Вы находитесь на странице: 1из 24

TINJAUAN PUSTAKA

dan bahan ajar (Anwar, S., 2005). Peng ajar

belajar sekaligus sebagai media pembelajaran adalah buku. Buku yang digunakan sebagai sumber belajar utama dalam pembelajaran suatu bidang studi disebut buku teks atau buku pelajaran atau dapat pula disebut sebagai buku teks pelajaran. Dalam penelitian ini, bahan ajar yang dimaksud adalah buku teks yang membahas pokok bahasan tertentu. Untuk itu, pengertian bahan ajar di sinipun, terkait dengan buku teks. Tarigan dan Djago Tarigan (1990) mendefinisikan buku teks sebagai buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang merupakan buku standar yang disusun oleh pakar dalam bidang itu untuk maksud-maksud dan tujuan instruksional yang dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakai di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008 tentang Buku Teks Pelajaran Pasal 1 dinyatakan bahwa Buku Teks pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka meningkatkan keilmuan, ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan. Standar nasional pendidikan tersebut ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan

(BSNP). Pasal 35 ayat 2 UU No.20 tahun 2003 menyebutkan bahwa BSNP bertugas membuat acuan untuk pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan,

sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan termasuk standarisasi terhadap kualitas buku teks pelajaran. Diperjelas lagi oleh Backingham (Tarigan, 1986) yang menjelaskan bahwa buku teks adalah sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran dalam pengertian modern dan yang umum dipahami. Berdasarkan beberapa pengertian buku teks tersebut, buku teks merupakan salah satu bahan ajar yang berfungsi sebagai sarana penunjang kegiatan pembelajaran. buku teks dapat membantu guru dalam menyampakan materi pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 2. Fungsi Buku Teks sebagai Bahan Ajar Buku teks pelajaran dapat berfungsi sebagai bahan sekaligus media pembelajaran. Fungsi tersebut secara maksimal dapat diperoleh bila buku teks memiliki kualitas yang baik. Buku Teks memiliki fungsi istimewa dalam pembelajaran karena buku teks menyajikan fungsi pokok masalah, mencerminkan sudut pandang, menyediakan sumber yang teratur, menyajikan bahan remedial dan evaluasi, menyajikan gambar, serta menyediakan aneka metode dan sarana pembelajaran (Tarigan dan Djago Tarigan, 1990. Dalam bukunya, Greene dan Petty (1971) menyebutkan bahwa, ada beberpa fungsi dari buku teks, yaitu sebagai berikut:

10

a) Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pengajaran yang disajikan. b) Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa. c) Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai keterampilan-keterampilan ekspresional d) Menyajikan bersama-sama dengan buku manual yang mendampinginya, mengenai metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi para siswa. e) Menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan juga sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis. f) Menyajikan bahan atau sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna. Dengan membaca buku teks, siswa atau pembaca dapat mengatur sendiri kecepatan mempelajari suatu materi pembelajaran sesuai dengan daya tangkapnya masing-masing. Selain itu, buku teks memberikan kesempatan pada pemiliknya untuk menyegarkan kembali ingatan tentang materi pembelajaran yang pernah dipelajari. 3. Syarat-Syarat Buku Teks yang Berkualitas Agar buku teks dapat berfungsi sebagai bahan ajar yang baik, maka buku

teks harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Mungin Eddy Wibowo menyebutkan

11

bahwa buku pelajaran yang baik harus memenuhi aspek isi materi pelajaran, penyajian, bahasa dan keterbacaan, serta aspek grafika. a) Aspek isi materi pelajaran Materi pelajaran merupakan bahan pelajaran yang disajikan dalam buku pelajaran. Buku pelajaran yang baik memperhatikan relevansi, adekuasi, keakuratan, dan proporsionalitas dalam penyajian materinya. 1) Relevansi Buku pelajaran yang baik memuat materi yang relevan dengan tuntutan kurikulum yang berlaku, relevan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan tingkat pendidikan tertentu, serta relevan dengan tingkat perkembangan dan karakteristik siswa yang akan menggunakan buku pelajaran tersebut. 2) Adekuasi/kecukupan Kecukupan mengandung arti bahwa buku tersebut memuat materi yang memadai dalam rangka mencapai kompetensi yang diharapkan. 3) Keakuratan Keakuratan mengandung arti bahwa isi materi yang disajikan dalam buku benar-benar secara keilmuan, mutakhir, bermanfaat bagi kehidupan, dan pengemasan materi sesuai dengan hakikat pengetahuan. 4) Proporsionalitas Proporsionalitas berati uraian materi buku memenuhi keseimbangan kelengkapan, kedalaman, dan keseimbangan antara materi pokok dengan materi

pendukung.

12

b) Aspek Penyajian Buku pelajaran yang baik menyajikan bahan secara lengkap, sistematis, sesuai dengan tuntutan pembelajaran yang berpusat pada siswa, dan cara penyajian yang membuat enak dibaca dan dipelajari. c) Bahasa dan Keterbacaan Bahasa adalah sarana penyampaian dan penyajian bahan, seperti kosakata, kalimat, paragraf, dan wacana. Keterbacaan berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa bagi tingkatan siswa. d) Aspek Grafika Grafika merupakan bagian dari buku pelajaran yang berkenaan dengan fisik buku, meliputi ukuran buku, jenis kertas, cetakan, ukuran huruf,warna, dan ilustrasi, yang membuat siswa menyenangi buku yang dikemas dengan baik dan akhirnya juga meminati untuk membacanya. Selain itu, menurut Greene dan Petty, terdapat sepuluh kriteria buku teks yang berkualitas. Kesepuluh kriteria tersebut adalah sebagai berikut: a) Buku teks haruslah menarik minat siswa yang mempergunakannya b) Buku teks harus mampu memberi motivasi kepada para siswa yang memakainya c) Buku teks harus memuat ilustrasi yang menarik hati para siswa yang memanfaatkannya d) Buku teks seyogyanya mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga

sesuai dengan kemampuan para siswa yang memakainya. e) Isi buku teks harus berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya

13

f) Buku teks harus dapat menstimulus, merangsang aktivitas-aktivitas pribadi para siswa yang mempergunakannya g) Buku teks harus dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak membingungkan para siswa yang membacanya h) Buku teks harus mempuyai sudut pandang yanng jelas dan tegas i) Buku teks harus memberi pemantapan, penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa. j) Buku teks harus menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para siswa pembacanya. B. Kekhasan Buku Teks Kimia Bentuk penyajian bahan ajar kimia dapat berupa uraian, gambar dan simbol, formulasi matematis dan dalam bentuk konkret. Kesulitan mempelajari juga dapat menjadi khas untuk masing-masing bentuk.(Anwar, S., 2009) 1. Penyajian bahan ajar kimia dalam bentuk uraian Hampir semua penjelasan suatu ilmu pengetahuan senantiasa menggunakan bentuk uraian. Para ahli kimia menjelaskan gagasan dan penemuannya seringkali juga dalam bentuk uraian. Penulis buku berusaha meramu kata-kata dengan harapan agar tulisannya itu dapar dibaca dan dimengerti oleh para pembaca. Meskipun demikian tidak jarang kita temukan suatu penjelasan dalam bentuk uraian yang sulit dimengerti. Hal ini disebabkan pertama oleh terlalu sulitnya

penjelasan tersebut bagi pembaca, kedua uraian tersebut disajikan dalam bentuk yang sulit (komplek dan rumit) dan ketiga adalah pembaca tidak mengerti istilah-

14

istilah yang disajikan, karena pembaca tidak mempunyai dasar pengetahuan tentang itu. Peran reduksi didaktik disini akan dapat dirasakan di dalam menguasai kesulitan-kesulitan tersebut diatas. 2. Penyajian bahan ajar kimia dalam bentuk gambar dan simbol Jika kita belajar kimia, tidak akan lepas dari penjelasan gambar dan simbol. Ilmu kimia mempelajari materi dari sudut submikroskopis yang bersifat abstrak, dimana tanpa penjelasan dalam bentuk gambar, simbol, model akan sulit dipahami. Suatu reaksi kimia disajikan dalam bentuk simbol. Penjelasan tersebut merupakan penjelasan kualitatif, akan tetapi dibalik itu tersirat penjelasanpenjelasan kuantitatif. Penjelasan simbol-simbol tersebut dapat kita reduksi tingkat kesulitannya. 3. Penyajian bahan ajar kimia dalam bentuk formulasi matematis Salah satu tanda ilmu pengetahuan alam adalah ditemukannya penjelasanpenjelasan dalam bentuk formulasi matematis. Hal ini menjadi salah satu alas an mahasiswa tidak senang dengan pelajaran IPA. Hal ini disebabkan antara lain oleh kurangnya pengetahuan dasar matematis. Penjelasan bahan ajar kimia dalam bentuk ini akan dapat dipahami dengan baik jika kita mereduksi secara didaktis penjelasan tersebut. 4. Penyajian bahan ajar kimia dalam bentuk konkret Di dalam pengajaran kimia, praktikum mempunyai peran yang sangat vital, sehingga merupakan suatu hal yang sedapat mungkin dilakukan dalam

pengajaran. Khusus untuk demonstrasi seorang ahli pengajaran kimia H. Schnidkunz telah membuat penelitian optimalisasi demonstrasi kimia dari sudut

15

psikologi. Hasil penelitian ini menunjukan penyajian demontrasi paling optimal. Jelas, bahwa penjelasan konkret ilmu kimia ini perlu disesuikan dengan perkembangan mahasiswa, artinya harus direduksi secara didaktis. C. Keterbacaan Keterbacaan berbeda dengan membaca. Meskipun keduanya terbentuk dari kata dasar baca, namun imbuhan yang mengikutinya menyebabkan keduanya memiliki makna yang berbeda. Keterbacaan merupakan alih bahasa dari readability. Bentuk readability merupakan kata turunan yang dibentuk oleh bentuk dasar readable artinya dapat dibaca atau terbaca. Konfiks ke-an pada bentuk keterbacaan mengandung arti hal yang berkenaan dengan apa yang tersebut dalam bentuk dasarnya. Kita dapat mendefinisikan keterbacaan sebagai hal atau ikhwal terbaca-tidaknya suatu bahan bacaan tertentu oleh pembacanya. Keterbacaan ini mempersoalkan tingkat kemudahan suatu bahan bacaan tertentu, atau dengan kata lain keterbacaan (readability) adalah ukuran tentang sesuai tidaknya suatu bacaan bagi pembaca tertentu dilihat dari segi tingkat kesulitan atau kemudahan wacananya. Seseorang yang memiliki peringkat baca tinggi secara ideal mampu memahami setiap teks/buku yang dibacanya. Namun apabila buku tersebut memiliki tingkat keterbacaan yang tidak sesuai untuk dirinya, ia belum tentu dapat memahami dengan mudah. Menurut Dale dan Chall (dalam Harjasujana, 1992), keterbacaan adalah

seluruh unsur yang ada dalam teks yang berpengaruh terhadap keberhasilan

16

pembaca dalam memahami materi yang dibacanya pada kecepatan membaca yang optimal. Pendapat lain tentang keterbacaan adalah bahwa keterbacaan berkaitan dengan tiga hal, yaitu kemudahan, kemenarikan, dan keterpahaman. (Gilliland dalam Sulistyorini, H., 2006). Berdasarkan beberapa definisi keterbacaan yang telah dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa keterbacaan merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kemudahan atau kesulitan dalam memahami suatu bacaan. Keterbacaan berkaitan dengan keadaan tulisan atau cetakan yang jelas, mudah, menarik, dan menyenangkan untuk dibaca sehingga pesan yang disampaikan benar-benar dapat diterima oleh pembaca. Rothwell dan Kazanaz (dalam Sitepu, 2010) menyarankan kepada penulis bahan belajar agar membuat bahan belajar itu mudah dibaca dilihat dari kemampuan pembaca. Hal tersebut dikarenakan keterbacaan bersifat subjektif terhadap masing-masing pembaca. Keterbacaan dapat dipengaruhi oleh kosa kata, struktur isi dan kalimat, visualisasi serta ilustrasi yang dipergunakan. Masingmasing komponen ini diukur dan dinilai berdasarkan kriteria pandangan pembaca. D. Pemahaman Konsep Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti mengerti benar akan sesuatu hal (Poerwadarminta, 1990). Pemahaman merupakan jenjang kemampuan untuk mengetahui sesuatu hal serta dapat melihatnya dari berbagai segi. Pendapat lain mengenai pemahaman adalah kemampuan menyerap arti dari materi yang

dipelajarinya (Arifin, M 2003). Berdasarkan kategori kemampuan hasil belajar

17

menurut Bloom, pemahaman termasuk ke dalam domain kognitif (Firman, H.,1991). Konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang dapat digunakan sebagai dasar pengelompokkan benda-benda, simbol-simbol atau peristiwaperistiwa yang memungkinkan manusia berfikir. Menurut Rosser dalam Ratna Willis Dahar (1996), konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Konsep-konsep merupakan batu-batu pembangun berfikir. Tujuan dari proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan (Sudjana, N., 2005). Dalam hal ini yaitu siswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep yang terdapat pada materi pelajaran yang telah diperolehnya pada proses belajar mengajar. Batasan bahwa siswa dikatakan telah mamahami materi pelajarn menurut Bloom adalah apabila telah memenuhi tigga aspek, yaitu: 1. Aspek Translasi, meliputi kemampuan menerjemahkan sesuatu dari bentuk abstrak ke bentuk yang lebih kongkrit, serta kemampuan menerjemahkan suatu simbol ke dalam bentuk lain. 2. Aspek Interpretasi, meliputi kemampuan membedakan kesimpulan yang diperlukan dan yang tidak diperlukan dari suatu data serta kemampuan memahami dan menafsirkan dengan kedalaman dan kejelasan dari berbagai

bacaan.

18

3. Aspek Ekstrapolasi, meliputi kemampuan untuk menyimpulkan dan menyatakan lebih eksplisit serta kemampuan untuk memprediksikan konsekuensi dari tindakan yang digambarkan pada sebuah komunikasi. Siswa dapat dikatakan dapat memahami konsep-konsep yang dipelajarinya, apabila sudah dapat memenuhi hal-hal tersebut di atas. konsep-konsep tersebut harus benar-benar dipahami sehingga dapat memberikan solusi yang dihadapi siswa berdasarkan konsep yang telah dipelajari. E. Kemandirian Belajar Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya (Burton dalam Fitriah, N., 2006). Sedangkan menurut Arifin, M (2000), belajar merupakan proses aktif individu untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar, baik individu maupun kelompok, baik mandiri maupun dibimbing. Dengan demikian, belajar dapat diartikan suatu proses aktif yang dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dan adanya interaksi antara individu dengan lingkungan sekitar. Kemandirian belajar dapat diartikan sebagai kemandirian seorang individu dalam mengontrol kegiatan belajarnya. Belajar tidak harus dibimbing oleh guru atau dosen. Melalui hubungan dengan teman sebaya, individu dapat belajar berpikir secara mandiri mengambil keputusan sendiri menerima ataupun menolak

pandangan dan nilai yang berasal dari keluarga dan mempelajari pola perilaku yang diterima di dalam kelompoknya (Hurlock dalam Zainun, 2002).

19

Dengan adanya kemandirian belajar, diharapkan proses pembelajaran tersebut memberikan pengaruh dalam membangun pikiran, perasaan, strategi serta perilakunya sendiri sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Schunk dan Zimmerman (dalam Fahinu, 2007), Siklus kemandirian belajar, dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:

Refleksi Monitoring Evaluasi Perencanaan

Вам также может понравиться