Вы находитесь на странице: 1из 16

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah kesehatan dengan kelainan jantung masih menduduki peringkat yang tinggi penyebab faktor genetik dan faktor prenatal. Jantung adalah salah satu kelainan yang menggangu system dalam tubuh yang paling penting. Salah satu kelainan jantung tersebut ialah Artium Septum Defek (ASD) yang merupakan lubang pada sekat atrium yang menyebabkan hubungan antara atrium kanan dan kiri (Samik Wahab, 2009). Penyebab dari jantung itu ada berbagai macam, terutama penyakit jantung yang kelaianan bawaan ini adalah ASD ini di sebabkan oleh Faktor Prenatal yaitu ibu dengan infeksi rubela, ibu alkoholisme, ibu yang mengkonsumsi obat-

obatan penenang atau jamu, ibu dengan usia lebih dari 45 tahun dan pada faktor faktor genetik yaitu anak yang lahir sebelumnya menderita PJB, ayah atau ibu menderita PJB, kelainan kromosom seperti Down Syndrome dan lahir dengan kelainan bawaan lain. Berdasarkan data penyakit jantung kongenital meningkat 2 sampai 6% jika terdapat riwayat keluarga yang terkena sebelumnya. Selain itu, 5-8% penderita penyakit jantung kongenital mempunyai keterkaitan dengan kelainan kromosom, Kelainan ini lebih sering ditemukan pada anak perempuan dibandingkan anak laki- laki (rasio perempuan : laki-laki = 1,5 sampai 2:1) (Kapita Selekta, 2008). Berbagai permasalahan keperawatan yang timbul baik masalah aktual maupun potensial akibat adanya penyakit jantung ASD adalah penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan volume ventrikel kiri, atrium septum defek, gangguan pertukaran gas berhubungan dengan odema paru, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, aktual atau resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat akibat sekunder dari adanya sesak nafas, mual, anoreksia, daya hisap bayi kurang, aktual/resiko tinggi pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan kelainan vaskuler paru obstruktif akibat sekunder atau stenosis pulmoner,

dan resiko kekambuhan yang berhubungan dengan ketidakpatuhan terhadap aturan terapiutik, tidak mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai.

1.2 Tujuan penulisan Memperoleh pemahaman serta mampu melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien jantung ASD.

1.3 Manfaat 2. Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat lebih memahami hal-hal yang berkaitan dengan kelainan jantung khususnya ASD. 3. Bagi Perawat Perawat atau tenaga kesehatan memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang ASD sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan secara profesional.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi ASD adalah kelainan anatomik jantung akibat terjadinya kesalahan pada jumlah absorbsi dan proliferasi jaringan pada tahap perkembangan pemisahan rongga atrium menjadi atrium kanan dan kiri (Arif, 2007). Atrial Septal Defect adalah Setiap lubang pada sekat atrium yang menyebabkan hubungan antara atrium kanan dan kiri (Samik Wahab, 2009) ASD merupakan hubungan atau lubang abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. ASD adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat. 2.2 Etiologi Penyebab ASD belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga berpengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD yaitu antara lain: 1. a. b. c. d. 2. a. b. c. d. Faktor Prenatal ibu dengan infeksi rubela ibu alkoholisme ibu yang mengkonsumsi obat-obatan penenang atau jamu ibu dengan usia lebih dari 45 tahun Faktor Genetik Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB Ayah atau ibu menderita PJB Kelainan kromosom seperti Down Syndrome Lahir dengan kelainan bawaan lain.

2.3

Klasifikasi Berdasrkan variasi kelainan anatominya, defek sekat atrium dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Defek sekat atriumtipe primum (tipe I) Kondisi ini disebabkan oleh defek yang terjadi pada septum premium yang gagal berkembang mencapai endocardium cushion (bantalan endokardium). Kejadian defek sekat atrium tipe I ini adalah sekitar 30 % dari seluruh defek sekat atrium. Beberapa variasi anatomis defek tipe ini adalah sebagai berikut : a. Atrium tunggal (atrium komunis) b. Adanya defek sekat septum primum yang disertai dengan defek pada daun katup mitral anterior dan trikuspidal (defek kanal atrivontrikuler inkomplet) c. Adanya defek sekat primum sekat atrium, defek katup mitral dan trikuspidal, dan ditambah dengan defek pada sekat ventrikel bagian atas (defek kanal atriventrikuler komplet). 2. Defek sekat atrium tipe sekundum (tipe II) Tipe yang paling sering terjadi sekitar 70% dari kasus defek sekat atrium. Berdasarkan lokasi defek tipe ini terbagi menjadi: a. Defek pada fossa ovalis Defek ini paling sering terjadi, dapat tunngal maupun multipel. Dapat pula terjadi sebagai foramen ovale paten. b. Defek tipe sinus venosus vena cava soperior Defek terjadi di superior sampai fossa ovalis. Tipe defek sinus venosus ini berkisar 10% dari seluruh kelainan defek sekat atrium c. Defek tipe sinus venosus vena cava inferior Defek terjadi di posterior dan inferior sampai fossa ovalis. Jenis 2.4 Manifestasi Klinis a. b. c. d. e. f. g. Adanya Dispnea Kecenderungan infeksi pada jalan nafas Palpitasi Kardiomegali atrium dan ventrikel kanan membesar Diastolik meningkat Sistolik Rendah

h.

Pada bayi jika piro besar berat badan anak sedikit berkurang

2.5 Pemeriksaan Diagnostik 1. Elektrokardiografi Gambaran EKG penting dalam membantu diagnosis DSA sekundum. EKG menunjukkan pola RBBB pada 95%, yang menunjukkan terdapatnya beban volume ventrikel kanan. Deviasi sumbu QRS ke kanan (Rigth axis deviation) pada DSA sekundum membedakannya dari defek primum yang memperlihatkan defiasi sumbu ke kiri (left axis deviation). Blok AV derajat I (pemanjangan interval PR) terdapat pada 10% kasus defect sekundum. 2. Ekokardiografi Dengan alat diagnosis ini dapat dibuat diagnosis pasti. Defect ini paling baik difisualisasikan dengan menggunakan pandangan subxifoid, karena tegak lurus pada sekat atrium. Dengan menggunakan pemetaan aliran dopler bewarna dapat dilihat aliran shunt yang melewati defect septum. Dengan ekokardiografi M-mode, pada defect sekat atrium tipe sekundum sering tampak pembesaran ventrikel kanan dan juga terlihat gerakan septum yang paradoks atau mendatar. Sementara itu pada defect sekat atrium tipe primum kadang kita perlu melihat gamabaran katub mitral. Gambaran ini dapat dilihat paling baik pada pandangan sumbu pendek subsifoid dan parasternal. 3. Foto rontgen Ukuran jantung membesar sebanding dengan besar shunt. Mungkin terdapat pembesaran jantung kanan yang tampak sebagai penonjolan pada bagian kanan atas jantung. Batang arteri pulmonalis juga dapat membesar dan tampak sebagai tonjolan pulmonal yang prominen. Vaskularisasi corakan paru bertambah. Gambaran ini (disertai dengan gejala klinik yang ada) sering didiagnosis sebagai Klompleks Primer Tuberkulosis (KPTB). 4. Kateterisasi jantung Kadang-kadang dilakukan untuk melihat tekanan pada masing-masing ruangan jantung misalnya hipertensi pulmonal.

5. MRI (Magnetic Resonance Imaging) Alat ini dapat mendeteksi anomali muara vena. Dapat digunakan pula untukmengukur besar defek dan memperkirakan besar aliran shunt.

2.6 Penatalaksanaan Penderita ASD biasanya tidak menunjukkan keluhan. Pada bayi sebelum usia 3 bulan, defek berukuran < 3mm akan menutup secara spontan. Namun apabila lubang tersebut besar maka operasi untuk menutup lubang tersebut dianjurkan guna mencegah terjadinya gagal jantung atau keleinan pembuluh darah pulmonal. Setelah keberhasiklan pembedahan atau penutupan dengan alat, komplikasi jangka panjang jarang terjadi dan terutama ditentukan oleh ukuran pirau kiri-ke kanan sebelum pembedahan serta lam intervensi. Semakin besar pirau dan semakin lama saat penutupan defek, maka semakin besar kemungkinan dilatasi jantung kanan bermakna dan hipertensi paru. Masalah jangka panjang yang paling sering terjadi adalah timbulnya aritmia atrium terutama fibrilasi atrium, yang mungkin membutuhkan pengobatan anti aritmia dan atau antikoagulasi jangka panjang. Resiko endokarditis infektif pada ASD yang tidak dikoreksi sangat rendah sehingga profiklasis tidak diperlukan kecuali terdapat defek terkait lainnya. Untuk pengobatan pencegahan dengan antibiotik sebaiknya diberikan setiap kali sebelum penderita menjalani pencabutan gigi untuk mengurangi resiko endokarditis infektif. 2.7 Komplikasi a. b. c. d. Hipertensi pulmonal Gagal jantung Endokarditis Aritmia

2.8 Prognosis ASD dapat ditoleransi dengan baik pada bayi maupun pada anak. Kadang pada ASD dengan shunt yang besar menimbulkan gejala-gejala gagal jantung dan pada keadaan ini perlu dibantu dengan digitalis. Bila dengan digitalis tidak

berhasil maka perlu dioperasi. ASD dengan shunt yang besar operasi segera dipertimbangkan guna mencegah terjadinya hipertensi pulmonal. Hipertensi pulmonal pada ASD tergantung pada besarnya shunt. Bila shunt kecil dan tekanan darah pada ventrikel kanan normal maka operasi tidak perlu dilakukan. Pada defek sekat atrium primum sering terjadi gagal jantung daripada ASD II. Gagal jantung biasanya terjadi pada umur kurang dari 5 tahun. Endokarditis sub akut lebih sering terjadi pada ASD tipe I sedangkan hipertensi pulmonal pada tipe II.

2.9 WOC
Faktor Prenatal Trimester I Faktor Genetik

ASD

ASD Primum (Tipe I)

ASD Sekundum (Tipe II)

Pirau

Tekanan atrium kiri > atrium kanan

Terjadi aliran yang tinggi dari atrium kiri ke atrium kanan

Volume ventrikel kiri

Volume atrium kanan meningkat

Curah jantung menurun

MK : Penurunan CO

Volume ventrikel kanan meningkat

Ketidakadekuatan O2 & nutrisi ke jar.

Hipoksia jaringan

Perfusi ginjal

Vol. ventrikel kanan me

Kompensatorik Na & air Kelemahan Daya hisap bayi anuri MK : - Gangg. Pertumbuhan & Perkembangan MK : intoleransi aktivitas MK : gangg. Eliminasi urine Tekanan arteri pulmunal me

Arteri lelah

Jumlah darah ke paru me

Hipertensi pulmonal

Ventrikel kanan > berat

Hipertensi ventrikel kanan

Kontraktilitas jantung Gagal jantung me

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengkajian Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi : 1. Identitas pasien Nama, usia, jenis kelamin, bangsa, pekerjaan, pendidikan, agama, alamat. 2. Keluhan utama Keluhan utama yang biasanya dirasakan pada kasus ASD adalah sesak, gelisah, pada anak atau bayi tidak mau menetek, sulit tidur, pasien merasa letih 3. Riwayat penyakit sekarang Pada anak biasanya mengalami sesak napas, berkeringat banyak dan terdapat penbengkakan pada tungkai tetepi biasanya tergantung pada derajat dan defek yang terjadi. 4. Riwayat penyakit dahulu a. Prenatal History Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehemilan ibu (infeksi firus rubela), mungkin ada riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan serta penyakit DM pada ibu b. Intra natal Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi c. Riwayat neonatus Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnue Anak rewel dan kesakitan Tumbuh kembang anak terhambat Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegali Sosial ekonomi keluarga yang rendah 5. Riwayat penyakit keluarga a. Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami kelainan defek jantung

b. Penyakit keturunan c. Penyakit konginetal atau bawaan 6. Psikososial a. Penurunan pern dalam aktivitas sosial dan keluarga b. Ansietas, kwatir, takut,stress yang berhubunagn dengan penyakit 3.2 Pemeriksaan Fisik 1. Breathing Nafas pendek, retraksi pada vena jugulum, sela interkosta dan region epigastrium. Diameter dada bertambah 2. Blood Impuls jantung hiperdinamik kuat terutama yang timbul di ventrikel kiri. Teraba getaran bising atau mur-mur pada dinding dada, pada ASD getaran bising teraba di sela iga ke 2 atau 3 kiri. Pada defek yang sangat besar sering tidak teraba getaran bising karena tekanan di ventrikel kiri sama denagn ventrikel kanan. 3. Brain Ujung-ujung jari hiperemik 4. Bleeder Terjadi penurunan produksi urine 5. Bowel Hepatomegali atau splenomegali mungkin terlihat 6. Bone Tidak terdapat gangguan pada tulang 3.2 Pemeriksaan Penunjang Laboratorium, foto thorak,ecg dan echo

3.4 Diagnosa Keperawatan 1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan volume ventrikel kiri, atrium septum defek. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan odema paru. 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
10

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea 5. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal

3.5 Rencana Asuhan Keperawatan 1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan volume ventrikel kiri, atrium septum defek. Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam, penurunan curah jantung dapat teratasi dan menunjukkan tanda vital dalam batas normal Kriteria hasil : klien melaporkan penurunan episod dypsnea, tekanan darah dalam batas normal, nadi 80 x/mnt, tidak terjadi aritmia, denyut dan irama jantung teratur, CRT < 3 detik. Intervensi : a. Kaji nilai CO dengan monitor jantung dalam 1 menit R/ : CO adalah jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap 1 menit b. Palpasi nadi perifer R/ : tanda penurunan curah jantung dapat diperlihatkan dengan ciri, menurunnya nadi, radial, popliteal, dorsalis pedis, dan postibial, nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan gangguan pulsasi (denyut kuat disertai dengan denyut lemah) mungkin ada. c. Kaji perubahan pada sensorik, ex: letargi, cemas dan depresi R/ : penurunan curah jantung dapat mengakibatkan tidak efektifnya perfusi cerebra a. Berikan istirahat semi recumben pada tempat tidur atau kursi, kaji denga pemeriksaan fisik sesuai dengan indikasi R : istirahat fisik harus dipertahankan selama gagal jantung kongestif akut atau refraktori untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan atau konsumsi oksigaen miokardium dan kerja berlebihan. d. Berikan istirahat psikologis dengan lingkungan tenang, menjelaskan manajemen medis atau keperawatan, membantu klien menghindari stres, mendengar atau merespon terhadap ekspresi perasaan takut.
11

R/: Stres emosi menghasilkan respons vasokonstriksi, yang terkait langsung dengan peningkatan tekanan darah, frekwensi dan kerja jantung. e. Batasi aktivitas seperti BAB dan BAK di samping tempat tidur, hindari manuver valsava : mengejan, defekasi, menahan nafas selama perubahan posisi. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan odema paru. Tujuan : klien memperlihatkan peningkatan fungsi pernapasan kriteria hasil : pernapasan tetap dalam batas normal 16 - 20 x / menit, warna kulit baik dan klien tenang Intervensi : a. Kaji frekuensi pernapasan warna kulit serta saturasi oksigen R/ mengetahui secara dini kebutuhan oksigen klien b. Beikan posisi 30 45 derajat R/untuk memudahkan respirasi baru c. Berikan oksigen yang sudah dilembabkan sesuai program R/ meningkatkan kesediaan oksigen untuk kebutuhan miokardium agar tidak terjadi hipoksia

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. Tujuan : klien menunjukkan perbaikan curah jantung yang terlihat dari aktivitas klien. Kriteria hasil : klien menentukan dan melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan klien mendapatkan waktu istirahat atau tidur yang tepat Intervensi : a. Taksiran tingkat kelelahan, kemampuan untuk melakukan ADL R/ untuk memberikan informasi tentang energi cadangan dan respon untuk beraktivitas b. Berikan periode istirahat dan tidur yang cukup R/ untuk meningkatkan istirahat dan menghemat energi c. Hindari suhu lingkungan yang ekstrim R/ hipertermia atau hipotermia dapat meningkatkan kebutuhan oksigen

12

4.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria Hasil : - Bayi dapat menetek atau mengisap dot - TTV dalam batas normal - Intake dan output seimbang Intervensi : a. Berikan penjelasan kepada orang tua / keluarga Kx dalam melakukan tindakan R/ Untuk memudahkan dalam melakukan proses keperawatan. b. Pasang infus jika bayi sangat dispnea R/ Infus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi Kx dan untuk memasukkan obat. Jika bayi sangat dispnea susah mengisap dot atau menetek. c. Perhatikan tetasan infus R/ Tetesan infus yang terlalucepat akan menambah beban kerja jantung. d. Hitung intake dan output cairan Kx R/ Untuk memantau keseimbangan cairan, bila kelebihan atau kekurangan dapat cepat diatasi. e. Berikan minum pada Kx atau biarkan menetek jika sesak berkurang dengan sela istirahat R/ Membantu veflek menetek. f. Anjurkan ibu Kx untuk memangku Kx pada saat menetek R/ Untuk menghindari tersedat dan memberikan kontak psikologis. g. Catat intake dan output Kx R/ Untuk mengetahui intake dan output.

13

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Atrial Septal Defect (ASD) adalah setiap lubang pada sekat atrium yang menyebabkan hubungan antara atrium kanan dan kiri. ASD biasanya terjadi karena 2 faktor yaitu faktor prenatal dan faktor genetik. Gejala yang sering tampak antara lain adanya dispnea, kecenderungan infeksi pada jalan nafas, palpitasi, kardiomegali, atrium dan ventrikel kanan membesar, diastolik meningkat, sistolik rendah, pada bayi jika piro besar berat badan anak sedikit berkurang. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu elektrokardiografi, ekokardiografi, katerisasi jantung, MRI, dan foto rongen. Untuk penderita ASD pada bayi yang berusia sebelum 3 bulan, defek berukuran < 3mm maka akan menutup secara spontan. Namun apabila lubang tersebut besar maka operasi untuk menutup lubang tersebut dianjurkan guna mencegah terjadinya gagal jantung atau keleinan pembuluh darah pulmonal. Diagnosa keperawatan yang muncul pada ASD antara lain. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan volume ventrikel kiri, atrium septum defek, gangguan pertukaran gas berhubungan dengan odema paru, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, aktual atau resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat akibat sekunder dari adanya sesak nafas, mual, anoreksia, daya hisap bayi kurang. 4.2 Saran 1. Bagi pasien

14

Pasien mengerti tentang penyakitnya dan pasien mau kontrol rutin dan berobat jalan sesuai advis dokter. Pasien juga diharapkan mengerti dan mengetahui gejala pada Atrium Septal Defect.

2. Bagi perawat Dalam melakukan asuhan keperawatan perlu adanya pendekatan untuk menciptakan hubungan saling percaya agar pasien itu mau

mengungkapkan masalahnya sehingga perawat dapat menjalankan asuhan keperawatan dengan baik.

15

DAFTAR PUSTAKA

Masjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculaplus Muttaqin, Arif.2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika Marilynn.2007. Rencana Aauhan Keperawatan. Jakarta: EGC Oemar, Hamid.2003. Kardiologi. PT Gelora Aksara Wahab, Samik.2010. Penyakit Jantung Kongenital yang tidak Sianosis. Jakarta: EGC http://dastodebelto.blogspot.com

16

Вам также может понравиться

  • Pengumuman Cpns Walikota Surabaya 2013
    Pengumuman Cpns Walikota Surabaya 2013
    Документ5 страниц
    Pengumuman Cpns Walikota Surabaya 2013
    defri7m77putra
    Оценок пока нет
  • Penyuluhan Kesehatan
    Penyuluhan Kesehatan
    Документ4 страницы
    Penyuluhan Kesehatan
    fakrulnersmuda
    Оценок пока нет
  • Pkrs Luka Bakar
    Pkrs Luka Bakar
    Документ8 страниц
    Pkrs Luka Bakar
    fakrulnersmuda
    Оценок пока нет
  • UNTUK LOGIKA
    UNTUK LOGIKA
    Документ13 страниц
    UNTUK LOGIKA
    fakrulnersmuda
    Оценок пока нет
  • Tugas Neuro
    Tugas Neuro
    Документ25 страниц
    Tugas Neuro
    fakrulnersmuda
    Оценок пока нет
  • Contoh Pernyataan
    Contoh Pernyataan
    Документ1 страница
    Contoh Pernyataan
    fakrulnersmuda
    Оценок пока нет
  • TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK Jiwa 6
    TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK Jiwa 6
    Документ4 страницы
    TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK Jiwa 6
    fakrulnersmuda
    Оценок пока нет
  • CPNS BNN 2013
    CPNS BNN 2013
    Документ17 страниц
    CPNS BNN 2013
    Prima Tour
    100% (1)
  • Contoh Lamaran
    Contoh Lamaran
    Документ2 страницы
    Contoh Lamaran
    fakrulnersmuda
    100% (1)
  • Analisis Jurnal
    Analisis Jurnal
    Документ1 страница
    Analisis Jurnal
    fakrulnersmuda
    Оценок пока нет
  • Bedah Dahlia
    Bedah Dahlia
    Документ10 страниц
    Bedah Dahlia
    fakrulnersmuda
    Оценок пока нет
  • Kanker Serviks
    Kanker Serviks
    Документ8 страниц
    Kanker Serviks
    fakrulnersmuda
    Оценок пока нет
  • DPN
    DPN
    Документ1 страница
    DPN
    fakrulnersmuda
    Оценок пока нет
  • Epilepsi Anak
    Epilepsi Anak
    Документ21 страница
    Epilepsi Anak
    fakrulnersmuda
    Оценок пока нет
  • 09 - Bab Iv
    09 - Bab Iv
    Документ11 страниц
    09 - Bab Iv
    fakrulnersmuda
    Оценок пока нет
  • Woc Flu Babi
    Woc Flu Babi
    Документ1 страница
    Woc Flu Babi
    fakrulnersmuda
    Оценок пока нет
  • Tabulasi Revisi
    Tabulasi Revisi
    Документ2 страницы
    Tabulasi Revisi
    fakrulnersmuda
    Оценок пока нет
  • Rencana Intervensi Seminar Luka Bakar
    Rencana Intervensi Seminar Luka Bakar
    Документ7 страниц
    Rencana Intervensi Seminar Luka Bakar
    fakrulnersmuda
    Оценок пока нет
  • EVALUASI
    EVALUASI
    Документ1 страница
    EVALUASI
    fakrulnersmuda
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi Baru
    Daftar Isi Baru
    Документ5 страниц
    Daftar Isi Baru
    fakrulnersmuda
    Оценок пока нет
  • Juknis - Kegiatan Promosi Kesehatan
    Juknis - Kegiatan Promosi Kesehatan
    Документ13 страниц
    Juknis - Kegiatan Promosi Kesehatan
    fakrulnersmuda
    0% (1)
  • Daftar Hadir Kegiatan Pkrs
    Daftar Hadir Kegiatan Pkrs
    Документ1 страница
    Daftar Hadir Kegiatan Pkrs
    fakrulnersmuda
    Оценок пока нет
  • Revisi
    Revisi
    Документ16 страниц
    Revisi
    fakrulnersmuda
    Оценок пока нет
  • Konsep Dasar Nifas
    Konsep Dasar Nifas
    Документ8 страниц
    Konsep Dasar Nifas
    fakrulnersmuda
    Оценок пока нет
  • Proposal Ronde Keperawatan KLP IV
    Proposal Ronde Keperawatan KLP IV
    Документ22 страницы
    Proposal Ronde Keperawatan KLP IV
    Anrifail
    Оценок пока нет
  • Ca Kulit PDF
    Ca Kulit PDF
    Документ12 страниц
    Ca Kulit PDF
    Yulianti Purnamasari
    Оценок пока нет
  • 19502690
    19502690
    Документ168 страниц
    19502690
    fakrulnersmuda
    Оценок пока нет
  • Appendicitis Perforasi
    Appendicitis Perforasi
    Документ24 страницы
    Appendicitis Perforasi
    buyung palala
    0% (2)
  • Sifat
    Sifat
    Документ4 страницы
    Sifat
    fakrulnersmuda
    Оценок пока нет
  • Chapter II PDF Usu
    Chapter II PDF Usu
    Документ21 страница
    Chapter II PDF Usu
    Brian Boyd
    Оценок пока нет