Вы находитесь на странице: 1из 6

DEMENSIA Demensia atau lebih dikenal sebagai pikun atau kepikunan.

Demensia atau pikun adalah suatu sindrom penurunan progresif kemampuan intelektual yang menyebabkan deteorisasi kognisi dan fungsional sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktifitas sehari-hari. Secara gampang, demensia atau pikun dapat diartikan sebagai kemunduran fungsi luhur (global) yang didapat setelah lahir, akibat suatu penyakit organik otak, yang mengakibatkan gangguan fungsi sosial dan pekerjaan. Demensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan ingatan/memoti sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari (Brock Lehurist dan Allen, 1987). Demensia adalah suatu keadaan dimana suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir tanpa adanya penurunan fungsi kesadaran. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, diperoleh data bahwa demensia sering terjadi pada usia lanjut yang telah berumur di atas 60 tahun. Demensia adalah suatu gangguan intelektual/daya ingat yang umumnya progresif dan ireversibel Adanya kelainan otak (neurologis multiple) ini akan mengakibatkan : 1. Adanya gangguan daya ingat 2. Paling sedikit satu dari kognisi lain: afasia, apraksia, agnosia, ganguan fungsi eksekutif yang cukup berat sehingga mengganggu fungsi okupasi, sosial & terjadi penurunan fungsi). Ada beberapa patokan yang dapat diamati pada seseorang yang mengalami demensia yaitu : 1. Menurunnya daya ingat 2. Merosotnya interaksi sosial 3. Cenderung makin berat Terdapat beberapa macam kondisi suatu penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya demensia yaitu : Penyakit Alzheimer 50% Demensia Vaskular 10% Pseudodemensia 8% Demensia alkoholik 7% Tumor intrakranial 5% NPH 5% Intoksikasi 3% Huntington 2% Penyakit lain 10% Penyebab Demensia 1. Intoksikasi (obat, termasuk alkohol, dan lain-lain) 2. Infeksi susunan saraf pusat 3. Gangguan metabolik 4. Gangguan nutrisi 5. Gangguan vesikuler (dementia multi-infrak, dll)

6. 7. 8. 9.

Lesi desak ruang Hidrosefalus bertekanan normal Depresi (pseudo-dinentia defrensif) Penyakit degeneratif progresif - Penyakit alzheiner - Penyakit dick - Penyakit Parkinson - Penyakit hantinton - Kelumpuhan supranuklear progresif - Penyakit degeneratif alin

Penyebab Demensia Penyebab dari demensia yang terjadi biasanya adalah : 1. Infeksi- Neurosifilis- Tuberkulosis- Penyebab virus 2. Gangguan metabolik - Hipotiroidisme- Keseimbangan elektrolit 3. Lesi desak ruang- Hematoma subdural- Tumor Abses 4. Infark otak 5. Zat-zat toksik - Obat obatan- Alkohol- Arsen 6. Gangguan vaskular - Embolus serebral- Vaskulitis serebral 7. Lain-lain- Penyakit parkinson- Penyakit wilson- Penyakit huntington- Depresi- Ceder a kepela sebelumnya Selain disebabkan oleh suatu penyakit, demensia juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko sebagai berikut : 1. FAKTOR YANG TIDAK DAPAT DIMODIFIKASI : - Usia - Jenis kelamin - Herediter / keturunan - Ras / etnik 2. FAKTOR YANG DAPAT DIMODIFIKASI : - Riwayat stroke - Narkoba - Tekanan darah tinggi - Asam urat - Penyakit jantung - Kegemukan - Penyakit gula (DM) - Merokok - Kholesterol tinggi - Alkoholik Gejala-gejala demensia yang mudah diamati adalah : Perubahan perilaku Perubahan emosi & hubungan sosial Kemunduran fungsi intelektual : daya ingat (memori) menyelesaikan pekerjaan sering tersesat sering membuat kesalahan dalam aktifitas motorik a. Ringan :

- Mudah lupa, terutama peristiwa baru - Meninggalkan tugas/hobi yang sulit b. Sedang : - Bingung terhadap waktu dan tempat - Butuh bantun : berpakaian kebersihan tubuh - Tak ada keinginan untuk mandiri di luar rumah c. Berat : - Kehilangan kemampuan berpikir - Bicara kacau, lupa keluarga - Berbaring ditempat tidur Kriteria derajat demensia : A. RINGAN : walaupun terdapat gangguan berat daya kerja dan aktivitas sosial, kapasitas untuk hidup mandiri tetap dengan higiene personal cukup dan penilaian umum yang baik. B. SEDANG : hidup mandiri berbahaya diperlukan berbagai tingkat suportivitas. C. BERAT : aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu sehingga tidak berkesinambungan, inkoherensi Tanda dan Gejala Demensia Tanda dan Gejala demensia adalah : a. Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari b. Pelupa c. Sering mengulang kata-kata d. Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan e. Cepat marah dan sulit di atur f. Kehilangan daya ingat g. kesulitan belajar dan mengingat informasi baru h. kurang konsentrasi i. kurang kebersihan diri j. Rentan terhadap kecelakaan: jatuh k. Mudah terangsang l. Tremor m. Kurang koordinasi gerakan Pikun dapat dideteksi dan ditentukan dengan cara : Anamnesis / wawancara Pemeriksaan klinis terhadap pasien Neuropsikologi : MMSE, CDT, Hachinski ischaemi scale, formal neuropsychological ass.(WAIS),dll Neuroimaging (CT, MRI, PET, SPECT) Lain-lain : Lab. Darah, LCS, X-foto thoraks , Genetik, biopsi , TCD, EKG Apabila kita menghadapi seseorang dengan demensia, maka penanganan yang kita lakukan terutama adalah untuk: Mengendalikan faktor risiko Mengurangi gejala / mencegah tidak menjadi lebih buruk Pertahankan kualitas hidup dengan kemampuan yang ada

Mengobati gangguan yang ada Mengembalikan harga diri Menjaga keselamatan penderita Meningkatkan kenyamanan

Pendekatan yang dilakukan dapat secara non farmakologik & farmakologik. Pendekatan non farmakologik (bukan dengan obat-obatan) meliputi : a. Informasi dan edukasi caregiver b. Dukungan keluarga c. Pelatihan : - LUPA L : Latihan (senantiasa berlatih) U : Ulang-mengulang P : Perhatian atau konsentrasi pada apa yang ingin diingat A : Asosiasi : membuat asosiasi antara materi yang baru dan yang lama, - Olahraga yang teratur - Melatih kebugaran otak: Brain fitness d. Rehabilitasi medik e. Modikifasi gaya hidup / lifestyle pengaturan diit - Makan dalam porsi kecil dan Bering dengan menu : banyak sayur, buah, (antioksidan) dan ikan laut (cold and deep water fish). - Kurangi makan daging, lemak, garam dan karbohidrat. - Minumlah obat seperlunya yang sesuai dengan nasihat dokter dan jangan mencampur food suplement dengan obat. - Jangan merokok dan minum minuman keras. - Hindari stres dan banyak bersosialisasi. - Bagi wanita dianjurkan mengikuti program hormone replacement therapy (HRT). - Melakukan penyuluhan dan deteksi dini terhadap gejala stroke dan faktor risikonya (penyakit jantung, hipertensi, diabetes, hiperkholesterolemia dan sebagainya), karena stroke merupakan penyebab utama demensia di Indonesia. f. Perawatan : - Penanganan perilaku - Perawatan aktifitas sehari-hari Adapun pendekatan farmakologik (dengan obat-obatan) meliputi : a. Penyebab demensia b. Gangguan perilaku c. Perbaikan fungsi kognitif (Aricept) d. Penyakit penyerta Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan untuk dapat mencegah terjadinya demensia yaitu: - Kontrol kesehatan secara teratur - Mengatur pola / menu makanan - Olah raga teratur - Pergunakan otak - Datang ke dokter, begitu ada tanda dini dari demensia (pikun)

PENGOBATAN Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan. Obat takrin membantu penderita dengan penyakit Alzheimer, tetapi menyebabkan efek samping yang serius. Takrin telah digantikan oleh donepezil, yang menyebabkan lebih sedikit efek samping dan memperlambat perkembangan penyakit Alzheimer selama 1 tahun atau lebih. Ibuprofen juga bisa memperlambat perjalanan penyakit ini. Obat ini paling baik jika diberikan pada stadium dini. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi. Jika didiagnosis secara dini, maka demensia karena hidrosefalus bertekanan normal kadang dapat diatasi dengan membuang cairan yang berlebihan di dalam otak melalui selang drainase (shunting). Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikosa (misalnya tioridazin dan haloperidol). Tetapi obat ini kurang efektif dan menimbulkan efek samping yang serius. Obat anti-psikotik efektif diberikan kepada penderita yang mengalami halusinasi atau paranoia. Medications

Acetylcholinesterase inhibitors

Tacrine (Cognex), donepezil (Aricept), galantamine (Razadyne), and rivastigmine (Exelon) are approved by the United States Food and Drug Administration (FDA) for treatment of dementia induced by Alzheimer disease. They may be useful for other similar diseases causing dementia such as Parkinsons or vascular dementia.

N-methyl-D-aspartate Blockers. Memantine (Namenda) is a drug representative of this class. It can be used in combination with acetylcholinesterase inhibitors.

Off label

Amyloid deposit inhibitors

Minocycline and Clioquinoline, antibiotics, may help reduce amyloid deposits in the brains of persons with Alzheimer disease.

Antidepressant drugs

Depression is frequently associated with dementia and generally worsens the degree of cognitive and behavioral impairment. Antidepressants effectively treat the cognitive and

behavioral symptoms of depression in patients with Alzheimer's disease, but evidence for their use in other forms of dementia is weak.

Anxiolytic drugs

Many patients with dementia experience anxiety symptoms. Although benzodiazepines like diazepam (Valium) have been used for treating anxiety in other situations, they are often avoided because they may increase agitation in persons with dementia and are likely to worsen cognitive problems or are too sedating. Buspirone (Buspar) is often initially tried for mild-to-moderate anxiety. There is little evidence for the effectiveness of benzodiazepines in dementia, whereas there is evidence for the effectivess of antipsychotics (at low doses). Selegiline, a drug used primarily in the treatment of Parkinson's disease, appears to slow the development of dementia. Selegiline is thought to act as an antioxidant, preventing free radical damage. However, it also acts as a stimulant, making it difficult to determine whether the delay in onset of dementia symptoms is due to protection from free radicals or to the general elevation of brain activity from the stimulant effect.

Antipsychotic drugs

Both typical antipsychotics (such as Haloperidol) and atypical antipsychotics such as (risperidone) increases the risk of death in dementia-associated psychosis. This means that any use of antipsychotic medication for dementia-associated psychosis is off-label and should only be considered after discussing the risks and benefits of treatment with these drugs, and after other treatment modalities have failed. In the UK around 144,000 dementia sufferers are unnecessarily prescribed antipsychotic drugs, around 2000 patients die as a result of taking the drugs each year.

Вам также может понравиться

  • DEMAM PENYEBAB
    DEMAM PENYEBAB
    Документ20 страниц
    DEMAM PENYEBAB
    Rijendra JD
    100% (3)
  • Hipoksemia
    Hipoksemia
    Документ18 страниц
    Hipoksemia
    Muhammad Fitriana
    Оценок пока нет
  • Bab Ii Tinjauan Pustaka
    Bab Ii Tinjauan Pustaka
    Документ17 страниц
    Bab Ii Tinjauan Pustaka
    Rijendra JD
    Оценок пока нет
  • ABORTUS
    ABORTUS
    Документ24 страницы
    ABORTUS
    Rijendra JD
    Оценок пока нет
  • CHF
    CHF
    Документ21 страница
    CHF
    Rijendra JD
    Оценок пока нет
  • Simulasi Diagnosis Komunitas
    Simulasi Diagnosis Komunitas
    Документ14 страниц
    Simulasi Diagnosis Komunitas
    Rijendra JD
    Оценок пока нет
  • Analisa Sperma
    Analisa Sperma
    Документ43 страницы
    Analisa Sperma
    Rijendra JD
    100% (1)
  • Bab I
    Bab I
    Документ18 страниц
    Bab I
    Rijendra JD
    Оценок пока нет