Вы находитесь на странице: 1из 6

Penebalan kornea sentral dan perubahan sel endotelial kornea yang disebabkan oleh penggunaan lensa kontak pada

pasien diabetes
Abstrak: Tujuan: untuk menganalisa efek penggunaan lensa kontak pada penebalan kornea sentral dan karakteristik morfologi dari endotel kornea pada pasien diabetes Alat dan metode: pachymetri ultrasonografi dan specular microskop non kontak dilakukan pada 26 pasien diabetes yang secara teratur menggunakan lensa kontak soft (kelompok I), 27 pasien diabetes yang tidak menggunakan lensa kontak soft (kelompok II), 30 subyek yang normal (kelompok III). Kami membandingkan nilai tiap kelompok menggunakan tes Mann Whitney. Hasil: Pada pasien diabetes ditemukan kornea sentral yang lebih tebal, baik yang menggunakan lensa kontak maupun tidak menggunakan, dibanding pada kelompok subyek normal. Penebalan kornea secara signifikan lebih tinggi pada kelompok I (564,73 35,41 m) dan kelompok II (555,76 45,96 m) daripada kelompok kontrol (534,05 27,02 m). Namun secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok I dan kelompok II. Densitas endotel berbeda secara signifikan tiap kelompok, dimana densitas yang paling rendah yaitu pada kelompok diabetes yang menggunakan lensa kontak soft. Koefisien variasi dari ukuran sel lebih tinggi dan prosentase dari sel heksagonal lebih rendah pada pasien diabetes melitus yang menggunakan lensa kontak daripada pasien diabetes melitus tanpa penggunaan lensa kontak dan pada kelompok kontrol. Kesimpulan: Penebalan kornea sentral dan densitas sel endotel lebih dipengaruhi oleh diabetes melitus, dan morfologi sel endotel kornea lebih dipengaruhi oleh penggunaan lensa kontak, ketika dibandingkan dengan subyek normal. Kata kunci: Penebalan kornea sentral, morfologi sel endotel kornea, diabetes menggunakan lensa kontak, pachymetri, specular mikroskop.

-1-

Pendahuluan
Sel endotel kornea diatur dalam satu lapisan dan bersifat stabil. Mereka memiliki struktur heksagonal yang teratur dimana struktur inilah yang berfungsi dalam metabolisme, keseimbangan pengontrolan air, dan pemeliharaan transparansi kornea. Sel endotel kornea manusia tidak mengalami regenerasi setelah luka, namun mereka sembuh melalui hiperplasia dan mobilisasi. Pada kasus-kasus yang berat, edema kornea, terjadi kesuraman, dan setelah itu mengakibatkan kehilangan penglihatan. Endotel kornea dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain umur, lama penggunaan lensa kontak, diabetes melitus dan lain sebagainya. Penelitian-penelitian sebelumnya membuktikan adanya perubahan histopatologi sel endotel kornea pada penggunaan lensa kontak, misalnya pembengkakan kornea. Telah diketahui bahwa penggunaan lensa kontak dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan perubahan pada keratometri, topografi kornea dan morfologi sel endotel. Walaupun mekanisme pasti perubahan belum secara lengkap diuraikan, namun hipoksia kronik telah dilaporkan menjadi penyebab utama. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa peningkatan ukuran sel, sementara prosentase sel endotel heksagonal dan densitas sel endotel menurun. Penyelidikan tentang hubungan antara endotel kornea dan diabetes melitus sejauh ini dilakukan pada manusia dan hewan. Dilaporkan bahwa ukuran sel dan koefisien variasi ukuran sel pada pasien dengan riwayat DM 10 tahun berbeda dari subyek normal dan penebalan kornea memiliki korelasi dengan lamanya diabetes melitus. Akan tetapi, sedikit penelitian tentang perubahan ketebalan dan morfologi endotel kornea pada pasien DM yang menggunakan lensa kontak maupun tidak, dan juga pada subyek normal kontrol. Sehingga penelitian ini dilakukan untuk menginvestigasi karakteristik morfologi sel endotel kornea dan penebalan kornea pada pasien diabetes yang menggunakan lensa kontak dan membandingkan dengan pasien diabetes yang tidak menggunakan lensa kontak dan kelompok kontrol (yang usianya di-matchingkan).

-2-

Bahan dan Metode


Penelitian ini memasukkan pasien yang berusia 15 sampai 39 tahun yang mengunjungi bagian mata, RS universitas konkuk, dari agustus 2006 sampai agustus 2007. Pasien-pasien dibagi menjadi 2 kategori: pertama yaitu yang didiagnosa diabetes melitus dan menggunakan lensa kontak secara teratur (kelompok I), dan yang kedua adalah pasien yang didiagnosa diabetes melitus namun tidak menggunakan lensa kontak (kelompok II). Subyek kontrol (kelompok III) merupakan subyek yang tidak menderita diabetes melitus dan tidak menggunakan lensa kontak. Rata-rata usia adalah 31,88 3,30 th pada kelompok I, 30,00 3,30 th pada kelompok II, dan 28,00 5,56 th pada kelompok III. Tidak ada perbedaan statistik pada usia, perbedaan jenis kelamin, dan kelainan refraksi antara kelompok. Kedua mata diperiksa pada saat yang sama. Pada semua kelompok, riwayat kesehatan lengkap disertakan, pemeriksaan slit lamp dan pemeriksaan oftalmoskopi dilakukan. Penebalan kornea, densitas sel endotel, CV dari ukuran sel, dan prosentase sel heksagonal diukur menggunakan mikroskop secular non kontak, dan tes refraksi obyektif dilakukan menggunakan ARK 8800. Tidak satupun pasien yang menggunakan pengobatan mata secara topikal, beberapa pasien memiliki riwayat penyakit mata, intervensi oftalmik sebelumnya atau penyakit sistemik di samping diabetes melitus dieksklusi dari penelitian. Sel endotel kornea diperiksa oleh satu pemeriksa menggunakan mikroskop spekular non kontak. Setelah memfoto bagian tengah kornea, jumlah sel endotel dihitung menggunakan metode dot. Data yang diperoleh dianalisis dalam densitas sel endotel, CV ukuran sel, bentuk heksagonalnya. Kami membandingkan nilai korneal factor seperti penebalan kornea dan morfologi kornea diantara kelompok menggunakan tes Mann whitney.

-3-

Hasil Penelitian
Lamanya diabetes pada kelompok pertama adalah 4,38 1,50 tahun dan pada kelompok kedua adalah 4,41 1,45 tahun (p>0,05). Lamanya penggunaan lensa kontak 5,67 1,76 tahun pada kelompok pertama. Penebalan kornea sentral secara signifikan lebih besar pada kelompok pertama (564,73 35,41 m) dan kelompok kedua (555,76 45,96 m) daripada kelompok kontrol (534,05 27,02 m), namun tidak ada perbedaan signifikan secara statistik antara kelompok pertama dan kedua. Densitas sel endotel secara signifikan lebih kecil pada kelompok pertama (2867,21 235,74 sel/mm2) daripada kelompok kedua (2996, 59 530,51 sel/mm2) dan kelompok ketiga (3368, 15 287,07 sel/mm2). Koefisien variasi dari variasi ukuran sel adalah 0,38 0,04 pada kelompok pertama. 0,34 0,04 pada kelompok kedua, dan 0,32 0,05 pada kelompok ketiga; prosentase sel heksagonal adalah 58,60 5,03 (%) pada kelompok pertama; 63,00 8,48 (%) pada kelompok kedua; 64,55 9,02 (%) pada kelompok ketiga. Koefisien variasi dari ukuran sel secara signifikan lebih tinggi dan prosentase dari sel heksagonal secara signifikan lebih rendah pada kelompok pertama bila dibandingkan dengan kelompok kedua dan ketiga. Tabel hasil penelitian Group 1 (DM/CL) 2 (DM) 3 (control)
Group 1 vs. Group 2

p values
Group 2 vs. Group 3 Group 1 vs. Group 3

Central corneal 564.73 thickness (m) Corneal density /mm2) Coeffcient variation Hexagonality (%)
Mann-Whitney Test *Statistically signifcant difference.

555.76 45.96 530.51

534.05 27.02

0.369

< 0.01* < 0.01*

< 0.01* < 0.01*

35.41

2867.21 2996.59 3368.15 0.047* 287.07 (cells of 0.38 0.04 58.60 5.03 63.00 8.48 64.55 9.02 < 0.01* 0.34 0.04 0.32 0.05 < 0.01*

endothelial cell 235.74

0.140 0.579

< 0.01* < 0.01*

-4-

Diskusi
Diabetes melitus mempengaruhi perubahan struktural dan fungsional pada sel endotel kornea dan penebalannya. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa pada pasien diabetes melitus memiliki abnormalitas kornea misalnya peninggian autofluoresens, penurunan sensitivitas kornea, penebalan kornea, penurunan densitas sel endotel kornea, dan peningkatan permeabilitas endotel. Kornea sentral pada pasien diabetes secara umum lebih tebal daripada subyek normal dan densitas sel endotel kornea yang lebih kecil, penurunan bentuk heksagonal, dan peninggian koefisien variasi dari ukuran sel dilaporkan pada kasus-kasus diabetes. Beberapa hasil juga diungkapkan pada penelitian eksperimental yang dilakukan pada tikus atau anjing yang (dibuat) diabetes. Diperkirakan diabetes mengurangi aktivitas Na+ - K+ ATPase endotel kornea dan ini menyebabkan perubahan struktural dan fungsional pada kornea penderita diabetes. Lensa kontak juga mempengaruhi sel endotel kornea dengan menginduksi hipoksia kronik, yang menyebabkan akumulasi laktat, peningkatan level karbon dioksida, dan penurunan pH. Hasilnya adalah peningkatan polimegatisme dan pleomorfisme dan penurunan densitas sel endotel kornea. Lee at.al melaporkan bahwa CV dari ukuran sel pada kelompok yang menggunakan lensa kontak lebih besar daripada yang tidak menggunakan lensa dan proporsi sel heksagonal dan densitas sel endotel kornea yang menggunakan lensa kontak lebih dari 6 tahun secara signifikan lebih rendah daripada kelompok kontrol. Banyak penulis yang meneliti efek diabetes dan pemakaian lensa kontak pada sel endotel kornea dan penebalan kornea sentral, tp hanya satu penelitian yang menjelaskan efek pemakaian lensa kontak pada pasien diabetes. Pada penelitian kami, kami membandingkan karakteristik kornea pada pasien diabetes yang memakai lensa kontak dengan pasien yang tidak memakai lensa kontak dan kelompok subyek kontrol yang tidak memakai lensa kontak. Penebalan kornea sentral tidak berbeda secara signifikan antara pasien diabetes dengan atau tanpa lensa kontak namun berbeda secara signifikan bila dibandingkan kelompok kontrol. Densitas sel endotel secara signifikan mengalami penurunan pada pasien diabetes dengan penggunaan lensa kontak dibanding pasien diabetes tanpa penggunaan lensa kontak ataupun kontrol. Hasil penelitian kami menunjukkan penebalan kornea sentral dan densitas sel endotelial kornea lebih dipengaruhi oleh diabetes daripada penggunaan lensa kontak. Di sisi lain, koefisien variasi ukuran sel secara signifikan lebih besar dan prosentase sel heksagonal secara signifikan lebih rendah pada pasien yang menggunakan lensa kontak bila dibandingkan pasien diabetes yang tidak menggunakan lensa kontak dan juga kelompok
-5-

kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa karakteristik morfologi sel endotel kornea lebih dipengaruhi oleh lensa kontak dibandingkan diabetes. Akhir-akhir ini, ketika insidensi diabetes meningkat di kalangan dewasa muda, ada peningkatan yang serupa pada penggunaan lensa kontak pada pasien DM. Pasien-pasien ini sebaiknya waspada tidak hanya pada diabetes saja tetapi juga penggunaan lensa kontak yang dapat mempengaruhi sel endotel kornea dan mereka sebaiknya memeriksakan kornea mereka secara teratur.

Kesimpulan
Penebalan kornea sentral dan densitas sel endotel lebih dipengaruhi oleh diabetes melitus, dan morfologi sel endotel kornea lebih dipengaruhi oleh penggunaan lensa kontak, ketika dibandingkan dengan subyek normal.

-6-

Вам также может понравиться