Вы находитесь на странице: 1из 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.

GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN Menurut Applegate (1959), gigi tiruan sebagian lepasan adalah salah satu alat yang dapat dilepas yang berfungsi untuk mengembalikan beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama jaringan lunak di bawah plat dasar dan dukungan tambahan adalah gigi asli yang masih tertinggal dan terpilih sebagai pilar. Pengertian gigi tiruan sebagian (GTS) menurut Osborne (1959), adalah gigi tiruan yang mengganti gigi asli yang hilang sebagian dapat dilepas oleh pasien. Menurut Mc. Craken (1973), GTS adalah suatu restorasi prostetik yang mengganti gigi asli yang hilang dan bagian lain rahang yang tidak bergigi sebagian, mendapat dukungan terutama dari jaringan dibawahnya dan sebagian dari gigi asli yang masih tinggalakan menjadi gigi pegangan. Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gigi tiruan penuh dan gigi tiruan sebagian. Gigi tiruan penuh dibuat pada pasien yang sudah kehilangan seluruh gigi geliginya, sedangkan gigi tiruan lepasan dibuat bila masih ada sebagian gigi yang tersisa. Gigi tiruan sebagian dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan lepasan (yang dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien) dan gigi tiruan cekat (yang disemenkan ke gigi pasien secara permanen). (Haryanto, 1991). Bagian jaringan mulut yang menahan komponen vertical dari gaya kunyah merupakan bagian yang memberikan dukungan (support) bagi gigi geligi tiruan sebagian dan dapat meliputi beberapa atau semua gigi yang masih ada, serta sisa tulang alveolar. Sisa tulang alveolar, disebut pula residual ridge atau edentulous ridge adalah bagian tulang alveolar yang masih ada setelah tulang alveoli tertutup atau menghilang dari prosesus alveolaris beberapa waktu setelah pencabutan gigi. (Haryanto, 1991). 1.1 Indikasi dan kontra indikasi pemakaian GTSL 1.1.1 Indikasi pemakaian GTSL 1. Bila tidak memenuhi syarat untuk suatu gigi tiruan cekat: a. Usia Usia pasien masih muda, ruang pulpa masih besar, panjang mahkota klinis masih kurang. Pasien usia lanjut dengan kesehatan umum yang buruk, karena perawatannya memerlukan waktu yang lama. b. Panjang daerah edentulous tida memenuhi syarat Hukum Ante c. Kehilangan tuang yang banyak pada daerah edentulous. 2. Tidak ada abutment gigi posterior pada ruang edentulous(free end saddle). 3. Bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat. 4. Bila dibutuhkan stabilisasi dari lengkung yang berseberangan. 5. Bila membutuhkan estetik yang lebih baik. 6. Bila dibutuhkan gigi segera setelah dicabut.
20

7. Keinginan pasien 1.1.2 Kontraindikasi GTSL 1. Penderita yang tidak kooperatif, sifat tidak menghargai perawatan gigi tiruan. 2. Umur lanjut, mempertimbangkan sifat dan kondisi penderita sebaiknya dibuatkan GT temporer. 3. Penyakit sistemik (epilepsy, DM tidak terkontrol) 4. OH jelek. 1.2 Dampak yang terjadi apabila gigi yang hilang tidak diganti a. Migrasi dan rotasi gigi, Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan pergeseran, miring atau berputarnya gigi. karena gigi ini tidak lagi menempati posisi yang normal untuk menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan, maka akan mengakibatkan kerusakan struktur periodontal. Gigi yang miring lebih sulit dibersihkan, sehingga aktivitas karies dapat meningkat. b. Erupsi berlebih Bila gigi sudah tidak mempunyai antagonis lagi, maka akan terjadi erupsi berebih (overeruption). Erupsi berlebih dapa terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan tulang alveolar. Bila hal ini terjadi tanpa pertumbuhan tulang alveolar, maka struktur periodontal akan mengalami kemunduran sehingga gigi mulai ekstrusi. Bila terjadinya hal ini disertai pertumbuhan tulang alveolar berlebih, maka akna menimbulkan kesulitan jika pada suatu hari penderita perlu dibuatkan gigi tiruan lengkap. c. Penurunan efisiensi kunyah Mereka yang sudah kehilangan cukup banyak gigi, apalagi yang belakang akan merasakan betapa efisiensi kunyahnya menurun. Pada kelompok orang yang ditnya cukup lunak, hal ini mungkin tidak terlalu berpengaruh maklum pada masa kini banyak jenis makanan yag dapat dicerna hanya dengan sedikit proses kunyah saja. d. Gangguan pada sendi temporo-mandibula Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih (over closure) hubungan rahang yang eksentrik akibat keilangan gigi, dapat menyebabkan gangguan pada struktur sendi rahang. e. Beban berlebih pada jaringan pendukung Bila penderita sudah kehilangn sebagian gigi aslinya, maka gigi yang masi ada akan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi pembebanan berlebih (over loading). Hal ini akan mengakibatkan kerusakan membrane periodontal dan lama kelamaan gigi tadi menjadi goyang dan akhirnya terpaksa dicabut. f. Kelainan bicara Kehilangan gigi depan atas dan bawah seringkali menyebabkan kelainan bicara, kaena gigi khususnya yang depan- termasuk bagian organ fonetik. g. Memburuknya penampilan
21

Menjadi buruknya penampilan (loss of appearance) karena kehilangan gigi depan akan mengurangi daya tarik wajah seseorang. Apalagi dari segi pandang manusia modern. h. Terganggunya kebersihan mulut Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan tatangganya, demikian pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya. Adanya ruang interproksimal tidak wajar ini mengakibatkan celah antar gigi mudah disisipi sisa makanan. Dengan sendirinya kebersihan mulut jadi terganggu dan mudah terjadi plak. Plak tahap berikut terjadinya karies gigi dapat meningkat. i. Atrisi Pada kasus tertentu dimana membrane periodontal gigi asli masih menerima beban berlebihan, tidak akan mengalami kerusakan, malahan tetap sehat. Toleransi terhadap beban ini biasa berwujud atrisi pada gigi-gigi tadi, sehingga dalam jangka waktu panjang akan terjadi pengurangan dimensi vertical wajah pada saat gigi dalam keadaan oklusi sentrik. j. Efek terhadap jaringan lunak mulut Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan ditempati jaringan lunak pipi dan lidah. Jika berlangsung lama, hal ini menyebabkan kesukaran adaptasi terhadap geligi tiruan yang kemudian dibuat, karena terdesaknya kembali jaringan lunak tadi dari tempat yang ditempati protesis. Dalam hal seperti ini, pemakaian geligi tiruan akan dirasakan sebagai suatu benda asing yang cukup mengganggu. 1.3 Klasifikasi GTSL Maksud utama pembuatan klasifikasi untuk rahang yang sebagian giginya sudah hilang adalah agar dokter gigi dapat berkomunikasi sejelas mungkin tentang keadaan rongga mulut yang akan dibuatkan gigi tiruan Dasar klasifikasi: 1.3.1 Berdasarkan sadel/daerah yang tidak bergigi, klasifikasi menurut: a. Kennedy b. Swenson c. Austin Lidge d. Applegate Kennedy 1.3.1.1 Klasifikasi Kennedy Syarat: 1. Klasifikasi hendaknya dibuat setelah semua pencabutan gigi selesai dilaksanakan atau gigi yang diindikasikan untuk dicabut selesai dicabut. 2. Bila gigi M3 hilang dan tidak akan diganti, gigi ini tidak termasuk dalam klasifikasi. 3. Bila gigi M3 masih ada dan akan digunakan sebagai pengganti, gigi ini dimasukkan klasifikasi. 4. M2 hilang tidak akan diganti jika antagonisnya sudah hilang. 5. Bagian tidak bergigi paling posterior menentukan Klas utama dalam klasifikasi. 6. Daerah tidak bergigi lain daripada yang sudah ditetapkan dalam klasifikasi masuk dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah daerah atau ruangannya. 7. Banyaknya modifikasi ditentukan oleh banyaknya ruangan yang tidak bergigi.
22

8. Tidak ada modifikasi pada klasifikasi Kennedy Klas IV. Klasifikasi Kennedy ada 4 Klas: 1. Kelas I Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih ada dan berada pada kedua sisi rahang / Bilateral Free End. 2. Kelas II Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian posterior gigi yg ada, pd 1 sisi rahang/unilateral free end. 3. Kelas III Daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi yang masih ada dibagian posterior. 4. Kelas IV Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian anterior dan melewati garis tengah rahang/median line. Untuk kelas ini tidak ada modifikasi. 1.3.1.2 Klasifikasi Applegate Kennedy 1. Kelas I a. Daerah yang tidak bergigi sama dengan klasifikasi Kennedy. b. Keadaan ini sering dijumpai pada rahang bawah dan biasanya telah beberapa tahun kehilangan gigi. c. Secara klinis dijumpai:

akan dipasang. migrasi ke dalam berbagai posisi.

d. Indikasi pelayanan prostodonsia: Gigi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan perluasan basis distal 2. Kelas II Daerah tidak bergigi sama dengan kelas II. Secara klinis dijumpai keadaan: a. Resorbsi tulang alveolar terlibat lebih banyak b. Gigi antagonis relatif lebih ekstrusi dan tidak teratur. c. Ekstrusi menyebabkan rumitnya pembuatan restorasi pada gigi antagonis. d. Pada kasus ekstrim karena tertundanya pembuatan gigi tiruan untuk jangka waktu tertntu karena perlu pencabutan satu atau lebih gigi antagonis. e. Karena pengunyahan satu sisi, sering dijumpai kelainan sendi temporomandibula. Indikasi pelayanan prostodonsia: Gigi tiruan sebagian lepasan disain bilateral perluasan basis distal. 3. Kelas III Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga, tidak lagi mampu memberi dukungan kepada gigi tiruan secara keseluruhan. Secara klinis dijumpai keadaan: a. Daerah tidak bergigi sudah panjang. b. Bentuk dan panjang akar gigi kurang memadai
23

c. Tulang pendukung mengalami resorbsi cervikal dan atau disertai goyangnya gigi secara berlebihan. d. Beban oklusal berlebihan e. Indikasi pelayanan prostodonsi; Gigi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dengan desain bilateral. 4. Kelas IV a. Daerah tidak bergigi sama dengan klas IV Kennedy. b. Pada umumnya untuk klas ini dapat dibuat gigi tiruan sebagian lepasan bila:

pendukung. stribusi merata melalui lebih banyak gigi penahan, pada pasien dengan daya kunyah besar.

Indikasi pelayanan Prosthodontic Klas IV: a) Geligi tiruan cekat, bila gigi gigi tetangga masih kuat b) Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan dukungan gigi atau jaringan atau kombinasi. c) Pada kasus meragukan sebaiknya dibuat GTSL 5. Kelas V a. Daerah tak bergigi paradental, dimana gigi asli anterior tidak dapat dipakai sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah b. Kasus seperti ini banyak dijumpai pada rahang atas karena gigi caninus yang dicabut karena malposisi atau terjadinya kecelakaan c. Gigi bagian anterior kurang disukai sebagai gigi penahan, biasanya karena salah satu alasan berikut ini:

g lemah, penguatan dengan splin tidak diharapkan, dan sekalipun dilakukan tetap tidak memberikan dukungan yang memadai, tetapi tetap dirasakan perlunya mempertahankan geligi yang masih tinggal ini d. Indikasi pelayanan Prosthodontik kelas V: Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan prinsip basis berujung bebas tetapi di bagian anterior. 6. Kelas VI a. Daerah tak bergigi paradental dengan ke dua gigi tetangga gigi asli dapat dipakai sebagai gigi

24

penahan.Kasus seperti ini sering kali merupakan daerah tak bergigi yang terjadi pertama kalinya dalam mulut b. Biasanya dijumpai keadaan klinis: 1. Daerah tak bergigi yang pendek 2. Bentuk atau panjang akar gigitetangga memadai sebagai pendukung penuh 3. Sisa processus alveolaris memadai 4. Daya kunyah pasien tidak besar c. Indikasi pelayanan prosthodontik kelas VI 1. Geligi tiruan cekat 2. Geligi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dan desain unilateral (protesa sadel) d. Pemilihan geligi tiruan lepasan dalam hal ini didasarkan pada:

iruan cekat

e. Selain ke enam kelas tersebut di atas, klasifikasi Aplegate Kennedy mengenai juga modifikasi untuk daerah tak bergigi tambahan. f. Bila tambahan ini terletak di anterior, maka disebut kelas.... modifikasi A

25

g. Pada penambahan yang terletak di posterior, sebutan menjadi kelas ... modifikasi P. h. Untuk penambahan ruangan yang lebih dari satu, dimuka huruf petunjuk modifikasi. Diberi tambahan angka arab sesuai jumlahnya. Contoh : Kelas II Modifikasi 2A (atau 1P atau 2A dan 3P dan seterusnya). 3.3.1.3 Klasifikasi Swenson Pada dasarnya sama dengan klasifikasi Kennedy Kelas I : Unilateral free end Kelas II : Ujung bebas bilateral/ Bilateral free end Kelas III : Bounded sadle Kelas IV : Anterior tooth supported 3.3.1.4 Klasifikasi Austin dan Lidge Lebih sederhana karena pengklasifikasiannya berdasarkan wilayah daerah gigi yang hilang.

26

a. Daerah gigi yang hilang anterior A b. Daerah gigi yang hilang posterior: P Pada masing masing derah tersebut dibagi 2 lagi, dengan batas median line. 3.3.2 Berdasarkan Retainer, klasifikasi menurut: a. Miller b. Cummer 3.3.2.1 Klasifikasi Berdasarkan Letak Klamer - Miller a. Kelas I Miller:

27

k klamer harus berhadapan dan tegak lurus dengan median line

b. Kelas II Miller

28

29

c. Kelas III Miller

berbentuk segitiga yang letaknya kira kira ditengah protesa.

30

d. Kelas IV Miller

ditengah tengah protesa. 3.3.2.2 Klasifikasi Cummer 1. Kelas I Protesa dengan 2 retensi (klamer) direct, letaknya diagonal, berorientasi pada frame protesa 2. Kelas II

31

Protesa dengan 2 retensi direct, letak berhadapan, bila dihubungkan membentuk garis tegak lurus padamedian line. 3. Kelas III

32

Protesa dengan 2 atau lebih retensi direct, letak pada 1 sisi/bidang. 4. Kelas IV Protesa dengan 3 4 klamer, bila dihubungkan dengan gads membentuk segi empat dan berada di tengah protesa. 3.3.3 Pembagian GTSL berdasarkan jaringan pendukungnya 3.3.3.1 Menurut Osborne 1. GTS Paradental (Tooth Borne Denture) Suatu GTSL yang beban kunyahnya sebagian atau seluruhnya diteruskan ke gigi penjangkaran dan jaringan periodonsiumnya, serta diteruskan ke gigi tetangganya melalui titik kontak pendukung utamanya: gigi asli Indikasi GTSL Paradental: a. Gigi penjangkaran sehat, kuat, bentuk anatomis cembung b. Gigi hilang sedikit -> sadel pendek, beban kunyah kecil c. Kesehatan umum baik 2. GTS Gingival (Tissue Borne Denture) Suatu GTSL yang beban kunyahnya sebagian besar atau seluruhnya diterima oleh mukosa dan tulang alveolar di bawah mukosa. Pendukung utamanya: mukosa Indikasi GTSL Kombinasi: a. Gigi penjangkaran kurang kuat untuk satu sisi rahang, sedangkan pada sisi lainnya cukup kuat b. Gigi yang hilang pada satu sisi rahang agak banyak (free-end saddle), sedangkan pada posisi lainnya sedikit (bounded saddle) c. Kesehatan umum baik 3. GTS Kombinasi Paradental dan Gingival (Tooh and Tissue Borne Denture)

33

Suatu GTSL yang beban kunyahnya diterima oleh gigi asli dan mukosa. Indikasi GTSL Gingival: a. Gigi penjangkaran kurang kuat, misalnya: punya akar satu, goyang derajat satu atau dua b. Gigi yang hilang banyak (free-end saddle) c. Kesehatan umum baik atau kurang baik (ada penyakit sistemik) 3.3.3.2 Menurut Baylin 1. Klasifikasi I (Tooth borne/tooth supported) Gigi-tiruan yang disangga oleh gigi asli sebagai gigi penyangga (abutment) pada kedua sisinya (sebelah anterior dan posteriornya). 2. Klasifikasi II (Mucosa born) Gigi-tiruan yang disangga oleh jaringan lunak dan tulang alveolar di bawahnya. a. Klasifikasi II tipe 1 Gigi-tiruan sebagian yang berujung bebas (free end saddle). b. Klasifikasi II tipe 2 Tooth born tetapi gigi asli yang ada tidak dapat digunakan untuk menyangga gigi-tiruan. Misalnya: Seorang penderita dengan kasus kehilangan gigi P1, P2 dan M1, sedangkan gigi C dan M2 mengalami kegoyangan, sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai penyangga gigi-tiruan tersebut 3. Klasifikasi III Kasus tooth born, tetapi gigi-tiruan yang akan dibuat hanya bersifat sementara (temporary denture). 3.4 Komponen GTSL

34

Gigi tiruan sebagian lepasan terdiri dari komponen-komponen: 1. Basis Disebut juga plat protesa adalah bagian dari gigi tiruan yang menutupi mukosa mulut di daerah palatum labial, bukal, lingual. -macam basis geligi tiruan: a. Basis dukungan gigi Pada basis dukungan gigi, yang semata-mata merupakan span yang dibatasi gigi asli pada kedua sisinya, tekanan oklusal secara langsung disalurkan kepada gigi penyangga melalui kedua sandaran oklusal. Selain fungsi tadi, basis bersama-sama elemen gigi tiruan berfungsi pula mencegah migrasi horisontal gigi tetangga, serta migrasi vertikal gigi antagonis. b. Basis dukungan jaringan Dukungan jaringan ini penting, agar tekanan kunyah dapat disalurkan ke permukaan yang lebih luas, sehingga tekanan persatuan luas menjadi lebih kecil -macam bahan basis: a. Metal Indikasi pemakaian basis metal

b. Resin Indikasi basis resin

35

sannya mudah

Kriteria Proses pembuatan Kekuatan Penghantar panas Menyerap air Perubahan warna Luas basis Biaya

Akrilik Mudah Kurang Kurang Dapat Dapat Luas/lebar Murah

Logam Sukar Kuat Baik Tidak dapat Tidak dapat Tidak luas Mahal

5. GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN AKRILIK 6. GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN KERANGKA LOGAM

36

BAB III PEMBAHASAN Skenario 1 Gigi tiruan sebagian lepasan Putra mahasiswa co ass bagian prosthodontia akan mengerjakan pasien pak Amir usia 45 tahun, dengan keluhan ingin membuat gigi tiruan yang bisa dibuka dan dipasang serta nyaman difungsikan. Dari anamnesa pasien sudah pernah menggunakan gigi tiruan pada RA&RB tapi RB longgar dan RA plat gigi tiruan patah. Pemeriksaan intra oral gigi yang tinggal 16 15 24 25 27 28 32 31 35 41 42 46 47 dan gigi 27 28 sisa akar indikasi untuk pencabutan, gigi 24 ekstruksi sudah mendekati ridge alveolar rahang bawah dan mobility grade 2 terdapat torus palatinus yang tidak meluas ke palatum molle, eksostosis pada regio 23 24, bagian anterior rahang bawah terdapat diastema serta adanya kalkulus pada gigi sisa. Pada pemeriksaan gigi tiruan yang lama menggunakan basis akrilik dan perluasan basis tidak mencakup batas anatomis. Putra menjelaskan alternatif gigi tiruan yang lain dengan gigi tiruan kerangka logam pada rahang bawah dan resisn akrilik pada rahang atas. Pertanyaan: bagimana cara putra menjelaskan pada pasien rencana perawatan yang akan dilakukan untuk pembuatan gigi yang diinginkan pasien. Terminologi Anamnesa : suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu

percakapan antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya. Plat gigi tiruan : Bagian dari gigi tiruan yang bersandar pada jaringan

lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigi tiruan. Pemeriksaan intra oral : pemeriksaan dari bagian rongga mulut yang meliputi

mukosa (bibir, mulut, palatum, gingiva) dan gigi. Ekstrusi : pergeseran/perpindahan gigi keluar dari soketnya ke

arah palatal sampai gigi memanjang.


37

Ridge alveolar Mobility grade 2 Torus palatinus palatum. Palatum mole Eksostosis

: Bagian dari tulang rahang yang mengandung akar gigi. : Goyangnya gigi yang terlihat dan terasa 1mm. :Suatu penonjolan tulang yang terjadi di tengah-tengah

: Jaringan lunak di bagian posterior dari palatum durum. : Tonjolan tulang yang tajam pada prosessus alveolaris

dan menyebabkan rasa sakit pada pemeriksaan protesa.. Basis akrilik : bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan

lunak dan sebagai tempat melekatnya anasir gigi tiruan yang terbuat dari resin akrilik. Gigi tiruan kerangka logam : Gigi tiruan yang landasannya dari logam sedangkan gigi buatannya dari akrilik atau porselen. 3.2 Analisis Masalah 1. Apakah diagnosa pada kasus gigi di atas ? Diagnosa kasus didapatkan dari pemeriksaan subjektif dan objektif sebagai berikut: Pemeriksaan subjektif (anamnesa) Identitas Pasien Riwayat kesehatan

a. keluhan utama : Membuat gigi tiruan yang bisa dibuka dan dipasang serta nyaman difungsikan. b. keluhan tambahan : Pasien sudah pernah menggunakan gigi tiruan pada RA&RB tapi RB longgar dan RA plat gigi tiruan patah. Riwayat penyakit lalu (dental) Riwayat penyakit keluarga

Pemeriksaan objektif A Pemeriksaan intra oral Pemeriksaan Intra Oral adalah pemeriksaan dari bagian rongga mulut yang meliputi mukosa (bibir, mulut, palatum, gingiva) dan gigi. Tujuannya mengidentifikasi kelainan yang ada pada gigi dan mulut. Cara pemeriksaan intra oral :
38

a. inspeksi b. sondasi c. termis d. perkusi e. tekanan f. tesmobilitas g. palpasi h. tesvitalitas

B. Pemeriksaan penunjang Adalah pemeriksaan yang membantu atau memperjelas pemeriksaan intra oral maupun ekstraoral. Dari kasus kita mengetahui di lakukan rontgen foto terlebih dahulu. Dari kasus diatas pemeriksaan penunjang menunjukkan gigi sisa normal. 18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38 Dari kasus di atas diagnosanya adalah :

Pada Palatum = Torus Palatinus yang tidak meluas ke Pallatum molle, Pada Gigi 11= missing, didapatkan dengan pemeriksaan intraoral, Pada Gigi 12= missing, didapatkan dengan pemeriksaan intraoral, Pada Gigi 13= missing, didapatkan dengan pemeriksaan intraoral, Pada Gigi 14= missing, didapatkan dengan pemeriksaan intraoral, Pada Gigi 17= missing, didapatkan dengan pemeriksaan intraoral, Pada Gigi 18= missing, didapatkan dengan pemeriksaan intraoral, Pada Gigi 21= missing, didapatkan dengan pemeriksaan intraoral, Pada Gigi 22= missing, didapatkan dengan pemeriksaan intraoral, Pada Gigi 23= missing, didapatkan dengan pemeriksaan intraoral, Pada Gigi 24= Ekstrusi,mobility grade 2, Pada Gigi 26= missing, didapatkan dengan pemeriksaan intraoral, Pada Gigi 27= Radik (Sisa Akar),
39

Pada Gigi 28= Radik (Sisa Akar), Pada Gigi 33= missing, didapatkan dengan pemeriksaan intraoral, Pada Gigi 34= missing, didapatkan dengan pemeriksaan intraoral, Pada Gigi 36= missing, didapatkan dengan pemeriksaan intraoral, Pada Gigi 37= missing, didapatkan dengan pemeriksaan intraoral, Pada Gigi 38= missing, didapatkan dengan pemeriksaan intraoral, Pada Gigi 43= missing, didapatkan dengan pemeriksaan intraoral, Pada Gigi 44= missing, didapatkan dengan pemeriksaan intraoral, Pada Gigi 45= missing, didapatkan dengan pemeriksaan intraoral, Pada Gigi 48= missing, didapatkan dengan pemeriksaan intraoral, Pada Regio 23 dan 24= Eksostosis.

2. Apakah rencana perawatan yang harus dilakukan? Rencana Perawatan : Tahap yang berikutnya dalam proses merawat sesudah pengkajian dikerjakan dan masalah kesehatan menurut prioritasnya. Rencana perawatan dapat di bagi dua yaitu : A. Rencana perawatan awal Adalah perencanaan tindakan yang lebih awal dilakukan pada kasus sebelum di lanjutkan ke rencana akhir untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Gigi 24 Gigi 27 Gigi 28 Regio 23 dan 24 = Exo, = Exo, = Exo, = Alveolektomi telah diidentifikasi dan disusun

B. Rencana perawatan akhir Kelanjutan dari rencana perawatan awal untuk mendapatkan hasil sesuai yang di inginkan. Dari kasus dapat diketahui rencana perawatan akhirnya adalah : Rahang Atas = Gigi tiruan akrilik. Rahang Bawah = Gigi tiruan kerangka logam.

3. Apakah indikasi dan kontraindikasi dari bridge tersebut? Indikasi pemakaian GTSL :
40

1. Bila tidak memenuhi syarat untuk suatu gigi tiruan cekat: a. Usia Usia pasien masih muda, ruang pulpa masih besar, panjang mahkota klinis masih kurang. Pasien usia lanjut dengan kesehatan umum yang buruk, karena perawatannya memerlukan waktu yang lama. b. Panjang daerah edentulous tida memenuhi syarat Hukum Ante c. Kehilangan tuang yang banyak pada daerah edentulous. 2. Tidak ada abutment gigi posterior pada ruang edentulous (free end saddle). 3. Bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat. 4. Bila dibutuhkan stabilisasi dari lengkung yang berseberangan. 5. Bila membutuhkan estetik yang lebih baik. 6. Bila dibutuhkan gigi segera setelah dicabut. 7. Keinginan pasien Kontraindikasi GTSL 1. Penderita yang tidak kooperatif, sifat tidak menghargai perawatan gigi tiruan. 2. Umur lanjut, mempertimbangkan sifat dan kondisi penderita sebaiknya dibuatkan GT temporer. 3. Penyakit sistemik (epilepsy, DM tidak terkontrol) 4. OH jelek.

5. Bagaimana prinsip pembuatan GTSL yang baik? Prinsip biomekanik pertimbangan bagaimana pengaruh gt dalam rongga mulut tempat kedudukan gt jaringan hidup 1. Faktor mekanis: Daya yang diterima gigi tiruan menimbulkan gerakan dari gigi tiruan. 2. Faktor Biologis: Keadaan umum dan lokal pasien Prinsip mekanis Makanis dalam mulut dapat dipertimbangkan dalam disain GTSL

diilustrasikan sebagai dua mesin : -Pengungkit -Inclined plane alat yg berpengaruh terhadap kekuatan 6. Apa saja type dan klasifikasi GTSL yang akan dipasang?
41

Type: 1. Berdasarkan Cara Pemasangan Rahang Atas: Konvensional Denture Rahang Bawah: Konvensional Denture 2. Berdasarkan bahan yang digunakan Rahang Atas:Resin Akrilik Rahang Bawah: Kerangka Logam 3. Berdasarkan Jaringan pendukung Rahang Atas: Tooth tissue borne Rahang Bawah: Tooth tissue borne Klasifikasi: Rahang Atas: Berdasarkan letak saddle + Menurut Kennedy: Rahang atas : Kelas I modifikasi 1 Rahang bawah : Kelas II modifikasi 2 + Menurut Swenson: Rahang Atas: Kelas II AP Rahang Bawah: Kelasi I AP + Menurut Applegate + Rahang Atas: Kelas I modifikasi 1 Rahang Bawah: Kelas II modifikasi 2

Menurut Soelarko Rahang Atas: Kelas III Rahang Bawah:Kelas III

Berdasarkan letak retainer + Menurut Miller Rahang Atas: kelas III Rahang Bawah: kelas IV + Menurut Cummer Rahang Atas: kelas IV
42

Rahang Bawah: kelas IV 7. Bagaimana cara memilih komponen GTSL yang baik? Rahang Atas Komponen Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik: 1. Basis 2. Retainer : Direct retainer

3. Anasir Gigi (Elemen Gigi)

Rahang Bawah Komponen Gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam: 1. Konektor Mayor : Lingual Bar 2. Konektor Minor (46,42,32,35) 3. Retainer Jenis : Direct retainer dan indirect retainer Type : Ekstra Corona Retainer Design: Sirkumferensial Letak:

4. Anasir Gigi 7.Apakah faktor yang mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan pembuatan bridge? Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan adalah Pengetahuan yang cukup dari operator. Jadi operator dapat mendiagnosa dengan tepat sehingga memperkecil terjadinya kesalahan. Operator mempunyai keahlian, kemahiran, dan keterampilan juga mempengaruhi keberhasilan. Keterampilan operator untuk membuat gigi tiruan sebagian lepasan sangat diperlukan karena mempengaruhi kedetailan pembuatan sehingga keestetisan yang baik dapat dicapai. Selain itu, kesediaan dan keinginan berpengaruh terhadap keberhasilan tindakan.
43

pasien untuk melakukan perawatan juga

Faktor yang mempengaruhi kegagalan : Ketidakmampuan dari operatornya Kurangnya keahlian, kemahiran serta keterampilan dari operator Miss communication antara operator dan pasien Sikap pasien yang tidak kooperatif

44

Вам также может понравиться