Вы находитесь на странице: 1из 41

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Semakin canggih teknologi dan modernisasi akan menmberikan dampak pemakaian energi yang terus meningkat, energi listrik pun menjadi salah satu kebutuhan utama yang tidak dapat dilepaskan, dan bahkan pada saat ini kebutuhan akan energi listrik menjadi kebutuhan pokok untuk kehidupan umat manusia. Semakin besarnya kebutuhan akan energi menyebabkan semakin besar pula kapasitas listrik yang harus ditransmisikan ke pelanggan. Pada hal ini PT. PLN memiliki peran yang sangat sentral. Pada dasarnya PLN sendiri terbagi atas beberapa perusahaan yang bergerak di bidangnya masing masing di antaranya adalah unit pembangkitan serta transmisi. Di Indonesia terdapat beberapa jenis Sumber pembangkitan, diantarnya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Pembangkit Listrik Tenaga Air atau yang biasa disebut PLTA merupakan sumber pembangkitan tenaga Listrik yang memanfaatkan air sebagai penggerak turbin yang nantinya akan menggerakkan genrator. Pada PLTA Ketenger menggunakan beberapa sungai sebagai sumber mata airnya, yaitu sungai Sorobadag, Sungai Banjaran serta sungai sungai kecil lainya disekitar lokasi tersebut yang kemudian ditampung di kolam tando dan dialirkan ke rumah pemabngkit. Pada prinsipnya memanfaatkan hukum kekekalan energi, yang berbunyi Energi Tidak dapat Diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, Namun energi hanya berubah bentuk dari energi satu ke energi lainya. Pada PLTA sendiri dikondisikan agar air diletakkan pada ketinggian tertentu sehingga memiliki energi potensial, dan air akan mengalir menuju potensial yang lebih rendah yang telah terdapat turbin dan akan menggerakkan turbin sehingga energi tersebut berubah menjadi energi mekanik

yang menggerakkan turbin, setelah turbin digerakkan maka akan ada induksi elektromagnet yang menyatakan bahwa gerakan yang berputar pada suatu medan magnet tertentu maka akan dibangkitkan arus. Biasanya tegangan keluaran yang dihasilkan oleh generator biasanya berkisar antara 6,6 hingga 24 kV.

Gambar 1.1 Foto satelit jalur distribusi air PLTA Ketenger

Sebelum energi listrik pembangkit ditransmisikan maka hal pertama yang dilakukan adalah menaikkan tegangan generator terlebih dahulu pada nilai tegangan yang lebih tinggi yang sesuai dengan tegangan sitem jaringan transmisi. Di Indonesia level tegangan jaringan listrik adalah 70 kV, 150 kV dan 500 kV. Dan setelah dari transmisi energi listrik ini akan di distribusikan ke masing masing rumah. PLTA merupakan jenis pembangkit sumber penggerak turbinya dapat di perbaharui. Dikatakan dapat diperbaharui karena air mempunyai sebuah siklus yang dapat berjalan terus menerus dan tidak berhenti pada satu titik atau keadaan. Ini sangat jauh berbeda saat kita menggunakan sumber fosil, misalkan saja batu bara dan minyak, dua bahan bakar tersebut termasuk bahan bakar yang tidak dapat

diperbaharui dan harus menunggu proses pembentukan beratus tahun untuk mendapatkan bahan fosil tersebut. Oleh karena itu PLTA menjadi alternatif terlebih Indonesia memiliki potensi air, dan air terjun yang cukup banyak, selain itu pembangkit ini juga ramah lingkungan karena tidak mencemari lingkungan terutama air.

Gambar 1.2 siklus air Untuk mengimbangi kemajuan teknologi yang ada dan untuk menghasilkan tenaga kerja yang mempunyai pengetahuan luas, berpengalaman, berketrampilan dan mempunyai keahlian serta etos kerja yang tinggi maka perlu adanya peningkatan sumber daya manusia. Oleh sebab itu setiap perguruan tinggi dituntut untuk menghasilkan lulusan mahasiswa yang berkualitas serta dapat menerapkan dan mengaplikasikan ilmunya di lapangan utnuk kepentingan masyarakat banyak. Oleh sebab itu harus ada keselarasan dan keseimbangan teori yang didapat di bangku perkuliahan dengan keadaan di lapangan, sehingga untuk mencapai hal

tersebut perlu adanya pengenalan bagaimana cara menerapkan serta mengaplikasikan teori di lapangan. Pengenalan tersebut dalam dunia akademis lebih dikenal dengan sebutan Kerja Praktek atau sejenisnya. Kerja Praktek terdapat dalam kurikulum program strata satu atau yang wajib di tempuh oleh setiap mahasiswa. Pada PLTA Ketenger (Pembangkit Listrik Tenaga Air) sendiri banyak komponen yang mendukung sampai terjadinya atau terbentuknya energi listrik, dapat dikatakan komponen yang paling utama adalah turbin. Komponen lainya yang tidak kalah penting adalah governor (pengatur kecepatan). Salah satu fungsi governor adalah pengatur kecepatan untuk merubah frekuensi dalam keadaan kerja paralel (bila terjadi perubahan beban). Maka sebab kerja Governor sangat penting maka penulis mengangkat tema ini sebagai judul kerja praktek. 1.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek bertempat di PT Indonesia Power UBP Mrica Sub Unit PLTA Ketenger selama 1 bulan dari tanggal DD/MM/YY DD/MM/YY 1.3 Maksud dan Tujuan Suatu kegiatan pasti mempunyai hal yang menjadi maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Kerja praktek pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sub Unit PLTA Ketenger, PT Indonesia Power UBP Mrica mempunyai maksud sebagai berikut : 1. Memenuhi Prasyarat akademis dalam menyelesaikan program Strata satu. 2. Menambah wawasan dan pengalaman serta gambaran nyata tentang aplikasi ilmu terapan. 3. Meningkatkan kemampuan dalam berfikir secara analitis untuk mengimbangi kemajuan teknologi. 4. Mengetahui permasalahan yang dihadapi untuk bias memecahkan dalam dunia industri.

Adapun tujuan dari pelaksanaan Kerja Praktek di Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA Ketenger) Sub Unit PLTA Ketenger adalah sebagai berikut : 1. Mempelajari pembangkit. 2. Mempelajari sistem pengoperasian pembangkit. 1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup kajian pada kerja praktik ini adalah : 1. Secara umum mengetahui dasar sistem pembangkitan pada pembangkit listrik tenaga air, khususnya pada PLTA Ketenger. 2. Secara khusus mempelajari tentang governor dan penggunaanya pada PLTA Ketenger. 3. fungsi peralatan yang digunakan serta mengerti prinsip kerja. 4. Mengetahui permasalahan yang ada serta mengetahui cara kerjanya. 5. Mengetahui manfaat governor pada sistem pembangkitan dan bagian bagian governor. 6. Mengetahui sistem kontrol kecepatan turbin menggunakan governor pada unit 1 dan 2. 1.5 Manfaat Manfaat pelaksanaan kerja praktik ini dapat dari manfaat untuk mahasiswa, manfaat untuk instansi pendidikan, serta manfaat untuk perusahaan. 1.4.1 Manfaat Untuk Mahasiswa 1. Memperoleh pengetahuan baru yang lebih kepada aplikasi ilmu pengetahuan yang didapat di perkuliahan. 2. Memperoleh pengalaman kerja di suatu instansi perusahaan. 3. Mendapatkan pengetahuan baru tentang pembangkit listrik tenaga air. cara pemeliharaan dan perrawatan pada peralatan

4. Mengetahui teknologi

dan sistem kontrol

governor

pada

pembangkit unit 1 dan unit 2 pada PLTA Ketenger. 5. Memperoleh suatu pengalaman berorganisasi dalam suatu team work yang nyata di suatu instansi perusahaan. 1.4.2 Manfaat untuk Universitas 1. Mengetahui daya serap ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan. 2. Mengetahui kemampuan dan usaha mahasiswa dalam

memecahkan suatu problem dan menganalisa data yang ada. 3. 3. Mendapatkan pustaka baru yang dapat menjadi manfaat ilmu pengetahuan baru bagi mahasiswa lain. 1.4.3 Manfaat Untuk Perusahaan 1. Mendapatkan teori teori baru dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada di lingkungan perusahaan. 2. Sebagai masukan jika terdapat sistem yang lebih efisien. 3. Upaya untuk membentuk SDM yang berkualitas. 1.6 Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam pelaksanaan kerja praktik adalah : 1. Pengamatan Lapangan Dilaksanakan dengan melakukan pengamatan secara langsung keadaan dan aktivitas yang dilakukan di kantor PT Indonesia Power UBP Mrica Sub Unit PLTA Ketenger Baturraden. 2. Wawancara Metode ini berupa pengumpulan informasi dan konsultasi secara lisan dengan teknisi lapangan dan pembimbing di lapangan.

3. Pengambilan data Pengambilan data dilakukan dengan pengumpulan data tertulis untuk mengetahui dan menganalisis sistem kontrol governor unit 1 dan unit 2 pada PLTA Ketenger. 4. Studi Pustaka Berupa pengumpulan literatur dan pendapat para ahli sebagai data pelengkap.

BAB II Profil Perusahaan 2.1 Sejarah PT. Indonesia Power


Sejarah berdirinya PT. Indonesia Power tidak terlepas dari sejarah kelistrikan Indonesia yang sudah ada sejak akhir abad 19. Pada tahun 1994, dengan terbitnya PP Nomor 23 tanggal 6 Juni 1994 status PLN (Perusahaan Listrik Negara) dari PERUM beralih menjadi PERSERO. Perubahan ini diikuti oleh unit PLN dengan terbitnya SK Direksi Nomor 010.K/023/DIR/1995. Keputusan ini mengubah struktur PLN menjadi Kantor Induk Unit Bisnis, Anak Perusahaan, dan Usaha Patungan. Pembenahan dalam tubuh PLN terus bergulir, dengan terbitnya SK Direksi Nomor 093.K/023/DIR/1995 tanggal 2 Oktober 1995 yang meningkatkan fungsi PLN P2B menjadi P3B dengan penyaluranya. Dengan perubahan fungsi tersbut maka PLN KJB dan KJT fokus pada pembangkitan saja. Dua perusahaan ini kemudian menjadi cikal bakan anak perusahaan PLN, yaitu PJB 1 dan PJB II sebagai tindak lanjut SK Direksi Nomor 010.K/023/DIR/1995 tanggal 28 Maret 1995, maka pada tanggal 3 Oktober 1995 lahirlah PLN PJB1 dan PJB II, dan sekaligus menjadi tanggal berdirinya PT PLN PJB I berdasarkan SK Direksi PLN persero Nomor 94.K/023/DIR/95 yang menunjuk Ir. Firdaus Akmal sebagai direktur utamanya. Hingga pada tanggal 8 Januari 1996 PLNPJB 1 baru mempunyai organisasi sendiri yang mengelola 8 Unit Bisnis Pembangkitan dan Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan. Delapan (8) UBP tersebut diperlihatkan pada tabel 2.1

Tabel 2.1. UBP PT Indonesia Power

Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8

UBP Suralay Saguling Mrica Perak Grati Priok Kamojang Semarang Bali

Daya Terpasang (MW) 3400 797,36 324,24 864,08 1248 375 1469,16 427,59

Beradasarkan tabe di atas dapat terlihat berdasarkan peta Indonesia Power di Jawa Bali sebagai berikut.

PT. INDONESIA POWER di Jawa-Bali

UP Suralaya
Steam Coal PP 3,400 MW

UP Priok

UP Semarang
CCGT & SPP 1,469 MW

UP Perak Grati
SPP & CCGT 864 MW

GT, CCGT & Diesel PP 1,446 MW

Jakarta

PT IP Total Installed Capacity = 8,978 MW


Semarang Surabaya Banjarnegara Grati

Bandung

Jawa-Bali Installed Capacity = 18,696 MW


UP Saguling Hydro 797 MW UP Kamojang Geothermal 360 MW UP Mrica UP Bali

Hydro 306 MW

GT & Diesel 335 MW

Gambar 2.1 Peta instalasi Indonesia Power Sebagai respon terhadap lingkungan pasar energi listrik yang semakin kompetitif dan persiapan Go Public, dan mempertegas posisi PJB 1 sebagai identitas murni dan perusahaan yang independen maka pada saat MK1 mengadakan seminar RUU kelistrikan 13 September 2000, dirut PLN PJ 1 Ir. Firdaus Akmal mengumumkan perubahan nama PLN PJB 1 menjadi PT Indonesia Power, yang tercantum dalam perubahan anggaran dasar dengan akta notaris Henny Singgih S.H. tanggal 1 September 2000. Maka sejak itu, digunakan nama PT. Indonesia Power, yang memantapkan posisi sebagai perusahaan tenaga listrik terbesar yang menghasilkan energi listrik dengan biaya paling ekonomis di Jawa dan Bali. Untuk UBP Mrica sendiri sampai saat ini mempunyai 16 Sub Unit, yaitu : Tabel 2.2 Sub Unit UBP Mrica No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PLTA PLTA PB.Soedirman PLTA Sempor PLTA Kedung Ombo PLTA Timo PLTA Ketenger PLTA Jelok PLTA Sidorejo PLTA Wonogiri PLTA Wadaslintang Daya Terpasang (MW) 3 x 61 1 x 1,0 1 x 22,5 3 x 4,00 2 x 3,52; 1,00; 1 x 0,5 4 x 5,12 1 x 1,40 2 x 6,20 2 x 9,00 Total (MW) 183 1 22,5 12 8,54 10,48 1,4 12,4 18

10 PLTA Garung 2 x 13,20 26,4 11 PLTA Klambu 1 x 1,17 1,17 12 PLTA Pejengkolan 1 x 1,40 1,4 13 PLTA Tapen 1 x0,75 0,75 14 PLTM Tulis 2 x 6,20 12,4 15 PLTM Plumbungan 1 x 1,6 1,6 16 PLTM Siteki 1 x 1,2 1,2 Total Daya Terpasang (MW) 324,24 Berdasarkan table di tas penyebaran Pembangkit Listrik di bawah UBP mrica dapat digambarkan berdasarkan peta di bawah ini.

Gambar 2.2 Sub Unit UBP Mrica 2.1 Paradigma Perusahaan PT Indonesia Power mempunyai paradigma perusahaan pengembangan dan melaksanakan segala aspek kehidupan perusahaan. 1. Moto Perusahaan Hari ini lebih baik dari hari kemarin, hari besok lebih baik dari hari ini. 2. Visi Perusahaan Menjadi perusahaan public dengan kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan lingkungan. 3. Misi Perusahaan sebagai dasar

Melakukan usaha dalam bidang kelistrikan dan mengembangkan usaha- usaha lainya yang berkaitan, berdasarkankaidah industry dan niaga yang sehat, guna menjalin keberadaan dan pengembangan perusahaan dalam jangka panjang. 4. Budaya Perusahaan Budaya perusahaan diarahkan untuk membentuk sikap dan perilaku yang didasarkan pada filosofi dan lebih lanjut filosofi dasar ini diwujudkan dalam 12 dimensi perilaku. 5. Lima Filosofi Perusahaan : a. Mengutamakan pasar dan pelanggan. b. Menciptakan keunggulan untuk memenangkan persaingan. c. Memelopori pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. d. Menjunjung tinggi etika bisnis. e. Memberi penghargaan atas prestasi. 6. Dua Belas dimensi perilaku a. Integritas, berpikir benar,bersikap jujur, dapat dipercaya dan bertindak professional. b. Sikap melayani, berupaya memenuhi komitmen terhadap kualitas pelayanan. c. Komunikasi, melakukan komunikasi terbuka, efektif dan bertanggung jawab d. Kerja sama, melakukan kerja sama yang harmonis dan efektif untuk mencapai tujuan bersama dengan mengutamakan kepentingan perusahaan. e. Tanggung jawab, bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas dan kewajiban hingga tuntas dan tepat waktu untuk mencapai hasil terbaik. f. Kepimpimpinan, member arahan yang jelas maupun menerima umpan balik dan menjadi contoh bagi lingkungan kerjanya. g. Pengambilan resiko, melaksanakan pengambilan keputusan dengan risiko yang sudah diperhitungkan dan dapat dipertanggungjawabkan. h. Pemberdayaan, memperdayakan potensi SDM dengan memberikan

kepercayaan dan wewenang yang memadai.

i.

Peduli biaya dan kualitas, melaksanakan setiap kegiatan usaha dengan mengutamakan efektifitas biaya untuk mencapai kualitas yang terbaik.

j.

Adaptif,

menyesuaikan

diri

dengan

cepat

terhadap

perubahan,

menyumbangkan gagasan dan menjadi agen perusahaan. k. Keselarasan tujuan, menyelaraskan tujuan SDM dengan tujuan perusahaan melalui pemahaman visi dan misi. l. Keseimbangan antara tugas dan hubungkan social, mengimbangkan usaha mencapai hasil kerja yang optimal dengan terciptanya suaana kerja yang optimal.

2.3 Sub Unit PLTA Ketenger Letak PLTA Ketenger dengan luas 4 Hektar berada di 3 desa, yaitu desa

Ketenger, desa Melung, dan desa Karang tengah Kecamatan Baturaden, dan berada pada daerah aliran sungai Banjaran, Desa Melung, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas,Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah,( 13 km dari kota Purwokerto atau 5 km dari lokasi wisata Baturaden ). Atau tepatnya Secara Geografis pada 7,18 LS / 109,21 BT Pada tahun 1932, Pemerintahan Hindia Belanda melakukan survey di daerah Ketenger Baturaden guna pembangunan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air). Pelaksanaan pembangunan PLTA Ketenger ini dilaksanakan pada tahun 1935 1939 oleh kontraktor Hindia Belanda NV. ANIEM 9 (N.V Algeene Nederlandsch Indische Electriciteit Maatchappy). Pada pembangunan awal ini ada 2 unit mesin yang masing masing memiliki daya 3,52 MW. 1,05 MW oleh kontraktor PT. Dirga Bratasena Engineering Medan. Untuk analisis mengenai dampak lingkungan oleh tim pusat studi ke pendudukan dan lingkungan hidup lembaga penelitian Universitas Diponegoro Semarang dan disetujui oleh pihak komisi AMDAL Pusat Departemen Pertambangan.

Tujuan pembangunan PLTA Ketenger adalah untuk memenuhi kebutuhan energi listrik, terutama kebutuhan untuk daerah Gambarsari dan Passanggrahan, di mana energi listrik dihasilkan dengan memanfaatkan aliran sungai Banjaran dan sungai Banjaran dan sungai Surobadak untuk menggerakkan turbin. Kedua sungai ini mempunyai luas tangkapan hujan sebsar 30 . Volume air dari kedua sungai

dialirkan dan ditampung ke dalam kolam tandu dengan maksud mendapatkan debit dan tinggi jatuh yang diinginkan, setalah itu air dari kolam tandu dialirkan melalui pipa pesat untuk memutar turbin. Jumlah curah hujan di daerah sekitar PLTA Ketenger dan aliran sungai Banjaran serta sungai Surobadak adalah sangat baik. Dimana debit ini sangat dipengaruhi oleh curah hujan itu sendiri, keadaan geografis, flora temperatur dan faktor lainya di sebelah hulu sungai. Energi listrik yang dihasilkan PLTA Ketenger disalurkan ke berbagai daerah, antara lain : Purwokerto, Purbalingga, Gombong, Karanganya, Kebumen dan pompa air Gambarsari serta Pesanggrahan melalui saluran tinggi 30 KV. Secara umum pembangunan PLTA Ketenger dilakukan beberapa tahapan, yakni sebagai berikut : 1. Tahap pertama adalah pembangunan atau pekerjaan sarana yang meliputi : pembuatan jalan masuk, kantor, gudang, bengkel, perumahan dinas, pagar, saluran air minum dan instalasi listrik serta penyediaan tanah. 2. Tahapa kedua adalah pekerjaan sipil meliputi : pembangunan kolam tandu, bendungan banjaran, bak pengendap masuk kolam, pipa pesat dan gedung pembangkit. 3. Tahap teakhir terdiri dari pemasangan turbin, generator, indoor switchgear, cranes, trafo dan peralatan switchgear serta pelengkapan lainya.

Pembangunan PLTA Ketenger pada zaman Belanda dilaksanakan oleh Kontraktor ANIEM (N.V. Algemeene Nederlandch Indiche Electriciteit Maatchappy), dan pembangunannya meliputi : 1. Tahun 1935 1937 yaitu pengerjaan bendungan Banjaran termasuk bak pengendap, pekerjaan pipa beton bertulang sepanjang 778 m berdiameter 1,4 meter, kolam tandu dan bak pelimpah. 2. Tahun 1937 1939 yaitu pengerjaan pipa pesat, gedung sentral, turbin, generator dan perlengkapanya. 3. Tahun 1939 1950 pelaksanaan operasi dan pemeliharaan oleh EMB (electriciteit maatchappy Banyumas) di Purwokerto. 4. Tahun 1951 1962 pelaksanaan pengolahan operasi dan pemeliharaan oeh PLN distribusi cabang Purwokerto PLN Eksploitasi XII. 5. Tahun 1962 1982 pelaksanaan pengolahan operasi dan pemeliharaan oleh sektor Ketenger wilayah VIII Semarang. 6. Tahun 1983 1991 pelaksanaan pengolahan operasi dan pemeliharaan oleh PLN sektor Ketenger PLN Pembangkitan dan penyaluran Jawa bagian Barat Jakarta. 7. Tahun 1998 1999 pelaksanaan pembangunan PLTA Ketenger unit 3 atau PLTM (Pembangkit listrik tenaga mikro). Curug gede dengan daya terpasang 1,5 MW. 8. Tahun 1999 2000 pelaksanaan pengelolaan pemeliharaan dan operasi oleh PT. PLN Pembangkit Jawa Bali Unit Pembangkit Mrica Banjarnegara , termasuk penyerahan PLTA Ketenger unit 3 atau PLTM (Pembangkit Listrik tenaga mikro) Curug Gede. 9. Tahun 2000 sampai dengan sekarang pelaksanaan pengolahan operasi dan pemeliharaan oleh PT Indonesia Power UBP Mrica Banjarnegara. Untuk keandalan penyediaan energi listrik maka bentuk pemeliharaanya adalah pemeliharaan korektif dan pemeliharaan darurat.

10. Tahun 2010 pembangunan unit 4 dan pembangunan kolam tando harian. 2.4 Struktur Organisasi Untuk membantu berlangsungnya operasional kerja maka dibuatlah tiga bagian kerja yaitu : bagian pemeliharaan, bagian umum dan bagian operasi. Masing masing bagian memiliki seorang supervisor sendiri dan beberapa staf khusus yang menangani bidang tersebut. Untuk itu ditetapkanlah peraturan kepegawaian yang mengatur tugas wewenang hak dan kewajiban serta disiplin pegawai sebagai berikut :

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Sub Unit PLTA ketenger Berdasarkan Struktur tersebut tugas dan wewenang masing masing jabatan adalah sebagai berikut :
1. Supervisor Senior Bertugas sebagai pimpinan PLTA Ketenger dengan memberikan pengawasan dan mengoordinir seluruh bidang beserta karyawannya, agar terjalin kerja sama dan kekompakan kerja antar bagian yang baik, sehingga memperlancar dalam proses

operasional PLTA Ketenger dengan baik dan handal. Selain itu Supervisor senior juga membuat laporan seluruh kegiatan ke kantor UBP Mrica Banjarnegara. 2. Supervisor Pemeliharaan Supervisor pemeliharaan membawahi beberapa teknisi yang meliputi teknisi mesin, teknisi listrik, teknisi kontrol, dan teknisi sipil. Tugas supervisor pemeliharaan adalah melaksanakan pengawasan dan koordinasi pada bidang pemeliharaan sehingga PLTA selalu handal dengan melaksanakan kegiatan produksi, pemeliharaan dan Monitoring peralatan peralatan mesin, listrik, dan kontrol serta Monitoring lingkungan. Supervior pemilharaan melaporkan kerjanya kepada Supervisor Senior. a. Tugas Teknisi Listrik 1) Membuat rencana : jadwal pemeliharaan, rencana biaya dan jumlah material yang diperlukan untuk pemeliharaan listrik dan kelengkapanya. 2) Melaksanakan pemeliharaan di bidangnya. 3) Mengatasi gangguan pada peralatan listrik dan kelengkapanya. 4) Memonitor parameter yang ada untuk mencegah gangguan yang timbul dan menjaga dari kerusakan yang lebih fatal. 5) Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam bidangnya. 6) Membuat laporan pekerjaanya kepada supervisor pemeliharaan. b. Tugas Teknisi Kontrol 1) Membuat rencana : jadwal pemeliharaan, rencana biaya dan jumlah material yang diperluka untuk pemeliharaan kontrol dan kelengkapanya. 2) Melaksanaka pemeliharaan di bidangnya. 3) Mengatasi gangguan pada peralatan kontrol dan kelengkapanya. 4) Memonitor parameter yang ada untuk mencegah gangguan yang timbul dan menjaga dari kerusakan yang lebih fatal. 5) Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam bidangya. 6) Membuat laporan pekerjaanya kepada supervisor pemeliharaan. c. Tugas Teknisi Mesin 1) Membuat rencana jadwal pemeliharaan, rencana biaya dan jumlah material yang diperlukan untuk pemeliharaan mesin dan kelengkapanya.

2) Melaksanakan pemeliharaan di bidangnya. 3) Mengatasi gangguan pada peralatan kontrol dan kelengkapanya. 4) Memonitor parameter yang ada untuk mencegah gangguan yang timbul dan menjaga dari kerusakan yag lebih fatal. 5) Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam bidangnya. 6) Membuat laporan pekerjaanya kepada supervisor pemeliharaan. 3. Pelaksana Senior Administrasi Pelaksana senior administrasi memiliki beberapa staf / pelaksana staf TU dan keuangan, staf akuntansi lahan dan staf kamtib. Adapun tugas pelaksana administrasi adalah memberikan supervisi dan koordinasi pada bagian administrasi sehingga kinerja PLTA selalu handal dengan melaksanakan kegiatan tata usaha, kepegawaian, akuntansi, penggandaan material dan pembukuan agar pelayanan administrasi kepada semua unsur baik internal maupun eksternal berjalan lancar serta melaporkan kepada Supervisor Senior. a. Tugas Pelaksana TU dan keuangan 1) Melaksanakan kegiatan tata usaha perkantoran. 2) Melaksanakan kegiatan kepegawaian.. 3) Melaksanakan tata laksana keuangan. 4) Melaksanakan tata usaha pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran bidang perlengkapan bagi para personil. 5) Membuat laporan pekerjaanya kepada supervisor pemeliharaan. b. Tugas Pelaksana administrasi 1) Melaksana kegiatan tata kegiatan akuntansi. 2) Melaksanakan kegiatan tata usaha pembukuan dan penyusunan neraca penyimpanan arsip. 3) Membuat laporan pekerjaanya kepada supervisor pemeliharaan. 4. Supervisor Operasi Supervisor Operasi adalah salah satu Supervisor Operasi yang membawahi delapan operator yaitu : empat operator senior A, B, C, D dan empat operator A, B, C, D. Yang merangkap menjadi Operator Senior, Operator Turbin, Operator Generator. Tugas

Supervisor Operasi adalah mengawasi dan mengkoordinir pelaksana kegiatan pengoperasian, mengatur pembebanan mesin pembangkit tenaga listrik sesuai dengan kondisi air serta melakukan penormalan bila terjadi gangguan baik gangguan luar maupun gangguan dalam serta membuat laporan pekerjaan kepada Supervisor Senior. a. Tugas operator senior 1) Mengoperasian peralatan kontrol panel serta mengendalikan sistem

operasinya agar sesuai dengan SOP dan tingkat pembebanan yang diinginkan. 2) Mengecek dan mencatat indikator parameter ruang kontrol pada panel panel kontrol. 3) Menyajikan informasi atas pelaksanaan tugas yang meliputi hasil produksi kwh, pemakaian pelumas dan material dan material operasi, tingkat keandalan unit serta gangguan dan kerusakan selama operasi. 4) Mebuat laporan pekerjaanya kepada Supervisor Operasi. b. Tugas Operator Turbin dan Generator 1) Mengoperasikan peralatan turbin generator beserta alat alat bantunya serta mengendalikan sistem operasinya yang berkaitan dengan SOP yang ditetapkan. 2) Mengecek dan mencatat indikator parameter parameter dengan melihat langsung untuk mengetahui penyimpanan dan kelainan pada sistem turbin generator. 3) Membuat laporan pekerjaanya kepada supervisor operasi.

BAB III Tinjauan Pustaka 3.1 Pembangkit Listrik Tenaga Air Pembangkit Listrik Tenaga Air atau yang lebih dikenal PLTA adalah suatu cara pembangkitan Listrik yang memanfaatkan sumber daya air, dimana air ini adalah salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui karena mempunyai siklus yang setiap saat tersedia. Walaupun PLTA hanya menghasilkan daya yang kecil dari pembangkitanya, tetapi dalam hal pengoperasianya sangat menguntungkan karena tidak menyediakan bahan baku pokok yang harus tersedia seperti halnya PLTU yang harus menyediakan banyak ton batubara untuk memanaskan uap air sehingga dapat memutar turbin, dan selain hal itu juga sangat ramah lingkungan, terutama limbah air hasil untuk memutar turbin yang akan dikembalikan ke dalam kolam tando harian tidak terkontaminasi limbah yang dapat membahayakan linkungan. Pada dasarnya PLTA memanfaatkan energy potensial yang ada di dalam air yang turun di dalam pipa yang akan dirubah menjadi energy kinetic, dan energy kinetic inilah yang akan dikonversikan menjadi energy listrik oleh generator. Gambaran PLTA Ketenger akan dibahas pada bab berikut. 3.1.1 Bentuk Umum PLTA Ketenger

Pusat pembangkit listrik tenaga air adalah salah satu jenis pembangkit listrik yang memanfaatkan ketinggian dan laju aliran air. Melalui turbin air, energi aliran air (energi potensial) diubah menjadi energi kinetik pada sudu turbin kemudian diubah menjadi energi mekanik pada poros yang dikopel dengan generator, selanjutnya generator menghasilkan listrik. Potensial tenaga air dan pemanfaatannya pada umumnya berbeda dengan penggunaan tenaga yang berasal dari bahan bakar minyak. Hal ini dikarenakan sumber daya air secara alami dapat diperbaharui dengan proses hujan. Air merupakan

salah satu energi yang tidak akan pernah habis, karena pada permukaan bumi menyimpan energi potensial yang besarnya dapat diformulasikan sebagai berikut :
Ep = m.g.h Dimana : Ep : Energi Potensial (Joule) M : massa benda (Kg) g : percepatan grafitasi (m/ ) h : ketinggian jatuh air (m) (1)

Karena energi ini sangat berhubungan dengan T (waktu) dan akan mengalami perubahan tiap waktu pula, maka formula 1 dapat diturunkan terhadap t (waktu), dan akan mengahsilkan energi yang fluktuatif terhadap waktu. Penurunan ini hanya bergantung pada massa saja, karena grafitasi bumi itu tetap yaitu 9,81 m/ ketinggian telah ditentukan melalui ketinggian penstock. Penurunan tersebut dapat dibuat sebuah diferesnisial energi terhadap waktu t sekon. Sehingga perhitunganya menjadi sebagai berikut :
dEp = d(m.g.h) = .g.h (2) (3)

dan

Dari persamaan itu akan mengalami kesulitan jika ingin mendapatkan perubahan massa tiap waktu. Oleh karena itu kita dapat menurunkan nilai massa ini dengan hubungan yang paling dekat dalam hubungan di pembangkitan yang terdapat di pipa (penstock) yang akan mempunyai nilai debit laju aliran. Dimana debit laju aliran air dapat diartikan volume air yang mengalir tiap detik, sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut : Q= = (4)

Dari persamaan di atas merupakan persamaan selang waktu yang pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai turunan pertama dari persamaan debit Q tersebut , dengan catatan bahwa nilai rho merupakan massa jenis air yang selalu tetap besarnya yaitu sebesar 1000 kg/ , sehingga persamaanya menjadi : Q= Dimana : Q = debit air ( M = massa air (Kg) = massa jenis air (kg/ t = waktu (sekon) Sehingga enrgi potensial dari air tersebut adalah : Ep = = . g. h (6) ) ) (5)

Dari persamaan 5 variabel g merupakan suatu tetapan dengan nilai 9,81, dan h juga merupakan konstanta ketinggian pipa yang telah dibuat dan ditentukan sebelumnya. Seingga pada hal ini hanya variabel debit saja yang berubah dan dapat menentukan daya yang dihasilkan. Sehingga rumusnya menjadi : Ep = 9,8 . Q. h (kW) Data untuk unit 1 dan 2 : a. Head b. Debit (Q) c. g : : : 217 m 1,649 9,81 m/s2 (7)

(unntuk daya maksimal)

Jadi perhitungan daya yang dihasilkan pada unit 1 dan 2 sesuai persamaan 7 adalah sebagai berikut : Ep = = dm/dt . g. h

Ep = 9,8 . Q. H (kW) = 9,81. 1,649. 217

= 3510,34 kW

Data untuk unit 3 : a. Head b. Debit c. g : : : 98,6 m 1,26 /s 9,81 m/

Jadi perhitungan daya yang dihasilkan pada unit 3 sesuai persamaan 7 adalah sebagai berikut : Ep = = dm/dt . g. h

Ep = 9,8 . Q. H (kW) = 9,8 . 1,26. 98,6 = 121.875, 516 W Data Untuk Unit 4 : a. Head b. Debit c. g : : : 13 m 4,31 9,81 m/ /s

Ep = De/Dt = dm/dt . g. h Ep = 9,8 . Q. H (kW) = 9,81 . 4,31. 13 = 549,6543 Kw Daya yang dihasilkan tersbut sangat bergantung pada variabel debit, penentuan nilai debit pada berdasarkan tabel pemakaian air sub PLTA Ketenger sebagai berikut :

Tabel Pemakaian Air unit 1 dan 2 No Debit ( 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 ) 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00 1,10 1,20 1,30 1,40 1,50 1,60 1,70 1,80 1,90 2,00 2,10 2,20 2,30 2,40 2,50 2,60 2,70 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 Beban (MW) No Debit ( ) Beban (MW) 3,80 3,90 4,00 4,10 4,20 4,30 4,40 4,50 4,60 4,70 4,80 4,90 5,00 5,10 5,20 5,30 5,40 5,50 5,60 5,70 5,80 5,90 6,00

0,087 0,139 0.191 0.243 0,295 0,347 0,399 0,452 0,504 0,556 0,608 0,660 0,712 0,764 0,816 0,868 0,920 0,972 1,024 1,076 1,129 1,181 1,233

1,806 1,853 1,910 1,962 2,014 2,066 2,118 2,170 2,222 2,274 2,326 2,378 2,430 2,483 2,535 2,587 2,639 2.691 2,743 2,795 2,847 2,899 2,951

24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

1,285 1,337 1,389 1,441 1,493 1,545 1,597 1,649 1,701 1,753

2,80 2,90 3,00 3,10 3,20 3,30 3,40 3,50 3,60 3,70

57 58 59 60 61 62 63 64 65 66

3,003 3,055 3,107 3,160 3,212 3,364 3,316 3,368 3,420 3,472

6,10 6,20 6,30 6,40 6,50 6,60 6,70 6,80 6,90 7,00

Tabel Pemakaian Air Unit 1 dan 2 PLTA Ketenger

Gambar Denah PLTA Ketenger Dari gambar tersebut mempunayi 2 bangunan utama sebagai pusat pembangkitan. Yaitu power house 1 yanng terdapat di tengah area PLTA Ketenger, dan Power House 2 yang terdapat di bagian belakang area PLTA Ketenger. Di Power House 1 ini terdapat 3 unit utama yang menghasilkan daya terbesar di PLTA Ketenger yaitu sekitar 6.5 MW sedangkan di Power House 2 ini terdapat Generator Unit 4 yang hanya mempunyai kapasitas daya sebesar 0,5 MW. Walaupun kecil tapi hal ini memanfaatkan pembuangan air dari power House 1 ini yang dialirkan di

kolam tando harian (KTH) maka di buatlah power house 2 yang akan memanfaatkan air pembuangan dari Unit 1, 2, dan 3. Lalu terdapat beberapa ruangan seperti ruang Senior Supervisor, Ruang Administrasi Senior,Ruang Renvalhar, Ruang arsip, perpustakaan, serta ruang pertemuan sebagai tempat pertemuan setiap pagi untuk membicarakan kegiatan yang akan dikerjakan hari ini serta koreksi atau saran atas pekerjaan hari sebelumnya, hal ini dilakukan agar visi PT.Indonesia Power Hari Esok Lebih Baik Dari Hari Ini tetap menjadi acuan kerja dan kinerja pegawai, dan demi ketersediaanya Energi Listrik yang berkualitas dan tetap ada. PLTA Ketenger terdiri atas beberapa bagian operasi utama, yaitu : 1. Waduk dan Bendungan Bendungan merupakan bagian yang cukup penting dari suatu pusat pembangkit listrik tenaga air yang mana berfungsi sebagai penyimpanan air untuk menggerakkan turbin air. Bendungan ini juga berfungsi untuk mendapatkan adanya tinggi jatuh air. Bendungan digolongkan menjadi beberapa jenis menurut struktur, bahan konstruksi, tujuan penggunaan, prinsip perencanaan, tinggi maupun kategori bendungan yang lain. Menurut tujuan penggunaanya dibedakan atas bendungan penyimpanan dan bendungan pengaturan. Sedangkan menurut bahan konstruksinya dan prinsip perencanaanya dibedakan atas bendungan urugan terdiri dari urgan batu, urugan tanah, bendungan beton, bendungan kerangka baja dan bendungan kayu. Waduk pada unit 1 dan 2 ini berfungsi sebagai penampung air dari sungai Banjaran dan Surobadak, debgan luas tangkapan hujan 30 km, debit rata rata tiap tahun yang masuk kekolam tando adalah 2,1 /detik. Bagian ini

merupakan komponen utama dari suatu pusat pembangkit hidro yang berfungsi sebagai penyimpanan air untuk menggerakkan turbin air.

Bendungan PLTA Ketenger memiliki ukuran : a. Luas dasar kolam : 1,768 b. Luas permukaan kolam : 3,536 c. Elevasi air tertinggi : 658 m d. Elevasi air terendah : 650 m e. Volume efektif : 20.000

Gambar 1.3 Kolam Tando PLTA Ketenger 2. Tangki Surja Fungsi dari Tangki Surge adalah untuk mengurangi water hammer sebagai akibat dari perubahan beban, menampung air saat beban mendadak turun, mensuplai air pada saat pembebanan mendadak lainya.

Gambar 1.4 Tangki Surja PLTA Ketenger 3. Pipa pesat Pipa pesat adalah saluran yang digunakan untuk mengalirkan air dari kolam tandu ke rumah pembangkit. Penstock berfungsi : a. Untuk mengalirkan dan mengarahkan air ke turbin. b. Untuk mendapatkan tekanan hidrostatika yang sebesar besarnya.

Gambar 1.6 Penstock Pada penstock di PLTA Ketenger akan melalui hutan yang dipenuhi pepohonan tua yang sangat rawan untuk jatuh dan menimpa penstock tersbut yang akan berdampak pada pecahnya pipa tersebut. Apabila pipa pecah maka aliran air tersbut akan sangat berbahaya baik itu terhadap lingkungan, ataupun terhadap permukiman penduduk, karena aliran air ini mempunyai energi kinetik yang sangat besar yang di dapat dari potensial ketinggian letak pipa tersbut dan akan mengakibatkan kerusakan yang cukup besar, dan selain dampak lingkungan tersebut kerugian juga akan berdampak terhadap perusahaan, karena kapasitas air yang ada di dalam kolam akan semakin habis. Oleh karena itu perlu adanya suatu pengaman katup yang digunakan untuk mencegah air keluar saat penstock tersebut pecah.

Pengamanan ini biasa disebut dengan security valve yang nantinya akan dikontrol secara otomatis menggunakan PLC. Pipa pesat pad PLTA Ktenger terdiri atas 2 tipe, yang pertama adalah pipa beton, dan pipa baja. Berikut adalah data kedua pipa tersebut : a. Pipa Beton Type beton vertulang Diameter Panjang b. Pipa Baja Diameter Panjang 4. Rumah Pembangkit (Power House) Rumah pembangkir (Power House) merupakan bangunan sentral yang di dalamnya terdapat bagian bagian PLTA seperti turbin air, generator, ruang kontrol, ruang tegangan tinggi, ruang bengkel. Rumah Pembangkit (Power House) sangat penting sekali karena semua kegiatan pembangkitan berpusat di sini. : 0,40 m : 1910,00 m : 1,40 m : 778,00 m

Gambar 1.5 Power House PLTA Ketenger 5. Turbin

Turbin air adalah turbin yang menggunakan fluida kerja air sebagai fluida kerjanya. Dengan kata lain, apabila air mengalir dan memiliki kecepatan tertentu, dan dilewatkan melalui turbin, maka energi tersebut akan dikonversikan ke bentuk energi yang lain. Air mengair dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah, dalam proses ini aliran di dalam pipa yang berupa energi potensial berangsur angsur menjadi energi kinetic. Pada turbin energy kinetik akan diubah menjadi enrgi mekanik. Air tersebut dialirkan pada sudu sudu sehingga terjadi momen pada poros turbin yang selanjutnya membangkitkan putaran turbin. Turbin berfungsi mengubah energi kinetik air menjadi energi mekaik berupa putaran poros turbin. Terdapat jenis turbin ditinjau dari teknik mengkonversi energi potensial air pada roda turbin, yaitu : a. Turbin Kaplan Turbin Kaplan digunakan untuk tinggi terjun air yang rendah, yaitu di bawah 20 meter. Teknik mengonversi energi potensial air menjadi energi mekanik roda air turbin dilakukan melalui pemanfaatan kecepatan air. Roda turbin Kapalan meyerupai baling baling kipas angin. b. Turbin Francis Turbin Francis paling banyak digunakan di Indonesia. Turbin ini digunakan untuk tinggi terjun sedang, yaitu antara 20 400 meter. Teknik mengonversi energi potensial air menjadi energi mekanik pada roda turbin dilakukan melalui reaksi sehingga turbin Francis juga disebut sebagai turbin reaksi. c. Turbin Pleton Turbin Pleton adalah turbin untuk tinggi terjun di atas 300 meter. Teknik mengonversi energi potensial air menjadi energi mekanik pada roda air turbin dilakukan melalui proses impuls sehingga turbin Pelton juga disebut sebagai turbin impuls. Pada PLTA Ketenger digunakan 2 jenis turbin, yaitu :

a. Turbin Pelton Merek Tipe Nomor Seri Daya Putaran Head Debit Tahun operasi Discharge : : : : : : : : : : Max Net Head Min Net Head Min Net Head : : : Charmilles, Generve S.A.
Pelton Horizontal dengan 2 jarum Pancar

1479 5040 PK / 366 MW 600 Rpm 26,5 272,5 m 1600 1615 m3/detik 1939 1,5 m3/ detik per unit 2,1 m3/detik untuk 2 unit. 300 m (satu operasi) 289 m ( dua unit operasi) 294 m

b. Turbin Francis (Unit 3) Merek Tipe : : Hanzau Electrical Equipment Francis, HL 110 WJ 60

Pabrik Daya Putaran Head Debit Tahun Operasi

: : : : : :

Hangyou Electrical Equipment Work - China 1050 MW 1000 Rpm 98,6 m 1,26 m3/detik 1999

c. Turbin Francis (Unit 4) Pabrik : Shaoyang Hengzuan Zijiang Power Equipment co.ltd Tipe Kapasitas Head Debit Putaran Nomor seri 6. Trafo Transformator adalah suatu peralatan untuk memindahkan energy listrik arus bolak balik dari sirkuit lainya tanpa mengubah frekuensi dengan cara induksi magnet (Operasi PLTA dasar II,1990). Menurut Zuhal, 2000. Transformator adalah alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik yang lain. Pada suatu transformator yang ideal daya pada lilitan sekunder harus sama dengan daya pada lilitan primer. Transformator ideal memiliki koefisien kopling 1,0 dan tidak ada rugi rugi dalam transformator tersebut. Dalam kondisi aktualnya transformator tersebut tidak dapat dibuat. Tingkatan dimana setiap transformator mendekati kondisi ideal disebut effisiensi transformator (operasi PLTA dasar II,1990). Effisiensi transformator sama dengan daya output dibagi daya input. Berikut adalah data Trafo yang ada pada PLTA Ketenger : : : : : : : China

Francais HL-295-WJ-95 0,516 MW 13,0 m 4,5 m3/detik 300 rpm 29014

Generator Utama Unit 1 dan 2 Jumlah Pabrik Type Kapasitas Voltage Power factor Putaran Frekuensi : : : : : : : : 2 Unit Oerlikon SGT 360-134 4.400 KVA 6.300 V 0,8 600 rpm 50 Hz

Trafo Utama Utama Unit 1 dan 2 Jumlah Pabrik Type Kapasitas Tegangan Ampere Vektor Group Cooling : : : : : : : : 2 Unit S.A Nasional Industri TKK 4.400 KVA 30/6 KV 77/385 A yd5 ONAN

Trafo Utama Unit 3 dan 4

7.

Bab III Governor 3.1 Governor secara umum Beban pada turbin dalam suatu unit pembangkit listrik tenaga air adalah berbanding lurus terhadap beban yang diberikan pada generator. Beban yang diberikan pada generator baik yang dikontrol oleh tenaga operator maupun otomasi disesuaikan dengan kebutuhan sistem dimana generator terhubungkan. Oleh karena itu daya output turbin harus bervariasi untuk menyesuaikan fluktuasi yang diberikan pada generator. Biasanya head pada turbin bervariasi tiap tahunya. Perubahan ini biasanya sangat kecil dimana range maksimum dan minimum terlihat kecil Agar dapat mempertahankan kecepatan turbin agar mendekati konstan meskipun beban yang diberikan bervariasi dn ada kemungkinan suatu perubahan head pula maka perlu untuk mengatur jumlah air yang masuk ke dalam runner (sudu sudu). Wicket gates dapat dipergunakan sebagai alat yang mengatur aliran air yang melalui turbin, untuk itu perlu adanya suatu alat yang dapat menggerakkan wicket gates agar jumlah air yang sesuai untuk setiap perubahan kecepatan. Governor adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mengatur putaran turbin secara otomatis pada keadaan beban yang bervariasi, agar putraran turbin tersebut tetap atau hampir konstan pada keadaan nominalnya. 3.2 Macam macam Governor 1. Governor Mekanik Governor mekanik adalah governor yang paling sederhana. Governor ini menggunakan suatu bola (Fly Weight) yang meruapakan sebuah sensor kecepatan. Bola tersebut berputar tergantung dari gaya putar yang diberikan oleh rotor generator. Dalam bentuk umum alat tersebut terdiri

dari sepasang bola yang diberi lengan. Lengan tersebut bersumbu pada sebuah poros. Pada kedua lengan diletakkan tuas sambungan dan sebuah ban poros yang melekat pada tuas sambungan. Jadi ketika bola tersebut berputar maka terdapat gaya sentrifugal yang menyebabkan bola bergerak keluar, maka ban poros akan terangkat ke atas. Torsi keseimbangan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Centrifugal force torque Grafity Torque At Balance

=FxA

=WxB =FxA=WxB

Dimana

F = Gaya sentrifugal A = Jarak vertikal dari bola ke pivot W = Berat Bola B = Jarak Horizontal dari bola ke pivot

Biasanya ban poros akan dihubungkan dengan sebuah tuas, dimana tuas tersebut akan digunakan untuk mengatur tuas pengatur masuknya kerja fluida. 2. Governor Mekanik Hidrolik Pada dasarnya governor mekanik hidrolik sama dengan governor mekanik, dimana masih menggunakan bola sebagai pendeeteksi kecepatan. Tetapi untuk menghasilkan keluaran atau output yang lebih baik maka digunkana sebuah servomekanisme yang biasanya berbentuk power piston. 3. Governor elektronik Untuk governor elektroniksendiri dari bagian utama yaitu : sensor kecepatan yang biasanya berupa magnetic pick up, kontrol kecepataan governor yang berfungsi menerima sinyal input kecepatan putar dari magnetic pick up kemudaian mengolah dan membandingkan dengan harga

referensi atau harga yang sudah ditetapkan, dan actuator yang berfungsi mengatur kecepatan generator dengan mengatur fluida kerja yang masuk ke dalam mesin. Secara sederhana governor elektronik digambarkan pada gambar di bawah ini :
Bagian utama governor elektronik : a. Sensor kecepatan Sensor kecepatan yang berapa magnetic pick up adalah sebuah alat elektromagnetik yang diletakkan pada roda putar yang terdapat pada generator. Magnetik pick up yang dipasang mempunyai jarak yang cukup dekat dengan roda putar yang berbentuk gerigi. Pada salah satu gigi roda diletakkan suatu logam yang akan dideteksi oleh magnetic pick up. Pada waktu roda berputar maka magnetic pick up akan menyensor permukaan roda yang terdapat logam tersebut sehingga akan dihasilkan suatu tegangan AC yang sebanding dengan kecepatan roda gigi tersebut. b. Kontrol kecepatan governor Kontrol kecepatan governor adalah sebuah perangkat elektronik dengan beberapa fungsi yang berguna dalam pengontrolan kecepatan. Alat control kecepatan akan membandingkan sinyal input yang diperoleh dari magnetic pick up dengan sebuah harga kecepatan yang telah ditetapkan atau harga referensi. Sinyal ouput akan dirubah terlebih dahulu menjadi sinyal digital agar dapat diproses oleh alat kontrol menggunakan ADC ( Analog to Digital Converter). saat konverter tersebut menerima pulsa clock maka akan mengambil sampel dari sinyal analog tersebut. Dan setelah contoh tersebut diperoleh maka proses konversi ke sinyal digital dapat dilakukan. Sinyal output ini akan dibandingkan dengan suatu referensi tertentu yang digunakan untuk pembanding yang berada di dalam alat control kecepatan menggunakan operating amplifier (op-amp). Op amp mempunyai 2 kaki yaitu kaki inverting (-) dan kaki non inverting (+)

Pada kaki inverting diberi harga referensi sedangkan pada kaki non inverting diberikan sinyal output dari magnetic pick up yang telah dirubah menjadi sinyal digital sebelumnya. Jika sinyal itu memiliki perbedaan dengan harga referensi yang telah ditentukan, maka op amp akan menghasilkan output yang mengakibatkan adanya perubahan arus pada output yang akan masuk ke dalam actuator. Perubahan arus ini akan menyebabkan actuator berputar sesuai dengan output yang dikeluarkan oleh op amp di dalam control kecepatan sehingga fluida kerja yang masuk ke turbin akan berubah dan kecepatanya pun akan berubah. Jika sinyal tersebut sama antara kaki inverting dengan kaki non inverting maka tidak ada output yang keluar dari op amp dan sehingga actuator tidak berputar dan tetap pada kondisi sebelumnya. Beberapa variable yang diatur dengan potensiometer sebagai berikut : 1) Gain control Gain control adalah potensiometer yang befungsi untuk mengatur sensitifitas atau kepekaan dari governor. Jika nilai kepekaan governor diset sangat peka maka jika terdapat perubahan yang sangat kecil maka governor akan secara langsung merespon keadaan tersebut dengan menggerakkan actuator untuk mengatur pemasokan bahan bakar. 2) Droop control Droop Control adalah potensiometer yang mengatur seberapa besar drop kecepatan yang diinginkan ketika generator memikul suatu beban. Potensiometer ini dioperasikan pada karakteristik drop. 3) Idle speed drop Idle speed drop adalah potensiometer yang berfungsi mengatur kecepatan generator pada saat generator tidak memikul beban atau idle. 4) Run speed Control Run speed Control adalah sebuah potensiometer yang berfungsi untuk menentukan harga kecepatan generator pada saat tanpa beban . c. Actuator Actuator adalah alat yang digunakan untuk mengontrol kecepatan dan daya yang dihasilkan oleh mesin dengan mengatur jumlah bahan bakar yang masuk ke

dalam mesin. Actuator akan berputar ketika ada perubahan arus yang berasal dari op amp. Putaran tersebut akan mengatur bahan bakar yang akan masuk ke dalam mesin. Prinsip kerja actuator sebagai berikut : Pada actuator terdapat 2 gaya yang menggerakkan pilot valve plunger sehingga bergerak ke atas dan ke bawah. Jika bahan bakar berkurang maka frekuensi generator akan naik. Kecepatan generator juga akan naik sehingga terjadi perubahan nilai antara nilai kecepatan referensi dengan nilai yang diperoleh dari magnetic pick up. Perbedaan ini akan mengakibatkan arus yang masuk ke dalam actuator, yang akan menyebabkan akan mengurangi gaya ke bawah sehingga terminal shaft akan berputar ke arah pengurangan bahan bakar. Sebaliknya jika beban bertambah maka arus yang masuk ke dalam actuator menyebabkan actuator berputar ke arah penambahan bahan bakar. 3.3 Sistem Kontrol Pada Governor Governor adalah suatu pelengkap otomatis guna mengontrol suatu kecepatan. Kebanyakan governor mengendalikan kecepatan turbin air dengan memanfaatkan gerakan sentrifugal dari dua atau lebih flyball yang bergerak mendekati / menjauhi sumbu putarnya sesuai dengan kecepatanya apakah menurun atau bertambah. Namun sejalan dengan kemajuan teknologi mulai dikembangkan jenis governor baru, yaitu governor dapat memanfaatkan suatu alat sensor sebagai pendeteksi terhadap perubahan putaran atau beban generator. Namun prinsip dasarnya sama yaitu akan di feedbackan lagi sebagai pengatur bahan bakar yang masuk ke actuator. Jadi fungsi dari generator ini sangat penting untuk menjaga stabilitas terhadap fluktuasi / beban unit turbin generator. 4.3 Prinsip Dasar Pengaturan Governor Cara Kerja Sensor putaran yang berupa bandul sentrifugal (1) dihubungkan dengan putaran poros mesin maka sesuai prinsip gaya sentrifugal jika terjadi putaran naik (frekuensi naik) bandul akan bergerak ke atas. Gerakan ini akan menarik tuas, di sisi lain di ujung tuas akan terdorong ke bawah, akibatnya piston di pilot valve terdorong ke bawah sekaligus mengeluarkan minyak memasuki control valve sisi bawah. Pergerakan ini menggeser distributing valve bergerak ke atas sekaligus mengalirkan sejumlah minyak bertekanan

tinggi memasuki masing masing ruang di sevomotor dan akan memberikan gaya dorong atau tarik sehingga memutar sekaligus menggerakkan mekanisme sudu sudu disekeliling ring feeder bergerak ke posisi menutup. Poros yang seupa dan berlangsung sebaliknya jika terjadi penurunan putaran (bandul / atau bergerak turun). 5.3 Speed Droop 1) Pengertian Speed Drop Di dalam operasi pembangkit tenaga listrik setiap harinya tergantung pada pengamatan kecepatan untuk menunjukkan kapan beban berubah, seberapa banyak terjadi perubahan serta parameter lain adalah apakah terjadi pertambahan atau pengurangan. Di bawah kondisi operasi normal, kini generator tidak akan bekerja sendirian generator akan bekerja parallel dengan unit lain dalam suatu system interkoneksi. Dengan semua unit dari system interkoneksi yang bekerja parallel (sinkron) untuk melakukan apa yang dapat diinginkan pada suatu unit tertentu dan memerlukan peralatan khusus seperti speed drop adjustmen, speed drop, dan load drop. Satu parameter penting adalah kecepatan putaran, untuk melalukan pengamatan tersebut yaitu speed adjustment dan speed drop. Keduanya tersebut dapat dikontrol secara manual ataupun secara otomatis. Pengukuran tersebut dimaksudkan untuk mengembalikan putaran ke putaran normalnya serta pembagian beban pada waktu kerja parallel. Jadi speed drop adalah sebuah alat yang mengetahui seberapa kecepatan untuk menunjukkan kapan beban berubah, berapa besar perubahan itu terjadi, dengan perubahan beban maka akan mempengaruhi perubahan frekuensi keluaran generator. Setting speed drop pada umunya di setting dalam bentuk persen dengan simbol K, dan biasanya disetting pada rentang nilai antara 1 % hingga 10 %. Penyetelan K yang kecil akan memberikan andil responsive unit yang jauh lebih baik disbanding dengan nilai K yang lebih besar dan akan menghasilkan mutu frekuensi yang semakin baik (fluktuasi kecil). 2) 6.3

Governor didesain untuk mengatur kecepatan baik turbin, motor maupun mesin yang sejenisnya, dengan demikian pembebanan dari unit turbin generator didalam batas batas yang diinginkan, dilakukan dengan jalan menambah atau mengurangi jumlah air yang disuplai kedalam runner turbin. Hal ini merupakan operasi yang dikehendaki untuk mempertahankan keeimbangangan antara power input dan power demand. Governor bekerja jika perubahan dalam power demand dapat menyebabkan fluktuasi kecepatan.

Keseimbangant tersebut dicapai dengan 3 bagian prinsip governor berikut : 1. Bagian yang merespon kecepatan, umumnya di istilahkan flyball (bandul) atau governor head/sejenisnya untuk mendeteksi perubahan kecepatan. 2. Power component yang dapat diperinci sbb : 2.1 Supply fluida tekan (minyak tekan) yang diperlukan guna menyediakan tenaga untuk gerakan servomotor. 2.2 Control valve guna mensuplai fluida tekan ke servomotor dan menggerakkan turbin control mechanism. 2.3 Servomotor, suatu piston yang digerkkan dengan fluida tekan untuk menggerakkan turbin control menchanism seperti wicket gates. 3. Stabilizing / compensating element berfungsi untuk mencegah putaran yang berlebihan, yang kadang kadang ditunjuk sebagai restoring mechanism yang mengirimkan informasi pada control valve bahwa operasi yang diinginkan telah diselesaikan dan mempertahankan servomotor pada posisi yang tepat pada saat output turbin dan load demand telah sama. 3.3 Sistem minyak Governor 4.3

Вам также может понравиться