Вы находитесь на странице: 1из 2

Hiperpigmentasi post inflamasi (HPI)

Hiperpigmentasi post inflamasi (HPI) adalah kelainan pigmen yang didapat akibat terakumulasi pigmen setelah terjadinya proses peradangan akut atau kronik. Keadaan ini disebabkan oleh meningkatnya sintesis melanin sebagai respons peradangan, dan terperangkapnya pigmen melanin di dalam makrofag di bagian atas lapisan dermis pada kulit. Semua tipe kulit, baik pria maupun wanita segala usia dapat mengalami HPI. HPI adalah kelainan kulit yang sangat umum terjadi. Sebagian besar dermatosis atau masalah kulit dapat menyebabkan HPI--termasuk psoriasis, infeksi kulit seboroik,serta infeksi kulit atopi. Gejala: Setelah mengalami infeksi (biasanya berupa penyakit gatal-gatal atau luka yang meradang), muncul bercak atau noda yang bentuknya bisa bervariasi dengan tekstur sedikit berbulu. Meskipun infeksi sudah sembuh, noda tersebut masih ada. Warna hiperpigmentasi tergantung pada lapisan kulit yang mengalaminya. HPI pada epidermis memberikan warnacoklat dan dapat hilang berbulan-bulan sampai bertahun-tahun tanpa pengobatan. Sedangkan HPI pada dermis memberikan warna abu-abu dan biru, hilang selama periode waktu yang berkepanjanga atau bahkan menjadi permanen jika dibiarkan (tidak diobati). Pemeriksaan lampu Wood dapat digunakan untuk membedakan HPI pada epidermis dan HPI pada dermis.Bila lesi atau area yang mengalami gangguan terletak pada epidermis, maka cenderung memberikanbatas tegas di bawah pemeriksaan lampu Wood. Sedangkan lesi pada dermis tidak menonjol pada pemeriksaan lampu Wood. Bagaimana mengatasinya? Terapi HPI cenderung menjadi proses yang sulit dan sering memakan waktu 6-12 bulan untuk mencapai hasilyang diinginkan. Terapi HPI harus dimulai dengan mengatasi peradangan pada kulity ang mendasarinya. Beberapa cara yang digunakan oleh dermatologis (dokter spesialis kulit) untuk mengobati HPI antara lain dengan terapi topikal (oles) yang mengandung fotoproteksi dan hydroquinon, maupun melalui terapi laser. Memulai pengobatan dini untuk HPI dapat membantumempercepat resolusi dan mencegah hiperpigmentasi lebih lanjut. Namun sangat penting untuk memperhatikan dan mengevaluasi pengobatan yang telah diberikan karena jika tidak berhati-hati dapat menyebabkan iritasi sehingga memperburuk HPI. Oleh sebab itu, segera temui dermatologis bila setelah mendapatkan pengobatan HPI Anda merasakan ada komplikasi atau gejala yang tidak diharapkan.

PENYEMBUHAN LUKA Vitamin C secara umum dibutuhkan oleh beberapa proses hidroksilasi dan monoksigenasi agar dapat berfungsi secara optimal. Kekurangan vitamin C sering kali menimbulkan gangguan yang disebut scurvy, ditandai dengan perubahan fungsi jaringan ikat, pendarahan perifolikular dan gangguan penyembuhan luka. Demikian halnya dengan penggunaan vitamin C secara topical. Pada proses penyembuhan luka, vitamin C topical terutama berperan pada fase proliferasi dalam proses penyembuhan luka di mana pada fase tersebut terjadi pembentukan jaringan granulasi yang terdiri dari sel-sel inflamasi, fibroblast dan jaringan neovaskular dengan matriks fibronektin, kolagen, glikosaminoglikan dan proteoglikan, dimana vitamin C meningkatkan biosintesis kolagen dengan mengoptimalkan prokolagen hidroksilase dan menstabilkan mRNA prokolagen. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nusgens BV dkk, vitamin V topical 5% diketahui meningkatkan kadar mRNA pada kolagen tipe III dan I beserta enzim-enzimnya, serta meningkatkan kinerja inhibitor matriks-metaloproteinase 1 yang berperan pada fase maturasi penyembuhan luka. Penggunaan vitamin C topical memungkinkan penyembuhan luka yang optimal dan pada beberapa kasus vitamin C dapat meminimalkan jaringan parut dengan menormalkan produksi kolagen dan membentuk jaringan kolagen yang sehat. TERAPI HIPER PIGMENTASI Vitamin C diteliti memiliki efek mencerahkan warna kulit yang mengalami hiperpigmentasi. Vitamin C bekerja mengahambat tirosinase dan pembentukan melanin dengan mereduksi melanin yang teroksidasi. Iontoforesis digunakan untuk meningkatkan penetrasi vitamin C ke dalam kulit. Dalam suatu uji banding, 29 pasien melasma diterapi dengan iontoforesis vitamin C pada separuh wajah dan placebo pada sisi lainnya. Iontoforesis dilakuakn dua kali seminggu selama 12 minggu. Perubahan warna kulit(luminasi) diukur dengan kolorimeter untuk mendapatkan parameter yang objektif tingkat kecerahan pigmentasi. Penurunan tingkat luminasi yang signifikan dilaporkan didapatkan pada sisi wajah yang diterpai dengan iontoforesis vitamin Cdibandingkan dengan placebo. Efek samping yang dilaporkan adalah kejutan listrik ringan, gatal, eritema,rasa terbakar dan kekeringan pada wajah. (http://www.erha.co.id/skin-klopedia/hiperpigmentasi_post_inflamasi_hpi)

Вам также может понравиться