Вы находитесь на странице: 1из 9

PENDAHULUAN

1. KONSEP DASAR MEDIS A. DEFENISI a. Kehamilan postmature merupakan kehamilan yang berlangsung selama 42 minggu atau lebih sejak awal periode haid yang diikuti oleh ovulasi 2 minggu kemudian. Meskipun kehamilan postmature ini mungkin mencakup 10% dari seluruh kehamilan, sebagian diantaranya mungkin tidak benar-benar postmature, tetapi lebih disebabkan oleh kekeliruan dalam memperkirakan usia gestasional. Sekali lagi nilai informasi yang tepat mengenai lama kehamilan cukup jelas, karena pada umumnya semakin lama janin yang benar-benar posterm itu berada di dalam rahim, semakin besar pula resiko bagi janin dan bayi baru lahir untuk mengalami gangguan yang berat (cuningham 1995). b. Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap (Sarwono, 1995) c. Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42 minggu dihitung berdasarkan rumus neagle dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Rustam 1998). d. Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu sebelum terjadi persalinan (Manuaba 1998). B. ETIOLOGI Etiologi kehamilan lewat waktu atau serotinus sampai saat ini belum diketahui secara pasti, beberapa factor yang dikemukakan penyebab kehamilan serotinus adalah : a. Ketidaktentuan tanggal menstruasi : ketidaksanggupan ibu mengingat HPHT, pendarahan selama kehamilan, siklus haid tidak teratur,(oxorn, 2003). b. Hormone penurunan kosentrasi estrogen yang menandai kasus-kasus kehamilan serotinus dianggap merupakan hal penting, karena kadar estrogen tidak cukup untuk mensrimulasi produksi dan penyimpangan glikofosfolipi di dalam membrane janin. Pada jumlah estrogen yang normal dan uterus meningkat sehingga kepekaan terhadap oksitosin meningkatkan dan merangsang konstraksi (Wiliams, 1995). Kadar estrogen tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang namun factor yang lebih menentukan adalah belum diproduksinya prostaglandin yang berpengaruh terhadap terjadinya kontraksi uterus pada akhir kehamilan. c. Herediter karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu

C. PATOFISIOLGI Kehamilan postmatur e merupakan kehamilan berlangsung lebih dari 42 minggu. Hal ini disebabkan beberapa factor yaitu pengaruh hormonal yaitu kadar progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kecepatan uterus terhadap oksitosin berkurang, adany kadar kortisol yang rendah pada darah janin, kurangnya air ketubuhan dan insufisiensi placenta, fungsi placenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari kadar ekstrogen dan laktogen placenta. Terjadinya spasme arteri spinalis patoplacenta, akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk tumbuh kembang janin intrauterine. Sirkulasi uteroplacenta berkurang sampai 50 %. Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi obsepsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tak baik unyuk janin. D. MANIFESTASI KLINIK a. Janin posterm dapat terus bertambah beratnya di dalam uterus dan dengan demikian menjadi bayi besar yang abnormal pada saat lahir, atau bertambah berat postterm serta berukuran besar menurut usia gestasionalnya. b. TFU tidak sesuai dengan umur kehamilan c. Pada USG ditemukan adanya oligohidramnion dan penurunan jumlah cairan amnion disertai dengan kompresi tali pusat yang dapat menimbulkan gawat janin , termasuk defekasi dan aspirasi mekonuim yang kental. d. Pada sisi ekstrim lainnya, lingkungan intrauterine dapat begitu bermusuhan sehingga pertumbuhan janin yang lebih lanjut akan terhenti dan janin menjadi postterm serta mengalami retardasi pertumbuhan. e. Gerakan janin yang jarang yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali/ 20 menit atau secara obyektif dengan KTGkurang dari 10 kali/ 20 menit. f. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi: Stadium I; kulit kehilangan vernikskaseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas. Stadium II; seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan ) di klulit Stdium III; seperti stadium I disertai pewarnan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat

E. PENATALAKSANAAN MEDIK Penatalaksanaan pada ibu a. Pengelolaan persalinan 1. Bila sudah dipastikan umur kehamilan 41 minggu, pengelolaan tergantung dari derajat kematangan serviks 2. Bila serviks matang (skor bishop > 5) , dilakukan induksi persalinan asal tidak ada janin besar, jika janin lebih 4000 gram , dilakukan SC, selain itu pemantauan intrapartum dengan mempergunakan KTG dan kehadiran dokter spesialis anak apalagi bila ditemukan mekonium mutlak diperlukan. 3. Pada serviks belum matang (skor bishop < 5) kita perlu menilai keadaan janin lebih lanjut apabila kehamilan tidak diakhiri. NST dan penilaian kantung amnion. Bila keduanya normal klehamilan dibiarkan ber lanjut dan penilaian janin dilanjutkan 2 kali seminggu. Bila ditemukan opligohidramnion (< 2 cm pada kantung yang vertical atau indeks cairan amnion < 5) atau ditemukan deselerasi variable pada NST , maka dilakukan induksi persalinan. Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif , test dengan kontraksi (CST) harus dilakukan. Hasil CST positif janin perlu dilahirkan, bila CST negative kehamilan dibiarkan berlangsung dan penilaian janin dilakukan lagi 3 hari kemudian. Keadaan serviks ( skor bishop harus diniolai ulang setiap kunjungan pasien , dan kehamilan harus diakhiri bila serviks matang. 4. Pasien dengan kehamilan lewat waktu dengan komplikasi DM, preeklamsi, kehamilannya harus diakhiri tanpa memandang keadaan serviks. b. Pengelolaan intrapartum 1. Pasien tidur miring sebelah kiri 2. Pergunakan pemantauan elektrolit jantung janin, berikan oksigen bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal. 3. Perhatikan jalannya persalinan.

Penatalaksanan pada bayi a. Menangani sindrom aspirasi mekonium 1. Lakukan penghisapan mulut dan lubang hidung bayi sementara kepala berada di perineum dan sebelum nafas pertama yang dilakukan uhntuk mencegah aspirasi mekonium yang berada dalam jalan nafas. 2. Segera setelah bayi kering dan berada dalam penghangat l 3. akukan inkubasi dfengan penhisapan trakea langsung. 4. Lakukan fisioterapi dada dengan penghisapan untuk mengeluarkan mekonium dan secret yang berlebihan. 5. Berikan tambahan oksigen dan dukungan pernafasan sesuai dengan kebutuhan. b. Melakukan pengukuran glukosa darah serial c. Member i makan lebih awal untuk mencegah hipoglikemia jika bukan merupakan kontraindikasi pada status pernapasan. d. Mempertahankan integritas kulit Perthankan kulit bersih dan kering Hindari penggunan bedak, cream, lotion Hindari poengunaan plester. F. KOMPLIKASI a) Terhadap ibu persalinan serotinus dapat menyebabkan distosia dikarenakan oleh: Aksi uterus yang tidak terkoordinir dikarenakan kadar progesterone yang tidak turun pada kehamilan serotinus maka kepekan terhadap oksitosin berkurang sehingga estrogen tidak cukup untuk menyediakan prostaglandin yang berperan terhadap penipisan serviks dan kontraksi uterus sehingga sering didapatkan aksi uterus yang tidak terkoordinir. Janin besar oleh karena pertumbuhan janin yang terus berlangsung dan sdapat menimbulkan CPD dengan derajat yang mengkwtirkan akibatnya persalinan tidak dapt berlangsung secara normal , maka sering dijumpai persalinan lama , distosia bahu, dan pendarahan postpartum. b) Terhadap janin fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 28 minggu kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu, hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan kadarestriol kadar plasenta dan estrogen. Rendahnya fungsi p[lasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan rewsiko tiga kali. Akibat dari proses penuaan plasenta maka pasokan makanan dan oksigen akan menurun disamping dengan adanya spasme arteri spiralis. Janin akan mengalami pertumbuhan terhambat dan mengalami penurunan berat dalam hal ini dapt disebut dismatur. Kematian janin akibat kehamolan serotinus terjafdi pada 30% sebelum persalinan , 50% dalam persalinan , dan 15 % dalam postnatal.

2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Aktifitas : kelemahan Intesitas ego : merasa takut, cemas Neuro sensori : Pusing Ketidaknyamana : Nyeri Eliminasi BAB : konstipasi DIAGNOSA 1. Nyeri b/d tindakan sexcio ceasarea 2. Ansietas b/d koping indiviu inevektif 3. Resti infeksi b/d terputusnya kontinuitas jarinigan 4. Resiko cedera pada janin b/d tindakan sexcio ceasarea 5. Kurangnya pengetahuan b/d kurang terpajan informasi 6. Konstipasi b/d mobilitas usus kurang 7. Perubahan eliminasi urine b/d sfingter uretra terganggu INTERVENSI DAN RASIONAL 1) Nyeri b/d tindakan sexcio ceasarea Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas nyeri dan lamanya R/ : member informasi untuk membantu pilihan atau keaktifan intervensi Beri obat analgetik sesuai indikasi R/: untuk mengurangi nyeri Beri tindakan kenyamanan misalnya pijatan punggung, perubahan posisi relaksasi R/: tindakan ini dapat menghilangkan ketidaknyamanan 2) Ansietas b/d koping individu in evektif Catat petunjuk perilaku misalny gelisah R/: sebagai indicator derajat ansietas Dorong untuk menyatakan perasaan dan berikan umpan balik R/: untuk menurunkan kecemasan

3) Resiko tinggi infeksi b/d terputusnya kontinuitas jaringan Lakukan perawatan luka operasi

R/: untuk mencegah terjdinya infeksi Pantau TTV R/: untuk mengetahui perubahan TTV 4) Resiko cedera pda janin b/d sexcio ceasarea Auskultasi dan laporkan irama jantung janin, perhatikan kekuatan regularitasi dan frekuensi, perhatikan adanya perubahan pada geraka janin R/: menandakan kesejahteraan janin Kaji kondisi ibu dan kntraksi uterus atau tanda-tanda lain dari ancaman kelahiran R/: bila di atasi cerviks berlanjut(4 cm atau lebih) atau terjadi kontraksi uterus teratur, kemungkinan mempertahankan kehamilan adlah kecil Siapkan ibu untuk operasi pembedahan sesuai indikasi R/: memberikan gambaran lebih akurat dari maturitas dan gestasi janin Bantu dengan USG bil diindikasikan R/: memberikan gambaran lebih akurat dari maturitas dan gestasi janin 5) Kurang pengetahuan b/d kurang terpajannya informasi Jelskan tindakan, rsional, dan beri penguatan informasi yang diberikan oleh pemberi perawatan kesehatan lain R/: memberikan informasi, memperjelas kesalahan konsep dan dapat membntu menurunkan stress yang berlebihan Berikan kesempatan bagi klien untuk mengajukan pertanyaan dan mengumgkapakan kesalahan konsep R/: memberikan klarifikasi dari konsep yang salah untuk mulai pengembangan keterampilan koping 6) Konstipasi b/d mobilitas usus kuran Auskultasi bising usus R/: kembalinya fungsi gastrointestinal mungkin terlambat oleh efek depresan dari anastesi, uleus paralitik. Selidiki keluhan nyeri abdomen R/: mungkin berhubungan dengan distensi gas atau terjadinya komplikasi. Berikan pelunak veces, supositoria gliserin sesuai indikasi R/: mungkin perlu untuk merangsang peristaltic dengan perlahan 7) Perubahan eliminasi urin b/d spingter uretra terganggu Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine

R/: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi Tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi R/: kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera Ambil urine untuk kultur dan sensitivitas R/: menentukan adanya ISK yang penyebab atau gejala komplikasi

LAPORAN
KEPERAWATAN MATERNITAS PERSALINAN POSTMATURE

DISUSUN OLEH :
NAMA NIM : RIKAWATI HS : 11.01.036

PEMBIMBING : ANDI YASMIN INDRAWATI,S.Kep,Ns

STIKES PANAKKUKANG S1 KEPERAWATAN 2011/2012 DAFTAR PUSTAKA

Bayi-dan-Anak.mitrasite.com/persalinan-postmatur.html.

Вам также может понравиться