Вы находитесь на странице: 1из 32

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

HARGA DIRI RENDAH Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. (Keliat, 2006) Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Harga diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia (Stuart & Gail, 2006) Harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional(trauma) atau kronis (kritik diri yang telah berlangsung lama) dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung (Stuart & Sundeen, 2006) Etiologi Gangguan harga diri rendah menurut (Carpenito,2007) dapat terjadi secara Kronis dan Situasional. Harga Diri Rendah Kronis adalah keadaan individu mengalami evaluasi diri negatif yang mengenai diri sendiri atau kemampuan dalam waktu lama, misalnya kegagalan untuk memecahkan suatu masalah atau berbagai stress berurutan dapat mengakibatkan harga diri rendah kronik. Harga diri rendah situasional adalah suatu keadaan ketika individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon terhadap suatu kejadian (kehilangan,perubahan). Harga diri rendah situasional adalah evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai respons terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif (NANDA, 2005). Harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi ( korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba ). a) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang sembarangan pemasangan yang tidak sopan ( pengukuran pubis, pemasangan kateler pemeriksaan perincal ). b) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat / sakit / penyakit. c) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagi tindakan tanpa persetujuan. Harga diri rendah biasanya terjadi karena adanya kritik dari diri sendiri dan orang lain, yang menimbulkan penurunan produktifitas berkepanjangan, yang dapat menimbulkan gangguan dalam berhubungan dengan orang lain dan dapat menimbulkan perasaan ketidakmampuan dari dalam tubuh, selalu merasa bersalah terhadap orang lain, selalu berperasaan negatif tentang tubuhnya sendiri. Klien yang mempunyai gangguan harga diri rendah akan mengisolasi diri dari orang lain dan akan muncul perilaku menarik diri, gangguan sensori persepsi halusinasi bisa juga mengakibatkan adanya waham. 1. Faktor predisposisi Faktor yang mempengaruhi harga diri : penolakan orangtua, harapan orangtua tidak realistis, sekolah ditolak, pekerjaan. Faktor yang mempengaruhi performa peran : stereotip peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran budaya

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

Faktor yg mempengaruhi indentitas pribadi : ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial. Pada Harga diri rendah kronis : Biologis Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah kronis adalah : a) System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa tidak berguna atau gagal terus menerus. b) Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat kondisi klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan tersebut. c) Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur arus informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilah sehingga menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan negatif yang ada selalu mendominasi pikiran dari klien. d) Amigdala yang berfungsi untuk emosi. Selain gangguan pada struktur otak, apabila dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan alat-alat tertentu kemungkinan akan ditemukan ketidakseimbangan neurotransmitter di otak. Stresor fisik atau jasmani yang lain seperti suhu dingin atau panas, suara bising, rasa nyeri atau sakit, kelelahan fisik, lingkungan yg tidak memadai dan pencemaran (polusi) udara atau zat kimia. Selain gangguan pada struktur otak, apabila dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan alat-alat tertentu kemungkinan akan ditemukan ketidakseimbangan neurotransmitter di otak seperti : a) Acetylcholine (ACh), untuk pengaturan atensi dan mood, mengalami penurunan. b) Norepinephrine, mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi; mengatur fight-flight dan proses pembelajaran dan memori, mengalami penurunan yang mengakibatkan kelemahan dan depresi. c) Serotonin, mengatur status mood, mengalami penurunan yang mengakibatkan klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya. d) Glutamat, mengalami penurunan, terlihat dari kondisi klien yang kurang energi, selalu terlihat mengantuk. Selain itu berdasarkan diagnosa medis klien yaitu skizofrenia yang sering mengindikasikan adanya penurunan glutamat. Psikologi Harga diri rendah konis sangat berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan individu menjalankan peran dan fungsi. Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya,

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin dan peran dalam pekerjaan ( Stuart, 2006 ). Faktor lain adalah kehilangan yang menyebabkan depresi, rasa malu atau rasa bersalah ( Yosep, 2007). Sosial kultural Faktor resiko sosialkultural pada gangguan jiwa adalah usia, suku bangsa, gender, pendidikan, penghasilan dan sistem keyakinan ( Stuart, 2006 ). Secara sosial status ekonomi sangat mempengaruhi proses terjadinya harga diri rendah kronis, antara lain kemiskinan, tempat tinggal didaerah kumuh dan rawan, kultur sosial yang berubah misal ukuran keberhasilan individu. Faktor kultural: tuntutan peran sesuai kebudayaan sering meningkatkan kejadian harga diri rendah kronis antara lain : wanita sudah harus menikah jika umur mencapai duapuluhan, perubahan kultur kearah gaya hidup individualisme.

2. Faktor presipitasi Ketegangan peran oleh stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam peran/posisi, halusinasi pendengaran dan penglihatan, kebingungan tentang seksualitas diri sendiri, kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain, gangguan citra tubuh, mengalami dunia seperti dalam mimpi. Manifestasi klinis a. Mengungkapkan rasa malu/bersalah b. Mengungkapkan menjelek-jelekkan diri c. Mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya, ketidakberdayaan dan ketidakbergunaan) d. Kejadian menyalahkan diri secara episodik terhadap permasalahan hidup yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif e. Kesulitan dalam membuat keputusan Keliat (2009) mengemukakan beberapa tanda dan gejala harga diri rendah adalah : a. Mengkritik diri sendiri. b. Perasaan tidak mampu. c. Pandangan hidup yang pesimis. d. Penurunan produkrivitas. e. Penolakan terhadap kemampuan diri. Tanda dan gejala yang dapat dikaji: Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap tindakan penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut menjadi rontok (botak) karena pengobatan akibat penyakit kronis seperti kanker. Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika saya tidak kerumah sakit menyalahkan dan mengejek diri sendiri. Merendahkan martabat. Mis: saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya memang bodoh dan tidak tahu apa-apa. Gangguan hubungan sosial. Mis: menarik diri, klien tidak mau bertemu orang lain, lebih suka menyendiri.

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan yang suram mungkin memilih alternatif tindakan. Mencederai diri akibat harga diri rendah disertai dgn harapan yg suram mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan. Mudaah tersinggung atau marah yang berlebihan. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri. Keluhan fisik Penolakan terhadap kemampuan personal Menurut Carpenito, L.J (1998: 352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain: 1. Data subjektif: Mengkritik diri sendiri atau orang lain Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan Perasaan tidak mampu Rasa bersalah Sikap negatif pada diri sendiri Sikap pesimis pada kehidupan Keluhan sakit fisik Pandangan hidup yang terpolarisasi Menolak kemampuan diri sendiri Pengurangan diri/mengejek diri sendiri Perasaan cemas dan takut Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif Mengungkapkan kegagalan pribadi Ketidak mampuan menentukan tujuan 2. Data objektif: Produktivitas menurun Perilaku destruktif pada diri sendiri Perilaku destruktif pada orang lain Penyalahgunaan zat Menarik diri dari hubungan sosial Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan) Tampak mudah tersinggung/mudah marah Mekanisme koping Mekanisme koping adalah tiap upaya yang ditujukan untuk penatalaksanaan stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan ego yang digunakan untuk melindungi diri ( Stuart, 2006 ). Mekanisme koping terdiri dari pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. a) Pertahanan jangka pendek Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri (misalnya konser musik, menonton televisi secara obsesif).

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng ). Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak menentu (misal : olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas). Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas di luar dari hidup yang tidak bermakna saat ini (misalnya: penyalahgunaan obat). b) Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini Stuart ( 2006 ) : Penutupan identitas adalah adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu. Identitas negatif adalah asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang diterima masyarakat. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, pengalihan ( displacement ), Splitting, berbalik marah terhadap terhadap diri sendiri, dan amuk. Fase fase kehilangan 1. Denial (Penolakan) Fase ini merupakan reaksi pertama individu terhadap kehilangan/individu tidak percaya. Menolak atau tidak menerima kehilangan yang terjadi. Pernyataan yang sering diucapkan adalah itu tidak mungkin, saya tidak percaya seseorang yang mengalami kehilangan karena kematian orang yang berarti baginya, tetap merasa bahwa orang tersebut masih hidup. Dia mungkin mengalami halusinasi, melihat orang yang meninggal tersebut berada di tempat yang biasa digunakan atau mendengar suaranya. Tindakan keperawatan : Memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan Jelaskan kepada klien bahwa sikapnya itu wajar terjadi pada orang yang mengalami kehilangan Mendukung kebutuhan emosi tanpa memperkuat penyangkalan Beri dukungan kepada klien secara non verbal seperti : memegang tangan, menepuk bahu atau merangkul klien Menawarkan diri untuk tetap bersama klien tanpa mendiskusikan alasan untuk mengatasi. Memberi jawaban yang jujur terhadap pertanyaan klien tentang sakit, pengobatan dan kematian tanpa membantah klien Memperhatikan kebutuhan dasar klien 2. Anger (Marah) Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan marah pada diri sendiri atau kepada orang yang berada di lingkungannya. Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, susah tidur, tangan mengepal mau memukul, agresif. Tindakan keperawatan : Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan kemarahannya secara verbal tanpa melawan kemarahannya. Jelaskan kepada keluarga bahwa kemarahan klien sebenarnya tidak ditujukan kepada mereka. Jangan mengambil hati kemarahan yang dilontarkan klien. Motivasi klien untuk membicarakan perasaan marahnya. Bantu klien menguatkan sistem pendukung dari orang lain.

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

Ajarkan teknik asertif. 3. Bargaining (Tawar-menawar) Individu yang telah mampu mengekspresikan rasa marah akan kehilangannya, maka orang tersebut akan maju ke tahap tawar menawar dengan memohon kemurahan Tuhan, individu ingin menunda kehilangan dengan berkata seandainya saya hati-hati atau kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa. Tindakan keperawatan : Membantu klien mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya. Jelaskan pada klien tentang sesuatu tindakan yang nyata. Berikan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan. 4. Depresi Individu berada dalam suasana berkabung, karena kehilangan merupakan keadaan nyata, individu sering menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau berbicara atau putus asa dan mungkin sering menangis. Tindakan keperawatan : Mengidentifikasi tingkat depresi dan risiko merusak diri. Membantu klien mengurangi rasa bersalah. Mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki untuk meningkatkan harga diri klien. Beri kesempatan klien untuk menangis dan mengungkapkan perasaan. 5. Acceptance (Penerimaan) Pada fase individu menerima kenyataan kehilangan, misalnya : ya, akhirnya saya harus dioperasi, apa yang harus saya lakukan agar saya cepat sembuh, tanggung jawab mulai timbul dan usaha untuk pemulihan dapat lebih normal. Secara bertahap perhatiannya beralih pada objek yang baru, dan pikiran yang selalu terpusat pada objek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Jadi individu yang masuk pada fase penerimaan atau damai, maka ia dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilangannya secara tuntas. Tindakan keperawatan : Sediakan waktu bagi keluarga untuk mengunjungi klien secara teratur. Membantu dalam mendiskusikan rencana masa datang. Membantu keluarga dan teman klien untuk bisa mengerti penyebab kematian. Intervensi Generalis Pada Pasien a. Tujuan 1) Klien mampu meningkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri dan pemecahan masalah yang efektif 2) Klien mampu melakukan keterampilan positif untuk meningkatkan harga diri 3) Klien mampu melakukan pemecahan masalah dan melakukan umpan balik yang efektif 4) Klien mampu menyadari hubungan yang positif antara harga diri dan kesehatan fisik b. Tindakan Keperawatan 1) Mendiskusikan harga diri rendah : penyebab, proses terjadinya masalah, tanda dan gejala dan akibat 2) Membantu pasien mengembangkan pola pikir positif 3) Membantu mengembangkan kembali harga diri positif melalui melalui kegiatan positif

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

Komplikasi a) Isolasi sosial b) Perilaku kekerasan c) Halusinasi pendengaran dan halusinasi penglihatan d) Waham Penatalaksanaan 1) Terapi medis Pemberian terapi medis pada kasus harga diri rendah juga tidak digolongkan sendiri dan lebih mengarah kepada pemberian obat golongan antidepresan, karena fungsi dari obat anti depresan adalah memblok pengambilan kembali neurotransmitter norepineprin dan serotonin, meningkatkan konsentrasinya pada sinaps dan mengkoreksi defisit yang diperkirakan menyebabkan alam perasaan melankolis. Hal ini sesuai dengan masalah neurotransmitter yang dihadapi oleh klien dengan harga diri rendah yaitu adanya penurunan neurotransmitter seperti serotonin, norepineprin. Terdapat banyak jenis antidepresan tetapi pada kasus harga diri rendah kali ini pemberian obat yang dapat diberikan lebih banyak dalam jenis Tricyclic Anti Depresan (TCA) : Amitriptiline, Imipramine, desipramine, notriptilin, sesuai dengan fungsi dari obatnya yaitu untuk meningkatkan reuptake seorotonin dan norepinefrin sehingga meningkatkan motivasi klien dan sesuai dengan indikasinya yaitu pengobatan yang diberikan pada klien dengan depresi tetapi juga mengalami skizofrenia sehingga mempunyai efek pengobatan yang saling meningkatkan. 2) Terapi keperawatan Tindakan keperawatan pada klien : Tujuan : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Kien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan Klien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan Klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan Klien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya a. Terapi generalis Prinsip tindakan : Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien. Bantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan Bantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih Latih kemampuan yang dipilih klien Beri pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien Bantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih Evaluasi kemampuan pasien sesuai jadwal kegiatan harian Latih kemampuan kedua Motivasi klien memasukkan kemampuan kedua kedalam jadwal harian b. Terapi Kognitif Prinsip tindakan : Sesi I : Mengungkapkan pikiran otomatis Sesi II : Mengungkapkan alasan Sesi III : Tanggapan terhadap pikiran otomatis Sesi IV : Menuliskan pikiran otomatis

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

Sesi V : Penyelesaian masalah Sesi VI : Manfaat tanggapan Sesi VII : Mengungkapkan hasil Sesi VIII : Catatan harian Sesi IX : Support system

Tindakan keperawatan pada keluarga Tujuan : Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki Keluarga memfasilitasi aktifitas pasien yang sesuai kemampuan Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan latihan yang dilakukan Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien a. Terapi generalis Prinsip tindakan : Menjelaskan tanda-tanda dan cara merawat klien harga diri rendah Menjelaskan cara-cara merawat klien dengan HDR Mendemonstrasikan dihadapan keluarga cara merawat klien denganHDR Memberikan kesempatan kepada keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan HDR seperti yang telah di demonstrasikan perawat sebelumnya b. Triangle terapi Prinsip tindakan : Sesi I : Mengenali dan mengekspresikan perasaan Sesi II : Menerima orang lain (klien) Sesi III : Penyelesaian masalah Sesi IV : Mengungkapkan hasil Tindakan keperawatan untuk kelompok a. Terapi generalis : TAKS Prinsip tindakan : Sesi 1 : Membantu klien meningkatkan kemampuan memperkenalkan diri Sesi 2 : Membantu klien berkenalan dengan anggota kelompok Sesi 3 : Membantu klien untuk mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok Sesi 4 : Membantu klien untuk mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan anggota kelompok Sesi 5 : Bantu klien untuk mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain Sesi 6 : Bantu klien untuk mempu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok Sesi 7 : Bantu klien untuk mamu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok yang telah dilakukan b. Logo terapi Prinsip tindakan : Sesi 1 : Mengenal masalah Sesi 2 : Mengajukan pertanyaan pada diri sendiri Sesi 3 : Melihat dan merenungkan pengalaman yang bermakna Sesi 4 : Mengungkap makna dalam kondisi kritis

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

Sesi 5 : Evaluasi dan terminasi

Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Beberapa faktor yg harus dikaji adalah faktor predisposisi dan faktor presipitasi (Stuart & Laraia, 2005) a. Faktor predisposisi yg harus dikaji adalah penolakan orangtua, harapan orangtua yg tidak realistis, kegagalan yag berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri tidak realistis. Sedangkan yg paling sering terjadi adalah gangguang dalam mencapai tugas perkembangan sehingga individu tidak dapat hubungan interpersonal yg sehat. Seperti kurangnya perhatian dan stimulasi pada masa bayi, kurang komunikasi antara orangtua dan anak, penganiayaan pada masa kanak-kanak. b. Faktor presipitasi yg harus dikaji adalah ketegangan peran stres yg berlebihan berhubungan dgn frustasi yg dialami individu dlm peran spt konflik peran yg tidak jelas, menurunnya kestabilan keluarga, terjadinya perpisahan dgn orangtua yg berarti (perceraian,kematian), ansietas berat yg berkepanjangan dan tidak dapat diatasi(kegagalan dlm berhubungan), malu pada saat berhubungan dgn orang lain. Secara objektif dapat dilihat perilaku klien yg khas dan berhubungan dgn harga diri rendah, keracunan identitas dan depersonalisasi. Perilaku perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan terhadap tindakan penyakit, rasa percaya kurang, merendahkan martabat diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, mencederai diri sendiri akibat harga diri rendah, sukar mengambil keputusan dan mempunyai harapan yang suram. c. Tanda dan gejala Perasaan malu pada diri sendiri. Rasa bersalah terhadap diri sendiri Merendahkan martabat. Gangguan hubungan sosial. Percaya diri kurang.. Mencederai diri akibat harga diri rendah disertai dgn harapan yg suram mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan. d. Mekanisme koping pada gangguan konsep diri, mekanisme koping dapat dibagi 2 yaitu koping jangka pendek dan koping jangka panjang (Stuart & Laraia, 2005): Koping jangka pendek (Suliswati,2005) membagi menjadi 4 kategori, yaitu: aktivitas yg memeberi pelarian sementara dari krisis (pemakaian obat), aktivitas yg memebri kehidupan (memenuhi kebutuhan hidup dgn kerja), aktivitas yg memberi kesempatan mengganti identitas sementara (memiliki kelompok tertentu/pengikut kelompok tertentu), aktivitas yg memberikan kekuatan/dukungan sementara terhadap konsep diri (aktivitas yg kompetisi, kontes, prestasi,akademik) Koping jangka panjang adalah penutupan identitas prematur yg diinginkan oleh orang yg penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan aspirasi dan potensi dari individu tersebut dan identitas negatif dgn mengasumsi identitas yg tidak wajar untuj dapat diterima oleh nilai dan harapan masyarakat. e. Sumber koping merupakan suatu evauasi terhadap pilhan koping dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dgn menggunakan sumber koping yg ada di lingkungannya. Sumber koping tersebut dujadikan sebagai modal untuk menyelesaikan masalah. Dukungan

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

sosial dan keyakinan budaya dapat membantu sesorang mengintegrasikan pengalaman yg menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yg efektif. Menurut Towsend ( 1998 ) pada pasien dengan gangguan harga diri rendah akan ditemukan batasan karakteristik : a. Kurang kontak mata b. Ungkapan yang mengaktifkan diri c. Ekspresi rasa malu d. Mengevaluasi diri sebagai individu yang tidak mampu untuk menghadapi berbagai peristiwa. e. Menolak umpan balik yang positif dan melebih-lebihkan umpan balik yang negatif tentang dirinya. f. Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal yang baru g. Hipersensitif terhadap kritik, mudah tersinggung dengan pembicaraan orang lain. 2. Diagnosa keperawatan 1. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Tujuan umum : klien memilih konsep diri yang positif Tujuan khusus Kriteria 1. Klien dapat membina Klien dapat menunjukan hubungan saling percaya ekspresi wajah bersahabat, dengan perawat menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi

Intervensi Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik, yaitu sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji, tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya, beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

2. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki yaitu : aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien, aspek positif keluarga, aspek positif lingkungan klien.

Diskusikan dengan klien tentang : aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan, kemampuan yang dimiliki klien. Bersama klien buat daftar tentang : aspek positif klien, keluarga, lingkungan, kemampuan yang dimiliki

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

klien. Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negatif 3. Klien dapat menilai Klien menyebutkan Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki kemampuan yang dapat kemampuan yang dapat untuk dilaksanakan dilaksanakan. dilaksanakan, diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya. 4. Klien dapat Klien membuat rencana Rencanakan bersama klien merencanakan kegiatan kegiatan harian. aktivitas yang dapat sesuai dengan kemampuan dilakukan setiap hari sesuai yang dimiliki kemampuan klien, meliputi : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan keluarga, tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien, beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.

5. Klien dapat melakukan Klien melakukan kegiatan Anjurkan klien untuk kegiatan sesuai dengan sesuai jadual yang dibuat melaksanakan kegiatan rencana yang dibuat yang telah direncanakan, pantau kegiatan yang dilaksanakan klien, beri pujian atas usaha yang dilakukan klien, diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang. 6. Klien dapat Klien memanfaatkan Beri pendidikan kesehatan memanfaatkan sistem sistem pendukung yang ada pada keluarga tentang cara pendukung yang ada di keluarga merawat klien dengan harga diri rendah, bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di rawat, bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah. 2. Isolasi sosial berhubungan dengan harga diri rendah Isolasi sosial Menurut Townsend, M.C (1998:152), Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya.

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

Menurut DEPKES RI (1989: 117) penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap. Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988 : 423) isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan. PERENCANAAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI

TUM Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal TUK 1 Ekspresi wajah Bina hubungan saling percaya Klien dapat membina bersahabat, dengan mengungkapkan prinsip hubungan saling menunjukkan rasa komunikasi terapeutik percaya senang, ada kontak a. a. Sapa klien dengan ramah baik mata, mau berjabat verbal maupun non verbal tangan, mau b. b. Perkenalkan diri dengan sopan menyebutkan c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama, mau nama panggilan yang disukai klien menjawab salam, d. Jelaskan tujuan pertemuan klien mau duduk e. Jujur dan menepati janji berdampingan f. Tunjukkan sikap empati dan dengan perawat, menerima klien apa adanya. mau menguraikan g. Beri perhatian kepada klien dan masalah yang perhatikan kebutuhan dasar klien dihadapi TUK 2 Klien dapat Diskusikan kemampuan dan aspek Klien dapat mengidentifikasi positif yang dimiliki klien mengidentifikasi kemampuan dan Setiap bertemu klien hindarkan kemampuan dan aspek aspek positif yang dari memberi nilai yang negatif positif yang dimiliki dimiliki. Utamakan memberi pujian yang a. Kemampuan yang realistis dimiliki klien b. Aspek positif keluarga c. Aspek positif lingkungan yang dimiliki TUK 3 Klien dapat Klien dapat menilai Diskusikan menilai kemampuan yang kemampuan dengan yang masih klien dapat

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

kemampuan yang dapat digunakan

dapat digunakan dirumah sakit Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan di rumah TUK 4 Klien memiliki Klien dapat kemampuan yang menetapkan dan akan dilatih merencanakan kegiatan Klien mencoba sesuai dengan sesuai jadwal kemampuan yang harian dimiliki

digunakan selama sakit Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pengunaanya Berikan pujian

TUK 5 Klien melakukan Klien dapat melakukan kegiatan yang telah kegiatan sesuai kondisi dilatih (mandiri sakit dan atau dengan kemampuannya bantuan) Klien mampu melakukan beberapa kegiatan secara mandiri TUK 6 Keluarga memberi Beri pendidikan kesehatan pada Klien dapat dukungan dan keluarga tantang cara merawat klien memenfaatkan sistem pujian dengan harga diri rendah pendukung yang ada Keluarga Bantu keluarga memberikan memahami jadual dukungan selama sakit kegiatan harian Bantu keluarga menyiapkan klien lingkungan dirumah Jelaskan cara pelaksanaan jadual kegiatan klien dirumah Anjurkan memberi pujian pada klien setiap berhasil

Meminta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit Bantu klien melakukan jika perlu beri contoh Beri pujian atas keberhasilan klien Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang di latih Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan Beri pujian atas keberhasilan klien Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah

3. Resiko perubahan persepsi sensori: Halusnasi berhubungan dengan menarik diri. Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005). Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007). Tujuan umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain supaya tidak terjadi halusinasi

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

Tujuan Khusus Kriteria 1 . Klien dapat membina Klien mampu, hubungan saling percaya menunjukan ekpresi menerima/ bersahabat, kontak mata baik, mengatakan masalah yang dihadapi 2 . Klien dapat mengenal Klien mampu perasaan yang mengungkapkan menyebabkan perilaku perasaannya yang menarik diri. menyebabkan menarik diri.

Intervensi Bina hubungan saling percaya dengan klien menggunakan prinsop komunikasi terapeutik.

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.

Klien dapat menyebutkan manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.

Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda tandanya. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta pe-nyebab yang muncul. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan sosial dengan orang lain dan kerugian bila yidak berhubungan dengan orang lain. Beri kesempatan kepada klien untuk mengung-kapkan perasaan tentang keuntu-ngan berhubungan sosial dengan orang lain. Diskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan so-sial dengan orang lain. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan kemampuan berhubungan dengan orang lain Kaji pengetahuan pasien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain. Beri kesempatan kepada klien untuk mengung-kapkan

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain. Diskusikan dengan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan kemampuan berhubungan dengan orang lain. 4. Resiko bunuh diri berhubungan dengan harga diri rendah Schneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai sebuah perilaku pemusnahan secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh seorang individu yang memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik dari sebuah isu. Dia mendeskripsikan bahwa keadaan mental individu yang cenderung melakukan bunuh diri telah mengalami rasa sakit psikologis dan perasaan frustasi yang bertahan lama sehingga individu melihat bunuh diri sebagai satu-satunya penyelesaian untuk masalah yang dihadapi yang bisa menghentikan rasa sakit yang dirasakan (dalam Maris dkk., 2000). Tujuan jangka pendek : klien akan mencari bantuan perawat bila ada perasaan ingin mencederai diri. Tujuan jangka panjang : klien tidak akan mencederai diri

No. 1.

Intervensi Observasi perilaku klien lebih sering melalui aktivitas dan interaksi rutin, hindari kesan pengamatan dan kecurigaan pada klien

Rasional Observasi ketat dibutuhkan supaya intrvensi dapat terjadi jika dibutuhkan untuk memastikan keamanan klien

2.

Tetapkan kontak verbal dengan klien bahwa ia akan meminta bantuan jika keinginan bunh diri dirasakan

mendiskusikan perasaan ingin bunuh diri dengan orang yang dipercaya memberikan derajat keringanan untuk klien, sikap penerimaan klien sebagai individu dapat dirasakan Agar memecahakn masalah dan memahami factor pencetus

3.

Dorong klien untuk bicara tentang perasaan yang dimiliknya sebelum perilaku bunuh diri terjadi Bertindak sebagai model

4.

dalam Perilaku bunuh diri dipandang

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

mengekspresikan tepat 5.

kemarahan

yang sebagai marah yang diarahakan pada diri sendiri Untuk memantau kondisi klien setiap waktu.

Rancang anggota tim perawat untuk memonitor secara kontinyu.

6.

Instruksikan pengunjung untuk membantasi barang bawaan ( yakinkan untuk tidak memberikan makanan dalam tas plastic) Batasi orang dalam ruangan klien dan perlu adanya penurunan stimuli.

Mencegah penggunaan bendabenda tertentu untuk melanjutkan ide bunuh dirinya.

7.

Stimulus untuk bunuh diri bisa timbul ketika klien melihat keramaian. dapat

8.

Informasikan kepada keluarga dan Dukungan social saudara klien bahwa klien meringankan stimulus. membutuhkan dukungan social yang adekuat

9.

Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang di punyai termasuk jejaring sosial yang bisa di akses.

Untuk mempermudah menghubungi keluarga yang bisa membantu meringankan stimulus.

10.

Dorong klien aktivitas social.

untuk

melakukan

Mengalihkan kegiatan lain.

stimulus

ke

ANSIETAS Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respon (sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) Suatu perasaan takut akan terjadi sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ini merupakan sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya yang akan datang dan memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi ancaman. Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan seseorang.

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

Etiologi Cemas itu timbul akibat adanya respons terhadap kondisi stres atau konflik. Rangsangan berupa konflik, baik yang datang dari luar maupun dalam diri sendiri, itu akan menimbulkan respons dari sistem saraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu.Akibat pelepasan hormon tersebut, maka muncul perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung, pembuluh daerah maupun alat-alat gerak. Karena bentuk respon yanmg demikian, penderita biasanya tidak menyadari hal itu sebagai hubungan sebab akibat. 1) Teori Biologis Biokimia Biokimia dan neurofisiologis berpengaruh pada etiologi dari kelainan-kelainan ini telah diselidiki; bagaimanapun, bukti empiris selanjutnya penting sebelum hubungan definitif dapat ditentukan (Tawnsend, 1993) Genetik Penyelidikan akhir-akhir ini mengindikasikan bahwa kelainan ansietas paling sering ditemukan pada populasi umum. Hal ini telah memperlihatkan bahwa kelainan ini lebih umum antara hubungan kekerabatan seseorang dengan kelainan secara biologis generasi pertama dari populasi umum (DSM-III-R, 1987) 2) Teori psikososial Psikodinamik Teori ini (Erikson, 1963) menganggap predisposisi untuk kelainan ansietas saat tugas-tugas yang diberikan untuk tahap perkembangan awal belum terpecahkan. Dalam berespon terhadap stres, prilaku dihubungkan dengan penampilan tahap dini ini, seperti regresi pada seseorang atau terfiksasi pada tahap perkembangan awal. Interpersonal Sullivan (1953) melengkapi respon ansietas untuk kesukaran dalam hubungan interpersonal yang berasal dari hubungan awal Ibu-anak. Anak tidak menerima mutlak kebutuhanya akan kasih sayang dan pemeliharaan. Sosiokultural Horney (1939) menyatakan kelainan ansietas dipengaruhi oleh suatu kontra diksi yang banyak terjadi dalam masyarakat yang mengkontribusi perasaan tidak aman atau ketidakberdayaan. Faktor Predisposisi Menurut Stuart dan Laraia (1998: 177-181) : 1. Pandangan Psikoanalitik Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara 2 elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. 2. Pandangan Interpersonal Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

3. Pandangan Perilaku Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya. 4. Kajian Keluarga Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. 5. Kajian Biologis Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor. Faktor Presipitasi a) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari b) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas , harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang. Faktor pencetus Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal dan eksternal. 1. Sumber Eksternal a. Ancaman terhadap integritas fisik Meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. b. Ancaman terhadap sistem diri Ancaman ini membahayakan harga diri, identitas diri dan fungsi sosial individu (Stuart, 2007). 2. Sumber Internal Kemampuan individu dalam merespon terhadap penyebab kecemasan ditentukan oleh : a. Potensi Stressor Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi (Smeltzer, 2001). b. Maturitas Individu yang memiliki kematangan akan lebih sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena memiliki daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan (Smeltzer, 2001). c. Pendidikan dan Status ekonomi Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan semakin mudah menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan permasalahan baru (Stuart & Sundeen, 1998). d. Keadaan Fisik Seseorang yang mengalami gangguan fisiknya seperti cedera, operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah mengalami kecemasan, disamping itu orang yang mengalami kelelahan fisik lebih mudah mengalami kecemasan (Smeltzer, 2001) e. Tipe Kepribadian Individu dengan tipe kepribadian A lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada individu dengan tipe kepribadian B. Ciri kepribadian tipe A yang melekat pada

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

seseorang diantaranya tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, merasa diburuburu waktu, mudah gelisah , tidak dapat tenang, mudah tersinggung, otot-otot mudah tegang. Sedang orang dengan tipe kepribadian B mempunyai ciri-ciri sebaliknya, karena biasanya orang tersebut memiliki sifat penyabar, tenang, teliti dan rutinitas (Stuart & Sundeen, 1998). f. Lingkungan dan Situasi Seseorang yang berada di lingkungan asing lebih mudah mengalami kecemasan dibanding ketika berada di lingkungannya yang biasa ia tempati (Hambly, 1995). g. Umur Usia yang lebih muda ternyata membuat seseorang lebih mudah mengalami kecemasan daripada seseorang yang lebih tua (Varcoralis, 2000). h. Jenis Kelamin Gangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yang ditandai oleh kecemasan yang spontan dan episodik. Gangguan ini lebih sering dialami wanita daripada pria (Varcoralis, 2000). Faktor yang berhubungan a. Terpapar racun b. Konflik yang tidak disadari mengenai nilai hidup/tujuan hidup c. Berhubungan dengan herediter d. Kebutuhan yang tidak terpenuhi e. Transmisi inter personal f. Krisis situasional/maturasi g. Ancaman kematian h. Ancaman terhadap konsep diri i. Stress j. Substans abuse k. Perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi Penyebab lain : 1. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional 2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu. 3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan. 4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego. 5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu. 6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga. 7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya. 8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

Tingkatan Ansietas Menurut Stuart dan Sundeen (1998:175-176) : 1. Ansietas ringan Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. 2. Ansietas sedang Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. 3. Ansietas berat Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. 4. Tingkat panik Dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya, tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, kehilangan pemikiran rasional. Stuart (2007) membagi tingkat kecemasan menjadi empat tingkatan antara lain: a. Kecemasan Ringan Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. Respon fisiologis ditandai dengan sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut, bibir bergetar. Respon kognitif merupakan lapang persepsi luas, mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif. Respon perilaku dan emosi seperti tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meningkat. b. Kecemasan Sedang Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Respon fisiologis ditandai sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, mulut kering, diare, gelisah. Respon kognitif ditandai lapang persepsi menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya. Respon perilaku dan emosi ditandai meremas tangan, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak enak. c. Kecemasan Berat Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang terhadap sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk menghentikan ketegangan individu dengan kecemasan berat memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pikiran pada suatu area lain. Respon fisiologi : nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat, ketegangan dan sakit kepala. Respon kognitif : lapang persepsi, amat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah. Respon perilaku dan emosi : perasaan ancaman meningkat.

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

d. Panik Individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang. Hilangnya kontrol, menyebabkan individu tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Respon fisologis : nafas pendek, rasa terkecik, sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik rendah. Respon kognitif : lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berpikirlogis. Respon perilaku dan emosi : mengamuk dan marah, ketakutan, kehilangan kendali. Rentang respons ansietas menurut Stuart (2007) sebagai berikut :

Manifestasi klinis Stuart (2007) memberikan suatu penilaian bahwa manifestasi respon kecemasan dapat berupa perubahan respon fisiologis, perilaku, kognitif dan afektif antara lain: a. Respon fisiologis Respon kardiovaskuler seperti palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah tinggi, rasa mau pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun. Respon pernafasan seperti nafas cepat, nafas pendek, tekanan pada dada, nafas dangkal, pembengkakan tenggorokan, sensasi tercekik, terengah-engah. Respon neuromuskuler seperti refleks meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang janggal. Respon gastrointestinal seperti kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar pada jantung, diare. Respon traktus urinarius seperti tidak dapat menahan kencing, sering berkemih. Respon kulit antara lain wajah kemerahan, berkeringat setempat, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh. b. Respon perilaku Gelisah, ketegangan fisik, tremor, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari hubungan interpersonal, melarikan diri dari masalah. c. Respon kognitif Meliputi perhatian terganggu, konsentrasi buruk, salah dalam memberikan penilaian. d. Respon afektif Meliputi hambatan berpikir, bidang persepsi menurun, kreatifitas dan produktifitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran meningkat, kehilangan objektifitas, takut kehilangan control, takut pada gambaran visual, takut cidera, mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, ketakutan, tremor, gugup, gelisah. Menurut Hawari (2007) untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali (panik) digunakan alat ukur (instrumen) yang disebut Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Adapun hal-hal yang dinilai dalam alat ukur HRS-A ini adalah : a. Perasaan cemas (ansietas) yang ditandai dengan cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

b. Ketegangan yang ditandai dengan merasa tegang, lesu, tidak dapat istirahat tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah. c. Ketakutan ditandai dengan ketakutan pada gelap, ketakutan ditinggal sendiri, ketakutan pada orang asing, ketakutan pada binatang besar, ketakutan pada keramaian lalu lintas, ketakutan pada kerumunan orang banyak. d. Gangguan tidur ditandai dengan sukar masuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, mimpi buruk, mimpi yang menakutkan. e. Gangguan kecerdasan ditandai dengan sukar konsentrasi, daya ingat buruk, daya ingat menurun. f. Perasaan depresi ditandai dengan kehilangan minat, sedih, bangun dini hari, kurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah sepanjang hari. g. Gejala somatik ditandai dengan nyeri pada otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil. h. Gejala sensorik ditandai oleh tinitus, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemah, perasaan ditusuk-tusuk. i. Gejala kardiovaskuler ditandai oleh takikardi, berdebar-debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemas seperti mau pingsan, detak jantung hilang sekejap. j. Gejala pernapasan ditandai dengan rasa tertekan atau sempit di dada, perasaan terkecik, merasa nafas pendek/sesak, sering menarik nafas panjang. k. Gejala gastrointestinal ditandai dengan sulit menelan, mual, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum dan setelah makan, rasa panas di perut, perut terasa kembung atau penuh, muntah, defekasi lembek, berat badan menurun, konstipasi. l. Gejala urogenital ditandai oleh sering kencing, tidak dapat menahan kencing, amenorrhoe, menorrhagia, masa haid berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, frigiditas, ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang, impoten. m. Gejala otonom ditandai dengan mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, pusing, sakit kepala, kepala terasa berat, bulu-bulu berdiri. n. Perilaku sewaktu wawancara ditandai dengan gelisah, tidak tenang, jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat, nafas pendek dan cepat, muka merah. Cara Penilaian Kecemasan Cara penilaian tingkat kecemasan menurut Hawari (2007) sebagai berikut: Skor 0 : tidak ada gejala sama sekali Skor 1 : 1 dari gejala yang ada Skor 2 : separuh dari gejala yang ada Skor 3 : lebih dari separuh gejala yang ada Skor 4 : semua gejala ada Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor item 1 sampai dengan 14 dengan ketentuan sebagai berikut : Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan Skor 14 sampai dengan 20 = kecemasan ringan Skor 21 sampai dengan 27 = kecemasan sedang Skor 28 sampai dengan 41 = kecemasan berat Skor 42 sampai dengan 56 = kecemasan berat sekali/panik

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

Respon fisik ansietas No Tingkatan Ansietas 1 Ringan

Respon fisik
Ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian, rajin

Respon Kognitif
Lapang persepsi luas, terlihat tenang, percaya diri, perasaan gagal sedikit, waspada dan memperhatikan banyak hal, mempertimbangkan informasi, tingkat pembelajaran optimal. Lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif, focus terhadap stimulasi meningkat, rentang perhatian menurun, penyelesaian masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan memfokuskan pemikiran.

Respon Emosional
Perilaku otomatis, sedikit tidak sabar, aktivitas menyendiri, terstimulasi, tenang

Sedang
Ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil dilatasi mulai keringat, sering mondar-mandir, memukulkan tangan, kewaspadaan dan ketegangan meningkat, suara berubah bergetar dann nada suara tinggi, sering berkemih, sakit kepala, dan pola tidur berubah, nyeri punggung, Tidak nyaman, murah tersinggung, kepercayaan diri goyah, tidak sabar, gembira.

Berat
Ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak bulu mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan tanpa tujuan dan sembarangan, rahang menegang, mengertak gigi, kebutuhan ruang gerak meningkat, mondar-mandir, Lapang persepsi terbatas, proses berfikir terpecahpecah, sulit berfikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu mempertimbangkan informasi, hanya memperlihatkan ancaman, prekupasi dengan fikiran sendiri, egosentris Sangat cemas, agitasi, takut, binggung, merasa tidak adekuat, menarik diri, penyangkalan, ingin bebas,

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

berteriak, meremas tangan, gemetar.

Panik
Flight, fight (keinginan untk pergi selamanya), ketegangan otot sangat berat, agitasi motorik kasar, pupil dilatasi, tanda-tanda vital meningkat kemudian menuruun, tidak dapat tidur, hormone strees dan persepsi neurotransmitter bekurang, wajah menyeringai, terngganga. Persepsi sangat sempit, fikiran tidak logis, terganggu, kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, focus pada fikiran sendirjadi,i, tidak rasional, sulit memahami stimulus eksternal, halusinasi, ilusi mungkin terjadi. merasa terbebani, merasa tidak mampu, tidak berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah, sangat takut, mengharapkan hasil yang buruk,

Mekanisme koping Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu : 1. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan. a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stress. c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

2. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk menilai penggunaan mekanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut : a. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan klien. b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian. c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan klien. d. Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan. Mekanisme pertahanan ego Stuart (2007) menyatakan bahwa mekanisme pertahanan ego meliputi : a. Kompensasi adalah proses dimana seseorang dengan citra diri yang kurang berupaya untuk menggantikannya dengan menekankan pada kelebihan lain yang dianggapnya sebagai aset. b. Mengingkari (denial) adalah menghindari realitas ketidaksetujuan dengan mengabaikan/menolak untuk mengenalinya. c. Mengalihkan (desplacement) adalah mengalihkan emosi yang seharusnya diarahkan pada orang/benda tertentu /orang yang netral. d. Disosiasi adalah pemisahan dari setiap kelompok mental. e. Identifikasi adalah proses seseorang untuk mencoba mengagumi/seperti orang yang dikagumi. f. Isolasi adalah menghindari/memusnahkan komponen emosional dari pikiran yang dapat temporer/jangka panjang. g. Rasional adalah memberi penjelasan yang diterima secara sosial dan masuk akal. Penatalaksanaan Ansietas 1. Farmakologi a. Antiansietas Benzodiazepin

Penggolongan Benzodiazepin Berdasarkan kecepatan metabolismenya dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu short acting, long acting, ultra short acting. Long acting Obat-obat ini dirombak dengan jalan demetilasi dan hidroksilasi menjadi metabolit aktif (sehingga memperpanjang waktu kerja) yang kemudian dirombak kembali menjadi oksazepam yang dikonjugasi menjadi glukoronida tak aktif.

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

Short acting Obat-obat ini dimetabolisme tanpa menghasilkan zat aktif. Sehingga waktu kerjanya tidak diperpanjang. Obat-obat ini jarang menghasilkan efek sisa karena tidak terakumulasi pada penggunaan berulang. Ultra short acting Lama kerjanya sangat kurang dari short acting. Hanya kurang dari 5,5 jam. Efek abstinensia lebih besar terjadi pada obat-obatan jenis ini. Selain sisa metabolit aktif menentukan untuk perpanjangan waktu kerja, afinitas terhadap reseptor juga sangant menentukan lamanya efek yang terjadi saat penggunaan Mekanisme Kerja Benzodiazepin terikat pada saluran molekul klorida yang berfungsi sebagai reseptor GABA. Saluran ini mengandung reseptor GABA dimana banyak obat yang mempengaruhi SSP terikat pada saluran ini. Benzodiazepin terikat secara alosterikal pada saluran ini yang menyebabkan peningkatan afinitas GABA pada reseptornya. Dengan meningkatnya afinitas GABA pada reseptornya ini, maka efek eksitasi dari asetil kolin dihambat. Farmakodinamik Sedasi Sedasi dapat didefinisikan sebagai menurunnya tingkat respon stimulus yang tetap dengan penurunan dalam aktivitas dan ide spontan. Perubahan ini terjadi pada dosis yang rendah. Hipnotik Zat-zat benzodiazepin dapat menimbulkan efek hipnotik jika diberikan dalam dosis besar. Efeknya pada pola tidur normal adalah dengan menurunkan masa laten mulainya tidur, peningkatan lamanya tidur NREM tahap 2, penurunan lamanya tidur REM, dan penurunan lamanya tidur gelombang lambat. Anestesi Efek dalam dosis tinggi dapat mnekan susunan saraf pusat ke titik yang dikenal sebagai stadium III anestesi umum. Efek ini tergantung pada sifat fisikokimia yang menentukan kecepatan mulai dan lama efek zat tersebut. Dalam penggunaannya dalam bedah, selain efek anestesi, juga dimanfaatkan efek amnesia retrogradnya. Sehingga pasien bedah operatif tidak mengingat kejadian menyeramkan selama proses bedah. Efek Antikonvulsi Kebanyakan zat hipnotik-sedatif sanggup menghambat perkembangan dan penyebaran naktivitas epileptiformis dalam susunan saraf pusat. Relaksan Otot Beberapa zat hipnotik sedatif dalam goglongan benzodiazepin mempunyai efek inhibisi atas refleks polisinaptik dan transmisi internunsius, dan pada dosis tinggi bisa menekan transmisi pada sambungan neuromuskular otot rangka. Efek pada Respirasi dan Kardiovaskular Beberapa zat hipnotik-sedatif dapat menimbulkan depresi pernafasan pada pasien dengan penyakit paru obstruktif. Dan pada penyakit yang melemahkan sistem kardiovaskular bisa menyebabkan depresi kardiovaskular. Ini kemungkinan disebabkan oleh kerja pada pusat vasomotor pada medula oblongata. Pada dosis tinggi, kontraktilitas miokardium dan tonus vaskular mungkin akan tertekan yang akan

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

menyebabkan kolaps sirkulasi. Efek terhadap respirasi dan kardiovaskular akan lebih jelas jika diberikan secara intravena. Pemberian benzodiazepin pada prakteknya menghasilkan penekanan pada zat endogen mirip benzodiazepin. Sehingga zat-zat ini berkurang kadarnya saat pemberian benzodiazepin. Efek inilah yang akan mempengaruhi ketergantungan tubuh terhadap benzodiazepin. Akan tetapi, hal ini dapat dihindari dengan pemakaian benar dari zat-zat turunan benzodiazepin. Efek Samping Hang over. Efek sisa yang disebabkan adanya akumulasi dari sisa metabolit aktif. Jika ini terjadi pada pengendara kendaraan bermotor, resiko terjadinya kecelakaan meningkat lebih dari lima kali lipat. Amnesia Retrograde. Efek samping ini bisa dimanfaatkan oleh bagian bedah untuk menghilangkan sensari ngeri karena melihat proses pembedahan. Gejala paradoksal. Berupa eksitasi, gelisah, marah-marah, mudah terangsang, dan kejang-kejang. Ketergantungan. Efek ini biasanya lebih bersifat psikologis. Timbulnya efek ini karena timbulnya gejala abstinens yang menyebabkan pemakai merasa lebih nyaman jika menggunakan zat ini. Jika terjadi menahun, hal ini akan menimbulkan kompulsif. Sehingga terjadilah ketergantungan fisik. Efek ini dapat diperparah karena dosis letal pada penggunaan benzodiazepin sangat tinggi. Toleransi. Efek ini terjadi setelah 1-2 minggu pemakaian. Abstinens. Gejala yang timbul merupakan gejala yang mirip bahkan lebih parah dibandingkan gejala sebelum dipakainya benzodiazepin. Misal timbulnya nightmare, perasaan takut, cemas, dan ketegangan yang hebat. Nonbenzodiazepin

2. Nonfarmakologi a. Distraksi Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan endorfin yang bisa menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang ditransmisikan ke otak (Potter, 2005). Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan Murottal (mendengarkan bacaan AlQuran), yang dapat menurunkan hormon-hormon stres, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik (Heru, 2008).

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

b. Relaksasi Terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa relaksasi meditasi, relaksasi imajinasi dan visualisasi serta relaksasi progresif (Isaacs, 2005). Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut : 1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara : Makan makan yang bergizi dan seimbang. Tidur yang cukup. Cukup olahraga. Tidak merokok. Tidak meminum minuman keras. 2. Terapi psikofarmaka Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam. 3. Terapi somatik Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan. 4. Psikoterapi Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain : Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung. 5. Terapi psikoreligius Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

Asuhan keperawatan 1. Pengkajian a. Perilaku Ansietas dpt diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku scr tdk lgs melalui timbulnya gejala/mekanisme koping utk mempertahankan diri dari ansietas. Respon fisiologis dpt terjadi pd sistem kardiovaskuler, pernafasan, meuromuskuler, GI, perkemihan, dan kulit Perilaku: motorik, afektif, kognitif Motorik : gelisah, ketegangan fisik, tremor, sering kaget, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung celaka, menarik diri, menghindar, menahan diri, hiperventilasi. Kognitif : gg perhatian, tak bisa konsentrasi, pelupa, salah tafsir, pikiran blocking, menurunnya lahan persepsi, bingung, kesadaran diri berlebihan, waspada berlebihan, hilangnya obyektivitas, takut hilang kontrol, takut luka/mati. Afektif : tdk sabar, tegang, nervous, takut berlebihan, teror, gugup, sangat gelisah b. Faktor Predisposisi Dalam pandang psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yg terjadi antara dua elemen kepribadian, id dan ego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Menurut pandangan perilaku, ansietas meruoakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yg mengganggu kemampuan individu utk mencapai tujuan. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam keluarga c. Faktor Presipitasi Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yg dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati,2005). Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu: Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yg akan datang atau menurunnya kapasitas unutk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yg terintegrasi seseorang. d. Efek fisiologis ansietas Kardiovaskuler: palpitasi, berdebar-debar, TD, pinsan, TD, N . Pernafasan: P, nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa tercekik, terengah-engah. Neuromuskuler: refeks, terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kaku-kaku, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, gerakan lambat, kaki goyah. Gastrointestinal: hilang nafsu makan, menolak makan, abdomen tdk nyaman, nyeri abdomen, mual, perih, diare. Sistem perkemihan: tekanan utk b.a.k., sering b.a.k. Kulit: wajah kemerahan, keringat lokal, gatal-gatal, rasa panas dingin, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh. e. Mekanisme koping a. Task Oriented (orientasi pd tugas) Dipirkan utk memecahkan masalah, konflik, memenuhi kebutuhan. Realistis memenuhi tuntutan situasi stres Disadari dan berorientasi pd tindakan

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

Berupa reaksi: melawan (mengatasi rintangan utk memuaskan kebutuhan), menarik diri (menghilangkan sumber ancaman fisik atau psikologis), kompromi (mengubah cara, tujuan utk memuaskan kebutuhan) b. Ego oriented: Task oriented tdk selalu berhasil Melindungi self Berguna pd ansietas ringan ~ sedang Melindungi dr perasaan inadequacy dan buruk Berupa penggunaan mekanisme pertahanan diri (defens mechanism) Menurut Direja (2011), data yang perlu dikaji pada klien dengan masalah psikososial (ansietas), yaitu : a) Perilaku Produktivitas menurun, mengamati dan waspada, kontak mata jelek, gelisah, melihat sekilas sesuatu, pergerakan berlebihan (seperti: foot shuffling, pergerakan lengan/tangan), ungkapan perhatian berkaitan dengan merubah peristiwa dalam hidup, insomnia dan perasaan gelisah. b) Afektif Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan, nyeri dan ketidakberdayaan meningkat secara menetap, gemeretak, ketidakpastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed, khawatir, prihatin dan mencemaskan. c) Fisiologis Suara bergetar, gemetar atau tremor tangan, bergoyang-goyang, respirasi meningkat, madi meningkat, dilatasi pupil, refleks-refleks meningkat, nyeri abdomen, gangguan tidur, perasaan geli pada ekstermitas, eksitasi kardiovaskuler, peluh meningkat, wajah tegang, anoreksia, jatung berdebar-debar, keragu-raguan berkemih, kelelahan, mulut kering, kelemahan, nadi berkurang, wajah bergejolak, vasokontriksi superficial, tekanan darah menurun, mual, keseringan berkemih, pingsan, sukar bernafas, tekanan darah meningkat. d) Kognitif Hambatan berpikir, bingung, preokupasi, pelupa, perenungan, perhatian lemah, lapang persepsi menurun, takut akibat yang tidak khas, cenderung menyalahkan orang lain, sukar berkonsentrasi, kemampuan berkurang (memecahkan masalah dan belajar), kewaspadaan terhadap gejala fisiologis. e) Faktor yang berhubungan Terpapar toksin, konflik tidak disadari tentang pentingnya nilai-nilai atau tujuan hidup, hubungan kekeluargaan atau keturunan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, interpersonaltransmisi atau penularan, krisis situasional atau maturasi, ancaman kematian, ancaman terhadap konsep diri, stress, penyalahgunaan zat, ancaman terhadap atau perubahan dalam: status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan dan status ekonomi. 2. Diagnosa keperawatan Menurut NANDA: Ansietas Koping individu tidak efektif Takut

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

3. Rencana Asuhan Keperawatan a. Ansietas berat atau panik. Kriteria hasil: pasien akan mengurangi ansietasnya sampai tingkat sedang atau ringan. Tujuan Intervensi Rasional Pasien akan terlindung Pada awalnya kita menerima dan o Ansietas berat dan panik dari bahaya. dapat didukung dengan mendukung, bukan menyerang mengizinkan pasien untuk pertahanan diri pasien. menentukan besarnya Kenalkan realitas kesedihan yang stress yang dapat ditangani. berhubungan dengan mekanisme koping pasien saat ini. Jangan fokuskan pada o Jika pasien tidak mampu menghilangkan ansietas, fobia, ritual, atau keluhan fisik itu ketegangan dapat mencapai sendiri. Berikan umpan stressor, dan tingkat panic dan dan sumber koping. pasien dapat kehilangan Perkuat ide bahwa kesehatan fisik kendali. berhubungan dengan kesehatan emosional dan bahwa area ini akan o Saat ini pasien tidak memiliki alternative untuk membuthkan eksplorasi di masa depan. mekanisme koping. Sementara itu, mulai terapkan batasan perilaku maladaptif pasien dengan cara yang mendukung. Pasien akan Bersikap tenang terhadap pasien. o Pereilaku pasien dapat mengalami situasi Kurangi stimulus lingkungan. dimodifikasi dengan yang lebih sedikit Batasi interaksi pasien dengan pasien mengubah lingkungan dari menimbulkan ansietas. interaksi pasien dengan lain untuk meminimalkan aspek lingkungan. menularnya ansietas. Identifikasi dan modifikasi situasi yang dapat menimbulkan ansietas bagi pasien. Berikan tindakan fisik yang mendukung, seperti mandi air hangat dan massage. Pasien akan Berikan medikasi yang dapat membantu o Efek hubungan terapeutik mengalami dapat ditingkatkan jika mengurangi rasa tidak nyaman pasien. penyembuhan dari Amati efek samping medikasi dan kendali kimiawi terhadap gejala-gejala ansietas gejala memungkinkan lakukan penyuluhan kesehatan yang berat. pasien untuk mengarahkan relevan. perhatian pada konflik yang mendasari.

b. Ansietas sedang. Kriteria hasil: pasien akan menunjukkan cara koping adaptif terhadap strees. Tujuan Intervensi Rasional Pasien akan Bantu pasien mengidentifikasi dan o Untuk mengadopsi respon mengidentifikasi dan koping yang baru, pasien menggambarkan perasaan yang menggambarkan pertama kali harus mendasari.

Suci Perdana Putri 220110100071 Kasus 1 Neurobehav 2

perasaan ansietas.

tentang

Pasien akan mengidentifikasi penyebab ansietas.

Kaitkan perilaku dengan perasaan tersebut. Validasikan semua perubahan dan asumsi kepada pasien Variasikan besarnya ansietas untuk meningkatkan motivasi pasien. Bantu pasien menggambarkan situasi dan interaksi yang mendahului ansietas. Tinjau penilaian pasien terhadap stressor, nilai-nilai yang terancam, dan cara konflik berkembang. Hubungkan pengalaman pasien saat ini dengan pengalaman yang relevan pada masa lalu. Kaji bagaimana pasien menurunkan ansietasnya di masa lalu dan tindakan yang dilakukan untuk menurunkannya. Tunjukkan efek maladaptif dan distruktif dari respons koping saat ini. Dorong pasien untuk menggunakan respons koping adaptif yang efektif di masa lalu. Fokuskan tanggung jawab untuk berubah pada pasien. Bantu pasien secara aktif untuk mengaitkan hubungan sebab dan akibat sambil mempertahankan ansietas dalam batasan yang sesuai. Bantu pasien dalam menilai kembali nilai, sifat, dan arti stressor pada saat yang tepat. Bantu pasien mengidentifikasi cara untuk membangun kembali pikiran, memodifikasi perilaku, menggunakan sumber-sumber, dan menguji respons koping yang baru. Dorong pasien melakukan aktivitas fisik untuk mengeluarkan energy. Libatkan orang terdekat sebagai sumber dan dukungan social dalam membantu pasien mempelajari respons koping yang baru.

menyadari perasaan dan mengatasi penyangkalan dan resistens yang disadari atau tidak disadari.

o Setelah perasaan ansietas dikenali, pasien harus mengerti perkembangannya termasuk stressor pencetus, penilaian stressor, dan sumber yang tersedia.

Pasien akan mengidentifikasi penyebab ansietas. Pasien akan menguraikan respons koping adaptif dan maladaptive.

o Respons koping adaptif yang baru dapat dipelajari melalui analisis mekanisme koping yang digunakan di masa lalu, penilaian ulang stressor, menggunakan sumber-sumber yang tersedia, dan menerima tanggung jawab untuk berubah.

Pasien akan mengimplementasikan dua respons adaptif untuk mengatasi ansietas.

o Seseorang juga dapat mengatasi stress emosional yang menyertainya melalui penggunaan teknik penatalaksanaan stress.

Вам также может понравиться