Вы находитесь на странице: 1из 11

SIMULASI ALIRAN DAYA PADA PENYULANG 2

GARDU INDUK RAWALO DENGAN MENGGUNAKAN


SOFTWARE ETAP 7.0
Unggul Dzackiy K1, Ir. Bambang Winardi2
1

Mahasiswa dan Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia
Email : l2f007077@student.undip.ac.id

Abstrak
Studi aliran daya merupakan penentuan atau perhitungan tegangan, arus, daya aktif maupun daya reaktif
yang terdapat pada berbagai titik jaringan listrik pada keadaan operasi normal, baik yang sedang berjalan maupun
yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Dengan studi aliran daya dapat mengetahui tegangantegangan pada setiap bus yang ada dalam sistem, baik magnitude maupun sudut fasa tegangan, daya aktif dan daya
reaktif yang mengalir dalam setiap saluran yang ada dalam system, kondisi dari semua peralatan, apakah
memenuhi batasbatas yang ditentukan untuk menyalurkan daya listrik yang diinginkan.
Untuk menyelesaikan studi aliran daya, metode yang sering digunakan adalah metode Gauss-Seidel dan
metode Newton Raphson. Metode Newton Raphson lebih cepat mencapai nilai konvergen sehingga proses iterasi
yang berlangsung lebih sedikit.
Pada Laporan kerja praktek ini, penulis akan membahas tentang simulasi aliran daya pada penyulang 2
Gardu induk rawalo dengan menggunaka software ETAP 7.0. Adapun metode aliran daya yang digunakan adalah
metode newton-raphson.
Kata kunci:Aliran daya, newton-raphson, ETAP

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Studi aliran daya merupakan penentuan
atau perhitungan tegangan, arus, daya aktif
maupun daya reaktif yang terdapat pada
berbagai titik jaringan listrik pada keadaan
operasi normal, baik yang sedang berjalan
maupun yang diharapkan akan terjadi di masa
yang akan datang. Dengan studi aliran daya
dapat mengetahui tegangan-tegangan pada setiap
bus yang ada dalam sistem, baik magnitude
maupun sudut fasa tegangan, daya aktif dan
daya reaktif yang mengalir dalam setiap saluran
yang ada dalam system, kondisi dari semua
peralatan, apakah memenuhi batasbatas yang
ditentukan untuk menyalurkan daya listrik yang
diinginkan.
1.2 Tujuan
Mengetahui dan bisa menjalankan
software
ETAP
Power
Station
untuk
menganalisa aliran daya.
Mengetahui losses dan drop tegangan
pada penyulang 2 Gardu Induk Rawalo.
1.3 Pembatasan Masalah
Makalah ini membahas mengenai
analisis aliran daya pada Gardu Induk Rawalo
dengan menggunakan ETAP Power Station 7.0.

Metode aliran daya yang digunakan adalah


Newton-Raphson.

II. DASAR TEORI


2.1 Sistem Jaringan Distribusi
Ada tiga bagian penting dalam proses
penyaluran tenaga listrik, yaitu: Pembangkitan,
Penyaluran (transmisi) dan distribusi seperti
pada gambar berikut :

Gambar 1 Tiga komponen utama dalam penyaluran


tenaga listrik

Jaringan Pada Sistem Distribusi tegangan


menengah (Primer,20KV) dapat dikelompokkan
menjadi lima model, yaitu Jaringan Radial,
Jaringan hantaran penghubung (Tie Line),
Jaringan Lingkaran (Loop), Jaringan Spindel dan
Sistem Gugus atau Kluster.

Jaringan Radial
Sistem distribusi dengan pola Radial
seperti gambar di bawah ini. Sistem distribusi
yang paling sederhana dan ekonomis. Pada
sistem ini terdapat beberapa penyulang yang
menyuplai beberapa gardu distribusi secara
radial.
Gambar 4 Konfigurasi Jaringan Loop

Jaringan Spindel
Sistem Spindel seperti pada gambar di
bawah ini adalah suatu pola kombinasi jaringan
Gambar 2 Konfigurasi Jaringan Distribusi Radial

dari pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari


beberapa penyulang (feeder) yang tegangannya

Jaringan Hantaran Penghubung (Tie Line)


Sistem distribusi Tie Line seperti pada
gambar di bawah ini digunakan untuk pelanggan

diberikan dari Gardu Induk dan tegangan


tersebut berakhir pada sebuah Gardu Hubung
(GH).

penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara,


Rumah Sakit, dan lainlain).

Gambar 3 Konfigurasi Jaringan Tie Line

Gambar 5 Konfigurasi Jaringan Spindel

Sistem Gugus atau Sistem Kluster

Jaringan Lingkar (Loop)


Menengah

Konfigurasi Gugus seeperti pada gambar

Struktur Lingkaran (Loop) seperti gambar di

di bawah ini banyak digunakan untuk kota besar

bawah ini dimungkinkan pemasokannya dari

yang mempunyai kerapatan beban yang tinggi.

beberapa

Dalam sistem ini terdapat Saklar Pemutus

Pada

Jaringan

gardu

Tegangan

induk,

sehingga

dengan

demikian tingkat keandalannya relatif lebih baik.

Beban, dan penyulang cadangan.

hubung singkat, stabilitas, dan pembebanan


ekonomis.
Beberapa hal di atas inilah yang sangat
diperlukan untuk menganalisa keadaan sekarang
dari sistem guna perencanaan perluasan sistem
yang akan datang.
Persamaan umum untuk arus yang mengalir
Gambar 6 Konfigurasi Jaringan Gugus atau Sistem

menuju suatu bus adalah (Pai,1979) :


I1 = Y11 V1 + Y12 V2 + Y13 V3 + + Y1nVn

Kluster

I2 = Y21 V1 + Y22 V2 + Y23 V3 + + Y2n Vn


2.2

Studi Aliran Daya listrik

Studi aliran daya merupakan penentuan atau


perhitungan tegangan, arus, daya aktif maupun
daya reaktif yang terdapat pada berbagai titik
jaringan listrik pada keadaan operasi normal,
baik yang sedang berjalan maupun yang

I3 = Y31 V1 + Y32 V2 + Y33 V3 + + Y3n Vn


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
In = Yn1 V1 + Yn2 V2 + Yn3 V3 + + Ynn Vn
(1)

diharapkan akan terjadi di masa yang akan

atau dapat juga ditulis dengan persamaan

datang (Stevenson,1996).
Adapun tujuan dari studi analisa aliran

daya antara lain (Sulasno,1993):


a.

Untuk mengetahui tegangan-tegangan pada


setiap bus yang ada dalam sistem, baik
magnitude maupun sudut fasa tegangan.

b.

(2)

Daya kompleks pada bus p tersebut adalah :


Sp = Pp + jQp = Vp Ip*

(3)

dengan memasukkan Persamaan (2) ke

reaktif yang mengalir dalam setiap saluran

+ =


=1

(4)

Apabila bagian real dan imajiner dari

Untuk mengetahui kondisi dari semua

Persamaan (4) dipisahkan maka akan diperoleh :

peralatan, apakah memenuhi batasbatas

yang ditentukan untuk menyalurkan daya

Untuk memperoleh kondisi mula pada

selanjutnya


=1

(5)
(6)

seperti

siku-siku maka :
Ypq = Gpq + jBpq

Untuk memperoleh kondisi awal untuk


studi-studi


=1

apabila impedansi dinyatakan dalam bentuk

perencanaan sistem yang baru.


e.

; = 1,2,3, ,

Persamaan (3) akan menghasilkan :

listrik yang diinginkan.


d.

=1

Untuk mengetahui daya aktif dan daya

yang ada dalam sistem.


c.

berikut :

studi

sehingga persamaan daya pada Persamaan


(5) dan (6) akan menjadi:


=1

cos +

sin

=1

dimana superskrip spec berarti yang


ditetapkan (specified) dan calc adalah yang

(7)

dihitung (calculated).

sin +

cos

Proses iterasi ini akan berlangsung sampai

(8)

perubahan daya aktif (Pp) dan perubahan daya


reaktif (Qp) tersebut telah mencapai nilai
Metode Newton Raphson

konvergen ( ) yang telah ditetapkan. Pada

Pada metode Newton Raphson, slack bus


diabaikan

dari

perhitungan

iterasi

untuk

umumnya nilai konvergen antara 0,01 sampai


0,0001. (Sulasno,1993).

menentukan tegangan-tegangan, karena besar


dan sudut tegangan pada slack bus telah
ditentukan. Sedangkan pada generator bus , daya
aktif dan magnitude tegangan bernilai tetap,
sehingga hanya daya reaktif yang dihitung pada
setiap iterasinya. Dalam analisa aliran daya, ada
dua persamaan yang harus diselesaikan pada
tiap-tiap bus. Kedua persamaan itu adalah

Matrik Jacobian terdiri dari turunan


parsial dari P dan Q terhadap masing-masing
variabel, besar dan sudut fasa tegangan, dalam
Persamaan (7) dan Persamaan (8). Besar dan
sudut fasa tegangan yang diasumsikan serta daya
aktif dan daya reaktif yang dihitung digunakan
untuk mendapatkan elemenelemen Jacobian.
Setelah itu akan diperoleh harga dari perubahan

seperti pada Persamaan (7) dan Persamaan (8).


Dalam penyelesaian iterasi pada metode
Newton Raphson, nilai dari daya aktif (Pp) dan

besar tegangan,

Secara umum persamaan tersebut dapat


ditulis sebagai berikut (Pai,1979):

dengan persamaan berikut (Pai,1979):

=
=

=1

+sin

cos
= 1,2,3, .

(11)

turunan parsial dari Persamaan (7) dan (8)


terhadap |V | dan , dimana matrik tersebut

= 1,2,3, .
=

Submatrik H, N, J, L menunjukkan

cos
(9)

, dan perubahan sudut fasa

tegangan, .

daya reaktif (Qp) yang telah dihitung harus


dibandingkan dengan nilai yang ditetapkan,

disebut matrik Jacobian. Nilai dari masing


=1

sin
(10)

masing

elemen

Jacobian

sebagai

berikut

(Pai,1979):
a.

Untuk p q

= sin

cos

= cos +

MENGGUNAKAN ETAP

sin

III. SIMULASI ALIRAN DAYA DENGAN

= +

Diagram Segaris (Single Line Diagram).

= = sin

cos
(12)
b.

Untuk p = q

=
=
=

=
= +
= +

= =

(13)
dengan :
=

=1

cos +

sin
=

=1

sin +

cos

Gambar 7. Single line diagram penyulang 2 GI


Rawalo

Kabel yang digunakan pada penyulang 2

Line
Tabel 1 line data penyulang 2 GI Rawalo

ID
Line 01
Line 02
Line 03
Line 04
Line 05
Line 06
Line 07
Line 08
Line 09
Line 10
Line 11
Line 12
Line 13
Line 14
Line 15
Line 16
Line 17
Line 18
Line 19
Line 20
Line 21
Line 22
Line 23
Line 24
Line 25
Line 26
Line 27
Line 28
Line 29
Line 30
Line 31
Line 32
Line 33
Line 34
Line 35
Line 36
Line 37
Line 38
Line 39

Connected Bus ID Panjang


(m)
From Bus To Bus
BUS 02
BUS 03
100
BUS 03
BUS 04
50
BUS 04
BUS 05
150
BUS 05
BUS 06
200
BUS 06
BUS 07
650
BUS 07
BUS 08
455
BUS 08
BUS 09
65
BUS 09
BUS 10
455
BUS 10
BUS 11
150
BUS 11
BUS 12
150
BUS 12
BUS 13
50
BUS 13
BUS 14
195
BUS 14
BUS 15
65
BUS 15
BUS 16
390
BUS 16
BUS 17
325
BUS 17
BUS 18
1040
BUS 18
BUS 19
250
BUS 19
BUS 20
2400
BUS 20
BUS 21
260
BUS 21
BUS 22
390
BUS 22
BUS 23
1040
BUS 23
BUS 24
150
BUS 24
BUS 25
700
BUS 25
BUS 26
325
BUS 26
BUS 27
455
BUS 27
BUS 28
50
BUS 28
BUS 29
150
BUS 30
BUS 29
65
BUS 28
BUS 31
50
BUS 31
BUS 32
390
BUS 32
BUS 33
325
BUS 33
BUS 34
200
BUS 34
BUS 35
50
BUS 34
BUS 36
50
BUS 36
BUS 37
450
BUS 36
BUS 38
200
BUS 38
BUS 39
65
BUS 39
BUS 40
390
BUS 40
BUS 41
250

GI Rawalo adalah kabel jenis AAAC luas


penampang 240mm2 dengan impedansi sebesar
R1=R2=

0,1344

ohm/km,

jX1=jX2=0,3158

ohm/km, R0= 0,2824 ohm/km, jX0= 1,6033


ohm/km.

Beban
Adapun data beban sebagai berikut:
Tabel 2 data beban penyulang 2 GI Rawalo
Bus
ID
kV
BUS 05
20,000
BUS 06
20,000
BUS 07
20,000
BUS 08
20,000
BUS 09
20,000
BUS 10
20,000
BUS 13
20,000
BUS 14
20,000
BUS 15
20,000
BUS 16
20,000
BUS 17
20,000
BUS 18
20,000
BUS 19
20,000
BUS 20
20,000
BUS 21
20,000
BUS 22
20,000
BUS 23
20,000
BUS 25
20,000
BUS 26
20,000
BUS 27
20,000
BUS 29
20,000
BUS 30
20,000
BUS 31
20,000
BUS 32
20,000
BUS 33
20,000
BUS 35
20,000
BUS 37
20,000
BUS 38
20,000
BUS 39
20,000
BUS 40
20,000
BUS 41
20,000

Load
MW
Mvar
0.4713
0.2921
0.0428
0.0266
0.0428
0.0266
0.0214
0.0133
0.0428
0.0266
0.1500
0.0929
0.0425
0.0263
0.0214
0.0133
0.0214
0.0133
0.0428
0.0266
0.0643
0.0398
0.1500
0.0929
0.0214
0.0133
0.0428
0.0266
0.0129
0.0080
0.0214
0.0133
0.0214
0.0133
0.0428
0.0266
0.0214
0.0133
0.0428
0.0266
0.0214
0.0133
0.7713
0.4780
0.0428
0.0266
0.0428
0.0266
0.0214
0.0133
0.4071
0.2523
0.0428
0.0266
0.0428
0.0266
0.0428
0.0266
0.1071
0.0664
0.0214
0.0133

Hasil Simulasi dengan Menggunaka ETAP


Tabel 3 Daya yang mengalir pada bus

Bus

Generation
MW
Mvar
2.7773
1.8389
0
0

ID
BUS 01
BUS 02

kV
150
20

BUS 03

20

BUS 04

20

BUS 05

20

BUS 06

20

BUS 07

20

BUS 08

20

BUS 09

20

BUS 10

20

BUS 11

20

BUS 12

20

BUS 13

20

BUS 14

20

BUS 15

20

BUS 16

20

0
0

Load
MW
Mvar
ID
0
0 BUS 02
0
0 BUS 03
BUS 01
0
0 BUS 02
BUS 04
0
0 BUS 03
BUS 05
0.4569
0.2832 BUS 04
BUS 06
0.0415
0.0257 BUS 05
BUS 07
0.0414
0.0257 BUS 06
BUS 08
0.0207
0.0128 BUS 07
BUS 09
0.0413
0.0256 BUS 08
BUS 10
0.1444
0.0895 BUS 09
BUS 11
0
0 BUS 10
BUS 12
0
0 BUS 11
BUS 13
0.0409
0.0253 BUS 12
BUS 14
0.0206
0.0128 BUS 13
BUS 15
0.0206
0.0128 BUS 14
BUS 16
0.0411
0.0255 BUS 15

MW
2.7773
2.7747
-2.7747
-2.7744
2.7744
-2.7742
2.7742
-2.7738
2.3169
-2.3164
2.2749
-2.2736
2.2322
-2.2312
2.2106
-2.2104
2.1691
-2.1682
2.0238
-2.0236
2.0236
-2.0233
2.0233
-2.0232
1.9823
-1.9820
1.9614
-1.9613
1.9407
-1.9401

Load Flow
Mvar
1.8389
1.7522
-1.7522
-1.7513
1.7513
-1.7509
1.7509
-1.7496
1.4664
-1.4652
1.4395
-1.4357
1.4100
-1.4074
1.3946
-1.3942
1.3686
-1.3662
1.2767
-1.2760
1.2760
-1.2753
1.2753
-1.2750
1.2497
-1.2488
1.2360
-1.2358
1.2230
-1.2213

Amp
12.8205
96.1541
96.1541
96.1541
96.1541
96.1541
96.1541
96.1541
80.3946
80.3946
78.9625
78.9625
77.5321
77.5321
76.8174
76.8174
75.3883
75.3883
70.3904
70.3904
70.3904
70.3904
70.3904
70.3904
68.9749
68.9749
68.2615
68.2615
67.5482
67.5482

% PF
83.3802
84.5519
84.5519
84.5613
84.5613
84.5659
84.5659
84.5800
84.4970
84.5126
84.5037
84.5536
84.5453
84.5797
84.5757
84.5806
84.5726
84.6060
84.5779
84.5882
84.5882
84.5984
84.5984
84.6019
84.5937
84.6068
84.6026
84.6070
84.6028
84.6285

BUS 17

20

0.0616

BUS 18

20

0.1434

BUS 19

20

0.0205

BUS 20

20

0.0407

BUS 21

20

0.0122

BUS 22

20

0.0203

BUS 23

20

0.0202

BUS 24

20

BUS 25

20

0.0404

BUS 26

20

0.0202

BUS 27

20

0.0403

BUS 28

20

BUS 29

20

0.0202

BUS 30
BUS 31

20
20

0
0

0
0

0.7255
0.0403

BUS 32

20

0.0403

BUS 33

20

0.0201

BUS 17
0.0382 BUS 16
BUS 18
0.0889 BUS 17
BUS 19
0.0127 BUS 18
BUS 20
0.0252 BUS 19
BUS 21
0.0076 BUS 20
BUS 22
0.0126 BUS 21
BUS 23
0.0125 BUS 22
BUS 24
0 BUS 23
BUS 25
0.0250 BUS 24
BUS 26
0.0125 BUS 25
BUS 27
0.0250 BUS 26
BUS 28
0 BUS 27
BUS 29
BUS 31
0.0125 BUS 28
BUS 30
0.4496 BUS 29
0.0250 BUS 28
BUS 32
0.0250 BUS 31
BUS 33
0.0125 BUS 32
BUS 34

1.8990
-1.8985
1.8369
-1.8355
1.6921
-1.6918
1.6713
-1.6686
1.6279
-1.6276
1.6154
-1.6150
1.5947
-1.5936
1.5734
-1.5732
1.5732
-1.5725
1.5321
-1.5318
1.5116
-1.5112
1.4709
-1.4708
0.7457
0.7251
-0.7457
0.7255
-0.7255
-0.7251
0.6848
-0.6847
0.6444
-0.6444
0.6242

1.1958
-1.1945
1.1563
-1.1522
1.0634
-1.0626
1.0499
-1.0422
1.0170
-1.0162
1.0086
-1.0074
0.9948
-0.9918
0.9792
-0.9788
0.9788
-0.9768
0.9518
-0.9509
0.9384
-0.9372
0.9122
-0.9121
0.4622
0.4498
-0.4622
0.4497
-0.4496
-0.4498
0.4248
-0.4246
0.3996
-0.3994
0.3870

66.1225
66.1225
63.9851
63.9851
59.0053
59.0053
58.2942
58.2942
56.8765
56.8765
56.4514
56.4514
55.7431
55.7431
55.0359
55.0359
55.0359
55.0359
53.6229
53.6229
52.9167
52.9167
51.5050
51.5050
26.1102
25.3949
26.1102
25.4045
25.4045
25.3949
23.9834
23.9834
22.5722
22.5722
21.8667

84.6204
84.6414
84.6294
84.6944
84.6685
84.6829
84.6790
84.8160
84.8114
84.8259
84.8246
84.8462
84.8442
84.9011
84.8998
84.9079
84.9079
84.9458
84.9443
84.9615
84.9610
84.9846
84.9842
84.9867
84.9946
84.9787
84.9984
84.9984
85.0000
84.9799
84.9787
84.9880
84.9872
84.9944
84.9942

BUS 34

20

BUS 35
BUS 36

20
20

0
0

0
0

0.3826
0

BUS 37
BUS 38

20
20

0
0

0
0

0.0403
0.0403

BUS 39

20

0.0403

BUS 40

20

0.1007

BUS 41

20

0
TOTAL

0.0201
2.7598

0 BUS 33
BUS 35
BUS 36
0.2371 BUS 34
0 BUS 34
BUS 37
BUS 38
0.0250 BUS 36
0.0250 BUS 36
BUS 39
0.0250 BUS 38
BUS 40
0.0624 BUS 39
BUS 41
0.0125 BUS 40
1.7104

Dari tabel di atas dapat dilihat daya yang mengalir pada tiap
bus. Besarnya daya yang mengalir tergantung pada beban yang
terpasang pada bus tersebut. Pada beberapa bus besarnya nilai beban
sebesar 0 (nol), hal ini disebabkan karena daya yang masuk pada bus
tersebut sama dengan daya yang keluar dari bus tersebut.

-0.6242
0.3826
0.2416
-0.3826
-0.2416
0.0403
0.2013
-0.0403
-0.2013
0.1611
-0.1611
0.1208
-0.1208
0.0201
-0.0201

-0.3869
0.2371
0.1498
-0.2371
-0.1498
0.0250
0.1248
-0.0250
-0.1248
0.0998
-0.0998
0.0749
-0.0749
0.0125
-0.0125

21.8667
13.4024
8.4643
13.4024
8.4643
1.4108
7.0535
1.4108
7.0535
5.6428
5.6428
4.2320
4.2320
0.7053
0.7053

84.9985
84.9993
84.9973
85.0000
84.9977
84.9994
84.9973
85.0000
84.9987
84.9984
84.9988
84.9983
85.0000
84.9998
85.0000

Tabel 4 Losses dan drop voltage


Tabel 5

Losses
ID
Trafo
Line 01
Line 02
Line 03
Line 04
Line 05
Line 06
Line 07
Line 08
Line 09
Line 10
Line 11
Line 12
Line 13
Line 14
Line 15
Line 16
Line 17
Line 18
Line 19
Line 20
Line 21
Line 22
Line 23
Line 24
Line 25
Line 26
Line 27
Line 28
Line 29
Line 30
Line 31
Line 32
Line 33
Line 34
Line 35
Line 36
Line 37
Line 38
Line 39

Type
Trafo
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Line
Total

kW

kVar

2.6002 86.6385
0.3120
0.8757
0.1560
0.4378
0.4681
1.3135
0.4363
1.2243
1.3678
3.8384
0.9231
2.5904
0.1295
0.3633
0.8728
2.4491
0.2508
0.7039
0.2508
0.7039
0.0836
0.2346
0.3131
0.8786
0.1022
0.2869
0.6006
1.6853
0.4796
1.3458
1.4370
4.0326
0.2938
0.8244
2.7526
7.7243
0.2839
0.7966
0.4195
1.1771
1.0907
3.0606
0.1533
0.4303
0.7156
2.0081
0.3154
0.8851
0.4300
1.2067
0.0448
0.1256
0.0345
0.0969
0.0109
0.0305
0.0142
0.0397
0.0757
0.2125
0.0559
0.1568
0.0323
0.0906
0.0030
0.0085
0.0012
0.0034
0.0003
0.0008
0.0034
0.0094
0.0007
0.0020
0.0024
0.0066
0.0000
0.0001
17.5173 128.4993

% Vd
in
Vmag
1.4781
0.0220
0.0110
0.0329
0.0367
0.1172
0.0805
0.0114
0.0783
0.0241
0.0241
0.0080
0.0307
0.0101
0.0601
0.0490
0.1517
0.0336
0.3186
0.0336
0.0501
0.1318
0.0188
0.0875
0.0396
0.0546
0.0058
0.0089
0.0029
0.0037
0.0212
0.0166
0.0099
0.0015
0.0010
0.0014
0.0032
0.0008
0.0037
0.0004

Hasil simulasi tegangan pada tiap bus

Bus
ID
BUS 01
BUS 02
BUS 03
BUS 04
BUS 05
BUS 06
BUS 07
BUS 08
BUS 09
BUS 10
BUS 11
BUS 12
BUS 13
BUS 14
BUS 15
BUS 16
BUS 17
BUS 18
BUS 19
BUS 20
BUS 21
BUS 22
BUS 23
BUS 24
BUS 25
BUS 26
BUS 27
BUS 28
BUS 29
BUS 30
BUS 31
BUS 32
BUS 33
BUS 34
BUS 35
BUS 36
BUS 37
BUS 38
BUS 39

kV
150
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20

Voltage
%Mag
Ang.

100.0000
98.5219
98.4999
98.4890
98.4560
98.4193
98.3020
98.2215
98.2101
98.1318
98.1077
98.0836
98.0756
98.0449
98.0348
97.9747
97.9256
97.7739
97.7403
97.4217
97.3881
97.3380
97.2063
97.1875
97.1000
97.0605
97.0058
97.0000
96.9911
96.9874
96.9971
96.9759
96.9592
96.9493
96.9478
96.9484
96.9469
96.9452
96.9443

0.0000
-1.2363
-1.2463
-1.2513
-1.2664
-1.2831
-1.3366
-1.3735
-1.3787
-1.4146
-1.4257
-1.4367
-1.4404
-1.4545
-1.4592
-1.4868
-1.5094
-1.5794
-1.5949
-1.7427
-1.7584
-1.7818
-1.8434
-1.8522
-1.8933
-1.9119
-1.9376
-1.9404
-1.9446
-1.9463
-1.9417
-1.9517
-1.9596
-1.9643
-1.9650
-1.9647
-1.9654
-1.9662
-1.9666

BUS 40
BUS 41

20
20

96.9406
96.9402

-1.9684
-1.9686

[3] Turan Gonen, Modern Power System


Analysis, John Wiley & Sons, 1988
[4] Sulasno,

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa,


semakin jauh/panjang saluran maka tegangan
akan semakin turun dan perbedaan sudut akan
semakin besar. Akan tetapi profil tegangan

Ir.

tenaga,Semarang:

Analisis

Sistem

Badan

Penerbit

Universitas Diponegoro, 1993


[5] Sulasno, Ir. Sistem Distribusi Tenaga
Listrik,Semarang: Satya Wacana, 1993

masih dalam batas toleransi 5% yaitu sebesar


96,9402% dari tegangan base (20 kV) atau
sebesar 19.3880 kV.

BIODATA PENULIS

Unggul Dzackiy Kurniawan,


IV. KESIMPULAN

lahir di Cilacap 10 April

1. Besarnya tegangan pada ujung bus (BUS 41)

1989.

yaitu sebesar 96.9402% masih dalam batas

pendidikan di SD Negeri

toleransi yaitu sebesar 5%.


2. Semakin besar beban maka lossesnya akan
semakin besar pula, hal itu dikarenakan pada
saat beban bertambah maka arus akan

Menempuh

Kalisabuk 03, SMP Negeri 2


Maos, SMA Negeri 1 Purwokerto dan sekarang
sebagai mahasiswa Teknik Elektro Universitas
Diponegoro

bertambah pula sehingga rugi-rugi saluran


(I2R) akan semakin besar pula.
3. Total beban pada penyulang 2 Gardu Induk
Rawalo sebesar 2.7598 MW dan 1.7104
Mvar

Semarang, November 2011


Mengetahui,
Dosen Pembimbing

4. Total losses pada penyulang 2 Gardu Induk


Rawalo sebesar 0.0175 MW dan 0.1285
Mvar.

DAFTAR PUSTAKA
[1] John J. Grainger, William D. Stevenson, Jr.,
Power System Analysis, McGraw-Hill
Inc, 1994
[2] Hadi Saadat, Power System Analysis,
McGraw-Hill Inc, 1999

Ir. Bambang Winardi


19610616 199303 1 002

Вам также может понравиться