Вы находитесь на странице: 1из 12

Revolusi industri Revolusi industri adalah suatu gerakan yang mengakibatkan terjadinya perubahan di bidang industri yang sebelumnya

menggunakan tenaga manusia dan hewan menjadi tenaga penggerak mesin. Revolusi Industri pertama kali berlangsung di negara Inggris pada tahun 1750. Peristiwa Revolusi Industri di Inggris kemudian berkembang ke seluruh negara di Eropa. Tenaga manusia dan hewan pada awalnya dimanfaatkan sebagai tenaga penggerak dalam kegiatan sehari-hari. Tetapi saat Revolusi Industri terjadi, maka kedua jenis tenaga tersebut digantikan oleh tenaga uap air yang mampu menggerakkan mesin-mesin industri dan tenaga penggerak lainnya. Sejak saat itu, manusia dibebaskan dari peranannya sebagai sumber tenaga di berbagai pusat kegiatan industri dan pabrik. Revolusi industri yang bermula di Inggris menimbulkan usaha-usaha industri dan pabrik secara besar-besaran dengan menggunakan tenaga mesin pada abad ke-18. Hal ini didukung oleh perang kemerdekaan Amerika yang membutuhkan senjata untuk meningkatkan usaha di bidang penyediaan senjata, amunisi dan alat angkut perang. Di lain pihak, Revolusi Perancis dan ekspansi Napoleon Bonaparte juga membutuhkan senjata perang yang tidak sedikit.

Akibat Revolusi Industri di Bidang Sosial


Sejak saat itu, Revolusi Industri juga mengubah wajah Inggris dengan semakin banyaknya berdiri pusat-pusat industri di negara kerajaan tersebut. Keadaan ini menimbulkan proses urbanisasi ke pusat-pusat industri yang dilakukan oleh para petani. Mereka meninggalkan lahan pertaniannya untuk bekerja sebagai buruh pada pabrik-pabrik industri di kota Manchester, Birmingham, Liverpool, Lancashire, dan sejumlah kota lainnya. Akibat lain dari terjadinya industrialisasi adalah menimbulkan masalah sosial karena lahirnya golongan-golongan baru dalam masyarakat. Golongan baru itu adalah golongan buruh dan golongan pengusaha. Golongan pengusaha berupaya untuk mendapatkan keuntungan sebanyakbanyaknya dengan memberikan upah rendah dan pemberlakuan jam kerja yang lama. Sebaliknya, kaum buruh mendambakan jam kerja yang pendek, upah kerja tinggi, dan jaminan sosial yang baik. Akibat dari pertentangan ini adalah kedua golongan menyusun kekuatan baru dalam bentuk organisasi politik. Golongan buruh membentuk Partai Buruh yang memperjuangkan perbaikan nasib dan kesejahteraan sosial. Sedangkan kaum majikan membentuk Partai Liberal yang mengutamakan kebebasan dalam bisnis dan kehidupan.

Smog Smog adalah istilah gabungan antara asap (smoke) dan kabut (fog), yaitu kabut yang mengandung zatzat pencemar udara. smog terdiri dari karbon monokisda atau capuran kimia nitrigen yang merangsang leher dan hidung, sehingga menimbulkan penyakit pada organ sistem pernapasan. Di London, tempat asal mulanya revolusi industri, pada tanggal 5-10 Desember 1952, 8.000 orang meninggal dunia disebabkan fenomena smog ini.

Green Economics Green Economics adalah ekonomi dunia nyata: menyatukan secara harmonis antara Dunia Kerja, Kebutuhan Manusia, dan Dunia Bumi dipandang dari segi bahan materi. Its about quality, not quantity. Its about regeneration (of individuals, communities and ecosystems), not about akumulasi uang atau materi. Green Economics menolak inefisiensi, menolak irrasionalitas dan cara-cara kerja yang memboroskan bahan yang berujung pada penggunungan sampah, toxic materials, menciptakan proses produksi yang justru meningkatkan pemakaian unskilled labour, pengesampingan tenaga kerja menggantikan pemakaian resources dsb. Namun, Green Economics bukan hanya mengenai lingkungan saja. Tetapi menuntut greater human creativity, and wide participation of everyone. We are sailboating in the wind of ecosystem processes. Jadi Green Economics menyangkut Social Transformation dan Ecological Transformation.

Pengertian B3 Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun jenis sisa bahannya. Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat ( toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

Tujuan pengelolaan limbah B3


Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali. Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi semula.

Identifikasi limbah B3

Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu:

1. Berdasarkan sumber 2. Berdasarkan karakteristik

Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi: Limbah B3 dari sumber spesifik; Limbah B3 dari sumber tidak spesifik; Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

Sedangkan golongan limbah B3 yang berdasarkan karakteristik ditentukan dengan: mudah meledak; pengoksidasi; sangat mudah sekali menyala; sangat mudah menyala; mudah menyala; amat sangat beracun; sangat beracun; beracun; berbahaya; korosif; bersifat iritasi; berbahayabagi lingkungan; karsinogenik; teratogenik; mutagenik.

Karakteristik limbah B3 ini mengalami pertambahan lebih banyak dari PP No. 18 tahun 1999 yang hanya mencantumkan 6 (enam) kriteria, yaitu: mudah meledak; mudah terbakar; bersifat reaktif; beracun; menyebabkan infeksi; bersifat korosif.

Peningkatan karakteristik materi yang disebut B3 ini menunjukan bahwa pemerintah sebenarnya memberikan perhatian khusus untuk pengelolaan lingkungan Indonesia. Hanya memang perlu menjadi perhatian bahwa implementasi dari Peraturan masih sangat kurang di negara ini. Pengelolaan dan pengolahan limbah B3 Pengelolaan limbah B3 meliputi kegiatan pengumpulan, pengangkutan, pemanfatan, pengolahan dan penimbunan. Setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 harus mendapatkan perizinan dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan setiap aktivitas tahapan pengelolaan limbah B3 harus dilaporkan ke KLH. Untuk aktivitas pengelolaan limbah B3 di daerah, aktivitas kegiatan pengelolaan selain dilaporkan ke KLH juga ditembuskan ke Bapedalda setempat. Pengolahan limbah B3 mengacu kepada Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor Kep-03/BAPEDAL/09/1995 tertanggal 5 September 1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (www.menlh.go.id/i/art/pdf_1054679307.pdf) Pengolahan limbah B3 harus memenuhi persyaratan:

Lokasi pengolahan

Pengolahan B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah atau di luar lokasi penghasil limbah. Syarat lokasi pengolahan di dalam area penghasil harus:

1. daerah bebas banjir; 2. jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter;


Syarat lokasi pengolahan di luar area penghasil harus:

1. 2. 3. 4. 5.

daerah bebas banjir; jarak dengan jalan utama/tol minimum 150 m atau 50 m untuk jalan lainnya; jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum minimum 300 m; jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimum 300 m; dan jarak dengan wilayah terlindungi (spt: cagar alam,hutan lindung) minimum 300 m.

Fasilitas pengolahan

Fasilitas pengolahan harus menerapkan sistem operasi, meliputi:

1. 2. 3. 4. 5. 6.

sistem kemanan fasilitas; sistem pencegahan terhadap kebakaran; sistem pencegahan terhadap kebakaran; sistem penanggulangan keadaan darurat; sistem pengujian peralatan; dan pelatihan karyawan.

Keseluruhan sistem tersebut harus terintegrasi dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pengolahan limbah B3 mengingat jenis limbah yang ditangani adalah limbah yang dalam volume kecil pun berdampak besar terhadap lingkungan. Penanganan limbah B3 sebelum diolah

Setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan dilakukan uji analisis kandungan guna menetapkan prosedur yang tepat dalam pengolahan limbah tersebut. Setelah uji analisis kandungan dilaksanakan, barulah dapat ditentukan metode yang tepat guna pengolahan limbah tersebut sesuai dengan karakteristik dan kandungan limbah. Pengolahan limbah B3

Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan kandungan limbah. Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sbb:

1. proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan, stabilisasi, adsorpsi,
penukaran ion dan pirolisa.

2. proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan penyisihan komponenkomponen spesifik dengan metode kristalisasi, dialisa, osmosis balik, dll.

3. proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun dan kandungan
limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan daya racun sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir

4. proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah menggunakan alat khusus
insinerator dengan efisiensi pembakaran harus mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa pembakaran tidak boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr Tidak keseluruhan proses harus dilakukan terhadap satu jenis limbah B3, tetapi proses dipilih berdasarkan cara terbaik melakukan pengolahan sesuai dengan jenis dan materi limbah. Hasil pengolahan limbah B3

Memiliki tempat khusus pembuangan akhir limbah B3 yang telah diolah dan dilakukan pemantauan di area tempat pembuangan akhir tersebut dengan jangka waktu 30 tahun setelah tempat pembuangan akhir habis masa pakainya atau ditutup. Perlu diketahui bahwa keseluruhan proses pengelolaan, termasuk penghasil limbah B3, harus melaporkan aktivitasnya ke KLH dengan periode triwulan (setiap 3 bulan sekali).

Pertemuan tahun 1972 Situs Warisan Dunia UNESCO (bahasa Inggris: UNESCOs World Heritage Sites) adalah sebuah tempat khusus (misalnya, Taman Nasional, Hutan, Pegunungan, Danau, Pulau, Gurun Pasir, Bangunan, Kompleks, Wilayah, Pedesaan, dan Kota) yang telah dinominasikan untuk program Warisan Dunia internasional yang dikelola UNESCO World Heritage Committee, terdiri dari 21 kelompok (21 state parties) yang dipilih oleh Majelis Umum (General Assembly) dalam kontrak 4 tahun. Sebuah Situs Warisan Dunia adalah suatu tempat Budaya dan Alam, serta benda yang berarti bagi umat manusia dan menjadi sebuah Warisan bagi generasi berikutnya. Program ini bertujuan untuk mengkatalog, menamakan, dan melestarikan tempat-tempat yang sangat penting agar menjadi warisan manusia dunia. Tempat-tempat yang didaftarkan dapat memperoleh dana dari Dana Warisan Dunia di bawah syarat-syarat tertentu. Program ini diciptakan melalui Pertemuani Mengenai Pemeliharaan Warisan Kebudayaan dan Alamiah Dunia yang diikuti di oleh Konferensi Umum UNESCO pada 16 November 1972.

Ekosistem Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun yang beragam. Di bumi ada bermacam-macam ekosistem. 1. Susunan Ekosistem Dilihat dari susunan dan fungsinya, suatu ekosistem tersusun atas komponen sebagai berikut. a. Komponen autotrof (Auto = sendiri dan trophikos = menyediakan makan). Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau. b. Komponen heterotrof (Heteros = berbeda, trophikos = makanan). Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba. c. Bahan tak hidup (abiotik) Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. d. Pengurai (dekomposer) Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur.

Ada banyak sekali problem Lingkungan Hidup (LH) di Indonesia yang tidak terselesaikan. Pada saat yang sama, krisis lingkungan semakin mengancam keberlanjutan alam-atas dasar itulah sesungguhnya mengapa diperlukan Undang-Undang (UU) LH yang lebih sempurna-itulah filosofi kelahiran UU PPLH No 32 tahun 2009. (Ilyas Asaad, Deputi Menteri Lingkungan Hidup, bidang Penaatan lingkungan) Dalam sejarahnya, UU Perlindungan Lingkungan Hidup (PLH) di Indonesia telah mengalami tiga kali fase evolusi; pertama, UU No. 4 tahun 1984 yang kemudian diganti dengan UU No. 23 tahun 1997, terakhir dan sekaligus menjadi isu paling strategis adalah UU No. 32 tahun 2009. Mengapa perlu ada revisi UU PLH yang melahirkan UU No 32 tahun 2009? Ilyas Asaad, menuturkan bahwa argumen paling mendasar dari revisi tersebut adalah ketidakmampuan UU lama dalam menjawab berbagai problem LH di Indonesia. Setelah dua belas tahun diberlakukan, kerusakan lingkungan masih dominan, begitu pula dengan kasus-kasus lingkungan yang tidak pernah bisa diselesaikan dengan baik, tegasnya. Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) melalui laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) 2006 mencatat bahwa telah terjadi penurunan kualitas lingkungan hidup pada tahun 2006 disebabkan karena terjadi peningkatan polutan secara signifikan di media air dan udara. Selain itu, terjadi juga peningkatan kasus pencemaran limbah domestik dan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Data SLHI 2006 juga menunjukkan bahwa kerusakan lahan dan hutan di Indonesia telah mencapai 59,2 juta hektar dengan laju deforestasi sekitar 1,19 juta hektar per tahun. Percepatan pengurangan hutan yang tinggi ini memiliki efek yang signifikan terhadap keanekaragaman hayati dalam ekosistem hutan. Kerusakan lahan dan hutan secara umum disebabkan karena berbagai hal seperti kebakaran hutan dan lahan, illegal logging, perambahan lahan, konversi (alih fungsi) lahan dan kegiatan pertambangan. Krisis lingkungan yang terus meningkat serta banyaknya sengketa LH yang berujung bebas menjadi preseden buruk yang mengancam eksistensi lingkungan dan manusia. Salah satu problem mendasar adalah lemahnya konstitusi hukum yang berdampak pada penaatan lingkungan yang rendah. Selain penguatan institusi maupun kordinasi antar lembaga terkait yang mesti dilakukan, ternyata diperlukan penguatan rule of the game yang bisa mengatur seluruh persoalan lingkungan. UU No 23 tahun 2009 menjadi harapan baru bagi keberlanjutan lingkungan hidup. Penguatan dan idealisme UU baru tersebut sesungguhnya sangat berdasar secara filosofis dan sangat tidak berlebihan apalagi politis. Dalam UU Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Amanah UU 1945 tersebut jelas memandang bahwa kebutuhan mendapatkan lingkungan yang sehat adalah salah satu hak asasi. Negara berkewajiban memberi perlindungan dan jaminan lingkungan sehat, oleh sebab itu negara harus memiliki otoritas kuat dalam mengelola dan melindungi LH.

Pasal 33 ayat (1) semakin menegaskan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi-berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Dasar hukum tersebut di atas jelas menginspirasi betapa perlunya negara membuat aturan yang kompleks yang berorientasi jangka panjang. Sejak tanggal 3 Oktober 2009, Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH) telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi, yang kemudian digantikan dengan hadirnya Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Undang-undang ini terdiri dari 17 bab dan 127 pasal yang mengatur secara lebih menyeluruh tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Perbedaan mendasar kedua UU tersebut adalah adanya penguatan yang terdapat dalam Undang-Undang 32 tahun 2009 tentang prinsip-prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan pada tata kelola pemerintahan yang baik karena dalam setiap proses perumusan dan penerapan instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta penanggulangan dan penegakan hukum mewajibkan pengintegrasian aspek transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan keadilan. Ilyas Asaad mengakui bahwa kelahiran UU No 32 tahun 2009 ini adalah sesuatu yang memang mutlak dilakukan untuk mengakhiri problematika LH yang semakin mencemaskan. UU baru ini sangat sempurna dan mengatur segala hal yang dianggap kurang terutama dalam UU lama. Perubahan mendasar sangat jelas pada perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum. Meskpun terlihat sangat protektif dan tegas, namun Ilyas Asaad membantah jika UU No 32 tahun 2009 akan menghambat laju investasi dan pembangunan ekonomi, sebagaimana wacana yang berkembang terutama dari kalangan dunia usaha. Justru, kata Ilyas, UU tersebut memberi garansi kepada dunia usaha dalam keberlanjutan industrinya, sepanjang memamg tetap konsisten memperhatikan aspek LH. Menurut Anggota Komisi VII DPR-RI, Ismayatun, UU No 32 tahun 2009 ini menjadi kekuatan hukum yang cukup kuat kepada KLH, sebab KLH akan punya kekuatan untuk mengkategorisasikan perbuatan yang dilakukan oleh pelaku pencemaran atau perusak lingkungan sebagai sebuah pelanggaran pidana. Ini suatu hal yang luar biasa tuturnya. Soal resistensi dari kalangan pengusaha khususnya Migas, Ismayatun mengakui, wacana itu lebih disebabkan oleh belum maksimalnya sosialisasi. Jika sosialisasi dilakukan mengenai isi UU ini maka akan mengubah pandangan mereka bahwa itu tak akan merugikan kepentingan mereka. . UU ini harus mereka hormati, karena ini untuk kepentingan pelestarian lingkungan. Jadi banyak industri yang gerah dengan UU PPLH ini, sebenarnya bukan untuk mengurangi produksi tetapi ini untuk mendisiplinkan mereka. Ini adalah untuk pembinaan dan sebagai langkah preventif. Ini ketakutan yang tidak beralasan saja.

Hal yang sama dikemukanan Pakar Hukum Lingkungan, Dr. Asep Warlan, menurutnya UU No 32 tahun 2009 akan mendorong wacana pembangunan berkelanjutan (sustainable development), sebab semua kalangan usaha akan memiliki kesadaran penuh atas pengelolaan lingkungan berwawasan masa depan. Munculnya polemik seputar UU tersebut, menurut Asep Warlan, lebih disebabkan oleh belum adanya pemahaman mendalam. Itulah sebabnya, tahap pertama yang dilakukan KNLH sekarang ini adalah melakukan sosialisasi secara berkesinambungan kepada seluruh komponen, terutama institusi terkait agar terwujud kesamaan persepsi dalam memahami UU No 32 tahun 2009.

Metode preventif adalah : suatu metode yg mengutamakan pencegahan sebelum terjadinya kejadian, seperti : pencegahan kerusuhan, penyakit, dll. Metode represif : adalah suatu metode yg dilakukan setelah kejadian terjadi untuk menekan agar kejadian tidak meluas atau menjadi parah. Contohnya : setelah sakit dilakukan pengobatan untuk menekan dan agar penyakit tidak bertambah para. Setelah terjadi pengerusakan baru dilakukan pengerahan keamanan, agar kerusuhan dapat ditekan dan tidak meluas.

Вам также может понравиться

  • 11 Thresher
    11 Thresher
    Документ2 страницы
    11 Thresher
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • PENJAS
    PENJAS
    Документ5 страниц
    PENJAS
    Fauzi Oki
    100% (2)
  • Steeplechase
    Steeplechase
    Документ3 страницы
    Steeplechase
    Fauzi Oki
    67% (3)
  • One Dimensional Elements
    One Dimensional Elements
    Документ3 страницы
    One Dimensional Elements
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • STRUKTUR ATOM
    STRUKTUR ATOM
    Документ4 страницы
    STRUKTUR ATOM
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • Makanan Gigi
    Makanan Gigi
    Документ1 страница
    Makanan Gigi
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • Defleksi Truss
    Defleksi Truss
    Документ14 страниц
    Defleksi Truss
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • STRUKTUR ATOM
    STRUKTUR ATOM
    Документ4 страницы
    STRUKTUR ATOM
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • Antonio Santi Giuseppe Meucci
    Antonio Santi Giuseppe Meucci
    Документ2 страницы
    Antonio Santi Giuseppe Meucci
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • Persiapan Untuk Ujian
    Persiapan Untuk Ujian
    Документ25 страниц
    Persiapan Untuk Ujian
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • Kuadran Karakter Dan Profesi Yang Sesuai
    Kuadran Karakter Dan Profesi Yang Sesuai
    Документ15 страниц
    Kuadran Karakter Dan Profesi Yang Sesuai
    Fauzi Oki
    50% (2)
  • Bolean 1
    Bolean 1
    Документ2 страницы
    Bolean 1
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • Pustaka Panas Dingin
    Pustaka Panas Dingin
    Документ2 страницы
    Pustaka Panas Dingin
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • Mobil
    Mobil
    Документ4 страницы
    Mobil
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • Dynamometer
    Dynamometer
    Документ2 страницы
    Dynamometer
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • TUGAs
    TUGAs
    Документ8 страниц
    TUGAs
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • DAFTAR ISI Panas Dingin
    DAFTAR ISI Panas Dingin
    Документ1 страница
    DAFTAR ISI Panas Dingin
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • ISOMER KONSTITUSI
    ISOMER KONSTITUSI
    Документ9 страниц
    ISOMER KONSTITUSI
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • 11 Thresher
    11 Thresher
    Документ2 страницы
    11 Thresher
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • Revolusi Industri
    Revolusi Industri
    Документ12 страниц
    Revolusi Industri
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • Chaplet Dan Perlakuan Akhir Logam
    Chaplet Dan Perlakuan Akhir Logam
    Документ1 страница
    Chaplet Dan Perlakuan Akhir Logam
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • Pengetahuan Lingkungabn Ojo 2
    Pengetahuan Lingkungabn Ojo 2
    Документ8 страниц
    Pengetahuan Lingkungabn Ojo 2
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • PrinsipPemotonganLogam
    PrinsipPemotonganLogam
    Документ3 страницы
    PrinsipPemotonganLogam
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • Sikap Tubuh Salah Saat Wawancara
    Sikap Tubuh Salah Saat Wawancara
    Документ2 страницы
    Sikap Tubuh Salah Saat Wawancara
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • Ekonomi Hijau
    Ekonomi Hijau
    Документ12 страниц
    Ekonomi Hijau
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • Chaplet Dan Perlakuan Akhir Logam
    Chaplet Dan Perlakuan Akhir Logam
    Документ1 страница
    Chaplet Dan Perlakuan Akhir Logam
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • Kualitas Logam Cair
    Kualitas Logam Cair
    Документ1 страница
    Kualitas Logam Cair
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет
  • Plastik
    Plastik
    Документ5 страниц
    Plastik
    Jack
    Оценок пока нет
  • WUJUD ZAT
    WUJUD ZAT
    Документ5 страниц
    WUJUD ZAT
    Fauzi Oki
    Оценок пока нет