Вы находитесь на странице: 1из 15

Dislokasi Definisi Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis.

. Dengan kata lain, dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai subluksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terlepas dari tempatnya, maka sendi tersebut menjadi macetdan terasa nyeri. Ligamen-ligamen pada sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi biasanya menjadi kendor, sehingga sendi itu akan gampang dislokasi lagi. Klasifikasi Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Dislokasi congenital: Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan. 2. Dislokasi patologik: Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. Misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang. 3. Dislokasi traumatic: Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan sistem vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi menjadi: a. Dislokasi Akut. Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip joint. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi. b. Dislokasi Kronik.

c. Dislokasi Berulang. Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint. Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan. Etiologi 1. Cedera olah raga Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya: terperosok akibat bermain ski, senam, voli. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jarijari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain. 2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi. 3. Terjatuh Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin. 4. Patologis Terjadinya robekan ligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen vital penghubung tulang. Patofisiologi Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan. Humerus terdorong kedepan, merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi. Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur. Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan subluksasio erekta. Patofisiologi dislokasi tergantung dari macam dislokasi yang terjadi. Macam-macam Dislokasi 1. Dislokasi Sendi Rahang Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena: o Menguap atau terlalu lebar.

o Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali.

Tindakan Pertolongan: o Rahang ditekan ke bawah dengan kedua ibu jari sudah dilindungi balutan. o Ibu jari tersebut diletakkan di graham yang paling belakang. o Tekanan itu harus mantap tapi pelan pelan. o Bersamaan dengan penekanan itu jari jari yang lain mengangkat dagu penderita ke atas. Apabila berhasil rahang itu akan menutup dengan cepat dan keras. o Setelah selesai untuk beberapa saat pasien tidak diperbolehkan terlalu sering membuka mulutnya. 2. Dislokasi Sendi Bahu Dislokasi sendi bahu adalah pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral. Pergesaran yang terjadai dapat berada di anterior dan medial glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi inferior). Macam-macam a. Dislokasi anterior. Dislokasi preglenoid subkorakoid, subklavikula. Merupakan 90 % kasus dislokasi sendi bahu. b. Dislokasi posterior. Nyeri, benjolan dibagian belakang sendi pemeriksaan radiologis. Khas: light bulb karena rotasi internal humerus.

Gambar:

radiograf

antero-posterior

dislokasi

posterior

articulatio

glemohumeral. c. Dislokasi inferior atau luksasi erecta. Kaput humerus terjepit di bawah glenoid, dengan lengan arah ke atas pengobatan dilakukan reposisi tertutup seperti dislokasi anterior, jika gagal dilakukan reposisi terbuka dengan operasi.

Gambar:

radiograf

antero-posterior

dislokasi

inferior

articulatio

glemohumeral. Lengan diabduksi, ditinggikan, dan difiksasi. d. Dislokasi dengan Fraktur. Biasanya adalah dislokasi tipe anterior dengan fraktur.

Gambar: (panah). Gejala Klinis

radiograf

antero-posterior

dislokasi

anterior

articulatio

glemohumeral setelah dilakukan reduksi. Tampak adanya fragmen fraktur

Aspek lateral bahu menjadi datar bukannya membulat dan dapat teraba depresi yang dalam antara caput humeri dan acromion di lateral. Gerakan yang terbatas. Rasa nyeri yang hebat bila bahu digerakkan. Lengan menjadi kaku dan siku agak terdorong menjauhi sumbu tubuh. Ujung tulang bahu akan nampak menonjol ke luar. Sedang di bagian depan tulang bahu nampak ada cekungan ke dalam. Korban mengendong tangan yang sakit dengan yang lain. Korban tidak bisa memegang bahu yang berlawanan. Diagnosis Banding Dislokasi akromioklavikula Fraktur klavikula Fraktur kolumna humeri Fraktur humerus proksimal Pemeriksaan Tambahan

X-Ray untuk menemukan fraktur terkait. Pemeriksaan untuk mencari adanya cedera plexus brachialis wajib dilakukan. Raba denyut nadi radialis. Tindakan Pertolongan Usaha memperbaiki letak sendi yang terpeleset itu harus dikerjakan secepat mungkin, tetapi harus dengan tenang dan hati hati. Jangan sampai itu justru merusak jaringan jaringan penting lainnya. Apabila usaha itu tidak berhasil, sebaiknya jangan diulang lagi. Segera kirim pasien ke rumah sakit. Sejumlah teknik reduksi boleh digunakan, antara lain: a. Traksi Pasif (Teknik Stimson) Pasien diberi dosis analgesia yg cukup atau sedasi intravena. Sebagai alternatif, 20 ml lidokain 1% dapat disuntikkan ke dalam sendi sebelah inferior dan lateral akromion, sebelum penyuntikan lakukan aspirasi darah. tunggu 15 menit untuk mendapatkan analgesia maksimum. Kemudian pasien dibaringkan tengkurap pada meja periksa dengan bahu terletak di tepi meja dan ekstrimitas yang mengalami dislokasi dalam keadaan bebas. Diikatkan beban 5-7,5 kg pada pergelangan tangan dg kasa balut. Dislokasi dapat direduksi setelah 10-15menit setelah traksi ini. b. Rotasi Skapula Letakkan pasien pada posisi tengkurap di atas meja periksa dengan lengan menggantung di tepi meja, atau minta pasien duduk tegak dan minta assisten memasangkan traksi pada lengan. Dorong ujung skapula ke medial dan aspek superior skapula ke arah lateral. c. Teknik Hennipen Secara perlahan dielevasikan sehingga bongkol sendi masuk kedalam mangkok sendi. Pasien duduk atau tidur dengan posisi 45o , siku pasien ditahan oleh tangan kanan penolong dan tangan kiri penolong melakukan rotasi arah keluar (eksterna) sampai 90o dengan lembut dan perlahan. Jika korban merasa nyeri, rotasi eksterna sementara dihentikan sampai terjadi relaksasi otot, kemudian dilanjutkan.

Sesudah relaksasi eksterna mencapai 90o maka reposisi akan terjadi. Setelah dislokasi direduksi, lakukan imobilisasi extremitas dengan memasang immobilizer bahu, misalnya dengan bias-cut stockinette baik untuk pembalutan ini. Selalu buat foto-foto pasca reduksi. Indikasi operasi: dislokasi bahu yg tidak berhasil direduksi secara tertutup dan dislokasi yg sudah neglected lebih dari 2 minggu. Kontraindikasi operasi: Berhubung dengan kondisi medis/cedera penyerta yang tidak memungkinkan dilakukan tindakan pembiusan. Komplikasi Kerusakan nervus aksilaris Kerusakan pembuluh darah Tidak dapat tereposisi Kaku sendi Dislokasi rekuren, dilakukan tindakan operasi Putti-platt, Bristowdan bankart Rujuk pasien untuk mendapat follow up ortopedi

Follow up : Daerah lipatan aksilla harus diperhatikan terjadinya mycosis, dan kondisi yang lembab harus dihindarkan dan diatasi. Latihan isometrik segera dilakukan dan latihan isotonik setelah 3 minggu. 3. Dislokasi Sendi Siku Mekansme cederanya biasanya jatuh pada tangan yg dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior. Siku jelas berubah bentuk dg kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku. Mintakan pemeriksaan radiografi sebelum mencoba memanipulasi Periksa selalu cedera neurovaskuler yg terkait khususnya a.brachialis dan kerusakan n. ulnaris dan medianus. Reduksi dilakukan dg melakukan traksi longitudinal pd lengan bawah dg traksi lawan (counteraction) pada lengan atas. Reduksi mugkin sulit ducapai dan diperlukan anestesi umum. Setelah reduksi lakukan imobilisasi (membatasi gerakan) lengan dg bidai gips posterior dg posisi fleksi siku bersudut >90o selama 3 minggu. Periksa denyut nadi distal, dan amati sirkulasi tangan.

Gambaran Radiologis:

Gambar: radiografi lateral dari dislokasi posterior articulatio cubiti. 4. Dislokasi Sendi Jari Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah telapak tangan atau punggung tangan. Tindakan Pertolongan : Jari yang cedera dengan tarikan yang cukup kuat tapi tidak disentakkan. Sambil menarik, sendi yang terpeleset ditekan dengan ibu jari dan telunjuk. Akan terasa bahwa sendi itu kembali ke tempat asalnya. Setelah diperbaiki sebaiknya untuk sementara waktu ibu jari yang sakit itu dibidai. Untuk membidai dalam kedudukan setengah melingkar seolah olah membentuk huruf O dengan ibu jari. 5. Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal Dislokasi disebabkan oleh hiperekstensi ekstensi persendian. Direposisi secara hati hati dengan tindakan manipulasi tetapi pembedahan terbuka mungkin diperlukan untuk mengeluarkan jaringan lunak yang terjepit di antara permukaan sendi. 6. Dislokasi Panggul

Definisi Dislokasi sendi panggul adalah bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra). Etiologi Akibat ruda paksa berat, paling banyak kecelakaan mobil. Patofisiologi Dislokasi panggul paling sering dialami oleh dewasa muda dan biasanya diakibatkan oleh abdukasi berlebih. Caput humeri biasanya bergeser ke anterior dan inferior melalui robekan traumatik pada kapsul sendi panggul. Indikasi Operasi Gagal reposisi tertutup. Kedudukan caput femur tidak stabil. Terjadi fraktur koolum femoris. Adanya lesi n. Ischiadikus. Didak ada kontraindikasi untuk dilakukannya reduksi tertutup. Diagnosis Banding Fraktur acetabulum. Fraktur collum femur. Pemeriksaan Penunjang X-ray dan atau CT-scan. Klasifikasi A. Dislokasi Posterior Dislokasi posterior adalah terjadinya dislokasi pada saat panggul fleksi dan adduksi. Arah trauma dan lutut ditransmisikan sepanjang batang femur dan mendorong caput femur ke belakang (Dashboard injury) atau jatuh dengan posisi kaki fleksi dan lutut tertumpu. Gejala Sendi panggul dalam posisi fleksi, adduksi dan internal rotasi. Tungkai tampak lebih pendek.

Teraba caput femur pada panggul.

Gambaran Radiologis Caput femur berada di luar dan di atas acetabulum. Femur adduksi dan internal rotasi.

Gambar: radiografi antero-posterior dislokasi posterior hip joint dekstra. Tatalaksana Dislokasi harus direposisi secepatnya dengan pembiusan umum dengan disertai relaksasi yang cukup. Penderita dibaringkan di lantai dan penolong menahan panggul. Sendi panggul difleksikan 90 dan kemudian dilakukan tarikan secara vertikal. Sesudah reposisi dilakukan traksi kulit 3-4 minggu disertai exercise weight bearing dilakukan minimal sesudah 12 minggu. B. Dislokasi Anterior Dislokasi anterior terjadi pada trauma jika tungkai terkangkang, lutut lurus, punggung bongkok arah ke depan dan ada puntiran ke balakang. Gejala Sendi panggul dalam posisi eksorotasi, ekstensi dan abduksi. Tak ada pemendekan tungkai.

Benjolan di depan daerah inguinal dimana kaput femur dapat diraba dengan mudah. Sendi panggul sulit digerakkan .

Gambaran Radiologis Caput femur terlihat di depan acetabulum.

Gambar: radiografi antero-psterior dislokasi posterior hip joint dekstra dan dislokasi anterior hip joint sinistra. Tatalaksana Dilakukan reposisi seperti dislokasi posterior, kecuali pada saat fleksi dan tarikan pada dislokasi posterior dilakukan adduksi pada dislokasi anterior C. Dislokasi Sentral Dislokasi sentral terjadi kalau trauma datang dari arah samping sehingga trauma ditransmisikan lewat trokanter mayor mendesak terjadi fraktur acetabulum sehingga caput femors masuk ke rongga pelvis. Gejala Posisi panggul tampak normal, hanya sedikit lecet di bagian lateral. Gerakan sendi panggul terbatas.

Gambaran Radiologis Terlihat pergeseran dan caput femur menembus panggul.

Gambar: radiografi antero-posterior dislokasi sentral hip joint dekstra. Tatalaksana Dilakukan reposisi dengan skietal traksi sehingga self reposisi pada fraktur acetabulum tanpa penonjolan kaput femur ke dalam panggul. Dilakukan terapi konservatif dengan traksi tulang 4-6 minggu. Tindakannya adalah reposisi dengan anestesi umum dan pemasangan gips selama enam minggu atau tirah baring dengan traksi yang ringan untuk mengistirahatkan persendian dan memberikan kesembuhan bagi ligamentum. Dislokasi sendi lutut dan eksremitas bawah sangat jarang terjadi kecuali peda pergelangan kaki di mana dislokasi disertai fraktur. Komplikasi Dislokasi Panggul Komplikasi dini - Kelumpuhan nervus ischiadikus. - Biasa terjadi pada dislokasi posterior karena internal rotasi yang hebat atau tekanan langsung oleh fragmen fraktur acetabulum. - Kerusakan pembuluh darah (A.Glutea superior). - Biasanya terjadi pada dislokasi anterior. - Kerusakan kaput femur.

Komplikasi lanjut - Nekrosis avaskular. - Miositis ossifikans. - Rekurent dislokasi. - Osteoarthritis. Perawatan Pasca Reduksi Pasien tirah baring dan diimobilisasi dengan skin traksi selama 2 minggu, kemudian mobilisasi non weight bearing selama 3 bulan atau tirah baring hingga nyeri sendi panggul menghilang, kemudian segera mobilisasi partial weight bearing. Follow Up Pengawasan posisi ekstremitas bawah dalam posisi netral bila diimobilisasi dengan traksi kulit. Latihan isometrik segera dilakukan dan latihan isotonik setelah 2 minggu. Atau pemantauan hilangnya nyeri sendi panggul dan segera mobilisasi partial weight bearing. 7. Dislokasi Patella Paling sering terjadi ke arah lateral. Gadis muda dan wanita muda paling sering mengalaminya. Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan. Apabila dislokasi terjadi berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara bedah. Manifestasi Klinis Umum 1. Deformitas pada persendiaan. Kalau sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat suatu celah. 2. Gangguan gerakan. Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut. 3. Pembengkakan. Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat menutupi deformitas. 4. Rasa nyeri terdapat sering terjadi pada dislokasi sendi bahu, sendi siku, metakarpal phalangeal dan sendi pangkal paha servikal. Diagnosis

o Anamnesis a. Ada riwayat trauma. b. Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu. c. Ada rasa sendi keluar. d. Bila trauma minimal, hal ini dapat terjadi pada dislokasi rekurens atau habitual. o Pemeriksaan Fisik a. Deformitas. b. Nyeri. c. Functio lasea, misalnya bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi anterior bahu. o Pemeriksaan Penunjang Radiologis, Foto Polos (Sinar-X): Dengan cara pemeriksaan Sinar-X (pemeriksaan X-Rays) pada bagian anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpah-tindih antara kaput terhadap mangkuk sendi. Penatalaksanaan 1. Lakukan reposisi segera. 2. Dislokasi sendi kecil dapat direposisi di tempat kejadian tanpa anestesi, misalnya dislokasi siku, dislokasi bahu, dislokasi jari (pada fase syok). Dislokasi bahu, siku, atau jari dapat direposisi dengan anestesi lokal dan obat penenang misalnya valium. 3. Dislokasi sendi besar, misalnya panggul memerlukan anestesi umum. Komplikasi 1. Komplikasi yang dapat menyertai dislokasi antara lain : Fraktur. Kontraktur. Trauma jaringan. 2. Komplikasi yang dapat terjadi akibat pemasangan traksi : Dekubitus Kongesti paru dan pneumonia Konstipasi Anoreksia Stasis dan infeksi kemih Trombosis vena dalam

Berdasarkan awitannya, komplikasi yang dapat terjadi dapat dibagi menjadi: 1. Komplikasi dini a. Cedera saraf b. Cedera pembuluh darah c. Fraktur disloksi 2. Komplikasi lanjut a. b. c. Kekakuan sendi bahu Dislokasi yang berulang Kelemahan otot

Вам также может понравиться