Вы находитесь на странице: 1из 9

ISOLASI SENYAWA PIPERIN DARI BUAH MENGKUDU ISOLATION OF COMPOUNDS PIPERINE FROM JAVA CHILI FRUIT Oleh : M.

Fariz Effendi, Agis M. Pratama, Hendry, Ivo O. Airin, Dhean V. Anggra, Nafilah N. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang Km.21 Jatinangor 45363 Telp. 022 7996200, Fax 022 779 6200 e-mail : farmasiunpad@yahoo.com ABSTRAK Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl.) merupakan tumbuhan tropis asli Asia Tenggara. Bagian yang umumnya digunakan dalam pengobatan adalah buah, daun dan akarnya. Buah cabe jawa mengandung piperine, minyak atsiri, alpha amirin, fenenol, dehydromatricaria ester, cineole, terpinen-4, 1-beta caryophylene,1-quebrachitol. Piperine, senyawa yang diisolasi merupakan senyawa metabolit sekunder golongan alkaloid. Proses yang dilakukan adalah ekstraksi dengan alat Soxhlet, dimana pelarut yang digunakan untuk menyari simplisia adalah etanol 95%. Fraksinasi dilakukan dengan metode Kromatografi Cair Vakum dengan eluennya yaitu n-heksan dan etil asetat dengan berbagai tingkat perbandingan. Hasil ekstraksi dan fraksinasi diuji kandungan senyawanya dengan Kromatografi Lapis Tipis dengan pengembang benzene : etil acetate perbandingan 30 : 70. Pemurnian fraksi dilakukan dengan Kromatografi Kolom. Hasil isolasi diuji dengan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Lapis Tipis 2 Dimensi. Dari hasil isolasi, diperoleh senyawa piperine sebanyak 30mg dengan % rendemen sebesar 0.005%. ABSTRACT Balinese pepper (Piper retrofractum Vahl.) is a native tropical plant of Southeast Asia. The part which is commonly used in treatment is its fruit, leaves and roots. The fruit of Balinese pepper contains piperine, volatile oil, alpha Amirin, fenenol, dehydromatricaria ester, cineole, terpinen-4, 1-beta,1-quebrachitol caryophylene. Piperine, the compound which is isolated, is a secondary metabolite classified as alkaloid. The process done in order to obtain the piperine is extraction with Soxhlet, wherein the solvent used to extract the crude is ethanol 95%. Fractionation was conducted by Vacuum Liquid Chromatography using n-hexane and ethyl acetate eluent with various levels of comparison. The extract and fraction of the compound is tested using Thin Layer Chromatography with benzene: ethyl acetate ratio of 30: 70. Purification of the fraction is done by Chromatography Column. Isolate is tested using Thin Layer Chromatography and Two Dimensional Thin Layer Chromatography. From the isolation, we obtained piperine as much as 30mg with % yield of 0.005%.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabe jawa merupakan tumbuhan asli Indonesia, ditanam di pekarangan, ladang, atau tumbuh liar di tempattempat yang tanahnya dak lembap dan 1

berpasir seperti di dekat pantai atau di hutan sampai ketinggian 600 m dpl. Tumbuhan menahun, batang percabangan liar, tumbuh memanjat; rnelilit, atau melata dengan akar lekatnya, panjangnya dapat mencapai 10 m. Percabangan dimulai dari pangkalnya yang keras dan menyerupai kayu.

Buah cabe jawa dapat digunakan untuk mengatasi kejang perut, muntahmuntah, perut kembung, mulas, disentri, diare, Sukar buang air besar pada penderita penyakit hati, sakit kepala, sakit gigi, batuk, demam, hidung berlendir, lemah syahwat, sukar melahirkan, neurasthenia, dan tekanan darah rendah. Untuk pembuatan suatu produk pemanfaatan tersebut perlu dilakukan langkah awal yakni mendapatkan zat aktif yang memiliki aktivitas sebagai obat dengan menggunakan beberapa metode pemisahan dan pemurnian. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendapatkan senyawa piperin sebagai zat aktif yang terkandung dalam buah cabe jawa (Retrofracti fructus) yang memiliki aktivitas farmakologi. 1.2. Perumusan masalah 1. Apa saja senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia Retrofracti fructus. 2. Apa saja metabolit sekunder yang terdapat dalam simplisia Retrofracti fructus setelah dilakukan ekstraksi dengan alat soxhlet. 3. Bagaimana melakukan pemisahan metabolit sekunder dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Vakum. 4. Bagaimana melakukan pemurnian fraksi serta senyawa apa yang didapatkan dari isolat secara Kromatografi Kolom. 4.1. Maksud dan Tujuan 1. Menentukan metabolit sekunder yang terdapat pada simplisia Retrofracti fructus. 2. Menentukan metabolit sekunder yang terdapat dalam simpilisia Retrofracti fructus.

3. Melakukan pemisahan metabolit sekunder dengan metode Kromatografi Cair Vakum. 4. Melakukan pemurnian fraksi serta senyawa yang didapat dari isolat secara Kromatografi Kolom. 4.1. Manfaat Percobaan ini memiliki manfaat yakni dapat mengetahui cara mengisolasi senyawa metabolit sekunder yang ada pada Piper retrofractum Vahl. pada bagian buahnya, selain itu dapat mengetahui cara pemurnian senyawa skopoletin sebagai zat aktif dalam buah Piper retrofractum Vahl. yang memiliki aktivitas farmakologi, sehingga diharapkan percobaan ini dapat menjadi acuan dalam melakukan percobaan selanjutnya yang terkait dengan simplisia Retrofracti fructus. BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Tinjauan Botani Tanaman Klasifikasi dari tanaman cabe jawa adalah : Kingdom : Plantae Phyllum : Spermatrophyta Kelas : Angiospermae Sub Kelas : Monocotyledonae Ordo : Piperales Famili : Piperaceae Genus : Piper Spesies : Piper retrofractum Vahl. (Rukmana, 2003) 1.2. Tinjauan Kimiawi Tanaman Buah cabe jawa mengan dung zat pedas piperine, chavicine, palmitic acids, tetrahydropiperic acids, 1-undecylenyl-3, 4methylenedioxy benzene, piperidin, minyak atsiri, N-isobutyldeka-trans-2-trans-4dienamide, dan sesamin. Bagian akar mengandung piperine, piplartine, dan piperlonguminine (Dalimartha, 2008). 1.3. Tinjauan Farmakologi Tanaman 2

Buah cabe jawa dapat digunakan untuk mengatasi : Kejang perut, muntah-muntah, perut kembung, mulas Disentri, diare Sukar buang air besar pada penderita penyakit hati Sakit kepala, sakit gigi Batuk, demam Hidung berlendir Lemah syahwat Sukar melahirkan Neurastenia Tekanan darah rendah (Dalimartha, 2008) 1.4. Tinjauan Metode Pemisahan Prinsip penapisan fitokimia adalah mengetahui kandungan metabolit sekunder pada simplisia atau ekstrak dengan memberikan reaksi-reaksi warna atau pembentukan endapan dari masing-masing pereaksi yang digunakan. Penapisan fitokimia meliputi uji alkaloid, flavonoid, triterpenoid, steroid, monoterpen, sesquiterpen, kuinon, saponin dan tanin (Hayani, 2004). Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Penetapan kadar lemak dengan metode soxhlet ini dilakukan dengan cara mengeluarkan lemak dari bahan dengan pelarut anhydrous. Pelarut anhydrous merupakan pelarut yang benarbenar bebas air. Hal tersebut bertujuan supaya bahan-bahan yang larut air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak serta keaktifan pelarut tersebut tidak berkurang. Pelarut yang biasa digunakan adalah pelarut hexana (Darmasih 1997). Sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang dan kemudian dibungkus dengan kertas saring atau ditempatkan dalam thimble (selongsong tempat sampel), di atas 3

sample ditutup dengan kapas. Selanjutnya labu kosong diisi butir batu didih. Fungsi batu didih ialah untuk meratakan panas. Setelah dikeringkan dan didinginkan, labu diisi dengan pelarut anhydrous (Lucas 1949). Pada percobaan ini dilakukan frasksinasi dengan metode Kromatografi Cair Vakum (KCV). Prinsipnya mengisolasi komponen kimia dalam jumlah yang banyak, berdasarkan absorpsi dan partisi, dimana kolom diisi dengan fase diam divakumkan dengan suatu pompa vakum agar eluen dapat turun mengelusi komponen kimia yang selanjutnya keluar sebagai fraksi-fraksi. Prinsip kerjanya adalah memisahkan senyawa yang didasarkan pada kelarutan senyawa yang dipisahkan dalam fase gerak yang digunakan. Fase gerak dengan gradien polaritas diharapkan dapat memisahkan senyawa-senyawa yang memiliki polaritas berbeda. Dengan cara elusi diaktivasi dengan menggunakan vakum. Elusi dilakukan dengan menggunakan fase gerak dengan gradien polaritas dari polaritas paling rendah sampai polaritas yang paling tinggi (Padmawinata, 1995). Selanjutnya untuk mengetahui dan memastikan senyawa dalam isolat murni atau tidak menggunakan prosedur KLT dan KLT 2 arah. KLT 2 arah bertujuan untuk meningkatkan resolusi sampel ketika komponen-komponen solute mempunyai karakteristik kimia yang hampir sama, kemudian bercak dilihat pada fluoresensi ultraviolet untuk melihat bercak senyawa murni yang lebih jelas (Lipsy, 2010). Prinsip kerja dari KLT 2 arah atau 2 dimensi adalah melakukan penotolan sampel di salah satu sudut lapisan lempeng tipis dan mengembangkannya sebagaimana biasa dengan eluen pertama. Lempeng kromatografi selanjutnya dipindahkan dari chamber pengembang dan eluen dibiarkan menguap dari lempeng. Selanjutnya, lempeng dimasukkan dalam chamber yang

menggunakan eluen kedua sehingga pengembangan dapat terjadi pada arah kedua yang tegak lurus dengan arah pengembangan yang pertama. Suksesnya pemisahan tergantung pada kemampuan untuk memodifikasi selektifitas eluen kedua dibandingkan dengan selekifitas eluen pertama yang bertujuan untuk meningkatkan resolusi sampel ketika komponen-komponen solut mempunyai karakteristik kimia yang hampir sama (Adamovics, 1997). BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1. Bahan dan Peralatan Bahan uji adalah simplisia buah mengkudu (Morindae citrifoliae fructus). Bahan kimia yang digunakan adalah pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, pereaksi FeCl3 1 %, lautan KOH 5%, larutan HCl, serbuk Mg, larutan vanilin 10%, pereaksi Liebermann Burchard, larutan H2SO4, etanol 95%, silika gel, etil asetat, nheksan, kloroform dan metanol. Peralatan yang digunakan adalah mortir dan stamper, pipet, cawan, spatel, kapas, maserator, rotavapor, penangas air, alat Kromatografi Cair Vakum, alat Kromatografi Kolom dan plat KLT (silika gel GF254). 3.2 Desain dan Tahapan Praktikum 3.2.1Penapisan a. Pemeriksaan Alkaloid 1 gram simplisia + 10 mL amonia 10%, digerus. Ditambah 5 mL kloroform digerus lagi, disaring dengan pipet yang disumbat dengan kapas, dimasukkan ke tabung reaksi. Filtrat berupa larutan organik digunakan untuk percobaan selanjutnya. Filtrat dibagi menjadi 3 bagian, tabung pertama (uji blanko) tabung raeksi kedua ditetesi pereaksi Dragendorff, terbentuknya warna merah atau jingga coklat menunjukkan adanya alkaloid. Tabung ketiga ditambahkan

pereaksi mayer jika terjadi kekeruhan atau endapan putih menunjukan adanya alkaloid. b. Pemeriksaan Polifenolat 1 gram serbuk simplisia didalam tabung reaksi dididihkan dalam 100 ml air selama 15 menit kemudian didinginkan dan disaring (sebagai Filtrat A). Kemudian kedalam filtrat ditambahkan larutan pereaksi FeCl3 1 %, jika terbentuk warna biru hitam menunjukan adanya senyawa polifenolat. c. Pemeriksaan Tanin Filtrat A + larutan gelatin 1% = endapan putih. d. Pemeriksaan Kuinon Filtrat A + larutan KOH 5% = warna kuning hingga merah. e. Pemeriksaan Saponin Sebanyak 10 ml Filtrat A dikocok secara vertikal didalam tabung reaksi selama 10 detik, jika terbentuk busa setelah ditambahkan HCl dan telah didiamkan selama kurang lebih 10 menit menunjukan adanya senyawa saponin. f. Pemeriksaan Flavonoid 1 gram simplisia + 50ml air panas dididihkan selama 5 menit, disaring. Filtrat + serbuk Mg dan 5 ml HCl 2 N, setelah itu ditambahkan amilalkohol, dikocok kuat-kuat = warna kuning hingga merah. g. Pemeriksaan Monoterpenoid dan Sesquiterpenoid 1 gram simplisia + 5 ml eter,digerus. Dipipet sambil disaring menggunakan pipet yang disumbat dengan kapas (menghasilkan Filtrat B). Filtrat ditempatkan di atas cawan penguap, dibiarkan menguap hingga mengering, setelah mengering diteteskan larutan vanilin 10% dalam H2SO4 pekat melalui pinggir pinggir cawan terbentuknya warna-warna menunjukan adanya senyawa mono dan sesquiterpenoid. h. Pemeriksaan Steroid dan Triterpenoid Filtrat B ditempatkan ke dalam cawan penguap dibiarkan menguap hingga kering, ditambahkan 2-3 tetes pereaksi Liebermann 4

Burchard, jika terbentuk warna ungu menunjukan adanya golongan triterpenoid dan jika terbentuk warna biru hijau maka positif mengandung steroid. 3.2.1 Ekstraksi Ekstraksi dengan alat soxhlet. Tuangkan 250 ml pelarut etanol 95% ke dalam labu alas bulat atau sampai kurang lebih - 2/3 bagian volume labu dan ditambahkan batu didih. Serbuk simplisia sebanyak 50 gram disiapkan dalam kertas saring whatman dan dimasukkan ke dalam tabung soxhlet. Pasang alat soxhlet, tambahkan 50 ml pelarut dari bagian atas tabung soxhlet dan nyalakan heating mantle sampai suhu mencapai titik didih pelarut. Ekstraksi simplisia sampai tetesan pelarut hampir tidak berwarna. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan rotavapor sehingga menjadi ekstrak kental. Ukur volume ekstrak cair yang diperoleh dan dipekatkan dengan rotavapor sehingga diperoleh ekstrak kental. Dilakukan pemeriksaan parameter ekstrak yang meliputi organoleptik, rendemen, bobot jenis, kadar air, pola kromatografi lapis tipis dan pola dinamolisis ekstrak. 3.2.2 Fraksinasi Ekstrak kental di fraksinasi menggunakan kromatografi cair vakum. Kolom untuk kromatografi cair vakum disiapkan. Bagian alasnya dilapisi kertas saring, kemudian kedalamnya dimasukkan penjerap hingga batas tertentu. Kolom didiamkan sambil direndam dengan eluen (pengkondisian kolom). Ekstrak dikeringkan dengan cara digerus bersama-sama dengan silika gel (1:1) kemudian dimasukkan diatas permukaan kolom dengan ketebalan setipis mungkin. Setelah itu dilakukan elusi dengan campuran pelarut n-heksan etil asetat dengan berbagai perbandingan (10:0, 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9, 0:10). Elusi dipercepat dengan cara penghisapanpompo vakum. Fraksi yang

keluar kolom ditampung dan digunakan untuk analisis kromatografi lapis tipis. 3.2.3 Isolasi 4 Larutan pegelusi disiapkan dngan perbandingan antara n-heksan dan etil asetat yaitu 85 : 3. Lalu disiapkan kolom kromatografi yang bagian alasnya telah dilapisi dengan kapas dan dimasukan eluen sekitar 10cm. Selanjutnya penjerap silica gel ditimbang seksama sebanyak 10 gram dan dicampurkan dengan eluen hingga membentuk bubur silica yang homogen. Bubur silica dituangkan kedalam kolom secara perlahan-lahan sambil kolom diketuk agar penjerap mampat. Kelebihan eluen dikeluarkan dengan membuka keran kolom. Kolom terus dielusi dengan eluen hingga diperoleh kolom yang stabil. Sebanyak 1 gram fraksi kental dicampurkan dengan 1gram silica dan dimasukkan kedalam kolom membentuk lapisan tipis merata diatas silica gel. Selanjutnya dilakukan elusi secara perlahan hingga terjadi pemisahan yang baik dan terbentuk pita-pita dalam kolom. Eluat ditampung tiap 5ml kedalam vial. Terakhir, dilakukan monitoring isolate yang diperoleh dengan KLT, dimana isolate yang dimonitor adalah vial ke 1,2,5,10,15,20,25 dan 30. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Hasil dan Pembahasan Praktikum 1.1.1. Hasil a. Penapisan

Pengembang Rf UV 254nm UV 366nm

: n-heksan etil asetat (1:1) : 0,475 : tidak terlihat : bercak biru

1.

c. Fraksinasi 1. Hasil Fraksinasi

b. Ekstraksi 1. Organoleptik Ekstrak Bentuk cair, warna orange kecoklatan, dan rasa pedas. 2. Rendemen Ekstrak Volume ekstrak kental : 2200 ml Berat simplisia awal : 600 g Rendemen ekstrak : 4,8 % b/b 3. Bobot Jenis Ekstrak Kerapatan air : 1,03 g/ml Berat ekstrak : 8,97 g Kerapatan ekstrak : 0,897 g/ml Bobot jenis ekstrak : 0,877 4. Kadar air ekstrak Berat esktrak uji : 2,05 g Volume air : 0,4 ml Kadar air : 19,51 % v/b 5. Pola Dinamolisis Diameter 1 : 4,75 cm Warna :Kuning pucat Diameter 2 : 6,2 cm Warna : Kuning keruh 6. Identifikasi senyawa dengan KLT Fase diam : Silika gel GF 254 6 2. Data RF Penjerap Pengembang : silika gel GF254 : benzene : etil asetat(30:70)

d. Isolasi : : 6,74167 % b/b 1. Data analisis kromatografi kolom : Eluen : n-heksan : etil asetat (85:3) Berat silika : 10 gram Berat cuplikan: 1 gram Jumlah fraksi : 33 vial Berat isolat : 0,03 g Diambil 5 vial yaitu isolat 20, 21, 22, 23, dan 24 yang memiliki Rf yang sama. Kromatografi Lapis Tipis 2 arah Fase diam : Silika Gel GF254 Eluen :

Pengembang 1 = benzen : etil asetat (0,7:30) Pengembang 2 = toluen : etil asetat (10:90) 2. Rendemen Isolat

1.1.2. Pembahasan Hasil Ekstraksi Ektraksi dilakukan dari Simplisia kering tanaman retrofracti fructus(600 gram) yang telah dihaluskan dengan menggunakan alat soxhlet menggunakan pelarut etanol 95%. Kemudian Hasil ekstraksi diuapkan dengan rotary vacuum evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental etanol 40,45 gram. Sehingga Rendemen yang didapat adalah sebesar 6,7416%. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan parameter ekstrak dengan pengujian secara organoleptik, pemeriksaan bobot jenis ekstrak, Kadar air,pola Kromatogram Lapis tipis dan pola dinamolisis.Pada pemeriksaan organoleptis ekstrak berbentuk cairan kental,berwarna orange kecokelatan dan berbau pedas. Bobot jenis ekstrak diteliti dhitung menggunakan piknometer 10mL sehingga ditentukan bobot jenis ekstrak yaitu sebesar 0,877. Kadar Air ekstrak dihitung dengan destilasi toluene yaitu sebesar 19.51% .Pola Kromatografi menunjukkan banyak bercak yang dapat terlihat pada penampang bercak 254nm dan 360nm.Pola dinamolisis terlihat terbentu dua warna yang terbentuk yaitu warna kuning dengan diameter 2.5cm dan warna orange dengan diameter 1cm.

(gambar 2 : Pola Dinamolisis) Ekstrak kental etanol difraksinasi menggunakan metode kromatografi cair kolom vakum dengan eluen n-heksana dan etilasetat dengan berbagai perbandingan ( 100:0 ; 90:10 seterusnya hingga 0:100) sehingga di dapat sebelas fraksi yang berbeda. Fraksi 1 (Kuning muda), Fraksi 2(Kuning Muda), Fraksi 3 ( Orange muda), Fraksi 4 ( orange muda), Fraksi 5 (orange muda), Fraksi 6 (Orange gelap), Fraksi 7 (orange gelap), Fraksi 8 (Orange muda), Fraksi 9 (bening), Fraksi 10 (bening), Fraksi 11 (kuning sangat muda).Masing-masing Fraksi kemudian dianalisis dengan metode kromatografi lapis tipis, penjerap silica gel GF 254, Pelarut campuran benzen dan etil asetat(4:1). Hasil KLT menunjukkan bahwa Bercak yang memiliki Rf sekitar 0,7 adalah fraksi 6,7,8. Karena Dalam literature senyawa Piperin pada penampang bercak 254 memilik Rf 0.7.

(gambar 3: Hasil KLT dari 11 Fraksi) Hasil Pemurnian Fraksi Fraksi 6,7,8 dipisahkan lebih lanjut dengan metode Kromatografi kolom. Eluen yang digunakan adalah n heksan dan etil asetat dengan perbandingan 85:3. Sebanyak 33 fraksi dalam botol vial terbentuk dari pemurnian ini. Kemudian diuji menggunakan kromatografi lapis tipis untuk mengetahui vial mana yang paling murni dengan melihat penampamng bercaknya.Botol vial ke 20,21,22,23,24 karena berada pada Rf yang sama.sehingga dapat disimpulkan bahwa senyawa didala kelima botol vial tersebut sama. Kemudian untuk memastikan bahwa senyawa yang dihasilkan murni dilakukan KLT dua dimensi. Dengan eluen pertama berupa Benzene: etil Asetat (0,7:30) dan Toluen : Etil Asetat (1:9).dan hasilnya nya berupa satu bercak yang menandakan bahwa senyawa tersebut telah murni.

Faktor penghambat selama praktikum dilakukan adalah ketersediaan alat dan bahan terbatas. Alat yang digunakan harus bergantian dengan kelompok lain seperti rotavapor sehingga menghambat proses jalannya praktikum. Selain itu, ada beberapa bahan yang digunakan habis sehingga harus menunggu dan melanjutkan kembali di hari lain. Dalam penentuan Rf kromatografi kolom mengalami banyak kendala yaitu dalam penentuan eluennya. Oleh karena itu, penetuan eluen dilakukan berkali-kali hingga ditemukan Rf yang tepat yang dilakukan di hari lain selain jadwal praktikum. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Senyawa piperin dapat diisolasi dari ekstraksi etanol simplisia Retrofracti fructus( cabe jawa ) dengan menggunakan metode kromatografi kolom.Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut yang lebih mendalam untuk mengidentifikasi secara instrumental apakah senyawa yang didapat adalah piperin. 4.2. Saran Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada para Dosen pembimbing praktikum serta asisten laboratorium yang telah membantu kami dalam menyelesaikan penelitian ini. Departemen Kesehatan RI.2008. Farmakope Herbal Indonesia Jilid I.Departemen Kesehatan Republik Indonesia:Jakarta Nurhayati, Siti.1992.Identifikasi secara KLT terhadap Buah Cabe Jawa (Retrofracti fructus).Warta Tumbuhan Obat Indonesia Wagner,Hilderbert H.1996.Plant Drug Analysis : A thin Cromathography Atlas.Michigan: Springer 8

(gambar 4 : penampang bercak di 360nm KLT 2 dimensi ) 1.2. Faktor Pendukung dan Penghambat 4.2.1 Faktor Pendukung Faktor pendukung selama praktikum adalah alat dan bahan yang disediakan laboratorium cukup tersedia sehingga membantu dalam proses praktikum. Selain itu, selama praktikum asisten laboratorium cukup membantu setiap ada permasalahan yang terjadi selamap raktikum. 4.2.2 Faktor Penghambat

DAFTAR PUSTAKA Adamovics, J.A. 1997. Chromatographic Analysis of Pharmaceuticals 2nd Edition. New York: Macel Dekker. Dalimartha, dr. Setiawan. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Depok. Trubus Agriwidya. Darmasih. 1997. Prinsip Soxhlet. Available online at http://litbang.deptan.go.id/user/ ptek97-24.pdf. (diakses tanggal 24 Mei 2013) Hayani, Eni dan Titjah Fatimah. 2004. Identifikasi Komponen Kimia dalam Mengkudu.Tersedia di : http://balitnak.litbang.deptan.go.id/in dex.php/index.php?option=com_ phocadownload&view=category&id=6 8:3&download=1122:3&start=20&Ite mid=10 (diakses tanggal 20 Mei 2013). Henrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., dan Williamson, E.M. 2010. Farmakognosi dan Fitoterapi. Jakarta: EGC. Lipsy, P. 2010. Thin Layer Chromatography Charaterization of the Ingrediets in Excedrin and Anacin. USA: Departement of Chemistry and Chemical Biology and Stevens Institute of Thecnology. Lucas, Howard J, David Pressman. 1949. Principles and Practice In Organic Chemistry. New York: John Wiley and Sons, Inc. Padmawinata,K. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: Penerbit ITB. Rukmana, H. Rahmat. 2003. Cabai Jawa Potensi dan Khasiatnya Bagi Kesehatan. Yogyakarta. Canisius.

Вам также может понравиться