Вы находитесь на странице: 1из 3

ALGORITMA TATALAKSANA KEJANG kejang

Airway: Baringkan pasien di tempat yang datar, atau posisikan miring (dekubitus lateral kiri) jika memungkinkan. Kontrol jalan nafas. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, pasang ET atau lakukan trakeostomi jika memang diperlukan. Dapat diletakkan karet di antara rahang. Breathing: Periksa apakah ada gangguan atau tidak pada pernafasan pasien dengan melakukan inspeksi, palpasi, perkusi , dan auskultasi pada dada pasien. Bandingkan simetrisitas kedua hemithorax. Berikan bantuan ventilasi tekanan positif dan oksigenasi untuk mencegah terjadinya gagal nafas. Pertimbangkan cara pemberian oksignasi. Circulation: Periksa tanda vital, terutama tekanan darah dan heart rate dari pasien. Pasang IV line untuk jalur pemberian obat-obatan dan ambil darah untuk memeriksa glukosa darah secara cepat dan pemeriksaan laboratorium. Jika hipoglikemia glukosa 50% 50cc dengan atau tanpa thiamin 100 mg Disability: Periksa simetrisitas dan refleks pupil pada pasien. Hati-hati dengan fotosensitifitas pada pasien, jangan terlalu lama memanipulasi pasien. Periksa kesadaran pasien dengan menggunakan penilaian AVPU atau GCS. Exposure: Berikan kehangatan pada pasien, cegah terjadinya hipotermia.

Mulai terapi antikonvulsi (lihat bagan dibawah) sambil evaluasi singkat untuk mencari etiologi memonitor EKG dan pernafasan koreksi jika ada komplikasi Evaluasi singkat: o Epilepsi? o Trauma? o Tanda neurologi fokal? o Infeksi, penyakit hati/ginjal, narkoba

Farmakologi obat-obat yang digunakan untuk mengatasi kejang:


Diazepam. Dipergunakan sebagai terapi spasme tetanik dan kejang tetanik. Mendepresi semua tingkatan sistem saraf pusat, termasuk bentukan limbik dan retikular, mungkin dengan meningkatkan aktivitas GABA, suatu neurotransmiter inhibitori utama. o Dosis dewasa: Spasme ringan: 5-10 mg oral tiap 4-6 jam apabila perlu Spasme sedang: 5-10 mg i.v apabila perlu Spasme berat: 50-100 mg dalam 500 ml D5, diinfuskan 40 mg per jam o Dosis pediatrik: Spasme ringan: 0,1-0,8 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiga kali atau empat kali sehari. Spasme sedang sampai berat: 0,1-0,3 mg/kg/hari i.v tiap 4 sampai 8 jam o Kontraindikasi: Hipersensitivitas, glaukoma sudut sempit. o Interaksi: Toksisitas benzodiazepin pada sistem saraf pusat meningkat apabila dipergunakan bersamaan dengan alkohol, fenothiazin, barbiturat, dan MAOI; cisapride dapat meningkatkan kadar diazepam secara bermakna. o Kehamilan: Kriteria D-tidak aman pada kehamilan

o Perhatian: Hati-hati pada pasien yang mendapatkan depresan sistem saraf pusat yang lain, pasien dengan kadar albumin yang rendah atau gagal hati karena, toksisitas diazepam dapat meningkat. Fenitoin. Fenitoin efektif pada kejang tonik-klonik dan kejang fokal (partial). Obat ini memiliki indeks terapi yang sempit serta hubungan antara dosis dan kadar plasma tidak linier. Pada sebagian pasien peningkatan dosis yang kecil dapat menyebabkan peningkatan kadar plasma yang besar dan menimbulkan efek samping toksik yang akut. Bila hanya tersedia sediaan parenteral, fosfofenitoin, suatu pro-drug dari fenitoin, dapat diberikan dengan mudah. Fenitoin hanya dapat diberikan secara intravena, sedangkan fosfofenitoin dapat pula diberikan secara injeksi intramuskular. o Dosis: Oral: dosis awal 3-4 mg/kg bbi hari atau 150-300 mg/hari, dosis tunggal atau terbagi 2 kali sehari. Dapat dinaikkan bertahap. Lazim: 300-400 mg/hari, maksimal 600 mg/hari. Pediatrik: 5-8 mg/kg bb/hari, dosis tunggal/terbagi 2 kali sehari. Status epileptikus: intravena lambat atau infus, 15 mg/kg bb, kecepatan maksimal 50 mg/menit (loading dose). Pemeliharaan: sekitar 100 mg diberikan sesudahnya, interval 6-8 jam. Monitor kadar plasma. Pengurangan dosis berdasar berat badan. o Indikasi: kejang, semua jenis epilepsi, kecuali petit mal; status epileptikus. o Peringatan: gangguan hati, hamil, menyusui, penghentian obat mendadak; hindari pada porfiria. o Efek samping: gangguan saluran cerna, pusing, nyeri kepala, tremor, insomnia, neuropati perifer, hipertrofi gingiva, ataksia, bicara talc jelas, nistagmus, penglihatan kabur, ruam, akne, hirsutisme, demam, hepatitis, lupus eritematosus, eritema multiform, efek hematologik (leukopenia, trombositopenia, agranulositosis). Fenobarbital. Dosis obat harus sedemikian rendah sehingga tidak menyebabkan depresi pernafasan. Jika pada pasien terpasang ventilator, dosis yang lebih tinggi diperlukan untuk mendapatkan efek sedasi yang diinginkan. o Dosis dewasa: 1 mg/kg i.m tiap 4-6 jam, tidak melebihi 400 mg/hari o Dosis pediatrik: 5 mg/kg i.v/i.m dosis terbagi 3 atau 4 hari hari. o Kontraindikasi: Hipersensitifitas, gangguan fiingsi hati, penyakit paruparu berat, dan pasien nefritis. o Interaksi: dapat menurunkan efek kloranfenikol, digitoksin, kortikosteroid, karbamazepin, teofilin, verapamil, metronidazol, dan antikoagulan (pasien yang telah mendapatkan antikoagulan hams ada penyesuaian dosis; pemberian bersamaan dengan alkohol dapat menyebabkan efek aditif ke sistem saraf pusat dan kematian; kloramfenikol, asam valproat, dan MAOi dapat menyebabkan meningkatnya toksisitas fertobarbital: rifampisin dapat menunmkan efek fenobarbital; induksi enzim mikrosomal dapat rncnurunkan efek kontrasepsi oral pada wanita. o Kehamilan: Kriteria D-tidak aman pada kehamilan o Perhatian: Pada terapi jangka panjang, monitor fungsi hati, ginjal dan sistem hematopoitik; hati-hati pada demam, diabetes mellitus, anemia berat, karena efek samping dapat terjadi; hati-hati pada miastenia gravis dan miksedema.

Вам также может понравиться