamakan kota / kabupaten yang mempunyai pengalaman 3R sebelumnya.
Dalam perencanaan pemilihan Kota/Kabupaten, maka dapat digunakan metode scoring seperti berikut :
KRITERIA
Walikota / Bupati atau Pejabat yang berwenang berminat untuk implementasi penyelenggaraan pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat dengan membuat surat minat yang ditujukan kepada Departemen Pekerjaan Umum. Memiliki Dinas atau UPT yang bertanggung jawab dalam bidang kebersihan sebagai Dinas penanggung jawab. Sebaiknya sudah pernah melakukan kegiatan berbasis masyarakat. Bersedia kontribusi in cash untuk biaya fisik ; dan in kind yaitu sarana kantor dan staf dinas penanggungjawab sebagai fasilitator. Kesiapan Dinas Penanggung jawab untuk bekerjasama dengan Tenaga Fasilitator Diutamakan kota / kabupaten yang mempunyai pengalaman 3R sebelumnya. TOTAL SCORE 5
SCORE
5 5 5
20
Kota/Kabupaten dengan total score tertinggi yang akan masuk dalam daftar pendek untuk tapisan berikutnya.
2.3
Seleksi Lokasi
Seleksi lokasi dilaksanakan setelah terpilihnya kota/kabupaten yang berniat akan melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. Untuk memperoleh daftar alternatip lokasi, maka Satuan Kerja PU dan Dinas Terkait melaksanakan sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan pengelolaan sampah di wilayahnya. Hasil yang diharapkan dari sosialisasi ini adalah berupa daftar panjang dari lokasi yang berminat untuk menerapkan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. Untuk memilih lokasi yang tepat maka digunakan kriteria sebagai berikut :
Dalam tapisan awal untuk memperoleh daftar pendek dari lokasi yang akan digunakan untuk pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat dapat digunakan metode scoring seperi berikut :
SCORE 25
Batasan administrasi lahan TPST dalam batas administrasi yang sama dengan area pelayanan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. Status kepemilikan lahan milik pemerintah atau lainnya dengan surat pernyataan bersedia digunakan untuk prasarana dan sarana pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. Ukuran lahan antara 500 1000 m2 Mempunyai program lingkungan berbasis masyarakat. Masalah sampah sudah mulai mengganggu masyarakat
5 5
5 5 5
10
KRITERIA Kriteria Fisik lingkungan: Permukaan air tanah di TPST >10 m Lahan yang diusulkan memang telah di manfaatkan/ difungsikan sebagai lokasi TPS Sampah. Berada didalam area yang memang direncanakan diperuntukkan sebagai lokasi TPS Sampah atau Rencana pemanfaatan rendah untuk fasilitas umum / taman. Bebas banjir. Berada di lahan datar. Jalan keluar/masuk menuju dan dari TPST datar dengan kondisi baik dan lebar jalan yang cukup untuk mobilisasi keluar/masuk motor/ gerobak sampah
SCORE 50 5
5 5 5
5 Jarak lokasi TPST 500 m ke permukiman Berdampak minimal terhadap tata guna lahan Terdapat zona penyangga dan kegiatan operasionalnya tidak terlihat dari luar. 5 5
11
KRITERIA
SCORE
Sudah memiliki kelompok aktif di masyarakat seperi PKK, Forum-forum kepedulian terhadap lingkungan, karang taruna, remaja mesjid, club jantung sehat, club manula, pengelola kebersihan/sampah, dll
TOTAL SCORE
100
12
2.4
Penyiapan Masyarakat
Penyiapan masyarakat dilakukan setelah lokasi untuk pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R terpilih. Penyiapan masyarakat merupakan langkah cukup penting bagi keberlanjutan program pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat karena dari tahap ini diharapkan akan dihasilkan fasilitator, Kelompok Kerja Mayarakat, pemilihan metoda atau teknologi yang akan digunakan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R, lokasi, dan Rencana Kerja Masyarakat. Pada perencanaan penyiapan masyarakat maka ada beberapa tahap yang perlu dilakukan yaitu : Pemilihan fasilitator Penelitian sosial Penelitian komposisi dan timbulan sampah Sosialisasi pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis msyarakat melalui Focal Group Discussion (FGD) untuk memperoleh kesepakatan dalam : Pemilihan metoda atau teknologi 3R yang akan digunakan Pemilihan sistem pengelolaan sampah terpadu 3R Pembentukan Kelompok Kerja Masyarakat Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat Pelatihan yang terdiri dari : Materi umum : Sosialisasi perencanaan program Pengertian pengelolaan sampah 3R Pemahaman tentang sampah dan dampaknya Aspek pendukung seperti kelembagaan, pendanaan, pengaturan, dan teknis operasional
13
Materi Teknis : Sistem pengelolaan sampah Daur ulang sampah non organik Pengkomposan sampah Peserta pelatihan : Anggota KSM Warga yang terlibat
2.4.1
Pemilihan Fasilitator
Pemilihan fasilitator dilakukan oleh Satuan Kerja PU bersama-sama dengan konsultan lokal dengan kriteria sebagai berikut : Memiliki kemampuan baca dan tulis Memahami karakteristik masyarakat di lokasi terpilih Sehat jasmani dan rohani Bisa berkomunikasi dengan baik Mempunyai pengalaman dalam pemberdayaan Memiliki waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas sebagai fasilitator Memiliki pengetahuan dasar tentang persampahan (3R) Bersedia tinggal dan bekerjasama dengan masyarakat di lokasi terpilih
TFL adalah tenaga pendamping dari daerah yang bersangkutan dan dilatih agar menjadi terampil dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat dalam memutuskan, merencanakan, melaksanakan dan mengelola kegiatan Kampung terutama yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan sampah 3R.
14
Setiap Tenaga Fasilitator mempunyai tugas dan tugas jawab sebagai berikut : Memfasilitasi dan membantu masyarakat untuk dapat membentuk dan membantu pemilihan anggota KSM secara demokratis dengan memperhatikan kesetaraan jender dan kesetaraan kaya-miskin. Memfasilitasi penyusunan Rencana kerja masyarakat, periode pelaksanaan pembangunan sarana 3R sesuai yang dibutuhkan masyarakat, dan pasca pembangunan, yang meliputi : Pelaksanaan pelatihan lanjutan tentang pelaksanaan kegiatan 3R khususnya tata cara operasional peralatan di lokasi 3R terpilih, pemilihan metode pengomposan dengan teknologi yang tepat guna, dan mudah. Bantuan dalam memfasilitasi masyarakat untuk mengidentifikasi masalah-masalah kebersihan yang berhubungan dengan masalah persampahan yang dihadapi oleh masyarakat dan merumuskan strategi untuk mengatasi masalah dengan menggunakan metologi yang sesuai.
Pelaksanaan teknis persampahan yang dibutuhkan Pelaksanaan pelatihan dan supervisi dalam pelaksanaan pembangunan dengan pendekatan teknis pada kelompok masyarakat pelaksana 3R. Pemberian dukungan dan bantuan teknis pada masyarakat. Pelaksanaan pelatihan dan supervisi untuk masalah operasional dan pemeliharaan dan perbaikan sarana 3R Pemdampingin dan pelatihan kelompok masyarakat dalam mengelola dana untuk pembangunan sarana 3R Bantuan kepada masyarakat dalam melaksanakan monitoring sendiri pada pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R. Melaporkan hasil kegiatan ditingkat masyarakat secara periodik (bulanan) kepada PU Kota/Kabupaten atau Leading Dinas.
15
2.4.2
Penelitian Sosial
Kegiatan survey sosial ini dilaksanakan berkaitan dengan aspek-aspek sosial yang akan mempengaruhi keberlanjutan program 3R ini. Setidaknya ada 3 aspek yang perlu diketahui dari masyarakat untuk mendukung keberhasilan program persampahan 3R terpadu yaitu : norma, persepsi dan perilaku masyarakat tehadap sampah dan pengelolaannya. Dari ketiga aspek tersebut maka akan diperoleh antara lain : Wawasan masyarakat terhadap lingkungan secara umum terutama terhadap pengelolaan sampah, Tingkat kesadaran masyarakat terhadap dampak buruk pengelolaan sampah yang tidak baik Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah saat ini Perilaku masyarakat dalam mengelola sampah Penerimaan masyarakat terhadap pengelolaan sampah terpadu 3R Kesanggupan masyarakat dalam iuran sampah
Tahapan perencanaan survey sosial terdiri dari : Penentuan jumlah responden, yaitu menentukan jumlah warga yang akan dijadikan responden dalam penelitian dengan cara sebagai berikut : Menentukan populasi (jumlah seluruh warga) dari lokasi yang akan melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat, Menentukan jumlah populai per strata tingkat kemapanan ekonomi jika akan dilakukan survey sosial per strata yaitu : strata tempat tinggal pendapatan tinggi, sedang, dan rendah, Menentukan jumlah responden sesuai kaidah ilmu statistik yang berlaku. Pemberitahuan atau permintaan izin dari instansi terkait dan pengurus wilayah (RT/RW/Lurah).
16
Penyusunan kuesioner, yaitu bahan acuan untuk melakukan pendataan yang dapat dilakukan secara pasif dengan membagikan kuesioner kepada responden atau aktif dengan wawancara langsung. Pada penyusunan kuesioener perlu diperhatikan : Data tentang masyarakat yang ingin dikumpulkan, Pertanyaan yang mudah dicerna dan tidak terlalu banyak Pengarahan surveyor yaitu memberikan pengarahan terhadap calon pewawancara jika akan dilakukan survey dengan wawancara langsung. Beberapa persyaratan untuk surveyor adalah : Mengenal daerah yang akan disurvey Memiliki latar belakang sosial (dari mahasiswa jurusan sosial) Memiliki kemampuan wawancara. Pelaksanaan survey , pelaksanaan survey ini dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan dengan memperhatikan : Waktu pelaksanaan yang tidak mengganggu responden Bukan pada saat yang sama dengan kegiatan khusus misalnya pilkades, lebaran, dan lain-lain Pengolahan dan analisa data survey Perumusan hasil pelaksanaan survey, yaitu kesimpulan survey yang dapat dirumuskan melalui eberapa metoda : Sosial mapping dari lokasi pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat Tingkat kemauan masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R
17
2.4.3
Komposisi sampah di berbagai kota di Indonesia pada umunya didominasi oleh sampah organic yang dapat mencapai 70% dan non-organik 30%. Dari jumlah tersebut 75% sampah tersebut dihasilkan dari kegiatan permukiman (SNI tentang Timbulan Sampah Kota Sedang dan Kecil, 1977). Semakin maju tingkat ekonomi suatu kota/Negara, menunjukkan kecenderungan semakin menurunnya komponen sampah organic dan meningkatnya komponen sampah organic seperti kertas, plastik, logam. Secara umum komposisi sampah dapat dibedakan dalam beberapa komponen yaitu: a. Sampah Organik; yang dapat terdiri dari sisa makanan dan daun b. Sampah Kertas; yang dapat berupa kardus, karton, kertas HVS, kertas Koran, dll. c. Sampah Plastik; baik berupa kantung plastik, botol plastik bekas kemasan, jerigen, dll. d. Sampah Kayu; baik berupa potongan kayu, furnitur bekas, dll e. Sampah Karet; baik berupa ban bekas, lembaran karet, dll f. Sampah Kulit; yang dapat berupa lembaran, potongan kulit dll g. Sampah Kaca/beling; baik berupa potongan kaca, botol kaca, gelas kaca, dll h. Sampah kain/perca; yang dapat berupa potongan kain, atau pakaian bekas/rusak,dll i. Sampah lain-lain; yang dapat berupa pecahan keramik, dan sisa sampah yang tidak termasuk dalam kategori diatas j. Sampah B3 rumah tangga; dapat berupa batu baterai bekas, kaleng bekas kemasan insektisida, lampu TL/Neon, kaleng bekas cat, hair spray, obat-obatan kedaluarsa, dan lain sebagainya.
18
Tujuan dari survey timbulan dan komposisi sampah ini adalah untuk mendapatkan suatu besaran nilai timbulan sampah yang selanjutnya digunakan dalam perencanaan dan pengelolaan sampah Perencanaan penelitian lapangan komposisi dan timbulan sampah dilakukan dalam beberapa tahapan kegiatan yaitu : Menentukan wilayah yang akan diteliti Menentukan jumlah rumah yang akan diteliti, Mempersiapkan peralatan dan tenaga peneliti Mengurus perizinan dari instansi terkait
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan terdiri dari: Alat pengambil contoh berupa kantong plastik dengan volume 40 liter; Alat pengukur volume contoh berupa kotak berukuran 20 cm X 20 cm X 100 cm yang dilengkapi dengan skala tinggi Timbangan (0 - 5 ) kg dan ( 0 100 ) Kg Alat pengukur, volume contoh berupa bak berukuran ( 1,0 m X 0,5 m X 1,0 m) yang dilengkapi dengan skala tinggi; Perlengkapan berupa alat pemindah ( seperti sekop) dan sarung tangan
2.5
Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat terdiri dari dua alternatif sesuai dengan lingkup pelayanannya yaitu : Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat Skala Rumah Tangga Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat Skala Kawasan
19
SKALA RUMAH TANGGA Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat Skala Rumah Tangga adalah sistem pengelolaan sampah yang menerapkan pemberdayaan masyarakat dalam mengurangi sampah di sumbernya yaitu rumah tangga.
KOMPOSTER
KOMPOS
KOMPOS
LAPAK
RUMAH TANGGA
B3
TPA
SAMPAH CAMPUR
SKALA SUMBER
SKALA KAWASAN
Sistem ini memerlukan beberapa kriteria lokasi seperti berikut : Masyarakat di wilayah pelayanan bersedia melakukan pengolahan sampahnya secara mandiri Tidak ada lokasi yang memadai untuk pengolahan sampah secara terpusat Dukungan dari tokoh masyarakat Dukungan dari pemerintah lokal setempat
20
SKALA KAWASAN Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu Skala Kawasan adalah sistem pengelolaan sampah yang melakukan pengurangan sampah secara terpusat di lokasi tertentu.
KOMPOSTER KOMPOS
KOMPOS
LAPAK
RUMAH TANGGA
B3
TPA
SAMPAH CAMPUR
SKALA SUMBER
SKALA KAWASAN
Sistem ini memerlukan beberapa kriteria lokasi seperti berikut : Ada lokasi untuk TPST (mendekati 1000 m2) untuk pengolahan sampah secara terpusat Dukungan dari masyarakat sekitar lokasi Dukungan tokoh masyarakat Adanya Kelompok Kerja Masyarakat sebagai pengelola Adanya pendanaan yang cukup Dukungan dari pemerintah lokal setempat Pada penerapannya, dapat dilakukan kombinasi antara kedua sistem tersebut sesuai dengan kemauan masyarakat setempat.
2.6
Pemilihan Teknologi
Teknologi atau metoda yang berkaitan dengan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarkat sangat terkait erat dengan sistem pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat yang pada umumnya terdiri dari subsistem pewadahan, subsistem komposter rumah tangga, subsistem pengumpulan, dan subsistem pengolahan sampah terpusat untuk kawasan. 21
2.6.1
Teknologi Pewadahan
Subsistem pewadahan merupakan subsistem awal dalam sistem pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat yang merupakan subsistem yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Dalam pemilihan teknologi untuk peawadahan, maka ada beberapa kriteria yang sebaiknya diikuti secara benar yaitu : Volume pewadahan minimal dapat menampung sampah dari penghuni untuk jangka waktu minimal 3 hari untuk sampah non organik dan 1 hari untuk sampah organik. Terbuat dari bahan yang cukup kuat, tahan basah untuk sampah organik, sehingga umur teknis dari pewadahan minimal dapat mencapai 6 bulan. Pada metoda pewadahan terpilah sesuai prinsip 3R maka setiap wadah dapat menyimpan sesuai jenis sampah yang akan disimpan. Untuk itu pada perencanaan perlu dirujuk hasil penelitian lapangan komposisi sampah setempat. Bahan wadah paling baik dapat diperoleh secara lokal. Pada metoda pewadahan terpilah 3R, maka warna wadah sebaiknya spesifik untuk setiap jenis sampah. Untuk menambah estetika yang lebih baik maka wadah dilengkapi dengan tutup. Mudah dalam operasi pemasukan sampah maupun pengosongan sampah. Mudah dalam perawatan.
22
Perencanaan penentuan wadah sampah di sumbernya dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : Dari penelitian komposisi dan timbulan sampah, maka diperoleh perkiraan timbulan sampah per orang per hari pada lokasi terpilih, Dari penelitian sosial, diperoleh : Jumlah hunian rata-rata pada rumah tangga Kebiasaan masyarakat membuang sampah. Untuk sampah campuran, volume wadah dihitung berdasarkan : (jumlah hunian ratarata) x 3 liter/orang/hari x 3 hari. Untuk program 3R, volume wadah disesuaikan dengan jenis sampah yang akan dipilah sebagai berikut : Wadah sampah organik : (jumlah hunian rata-rata) x timbulan sampah organik/ orang/hari x 1 hari. Wadah sampah non organik : (jumlah hunian rata-rata) x timbulan sampan non organik/orang/hari x 3 hari. Pemilihan warna dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut : Warna gelap untuk sampah yang mudah membusuk Warna terang untuk sampah kering non organik (dapat lebih dari satu tergantung jenis sampah yang dipilah) Warna merah untuk bahan berbahaya dan beracun.
2.6.2
Dalam sistem pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat maka pengolahan sampah di rumah tangga merupakan salah satu kegiatan penting dalam daur ulang sampah. Penggunaan komposter dalam proses pengkomposan sampah organik di rumah tangga. Beberapa teknologi komposter rumah tangga yang sekarang ini banyak digunakan antara lain :
23
Keranjang Tatakura
Kriteria dalam pemilihan komposter rumah tangga adalah : Volume komposter minimal dapat menampung sampah organik dari dapur untuk jangka waktu minimal 40 hari. Satu rumah minimal menyediakan 2 (dua) unit komposter. Terbuat dari bahan yang cukup kuat, tahan basah untuk sampah organik, sehingga umur teknis dari komposter minimal dapat mencapai 1 tahun. Terdapat lubang pengudaraan yang cukup Bahan pembuatan komposter paling baik dapat diperoleh secara lokal. Harus dilengkapi dengan tutup. Mudah dalam operasi pemasukan maupun pengosongan sampah. Mudah dalam perawatan.
24
Pada perencanaan pengkomposan sampah organik skala rumah tangga, maka dilakukan beberapa tahapan antara lain : Dari penelitian komposisi dan timbulan sampah, maka diperoleh perkiraan timbulan sampah per orang per hari pada lokasi terpilih, asumsi rata rata 3 liter / orang/hari Dari penelitian sosial, diperoleh : Jumlah hunian rata-rata pada rumah tangga Kebiasaan masyarakat membuang sampah. Volume komposter sampah organik dari dapur dapat ditentukan melalui perkiraan sebagai berikut : (jumlah hunian rata-rata) x timbulan sampah organik/orang/hari x 40 hari x 0,2. Rata-rata volume komposter 50 liter, jika tingkat hunian lebih dari 5 orang, maka dapat digunakan kelipatannya. Diperlukan minimal dua komposter untuk setiap rumah tangga, dengan tata cara penggunaan, komposter yang sudah penuh perlu didiamkan selama sebulan lagi dan dipanen jika komposter satunya sudah penuh.
2.6.3
Daur ulang sampah non organik untuk kertas dan plastik dapat dilakukan di rumah tangga. Dari best practice yang dilakukan oleh masyarakat di beberapa daerah di Indonesia, daur ulang sampah non organik kertas dan plastik biasanya untuk membuat barang seni seperti kertas seni, tas plastik, hiasan plastik, dll. Kriteria daur ulang sampah non organik : Tidak berbahaya bagi kesehatan Tidak menggunakan bahan kimia beracun Tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan Mudah dilaksanakan
25
Secara umum, perencanaan kegiatan daur ulang sampah non-organik dapat dilaksanakan berdasarkan beberapa hal dibawah ini, antara lain: Sampah yang akan didaur ulang sebaiknya berupa bahan yang terdiri dari kertas, plastik, karet/kulit dan logam. Bahan ini memiliki nilai ekonomi tinggi, namun dalam pelaksanaannya memerlukan penanganan khusus (pemilahan sesuai jenis dan bahan penyusunnya), merupakan bahan daur ulang kualitas baik, dan dipilah sejak dari sumbernya Pemasaran produk daur ulang, dapat dilaksanakan dengan cara menjalin kerjasama dengan pihak lapak besar atau langsung dengan industri/organisasi pengguna bahan tersebut (misal industri kertas daur ulang, industri pengolah logam, pengolah karet bekas, dll) Untuk limbah yang dikategorikan sebagai bahan B3, sebaiknya bahan ini hanya dikumpulkan dalam wadah khusus yang tidak mudah bocor dan diberi label. Daur ulang bahan B3 ini sebaiknya di koordinasikan dengan pihak pengumpul resmi yang memiliki ijin atau dinas kebersihan kota/kabupaten.
2.6.4
Pengumpulan sampah merupakan subsistem setelah pewadahan. Pengumpulan sampah dapat dilakukan langsung oleh kendaraan pengangkut sampah atau tidak langsung melalui penggunaan gerobak atau motor sampah. Pada kasus sistem pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat maka pengumpulan dilakukan melalui penggunaan gerobak atau motor sampah. Dalam perencanaan teknologi pengumpulan maka digunakan beberapa kriteria sebagai berikut :
26
Volume gerobak atau motor sampah 1 m3 sehingga satu unit pengumpul dapat melayani 300 jiwa atau sekitar 60 kk untuk timbulan sampah 3 liter/orang/hari. Untuk timbulan yang berbeda (sesuai hasil penelitian lapangan) maka cakupan pelayanan satu unit pengumpul dapat diperkirakan sebagai berikut : 1000 liter/(timbulan sampah dlm liter/ orang/hari). Kondisi topografi yang berbukit hanya dapat dilayani dengan motor sampah Kondisi topografi yang datar dapat menggunakan gerobak atau motor sampah. Pengumpulan sampah terpilah dapat dilakukan : Gerobak atau motor 3R yang tersekat sesuai jenis sampah yang terpilah digunakan sesuai hasil pemilahan Gerobak tanpa sekat digunakan dengan jadwal tertentu Mempunyai umur teknis minimal 1 tahun Menggunakan ban angin. Perencanaan pengumpulan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat Menggunakan beberapa tahapan sebagai berikut : Pendataan jumlah warga pada lokasi terpilih Penentuan jumlah gerobak atau motor 3R yang dibutuhkan dengan cara : ((jumlah warga) x jumlah timbulan sampah/orang/hari)/1000 liter/rit per hari. Pemilihan jenis pengumpul dilihat dari topografi lokasi Penyusunan anggaran investasi sesuai harga satuan setempat Penyusunan anggaran operasi pengumpulan yang terdiri dari : Biaya tetap : Pegawai Asuransi Pemeliharaan Biaya variabel : Bahan bakar Penyusunan jadwal pengumpulan
27
2.6.5
Teknologi pengolahan sampah terpadu skala kawasan yang disebut juga dengan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Tempat pengolahan sampah terpadu berdasarkan best practice yang ada biasanya terdiri dari proses pemilahan, pengkomposan dan proses pengemasan bahan non organik untuk daur ulang. Dari TPST ini akan keluar produk berupa kompos dan bahan lapak. Pada perencanaan teknologi pada TPST maka ada beberapa kriteria antara lain : Fasilitas TPST terdiri dari : Luas lahan yang paling baik mendekati 1.000 m2 untuk keperluan lahan pengkomposan, kantor pengendalian, dan gudang penyimpanan. Bangunan pelindung untuk : Areal pemilahan Areal pengkomposan Kantor pengendali Gudang penyimpanan Peralatan mesin pendukung : Pencacah organik Pengayak kompos Pencacah plastik Buffer Zone
28
Karakteristik proses pengkomposan : Volume tumpukan sampah untuk pengkomposan dengan open windrows mempunyai ukuran lebar 2 meter, tinggi 1,5 meter dan panjang minimal 2 meter (dapat lebih dari ini sesuai lahan yang ada). Volume tumpukan sampah untuk pengkomposan dengan metode caspary lebar 1 meter, panjang 1 meter, dan tinggi 1 meter. Volume tumpukan sampah untuk pengkomposan dengan metode open bin : lebar 1 meter, panjang 2 meter, dan tinggi 1 meter.
Data yang dibutuhkan : Jumlah warga yang terlayani jumlah sampah yang akan diolah di TPST. Tersedianya data komposisi sampah.
29
Perencanaan teknologi pengolahan sampah skala kawasan dilakukan pada beberapa tahapan : Penentuan wilayah/jumlah warga yang akan dilayani Dari penelitian komposisi dan timbulan sampah, dapat diperkirakan jumlah sampah yang harus diolah yang terdiri dari jumlah sampah organik dan sampah non organik. Bersama-sama warga menentukan metoda atau teknologi yang akan diterapkan, untuk pengkomposan sampah ada beberapa pilihan : teknologi open windrows, teknologi caspary dan open bin sesuai dengan tenaga dan biaya yang ada. Menentukan layout dari TPST dengan memperhatikan jumlah sampah organik yang akan dikomposkan, metode yang akan digunakan, dan bentuk lahan yang ada. Menentukan organisasi pengelola Penyusunan anggaran investasi sesuai harga satuan setempat Penyusunan anggaran operasi pengumpulan yang terdiri dari : Biaya tetap : Pegawai Asuransi Pemeliharaan Biaya variabel : Bahan bakar Listrik
2.7
Untuk perancangan model pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat maka akan digunakan asumsi pengelolaan satu kawasan dengan jumlah jiwa dikelola 1.000 orang atau setara dengan 200 rumah (1 rumah diperkirakan 5 penghuni).
30
2.7.1
Diagram alir pada sistem peneglolaan sampah skala rumah tangga adalah seperti Gambar berikut : Gambar 2.1. Diagram pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat.
KOMPOSTER
KOMPOS
KOMPOS
LAPAK
RUMAH TANGGA
B3
TPA
SAMPAH CAMPUR
SKALA SUMBER
SKALA KAWASAN
31
Modul 3R-1000 skala rumah tangga mempunyai karakteristik sebagai berikut : Melayani 1000 jiwa atau setara dengan 200 kk Tidak mempunyai lahan kosong. Dengan asumsi timbulan sampah 3 liter/orang/hari maka jumlah sampah yang diolah adalah 3.000 liter per hari atau 3 m3/hari Dengan asumsi komposisi organik 60 % (nilai ini dapat berubah sesuai hasil penelitian timbulan dan komposisi setempat) maka berdasarkan pengalaman best practice, hanya 40 % dapat dikomposkan, sisanya 20 % berupa residu organik. Dengan mempertimbangkan lama proses pengkomposan 40 hari dan penyusutan karena lapuk dan penguapan, maka volume komposter yang digunakan per rumah tangga dengan 5 jiwa/rumah tangga adalah 50 liter. Jumlah komposter per rumah tangga 2 unit sehingga modul 3R-1000 rumah tangga membutuhkan 400 unit komposter. Gerobak/motor 3R yang dibutuhkan 2 unit.
32
Spesifikasi dari pewadahan sampah non organik adalah sebagai berikut : Volume wadah 50 liter Bahan terbuat dari bahan tahan air Dilengkapi tutup Warna terang
Spesifiaksi komposter : Volume 50 liter Berlubang pada dinding dan dasar Dilengkapi tutup Bahan komposter terbuat dari bahan tahan air
Spesifikasi gerobak: Volume bak 1 m3 Terbuat dari bahan tahan air Menggunakan ban angin Lebar maksimal 1 meter Mudah dalam mengoperasikan
Spesifikasi motor 3R : Volume bak 1,21 ,5 m3 Terbuat dari bahan tahan air Menggunakan ban angin Mudah dalam mengoperasikan
33
Motor Sampah
34
2.7.2
Diagram alir pada sistem pengelolaan sampah skala kawasan di TPST adalah seperti pada Gambar 2.2. Diagram alir ini dengan asumsi tidak ada pemilahan di rumah tangga. Gambar 2.2. Diagram Alir Sistem Pengelolaan Sampah Skala Kawasan
KOMPOSTER
KOMPOS
KOMPOS
LAPAK
RUMAH TANGGA
B3
TPA
SAMPAH CAMPUR
SKALA SUMBER
SKALA KAWASAN
35
Modul 200 KK mempunyai karakteristik sebagai berikut : Mampu melayani 1000 jiwa atau setara dengan 200 kk Mempunyai lahan kosong Diasumsikan 50 % warga bersedia mengkomposkan. Dengan asumsi timbulan sampah 3 liter/orang/hari maka jumlah sampah yang diolah adalah 3.000 liter per hari atau 3 m3/hari Dengan asumsi komposisi organik 60 % (nilai ini dapat berubah sesuai hasil penelitian timbulan dan komposisi setempat) maka berdasarkan pengalaman best practice, hanya 40 % dapat dikomposkan, sisanya 20 % berupa residu organik. Dengan mempertimbangkan lama proses pengkomposan 40 hari dan penyusutan karena lapuk dan penguapan, maka volume komposter yang digunakan per rumah tangga dengan 5 jiwa/rumah tangga adalah 50 liter. Jumlah komposter per rumah tangga 2 unit sehingga modul 3R-1000 rumah tangga membutuhkan 200 unit komposter. Gerobak/motor 3R yang dibutuhkan 3 unit. TPST dengan karakteristik : Luas lahan keseluruhan 200 m2 Terdapat fasilitas pemilahan, pengkomposan dan penangan barang daur ulang. Lahan pengkomposan 100 m2 dengan 8 tumpukan.
36
Spesifikasi TPST : Kapasitas 3 m3 per hari Melayani 200 kk atau 1000 jiwa Metode pengkomposan open windrows dengan ukuran lebar 1,5 meter, panjang 2 meter, tinggi 1,5 meter Pemilahan dilakukan manual tanpa ban berjalan Alat pengemas bahan non organik manual. Pembalikkan tumpukan dilakukan secara manual. Jumlah tumpukan (open windrows) 14 unit. Hasil kompos 1,2 ton per hari. Waktu panen 40 hari. Mesin pendukung : Alat pengayak kompos Alat pencacah organik
2.8
Pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat mencakup pengorganisasian, pembiayaan, dan pengoperasian TPST.
37
2.8.1
Kelembagaan.
Pengorganisasian pengelolaan TPST sesuai aliran proses pengolahan sampah. Struktur organisasi TPST adalah sebagai berikut :
KEPALA TPST
SEKRETARIS
BENDAHARA
SEKSI DIKLAT
SEKSI PEMILAHAN
SEKSI PENGKOMPOSAN
SDM yang diperlukan untuk seluruh kerja TPST diperkirakan 5 orang untuk pekerja lapangan, 1 orang untuk bendahara merangkap sekretaris, dan satu kepala unit,.
38
2.8.2
Pengoperasian TPST
Pengoperasian TPST dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : Pemilahan sampah : Pembongkaran sampah dari gerobak/motor sampah Penyebaran sampah dipelataran pemilahan Pemilahan sampah organik dan non organik secara manual Pemilahan sampah non organik berdasar komponen Pengkomposan : Penyusunan tumpukan sampah organik pada lajur yang ditentukan Pembalikan tumpukan satu kali seminggu Penyiraman dan pengukuran suhu tumpukan Pematangan kompos Pengeringan Pengayakan Pengemasan Daur ulang non organik Pemilahan komponen non organik sesuai permintaan lapak Pengemasan per komponen non organik terpilah Pengiriman bahan lapak.
39
2.8.3
Pembiayaan
Pembiayaan TPST terdiri dari biaya investasi, biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya Investasi.
Biaya investasi sebenarnya harus mengikuti harga satuan setempat. Untuk perkiraan maka digunakan pengalaman dari Best Practice yaitu berkisar antara Rp. 100 juta 250 juta per ton kapasitas.
Biaya Operasi
Biaya operasi TPST yang terdiri dari : Biaya tetap : Pegawai yang besarnya sesuai dengan Upah Minimum Regional setempat. Asuransi yang berkisar 10 % dari biaya pegawai. Pemeliharaan : Bangunan sekitar 1 % dari investasi bangunan per tahun Listrik sekitar 1,5 % dari investasi listrik per tahun Mesin 3 % dari nilai investasi mesin per tahun. Biaya variabel : Bahan bakar Listrik
40
2.8.4
Pengaturan
Dalam pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di permukiman, diperlukan beberapa surat keputusan untuk mengatur kelancaran operasi dari sistem yaitu : Surat keputusan mengenai pembentukkan organisasi pengelola (Kelompok Swadaya Masyarakat yang dikeluarkan oleh institusi terkait (RW/Lurah/Camat) Surat Keputusan mengenai tata tertib kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah oleh institusi terkait (RW/Lurah/Camat) Surat Keputusan mengenai iuran pengelolaan sampah oleh institusi terkait (RW/Lurah/ Camat)
41
42
BUKU III
Pedoman Pelaksanaan 3 R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
DAFTAR ISI
BUKU III : PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN 3R BERBASIS MASYARAKAT DI KAWASAN PERMUKIMAN
1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN 1.3 SASARAN 2. PERSIAPAN PELAKSANAAN 3R 2.1 SELEKSI KOTA/KABUPATEN 2.2 SELEKSI LOKASI 2.3 PEMILIHAN FASILITATOR 2.4 SURVEY LAPANGAN 3. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 3.1 PENENTUAN KELEMBAGAAN 3.2 RENCANA KERJA MASYARAKAT 3.3 PENDAMPINGAN MASYARAKAT 3.4 PELATIHAN 3.5 ASPEK PEMBIAYAAN PENGELOLAAN SAMPAH 3R SKALA INDIVIDUAL/ RUMAH TANGGA 4.1 PEMILIHAN TEKNOLOGI SKALA RUMAH TANGGA 4.2 CONTOH PENGOLAHAN SAMPAH RUMAH TANGGA PENGELOLAAN SAMPAH 3R SKALA KAWASAN 5.1 PENENTUAN LOKASI TPST 5.2 PENENTUAN TEKNOLOGI SKALA KAWASAN
4.
5.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat merupakan langkah kedua setelah dilaksanakannya perencanaan kegiatan. Pelaksanaan ini merupakan dasar dalam pengelolaan sampah baik skala individual maupun skala kawasan. Untuk itu perlu disusun suatu pedoman pelaksanaan. Pedoman pelaksanaan ini meliputi seleksi kota/kabupaten, seleksi lokasi, survey lapangan, analisa, pemilihan teknologi, pemilihan fasilitator, penyusunan rencana kerja, penyusunan peraturan, kelembagaan, pembiayaan, peran serta masyarakat. Selain itu, pedoman pelaksanaan ini meliputi juga pedoman pelaksanaan pembangunan, operasi dan pemeliharaan, monitoring dan evaluasi, serta pengembangan dan replikasi.
1.3
SASARAN
Tersedianya pedoman pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat meliputi pengelolaan sampah skala rumah tangga dan skala kawasan.
SELEKSI LOKASI
SELEKSI FASILITATOR
PENYIAPAN MASYARAKAT
PENDAMPINGAN
Aspek Teknis Operasional Aspek Kelembagaan Aspek Pengaturan Aspek Pendanaan Aspek Peran Serta Masyarakat
SATKER
KEBERLANJUTAN PROGRAM
Tahap 7
KOTA TERSELEKSI
Membagikan format isian bagi kota/kabupaten yang berminat untuk melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di permukiman yang juga berisi syarat-syarat untuk dipenuhi yaitu : Walikota / Bupati atau Pejabat yang berwenang berminat untuk implementasi penyelenggaraan pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat dengan membuat surat minat yang ditujukan kepada Departemen Pekerjaan Umum dilengkapi dengan persetujuan lahan TPST yang sesuai dengan Tata Ruang. Memiliki Dinas atau UPT yang bertanggung jawab dalam bidang kebersihan sebagai Dinas penanggung jawab. Sebaiknya sudah pernah melakukan kegiatan berbasis masyarakat. Bersedia kontribusi in cash untuk biaya fisik ; dan in kind yaitu sarana kantor dan staf dinas penanggungjawab sebagai fasilitator. Kesiapan Dinas Penanggung jawab untuk bekerjasama dengan Tenaga Fasilitator Diutamakan kota / kabupaten yang mempunyai pengalaman 3R sebelumnya Membentuk tim teknis yang untuk pemilihan kota/kabupaten yang berminat. Penerimaan format isian dan dokumen persyaratan yang harus diperunuhi (2 minggu setelah workshop). Tik teknis melakukan proses pemilihan : Melakukan verifikasi data Melakukan proses scoring Melaporkan hasil pemilihan ke Satker Satker menghubungi kota terpilih dan melaporkan ke PLU-Dep PU Pusat.
Membagikan format isian bagi wilayah yang berminat untuk melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di permukiman. Membentuk tim teknis yang untuk pemilihan lokasi yang berminat. Penerimaan format isian dan dokumen proposal singkat dari peminat (2 minggu setelah workshop). Proposal singkat memuat data sesuai acuan kriteria lokasi pada Buku II Pedoman Perencanaan Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat di Permukiman Penyusunan daftar panjang lokasi yang berminat. Tim teknis melakukan proses pemilihan : Melakukan verifikasi data Melakukan proses scoring sesuai dengan acuan dari Buku II Pedoman Perencanaan Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat di Permukiman Menyusun daftar pendek lokasi yang berminat Melaporkan hasil pemilihan ke Satker
Pemilihan Lokasi
Setelah diperoleh daftar pendek (short list) calon lokasi maka dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut :
Presentasikan program PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT oleh contoh putar film (oleh Dinas penanggung jawab).
Hasil yang diharapkan : Permintaan presentasi kepada stakeholder lokasi yang berminat di balai pertemuan Kampung /Lingkungan / RT/RW. Surat Undangan dari masyarakat untuk melakukan survai cepat (Rapid PaticipatoryRPA). Syarat untuk mengikuti seleksi lokasi.
LOKASI BERMINAT
LOKASI TERPILIH
KRITERIA : - Telah dan sedang melakukan kegiatan pelestarian lingkungan seperti penghijauan lingkungan - Adanya kelompok aktif di masyarakat - Adanya tokoh masyarakat yang disegani - Adanya permasalahan sampah - Terdapat sejumlah rumah tangga yang berminat atau mempunyai lahan kosong - Dalam batas administrasi yang jelas (RT, RW, Kelurahan)
10
2.4
Penyiapan Masyarakat
Penyiapan masyarakat dilakukan setelah lokasi untuk pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R terpilih. Penyiapan masyarakat merupakan langkah cukup penting bagi keberlanjutan program pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat karena dari tahap ini diharapkan akan dihasilkan fasilitator, Kelompok Kerja Mayarakat, pemilihan metoda atau teknologi yang akan digunakan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R, lokasi, dan Rencana Kerja Masyarakat. Pada pelaksanaan penyiapan masyarakat maka ada beberapa tahap yang perlu dilakukan yaitu : Pemilihan fasilitator Pengumpulan data persampahan di lokasi terpilih Penelitian sosial Penelitian komposisi dan timbulan sampah Sosialisasi kepada masyarakat Pemilihan lokasi, sistem dan teknologi pengelolaan sampah terpadu 3R Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat Pendampingan masyarakat pelatihan
11
2.4.1
Pemilihan Fasilitator
Satuan kerja Dep. PU provinsi bersama konsultan daerah membuat pengumuman di mass media mengenai kebutuhan fasilitator daerah dalam rangka pengelolaan sampah tepadu 3R berbasis masyarakat di permukiman. Penerimaan dokumen lamaran dari fasilitator Penyusunan daftar panjang calon fasilitator Penyusunan daftar pendek calon fasilitator dengan tapisan awal sesuai kriteria pada Buku II Pedoman Perencanaan Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat di Permukiman tentang kriteria fasilitator. Melakukan wawancara kepada daftar pendek calon fasilitator yang berisikan : Pemahaman terhadap karakteristik masyarakat di lokasi terpilih Pengalaman dalam bidang pemberdayaan masyarakat Kesiapan untuk melaksanakan tugas sebagai fasilitator pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di permukiman Pengetahuan dasar tentang persampahan dan program 3R Kesediaan tinggal dan bekerjasama dengan masyarakat di lokasi terpilih Pelatihan fasilitator tentang pengelolaan sampah terpadu 3R.
PROSES SELEKSI FASILITATOR
DAFTAR PEMINAT
PENAPISAN AWAL
- Memiliki kemampuan baca tulis - Sehat jasmani dan rohani - Berpengalaman dalam pemberdayaan
- Memahami karakteristik masyarakat lokal - Mampu berkomunikasi dengan baik - Memiliki waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas sebagai fasilitator - Memiliki pengetahuan dasar tentang persampahan - Bersedia tinggal dan bekerja sama dengan masyarakat di lokasi terpilih
FASILITATOR TERPILIH
12
Tugas fasilitator antara lain : Menyiapkan daftar panjang wilayah Melakukan pengecekan lapangan sesuai persyaratan teknis minimal Mengisi form daftar pendek kampung berdasarkan hasil pengecekan lapangan dan meminta pengesahan dari kepala dinas. Mengundang stakeholder masyarakat yang masuk dalam daftar pendek untuk sosialisasi 3R Menindak lanjuti penjelasan kepada masyarakat sesuai permintaan Melakukan kegiatan Rapid Participatory Assessment (RPA) dikampung yang mengirim undangan Memfasilitasi pertemuan warga Membuat berita acara seleksi kampung Mengikuti pelatihan/training yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat dan Propinsi dan menyampaikan hasil pelatihan pada masyarakat.
13
2.4.2
Satuan kerja Dep PU Provinsi, konsultan daerah dan fasilitator bersama-sama melakukan pengumpulan data dasar melalui penelitian lapangan, untuk digunakan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat yang terdiri dari : Data sosial Data timbulan dan komposisi sampah
14
2.4.3
Penelitian Sosial
Pelaksanaan penelitian sosial dilakukan dengan tahapan : Membuat dokumen yang diperlukan untuk survey sosial dan surat perizinan yang diperlukan. Melakukan kajian awal dari kondisi lokasi yaitu : Jumlah warga yang akan dilibatkan pada program pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. Untuk kasus tertentu, kriteria permukiman dapat dibagi sesuai kategori tingkat ekonomi tinggi, menengah dan rendah. Penentuan jumlah warga yang akan dijadikan responden sesuai kaidah penelitian sosial yang berlaku, misalnya 5 % dari populasi. Untuk penelitian per strata tingkat ekonomi, maka penentuan jumlah responden dilakukan proporsional. Penentuan responden yang akan di wawancara secara acak (random). Membuat daftar responden dan menghubungi instansi terkait dan lurah/RW/RT untuk pelaksanaan penelitian. Mengirim surat pemberitahuan kepada responden. Penyusunan kuesioner terstruktur Pemilhan surveyor untuk pewawancara yang dapat diambila dari perguruan tinggi setempat pada bidang sosial atau personil LSM/Kelompok aktif di masyarakat dengan kemampuan bidang sosial. Penyusunan jadwal pelaksanaan penelitian lapangan Pengarahan surveyor Pelaksanaan survey Tim konsultan daerah melaksanakan pengawasan Pengolahan dan analisa data oleh tim konsultan daerah Pembuatan peta sosial (social mapping) dari lokasi tempat pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat.
15
2.4.4
Membuat dokumen yang diperlukan untuk survey sosial dan surat perizinan yang diperlukan. Melakukan kajian awal dari kondisi lokasi yaitu : Jumlah warga yang akan dilibatkan pada program pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. Untuk kasus tertentu, kriteria permukiman dapat dibagi sesuai kategori tingkat ekonomi tinggi, menengah dan rendah. Penentuan rumah yang akan dijadikan pengambilan contoh sampah. Volume sampah untuk penelitian komposisi minimal 0,5 m3 atau 500 liter sehingga jumlah rumah untuk pengambilan contoh minimal 40 rumah. Membuat daftar rumah dan menghubungi instansi terkait dan lurah/RW/RT untuk pelaksanaan penelitian. Mengirim surat pemberitahuan kepada warga. Menentukan lokasi pemilahan dan penimbangan untuk penelitian komposisi sampah Persiapan logistik penelitian mengacu kepada Buku II Pedoman Perencanaan Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat di Permukiman tentang penelitian komposisi sampah berupa : Kantong plastik untuk pengambilan sampel dari rumah ATK untuk pencatatan Ember, garu, terpal, dll., untuk penelitian komposisi sampah Alat timbangan skala 100 kg dan 5 kg
16
Pelaksanaan penelitian lapangan, dilakukan selama 8 hari berturut-turut (dari Senin ke Senin), atau lebih kecil frekuensinya sesuai biaya yang ada dengan sebelumnya konsultasi kepada ahli sampah dengan cara : Membagikan kantong plastik yang sudah diberi tanda kepada sumber sampah 1 hari sebelum pelaksanaan Mencatat jumlah unit masing-masing penghasil sampah Mengumpulkan kantong plastik yang sudah terisi sampah Mengangkut seluruh kantong plastik ke tempat pengukuran Menimbang kotak pengukur Menuangkankan secara bergiliran conto sampah ke kotak pengukur 40 liter Menghentakan 3 kali kotak conto dengan mengangkat kotak setinggi 20 cm lalu dijatuhkan ke tanah Mengukur dan mencatat volume sampah ( Vs) Menimbang dan mencatat berat sampah (Bs) Menimbang bak pengukur 500 liter Mencampur seluruh conto dari setiap lokasi pengambilan dalam bak pengukur Mengukur dan mencatat volume sampah total dan sampah terpisah berdasarkan jenisnya Pengolahan dan analisa data. Pelaporan
17
2.4.5
Sosialisasi pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis msyarakat bertujuan memperoleh kesepakatan dalam : Pemilihan lokasi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Pemilihan metoda atau teknologi 3R yang akan digunakan Pemilihan sistem pengelolaan sampah terpadu 3R Pembentukan Kelompok Kerja Masyarakat Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat
2.4.6
Pelaksanaan sosialisasi 3R kepada masyarakat terutama dalam pemilihan lokasi, metoda dan teknologi dapat dilakukan dengan metoda metaplan dimana faktor diskusi sangat minimal. Metode ini memungkinkan setiap peserta dapat mengungkapkan keinginan tanpa dipengaruhi peserta lainnya. Pelaksanaan dari metode ini adalah sebagai berikut : Konsultan daerah dan Fasilitator membentuk panitia pelaksana Penyiapan alat berupa : Spidol Kertas metaplan tiga warna Whiteboard Pelaksanaan dapat di balai desa atau ruang pertemuan warga Sesion pertama pemaparan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat di permukiman oleh tenaga ahli.
18
Sesion kedua adalah membagikan kertas metaplan kepada peserta masing-masing berbeda warna untuk wakil pemerintah, masyarakat, dan LSM. Pada sesion ini dilakukan : Identifikasi masalah pengelolaan sampah lokal Identifikasi kemungkinan cara pengelolaannya Penggabungan pendapat dari peserta Pengelompokan masalah Pengelompokan cara pengelolaannya Sesion ke tiga adalah membagikan kertas metaplan kepada peserta masing-masing berbeda warna untuk wakil pemerintah, masyarakat, dan LSM. Pada sesion ini dilakukan : Pemilihan masalah pengelolaan sampah yang paling penting untuk segera di tangani sesuai hasil pengelompokkan pada sesion kedua. Pemilihan cara pengelolaannya sesuai hasil pengelompokan pada sesion kedua Sesion ke empatadalah penentuan cara pengelolaan yang paling banyak diminati peserta yang mencakup sistem, lokasi dan pemilihan teknologi.
2.4.7
Untuk pembentukan Rencana Kerja Masyarakat dari hasil yang telah diperoleh pada proses metaplan maka dapat dilakukan tahapan sebagai berikut : Fasilitator bersama-sama masyarakat melaksanakan penyusunan kegiatan utama 3R yang akan dilakukan didalam kegiatan pertemuan warga (misalnya: rembug warga, FGD, pertemuan rutin warga, dll.). FASILITATOR bertindak sebagai fasilitator yang bertugas mengarahkan proses diskusi penentuan kegiatan utama yang akan dilaksanakan oleh warga dilokasi 3R. FASILITATOR sebelumnya mempersiapkan format tabel isian seluruh kegiatan dan sub kegiatan 3R yang akan dilakukan.
19
Setelah didapatkan daftar kegiatan dan sub kegiatan, FASILITATOR bersama-sama warga menentukan detail informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan tersebut, antara lain: menetapkan periode pelaksanaan serta tahapannya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan/sub-kegiatan menentukan penanggung jawab pelaksanaan setiap kegiatan sesuai dengan yang akan dilaksanakan. Penentuan penanggung jawab ini sebaiknya melibatkan peran serta warga yang ditentukan melalui musyawarah warga menetapkan waktu awal dan akhir pelaksanaan kegiatan/sub kegiatan menetapkan anggota pelaksana kegiatan/sub kegiatan menetapkan daftar kebutuhaan bahan dan peralatan yang diperlukan untuk setiap kegiatan/sub kegiatan menetapkan alokasi kebutuhan biaya yang diperlukan untuk setiap kegiatan / subkegiatan menetapkan perkiraan target akhir penyelesaian kegiatan / sub-kegiatan beserta indikator monitoring dan evaluasinya bagi setiap kegiatan/sub-kegiatan yang dianggap telah selesai Setelah daftar kegiatan dan sub-kegiatan dianggap selesai, FASILITATOR bersama warga melaksanakan pemeriksaan akhir dengan memfokuskan pada: konsistensi pelaksanaan kegiatan/sub-kegiatan yang didasarkan pada alokasi pembiayaan dan ketersediaan sumber daya dilapangan beban kerja masing-masing anggota tim yang ditugaskan / penanggung jawab kegiatan konsisten dengan alokasi penetapan waktu yang telah direncanakan.
Pelaksanaan program 3R didasarkan atas azas kebutuhan masyarakat. Dalam pelaksanaan pengelolaan sampah skala rumah tangga perlu dibuatkan jadwal kegiatan, berdasarkan perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
20
2.4.8
Pendampingan Masyarakat
Kegiatan pendampingan merupakan langkah pemantauan atas pelaksanaan/terapan dari seluruh rencana kegiatan. Kegiatan ini lebih difokuskan pada kelancaran teknis pengelolaan sampah di sumber maupun di TPST. Dalam kegiatan ini tetap dilakukan sosialisasi / kampanye program dalam upaya melakukan pengembangan atau Replikasi ditempat lain.
2.4.9
Pelatihan
Pelatihan merupakan proses pembekalan atas pilihan teknologi yang akan dipakai, sarana sosialisasi dan advokasi kepedulian warga terhadap program. Materi pelatihan dimulai dari sistem pengolahan sampah skala rumah tangga, sampai terapan pengolahan sampah skala kawasan.
Materi Pelatihan
Materi umum : Sosialisasi perencanaan program Pengertian Pengelolaan sampah 3R Pemahaman tentang sampah dan dampaknya Aspek Kelembagaan Aspek keuangan secara umum Materi Teknis: a. Pengelolaan sampah skala rumah tangga, meliputi: Proses pengumpulan proses pewadahan proses pemilahan proses pengolahan sampah organik proses pengolahan sampah non-organik proses pengolahan residu proses pemanfaatan hasil 21
Jenis Pelatihan Pelatihan Untuk Pelatih (TOT) Pelatihan Untuk warga skala rumah tangga Pelatihan Untuk pelaksana pengelola skala kawasan Peserta Pelatihan Fasilitator Organisasi Masyarakat 3R (KSM) Satker Warga yang terlibat langsung di lokasi 3R warga yang tidak terlibat langsung (dari lain lokasi) Waktu Pelatihan Pelatihan TOT : 2 hari (70 % praktek lapangan, 30 % teori) Pelatihan Pengelola 3R skala rumah tangga : 3 hari (70 % praktek lapangan, 30 % teori) Pelatihan Pengelola 3R skala kawasan : 3 hari (70 % praktek lapangan, 30 % teori) Metoda Pelatihan Ceramah (tutorial) Tanya jawab Diskusi Kelompok Kunjungan lapangan (studi banding) 22
2.5
Aspek Pembiayaan
Aspek pembiayaan dalam kegiatan pengelolaan sampah 3R ini diperlukan untuk memberikan panduan khususnya skala rumah tangga dan kawasan. Pembiayaan skala rumah tangga dan kawasan ; pembelian/pengadaan sarana pewadahan pelatihan warga tentang pemilahan skala rumah tangga pembiayaan studi banding / benchmarking penguatan kelembagaan kunjungan pameran kampanye peranserta pembangunan TPST sarana pengolahan sampah organik nonorganik sewa lahan tenaga kerja Listrik Suku cadang
23
24
KOMPOSTER
KOMPOS
RUMAH TANGGA
B3
GEROBAK/ MOTOR 3R
NON ORGANIK
KERAJINAN TANGAN
SAMPAH CAMPUR
SKALA SUMBER
25
26
27
28
PROSES 3R DI TPST
Pada prinsipnya teknologi skala kawasan yang dipilih adalah tepat-guna dan ramah lingkungan. Lingkup pengelolaan sampah skala kawasan minimal meliputi wilayah satu Rukun Tetangga (RT). Jumlah penghuni sebanyak 40 KK atau sekitar 200 jiwa. Dengan ratarata produksi sampah 1 KK sebanyak 3 liter perhari, maka jumlah sampah 1 RT sekitar 600 liter atau 0,6 meter kubik. Pengelolaan sampah TPST meliputi kegiatan : A. Penampungan Sampah Sampah yang masuk merupakan sampah yang sudah terpilah di warga. Pengangkutan sampah dari sumber menggunakan alat angkut yang sudah terpilah sesuai jenisnya. . B. Pemilahan Sampah Pemilahan dilakukan dengan memilih dan menempatkan sampah sesuai jenisnya. Umumnya dibedakan atas sampah kertas,plastic, gelas,kaca,karet,kulit dll, serta sampah material kompos dan sampah organic yang tidak dapat dikomposkan seperti sabut dan batok kelapa. C. Pengepakan Sampah Non Organik Pengepakan dilakukan sebagai pemadatan sampah agar volumenya berkurang. Pengepakan dilakukan terhadap sampah kertas,plastic dan kaleng serta material organic yang tidak dapat dikomposkan. Pengepakan dilakukan secara manual atau mekanik. Pengepakan secara manual dilakukan dengan cara memasukan sampah dalam kotak kayu. Kedalam kotak kayu tersebut dimasuakn kantong plastic dan pada keempat sisi kotak diluar plastic dipasang tali rapia. Sampah diinjak merata sampai penuh satu kotak. Plastik bagian atas dilipat kemudian diikat. Sampah dikeluarkan dari kotak berbentuk seperti bala pres. Untuk pengepakan secara manual sampah kaleng dan botol minuman dipipihkan terlebih dahulu.
29
Pengepakan secara mekanik dilakukan menggunakan mesin pres. Sampah terpilah dimasukan langsung dalam mesin mesin pres. Jika sudah padat sampah tercetak dikeluarkan kemudian ditutup plastic dan diikat. D. Penempatan sampah terpilah Sampah yang sudah di pres ditempatkan tersendiri sesuai jenisnya. Ditempatkan dalam gudang atau diluar gudang pada tempat beratap. E. Pembuatan Kompos Sampah material kompos adalah sampah mudah membusuk. Pengomposan dilakukan secara aerobic melalui metoda OPEN BIN, OPEN WINDROW dan CASPARY. F. Pengolahan Residu Sampah yang tidak terolah dianggap sebagai residu dan diangkut ke TPA. Pengolahannya dilakukan secara landfill.
PROSES PENGOMPOSAN
30
Open Bin
Adalah cara pengomposan yang dilakukan dengan menempatkan sampah dalam kotak permanen. Kotak dibuat sesuai dengan volume sampah yang akan dikomposkan. Dibuat parallel atau kotak-kotak pengomposan diletakan dalam satu kotak besar kemudian dibuat sekat menjadi kotak kecil pengomposan.
Sistem pengudaraan, selain diperoleh dengan melakukan pembalikan, diperoleh pula dengan menempatkan lubang-lubang pada bagian tepi kotak. Pengomposan ini lebih diarahkan untuk pengomposan sampah dengan tekstur yang sangat halus seperti kotoran hewan.
Open Windrow,
adalah pengomposan dengan melakukan penumpukan sampah tanpa alat pencetak. Tumpukan bisa berbentuk persegi panjang atau trapesium. Sistem pengudaraan selain dari proses pembalikan, diperoleh pula dari proses penganginan dari setiap sisi tumpukan sampah.
31
Caspary
adalah melakukan pengomosan dengan menumpuk sampah menggunakan alat pencetak. Ukuran kotak kecil 1x1x0,5 m dan kotak besar 2x1x0,5 m. Tinggi tumpukan sampah antara 1 sampai 1,5m. Sistem pengudaraan sama seperti metoda open windrow.
Tatalaksananya Metoda Caspary adalah sebagai berikut: Pemilahan Sampah dipilah antara material kompos dengan sampah yang sulit membusuk. Pencetakan Sampah material kompos dimasukan dalam kotak pencetak. Sampah diinjak-injak terutama pada bagian tepi kotak. Dibuat tinggi tumpukan minimal 1 m. Jika tinggi kotak hanya 0,5 m maka setelah mencapai tinggi 0,5 m kotak dinaikan kemudian diisi sampah kembali. Selesai mencetak kotak dibersihkan dan dan disimpan. Penyiraman Peniraman dilakukan pada saat mencetak yaitu pada saat ketinggian 50 cm dan 100 cm. penyiraman dilakukan pula pada saat pembalikan dan pada saat tumpukan sampah terlihat kering. Kadar air tumpukan sampah adalah antara 50 60 %. Pembalikan Pembalikan dilakukan dengan interval waktu sebagai berikut: Pembalikan pertama dilakukan pada hari kesebelas sedangkan pembalikan berikutnya setiap lima hari sekali. Pembalikan seluruhnya sebanyak 7 kali. Pada saat pembalikan dapat dilakukan pula penggabungan antar tumpukan, yaitu setelah pembalikan ketiga. 32
Pengeringan Pengeringan dilakukan melalui proses penganginan. Kompos disebarpada suatu ruang dengan ketinggian 20 cm, kemudian dibalik-balik. Penyaringan Kompos kering disaring melalui pengayakan. Tekstur kompos ditentukan oleh ukuran mess kawat yang digunakan. Biasanya digunakan mess 0,5 cm untuk tekstur sangat halus, mess 1 cm untuk tekstur halus dan kompos yang tidak lolos dari mess 1 cm dimasukan dalam tekstur kasar. Pengemasan Sesuai dengan ukuran teksturnya kompos dimasukan dalam kemasan. Kemasan bisa dalam plastic atau karung. Agar kompos tidak mudah rusak disimpan di dalam gudang yang kering. Pada bagian dasar tumpukan diberi alas kayu agar terjaga dari kelembaban yang tinggi. Untuk setiap 1 m persegi dapat menampung kompos sekitar 600 kg dengan tinggi tumpukan 1m. Pemanfaatan Kompos sangat baik untuk media tanam berbagai jenis tanaman. Kompos mengandung unsr hara makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga terjadi keseimbangan sediaan unsur hara di dalam tanah. Kompos lebih bersifat pemulih kondisi tanah. Hasil Pengomposan Proses pengomposan sangat efektif dalam mengolah sampah, karena mencapai susut bobot sampai 70% dan susut volume sampai 82 %. Kompos sendiri merupakan nilai tambah dariproses pengomposan. Pengolahan Air Lindi Air lindi dari proses pengomposan harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air. Pengolahan air lindi biasanya dilakukan melalui kolam penyaringan. Untuk memudahkan pengolahan air lindi tempat pengomposan alasnya disemen dan dibuat miring untuk mengarahkan air lindi dan memudahkan dalam pengolahannya. Untuk itu keseluruhan areal pengomposan sebaiknya ternaungi.
33
KUALITAS KOMPOS Parameter Pengkomposan Secara Umum Kadar air (50 60%) Aerasi ( > 50% oksigen diudara) Rasio C/N (20 -40) Ukuran partikel (aerasi alami 5 cm, aerasi buatan 1 cm) Tingkat keasaman (5 8) Ukuran petak (tinggi 1,5 meter, lebar 2,5 meter, panjang bervariasi) Ketersdiaan populasi mikroba Kondisi Cuaca Spesifikasi Kompos Kematangan Kompos Berwarna hitam seperti warna tanah Tidak berbau Temperatur sekitar 28 34 derajat Celcius Bentuknya sudah hancur C/N rasio 15-20 Kemurnian kompos Tidak mengandung logam, gelas, plastik dan karet lebih besar dari 2 mm Tidak mengandung logam berat dan kimia organik seperti pestisida Tidak mengandung benda tajam yang dapat melukai manusia. Organisme Pathogen Fecal Coli < 1000 MPN/gr total solid dalam keadaan kering Salmonella sp. < 3 MPN/4 gr total solid dalam keadaan kering Pencemar Organik Pestisida organo klorin Insektisida dan herbisida Dioksin dan Furan 34
35
Kelebihan Sampah tidak terlihat dari luar Areal pengomposan terlihat rapih Volume sampah terolah sama Modal lebih ringan dari metoda openbin Tumpukan sampah bisa mencapai tinggi oftimal 1,5 Penggunaan lahan fleksibel Proses pembalikan lebih mudah dibanding metoda open bin dan caspary Tumpukan sampah terlihat rapih Volume sampah tercetak lebih banyak dan seragam Tumpukan sampah tidak mudah roboh dan tahan tiupan angin Pengunaan lahan lebih hemat dan Fleksibel
Kekurangan Padat modal Tinggi kotak terbatas Ruang gerak pekerja terbatas Penggunaan lahan terbatas Volume sampah tercetak tidak sama untuk setiap tumpukan Tumpukan sampah rentan tiupan angin Tumpukan sampah mudah roboh
Open Windrow
Caspary
Padat Karya Proses pembalikan lebih rumit dari open-bin atau open windrow
36
Keberlanjutan program sangat ditentukan oleh keseriusan warga dalam menjalankan program yang sudah disepakati dan diilakukan bersama. Melalui kelembagaan yang ada dibuatkan suatu pengaturan yang jelas dan disepakati oleh seluruh warga. Pengaturan ini meliputi aspek pendanaan, aspek peran serta warga dan aspek teknologi yang dipilih seperti terlihat pada gambar sebagai berikut:
PERATURAN HUKUM
KELEMBAGAAN
PERANSERTA MASYARAKAT
PENDANAAN
37
Keberlanjutan program terdiri dari: 1. Pengembangan Pengembangan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat dapat dimasukkan dalam perencanaan jangka pendek, menengah, ataupun jangka panjang sesuai kebutuhan. Pengembangan dapat dilakukan sebagai : Pengembangan system pengolahan termasuk teknologi pengolahan Perluasan kegiatan 3R yang sedang berjalan Penambahan kapasitas olah untuk skala kawasan Pengembangan dapat dilakukan atas permintaan masyarakat atau sudah masuk dalam perencanaan awal. Dalam proses pengembangan perlu diperhatikan : Perlu dilakukan perencanaan target pengurangan sampah sampai waktu tertentu (misalnya 2015) sehingga proses pengembangan dapat dilakukan lebih terarah. Jumlah warga yang terlibat didata dan dipilih karakteristik yang hampir mirip dengan warga yang sedang melaksanakan pengelolaan sampah 3R dan dilakukan tahapan kegiatan seperti proses perencanaan sebelumnya seperti pengenalan, sosialisasi, dll. Pada skala kawasan, pengembangan tergantung dari luas lahan yang ada atau perubahan teknologi pengolahan untuk memperoleh target pengurangan sampah.
Pengembangan dapat dilakukan : Jika ada permintaan dari masyarakat disekitar kawasan Jika lahan masih memungkinkan (untuk skala kawasan) Perencanaan pengembangan meliputi perkiraan jumlah warga yang akan dilibatkan dalam pengembangan pengelolaan sampah 3R terpadu.
38
2. Replikasi Kegiatan replikasi adalah melakukan kegiatan sejenis dalam suatu program yang sama pada lokasi yang berbeda. Kegiatan merupakan modifikasi dari kegiatan di daerah lain yang telah berhasil. Dalam memilih lokasi perlu di dukung dengan kesiapan dan kemauan masyarakat. Pelaksanaannya perlu penyesuaian dengan kondisi dan kebiasaan masyarakat setempat. Tahapan paling penting dalam melakukan replikasi adalah: Penelusuran kemauan masyarakat lokasi terpilih yang dicerminkan dalam surat permintaan dari pemuka masyrakat atau RT/RW atau Pejabat Strukural Penguasa Daerah. Survey lokasi, diutamakan lokasi dengan kondisi yang mirip atau hampir mirip dengan lokasi yang sudah berhasil menerapkan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. Melakukan prosedur pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat seperti yang dilakukan pada lokasi contoh.
39
BAB V PENUTUP
Pedoman pelaksanaan dapat digunakan sebagai acuan bagi pengelola 3R di lokasi yang sama dan atau replikasi di tempat lain dengan ketentuan yang sama. Pedoman Pelaksanaan 3R berbasis masyarakat di kawasan permukiman ini, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tiga buku pedoman yang lain. Pedoman ini harus ditindaklanjuti dalam buku empat (pedoman Monev).
40
41
BUKU IV
Pedoman Monitoring Dan Evaluasi 3 R Berbasis Masyarakat di Kawasan Permukiman
1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN 1.3 SASARAN 2. PEMANTAUAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT 2.1 UMUM 2.2 PEMANTAUAN DI TINGKAT PUSAT 2.3 PEMANTAUAN DI TINGKAT PROVINSI 2.4 PEMANTAUAN DI TINGKAT KOTA/KABUPATEN 2.5 PEMANTAUAN EKSTERNAL 3. EVALUASI PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT 4. REPLIKASI DAN PENGEMBANGAN 4.1 UMUM 4.2 PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU 3R BERBASIS MASYARAKAT 5. PENUTUP
BAB I PENDAHULUAN
1.3 SASARAN
Diperolehnya pedoman monitoring dan evaluasi yang komprehensif mencakup seluruh aspek dalam pengelolaan sampah 3R terpadu berbasis masyarakat
2.2.
Ditingkat Pusat, pemantauan dilakukan oleh Direktorat PLP Ditjen Cipta Karya, Departemen PU dan Tim Koordinasi Pusat. Pemantauan ditekankan kepada :
1. Jumlah provinsi yang melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat 2. Perencanaan Pengelolaaan Sampah Terpadu 3R Berbasis Masyarakat di tingkat provinsi 3. Jumlah kota yang melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat 4. Pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah 3R terpadu pada masing-masing provinsi.
2.3.
Pemantauan di Tingkat Propinsi dilaksanakan melalui kunjungan ke kota/kabupaten terpilih. Pemantauan dilakukan pada beberapa hal sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Pelaksanaan sosialisasi pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat di kota/ kabupaten Pelaksanaan seleksi kota yang berminat melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. Pelaksanaan pemilihan lokasi pada lokasi terpilih Pelaksanaan Survai Lapangan mengenai timbulan dan komposisi sampah serta kondisi masyarakat dan pemilihan teknologi pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat. Pelaksanaan pemilihan fasilitator Pelaksanaan penyiapan masyarakat yang terdiri dari sosialisasi 3R, verifikasi teknologi ditingkat masyarakat, pemilihan lokasi TPST, pembentukan Tim Kerja Masyarakat (TKM), dan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat. Perencanaan pengelolaan sampah terpadu 3R di lokasi terpilih Pelaksanaan pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat Pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat.
5. 6.
7. 8. 9.
2.4.
Pemantauan di Tingkat Kota/Kabupaten dilakukan terhadap pelaksanaan program pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat yang meliputi : 1. Proses sosialisasi kepada seluruh lokasi yang berpotensi mengelola sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. 2. Proses seleksi lokasi berminat di kota/kabupaten. 3. Pelaksanaan Survai Lapangan mengenai timbulan dan komposisi sampah serta kondisi masyarakat dan pemilihan teknologi pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat. 4. Pelaksanaan pemilihan fasilitator 5. Pelaksanaan penyiapan masyarakat yang terdiri dari sosialisasi 3R, verifikasi teknologi ditingkat masyarakat, pemilihan lokasi TPST, pembentukan Tim Kerja Masyarakat (TKM), dan Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat. 6. Perencanaan pengelolaan sampah terpadu 3R di lokasi terpilih 7. Pelaksanaan pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat 8. Pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat yang meliputi : Teknis operasional Pembentukkan kelembagaan Pendanaan Pengaturan dan Perundangan Peran Serta Masyarakat
2.5 2.5.1
Program pemantauan dilakukan dengan alat bantu pantau yang terukur seperti tabel berikut ini: Beri tanda (X) pada kondisi yang ada dilapangan Umum : Letak Lokasi : < 50 m dari rumah terdekat Antara 50 100 m dari rumah Antara 100 500 m dari rumah > 500 m dari rumah terdekat Status lahan : Milik Pemerintah Milik Perorangan Milik Perusahaan Swasta Tanah Wakaf Tidak diketahui Luas Lokasi : Sama dengan atau lebih dari 1000 m2 Antara 500 1000 m2 Antara 200 500 m2 Kurang dari 200 m2
Fisik : Topografi : Lereng Berbukit Datar Hidrologi : Kurang 100 m dari badan air Antara 100 300 m dari badan air Lebih 300 m dari badan air Sumber air : Air sungai Air danau Air tanah Lainnya ............................................ Penggunaan lahan sebelumnya : Jalur hijau Tegalan Sawah Rawa Danau Rumah Tanah tidak terurus Lainnya...............................
2.5.2 2.5.2.1
Pola pewadahan, baik untuk individual dan komunal : Satu jenis pewadahan untuk semua sampah Pewadahan terpilah antara sampah organik dan non organik Pewadahan terpilah antara sampah organik, non organik, dan sampah B3 Pewadahan dengan warna gelap untuk sampah mudah terurai secara alamiah seperti daun, sisa makanan, sayuran Pewadahan dengan warna terang untuk sampah tidak mudah membusuk seperti plastik, gelas, kertas, logam, kain. Jumlah pewadahan lebih dari satu dengan warna berbeda dapat dilakukan sesuai dengan jenis komponen yang dipilah. Pewadahan dengan warna merah dengan tanda berbahaya untuk sampah B3 rumah tangga seperti bekas kemasan obat, kemasan pestisida, kemasan obat pemeberantas serangga, dll. Penempatan wadah, berlaku untuk individual dan komunal : Ditempatkan dekat dengan sumber sampah : Didekat dapur untuk sampah organik mudah membusuk Diarea ruang bersih untuk sampah non organik tidak mudah membusuk dan kering Tidak menganggu aktifitas lalu lalang penghuni Mudah dalam aksesibilitas untuk pengisian dan pengosongan.
Bahan wadah : Plastik Logam Kayu Rotan Lainnya sebutkan........................ Bentuk pewadahan : Kotak Silinder Lainnya sebutkan.................. Metoda pewadahan : Ada tutup Tidak ada tutup Ukuran Wadah : Lebih kecil dari 10 liter Antara 10 liter 30 liter Antara 30 liter 60 liter Diatas 60 liter
10
Bau hasil kompos : Berbau seperti humus Berbau busuk Tidak berbau Lainnya sebutkan........... Bentuk kompos : Mempunyai tekstur yang halus Masih kasar terlihat ada materi organik tidak hancur Lainnya sebutkan............. Daur ulang sampah non organik : Menggunakan teknologi yang berbahaya bagi kesehatan Menggunakan bahan kimia spserti lem, bensin, minyak tanah Menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan (misalnya air buangan) Memerlukan ketrampilan khusus yang sulit dilakukan orang awam Produk daur ulang : Kertas untuk kertas seni dan barang seni lainnya Plastik untuk barang seni kerajinan tangan Lainnya sebutkan................
12
2.5.2.3
Pengumpulan
Jenis alat pengumpulan : Gerobak/motor sampah biasa Gerobak sampah 3R Motor sampah 3R Lainnya sebutkan................ Pola pengumpulan : Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah tercampur dalam satu gerobak Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah dengan gerobak atau motor sampah 3R (bak terpilah untuk beberapa jenis sampah) Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah dengan gerobak atau motor sampah beberapa gerobak dimana masing-masing gerobak mengumpulkan jenis sampah tertentu pada hari yang sama. Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah dengan gerobak atau motor sampah beberapa gerobak dimana masing-masing gerobak mengumpulkan jenis sampah tertentu pada hari yang berbeda Lainnya sebutkan................................
Operasional pengumpulan : Frekuensi pengumpulan : Setiap hari Tiga hari sekali Seminggu sekali Lainnya sebutkan.................... Frekuensi pengumpulan disesuaikan dengan komponen sampah: Sampah mudah membusuk : Setiap hari Tiga hari sekali Seminggu sekali Lainnya sebutkan.................... Untuk sampak kering ; Setiap hari Tiga hari sekali Seminggu sekali Lainnya sebutkan.................... Untuk sampah B3 dikumpulkan : Setiap hari Tiga hari sekali Seminggu sekali Lainnya sebutkan.................... Daerah pelayanan mencakup : Lebih dari 500 kk 300- 500 kk 100 300 kk 50 100 kk Kurang dari 50 kk Pelaksanaan pengumpulan dilakukan oleh : Dinas Kebersihan atau sejenis Petugas khusus dari RW/Kelurahan Swadaya masyarakat oleh KSM Kelompok aktif masyarakat : Karang Taruna, PKK, dll Lainnya sebutkan............ 14
2.5.2.4
Jenis teknologi yang digunakan : Pengkomposan sampah organik Pengolahan sampah kertas Pengolahan sampah plastik Lainnya sebutkan Teknologi Pengkomposan yang digunakan : Open Windrows Caspary Open Bin Lainnya sebutkan.......................... Peralatan Bantu Pengkomposan : Alat Penghancur Sampah Organik Cairan aktivator seperti EM4, dll. Lainnya sebutkan............. Kapasitas TPST : Diatas atau sama dengan 2 ton (10 m3) per hari Antara 1 ton 2 ton per hari Kurang dari 1 ton per hari
Cakupan Layanan : Diatas atau sama dengan 1000 kepala keluarga Antara 750 1000 kepala keuarga Antara 500 750 kepala keluarga Antara 250 500 kepala keluarga Antara 100 250 kepala keluarga Antara 40 100 kepala keluarga Dibawah 40 kepala keluarga Warna hasil kompos Hitam seperti tanah Coklat tua Lainnya sebutkan........... Bau hasil kompos : Berbau seperti humus Berbau busuk Tidak berbau Lainnya sebutkan........... Bentuk kompos : Mempunyai tekstur yang halus Masih kasar terlihat ada materi organik tidak hancur Lainnya sebutkan............. Daur ulang sampah non organik : Menggunakan teknologi yang berbahaya bagi kesehatan Menggunakan bahan kimia spserti lem, bensin, minyak tanah Menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan (misalnya air buangan) Memerlukan ketrampilan khusus yang sulit dilakukan orang awam Produk daur ulang : Kertas untuk kertas seni dan barang seni lainnya Plastik untuk barang seni kerajinan tangan Bahan baku pabrik Lainnya sebutkan................ 16
2.5.3 Kelembagaan
Bentuk lembaga : Kelompok Swadaya Masyarakat Bagian dari kepengurusan RT/RW Kelompok Aktif (PKK, Karang Taruna, Perkumpulan keagamaan) Lembaga diluar lingkungan (LSM) Lainnya sebutkan ............................. Struktur Organisasi : pembina ketua Sekretaris Bendahara Unit Monitoring dan Evaluasi Unit kerajinan daur ulang Unit produksi kompos Unit penjualan produk Unit pemeliharaan Unit Diklat Unit penyuluhan Legalitas pembentukan : Surat Keputusan RT/RW Surat Keputusan Lurah Surat Keputusan Camat Surat Keputusan Walikota Lainnya sebutkan.....................
2.5.4 Pendanaan
Biaya Investasi : Pewadahan : Kurang dari Rp. 25.000,- per kk Antara Rp. 25.000 50.000,- per kk Antara Rp. 50.000 Rp. 100.000,- per kk Antara Rp. 100.000,- - Rp. 300.000,- per kk Diatas Rp. 300.000,- per kk Komposter Rumah Tangga : Kurang dari Rp. 25.000,- per kk Antara Rp. 25.000 50.000,- per kk Antara Rp. 50.000 Rp. 100.000,- per kk Antara Rp. 100.000,- - Rp. 300.000,- per kk Diatas Rp. 300.000,- per kk Pengumpulan : Kurang dari Rp. 100.000,- per unit Antara Rp. 100.000,- - Rp. 1.500.000,- per unit Antara Rp. 1.500.000,- - Rp. 2.500.000,- per unit Diatas Rp. 2.500.000,- per unit TPST : Kurang dari Rp. 200 juta Antara 200 juta 1 milyard Diatas 1 milyard.
18
Biaya operasional per tahun : Pengumpulan : Kurang dari Rp. 5.000.000,Antara Rp. 5.000.000,- - Rp. 10.000.000,Antara Rp. 10.000.000,- - Rp. 15.000.000,Diatas Rp. 15.000.000,Biaya Pengolahan di TPST : Kurang dari Rp. 50.000.000,Antara Rp. 50.000.000,- - Rp. 100.000.000,Antara Rp. 100.000.000,- - Rp. 150.000.000,Diatas Rp. 150.000.000,Sumber Dana : Dana Mandiri dari masyarakat Sharing antara masyarakat dan pihak lain Dana APBD pemerintah daerah Dana LSM Lokal Dana LSM Luar Negeri Lainnya sebutkan Alokasi dana meliputi : Operasional : Peningkatan kapasitas (capacity building) dalam sarasehan, Focus Group Discussion, dll Pelatihan Kunjungan lapangan Pameran produk-produk daur ulang Lain-lain sebutkan.............. Pemeliharaan Penggantian komposter yang rusak Pemeliharaan alat pengumpul Pemeliharaan TPST Lainnya sebutkan..................
Pelaporan keuangan : Pembukuan Laporan keuangan triwulan Laporan keuangan tahunan Lainnya sebutkan...................
2.5.6 Pengaturan
Pengaturan dan Peraturan perundangan disarankan mempunyai : Surat Keputusan Pembentukan Organisasi Pengelola Sampah 3R terpadu berbasis masyarakat TKM (Sk Lurah, RW, atau RT) Surat Keputusan (Lurah, RW, RT) tentang iuran bulanan pengelolaan sampah surat Keputusan (Lurah, RW, RT) tentang tata tertib kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah Lainnya sebutkan.............
2.5.7 Operasional
Tingkat operaional saat pemantauan : Sudah berjalan 100 % mencakup sesuai perencanaan Berjalan antara 75 % - 100 % Antara 50 % - 75 % Dibawah 50 %
Evaluasi program adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat dan juga identifikasi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan. Untuk melakukan evaluasi diperlukan indikatorindikator yang penting dan mempengaruhi dalam sistem pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat.
3.1
Indikator
Indikator-indikator penting dalam pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat adalah : 1. Peningkatan peran serta masyarakat dalam keterlibatannya pada program pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. (Diukur berdasarkan jumlah masyarakat yang terlibat) 2. Terbentuknya lembaga (Kelompok Swadaya Masyarakat) dalam pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat, (Diukur dari jumlah lokasi yang mempunyai KSM) 3. Adanya dana yang mendukung keberlanjutan program. (Diukur berdasarkan adanya sumber dana) 4. Adanya teknologi pengolahan sampah yang berkelanjutan dalam mendukung pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat (Diukur berdasarkan jumlah masyarakat yang menerapkannya secara keberlanjutan dan mandiri).
22
5.
Adanya pengaturan yang jelas dalam melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R bebasis masyarakat (diukur berdasarkan surat keputusan, surat edaran, tentang tata cara pengelolaan sampah dari pimpinan wilayah seperti RT, RW dan kelurahan).
Evaluasi pelaksanaan program pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat dilakukan oleh Tingkat Pusat, Propinsi dan Kota/Kabupaten.
3.2
Evaluasi tingkat pusat dilakukan oleh Tim Pusat . Indikator yang perlu diperhatikan dalam evaluasi tingkat pusat adalah sebagai berikut : Jumlah kota/kabupaten melaksanakan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. Jumlah warga masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. Jumlah kota/kabupaten yang sudah memiliki Tim Kerja Masyarakat. Jumlah kota/kabupaten yang memiliki sumber dana mandiri.
3.3
Evaluasi program tingkat propinsi dilaksanakan dengan mempertimbangkan masukan dari hasil monitoring/pemantauan yang dilakukan di lapangan ditambah dengan hasil laporan di tingkat kabupaten. Indikator yang perlu diperhatikan adalah : Jumlah kota/kabupaten yang melaksanakan program pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat Jumlah masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan sampah 3R bebasis masyarakat
Jumlah lokasi yang terlibat dalam pengelolaan sampah 3R Jumlah lokasi yang sudah mempunyai TKM (Tim Kerja Masyarakat) Jumlah sampah terkurangi
3.4
Evaluasi pelaksanaan kegiatan di tingkat Kota/Kabupaten dilakukan dengan mempertimbangkan masukan dari hasil pemantauan yang dilakukan oleh fasilitator dan Kepala Desa/Lurah. Indikator dalam evaluasi tingkat Kabupaten adalah : Jumlah masyarakat pada lokasi terpilih yang terlibat dalam pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. Jumlah Kepala Keluarga yang terlibat langsung dalam kegiatan pelaksanaan pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat. Jumlah sampah terkurangi Jenis produk daur ulang sampah Kesesuaian pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat.
3.5
Program Evaluasi
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat digunakan metoda scoring sperti pada Tabel berikut.
24
3.5.1 Umum :
Lokasi 3 R
Pemantauan
Letak Lokasi : < 50 m dari rumah terdekat Antara 50 100 m dari rumah Antara 100 500 m dari rumah > 500 m dari rumah terdekat Milik Pemerintah Milik Perorangan Milik Perusahaan Swasta Tanah Wakaf Tidak diketahui
Score 1 2 3 1 5 4 3 2 1
Status lahan :
Luas Lokasi : (Sampah tertangani (m3)/0,25) x 500)/luas lahan yang ada. Lebih besar atau sama dengan 1 Antara 0,75 - 1 Antara 0,5 0,75 Kurang dari 0,5 4 3 2 1
Fisik : Pemantauan
Topografi : Lereng Berbukit 1 2 3 1 2 3 3 3 2 Score
Datar Hidrologi : Kurang 100 m dari badan air Antara 100 300 m dari badan air
Lebih 300 m dari badan air Sumber air : Air sungai Air danau Air tanah
Lainnya ............................................ Penggunaan lahan sebelumnya : Jalur hijau Tegalan Sawah Rawa Danau Rumah Tanah tidak terurus Lainnya............................... 1 7 4 2 3 5 6
26
3.5.2 3.5.2.1
Pola pewadahan, baik untuk individual dan komunal : Satu jenis pewadahan untuk semua sampah Pewadahan terpilah antara sampah organik dan non organik Pewadahan terpilah antara sampah organik, non organik, dan sampah B3 Warna Pewadahan : Sampah Organik : Warna Gelap Warna Terang Warna Merah Lainnya sebutkan Sampah Non Organik : Warna Gelap Warna Terang Warna Merah Lainnya sebutkan Sampah B3 : Warna Gelap Warna Terang Warna Merah Lainnya sebutkan
3 2 1
2 3 1
2 1 3
Pemantauan
Penempatan wadah, berlaku untuk individual dan komunal : Ditempatkan dekat dengan sumber sampah : Sampah Organik : Di atau dekat dapur Diluar Rumah Diruang Tamu Sampah Non Organik : Di atau dekat dapur Diluar Rumah Diruang Tamu Letak Pewadahan : Tidak mengganggu aktifitas penghuni Mengganggu aktifitas penghuni Mudah dalam pengosongan Sulit dalam pengosongan Bahan wadah : Plastik Logam Kayu Rotan Lainnya sebutkan........................ Metoda pewadahan : Ada tutup Tidak ada tutup Ukuran Wadah : (Jumlah penghuni x 3 x3)/45 Lebih besar atau sama dengan 1 Antara 0,75 - 1 Antara 0,5 0, 75 Lebih kecil atau sama dengan 0,5
Score
3 2 1 1 2 3 5 3 5 3 4 3 1 2
5 3 4 3 2 1
28
3.5.2.2
Jenis peralalatan komposter yang digunakan : Tong dari plastik yang berlubang Keranjang Tatakura Bak dari kayu berlubang Drum setengah berlubang Lainnya sebutkan........................... 5 5 5 5
Volume komposter : (Jumlah penghuni x 1,5 x50)/2 Diatas atau sama dengan 60 liter Antara 30 60 liter Dibawah 30 liter 3 2 1
Jumlah komposter : Diatas 3 unit per rumah 2 unit per rumah 1 unit per rumah Lainnya sebutkan.................... 3 2 1
Pemantauan
Warna hasil kompos : Hitam seperti tanah Coklat tua Lainnya sebutkan...........
Score
3 2 1
Bau hasil kompos : Berbau seperti humus Berbau busuk Tidak berbau Lainnya sebutkan........... 3 1 2
Bentuk kompos : Mempunyai tekstur yang halus Masih kasar terlihat ada materi organik tidak hancur Lainnya sebutkan............. 3 2
Daur ulang sampah non organik : Tidak menggunakan teknologi yang berbahaya bagi kesehatan Tidak menggunakan bahan kimia spserti lem, bensin, minyak tanah Tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan (misalnya air buangan) Tidak memerlukan ketrampilan khusus yang sulit dilakukan orang awam 3 3 3 3
Produk daur ulang : Kertas untuk kertas seni dan barang seni lainnya Plastik untuk barang seni kerajinan tangan Lainnya sebutkan................ 5 5
30
3.5.2.3
Jenis alat pengumpulan : Gerobak/motor sampah biasa Gerobak sampah 3R Motor sampah 3R Lainnya sebutkan................
Pola pengumpulan : Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah tercampur dalam satu gerobak Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah dengan gerobak atau motor sampah 3R (bak terpilah untuk beberapa jenis sampah) Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah dengan gerobak atau motor sampah beberapa gerobak dimana masing-masing gerobak mengumpulkan jenis sampah tertentu pada hari yang sama. Pengumpulan langsung dari rumah ke rumah dengan gerobak atau motor sampah beberapa gerobak dimana masing-masing gerobak mengumpulkan jenis sampah tertentu pada hari yang berbeda Lainnya sebutkan................................ 1 3 3
Pemantauan
Operasional pengumpulan : Frekuensi pengumpulan : Setiap hari Tiga hari sekali Seminggu sekali Lainnya sebutkan....................
Score
3 2 1
Frekuensi pengumpulan disesuaikan dengan komponen sampah: Sampah mudah membusuk : Setiap hari Tiga hari sekali Seminggu sekali Lainnya sebutkan.................... 3 2 1
Untuk sampak kering ; Setiap hari Tiga hari sekali Seminggu sekali Untuk sampah B3 dikumpulkan : Setiap hari Tiga hari sekali Seminggu sekali Lainnya sebutkan.................... 3 2 1 3 2 1
32
Pemantauan
Daerah pelayanan mencakup : o Lebih dari 500 kk o o o o 300- 500 kk 100 300 kk 50 100 kk Kurang dari 50 kk
Score
5 4 3 2 1
Pelaksanaan pengumpulan dilakukan oleh : o o o o o Kelompok aktif masyarakat : Karang Taruna, PKK, dll Dinas Kebersihan atau sejenis Petugas khusus dari RW/Kelurahan Swadaya masyarakat oleh KSM Lainnya sebutkan................. 1 2 3 4
3.5.2.4
Jenis teknologi yang digunakan : Pengkomposan sampah organik Pengolahan sampah kertas Pengolahan sampah plastik Lainnya sebutkan
Teknologi Pengkomposan yang digunakan : Open Windrows Caspary Open Bin Lainnya sebutkan.......................... 5 5 5
Kapasitas TPST : Diatas atau sama dengan 2 ton (10 m3) per hari Antara 1 ton 2 ton per hari Kurang dari 1 ton per hari 3 2 1
34
Aspek
Cakupan Layanan : Diatas atau sama dengan 1000 kepala keluarga Antara 750 1000 kepala keuarga Antara 500 750 kepala keluarga Antara 250 500 kepala keluarga Antara 100 250 kepala keluarga Antara 40 100 kepala keluarga Dibawah 40 kepala keluarga
Score
7 6 5 4 3 2 1
Warna hasil kompos Hitam seperti tanah Coklat tua Lainnya sebutkan........... 3 2
Bau hasil kompos : Berbau seperti humus Berbau busuk Tidak berbau Lainnya sebutkan........... 3 1 2
Aspek
Bentuk kompos : Mempunyai tekstur yang halus Masih kasar terlihat ada materi organik tidak hancur Lainnya sebutkan.............
Score
3 2
Daur ulang sampah non organik : Tidak Menggunakan teknologi yang berbahaya bagi kesehatan Tidak Menggunakan bahan kimia spserti lem, bensin, minyak tanah Tidak Menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan (misalnya air buangan) Tidak Memerlukan ketrampilan khusus yang sulit dilakukan orang awam 5 5 5 5
Produk daur ulang : Kertas untuk kertas seni dan barang seni lainnya Plastik untuk barang seni kerajinan tangan Bahan baku pabrik Lainnya sebutkan................ 5 5 5
36
3.5.3
Bentuk lembaga : Kelompok Swadaya Masyarakat Bagian dari kepengurusan RT/RW Kelompok Aktif (PKK, Karang Taruna, Perkumpulan keagamaan) Lembaga diluar lingkungan (LSM) Lainnya sebutkan ............................. Struktur Organisasi : pembina ketua Sekretaris Bendahara Unit Monitoring dan Evaluasi Unit kerajinan daur ulang Unit produksi kompos Unit penjualan produk Unit pemeliharaan Unit Diklat Unit penyuluhan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Legalitas pembentukan : Surat Keputusan RT/RW Surat Keputusan Lurah Surat Keputusan Camat Surat Keputusan Walikota Lainnya sebutkan..................... 1 2 3 4
3.5.4
Biaya Investasi : Pewadahan : Kurang dari Rp. 25.000,- per kk Antara Rp. 25.000 50.000,- per kk Antara Rp. 50.000 Rp. 100.000,- per kk Antara Rp. 100.000,- - Rp. 300.000,- per kk Diatas Rp. 300.000,- per kk 5 4 3 2 1
Komposter Rumah Tangga : Kurang dari Rp. 25.000,- per kk Antara Rp. 25.000 50.000,- per kk Antara Rp. 50.000 Rp. 100.000,- per kk Antara Rp. 100.000,- - Rp. 300.000,- per kk Diatas Rp. 300.000,- per kk 5 4 3 2 1
Pengumpulan Gerobak: Kurang dari Rp. 1.000.000,- per unit Antara Rp. 1.000.000,- - Rp. 1.500.000,- per unit Antara Rp. 1.500.000,- - Rp. 2.500.000,- per unit Diatas Rp. 2.500.000,- per unit 4 3 2 1
Pengumpulan Motor: Kurang dari Rp. 10.000.000,- per unit Antara Rp. 10.000.000,- - Rp. 15.000.000,- per unit Antara Rp. 15.000.000,- - Rp. 25.000.000,- per unit Diatas Rp. 25.000.000,- per unit 4 3 2 1 38
TPST : o Kurang dari Rp. 200 juta o Antara 200 juta 1 milyard o Diatas 1 milyard.
3 2 1
Biaya operasional per tahun : Pengumpulan : o Kurang dari Rp. 36.000.000,o Antara Rp. 36.000.000,- - Rp. 75.000.000,o Antara Rp. 75.000.000,- - Rp. 100.000.000,o Diatas Rp. 100.000.000, Biaya Pengolahan di TPST : o Kurang dari Rp. 50.000.000,o Antara Rp. 50.000.000,- - Rp. 100.000.000,- (tanpa mesin pencacah) o Antara Rp. 100.000.000,- - Rp. 150.000.000,-(dengan mesin pencacah) o Diatas Rp. 150.000.000,2 4 4 2 1 3 4 1
Aspek
Sumber Dana : Dana Mandiri dari masyarakat Sharing antara masyarakat dan pihak lain Dana APBD pemerintah daerah Dana LSM Lainnya sebutkan
Score 5 4 3 2
Alokasi dana meliputi : Operasional : Peningkatan kapasitas (capacity building) dalam sarasehan, Focus Group Discussion, dll Pelatihan Kunjungan lapangan Pameran produk-produk daur ulang Lain-lain sebutkan.............. Pemeliharaan Penggantian komposter yang rusak Pemeliharaan alat pengumpul Pemeliharaan TPST Lainnya sebutkan.................. Pelaporan keuangan : Pembukuan Laporan keuangan triwulan Laporan keuangan tahunan 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5
40
3.5.5
Keterlibatan Warga : Seluruh warga 1 kelurahan terlibat Seluruh warga 1 RW terlibat Seluruh warga 1 RT terlibat 50 % warga 1 RT terlibat 25 % warga 1 RT terlibat Perwakilan pada setiap RT/RW di seluruh kelurahan Lainnya sebutkan................. Kelompok aktif di masyarakat yang terlibat : PKK Karang Taruna Jantung Sehat Kelompok agama Arisan Lainnya sebutkan................ Frekuensi pertemuan warga tentang pengelolaan sampah terpadu 3R : Seminggu sekali Dua minggu sekali Sebulan sekali 3 bulan sekali 6 bulan sekali 1 tahun sekali Lebih dari 1 tahun sekali Tidak pernah Lainnya sebutkan....................
3 3 3 3 3
8 7 6 5 4 3 2 1
3.5.6
Pengaturan dan Peraturan perundangan disarankan mempunyai : Surat Keputusan Pembentukan Organisasi Pengelola Sampah 3R terpadu berbasis masyarakat TKM (Sk Lurah, RW, atau RT) Surat Keputusan (Lurah, RW, RT) tentang iuran bulanan pengelolaan sampah surat Keputusan (Lurah, RW, RT) tentang tata tertib kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah Lainnya sebutkan.............
3.5.7
Operasional
Aspek Score 4 3 2 1
42
BAB IV PENUTUP
Dengan tersusunnya Pedoman 4 Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan Pengelolaan Sampah 3R berbasis masyarakat diharapkan dapat menjadi panduan bagi penyelenggaraan 3R yang berkelanjutan sesuai dengan perencanaan awal dan sasaran pengurangan sampah 20 % ditahun 2010. Hasil monitoring dan evaluasi seperti yang tertera pada pedoman ini dapat dijadikan acuan untuk pengembangan maupun replikasi ke daerah sekitarnya. Kami mengharapkan masukan yang konstruktif guna lebih melengkapi pedoman ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang 2. UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, 3. UU No. 32 tahun 2006 tentang Pemerintah Daerah 4. UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan Dan Permukiman 5. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air 6. PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum 7. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2005-2009; 8. Peraturan Menteri PU No. 21/ PRT / M / 2006 tentang Kebijakan Strategi Pengelolaan Persampahan 9. Standar Nasional Indonesia, SNI 19-3964-1994, Metode Pengambilan dan Pengukuran 10. Standar Nasional Indonesia, SNI T-13-1990-F, Tata cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, Departemn Pekerjaan Umum, 1990. 11. Standar Nasional Indonesia, SNI S 04 1991 03, Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan Kota Sedang di Indonesia, Departemen Pekerjaan Umum, 1991. 12. Standar Nasional Indonesia, SNI 19-2454-2002, Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, Departemen Pekerjaan Umum, 2002. 13. Standar Nasional Indonesia, SNI 03-3242-1994, Tata Cara Pengelolaan Sampah di Pemukiman, 14. Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan, Pedoman Pengelolaan Persampahan perkotaan, Departemen PLP Wilayah, , 2003. 15. Departemen PLP Wilayah, Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan, Pedoman Pengelolaan Persampahan perkotaan bagi pelaksana, , 2003. 16. Badan Standarisasi Nasional BSN, Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan, 17. CPIS, Panduan Persiapan Usaha Daur Ulang dan Produksi Kompos, 1992 18. Sri Murniati Djamaludin dan Sri Wahyono, Pengomposan Sampah Skala Rumah Tangga 44
PENASEHAT
Direktur Jenderal Cipta Karya Susmono Kati Andraini Darto
PENYUSUN
Endang Setyaningrum Widhi Handoko Sri Bebassari Djoko Heru Martono Maskana
EDITOR
PT. WASECO TIRTA
Dicetak Untuk DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN EDISI I MARET 2008