Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
IDENTITAS PASIEN Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Pekerjaan Status pernikahan Agama Bangsa/suku Pendidikan Tanggal masuk RS Tanggal pemeriksaan : Tn. NA : 29 tahun : Laki-laki : Poris Jaya, Tangerang. : Tidak bekerja : Belum menikah : Islam : Melayu : SMA : 13 Desember 2012 : 28 Desember 2012
A. Keluhan Utama
Pasien dibawa dengan keluhan berbicara tidak jelas, tidak mau tidur dan mengamuk sejak 2 tahun lalu.
Pasien datang ke IGD RS Jiwa Dr, Soeharto Heerdjan pada tanggal 13 Desember 2012 diantar oleh ayah kandung pasien karena pasien sering berbicara tidak jelas, tidak mau tidur dan mengamuk. Pasien dirantai oleh keluarganya di kamar sejak 2 bulan yang lalu. Pasien pertama kali menunjukkan perilaku yang tidak biasa sekitar 12 tahun lalu saat pasien duduk di kelas 3 SMA. Pasien tidak mau mengikuti ujian akhir sekolah sehingga pasien tidak lulus. Pasien mengurung diri di rumah, tidak mau keluar rumah dan bersosialisasi. Semakin lama perilaku pasien semakin aneh dan menyendiri. Pasien menjadi mudah tersinggung, sering membanting barang dan berkata kasar ke keluarganya. Pasien mengatakan bahwa ada suara-suara yang didengarnya berupa suara seorang laki-laki yang sudah meninggal. Suara tersebut menyuruhnya untuk mengucapkan kata-kata kasar dan membanting barang. Riwayat kecelakaan, atau sakit kronis sebelumnya disangkal pasien.
2. Gangguan Medik
Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan ataupun sakit seperti hipertensi, kencing manis pada pasien dan keluarganya.
3.
4.
a. Hubungan sosial Pasien senang bergaul dan mempunyai cukup banyak teman bermain. Hubungan pasien dengan saudara kandungnya cukup baik. b. Riwayat Pendidikan
SD : Tidak pernah tinggal kelas, memiliki cukup banyak
teman.
SMP : Tidak pernah tinggal kelas, memiliki cukup banyak
teman. Pasien termasuk murid yang pintar di kelasnya. SMA : Pasien tidak melaksanakan ujian akhir sehingga tidak lulus SMA. Pasien lalu mengambil Paket C. c. Riwayat Psikoseksual Pasien memiliki seorang teman perempuan yang dia sukai, namun pasien tidak mau pacaran karena takut dosa. d. Latar Belakang Agama Pasien beragama Islam, cukup taat dalam beribadah sebelum sakit.
5. Masa Dewasa
a. Riwayat Pekerjaan Pasien pernah bekerja sebagai seorang office boy di kantor tempat pamannya bekerja pada tahun 2008. Awalnya pasien rajin bekerja namun lama-kelamaan semakin malas karena gaji yang dirasa kurang mencukupi. Setelah beberapa bulan bekerja, pasien mengundurkan diri. Setelah itu pasien tidak bekerja lagi.
b. Aktivitas sosial.
Pasien cukup mempunyai banyak teman sebelum sakit. Sejak sakit Pasien sulit untuk bersosialisasi karena selalu merasa curiga karena merasa orang orang selalu membicarakannya. c. Riwayat Pernikahan Pasien belum pernah menikah.
E. Riwayat Keluarga
Tn. N
Ny. M
Keterangan:
Pria
Wanita
Ayah pasien (Tn. N) 52 tahun, pensiunan Telkom. Ibu pasien (Ny. M) 47 tahun, wiraswasta. Pasien (Tn. NA) 29 tahun. Pasien memiliki 2 adik perempuan dan 2 adik laki-laki.
Menurut pengakuan ayah pasien, tidak ada anggota keluarga ini maupun sanak saudara yang diketahui memiliki riwayat psikiatri.
II. STATUS MENTAL A. Gambaran Umum 1. Penampilan Pasien seorang laki-laki berusia 29 tahun, tampak lebih tua dari usianya, postur tubuh tidak terlalu tinggi dan kurus, kulit tampak cukup bersih dengan rambut tercukur pendek dan rapi, berpakaian seragam pasien warna coklat. Saat wawancara pasien tampak tenang, kontak mata dengan pemeriksa baik.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor Sebelum wawancara Selama wawancara : Pasien sedang duduk di ruang makan. : Pasien duduk dengan tenang dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Pasien menjawab pertanyaan dengan lancar, spontan, dan cukup jelas. Pasien bersifat
cukup terbuka dan bercerita banyak hal. Kontak mata dengan pewawancara baik. Sesudah wawancara : pasien kembali berinteraksi dengan pasien lainnya.
3. Sikap terhadap pemeriksa Pasien bersikap kooperatif dan menjawab semua pertanyaan pewawancara dengan aktif dan bersemangat.
: stabil : Hipotimik
C. Bicara Pasien banyak berbicara, dengan kecepatan produksi bicara yang normal, serasi, spontan dan lancar, dengan banyaknya ide-ide cerita. Isi pembicaraan pasien dapat dipercaya.
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi 2. Ilusi 3. Depersonalisasi 4. Derealisasi
: terdapat halusinasi auditorik dan halusinasi visual : tidak ada : tidak ada : tidak ada
E. Pikiran
1. Proses atau bentuk pikiran
Dari produktivitasnya, pasien memiliki banyak ide namun tidak ada flight of ideas. Pasien menjawab dengan segera setelah pertanyaan diajukan dengan respon yang relevan dan terdapat hubungan sebab akibat yang jelas dalam penjelasan pasien (koheren). Pasien tampak banyak berbicara (logore). Tidak terdapat asosiasi longgar, gangguan kontinuitas pikiran, word salad, maupun neologisme.
2. Isi pikiran Waham Preokupasi Obsesi Kompulsi Fobia : terdapat waham kebesaran dan waham kejar : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada
F. Sensorium dan kognitif 1. Kesiagaan dan tingkat kesadaran Kesadaran neurologis/sensorium : compos mentis Kesadaran Psikologis : terganggu
2. Orientasi Daya orientasi waktu : Baik (pasien dapat mengetahui waktu wawancara pada siang hari) Daya orientasi tempat : Baik (pasien sadar bahwa pasien sekarang berada di RSJSH dan tinggal di bangsal elang) Daya orientasi personal : Baik ( pasien mengetahui sedang di wawancara oleh dokter muda)
3. Daya ingat
Daya ingat jangka pendek : Baik (pasien dapat mengingat menu sarapan paginya) Daya ingat segera : Baik (pasien dapat mengingat dan mengulang angka 3,4,5 secara berturut-turut dari awal dan dapat mengulangnya mulai dari angka yang terakhir.
4. Konsentarasi dan perhatian Pasien memiliki kemampuan konsentrasi dan perhatian yang baik. Hal ini dibuktikan dengan pasien dapat mengurangi 5 secara berurutan dari 100 dan pasien dapat mengeja kata rumah secara mundur.
Pasien mampu bereaksi terhadap suatu kalimat seperti tutuplah mata anda dan selanjutnya pasien melakukan yang di perintahkan oleh kalimat tersebut. Pasien juga dapat disuruh menuliskan kalimat yang sederhana seperti saya mau sembuh.
6. Kemampuan visuospasial Pasien mempunyai kemampuan visuospasial yang baik karena mampu menirukan gambar yang bertumpang tindih seperti segitiga lingkaran.
7. Pikiran abstrak Pasien memiliki pikiran abstrak yang baik karena pasien dapat mengetahui peribahasa ada gula ada semut, mengetahui persamaan antara bola dan jeruk yaitu sama-sama bulat dan perbedaannya yaitu bola dapat di mainkan sedangkan jeruk dimakan.
Tilikan
: derajat 4 (menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak memahami penyebab sakitnya).
I. Reliabilitas Daya nilai sosial Uji daya nilai Penilaian realita : Baik : Baik : Baik
10
IV.STATUS FISIK A. Status Internus Keadaan umum Kesadaran Tanda Vital : Baik : Compos mentis :
Tekanan drah : Tidak dilakukan pemeriksaan Nadi Suhu Pernapasan : 88 kali/menit : 36,6C : 16 kali/menit
Pemeriksaaan Fisik Kepala Mata THT Mulut Leher Jantung Paru Abdomen Ekstremitas Kulit : Normocephali, rambut hitam, distribusi merata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-) : Normotia, deviasi septum (-), T1-T1 (+) tenang : bibir tidak kering, oral hygiene baik : Tidak teraba pembesaran KGB maupun Tiroid : BJ I/II regular murni, gallop (-), murmur (-) : Suara nafas vesikuler, Ronchi -/-, Wheezing -/: Tidak dilakukan pemeriksaan. : Simetris, Akral hangat : Tidak ada kelainan
11
B. Status Neurologis Tanda rangsang meningeal Refleks fisiologis : Tidak dilakukan Pemeriksaan : Tidak dilakukan pemeriksaan
V.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium (Jumat, 14 Desember 2012)
VI. Ikhtisar Penemuan Bermakna Pasien seorang laki-laki berusia 29 tahun, tampak lebih tua dari usianya, postur tubuh tidak terlalu tinggi dan kurus, kulit tampak cukup bersih dengan rambut tercukur pendek dan rapi, berpakaian seragam pasien warna coklat. Saat wawancara pasien tampak tenang, kontak mata dengan pemeriksa baik
12
Pasien pertama kali menunjukkan perilaku yang tidak biasa sekitar 12 tahun lalu saat pasien duduk di kelas 3 SMA. Pasien tidak mau mengikuti ujian akhir sekolah sehingga pasien tidak lulus. Pasien mengurung diri di rumah, tidak mau keluar rumah dan bersosialisasi. Semakin lama perilaku pasien semakin aneh dan menyendiri. Pasien menjadi mudah tersinggung, sering membanting barang dan berkata kasar ke keluarganya. Pasien mengatakan bahwa ada suara-suara yang didengarnya berupa suara seorang laki-laki yang sudah meninggal. Suara tersebut menyuruhnya untuk mengucapkan kata-kata kasar dan membanting barang. Pada tahun 2007 pasien dirawat di RSJSH tetapi pasien berhasil kabur. Setelah pasien berhasil sampai di rumahnya, keluarga tidak membawa pasien kembali ke RS. Sejak saat itu pasien tidak pernah mendapatkan perawatan psikiatri maupun obat sampai akhirnya pada 13 Desember 2012 pasien kembali dirawat di RSJSH. Dari pemeriksaan psikiatri didapatkan: Kesadaran neurologisnya compos mentis. Halusinasi auditorik, dan halusinasi visual (+), waham kebesaran (+), waham kejar (+), halusinasi (+). Daya nilai realitanya terganggu (adanya waham dan halusinasi). Tilikannya derajat 4. Pemeriksaan status internus, neurologis, penunjang laboratorium dan radiologi dalam batas normal.
VII. Formulasi Diagnostik Aksis I: Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus Perhatian Khusus Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan kedalam: 1. Gangguan kejiwaan karena adanya :
Gejala kejiwaan berupa gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dan halusinasi visual, adalanya gangguan isi pikir yaitu isi pikir berupa waham kebesaran dan waham kejar.
13
Ganguan fungsi / hendaya dan disabilitas: ganguan dalam fungsi sosial Distress / penderitaan: bicara sendiri, marah-marah tanpa alasan yang jelas, dan selalu merasa curiga.
2. Gangguan jiwa ini sebagai Gangguan Mental Non Organik (GMNO), karena:
Tidak ada penyakit organik spesifik yang diduga berkaitan dengan gangguan jiwanya Tidak ada penurunan kesadaran patologis Tidak ada gangguan sensoriun atau gangguan kesadaran neurologik Tidak ada gangguan kognitif (orientasi dan memori) Tidak ada gangguan akibat penyalahgunaan obat dan psikoaktif yang berefek pada episode saat ini
3. Gangguan psikotik, karena adanya hendaya dalam menilai realita yang dibuktikan dengan adanya: - Waham - Halusinasi - Gagasan rujukan - Perilaku terdisorganisasi : : : : kebesaran dan kejar visual dan auditorik (+) marah marah, mengamuk, curiga
Menurut PPDGJ III, gangguan psikosis ini adalah skizofrenia. 4. Skizofrenia ini termasuk tipe paranoid karena :
Memenuhi kriteria umum skizofrenia. Terdapat halusinasi visual dan auditorik yang menonjol. Terdapat waham kebesaran dan kejar Terdapat gangguan afektif yang tidak menonjol. Gejala pada pasien sudah berlangsung selama kurun waktu 1 bulan
atau lebih
14
5. Skozofrenia tipe paranoid ini termasuk episodik berulang karena dalam kurun waktu
sejak mula pertama gejala muncul hingga saat ini Aksis II: Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental Tidak terdapat gangguan keperibadian dan retardasi mental
Aksis V: Penilaian Fungsi Secara Global Skala GAF (Global Assesment of Functioning) GAF current : 80 - 71 (gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial dan pekerjaan) GAF saat masuk RS GAF HLPY : 20 11 (bahaya mencederai diri atau orang lain) : 80 71 (gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial dan pekerjaan)
Differential Diagnosis:
15
1.
penggunaan alkohol dengan gangguan psikotik onset lambat (F10.75) DD/ ini disingkirkan karena pasien memiliki riwayat skizofrenia sebelumnya yang sering berulang, tanpa adanya riwayat penggunaan alkohol sebelumnya. Gejala pasien juga berkurang dan membaik dengan pemberian antipsikotik. Tidak adanya bukti-bukti yang kuat yang menyatakan hubungan pemakaian alkohol dengan episode sakit pasien kali ini. 2. Gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan kanabinoida dengan gangguan psikotik onset lambat (F12.75) DD/ ini disingkirkan karena pasien memiliki riwayat skizofrenia sebelumnya yang sering berulang, tanpa adanya riwayat penggunaan kanabinoida sebelumnya. Gejala pasien juga berkurang dan membaik dengan pemberian antipsikotik. Tidak adanya bukti-bukti yang kuat yang menyatakan hubungan pemakaian kanabinoida dengan episode sakit pasien kali ini. 3. (F25.1) DD/ ini disingkirkan karena meskipun ada gangguan psikotik dan pasien sempat putus asa dan sedih, namun gangguan afek tidak terlalu menonjol, dan masih merupakan bagian dari wahamnya. Aksis II : Tidak terdapat gangguan keperibadian dan retardasi mental, ciri keperibadian disosial. Gangguan skizoafektif tipe depresi
Aksis III
Aksis IV
: Keluarga : Dikucilkan oleh keluarga dan dirantai selama dua bulan. Lingkungan : dituding oleh orang sekitar sebagai orang gila.
Aksis V
: GAF current
16
: 80 - 71
: 20 - 11
B. Psikologik
C. Sosiobudaya
X. Prognosis Quo ad vitam : Ad bonam (apabila pasien di terapi dengan benar,dan pasien mendapatkan dukungan keluarga yang penuh dan lingkungan sekitar) Quo ad functionam : Dubia ad bonam (pasien masih dapat melanjalankan kegiatan sehari-hari, dan fungsi sosialnya masih baik selama gejala-gejala psikotiknya terkontrol) Quo ad sanationam : Dubia ad malam (kemungkinan kekambuhan pada pasien besar, dilihat dari kepatuhan minum obat pasien yang buruk, kurang dekatnya pasien dengan keluarga, dan lingkungan pergaulannya yang tidak baik, seperti: perokok berat.
Pernah bersekolah Bukan merupakan skizofrenia yang disorganisasi Onset gejala psikotik akut terjadi cukup mendadak Terdapat gejala-gejala positif
Tidak ada faktor pencetus yang jelas Pasien adalah laki-laki Ada riwayat konsumsi obat yang kurang disiplin Memiliki riwayat skizofrenia sebelumnya Belum menikah Tidak mempunyai pekerjaan yang tetap Riwayat tindakan kekerasan (assaultiveness)
XI. Penatalaksanaan 1. Rawat Inap Dengan indikasi: Adanya resiko mencederai orang lain dan diri sendiri Pasien tidak mau minum obat apabila keluarga yang menyuruhnya Keluarga tidak sanggup menangani pasien dirumah
2. Rencana/ saran untuk dilakukan rapid test urin untuk memeriksa adanya pemakaian
reseptor D2, 5HT2A, sebagai antagonis kuat, dengan efek samping yang relatif lebih rendah daripada obat antipsikotik generasi pertama. o Pemakaian risperidon yang teratur dapat mencegah terjadinya kekambuhan dan menurunkan jumlah dan lamanya perawatan o Efektif digunakan pada kasus yang sudah kronik
o Insiden terjadinya efek samping tardive dyskinesia rendah
o Dosis risperidon dimulai dengan 1mg/ hari, selama beberapa hari, kemudian bila kurang atau belum ada respon dapat dinaikan mennjadi 2mg/ hari, kemudian dapat terus dinaikan, tetapi pada dosis 4-6mg perlu dilakukan evaluasi selama 2-3 minggu. Dosis optimal sebagai dosis terapi adalah 24mg per hari, dengan dosis maksimal yang direkomendasikan sebesar 6mg. Pada pasien ini di berikan 2x2mg = 4mg per hari. o Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian oral, dan umumnya perbaikan terlihat dalam 8 minggu setelah pemberian awal. o Pasien juga disarankan untuk diet rendah lemak dan kolesterol, karena risperidon menyebabkan efek samping peningkatan berat badan dan serum lipoprotein (kadar lipid dalam darah). o Pada pasien ini diberikan risperidol karena dari riwayat sebelumnya, risperidol cukup efektif untuk mengatasi gejala psikotik pada pasien, dan tidak ada hambatan dalam segi pemenuhan obat (orangtua pasien mengatakan tidak keberatan dari segi ekonomi). Clorilex 2x1 (25 mg)
Golongan obat : clozapin 25 mg; 100 mg Fungsi : Penderita skizofrenia yang tidak memberi respons atau intoleransi terhadap neuroleptik
19
Efek Samping : granulositopenia, agranulositosis, eosinofilia leukositosis dapat terjadi terutama pada minggu pertama, mengantuk, lelah, sedasi, pusing, dan sakit kepala. Nama pabrik : Mersifarma
Triheksiphenidil (THP) 2 x 2 mg tab per oral (bila perlu) samping dari obat antipsikotik berupa sindroma ekstrapiramidal
pemeriksaan, dengan tujuan medikasi anti-EPS profilaktik, karena didapatkan riwayat akatisia sebelumnya pada pasien. Pasien juga menggunakan antipsikotik dengan jangka waktu yang lama. o Diberikan selama 14 hari dengan observasi gejala-gejala EPS, apabila tidak terdapat gejala EPS, THP dapat diturunkan sampai nantinya dihentikan.
4. Psikoterapi Dilakukan melalui: a) Psikoterapi suportif Psikoterapi ini dapat dilakukan dengan bimbingan serta terapi kelompok. Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat mekanisme defence (pertahanan) pasien terhadap stres. Hal ini dilakukan mengingat toleransi (kemampuan) pasien mengahadapi stres (tekanan, kecewa, frustasi) rendah. Selain itu pasien mudah marah bila ada masalah. Adanya percobaan bunuh diri beberapa kali juga semakin memprkuat kenyataan bahwa perlu diadakannya terapi untuk meningkatkan kemampuan pengendalian diri dan menghadapi masalah. b) Psikoterapi reedukatif Psikoterapi reedukatif bertujuan untuk meningkatkan insight (pengetahuan pasien) terhadap penyakitnya serta mengembangkan kemampuannya untuk menunjang penyembuhan dirinya. Selain itu juga meningkatkan pengetahuan
20
keluarga untuk mendukung kesembuhan pasien. Peningkatan pengetahuan dilakukan dengan edukasi baik terhadap pasien maupun keluarga.
Terhadap Pasien Memberikan informasi kepada pasien dan edukasi mengenai penyakit yang dideritanya, gejala-gejala, dampak, faktor-faktor penyebab, pengobatan, komplikasi, prognosis, dan risiko kekambuhan agar pasien tetap taat meminum obat dan segera datang ke dokter bila timbul gejala serupa di kemudian hari Memotivasi pasien untuk berobat teratur Mengajarkan terapi relaksasi pada pasien saat pasien marah ataupun akan marah sehingga diharapkan pasien dapat mengontrol marahnya dan mengemukakan amarahnya dengan cara yang lebih halus. Terhadap Keluarga Memberikan edukasi dan informasi mengenai penyakit pasien, gejala, faktor-faktor pemicu, pengobatan, komplikasi, prognosis, dan risiko kekambuhan di kemudian hari. Menjelaskan kepada keluarga bahwa salah satu faktor pemicu penyakit pasien saat ini adalah keluarga pasien yang mengabaikan pasien Meminta keluarga untuk mendukung pasien pada saat-saat setelah sakit agar pasien dapat mengalami remisi.
c) Terapi kognitif perilaku Dilakukan untuk merubah keyakinan yang salah dari pasien dan memperbaiki distorsi kognitif
21
22
2000
2001
2007
2012
Keterangan : Keluhan pertama kali dirasakan tahun 2000 saat pasien kelas 3 SMA. Pada tahun 2001 menurut ayah pasien keadaan pasien membaik dengan
sendirinya, tetapi setelah itu memburuk sampai tahun 2007. Pada tahun 2007 pasien dirawat di RSJSH tetapi berhasil kabur. Pasien tidak
dibawa kembali ke RS oleh keluarga. Setelah itu pasien dinilai membaik dan sempat bekerja sebagai office boy. Pada tahun 2012 keadaan pasien kembali memburuk. Pasien menjadi mudah
curiga, mudah tersinggung, dan berlaku kasar ke anggota keluarga yang lain. Pasien
23
dirantai di kamar sejak bulan Oktober 2012. Pada tanggal 13 Desember 2012 pasien dirawat kembali di RSJSH.
24