Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Bacharuddin Jusuf Habibie Bapak Menteri Kominfo dan Meneg BUMN, Bapak Gubernur Sulawesi Utara dan segenap jajaran Muspida , Bapak Gubernur Gorontalo yang saya hormati, Saudara Ketua Dewan Pers, Ketua Umum PWI, Para Pimpinan Organisasi Pers Nasional yang saya hormati, para utusan wartawan ASEAN, Yang Mulia para Duta Besar dari Negara sahabat yang saya hormati, Para Tokoh dan Seluruh Insan Pers yang saya banggakan Hadirin dan para undangan yang saya hormati.
Assalamualaikum wr wb Seraya
memanjatkan
puji
syukur
ke
hadirat
Allah
SWT,
perkenankanlah
saya
menyampaikan
Selamat
atas
Ulang
Tahun
Pers
Nasional
dan
diselenggarakannya
Perayaan
Hari
Pers
Nasional
(HPN)
tahun
2013
di
Manado,
kota
yang
senantiasa
menarik
bagi
siapa
pun
karena
keindahan
alamnya
dan
keramahan
penduduknya.
Dalam
forum
yang
amat
terhormat
ini
perkenankanlah
saya
menyampaikan
terima
kasih
dan
penghargaan
yang
tinggi
kepada
seluruh
insan
pers
Indonesia,
yang
dicerminkan
dengan
penganugerahan
Medali
Emas
Kemerdekaan
Pers
kepada
saya.
Sungguh,
suatu
kehormatan
bagi
saya
untuk
menerima
penghargaan
tersebut
pada
Perayaan
Hari
Pers
Nasional
(HPN)
tahun
2013
ini.
Tanpa
mengurangi
arti
terima
kasih
dan
kesyukuran
tersebut,
saya
ingin
menyampaikan
bahwa
bagi
saya
kebijakan
yang
saya
lakukan
pada
tahun
1998
tersebut
semata-mata
didorong
keyakinan
saya
bahwa
hanya
dengan
kemerdekaan
dan
kebebasan
pers
sajalah
kehidupan
kenegaraan
dan
kebangsaan
yang
sehat
dapat
terjadi,
sebagai
prasyarat
tercapainya
tujuan
nasional
dan
terciptanya
peradaban
Indonesia
yang
maju
sejajar
dengan
bangsa-bangsa
lain
di
dunia.
Apa
yang
saya
perbuat
tersebut
demikian
juga
apa
yang
dilakukan
oleh
para
insan
pers
Indonesia
dalam
berbagai
karya
profesinya
semata-mata
didorong
oleh
semangat
pengabdian
kita
kepada
nusa
dan
bangsa,
sebagai
perwujudan
dari
amanah
yang
diberikan
Tuhan,
Allah
SWT,
kepada
kita
untuk
mengelola
bumi
berupa
tanah
air
tercinta
Indonesia.
1
Pidato
Penerimaan
Medali
Emas
Kemerdekaan
Pers,
Hari
Pers
Nasional
(HPN)
2013,
Manado
8-9
Februari
2013
Terbentuknya kebebasan pers tidak jauh beda dengan terbentuknya kemerdekaan Indonesia. Pasang surut yang dialami pers Indonesia, seirama dengan pasang surut sejarah bangsa. Menurut konsep di atas, kemerdekaan merupakan hak dari pers Indonesia untuk melaporkan, mengomentari dan bahkan mengkritik pemerintah. Pers harus mandiri dan berada di luar pemerintah sebagai kekuatan negara. Di negara kapitalis, kebebasan pers memiliki ciri: para wartawan bebas dari segala bentuk kontrol eksternal. Semua sistem pers menganut paham kebebasan pers, walaupun kebebasan menyatakan pendapat mengandung arti bervariasi. Jika diamati periodisasi kebebasan pers di Indonesia dibagi dua periode, yaitu pra kemerdekaan dan pasca proklamasi kemerdekaan. Upaya bagi terwujudnya kebebasan pers di Indonesia sudah cukup panjang dengan rentang waktu lama mulai masa kolonial jauh sebelum proklamasi kemerdekaan. Ini dimulai antara lain dengan perjuangan untuk menghapus aturan dan tindakan lain yang menghantui kehidupan pers pada jaman Hindia Belanda. Selain pers bredel ordonnatie, juga haatzaai artikelen yang mengandung ancaman hukum terhadap siapa pun yang menyebutkan perasaan permusuhan dan kebencian serta penghinaan terhadap pemerintah Penjajah Belanda, juga terhadap sejumlah kelompok penduduk berdasarkan suku, agama, ras, dan kebangsaan serta keturunan.
g. memperjuangkan keadilan dan kebenaran h. Perusahaan pers memberikan kesejahteraan kepada wartawan dan karyawan pers dalam bentuk kepemilikan saham dan atau pembagian laba bersih serta bentuk kesejahteraan lainnya. Kebebasan pers bagi masyarakat Dari dulu sejak kelahiran pers, baik di Indonesia maupun negara-negara lain, selalu ada kekuatan tarik-menarik antara media pers dengan masyarakat, pemerintah atau kekuatan politik. Bahkan bisa dengan masyarakat awam yang tidak senang atas pemberitaan, dengan cara melakukan tekanan, kadang-kadang dengan teror, demonstrasi dan dengan tindak kekerasan. Macam-macam cara dilakukan orang untuk menekan media massa pers karena mereka tidak senang diungkapkan dalam pemberitaan, apakah pemberitaan itu benar, apalagi kalau pemberitaan itu salah. Padahal, dalam tradisi pers, kalau ada kesalahan atau kekurangan pemberitaan, ada mekanisme sendiri dengan memberi hak jawab atau klarifikasi. Tradisi dan cara kerja atau mekanisme kerja pers itu pertama tama adalah dengan menggunakan hak jawab dan klarifikasi yang disampaikan ke media pers oleh narasumber atau subjek berita, bila berita dianggap tidak lengkap atau tidak akurat, sehingga masyarakat makin kaya dengan informasi dan pendapat yang berbeda-beda. Kebebasan pers atau kemerdekaan pers jangan dianggap seolah-olah atau semata-mata milik para wartawan, pengelola media pers, atau pengusaha media pers saja, tetapi kebebasan pers adalah milik semua orang. Oleh karena itu, masyarakat seharusnya membantu melengkapi atau menyeimbangkan pemberitaan untuk kepentingan atau manfaat seluruh masyarakat. Dalam menghadapi era globalisasi ini, keseimbangan dalam kebebasan pers sebagai salah satu pilar demokrasi perlu ditumbuhkan sehingga memungkinkan pers dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Begitu pula kemerdekaan dan kebebasan pers yang sudah kita miliki saat ini harus disempurnakan untuk menghindari air pasang surut kembali. Kita membutukan pers yang Merdeka, Bebas, Bertanggungjawab, Berbudaya dan Bermoral.
sistimatik membatasi ruang gerak Media Massa. Akibatnya terjadi manipulasi informasi atas beban kualitas pemberitaan dan kualitas Demokrasi dan kualitas pelaksanaan nilai Hak Azasi Manusia. Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pada pemilihan wakil- wakil rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat -- secara langsung, umum, bebas, dan rahasia serta jujur dan adil -- sulit dipertahankan objektivitasnya jikalau penentuan partai politik yang dapat berpartisipasi tidak saja ditentukan oleh kriteria yang objektif, namun ditentukan pula oleh kebijaksanaan pusat keunggulan. Demikian pula pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan pemerintah untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama menjadi objektif hanya dipandang dari sudut kepentingan Penguasa saja. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers pasal 4: Ayat pertama Ayat kedua Ayat ketiga disebutkan bahwa kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara, bahwa terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran, bahwa untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi bahwa dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai Hak Tolak
Ayat keempat
Bahkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 disebutkan antara lain dalam pasal 28F bahwa: setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Adalah kebebasan yang mengacu pada sebuah hak untuk berbicara secara bebas tanpa adanya tindakan sensor atau pembatasan, akan tetapi dalam hal ini tidak termasuk untuk menyebarkan kebencian. Ini dapat diidentikan dengan istilah kebebasan berekspresi yang kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan bukan hanya kepada kebebasan berbicara lisan, akan tetapi, pada tindakan pencarian, penerimaan dan bagian dari informasi atau idee apapun yang sedang diperjuangkan. Walaupun Kebebasan berbicara dan kebebasan berekspresi yang terkait erat dengan sebuah kebebasan, namun berbeda dan tidak terkait dengan konsep kebebasan berpikir atau kebebasan hati nurani. Kualitas pers ditentukan oleh adanya Kemerdekaan dan Kebebasan sehingga dapat menjadi Sumber Informasi yang dapat diandalkan! Namun, pertanyaan kita adalah: Apakah saat ini Pers benar-benar sudah Merdeka dan Bebas? 5
Pers sudah bebas dari Pengaturan/Pengendalian Pemerintah, tapi apakah Pers Indonesia sudah bebas dari Kepentingan Politik atau Kepentingan Bisnis/Ekonomi? Yang menjadi acuan kita adalah: Politik Pers adalah Politik Kebenaran & Objektivitas Informasi Kepentingan Pers adalah Kepentingan Masyarakat, Bangsa dan Negara yang disajikan dengan mengungkap kebenaran & informasi secara jujur dan objektif Bagaimana cara meningkatkan Kualitas Pers Indonesia di masa depan? Perkenankanlah saya mengajukan beberapa pemikiran untuk dapat meningkatkan kulitas Pers Indonesia di masa depan, agar dapat direnungkan, dikaji, dan diimplementasikan oleh masyarakat pers Indonesia, yaitu: 1. Meningkatkan dan menjamin Kesejahteraan dan Ketenteraman (security) insan pers, sehingga para jurnalis mampu menghasilkan informasi, berita dan karya jurnalisme lain yang berkualitas. 2. Peningkatan profesionalitas dalam rangka peningkatan kualitas insan Pers Indonesia, dan mencegah berkembangnya pers partisan. 3. Organisasi dan lembaga Pers berkewajiban membina Kualitas Insan Pers bersamaan dengan menjamin kesejahteraan dan ketenteraman mereka. 4. Adanya mekanisme self-regulasi dan self control dalam menjaga dan menjamin tercapainya pemberitaan dan informasi yang berkualitas. 5. Membebaskan Pers dari pengaruh Kepentingan Politik maupun Bisnis: a. Perlu dilakukan revisi UU Penyiaran untuk menjamin terciptanya Pers yang Merdeka dan Bebas b. Mencegah pengaruh kepentingan politik, termasuk di dalamnya menyangkut masalah ownership jikalau Pemilik proaktif bergerak dalam dunia politik 6. Adanya konsolidasi dan konvergensi dari organisasi dan lembaga Pers, guna memperkuat dan mengoptimalkan peran dan karya Pers Indonesia sebagai pilar Demokrasi yang mendorong pembangunan menuju cita-cita nasional. 7. Terhadap berkembangnya pemberitaan di dunia maya dan sosial media perlu forum atau kelembangaan yang mewadahi semua kegiatan Pers Dunia Maya, yang berkembang dan diprakarsai oleh para pelakunya sendiri (from within, bottom up). Adanya mekanisme self regulasi dan self control di kalangan para pelaku Pers di Dunia Maya Pemikiran John Locke (1690) dan Montesquieu (1748) menyatakan perlunya pemisahan Legislatif sebagai lembaga negara yang membuat peraturan perundang- 6
undangan (DPR, DPD, MPR), sebagai lembaga negara yang melaksanakan peraturan perundang-undangan (Presiden dan BPK), dan Yudikatif sebagai lembaga negara yang mengawasi jalannya pemerintahan dan negara secara keseluruhan, menginterpretasikan undang-undang jika ada sengketa, serta menjatuhkan sanksi bagi lembaga ataupun perseorangan manapun yang melanggar undang-undang (MA, MK, YK) yang dikenal dengan nama Trias Politika. Dalam jaman globalisasi terbentuknya Masyarakat Informasi (Pusat Keunggulan Media/Pers) tak lagi dapat dikuasai atau dikendalikan oleh satu kekuatan saja sehingga Trias Politika harus berubah menjadi Quadro-Politica (Eksekutif, Legislatif, Yudikatif dan Pers). Proses Demokratisasi akan berjalan baik, apabila keempat pilar tersebut berkualitas dan berfungsi dengan baik.