Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Mobilitas penduduk yang besar serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bisa kita pungkiri lagi dapat membuat kondisi lingkungan semakin memburuk. Banyaknya kendaraan bermotor serta pabrik-pabrik yang banyak menghasilkan gas emisi (CO dan CO2). Sejak dimulainya revolusi industri di Inggris hingga revolusi telekomunikasi zaman sekarang telah terjadi peningkatan persentase CO2 di muka bumi akibat aktivitas produksi dan konsumsi. meningkatnya kadar CO2 di atmosfer menjadikan bumi tambah panas, memberikan efek Global Warming dan selanjutnya Global Climate Change (Raub, 2004). Selain itu, banyaknya pengguna kendaraan bermotor yang banyak mengeluarkan gas emisi (CO) memberikan kontribusi besar terhadap terjadinya pencemaran lingkungan. Berdasarkan data Statistik tahun 2010, hampir 200 juta orang di DKI Jakarta menggunakan kendaraan berbahan bakar premium dan solar yang memicu terjadinya pencemaran di ibu kota (Jakarta Express, 2011). Banyaknya pencemaran yang terjadi akibat zat emisi tersebut (karbon dioksida dan karbon monoksida) yang menyebabkan banyak kerugian bagi lingkungan maupun manusia membuat kami berinisiatif untuk mengukur besarnya kandungan CO dan CO2 pada tempat percobaan tertentu, dan membandingkannya dengan nilai ambang batas yang diperkenankan.

B. Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari pada praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. untuk mengetahui cara mengoperasikan alat ukur CO dan CO2 (Gas probe) 2. untuk mengetahui seberapa besar kandungan CO dan CO2 pada suatu tempat tertentu (Lab Terpadu dan Parkiran FKM Unhas) 3. untuk mengetahui dan membandingkan nilai CO dan CO2 yang diperoleh dari hasil percobaan dengan Nilai Ambang Batasnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Karbon Monoksida 1. Sifat fisika dan kimia Karbon dan oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu hemoglobin. 2. Sumber dan distribusi Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia, karbon monoksida yang berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfer, pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam. Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi, jumlah CO dari sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta ton per tahun. Separuh dari jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik. Di dalam laporan WHO (1992) dinyatakan paling

tidak 90% dari CO di udara perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor. Selain itu asap rokok juga mengandung CO, sehingga para perokok dapat memajan dirinya sendiri dari asap rokok yang sedang dihisapnya. Sumber CO dari dalam ruang (indoor) termasuk dari tungku dapur rumah tangga dan tungku pemanas ruang. Dalam beberapa penelitian ditemukan kadar CO yang cukup tinggi di dalam kendaraan sedan maupun bus. Kadar CO diperkotaan cukup bervariasi tergantung dari kepadatan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin dan umumnya ditemukan kadar maksimum CO yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi dan malam hari. Selain cuaca, variasi dari kadar CO juga dipengaruhi oleh topografi jalan dan bangunan di sekitarnya. Pemajanan CO dari udara ambien dapat direfleksikan dalam bentuk kadar karboksi hemoglobin (HbCO) dalam darah yang terbentuk dengan sangat pelan karena butuh waktu 412 jam untuk tercapainya keseimbangan antara kadar CO di udara dan HbCO dalam darah, oleh karena itu kadar CO di dalam lingkungan, cenderung dinyatakan sebagai kadar rata-rata dalam 8 jam pemajanan. Data CO yang dinyatakan dalam rata-rata setiap 8 jam pengukuran sepajang hari adalah lebih baik dibandingkan dari data CO yang dinyatakan dalam rata-rata dari 3 kali pengukuran pada periode waktu 8 jam yang berbeda dalam sehari. Perhitungan tersebut akan lebih

mendekati gambaran dari respons tubuh manusia terhadap keracunan CO dari udara. Karbon monoksida yang bersumber dari dalam ruang (indoor) terutama berasal dari alat pemanas ruang yang menggunakan bahan bakar fosil dan tungku masak. Kadarnya akan lebih tinggi bila ruangan tempat alat tersebut difungsikan tidak memiliki ventilasi yang cukup. Namun umunnya pemajanan yang berasal dari dalam ruangan kadarnya lebih kecil dibandingkan dari kadar CO hasil pemajanan asap rokok. Beberapa individu juga dapat terpajan oleh CO karena lingkungan kerjanya. Kelompok masyarakat yang paling terpajan oleh CO termasuk polisi lalu lintas atau tukang pakir, pekerja bengkel mobil, petugas industri logam, industri bahan bakar bensin, industri gas kimia dan pemadam kebakaran. Pemajanan CO dari lingkungan kerja seperti yang tersebut diatas perlu mendapat perhatian. Misalnya kadar CO di bengkel kendaraan bermotor ditemukan mencapai setinggi 600 mg/m3 dan di dalam darah para pekerja bengkel tersebut bisa mengandung HbCO sampai lima kali lebih tinggi dari kadar nomal. Para petugas yang bekerja di jalan raya diketahui mengandung HbCO dengan kadar 4-7,6% (perokok) dan 1,43,8% (bukan perokok) selama sehari bekerja. Sebaliknya kadar HbCO pada masyarakat umum jarang yang melampaui 1% walaupun studi yang dilakukan di 18 kota besar di Amerika Utara menunjukan bahwa 45 % dari masyarakat bukan perokok yang terpajan oleh CO udara, di dalam darahnya terkandung HbCO melampaui 1,5%. Perlu juga diketahui

bahwa manusia sendiri dapat memproduksi CO akibat proses metabolismenya yang normal. Produksi CO di dalam tubuh sendiri ini (endogenous) bisa sekitar 0,1-1% dari total HbCO dalam darah (Wichaksana, 2003). 3. Dampak terhadap kesehatan Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk berikatan dengan hemoglobin yaitu pigmen sel darah merah yang mengangkut oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan karboksi hemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan oksi hemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal, karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi enzim intraseluler juga dapat terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampat keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah. Dampak dari CO bervasiasi tergantung dari status kesehatan seseorang pada saat terpajan. Pada beberapa orang yang berbadan gemuk dapat mentolerir pajanan CO sampai kadar HbCO dalam darahnya mencapai 40% dalam waktu singkat. Tetapi seseorang yang menderita sakit jantung atau paru-paru akan menjadi lebih parah apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 5-10%.

Pengaruh CO kadar tinggi terhadap sistem saraf pusat dan sistim kardiovaskular telah banyak diketahui. Namun respon dari masyarakat berbadan sehat terhadap pemajanan CO kadar rendah dan dalam jangka waktu panjang, masih sedikit diketahui. Misalnya kinerja para petugas jaga, yang harus mempunyai kemampuan untuk mendeteksi adanya perubahan kecil dalam lingkungannya yang terjadi pada saat yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya dan membutuhkan kewaspadaan tinggi dan terus menerus dapat terganggu atau terhambat pada kadar HbCO yang berada dibawah 10% dan bahkan sampai 5% (hal ini secara kasar ekuivalen dengan kadar CO di udara masing-masing sebesar 80 dan 35 mg/m3) Pengaruh ini terlalu terlihat pada perokok, karena kemungkinan sudah terbiasa terpajan dengan kadar yang sama dari asap rokok. Beberapa studi yang dilakukan terhadap sejumlah sukarelawan berbadan sehat yang melakukan latihan berat (studi untuk melihat penyerapan oksigen maksimal) menunjukkan bahwa kesadaran hilang pada kadar HbCO 50% dengan latihan yang lebih ringan, kesadaran hilang pada HbCO 70% selama 5-60 menit. Gangguan tidak dirasakan pada HbCO 33%, tetapi denyut jantung meningkat cepat dan tidak proporsional. Studi dalam jangka waktu yang lebih panjang terhadap pekerja yang bekerja selama 4 jam dengan kadar HbCO 5-6% menunjukkan pengaruh yang serupa terhadap denyut jantung, tetapi agak berbeda. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa paling sedikit untuk orang bukan perokok, ternyata ada hubungan yang linier antara HbCO

dan menurunnya kapasitas maksimum oksigen. Walaupun kadar CO yang tinggi dapat menyebabkan perubahan tekanan darah, meningkatkan denyut jantung, ritme jantung menjadi abnormal sehingga menyebabkan gagal jantung, dan kerusakan pembuluh darah periferal. Hubungan yang telah diketahui tentang merokok dan peningkatan risiko penyakit jantung koroner menunjukkan bahwa CO kemungkinan mempunyai peran dalam memicu timbulnya penyakit tersebut. Namun tidak cukup bukti yang menyatakan bahwa karbon monoksida menyebabkan penyakit jantung atau paru-paru, tetapi jelas bahwa CO mampu untuk mengganggu transpor oksigen ke seluruh tubuh yang dapat berakibat serius pada seseorang yang telah menderita sakit jantung atau paru-paru. Studi epidemiologi tentang kesakitan dan kematian akibat penyakit jantung dan kadar CO di udara yang dibagi berdasarkan wilayah, sangat sulit untuk ditafsirkan. Namun dada terasa sakit pada saat melakukan gerakan fisik, terlihat jelas akan timbul pada pasien yang terpajan CO dengan kadar 60 mg/m3, yang menghasilkan kadar HbCO mendekati 5%. Walaupun wanita hamil dan janin yang dikandungnya akan menghasilkan CO dari dalam tubuh dengan kadar yang lebih tinggi, pajanan tambahan dari luar dapat mengurangi fungsi oksigenasi jaringan dan plasental, yang menyebabkan bayi dengan berat badan rendah. Kondisi seperti ini menjelaskan mengapa wanita merokok melahirkan bayi dengan berat badan lebih rendah dari normal.

Masih ada dua aspek lain dari pengaruh CO terhadap kesehatan yang perlu dicatat. Pertama, tampaknya binatang percobaan dapat beradaptasi terhadap pemajanan CO karena mampu mentolerir dengan mudah pemajanan akut pada kadar tinggi, walaupun masih memerlukan penjelasan lebih lanjut. Kedua, dalam kaitannya dengan CO di lingkungan kerja yang dapat menggangggu pertubuhan janin pada pekerja wanita, adalah kenyataan bahwa paling sedikit satu jenis senyawa hidrokarbon halogen yaitu metilen klorida (diklorometan), dapat menyebabkan meningkatnya kadar HbCO karena ada metabolisme di dalam tubuh setelah absorpsi terjadi. Karena senyawa ini termasuk kelompok pelarut (sollvent) yang banyak digunakan dalam industri untuk menggantikan karbon tetraklorida yang beracun, maka keamanan lingkungan kerja mereka perlu ditinjau lebih lanjut. 4. Pencegahan dan pengendalian Sebelum melakukan ini kita terlebih dahulu harus mengetahui NAB dari karbon monoksida tersebut, agar kita dapat mengontrol jumlah senyawa tersebut dalam tubuh. NAB karbon monoksida bisa kita lihat seperti yang telah ditentukan dalam PERMENAKERTRANS No. 13 tahun 2011. Tabel.1 NAB Karbon Monoksida NAB BDS 25 g/m3 29

Sumber: PERMENAKERTRANS No. 13 Tahun 2011

Pencegahan dan pengendalian dapat kita lakukan terhadap sumber atau penghasil gas CO dengan cara antara lain: a. Sumber bergerak 1) merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik 2) melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala 3) memasang filter pada knalpot. b. Sumber tidak bergerak 1) memasang scruber pada cerobong asap 2) merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian secara berkala 3) menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar CO rendah. c. Manusia Apabila kadar CO dalam udara ambien telah melebihi baku mutu (10.000 g/m3 udara dengan rata-rata waktu pengukuran 24 jam) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upayaupaya: 1) menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti masker gas 2) menutup/menghindari tempat-tempat yang diduga mengandung CO seperti sumur tua , goa , dan lain-lain.

10

5.

Penanggulangan Setelah melakukan pencegahan dan kontrol tetapi masih juga terpapar akan CO maka kita dapat melakukan penanggulangan lebih lanjut yaitu dengan: a. mengatur pertukaran udara di dalam ruang seperti mengunakan exhaust fan b. bila terjadi korban keracunan maka sebaiknya berikan pengobatan atau pernafasan buatan dan kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat.

B. Karbon Dioksida 1. Sifat fisik dan kimia Karbon dioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Konsentrasi yang lebih besar dari 5.000 ppm tidak baik untuk kesehatan, sedangkan konsentrasi lebih dari 50.000 ppm dapat membahayakan kehidupan hewan. Pada keadaan STP, rapatan karbon dioksida berkisar sekitar 1,98 kg/m, kira kira 1,5 kali lebih berat dari udara. Molekul karbon dioksida (O=C=O) mengandung dua ikatan rangkap yang berbentuk linear. Ia tidak bersifat dipol. Senyawa ini tidak begitu reaktif dan tidak mudah terbakar, namun bisa membantu pembakaran logam seperti magnesium. Pada suhu 78,51C, karbon dioksida langsung menyublim menjadi padat melalui proses deposisi. Bentuk padat karbon dioksida biasa disebut sebagai "dry ice". Fenomena ini pertama kali dipantau oleh seorang

11

kimiawan Perancis, Charles Thilorier, pada tahun 1825. Es kering biasanya digunakan sebagai zat pendingin yang relatif murah. Sifat-sifat yang menyebabkannya sangat praktis adalah karbon dioksida langsung menyublim menjadi gas dan tidak meninggalkan cairan. Penggunaan lain dari es kering adalah untuk pembersihan sembur. 2. Sumber karbon dioksida Sumber utama penghasil emisi karbon dioksida secara global ada 2 macam. Pertama, pembangkit listrik bertenaga batubara. Pembangkit listrik ini membuang energi 2 kali lipat dari energi yang dihasilkan. Semisal, energi yang digunakan 100 unit, sementara energi yang dihasilkan 35 unit. Maka, energi yang terbuang adalah 65 unit. Setiap 1000 megawatt yang dihasilkan dari pembangkit listrik bertenaga batubara akan mengemisikan 5,6 juta ton karbon dioksida per tahun. Kedua, pembakaran kendaraan bermotor. Kendaraan yang

mengonsumsi bahan bakar sebanyak 7,8 liter per 100 km dan menempuh jarak 16 ribu km, maka setiap tahunnya akan mengemisikan 3 ton karbon dioksida ke udara. 3. Penanggulangan Gas CO2 merupakan salah satu partikel pencemar udara. Jika CO2 berada di udara melebihi batas normal yang menurunkan kualitas udara sampai pada batas yang mengganggu kehidupan.

12

Gas CO2 berasal dari pembakaran minyak, gas buang kendaraan, gunung meletus dan hasil pembakaran yang tidak sempurna dari mesin mobil dan mesin knalpot. Sebelum mengetahui dampak dan penanggulangan karbon diokasida ada baiknya kita mengetahui NAB CO2 sesuai dengan

PERMENAKERTRANS No.13 tahun 2011. Tabel.2 NAB Karbon Dioksida PSD/KTD g/m3 9000 BDS 30.000 g/m3 94.000

NAB BDS 5000

Sumber: PERMENAKERTRANS No. 13 Tahun 2011 Adapun akibat dari gas CO2 apabila melebihi ambang batas dapat menyebabkan : a. gangguan pernapasan b. meningkatnya suhu bumi karena efek rumah kaca. Polutan yang berupa gas CO2 akan mengembang di udara dan mempunyai sifat seperti kaca. Sinar matahari yang jatuh ke bumi tidak akan dipantulkan oleh CO2 yang mengembang tetapi diteruskan. Sebagai akibatnya suhu bumi makin meningkat. Hal tersebut merupakan dampak jangka pendek, sedangkan dampak jangka panjangnya dapat mencairkan es di kutub sehingga permukaan air laut di seluruh permukaan bumi meningkat. Peningkatan air laut akan mampu menenggelamkan pulau.

13

Adapun cara-cara untuk penanggulangan gas CO2 ini adalah : a. memperbanyak penanaman tumbuhan pelindung (reboisasi) b. melengkapi cerobong asap pabrik dengan alat penyaring udara serta menambah tinggi cerobong c. menggunakan bahan bakar murni untuk mengurangi sisa pembakaran gas CO2 yang berlebihan d. mengolah sampah organik menjadi pupuk secara biologis.

14

BAB III METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Praktikum dilaksanakan pada hari jumat, 27 April 2012 pukul 14.00 sampai selesai. Pengukuran pertama dilaksanakan di Laboratorium Terpadu FKM Unhas lantai 3 dan pengukuran kedua dilaksanakan di parkiran motor FKM Unhas. B. Alat Alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah Gas Probe. gambar 1 Gas Probe

Sumber: google.com C. Prinsip Kerja Adapun prinsip kerja dari alat ini adalah sebagai berikut: 1. 2. alat akan menangkap besarnya CO dan CO2 yang ada di udara alarm pada Gas Probe akan berbunyi dalam kurun waktu tertentu sebagai tanda besarnya kandungan CO dan CO2 di udara 3. alat ukur yang dipakai tidak boleh dalam keadaan baterai lemah (lowbat).

15

D. Cara Kerja Adapun cara kerja penggunaan dari alat ini adalah sebagai berikut: 1. 2. alat dinyalakan dengan cara tombol ON ditekan terlebih dahulu alat diletakkan pada lokasi percobaan yang akan diukur kandungan CO dan CO2-nya 3. setiap perubahan angka yang tertera pada layar Gas probe saat alarm berbunyi harus dicatat 4. ini dilakukan secara terus-menerus sampai didapatkan 5 kali perubahan.

16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Pengukuran 1. Pengukuran karbon dioksida Tabel. 3 Pengukuran I ( Laboratorium Terpadu FKM Unhas Lantai 3 ) Pengukuran Hasil Pengukuran CO2 (ppm) I II III IV V Rata-rata Sumber: data primer, 2012 Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan didapatkan kadar tertinggi CO2 di laboratorium terpadu FKM Unhas sebesar 1780 (ppm) dan rata-rata sebesar 1724 (ppm). 2. Pengukuran karbon monoksida Tabel. 4 Pengukuran II ( Parkiran Motor FKM Unhas ) Pengukuran Hasil Pengukuran CO (ppm) I II III IV V Rata-rata Sumber: data primer, 2012 30 25 35 40 37 33,4 1650 1700 1750 1780 1740 1724

17

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan didapatkan kadar tertinggi CO di parkiran motor FKM Unhas sebesar 40 (ppm) dan ratarata sebesar 33,4 (ppm). B. Pembahasan 1. Pengukuran karbon dioksida Pengukuran yang kami lakukan adalah mengukur kandungan gas CO2 di dalam laboratorium terpadu FKM Unhas. Berdasarkan pengukuran yang kami lakukan sebanyak 5 kali perubahan, didapatkan rata-rata kandungan gas CO2 di laboratorium terpadu FKM Unhas sebesar 1724 ppm. Jika dibandingkan dengan NAB yakni 5000 ppm, kadar CO2 dalam udara memenuhi standar yang telah di tentukan menurut MENAKERTRANS No.13 tahun 2011, Sehingga tidak menimbulkan efek negatif bagi orang yang beraktifitas di sekitarnya. 2. Pengukuran karbon monoksida Pengukuran kedua yang kami lakukan adalah mengukur kandungan gas CO di parkiran motor FKM Unhas. Berdasarkan pengukuran yang kami lakukan sebanyak 5 kali perubahan, didapatkan rata-rata CO yang ada di parkiran motor FKM Unhas sebesar 33,4 ppm. Jika dibandingkan dengan nilai ambang batas CO dalam udara yakni sebesar 25 ppm, maka dapat dikatakan bahwa hasil percobaan yang kami lakukan di parkiran FKM Unhas melewati nilai ambang batas maka sebaiknya dilaksanakan kontrol terhadap ini karena akan berdampak negatif bagi orang yang ada di sekitarnya.

18

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum pengukuran kadar karbon dioksida dan karbon monoksida dalam udara dapat kami simpulkan bahwa: 1. kandungan gas CO2 di laboratorium terpadu FKM Unhas rata-rata sebesar 1761,4 ppm sedangkan kandungan gas CO di parkiran FKM Unhas rata-rata sebesar 35 ppm 2. berdasarkan nilai ambang batas CO dan CO2 dapat dikatakan bahwa kandungan CO2 di laboratorium terpadu FKM Unhas tidak melewati nilai ambang batas yakni 1761,4 ppm (NAB CO2 = 5000 ppm) sedangkan kandungan CO di parkiran motor FKM Unhas melewati nilai ambang batas yakni 33,4 ppm (NAB CO = 25 ppm). B. Saran Adapun saran yang dapat kami sampaikan melalui kesempatan ini adalah : 1. sebaiknya ketika melakukan praktikum, praktikan dilengkapi dengan buku panduan praktikum agar lebih jelas dan terarah praktikum yang dijalankan 2. alat yang digunakan sebaiknya dikalibrasi terlebih dahulu agar hasil pengukuran lebih optimal 3. sebaiknya orang yang beraktifitas di parkiran motor FKM Unhas menggunakan masker untuk mengurangi jumlah CO yang masuk ke dalam saluran pernapasan karena kadar CO di parkiran motor FKM Unhas melebihi NAB.

19

Вам также может понравиться

  • 7106 PDF
    7106 PDF
    Документ107 страниц
    7106 PDF
    Sam Sam Eka Bada
    Оценок пока нет
  • Ergonomi Produktivitas
    Ergonomi Produktivitas
    Документ36 страниц
    Ergonomi Produktivitas
    Sam Sam Eka Bada
    0% (1)
  • Laporan Karbohidrat
    Laporan Karbohidrat
    Документ34 страницы
    Laporan Karbohidrat
    Sam Sam Eka Bada
    0% (1)
  • Isi Iklim Kerja
    Isi Iklim Kerja
    Документ28 страниц
    Isi Iklim Kerja
    Sam Sam Eka Bada
    Оценок пока нет
  • Ring Kasan
    Ring Kasan
    Документ1 страница
    Ring Kasan
    Sam Sam Eka Bada
    Оценок пока нет
  • Ben Zen A
    Ben Zen A
    Документ128 страниц
    Ben Zen A
    neiramedic
    Оценок пока нет
  • PAB
    PAB
    Документ15 страниц
    PAB
    Sam Sam Eka Bada
    Оценок пока нет