Вы находитесь на странице: 1из 10

Keperawatan Maternitas 1

MAMMOGRAFI

Pembimbing: Siti Handayani, SST., M. Kes.

Disusun oleh: Anysh Sholikah NIM: P 27220010 086

DIII BERLANJUT DIV KEPERAWATAN KRITIS POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA 2012

Mammografi
A. Pengertian Mammografi Mammografi adalah pemeriksaan radiologi khusus menggunakan sinar-X dosis rendah untuk mendeteksi kelainan pada payudara, bahkan sebelum adanya gejala yang terlihat pada payudara seperti benjolan yang dapat dirasakan (Santoso, 2008).

Mammografi dianggap sebagai senjata yang paling efektif untuk mengidentifikasi dan mendeteksi adanya kanker pada payudara, hal ini disebabkan tingkat akurasi yang mencapai hampir 80%-90% dari semua kasus kanker payudara. Mammografi tidak mencegah atau bahkan mengobati, namun dapat mengurangi resiko terjadinya kematian dengan mengidentifikasi keberadaan tumor pada jaringan payudara dalam tingkat yang masih dapat ditangani dengan lebih mudah (Santoso, 2008). Menurut Coper (1992), masalah penggunaan mammografi meliputi: kemungkinan efek karsinogenik penggunan sinar-X yang teratur (kurang dari 1%\\0, biaya, ketidaknyamanan, dan hasil positif palsu yang relatif tinggi menyebabkan biopsi yang tidak perlu. Secara umum diyakini, bagaimanapun juga, bahwa keuntungan mammografi pada wanita yang lebih tua lebih banyak

dari pada kerugiannya. Studi yang membandingkan kematian akibat kanker pada wanita yang melakukan mamogram secara teratur dengan wanita yang tidak diskrining menunjukkan bahwa mammografi yang teratur akan menurunkan angka kematian akibat kanker payudara sebesar 25-30%. Ini setara dengan menyelamatkan hidup lebih dari 10.000 wanita Amerika setiap tahun dalam (Bobak, 2005). Setelah Studi Skrining Payudara Nasional di Kanada ( Canadian National Breast Screening Study) yang menyatakan bahwa mammografi tidak memperpanjang kelangsungan hidup wanita berusia di bawah 50 tahun (Elwood, 1993 dalam Bobak, 2005), diharapkan bahwa usia awal yang dianjurkan untuk mammografi dapat diubah. Namun, para ahli mulai percaya bahwa mammografi bermanfaat untuk wanita usia 40-50 tahun. Dewasa ini Persatuan Kanker Amerika (American Cancer Society) menganjurkan skrining mammogram pada usia mendekati 40 tahun setiap 1-2 tahun untuk wanita 4090 tahun jika mereka tidak menemukan gejala dan mammografi setiap tahun pada wanita 50 tahun atau lebih (American Cancer Society, 1994). Institut Kanker Nasional (National Cancer Institute (NCI)) menganjurkan skrining rutin setiap 1-2 tahun dengan mammografi untuk wanita diatas usia 50 tahun (Bobak, 2005). Dalam Dr. Moewardi (2012), mammografi diperlukan untuk: 1. Evaluasi Bila terdapat kelainan pada payudara, misalnya rasa nyeri pada payudara, terasa benjolan pada payudara atau pada kelenjar getah bening ketiak, terjadi perubahan warna atau bentuk atau konsistensi pada payudara dan keluar cairan yang tidak normal dari putting payudara atau kulit. 2. Deteksi Dini Untuk mendeteksi kanker payudara walaupun tidak ada gejala sebagai bagian dari check up rutin. Bila terasa benjolan pada payudara atau kelainan payudara yang lain, mammografi bisa menentukan apakah benjolan tersebut jinak atau ganas dan membantu menentukan lokasi pertumbuhan tumor. Yang lebih penting,

mammografi dapat membantu menentukan terapi yang diperlukan selanjutnya (Dr. Moewardi, 2012). B. Pengertian Kanker Payudara Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling umum diderita oleh wanita saat ini. Penyebabnya belum dapat ditemukan secara pasti, serta diduga berkaitan dengan gen pada inti sel jaringan payudara itu sendiri yang mengontrol pertumbuhannya. Meski hanya disebabkan oleh sifat genetik, kemungkinannya hanya 5%-10 % sel kanker yang diturunkan dari ayah atau ibu. Pada umumnya kanker terjadi karena kelainan genetik yang disebabkan oleh factor penuaan atau gaya hidup (Santoso, 2008).

Bagian-bagian payudara Bagian-bagian payudara: A. Puting B. Duct C. Lobula D. Bagian duct yang menahan susu E. Lemak F. Otot pektoral G. Dinding dada Inset : A. Sel-sel duct normal B. Membran dasar C. Lumen (pusat duct)

Untuk menentukan lokasi tumor, payudara dibagi menjadi 4 kwadran. Kwadran lateral (pinggir) atas, lateral bawah, medial (tengah) atas, dan medial bawah. Daerah sentral adalah daerah sekitar puting susu. Bagian terbesar kanker payudara terletak pada kwadran lateral atas dengan penjalarannya ke arah ketiak. Karena sebagian besar tumor payudara, baik kelainan jinak maupun ganas ditemukan oleh penderita sendiri, maka pemeriksaan deteksi dini dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) menjadi amat penting (Dalimartha, 2004). C. Deteksi Dini Kanker Payudara Jika kanker payudara ditemukan lebih dini, kesempatan untuk sembuh dari kanker ini adalah sangat tinggi dan pengangkatan atau pembuangan terhadap payudara dapat jarang terjadi. Pada umumnya, tumor yang lebih kecil, lebih mudah diangkat seluruhnya tanpa harus mengangkat payudara seluruhnya (hanya tumornya saja) (Dr. Moewardi, 2012). Deteksi dini dilakukan dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Ini adalah pemeriksaan yang mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya. Dengan posisi tegak menghadap kaca dan berbaring, dilakukan pengamatan dan perabaan payudara secara sistematis. Pemeriksaan SADARI dilakukan secara rutin setelah haid, sekitar 1 minggu sari hari terakhir haid. Bila sudah menopause, lakukan pada tanggal tertentu setiap bulannya. Jika ditemukan benjolan di payudara segera hubungi dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut (Dalimartha, 2004). Menurut Dalimartha (2004), langkah-langkah pemeriksaan SADARI adalah: Posisi berdiri di depan cermin 1. 2. Berdiri tegak dengan kedua lengan lurus ke bawah. Perhatikan apakah ada kelainan pada kedua payudara atau putting. Kedua tangan diangkat ke atas kepala. Perhatikan apakah ada kelainan pada kedua payudara atau puting.

3. 4. keluar.

Kedua lengan diletakkan di pinggang. Periksa kembali, apakah ada perubahan atau kelainan pada kedua payudara atau puting. Puting susu dipijat. Periksa apakah ada cairan atau darah yang

Posisi berbaring 1. 2. Letakkan bantal di bawah bahu kanan. Letakkan lengan kanan diatas kepala. Raba payudara dengan gerakan melingkar dari sisi luar payudara ke arah puting atau gerakan lurus dari sisi luar ke sisi dalam payudara. Gunakan jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis untuk melakukan perabaan. Mammografi dilakukan untuk mengonfirmasi benjolan yang ditemukan saat pemeriksaan SADARI, pembesaran kelenjar getah bening ketiak (aksila) yang meragukan, wanita menopause yang ingin terapi sulih hormon, atau follow up setelah operasi kanker payudara dengan kemungkinan kambuh atau keganasan payudara kontralateral (Dalimartha, 2004). Mammografi juga direkomendasikan terutama untuk wanita dengan faktor resiko kanker payudara atau kanker lain (indung telur, leher rahim, rahim, usus besar), yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Riwayat kanker payudara dalam keluarga. Menstruasi pertama pada umur kurang dari 12 tahun. Menopause setelah umur 55 tahun. Riwayat radiasi dinding dada. Tidak pernah melahirkan atau menyusui. Melahirkan pertama kali setelah umur 30 tahun. Pemakaian kontrasepsi pil. Terapi pengganti hormon setelah menopause. Mengkonsumsi alkohol dan merokok. Kegemukan. Kurang olahraga (Dr. Moewardi, 2012).

D. Cara Pemeriksaan Mammografi Menurut Bobak (2005), mammografi dilakukan dengan mengambil dua kali sinar-x pada setiap payudara ditekan dari atas ke bawah dan penyinaran yang lain adalah payudara ditekan dari satu sisi ke sisi lain untuk memperoleh gambaran jaringan payudara yang jelas. Prosedur berlangsung sekitar 15 menit dan menyebabkan sedikit gangguan rasa nyaman. Perawat menjelaskan manfaat mamografi tersebut (ketenangan pikiran dan deteksi dini), menjelaskan prosedur kepadanya, dan menjelaskan persiapan pemeriksaan: pada hari pemeriksaan ia harus mengenakan pakaian yang bagian atasnya dapat dibuka dengan mudah, ia harus mandi, tetapi tidak menggunakan deodoran atau krim, salep atau bedak badan pada area payudara atau di bawah lengan, dan ia harus menghindari pengobatan lain atau minuman, seperti kopi, asupan kafein selama seminggu menjelang pemeriksaan karena kafein memperbesar pembuluh darah dan dapat mengacaukan hasil. Ia harus diyakinkan kembali bahwa petugas kesehatan akan memberi hasilnya pada kunjungan berikutnya atau melalui telepon. Hasil mammografi sendiri akan diinterpretasikan oleh dokter spesialis radiologi. Peningkatan kesehatan dan skrining meliputi keyakinan bahwa seseorang mengetahui 7 tanda bahaya dari American Cancer Society, yaitu: perubahan pola defekasi atau kebiasaan berkemih, luka yang tak kunjung sembuh, perdarahan/ rabas yang tak lazim, penebalan atau penonjolan di payudara atau di tempat lain, tidak sanggup mencerna atau sulit menelan, perubahan nyata pada kutil atau tahi lalat, dan batuk atau suara parau (Bobak, 2005). E. Waktu untuk Melakukan Mammografi Untuk memerangi kanker payudara, American Cancer Society memberikan rekomendasi bahwa pada wanita yang masih mendapat menstruasi sebaiknya pemeriksaan mammografi dilakukan hari ke 3 menstruasi sampai dengan pertengahan siklus menstruasi.

Wanita Usia 35 Sampai 39 Tahun 1. menstruasi. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. Periksa payudara ke dokter setiap 3 tahun sekali. Periksa mammografi antara usia 35 sampai 39 tahun. Periksa payusara sendiri setiap bulan setelah menstruasi. Periksa payudara ke dokter setiap tahun sekali. Periksa mammografi setiap satu atau dua tahun. Periksa payudara sendiri setiap bulan setelah menstruasi. Periksa payudara ke dokter setiap satu tahun sekali. Periksa mammografi setiap tahun, bahkan meski tidak terasa gejala apapun pada payudara. F. Kekurangan Mammografi Di beberapa negara, diagnosa dan skrining mamografi dinilai telah menyelamatkan jiwa karena dapat mendeteksi kanker payudara secara dini. Namun, mamografi -baik yang konvensional maupun digital- tercatat telah gagal mendeteksi 25 40 persen kanker. Angka kegagalan ini bahkan lebih tinggi untuk wanita yang memiliki payudara yang padat, yang mencakup sekitar 40 persen dari seluruh wanita. Dalam kelompok wanita berpayudara padat, yang sebagian besar terdiri dari wanita muda, kemungkinan terjadinya kanker payudara adalah empat sampai enam kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita yang tidak memiliki payudara padat. Namun, sensitivitas mamografi sangatlah rendah, yaitu sekitar 24.5 persen hingga 37 persen (Milne, 2007). Selain itu, mamografi memiliki kekurangan lainnya. Dari setiap 100 kasus yang dianggap positif, dan pada akhirnya menjalani biopsi, sekitar 6080 persen sebenarnya negatif atau jinak. Banyak wanita yang menjalani biopsi walaupun sebenarnya mereka tidak memerlukannya jika prosedur pencitraan Periksa payudara sendiri setiap bulan 2-3 hari setelah

Wanita Usia 40 Sampai 49 tahun

Wanita Usia 50 Tahun Ke Atas

yang lebih akurat digunakan; wanita-wanita tersebut mengalami trauma mental karena menganggap dirinya mungkin memiliki kanker payudara dan merasa tersiksa karena harus menunggu hasil biopsi (Milne, 2007). Biopsi yang sebenarnya tidak diperlukan ini juga memakan biaya yang besar bagi sistem pelayanan kesehatan. Setiap 500 kasus sebelumnya dikonfirmasi positif yang sebenarnya adalah positif palsu menelan biaya sebesar setengah juta dollar. Alasan utama untuk sensitivitas rendah mamografi adalah karena mamografi hanya mencitrakan detil anatomis dan tidak memberikan informasi fungsional. Informasi fungsional sangat penting untuk mendiagnosa kanker payudara secara dini dan akurat dan informasi ini diharapkan dapat mengurangi secara drastis jumlah biopsi yang tidak diperlukan (Milne, 2007). Imaging Diagnostic Systems Inc. (IDSI), dari Plantation, Florida, pelopor dalam pencitraan payudara dengan laser telah mengeluarkan sistem CT Laser Mammography (CTLM). CTLM menggabungkan informasi morfologis dan fungsional yang bisa mengubah metode diagnosa dan manajemen klinis dari kanker payudara dengan mendeteksi angiogenesis, tanda pertama yang dapat terlihat dari pertumbuhan kanker payudara. Angiogenesis adalah proses dimana pembuluh darah baru terbentuk karena respon dari sinyal kimiawi yang dikeluarkan oleh sekelompok sel kanker. Tanpa angiogenesis, tumor tidak dapat tumbuh lebih besar dari 1 mm atau 2 mm dan tidak dapat bermetastatis ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, mendeteksi angiogenesis adalah salah satu cara paling utama informasi fungsional dapat digunakan untuk mendiagnosa kanker pada tahapan dini. CTLM memiliki potensi untuk menentukan apakah massa yang nampak pada mamografi jinak ataupun ganas dan karena volume angiogenesis biasanya lebih besar daripada jaringan tumor itu sendiri juga bisa digunakan untuk mendeteksi tumor yang tidak nampak pada hasil mamografi (Milne, 2007).

DAFTAR PUSTAKA Bobak, Irene M.. 2005. Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Dalimartha, Setiawan. 2004. Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Anti Kanker. Depok: Penebar Swadana. Dr. Moewardi (Rumah Sakit Umum Daerah). 2012. Mamografi (Bagian Terpenting Deteksi Dini Kanker Payudara). Surakarta. Milne, Eric. 2007. Mamografi Laser CT (Pencitraan Optis Fungsional dari Kanker Payudara),(online), (ttp://www.google.co.id/, diakses 10 Maret 2012). Santoso, Imam dkk. 2008. Identifikasi Keberadaan Tumor pada Citra Mammografi Menggunakan Metode Run Length. Jurnal Teknik Elektro, Jilid 10, Nomor 1, (online), (http://www.google.co.id/, diakses 29 Februari 2012).

Вам также может понравиться