Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KATA PENGANTAR
Sejak tahun 2011 yang lalu, Kementerian Pekerjaan Umum c.q. Direktorat Jenderal Penataan Ruang telah menginisiasi lahirnya Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) sebagai salah satu bentuk implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota/Kabupaten dengan melibatkan partisipasi aktif pemangku kepentingan pada aras lokal untuk meningkatkan kualitas ruang perkotaan. Pada tahun 2011, P2KH diawali dengan penandatanganan Piagam Komitmen Kota Hijau dan penyusunan Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH) oleh 60 Kota/Kabupaten peserta. Tahun 2012 dilanjutkan dengan implementasi RAKH, penyusunan peta komunitas hijau, penyusunan masterplan ruang terbuka hijau dan implementasi taman ramah lingkungan. Tahun 2013 merupakan kelanjutan dari pelaksanaan tahun 2011 dan 2012 dengan spektrum atribut yang lebih luas untuk mulai diwujudkan secara bertahap, tidak sebatas pada 3 (tiga) atribut yang diprioritaskan sebelumnya, yakni green open space, green community serta green planning and design.
Untuk mencapai tujuan pelaksanaan P2KH tahun 2013 tersebut, diperlukan manual yang bersifat operasional yang memuat antara lain: tata cara atau mekanisme pelaksanaan kegiatan, substansi teknis kegiatan, dan standar kualitas output, yang kesemuanya dituangkan dalam Manual Kegiatan P2KH 2013.
Manual Kegiatan P2KH ini pada dasarnya merupakan perbaikan dan pengayaan substantif dari Manual P2KH 2012 yang terdiri atas 6 (enam) kegiatan pokok, yaitu: (1) penyempurnaan Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH), (2) penyusunan Masterplan RTH perkotaan, (3) penyusunan Detail Engineering Design (DED) Taman Kota Hijau, (4 peningkatan kuantitas dan kualitas RTH perkotaan, (5) supervisi peningkatan kuantitas dan kualitas RTH Perkotaan, dan (6) kegiatan Forum Komunitas Hijau (FKH). Akhir kata, semoga Manual ini benar-benar dapat menjadi pemandu pelaksanaan kegiatan P2KH tahun 2013 bagi Kota/Kabupaten, komunitas hijau dan masyarakat luas, secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel, sehingga hasil yang dicapai pada akhirnya dapat dinikmati dan dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. Jakarta, Maret 2013
Dadang Rukmana Direktur Perkotaan Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI I. PENYEMPURNAAN RENCANA AKSI KOTA HIJAU (RAKH)
i ii I
II.
II
II.A III.B
III.
IV
V VI VI.A VI.B
VI.C
VI.D VI.D.1 VI.D.2 VI.D.4
ii
PHOTO
DAFTAR ISI
BAB I PENGANTAR BAB II PRINSIP P2KH BAB III MUATAN RAKH BAB IV JADWAL KEGIATAN BAB V PENYAJIAN RAKH I.1 I.1 I.2 I.5 I.6
I. PENGANTAR
P2KH dipahami sebagai sebuah instrumen untuk mewujudkan amanat UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR), yaitu untuk
mweujudkan
kualitas
penataan
ruang
wilayah
nasional,
provinsi,
dan
kota/kabupaten yang aman, produktif dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Selain itu, P2KH juga perlu dipahami sebagai suatu program kolabiratif dengan inisiatif utama dari pemerintah kota/kabupaten yang difasilitasi oleh pemerintah pusat.
II PRINSIP P2KH
1. KEMANDIRIAN Setelah pelaksanaan P2KH, kota/kabupaten diharapkan dapat mandiri, terutama dalam hal pendanaan program kota hijau.
2. KEBERLANJUTAN P2KH diharapkan dapat terus berlanjut dengan program penambahan RTH, pembentukan forum komunitas hijau, penjabaran masterplan RTH serta programprogram kota hijau lainnya.
3. KEBERAGAMAN P2KH yang awalnya terfokus pada tiga atribut kota hijau, harus dapat dilanjutkan dengan fokus yang lebih beragam pada lima atribut lainnya, dengan menampilkan potensi kearifan lokasi masing-masing kota/kabupaten (local site spesific)
I.1
I.2
3.
Bertujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) sesuai dengan karakteristik kota/kabupaten melalui berbagai macam strategi untuk mencapai target RTH minimal 30% sesuai yang
Bertujuan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat atau komunitas dan institusi swasta dalam perwujudan pengembangan kota hijau. Contoh kegiatan terkait atribut ini adalah penyusunan peta komunitas hijau yang melibatkan komunitas hijau, sosialisasi program kota hijau (green campaign) kepada masyarakat, pelibatan institusi pendidikan melalui program sekolah hijau dan kampus hijau.
I.3
3.2 Cakupan dan Muatan Kegiatan Upscaling A. Green Transportation Merencanakan dan menerapkan transportasi yang bekelanjutan, yaitu : 1. Jalur Sepeda menghubungkan taman-taman kota 2. Fasilitas Sepeda Sewa (Bike Sharing) di taman-taman kota B. Green Waste Menerapkan pronsip-prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycling), yaitu : - Pembuatan Sistem Komposting di taman kota C. Green Water Meningkatkan efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya air, yaitu : - Penerapan konsep zero run-off di taman kota/halaman RTH privat D. Green Building Merencanakan dan menerapkan konsep ramah lingkungan pada bangunan, yaitu : - Pembuatan taman vertikal (vertical garden) di taman kota E. Green Energy Menerapkan dan memanfaatkan sumber enrgi yang efisien dan ramah lingkungan. Misalnya penggunaan listrik tenaga surya untuk lampu penerangan jalan umum, listrik tenaga angin, dsb. Setiap Kota/Kabupaten diarahkan mengembangkan minimal 1 (satu) kegiatan upscaling sesuai potensi lokasi (local site spesific) masing-masing. 3.3 Komitmen Daerah Terhadap RAKH Identifikasi bentuk komitmen daerah terhadap tindak lanjut dari RAKH yang telah disusun, meliputi : a. Sharing pembiayaan APBD tahun anggaran 2013-2017 terhadap perwujudan kota hijau b. Pembentukan tim swakelola P2KH kota/kabupaten (lintas SKPD). Sebagai koordinator penyusunan Rencana Aksi Kota Hijau, dapat ditunjuk Bappeda atau institusi yang membidani tata ruang di masing-masing kota/kabupaten. I.4
8 9 1 0
I.5
V. PENYAJIAN RAKH
Buku RAKH diharuskan mengikuti urutan penyajian sebagai berikut : A. COVER DEPAN B. COVERING LETTER C. BAGIAN I FORM F1, F2, F3 1. FORM F1 2. FORM F2 3. FORM F3 4. LAMPIRAN PASAL DALAM PERDA/RAPERDA RTRW YANG MEMUAT SUBSTANSI TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU 5. TABEL RTH EKSISTING & RENCANA 6. TABEL INDIKATOR PROGRAM PENAMBAHAN RTH JANGKA PENDEK (20132017) 7. PETA SEBARAN RTH EKSISTING 2013 8. PETA RTH RENCANA 2032 9. PETA UP-SCALING EKSISTING 2013 10. PETA UP-SCALING RENCANA 2017 D. BAGIAN II KETERSEDIAAN LAHAN YANG AKAN DIKEMBANGKAN SEBAGAI RTH 1. FORM F7 2013 2. Bukti Kepemilikan Lahan oleh Pemerintah Daerah 3. Surat Keputusan (SK) Kepala Daerah Tentang Penetapan Lokasi sebagai RTH E. LAMPIRAN 1. LAMPIRAN I STATUS RTRW 2. LAMPIRAN II PROGRAM TERKAIT KOTA HIJAU 3. LAMPIRAN III SURAT PERNYATAAN ALOKASI DANA SHARING 2013 4. LAMPIRAN IV SK TIM SWAKELOLA P2KH 2013 5. LAMPIRAN V PETA KOMUNITAS HIJAU F. COVER BELAKANG
I.6
A . COV E R D E PA N - B E L A KA NG
Cover Depan & Belakang mengikuti Template/Contoh yang diberikan sebagai berikut :
I.7
B . COV E RING L E T T E R
Pernyataan Komitmen Atas Rencana Aksi Kota Hijau (RAKH) 2013 yang ditandatangani Walikota/Bupati
I.8
C . BAG IA N I FO RM F1 DA N F2 1. FO RM F 1
I.9
1. FO RM F1 ( L A NJUTAN)
I.10
1. FO RM F 1 ( L A NJUTAN)
I.11
I.12
7 Diisi dengan tujuan, kebijakan atau strategi penataan ruang di dalam RTRW yang terkait dengan pengembangan kota hijau. Kebijakan dan strategi yang dicantumkan hanya yang berkaitan langsung dengan perwujudan kota hijau.
8 Diisi dengan bentuk karakteristik alam dan kondisi geografis-topografi kota/kabupaten: a. Jika merupakan daerah pesisir, beri tanda silang pada kotak di depan kata Pesisir b. Jika merupakan daerah dataran, beri tanda silang pada kotak di depan kata Dataran c. Jika merupakan daerah pegunungan, beri tanda silang pada kotak di depan kata Pegunungan 9 Diisi dengan jenis sektor unggulan yang memberikan kontribusi paling besar dalam PDRB kota/kabupaten, ditambahkan pula persentasenya terhadap total PDRB kota/kabupaten. 10 Diisi dengan jumlah penduduk berdasarkan data sensus terakhir (Tahun 2010) dari Badan Pusat Statistik (BPS). Kepadatan penduduk diisi dengan jumlah penduduk (jiwa) berbanding dengan luas wilayah kota, dalam kilometer persegi (km2). a. Untuk kota, diisi dengan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk dalam jiwa/km2 ; b. Untuk kabupaten diisi dengan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk dalam jiwa/km2 wilayah keseluruhan kabupaten; c. Khusus untuk kabupaten, diisi dengan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk dalam jiwa/km2 wilayah kawasan perkotaan yang merupakan ibukota kabupaten; d. Khusus untuk kabupaten, diisi dengan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk dalam jiwa/km2 wilayah kawasan perkotaan yang merupakan kawasan strategis ekonomi. Salah satu kawasan strategis ekonomi di wilayah kabupaten yang akan diprioritaskan pengembangan RTHnya. Untuk kabupaten, kedua kawasan perkotaan pada point 10a dan 10b harus diisi, bukan dipilih salah satu.
I.13
b.
c.
13 Diisi dengan indikator program penambahan RTH (sesuai yang tercantum dalam Masterplan RTH perkotaan) jangka pendek (2013-2017) : Salah satu lokasi yang akan dikembangkan sebagai lokasi penambahan RTH pada tahun 2013 dijelaskan lebih lanjut dalam Form F7.
I.14
I.15
I.16
2. FO RM F2
I.17
I.18
I.19
3. FO RM F3
I.20
I.21
I.22
I.23
I.24
8 . P E TA RT H RE NC A NA 2032
Kota : 1 Peta, meliputi seluruh wilayah administrasi kota Kabupaten : 2 Peta, meliputi kawasan ibukota kabupaten dan kawasan strategis ekonomi
I.25
I.26
I.27
I.28
I.29
2. B U KT I KE P E M IL IKA N L A H A N O L E H P E M E RINTA H DA E RA H
I.30
I.31
E . L A M P IR A N 1. L A M P IRA N I STAT US RT RW
- Lembar Pertama Perda RTRW, atau - Surat Pernyataan/Keterangan dari Kepala Daerah bahwa RTRW sedang dalam Proses Legalisasi
I.32
I.33
I.34
I.35
I.36
II
II.A
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Maksud dan Tujuan I.3 Ruang Lingkup I.4 Keluaran I.5 Jadwal Pelaksanaan BAB II MUATAN MASTER PLAN RTH PERKOTAAN II.1 Gambaran Umum Kota (Profil Kota/Kabupaten) II.2 Identifikasi dan Evaluasi RTH Kawasan Perkotaan II.3 Rencana Pengembangan RTH Kota II.4 Road Map Rencana Pembangunan RTH Kota (20 tahun) II.4.1 Analisis Kebutuhan RTH Kawasan Perkotaan II.4.1.1 Kebutuhan RTH Berdasarkan Persentasi Wilayah II.4.1.2 Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk II.4.1.3 Kebutuhan RTH Berdasarkan Fungsi Tertentu II.4.2 Indikasi Program II.5 Strategi Pencapaian RTH 30% BAB III PENGELOLAAN RTH KOTA III.1 Pengembangan Pembibitan dan Budidaya Tanaman Penghijauan (Nursery) III.2 Pemeliharaan dan Pengelolaan RTH Kota III.3 Kelembagaan RTH Kota III.4. Raperda tentang RTH Kota/Kawasan Perkotaan LAMPIRAN DAFTAR PETA 1. Peta sebagai Input 2. Peta sebagai Output II.A.1 II.A.1 II.A.2 II.A.2 II.A.3 II.A.3 II.A.4 II.A.4 II.A.5 II.A.8 II.A.10 II.A.11
II.A.13 II.A.16 II.A.18 II.A.18 II.A.18 II.A.18 II.A.18 II.A.19 II.A.19 II.A.19
II.A.1
II.A.2
I.4 KELUARAN
1. Dokumen teknis Masterplan RTH antara lain memuat: a. Gambaran Umum Kota (Profil Kota/Kabupaten) b. Identifikasi RTH Eksisting (Tabulasi dan Peta) c. Rencana Pengembangan RTH (Tabulasi dan Peta) d. Road Map Rencana Pembangunan RTH Kota (20 tahun) e. Strategi Pencapaian RTH minimal 30 % 2. Album peta yang disajikan dengan tingkat ketelitian skala minimal 1:25.000 dalam format A3 yang dilengkapi dengan data peta digital yang memenuhi ketentuan sistem informasi geografis (GIS) yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. Album peta tersebut terdiri dari: a. Peta eksisting RTH (pertamanan, hutan kota, jalur hijau jalan, sempadan sungai, jalur hijau SUTT/SUTET, dll) b. Peta Rencana RTH periode 20 tahun c. Peta lokasi prioritas pembangunan RTH skala 1:5000 d. Peta tematik (topografi, geologi, hidrologi, resapan air, dll)
Tahapan Kegiatan
Pekerjaan Persiapan Pekerjaan Survey dan Pembuatan Peta RTH Eksisting
Bulan ke
I II III IV
4
5 6
II.A.3
BAB II MUATAN MASTERPLAN RTH PERKOTAAN II.1 GAMBARAN UMUM KOTA (PROFIL KOTA/KABUPATEN
Gambaran umum kota/kawasan perkotaan menjelaskan secara utuh karakter fisik maupun non fisik suatu kota. Adapun muatan dari gambaran umum wilayah, melingkupi : II.1.1 Informasi Fisik Informasi Fisik kota menjelaskan tentang letak geografis dan wilayah administrasi, klimatologi, jenis tanah, topografi dan kemiringan lereng, geologi, hidrologi dan daerah resapan air, dan vegetasi/flora (khas lokal), yang disajikan denga peta. II.1.2 Kependudukan Profil kependudukan menjelaskan mengenai jumlah penduduk pada kurun periode tertentu, sebaran penduduk pada suatu wilayah, dan laju pertumbuhan penduduk. Selain itu melalui profil penduduk dapat pula diestimasikan berbagai parameter demografi (kelahiran, kematian, migrasi). Profil penduduk bermanfaat dalam perencanaan maupun evaluasi program pembangunan khususnya pembangunan ruang terbuka hijau. II.1.3 Ekonomi Profil ekonomi menggambarkan antara lain struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi, kemampuan keuangan daerah, peranan ekonomi daerah terhadap perekonomian nasional, serta peluang investasi. Secara umum, melalui profil ekonomi kota/kabupaten dapat terlihat sektor-sektor yang menjadi unggulan kota/kabupaten sehingga diharapkan melalui pengembangan RTH di lokasi yang tepat dapat meningkatkan produktifitas perekonomian daerah. II.1.4 Sarana dan Prasarana Profil sarana dan prasarana memperlihatkan seberapa jauh kota/kabupaten telah memenuhi standar pelayanan wilayah sesuai dengan fungsi yang diembannya. Profil sarana dan prasarana kota/kabupaten terdiri dari antara lain: sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, transportasi publik termasuk pula sarana dan prasarana untuk kegiatan yang sifatnya rekreatif seperti berinteraksi sosial, berolahraga dan bermain di II.A.4 ruang terbuka kota.
II.A.5
II.A.6
II.A.7
dapat dilakukan melalui akuisisi RTH privat, revitalisasi RTH yang sudah mengalami alih
fungsi, atau melalui pengembangan RTH pada fungsi khusus seperti RTH sempadan rel, jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, dan kawasan belum terbangun lainnya. Alternatif penambahan luasan RTH tersebut juga harus tergambar dalam peta dan tabulasi rencana pengembangan RTH di kawasan perkotaan.
II.A.8
II.A.9
II.A.10
II.4.1.1 Kebutuhan RTH Berdasarkan Persentasi Wilayah Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut: - RTH di perkotaan terdiri dari RTH privat dan RTH publik - Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% RTH publik dan 10% RTH privat. - Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan dan perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.
II.4.1.2. Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk Untuk menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk, dilakukan dengan mengalikan antara jumlah penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH perkapita sesuai peraturan yang berlaku. Tabel kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk
II.A.11
II.4.1.3. Kebutuhan RTH Berdasarkan Fungsi Tertentu Kebutuhan RTH berdasarkan fungsi tertentu dapat dihitung dengan pendekatan Kebutuhan Oksigen, Netralisasi Karbon Dioksida, Kebutuhan Air dan kebutuhan fungsi ekologis lainnya. Dilengkapi dengan perhitungan-perhitungan. a. Kebutuhan RTH Berdasarkan Kebutuhan Oksigen Kebutuhan RTH kota berdasarkan kebutuhan oksigen dapat dihitung berdasarkan pendekatan Gerakis yang dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: Hasil penelitian di sebuah kota dengan luas 431 km2, jumlah penduduk 2,6 juta jiwa, jumlah kendaraan bermotor 200.000 maka kebutuhan oksigennya = 5,352 X 10 gram atau setara 5.709 X 10 gram berat kering tanaman. Untuk memproduksi oksigen oleh kelompok tanaman sebesar jumlah tersebut perlu dibangun: (5.709 X 10) : 24 = 105.7 km2 atau 24.6% luas kota adalah RTH Dengan catatan asumsi bahwa setiap meter persegi (m2) tanaman menghasilkan 54 gram bahan kering. b. Kebutuhan RTH Berdasarkan Netralisasai Karbon Dioksida RTH juga memiliki fungsi sebagai penyerap karbon dioksida (CO2), namun harus diperhatikan jenis RTH yang dapat memaksimalkan fungsi ini adalah RTH hutan kota. Cahaya matahari yang memancar sepanjang hari akan dimanfaatkan oleh vegetasi dalam fotosintesis yang berfungsi untuk mmengubah gas CO2 dari H2O menjadi Karbohidrat dan Oksigen (O2). Proses ini sangat berguna bagi manusia, sebab bila konsentrasi CO2 meningkat akan beracun bagi manusia dan menyebabkan efek rumah kaca (green-house effect). c. Kebutuhan RTH Berdasarkan Perhitungan Kebutuhan Air Kebutuhan air dalam kota tergantung dari faktor kebutuhan air bersih pertahun, jumlah air yang dapat disediakan oleh PAM, potensi air saat ini, dan kemampuan RTH menyimpan air. Berdasarkan angka kebutuhan air tersebut lebih lanjut dapat dihitung luas RTH kota yang dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan air masyarakat kota.
II.A.12
diindikasikan memiliki bobot kepentingan utama dan diprioritaskan untuk mewujudkan tujuan pembangunan RTH kota/kawasan perkotaan 2. Lokasi : dilaksanakan Lokasi adalah tempat dimana usulan program utama akan
5. Sumber pendanaan : Sumber pendanaan dapat berasal dari APBD Kota, APBD
6. Instansi pelaksana : Instansi pelaksana adalah pihak-pihak pelaksana program yang meliputi pemerintah (sesuai dengan kewenangan masing-masing pemerintahan), swasta, dan masyarakat 7. Waktu dan tahapan pelaksanaan : Usulan indikasi program utama direncanakan dalam kurun waktu perencanaan 10 (sepuluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima)
tahunan
Tabel Indikasi Program Indikator keberhasilan MP-RTH adalah tercantumnya rencana pembangunan RTH (taman, hutan kota, jalur hijau dan RTH lainnya)
II.A.13
II.A.14
II.A.15
II.A.16
5. Peningkatan kualitas RTH Kota melalui refungsi RTH eksisting Mengembalikan fungsi RTH yang sebelumnya berfungsi bukan RTH, sehingga dapat meningkatkan fungsi ekologisnya. Upaya terebut dapat berupa: Refungsionalisasi RTH eksisting jalur hijau SPBU kembali menjadi taman; Restorasi kawasan hutan bakau; Revitalisasi situ, danau, waduk, sebagai daerah resapan air. Penanaman rumput pada taman-taman lingkungan yang diperkeras (lapangan bulutangkis, lapangan basket, lahan parkir) agar mempunyai daya serap air yang lebih besar. 6. Menghijaukan bangunan (green roof/green wall) Keterbatasan lahan telah mendorong pengembangan daerah hijau tidak dipermukaan tanah (landed). Kini mulai diintroduksi pembangunan taman atap (green roof, roof garden) dan dinding hijau (green wall, vertical garden) pada bangunan. Penghijauan bangunan terbukti mampu menurunkan suhu kota dan menyerap karbon dioksida sekaligus meningkatkan estetika bangunan. 7. Meningkatkan peran serta masyarakat/forum komunitas hijau Untuk mewujudkan RTH minimal 30% dari luas kota maka partisipasi masyarakat sangat diperlukan. Untuk perlu membentuk komunitas hijau untuk dilibatkan dalam program pengembangan kota hijau di masing-masing daerah. 8. Menyusun kebijakan hijau Pemerintah Daerah dan DPRD perlu secepatnya menempatkan masalah RTH sebagai salah satu isu penting dalam pembahasan anggaran dan program pembangunan yang berkelanjutan. Perlu secepatnya didorong untuk menyusun Peraturan Daerah tentang RTH agar perencanaan pembangunan RTH memiliki kekuatan hukum yang jelas dan tegas.
II.A.17
II.A.18
2. PETA OUTPUT
Adapun salah satu output yang diharapkan dari kegiatan penyusunan Masterplan RTH kawasan perkotaan berupa peta yang terdiri dari: 1. Peta RTH eksisting berdasarkan tipologi (skala 1:25.000) 2. Peta rencana penambahan luasan RTH untuk kurun waktu 20 (dua puluh) tahun (skala 1:25.000) sebagai pemenuhan target 30% (skala 1:25.000)
II.A.19
CONTOH
PETA RTH EKSISTING Kota Malang
CONTOH
PETA RTH RENCANA Kota Malang
CONTOH
PETA RTH EKSISTING Kab. Badung Ibukota Kabupaten
CONTOH
PETA RTH RENCANA Kab. Badung Ibukota Kabupaten
CONTOH
PETA RTH EKSISTING Kab. Badung Kawasan Strategis
CONTOH
PETA RTH RENCANA Kab. Badung Kawasan Strategis
II.B
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Maksud dan Tujuan I.3 Ruang Lingkup I.4 Keluaran I.5 Jadwal Pelaksanaan BAB II MUATAN MASTER PLAN RTH PERKOTAAN II.1 Gambaran Umum Potensi Lokal Kota Kabupaten II.2 Identifikasi RTH dan atribut hijau pilihan eksisting II.3 Rencana Pengembangan dan Pembangunan II.4.Indikasi Program II.5 Pengelolaan Atribut Hijau Kota BAB III LAMPIRAN DAFTAR PETA II.B.1 II.B.1 II.B.2 II.B.2 II.B.4 II.B.4 II.B.5 II.B.5 II.B.6 II.B.7 II.B.9 II.B.11 II.B.12
menuju perwujudan kota hijau dengan melibatkan atribut lain sesuai dengan potensi lokal masing-masing kota/kabupaten melalui kegiatan penyusunan Masterplan RTH up-scaling.
II.B.1
b. Tujuan Masterplan RTH up-scaling bertujuan untuk memetakan potensi lokal daerah sesuai
atribut Kota Hijau, dengan berdasarkan pada masterplan RTH perkotaan yang telah
ada.
b. Lingkup Periode Perencanaan Masterplan RTH up-scaling disusun dalam lingkup periode perancanaan 20 tahun sesuai RTRW Kota/Kabupaten.
II.B.2
c. Lingkup Atribut Perencanaan Masterplan RTH up-scaling berbasis pada atribut utama yaitu Green Open Space (RTH) dengan pengembangan 1 (satu) atribut lain, dengan pilihan sebagai berikut : A. Green Transportation Merencanakan dan menerapkan transportasi non motor yang menghubungkan antar RTH Perkotaan. Misalnya jalur sepeda dan jalur pejalan kaki. B. Green Waste Merencanakan pengelolaan sampah di RTH perkotaan dengan pronsip-prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycling) perkotaan. Misalnya pemilihan sampah, komposting, pembatasan penggunaan plastik, kawasan bebas Styrofoam, kerajinan daur ulang, dsb. C. Green Water Merencanakan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan, khususnya di Ruang Terbuka Hijau (RTH) maupun Ruang Terbuka Biru (RTB) Perkotaan. Misalnya : konsep zero run-off di RTH perkotaan, pemanfaatan ruang terbuka biru (fungsi rekreasi, sumber energi, area konservasi), dsb. D. Green Energy Merencanakan pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan. Misalnya penggunaan listrik tenaga surya untuk lampu penerangan jalan umum, listrik tenaga angin, pembangkit tenaga air, dsb.
II.B.3
I.4 KELUARAN
1. Dokumen teknis Masterplan RTH up-scaling antara lain memuat: a. Gambaran Umum Potensi Lokal yang akan dikembangkan (Atribut Hijau pilihan) b. Identifikasi RTH dan atribut hijau eksisting (yang dipilih), berupa Tabulasi dan Peta c. Rencana Pengembangan RTH dan atribut hijau pilihan, berupa Tabulasi dan Peta d. Road Map Rencana Pembangunan RTH dan atribut hijau pilihan (periode 20 tahun) 2. Album peta yang disajikan dengan tingkat ketelitian skala minimal 1:25.000 dalam format A3 yang dilengkapi dengan data peta digital yang memenuhi ketentuan sistem informasi geografis (GIS) yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. Album peta tersebut terdiri dari: a. Peta eksisting RTH dan atribut hijau pilihan b. Peta Rencana RTH dan atribut hijau pilihan dalam periode 20 tahun c. Peta Lokasi Prioritas Pembangunan Jangka Menengah (5 tahun) skala 1 : 5000
3 4 5
II.B.4
BAB II MUATAN MASTERPLAN RTH UPSCALING PERKOTAAN II.1 GAMBARAN UMUM POTENSI LOKAL KOTA/KABUPATEN
Muatan dari gambaran umum wilayah, melingkupi : II.1.1 Informasi Fisik Informasi Fisik kota menjelaskan tentang letak geografis dan wilayah administrasi, klimatologi, jenis tanah, topografi dan kemiringan lereng, geologi, hidrologi dan daerah resapan air, dan vegetasi/flora (khas lokal), yang disajikan dengan peta. II.1.2 Kependudukan Profil kependudukan menjelaskan mengenai jumlah penduduk pada kurun periode tertentu, sebaran penduduk pada suatu wilayah, dan laju pertumbuhan penduduk. Selain itu melalui profil penduduk dapat pula diestimasikan berbagai parameter demografi (kelahiran, kematian, migrasi). Profil penduduk bermanfaat dalam perencanaan maupun evaluasi program pembangunan khususnya pembangunan ruang terbuka hijau. II.1.3 Potensi Hijau Lokal Potensi hijau lokal menjelaskan potensi pengembangan kota hijau sesuai dengan 8 atribut kota hijau. Setiap daerah agar memilih 1 dari 8 atribut kota hijau berdasarkan potensi (kekuatan) setempat, antara lain : A. Green Transportation Potensi penerapan transportasi non motor antar RTH perkotaan B. Green Waste Potensi penerapan pengelolaan sampah di RTH perkotaan dengan pronsip-prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycling) C. Green Water Potensi pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan II.B.5 D. Green Energy Potensi pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan.
II.B.6
a.Taman Kota
b. Hutan Kota c. Sabuk hijau (green belt) 2 RTH Jalur Hijau Jalan a. Pulau Jalan dan median jalan b. Ruang dibawah jalan layang 3. RTH Fungsi Tertentu a. RTH sempadan kereta api b. Jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi c. RTH sempadan sungai d. RTH sempadan pantai e. RTH pengamanan sumber air baku/mata air f. Pemakaman Total
II.B.7
II.A.10
pilihan yang diindikasikan memiliki bobot kepentingan utama dan diprioritaskan untuk mewujudkan tujuan pembangunan RTH dan atribut pilihan kota/kawasan perkotaan 2. Lokasi : dilaksanakan 3. Kepemilikan lahan 4. Besaran: Besaran adalah perkiraan jumlah satuan masing-masing program Lokasi adalah tempat dimana usulan program utama akan
5. Sumber pendanaan : Sumber pendanaan dapat berasal dari APBD Kota, APBD
Provinsi, APBN, swasta, dan/atau masyarakat 6. Instansi pelaksana : Instansi pelaksana adalah pihak-pihak pelaksana program yang meliputi pemerintah (sesuai dengan kewenangan masing-masing pemerintahan), swasta, dan masyarakat 7. Waktu dan tahapan pelaksanaan : Usulan indikasi program utama direncanakan
dalam kurun waktu perencanaan 10 (sepuluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima)
tahunan
II.B.9
3.
II.B.10
RTH yang telah dibangun perlu pemeliharaan dan pengelolaan yang berkelanjutan
agar fungsi ekologi, sosial maupun estetikanya tetap terjaga.
3.3 Kelembagaan Atribut Hijau Disamping pemeliharaan dan pengelolaan RTH dan atribut hijau lainnya, perlu ada kejelasan satuan kerja yang bertanggung jawab terhadap keberadaan RTH
dan atribut lain tersebut, hal ini berkaitan dengan kelembagaan (SKPD) .
3.4. Raperda tentang RTH Kota/Kawasan Perkotaan Master Plan RTH dapat menjadi dasar untuk menyusun rancangan peraturan daerah tentang RTH (Raperda RTH) sebagai dasar hukum pembangunan RTH dalam menunjang pembangunan kota hijau.
II.B.11
II.B.12
CO NTOH P E TA RT H U P - S C A L IN G RE NC A NA 2033
PHOTO
III
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Maksud dan Tujuan I.3 Lingkup Kegiatan I.4 Keluaran BAB II SYARAT DAN KETENTUAN II.1 Syarat Penentuan Lokasi dan Perencanaan RTH II.2 Ketentuan RTH BAB III PROSES DAN TAHAPAN KEGIATAN III.1 Pengumpulan Data III.2 Analisis III.3 Perencanaan III.4 Penyusunan Dokumen Konstruksi dan Pelelangan III.5 Komponen Rencana Anggaran Biaya III.6 Jadwal Pekerjaan BAB IV PELAKSANA KEGIATAN IV.1 Tenaga Ahli IV.2 Mekanisme Kerja III.1 III.1 III.2 III.3 III.4 III.5 III.5 III.6 III.7 III.7 III.8 III.9 III.10 III.12 III.17 III.18 III.18 III.19
DAFTAR ISI
BAB V LAMPIRAN : CONTOH DED III.22 V.1 Daftar Gambar III.22 V.2 Site Plan III.23 V.3 Gambar Simulasi 3D III.25 V.4 Gambar Detail Tata Tanaman dan Teknik Penanaman III.27 V.5 Gambar Detail Perkerasan III.28 V.6 Gambar Detail Tempat Sampah, Komposter, Bangku Taman, Sumur Resapan III.29 V.7 Guideline Papan Informasi Taman III.30
Untuk menindaklanjuti rencana aksi yang telah disepakati oleh pemerintah Kabupaten/Kota tersebut, maka di tahun 2012 ini pemerintah melaksanakan kegiatan penyusunan DED (Detail Engineering Design) RTH Perkotaan. Kegiatan ini merupakan turunan dari masterplan RTH Perkotaan dan ditujukan untuk memberikan panduan dalam perencanaan RTH perkotaan.
III.1
b. Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah menyusun Detail Engineering Design (DED) RTH sebagai
acuan bagi pelaksana konstruksi dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi serta mengawal proses terkait penyelenggaraan konstruksi implementasi pengembangan RTH.
III.2
III.3
I.4 KELUARAN
1. Dokumen DED yang meliputi :
2. Dokumen Lelang :
III.4
Syarat Penentuan Lokasi Penambahan RTH : - Status lahan milik PEMDA - Kemudahan aksesibilitas - Kedekatan dengan pusat kegiatan masyarakat kota,serta bisa digunakan untuk publik
Syarat Perencanaan RTH : - Komposisi Ruang Hijau (Softcape) : Perkerasan (Hardscape) = Softcape min. 70% : Hardcape max.30% berupa material ramah lingkungan (bisa dimungkinkan untuk menyerap air)
III.5
III.6
III.2 ANALISIS
Kegiatan analisis yang dilakukan dimaksudkan untuk mendapatkan bentuk-bentuk
penanganan yang bisa dilakukan berdasarkan potensi dan masalah yang telah
diidentifikasi sebelumnya seperti tanah, air, topografi, kemiringan tanah (slope), hidrologi, , vegetasi, klimatologi, dan lainnya. Adapun kegiatan analisis perancangan lansekap meliputi: 1. Zonasi tapak Pembagian zonasi tapak dari taman yang akan direncanakan sebagai RTH publik.
III.8
III.3 PERENCANAAN
Setelah dilakukan analisis dan berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, selanjutnya disusun bentuk- bentuk penanganan dalam kegiatan pembangunan atau penataan RTH.
Selanjutnya dilakukan pengembangan potensi dan pemecahan masalah dengan cara merumuskan konsep pembangunan atau penataan RTH yang dituangkan dalam bentuk perencanaan teknis.
Adapun keluaran atau produk penyusunan DED adalah: 1. Gambar Rencana Teknis (Gambar Rancangan, Detail Rancangan dan Gambar Konstruksi) ; 2. Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis (Spesifikasi Teknis); 3. Estimate Enginer (EE) atau Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Semua produk hasil perencanaan tersebut selanjutnya dijadikan acuan pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan pekerjaan fisik (Pemerintah Pusat / Ditjen Penataan Ruang, Pemerintah Kota dan Kabupaten, Kontraktor, dan juga masyarakat secara umum).
III.9
Tahap ini meliputi pembuatan gambar-gambar Detail, BQ, RKS dan RAB dan
menyusun dokumen perancangan berupa laporan perancangan Arsitektur Lansekap.
Adapun rincian kegiatan pada tahap ini adalah sebagai berikut: 1. Pembuatan gambar-gambar rancangan detail yang penting. 2. Pembuatan gambar kerja.
3. Pembuatan gambar-gambar:
a. Rencana tapak (Site plan). b. Rencana Tata Hijau (Planting Plan). c. Gambar Arsitektur. d. Gambar Struktur. e. Gambar M/E.
III.10
B. Dokumen Pelelangan
Tahap ini adalah tahap persiapan pelelangan untuk pekerjaan pelaksanaan RTH.
1. Pembuatan dokumen tender: a. Pembuatan spesifikasi teknis pekerjaan lansekap, bangunan penunjang, struktur, dan M/E. b. Pembuatan spesifikasi khusus pekerjaan lansekap, bangunan penunjang, struktur, dan M/E. c. Pembuatan rencana kerja dan syarat (RKS) pekerjaan lansekap, bangunan
III.11
B. Green Open Space 1. Pekerjaan Penanaman Rumput F. Green Energy 2. Pekerjaan Penanaman Pohon 1. Gardu Listrik 3. Pekerjaan Penanaman Perdu 2. Pemasangan Lampu Solar Cell 4. Pekerjaan Penanaman Ground Cover 5. Pekerjaan Pelapisan Tanah Subur G. Green Building 6. Pupuk Kandang 1. Pekerjaan Pembangunan Toilet & Pos Jaga C. Green Transportation 2. Pekerjaan Pembangunan Pergola 1. Pekerjaan Jogging Track 3. Pekerjaan Gazebo 2. Pekerjaan Plaza 4. Pekerjaan Signage Taman 3. Pekerjaan Parkir Sepeda 5. Pekerjaan Bangku Taman
III.12
A. DED Tipe I Syarat Perencanaan RTH : 1 (satu) lokasi dengan luasan minimal 5000m2 atau bisa pada (maksimal) 2 (dua) lokasi yang dihubungkan dengan koridor penghubung 'hijau misalkan: 2 lokasi, dengan luas 2000m2/lokasi dengan koridor penghubung 1000m2 berupa jalur pejalan kaki, jalur sepeda, jalur vegetasi, atau bentuk lain)
III.13
B. DED Tipe II Syarat Perencanaan RTH : 1 (satu) lokasi dengan luasan minimal 3000m2
III.14
C. DED Tipe III/up-scaling Syarat Perencanaan RTH : 1 (satu) lokasi dengan luasan minimal 5000m2 atau bisa pada (maksimal) 2 (dua) lokasi yang dihubungkan dengan koridor penghubung 'hijau misalkan: 2 lokasi, dengan luas 2000m2/lokasi dengan koridor penghubung 1000m2 berupa jalur pejalan kaki, jalur sepeda, jalur vegetasi, atau bentuk lain) Syarat Perencanaan up-scaling : Setiap Kota/Kabupaten diarahkan mengembangkan minimal 1 (satu) implementasi fisik upscaling sesuai potensi lokasi (local site spesific) yang termasuk dalam cakupan dan muatan upscaling berikut. Cakupan dan Muatan Upscaling A. Green Transportation Merencanakan dan menerapkan transportasi yang bekelanjutan, yaitu : 1. Jalur Sepeda menghubungkan taman-taman kota 2. Fasilitas Sepeda Sewa (Bike Sharing) di taman-taman kota B. Green Waste Menerapkan pronsip-prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycling), yaitu : - Pembuatan Sistem Komposting di taman kota C. Green Water Meningkatkan efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya air, yaitu : - Penerapan konsep zero run-off di taman kota/halaman RTH privat D. Green Building Merencanakan dan menerapkan konsep ramah lingkungan pada bangunan, yaitu : - Pembuatan taman vertikal (vertical garden) di taman kota E. Green Energy Menerapkan dan memanfaatkan sumber enrgi yang efisien dan ramah lingkungan. Misalnya penggunaan listrik tenaga surya untuk lampu penerangan jalan umum, listrik tenaga angin, dsb.
III.15
III.16
3 4
III.17
Selain Tenaga Ahli tersebut, dibutuhkan pula Tenaga Penunjang/Pendukung, yaitu: 1. Quantity Surveyor sejumlah 1 orang 2. Juru Gambar sejumlah 1 orang 3. Tenaga Administrasi sejumlah 1 orang
III.18
Masyarakat.
III.19
B. Tanggung Jawab Pemerintah Daerah (Kota/Kabupaten) Pemerintah Daerah akan menyediakan Tim Teknis dan administrasi untuk memeriksa pekerjaan Tim Tenaga Ahli dan berpartisipasi dalam proses Pembangunan RTH. Tim Tenaga Ahli tersebut akan melakukan tugas-tugas sebagai berikut: 1. Memberikan persetujuan untuk semua keputusan manajemen proyek dan
teknis.
2. Menyediakan staf teknis yang memiliki wewenang untuk mengawasi dan menyetujui pekerjaan Tenaga Ahli. 3. Mengatur hubungan yang kondusif dengan semua pihak seperti Pelaksana Konstruksi dan penyedia material/bahan konstruksi. 4. Memberitahuka Tenaga Ahli terhadap perubahan mengenai lingkup pekerjaan, persyaratan dan jadwal.
5. Mengatur hubungan antara Tenaga Ahli dan Mitra Strategis, jika ada,
sesuai keperluan. 6. Menyediakan data yang diperlukan Tenaga Ahli untuk kelancaran pekerjaan merujuk pada Dokumen Pengadaan.
III.20
4.2.2 Koordinasi Kegiatan A. Rapat Kemajuan Pekerjaan Tim Tenaga Ahli harus melaksanakan rapat kemajuan perkerjaan penyusunan DED setiap bulan, disyaratkan dan disetujui oleh Tim Teknis Pemerintah Daerah. Rapat tersebut merupakan waktu kerja dengan Tim Teknis untuk meninjau kemajuan dan jadwal, permasalahanpermasalahan yang berhubungan dengan pekerjaan dan peluang penyelesaiannya, mengindentifikasi tindakan yang diperlukan dan menindak lanjuti yang telah disetujui untuk dilaksanakan, serta mengatur pelaksanaan pekerjaan tersebut. Laporan kemajuan pekerjaan dan informasi tentang jadwal harus disiapkan untuk rapat tersebut. Tim Teknis secara berkala meminta Tenaga Ahli untuk melaksanakan pertemuan untuk melaporkan status Pekerjaan Penyusunan DED RTH dan kemajuan pekerjaan kepada Tim Teknis Pemerintah Daerah, perwakilan masyarakat dan yang lainnya. B. Laporan Bulanan Setiap bulan,Tim Tenaga Ahli harus menyampaikan laporan singkat yang akurat dan tidak bias mengenai status pekerjaan yang dilaksanakan dan dikelola. Laporan tersebut harus tersedia dalam kurun waktu 2 (dua) hari kerja setelah tenggat waktu setiap bulannya. Tenggat waktu adalah tanggal 25 pada setiap bulan. Laporan tersebut akan digunakan Tim Teknis Pemerintah Daerah sebagai dasar untuk melaporkan status proyek. Tim Tenaga Ahli harus mendapatkan persetujuan Tim Teknis untuk format pelaporan awal dan revisi-revisi berikutnya sebelum persiapan pembuatan laporan. Laporan pada dasarnya akan termasuk informasi yang berikut ini: Jadwal pencapaian Ringkasan Jadwal Pekerjaan Laporan Pencapaian Kualitas Daftar Kendali Perubahan Laporan pendukung yang terperinci akan dikeluarkan secara terpisah sesuai permintaan Tim Teknis Pemerintah Daerah untuk melengkapi III.21 Laporan Kemajuan Kerja. .
III.22
V.2 SITEPLAN
Kab. Tasikmalaya
III.23
SITEPLAN
Kab. Purbalingga
III.24
V.3 SIMULASI 3D
Kab. Tasikmalaya
SIMULASI 3D
Kab. Purbalingga
III.27
III.28
III.29
Logo Kementerian PU
III.30
Logo Kementerian PU
III.31
IV
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Maksud dan Tujuan I.3 Ruang Lingkup I.4 Keluaran BAB II PROSES DAN TAHAPAN KEGIATAN II.1 Tahapan Kegiatan II.1.1 Umum II.1.2 Tahap Pekerjaan Persiapan dan Pekerjaan Tanah II.1.3 Tahap Konstruksi Lansekap II.1.4 Tahap Pemeliharaan Tanaman II.2 Jadwal Pelaksanaan BAB III PELAKSANA KEGIATAN III.1 Kualifikasi Pelaksana Konstruksi dan Tenaga Ahli III.2 Mekanisme Kerja BAB IV LAMPIRAN FOTO IV.1 FOTO IMPLEMENTASI RTH IV.2 FOTO SEBELUM DAN SESUDAH RTH IV.1 IV.1 IV.2 IV.2 IV.2 IV.3 IV.3
DAFTAR ISI
IV.1
I.4 KELUARAN
Kegiatan ini diharapkan dapat terbangunnya area RTH publik yang terintegrasi dan aksesibel bagi lingkungan perkotaan sekitarnya serta dapat memberikan fungsi interaksi sosial secara aktif bagi kota secara umum.
IV.2
IV.3
C. Perbedaan dan Perubahan Gambar 1. Bila terjadi perbedaan dan atau pertentangan dalam gambar-gambar yang ada maupun perbedaan yang terjadi dengan keadaan di lapangan, diwajibkan bagi Kontraktor untuk melaporkannya secara tertulis kepada Pengawas untuk kemudian Pengawas memberikan keputusan tentang itu untuk bisa dilaksanakan setelah berunding terlebih dahulu kepada Perencana 2. Untuk ukuran dalam gambar Lansekap pada dasarnya adalah ukuran jadi sampai dalam keadaan selesai. Semua ukuran harus benar-benar diperhatikan terutama peil-peil , ketinggian, lebar, ketebalan, luas penampang dan lain-lain sesuai dengan apa yang tertera dalam gambar. Bila ada keraguan mengenai ukuran atau bila belum dicantumkan dalam gambar, Kontraktor wajib melaporkan secara tertulis kepada Pengawas, kemudian Pengawas memberikan keputusan ukuran yang akan dipakai dan dijadikan pegangan setelah berunding dengan Perencana 3. Untuk hal-hal pekerjaan yang belum tercakup secara lengkap dalam gambar, Kontraktor diwajibkan membuat Shop Drawing yang merupakan gambar detail pelaksanaan berdasarkan gambar perencanaan, gambar kerja yang telah disesuaikan dengan keadaaan di lapangan pada kertas standar yang berlaku pada Kontraktor. Di dalam Shop Drawing ini harus jelas dan mencantumkan semua data yang diperlukan termasuk keterangan produksi, cara pemasangan dan atau persyaratan khusus pabrik / produksi bahan yang dipakai. Shop Drawing ini harus diajukan kepada Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya secara tertulis, setelah berunding dengan pihak Perencana
IV.4
D. Persyaratan Pekerjaan Lansekap 1. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk-petunjuk dan syarat-syarat pekerjaan lansekap dan sesuai petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Pengawas dengan saran Perencana 2. Pekerjaan Lansekap yang dilaksanakan harus mengikuti semua petunjuk gambar-gambar lansekap terlampir dan apa yang ditentukan kemudian oleh Pengawas atas petunjuk Perencana E. Bahan / Material 1. Bahan-bahan yang dipakai/dipasang harus sesuai dengan yang tercantum dalam gambar Lansekap, memenuhi standar spesifikasi bahan yang telah dipilih/ditunjuk/disetujui, mengikuti peraturan persyaratan tertulis dalam uraian dan syarat-syarat Pekerjaan Lansekap ini serta petunjuk-petunjuk Pengawas atas saran dan petunjuk perencana 2. Semua bahan sebelum dipasang harus disetujui oleh Pengawas. Contoh bahan yang akan dipasang harus diajukan dan diserahkan ke Pengawas untuk kemudian mendapatkan persetujuan dari Pengawas sesuai petunjuk Perencana. Pengajuan bahan yang setara dengan apa yang disyaratkan 3. Penyimpanan dan pemeliharaan bahan terhadap kerusakan di lapangan harus benar-benar diperhatikan sesuai persyaratan spesifikasi F. Dasar Penentuan Ukuran/Posisi Bagian-Bagian Pekerjaan 1. Untuk mendapatkan posisi dan ketetapan di lapangan untuk setiap bagian pekerjaan harap diperhatikan segala petunjuk yang tertera dalam gambar Lansekap
IV.5
2. Untuk memudahkan pekerjaan di lapangan patokan-patokan ukuran yang dipakai adalah terhadap as-as bangunan sekitar dengan menyesuaikan ukuran dalam gambar, atau menggunakan patokan-patokan yang ada di dalam site untuk bagian-bagian yang jauh dari bangunan. 3. Kontraktor harus memasang patok-patok yang terpenting di dalam site serta membubuhkan nomor asnya dengan koordinat, terutama untuk patokan titik mula setiap bagian dari pekerjaan. Patok-patok tersebut harus diikatkan kepada benchmark tapak/bangunan/proyek. G. Pelaksanaan Pekerjaan Lansekap 1. Semua ukuran dan posisi harus tepat sesuai gambar Lansekap , juga ketetapan pemasangan patok-patok di lapangan 2. Pembentukan dan penyelesaian tanah harus mengikuti bentuk/kemiringan kontur/peil yang tertera dalam gambar. Kemiringan kemiringan yang dibuat harus cukup kuat untuk mengalirkan air hujan menuju selokan yang ada disekitarnya serta mengikuti persyaratan-persyaratan yang tertera dalam gambar. Tidak dibenarkan adanya genangan air di atas tanah. 3. Cara pelaksanaan setiap bagian pekerjaan ini mengikuti petunjuk gambar, uraian dan syarat pekerjaan Lansekap.
IV.6
II.1.2 Pekerjaan Persiapan dan Pekerjaan Tanah A. Lingkup Pekerjaan 1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan peralatan dan alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik 2. Pekerjaan yang dilaksanakan dalam hal ini meliputi : a. Pekerjaan persiapan tanah b. Pembentukan tanah dan penyelesaian tanah c. Pembersihan tanah dan pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan pekerjaan ini. B. Persyaratan Pekerjaan Persiapan Tanah 1. Peralatan yang dipakai cukup baik dan memenuhi syarat kerja 2. Semua pekerjaan tanah dilaksanakan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan syarat pekerjaan Lansekap dan petunjuk Pengawas C. Pekerjaan Persiapan Tanah 1. Pekerjaan persiapan tanah ini meliputi pembongkaran/pemindahan/ pembersihan di tempat kerja dari benda/puing-puing bekas bangunan yang tidak berguna lagi, yang dapat mengganggu terlaksananya kelancaran kerja di tempat tersebut. 2. Pohon/semak/rumput yang tidak diperlukan lagi ditempat kerja harus disingkirkan berikut pokok pohon/semak / rumput sampai akar-akarnya sedalam kurang lebih 30 cm 3. Mengadakan pengukuran (stake out) dan pemasangan patok-patok titik awal/peil dasar yang diperlukan ditempat kerja
IV.7
D. Pembentukan Tanah dan Penyelesaian Tanah 1. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan galian , urugan tanah, perataan tanah, tanah yang dipergunakan adalah tanah merah urug yang bebas dari kotoran/akarakar pohon 2. Pembentukan dan penyelesaian tanah harus mengikuti bentuk / rencana grading , kemiringan / contour / peil yang tertera dalam gambar Lansekap 3. Untuk pekerjaan penanaman diperlukan pekerjaan pengurugan tanah yang mengandung bahan organis E. Pembersihan Tanah 1. Tanah yang telah siap untuk pelaksanaan suatu pekerjaan ataupun yang telah selesai digarap harus dibersihkan dari bekas tanah galian dan bekas-bekas bahan bangunan 2. Tanah yang dipersiapkan untuk pekerjaan penanaman harus benar-benar dibersihkan dari batu , kerikil , adukan kapur dan segala bekas bahan bangunan / bongkaran , bahan plastik dan bahan-bahan organis. Tanah yang dipakai F. Pekerjaan Tanah Subur 1. Lingkup Pekerjaan : a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-baha, peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk memperoleh hasil yang baik b. Pekerjaan tanah subur ini dilakukan untuk semua area termasuk bak tanaman / pot tanaman
IV.8
2. Persyaratan bahan : a. Tanah yang digunakan harus terdiri dari tanah gembur, tidak berbatu atau tidak terdapat puing-puing bekas bangunan , tidak ada sampah dan rumput / tanaman liar b. Tanah yang digunakan harus bebas dari bibit hama , kutu maupun rayap c. Air siraman digunakan air tawar bersih dan tidak mengandung minyak, asam alkali dan bahan-bahan organis lainnya d. Apabila dipandang perlu, Pengawas dapat meminta kepada Kontraktor supaya air yang dipakai untuk kegiatan ini diperiksa di Laboratorium Pemeriksaan Bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor e. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan diatas dan harus dengan persetujuan Pengawas 3. Syarat-syarat Pelaksanaan : a. Tanah dan pupuk kandang yang digunakan harus dengan persetujuan pihak Pengawas b. Campuran tanah dan pupuk kandang harus merata, warna dan campurannya, demikian pula dengan campuran humus c. Lapisan tanah subur harus sama ketebalannya sesuai yang disyaratkan dalam detail gambar, diratakan, disiram air sampai jenuh d. Tebal lapisan tanah subur minimum 20 cm atau sesuai dengan gambar e. Pekerjaan selanjutnya dapat dikerjakan bilamana sudah mendapat persetujuan dari pihak Pengawas
IV.9
II.1.3 Pekerjaan Lansekap A. Lingkup Pekerjaan 1. Pekerjaan ini meliputi tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan untuk mendapatkan hasil yang baik 2. Pekerjaan lansekap ini meliputi semua pekerjaan hard material dan pekerjaan soft material sesuai petunjuk gambar, uraian dan syarat pekerjaan lansekap dengan memperhatikan pekerjaan : a. Persiapan dan pembentukan tanah sesuai yang telah diuraikan dalam BAB II b. Cara dan syarat yang telah ditentukan B. Bahan dan Material Soft Material, meliputi semua pekerjaan penanaman pohon , semak . perdu ,penutup tanah dan rumput C. Persyaratan Pekerjaan Lansekap 1. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti semua petunjuk gambar uraian dan syarat pekerjaan Lansekap, atas petunjuk Pengawas 2. Setiap pekerjaan Lansekap dilaksanakan, diperlukan adanya Koordinasi kerja dengan pekerjaan lain agar tidak terjadi kerusakan pekerjaan yang sudah atau sedang terpasang di tempat tersebut 3. Dalam hal melaksanakan pekerjaan ini, persiapan tanah , pembentukan tanah, penggalian lubang tanaman harus sudah dilaksanakan dengan mengikuti semua petunjuk gambar sesuai uraian syarat yang tertulis 4. Lubang-lubang galian dibuat sesuai dengan posisi pohon/tanaman dengan mengikuti petunjuk gambar Lansekap 5. Pemasangan patok-patok berikut dengan keterangan koordinat posisi perlu dilaksanakan terutama untuk patokan penanaman awal setiap jenis tanaman 6. Patokan diambil berdasarkan pengukuran yang ditarik dari as-as bangunan yang terdekat / patokan-patokan yang ada dalam site
IV.10
7. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan untuk meneliti gambar-gambar yang ada dan menyesuaikan dengan kondisi di lapangan serta meneliti kebenaran ukuran di lapangan 8. Perbedaan antara gambar dengan keadaaan di lapangan harus dilaporkan kepada Pengawas untuk diambil keputusan pemecahan perihal perbedaan setempat 9. Setelah pembentukan dan penyelesaian tanah mengikuti bentuk kemiringan/kontur/peil sesuai gambar, serta pekerjaan penggalian lubang selesai dapat dilaksanakan penanaman 10.Segala perubahan letak pohon di lapangan yang menyimpang dari ketentuan gambar Lansekap disebabkan keadaan lapangan, harus atas sepengetahuan dan persetujuan Pengawas 11.Kontraktor diwajibkan mengajukan shop drawing dengan mengikuti ukuran bentuk dan peletakan sesuai permintaan Perencana. D. Pelaksanaan Pekerjaan Lansekap 1. Semua jenis material yang dipakai harus disetujui oleh Pengawas sesuai dengan petunjuk gambar Lansekap dan mengikuti semua persyaratan tertulis, uraian dan syarat pekerjaan Lansekap. 2. Khususnya soft material harus disediakan Nursery pada areal yang sudah ditunjuk, disamping itu berguna untuk pengkondisian pohon terhadap lingkungan 3. Material yang dipilih harus sesuai dengan gambar lansekap atau sesuai petunjuk Pengawas atas saran Perencana 4. Pekerjaan Soft Material : a. Penanaman Pohon, dengan tinggi minimal 3 meter dan diameter minimal 5 cm b. Penanaman pohon dengan tinggi c. Penanaman semak d. Penanaman rumput
IV.11
II.1.4 Pemeliharaan Pekerjaan A. Lingkup Pekerjaan 1. Pekerjaan ini adalah semua pekerjaan yang dilaksanakan untuk memelihara dan merawat semua tanaman yang telah selesai ditanam maupun yang belum tertanam (masih di tempat penampungan sementara) dari segala macam kerusakan untuk mendapatkan tumbuh dan bentuk yang baik seperti yang dipersyaratkan sampai jangka waktu pemeliharaan yang telah berakhir 2. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alatalat bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik 3. Pekerjaan pemeliharaan ini meliputi : a. Penyiraman b. Penyiangan c. Penggantian pohon / tanaman yang mati d. Pemangkasan e. Pemupukan f. Pemberantasan hama & penyakit B. Persyaratan Pekerjaan Pemeliharaan Tanaman 1. Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti semua petunjuk gambar, uraian dan syarat pekerjaan serta petunjuk Pengawas 2. Pemeliharaan tanaman sangat perlu perhatian Kontraktor setelah selesai penanaman. Ikatan kontrak masa pemeliharaan ini berlangsung selama 6 (enam) bulan dari masa selesainya penanaman 3. Selama masa itu Kontraktor diwajibkan secara teratur memelihara tanaman yang rusak/mati. Semua penggantian tanaman yang rusak/mati dengan tanaman yang baru adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor 4. Pemeliharaan tanaman disesuaikan dengan sifat dan jenis tanaman yang ditanam
IV.12
C. Bahan / Material 1. Bahan dan peralatan yang dipergunakan dalam setiap jenis pekerjaan pemeliharaan ini harus benar-benar baik, memenuhi persyaratan kerja yang dibutuhkan dan tidak merusak tanaman. 2. Pupuk maupun obat anti hama yang dipergunakan juga harus sesuai dengan uraian dan syarat yang tertulis dalam bab selanjutnya. 3. Penggantian tanaman harus sesuai jenis/bentuk/warna daun dan bunga dengan apa yang telah ditentukan dan tertanam D. Penyiraman 1. Penyiraman dilakukan dengan air bersih, bebas dari segala bahan organis/zat kimia/bahan-bahan lain yang dapat mengganggu dan merusak pertumbuhan tanaman 2. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan selang 3. Penyiraman dilakukan secara teratur, terutama di musim kemarau dan bagi tanaman-tanaman yang baru ditanam serta bagi tanaman-tanaman dalam tempatpenampungan, hal ini harus benar-benar diperhatikan 4. Penyiraman dilakukan : a. Dua kali sehari secara teratur bagi semua jenis tanaman yang baru ditanam dan semua jenis tanaman dalam penyimpanan sementara sebelum ditanam, yaitu pada waktu pagi hari dan sore hari sesudah pk 15.30, sampai tanaman-tanaman tersebut tumbuh sehat dan kuat b. Untuk semua tanaman hias yang sudah terlihat tumbuh baik dan kuat, disiram satu kali sehari pada sore hari setelah pukul 15.30 5. Banyaknya air penyiraman harus cukup sampai membasahinya, dibawah permukaan tanah. Bagi tanaman yang masih terlihat cukup basah tanahnya pada sore hari untuk penyiraman pada saat itu tak perlu dilakukan 6. Tidak diperkenankan tanah bekas siraman terlihat tergenang air, air harus dapat terserap baik oleh tanah di sekitar tanaman
IV.13
E. Penyiangan 1. Penyiangan ini harus dilakukan secara teratur tiap satu bulan sekali bagi tanaman semak dan perdu yang tertanam. 2. Tanaman liar dan rumput disekitar perdu dicabut dan dibersihkan sampai akarnya dari sekeliling perdu 3. Untuk tanaman hias, penyiangan dilakukan secara teratur setiap 2 minggu sekali , dengan mencabut segala tanaman liar dan jenis rumput yang berada disekitar dan dibawahnya, serta tanahnya digemburkan. F. Penggantian Tanaman 1. Kontraktor wajib mengganti setiap kali ada tanaman yang rusak atau mati. Semua penggantian tanaman ini dengan tanaman yang baru adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor sampai masa pemeliharaan yang ditentukan berakhir 2. Penggantian tanaman harus sesuai jenis / bentuk / warna daun dan bunga serta ukuran yang sama dengan apa yang telah ditentukan berakhir 3. Penggantian tanaman dilaksanakan dengan sebaik mungkin jangan sampai merusak tanaman lain disekitarnya pada saat mencabut dan menanam yang baru 4. Penggantian tanaman dilakukan pada sore hari antara pukul 15.00 18.00 dan harus segera disiram
IV.14
G. Pemangkasan 1. Pemangkasan dilakukan pada cabang ranting yang tumbuh tidak teratur/liar untuk mendapatkan/mempertahankan bentuk pertumbuhan cabang yang diinginkan 2. Membuang ranting dan cabang yang sakit dengan cara memotongnya 3. Semua pekerjaan pemangkasan dilakukan dengan gunting pangkas dengan cara memangkas cabang atau ranting arah miring dari bawah keatas dengan sudut 30 50 derajat 4. Untuk bekas pemotongan cabang/yang permukaannya terpotong lebar, penampang yang terpotong tersebut ditutup ter (aspal) 5. Pemangkasan ini dilakukan secara teratur tiap satu bulan sekali 6. Pemangkasan pada tanaman hias untuk pemeliharaan bentuk dilakukan bilamana ketinggian komposisi kelompok tanaman tidak lagi beraturan dan dipotong sesuai petunjuk ketinggian yang diminta dalam gambar H. Pemupukan 1. Pupuk kompos 2. Pupuk kandang, dengan pemakaian antara 2 4 kg/m2 3. Pemupukan tanaman dijadwalkan setiap interval 1 bulan sekali dengan diselang penggunaannya yaitu pupuk kandang dan pupuk kompos I. Pemberantasan Hama Penyakit 1. Ulat dan serangga dengan Basudin/Diazinon/Bayrusil, dosis 1 2 cc/L air segar disemprotkan dengan sprayer 2. Jamur, panu pada batang tanaman keras, dengan Dithan M 45, Fungisida dosis 2 3 gram/L air segar, disemprotkan dengan sprayer 3. Siput darat yang bersarang di bak-bak bunga/tanaman hias dengan Metadex yang disebarkan disekitar tanaman tersebut, dengan dosis 50 gram/m2 luas lahan 4. Kutu-kutu buah , kumbang , diberantas dengan Fosforeno ,dengan dosis 1 2 cc/L air segar, disemprotkan dengan sprayer bertekanan
IV.15
3
4
Pemeliharaan Pekerjaan
Pelaporan
IV.16
BAB III PELAKSANA KEGIATAN III.1 KUALIFIKASI PELAKSANA KONSTRUKSI RTH DAN TENAGA AHLI
A. Pelaksana Konstruksi RTH Adapun kualifikasi Pelaksana Konstruksi RTH adalah sebagai berikut: 1. Memiliki kompetensi pembangunan RTH yang ditandai dengan portofolio proyek dan tenaga ahli yang terdapat di dalamnya. 2. Memiliki pengalaman dengan pekerjaan sejenis minimal 5 tahun B. Tenaga Ahli
Sementara itu kualifikasi tenaga ahli yang harus terdapat dalam struktur
organisasi Pelaksana Konstruksi adalah sebagai berikut: 1. Ketua Tim (Ahli Lansekap): Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Teknik Lansekap yang dibuktikan dengan ijasah S1, dan memiliki pengalaman profesional di bidang Manajemen Konstruksi sekurang-kurangnya 3 (tiga)
IV.17
IV.18
B. Tanggung Jawab Pemerintah Daerah Pemerintah Kota akan menyediakan Tim Teknis dan administrasi untuk memeriksa pekerjaan Pelaksana Konstruksi dan berpartisipasi dalam proses Pembangunan RTH, Tim Teknis tersebut akan melakukan tugas-tugas sebagai berikut: 1. Memberikan persetujuan untuk semua keputusan manajemen proyek dan teknis 2. Menyediakan staf teknis yang memiliki wewenang serta tenaga ahli untuk mengawasi dan menyetujui pekerjaan Pelaksanaan Konstruksi 3. Memberitahukan Pelaksana Konstruksi terhadap perubahan mengenai lingkup pekerjaan, persyaratan dan jadwal. 4. Mengatur hubungan antara Pelaksana Konstruksi dan Mitra Strategis, jika ada, sesuai dengan prosedur dan keperluan 5. Menyediakan data yang diperlukan oleh Pelaksana Konstruksi, seperti: hasil-hasil kajian dan informasi lain, yang merujuk pada Dokumen Pengadaan
IV.19
III.2.2 Koordinasi Kegiatan A. Rapat Kemajuan Pekerjaan Pelaksana Konstruksi harus melaksanakan rapat kemajuan proyek setiap bulan disyaratkan dan disetujui oleh Tim Teknis Pemerintah Kota. Rapat tersebut merupakan waktu kerja dengan Tim Teknis untuk meninjau kemajuan dan jadwal, permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan pekerjaan dan peluang penyelesaiannya, mengindentifikasi tindakan yang diperlukan dan menindak lanjuti yang telah disetujui untuk dilaksanakan, serta mengatur pelaksanaan pekerjaan tersebut. Laporan kemajuan pekerjaan dan informasi tentang jadwal harus disiapkan untuk rapat tersebut. Dari waktu ke waktu, Tim Teknis akan selalu meminta Pelaksana Konstruksi untuk melaksanakan pertemuan untuk melaporkan status Pekerjaan Implementasi RTH dan kemajuan pekerjaan kepada Tim Teknis Pemerintah Kota, perwakilan masyarakat dan yang lainnya. B. Laporan Bulanan Setiap bulan, Pelaksana Konstruksi harus menyajikan laporan singkat yang akurat dan tidak bias mengenai status pekerjaan yang dilaksanakan dan dikelola. Laporan tersebut harus tersedia dalam kurun waktu 5 (lima) hari kerja setelah tenggat waktu setiap bulannya. Tenggat waktu adalah tanggal 25 pada setiap bulan. Laporan tersebut akan digunakan Tim Teknis Pemerintah Kota sebagai dasar untuk melaporkan status proyek kepada masyarakat.
IV.20
Pelaksana Konstruksi harus mendapatkan persetujuan Tim Teknis untuk format pelaporan awal dan revisi-revisi berikutnya sebelum persiapan pembuatan laporan. Laporan pada dasarnya akan termasuk informasi yang berikut ini: Jadwal pencapaian Ringkasan Jadwal Pekerjaan Statistik Kemajuan dan Kinerja (Ringkasan secara Keseluruhan / Elemen Pekerjaan /Bidang kerja) Laporan Pencapaian Kualitas yang memperinci tentang QA audit serta temuan-temuan mengenai efektitas dan efisiensi Pekerjaan Pelaksana Konstruksi dan sistem manajemennya Status Tagihan Daftar Kendali Perubahan Laporan pendukung yang terperinci akan dikeluarkan secara terpisah sesuai permintaan Tim Teknis Pemerintah Kota untuk melengkapi penerbitan Laporan Kemajuan Kerja Bulanan
IV.21
KAB. PURBALINGGA
KAB. BADUNG
KAB. BANDUNG
KAB. CIAMIS
IV.22
KOTA MALANG
KOTA KENDARI
G RE E N O P E N S PAC E TATA TA NA M A N
KAB. BANDUNG
KAB. SUMBAWA
KAB. BANDUNG
KAB. KUDUS
IV.23
G R E E N T R A N S P O RTATIO N JO G G IN G T R AC K DA N JA LU R P E JA L A N K A K I
KAB. BEKASI
KOTA SURAKARTA
KAB. KENDAL
KAB. PURBALINGGA
KOTA KENDARI
IV.24
KAB. TASIKMALAYA
G RE E N T RA N S P O RTATION P L A ZA
Plaza
KAB. PEKALONGAN
KAB. SIDOARJO
KOTA PALU
KOTA SEMARANG
KOTA METRO
KAB. KENDAL
KAB. SUKOHARJO
IV.25
G RE E N T RA N S P O RTATION PA RKIR S E P E DA
KAB.NGANJUK
KAB. KENDAL
KOTA SALATIGA
IV.26
KOTA YOGYAKARTA
KAB. TASIKMALAYA
G RE E N E N E RGY L A M P U S U RYA
KAB. KENDAL
KAB. NGANJUK
G RE E N WAT E R S U MU R RESA PA N
KAB. TASIKMALAYA
IV.27
G RE E N WA ST E BA K SA M PA H
KAB. TASIKMALAYA
KOTA MAKASSAR
IV.28
KAB. KENDAL
KOTA KENDARI
KAB. BANDUNG
G RE E N WA ST E BA NG KU TA M A N
KOTA KENDARI
KAB. CIAMIS
KAB. KUNINGAN
KAB. KUDUS
KOTA MAKASSAR
IV.29
KOTA KENDARI
KOTA YOGYAKARTA
KAB. PATI
KAB. BANDUNG
KOTA KENDARI
KAB. KUNINGAN
IV.30
Pos Jaga
KAB. CIAMIS KAB. PEKALONGAN
G RE E N B U IL D IN G G A Z E BO & P E RG O LA
KAB. KUDUS
KOTA SALATIGA
KOTA KENDARI
KAB. PURBALINGGA
KAB. KUNINGAN
KAB. CIAMIS
KAB. TASIKMALAYA
KAB. BEKASI
IV.31
NA M A / S IG NAGE TA M A N
KOTA MALANG
KOTA YOGYAKARTA
KAB. SUMBAWA
KAB. KUDUS
KAB. SUKOHARJO
KOTA YOGYAKARTA
NA M A / S IG NAGE TA M A N
KAB. SUMBAWA
KAB. TASIKMALAYA
KAB. BADUNG
KOTA SURAKARTA
IV.33
IV.34
sebelum
sesudah
KOTA S E M A RA NG REJOMULYO PARK Eks Pasar Rejomulyo, Kel. Rejomulyo, Kec. Semarang Tengah (5.000 m2)
sebelum
sesudah
IV.35
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Maksud dan Tujuan I.3 Lingkup Kegiatan I.4 Keluaran BAB II PROSES DAN TAHAPAN KEGIATAN II.1 Pengertian II.2 Tahanap Kegiatan II.3 Penyusunan Dokumen Konstruksi dan Pelelangan II.4 Jadwal Pekerjaan BAB III PELAKSANA KEGIATAN III.1 Tenaga Ahli III.2 Mekanisme Kerja III.2.1 Tanggung Jawab III.2.2 Peran Serta Green Community III.2.3 Koordinasi Kegiatan V.1 V.1 V.2 V.3 V.3 V.4 V.4 V.6 V.8 V.8 V.9 V.9 V.10
DAFTAR ISI
Untuk menindaklanjuti RAKH yang telah disepakati oleh pemerintah Kabupaten/Kota tersebut, maka di tahun 2012 ini pemerintah melaksanakan kegiatan implementasi pelaksanaan fisik RTH untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas di perkotaan.
Adanya kegiatan implementasi fisik ini harus didampingi oleh kegiatan supervisi
untuk mengawasi kegiatan fisik yang berjalan.
Kegiatan supervisi ini dilakukan untuk memberikan pengawasan terhadap tahapan kualitas pekerjaan pelaksanaan fisik secara berkala. Supervisi/pengawasan yang dilakukan diharapkan dapat memberikan kualitas fungsi RTH yang berdampak
V.1
b. Tujuan
Tujuan kegiatan adalah quality assurance pelaksanaan fisik RTH sesuai dengan RKS
dengan cara mengawal proses penyelenggaraan konstruksi implementasi
V.2
2. Tahap Pelaksanaan Mengevaluasi, dan mengendalikan Program pelaksanaan konstruksi fisik serta melakukan koordinasi antar pihak yang terlibat dalam kegiatan pelaksanaan implementasi fisik.
I.4 KELUARAN
Keluaran dari kegiatan ini adalah dokumen supervisi pelaksanaan konstruksi RTH yang di terbitkan berkala setiap minggunya.
V.3
pengukuran kegiatan tersebut dan membandingkan antara hasil pelaksanaan yang dicapai dengan standar/rencananya untuk mengetahui apakah ada penyimpangan (evaluasi).
Standar yang dipergunakan adalah mencakup standar konstruksi itu sendiri atau spesifikasi/persyaratan teknis pekerjaan, seperti kuantitas,dimensi/ukuran, kualitas, cara pengerjaan atau rencana kerja yang telah ditetapkan sebelumnya seperti biaya atau jadwal/waktu pelaksanaan kegiatan, dan lain-lain. Sedangkan penyimpangan dapat merupakan hasil yang lebih baik (hal ini merupakan suatu prestasi) dan penyimpangan yang negatif atau tidak sesuai/dibawah standar yang telah ditetapkan (merupakan suatu masalah yang harus diselesaikan).
V.4
Pengawasan pelaksanaan pembangunan prasarana pada prinsipnya dilakukan terhadap semua aspek kegiatan, namun demikian dalamproses pengawasan ini dapat difokuskan pada 5 (lima) aspek-aspek pengawasan pelaksanaan berikut : 1.Volume pekerjaan, termasuk dimensi atau ukuran konstruksi, yang perlu disupervisi antara lain, adalah : a.Jenis dan volume tiap pekerjaan; b.Kondisi lokasi; c.Fungsi dari setiap aspek pekerjaan; d.Termasuk juga disini adalah apakah semua rencana pengamanan dampak lingkungan sudah dilaksanakan. 2.Mutu/Kualitas pekerjaan, yang perlu disupervisi antara lain, adalah : a.Sumber, kualitas, kuantitas bahan/Alat/tenaga kerja yang dipergunakan pada sestiap jenis pekerjaan sesuai rencana; b. Kualitas hasil pekerjaan; c. Kelengkapan RTH untuk kenyamanan pemakai; d.Metode atau cara pelaksanaan tiap jenis pekerjaan benar; e.Koordinasi pelaksanaan denganpihak/instansi/dinas terkait setempat. 3. Waktu pelaksanaan, yang perlu disupervisi antara lain, adalah : a.Pelaksanaan tiap-tiap item pekerjaan tetap mengacu pada jadwal yang telah direncanakan. b.Keterlambatan dan/atau percepatan waktupelaksanaan pekerjaan maka harus diperhitungkan perubahan waktu kerja tersebut terhadap jadwal kerja; c.Monitoring perpanjangan jangka waktu pelaksanaan kontrak atau menghentikan pekerjaan/pemutusankontrak (bila perlu). 4.Biaya, yang perlu disupervisi antara lain, adalah : a. Pembelanjaan atau penggunaan dana; b. Penyelewengan dana; c. Proses transaksi selalu disertai dengan bukti-bukti tertulis; d. Pembukuan Keuangan dengan baik; e. Aspek kontribusi swadaya masyarakat dipenuhi. 5.Administrasi pelaksanaan, yang perlu disupervisi, adalah : a. Penyusunan Dokumen manajemen administrasi yang diperlukan secara lengkap, benar dan sesuai kondisi lapangan/yang sebenarnya; V.5 b. Administrasi diarsipkan dan dipelihara dengan baik
V.6
3. Melakukan evaluasi program terhadap penyimpangan teknis dan manajerial yang timbul, usulan koreksi program dan tindakan turun tangan, serta melakukan koreksi teknis bila terjadi penyimpangan. 4. Melakukan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kontruksi fisik 5. Melakukan kegiatan pengawasan terdiri atas: Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan kontruksi yang akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan di lapangan Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metode pelaksanaan, serta mengawasi ketepatan waktu, dan biaya pekerjaan kontruksi. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan kontruksi dari segi kualitas, kuantitas, dan laju pencapaian volume/ realisasi fisik dan mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk memecahkan persoalan yang terjadi selama pekerjaan kontruksi. Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuat laporan mingguan dan bulanan pekerjaan pengawasan, dengan masukan hasil rapatrapat lapangan, laporan harian, mingguan dan bulanan pekerjaan konstruksi yang dibuat oleh pelaksana konstruksi. Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan untuk pembayaran angsuran, pemeliharaan pekerjaan, dan serah terima pertama dan kedua pekerjaan kontruksi. Meneliti gambar-gambar untuk pelaksanaan (shop drawings) yang diajukan oleh kontrakor dan meneliti gambar- gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan (As Built Drawings) sebelum serah terima. Menyusun daftar cacat/kerusakan sebelum serah terima, dan mengawasi perbaikannya pada masa pemeliharaan dan bersama dengan Konsultan Perencana menyusun petunjuk pemeliharaan dan penggunaan bangunan gedung. 6. Menyusun laporan akhir pekerjaan manajemen kontruksi
V.7
V.8
pemeliharaan pekerjaan 2. Memantau informasi atau masukan yang diterima dari Pemerintah kota, Masyarakat, dan yang lainnya 3. Menyerahkan laporan monitoring dan evaluasi pekerjaan ke Pemerintah Kota
pemeliharaan
V.10
B. Tanggung Jawab Pemerintah Kota/Kabupaten Pemerintah Kota/Kabupaten akan menyediakan Tim Teknis dan administrasi untuk memeriksa pekerjaan Konsultan dan berpartisipasi dalam proses Pembangunan RTH, Tim Teknis tersebut akan melakukan tugas-tugas sebagai berikut: 1. Memberikan persetujuan untuk semua keputusan manajemen proyek dan teknis 2. Menyediakan staf teknis yang memiliki wewenang serta tenaga ahli untuk mengawasi dan menyetujui pekerjaan Konsultan 3. Mengatur hubungan komersil dengan semua pihak seperti Pelaksana konstruksi,Konsultan dan Pemasok 4. Memberitahukan Pengawas terhadap perubahan mengenai lingkup pekerjaan, persyaratan dan jadwal 5. Mengatur hubungan antara Pengawas dan Mitra Strategis, jika ada, sesuai keperluan 6. Menyediakan data yang diperlukan konsultan untuk kelancaran pekerjaan
III.2.2 Peran Serta Komunitas Hijau Komunitas Hijau hendaknya terlibat dalam pengawasan selama implementasi fisik RTH berlangsung. Pengawasan dari Komunitas Hijau diperlukan agar kualitas fisik RTH yang terbangun bisa terjaga sesuai dengan perencanaannya.
V.11
III.2.3 Koordinasi Kegiatan A. Rapat Evaluasi Kemajuan Lapangan Kegiatan evaluasi pada prinsipnya merupakan bagian dari proses
Rapat Evaluasi Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan adalah merupakan pertemuan yang dilaksanakan oleh Pengawas - Pelaksana Konstruksi - Konsultan Tim Teknis Pemerintah daerah (Tim Pelaksana Kegiatan) padasetiap setiap peride
pengurus/pelaksana kegiatan (termasuk dapat mengundang pihak-pihak terkait lainnya yang diperlukan).
Beberapa hal penting yang perlu menjadi agenda evaluasi berkaitandengan pelaksanaan kegiatan dilapangan, antara lain : - Volume pekerjaan - Realisasi Volume Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja - Realisasi Biaya Pengadaan Bahan/Alat/Tenaga Kerja - Realisasi Swadaya Masyarakat - Administrasi -Masalah-masalah yang timbul dilapangan
V.12
B. Laporan Kemajuan Pekerjaan Setiap minggu, Pengawas harus menyajikan laporan singkat yang akurat mengenai status monitoring dan evaluasi pekerjaan yang dilaksanakan dan dikelola. Laporan tersebut akan digunakan Tim Teknis Pemerintah Daerah
Jadwal pencapaian
Ringkasan Jadwal Pekerjaan Laporan Pencapaian Kualitas Daftar Kendali Perubahan
V.13
VI
yaitu: Green Planning and Design, Green Open Space, Green Community, Green
Water, Green Waste, Green Energy, Green Building, dan Green Transportation. Dari 8 (delapan) atribut tersebut, Green Community menjadi salah satu atribut yang penting, karena keterlibatan dan rasa memiliki masyarakat yang utamanya dijaring melalui forum-forum komunitas,akan menjadi motor penggerak utama gerakan hijau di kota/kawasan perkotaan serta menjamin keberlanjutan program Kota Hijau di masa yang akan datang. Penerapan atribut Green Community, melalui pembentukan Forum Komunitas Hijau (FKH) adalah sarana mewadahi komunitas-komunitas yang sudah ada, untuk saling belajar dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Kota Hijau. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mendorong partisipasi masyarakat melalui pembentukan Forum Komunitas Hijau (FKH) dalam meningkatkan pengetahuan dan kepedulian
seluruh penghuni kota terhadap perwujudan kota hijau, diawali dari memahami
pentingnya RTH di kota.
Proses pemahaman tersebut dapat dimulai dari komunitas-komunitas yang tergabung dalam FKH sendiri, yang nanti kemudian akan menyebar ke segmen masyarakat lain lewat kegiatan-kegiatan FKH.
VI.1
RUANG LINGKUP
Masyarakat yang menjadi target sasaran kegiatan forum komunitas hijau adalah yang berada dalam kelompok usia : 16- 30 tahun(remaja, pemuda, komunitas penggiat lingkungan yang aktif, tokoh-tokoh muda, dan sebagainya dengan pertimbangan waktu yang tersedia, spirit yang dinamis, serta pembawa perubahan (agent of change). Contoh : - Karang Taruna, kelompok pemuda teritorial - Siswa-siswi sekolah-sekolah tingkat atas/ SLTA - Komunitas seni dan budaya - Komunitas peduli lingkungan - Komunitas olahraga - Komunitas hobi (sepeda, motor, dll) - Masyarakat yang peduli
KELUARAN
1. Database Forum Komunitas Hijau Kota 2. Rencana Aksi forum komunitas hijau kota 3. Dokumentasi dan prosiding pelaksanaan aksi-aksi komunitas hijau
VI.3
VI.A
I. TUJUAN
1. Membangun kesadaran warga dan pemerintah daerah tentang pentingnya Kota Hijau 2. 3. Menyatukan visi Kota Hijau antara warga dan pemerintah daerah Membangun partisipasi warga dalam program-program Kota Hijau
II. SASARAN
1. 2. Masyarakat umum dengan prioritas generasi muda (16-30 tahun) Komunitas atau kelompok masyarakat yang berorganisasi secara sukarela karena kesamaan minat.
VI.A.1
Berikut adalah beberapa pelaksanaan kegiatan sosialisasi Kota Hijau serta alternatif
peningkatan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) serta di mana saja
lokasi RTH di kota/kabupaten yang dapat diakses. Pada tahap berikutnya adalah
Bekerja sama dengan media lokal untuk melakukan talkshow atau penyuluhan mengenai fungsi, manfaat, dan pentingnya Kota Hijau beserta penjelasan
atribut-atributnya. Paling tidak ada3 radio lokal dan 2 stasiun TV lokal/2 kali
3. Press release ke media massa Memberikan bahan-bahan tertulis kepada media massa lokal, agar mereka menurunkan tulisan tentang fungsi,manfaat, dan peningkatan kualitas dan
4. Sosialisasi ke sekolah-sekolah (SLTA) 5. Kampanye lewat social media : facebook, twitter, youtube Membuat akun media sosial, untuk menyebarkan pemahaman fungsi, manfaat, dan pentingnya peningkatankualitas dan kuantitas RTH. Melalui media sosial inilah interaksi warga dan pemerintah diharapkan dapat terjadi secara
VI.A.2
Aksi Kota Hijau tidak lahir secara instan, dibutuhkan tahapan-tahapan yang diawali dengan sosialisasi untuk menumbuhkan kepedulian, dilanjutkan dengan mobilisasi melalui pembentukan komunitas hijau. Setelah terbentuk komunitas yang terorganisir maka perlu diambil langkah-langkah persuasif antara lain melalui insentif program oleh pemerintah. Pada tahap akhir lahirlah aksi-aksi yang mendukung perwujudan Kota Hijau Sosialisasi Mobilisasi Persuasi Aksi --
VI.A.3
VI.B
DAFTAR ISI
I.1 DEFINISI DAN KRITERIA FKH I.2 TAHAPAN PEMBENTUKAN FKH I.3 PENYUSUNAN RENCANA AKSI FKH I.4 PENGEMBANGAN FKH I.5 JADWAL PELAKSANAAN I.6 FORM PEMBENTUKAN FKH & PENYUSUNAN RENCANA AKSI FKH IV.B.1 IV.B.2 IV.B.3 IV.B.4 IV.B.4
IV.B.6
FKH
terdiri
dari
perwakilan seputar
warga, sosial,
yang dan
memiliki budaya.
kepedulian/kegiatan
Komunitas/kelompok warga adalah perkumpulan yang sifat keanggotaannya terbuka, berorientasi sosial (bukan profit, seperti koperasi misalnya), dan sudah aktif dalam satu tahun terakhir mengadakan kegiatan-kegiatan yang mengangkat isu lingkungan dan sosial budaya. Contoh komunitas/kelompok warga yang dimaksud antara lain komunitas bike2work, komunitas motor, komunitas berkebun, karang taruna, pramuka, kelompok kesenian, dll.
VI.B.1
2. Diadakan workshop/konsinyiasi dengan mengundang pakar-pakar Kota Hijau sebagai narasumber dan komunitas-komunitassebagai peserta untuk menggalang kepedulian komunitas-komunitas tersebut terhadap perwujudan KotaHijau;
3. Dibentuk Forum Komunitas Hijau (FKH) yang terdiri atas komunitas-komunitas yang telah menyatakan minatnya dalam mendukungperwujudan Kota Hijau di kota/kabupaten masing-masing;
4. FKH merupakan forum bagi komunitas-komunitas yang peduli pada program Kota Hijau di kota/kabupaten masing-masing dan menjadi mitra bagi pemerintah untuk mewujudkan Kota Hijau;
5. FKH menyusun rencana aksi komunitas hijau kota yang terdiri atas programprogram kegiatan yang dapat mendorong danmeningkatkan keterlibatan dan
VI.B.2
2.
Masalah tersebut kemudian dipilah mana yang menjadi tanggung jawab pemerintah, bisnis maupun warga sendiri
3.
FKH membuat skala prioritas masalah yang menjadi tanggung jawab warga.
4.
Berdasarkan skala prioritas inilah kemudian didiskusikan satu rencana aksi untuk mengatasinya.
5.
Rencana aksi ini tidak harus menjadi solusi 100%, tetapi bisa merupakan penyelesaian satu tahap. Misalnya masalah yang dipilih soal sampah, lalu rencana aksinya adalah penyadaran warga untuk memilah sampah (satu tahap untuk masalah sampah)
6.
Measurable (dapat diukur), Attainable (dapat dicapai), Realistic (realistis) Time Bound (target waktu)
7.
VI.B.3
VI.B.4
VI.B.4
VI.B.5
VI.B.6
VI.C
DAFTAR ISI
I.1 TUJUAN DAN KELUARAN I.2 JADWAL PEKERJAAN I.3 TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN I.4 BATASAN PEMETAAN I.5 GUIDELINE LAYOUT PETA I.6 FORM PENYUSUNAN PETA KOMUNITAS HIJAU IV.C.1 IV.C.1 IV.C.2 IV.C.3 IV.C.4 IV.C.6
Keluaran Spesifikasi Peta Komunitas Hijau : 1. Dibuat/dicetak pada kertas ukuran A2, jenis kertas art/matte paper, berat 120
gram
2. Dicetak dalam jumlah sesuai ketentuan RAB dan dikemas dengan terlipat rapi.
VI.C.1
e. Tim kemudian melakukan survei lapangan pada lokasi-lokasi yang masuk pada
batasan obyek peta. Dalam survei lapangan, setiap orang melakukan penilaian/pencatatan pada lokasi-lokasi yang dikunjungi. f. Tim kemudian mendiskusikan hasil survei, setiap orang bertukar pikiran dan melakukan penilaian bersama/kelompok pada setiap lokasi, serta membahas kembali, lokasi-lokasi mana yang layak dimasukkan dalam peta.
g. Setelah survei dan diskusi selesai, tim kemudian merancang setting dan layout
peta, sesuai petunjuk teknis dan memasukkan hasil-hasil survei diskusi ke dalam peta. h. Draft Peta Komunitas Hijau ini wajib konsultasi dengan Tim Pendamping Pusat untuk mendapat persetujuan substansi. i. Setelah mendapat persetujuan substansi dari Tim Pendamping Pusat, draft peta
VI.C.2
4. Green
5. Green Water : Bagaimana kondisi air permukaan/air tanahnya? Sudah berapa persen masyarakat mengakses air bersih? Adakah teknologi
dikelola
8. Green Energy : Apa sumber energinya? Adakah inisiatif penggunaan energi hijau (air, surya, angin)?
VI.C.3
VI.C.4
PETA & LEGENDA Penomoran Tiik Hijau, dengan garis batas kecamatan, nama jalan, nagivasi arah utara
HALAMAN DEPAN
HALAMAN BELAKANG
PETA & LEGENDA Penomoran Tiik Hijau, dengan garis batas kecamatan, nama jalan, nagivasi arah utara
VI.C.6
VI.D
DAFTAR ISI
I.1 FESTIVAL HIJAU (GREEN FESTIVAL) DI TAMAN KOTA IV.D.1 I.2 AKSI KOMUNITAS HIJAU LAIN (TERKAIT ATRIBUT KOTA HIJAU) IV.D.3 I.3 SOSIALISASI KOMUNITAS HIJAU I.4 DOKUMENTASI KEGIATAN FKH IV.D.6 IV.D.8
DAFTAR ISI
Bentuk Kegiatan :
Festival ini berupa kegiatan di ruang terbuka hijau atau di salah satu taman kota
Festival ini bukan lomba, tetapi lebih ajang ekspresi kelompok2 kesenian di kota
Pendanaan dari P2KH berupa dana stimulan, biaya penyelenggaran festival ini
Keluaran :
Kesenian yang ditampilkan dapat berupa kesenian modern maupun tradisional, diutamakan kesenian lokal. Contoh festival : festival teater, festival tari, festival musik tradisional, festival mainan anak, dll.
Waktu Pelaksanaan : Rentang Oktober-November dalam rangka peringatan Hari Tata Ruang
VI.D.1
VI.D.2
Batasan kegiatan : Terkait dengan salah satu atau lebih dari 8 atribut Kota Hijau Kegiatan dapat berupa lokalatih (workshop), kampanye isu tertentu, atau model kegiatan lain. Contoh : tanam pohon, kampanye naik sepeda ke kantor/sekolah, membuat sumur resapan, membangun mikrohidro, membuat bank sampah,
lokalatih daur ulang, lomba lingkungan, pemetaan jalur sepeda/titik sampah, dll
Pilihan kegiatan diserahkan pada kesepakatan FKH, sesuai dengan konteks permasalahan kota/kabupaten yang terkait dengan salah satu atribut Kota Hijau. Misal masalah yang menonjol di suatu kota adalah sampah, maka pilihan kegiatan dapat difokuskan di soal green waste. Pendanaan : Untuk kegiatan ini, P2KH memberikan dana stimulan, sementara
FKH dapat mulai mandiri dengan menggali dana dari sumber-sumber lain.
Output : a. Terselenggaranya satu kegiatan (terkait Kota Hijau) yang ditentukan sendiri oleh FKH b. Terlibatnya sejumlah orang (minimal 50 orang) dalam kegiatan ini c. Dokumentasi kegiatan berupa foto, laporan, dan/ peta (jika kegiatan berupa pemetaan).
VI.D.2
VI.D.3
VI.D.4
VI.D.5
Bentuk : Kampanye Kota Hijau lewat media massa maupun media social Talkshow di media massa maupun di kegiatan publik (di sekolah, pusat keramaian, dll) Penyebaran Peta Komunitas Hijau
Target : a. Terjangkau minimal 1000 orang di media social (facebook, youtube, twitter, dll) b. Interaksi yang intens saat kegiatan : ada penanya saat talkshow (minimal 3 penanya), percakapan/komentar di media social (3 komentar) c. Respon terhadap peta komunitas hijau, berupa masukan, pertanyaan, kritikan via email, telepon, maupun komentar di media sosial.
VI.D.6
VI.D.7
VI.D.8
TIM PENYUSUN
TIM PENGARAH : M. Basuki Hadimuljono, Joessair Lubis, Dadang Rukmana, Iman Soedrajat, Lina Marlia, Bahal Edison Naiborhu
TIM PELAKSANA : Endra S. Atmawidjaja, Andi Renald R., Firsta, Wisnubroto Sarosa, Desfitriza, Allien Dyah Lestari, One Indirasari, Ludfie Hamdrie, Rocky Adam, Wulansih, Agus Salam, Yohanes Fajar S.W., Sylva A.A. Irnadiasputri, Larasati Pratiwi, Niken Prawestiti
Dicetak di Indonesia Penerbit : KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Produksi 2013
Sekretariat P2KH : Gedung Ditjen SDA & Penataan Ruang Lt.4 Jl. Pattimura no.20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12110 Telp/Fax : 021-7231611/021-7243431 www.penataanruang.net