Вы находитесь на странице: 1из 8

KEBUTUHAN SEKSUAL Definisi kebutuhan seksualitas Merupakan kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan 2 individu secara pribadi

i yg saling menghargai, memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan timbal balik antara kedua individu tersebut. seksualitas meliputi bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunuksikan perasaan tersebut terhadap orang lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti, sentuhan, ciuman, pelukan, senggama, atau melalui perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, etiket, berpakaian, dan perbendaharaan kata. Raharjo (1999) menjelaskan bahwa seksualitas merupakan suatu konsep, kontruksi sosial terhadap nilai, orientasi, dan perilaku yang berkaitan dengan seks.

Penyimpangan seksual pada orang dewasa Beberapa bentuk penyimpangan seksual atau deviasi seksual yang dapat dijumpai di masyarakat antara lain: 1. Pedofilia. Kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan objek anak-anak. Penyimpangan ini ditandai dengan adanya fantasi berhubungan seksual dengan anak dibawah usia pubertas. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kelainan mental, seperti shizofrenia, sadisme organik, atau gangguan kepribadian organik. 2. Eksibisionisme. Kepuasan seksual dicapai dengan cara mempertontonkan alat kelamin di depan umum. Hal ini biasanya dilakukan secara mendadak di hadapan orang yang tidak dikenal, namun tidak ada upaya untuk melakukan hubungan seksual. 3. Fetisisme. Kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan benda seks seperti sepatu tinggi, pakaian dalam, stocking, atau lainnya. Disfungsi ini dapat disebabkan antara lain karena eksperimen seksual yang normal dan bedah pergantian alat kelamin. 4. Transvestisme. Kepuasan seksual dicapai dengan memakai pakaian lawan jenis dan melakukan peran seks yang berlawanan, misalnya pria yang senang menggunakan pakaian dalam wanita. 5. Transeksualisme. Bentuk penyimpangan seksual ditandai dengan perasaan tidak senang terhadap alat kelaminnya, adanya keinginan untuk berganti kelamin.

6. Voyerisme/Skopofilia. Kepuasan seksual dicapai dengan melihat alat kelamin orang lain atau aktivitas seksual yang dilakukan orang lain. 7. Masokisme. Kepuasan seksual dicapai melalui kekerasan atau disakiti terlebih dahulu secara fisik atau psikologis. 8. Sadisme. Merupakan lawan dari masokisme. Kepuasan seksual dicapai dengan menyakiti objeknya, baik secara fisik maupun psikologis (dengan menyiksa pasangan). Hal tersebut dapat disebabkan antara lain karena perkosaan dan pendidikan yang salah. 9. Homoseksual dan Lesbianisme. Penyimpangan seksual yang ditandai dengan ketertarikan secara fisik maupun emosi kepada sesama jenis. Kepuasan seksual dicapai melalui hubungan dengan orang berjenis kelamin sama. 10. Zoofilia. Kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan objek binatang. 11. Sodomi. Kepuasan seksual dicapai dengan hubungan melalui anus. 12. Nekropilia. Kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan objek mayat. 13. Koprofilia. Kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan objek feses. 14. Urolagnia. Kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan objek urine yang diminum. 15. Oral Seks/Kunilingus. Kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan mulut pada alat kelamin wanita. 16. Felaksio. Kepuasan seksual dicapai dengan menggunakan mulut pada alat kelamin laki-laki. 17. Froterisme/Friksionisme. Kepuasan seksual dicapai dengan cara menggosokkan penis pada pantat wanita atau badan yang berpakaian di tempat yang penuh sesak manusia. 18. Goronto. Kepuasan seksual dicapai melalui hubungan dengan lansia. 19. Frottage. Kepuasan seksual dicapai dengan cara meraba orang yang disenangi tanpa diketahui lawan jenis. 20. Pornografi. Gambar/tulisan yang dibuat secara khusus untuk memberi rangsangan seksual (Maramis WF, 2004)

Bentuk abnormalitas seksual

Banyak dorongan seksual abnormal yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi seksual atau terjadinya abnormalitas seksual. Beberapa bentuk abnormalitas seksual akibat dorongan seksual abnormal antara lain: 1. Prostitusi. Bentuk penyimpangan seksual dengan pola dorongan seks yang tidak wajar dan tidak terintegrasi dalam kepribadian, sehingga relasi seks bersifat impersonal, tanpa adanya afeksi dan emosi yang berlangsung cepat, dan tanpa adanya orgasme pada wanita. Kejadian ini dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki, prostitusi disebabkan karena keinginan mencari variasi dalam seks, iseng, dan ingin menyalurkan kebutuhan seksual. Pada wanita, kejadian ini dapat disebabkan oleh faktor ekonomi, adanya disorganisasi kehidupan keluarga, dan adanya nafsu seks yang abnormal. 2. Perzinahan. Bentuk relasi seksual antara laki-laki dan wanita yang bukan suami atau istri. Perzinahan pada wanita baru mengarah kehubungan seksual dengan laki-laki lain setelah adanya relasi emosional atau afeksional yang sangat kuat. Pada pria, perzinahan biasanya disebabkan oleh rasa iseng atau dorongan untuk memuaskan seks secara sesaat. 3. Frigiditas. Merupakan ketidakmampuan wanita mengalami hasrat seksual atau orgasme selama senggama. Frigiditas ditandai dengan berkurangnya atau

ketidaktertarikan sama sekali pada hubungan seksual atau tidak mampu menghayati orgasme dalam koitus (hubungan intim). Beberapa faktor yang menyebabkan frigiditas adalah kelainan dalam rahim atau vagina, adanya hubungan yang tidak baik dengan suami, rasa cemas, bersalah, atau takut. 4. Impotensi. Ketidakmampuan pria untuk melakukan relasi seks atau senggama atau ketidakmampuan pria dalam mencapai atau mempertahankan ereksi. Gangguan ini banyak disebabkan oleh faktor psikologis, seperti kecemasan atau ketakutan, pengalaman buruk masa lalu, dan persepsi seks yang salah. 5. Ejakulasi Prematur. Merupakan kondisi dimana terjadinya pembuangan sperma yang terlalu dini sebelum zakar melakukan penetrasi dalam liang senggama atau berlangsung ejakulasi beberapa detik sesudah penetrasi. Masalah ini umumnya disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri serta kegagalan dalam membangun hubungan suami istri.

6. Vaginismus. Peristiwa yang ditandai dengan kejang yang berupa penegangan atau pengerasan yang sangat menyakitkan pada vagina atau kontraksi yang sangat kuat sehingga penis terjepit dan tidak bisa keluar. Hal ini dapat disebabkan oleh kelainan organis dan psikologis (ketakutan). 7. Dispareunia. Keadaan yang ditandai dengan timbulnya kesulitan dalam melakukan senggama atau perasaan sakit pada saat koitus. Kejadian ini dapat terjadi pada saat sperma keluar, karena kurangnya cairan vagina, dan lain-lain. 8. Anorgasme. Kondisi kegagalan dalam mencapai klimaks selama bersenggama, biasanya bersifat psikis, ditandai dengan pengeluaran sperma tanpa mengalami puncak kepuasan. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor psikis atau adanya faktor organik seperti ketidakmampuan penetrasi untuk memberi rangsangan atau vagina yang longgar. 9. Kesukaran Koitus Pertama. Keadaan dimana terjadi kesulitan dalam melakukan koitus pertama dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan diantara pasangan, adanya ketakutan atau rasa cemas dalam berhubungan seks, dan lain-lain. Faktor faktor yang mempengaruhi masalah seksual 1. Pertimbangan Perkembangan Proses perkembangan manusia mempengaruhi aspek psikososial, emosional dan biologik kehidupan yang selanjutnya akan mempengaruhi seksualitas individu Hanya aspek seksualitas yang telah dibedakan sejak fase konsepsi 2. Kebiasaan Hidup Sehat dan Kondisi Kesehatan Tubuh, jiwa dan emosi yang sehat merupakan persyaratan utama untuk dapat mencapai kepuasan seksual Trauma atau stress dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan kegiatan atau fungsi kehidupan sehari-hari yang tentunya juga mempengaruhi ekspresi seksualitasnya, termasuk penyakit Kebiasaan tidur, istirahat, gizi yang adekuat dan pandangan hidup yang positif mengkontribusi pada kehidupan seksual yang membahagiakan

3. Peran dan Hubungan

Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangat mempengaruhi kualitas hubungan seksualnya

Cinta dan rasa percaya merupakan kunci utama yang memfasilitasi rasa nyaman seseorang terhadap seksualitas dan hubungan seksualnya dengan seseorang yang dicintai dan dipercayainya Pengalaman dalam berhubungan seksual seringkali ditentukan oleg dengan siapa individu tersebut berhubungan seksual

4. Konsep Diri

Pandangan individu terhadap dirinya sendiri mempunyai dampak langsung terhadap seksualitas

5. Budaya, Nilai dan Keyakinan


Faktor budaya, termasuk pandangan masyarakat tentang seksualitas dapat mempengaruhi individu Tiap budaya mempunyai norma-norma tertentu tentang identitas dan perilaku seksual Budaya turut menentukan lama hubungan seksual, cara stimulasi seksual dan hal lain terkait dengan kegiatan seksual

6. Agama

Pandangan agama tertenmtu yang diajarkan, ternyata berpengaruh terhadap ekspresi seksualitas seseorang Berbagai bentuk ekspresi seksual yang diluar kebiasaan, dianggap tidak wajar Konsep tentang keperawanan dapat diartikan sebagai kesucian dan kegiatan seksual dianggap dosa, untuk agama tertentu

7. Etik

Seksualitas yang sehat menurut Taylor, Lilis & Le Mone (1997) tergantung pada terbebasnya individu dari rasa berssalah dan ansietas Apa yang diyakini salah oleh seseorang, bisa saja wajar bagi orang lain

Proses keperawatan pada masalah kebutuhan seksualitas A. Pengkajian : Perawat menghubungkan riwayat seksual klien dengan kategori berikut : klien yang menerima pelayanan kesehatan untuk kehamilan, infertilitas, kontrasepsi , atau klien yang mengalami PMS (penyakit menular seksual) klien yang sakit atau yang sedang mendapat terapi yang kemungkinan dapat mempengaruhi fungsi seksualnya (misalnya klien dengan penyakit jantung, DM, d11) klien yang secara jelas mempunyai masalah seksual

Pengkajian seksual mencakup : Riwayat kesehatan seksual -pertanyaan yang berkaitan dengan seks untuk menentukan apakah klien mempunyai masalah atau kekhawatiran seksual. -merasa malu atau tidak mengetahui bagaimana cara mengajukan pertanyaan seksual secara langsung ( pertanyaan isyarat )

Pengkajian fisik inspeksi dan palpasi Beberapa riwayat kesehatan yang memerlukan pengkajian fisik misalnya riwayat PMS, infertilitas, kehamilan, adanya sekret yang tidak normal dari genital, perubahan warna pada genital, gangguan fungsi urinaria, dll.

Identifikasi Klien yang beresiko mengalami gangguan seksual misalnya : adanya gangguan struktur atau fungsi tubuh akiba trauma, kehamilan, setelah melahirkan, abnormalitas anatomi genital riwayat penganiayaan seksual, penyalahgunaan seksual kondisi yang tidak menyenangkan seperti luka bakar, tanda lahir, skar (masektomi) dan adanya ostomi pada tubuh terapi medikasi spesifik yang dapat menyebabkan masalah seksual; kurangnya pengetahuan/salah informasi tentang fungsi dan ekspresi seksual gangguan aktifitas fisik sementara maupun permanen ; kehilangan pasangan konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadidengan aturan religi

Perlu dikaji berbagai mekanisme koping yang mungkin digunakan klien untuk mengekspresikan masalah seksualnya, antara lain : 1. Fantasi, mungkin digunakan untuk meningkatkan kepuasan sekasual 2. Denial, mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik atau ketidakpuasan seksual 3. Rasionalisasi, mungkin digunakan untuk memperoleh pembenaran atau penerimaan tentang motif, perilaku, perasaan dan dorongan seksual 4. Menarik Diri, mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan lemah, perasaan ambivalensi terhadap hubungan intim yang belum terselesaikan secara tuntas

B. diagnose keperawatan 1. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan (b.d - ketakutan tentang kehamilan efek antihipertensi depresi terhadap kematian atau perpisahan dengan pasangan

2. Disfungsi seksual b.d cedera medulla spinalis penyakit kronis nyeri ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti 3. Gangguan citra tubuh b.d efek masektomi atau kolostomi yang baru dilakukan disfungsi seksual perubahan pasta persalinan

4. Gangguan harga diri b.d kerentanan yang dirasakan setelah mengalami serangan infark miokardium pola penganiayaan ketika masih kecil

Masalah seksual juga dapat menjadi etiologi diagnosa keperawatan yang lain misalnya : Kurang pengetahuan (mengenai konsepsi, kontrasepsi, perubahan seksual normal) b.d salah informasi dan mitos-mitos seksual Nyeri b.s tidak adekuatnya lubikasi vagina atau efek pembedahan genital cemas b.d kehilangan fungsi seksual

C. Perencanaan eperawatan Tujuan yang akan dicapai terhadap masalah seksual yang dialami klien, mencakup : " mempertahankan, memperbaiki atau meningkatkan kesehatan seksual meningkatkan pengetahuan seksualitas dan kesehatan seksual mencegah terjadinya atau rnenyebarnya PMS mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan meningkatkan kepuasan terhadap tingkat fungsi seksual memperbaiki konsep seksual diri

D. implementasi promosi kesehatan seksual (penyuluhan) / pendidikan kesehatan. Perawat : ketrampilan komunikasi yang baik, lingkungan dan waktu yang mendukung privasi dar kenyamanan klien.

Topik tentang penyuluhan tergantung karakteristik dan faktor yang berhubungan (pendidikan tentang perkembangan normal pada anak usia todler, kontrasepsi pada klien usia subur, serta pendidikan tentang PMS pada klien yang memiliki pasangan seks lebih dari satu.) Rujukan mungkin diperlukan

E. Evaluasi Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan. Jika tidak tercapai, perawat seharusnya mengeksplorasi alasan-alasan tujuan tersebut tidak tercapai. Pengungkapan klien atau pasangan, klien dapat diminta mengungkapkan kekuatiran, dan menunjukkan faktor risiko, isyarat perilaku seperti kontak mata, atau postur yang menandakan kenyamanan atau kekuatiranklien, pasangan dan perawat mungkin hams mengubah harapan atau menetapkan jangka waktu yang lebih sesuai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Komunikasi terbuka dan harga diri yang positif

Вам также может понравиться