Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Berbeda dengan kejahatan konvensional yang melibatkan para pelaku kejahatan jalanan (street crime, blue collar crime, blue jeans crime), terhadap white collar crime pihak yang terlibat adalah mereka yang merupakan orangorang terpandang dalam masyarakat dan biasanya berpendidikan. Bahkan, modus operandi untuk white collar crime ini sering kali pula dilakukan dengan cara-cara yang canggih, malahan bercampur-baur dengan teori-teori dalam bidang ilmu pengetahuan, seperti akunting dan statistik. Kejahatan white collar salah satunya terjadi dalam bisnis bank. Asal dari kata bank adalah dari bahasa Italia yaitu banca yang berarti tempat penukaran uang. Secara umum pengertian bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan yang umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Sedangkan pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Urusan dengan bank identik dengan berurusan dengan uang. Karena itu, tidak mengherankan jika bank selalu diincar oleh para penjahat yang tergiur dengan uang tersebut, tetapi tanpa mau berusaha untuk mendapatkannya secara
1

halal dan wajar. Fakta menunjukan pula bahwa lebih dari 90% (Sembilan puluh persen) kejahatan bank dilaksanakan melalui kerjasama antara orang luar dan orang dalam bank. Uniknya, orang dalam tersebut terdiri dari para young urban professional (yuppies) Indonesia, dengan ciri-ciri yang sama: muda, pintar, gesit, workaholic, ambisius, punya posisi baik, punya penghasilan, dan memiliki anganangan tinggi, tetapi kurang bermoral. Terkadang mereka menggunakan computer bahkan internet sebagai sarana kejahatannya. Di sepanjang sejarah sejak saat manusia mengenal sistem perbankan, sejak saat itu pula kejahatan perbankan sudah dideteksi dan modus operandi kejahatan perbankan terus berkembang mengikuti perkembangan kecanggihan dunia perbankan itu sendiri. Dewasa ini kejahatan perbankan sangat banyak modelnya, yang sebagian besar merupakan white collar crime, meskipun kejahatan perbankan yang konvensional, seperti perampokan bank tetap saja terus terjadi. Berdasarkan pemaparan diatas penulis tertarik untuk mengkaji

permasalahan kejahatan perbankan agar kita dapat memahami dan lebih lanjut agar kita lebih waspada/antisifatif terhadap semua kejatan yang dapat merugikan kehidupan kita, dalam hal ini yaitu kejahatan perbankan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Kejahatan Perbankan? 2. Apa saja jenis/model Kejahatan Perbankan? 3. Apa penyebab terjadinya Kejahatan Perbankan?

4. Bagaimana perkembangan tindak pidana Perbankan di Indonesia? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Mengetahui apa itu Kejahatan Perbankan. 2. Mengetahui jenis/model Kejahatan Perbankan. 3. Memahami penyebab terjadinya Kejahatan Perbankan.
2

4. Mencari soslusi dan upaya pencegahan dalam menghadapi kejahatan

perbankan. D. Manfaat Penulisan Penulis berharap semoga pembahasan mengenai kejahatan perbankan ini dapat menambah wawasan keilmuan khususnya bagi mahasiswa pendidikan ips 2009 yang sedang mengampu mata kuliah Kajian White Collar Crime dalam politik dan ekonomi. E. Metode Penulisan 1. Kajian Pustaka 2. Browsing

BAB II
3

PEMBAHASAN
A. Pengertian Kejahatan Perbankan

Tindak pidana perbankan atau yang disebut juga dengan kejahatan perbankan (banking crime) adalah suatu jenis kejahatan yang secara melawan hukum pidana dilakukan, baik dengan sengaja ataupun dengan tidak disengaja, yang ada hubungannya dengan lembaga, perangkat, dan produk perbankan, sehingga menimbulkan kerugian materiil dan atau immateril bagi perbankan itu sendiri maupun bagi nasabah atau pihak ketiga lainnya. Suatu kejahatan perbankan dapat dibagi ke dalam 6 kategori sebagai berikut: Kategori I : Kejahatan fisik Kejahatan perbankan yang melibatkan fisik merupakan kejahatan perbankan. Kategori II : Kejahatan pelanggaran administrasi perbankan Karena bank merupakan lembaga pelayanan publik, maka banyak ketentuan administrasi dibebankan oleh hukum kepadanya. Tindak pidana perbankan yang berkenaan dengan pelanggaran administrasi ini sepenuhnya diatur oleh Undang Undang Perbankan yang berlaku dan Undang Undang bank Sentral. Tindakan-tindakan yang termasuk ke dalam pelanggaran administrasi adalah sebagai berikut:
1.

konvensional

yang

berhubungan

dengan

Operasi bank tanpa izin atau tanpa izin yang

benar (bank gelap) 2. Sentral Tidak memenuhi pelaporan kepada Bank

3. tentang

Tidak memenuhi ketentuan Bank Sentral kecukupan kredit; modal; batas maksimum dan persyaratan pengurus

pemberian lain-lain.

komisaris; merger, akuisisi; dan konsolidasi bank; dan Kategori III : Kejahatan produk bank Ketentuan hukum yang mangatur/ melarang kejahatan produk bank mulai dari KUH Pidana, Undang-Undang Perbankan, Undang-Undang Bank Sentral, KUH Dagang, dan undang-undang khusus lainnya. Tindakan-tindakan yang termasuk kedalam kejahatan ini adalah sebagai berikut: 1. Pemberian kredit yang tidak benar, misalnya tanpa agunan atau agunan fiktif.
2.

Pemalsuan warkat, seperti cek, wesel, dan

letter of credit 3. 4. Kejahatan Pemalsuan kartu kredit Transfer uang kepada yang tidak berhak. profesional perbankan adalah kejahatan

Kategori IV : Kejahatan profesional perbankan perbankan yang berkenaan dengan pelanggaran profesi sebagai bankir. Kejahatan ini biasanya dilancarkan oleh oarang dalam bank yang tidak profesional dan rakus. Pelanggaran profesi perbankan sebagian sudah diatur oleh undang-undang sedangkan sebaiannya lagi diatur dalam Kode Etik Bankir Indonesia. Kategori V : Kejahatan likuiditas bank sentral Bank sentral yaitu Bank Indonesia merupakan tempat meminjam terakhir yaitu jika bank-bank mengalami

kesulitan likuiditas, maka bisa meminjam uang sementara ke Bank Indonesia. Bank Indonesia pernah mengeluarkan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia atau lebih dikenal BLBI pada tahun 1998-1999 kepada bank-bank yang sakit dengan harapan bank tersebut dapat sembuh dari penyakitnya. Akan tetapi uang tersebut umumnya bukan digunakan untuk menyembuhkan bank, melainkan digunakan untuk kebutuhan pribadi pemilik bank sehingga penyalahgunaan BLBI diarahkan ke tindak pidana korupsi. Kategori VI : Pelanggaran moralitas Ketentuan-ketentuan tentang etika perbankan ini diatur dalam Kode Etik Bakir Indonesia. Kode Etik Bankir Indonesia tersebut berisikan hal-hal sebagai berikut: 1. Patuh dan taat pada ketentuan perundangundangan dan peraturan yang berlaku. 2. banknya. 3. sehat 4. Tidak menyahgunakan wewenangnya untuk Menghindari diri dari persaingan yang tidak Melakukan pencatatan yang benar mengenai

segala transaksi yang bertalian dengan kegiatan

kepentingan pribadi 5. Menghindari keputusan diri dari dalam keterlibatan hal terdapat

pengambilan

pertentangan kepentingan.
6.

Menjaga kerahasiaan nasabah dan banknya.

7.

Memperhitungkan dampak yang merugikan

dari setiap kebijakan yang ditetapkan banknya terhadap keadaan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
8.

Tidak menerima hadiah atau imbalan yang

memperkaya diri pibadi maupun keluarga.


9.

Tidak melakukan perbuatan tercela yang

dapat merugikan profesinya.

B. Perkembangan Tindak Pidana Perbankan

Di Amerika Serikat, operasional suatu bank diawasi super ketat, dilakukan bersama-sama oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah setempat. Di tingkat pemerintah pusat, suatu bank malah diawasi secara berlapis oleh: Federal Reserve Board; Federal Deposit Insurance Corporation; Office Of The Comptoller Of The Currency; Securities And Exchange Commision; Dan Departement Of Justice. Kejahatan bank semakin hari semakin meninggkat. Modus yang dilakukan pun semakin canggih. Bahkan, beberapa kasus terlibat sindikat mafia, baik dalam negeri maupun luar negeri. Fakta menunjukkan, bahwa lebih dari 90% kejahatan bank dilaksanakan melalui kerjasama orang luar dan orang dalam bank. Uniknya, orang dalam tersebut terdiri dari para young urban professional (yuppies) Indonesia, dengan ciri yang sama: muda, pintar, gesit, workholic, ambisius, punya posisi baik, punya penghasilan, dan memiliki angan-angan tinggi, tetapi kurang bermoral. Bentuk-bentuk banking crime adalah misaplikasi dari dana bank, false bank entries, lapotan palsu kepada pemerintah, kredit palsu kepada pemerintah, kredit palsu atau warkat palsu, yang tidak kesemua bentuk kejahatan tersebut dapat diakomodasikan oleh hukum positif Indonesia saat ini.
7

Jadi, salah satu bentuk kejahatan bank adalah pemalsuan warkatbank. Dalam hal ini yang dipalsukan atau digunkan secara tidak benar adalah kartu kredit, travelers check, bilyet giro, kartu ATM, atau uang kertas. Penyebab kejahatan bank tersebut menurut As Mamoeddin (1997) dalam Munir Fuady (2004: 81) adalah sebagai berikut: 1. Internal perbankan
a. Pelayanan yang kurang tepat

b. Kurangnya pengamanan terhadap giral c. Kurang memperhatikan referensi pihak lain terhadap nasabah baru d. Keterbatasan pengawasan e. Kurangnya informasi antarbank f. Kelemahan peraturan g. Mudahnya pembatalan sepihak terhadap bilyet giro h. Jeleknya mental para bankir i. Kelemahan analisis kredit j. Banyaknya bankir karbitan bermenral pedangan pasar tanah abang k. Banyak terjadi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) l. Terlalu otoriter pimpinan bank m. Sikap gampang percaya pada bawahan dan nasabah
n. Garbage in garbage out (GIGO) dari komputer perbankan

o. Bank saling berebutab nasabah p. Penyalahgunaan rahasia bank q. Sikap skeptis dari dan kepada penyedik
8

r. Mobilitas pelaku kejahatan yang tinggi s. Terlalu saling percaya di antara sesama bankir dan pegawai bank t. Peneriman pegawai bank yang tidak benar u. Diskriminasi terhadap pegawai (karena agama, suku, golongan, gender, asal alumni, dan lain-lain) 2. Faktor eksternal perbankan a. Hukum yang lemah b. Mental aparat hukum yang jelek c. Kentalnya masuk unsur politik ke dalam perbankan d. Pengetahuan masyarakat tentang perbankan yang lemah e. Keengganan masyarakat untuk melapor jika terjadi kejahatan perbankan. C. Etika Perbankan Mengingat bahwa bank adalah lembaga kepercayaan, maka unsur kepercayaan dari para nasabah serta pihak ketiga lainnya itulah yang menjadi pilar penunjang utama lancarnya kegiatan usaha bank. Faktor kepercayaan yang mengharuskan hadirnya etika perbankan agar kepercayaan yang telah ada dapat dipelihara dan ditingkatkan secara terus menerus. Kehati-hatian dan profesionalisme diperlukan dalam pengelolaan bank disamping menjaga kepercayaan juga untuk menghindari atau sekurangkurangnya meminimalisasi, resiko likuiditas, resiko investasi, resiko usaha, dan resiko operasional. Dalam upaya pencapaian semua itu, maka bank harus dikelola oleh bankirbankir profesional yaitu bankir yang memiliki kemampuan teknis perbankan yang

standar kualitas tertentu, memiliki wawasan kedepan, etika serta tanggung jawab sosial yang tinggi. D. Prinsip-Prinsip Etika Perbankan Didalam implementasinya maka etika perbankan harus didasarkan atas prinsip-prinsip atara lain sebagai berikut: 1) Prinsip kebebasan dan tanggung jawab Para bankir pada dasarnya bebas dalam mengelola banknya, dalam arti bebas yang bertanggung jawab sehingga tidak merugikan pihak lain, dan masih berada dalam koridor yang sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku. 2) Prinsip kejujuran dan memegang teguh amanat Kepercayaan dan kewenangan yang telah diberikan oleh para pihak berkepentingan yaitu masyarakat/nasabah, Pemerintah/Bnak Indonesia, pemegang saham serta pimpinan/karyawan kepada bank, merupakan amanat yang senatiasa harus dijaga dan dipelihara serta tidak disalahgunakan untuk kepentingan yang menyimpang dari etika perbankan yang telah disepakati bersama. 3) Prinsip kepatuhan Para pengelola bank diharuskan mematuhi

ketentuan/peraturan/undang-undang dibidang perbankan 4) Prinsip kebenaran pencatatan Pengelola bank wajib mencatat semua transaksi dengan benar dan memelihara dokumen dan arsip sesuai dengan ketentuan yang berlaku 5) Prinsip kerahasiaan

10

Dalam batas-batas tertentu para pengelola bank dituntut untuk tetap menjaga kerahasiaan baik rahasia bank maupun rahasia perusahaan serta rahasia jabatan/pekerjaan 6) Prinsip kehormatan profesi Para bankir harus senantiasa menjaga kehormatan profesinya dengan menghindarkan diri dari segala bentuk kolusi, korupsi, dan nepotisme, upeti, hadiah, dan fasilitas-fasilitas yang tidak layak yang diberikan oleh pihak ketiga yang menghendaki balas jasa berupa kemudahan atau fasilitas-fasilitas yang melanggar atau menyimpang dari ketentuan/prosedur perbankan yang berlaku 7) Prinsip bersaing secara sehat Yang dimaksud dengan persaingan disini dapat bersifat intern yaitu persaingan antara pribadi atau antar bagian dalam bank yang bersangkutan. Yang kedua jenis persaingan tersebut harus dilakukan secara sehat dan tidak boleh dilakukan secara curang. 8) Prinsip tanggung jawab sosial Didalam menjalankan operasinya, para pengelola bank harus tetap peka dan memiliki rasa tanggung jawab sosial terhadap masyarakat tanpa harus mengorbankan terlalu banyak kepentingan bak yang bersangkutan.

11

BAB 3 PENUTUP A. Kesimpulan


1. Tindak pidana perbankan atau yang disebut juga dengan kejahatan

perbankan (banking crime) adalah suatu jenis kejahatan yang secara melawan hukum pidana dilakukan, baik dengan sengaja ataupun dengan tidak disengaja, yang ada hubungannya dengan lembaga, perangkat, dan produk perbankan, sehingga menimbulkan kerugian materiil dan atau immateril bagi perbankan itu sendiri maupun bagi nasabah atau pihak ketiga lainnya. 2. Kejahatan perbankan dapat dibagi ke dalam 6 kategori yaitu, kejahatan fisik, pelanggaran administrasi perbankan, produk bank, professional perbankan, likuiditas Bank Sentral, Moralitas.
3. Penyebab kejahatan bank tersebut menurut As Mamoeddin (1997) dalam

Munir Fuady (2004: 81) ada dua, yaitu penyebab internal perbankan seperti pelayanan yang kurang tepat, dan penyebab eksternal perbankan seperti hokum yang lemah.
4. Melihat pada perkembangan kejahatan perbankan yang begitu pesat

dengan modus operandi yang terus berkembang pula, maka penegakan hokum (law enforcement) terhadap bidang ini mestilah diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Disamping itu, agar pencegahan dan penanggulangan kejahatan perbankan dapat diatasi dengan baik, perlu diperbaiki dan disempurnakan aturan main yang ada, baik aturan perbankan, aturan pidana, maupun aturan yang berkenaan dengan profesi banker. Selain itu, kualitas dan moral dari para penegak hukum dan para banker perlu segera diperbaiki secara terus-menerus sebab sebagian besar

12

dari kejahatan perbankan dilakukan dengan melibatkan orang dalam bank itu sendiri. DAFTAR PUSTAKA Fuady, Munir. (2004). Bisnis Kotor Anatomi Kejahatan Kerah Putih. Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti. 2004. http://ridwanaz.com/umum/pengertian-bank/

13

Вам также может понравиться