Вы находитесь на странице: 1из 8

Pengaruh Perubahan Shift Kerja pada Irama Sirkadian

Ksatria Putra Abadi Kabakoran 102010213 Utha_kabakoran@yahoo.com


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara 6, Jakarta Barat

Pendahuluan Dewasa ini pola istirahat yang kurang baik dapat menyebabkan berbagai penyakit, misalnya kembung hingga gangguan pada jantung dan paru-paru. Untuk itu kita perlu mengetahui bagaimana susunan sistem saraf yang mengatur seluruh kegiatan tubuh seperti susunan saraf pusat, sistem saraf tepi dan masih ada beberapa faktor lainnya seperti irama sirkasian, irama tidur jaga dan perubahan shift kerja.

Sistem saraf pusat Sistem saraf pusat meliputi otak ( ensenphalon) dan sumsun tulang belakang ( medulla spinalis ). Keduanya merupakn organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas ruas tulang belakang, otak juga dilindungi oleh 3 lapisan selaput meninges. Ketiga lapisan membran meninges antara lain dari luar ke dalam adalah yang pertama druramater, terdiri dari dua lapisan, yaitu terluar bersatu dengan tengkorak sebagai endostium, dan lapisan lain sebagain duramater yang mudah dilepaskan dari tulang kepala. Diantara duramater dengan tulang kepala terdapat sebuah rongga yang disebut rongga epidural. Yang kedua adalah arachnoidea mater, bentuknya seperti sarang labah labah. Didalamnya terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinalis, arachnoidea berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik. Lapisan terkahir adalah pia meter, lapisan ini terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan lipatan lipatan permukaan otak. Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu badan sel yang membentuk bagian materi kelabu ( substansi grissea ), serabut saraf yang membentuk bagian

materi putih ( substansi alba ) dan sel sel neuroglia yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel sel saraf di dalam sistem saraf pusat. Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi yang sama tetapi keduanya memiliki susunan yang berbeda. Pada ptak, materi kelabunya terletak di bagian luar atau kulitnya dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu kupu, sedangkan kulitnya berupa materi putih. Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu otak besar ( serebrum ), otak tengah ( mesensefalon ), otak kecil ( serebelum ), sumsum sambung ( medulla oblongata ), dan jembatan varol. Sumsum Tulang Belakang ( Medula Spinalis ) Medula spinalis terletak di canalis vertebralis columna vertebralis dan dibungkus oleh tiga meninges, duramater, arachnoidea mater dan pia mater. Perlindungan dilakukan cairan serebrospinal yang mengelilingi medula spinalis di dalam ruang suba rachnoid. Bagian superior dimulai dari foramen magnum pada tengkorak, tempat bergabungnya dengan medulla oblongata otak. Medulla spinalis berakhir di inferior di region lumbar. Di bawah, medula spinalis menipis menjadi conus medullaris dari ujungnya yang merupakan lanjutan pia mater, yaitu filum terminale yang berjalan ke bawah dan melekat di bagian belakang os coccygea. Di sepanjang medula spinalis melekat 31 pasang saraf spinal melalui radik anterior atau radix motoria dan radix posterior atau radix sensoria. Masing masing radix melekat pada medula spinalis melalui fila radikularia yang membentang di sepanjang segmen segmen medula spinalis yang sesuai. Masing masing radix saraf memilik sebuah ganglion radix posterior, yaitu sel sel yang membentuk serabut saraf pusat dan serabut saraf tepi. Struktur Medula Spinalis Medula spinalis terdiri dari substansia grisea yang dikelilingi oleh substansia alba. Pada potongan melintang, substansia grisea Nampak seperti huruf H dengan columna atau kornu anterior dan posterior substansia grisea yang dihubungkan dengan comissura grisea yang tipis. Di dalamnya terdapat canalis centralis yang kecil.1

Sistem Saraf Tepi Sistem ini menghubungkan sistem saraf pusat dengan kelenjar kelenjar, otot otot, dan reseptor reseptor sensorik. Sistem saraf tepi juga dibagi dua, yaitu sistem somatik( yang mengirim informasi dari organ organ pancaindra ke otot otot yang menjalankan gerakan sadar ) dan sistem otonomi( yang mengatur aktivitas kelenjar kelenjar dan organ organ bagian dalam tubuh ). Sistem ini terletak di luar saraf sistem saraf pusat dan sistem ini tidak dilindungi oleh tulang, sehingga rentan terhadap luka mekanis dan racun. Sistem saraf tepi terbagi menjadi 2 bagian yaitu sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar. Pembagian Utama Sistem Saraf Tepi Saraf kranial dan spinal, saraf ini terbentuk dari berkas serabut saraf( neurofibra ) yang disokong oleh jaringan penunjang. Terdapat 12 pasang saraf kranial yang meninggalkan otak melalui foramen di tengkorak. Terdapat 31 pasang saraf spinal yang meniggalkan medula spinalis melalui foramen intervertebralia di columna vertebralis. Saraf spinal yang dinamakan menurut daerah columna vertebralis yang sesuai yaitu 8 cervicalis, 12 thoracicae, 5 lumbalis, 5 sacralis dan 5 coccygea. Masing masing saraf spinal berhubungan dengan medula melalui dua buah radix, yaitu radix posterior dan radix anterior. Radix anterior terdiri dari neurofibra yang membawa impuls saraf keluar dari susunan saraf pusat. Serabut saraf ini disebut serabut eferen. Serabut ini juga disebut serabut motoric karena menuju otot dan menimbulkan kontraksi otot. Sel sel asalnya terletak di cornu anterior substansia grisea medula spinalis. Radix posterior terdiri dari berkas berkas serabut saraf yang membawa impuls menuju susunan saraf pusat. Karena fungsinya menghantarkan informasi mengenai rasa rab, nyeri, suhu dan getar/tekanan. Serabut aferen juga disebut serabut sensorik serabut ini terletak di ujung pada radix posterior yang disebut ganglion radix posterior.1

Sistem Saraf Otonom


Sistem saraf otonom terdiri dari dua subdivisi yaitu sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Jalur saraf otonom terdiri dari rangkaian dua neuron. Serat praganglion berasal dari SSP dan bersinaps dengan badan sel serat pascaganglion di ganglion luar SSP. Serat pasca ganglion berakhir di organ efektor.6

Semua serat praganglion dan serat pascaganglion parasimpatis mengeluarkan asetilkolin. Serat pascaganglion simpatis mengeluarkan norepinefrin. Neurotransmitter yang sama memicu respons berbeda di jaringan yang berbeda. Karena itu respon bergantung pada spesialisasi jaringan, bukan pada sifat pembawa pesan (neurotransmitter). Jaringan yang disarafi oleh sistem saraf otonom memiliki satu atau lebih tipe reseptor yang berbeda untuk pembawa pesan kimiawi pascaganglion. Suatu serat otonom dapat merangsang atau menghambat aktivitas di organ yang disarafinya.6 Sebagian besar organ viseral disarafi oleh serat simpatis dan parasimpatis, yang secara umum menimbulkan efek yang bertentangan di satu organ. Sistem simpatis mendominasi dalam situasi darurat atau berbahaya dan mendorong respon-respon yang mempersiapkan tubuh untuk aktivitas fisik berat, contohnya untuk melawan atau lari. Sistem parasimpatis mendominasi pada keadaan tenang santai serta mendorong aktivitas-aktivitas untuk memelihara tubuh misalnya pencernaan. Aktivitas otonom dikontrol oleh banyak daerah di SSP, termasuk medula spinalis, medula, hipotalamus, dan korteks asosiasi prafrontal.6

Pada saluran pencernaan, sistem saraf simpatis pada gerak peristaltik menurun, tonus
rendah, sfingter berkontraksi. Sedangkan pada sistem saraf para simpatis, gerakan peristaltik meningkat, tonus naik, sfingter dilatasi, dan kelenjar untuk sekresi. 6

Jaringan Saraf Jaringan ini berfungsi sebagai komunikasi. Jaringan saraf mengalami spesialisasi untuk menerima stimulus dan menghantarkan impuls ke seluruh bagian tubuh. Struktur dari jaringan saraf yaitu terdiri dari dua jenis sel adalah neuron dan neuroglia. Neuron atau sel saraf, mengandung prosesus yang sangat banyak yang disebut serabut saraf. Neuron tersusun dari komponen badan sel neuron yang disebut perikarion yang mengandung nukleus. Sebagian besar neuron memiliki dendrit yang banyak, yang membawa impuls ke perikarion. Setiap neuron hanya memiliki satu akson, yang membawa impuls menjahui perikarion. Neuroglia yaitu sel yang menunjang jaringan saraf dan memberi nutrient ke neuron dengan cara menghubungkan neuron pada pembuluh darah.1

Irama sirkadian Irama Sirkadian atau irama irama diurnal adalah kecepatan sekresi semua hormon secara berirama berfluktuasi naik turun sebagai fungsi waktu, sehingga terjadinya irama endokrin. Irama ini ditandai oleh osilasi berulang kadar hormon yang sangat teratur dan memiliki siklus frekuensi satu siklus setiap dua puluh empat jam. Irama ini tampaknya disebabkan oleh osilator endogen yang serupa dengan neuron neuron pernapasan pemacu di batang otak yang bertanggung jawab menimbulkan gerakan bernapas yang berirama. Namun irama ini tidak seperti irama bernapas. Kordinasi irama sirkadian adalah hipotalamus, didalam hipotalamus terdapat nukleus suprachiasmatic dan osilator yang menyebabkan hipotalamus memiliki fungsi antara lain sebagai pusat kendali emosi, fungsi otonom dan endokrin, regulasi berbagai fungsi homeostasis( suhu, haus, diuresis, makan ), sebagai link penting sistem saraf dan endokrin dan emosi serta perilaku. Zeitgebers berfungsi sebagai penentu irama, misalnya siklus terang gelap atau siklus aktivitas yaitu siklus pasang surut sekresi hormon selama dua puluh empat jam inheren disesuaikan agar melangkah bersama dengan siklus terang/aktivitas dan gelap/inakktivitas Irama sirkadian dipengaruhi oleh faktor eksogen yaitu rotasi bumi, faktor iluminasi( iluminasi yang paling kuat adalah iluminasi matahari ), musim, faktor suhu dan isyarat/petunjuk waktu dan jadwal kegiatan. Waktu kerja irama sirkadian adalah sekitar 20 28 jam( tergantung suhu tubuh ).2

Tipe pagi dan tipe sore Secara general, manusia bisa dibagi menjadi 2 yaitu tipe pagi, yang cenderung tidur dan bangun lebih awal dan tipe sore, yang cenderung tidur dan bangun lebih larut. Ciri-ciri orang yang memiliki irama sirkadian normal adalah bisa bangun tepat waktu untuk melakukan kegiatan mereka di pagi hari dan tidur cukup pada malam harinya, bisa tidur dan bangun pada jam yang sama setiap hari kalau mereka mau serta bisa beradaptasi ke jam tidur yang baru.3

Shift Work Sleep Disorder

Normalnya, seseorang tidur selama 8 jam setiap harinya. Jika kurang dari ini, hutang tidur akan semakin bertambah. Misalkan seseorang tidur 5 jam malam sebelumnya, maka ia kekurangan tidur 3 jam yang untuk selanjutnya jadi menambah beban hutang tidur. Malam berikutnya ia tidur selama 8 jam. Ini tidak cukup, sehingga di hari berikutnya beban 3 jam malam sebelumnya masih akan membebani dan rasa kantuk pun tetap menyerang. Berbeda jika ia tidur selama 11 jam untuk melunasi hutang tidur, hari berikutnya tentu saja tubuh akan lebih segar. Jika jam kerja seseorang tidak sesuai dengan irama sirkadiannya, tubuh orang tersebut akan dipaksa untuk tidur saat jam terjaga dan pada saat jam kerja justru dia akan mengantuk sehingga akan timbul suatu gangguan yang dinamakan shift work sleep disorder (SWSD). Ciri-ciri penderita SWSD adalah insomnia dan rasa kantuk yang berlebihan karena terjadinya hutang tidur. Rasa kantuk itu kemudian diwujudkan dalam kelelahan, keinginan untuk tidur siang terus-menerus, serta berkurangnya konsentrasi, daya ingat, produktifitas, dan refleks sewaktu mengendara. Orang yang menderita SWSD juga lebih mudah terserang gangguan gastrointestinal karena irama sirkadian sistem gastrointestinalnya terganggu. Irama sirkadian pada sistem gastrointestinal terjadi sebagai berikut: a. Jam 04.00-12.00 adalah fase disposal. Terjadi detoksifikasi. Tubuh secara intensif membuang sisa makanan dan metabolisme. Orang yang defekasinya di luar jam ini biasanya memiliki masalah pencernaan. Siklus ini memerlukan banyak energi sehingga seharusnya kita mengonsumsi banyak sayur dan buah serta menghindari makanan berat dan berlemak karena akan mengganggu proses disposal dan memperlambat proses pencernaan. b. Jam 12.00-20.00 adalah fase digesti. Fase ini adalah waktu yang tepat untuk mengonsumsi makanan berat sebagai sumber karbohidrat, lemak, dan protein. Hal ini dikarenakan sepanjang fase ini, proses pencernaan menjadi lebih giat. c. Jam 20.00-04.00 adalah fase absorbsi. Tidak disarankan untuk mengonsumsi makanan diatas jam 20.00 karena perut tidak seharusnya penuh menjelang jam tidur. Sepanjang waktu tidur, tubuh akan bekerja menyerap, mengasimilasi dan menyalurkan zat-zat makanan ke seluruh tubuh. Seseorang yang kurang tidur atau pola tidurnya berubah-ubah dapat mengalami rasa mual yang terus menerus, kembung, konstipasi dan masalah gastrointestinal yang lain karena fase absorbsinya terganggu.3,4

Neurotransmiter Neurotransmiter adalah senyawa amin yang mengandung asam amino ( glisin, glutamate, taurin, asparat, histidin, dll ), dan yang bukan asam amino ( asetilkolin, serotonin, GABA, dopamine, noreepinefrin ). Neurotransmitter dibungkus oleh dilepaskan bertepatan dengan datangnya potensial aksi. Neurotransmiter banyak digunakan di sistem saraf. Kebanyakan neurotransmiter vesikel sinapsis, sebelum

disintesis di badan sel dan disalurkan melalui akson ke terminal akson. Karena neurotransmiter dilepaskan dari neuron prasinaps, transmisi sinaptik biasanya terjadi dalam satu arah yaitu dari arah neuron prasinaps ke neuron pasca sinaps. Neurotransmiter bekerja dengan cepat untuk mempengaruhi neuron pascasinaps. Agar berespon terhadap neurotransmiter tertentu, sel pascasinaps harus memiliki reseptor spesifik untuk neurotransmiter tersebut di membran selnya.5

Pembahasan skenario
Seorang laki-laki datang ke puskesmas dengan keluhan rasa kembung sejak tiga hari yang lalu. Dari anamnesa diketahui bahwa ia baru diterima bekerja sebagai satpam. Dan minggu lalu ia dapat giliran jaga malam. Pada pemeriksaan fisik didapatkan jantung dan paru-paru dalam keadaan baik. Pembahasan : Semua aktivitas tubuh yang dilakukan sehari-hari baik itu jaga malam ataupun lainnya dikendalikan sistem saraf otonom yang terdiri dari sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Saat jaga malam, laki-laki tersebut lelah dan kurang tidur, sehingga terjadi gangguan pada saluran pencernaan di lambung yaitu kembung. Hal ini terjadi karena tubuh belum menyesuaikan diri dengan lingkungan luar (eksternal). Akibatnya asam lambung meningkat dan mempengaruhi irama sirkadian yang berhubungan dengan sistem saraf otonom. Asam lambung meningkat dikarenakan pada sistem saraf simpatis gerak peristaltiknya lambat, tonus rendah dan sfingter berkontraksi sehingga pencernaan terganggu dan terjadi penumpukan di dalam lambung. Fungsi dari sistem saraf simpatis itu sendiri untuk memperlambat pengeluaran sekret, bila sfingter tertutup akan terjadi konstipasi (perut sembelit/susah buang air besar). Sistem saraf otonom dikendalikan oleh hipotalamus. Nukleus suprachiasmatic (SCN) yang terdiri dari badan sel saraf di hipotalamus bekerja sama

dengan kelenjar pineal dan produk hormonnya melatonin yang mensinkronkan berbagai irama sirkadian dengan siklus siang malam 24 jam.

Penutup Jaga malam dapat mempengaruhi irama sirkadian dan gangguan sistem pencernaan pada lambung.

Daftar pustaka 1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: EGC 2004; 2:166-9 2. Watson R. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: EGC 2002: 68-9 3. Kerkhof GA, Dongen HV. Human sleep and cognition. 1st ed. New York: Elsevier, 2011.p.3-6,11-14. 4. Bron R, Furness JB. Rhythm of digestion: keeping time in the gastrointestinal tract. June 2009. Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19566817, 15 April 2012. 5. Audrey A. Diagnosa keperawatan. Jakarta: EGC 2006; 7: 55-6 6. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Ed.6. Jakarta: EGC, 2011.h.104

Вам также может понравиться