Вы находитесь на странице: 1из 27

P

e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
3 HANTARAN ELEKTROLITIK.
Pusat perhatian:
Pengukuran hantaran suatu larutan elektrolit yang mengabaikan pengaruh antar-muka elektrolit-elektroda.
Pengaruh konstribusi masing-masing ion dalam larutan terhadap hantaran larutan.
Hubungan antar hantaran sebagai suatu sifat transport dengan proses difusi.
Mempelajari membran dan liquid junction potential yang muncul akibat perbedaan kecepatan transport
ion.
3.1 Hantaran (Conductivity)
Pada suatu sistem yang dapat mengalirkan listrik (kawat atau larutan elektrolit) akan memiliki tahanan,
(resistance, R) yang mengikuti Hk. Ohm
R=

i
.
Pada umumnya tahanan hanya bergantung pada temperatur dan jenis media dan tidak tergantung pada
besarnya potensial dan arus yang diberikan, tahanan seperti ini disebut sebagai tahanan yang bersifat
ohmic. Beberapa tahanan dalam elektrokimia bersifat non-ohmic, namun untuk kemudahan dalam
pendekatan maka tahanan dalam suatu sistem elektrolit dianggap bersifat ohmic.
Tahanan adalah suatu besaran yang bersifat ekstensif : karena tahanan merupakan fungsi dari ukuran (dan
bentuk).
Untuk sistem yang memiliki penampang yang seragam (uniform) dapat berlaku tahanan jenis, (resistivity,
p ) yang besarnya adalah
p=R
A
L
, dengan A adalah luas area, L adalah panjang, dan R adalah tahanan.
Tahanan jenis adalah suatu besaran yang bersifat intensif.
Pada sistem elektrolit lebih mudah bila digunakan pengertian hantaran (conductance, S
S=
1
R
) yang
merupakan kebalikan dari tahanan, dan juga hantaran jenis, (conductivity, x ) yang merupakan kebalikan
dari tahanan jenis.
Hantaran jenis di rumuskan sebagai
x=
1
p
=
L
RA
(3.1)
Satuan yang digunakan:
Tahanan : D (ohm)
Tahanan jenis : D. m
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
Hantaran : S (siemens)
Hantaran jenis : S.m
-1
Bagaimana mengukur hantaran atau tahanan pada suatu larutan elektrolit, mengingat saat elektroda
dicelupkan dalam larutan akan terdapat tahanan dan kapasitansi yang timbul pada antarmuka elektroda-
larutan. Sehingga perlu diingat cara untuk mengukur tahanan suatu larutan tanpa melibatkan tahanan
yang timbul akibat adanya tahanan dan kapasitansi dari lapis rangkap listrik.
Untuk memudahkan evaluasi maka untuk suatu sel elektrokimia digunakan rangkaian ekivalen sel.
(Cell equivalen circuits)
Rangkaian ekivalen sel untuk sel elektrokimia.
Teorema dalam analisa suatu sirkuit elektrik adalah suatu perangkat yang memiliki 2 buah terminal
listrik, dapat dianalisa perilakunya dengan disubsitusi oleh kombinasi dari sumber listrik, tahanan,
kapasitansi, dan induktansi. Kuliah bagian pertama menunjukkan bahwa setiap antar-muka elektroda-
larutan akan menjadi sumber potensial listrik. Dan pada bagian kedua, lapis rangkap listrik berperilaku
seperti sebuah kapasitor. Antar muka elektroda-larutan juga memiliki impendansi yang
menggambarkan transport massa dan transfer elektron pada permukaan elektroda.
Sehingga :
Dalam sistem elektroda vs larutan elektrolit selalu memberikan suatu potensial listrik.
Lapisan rangkap listrik dari suatu sistem elektroda vs larutan elektrolit bersifat seperti suatu
kapasitor listrik.
Pada antar muka elektroda vs larutan elektrolit akan terjadi impendansi faradaic yang
timbul akibat proses transpor massa terbatas (finite rate of mass transport) dan transfer elektron
pada permukaan elektroda
Dalam sistem rangkaian ekivalen sel, dilakukan pendekatan untuk memudahkan analisa. Pendekatan
tersebut menyatakan bahwa suatu sistem sel listrik elektrolit dapat di wakilkan (direpresentasikan)
dengan serangkaian sirkuit listrik yang merupakan rangkaian sejumlah kapasitor, induktor, resistor dan
sumber listrik.
Akibat adanya faktor-faktor tersebut diatas, maka sifat listrik dan kapasitif merupakan jumlah dari
semua faktor tersebut diatas. Sehingga dapat digambarkan sebagai/seakan akan suatu rangkaian listrik
yang dikenal sebagai rangkaian ekivalen sel yang dapat digambarkan seperti pada 3.1.
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
Gambar 3.1. Rangkaian ekivalen sel suatu sistem elektrokimia.
A4
1
dan
A4
2
adalah beda potensial pada kedua sistem elektroda-larutan, E.
C
1
dan C
2
adalah kapasitansi lapisan rangkap listrik pada kedua elektroda.
Z
F1
dan Z
F2
adalah impendansi faradaic
R adalah tahanan dari larutan.
Tujuan utama adalah bagaimana mengukur R tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lainnya (
A4
1
,
A4
2
, C
1
, C
2
, Z
F1
, Z
F2
).
Bila sebuah amperometer di hubungkan pada sel elektrokimia yang memiliki rangkaian ekivalen sel
seperti pada 3.1. maka dari hukum Ohm besarnya tahanan adalah sebesar,
R
sel
=
(
A4
1
A4
2
)
i
Dari 3.1, terlihat bahwa besarnya tahanan yang diukur dengan amperometer juga menyertakan besarnya
impedansi faradaic, sehingga hasil pengukuran tidak sepenuhnya menggambarkan nilai R yang
sesungguhnya.
Impendansi faradaic bersifat non-ohmic, yaitu besarnya tahanannya tidak tetap, tetapi merupakan
fungsi dari potensial. Bila sejumlah arus di ambil dari sel, maka potensial sel tidak memiliki nilai
kesetimbangannya, sehingga lebih menyulitkan perhitungan impedansi faradaic.
Ini bisa diatasi dengan menggunakan elektroda yang identik dalam larutan yang homogen sehingga
A4
1
=A4
2
sehingga potensial sel keseluruhan adalah nol. Pendekatan lainnya dapat dilakukan
dengan memberikan sumber potensial dari luar, tetapi elektrolisis akan merubah komposisi dari larutan
sehingga akan dihadapi problem tahanan faradaic.
Penyelesaian dilakukan dengan menggunakan arus bolak balik (ac) untuk pengukuran tahanan sel. Saat
arus ac dilewatkan pada sistem dan bila pengukuran hanya dilakukan pada komponen ac maka
A4
1

dan
A4
2
dapat diabaikan.
Besarnya impedansi dari kapasitor akibat adanya arus ac adalah 1/ uC dengan u frekuensi sudut dari
arus. Untuk suatu kapasitor sebesar 10 F dan frekuensi arus 1000 Hz, akan diperoleh impedansi dari
kapasitor adalah sebesar 16 D , karena tahanan faradaic bergantung pada potensial dc akan lebih besar
dari impedansi lapisan rangkap kapasitor. Berdasarkan 3.1, jalur utama arus ac akan melalui kapasitansi
dari lapisan rangkap listrik.
Untuk suatu kapasitor berlaku
C=
C
1
C
2
(
C
1
+C
2)
sehingga rangkaian ekivalen sel dapat di sederhanakan
menjadi rangkaian pada 3.2.
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
Gambar 3.2. Rangkaian ekivalen sel untuk elektroda besar dalam arus ac
Pengukuran tahanan larutan.
Pengukuran tahanan R
x
biasanya menggunakan jembatan Wheatstone (Lihat 3.3).
Gambar 3.3. Rangkaian Wheatstone untuk pengukuran arus langsung
Besarnya tahanan pada Rangkaian Wheatstone adalah
R
x
=R
s
(
R
1
R
2
)
Untuk pengukutan tahanan suatu larutan, Rangkaian Wheatstone dimodifikasi menjadi seperti pada 3.4
Gambar 3.4. Rangkaian Wheatstone untuk pengukuran tahanan dan kapasitansi sel
elektrokimia yang menggunakan arus ac.
Baterai diganti dengan osilator frekuensi audio yang biasanya beroperasi pada 1000 Hz dan
galvanometer diganti oleh detektor ac (misal osiloskop atau speaker). Jembatan garam dipasang sebuah
capasitor C
s
yang dapat diatur, sehingga kapasitif dan resistif dari tahanan dapat
diselaraskan/balanced.
Sangat penting untuk dapat dibuat elektroda yang relatif besar agar lapis ganda kapasitansi, ( double-
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
layer capasitance) memiliki nilai yang besar juga. Agar proses pada elektroda tidak diganggu dengan
pengukuran konduktansi maka digunakan elektroda yang inert misalnya platina.
Dengan merujuk pada persamaan 3.1, terlihat bahwa konduktifitas tidak hanya tergantung pada tahanan
yang terukur tetapi juga merupakan fungsi jarak antar elektroda juga luas permukaan elektroda. Karena
faktor geometri ini sulit untuk ditentukan, lebih umum sel konduktansi di kalibrasi terlebih dahulu
dengan menggunakan suatu larutan yang diketahui konduktansinya. Dengan cara ini geometri dari
elektroda tidak perlu diukur tapi konstanta sel dapat di ketahui, L/A.
Hantaran Molar (Molar Conductivity).
Teknik pengukuran hantaran dari larutan di kembangkan oleh Erman. Ditemukan bahwa besar arus
yang lewat pada suatu jalur dalam sel elektrokimia akan bertambah besar dengan besarnya konsentrasi
dari larutan ion tersebut.
Gambar 3.5. Dua jenis sel hantaran. (a) Sel dengan elektroda yang dengan jarak yang
tertentu (b) Sel yang dapat di celupkan dalam larutan yang disimpan pada
suatu gelas kimia.
Digunakan hantaran molar untuk mengakomodasi faktor diatas. hantaran molar adalah
A=x /C (3.2)
C adalah konsentrasi dalam mol m
-3
, sedangkan satuan dari adalah S m
2
mol
-1
.
Hantaran molar merupakan fungsi dari: konsentrasi, jenis elektrolit. Variasi dari besarnya hantaran
sangat terlihat jelas pada konsentrasi yang sangat rendah untuk larutan elektrolit yang berbeda.
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
Gambar 3.6. Hantaran molar berbagai jenis garam pada suhu 298 K vs akar dari
konsentrasi. Garis putus putus menggambarkan ektrapolasi ke arah
pengenceran tak hingga.
Kohlrausch memberikan hubungan antara hantaran molar pada pengenceran tak hingga dengan
konsentrasi.
A=A
0
s .C (3.3)
A
0
= hantaran molar pada pengenceran tak hingga.
Hantaran ion
Pada larutan sangat encer, perilaku larutan adalah mendekati ideal. Pada keadaan encer ini hantaran
molar adalah jumlah hantaran dari ion-ion yang terdapat pada elektrolit tersebut.
Jika 1 mol garam menghasilkan
v
+
mol kation dengan besar hantaran molar A
+
0
dan
v
-
mol anion
dengan besar hantaran molar A
-
0
, maka berlaku:

0
=
+

+
0
+
-

-
0
(3.4)
Karena tidak mungkin dapat dihitung hantaran molar masing-masing ion, hubungan matematika diatas
dapat digunakan untuk menghitung selisih hantaran suatu jenis ion dengan mencari selisih hantaran
molar dari ion yang kation/anionnya sama.
misal:
A
0
( KCl )A
0
( NaCl)=(149.8125.4)10
-4
Sm
2
mol
-1
A
0
( K
+
)A
0
( Na
+
)=24.410
-4
Sm
2
mol
-1
Bila dibandingkan antara KI dengan NaI. 23.8 x 10
-4
Sm
2
mol
-1
.
KBrO
3
dengan NaBrO
3
perbedaanya adalah 23.3 x 10
-4
Sm
2
mol
-1
.
Bilangan transport(Transference Number)
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
Saat arus melewati larutan elektrolit, arus tersebut dibawa oleh kation yang bergerak ke katoda dan
sebagian lagi oleh anion yang bergerak ke anoda. Bilangan transport adalah fraksi dari total arus yang
dibawa oleh ion positif dan negatif.
t
+
=v
+
A
+
/ A
t
-
=v
-
A
-
/ A
(3.5)
dan karena
v
+
A
+
+v
-
A
-
=A
maka bilangan transpor haruslah bernilai 1,
t
+
+t
-
=1
Salah satu metoda untuk mencari bilangan transpor adalah dengan menggunakan sel Hittrof .
Gambar 3.7. Sel Hittorf untuk penentuan bilangan transpor.
Cara pengukuran menurut metoda Hittorf.
Arus listrik di alirkan pada sel yang di konfigurasi seperti yang terlihat pada 3.7. Pada kolom paling
kiri dan kanan diisikan dengan elektrolit yang ingin di cari bilangan transpornya.
Misalnya bila diinginkan mencari bilangan tranport larutan AgNO
3
maka sebagai elektroda digunakan
adalah logam Ag. Pada katoda ion Ag
+
akan mengendap saat arus dialirkan dan saat bersamaan pada
anoda ion Ag
+
pergi ke larutan.
Seandainya digunakan muatan sebesar 1 Faraday dilewatkan pada sistem sel Hittorf, maka banyaknya
arus di dalam sistem ruah dari larutan setara akan dibawa oleh ion Ag
+
dan NO
3-
setara dengan fraksi t
+

dan t
-
. Dapat diambil kesimpulan bahwa sebanyak t
+
mol Ag
+
akan pergi dari kolom anoda menuju ke
kolom yang berada di tengah, dan juga jumlah yang sama akan pindah dari kolom tengah menuju
kolom katoda. Disisi lainnya, sebanyak t
-
mol NO
3-
akan bermigrasi dari kolom menuju ke kolom
anoda. Sehingga kolom anoda akan kehilangan t
+
mol Ag
+
akibat transfer tetapi medapat sejumlah 1
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
mol Ag
+
akibat proses pelarutan dari elektroda anoda yang akan memberikan jumlah total sebesar
(1t
-
) mol
.
Akan terjadi peningkatan jumlah NO
3-
sebesar
t
-
=1t
+
. Pada kolom katoda akan terjadi pengurangan
jumlah Ag
+
dan NO
3-
. Bila setiap larutan dalam setiap kolom dianalisa setelah dilakukan pengaliran
arus, maka jumlah mol Ag+ yang bertambah di kolom anoda dan jumlah mol Ag+ yang berkurang di
katoda dapat dihitung. Sehingga bilangan transpor dapat dihitung.
Cara pengukuran dengan menggunakan moving boundary.
Mobilitas dari ion dapat dicari dengan menggunakan percobaan moving-boundary. Dari percobaan ini
akan dapat diperoleh bilangan transfer dari suatu elektrolit. Diagram percobaan ditunjukkan oleh,m
Dua jenis garam yang berbeda dapat disusun berlapis satu diatas yang lainnya. Seandainya Lapisan
bawah berisi CdCl
2
dan lapisan yang lebih atas adalah KCl.
Elektroda yang dihubungkan dengan bagian atas adalah katoda (proses reduksi), bila di berikan voltase
maka ion positif akan bergerak keatas dan ion negatif akan bergerak ke bawah. Dengan ini maka
larutan dalam sel akan membawa arus listrik yang akan melengkapi sirkuit selnya.
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
Dalam Gambar 8.4 ion Cd
2+
dan K
+
bergerak ke atas dan ion Cl
-
bergerak kebawah. Batas antara KCl
dan CdCl
2
akan terjaga karena ion K
+
memiliki mobilitas yang lebih dibandingkan ion Cd
2+
, sehingga
larutan bagian bawah akan lebih pekat. Dengan mobilitas yang relatif ini pergerakan batas bergantung
pada pergerakan ion K
+
yang kemudian diikuti oleh Cd
2+
Bila arus sebesar I melewati suatu sel selama waktu t tertentu, maka total muatan yang melewati bidang
pada sel adalah sebesar It. Semua ion K
+
yang di arsir pada gambar diatas akan bergerak pindah sejauh
jarak tertentu. Bila volume daerah diarsir adalah VL dan konsentrasi nya adalah c mol L
-1
maka
banyaknya ion K
+
adalah N
A
c V.
Muatan ion pada area ini adalah Z
+
e N
A
c V = Z
+
F c V dengan Z adalah muatan dari ion.
Analisis dari moving boundary menunjukkan bahwa Z
+
F c V dibawa oleh muatan selama waktu t. Hal
ini dapat di bandingkan dengan total muatan I.t yang dibawa oleh muatan positif dan ini merupakan
bilangan transport, t
+
. Dari percobaan moving boundary, diperoleh bilangan transport adalah
t
+
=
Z
+
F cV
It
Jika konsentrasi dari KCl diketahui, dan konsetrasi volume diperoleh dari percobaan moving boundary
pada besar arus tertentu maka besarnya t
+
untuk K
+
dapat dihitung. Akibat kation dan anion merupakan
fraksi dari arus yang dibawa maka, t
+
+ t
-
= 1 sehingga t
-
= 1 - t
+
Mobilitas Ionik (Ionic Mobility)
Cara lain untuk menghitung/menentukan keaktifan ion adalah dengan menggunakan mobilitas ion,
yang didefinisikan sebagai kecepatan untuk setiap satuan kekuatan medan listrik,
u
i
=
v
i

E
(3.6)
Diketahui dari Hk. Ohm
i=
A4
R
. Jika beda potensial suatu sel yang berjarak L adalah A4 , maka
kekuatan medan adalah,
E=
A4
L
dengan modifikasi persamaan hantaran jenis
x=
L
RA
akan diperoleh
R=
L
Ax
sehingga
i=x A E (3.7)
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
Pada sebuah sistem dengan larutan elektrolit sebesar 1 m
3
memiliki sebanyak C
i
mol ion yang
membawa muatan sebesar z
i
F coloumb mol
-1
dan bergerak dengan kecepatan v
i
. Maka sumbangannya
tersebut terhadap kerapatan arus adalah,
(
i
A
)
i
=C
i
z
i
F v
i
(3.8)
dengan menggabungkan Persamaan (3.7) dengan persamaan (3.8) akan diperoleh.
v
i
=
x
i
E
C
i
z
i
F
atau dengan Persamaan (3.6),
u
i
=
x
i
C
i
z
i
F
Pada akhirnya bila di kombinasikan dengan persamaan (3.2) ,
A=
x
C
, (hantaran molar) akan diperoleh,
u
i
=
A
i
z
i
F
(3.9)
Koefisien Friksi
Jika ion suatu elektrolit bergerak dalam larutan, ion tersebut akan mengalami gaya tarikan viskositas
yang sebanding dengan kecepatan ion,
F
i
=f
i
v
i
Dengan f
i
: koefisien friksi.
Dalam suatu keadaan yang setimbang, ion akan bergerak dengan kecepatan yang tetap sedemikian rupa
sehingga gaya tarikan viskositas saling menghilangkan terhadap gaya dorong listrik, z
i
eE, sehingga,
F
i
=z
i
e E f
i
v
i
=0
atau
u
i
=
v
i

E
=
z
i
e
f
i
(3.10)
dengan menggunakan persamaan 3.9 diperoleh,
A
i
=
z
i
2
F e
f
i
(3.11)
Catatan:
Gerak ion dalam larutan akhirnya dapat digambarkan dengan 3 jenis metoda: konduktifitas ion molar,
mobilitas ion, dan koefisien friksi.
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
Jari-jari Hukum Stokes.
Pendekatan lain untuk menggambarkan laju suatu ion yang bergerak dalam larutan. Cara ini dilakukan
dengan menggunakan Hukum Stokes, yaitu membayangkan bahwa suatu ion merupakan sebuah bola
pejal yang memiliki jari jari sebesar r
i
, koefisien friksi menurut Stokes adalah,
f
i
=6p r
i
(3.12)
subtitusi kedalam Persamaan 3.10, dan dengan menggantikan
e=F / N
A
akan didapat.
r
i
=
z
i
F
6p N
A
u
i
(3.13)
Ion yang bergerak dengan lebih cepat akan memiliki jari-jari Stokes yang kecil, dan yang bergerak
lambat akan memiliki jari-jari yang besar. Namun hukum Stokes tidak akurat untuk ion-ion yang kecil,
setidaknya Hukum Stokes dapat memberikan gambaran kasar tentang ukuran ion efektif saat bergerak
dalam larutan.
3.1 Memberikan perbandingan antara jari-jari Stokes yang diperoleh dengan cara perhitungan dengan
ukuran dari jari jari ion kristalnya.
Pengamatan terhadap ion alkali menunjukkan bahwa jari jari kristal bertambah Li< Na<K, tetapi jari-
jari stokes bertambah kecil, hal ini hanya dapat terjadi bila litium sangat terpolarisasi sehingga terikat
kuat pada molekul pelarutnya, sehingga saat ion tersebut bergerak molekul-molekul pelarut ikut
bergerak, yang mengakibarkan ukuran ionnya bertambah besar.
Pada deret F
-
, Cl
-
, Br
-
dan I
-,
ternyata memiliki jari jari stokesnya yang relatif sama, walau ukuran
ionnya bertambah besar. Hal ini juga ikut konsisten dengan ukuran ion yang semakin besar dan
semakin kurang terpolarisasi akan megnikat lebih sedikit molekul pelarut sehingga lebih sedikit
molekul pelarut yang terikat dan bergerak sebagai suatu kesatuan.
Ion-ion isoelektronik dari Na
+
, Mg
2+
, Al
3+
juga memperlihatkan bahwa kation akan lebih tersolvasi
yang membuat ukuran jari-jari stokesnya bertambah.
Bagaimana dengan Ion OH
-
vs F
-.
?
Tabel 3.1.`Stokes Law dan Jari-jari Kristal untuk beberapa ion
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
Perlakuan teoritis dari hantaran
Kohlrausch menemukan bahwa hantaran adalah berbanding dengan akar dari konsentrasi. Ini menarik
perhatian beberapa teoritis seperto Onsager yang menurunkan Huku pembatas hantaran (conductance
limiting law).
Hasil penyelesaian Onsanger adalah
A=A
0

z
1
z
2
F
2
A
0
12t t
0
x
A
RT N
A
q
1+.q

(z
1
+z
2
) F
2
6p N
A
x
A
(3.14)
Dengan x
A
adalah tebal lapisan atmosfir ion, dan p viskositas pelarut, z
1
dan z
2
adalah muatan ion
positif dan ion negatif dan
q=
z
1
z
2
( z
1
z
2
)( z
2
t
1
z
1
t
2
)
dengan t
1
dan t
2
adalah bilangan transference. Bila z
1
dan z
2
(untuk elektrolit 1:1 atau 2:2), q= dan
akan tidak tergantung pada bilangan transferencenya.
Ungkapan pertama pada hukum pembatas Onsager muncul dari efek relaksasi atmosfir ion. Saat suatu
ion tertarik pada medan listrik, ion tersebut juga akan dipengaruhi gaya berlawanan yang muncul akibat
ion atmosfirnya yang akan cenderung menghambat gerak ion tersebut dan akan menurunkan daya
hantar ion tersebut. Pengaruhnya bertambah besar dengan bertambahnya kerapatan ion dalam
atmosfirnya.
Ungkapan kedua timbul dari efek elektroforetik. Saat ion bergerak dalam larutan , maka ia akan
cenderung 'membawa' atmosfir ion bersamanya yang akan mengakibatkan gaya 'viscous drag' yang
berlawanan dengan arah gerak dari ion tersebut.
Hukum ini hanya berlaku pada konsentrasi yang sangat rendah dibawah 0.001 M.
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
3.2 Aplikasi Hantaran
Pengukuran Konstanta Disosiasi
Pengukuran hantaran memainkan peranan yang sangat penting dalam penggolongan asam, basa, dan
garamnya yaitu sebagai elektrolit kuat dan lemah.
Pada elektrolit kuat terdapat hubungan yang linear antara terhadap
.C , dilain pihak pada
konsentrasi yang moderat elektrolit yang lemah memiliki hantaran yang kecil dan meningkat dengan
berkurangnya konsentrasi elektrolit tersebut.
Menurut Arrhenius, konstanta disosiasi bagi elektrolit lemah adalah rasio hantaran molar vs hantaran
molar pada pengenceran tak hingga.
=

0 (3.14)
Misal untuk:
HOAc+ H
2
OH
3
O
+
+ OA
-
harga konstantanya kesetimbangan diberikan oleh:
K
a
=
H
3
O
+
|
OAc
-
|
HOAc|
Konsentrasi masing-masing spesi dapat diperoleh dari:
H
3
O
+
|= OAc
-
|=oC
HOAc|=(1o)C
dengan memasukkan dalam konstanta kesetimbangan maka diperoleh;
K
a
=
o
2
C
1o
C dalam mol L
-1
, dan dengan memasukkan dalam persamaan 3.14 diperoleh
K
a
=
(/
0
)
2
C
1(/
0
)
(3.15)
Persamaan diatas dikenal sebagai hukum pengenceran Ostwald dan dapat disusun ulang menjadi,
C A=K
a
( A
0
)
2
(1/ A)K
a
A
0
Bila dibuat grafik aluran C vs.1/ akan memberikan garis lurus dengan kemiringan dan intersept
memberikan harga hantaran molar pada pengenceran tak hingga dan konstanta kesetimbangan.
Penentuan Jenis Muatan Elektrolit
Bila suatu senyawa kimia baru yang bersifat elektrolit ditemukan, adalah penting untuk mengetahui
besar muatan yang dibawa oleh ion positif dan negatifnya. Hal ini dapat menjadi salah satu metoda
karakterisasi untuk senyawa kimia tersebut.
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
Jika konduktifitas molar pada berbagai konsentrasi dapat dicari, maka dapat aluran dari terhadap
.C
dapat dibuat. Dari plot tersebut akan didapat harga
0
, dan harga hantaran untuk berbagai jenis larutan
elektrolit akan berada pada rentang daerah tertentu.
Titrasi Konduktometri
Adalah salah satu teknik elektroanalitik yang umum digunakan.
Sebagai contoh pada titrasi HCl dengan NaOH. Pada awal hantaran dari HCl dikarenakan oleh adanya
ion H
3
O
+
dan Cl
-
. Saat titrasi mulai dilakukan peran H
3
O
+
di gantikan oleh Na
+
, dan karena hantaran
molar ion Na
+
lebih kecil dari H
3
O
+
maka hantaran larutan berkurang.
Gambar 3.8. Titrasi konduktometri HCl oleh NaOH.Kontribusi masing-masing spesi diperlihatkan
Setelah melewati titik akhir ekivalen, NaOH berlebih mulai terbentuk dalam larutan, karena hantaran
molar ion OH- sangat besar, maka hantaran dari larutan kembali meningkat.
Terdapat beberapa batasan dalam teknik konduktometri:
Perubahan kemiringan pada titik ekivalen sering sekali kecil
Konsentrasi analit dan titran harus lebih besar dari 0.001 M
Tidak boleh terdapat elektrolit pengganggu.
3.3 Difusi
Hantaran listrik termasuk dalam sifat fisik yang tergolong pada sifat transport. Sifat transport lainnya
adalah: hantaran termal, transport panas yang muncul karena perbedaan temperatur. viskositas,
transport momentum karena pengaruh perbedaan kecepatan.difusi, transport materi karena adanya
perbedaan potensial listrik atau perbedaan konsentrasi.
Hukum difusi Fick.
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
Gerak suatu molekul/ion dalam larutan yang tidak mengalami gaya listrik atau gaya gravitasi hanya
merupakan gerak acak termal saja.
Seandainya pada selang waktu t sebuah partikel berpindah sejauh 6 x dalam arah sumbu x.
Penempatan rata-rata, 6 x , adalah sama dengan nol karena molekul mungkin bergerak ke arah x
positif maupun negatif, tetapi jika penempatan di kuadratkan dahulu baru dirata-ratakan, (6 x)
2
, akan
tidak bernilai nol.
Perhatikan larutan yang memiliki gradien konsentrasi pada arah sumbu x, dan kita memperhatikan
daerah yang kecil dengan cross-section yang memiliki luas A dan panjang 26 x . Volume ini dibagi
dua, seperti pada Gambar 7. Asumsi bahwa konsentrasi rata-rata volum sebelah kiri adalah N
1
dan
sebelah kanan adalah N
2
, maka jumlah partikel di masing-masing bagian adalah
N
1
A6 x
dan
N
2
6 x
.
Gambar 3.9. Model deskripsi dari difusi.
Jika pada selang waktu 6t rata-rata setengah dari partikel bergerak ke kiri, dan setengahnya lagi
bergerak ke kanan, maka jumlah partikel yang melintasi bidang pembagi dari kiri ke kanan adalah
1/ 2 N
1
A6 x
dan yang melintasi dari kanan ke kiri adalah
1/ 2 N
2
A6 x
, maka jumlah total partikel
yang melewati bidang pembatas (dari kiri ke kanan) adalah
1/ 2( N
1
N
2
) A6 x
, dan dengan membagi
dalam selang waktu memberikan laju perpindahan rata-rata,
Laju=
(
N
1
N
2
)
A x
2t
(3.16)
Berdasarkan asumsi bahwa gradien konsentrasi adalah linear, maka gradien konsentrasi dapat
dinyatakan dalam,
N
1
N
2
=
N
x
6 x
Dengan memasukkan dalam persamaan 3.16 diperoleh
Laju=
A(6 x)
2
26t
N
x
(3.17)
Persamaan 3.17 menggambarkan jumlah partikel yang melewati bidang referens yang memiliki luas A
persatuan waktu. Jika dibagi dengan A dan bilangan Avogadro maka akan diperoleh flux J dalam mol
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
persatuan luas cross section per satuan waktu.
J =D
C
x
3.18
dengan D sebagai koefisien difusi yang diberikan oleh,
D=
(6 x)
2
26t
3.19
Hukum Empiris Kedua Fick.
Pada volum yang sangat kecil dari suatu area dengan ketebalan dx. Flux arus yang masuk volume
adalah J(x), dan flux yang keluar adalah
J (x+ dx)=J ( x)+
(
J
x
)
dx
. Perbedaan antar flux masuk dan
flux keluar adalah jumlah bertambahnya partikel dalam volume tersebut persatuan waktu. Dengan
membagi volum ini dengan dx, akan dapat dihitung waktu perubahan konsentrasi,
c
t
.
C
t
=
J ( x)J ( x+ dx)
dx
=
J
x
Diferensiasi dari Pers. 3.18 akan memberikan
J
x
=D

2
C
x
2
Sehingga,
C
t
=

2
C
x
2
(3.21)
Persamaan 3.21 disebut sebagai Hukum Kedua Fick.
Persamaan 3.21 ini merupakan persamaan diferensial orde 2, dan persamaan ini dapat diselesaikan
dengan memperhitungkan berbagai faktor batas yang diterapkan. Persamaan dengan memperhatikan
faktor konsentrasi sebagai fungsi jarak dan waktu menjadi:
C( x , t )
t
=D

2
C(x ,t )
x
2
(A.1)
Dengan menggunakan transformasi Laplace untuk C(x,t) sebagai fungsi s(x,s) maka diperoleh
s( x , s)C (x , 0)=D

2
c(x , s)
x
2
(A.2)
C(x , t )=
1
2
C
0

1erf
(
x
2 Dt
)|
(A.3)
Perhatikan bila suatu larutan disatukan dengan suatu pelarut murni sehingga keadaan awal menjadi
C= C
*
untuk x < 0, dan C = 0 untuk x > 0. Pada keadaan ini maka kondisi untuk batas menjadi C C
*

P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
bila x - dan C 0 bila x + penyelesaian dibagi pada 2 daerah yaitu - < x < 0 dan 0 < x <
+ dengan persyaratan bahwa C(x,t) dan J(x,t) adalah kontinu pada x = 0, sehingga untuk x > 0
diperoleh:
D

2
c( x , s)
x
2
sc(x , s)=0 (A.4)
Penyelesaian umum untuk persamaan diatas adalah
c( x , s)=A( s) exp(s/ Dx)+ B(s)exp(+ s/ Dx) (A.5)
Dengan nilai A dan B ditentukan dari kondisi batas.
Salah satu kondisi batas yang memerlukan bahwa x(x,s) 0 bila x . sehingga nilai B menjadi = 0.
Untuk x <0 persamaan A.2 menjadi
D

2
x( x , s)
x
2
sc ' (x , s)+ C
*
=0 (A.6)
Penyelesaian umum untuk persamaan ini adalah
c' ( x , s)=C
*
/ s+ A' (s)exp(s/ Dx)+ B' (s) exp(+s/ Dx) (A.7)
Kondisi batas mensyaratkan bahwa c'(x,s) C'/s bila x sehingga A(i) = 0.
Bila C(0,t) = C'(0,t) , maka C(0,s) = c'(0,s) (ini merupakan syarat kontinuitas), sehingga diperoleh
C(0, s)=A( s)
c' ( 0, s)=C
*
/ s B' ( s)
Akhirnya
A(s)B' ( s)=C
*
/ s
Fluks aliran yang setara terdapat pada x = 0 yang berarti bahwa
c(0, s)
x
=
c ' (0, s)
x
Dengan diferensiasi persamaan A.7 dan dengan memberi nilai x =0 akan diperoleh
s/ D A(s)=s/ D B' (s)
Sehingga
A(s)=B' ( s)=C
*
/ 2s
Maka persamaan A.7 menjadi
c( x.s)=
C
*
2s
exp
(

s
D
x
)
x> 0
c' ( x.s)=
C
*
s

C
*
2s
exp
(

s
D
x
)
x< 0
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
Dengan melakukan transformasi inversnya maka didapat
C( x , t )=
C
*
2

1erf
x
2Dt
|
x> 0
C ' (x , t )=C
*

C
*
2

1erf
x
2 Dt
|
x< 0
Kedua fungsi terakhir adalah fungsi ganjil dari argumen nya yaitu erf (-) = -erf (), sehingga kedua
fungsi tersebut adalah fungsi yang identik yaitu
C(x , t )=
C
*
2

1erf
x
2 Dt
|
erf adalah fungsi ketidaktelitian yang besarnya adalah
erf ()=
2

e
u
2
du
Fungsi ketidaktelitian merupakan fungsi transcendental seperti fungsi logaritmik atau fungsi eksponen.
Seperti terlihat pada Gambar berikut, nilai fungsi mendekati nol saat argumennya mendekati nol dan
nilai fungsi mendekati 1 saat argumennya bertambah. Turunan fungsi ketidaktelitian ini adalah :
d
dx
erf (s)|=
2

exp(
2
)
d
dx
(3.24)
Gambar 3.10. Fungsi kesalahan
Profil konsentrasi yang diberikan oleh persamaan A.3, dan gradien konsentrasi yang dihitung dari
persamaan 3.24 ditunjukkan pada Gambar 3.10. Terlihat bahwa pada saat x=0 konsentrasi gradien
adalah tajam, yang kemudian akan makin melebar dan berkurang ketinggian tingginnya dengan
berjalannya waktu.
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
Hubungan antara Difusi dan Mobilitas.
Proses Difusi dapat dianggap sebagai gerakan partikel dalam larutan yang di akibatkan karena adanya
gradient konsentrasi. Kecepatan difusi sebanding dengan potensial gradien,
v
i
=
1
f
i
N
A

i
x
(3.25)
Dengan
v
i
adalah kecepatan partikel i,
f
i
adalah koefisian friksi partikel i
NA adalah bilangan Avogadro.
Bila partikel adalah berupa ion, maka potensial kimia tidak hanya bergantung pada keaktifan, tetapi
juga bergantung pada potensial listriknya sehingga,]

i
=
i
0
+ RT ln a
i
+ z
i
F (3.26)
Diferensiasi 3.26 dan kemudian di substitusi ke 3.25 akan memberikan Persamaan Nernst-Planck.
v
i
=
1
f
i

kT
d ln a
i
dx
+ z
i
e
d
dx
|
(3.27)
Batasan 1:
Keaktifan adalah seragam/uniform, tetapi potensial tidak, sehingga persamaan 3.27 menjadi,
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
i
i
i
z e
v E
f
= +
karena E = -d/dx, dan dengan membagi persamaan 3.27 dengan E, akan didapat
u
i
=
v
i

E
=
z
i
e
f
i
(3.28)
Batasan 2:
Harga potensial elektrik dianggap tetap sehingga Pers 3.27 hanya mengandung suku pertama saja. Jika
konsentrasi dari spesi I adalah Ci dan rata-rata kecepatan adalah v
i
maka flux dari J
i
adalah C
i
v
i
atau
J
i
=
c
i
kT
f
i
d ln a
i
dx
Berhubung keaktifan dapat ditulis a
i =
C
i

i
maka,
J
i
=
kT
f
i

d ln C
i
dx
+ C
i
d ln
i
dx
|
(3.29)
Bila diasumsikan bahwa koefisien keaktifan tidak tergantung pada x (karena larutan sangat encer/ideal)
maka suku kedua dapat dihilangkan dan Pers. 3.29 menjadi,
J
i
=
kT
f
i
d C
i
dx
yang merupakan hukum 1 Fick dengan
D
i
=
kT
f
i
(3.30)
Karena koefisien friksi ada dalam kedua persamaan (3.29) dan (3.30) maka hubungan antara koefisien
difusi dengan mobilitas elektrik adalah,
D
i
=
kT
z
i
e
u
i
=
RT
z
i
F
u
i (3.31)
Persamaan 3.31 sering disebut sebagai Hubungan Einstein. Dengan menggabungkan Pers 3.9 dan 3.31
maka akan didapat hubungan antara koefisien difusi dan hantaran ion,
D
i
=
kT
z
i
2
e
2

i (3.32)
Akhirnya terdapat tiga buah alat ukur untuk menentukan properti dari transport ion dalam suatu larutan,
yaitu hantaran molar , mobilitas ion u dan koefisien difusi D.
Ion Konduktifitas Mobilitas Koef Difusi
Na
+
50 x 10
-4
5.2 x 10
-8
13.4 x 10
-10
Mg
2+
106 x 10
-4
5.5 x 10
-8
7.1 x 10
-10
Al
+3
189 x 10
-4
6.5 x 10
-8
5.6 x 10
-10
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
Data pada tabel menunjukkan:
Konduktifitas meningkat seiring dengan bertambahnya muatan.
Difusi berkurang seiring dengan bertambahnya muatan,
Mobilitas tidak tergantung pada muatan.
Hal ini menunjukkan bahwa bila muatan bertambah maka besarnya lapisan solvasi ikut bertambah.
Koefisien Difusi tidak bergantung pada muatan karena pengaruh solvasi di imbangi dengan pengaruh
muatan dari ionnya.
Konduktifitas adakah ukuran untuk kecepatan ion dalam medan listrik dan juga bergantung pada
muatan yang dibawanya.
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
3.4 Membran dan Liquid Junction Potential
Telah diketahui bahwa akan terdapat perbedaan potensial antar batas permukaan dua fasa yang berbeda.
Pada bagian berikut akan dibahas tiga hal perihal potensial yang timbul akibat perbedaan fasa.
3.4.1 Potensial Liquid Junction
Junction = 1. Place where things join, a place where two or more objects join/meet/cross; 2. Physical
layer between phases. A layer separating phases with different properties and serving as a contact
between them.
Pada suatu junction dari dua buah larutan elektrolit. Larutan dapat dibuat dengan hati-hati dituangkan
pada larutan kedua sehingga tercipta dua lapisan yang saling terpisah, cara lain adalah dengan
memasang asbestos atau gelas fritted diantara kedua elektrolit. Sistem seperti ini tidak berada pada
kesetimbangan dan proses pencampuran akan terbentuk. Peran asbestos atau glass fritted adalah agar
proses pencampuran berlangsung lebih lama. Bila pada sistem seperti ini proses penncampuran
berlangsung lambat, maka kedua larutan dapat diperlakukan sebagai sistem yang secara komposisi
adalah konstan, dengan demikian pendekatan steady state dapat diberlakukan.
Apa yang terjadi bila liquid junction terbentuk antar fasa dan dan proses difusi berlangsung.
Andaikan pada suatu saat elektrolit memiliki konsentrasi sebesar C

dan C

. Karena koefisien difusi


dari kation dan anio memiliki harga yang berbeda, maka salah satu spesi akan berpenetrasi lebih cepat.
Misal bila kation berdifusi dari fasa ke fasa lebih cepat dibandingkan dengan anionnya, maka
pemisahan muatan akan terjadi dan dengan adanya hal ini maka perbedaan potensial listrik akan
melawan proses difusi pada kecepatan yang berbeda.
Gambar xx. Proses difusi suatu larutan elektrolit 1:1 dalam suatu tabung. (a)
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
Konsentrasi pada beberapa selang waktu. (b) Perbedaan konsentrasi C
+
C
-

Seandainya liquid junction mencapai keadaan steady state, dan muatan sebesar Q bergerak secara
reversibel melalui jarak dx dalam fasa boundary. Akan terdapat kontribusi untuk Q dari kation yang
bergerak dalam arah +dx dan dari anion dalam arah -dx
dQ=F

i
z
i
n
i
dengan z
i
adalah muatan ion i dan n
i
adalah jumlah mol i yang bergerak dari x ke x + dx. Jika i
merupakan kation, z
i
dan n
i
bernilai negatif dan sebaliknya. Besarnya fraksi dari muatan yang dibawa
oleh i (bilangan transference, t
i
) adalah
t
i
=
F z
i
n
i
Q
dan n
i
dapat ditulis menjadi
n
i
=
t
i
Q
z
i
F
saat bergerak dari x ke x + dx, ion i akan melalui perbedaan potensial kimia sebesar
du
i
=RT d ln a
i
+ F z
i
d
d adalah perbedaan potensial antar jarak dx. Perubahan energi bebas total adalah
G=

i
du
i
n
i
G=

RT
F

i
t
i
z
i
d ln a
i
+

i
t
i
d
|
Q (3.33)
Karena tranport muatan melalui batas fasa bersifat reversibel maka G akan bernilai nol. Sehingga suku
dalam siku akan bernilai nol dan bukan merupakan fungsi Q, lebih lanjut dari definisi

1
t
i
=1
maka suku dalam siku dapat ditata ulang menghasilkan
=
RT
F

i
t
i
z
i
d ln a
i
dam dengan mengintegrasi terhadap batas fasa akan diperoleh
=
RT
F

i

t
i
z
i
d ln a
i
(3.34)
Persamaan 3.34 merupakan ungkapan umum untuk potensial liquid junction, namun bentuk integralnya
sulit untuk diselesaikan. Agar dapat diselesaikan maka perlu dilakukan penyederhanaan terhadap model
yang dibuat.
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
Bila hanya terdapat satu elektrolit hadir dan kedua fasa hanya berbeda dalam hal konsentrasiny, maka
dapat di asumsikan bahwa transference number bernilai tetap. Dengan memperhitungkan faktor ini dan
untuk elektrolit 1:1 persamaan integral 3.34 menjadi mudah diselesaikan
=
RT
F

t
1
ln
a
1

a
1

t
2
ln
a
2

a
2

|
dengan asumsi lebih lanjut
a
1

=a
2

=a

, dan dengan a
1

=a
2

=a

,
=
RT
F
(t
1
t
2
)ln
a

Dapat disimpulkan bahwa bila dua larutan elektrolit 1:1 yang hanya berbeda konsentrasinya berada
dalam kontak satu sama lain, maka liquid junction potensialnya proporsional terhadap bilangan
transference dari ion positif dan ion negatif dan terhadal log dari perbandingan aktifitasnya.
*) Penyelesaian untuk campuran beberapa elektrolit tidak dibahas.
3.4.2 Kesetimbangan Membran Donnan.
Dalam suatu sistem yang memiliki membran semipermiabel, potensial antar fasa (liquid junction
potential) akan terbentuk. Seandainya dua larutan, larutan pertama memiliki elektrolit biasa dengan
ukuran ion yang kecil dan larutan lainnya memiliki makromolekul yang bermuatan terpisahkan oleh
membran yang membolehkan pelarut dan ion kecil melewati membran tersebut.
Pada kesetimbangan potensial kimia dari ion kecil dan pelarut akan sama pada kedua fasa tersebut Lain
halnya dengan potensial kimia dari makromolekulnya. Akan terjadi beda potensial kimia antar kedua
fasa akibat perbedaan energi bebas dari makromolekul tersebut.
Elektrolit antar membran akan berada dalam kesetimbangan

=
i

karena
i
0
untuk fasa dan adalah sama, maka
RT ln a
1

=RT ln a
1

!F
dengan tanda + untuk kation dan untuk anionl dan =

. Jika kation (i = 1) dan (i=2) maka


akan didapat
RT ln a
1

a
2

=RT ln a
1

a
2

atau
a
1

a
2

=a
1

a
2

hal ini merupakan kondisi kesetimbangan membran Donnan. Jika dalam koefisien pada fasa dan fasa
adalah sama maka dapat ditulis menjadi
C
1

C
2

=C
1

C
2

(3.38)
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.
Elektronetralitas pada fasa menuntut agar
C
1

=C
1

Jika fasa juga mengandung makromolekul M dengan konsentrasi C


M
dan muatan z
M
maka kondisi
elektronetralitas adalah
C
1

+ z
M
C
M
=C
2

Secara umum terdapat hubungan konservasi yang mengatur jumlah total kation dan anion. Adanya
hubungan ini dan dengan adanya kesetimbangan Donnan maka perbedaan potensial akan diperoleh
=
RT
F
ln
a
1

a
1

=
RT
F
ln
a
2

a
2

3.4.3 Membran ion selektif


Dengan diketahuinya teori semikuantitatif tentang Liquid Potential Junction dan Potensial Membran
Donnan, maka operasi pada membran ion selektif seperti Elektroda Gelas Sensitif-H
+
dapat difahami.
Diasumsikan bahwa interior dari membar hanya permiable terhadap ion Na
+
, tetapi bagian luar dan
dalam permukaan dari membran terhidrasi sehingga dapat mengandung kation lainnya, H
+
juga
pastinya akan terhidrasi pada permukaan membra. Dengan demikian sistem MIS dapat dibagi menjadi
5 area yang dapat dibayangkan sebagai fasa yang terpisah.
larutan elektrolit bagian luar membran
permukaan luar dari membran
bagian interior membran
' permukaan dalam membran
' larutan elektrolit bagian dalam membran
Sehingga potensial total dari membran merupakan konribusi dari 4 faktor yaitu
=

+

+
'
+
' '
Diasumsikan bahwa permukaan membran berada dalam kesetimbangan dengan larutan elektrolit yang
berdekatan sehingga argumentasi yang dibahas pada kesetimbangan membran Donnan dapat digunakan
untuk antar muka - dan '-'. Jika H
+
berada dalam kesetimbangan pada antar muka -, maka
potensial H
+
untuk kedua fasa tersebut haruslah sama, sehingga;

H
0 ()+ RT ln a
H
+ F

=
H
0 ()+ RT ln a
H
+ F
(3.40)
atau
P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.

H
()
H
()
F
+
RT
F
ln
a
H

a
H

Untuk antar-muka '-' juga akan berlaku sama



' '
=

'

' =

H
(' )
H
(' )
F
+
RT
F
ln a
H
'
a
H

'
Karena fasa dan ' keduanya adalah larutan dan dan ' keduanya merupakan fasa gelas terhidrasi,
maka

H
0
()=
H
0
(' ) dan
H
0
()=
H
0
(' )
Dan dengan ungkapan keadaan standar akan saling menghilangkan saat

dan
''
ditambahkan
untuk mendapatkan kontribusi permukaan/larutan membran terhadap potensial.

+
' '
=
RT
F
ln
a
H

a
H

'
a
H

' a
H

(3.24)
Pada bagian lain, ion Na
+
juga akan berada dalam keadaan kesetimbangan antara bagian daerah
membran sebelah luar dengan larutan. Sehingga untuk antarmuka - akan berlaku

Na
0
()+ RT ln a
Na

+ F

=
Na
0
()+ RT ln a
Na

+ F

(3.43)
Dengan mengurangi (3.43) dari (3.41) disertai penata ulangan, akan didapat

H
0 ()+
Na
0 ()
H
0 ()
H
0 ()=
RT
T
ln
a
H

a
Na

a
H

a
Na

Persamaan ini merupakan persamaan perubahan energi bebas standar untuk reaksi kesetimbangan
Na
+
()+ Na
+
()Na
+
()+ H
+
()
Dengan demikian argumen untuk bagian logaritmik merupakan tetapan kesetimbangan
K=

a
H

a
Na

a
H

a
Na

P
e
r
s
o
n
a
l

U
s
e

O
n
l
y

.
.

Вам также может понравиться