Вы находитесь на странице: 1из 4

Menuju Jamaatul Muslimin BAB II SYURO (MUSYAWARAH) A.

SYURO MENURUT BAHASA DAN KEDUDUKANNYA DI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA Rukun (pilar) utama Jamaatul Muslimin adalah Syuro. Syuro lahir dari basis umum jamaatul muslimin, yaitu umat, dan berfungsi sebagai ahlul aqli wal hilli di dalamnya. Syuro adalah mengeluarkan berbagai pendapat tentang suatu masalah untuk di kaji dan di ketahui berbagai aspeknya sehingga dapat di capai kebaikan dan di hindari kesalahan Makna syuro menurut bahasa adalah memintakeluarkan. Syarat al asal yasuruhu syauran artinya mengeluarkan madu dari sarang lebah. Syura menurut bahasa juga menguji sesuatu untuk di ketahui ihwalnya. Al- Qurtubi mengatakan: Al Istisyarah di ambil dari perkataan orang arab: Syrtu ad-dabbata wa syawwartuha, artinya menguji binatang untuk mengetahui larinya atau lainnya. Ibnu Manzu berkata: Syuro ad-dabbata yasyuruha artinya melatih binatang atau menungganginya ketika di tawarkan kepada pembelinya untuk di ketahui ihwalnya. Kedua makna tersebut sesuai dengan pengertian syuro yang di defenisikan diatas. Musyawarah dapat berarti meminta pendapat dari para ahli tetang sesuatu masalah; juga dapat berarti meminta penjelasan , memahmi dan menguji segi segi sesuatu permasalahan dengan bentuan pendapat orang lain. Dapat di simpulkan majelis syuro adalah majlis yang di bentuk membahas urusan urusan negara. B. SYURO ADALAH TABIAT MANUSI Prinsip syuro merupakan bagian integral fitrah manusia sejak Allah menciptakannya. Sifat ini namapak dengan jelas dalam gerak manusia, baik secara individu maupun kelompok. Mengenai syuro ini Allah mengisahkan dalam kitabnya a. kisah ratu saba dalam QS: An-Naml: 32 33 b. Kisah firaun melihat tanda tanda yang nyata pada Musa AS sebagi Nabi dalm QS: As- Syuaro: 34 37 ) c. Di dalam musnad Ahmad dari hadits Suhaib, ia berkata, adalah Rasulullah SAW, apabila melakukan sholat, beliau membisikkan sesuatu yang tidak kami pahami dan beliaupun tidak menceritakan kepada kami. Suhaib berkata: Rasulullah SAW bersabda, apakah kamu ingin mengetahui apa yang aku bisikkan ? salah seorang menjawab Ya, Rasulullah SAW besabda, aku teringat salah seorang Nabi yang mengerahkan sejumlah tentara dari kaumnya, lalu ia berkata, siapakah yang dapat bangkit menghadapi mereka?, atau ucapan lain yang serupa dengan perkataan itu; sulaim bin almugiroh (perawi) ragu- ragu tentang perkataan ini. Suhaib berkata: maka Allah mewahyukan kepadanya , Hendaklah engkau memilih untuk kaummu salah satu dari ketiga alternatif. Aku kuasakan musuh atas mereka, atau kelaparan, atau kematian? Rasulullah SAW melanjutkan: maka nabi itu bermusyawarah pada kaumnya tentang hal itu, lalu mereka menjawab, Kamu adalah nabi Allah, kesemuanya itu terserah kepadamu; maka pilihlah untuk kami. Nabi SAW besabda: Lalu Nabi itu bangun untuk melakukan sholat dan adalah mereka gemetar apabila melakukan sholat. d. Kisah tetang musa diangkat sebagai Rasul Allah dalam QS: Thoha: 29 32

C. PENTINGNYA SYURO DI DALAM ISLAM Syuro merupakan dasar utama dan sifat yang melekat dalam tubuh umat Islam. Tanpa syuro, umat Islam akan kehilangan kemaslahartan dan kebaikannya, seperti halnya juka umat Islam meninggalkan Zakat atau Puasa. Sebab ketika Allah menetapkan prinsip ini sebagai sifat bagi ummat Islam , ia menyebutkannya di antara pilar pilar utama dan dasar dasar umum yang menjadi induk bagi tiang tiang penunjang umat Islam yang lainnya. Allah menyebutka syuro bersama Iman, Tawakkal kepada-Nya, menjauhi dosa dosa besar dan wajibnya berpegang teguh kepada adab Islam pada waktu marah. Juga di sebutkan bersama perintah ketika menyambut seruan Allah, kewajipan menegakkan sholat, Infaq, dan Jihad untuk membela agama Allah. Syuro ini di sebutkan besama kewajiban kewajiban utama: Iman yang merupakan dasar keselamatan; Tawakkal yang meliputi keyakinan yang benar; menjauhi kekejian (istilah bagi setiap perkataan atau perbuatan yang buruk); adab pada waktu marah (meliputi setiap perilaku jiwa) karena Allah; shalat merupakan dasar kebaikan bagi semua perbuatan manusia; infaq yang meliputi zakat yang wajib dan shodaqoh sunnah. Sebagai mana dalam Firman Allah: maka sesuatu apapun yang di berikan Allah padamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang orang yang berIman, dan hanya kepada Robb mereka bertawakkal. Dan bagi orang orang yang menjauhi dosa dosa besar dan perbuatan perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf. Dan bagi orang orang yang menerima (mematuhi) seruan rabb mereka dan mendiriakan shalat, sedang urusan mereka di putuskan dengan musyawarah; dan mereka menafkahkan sebagian rizki yang kami berikan kepad mereka. Dan (bagi) orang orang yang apanila mereka di perlakukan dengan zalim, mereka membela diri. (QS. As-Syura:36 39) Firman Allah ......dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu (QS. Al-Imran:159) Dan dalam hadits Nabi Muhammad SAW juga di sebetkan yang artinya : Dari Abi hurairah ra di sebutkan, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, apabila pemimpin pemimpin kamu prang orang yang baik; apabila orang orang kaya di antara kamu orang orang yang murah hati; dan apabila perkara kamu di musyawarahkan di antara kamu, maka permukaan bumi ini (hidup) lebih baik bagi kamu dari pada bumi (mati) (HR. Abu Hurairah) Dari dalil dalil di atas dapat kita pahami bahwa syura merupakan masalah penting dan termasuk salah satu kewajiban Islam terbesar, yang menjadi syarat utama bagi tegaknya persoalan umat Islam. Setiap umat yang menegakkan perisip syura di dalamnya , akan lebih dekat kepada kesempurnaan dan kebenaran. Sebaliknya setiap umat, siapanpun mereka, yang meninggalkan perinsip syura, maka ia adalah umat yang sesat dalam kehidupannya, dan pasti akan menemui kegagalan dan kehancuran inilah yang dimaksud oleh sebuah riwayat yang di keluarkan oleh bukhori di dalam al adab al-mufrad; dari hasan, Ia berkata; demi Allah, tidaklah suatu kaum melaksakan syuro kecuali mereka di beri petunjuk kepada hasil hasil yang baik. D. HUKUM SYURA Para ulama menegaskan bahwa hukum syura adalah wajib atas para penguasa umat Islam di setiap zaman dan tempat. Al-Qurthubi mengutip perkataan Ibnu Athiah, syura termasuk salah satu kaedah syariat dan dasar hukum. Barang siapa tidak bermusyawarah kepada ahli Ilmu dan agama, maka ia wajib di pecat. Hal ini tidak ada yang memperselisihkannya. 2

Ketika penafsiran ayat dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, Sayyid Quthb berkata, ini adalah nash yang tegas yang tidak boleh di ragikan lagi oleh umat islam, bahwa syura adalah dasar asasi bagi tegaknya sistem pemerintahan islam. Islam tidak boleh tegak kecuali diatas perinsip ini. E. PEMAHAMAN YANG KELIRU TENTANG SYURA Sebagian orang mengira bahwa kekalahan kaum muslimin di perang uhud yang mengakibatkan terlikanya Rasulullah SAW, dan terbunuhnya Hamzah (singa Allah) dan sahabat sahabat pilihan lainnya disebabkan keluarnya tentara Islam untuk menghadapi musuh di Uhud berdasarkn pendapat mayoritas dalam majelis syuro yang diadakan sebelum pertempuran. Pendapat ini tidak benar kana kekalah tentara Islam di Uhud ini bukan di sebabkan oleh masalah syura. Seandainya masalah syura di jadikan sebab kekalahan, niscaya kaum Muslimin tidak akan mencapai kemenangan di awal pertempuran. Sesungguhnya persoalan lebih besar dan lebih dalam dari itu semu. Sesungguhnya kekalahan kaum Muslimin di Uhud ini mengandung pelajaran penting bagi Umat Islam sepanjang zaman. Pelajaran itu adalah apa akibat penentangan dan pembangkangan terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya kekalahan ini mengungkapkan kisah suatu umat yang sedang di bina dan di beri pelajaran, sekalipun pelajaran itu melalui tetesan darah dari jasad yang paling bersih (Nabi SAW ) untuk memberi pelajaran dan kesadaran.Wajah Nabi yang Mulia mengucurkan darah, jantung Hamzah di kunyah dan tujuh puluh orang sahabat terbunuh sebagai syahid akibat pelanggaran terhadap satu perintah Nabi SAW. Dan para sahabat telah memahami pelajaran ini, sehingga mereka tidak ernah mengulanginya. Karena itu, umat Islam juga hendaknya mengambil pelajaran dari peristiwa ini agar tragedi tersebut tidak terulang kembali dalam generasi kita. F. SYURA PADA MASA RASULULLAH SAW Rasulullah dalam setiap gerak dan diamnya, mendapatkan arahan dari Allah. Allah mengetahui segala sesuatu, yang negatif atau positif. Dia tidak memerlukan kepada segenap alam dan pengalaman pengalaman makhluknya. Allah, dengan Ilmu dan kekayaanNya, sanggup melengkapi Rasulullah SAW, tanpa beliau memerlukan bantuan musyawarah dengan manusia untuk menimba pengalaman pengalaman mereka. Kendatipun demikian, Allah telah menjadikan syura sebagai sifat bagi kaum Muslimin, dan memerintahkan Rasulnya agar bermusyawarah dengan para sahabatnya serta mengikuti pendapat pendapat mereka yang benar, supaya umat sesudahnya mengikuti sunnagnya. Sebagaimana dalam hadits Rasullah: Dari Abu Hurairah; Aku (Abu Hurairah) tidak pernah melihat seorang yang paling banyak bermusyawarah dengan para sahabatnya kecuali Rasulullah SAW (HR: Tirmizi) Perang dan Jihad adalah masalah yang banyak menuntuk diadakannya syura. Dalam perang Badar Kubra saja diadakan beberapa kali musyawarah. Sebelum pertempuran diadakan sidang syura antara qiyadah(pimpinan) uyaitu Rasulullah SAW dan semua orang yang ikut perang , utuk mengetahui sejauh mana kesiapan umum dalam menghadapi pertempuran. Terutama untuk mengetahui pendapat orang orang anshor, karena keberangkata pasukan ini pada asalnya tidak untuk berperang, tatapi untuk mencegat kafilah; dan karena bait orang orang anshor kepada Rasulullah SAW pada asalnya adalah untuk memberikan perlindungan kepadanya di Madinah. Demikianlah hampir semua peperangan Rasulullah SAW melahirkan majlis syura, sekalipun antara syra yang satu dengan yang lain berbeda bentuknya, sesuai dengan masa, tempat, dan situsi. Bentuk syuro ini 3

tidak bersifat kaku mengambil satu bentuk tertentu, sehingga umat tidak boleh menyalahi bentuk tetsebut. Tetapi ia di serahkan kepada ummat untuk menentukan kerangka dan bentuknya sesuai dengan lingkungan dan zaman. G. SYURA PADA MASA KHALIFAH RASULULLAH SAW Dari penjelasan Rasulullah SAW diatas kita mengetahui bahwa sifat ini telah demikian lekat pada jiwa para sahabatnya . kita melihat langkah pertama yang dilakukan para sahabat Rasulullah Saw setelah kematian Rasulullah Saw adalah pertemuan Saqifah Bani Saidah untuk memilih Khalifah Rasullah Saw sehingga terjadilah pembaiatan abu Bakar Ra sebagai Khalifah. Demikianlah, syura menjadi sifat yang menonjol pada para khalifah yang terpimpin, sebagai teladan yang baik bagi para penguasa Muslim. Abu Bakar bermusyawarah dengan para sahabatnya dalam menghadapi persoalan yang pertama kali timbul setelah menjabat sebagai khalih, yaitu persoalan kemurtadan beberapa suku arab yang tidak mau membayar zakat. Abu Bakar berpendapat bahwa mereka harus di perangi.

Вам также может понравиться